Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DENGAN
PENCEGAHAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG JAYA
KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH
LIZA SALVIANA NIM : 08C10104147
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara, yang ditandai
penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh
wilayah Republik Indonesia. Gambaran keadaan masyarakat Indonesia di masa
depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut
dirumuskan sebagai Indonesia sehat 2015 (Depkes, 2010).
Dengan adanya rumusan visi tersebut, maka lingkungan yang diharapkan
pada masa yang akan datang adalah lingkungan yang bebas dari polusi,
tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan
kemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat
Indonesia sehat 2010 yaitu perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Depkes,
2010).
Secara statistik penderita diare yang memeriksakan diri ke Puskemas didata
hanya 25 dari per 1.000 penduduk. Namun berdasar survei yang dilakukan Depkes
(Departemen Kesehatan) melalui survei kesehatan rumah tangga, ternyata
1
2
penderita diare berjumlah 300 per 1.000 penduduk, bahkan lebih (Hening Darpito,
2008).
Setiap Tahun 100.000 anak meninggal karena diare, di Indonesia
terjadi kasus diare, Januari-Oktober 2006 mencapai 149.639 kasus yang terdiri
dari 141.070 kasus ditemukan di sarana kesehatan dan 8.569 kasus ditemukan
oleh kader kesehatan. Dari segi umur lebih banyak terjadi pada anak-anak di
bawah 4 tahun yaitu sebesar 71.378 kasus dan di atas 5 tahun sebanyak 69.692
kasus. Kebanyakan kasus diare tersebut disebabkan faktor kebersihan termasuk
kurangnya kesadaran mencuci tangan (Hening Darpito, 2008).
Penyebab utama tingginya kematian anak karena diare di Indonesia terkait
dengan minimnya perilaku hidup bersih masyarakat dan sanitasi yang buruk.
Namun banyak orang cenderung meyakini bahwa penyebab diare tidak terkait
dengan perilaku bersih dan sanitasi dimana banyak orang yang masih
beranggapan penyebab diare adalah keracunan makanan, musim, tanda-tanda
pertumbuhan bagi bayi dan faktor- faktor klinik, keadaan ini telah menyebabkan
banyak orang yang mengabaikan bagaimana sebenarnya menjaga lingkungan dan
personal hygiene yang baik (Suprajitno, 2004).
di Kota Banda Aceh secara keseluruhan dilaporkan pada tahun 2011
mencapai 16432 kasus diare yang terjadi terutama pada musim hujan dan hampir
rata-rata yang menjadi korban adalah anak-anak (Dinkes Kota Banda Aceh,
2011).
Sedangkan menurut data dari Dinas Kesehatan Nagan Raya didapatkan
Jumlah kasus diare tahun 2011 yang terdiri Puskesmas Simpang Jaya 662 kasus,
3
Puskesmas Uteun Pulo 345 kasus, Puskesmas Muko 159 kasus, Puskesmas Alue
Bilie 583 kasus, Puskesmas Padang Panyang 281 Kasus, Puskesmas Beutong 440
kasus, Puskesmas Suka Mulia 174 kasus. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
kasus yang paling banyak terdapat di Simpang Jaya (Profil Dinkes Nagan Raya,
2011).
Keluarga sebagai suatu unit terkecil dari masyarakat memegang peranan
penting dalam upaya untuk menjamin kesehatan dari anggota keluarganya.
Apabila setiap keluarga mempunyai prilaku yang baik dalam memperlakukan
lingkungan, makanan yang di konsumsi, personal hygiene dan buang air besar
tidak di sembarang tempat, maka selain menyehatkan keluarganya sendiri juga
desa tempat tinggalnya (Nursalam, 2003).
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap keluarga-keluarga yang ada
di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya, banyak di temukan kasus di mana
lingkungan tempat tinggal yang tidak bersih, seperti sampah yang berserakan,
banyaknya air tergenang, buang air besar di sungai dan minum air mentah. hal ini
menunjukkan masih kurangnya pengetahuan keluarga dalam rangka menjaga
lingkungan atau mencegah setiap anggota keluarga mengalami diare. Berdasarkan
keadaan tersebut peneliti tertarik untuk melihat lebih lanjut bagaimanakah upaya-
upaya yang dapat dilakukan oleh keluarga dalam usaha mencegah terjadinya diare
pada anggota keluarganya.
4
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi permasalah
pada penelitian ini adalah bagaimanakah upaya pencegahan diare ditinjau dari
tugas kesehatan keluarga di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui upaya pencegahan diare ditinjau dari tugas kesehatan
keluarga di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya tahun 2013.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui upaya pencegahan diare ditinjau dari kemampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan.
b. Untuk mengetahui upaya pencegahan diare ditinjau dari kemampuan
keluarga membuat keputusan yang tepat.
c. Untuk mengetahui upaya pencegahan diare ditinjau dari kemampuan
keluarga memberikan perawatan kesehatan.
d. Untuk mengetahui upaya pencegahan diare ditinjau dari kemampuan
keluarga mempertahankan suasana lingkungan rumah yang sehat.
e. Untuk mengetahui upaya pencegahan diare ditinjau dari kemampuan
keluarga menggunakan fasilitas kesehatan.
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam
melakukan penelitian serta dapat dijadikan sebagai bekal dalam melakukan
penelitian dimasa yang akan datang.
2. Pemberi pelayanan di Puskesmas Simpang Jaya sebagai bahan kajian
keilmuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dan sebagai
bahan masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam mengatasi
masalah yang berhubungan dengan penanganan dan pencegahan diare.
3. Institusi Pendidikan, khususnya Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat UTU Meulaboh, sebagai bahan tinjauan keilmuan sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik dalam setiap melakukan
peran profesionalnya.
4. Bagi anggota keluarga yang menjadi responden, dapat menjadi bahan
tambahan wawasan kesehatan dalam usaha mencegah terjadinya diare pada
setiap anggota keluarga.
5. Bagi peneliti lain, dapat menjadi sebagai bahan rujukan untuk melakukan
pelitian ulang yang lebih lanjut.
1.4.2 Manfaat Praktis
Sebagai rujukan atau pedoman dalam pelaksanaan pemberantasan penyakit
diare di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Konsep sehat
2.1.1 Definisi Sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit
akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek
fisik, emosi, sosial dan spiritual. Menurut Word Health Organization (WHO)
tahun 1947 dalam Notoatmodjo (2003), Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa
suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak
hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Definisi Word Health Organization tentang sehat mempunyai karakteristik
berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif :
a. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
b. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan
eksternal.
c. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
menyatakan bahwa Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam
pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh
terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa
merupakan bagian integral kesehatan.
6
7
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang
dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal
(lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
2.1.2 Model sehat sakit
a. Model Rentang Sehat-Sakit
Sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada
waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal,
dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang
menandakan habisnya energi total” (Perry, 2007)
Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara
terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada
lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik,
emosional, inteletual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat.
Sedangkan Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu
atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila
dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.
Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai
tingkatan sehingga akan lebih akurat jika ditentukan sesuai titik-titik tertentu pada
skala Rentang Sehat-Sakit.
8
2.2 Konsep Keluarga
2.2.1 Pengertian
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat mempunyai peran dan
fungsi di bidang kesehatan untuk terciptanya keadaan kesehatan yang baik, dapat
meningkatkan kualitas hidup dan umur harapan hidup secara individu maupun
masyarakat. Setiap individu harus memelihara dan meningkatkan kesehatan, salah
satunya melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit (Depkes, 2009).
