Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AIR KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius L.)
PADA MENCIT (Mus musculus)
ANDI PUTRI AYUNINTIAS N111 07 014
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
UJI TOKSISITAS AKUT
EKSTRAK AIR KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius L.) PADA MENCIT (Mus musculus)
SKRIPSI
Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana
ANDI PUTRI AYUNINTIAS
N111 07 014
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AIR KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius L.)
PADA MENCIT (Mus musculus)
ANDI PUTRI AYUNINTIAS N111 07 014
Disetujui Oleh :
Pembimbing Utama
Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt. NIP. 19560114 198601 2 001
Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,
Dra. Rahmawati Syukur, M.Si., Apt Usmar, S.Si., M.Si., Apt NIP. 19651010 199203 2 002 NIP. 19710109 199702 1 001
Pada 7 Juni 2013
PENGESAHAN
UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AIR KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius L.)
PADA MENCIT (Mus musculus)
Oleh :
ANDI PUTRI AYUNINTIAS N111 07 014
Telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada tanggal : 7 Juni 2013
Panitia Penguji Skripsi :
1. Ketua : Prof.Dr.Gemini Alam, M.Si., Apt ……….......
2. Sekretaris : Dra.Hj.Aisyah Fatmawaty, M.Si.,Apt. ..…………..
3. Anggota : Dr.Hj.Latifah Rahman, DESS., Apt. ……….......
4. Anggota (Ex Officio) : Prof.Dr.Elly Wahyudin, DEA., Apt ……………
5. Anggota (Ex Officio) : Dra. Rahmawati Syukur, M.Si., Apt. ...……….…
6. Anggota (Ex Officio) : Usmar, S.Si., M.Si., Apt. ….…………
Mengetahui : Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt. NIP. 19560114 198601 2 001
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri, bukan merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.
Makassar, Juni 2013
Penyusun
Andi Putri Ayunintias
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala Puji hanyalah milik Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta kekuatan dan kemudahan yang senantiasa dianugrahkan-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“ Uji Toksisitas Akut Ekstrak Air Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius L.)
Pada Mencit (Mus Musculus).
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan motivasi dari
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini dengan tulus penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan dan para Wakil Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin,
Makassar
2. Ibu Prof.Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt. Selaku pembimbing utama, ibu Dra.
Rahmawati Syukur, M.Si., Apt. Selaku pembimbing pertama dan Bapak
Usmar, S.Si., M.Si., Apt selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan
waktu, dan ilmunya dalam memberikan bimbingan mulai dari perencanaan
sampai terselesainya skripsi ini. Tak lupa kepada Bapak Drs. Kus Haryono,
M.Si., Apt selaku penasehat akademik atas waktu, bimbingan dan nasehat-
nasehatnya selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi
UNHAS sampai terselesaikannya skripsi ini.
3. Tim penguji yang telah menyediakan waktu untuk menguji dan mem-berikan
masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.
4. Segenap Dosen, Asisten Dosen, Staf Laboratorium, dan Staf pegawai
Fakultas Farmasi atas bantuannya selama ini.
5. Ayahanda Andi Amsal, Bc.Ku dan Ibunda Hj.A. Suriani, S.Pd tersayang,
semua ini tiada artinya tanpa dukungan dan doa kedua orang tua tercinta.
Saudaraku tersayang adikku A. Dwi Annisa Fahira, atas perhatian, kasih
sayang, dukungan moril maupun materil serta doa yang tak pernah putus.
6. Seluruh Sahabat-sahabatku tanpa terkecuali yang selalu menemani baik
suka maupun duka dan mendoakan baik dalam menjalani masa pendidikan
dari awal semester hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
7. Kakanda Sukamto S Mamada S,Si., Apt. dan Maria Katanun S,Si. serta
saudara Wiro Ratupanrita, atas segala bantuan, dukungan, dan masukan
kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian untuk merampungkan skripsi
ini.
8. Christian Aspriamijaya dan Grisye Torri sebagai rekan kerja dalam
menyelesaikan penelitian ini.
9. Segenap Komponen UKM Seni Tari Universitas Hasanuddin atas dukungan
dan doanya selama ini.
10. Seluruh angkatan 2007 Farmasi UNHAS, 0ne7hink community, Serta
Rekan-rekan dan semua pihak lain yang tidak sempat penulis sebutkan
terima kasih atas bantuan dan doanya.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, Dengan segala kerendahan hati, penulis mengajak
semuanya untuk bersama-sama saling memperbaiki dan melengkapi, saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi para pembaca.
Makassar, Juni 2013
Andi Putri Ayunintias
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................ vi
ABSTRAK..................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................. x
DAFTAR ISI .................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 4
II.1 Uraian Tanaman ............................................................ 4
II.1.1 Klasifikasi Tanaman ............................................. ....... 4
II.1.2 Nama Daerah .......................................................... .... 4
II.1.3 Morfologi Tanaman .................................................. ... 4
II.1.4 Kandungan Kimia ...................................................... .. 6
II.1.5 Pemanfaatan dan Kegunaan .................................... .. 7
II.2 Simplisia……………………………. ................................ 7
II.3 Infundasi ............................................................ ........... 8
II.3.1 Metode Infundasi ……………………………….............. 8
II.4 Uraian Mengenai Toksisitas …….…………………………… 9
II.4.1 Mekanisme Terjadinya toksisitas ………………………….. 11
II.4.2 Metode Pengujian Toksisitas ……………………………….. 12
II.4.3 Uji Toksisitas Akut ………………………………………….. 13
II.4.4 Dosis Letal Menengah (LD50)……………………………….. 15
II.4.5 Cara Penentuan LD50………………………………………. 16
II.5 Sistem Saraf………………………………………………..….. 17
II.6 Pemilihan dan Persyaratan Hewan Uji……………………. 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 21
III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan ...................................... 21
III.2 pengambilan dan Penyiapan Sampel .......... ……………. 21
III.3 Pembuatan Infusa ......................................... ……………. 21
III.4 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji……………………….. 22
III.5 Perlakuan Terhadap Hewan Uji…………………………… 22
III.6 Pengamatan………………………….. ............................ 22
III.7 Pengumpulan dan Analisis Data....................................... 24
III.7 Pembahasan Hasil………................................................. 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 25
IV.1 Hasil Penelitian............................................................. 25
IV.2 Pembahasan ................................................................ 25
BAB V PENUTUP ......................................................................... 30
V.1 Kesimpulan .................................................................... 30
V.2 Saran ............................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 31
LAMPIRAN ................................................................................... 33
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar bagian-bagian tanaman kasumba turate ……………….. 6
2. Mekanisme Keracunan................................. ................................ 11
3. Tanaman Kasumba Turate (Chartamus tinctorius L.)................... 39 Senyawa-senyawa Urikosurat ……………………………… 25
4. Hewan Coba Mencit ( Mus musculus ) ......................................... 39
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Efek Toksik Setelah Pemberian Ekstrak Air Kasumba Turate.......................................……………………………………... 26
2. Data Jumlah Kematian Hewan Uji Setelah Pemberian Ekstrak Air Kasumba Turate .................................................................. 28
Senyawa-senyawa U
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skema Kerja ....................................................................... 33
2. Hubungan Antara Faktor Pembobotan dan Kategori
Efek..................................................................................... 34
3. Perhitungan Antara Banyaknya Efek Yang Tampak Dihubungkan Dengan Faktor Pembobotan Masing-masing Aktivitas Yang Diamati ........................................................ 35
4. Gambar-gambar pelaksanaan dan hasil penelitian…………… 39
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang uji toksisitas akut ekstrak air kasumba turate (Carthamus tinctorius. L.) pada mencit. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang gejala-gejala toksik yang timbul pada mencit setelah pemberian ekstrak dan penentuan LD50. Mencit yang digunakan sebanyak 60 ekor, terdiri atas 30 ekor mencit jantan dan 30 mencit betina, dibagi dalam 6 kelompok di mana setiap kelompok terdiri atas 5 ekor mencit jantan dan 5 ekor mencit betina. 1 kelompok diberi Air sebagai kontrol dan 5 kelompok diberi ekstrak air kasumba turate dengan dosis pemberian berturut-turut 1 mg/kg BB, 5 mg/kg BB, 50 mg/kg BB, 500 mg/kg BB dan 2000 mg/kg BB. Pengamatan efek toksik didasarkan atas perubahan tingkah laku mencit seperti peningkatan laju pernapasan, penurunan aktivitas gerak, kejang, urinasi, salivasi, diare dan kelumpuhan dengan waktu pengamatan berturut-turut 5, 10, 15, 30, 60, 120, 180 dan 240 menit. Untuk penentuan LD50 didasarkan pada jumlah mencit yang mati dalam setiap kelompok dalam waktu 24 jam sampai 7 hari. Analisis data menunjukkan bahwa efek toksik yang paling dominan adalah efek peningkatan laju pernapasan, penurunan aktivitas gerak, urinasi, dan diare. Sedangkan analisis LD50 dengan metode Reed and Muench tidak dapat dilakukan karena tidak terdapat kelompok dosis yang kematian hewan ujinya mencapai 50 persen atau lebih, sehingga ekstrak air kasumba turate dapat di kategorikan sebagai bahan yang praktis tidak toksik.
