63
Program Pencegahan Hipertensi Melalui Perubahan Pola Makan dan Peningkatan Partisipasi Dalam Kegiatan Posyandu Lansia Di Padukuhan Nglaban, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman Koordinator : dr. FATWA SARI TETRA DEWI, MPH., Ph.D Oleh : Bernike Sofia Zega 16/403199/PKU/16017 Budi Rodestawati 16/403203/PKU/16021 Luthfiatul Makhmudah H 16/403292/PKU/16110 Ridwan Syukri 16/403343/PKU/16161 Zainab Hikmawati 16/403393/PKU/16211 PROGRAM PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT MINAT UTAMA PERILAKU DAN PROMOSI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2017

Program Pencegahan Hipertensi Melalui Perubahan Pola …hdss.fk.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/431/2019/07/Pemberdayaan-Masyarakat-2017...pekerjaan tugas laporan PROGRAM PENCEGAHAN

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Program Pencegahan Hipertensi Melalui Perubahan Pola Makan

dan Peningkatan Partisipasi Dalam Kegiatan Posyandu Lansia

Di Padukuhan Nglaban, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman

Koordinator :

dr. FATWA SARI TETRA DEWI, MPH., Ph.D

Oleh :

Bernike Sofia Zega 16/403199/PKU/16017

Budi Rodestawati 16/403203/PKU/16021

Luthfiatul Makhmudah H 16/403292/PKU/16110

Ridwan Syukri 16/403343/PKU/16161

Zainab Hikmawati 16/403393/PKU/16211

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

MINAT UTAMA PERILAKU DAN PROMOSI KESEHATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2017

2

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah kami, mahasiswa Minat

Perilaku dan Promosi Kesehatan, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa

pekerjaan tugas laporan PROGRAM PENCEGAHAN HIPERTENSI MELALUI

PERUBAHAN POLA MAKAN DAN PENINGKATAN PARTISIPASI DALAM

KEGIATAN POSYANDU LANSIA DI PADUKUHAN NGLABAN, SINDUHARJO,

NGAGLIK, SLEMAN di atas adalah benar-benar hasil pekerjaan kami dan bukan

hasil pekerjaan menyalin, atau meniru keseluruhan maupun sebagian hasil

pekerjaan teman atau orang lain.

Apabila kami sengaja maupun tidak sengaja melakukan hal tersebut di

atas maka kami bersedia menerima sanksi yang berupa: dianggap tidak

mengerjakan tugas tersebut. Selain itu jika ada 2 naskah yang sama tidak

keseluruhan atau sebagian, keduanya dianggap tidak mengumpulkan tugas.

Yogyakarta, 23 Oktober 2017

Yang memberi pernyataan

1. Bernike Sofia Zega (………..…………)

2. Budi Rodestawati (………..…………)

3. Luthfiatul Makhmudah H (………..…………)

4. Ridwan Syukri (………..…………)

5. Zainab Hikmawati (………..…………)

i

3

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. ii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………….. iv

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………. v

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 4

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………… 4

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………… 6

A. Telaah Pustaka ………………………………………………………….. 6

1. Hipertensi ……………………………………………………………. 6

2. Posyandu Lansia …………………………………………….……… 7

3. Kader ……………………………………………………………….… 9

B. Landasan Teori …………………………………………………….……. 10

C. Kerangka Teori ………………………………………………………….. 12

D. Kerangka Konsep ……………………………………………………….. 13

E. Hipotesis ……………………………………………………………….… 14

F. Pertanyaan Penelitian …………………………………………………… 14

BAB III RANCANGAN PENELITIAN …………………………………………… 15

A. Rancangan Penelitian Kuantitatif ……………………………………… 15

B. Rancangan Penelitian Kualitatif ……………………………………….. 16

C. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ……………………………… 16

D. Review dan Adjusment Program ………………………………………. 17

E. Pelaksanaan Program ………………………………………………….. 20

F. Evaluasi Program ……………………………………………………….. 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………….. 25

A. Hasil Penelitian ………………………………………………………….. 25

1. Hasil Penelitian Kuantitatif …………………………………………. 25

2. Hasil Penelitian Kualitatif …………………………………………… 30

B. Pembahasan ……………………………………………………………… 32

ii

4

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………… 36

A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 36

B. Saran ……………………………………………………………………… 36

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 37

LAMPIRAN ………………………………………………………………………… 38

iii

5

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Evaluasi program promosi kesehatan …………………………...…. 23

Tabel 2. Uji normalitas data pengetahuan tentang hipertensi ……………... 25

Tabel 3. Hasil uji wilcoxon pengetahuan kader tentang penyakit

hipertensi ……………………………………………………………… 26

Tabel 4. Uji normalitas data pengetahuan tentang penyelenggaraan

kegiatan posyandu lansia …………………………………………… 26

Tabel 5. Hasil uji T berpasangan ……………………………………………… 26

Tabel 6. Uji normalitas data pengetahuan tentang keterampilan kader ….. 27

Tabel 7. Hasil uji one sample t-test ……………………………………………. 27

Tabel 8. Hasil uji one sample kolmogorov smirnov …………………………. 28

Tabel 9. Rekapitulasi kehadiran lansia dalam mengikuti kegiatan

posyandu lansia …………………………………………………….… 29

6

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka teori social cognitive theory ………………………….. 12

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian ……………………………………… 13

v

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan demografi dan epidemiologi penyakit tengah terjadi diseluruh

dunia saat ini. Perubahan profil penduduk dengan tren pada populasi lanjut usia

telah teramati diseluruh dunia. Beban penyakit dan profil risiko sebagai bentuk

dari transisi epidemiologi juga mengalami perubahan yang dramatis seiring

dengan adanya transisi demografis (WHO, 2002). Peristiwa tersebut tidak hanya

dialami oleh negara maju, tetapi juga dialami oleh negara berkembang,

khususnya Indonesia. Permasalahan kesehatan terkait penyakit yang sering

diderita oleh masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi menular seperti

tuberkulosis paru, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), malaria, diare, dan

penyakit kulit. Namun saat ini, pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan

Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti penyakit jantung, hipertensi, kolesterol,

cedera akibat kecelakaan, pembuluh darah, serta diabetes mellitus dan kanker.

Selain itu Indonesia juga menghadapi emerging diseases seperti demam

berdarah dengue (DBD), HIV/AIDS, chikungunya, dan Severe Respiratory

Syndrom (SARS) (RISKESDAS 2013).

Perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit

menyebabkan transisi epidemiologi menjadi Penyakit Tidak Menular (PTM),

sehingga saat ini negara Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang

bersamaan (double burdens). Terjadinya beban ganda disertai dengan

meningkatnya jumlah penduduk serta perubahan usia harapan hidup penduduk

yang ditandai dengan meningkatnya penduduk usia produktif dan usia lanjut.

Perubahan ini akan berpengaruh terhadap jumlah dan jenis pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan masyarakat di masa yang akan datang (RISKESDAS

2013).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit tidak

menular yangs sering ditemukan diderita oleh masyarakat. Hipertensi adalah

peningkatan tekanan systole, yang tingginya tergantung umur individu

(Tambayong 2000). Menurut WHO (2015), tekanan darah tinggi adalah kondisi

umum dimana cairan darah dalam tubuh menekan dinding arteri dengan cukup

2

kuat hingga akhirnya menyebabkan masalah kesehatan, seperti penyakit

jantung. Tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa jantung dan

jumlah resistensi terhadap aliran darah pada arteri. Semakin banyak darah

dipompa jantung dan arteri mengalami penyempitan, maka tekanan darah akan

meningkat. Kondisi tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg

dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg. Data statistik WHO

tahun 2012 menyebutkan hipertensi dapat memicu stroke yang menyebabkan

kematian hingga 51% dan memicu jantung koroner yang menyebabkan kematian

hingga 45%. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat utama (WHO

2013).

Faktor risiko penyakit hipertensi sulit diketahui secara pasti. Salah satu

faktor yang menjadi penyebab meningkatnya risiko terhadap hipertensi yaitu

usia. Tingginya usia seseorang akan mempengaruhi sistem metabolisme tubuh,

sehingga risiko mengidap darah tinggi lebih tinggi. Selain itu, kebiasaan atau

gaya hidup tidak juga juga menjadi faktor resiko penyebab hipertensi. Kebiasaan

dan gaya hidup seperti mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi dengan kadar

garam berlebih, minuman berkafein, makanan berkolestrol tinggi, kurang olah

raga atau aktivitas fisik, stress, dan merokok dapat meningkatkan risiko

mengidap hipertensi.Faktor resiko lainnya yaitu genetik atau keturunan.

Seseorang yang berasal dari keluarga dengan riwayat darah tinggi memiliki risiko

mengidap hipertensi lebih besar dibandingkan dengan orang lain yang tidak

memiliki keluarga dengan riwayat darah tinggi ( Kemenkes RI, 2014).

Hipertensi merupakan penyakit terbesar kedua dalam daftar 10 penyakit

terbesar pada tahun 2016 di Puskesmas Ngaglik. Hal ini juga sejalan dengan

banyak ditemukannya keluhan masyarakat terkait tekanan darah tinggi di salah

satu padukuhan di wilayah kerja Puskesmas Ngaglik, yaitu Padukuhan Nglaban.

Puskesmas keliling yang dilakukan di Padukuhan Nglaban setiap sekali dalam

tiga bulan menemukan bahwa hipertensi menjadi keluhan utama masyarakat,

khususnya pada kelompok lanjut usia. Upaya yang dilakukan dalam pencegahan

ataupun deteksi dini PTM melalui kegiatan UKBM adalah Posyandu Lansia.

Posyandu Lansia di Padukuhan Nglaban mulai dibentuk dan dilaksanakan pada

10 Desember 2016. Kegiatan ini diinisiasi oleh Puskesmas Ngaglik I. Kegiatan

yang dilakukan dalam Posyandu Lansia antara lain melakukan pengukuran

3

antropometri dan pengukuran tekanan darah. Pada pelaksanaan Posyandu

Lansia di Padukuhan Nglaban, antusiasme kelompok lanjut usia dalam

mengikutinya tergolong kurang. Dari total 69 orang lanjut usia (≥60 tahun) di

Padukuhan Nglaban, jumlah lansia yang mengikuti kegiatan Posyandu Lansia

hingga saat ini belum pernah lebih dari 20 orang. Posyandu lansia sebagai

wadah upaya kesehatan lansia belum dapat dimanfaatkan dengan baik.

Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara yang dilakukan pada

beberapa informan, didapatkan informasi terkait tingginya angka hipertensi pada

lansia. Terdapat masyarakat yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi garam

berlebih. Konsumsi garam digolongkan berlebih berdasarkan hasil wawancara

terhadap anggota keluarga lansia. Anggota keluarga menyediakan makanan

dengan kadar garam yang cukup, akan tetapi lansia berusaha menambahkan

sendiri garam pada makanannya. Informasi lainnya juga diketahui bahwa jeroan

menjadi makanan yang disenangi masyarakat, termasuk lansia. Selain itu, stress

menjadi alasan beberapa lansia mengalami kondisi tekanan darah tinggi. Stress

tersebut dipicu oleh masalah ekonomi dan masalah keluarga. Kebiasaan

merokok dan minum kopi khususnya pada kaum laki-laki juga ditemukan cukup

tinggi di Padukuhan Nglaban. Pra lansia khususnya kaum wanita merasa masih

kurang dalam beraktivitas fisik yang dilihat dari adanya keinginan mereka untuk

kegiatan olahraga seperti senam di Padukuhan Nglaban.

Berdasarkan hasil tersebut maka diperlukan perencanaan program untuk

mengurangi angka kejadian hipertensi bagi lansia di padukuhan Nglaban melalui

perubahan pola makan dan peningkatan partisipasi dalam kegiatan posyandu

lansia. Program pencegahan hipertensi melalui perubahan pola makan dan

peningkatan partisipasi dalam kegiatan posyandu lansia dapat dilakukan melalui

kegiatan peningkatan kapasitas kader dalam mengembangkan posyandu lansia,

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran lansia tentang hipertensi dan pola

makan sehat, serta peningkatan partisipasi lansia dalam mengikuti kegiatan

posyandu lansia.

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu bagaimana pengaruh kegiatan pelatihan kader dan studi banding

terhadap peningkatkan kesadaran tentang pola makan sehat dan meningkatkan

partisipasi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia guna mencegah

terjadinya hipertensi di Padukuhan Nglaban.

.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mencegah penyakit hipertensi melalui perubahan pola makan dan

peningkatan partisipasi dalam kegiatan posyandu lansia.

2. Tujuan Khusus

a) Meningkatkan kapasitas kader posyandu lansia dalam mengembangkan

posyandu lansia

b) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran lansia tentang hipertensi dan

pola makan sehat

c) Meningkatkan partisipasi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu

lansia

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi kader posyandu lansia :

- Meningkatkan pengetahuan kader posyandu lansia tentang manajemen

pelaksanaan kegiatan posyandu lansia

- Meningkatkan pengetahuan kader posyandu lansia dalam melakukan KIE

- Meningkatkan pengetahuan kader posyandu lansia dalam melakukan

pengukuran tekanan darah

- Meningkatkan keterampilan kader posyandu lansia dalam melakukan

senam lansia

5

- Dapat melakukan kegiatan posyandu lansia secara mandiri dan

berkelanjutan

2. Manfaat bagi masyarakat Padukuhan Nglaban :

- Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran kelompok lanjut usia tentang

hipertensi dan pola makan sehat

- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat posyandu

lansia

- Dapat mengetahui dan melakukan screening dini dalam upaya

pencegahan PTM khususnya hipertensi

3. Manfaat bagi petugas kesehatan di wilayah Ngaglik :

- Mendapatkan data screening dini PTM

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Hipertensi

a) Pengertian hipertensi

Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan

pada arteri. Hipertensi juga disebut dengan tekanan darah tinggi, dimana

tekanan tersebut dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah

sehingga hipertensi ini berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik dan

tekanan diastolik. Tekanan darah orang dewasa normal yaitu 120 mmHg

ketika jantung berdetak (sistolik) dan 80 mmHg pada saat jantung berelaksasi

(diastolik). Ketika tekanan darah sistolik sama dengan atau di atas 140

mmHg dan/atau tekanan darah diastolik sama dengan/atau di atas 90 mm

Hg, maka tekanan darah dianggap tinggi. Semakin tinggi tekanan darah,

semakin tinggi risiko kerusakan pada jantung dan pembuluh darah pada

organ utama seperti otak dan ginjal (WHO, 2013).

Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut lanjut karena sering

ditemukan menjadi faktor utama penyakit jantung koroner. Lebih dari separuh

kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan

serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibagi menjadi dua yaitu :

1) Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg

dan atau tekanan distolik sama atau lebih dari 90 mmHg. Hipertensi ini

biasanya dijumpai pada usia pertengahan.

2) Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg

dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. Hipertensi ini biasanya

dijumpai pada usia di atas 65 tahun ( Nugroho, 2008)

b) Faktor resiko hipertensi

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan hipertensi, baik

faktor yang dapat ubah/ di kontrol maupun faktor yang tidak dapat diubah.

Menurut infodatin (2014) faktor resiko hipertensi diantaranya : umur, umur

yang semakin lanjut makan tekanan darah akan semakin meningkat, jenis

7

kelamin, riwayat keluarga, genetik merpakan faktor resiko yang tidak dapat

diubah/dikontrol, kemudian faktor yang dapat diubah diantaranya kebiasaan

merokok, konsumsi garam yang berlebih, konsumsi lemak jenuh,

penggunaan minyak jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman

beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen.

c) Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi pada hipertensi terbagi menjadi 2 yaitu :

1) Berdasarkan penyebab

- Hipertensi primer/hipertensi Esensial : hipertensi yang penyebabnya tidak

diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya

hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada

sekitar 90% penderita hipertensi

- Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial : hipertensi yang diketahui

penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya

adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan

hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB)

2) Berdasarkan bentuk hipertensi

Berdasarkan bentuk hipertensi terbagi atasn hipertensi diastolik (diastolic

hypertension), Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi),

Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) (Kemenkes RI, 2014).

2. Posyandu Lansia

a) Pengertian posyandu lansia

Posyandu lansia merupakan suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia

di masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan

oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor

pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain,

dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan

preventif. Posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan

pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang

mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia

khususnya lanjut usia (Depkes 2001).

8

b) Manfaat dan tujuan posyandu lansia

Manfaat posyandu lansia menurut Depkes RI (2006) adalah :

1) Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar

2) Kesehatan rekreasi tetap terpelihara

3) Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang

Sedangkan tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar adalah :

1) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat

sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan

lansia

2) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan

swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi

antara masyarakat usia lanjut.

c) Sasaran posyandu lansia

Sasaran kegiatan posyandu lansia yaitu :

1) Sasaran langsung, yang meliputi pra lanjut usia (45-59 tahun), usia lanjut

(60-69 tahun), usia lanjut risiko tinggi (>70 tahun atau 60 tahun atau lebih

dengan masalah kesehatan.

2) Sasaran tidak langsung, yang meliputi keluarga dimana usia lanjut

berada, masyarakat di lingkungan usia lanjut, organisasi sosial yang

peduli terhadap pembinaan kesehatan usia lanjut, petugas kesehatan

yang melayani kesehatan usia lanjut, petugas lain yang menangani

Kelompok Usia Lanjut dan masyarakat luas (Effendy, 2000).

d) Mekanisme pelayanan posyandu lansia

Penyelengaraan posyandu lansia dilakukan dengan sistem 5 meja

meliputi :

1) Meja 1 tempat pendaftaran

2) Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran

dan pencatatan tinggi badan serta penghitungan index massa tubuh

(IMT)

9

3) Meja 3 tempat melakukan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan

sederhana (tekanan darah, gula darah, Hb dan pemberian vitamin, dan

lain - lain)

4) Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi dan

kesejahteraan)

5) Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan sosial

(pemberian makan tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan lain –

lain sesuai kebutuhan) (KomNasLansia, 2010)

3. Kader

a) Pengertian kader

Kader adalah seseorang yang karena kecakapannya atau

kemampuannya diangkat, dipilih atau ditunjuk untuk mengambil peran dalam

kegiatan dan pembinaan Posyandu, dan telah mendapat pelatihan tentang

KB dan Kesehatan (Depkes RI, 2003). Menurut Meilani, Dkk. (2009) Kader

adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk

masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan.

Sehingga seorang kader posyandu harus mau bekerja secara sukarela dan

ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau dan

sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti

kegiatan posyandu.

b) Fungsi dan tugas kader

Tenaga yang atau kader yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu

sebaiknya 8 orang namun bisa kurang dengan konsekuensi bekerja rangkap.

Kepengurusan yang di anjurkan adalah:

1) Ketua Posyandu

Tugas dan Fungsi :

- Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan

posyandu

- Bertanggung jawab terhadap kerjasama dengan semua stake

holder dalam rangka meningkatkan mutu pelaksanaan posyandu

10

2) Sekretaris

Tugas dan Fungsi:

Mencatat semua aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan

serta pengendalian posyandu.

3) Bendahara

Tugas dan Fungsi :

Pencatatan pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan keuangan

posyandu

4) Kader sekitar 5 orang Tugas kader dalam posyandu lanjut usia antara

lain:

- Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada

kegiatan posyandu.

- Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu.

- Melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan posyandu lanjut

usia.

- Melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan para lanjut usia dan mencatatnya dalam

KMS atau buku pencatatan lainnya.

- Membantu petugas dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan

dan pelayanan lainnya.

- Melakukan penyuluhan (kesehatan, gizi, sosial, agama dan karya)

sesuai dengan minatnya (KomNasLansia, 2010)

B. Landasan Teori

Peningkatan kapasitas kader dilakukan dengan berbagai upaya yang

bemuara pada meningkatnya pengetahuan dan skills. Upaya pertama yang

dilakukan adalah melihat sistem sosial kesehatan pada individu atau kelompok

lain. Dalam hal ini diperlukan dukungan dari kelompok lain untuk memberi

informasi dan penguatan motivasi. Glanz et al., (2008) menjelaskan, bahwa

perubahan perilaku dapat juga dipengaruhi oleh social network and social

support to health yaitu adanya jaringan sosial dan dukungan sosial pihak lain

akan berdampak terjadinya perubahan positif terhadap fisik, mental,

11

pengetahuan dan sikapsertasosial kesehatan pada suatu individu dan

kelompok. Setelah mendapatkan dukungan sosial harapannya adalah dilakukan

adopsi kepada individu dan kelompok dalam suatu komunitas. Hal ini dikenal

dengan istilah diffusions of innovations yaitu suatu kelompok mengadopsi

model sosial kesehatan dari kebijakan publik, undang-undang atau pihak lain

yang diinegrasikan dalam organisasi dan sistem sosial kesehatannya. Upaya ini

juga memerlukan inovasi, modifikasi dan pengembangan pada berbagai

komponen agar berhasil dan bisa diterima sasaran.