Menurut Baylon dan Maglaya (1989) dikutip Effendi (2008), keluarga
adalah sebagai dua orang atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Secara tradisional keluarga dikelompokkan dalam 2 (dua) bagian
(Suprajitno, 2004), yaitu:
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari
ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek,
paman-bibi).
2.2.2 Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (2004) adalah :
9
a. Fungsi afektif, yaitu fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu dalam mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan
orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial
anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi, adalah fungsi
mengembangkan dan tempat melatih anak untuk kehidupan social sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generalisasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktifitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang
kesehatan.
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan yaitu mengenal masalah
kesehatan keluarga, memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga,
merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi
lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga, dan memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga (Suprajitno, 2004).
10
2.2.3 Tugas kesehatan keluarga
Keluarga merupakan suatu sistem tempat individu anggota keluarga
berinteraksi di dalam keluarga. Perilaku dan sikap anggota keluarga dibentuk oleh
hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. Setiap perubahan pada salah
satu anggota keluarga akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Terdapat
dua fungsi dasar keluarga yaitu guna memenuhi kebutuhan fisik dan kesejahteraan
psikososial.
Keluarga mempunyai cara-cara tertentu untuk mengatasi masalah
kesehatan. Kegagalan dalam mengatasinya akan mengakibatkan penyakit atau
sakit terus menerus dan keberhasilan keluarga untuk berfungsi sebagai satu
kesatuan akan berkurang. Dalam perawatan kesehatan keluarga, kata-kata
”mengatasi dengan baik”, diartikan sebagai kesanggupan ke luarga untuk
melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatannya sendiri. Tugas kesehatan
keluarga menurut Friedman (2004) adalah:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga. Ini
ada hubungannya dengan kesanggupan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan pada setiap anggota keluarga.
2. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, yang tidak
dapat membantu diri karena cacat atau usianya terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan untuk kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
11
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan. Ini menunjukkan pemanfaatan dengan baik akan
fasilitas-fasilitas kesehatan.
Keluarga dengan Kepemilikan Sarana sanitasi Dasar terdiri dari :
1. Persediaan Air Bersih
Air bersih memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia
karena diperlukan untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan hidup
manusia. Oleh karena itu air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah
yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan
bakteriologi).
2. Jamban
Keberadaan jamban keluarga sangat penting dalam sebuah
keluarga. Pengelolaan sebuah jamban yang memenuhi syarat kesehatan
diperlukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penularan penyakit.
3. Pengelolaan Air Limbah
Dalam upaya mendukung terwujudnya kualitas lingkungan yang
sehat diperlukan pengelolaan air limbah yang sesuai standar dan memenuhi
syarat kesehatan. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah suatu
bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan kamar mandi,
tempat cuci, dapur dan lain- lain bukan dari jamban atau peturasan. Saluran
Pembuangan Air Limbah yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1) Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air bersih
minimal 10 meter
2) Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk
sarang nyamuk (diberi tutup yang cukup rapat)
12
3) Tidak menimbulkan bau (diberi tutup yang cukup rapat)
4) Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan
(tidak bocor sampai meluap)
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan (8) pokok sebagai berikut :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing.
4. sosialisasi antara anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarkat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Effendi,
2008).
2.3 Konsep diare
2.3.1 Sejarah diare
Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani dan
Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi
masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula
bahwa pada zaman tersebut tercatat dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturan-
peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah atau drainase
pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya.
13
Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat
pembuangan kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya latrine tersebut
bukan karena kesehatan. Dibangunnya latri umum pada saat itu bukan karena tinja
atau kotoran manusia dapat menularkan penyakit tetapi tinja menimbulkan bau tak
enak dan pandangan yang tidak menyedapkan (Suprajitno, 2004).
Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu dengan alasan
bahwa minum air kali yang mengalir sudah kotor itu terasa tidak enak, bukan
karena minum air kali dapat menyebabkan penyakit. Dari dokumen lain tercatat
bahwa pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang
mengharuskan masyarakat mencatatkan pembangunan rumah, melaporkan adanya
binatang-binatang yang berbahaya, dan binatang-binatang piaraan yang
menimbulkan bau, dan sebagainya.
Bahkan pada waktu itu telah ada keharusan pemerintah kerajaan untuk
melakukan supervisi atau peninjauan kepada tempat-tempat minuman (public
bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi dan sebagainya. Kemudian pada
permulaan abad pertama sampai kira-kira abad ke-7 kesehatan masyarakat makin
dirasakan kepentingannya karena berbagai macam penyakit menular mulai
menyerang sebagian besar penduduk dan telah menjadi epidemi bahkan di
beberapa tempat telah menjadi endemi (Purnawan, (2008)..
Penyakit diare dan kolera telah tercatat sejak abad ke-7 menyebar dari Air
Susu Ibu khususnya Timur Tengah dan Asia Selatan ke Afrika. India disebutkan
sejak abad ke-7 tersebut telah menjadi pusat endemi kolera. Disamping itu lepra
juga telah menyebar mulai dari Mesir ke Asia dan Eropa melalui para emigrant.
14
Upaya-upaya untuk mengatasi epidemi dan endemi penyakit-penyakit
tersebut, orang telah mulai memperhatikan masalah lingkungan, terutama hygiene
dan sanitasi lingkungan. Pembuangan kotoran manusia (latrin), pengusahaan air
minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah tercatat menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat pada waktu itu (Marlyn, 2004)..
Dari catatan-catatan tersebut di atas dapat dilihat bahwa masalah kesehatan
masyarakat khususnya penyebaran-penyebaran penyakit menular sudah begitu
meluas dan dahsyat, namun upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat
secara menyeluruh belum dilakukan oleh orang pada zamannya .
Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai
dilakukan pada tahun 1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat
Inggris terserang epidemi (wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat yang
tinggal di perkotaan yang miskin. Kemudian parlemen Inggris membentuk komisi
untuk penyelidikan dan penanganan masalah wabah kolera ini (Suprajitno, 2004).
2.3.2 Definisi
Diare sesuai dengan definisi Hippocrates, maka diare adalah buang air
besar dengan frekwensi yang tiidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja
yang lebih lembek atau cair. (Nellson dkk, 1969 dan Morley, 1973 dalam
Suryono, 2009), berpendapat bahwa istilah gastroenteritis hendaknya
dikesampingkan saja, karena memberikan kesan terdapatnya suatu radang
sehingga selama ini penyelidikan tenang diare cenderung lebih ditekankan pada
penyebabnya.
15
Diare ialah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran buang
air besar. Kekerapan yang dianggap masih normal adalah sekitar 1– 3 kali dan
banyaknya 200 – 250 gram sehari, beberapa penderita mengalami peningkatan
kekerapan dan keenceran buang air besar walaupun jumlahnya kurang dari 250
gram dalam kurun waktu sehari. Sedangkan Diare akut didefinisikan sebagai
keluarnya Buang Air Besar sekali atau lebih yang berbentuk cair dalam satu hari
dan berlangsung kurang dari 14 hari (Mansjoer, 2002)
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan
perorangan, faktor gizi misalnya tidak diberikannya makanan tambahan meskipun
anak telah berusia 4–6 bulan, faktor pendidikan yang utama adalah pengetahuan
ibu tentang kesehatan. Faktor kependudukan menunjukkan bahwa insiden diare
lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh.