ABSTRACT
A research concerning the acute toxicity of the Kasumba Turate extract (Carthamus tinctorius. L.) on mice had been done. This research was to get description about the toxic symptoms and LD50. Sixty mice were used, consist of the thirty female mice and thirty male mice, were divided into six groups, were each group consisted of five male and five female mice. One group was given water treated as a control and the other groups were administrated orally with kasumba turate extract with 1 mg/kg BB, 5 mg/kg BB, 50 mg/kg BB, 500 mg/kg BB, and 2000 mg/kg BB by respectively. The observation of toxic effect based on the change of mice’s behavior such as increased respiratory rate, motor activity decreased, seizures, urination, salivation, diarrhea and paralysis in period 5, 10, 15, 30, 60, 120, 180 and 240 minutes. Determination of LD50 based on the number of dead mice from each group during 24 hours until 7 days. The result of toxic effect showed that the dominant toxic effect was increased respiratory rate ,depression central nervous system and muscle relaxation, salivation, and diarrhea. Analized of LD50 with method of Reed Muench and cannot be because not there are dose group which death of its test animal reach 50% or more, so that extract irrigate turate kasumba earn in categori practical upon which is not toxic.
BAB I
PENDAHULUAN
Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisonal adalah salah satu program
pelayanan kesehatan dasar serta merupakan suatu alternatif untuk memenuhi
kebutuhan dasar penduduk di bidang kesehatan (1). Agar peranan obat tradisional,
khususnya tanaman berkhasiat obat dalam pelayanan kesehatan lebih ditingkatkan,
perlu didorong upaya pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembangan serta
keamanan suatu tanaman obat (1). Keraguan dalam pemanfaatan obat tradisional
dapat teratasi dan masyarakat indonesia dapat menggunakan obat tradisional secara
tepat dan aman karena telah melalui tahap pengujian secara ilmiah (2).
Bunga kasumba turate atau safflower (Carthamus tinctorius L.) merupakan
salah satu jenis tanaman yang memiliki banyak khasiat, dikenal sebagai bahan
tambahan kosmetik dan belum digunakan secara luas dalam pengobatan. Di Cina,
bunganya digunakan untuk pengobatan pada penyakit seperti penyumbatan pembuluh
darah di otak, rematik, bronkhitis, mem-perkuat sirkulasi darah, hati, juga menunjukkan
efek yang bermanfaat pada sakit dan pembengkakan karena trauma. Selain itu juga
biasanya digunakan oleh masyarakat di daerah Sulawesi Selatan sebagai obat
tradisional untuk mengobati penyakit campak (morbili). Bunga kasumba turate
(Carthamus tinctorius L.) mengandung 2 kelompok besar pigmen yang larut dalam air,
yaitu carthamidin dan carthamin, yang berwarna orange-merah dan larut dalam larutan
alkali. Bunganya mempunyai 0,3-0,6 % carthamin. Flavonoid, glikosida, sterol dan
derivat serotonin telah diidentifikasi dari bunga dan biji (3).
Seduhan dari mahkota bunga kasumba turate yang dikeringkan juga
memperlihatkan efek meningkatkan aktivitas antibodi imunoglobulin M (IgM) dan
imunoglobulin G (IgG) pada mencit (4). Oleh karena itu dibutuhkan serangkaian
pengujian seperti uji khasiat, toksisitas, sampai uji klinik dengan didukung oleh
pengembangan bentuk sediaan yang lebih baik agar efektifitasnya dapat dioptimalkan.
Uji toksisitas akut adalah salah satu uji pra-klinik. Uji ini dirancang untuk
mengukur derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi dalam waktu singkat, yaitu 24
jam setelah pemberiannya dalam dosis tunggal. Tolak ukur kuantitatif yang paling
sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal atau toksik adalah dosis letal
tengah (LD50). (5). Sedangkan data kualitatif yang diperoleh meliputi penampakan
klinis, morfologis, dan mekanisme efek toksik (5).
Atas dasar tersebut dilakukan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek
toksisitas akut kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) sebagai ekstrak air pada
mencit yang diukur secara kuantitatif dengan LD50 dengan metode Reed dan Muench
yaitu dengan menghitung jarak proporsi kemudian ditentukan logaritma perbandingan
dosis dan menentukan nilai dosis kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) sebagai
ekstrak yang mengakibatkan kematian 50% populasi mencit. Dengan demikian dapat
menjadi sumber informasi penelitian lebih lanjut mengenai toksisitas akut pemberian
ekstrak air kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap mencit dan
memperkirakan resiko penggunaan kasumba turate pada manusia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Uraian Tanaman
II.1.1 Klasifikasi Tanaman (6, 7)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Anak Divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Anak kelas : Sympetalae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Carthamus
Jenis : Carthamus tinctorius Linn.
II.1.2 Nama Daerah (6,7)
Jawa : Kembang pulu
Makassar : Kasumba Turate
Bugis : Rale’
Umum : Kesumba
II.1.3 Morfologi Tumbuhan (6,7,8)
Tegak lurus bercabang banyak, tanaman menahun, tinginya 30-180 cm.