Upaya peningkatan kapasitas kader lainnya adalah meningkatkan

keterampilan dalam bentuk kegiatan bimbingan teknis dan pelatihan. Kegiatan

ini diyakini dapat menciptakan peningkatan keterampilan yang dimulai dari

perubahan perilaku. Pada tahun 1960, Bandura mengembangkan Social

Cognitive Theory (SCT) yang banyak diaplikasikan para promotor kesehatan

masyarakat. Dalam SCT menjelaskan bahwa proses interaksi manusia dan

lingkungan merupakan faktor determinan yang mendorong terjadinya

perubahan perilaku perubahan sikap dan peningkatan pengetahuan, selain itu

juga dipengaruhi oleh kepercayaan, persepsi diri, orientasi dan tujuan. Faktor

lingkungan yang dimaksud dapat mempengaruhi perilaku adalah situasi,

kemampuan untuk mencapai target, ekspektasi terhadap perubahan perilaku,

kontrol diri, pembelajaran, self efficacy dan koping emosional yang efektif.

Dalam hal faktor lingkungna, self efficacy berperan paling efektif dalam

melakukan perubahan perilaku (Fertman & Allensworth 2010a).

WHO mendefinisikan peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku

dalam istilah Health Education, yaitu sebuah kombinasi pengalaman belajar

yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan dan membantu individu dan

kelompok mengembangkan sosial kesehatannya. Dari konsep Health Education

dengan sasaran individu dan kelompok berkembang menjadi konsep Public

Health dengan sasaran kelompok masyarakat yang lebih luas. Esensinya

adalah masyarakat yang sadar dan secara mandiri menciptakan lingkungan

tempat tinggal, lingkungan kerja dan lingkungan sosial yang berbasis

pada“culture health”(Snelling 2014).

12

C. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka teori Social Cognitive Theory Sumber : Fertman dan Allensworth (2010), dalam Bandura (1986).

Perilaku

(1). Harapan personal; (2). Kepercayaan;

(3). Persepsi; (4). Tujuan; (5). Niat.

Lingkungan

(1). Ekspektasi masyarakat; (2). Kepercayaan;

(3). Skill dan Kognitif; (4). Prasarana.

Personal

(1). Lingkungan;

(2).Keterampilan;

(3). Self efficacy

13

D. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

Variabel pengaruh

Variabel terpengaruh 1 dan 2

Confounding factors

Pelatihan kader dan studi banding

1. Peningkatan kapasitas kader

2. Pengetahuan kader tentang

pelaksanaan kegiatan posyandu

lansia

Usia Tingkat Pendidikan Riwayat Pelatihan

Lama menjadi kader Lingkungan

Pengembangan kegiatan posyandu :

a. Senam

b. Bimbingan dan penyuluhan

c. Home visit

d. KPL (Ketuk pintu lansia)

Peningkatan partisipasi lansia dalam

kegiatan posyandu

Variabel terpengaruh 3

14

E. Hipotesis

Berdasarkan permasalah, landasan teori dan kerangka konsep yang telah

dijelaskan, ditetapkan beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh kegiatan studi banding dan pelatihan terhadap

peningkatan kapasitas kader dalam mengembangkan posyandu lansia

2. Terdapat pengaruh bimbingan dan penyuluhan terhadap peningkatan

pengetahuan dan kesadaran lansia tentang hipertensi dan pola makan sehat

3. Terdapat pengaruh kegiatan Ketuk Pintu Lansia (KPL), pemasangan media,

dan home visit terhadap peningkatan partisipasi lansia dalam kegiatan

posyandu lansia

F. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana efektivitas kegiatan studi banding dan pelatihan terhadap

peningkatan kapasitas kader dalam mengembangkan kegiatan posyandu

lansia?

2. Bagaimana efektivitas bimbingan dan penyuluhan terhadap peningkatan

pengetahuan dan kesadaran lansia tentang hipertensi dan pola makan

sehat?

3. Bagaimana efektivitas kegiatan Ketuk Pintu Lansia (KPL), pemasangan

media, dan home visit terhadap peningkatan partisipasi lansia dalam kegiatan

posyandu lansia?

15

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian Kuantitatif

Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan peneilitian melalui

pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian pra-eksperimen (pre-experimental

design). Rancangan pre-experimental yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

atas one-group pre-test post-test design dan one-shot case study. One-group

pre-test post-test design mencakup stau kelompok yang diobservasi pada tahap

pre-test yang kemudian dilanjutkan dengan treatement/intervensi dan post-test.

Rancangan ini digunakan untuk kegiatan studi banding dengan model rancangan

sebagai berikut :

O1 _____________ X _____________ O2

Pre-test Intervensi Post-test

Keterangan :

O1 : Pre-test yang dilakukan sebelum pelaksanaan studi banding untuk

mengetahui pengetahuan kader tentang manajemen posyandu lansia

X : Intervensi atau treatment berupa studi banding dengan melakukan

observasi dan diskusi terhadap posyandu lansia yang sudah berjalan

dengan baik

O2 : Post-test yang dilakukan sesudah pelaksanaan studi banding untuk

mengetahui pengetahuan kader tentang manajemen posyandu lansia

Sedangkan rancangan one-shot case study melibatkan satu kelompok dalam

treatment atau intervensi yang kemudian dilanjutkan dengan observasi atau

pengukuran. Rancangan penelitian kuantitatif akan digunakan dalam kegiatan

peningkatan kapasitas kader melalui studi banding, pelatihan KIE, pelatihan

pengukuran tekanan darah, dan pelatihan senam lansia. Model rancangan

tersebut :

X ____________________O

Intervensi Pengukuran/Observasi

16

Keterangan :

X : Intervensi atau treatment berupa pelatihan KIE, pelatihan pengukuran

tekanan darah, dan pelatihan senam lansia

O : Test berupa pengukuran/observasi yang dilakukan setelah dilakukannya

pelatihan untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan kader dalam

melakukan KIE, pengukuran tekanan darah, dan senam lansia

Rancangan penelitian kuantitatif juga digunakan untuk mendeskripsikan secara

kuantitatif (angka) tingkat partisipasi lansia pada kegiatan posyandu lansia

setelah dilakukannya kegiatan Ketuk Pintu Lansia (KPL), pemasangan media,

dan home visit.

B. Rancangan Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif dilakukan untuk memberikan gambaran

keefektivitasan kegiatan bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan kepada

lansia melalui wawancara. Penelitian kualitatif juga dilakukan untuk memberikan

penegasan terhadap hasil penelitian kualitatif sehingga diperoleh hasil yang

memberikan gambaran sesungguhnya tentang program yang sudah dilakukan.

Penelitian kualitatif dilakukan melalui observasi selama jalannya kegiatan dan

wawancara mendalam.

C. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Padukuhan Nglaban, Desa Sinduharjo, Kecamatan

Ngaglik, Sleman, dengan pertimbangan :

a. Posyandu lansia baru terbentuk

b. Kader aktif hanya 1 orang

c. Belum ada pelatihan bagi kader dalam menjalankan dan

mengembangkan posyandu lansia

17

2. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua kader dan masyarakat lanjut usia

di Padukuhan Nglaban dengan kriteria inklusi yaitu :

a. Anggota kader di masing-masing RT dan RW

b. Kelompok lansia dengan usia >60 tahun

3. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah :

a. Sampel penelitian kuantitatif

Sampel pada penelitian ini adalah semua kader yang ada di Padukuhan

Nglaban. Jumlah kader yang ada di Padukuhan Nglaban adalah

sebanyak 11 orang. Semua kader akan menjadi sampel dalam penelitian.

b. Sampel penelitian kualitatif

Sampel dalam rancangan kualitatif adalah :

1) Kelompok lanjut usia

2) Kader posyandu lansia

3) Kepala Padukuhan Nglaban

D. Review dan Adjustment Program

1. Review

Peninjauan kembali kondisi lapangan di Padukuhan Nglaban, Desa

Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman telah dilakukan. Adapun hasilnya

adalah :

a. Kader sudah siap menerima intervensi

Telah dilakukan pertemuan kembali dengan kader posyandu lansia di

Padukuhan Nglaban. Kader telah memahami rencana intervensi yang

akan dilakukan dan siap untuk menerima intervensi yang akan dilakukan.

b. Media sudah diuji coba

Media intervensi yang akan dilakukan berupa leaflet, flipchart, kalender,

stiker, dan spanduk telah diujicobakan dan diperlihatkan kepada kader.

Media dirasa sudah cukup menarik dari segi warna, gambar, dan isi

18

pesan. Namun, pada media kalender yang berjumlah 12 halaman dirasa

kurang sesuai karena harus repot untuk membolak-balik kalender setiap

bulannya.

c. Penetapan waktu pelaksanaan intervensi

Berdasarkan hasil pertemuan dengan narasumber, kegiatan studi

banding akan dilaksanakan pada 18 September 2017 di Posyandu Lansia

Kuningan. Jadwal ini menyesuaikan dengan kegiatan posyandu lansia

narasumber. Sedangkan untuk kegiatan lainnya, dilaksanakan pada hari

Sabtu di bulan Oktober 2017 Hari Sabtu dipilih karena beberapa kader

harus bekerja di hari Senin-Jumat hingga siang hari. Sementara kegiatan

intervensi membutuhkan waktu seharian untuk pelaksanaannya. Selain

itu, hingga akhir September 2017, beberapa kader masih memiliki

kegiatan di hari Sabtu.

d. Merubah konsep kegiatan Ketuk Pintu Lansia (KPL)

Kegiatan KPL pada awalnya merupakan kegiatan mengunjungi rumah-

rumah lansia (door to door) yang akan dilakukan oleh fasilitator dan

didampingi oleh kader. Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan

kegiatan posyandu lansia kepada lansia dan keluarga lansia. Kegiatan

KPL juga sekaligus mendata ulang lansia yang ada di Padukuhan

Nglaban dan statusnya apakah secara fisik mampu untuk datang ke

posyandu lansia atau harus dilakukan home visit untuk dilakukan

pemeriksaan setiap bulannya. Namun, berdasarkan hasil diskusi dan

kesepakatan dengan kader, konsep awal kegiatan KPL dirumah dimana

pelaksana kegiatan KPL adalah seluruh kader posyandu lansia di

Padukuhan Nglaban, dan fasilitator hanya bertindak sebagai

pendamping. Pada kegiatan KPL juga sekaligus mengundang lansia

secara langsung untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia.

e. Merubah konsep kegiatan home visit

Kegiatan home visit adalah kunjungan yang dilakukan ke rumah lansia

untuk melakukan pengukuran tekanan darah, pemberian PMT, dan

memberikan informasi kesehatan. Konsep kegiatan ini pada awalnya

sama seperti KPL, dimana yang akan melaksanakan kegiatan adalah

fasilitator dan kader sebagai pendamping. Namun, konsep juga berubah

19

sama halnya dengan KPL, dimana pelaksana kegiatan home visit adalah

kader posyandu lansia, dan fasilitator sebagai penamping.

f. Pembentukan group whatsapp sebagai sarana komunikasi

Group whatsapp dibentuk oleh kader posyandu lansia Padukuhan

Nglaban sebagai sarana komunikasi. Meskipun tidak semua kader

menggunakan aplikasi whatsapp pada ponselnya, group ini tetap

dijalankan untuk berbagi informasi seputar kegiatan posyandu.