Sedangkan faktor perilaku orang tua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan
tidak mencuci tangan sebelum makan, menyiapkan makan, setelah Buang Air
Besar atau membuang tinja anak. Kesemua faktor tersebut diatas terkait erat
dengan ekonomi masing-masing keluarga (Mansjoer, 2002).
2.3.3 Etiologi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare diantaranya
lingkungan gizi kependudukan, pendidikan, sosial ekonomi dan perilaku
masyarakat.
Sedangkan penyebab terjadinya diare adalah :
a. Peradangan usus oleh agen penyebab seperit bakteri, virus, parAir Susu
Ibut (jamur, cacing, protozoa)
16
b. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun
bahan kimia
c. Kurang gizi
d. Alergi terhadap susu
e. Immuno defesiensi
2.3.4 Patogenesis.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbul Diare adalah :
a. Gangguan osmotik.
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
b. Gangguan sekresi.
Akibat rengsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus
dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus.
Hyperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
untuk usus menyerap makanan sehinggga timbul diare. Sebaliknya bila
pristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
dan selanjutnya dapat menimbulkan diare (Mansjoer, 2002).
2.3.5 Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih factor dibawah ini :
17
a. Pengurangan atau penghambatan ion-ion dan perangsangan dan sekresi
aktif ion- ion pada usus (secretory diarrhea).
Penghambatan penyerapan ion- ion serta perangsangan sekresi ion-ion
bersama-sama dengan alasan kebanyakan hormone dan toksin akan
merangsang sekresi aktif serta menghambat penyerapan ion- ion. Penderita
ini terkadang terbangun waktu pagi berhubung meningkatnya pergerakan
usus halus dan usus besar akibat meningkatnya sekresi aktif cairan
kedalam usus halus oleh factor infeksi, peradangan dan pasca reseksi
ileum, pasca reseksi ileum dinamakan juga diare post prandial yang
biasanya diare pada pagi hari, sehubungan dengan mengalirnya garam
empedu ke usus pada pada pagi hari sesudah makan dan juga penumpukan
garam empedu terbanyak pada pagi hari.
b. Terdapatnya zat yang sukar diabsorbsi atau cairan dengan tekanan osmotic
yang tinggi pada usus.
Terdapat zat-zat yang sulit diserap atau cairan dengan tekanan
osmotic yang tinggi dalam jumlah yang berlebihan pada usus akan
menyebabkan diare yang disebut diare osmotic yaitu :
1) Larutan yang sulit diserap seperti obat pencahar/laksansia
2) Penyimpangan pencernaan makanan (maldigestion)
3) Kegagalan pengangkutan makanan non elektrolit yang mempunyai
tekanan osmotic yang tinggi misalnya glukosa yang biasanya diserap
dengan mekanisme tertentu.
Karena tekanan osmotic yang tinggi, larutan yang sulit diserap
ini menahan/menarik air dan garam kedalam usus sehingga terjadi
diare. Secara klinis diare osmotic dapat dibedakan dengan kenyataan
bahwa diare ini akan berhenti bila penderita berhenti makan makanan
yang menjadi sebabnya (puasa). Contoh makanan tesebut adalah;
18
sorbitol, silitol (pemanis palsu), juga susu pada penderita defisiens i
lactase dan makanan yang mengandung banyak karbohidrat pada
penderita piloroplasti, gastroenterostomi, atau pasca gastrektomi
dimana cairan makanan seperti dicurahkan kedalam usus halus
(dumping diarrhea). Pada sindrom malabsorbsi bukan hanya diare
tetapi juga malnutrisi terjadi pada penderita.
c. Perubahan pergerakan dinding usus.
Perubahan pergerakan dinding usus, disini dikenal 3 proses :
1) Penurunan pergerakan usus/pristaltik yang menyebabkan
bertambahnya perkembangan bakteri dalam rongga usus.
2) Meningkatnya pergerakan usus yang menyebabkan berkurangnya
waktu kontak antara makanan dengan permukaan usus halus sehingga
makanan cepat masuk kedalam lumen kolon.
3) Pengosongan kolon secara premature disebabkan isi kolon atau proses
peradangan kolon atau sindrom iritable kolon yang akan
mempersingkat waktu kontak, sehingga volume dan keenceran tinja
akan bertambah.
Penyakit yang termasuk dalam perubahan pergerakan usus ini
antara lain sindrom irritable colon, sindrom keganasan karsinoid, diare
post vagotomi, diare akibat penyakit endokrin seperti neuropati
diabetic, dan thirotoxicosis.
19
2.3.6 Gejala klinis
Penderita diare kronik mempunyai gejala umum disamping gejala
khusus yang sesuai dengan penyakit penyebabnya. Gejala umum berupa
diare yang dapat berlangsung lama, berminggu-minggu atau berbulan-
bulan, baik secara menetap atau berulang, kadang-kadang bercampur darah,
lender, lemak dan berbuih, rasa sakit diperut, rasa kembung dan kadang-
kadang disertai demam.atau dapat disebutkan :
a. Konsistensi faeses cair dan frekwens defikasi semakin sering
b. Pada bayi, cengeng dan gelisah
c. Demam
d. Kram abdomen, tenesmus
e. Membrane mucosa kering
f. Berat badan menurun
g. Malaise (Mansjoer, 2002)
7. Pengobatan Diare
Penyebab diare akut/diare mendadak tersering adalah virus, maka
tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan, karena biasanya akan
sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari. Maka pengobatan diare ini
ditujukan untuk mengobati gejala yang ada dan mencegah terjadinya
dehidrAir Susu Ibu atau kurang cairan.
Yang terpenting diperhatikan pada kasus diare mendadak ini adalah:
a. Menghentikan diare virus dengan obat bukanlah jalan terbaik. Tetapi
jangan menjadi bingung bila diare tetap ada sampai beberapa hari.
20
Karena biasanya berlangsung beberapa hari dan sembuh, tergantung dari
keadaan kesehatan anak dan banyaknya cairan yang masuk.
b. Pengatasan diare adalah dengan memperhatikan adanya tanda-tanda
dehidrasi
c. Penanganan yang terbaik adalah tetap memberikan makanan dan minum
(Air Susu Ibu) seperti biasa. Bila sudah disertai muntah, untuk
pengantian cairan anda dapat memberikan pedialyte (oralit untuk anak-
anak dengan beberapa rasa).
d. Kurangi makanan yang mengandung terlalu banyak gula. Ingat memang
tidak mudah memberikan anak cairan yang agak terasa Air Susu Ibu ini,
bahkan beberapa anak akan menolaknya. Tapi bersabarlah dan tetap
berusaha mencari jalan supaya anak dapat meminum cairan ini.
e. Dan yang paling terpenting adalah Membuat anak kembali kemakanan
padatnya (dan/atau susu formulanya/Air Susu Ibu) karena ini adalah
yang terbaik untuk mengobati diarenya. Karena sel-sel usus yang
dirusak oleh virus memerlukan nutrisi untuk pembentukan kembali.
Penelitian menyatakan bahwa pemberian makanan seperti biasanya
akan memperpendek masa waktu gejala dari diare ini.
8. Pencegahan Diare untuk seluruh anggota keluarga
a. Teruskan Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
b. Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian
makanan pendamping Air Susu Ibu setelah bayi berusia 4 bulan.
c. Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/serangga,
maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan
21
untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan atau
menyediakan makanan untuk sikecil.
Segera bawa ke Rumah Sakit, bila:
- Diare disertai Darah perlu pengobatan spesifik dengan antibiotika.