Sistem akar terbentuk dengan baik, berwarna coklat kehijauan, akar tebal dan
gemuk, menusuk sampai 3 m ke dalam tanah, cabang sampingnya tipis
mendatar, sebagian besar terdapat di atas 30 cm. Tangkai berbentuk selinder,
padat dengan intisari lunak, berkayu di dekat pangkal. Daun tersusun secara
spiral dengan ukuran 4-20 cm x 1-5 cm. Tepi daun berduri-bergerigi, berwarna
hijau gelap mengkilap dan berbentuk herba ketika masih muda, berubah
menjadi keras dan kaku setelah tua. Bagian kepala terletak di ujung berbentuk
jambangan besar, panjang sekitar 4 cm dan diameter 2,5-4 cm, hanya
mengandung bunga-bunga tunggal. Memiliki banyak kelopak involucral,
tersusun spiral, bagian luar membujur dan menyempit diatas bagian dasar, 3-7
cm x 0,5-1,6 cm. Bagian atas seperti daun dan spinescent, tegak atau
menyebar, tidak terkatup, dengan rambut panjang pada tepi bawah, berwarna
hijau lebih muda daripada daun, bagian bawah terkatup, berwarna putih
kehijauan, berambut panjang pada bagian luar, khususnya pada tepi,
sedangkan pada bagian dalam glabrous; disekitar bagian tengah kepala,
kontriksinya menjadi kurang jelas dan bagian yang seperti daun menjadi tidak
nampak; kelopak yang paling dalam berbentuk lanset, 2-2,5 cm x 1-4 mm,
ujung spinescent, ciliate. Dasar bunganya rata sampai berbentuk kerucut,
banyak, tegak, bebulu putih dengan panjang 1-2 cm dan terdapat 20-80 bunga
tunggal berkelamin ganda, tubular, aktinomorf, panjangnya sekitar 4 cm
glabrous, kebanyakan berwarna jingga kemerahan yang menjadi merah gelap
saat mekar, kadang-kadang kuning; mahkotanya tersusun oleh 5 lobus,
panjang tubular 18-22 mm, lobus menyebar, sedikit oblongata sampai linier, 7
mm x 1 mm; benang sari 5, epipetalous, tertanam pada bagian mulut, filamen
1-2 mm, anthers 5 mm, berkumpul, membentuk kolom; ovarium berbentuk
elips, panjangnya 3,5-4,5 mm, satu sel, satu ovulet, bearing cakram pada
bagian atas; penghalang tipis, panjang 28-30 mm, glabrous, mendesak mulut
kolom serbuk sari, stigma panjangnya 5 mm, bifidus, kuning, dengan rambut
pendek.
Gambar 1. Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) : 1. Tanaman utuh; 2. Cabang tanaman dengan bunga; 3. Kuncup bunga; 4. Bunga lengkap; 5. Bagian apikal dari floret yang membuka; 6. Ovarium dengan pappus; 7. Achene dengan pappus. (Sumber : Van der Vosen, H.A.M, Umali B.E. Plant Resources of South-East Asia: Vegetables oils and fats. Volume 14. Backhuys Publishers Leiden. 2001. pp 72)
II.1.4 Kandungan Kimia (6)
Safflower (kasumba) mengandung 2 kelompok besar pigmen yang larut
dalam air, yaitu carthamidin kuning dan dye carthamin, yang berwarna oranye-
merah dan larut dalam larutan alkali. Bunganya mempunyai 0,3-0,6 %
carthamin. Flavonoid, glikosida, sterol dan derivat serotonin telah diidentifikasi
dari bunga dan biji.
II.1.5 Pemanfaatan dan Kegunaan (6,7,8)
Bunga kasumba turate atau safflower dikenal sebagai bahan tambahan
kosmetik dan belum digunakan secara luas dalam pengobatan. Di Cina,
bunganya digunakan untuk pengobatan pada penyakit seperti penyumbatan
pembuluh darah diotak, sterilitas pada laki-laki, rematik dan bronkhitis, dan
sebagai teh tonik untuk memperkuat sirkulasi darah dan hati. Pengobatan
dengan safflower juga menunjukkan efek yang bermanfaat pada sakit dan
pembengkakan karena trauma. Kasumba turate juga biasanya digunakan oleh
masyarakat di daerah Sulawesi Selatan sebagai obat tradisional untuk
mengobati penyakit campak (morbili).
II.2 Simplisia (9)
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya
berupa bahan yang telah dikeringkan. Berdasarkan hal itu maka simplisia dibagi
menjadi tiga golongan yaitu :
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan ketiganya.
2. Simplisia hewani berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan
oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.
3. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan
kimia murni.
II.3 Infundasi (10)
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan
air pada suhu 900 C selama 15 menit. Infundasi adalah proses penyarian yang
umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air
dari bahan-bahan nabati.
II.3.1 Metode Infundasi
Infus dibuat dengan cara :
1. Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan 2 kali bobot bahan, untuk
bunga 4 kali bobot bahan dan untuk karagen 10 kali bobot bahan.
2. Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada
suhu 900 -980 C. umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 10 bagian
bahan.Pada simplisia tertentu tidak diambil 10 bagian. Hal ini disebabkan
karena :
a. Kandungan simplisia kelarutannya terbatas, misalnya kulit kina
digunakan 6 bagian.
b. Disesuaikan dengan cara penggunaannya dalam Pengobatan, misalnya
daun kumis kucing, sekali minum infus 100 cc, karena itu diambil ½
bagian.
c. Berlendir , misalnya karagen di gunakan 1 ½ bagian.
d. Daya kerjanya keras, misalnya digitalis digunakan ½ bagian.
3. Untuk memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambahkan bahan
kimia misalnya :
a. Asam sitrat untuk infus kina.
b. Kalium atau natrium karbonat untuk infus kelembek
4. Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang
mengandung bahan yang mudah menguap.
Infus dibuat dengan cara mencampur simplisia dengan derajat halus
yang sesuai dalam panci secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15
menit terhitung mulai suhu mencapai 900 sambil berkali-kali diaduk. Serkai
selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui
ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.
II.4 Uraian Mengenai Toksisitas
Toksisitas adalah efek berbahaya dari suatu bahan kimia atau suatu obat
pada organ target. Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan terjadinya
keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian. Paracelcus (1564) telah
meletakkan dasar penilaian dasar toksikologi dengan mengatakan bahwa dosis
menetukan apakah suatu zat kimia adalah racun. Tetapi sekarang dikenal
banyak faktor yang menentukan apakah suatu zat kimia bersifat racun, namun
dosis tetap merupakan faktor utama yang terpenting. Untuk setiap zat kimia
termasuk air, dapat ditentukan dosis kecil yang tidak berefek sama sekali, atau
suatu dosis besar sekali yang dapat menimbulkan keracunan dan kematian
(11,12).
Jarang terdapat suatu obat yang hanya memiliki satu jenis efek, hampir
semua obat mempunyai efek tambahan dan mampu mempengaruhi fungsi
berbagai macam alat dan faal tubuh. Efek yang menonjol biasanya digunakan
sebagai pegangan dalam menentukan penggunaannya, sedangkan perubahan
lain merupakan efek samping yang bahkan dapat bersifat toksik (11).
Efek toksik yang terjadi sangat bervariasi dalam sifat, organ, sasaran
maupun mekanisme kerjanya. Efek toksik dapat bersifat : (13)
1. Lokal yaitu hanya terjadi pada tempat bahan toksik bersentuhan dengan
tubuh, misalnya pada saluran pencernaan, iritasi gas atau uap saluran
nafas.