2. Adjusment

Berdasarkan hasil review maka perlu dilakukan penyesuaian intervens agar

intervens dapat diterima dan berjalan dengan baik. Adapun penyesuaian

yang dilakukan adalah :

a. Pelaksanaan program dapat dilakukan mulai Oktober 2016

Waktu pelaksanaan program disesuaikan dengan kader, sehingga semua

kader dapat berpartisipasi dalam intervensi. Pelatihan kader yakni

pelatihan KIE, pelatihan pengukuran tekanan darah, dan pelatihan senam

lansia akan digabung dan dilaksanakan dalam 1 hari. Hal ini berdasarkan

kesepakatan dengan kader. Kegiatan Ketuk Pintu Lansia (KPL) akan

dilaksanakan 1 hari sebelum pelaksanaan posyandu lansia. Pada hari

yang sama juga akan dilakukan pemasangan media ajakan ke posyandu

lansia berupa spanduk di Padukuhan Nglaban. Kegiatan bimbingan dan

penyuluhan kepada lansia akan dilaksanakan pada kegiatan posyandu

lansi. Sedangkan untuk kegiatan home visit akan dilakukan setelah

kegiatan posyandu lansia setiap bulannya.

b. Perubahan konsep kegiatan Ketuk Pintu Lansia (KPL) dan home visit

Perubahan konsep didasari atas pertimbangan keterlibatan sasaran

dalam program sehingga program dapan berkelanjutan. Kader posyandu

lansia menjadi tokoh utama dalam melaksanakan kegiatan KPL dan

home visit.

c. Perubahan media kalender

Dilakukan perubahan pada media kalender yang disesuaikan dengan

permintaan sasaran. Kalender dibuat dalam 1 lembar kertas ukuran A3+

yang memuat langsung 12 bulan dan pesan kesehatan.

20

E. Pelaksanaan Program

1. Tahap persiapan program

Tahap persiapan sebagai tahapan awal penelitian ini dimulai dengan

sosialisasi kegiatan kepada kepala Padukuhan Nglaban dan kader. Pada

tahap persiapan juga dilakukan pembuatan kuesioner pre-test dan post-test

serta lembar observasi. Pada tahapan ini juga menghubungin narasumber

serta pemilihan waktu yang tepat.

2. Tahap pelaksanaan program

Program terdiri atas beberapa kegiatan yang pelaksanaannya dirinci sebagai

berikut :

a) Peningkatan kapasitas kader melalui studi banding

Pemilihan waktu pelaksanaan studi banding disepakati bersama dengan

narasumber. Posyandu Lansia Kuningan sebagai narasumber bersedia

menerima peserta studi banding dari posyandu lansia Padukuhan

Nglaban pada tanggal 18 September 2017. Pada tanggal tersebut

bertepatan dengan pelaksanaan Posyandu Lansia di Padukuhan

Kuningan yang dimulai pukul 16.00 WIB. Sebelum berangtak menuju

lokasi studi banding, dilakukan pre-test kepada seluruh kader yang

menjadi peserta studi banding. Kegiatan yang dilakukan selama studi

banding adalah observasi kegiatan posyandu lansia di Kuningan dan

diskusi bersama kader posyandu lansia Kuningan setelah kegiatan

posyandu selesai. Setelah kegiatan studi banding selesai dan peserta

kembali ke Padukuhan Nglaban, dilakukan post-test lagi sebelum seluruh

rangkaian kegiatan ditutup.

Setelah pelaksanaan kunjungan ke Posyandu Lansia Kuningan,

dilakukan diskusi dengan sleuruh kader pada tanggal 22 September

2017. Diskusi dimaksudkan untuk melakukan follow-up dari kegiatan studi

banding sudah dilakukan. Diskusi akan membahas struktur organisasi

Posyandu Lansia Padukuhan Nglaban dan merencanakan kegiatan

Posyandu Lansia yang seharusnya berdasarkan hasil pembelajaran.

b) Peningkatan kapasitas kader melalui pelatihan KIE, pelatihan pengukuran

tekanan darah, dan pelatihan senam lansia

21

Kegiatan pelatihan kepada kader dilaksanakan dalam 1 hari, yakni pada

tanggal 7 Oktober 2017. Pelatihan KIE akan mengundang narasumber

untuk menyampaikan materi tentang keterampilan menyuluh. Metode

yang digunakan adalah diskusi dan roleplay. Sebelum dilakukannya

roleplay, peserta mendapatkan materi tentang hipertensi dan pola makan

sehat, yang akan digunakan sebagai materi roleplay dalam melakukan

KIE. Peserta juga dibekali media seperti leaflet dan flipchart. Kegiatan

pelatihan KIE akan ditutup dengan penilaian terhadap kemampuan

peserta dalam melakukan KIE melalui observasi.

Pelatihan pengukuran tekanan darah dimulai dengan pemberian materi

tentang tekanan darah dan cara mengukurnya. Kegiatan dilanjutkan

dengan simulasi dan praktik pengukuran tekanan darah menggunakan

sphygmomanometer. Peserta akan dibagi dalam beberapa kelompok dan

akan didampingi oleh fasilitator dalam melakukan praktik. Kegiatan

pelatihan pengukuran tekanan darah akan ditutup dengan penilaian

terhadap kemampuan peserta dalam melakukan KIE melalui observasi.

Pelatihan senam lansia dimulai dengan penjelasan singkat mengenai

manfaat senam lansia. Selanjutnya peserta akan menonton sebuah

tayangan video senam lansia. Setelah melihat video tersebut, fasilitator

akan memandu peserta untuk mempraktikkan senam lansia. Sebagai

tahap akhir dari kegiatan pelatihan senam lansia, peserta diminta untuk

melakukan senam lansia tanpa dampingan fasilitator. Fasilitator akan

melakukan penilaian terhadap peserta melalui observasi.

c) Bimbingan dan penyuluhan tentang hipertensi dan pola makan sehat

Kegiatan bimbingan dan penyuluhan kepada lansia akan dilakukan pada

pelaksanaan posyandu lansia, yakni pada tanggal 10 Oktober 2017.

Lansia yang hadir diminta berkumpul setelah melakukan kegiatan di

posyandu lansia (pendaftaran, pengukuran, dan pencatatan). Bimbingan

dan penyuluhan direncanakan akan dilakukan oleh kader, sebagai bentuk

aplikasi dari pelatihan yang sudah dilakukan sebelum. Selain

mengaplikasikan pelatihan KIE, kader juga akan melakukan kegiatan

lainnya seperti senam lansia dan bernyanyi bersama agar kegiatan

posyandu semakin menarik.

22

d) Peningkatan partisipasi pada kegiatan posyandu lansia

Kegiatan Ketuk Pintu Lansia (KPL) dilakukan 1 hari sebelum pelaksanaan

posyandu lansia, yakni pada tanggal 9 Oktober 2017. Seluruh rumah

lansia menjadi sasaran kegiatan KPL. Kader dibagi menjadi 4 tim dimana

masing-masing tim akan bertanggung jawab atas 1 RT. Adapun yang

dilakukan pada kegiatan KPL adalah : sosialisasi posyandu lansia kepada

lansia dan keluarga lansia, mendata lansia, mengundang lansia secara

langsung untuk datang pada kegiatan posyandu lansia, dan pemasangan

stiker.

Pemasangan spanduk ajakan mengikuti posyandu lansia dilaksanakan

pada hari yang bersamaan dengan KPL, yakni 1 hari sebelum

pelaksanaan posyandu lansia. Spanduk dipasang di tempat umum,

dengan sasaran seluruh masyarakat di Padukuhan Nglaban. Seluruh

masyarakat diharapkan berpartisipasi untuk mendukung lansia mengikuti

kegiatan posyandu lansia.

Kegiatan home visit dilaksanakan setelah kegiatan posyandu lansia,

yakni pada tanggal 11 Oktober 2017. Home visit dilakukan dengan

mengunjungi lansia-lansia yang tidak dapat bergabung pada kegiatan

posyandu lansia karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan. Data

lansia yang akan dilakukan home visit diperoleh dari hasil KPL.

F. Evaluasi Program

Evaluasi program merupakan serangkaian pengumpulan informasi secara

sistemik mengenai program promosi kesehatan untuk menjawab pertanyaan dan

membuat keputusan terkait program promosi kesehatan (Fertman & Allensworth

2010b). Terdapat dua metode yang digunakan dalam melakukan evaluasi

program promosi kesehatan yaitu dengan pendekatan kuantitatif dan pendekatan

kualitatif. Metode evaluasi kuantitatif digunakan untuk mengukur besarnya skala

perubahan pengetahuan secara rinci. Sedangkan pendekatan kualitatif berfungsi

untuk mengevaluasi dampak dan penyebab dalam kesehatan dan proses

terjadinya suatu persitiwa.