- Adanya tanda-tanda dehidrasi (tidak ada air mata ketika menangis,
kencing berkurang atau tidak ada kencing dalam 6-8 jam, mulut
kering)
- Adanya panas tinggi (38.5 0C) yang tidak turun dalam 2 hari.
- Muntah terus menerus - tidak dapat masuk makanan /Air Susu Ibu.
- Adanya sakit perut kolik pada bayi akan menangis kuat dan biasanya
menekuk kaki, keringatan dan gelisah.
- Ingat untuk menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita
makan. Juga kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si
kecil.
9. Pencegahan diare untuk Balita
Tujuan pencegahan adalah untuk tercapainya penurunan angka
kesakitan, terutama pada balita. Upaya kegiatan pencegahan diare, dari hal
penelitian terakhir menunjukkan bahwa cara pencegahan yang benar dan
efektif yang dapat dilakukan yakni dengan memberikan Air Susu Ibu,
memperbaiki makanan pendamping Air Susu Ibu. Menggunakan air bersih
yang cukup. Mencuci tangan sebelum beraktivitas. Menggunakan jamban,
membuang tinja bayi yang benar, memberikan imunisasi campak.
a. Pemberian Air Susu Ibu adalah makanan paling baik untuk bayi.
Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan
22
seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. Air Susu
Ibu saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umut 4-6
bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.
b. Air Susu Ibu steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu
formula atau cairan lain disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian Air Susu Ibu saja,
tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol
menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan
menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh.
c. Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 4-6 bulan.
Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian air susu ibu harus
diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses
menyapih).
d. Air Susu Ibu mempunyai khasiat buat preventif secara imunologik
dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. Air Susu
Ibu turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang
baru lahir, pemberian Air Susu Ibu secara penuh mempunyai daya
lindung 4 lebih besar terhadap diare daripada pemberian Air Susu Ibu
yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang
disusui mencegah tubuhnya bakteri penyebab diare.
e. Pada bayi yang tidak diberi Air Susu Ibu secara penuh, pada 6 bulan
pertama kehidupan risiko mendapat diare adalah 30 kali lebih besar.
Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui.
23
Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko
tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
f. Makanan pendamping Air Susu Ibu. Pemberian makanan pendamping
Air Susu Ibu adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan
makanan orang dewasa. Pada masa tesebut merupakan masa yang
berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping
Air Susu Ibu dapat menyebabkan meningkatkan resiko terjadinya diare
ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian.
g. Perilaku pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu yang baik
meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana (Suprajitno,
2004).
24
2.4 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini mengacu pada konsep keperawatan dan teori
yang di kemukakan oleh Bailon & Maglaya, (1996) dalam Friedman (2004)
tentang tugas kesehatan keluarga.
Kemampuan mengenal masalah
kesehatan
Pencegahan Diare
Kemampuan membuat keputusan tindakan
kesehatan yang tepat.
Kemampuan memberi perawatan pada
anggota keluarga yang sakit
Kemampuan mempertahankan
suasana lingkungan rumah yang sehat
Kemampuan
menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada di masyarakat
Makanan Pendamping
yang sesuai
Minum air bersih
Cuci tangan sebelum makan
Buang air besar di jamban
Pemberian Asi
Gambar. 3.1. Kerangka Teori
25
2.5 Kerangka Konsep
Sedangkan konsep upaya pencegahan diare diadopsi dari konsep
(Mansjoer, 2002). Untuk gambaran yang lebih jelasnya dapat dilihat pada
skema sistematis di bawah ini ;
Pencegahan Diare
Variabel Independen Variabel Dependen
Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Kemampuan membuat keputusan tindakan kesehatan
yang tepat.
Kemampuan memberi perawatan pada anggota
keluarga yang sakit
Gambar. 3.2. Kerangka konsep
Kemampuan mempertahankan suasana
lingkungan rumah yang sehat
Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat
26
2.6 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan yang antara kemampuan mengenal masalah kesehatan
dengan pencegahan diare.
2. Ada hubungan yang antara kemampuan membuat keputusan kesehatan
yang tepat dengan pencegahan diare.
3. Ada hubungan yang antara kemampuan memberikan perawatan kepada
anggota keluarga dengan pencegahan diare.
4. Ada hubungan yang antara kemampuan mempertahankan suasana rumah
yang sehat dengan pencegahan diare.
5. Ada hubungan yang antara kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan
yang ada di masyarakat dengan pencegahan diare.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu Analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran
atau untuk mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif di masa sekarang
(Notoatmodjo, 2008).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya
Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 4 april sampai dengan 11 april tahun 2013
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga yang ada dalam
wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya sebanyak 3.674 KK dari 22 desa.
27
28
3.3.2 Sampel
Penentuan besar sampel dalam penelitian ini didasarkan pada rumus Slovin
sebagai berikut:
RUMUS SLOVIN n = ___N___ 1 + N (d ) ²
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah populasi
d² = Presisi ( diambil 10% = 0,1 )
Berdasarkan rumus Slovin diatas maka jumlah sampel yang diambil adalah sebagai berikut:
3.674
n = ___________ 1+ 3.674. (0,1) ²
3.674 n = _____________ = 97
1+ 3.674 . (0,01) Jumlah sampel 97.
Pengambilan sampel ini dilakukan secara random sampling. Karena jumlah
desanya 22, maka ada 21 desa yang sampelnya 4 orang, serta 1 desa dengan sampel 5
orang.
29
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
kuesioner, untuk mencari informasi dari responden tentang kesehatan keluarga
dalam wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan Tadu Raya
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
3.4.2 Data sekunder
Data sekunder yaitu data pendukung yang dibutuhkan peneliti yang
berupa data Gambaran Umum, Lokasi penelitian, dan laporan tahunan Jumlah
pasien pasien diare.
3.5 Definisi Operacional
No Variabel Keterangan
Variabel Independen
1 Kemampuan
mengenal masalah kesehatan
Definisi
Cara ukur Alat Ukur
Hasil Ukur
Hasil ukur
Kecakapan keluarga untuk
mengetahui permasalahan kesehatan yang timbul dalam
keluarganya. Wawancara Kuesioner
1. Baik 2. Kurang
Ordinal
2 Kemampuan keluarga membuat keputusan
Definisi
Cara ukur Alat Ukur
Hasil Ukur Skala ukur
Tindakan yang di ambil apabila terjadi kasus diare pada anggota keluarganya.
Wawancara Kuesioner
1. Baik 2. Kurang Ordinal
30
3. Kemampuan memberi perawatan
pada anggota keluarga yang sakit
Definisi
Cara ukur
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala ukur
Kesigapan dan reaksi keluarga dalam mengatasi permasalahan
kesehatan keluarganya. Wawancara
Kuesioner 1. Baik 2. Kurang
Ordinal
4. Kemampuan mempertahankan
suasana lingkungan rumah yang sehat
Definisi
Cara ukur Alat Ukur
Hasil Ukur Skala ukur
Keadaan tempat tinggal keluarga yang bersih dan asri
Wawancara Kuesioner
1. Baik 2. Kurang Ordinal
5.