2. Sistemik yaitu terjadi hanya setelah toksikan terserap dan tersebar
kebagian tubuh lain. Umumnya toksikan hanya mempengaruhi satu atau
beberapa organ saja.
3. Reversibel yaitu bila efek yang ditimbulkan dapat hilang dengan sendirinya
atau dapat hilang beberapa waktu setelah pemaparan toksikan tertentu.
4. Irreversibel yaitu efek yang menetap atau justru bertambah parah setelah
pemaparan toksikan terhenti.
Penilaian keamanan suatu obat atau zat kimia merupakan bagian
penting dari toksikologi, karena setiap zat kimia yang baru disintesis dan akan
dipergunakan harus diuji toksisitas dan keamanannya. Setiap zat kimia bila
diberikan dengan dosis yang cukup besar akan menimbulkan gejala-gejala
toksik (11).
II.4.1 Mekanisme Terjadinya Toksisitas
Semua keracunan mempunyai dasar suatu reaksi antara zat beracun
dan struktur molekul tertentu dan badan. Kerusakan primer pada taraf
molekular disebut lesi primer. Reseptornya berupa struktur molekuler yang
dikenai zat dirubah oleh zat beracun, umpamanya dengan oksidasi atau
dengan pengikatan diri zat pada reseptornya. Perubahan reseptor merupakan
stimulus untuk terjadinya efek. Stimulus ini dapat positif atau negatif. (14)
Mekanisme keracunan sebagai berikut :
stimulus S R SR efek Keracunaan integral ( + atau -) Gambar 2. Mekanisme keracunan. Hubungan S R menggambarkan reaksi suatu zat dan reseptor (Sumber : Koeman, JH, 1967. Pengantar Umum Toksikologi. Terjemahan Yudono RH, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, hal. 35).
Efek terjadi pada taraf subsellular atau sellular. Bila dosis yang diserap
relatif kecil, kerusakannya dapat terbatas pada beberapa sel saja. Masih cukup
banyak sel yang sehat untuk dapat tetap jalan menjalankan fungsi normal
organ. Jika relatif banyak sel yang menderita, organ tersebut sudah tidak dapat
lagi memenuhi fungsinya yang normal. Pada waktu itu biasanya keracunan
(kerja toksik) menampakkan diri, umumnya sebagai proses penyakit yang
integral pada individu itu. Proses keracunan itu berpindah secara berurutan dari
taraf molekuler ke taraf yang lebih tinggi integrasi biologis dengan urutan sel-
jaringan-organ-individu (14).
II.4.2 Metode Pengujian Toksisitas (15)
Pada umumnya segala metode uji toksikologi dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :
a. Golongan pertama, terdiri dari uji toksikologi yang dirancang untuk
mengevaluasi keseluruhan efek umum suatu senyawa pada hewan uji. Uji-uji
diidentifikasi sebagai uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronis, dan uji
toksisitas kronis. Uji toksisitas akut terdiri atas pemberian suatu senyawa
kepada hewan uji pada suat saat dengan maksud untuk menentukan gejala
kematian sebagai akibat dari pemberian senyawa tersebut. Uji toksisitas
subkronis adalah suatu uji toksikologi yang bertujuan untuk secara umum
mengevaluasi dan menggolongkan segala efek senyawa apabila efek
senyawa itu diberikan kepada hewan uji secara berulang-ulang, biasa sekali
selama tiga sampai empat bulan. Uji toksisitas kronis adalah suatu uji
toksikologi yang membutuhkan waktu yang lebih panjang, biasanya tidak
kurang dari satu tahun dan sebelum suatu zat kimia baru dipertimbangkan
untuk studi toksisitas kronis, maka informasi tentang sifat toksisitasnya, dan
dosis letalnya harus sudah diketahui.
b. Golongan kedua, terdiri dari uji toksikologi yang dirancang untuk
mengevaluasi dengan rinci tipe toksisitas spesifik adalah :
(1) uji potensi, yaitu uji toksisitas yang menentukan efek suatu zat dengan
adanya zat-zat tambahan yang mungkin secara bersama-sama dijumpai,
di mana toksisitas suatu zat diperkuat,
(2) uji teratogenik, yaitu uji toksisitas untuk menentukan efek terhadap janin
(fetus) pada hewan bunting,
(3) uji reproduksi, yaitu uji toksisitas untuk menentukan efek atas
kemampuan reproduksi hewan eksperimental,
(4) uji mutagenik, yaitu uji toksisitas untuk menentukan efek pada sistem
kode genetik;
(5) uji kemampuan tumogenisitas dan karsinogenisitas, yaitu uji toksisitas
untuk menentukan kemampuan zat untuk menimbulkan tumor;
(6) uji kulit dan mata, yaitu uji toksisitas untuk menentukan efek lokal zat
bilamana zat-zat dipakai secara langsung pada kulit dan mata,
(7) uji perilaku, yaitu uji toksisitas untuk menentukan efek zat atas berbagai
macam pola tingkah laku hewan.
II.4.3 Uji Toksisitas Akut
Toksisitas akut di definisikan sebagai efek berbahaya yang terjadi dalam
waktu singkat setelah pemberian oral dosis tunggal suatu senyawa atau dalam
waktu 24 jam hingga beberapa hari tergantung dari gejala yang ditimbulkannya.
Gejala toksisitas akut dapat menyerupai tiap macam sindroma penyakit,
sehingga selalu waspada dan mengingat kemungkinan keracunan pada saat
sakit mendadak dan menunjukkan gejala-gejala seperti muntah, diare, konvulsi,
koma dan sebagainya. Uji tunggal yang dilakukan atas segala zat kimia yang
ada kaitannya dengan kepentingan biologi adalah uji toksisitas akut. Uji
toksisitas akut terdiri atas pemberian suatu senyawa kepada hewan uji pada
suatu saat. Uji ini dirancang untuk menentukan efek toksik suatu senyawa yang
akan terjadi dalam waktu yang singkat setelah pemejanan atau pemberiannya
dengan takaran tertentu. Uji ini dikerjakan dengan cara memberikan dosis
tunggal senyawa pada hewan uji jantan dan betina (13,16).
Banyak penelitian tentang toksisitas akut telah dilakukan untuk
menentukan LD50 senyawa-senyawa kimia. Tetapi LD50 tidak sama dengan
toksisitas akut. Dan satu yang seharusnya diingat bahwa LD50 hanya satu dari
beberapa petunjuk dalam menentukan batasan toksisitas akut. Evaluasi tidak
hanya mengenai LD50, tetapi juga terhadap kelainan tingkah laku, stimulasi atau
depresi SSP, aktivasi motorik dan pernapasan untuk mendapatkan gambaran
tentang sebab kematian. Biasanya pada penentuan LD50 pengamatan
dilakukan selama 7 hari untuk senyawa-senyawa dosis tunggal (11,16).