Secara rinci evaluasi program tersaji dalam tabel berikut :

23

Tabel 1. Evaluasi program promosi kesehatan

No Tujuan Kegiatan Metode

evaluasi

Desain

evaluasi

Instrument

evaluasi

1. Meningkatkan

kapasitas

kader

posyandu

lansia

Peningkatan

pengetahuan

kader

posyandu

lansia melalui

studi banding

Kuantitatif - Pre dan post test untuk melihat peningkatan pengetahuan kader mengenai pelaksanaan posyandu lansia

Kuesioner

Peningkatan

kapasitas kader

dalam

melakukan KIE

Kuantitatif Observasi untuk

melihat praktik

selama kegiatan

pelatihan dan

pasca

pelaksanaan

pelatihan

Lembar

observasi

Pelatihan

pengukuran

tekanan darah

Kuantitatif Observasi untuk

melihat

kemampuan

kader melakukan

pemeriksaan

tekanan darah

Lembar

observasi

Pelatihan

senam lansia

untuk kader

Kuantitatif Observasi untuk

melihat

kemampuan

kader melakukan

senam

Lembar

observasi

2. Meningkatkan

pengetahuan

dan kesadaran

tentang pola

makan sehat

dan hipertensi

Bimbingan dan

penyuluhan

tentang

hipertensi dan

pola makan

sehat oleh

kader

Kuantitatif Wawancara

dengan

pertanyaan

tertutup untuk

melihat

peningkatan

pengetahuan

lansia

Lembar

checklist

3. Meningkatkan

partisipasi

lansia dalam

mengikuti

kegiatan

posyandu

lansia

Ketuk pintu

lansia

Kuantitatif Observasi untuk

menilai adanya

perubahan dalam

peningkatan

partisipan

posyandu lansia

Lembar

observasi

24

Pembuatan

media ajakan

ke posyandu

lansia

Kuantitatif Observasi untuk

menilai adanya

perubahan dalam

peningkatan

partisipan

posyandu lansia

Lembar

observasi

Home visit Kuantitatif Observasi untuk

menilai adanya

perubahan dalam

peningkatan

partisipan

posyandu lansia

Lembar

observasi

Metode evaluasi kuantitatif digunakan untuk mengukur peningkatan

ataupun penurunan pengetahuan peserta melalui pre dan post test ataupun

melalui observasi. Hasil dari evaluasi akan tersaji dalam bentuk angka maupun

grafik (Fertman & Allensworth 2010). Evaluasi kuantitatif digunakan dalam

program peningkatan kapasitas kader dalam mengembangkan posyandu lansia

yang mencakup 4 kegiatan, yaitu studi banding, pelatihan KIE, pelatihan

pengukuran tekanan darah, dan pelatihan senam lansia. Evaluasi kuantitatif juga

digunakan untuk melihat peningkatan partisipasi pada kegiatan posyandu lansia

pasca dilakukannya kegiatan KPL, pemasangan media spanduk, dan home visit.

Evaluasi dengan menggunakan metode kualitatif digunakan untuk

mengevaluasi proses berjalannya program. Evaluasi dengan metode ini

bertujuan untuk mengetahui respon terhadap program melalui wawancara dan

observasi. Wawancara dilakukan kepada beberapa kader dan lansia serta

kepala Padukuhan Nglaban.

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian Kuantitatif

a) Peningkatan kapasitas kader dalam mengembangkan posyandu lansia

Evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah menggunakan metode

kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif digunakan untuk pembuktian sebuah

hipotesis yaitu pengaruh intervensi program terhadap peningkatan pengetahuan

para kader mengenai penyakit hipertensi dan penyelenggaraan kegiatan

posyandu lansia. Data kuantitatif juga digunakan untuk mengetahui keterampilan

kader setelah mendapatkan pelatihan terkait KIE, pengukuran tekanan darah,

dan senam. Instrument yang digunakan dalam evaluasi adalah kuesioner tentang

pengetahuan kader tentang penyakit hipertensi dan penyelenggaraan posyandu

lansia serta lembar observasi keterampilan kader dalam melakukan KIE,

pengukuran tekanan darah, dan senam. Responden dalam kegiatan ini

merupakan para kader posyandu lansia padukuhan Nglaban yang berjumlah 11

orang. Setelah data dikumpulkan, data dianalisis menggunakan analisis

kuantitatif. Hasil analisis data nya adalah sebagai berikut :

1. Hasil uji statistik pengetahuan kader mengenai penyakit hipertensi

Hasil pelatihan mengenai peningkatan pengetahuan kader mengenai

penyakit hipertensi diketahui melalui pengukuran pengetahuan kader

sebelum dan sesudah pelatihan menggunakan pretes dan postest. Data

yang didapatkan dilakukan uji normalitas data untuk menentukan uji statistic

yang digunakan. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan

ujiShapiro-Wilkpada Software SPSS. Hasil uji normalitas data pengetahuan

kader tentang penyakit hipertensi dapat dilihat pada tabel2.

Tabel 1. Uji Normalitas Data Pengetahuan Tentang Hipertensi

Jenis Statistic df Sig.

Pre test .952 10 .691

Post test .652 10 .000

26

Berdasarkan data pada tabel 2 diketahui bahwa data pre test

terdistribusi normal (p>0.05) sedangkan data post test tidak terdistribusi

normal (p<0.05). Oleh karena itu uji statistic yang digunakan adalah

Wilcoxon test.

Tabel 3. Hasil uji Wilcoxon pengetahuan kader tentang penyakit hipertensi

post - pre

Z -2.154a

Asymp. Sig. (2-tailed) .031

Tabel 3 menunjukkan hasil uji wilcoxon. Hasil uji wilcoxon

menunjukkan bahwa nilai p yang dihasilkan adalah 0.031 (p<0.05) , artinya

terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pre test dan post test.

2. Hasil uji statistik pengetahuan kader mengenai penyelengaraan posyandu

lansia

Hasil pelatihan mengenai peningkatan pengetahuan kader mengenai

penyelenggaraan kegiatan posyandu lansia diketahui melalui pengukuran

pengetahuan kader sebelum dan sesudah pelatihan menggunakan pretes

dan post test. Hasil uji normalitas data pengetahuan kader tentang

penyelenggaraan kegiatan posyandu lansiadapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Uji Normalitas Data Pengetahuan Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Posyandu Lansia

Jenis Statistic df Sig.

Pre test .958 11 .747

Post test .802 11 .010

Berdasarkan data pada tabel 4 diketahui bahwa data pre testdan post

test terdistribusi normal (p>0.05). Oleh karena itu uji statistic yang digunakan

adalah uji t berpasangan (paired t-test).

Tabel 5. Hasil Uji T Berpasangan

Perlakuan t

df Sig. 2-tailed

27

Studi banding -3.525 10 .005

Tabel 3 menunjukkan hasil uji t berpasangan. Hasil uji wilcoxon

menunjukkan bahwa nilai p yang dihasilkan adalah sebesar 0.005 (p<0.05) ,

artinyaterdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pre test dan post test.

3. Hasil uji statistik keterampilan kader

Hasil pelatihan mengenai keterampilan kader dalam melakukan KIE,

pengukuran tekanan darah dan senam lansia diketahui melalui pengukuran

keterampilanpasca pemberian pengetahuan tentang KIE, pengukuran

tekanan darah, dan senam. Hasil uji normalitas data pengetahuan kader

tentang penyelenggaraan kegiatan posyandu lansia dapat dilihat pada tabel

6.

Tabel 6. Uji Normalitas Data Pengetahuan Tentang keterampilan kader

Jenis Statistic df Sig.

Keterampilan KIE .824 8 .051

Keterampilan pengukuran tekanan darah

.957 9 .764

Keterampilan senam lansia .512 11 .000

Berdasarkan data pada tabel 6 diketahui bahwa data keterampilan

KIE dan pengukuran tekanan darah terdistribusi normal (p>0.05), sementara

data keterampilan senam lansia tidak terdistribusi normal (p<0.05). Setelah

dilakukan uji normalitas data, selanjutnya dilakukan uji statistikone sample t-

test pada data keterampilan KIE dan keterampilan pengukuran tekanan

darah dan uji one sample Kolmogorov smirnov pada data keterampilan

senam lansia sebagai uji non parametrik dari uji one sample t-test.

Tabel 7. Hasil Uji One Sample t-test

Data mean t

df Sig. 2-tailed

Keterampilan KIE 5.8750 7.445 7 .000

Keterampilan pengukuran tekanan darah

21.7778 28.666 8 .000

28

Tabel 8. Hasil Uji One sample Kolmogorov smirnov

Data n mean Kolmogorov-

Smirnov Z Asymp. Sig.

(2-tailed)

Keterampilan senam lansia 11 19.5455 1.618 .011

Berdasarkan data pada tabel 7 diketahui bahwa nilai p keterampilan

KIE dan keterampilan pengukuran tekanan darah 0.000 (p<0.05), artinya

terdapat perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata keterampilan KIE dan

pengukuran tekanan darah. Berdasarkan data pada tabel 8 diketahui bahwa

hasil uji one sample Kolmogorov smirnov menunjukkan nilai p = 0.011

(p<0.05), artinya terdapat perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata

keterampilan kader dalam melakukan senam lansia. Hasil penilaian

berdasarkan indikator keberhasilan program yang telah ditetapkanadalah

sebagai berikut :

a. Keterampilan KIE

Indikator yang ditetapkan untuk kader adalah kader mendapatkan 75%

keterampilan KIE. Akan tetapi hasil penilaian menunjukkan bahwa

hanya sebesar 18,18% kader yang memiliki keterampilan KIE diatas

75%.

b. Keterampilan pengukuran tekanan darah

Indikator yang ditetapkan untuk kader adalah kader mendapatkan 75%

keterampilan pengukuran tekanan darah. Akan tetapi hasil penilaian

menunjukkan bahwa hanya sebesar 27,27% kader yang memiliki

keterampilan pengukuran tekanan darah diatas 75%.

c. Keterampilan senam lansia

Indikator yang ditetapkan untuk kader adalah kader mendapatkan 75%

keterampilan senam lansia. Hasil penilaian menunjukkan bahwa

sebesar 81,81% kader memiliki 75% keterampilan dalam malakukan

senam lansia.

b) Bimbingan dan penyuluhan tentang hipertensi dan pola makan sehat

Bimbingan dan penyuluhan dilakukan kepada lansia pada hari yang

bersamaan dengan pelaksanaan posyandu lansia. Bimbingan dan

penyuluhan dilakukan dalam kelompok besar dan materi disampaikan oleh

29

fasilitator. Pelaksanaan posyandu lansia yang berbarengan dengan

posyandu balita membuat suasana kurang kondusif dan kurangnya tenaga

kader untuk menyampaikan materi. Kegiatan bimbingan dan penyuluhan

dapat berjalan dengan baik, namun evaluasi tidak dapat dilakukan karena

keterbatasan dalam hal waktu dan sdm.

c) Peningkatan partisipasi lansia dalam kegiatan posyandu lansia

Untuk meningkatkan partisipasi lansia dalam kegiatan posyandu lansia,

terdapat 3 kegiatan yang dilakukan, yakni : Ketuk Pintu Lansia (KPL),

pemasangan media spandu, dan home visit.