Kemampuan
menggunakan fasilitas kesehatan
Definisi
Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Skala ukur
Tindakan keluarga yang selalu
memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Wawancara Kuesioner 1. Baik
2. Kurang Ordinal
Variabel Dependen
6 Upaya pencegahan diare ditinjau dari
tugas kesehatan keluarga
Definisi
Cara ukur Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala ukur
Usaha atau tindakan keluarga dalam mencegah anggota
keluarganya terkena penyakit diare Wawancara Kuesioner
1. Baik 2. Kurang
Ordinal
3.6 Aspek Pengukuran
Pada penelitian ini digunakan kuesioner yang meliputi pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam laporan tentang
31
pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Alat yang digunakan adalah lembar
kuesioner.
Adapun penjelasan dari hasil ukur pada definisi operasional adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan Mengenal Masalah Kesehatan:
Untuk kepentingan analisis skala dikatagorikan menjadi:
1. Baik = Apabila nilai skor > 11
2. Kurang = Apabila nilai skor ≤ 11
(sumber : Guttman 2005)
2. Kemampuan Membuat Keputusan Kesehatan Yang Tepat
Untuk kepentingan analisis skala dikatagorikan menjadi:
1. Baik = Apabila nilai skor > 11
2. Kurang = Apabila nilai skor ≤ 11
(sumber : Guttman 2005)
3. Kemampuan Memberikan Perawatan Kepada Anggota Keluarga
Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:
1. Baik = Apabila nilai skor > 11
2. Kurang = Apabila nilai skor ≤ 11
(sumber : Guttman 2005)
4. Kemampuan Mempertahankan Suasana Rumah Yang Sehat
Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:
1. Baik = Apabila nilai skor > 11
2. Kurang = Apabila nilai skor ≤ 11
(sumber : Guttman 2005)
32
5. Kemampuan Menggunakan Fasilitas Kesehatan Yang Ada Di Masyarakat
Untuk keperluan analisis skala dikategorikan menjadi :
1. Baik = Apabila nilai skor > 11
2. Kurang = Apabila nilai skor ≤ 11
(sumber : Guttman 2005)
6. Pencegahan Diare
Untuk keperluan analisis skala dikategorikan menjadi :
1. Baik = Apabila nilai skor > 11
2. Kurang = Apabila nilai skor ≤ 11
(sumber : Guttman 2005)
3.7 Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul diolah secara manual, dengan langkah sebagai berikut :
1. Editing adalah pemeriksaan atau pengecekan kelengkapan data melalui
kuesioner yang telah dikumpulkan.
2. Coding adalah proses untuk memberikan kode pada jawaban-jawaban
responden dan atau ukuran-ukuran yang diperoleh dari unit analisis sesuai
dengan rancangan awalnya.
3. Scoring adalah pemberian skor dimana setiap jawaban yang benar diberi skor
2 dan yang salah skor 1, hasil jawaban responden yang telah diberikan
pembobotan dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah skor kemudian
dipresentasikan dengan jumlah dikali 100%. Kuesioner atau angket yang
33
digunakan dalam penelitian ini menggunakan pertanyan tertutup dengan
alternative yang telah ditentukan.
4. Tabulating adalah menyajikan data dalam bentuk tabel.
3.8 Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
perhitungan statistic sederhana yaitu persentase atau proporsi. (Eko Budiarto, 2001).
Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan
hubungan variabel independen dengan variabel dependen melalui uji chi square (x²)..
Pengolahan data akan dilakukan dengan bantuan komputerisasi. Untuk memperoleh
jawaban apakan dua variabel saling berhubungan atau tidak.
Adapun ketentuan SPSS adalah sebagai berikut:
1. Pada tabel 2x2 nilai yang di ambil adalah pearson chi-square pada kolom
Asimp sig 2 side.
2. Bila tabel lebih dari 2x2 nilai yang di ambil adalah pearson chi-square
pada kolom Exact sig 2 side.
3. HO gagal ditolak jika p value > ά, artinya tidak ada hubungan antara
variabel independent dengan variabel dependen.
4. HO di tolak = jika p value < ά, artinya ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari tanggal 27 Maret s/d 05
April Tahun 2013 di Wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan Tadu
Raya Kabupaten Nagan Raya terhadap 97 orang Responden didapatkan hasil
sebagai berikut.
4.1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan data responden dan
variabel penelitian secara tunggal. Variabel penelitian terdiri dari kemampuan
mengenal masalah kesehatan, kemampuan keluarga membuat keputusan,
kemampuan memberi perawatan pada keluarga yang sakit, kemampuan
mempertahankan suasana rumah yang sehat, kemampuan menggunakan fasilitas
kesehatan dan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan keluarga.
4.1.1. Variabel Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan kemampuan mengenal
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya
Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Kemampuan Mengenal
Masalah Kesehatan
Frekuensi %
1 Baik 62 63,9
2 Kurang 35 36,1
Jumlah 97 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
34
35
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden
mempunyai kemampuan mengenal masalah kesehatan yang baik, yaitu sebanyak
62 orang (63,9%), selebihnya berkategori kurang sebanyak 35orang (36,1%).
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan kemampuan keluarga
membuat keputusan di wilayah kerja Puskesmas Simpang
Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya Tahun
2013.
No Kemampuan keluarga
membuat keputusan yang
tepat
Frekuensi %
1 Baik 60 61,9
2 Kurang 37 38,1
Jumlah 97 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden
mempunyai kemampuan yang baik dalam membuat keputusan yaitu sebanyak 60
orang (61,9%), selebihnya mempunyai kemampuan yang kurang sebanyak 37
orang (38,1%).
Tabel 4.3. Distribusi responden berdasarkan kemampuan memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit di wilayah kerja
Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten
Nagan Raya Tahun 2013.
No Kemampuan memberi
perawatan pada anggota
keluarga yang sakit
Frekuensi %
1 Baik 56 57,7
2 Kurang 41 42,3
Jumlah 97 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
36
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden
mempunyai kemampuan yang baik dalam memberikan perawatan pada anggota
keluarga yang sakit yaitu sebanyak 56 orang (57,7%), .selebihnya mempunyai
kemampuan yang kurang sebanyak 41 orang (42,3%).
Tabel 4.4. Distribusi responden berdasarkan kemampuan
mempertahankan suasana rumah yang sehat di wilayah kerja
Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten
Nagan Raya Tahun 2013.
No Kemampuan
mempertahankan suasana
rumah yang sehat
Frekuensi %
1 Baik 70 72,2
2 Kurang 27 27,8
Jumlah 97 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden
mempunyai kemampuan yang baik dalam mempertahankan suasana rumah yang
sehat yaitu sebanyak 70 orang (72,2%), selebihnya mempunyai kemampuan yang
kurang sebanyak 27 orang (27,8%).
Tabel 4.5. Distribusi responden berdasarkan kemampuan menggunakan
fasilitas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya
Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Kemampuan Menggunakan
Fasilitas Kesehatan
Frekuensi %
1 Baik 77 79,4
2 Kurang 20 20,6
Jumlah 97 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
37
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden
mempunyai kemampuan yang baik dalam menggunakan fasilitas kesehatan yaitu
sebanyak 77 orang (79,4%), selebihnya mempunyai kemampuan yang kurang
sebanyak 20 orang (20,6%).
Tabel 4.6. Distribusi responden berdasarkan upaya pencegahan diare di
tinjau dari tugas kesehatan keluarga di wilayah kerja
Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten
Nagan Raya Tahun 2013.
No Upaya Pencegahan Diare Di
Tinjau Dari Tugas Kesehatan
Keluarga
Frekuensi %
1 Baik 75 77,3
2 Kurang 22 22,7
Jumlah 97 100
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas terlihat bahwa kebanyakan dari responden
mempunyai kemampuan yang baik dalam upaya pencegahan diare yaitu sebanyak
75 orang (77,3%), selebihnya mempunyai kemampuan yang kurang yaitu
sebanyak 22 orang (22,7%).