Beberapa senyawa kimia akan menimbulkan kematian dengan takaran
mikrogram sedangkan senyawa kimia lainnya relatif tidak berbahaya dengan
takaran lebih dari bebebrapa gram. Menurut Doull (1986) mengemukakan
klasifikasi tingkat keracunan berdasarkan LD50 sebagai berikut : (17)
1. Praktis tidak toksik > 15 g/kg BB
2. Sedikit toksik 5-15 g/kg BB
3. Toksisitas sedang 0,5-5 g/kg BB
4. Sangat toksik 50-500 mg/kg BB
5. Ekstrim toksik 5-50 mg/kg BB
6. Super toksik < 5 mg/kg BB
II.4.4 Dosis Letal Menengah (LD50)
LD50 didefinisikan sebagai dosis atau konsentrasi yang diberikan sekali
(tunggal) atau beberapa kali dalam 24 jam dari suatu zat yang secara statistik
diharapkan dapat mematikan 50% hewan coba. Untuk menentukan nilai LD50
secara tepat, perlu dipilih suatu dosis yang akan membunuh sekitar separuh
jumlah hewan-hewan itu, dosis yang lain akan membunuh lebih dari separuh
(kalau bisa kurang dari 90%) dan dosis yang akan membunuh kurang dari
separuh (kalo bisa lebih dai 10%) dari hewan itu (18).
Nilai LD50 telah digunakan untuk menggolongkan dan membandingkan
toksisitas umum senyawa-senyawa kimia. Meskipun LD50 dan slope kurva dosis
respon dapat memberikan informasi yang cocok pada toksisitas dari senyawa,
LD50 tidak sama dengan toksisitas. Selain itu nilai LD50 yang diperoleh dapat
digunakan untuk menetukan indeks terapinya, yaitu dengan membagi LD50
dengan ED50, yang telah digunakan untuk memperkirakan batas keamanan dari
beberapa bahan-bahan obat. Makin tinggi indeks terapi, makin besar batas
keamanan suatu obat (13).
II.4.5 Cara Penentuan LD50
Ada beberapa cara untuk menentukan LD50, beberapa di antaranya
adalah sebagai berikut :
a. Metode Reed dan Muench (19)
Penentuan LD50 dengan menggunakan nilai komulatif. Diasumsikan bahwa
hewan yang mati pada dosis tertentu akan mati pada dosis yang lebih besar,
dan bahwa hewan yang tetap hidup akan bertahan hidup pada dosis yang
lebih kecil. Jumlah kumulatif hewan yang telah mati dicatat dengan
menambahkan berturut-turut isi kolom hewan yang mati. Prosentase yang
telah mati untuk dua dosis yang berurutan dan dihitung dan kemudian
diperbandingkan jarak dari 50% dihitung dan dikalikan dengan logaritma
perbandingan peningkatan dosis berdekatan yang lebih kecil untuk
mendapatkan logaritma LD50
b. Metode Grafik (15,20)
Penentuan LD50 dengan metode ini menggunakan grafik hubungan
antara presentase hewan percobaan yang mengalami kematian (ordinat) dan
dosis yang diberikan pada hewan (absis). Dengan cara ini didapatkan kurva
yang berbentuk S. Nilai LD50 dapat diperoleh dengan menarik garis lurus
memotong kurva pada ordinat 50%.
c. Perhitungan secara Matematika
Perhitungan ini menggunakan rumus :
m = a – b (pi – 0,5)
di mana m adalah logaritma LD50; a adalah logaritma dosis terendah yang
masih menyebabkan jumlah kematian 100% tiap kelompok; b adalah beda
logaritma dosis yang berurutan; pi adalah jumlah hewan yang mati menerima
dosis; dibagi dengan jumlah hewan seluruhnya yang menerima dosis.
II.5 Sistem saraf
Sistem saraf dibagi menjadi 2, sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf
tepi atau perifer (SST). SSP terdiri dari otak dan medula spinalis, sedangkan
SST terdiri dari sistem saraf otonom atau involunter (SSO) dan sistem saraf
somatik atau volunter (SSS). SSO mempunyai efektor simpatik dan
parasimpatik. Dalam tubuh kita transmisi informasi dari SSP ke berbagai organ
(efektor) melalui perantaraan impuls listrik, hormonal atau neurotransmitter.
Suatu zat dapat menimbulkan efek toksik dalam sistem saraf jika dapat
mempengaruhi salah satu atau ketiga diatas secara berlebihan (18).
Efek perangsangan susunan saraf pusat (SSP) baik oleh obat yang
berasal dari alam atau sintetik dapat diperlihatkan pada hewan dan manusia.
Beberapa obat memperlihatkan efek perangsangan yang nyata dalam toksik,
sedangkan obat lain memperlihatkan efek perangsangan SSP sebagai efek
samping. Secara garis besar obat-obat yang bekerja terhadap SSP dibagi
dalam dua golongan berdasarkan efek farmakodinamik yang merangsang atau
menghambat aktivitas otak, sum-sum tulang belakang dan saraf-sarafnya.
Kedua golongan tersebut adalah sebagai berikut : (21)
1. Stimulasi yang merangsang SSP secara langsung maupun tidak langsung
tergantung jenis obat dan dosisnya. Efeknya hanya mempengaruhi 1
bagian spesifik dari seluruh bagian SSP, sedangkan perangsangan SSP
dapat memperlihatkan reaksi yang berkisar antara meningkatkan
kewaspadaan sampai terjadinya kejang-kejang.
2. Depresi yang menghambat atau memblokir proses tertentu dalam SSP,
reaksi berkisar antara efek yang lemah sampai hilangnya kesadaran.
Saraf simpatis : perangsangan pada saraf simpatis (simpatomimetik) dapat
memberikan efek berupa mulut kering, stimulasi SSP (gelisah) sedangkan
penghambatan pada saraf simpatis (simpatolitik) dapat menyebabkan kontraksi
otot-otot rangka.
Saraf parasimpatis : Perangsangan pada saraf parasimpatis
(parasimpatomimetik) dapat memberi efek berupa stimulasi aktifitas saluran
pencernaan, peristaltik usus, diperkuat dan sekresi – sekresi kelenjar ludah dan
getah lambung. Efek lain dari perangsangan parasimpatis berupa kontraksi otot
rangka, depresi SSP yang mula – mula menstimulasinya dan kontraksi saluran
kemih dan ureter yang berefek mempelancar keluarnya air seni. Penghambatan
pada saraf parasimpatis menyebabkan relaksasi otot mata dengan efek
midriasis dan juga memperlihatkan efek sentral terhadap SSP yaitu
merangsang pada dosis kecil dan menghambat pada dosis toksik (15).
Sitem saraf otonom juga disebut susunan saraf vegetatif, meliputi antara
lain saraf-saraf dan ganglia yang merupakan persyarafan ke otot polos dan
ganglia yang merupakan persyarafan ke otot polos berbagai organ (bronkus,
lambung, usus, pembuluh) termasuk otot jantung serta beberapa kelenkar
ludah, keringat dan pencernaan.
II.6 Pemilihan dan Persyaratan Hewan Uji
Karena tujuan akhir dari pengujian toksisitas suatu senyawa kimia
adalah untuk keselamatan manusia, maka hewan uji yang dipakai dipilih yang
mempunyai sifat-sifat respon biologik dan adaptasi yang mendekati manusia
(13).