Kegiatan ketuk pintu lansia dilakukan dengan metode door to door dilakukan

dengan mengunjungi seluruh rumah lansia yang terbagi di 4 RT di

Padukuhan Nglaban. Jumlah lansia berumur diatas 60 tahun yang terdata

sebanyak 70 orang, dimana 4 diantaranya ditetapkan sebagai sasaran home

visit. Kegiatan yang dilakukan pada KPL selain pendataan adalah sosialisasi

kegiatan poyandu lansia kepada lansia dan keluarga lansia serta

mengundang lansia secara langsung untuk hadir dalam kegiatan posyandu

lansia

Media spanduk ajakan mengikuti kegiatan posyandu lansia dipasang di

depan rumah Kepala Dukuh Nglaban, yang merupakan lokasi pelaksanaan

posyandu lansia.

Kegiatan ini berdampak pada peningkatan partisipasi lansia dalam mengikuti

kegiatan posyandu lansia pasca intervensi. Jumlah lansia yang mengikuti

posyandu lansia meningkat secara drastis dibandingan posyandu lansia

sebelumnya. Peningkatan jumlah lansia dapat dilihat dalam laporan bulanan

posyandu lansia pada tabel berikut :

Tabel 9. Rekapitulasi kehadiran lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia

Bulan/Tahun Jumlah Lansia Keterangan

Desember 2016 16 orang

Januari 2017 12 orang

Februari 2017 16 orang

Maret 2017 14 orang

30

April 2017 16 orang

Mei 2017 - Kegiatan posyandu

tidak dilakukan karena keterbatasan sdm

Juni 2017 10 orang

Juli 2017 15 orang

Agustus 2017 15 orang

September 2017 20 orang

Oktober 2017 50 orang Pasca intervensi

Home visit dilakukan 1 hari setelah pelaksanaan posyandu lansia, yakni pada

tanggal 11 Oktober 2017. Home visit dilakukan kepada 4 lansia yang menjadi

sasaran yang telah ditetapkan pada kegiatan KPL. Seluruh sasaran home

visit berhasil ditemui dan berpartisipasi pada kegiatan. Sehingga jumlah

peserta posyandu lansia pada bulan Oktober 2017 setelah dilakukannya

home visit menjadi 54 orang.

2. Hasil Penelitian Kualitatif

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap peserta selama

mengikuti kegiatan pelatihan dan studi banding tampak peserta sangat antusias

dalam mengikuti kegiatan tersebut. Pada saat kegiatan studi banding, tampak

peserta hadir tepat waktu dan jumlah peserta melebihi dari rencana awal. Hal ini

menunjukkan adanya ketertarikan dari para peserta untuk mengikuti kegiatan

studi banding. Pada saat sesi observasi kegiatan posyandu lansia tujuan

berlangsung, tampak peserta memperhatikan dengan saksama bagaimana

jalannya kegiatan posyandu lansia. Pada saat sesi tanya jawab berlangsung

tampak peserta aktif mengajukan berbagai pertanyaan ataupun tanggapan

kepada narasumber. Kegiatan ini diakhiri dengan pembuatan Whats App Group

sebagai sarana komunikasi kader.

Pada pertemuan kedua dilakukan kegiatan pelatihan kader meliputi

pemberian pengetahuan tentang penyakit hipertensi, pelatihan keterampilan

menyuluh, keterampilan penggunaan alat cek tekanan darah, dan keterampilan

membimbing senam lansia. Pada kegiatan ini tampak peserta memiliki rasa ingin

tahu yang tinggi terhadap materi yang diberikan. Hal ini terlihat dari keaktifan

peserta dalam mengajukan pertanyaan ataupun tanggapan terhadap

31

narasumber.Para peserta sebagian besar mengikuti pelatihan sampai sesi

terakhir kecuali 2 orang izin hanya mengikuti sebagian sesi karena alasan

keluarga. Observasi dilakukan untuk melihat kemampuan kader melaksanakan

kegiatan posyandu lansia (role play) sesuai dengan hasil diskusi bersama kader

dan fasilitator, yaitu sementara menggunakan sistem 3 meja (meja pendaftaran,

meja pengukuran, dan meja pencatatan). Seluruh peserta ikut terlibat selama

pelaksanaan berlangsung. Tidak seluruh peserta mempunyai kemampuan yang

sama dalam melaksanakan tugas masing-masing. Tugas dibagi berdasarkan

hasil diskusi bersama. Melalui observasi, penggunaan alat cek tekanan darah

(sphygmomanometer aneroid dan stetoskop serta sphygmomanometer digital)

merupakan bagian yang paling sulit dan membutuhkan waktu yang lama untuk

dilakukan.

Pada pertemuan ketiga, observasi kembali dilakukan pada saat

pelaksanaan kegiatan posyandu lansia. Berdasarkan hasil observasi, dikatahui

bahwa antusiasme lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia meningkat.

Pada saat kegiatan tersebut, tampak kader mengalami kesulitan untuk membagi

perhatian karena kegiatan posyandu lansia dilaksanakan bersamaan dengan

kegiatan posyandu balita. Kegiatan pengukuran (pengukuran tekanan darah,

berat badan, dan lingkar perut) mengalami kendala yang cukup berarti. Hal ini

disebabkan karena 1 orang kader yang bertugas mengukur tekanan darah tidak

dapat hadir. Hal ini membuat kegiatan pengukuran tekanan darah menjadi lama

karena hanya 1 orang yang bertugas dari 2 orang yang direncanakan

sebelumnya. Kendala teknis juga terjadi akibat alat pengukur tekanan darah

digital terkadang mengalami kondisi error. Hal tersebut membuat waktu

pengukuran tekanan darah menjadi semakin lama. Adanya kegiatan studi

banding turut berdampak pada kegiatan posyandu lansia, yaitu meja pencatatan

menjadi lebih teratur dengan adanya lembar monitor kesehatan lansia yang

digunakan untuk mencatat hasil pengukuran lansia setiap bulan secara

individual. Lembar ini digunakan sebagai pendamping KMS lansia.

Evaluasi selanjutnya dilakukan melalui wawancara terhadap kepala

dukuh Nglaban, kader posyandu lansia, dan perwakilan lansia dukuh Nglaban.

Kepala dukuh sangat mendukung program posyandu Lansia yang baru saja

dirintis dan mulai dikembangkan. Kepala dukuh Nglaban menyambut baik

32

kehadiran mahasiswa yang melakukan intervensi di Padukuhan Nglaban, karena

dapat membantu para kader posyandu lansia sehingga posyandu lansia menjadi

lebih aktif. Pelatihan yang dilakukan kepada kader diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan kader sehingga posyandu lansia dapat terus berjalan

dengan mandiri. Pelatihan juga membuan kader lebih semangat dan kompak

dalam menjalankan perannya sebagai kader. Beberapa kader yang berhasil

diwawancara terkait pelaksanaan program menyatakan senang karena bisa

meningkatkan pengetahuan dalam menjalankan kegiatan posyandu. Kader juga

merasa lebih berani percaya diri untuk melakukan KIE, pengukuran tekanan

darah, dan senam lansia pasca dilakukannya pelatihan. Beberapa kader juga

merasa kegiatan intervensi KPL sangat menarik karena kader dapat mengenal

lebih banyak lansia di lingkungannya. Bahkan, pada kegiatan home visit, lansia

sasarna kegiatan sudah menunggu kedatangan kader dirumahnya. Kader

menyatakan bahwa kegiatan KPL akan terus dilanjutkan kepada lansia yang

belum hadir dalam kegiatan posyandu lansia. Kegiatan KPL dan home visit

membuat lansia merasa lebih diperhatikan. Hal ini berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan kepada beberapa lansia di Padukuhan Nglaban. Kunjungan yang

dilakukan kepada lansia membuat lansia merasa tergerak untuk datang pada

kegiatan posyandu lansia. Lansia merasa senang karena dapat berkumpul

dengan banyak teman di posyandu lansia, bernyanyi bersama, dan melakukan

gerakan-gerakan senam. Kegiatan-kegiatan ini menarik minat lansia untuk

mengikuti kegiatan posyandu lansia. Lansia bahkan meminta untuk gerakan

senam dengan berdiri pada kegiatan posyandu lansia berikutnya.

B. Pembahasan

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) lansia merupakan suatu wadah

pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) untuk melayani

penduduk lansia, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh

masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor

pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain

(Kementerian Kesehatan RI 2016). Kegiatan posyandu lansia menitik beratkan

pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Di samping pelayanan

33

kesehatan, posyandu lansia juga memberikan pelayanan sosial, agama,

pendidikan, keterampilan, olahraga, seni budaya, dan pelayanan lainnya yang

dibutuhkan oleh lansia. Bentuk pelayanan tersebut bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup lansia.

Posyandu lansia yang baru terbentuk di Padukuhan Nglaban belum

mampu memaksimalkan fungsinya. Untuk mengembangkan kegiatan posyandu

lansia, kader perlu dibekali pengetahuan dalam memanajemen posyandu lansia

dan pelatihan-pelatihan sehingga posyandu lansia dapat berjalan dengan

mandiri. Lansia, sebagai sasaran kegiatan posyandu juga harus mengenal fungsi

posyandu lansia sehingga dapat memanfaatkannya.

1. Gambaran kapasitas kader

Kader merupakan bagian dari suatu komunitas yang memiliki peran penting

dalam upaya peningkatan kapasitas masyarakatnya, secara khusus dalam

peningkatan kualitas kesehatan masyatakat (Berthold et al. 2009). Kader

posyandu lansia dipilih atau ditunjuk untuk berperan dalam kegiatan dan

pembinaan posyandu lansia.