4.2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat menggunakan uji Chi Square χ² terhadap significansi
0,05 yaitu melihat variabel kemampuan mengenal masalah kesehatan,
kemampuan keluarga membuat keputusan, kemampuan memberi perawatan pada
keluarga yang sakit, kemampuan mempertahankan suasana rumah yang sehat,
kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan dengan upaya pencegahan diare di
tinjau dari tugas kesehatan keluarga.
38
4.2.1 Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Tabel 4.7 Hubungan antara kemampuan mengenal masalah kesehatan
dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan
keluarga di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan
Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Kemampuan Mengenal Masalah Kesehatan
Upaya Pencegahan Diare Di Tinjau
Dari Tugas Kesehatan Keluarga
Total
Baik Kurang
n % N % F %
Baik 48 77,4 14 22,6 62 100%
Kurang 27 77,1 8 7,9 35 100%
Jumlah 75 77,3 22 22,7 97 100%
df= 1,ά = 0,05 < p value (1,000). OR (1,016)
Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa dari 97 responden yang di
wawancarai, 48 orang (77,4%) mempunyai kemampuan mengenal masalah
kesehatan serta melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga dengan baik
dan 14 orang (22,6%) dengan kemampuan mengenal masalah kesehatan secara
baik tapi kurang dalam melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga. Pada
responden yang mempunyai kemampuan yang kurang dalam mengenal masalah
kesehatan serta melakukan upaya pencegahan diare dengan baik sebanyak 75
orang (77,1%) serta 22 orang (22,7%) dengan kemampuan pencegahan diare yang
kurang.
Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά=0,05)
diketahui bahwa nilai p value adalah 1,000(> alfa). Oleh karena itu Ho gagal di
tolak sehingga tidak ada hubungan antara kemampuan mengenal masalah
kesehatan dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan keluarga.
39
Nilai odds rasio dalam penelitian ini adalah 1,016. yang berarti responden
yang mengenal masalah kesehatan dalam rumah tangga mempunyai kemampuan
1,016 lebih baik dalam melakukan pencegahan diare.
4.2.2 Kemampuan keluarga membuat keputusan
Tabel 4.8 Hubungan antara Kemampuan keluarga membuat keputusan
dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan
keluarga di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan
Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Kemampuan Keluarga Membuat Keputusan
Upaya Pencegahan Diare Di Tinjau Dari Tugas Kesehatan Keluarga
Total
Baik Kurang
n % N % F %
Baik 51 85,0 9 15,0 60 100%
Kurang 24 64,9 13 35,1 37 100%
Jumlah 75 77,3 22 22,7 97 100%
df= 1,ά = 0,05 > p value (0,040). OR (3,069)
Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa dari 97 responden yang di
wawancarai, 51orang (85,0%) mempunyai kemampuan membuat keputusan serta
melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga dengan baik dan 24 orang
(64,9%) dengan kemampuan yang baik dalam membuat keputusan tapi kurang
dalam melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga. Pada responden yang
mempunyai kemampuan yang kurang dalam mengenal membuat keputusan serta
melakukan upaya pencegahan diare dengan baik sebanyak 24 orang (77,3%) serta
13 orang (35,1%) dengan kemampuan pencegahan diare yang kurang.
Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά=0,05)
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,040 (< alfa). Oleh karena itu Ho gagal
40
sehingga ada hubungan antara kemampuan membuat keputusan dengan upaya
pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan keluarga.
Nilai odds rasio dalam penelitian ini adalah 3,069 yang berarti responden
yang bisa membuat keputusan mempunyai kemampuan lebih baik 3,069 dalam
melakukan pencegahan diare.
4.2.3 Kemampuan memberi perawatan pada keluarga yang sakit
Tabel 4.9 Hubungan antara Kemampuan memberi perawatan pada
keluarga yang sakit dengan upaya pencegahan diare di tinjau
dari tugas kesehatan keluarga di wilayah kerja Puskesmas
Simpang Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2013.
Kemampuan Memberi Perawatan pada
Keluarga yang Sakit
Upaya Pencegahan Diare Di Tinjau Dari Tugas Kesehatan Keluarga
Total
Baik Kurang
n % N % F %
Baik 42 75,0 14 25,0 56 100%
Kurang 33 80,5 8 19,5 41 100%
Jumlah 75 77,3 22 22,7 97 100%
df= 1,ά = 0,05 < p value (0,695). OR (0,727)
Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa dari 97 responden yang di
wawancarai, 42 orang (75,0%) mempunyai kemampuan memberi perawatan pada
anggota keluarga yang sakit serta melakukan pencegahan diare dalam rumah
tangga dengan baik dan 14 orang (25,0%) dengan kemampuan yang baik tapi
kurang dalam melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga. Pada responden
yang mempunyai kemampuan yang kurang dalam mengenal masalah kesehatan
serta melakukan upaya pencegahan diare dengan baik sebanyak 33 orang (80,5%)
serta 8 orang (19,5%) dengan kemampuan pencegahan diare yang kurang.
Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά=0,05)
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,695 (> alfa). Oleh karena itu Ho gagal di
41
tolak sehingga tidak ada hubungan antara kemampuan memberi perawatan pada
anggota keluarga yang sakit dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas
kesehatan keluarga.
Nilai odds rasio dalam penelitian ini adalah 0,727 yang berarti responden
yang mampu memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit mempunyai
kemampuan 0,727 lebih baik dalam melakukan pencegahan diare.
4.2.4 Kemampuan mempertahankan suasana rumah yang sehat
Tabel 4.10 Hubungan antara Kemampuan mempertahankan suasana
rumah yang sehat dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari
tugas kesehatan keluarga di wilayah kerja Puskesmas Simpang
Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya Tahun
2013.
Kemampuan
Mempertahankan Suasana Rumah Yang
Sehat
Upaya Pencegahan Diare Di Tinjau
Dari Tugas Kesehatan Keluarga
Total
Baik Kurang
n % N % F %
Baik 59 84,3 11 15,7 70 100%
Kurang 16 59,3 11 40,7 27 100%
Jumlah 75 77,3 22 22,7 97 100%
df= 1,ά = 0,05 > p value (0,018). OR (3,688)
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa dari 97 responden yang di
wawancarai, 59 orang (84,3%) mempunyai kemampuan mempertahankan suasana
rumah yang sehat serta melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga dengan
baik dan 11 orang (15,7%) dengan kemampuan mempertahankan suasana rumah
yang sehat tapi kurang dalam melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga.
Pada responden yang mempunyai kemampuan yang kurang dalam
mempertahankan suasana rumah yang sehat serta melakukan upaya pencegahan
42
diare dengan baik sebanyak 16 orang (59,3%) serta 11 orang (40,7%) dengan
kemampuan pencegahan diare yang kurang.
Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά=0,05)
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,018 (< alfa). Oleh karena itu Ho gagal
sehingga ada hubungan antara kemampuan mempertahankan suasana rumah yang
sehat dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan keluarga.
Nilai odds rasio dalam penelitian ini adalah 3,688. yang berarti responden
yang mampu membertahankan suasana rumah yang sehat mempunyai
kemampuan 3,688 lebih baik dalam melakukan pencegahan diare.