Jenis yang sering digunakan adalah mencit dan tikus, tetapi kadang-
kadang kelinci dan anjing juga digunakan. Alasan memilih adalah karena murah
dan mudah didapat, berkembang biak dengan cepat, jenis hewan ini ukurannya
kecil sehingga mudah pemeliharannya dan tidak memerlukan biaya yang besar
(13).
Respon yang disebabkan oleh suatu senyawa sering bervariasi karena
jenis yang berbeda dari hewan yang sama. Oleh karena itu hewan uji yang
akan digunakan dipilih berdasarkan umur, jenis kelamin, berat badan, kondisi
kesehatan, dan keturunan. Mencit yang digunakan sebiknya berumur 2-3 bulan
(11).
Hewan uji yang digunakan harus selalu berada dalam kondisi dan tingkat
kesehatan yang baik, dalam hal ini hewan uji yang digunakan dikatakan sehat
bila pada periode pengamatan bobot badannya bertambah, tetap atau
berkurang tidak lebih dari 10% serta tidak ada kelainan dalam tingkah laku dan
harus diamati satu minggu dalam laboratorium atau pusat pemelharaan hewan
sebelum ujinya berlangsung. Hewan dengan jenis kelamin berbeda, tetapi
jumlahnya seimbang, terdiri dari 10 ekor hewan, dan masing-masing kelompok
diberi dosis yang berbeda dari formulasi (22).
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
II.1 Alat dan Bahan Yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan adalah jarum oral, spoit, vial, kertas saring, timbangan
analitik (Sartorius), timbangan hewan (Berkel),
Bahan-bahan yang digunakan adalah air suling, liofilisat kasumba turate
(Carthamus tinctorius L.) dari laboratorium fitokimia fakultas farmasi universitas
hasanuddin, Hewan coba yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) dengan
bobot 20-30 g.
II.2 Penyiapan Sampel
Liofilisat kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) masing-masing ditimbang
sebanyak 3 mg, 15 mg, 150 mg, 1500 mg dan 6000 mg, kemudian masing-masing dari
liofilisat kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) yang telah ditimbang, ditambahkan
air panas secukupnya sehingga diperoleh ekstrak air 100 ml..
II.4 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan yaitu mencit (Mus musculus) yang berbadan sehat
sebanyak 60 ekor dengan bobot badan 20-30 gram. Mencit dibagi ke dalam 6
kelompok perlakuan, tiap kelompok terdiri dari 10 ekor mencit, yaitu 5 ekor mencit
jantan dan 5 ekor mencit betina. kelompok 1 – 6 sebagai kelompok perlakuan.
II.5 Perlakuan Terhadap Hewan Uji
Hewan uji ditimbang bobot badannya masing-masing, kemudian
dikelompokkan, setiap kelompok ditempatkan ke dalam satu kandang (kelompok
jantan dan betina berbeda). dan dipuasakan selama 3 – 4 jam. Kelompok 1 diberi air
suling, kelompok 2-6 diberi ekstrak air kasumba turate dengan dosis yang disiapkan
dengan volume pemberian 1 ml/30 g bobot badan, dengan variasi pemberian dosis
yang sesuai 0,03 mg, 0,15 mg, 1,5 mg, 15 mg dan 60 mg tiap 30 g bobot badan.
II.6 Pengamatan
Dari setiap kelompok diambil secara acak, efek toksik yang terjadi diamati dan
dibandingkan dengan kontrol. Waktu pengamatan adalah 5 menit, 10 menit, 15 menit,
30 menit, 60 menit, 120 menit, 180 menit dan 240 menit. Jadi total waktu pengamatan
adalah 4 jam. Pada perlakuan untuk mengamati efek toksik yang timbul dilakukan
pengujian yang meliputi uji panggung, uji katalepsi, uji urinasi, uji defekasi, dan uji
salivasi. Pengujian diulangi kembali pada mencit yang lain dalam kelompok yang
sama, kemudian dilanjutkan dengan kelompok yang lain. Setelah itu mencit diamati
terus untuk menentukan LD50nya selama 7 hari, dengan melihat jumlah mencit yang
mati.
Adapun cara pengujiannya, yaitu :
1. Uji Panggung
Mencit yang telah diberi ekstrak air kasumba turate diletakkan di ata meja
alas bulat “plat form” dengan diameter 30-40 cm dan tinggi 40-45 cm. Pada
uji ini yang diamati adalah aktivitas mencit secara umum dan aktivitas
motorik.
2. Uji katalepsi
Mencit yang telah diberi ekstrak air kasumba turate diletakkan diatas pensil
yang digerakkan dari atas ke bawah 2-3 cm di atas permukaan meja. Dicatat
mudah tidaknya kaki depan mencit jatuh kembali ke atas meja.
3. Uji urinasi
Pengeluaran urin mencit yang telah diberi ekstrak air kasumba turate
dibandingkan dengan control, menggunakan kertas saring.
4. Uji defekasi
Pengeluaran tinja mencit yang telah diberi ekstrak air kasumba turate dibandingkan
dengan control, menggunakan kertas saring.
5. Uji salivasi
Pengeluaran salivasi mencit yang telah diberi ekstrak air kasumba turate
dibandingkan dengan control, menggunakan kertas saring.
II.7 Pengumpulan dan Analisis Data
Data efek toksik diambil dari mencit yang memperlihatkan gejala-gejala
abnormal setelah pemberian ekstrak air kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)
dibandingkan kontrol. Data LD50 diambil dari jumlah mencit yang mati dan yang masih
hidup pada setiap kelompok .
Data dari pengamatan efek toksik dianalisis dengan menghubungkan jumlah
efek yang tampak dengan faktor pembobotan. Kategori masing-masing efek yang
diamati dihitung dalam setiap kelompok dosis. Sedangkan data untuk perhitungan LD50
dianalisis dengan metode Reed and Muench.
II.8 Pembahasan Hasil
Penentuan LD50 dilakukan dengan metode Reed dan Muench dan metode
grafik Probit-Log dosis yaitu dengan menghitung jumlah hewan uji yang memiliki efek
kumulatif terhadap dosis tertentu dan persentase kematian tiap kelompok.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian uji toksisitas akut setelah pemberian ekstrak air
kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) dengan konsentrasi yaitu 1 mg/kg BB,
5 mg/kg BB, 50 mg/kg BB, 500 mg/kg BB dan 2000 mg/kg BB secara oral,
sebagai berikut :
1. Gejala-gejala yang diperlihatkan adalah berupa peningkatan laju
pernapasan, penurunan aktivitas gerak , diare dan urin yang berlebihan.
Tidak terlihat adanya reaksi kejang, salivasi dan kelumpuhan. Hasil
pengamatan pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang diberi konsentrasi
0% atau hanya diberi air tidak menunjukkan gejala seperti di atas. Hasil
selengkapnya dilihat pada tabel 1.
2. Nilai LD50 ekstrak air kasumba turate dengan metode Reed dan Muench
tidak diperoleh, karena hewan uji yang mati dari tiap kelompok tidak ada
yang melebihi 50 %. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.
IV.2 Pembahasan
Pengamatan efek toksik yang tampak berupa peningkatan laju
pernapasan, penurunan aktivitas gerak, urinasi, dan diare. Pada dosis 1 mg/kg
berat badan tidak ada mencit yang mati dan sudah menunjukkan adanya
peningkatan laju pernapasan (efek kolinergik dan stimulasi sistem saraf pusat),
penurunan aktivitas gerak (depresi susunan saraf pusat dan relaksasi otot,
namun semakin meningkat dan tampak lebih nyata sampai dosis 2000 mg/kg
berat badan dan sudah tampak adanya gejala urinasi dan diare (efek
kolinergik).