Hasil pelatihan mengenai peningkatan pengetahuan kader dalam

menyelenggarakan kegiatan posyandu lansia melalui studi banding

menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang signifikan setelah

dilakukannya studi banding. Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai

pre-test dan post-test. Peningkatan pengetahuan kader mencakup sasaran

kegiatan posyandu lansia, sistem 3 meja yang terdiri dari pendaftaran,

pengukuran dan pencatatan, serta sistem 5 meja dengan penambahan

penyuluhan dan pemeriksaan medis, serta kegiatan tindak lanjut posyandu

lansia berupa kunjungan rumah. Setelah mengikuti studi banding, diskusi

kader menghasilkan :

- Struktur organisasi posyandu lansia Nglaban

- Melaksanakan sistem 3 meja : pendaftaran, pengukuran, dan pencatatan

- Menentukan penanggung jawab tiap meja

- Mengadopsi kartu biru untuk melengkapi pencatatan data lansia

- Mengadakan kegiatan senam lansia dan bernyanyi pada kegiatan

posyandu lansia

34

Pelatihan juga dilakukan untuk meningkatkan keterampilan kader dalam hal

KIE, pengukuran tekanan darah, dan senam lansia. Hasil menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata keterampilan

KIE, pengukuran tekanan darah, dan senam lansia. Hal ini disebabkan oleh

perbedaan latar belakang kader seperti pendidikan dan usia. Indikator yang

ditetapkan dalam keterampilan KIE, pengukuran tekanan darah, dan senam

lansia adalah 75%. Pada keterampilan KIE, hanya 18,18% kader yang

mencapai target. Sedangkan pada pengukuran tekanan darah sebanyak

27,27% dan senam lansia sebesar 81,81%. Meskipun tergolong kecil, dapat

dipilih kader dengan keterampilan yang mencapai indikator sebagai

penanggungjawab KIE dan pengukuran tekanan darah di kegiatan posyandu

lansia. Demikian halnya dengan senam lansia, kader dengan keterampilan

senam lansia yang mencapai indikator akan menjadi penanggung jawab

kegiatan senam di posyandu lansia.

Pelatihan yang dilakukan meningkatkan rasa percaya diri dan membuat

kader lebih berani untuk melakukan KIE, pengukuran tekanan darah, dan

senam lansia. Hal ini menjadi modal yang baik bagi kader untuk dapat

menjalankan posyandu lansia secara mandiri.

Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,

dijelaskan bahwa pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang

memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakaan hidup, dan sikap

untuk mengembangkan diri, mengembangkan profsi, bekerja, maupun usaha

mandiri. Pelatihan bagi kader kesehatan masyarakat dapat memberikan

kesempatan untuk belajar berbagai hal yang dapat meningkatkan kualitas

pelayanan (Wirapuspita R. 2013).

2. Gambaran pengetahuan dan sikap lansia

Bimbingan dan penyuluhan tentang hipertensi dan pola makan sehat

dilakukan kepada lansia pada kegiatan posyandu lansia. Kegiatan tersebut

dilakukan dengan menggunakan bantuan media flipchart. Seluruh lansia

antusias untuk mendengarkan materi. Hal ini ditunjukkan dari upaya lansia

untuk mendengarkan setiap materi dan merespon fasilitator saat memberikan

pertanyaan. Namun, perubahan pengetahuan lansia tidak dapat dilihat

35

karena terdapat kendala dalam melakukan evaluasi. Kegiatan posyandu

lansia yang dimulai pada sore hari membuat waktu pemberian bimbingan dan

penyuluhan juga semakin sore karena harus menunggu kegiatan posyandu

selesai. Selain itu, pelaksanaan posyandu lansia yang berbarengan dengan

posyandu balita membuat fasilitator turut berperan membantu kader dalam

melakukan pengukuran. Evaluasi tidak dapat dilakukan karena kekurangan

sdm.

3. Gambaran partisipasi lansia

Hasil menunjukkan terjadi peningkatan yang signifikan pada partisipasi lansia

dalam kegiatan posyandu lansia. Sebanyak 77% atau 54 orang lansia ikut

serta dalam kegiatan posyandu lansia, termasuk 4 orang yang dilakukan

home visit. Kegiatan Ketuk Pintu Lansia (KPL) yang mensosialisasikan

kegiatan posyandu lansia membuat semakin banyak lansia yang tau dan mau

berpartisipasi. Selain itu, lansia merasa senang dikunjungi oleh kader dalam

kegiatan KPL karena merasa diperhatikan.

Peningkatan partisipasi lansia tidak hanya dilihat dari peningkatan jumlah

lansia yang datang ke posyandu lansia. Hasil wawancara juga menunjukkan

bahwa lansia senang dengan kegiatan-kegiatan yang ada di posyandu lansia.

Di posyandu lansia, lansia merasa senang dapat berkumpul dan mendapat

banyak teman, bernyanyi, dan melakukan senam. Selain itu, lansia juga

senang karena di posyandu dilakukan pemeriksaan kesehatan berupa

pengukuran tekanan darah. Pengukuran tekanan darah sebelumnya harus

bergantung pada puskesmas dan anak salah seorang kader yang berprofesi

sebagai perawat. Sejak anak kader yang biasa melakukan pengukuran

tekanan darah harus bekerja di luar kota, pengukuran tekanan darah tidak

pernah dilakukan lagi. Pengukuran tekanan darah mulai diaktifkan dan

dilakukan secara mandiri oleh kader sebagai wujud aplikasi dari pelatihan

kader. Adanya pengukuran tekanan darah menjadi salah satu daya tarik bagi

lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia.

36

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Studi banding dan pelatihan kader dalam hal melakukan KIE, pengukuran

tekanan darah, dan senam lansia dapat meningkatkan kapasitas kader yang

bisa digunakan dalam mengembangkan kegiatan posyandu lansia

2. Kegiatan posyandu lansia yang dikemas dengan baik menjadi daya tarik

tersendiri bagi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia.

3. Ketuk Pintu Lansia (KPL), home visit, dan pemasangan media spanduk dapat

meningkatkan partisipasi lansia dalam kegiatan posyandu lansia.

B. Saran

1. Puskesmas Ngaglik I perlu melakukan pendampingan dan evaluasi secara

berkala terhadap kader dalam melaksanakan kegiatan posyandu lansia

2. Kepala desa perlu menganggarkan dana untuk kegiatan posyandu lansia

3. Kader posyandu lansia perlu mengemas kegiatan posyandu lansia setiap

bulannya agar partisipasi lansia dalam mengikuti kegiatan terus meningkat

37

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013, pp.1–384.

Berthold, T., Miller, J. & Esparza, A.A., 2009. Fondation For Community Health Workers, United States of America: Jossey-Bass.

Depkes RI, 2001. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta.

Depkes RI, 2003. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta

Depkes RI, 2005. Pedoman Pelatihan Kader Kelompok Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan. Jakarta : Direktorat Kesehatan Keluarga.

Depkes RI, 2006. Pedoman pelatihan kader kelompok usia lanjut bagi petugaskesehatan. Jakarta: Direktorat kesehatan keluarga.

Effendy N, 2000. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Fertman, C.I. & Allensworth, D.D., 2010b. Health Promotion Programs : From Theory to Practice D. D. Allensworth, ed., San Francisco, USA: Jossey-Bass.

Glanz, K., Rimer, B.K. & Vismanath, K., 2008. Health Behavior and Health Education Theory, Reserach and Practice Fourth Edition, San Francisco.

Kemenkes, RI. ( 2014). INFODATIN. Pusat data dan Informasi Kementrian kesehatan RI. HIPERTENSI. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI, 2016. SITUASI LANJUT USIA (LANSIA) di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, pp.1–12.

Komisi Nasional Lanjut Usia.Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta: Komnas Nasional Lanjut Usia; 2010.

Meilani, Niken dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya.

Nugroho, W. (2008) Perawatan Usia Lanjut, Jakarta: EGC.

Snelling, A., 2014. Introduction To Health Promotion, San Francisco: Jossey-Bass.

Tambayong, J. dr., 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan I. M. Ester, ed., Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wirapuspita, R. 2013. Insentif dan Kinerja Kader Posyandu. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

WHO, 2013. A Global Brief on Hypertension, Switzerland.

38

LAMPIRAN

39

Lampiran 1. Hasil uji statistik

A. Uji statistic peningkatan pengetahuan tentang hipertensi

1. Hasil uji normalitas data

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pre .174 10 .200* .952 10 .691

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

post .427 10 .000 .652 10 .000

a. Lilliefors Significance Correction

2. Hasil uji wilcoxon test

Test Statisticsb

post - pre

Z -2.154a

Asymp. Sig. (2-tailed) .031

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

40

B. Uji statistic peningkatan pengetahuan tentang posyandu lansia

1. Hasil uji normalitas data

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pre_SB .137 11 .200* .958 11 .747

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

post_SB .288 11 .011 .802 11 .010

a. Lilliefors Significance Correction

2. Hasil uji t berpasangan

3. Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre_SB 4.9091 11 1.92117 .57926

post_SB 6.3636 11 1.62928 .49125

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre_SB & post_SB 11 .714 .013

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre_SB - post_SB

-1.45455 1.36848 .41261 -2.37390 -.53519 -3.525

10 .005

41

C. Keterampilan pengukuran tekanan darah

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tensi .169 9 .200* .957 9 .764

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

tensi 9 21.7778 2.27913 .75971

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

tensi 28.666 8 .000 21.77778 20.0259 23.5297

D. Keterampilan KIE

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kie .272 8 .082 .824 8 .051

a. Lilliefors Significance Correction

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

kie 8 5.8750 2.23207 .78916

42

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kie 7.445 7 .000 5.87500 4.0089 7.7411

E. Keterampilan senam lansia

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

senam .488 11 .000 .512 11 .000

a. Lilliefors Significance Correction

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

senam

N 11

Normal Parametersa,b Mean 19.5455

Std. Deviation 1.03573

Most Extreme Differences Absolute .488

Positive .330

Negative -.488

Kolmogorov-Smirnov Z 1.618

Asymp. Sig. (2-tailed) .011

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

43

Lampiran 2. Lembar pre dan post-test

Lembar Pre-Test

Nama : _____________________________

Gambaran Penilaian Pengetahuan Kader Posyandu Lansia

Tentang Manajemen Pelaksanaan Posyandu Lansia

Petunjuk : Berikan tanca checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan

pendapat anda

No Pertanyaan Benar Salah

1

Sasaran kegiatan posyandu lansia adalah kelompok

pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia lanjut (60

tahun keatas), dan kelompok usia lanjut dengan

resiko tinggi (70 tahun keatas).

2 Kegiatan posyandu lansia idealnya dilakukan dengan

sistem 5 meja

3 Kegiatan posyandu lansia minimal dilakukan dengan

system 3 meja

4 Penyuluhan kesehatan bukan merupakan bagian dari

system 5 meja

5 Tekanan darah tidak dicatat dalam KMS

6

Melakukan kunjungan rumah untuk penyuluhan

perorangan/ sekaligus tindaklanjut untuk mengajak

lansia untuk datang ke posyandu lansia pada

kegiatan bulan berikutnya bukan tugas kader

7 Melakukan penyuluhan kepada lansia bukan

merupakan tugas kader posyandu lansia

8

Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila ada keluhan

dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan

merupakan salah satu kegiatan di posyandu lansia

Total

44

Lembar Post-Test

Nama : _____________________________

Gambaran Penilaian Pengetahuan Kader Posyandu Lansia

Tentang Manajemen Pelaksanaan Posyandu Lansia

Petunjuk : Berikan tanca checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan

pendapat anda

No Pertanyaan Benar Salah

1

Sasaran kegiatan posyandu lansia adalah kelompok

pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia lanjut (60

tahun keatas), dan kelompok usia lanjut dengan

resiko tinggi (70 tahun keatas).