4.2.5 Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan
Tabel 4.11 Hubungan antara Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan
dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan
keluarga di wilayah kerja Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan
Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Kemampuan Menggunakan Fasilitas
Kesehatan
Upaya Pencegahan Diare Di Tinjau
Dari Tugas Kesehatan Keluarga
Total
Baik Kurang OR
n % N % F %
Baik 64 83,1 13 16,9 77 100%
Kurang 11 55,0 9 45,0 20 100%
Jumlah 75 77,3 22 22,7 97 100%
df= 1,ά = 0,05 > p value (0,014) OR (4,028)
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 97 responden yang di wawancarai, 17
orang (77,3%) mempunyai kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan serta
melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga dengan baik dan 5 orang
(22,7%) dengan kemampuan yang baik dalam menggunakan fasilitas kesehatan
tapi kurang dalam melakukan pencegahan diare dalam rumah tangga. Pada
responden yang mempunyai kemampuan yang kurang dalam menggunakan
43
fasilitas kesehatan serta melakukan upaya pencegahan diare dengan baik sebanyak
5 orang (6,7%) serta 70 orang (93,3%) dengan kemampuan pencegahan diare
yang kurang.
Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά=0,05)
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,014 (< alfa). Oleh karena itu Ho gagal
sehingga ada hubungan antara kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan
dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan keluarga.
Nilai odds rasio dalam penelitian ini adalah 4,028. yang berarti responden
yang mampu menggunakan fasilitas kesehatan mempunyai kemampuan 4,028
lebih baik dalam melakukan pencegahan diare.
4.3. Pembahasan
4.3.1 Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Mengenal masalah kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak
boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan karena
kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua
perlu mengenal keadaan sehat dan perubahan-perubahan yang dialami anggota
keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung akan menjadi perhatian dari orang tua atau pengambil keputusan
dalam keluarga (Suprajitno, 2004).
Mengenal menurut Notoadmojo (2003) diartikan sebagai pengingat
sesuatu yang sudah dipelajari atau diketahui sebelumnya. Sesuatu tersebut adalah
sesuatu yang spesifikdari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
44
telah diterima. Dalam mengenal masalah kesehatan keluarga haruslah mampu
mengetahui tentang sakit yang dialami pasien
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan sejak tanggal 27
Maret sampai dengan 5 April Tahun 2013. Terhadap 97 Responden Dari 22 Desa
diwilayah Kerja Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten
Nagan Raya Tahun 2013. Didapatkan Hasil bahwa manyoritas responden
memiliki” kemampuan mengenal masalah kesehatan” terhadap pencegahan diare
dalam keluarga masih sudah lumanyan baik yaitu sebanyak 62 orang (63,9%),
selebihnya berkatagori kurang sebanyak 35 orang (36,1%).
Hal ini bearti bahwa pengenalan masalah kesehatan responden atau
keluarga terhadap upaya pencegahan diare sudah lumanyan baik,namun harus
ditingkatkan lagi, kerena masih ada yang kurang mampu dalam mengenal masalah
kesehatan terhadap pencegahan diare.
Dalam penelitian ini berdasarkan hasil pengujian secara statistik tidak di
temukan adanya hubungan antara kemampuan mengenal masalah kesehatan
dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan keluarga. Hasil
penelitian ini sama seperti penelitian Taufiq di Desa Meunasah Lam Ujoeng
Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar tahun 2010.
4.3.2 Kemampuan keluarga membuat keputusan
Berdasarkan pengamatan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Simpang
Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya, pengambilan keputusan
mayoritas di lakukan oleh kepala keluarga (ayah). Dimana kemampuan keluarga
dalam membuat keputusan yang tepat sudah lumanyan baik yaitu sebanyak 60
45
responden (61,9%), selebih nya adalah 37 responden mempunyai kemampuan
kurang dalam membuat keputusan yang tepat. Namun harus ditingkatkan lagi
karena masih ada yang kurang mengenai kemempuan membuat keputusan yang
tepat dalam pencegahan diare. Dalam penelitian ini di temukan ada hubungan
yang bermakna antara kemampuan keluarga memberi keputusan yang tepat
dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan keluarga.
Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga Peran ini merupakan
upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
keputusan untuk memutuskan tindakan yang tepat (Suprajitno,2004
Ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari keluarga terutama dalam
upaya pencegahan diare dan ini juga menjadi masukan kepada petugas memberi
pelayanan kesehatan terutama yang bekerja diwilayah puskesmas simpang jaya
Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya.agar memberikan informasi –
informasi kesehatan penting pada anggota keluarga yang pendidikan
rendah,menyangkut tentang upaya pencegahan diare dalam keluarga.
4.3.3 Kemampuan memberi perawatan pada keluarga yang sakit
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal 27 Maret
sampai dengan 5 april Tahun 2013 mendapatkan hasil bahwa manyoritas
responden yang memiliki kemampuan yang sudah lumanyan baik dalam
memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit terhadap pencegahan
diare yaitu sebanyak 56 responden atau (61,9%),selebihnya memiliki kemampuan
yang kurang sebanyak 41 responden atau (38,1%). Namun harus ditingkatkan lagi
46
karena masih ada yang kurang mengenai kemempuan membuat keputusan yang
tepat dalam pencegahan diare.
Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari peran atau
tangung jawabnya secara penuh, Pemberian perawatan secara fisik merupakan
beban paling berat yang dirasakan keluarga. Suprajitno (2004) menyatakan bahwa
keluarga memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan keluarga.
Dirumah keluarga memiliki kemampuan dalam melakukan pertolongan pertama.
Dalam penelitian ini di temukan tidak ada hubungan yang bermakna antara
kemampuan memberi perawatan pada keluarga yang sakit dengan upaya
pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan keluarga.
Ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari keluarga terutama dalam
upaya pencegahan diare dan ini juga menjadi masukan kepada petugas memberi
pelayanan kesehatan terutama yang bekerja diwilayah puskesmas simpang jaya
Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya.agar memberikan informasi –
informasi kesehatan bagi keluarga yang memiliki pengetahuan rendah.
4.3.4 Kemampuan mempertahankan suasana rumah yang sehat
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan sejak tanggal 27 Maret
sampai dengan 5 April Tahun 2013. Terhadap 97 Responden Dari 22 Desa
diwilayah Kerja Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten
Nagan Raya Tahun 2013. Didapatkan Hasil bahwa manyoritas responden
memiliki” kemampuan mempertahankan suasana rumah yang sehat” terhadap
pencegahan diare dalam keluarga sudah lumanyan cukup yaitu sebanyak 70 orang
responden (72,2%), selebihnya berkatagori kurang sebanyak 27 orang responden
(27,8%).
47
Hal ini bearti bahwa kemampuan responden atau keluarga dalam
mempertahankan suasana rumah yang sehat terhadap upaya pencegahan diare
sudah lumanyan baik, Namun harus ditingkatkan lagi karena masih ada yang
kurang mengenai kemempuan membuat keputusan yang tepat terhadap
pencegahan diare dalam keluarga.lam penelitian ini berdasarkan pengujian secara
statistik ada hubungan yang bermakna antara kemampuan keluarga membuat
keputusan yang tepat dengan pencegahan diare ditinjau dari tugas kesehatan
keluarga.
Menurut Suprajitno (2004), dalam mempertahankan suasana rumah yang
sehat di perlukan adanya pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki
disekitar lingkungan rumah, pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan
dan manfaatnya dan kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara
lingkungan rumah yang menunjang kesehatan.
Ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari keluarga terutama dalam
upaya pencegahan diare dan ini juga menjadi masukan kepada petugas memberi
pelayanan kesehatan terutama yang bekerja diwilayah puskesmas simpang jaya
Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya.agar memberikan informasi –
informasi kesehatan penting pada anggota keluarga yang pendidikan
rendah,menyangkut tentang upaya pencegahan diare dalam keluarga.
4.3.5 Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan sejak tanggal 27
Maret sampai dengan 4 April Tahun 2013. Terhadap 97 Responden Dari 22 Desa
diwilayah Kerja Puskesmas Simpang Jaya Kecamatan Tadu Raya Kabupaten
Nagan Raya Tahun 2013. Didapatkan Hasil bahwa manyoritas responden
48
memiliki” kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan” terhadap pencegahan
diare dalam keluarga sudah lumnyan baik yaitu sebanyak 77 orang responden
(79,4%), selebihnya berkatagori kurang sebanyak 20 orang responden (20,5%).
Hal ini bearti bahwa kemampuan responden dalam menggunakan fasilitas
kesehatan sudah lumanyan baik terhadap upaya pencegahan diare, namun harus
ditingkatkan lagi karena masih ada responden yang kurang dalam menggunakan
fasilitas kesehatan.
Menurut Effendy (2008), Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan pada
keluarga tertentu bila ada anggota keluarga yang sakit dapat di lihat dengan
adanya keengganan untuk membawa ke puskesmas atau rumah sakit, tapi ke
mantri atau dukun. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam memanfaatkan
sarana kesehatan di pengaruhi oleh beberapa hal yaitu: Pengetahuan keluarga
tentang fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau keluarga, keuntungan dari adanya
fasilitas kesehatan, Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada
dan apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga.
Hasil penelitian ini di temukan adanya hubungan yang bermakna antara
kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan dengan upaya pencegahan diare di
tinjau dari tugas kesehatan keluarga. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian
Maulana di Klaten tahun (2009).
Ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari keluarga terutama dalam
upaya pencegahan diare dan ini juga menjadi masukan kepada petugas memberi
pelayanan kesehatan terutama yang bekerja diwilayah puskesmas simpang ja ya
Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya.agar memberikan informasi –
49
informasi kesehatan penting pada anggota keluarga yang pendidikan
rendah,menyangkut tentang upaya pencegahan diare dalam keluarga..
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan dapat dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kemampuan mengenal masalah
kesehatan dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan
keluarga dengan p value (1,000).
2. ada hubungan yang bermakna antara kemampuan keluarga membuat
keputusan dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan
keluarga dengan p value (0,040).
3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kemampuan memberi
perawatan pada keluarga yang sakit dengan upaya pencegahan diare di
tinjau dari tugas kesehatan keluarga dengan p value (0,627).
4. Ada hubungan yang bermakna antara kemampuan mempertahankan
suasana rumah yang sehat dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari
tugas kesehatan keluarga dengan p value (0,018).
5. Ada hubungan yang bermakna antara kemampuan menggunakan fasilitas
kesehatan dengan upaya pencegahan diare di tinjau dari tugas kesehatan
keluarga dengan p value (0,014).
50
51
5.2. Saran
Dari kesimpulan yang telah diambil peneliti memberi saran sebagai
berikut :
1. Kepada petugas kesehatan di Puskesmas Simpang Jaya maupun Dinas
Kesehatan Kabupaten Nagan Raya agar meningkatkan program
penyuluhan tentang kesehatan lingkungan sehingga timbulnya kesadaran
masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan untuk menghindari
penyakit yang timbul akibat lingkungan seperti diare. meningkatkan
pengetahuan masyarakat sehingga dapat di ambil tindakan yang tepat bila
terjadinya kasus diare dalam keluarga.
2. Kepada masyarakat supaya ikut berperan aktif dalam menjaga lingkungan
tempat tinggalnya agar tetap bersih dan sehat, minum air yang bersih dan
sudah di masak serta aktif mencari informasi yang berkaitan dengan
pencegahan maupun penanggulangan diare.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..PT Aneka: Cipta,jakarta
Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Rineka Cipta : jakarta
BKKBN. (2002). Efektifitas peran pendidik sebaya dan konselor sebaya.
http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ss10bab1.html”\1”top” dibuka pada tanggal 05-04-2006.
BKKBN. (2004). Siapa Peduli, Terhadap Remaja.
http://www.bkkbn.go.id/article_detail.php?aid=246 di buka pada tanggal 05-04-2006.
BKKBN. (2005). Kalangan Remaja Kurang Peroleh Informasi Seks Tuntas.
http://www.bkkbn.go.id./article_detail.php?aid=266 dibuka pada tanggal 05-04-2006.
Buku panduan dan pedoman pelatihan pendidik sebaya (PS) dan konselor sebaya
(KS). http://www.hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/mp5panduanpendidik.html#top dibuka pada tanggal 03-03-2006.
Delyuzar, dkk. (2000). Pendidikan Kesehatan Reproduksi, Gender Dan Hak-Hak Perempuan, Panduan Bagi Siswa SMU/SMK. Medan: Pusat kajian dan perlindungan anak (PKPA) bekerja sama dengan AusAID.
Dianawati, A. (2003). Pendidikan Seks Untuk Remaja. Kawan pustaka: jakarta
Fauzan, F dan Betty A.Sirait. (2002). Pendidikan Seks Bagi Remaja.
http://www.hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map58pendidikan.html dibuka pada tanggal 03-03-2006.
Juliandi dan Lita S.A (2001). Pengaruh Peer Education Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Mahasiswa Dalam Menanggulangi HIV/AIDS Di USU. Ringkasan/abstrak hasil penelitian USU Tahun 1999/2000-2001. Medan
Monks, J.F, dkk. (1998). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: UGM Press.
Mu’tadin, Z. (2002). Pendidikan Seks Pada Remaja. www.e-
psikologi.com/remaja/100702.htm dibuka pada tanggal 25-02-2006.
Nargis, dkk. (2004). Hubungan Struktur Dan Fungsi Keluarga Dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja SMU Di Wilayah Ujungberung Bandung. Sains Kesehatan, volume 18, No.1, Januari 2005,147-161.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasa.: Rineka cipta: jakarta
Nugroho, B.A. (2005). Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS. Penerbit Andi:yogyakarta
Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Rineka cipta : jakarta
Sarwono, W.S. (2005). Psikologi remaja. Raja Grafindo: jakarta
Sipayung, LSJ. (2004). Perbedaan antara hasil ceramah sehari kesehatan reproduksi dan peer education pada pengetahuan serta sikap siswa SLTA di Berastagi untuk pencegahan HIV/AIDS dan penyakit menular seksual. Jurnal Mutiara
Kesehatan Indonesia, vol.1, No. 1, Edidi Juni 2005.
Sudjana. (1992). Metoda Statistika. Edisi ke 5. Tarsito:bandung
Tanjung, B.N dan Ardial. (2005). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal,
Skripsi Dan Tesis) Dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah. Kencana: kencana
Thalib, A. (2000). Ilmu Fiqih. Medan: Firma Islamyah.
Utamadi, G.(2001). Peer Education.
http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceri/map5per.html dibuka pada tanggal 23-03-2006.
Wulandari, A.R. (2000). Hubungan Sosial Remaja Sekaitan Dengan Kesehatan
Reproduksi. http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ma54hubungan.html dibuka pada tanggal 25-02-2006.