Hasil pengamatan terhadap jumlah kematian mencit selama 7 hari
setelah pemberian ekstrak air kasumba turate mulai menunjukkan gejala
kematian mulai terjadi pada dosis 500 mg/kg BB yaitu sebanyak 2 ekor mencit
dan 2000 mg/kg BB 3 ekor mencit.
Tabel 2. Data Jumlah Kematian Hewan Uji 7 Hari Setelah Pemberian Oral Sediaan Cair
Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.)
Dosis (mg/kg
BB)
Jumlah Mencit
Jumlah Mencit Mati pada Hari Ke-
Jumlah yang Mati
1 2 3 4 5 6 7
Kontrol 10 0 0 0 0 0 0 0 0
1 10 0 0 0 0 0 0 0 0
5 10 0 0 0 0 0 0 0 0
50 10 0 0 0 0 0 0 0 0
500 10 1 0 0 0 1 0 0 2
2000 10 0 0 1 0 1 0 1 3
Jumlah 60 1 0 1 0 2 0 1 5
Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstrak, maka efek yang ditimbulkan semakin besar, dilihat dari
frekuensi gejala toksik yang timbul dari peningkatan laju pernapasan,
penurunan aktivitas gerak, gejala diare dan urinasi serta banyaknya hewan
yang mati pada tiap – tiap konsentrasi. Hal tersebut dapat terjadi karena
semakin tinggi dosis, semakin banyak kandungan zat aktif yang terdapat
didalamnya, sebagaimana diketahui bahwa dosis merupakan hal utama yang
menentukan apakah suatu zat kimia bersifat racun.
Pengamatan secara kualitatif yang diikuti dengan perhitungan
persentase kategori efek pada masing-masing konsentrasi menunjukkan bahwa
efek toksik dominan yang tampak pada mencit adalah depresi sistem saraf
pusat dan relaksasi otot dengan gejala penurunan aktivitas gerak. Diikuti
dengan stimulasi sistem saraf pusat dan kolinergik.
Adapun cara untuk mendapatkan persen dari tiap-tiap kategori adalah
dengan cara mengalikan antara banyaknya efek yang diamati dengan faktor
pembobotan masing-masing kategori, dibagi dengan banyaknya pengamatan
yang dikali dengan faktor pembobotan, kemudian hasilnya dikali dengan 100%.
Namun Penentuan LD50 tidak dapat dilakukan karena hewan uji yang mati tidak
mencapai 50 persen sehingga nilai dosis tertinggi yang diujikan yakni 2000
mg/kg berat badan hasil ini menunjukkan bahwa untuk ekstrak air kasumba
turate cukup aman untuk digunakan karena berdasarkan klasifikasi toksisitas
akut, sehingga dapat dikategorikan ekstrak air kasumba turate praktis tidak
toksik.
BAB V
KESIMPULAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis uji toksisitas akut ekstrak
air kasumba turate, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak air kasumba turate
pada dosis 1 mg/kg BB sudah memperlihatkan gejala-gejala toksik seperti
peningkatan laju pernapasan, penurunan aktivitas gerak dan pada dosis 2000
mg/kg BB semakin nyata meningkat disertai adanya gejala urinasi dan diare.
V.2 Saran
Melihat hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka disarankan perlu
lebih lanjut dilakukan penelitian ED50 ekstrak air kasumba turate untuk
mendapatkan indeks terapinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wijayakusuma, W., Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, jil. 1, Cet. 2. Jakarta.
Pustaka Kartini. 2007. Hal. 9.
2. Sastroamidjojo, A.S. Obat asli Indonesia. Cet. 4. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta. 1997. Hal 8,274.
3. Umar S. Efek Ekstrak Etanol kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) Terhadap Aktivitas Imunoglobulin G (IgG) dan Peningkatan Bobot Limpa pada Mencit Jantan (Mus musculus). Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar. 2006. Hal. 20.
4. Usmar, Rahmawati S, Nurlaila A, dan Rosany T. Uji Aktivitas Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) sebagai Upaya Pembuatan Sediaan Terstandar Menuju Prototipe Skala Industri Kecil. Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol.14. No.1- Maret 2010. Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar. 2010. Hal. 17-20.
5. Nurlaila, Donatus IA, Sugiyanto, Wahyono D, Suhardjono D. Petunjuk Praktikum Toksikologi. Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada; Yogyakarta. 1992. hal. 3 – 5, 16 – 30.
6. Van der Vosen, H.A.M., Umali, B.E. ”Plant Resources of South-East Asia: Vegetables oils and fats. Volume 14. Backhuys Publishers. Leiden. 2001. 70-72
7. Li D & Hans HM. Safflower, Carthamus tinctorius L. Promoting the conservation and use of underutilized and neglected crops. 1996 (7). pp. 28.
8. Tjitrosoepomo, G. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Gajah Madah University Press. Yogyakarta. 1994.
9. Mulyani S & Gunawan D. Ilmu Obat Alam Farmakognosi. Jakarta; Penebar Swadaya. 2004
10. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 1986. hal 8-20
11. Ganiswarna SG. Farmakologi dan Terapi. Ed. 5. Bagian Farmakologi FK-UI. Jakarta. 2007. Hal 823-6
12. Ariens EJ, Mutschler E, Simonis AM. Pengantar Toksikologi Umum. Terjemahan oleh Yoke R Watimena, Mathilda B Widianto. Elin Yulinah Sukandar. Yogyakarta; Gajah Mada University Press. 1985. Hal. 2
13. Lu FC and Kacew S. Lu’s Basic Toxicology; Fundamental, Target Organs, and Risk Assessment. 4th Ed. London and New York. 2003. Hal. 77. Available as PDF file
14. Koeman JH. Pengantar Umum Toksikologi. Terjemahan oleh Yudoyono RH. Yogyakarta; Gadjah Mada University Press. 1987. Hal. 34-6
15. Loomis TA. Toksikologi Dasar. Ed. 3. Terjemahan oleh Imono Argo Donatus. Yogyakarta; Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada; hal 21, 225-6, 233-8.
16. Hayes AW. Principles and Methods of Toxicology. Raven Press. New York. 1983. Hal. 4
17. Klaasse CD. Casarett and Duoll’s Toxycology : The Basic Science of Poisons. 3Rd ed. Macmillan Publishing Company. New York. 1986. hal. 11-13
18. Priyanto. Toksikologi. Mekanisme, Terapi Antidotum, dan Penilaian Risiko. Leskonfi (Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi); Jakarta Barat. 2009. Hal. 177-180
19. Turner RA. Screening Methods In Pharmacology. Academic Press. London. 1965. Hal. 61-63
20. Hodgson E. A Textbook of Modern Toxicology 4rd ed. A. Jhon Wiley & Sons, Inc. Publication. Canada. 2010. Hal. 230-231.