2 Kegiatan posyandu lansia idealnya dilakukan dengan

sistem 5 meja

3 Kegiatan posyandu lansia minimal dilakukan dengan

system 3 meja

4 Penyuluhan kesehatan bukan merupakan bagian dari

system 5 meja

5 Tekanan darah tidak dicatat dalam KMS

6

Melakukan kunjungan rumah untuk penyuluhan

perorangan/ sekaligus tindaklanjut untuk mengajak

lansia untuk datang ke posyandu lansia pada

kegiatan bulan berikutnya bukan tugas kader

7 Melakukan penyuluhan kepada lansia bukan

merupakan tugas kader posyandu lansia

8

Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila ada keluhan

dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan

merupakan salah satu kegiatan di posyandu lansia

Total

45

Lampiran 3. Lembar observasi pelatihan KIE

Nama/Kelompok :

a. Tabel Observasi penilaian praktik KIE oleh kader

No Kriteria Penilaian Ya Tidak

1 Kader melakukan penyuluhan sesuai dengan waktu

yang diberikan

2 Kader memiliki pengetahuan tentang materi dengan

baik

3 Kader menyampaikan materi dengan percaya diri

4 Kader menyampaikan materi dengan suara yang

keras

5 Kader menyampaikan materi dengan intonasi yang

jelas dan ekspresif (tidak datar)

6 Kader menggunakan bahasa non verbal ketika

melakukan penyuluhan

7 Komunikasi antara kader dan audiens terjalin dengan

baik

8 Kader menggunakan alat peraga yang disediakan

dengan baik

9 Kader dapat menjawab pertanyaan dengan benar

10 Kerjasama tim baik

Total

46

a. Rubrik pedoman penilaian praktik KIE oleh kader

No Kriteria Skala

Ya Tidak

1 Kader melakukan

penyuluhan sesuai

dengan waktu yang

diberikan

Tepat waktu sesuai

yang direncanakan

Waktu kurang dari atau

melebihi dari waktu yang

direncanakan

2 Kader memiliki

pengetahuan tentang

materi dengan baik

Skor post test materi

hipertensi >= 80

Skor post test materi

hipertensi kurang dari 80

3 Kader

menyampaikan

materi dengan

percaya diri

Kader berpenampilan

menarik, percaya diri,

mantap dalam

membawakan materi

Kader tidak percaya diri,

malu-malu dalam

membawakan materi

4 Kader

menyampaikan

materi dengan suara

yang keras

Suara keras. Dapat

suara dapat didengar

oleh audiens yang

paling belakang.

Suara lirih. Tidak dapat

didengar oleh audiens

paling belakang

5 Kader

menyampaikan

materi dengan

intonasi yang jelas

(tidak datar)

Kader menyampaikan

materi dengan

intonasi yang jelas

(tidak datar)

Kader menyampaikan

materi secara datar.

6 Kader menggunakan

bahasa non verbal

ketika melakukan

penyuluhan

Kader menggunakan

bahasa non verbal

seperti : Ekspresi

wajah, kontak mata,

memberi senyum, dll.

Kader tidak menggunakan

bahasa non verbal

7 Komunikasi antara

kader dan audiens

terjalin dengan baik

Kader dapat

berkomunikasi

dengan 2 arah

Komunikasi hanya 1 arah

(dari kader ke audiens

saja)

8 Penggunaan alat

peraga

Penggunaan alat

peraga tepat dan

Membawa alat peraga,

namun tidak digunakan

47

benar

9 Kemampuan

menjawab

pertanyaan yang

sering ditanyakan

Dapat menjawab

pertanyaan dengan

benar

Tidak dapat menjawab

pertanyaan yang diajukan

audiens

10 Kerjasama tim baik Ada pembagian

peran yang merata

dalam tim

Tidak ada pembagian

peran dalam tim, ada

anggota tim yang tidak

aktif saat tampil

48

Lampiran 3. Lembar observasi pelatihan pengukuran tekanan darah

Nama :

Langkah-Langkah Kriteria

Dilakukan

dengan

benar

Dilakukan

tetapi

kurang

tepat

Tidak

dilakukan

1. Siapkan Alat dan Bahan

2. Atur Posisi duduk klien senyaman

mungkin (diatas kursi, duduk tegak, rileks,

telapak kaki menyentuh lantai)

3. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan

4. Mintalah klien untuk menggulung baju

lengan atas yg akan diperiksa

5. Posisikan klien dengan lengan

tersokong dan telapak tangan

menghadap keatas

6. Pasang manset melingkar pada lengan

setinggi jantung, dg bagian bawah

manset 2 – 3 cm diatas fossa kubiti

dengan pipa karet berada di bagian luar

lengan. Manset dipasang tidak terlalu

kencang atau terlalu longgar.

7. Raba denyut arteri Brachialis pada

fossa kubiti dan arteri Radialis dengan jari

telunjuk dan jari tengah (untuk

memastikan tidak ada penekanan ) lalu

stetoskop ditempatkan pada daerah

tersebut. Pastikan stetoskop masuk tepat

kedalam telinga pemeriksa.

8. Menutup skrup pompa karet

9. Selanjutnya balon dipompa 20-30 mmhg

diatas angka sistolik normal klien. Bila

tidak mengetahui tekanan sistolik normal

klien.

10. Lepaskan skrup/katup pengontrol

secara pelan-pelan sehingga jarum turun

dengan kecepatan 2 – 3 mm hg per detik

atau 1 skala perdetik

11. Perhatikan suara yang muncul. Sambil

memperhatikan turunnya jarum aneroid,

49

dengarkan bunyi degup pertama

(sistolik) dan terakhir (diastolic).

12. Lepaskan stetoskop dari telinga

pemeriksa dan manset dari lengan

pasien.

13. Proses selesai, kempiskan manset.

14. Alat-alat dirapikan dan disimpan

ditempatnya.

15. Catat hasil

Total

50

Lampiran 4. Lembar observasi pelatihan senam lansia

LEMBAR EVALUSI PELATIHAN SENAM LANSIA

Nama :

No

Langkah-Langkah Senam Lansia

Skor

Dilakukan (Skor 1)

Tidak Dilakukan (Skor 0)

1. 2.

PEMANASAN a. Posisi badan siap b. Tarik nafas dalam-dalam kemudian

hembuskan dengan hitungan 2x8 c. Gerakan muka dengan mengucapkan

a,i,u,e,o sebanyak 5 kali d. Gerakan muka dengan

menguucapkan ha-ha, hi-hi sebanyak 5 kali

e. Tekuk kepala kebawah letakan ke dua telapak tangan diatas kepala tarik kepala kebawah dengan hitungan 2x8

f. Arahkan kepala ke atas dengan bantuan ibu jari dorong keatas dengan hitungan 2x8

g. Kepala menoleh kekiri dan kakanan dengan hitungan 2x8

GERAKAN INTI a. Pada posisi siap angkat kedua bahu

ketas ke kebawah dengan hitungan 2x8

b. Putar pundak kedepan dan kebelakang dengan hitungan 2x8

c. Arahkan tangan kedepan lakukan gerakan membuka dan menyatukan jari dengan hitungan 2 x8

d. Letakkan tangan disamping badan, ayunkan kedua telapak tangan sampai bertemu diatas kepala dengan hitungan 2x8.

e. Ulurkan tangan kanan kearah pundak tangan kiri dengan posisi lengan lurus, letakkan telapak tangan kiri

51

3.

pada siku tangan kanan dengan hitungan 2x8

f. Ulurkan tangan kiri kearah pundak tangan kanan dengan posisi lengan lurus, letakkan telapak tangan kanan pada siku tangan kiri dengan hitungan 2x8

g. Letakan ke 2 tangan dibelakang punggung dengan posisi kedua jari saling bertemu, busungkan dada kedepan dan tarik lengan kebelakang lakukan dengan hitungan 2x8

h. Luruskan tangan tangan kedepan satukan jemari tangan kemudian putur telapak tangan tarik punggung kebelakang dan tarik tangan kedepan dengan hitungan 2x8

i. Kibaskan ke dua jari tangan, kemudian dilanjutkan dengan gerakkan tepukan tangan dengan hitungan 2x8

j. Duduk depan posisi kaki kedua kaki lurus kedepan kemudian letakkan tangan di samping badan, putar pergelangan kaki kearah luar dengan hitungan 2x8

k. Dengan posisi badan yang sama tekuk kaki kanan kemudian kaki kiri secara bergantian deng hitungan 2x8

l. Dengan posisi badan yang sama tekuk kedua kaki kemudian kedua telapak tangan pada lutut tarik badan pada lutut dengan hitungan 2x8

PENDINGINAN a. Rentangkan kedea telapak tangan

kemudian tarik nafas pelan pelan dan hembuskan nafas pelan-pelan diikuti dengan gerakan tangan dengan hitungan 2x8

TOTAL SKOR

52

Lampiran 5. Lembar checklist kegiatan bimbingan dan penyuluhan lansia

Nama :

Faktor penyebab hipertensi

1 Keturunan

2 Usia

3 Konsumsi garam berlebih

4 Kolesterol

5 Obesitas/kegemukan

6 Stress

7 Rokok

8 Kafein

9 Alkohol

10 Kurang olahraga

Cara mencegah penyakit hipertensi

1 Cek kesehatan secara berkala

2 Enyahkan asap rokok

3 Rajin aktivitas fisik

4 Diet seimbang

5 Istirahat yang cukup

6 Kelola stress

53

Lampiran 6. Dokumentasi kegiatan

Kader posyandu lansia Nglaban melakukan observasi saat kegiatan studi banding di posyandu

lansia Kuningan

Diskusi pasca kegiatan studi banding

54

Pelatihan kader tentang keterampilan menyuluh

Pelatihan pengukuran tekanan darah

55

Pelatihan pengukuran tekanan darah didampingi fasilitator

Kegiatan ketuk pintu lansia, mengunjungi rumah lansia dan melakukan pendataan

56

Pemasangan stiker peserta posyandu di rumah lansia

Kegiatan bimbingan dan penyuluhan kepada lansia

57

Kegiatan home visit

Kegiatan home visit