21. Mardjono MS. Neurologi Klinik Dasar. Ed. 4. Dian Rakyat. Jakarta. 1994. Hal 219-235
22. Malole MBM dan Pramono CSU. Penggunaan Hewan-Hewan Laboratorium, Penelaah Mashudi Pertadirija. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. 1989. Hal.94
Pemeliharaan
Pemilihan
Penimbangan
Pengelompokkan
Pengolahan sampel
LAMPIRAN I
Skema Kerja Uji Toksisitas akut Ekstrak kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)
Pada Mencit (mus musculus)
Hewan uji mencit
Mencit
Bobot 20-30 g
Sampel kasumba turate
(Carthamus tinctorius L.)
Infusa kasumba turate
(Carthamus tinctorius L.)
Perlakuan pada
hewan uji mencit
Klp kontrol Air
Klp I 1 mg/kgBB
Klp II 5 mg /kgBB
Klp III 50 mg/kgBB
Klp V 2000 mg/kgBB
Pengamatan
Pengujian
Pengambilan data
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan
Klp IV 500 mg/kgBB
LAMPIRAN II
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PEMBOBOTAN DAN
KATEGORI EFEK
NO Aktivitas Faktor Pembobotan
Kategori Efek
1 Penurunan Aktivitas gerak
1,0 - - CNS Dep.
Musc Rel
2 Peningkatan Laju Pernapasan
2,0 Kol. CNS Act
- -
3 Urinasi 1,0 Kol. - -
4 Salivasi 2,0 Kol. - -
5 Diare 2,0 Kol. - -
6 Konvulsi 1,0 Kol. CNS Act
- -
7 Kelumpuhan 1,0 - CNS Dep.
Musc Rel
Keterangan :
CNS Act = Central Nervous System Activated / Stimulasi Sistem Saraf
Pusat (SSP)
CNS Depresi = Central Nervous System Depresed/ Depresi SSP
Musc Rel = Muscle Relaxation / Relaksasi Otot
Kol = Kolinergik
Efek yang Diamati pada :
1. Stimulasi SSP = Peningkatan laju pernapasan dan konvulsi
2. Depresi SSP = Penurunan aktivitas dan kelumpuhan
3. Relaksasi Otot = Penurunan aktivitas gerak dan kelumpuhan
4. Kolinergik = Peningkatan laju pernapasan, urinasi,
salivasi, diare dan konvulsi
LAMPIRAN III
PERHITUNGAN ANTARA BANYAKNYA EFEK YANG TAMPAK
DIHUBUNGKAN DENGAN FAKTOR PEMBOBOTAN MASING-MASING
AKTIVITAS YANG DIAMATI
NO Kategori
Efek Konsentrasi yang diberikan (mg/kg BB)
1 5 50 500 2000
1 CNS. Act 1,90 1,90 5,71 20 29,52
2 CNS. Dep 8,57 10,48 17,14 20 27,62
3 Mus. Rel 8,57 10,48 17,14 20 27,62
4 Kolinergik 1,90s 6,67 12,38 29,52 39,05
Rumus yang digunakan untuk memperoleh nilai diatas adalah :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = banyaknya efek yang diamati x faktor pembobotan
(banyaknya pengamatan x faktor pembobotan) x 100%
1. Perhitungan efek stimulasi SSP (peningkatan laju pernapasan dan konvulsi)
Konsentrasi 1 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 2x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 1,90 %
Konsentrasi 5 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 2x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 1,90%
Konsentrasi 50 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 6x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 5,71%
Konsentrasi 500 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 21x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 20%
Konsentrasi 2000 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 31x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 29,52%
2. Perhitungan efek depresi SSP (Penurunan aktivitas gerak, kelumpuhan)
Konsentrasi 1 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 9x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 8,57%
Konsentrasi 5 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 11x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 10,48%
Konsentrasi 50 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 18x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 17,14%
Konsentrasi 500 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 21x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 20%
Konsentrasi 2000 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 29x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 27,62%
3. Perhitungan efek Relaksasi Otot (Penurunan aktivitas gerak, kelumpuhan)
Konsentrasi 1 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 9x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 8,57%
Konsentrasi 5 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 11x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 10,48%
Konsentrasi 50 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 18x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 17,14%
Konsentrasi 500 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 21x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 20%
Konsentrasi 2000 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 29x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 27,62%
4. Perhitungan efek kolinergik (Peningkatan laju pernapasan, urinasi, salivasi,
diare, konvulsi)
Konsentrasi 1 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 2x2,0 + 0x1,0 + 0x2,0 + 0x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100%
=4
210x100% = 1,9%
Konsentrasi 5 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 2x2,0 + 4x1,0 + 2x2,0 + 3x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100%
=14
210x100% = 6,67%
Konsentrasi 50 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 6x2,0 + 8x1,0 + 0x2,0 + 3x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100%
=26
210x100% = 12,38%
Konsentrasi 500 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 21x2,0 + 8x1,0 + 0x2,0 + 6x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (70x1,0) x 100%
=62
210x100% = 29,52%
Konsentrasi 2000 mg/kg BB :
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 31x2,0 + 8x1,0 + 0x2,0 + 6x2,0 + (0x1,0)
70x2,0 + (80x1,0) x 100%
=82
210x100% = 39,05%
LAMPIRAN IV
PERHITUNGAN KONSENTRASI DOSIS PEMBERIAN
PADA MENCIT (Mus musculus)
Rumus yang digunakan untuk memperoleh konsentrasi infus adalah :
𝐶 =dosis pemberian
volume pemberian
1. Untuk menyiapkan dosis 1 mg/kg disiapkan liofilisat dengan konsentrasi :
=1 mg/kg
1 ml/0,03kg = 1 mg x 0,03 ml = 0,03 mg/ml
Dibuat sebanyak 100 ml :
= 0,03mg
mlx 100 ml
= 3 mg
2. Untuk menyiapkan dosis 5 mg/kg disiapkan liofilisat dengan konsentrasi :
=5 mg/kg
1 ml/0,03kg = 5 mg x 0,03 ml = 0,15 mg/ml
Dibuat sebanyak 100 ml:
= 0,15mg
mlx 100 ml
= 15 mg
3. Untuk menyiapkan dosis 50 mg/kg disiapkan liofilisat dengan konsentrasi:
=50 mg/kg
1 ml/0,03kg = 50 mg x 0,03 ml = 1,5 mg/ml
Dibuat sebanyak 100 ml :
= 1,5 mg / ml x 100 ml = 150 mg
4. Untuk menyiapkan dosis 500 mg/kg disiapkan liofilisat dengan konsentrasi :
=500 mg/kg
1 ml/0,03kg = 500 mg x 0,03 ml = 15 mg/ml
Dibuat infus sebanyak 100 ml:
= 15 mg / ml x 100 ml = 1500 mg
5. Untuk menyiapkan dosis 2000 mg/kg disiapkan liofilisat dengan
konsentrasi:
=2000 mg/kg
1 ml/0,03kg = 2000 mg x 0,03 ml = 60 mg/ml
Dibuat sebanyak 100 ml :
= 60 mg / ml x 100 ml = 6000 mg
LAMPIRAN V
GAMBAR-GAMBAR PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
Gambar 3. tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)
Gambar 4. Hewan coba mencit ( Mus musculus ) dilakukan pengujian efek
toksik yang meliputi uji panggung, uji katalepsi, uji urinasi, uji defekasi, dan uji
salivasi.