Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALISIS GANGGUAN PERNAPASAN PADA PEKERJA PENYAPU JALAN DI
DAERAH KELURAHAN KEMUNING
KOTA PALEMBANG
TAHUN 2020
OLEH :
Ns. Lisa Pebriani Johan, S.Kep
18131011002
PROGRAM STUDI PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
STIK BINA HUSADA
PALEMBANG
2020
2
ANALISIS GANGGUAN PERNAPASAN PADA PEKERJA PENYAPU JALAN DI
DAERAH KELURAHAN KEMUNING
KOTA PALEMBANG
TAHUN 2020
Tesis ini diajukan sebagai
Salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Kesehatan Masyarakat
Oleh :
Ns. Lisa Pebriani Johan, S.Kep 18131011002
PROGRAM STUDI PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
STIK BINA HUSADA
PALEMBANG
2020
vii
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
Tesis, 23 Agustus 2020
Lisa Pebriani johan
Analisis Gangguan Pernafasan pada Pekerja Penyapu Jalan Raya di Kelurahan Kemuning
Kota Palembang Tahun 2020
(LXXI + 71 halaman + 17 tabel + 10 lampiran)
Gangguan pernafasan adalah Keluhan pernapasan yang terjadi dipengaruhi oleh ukuran
debu. Debu yang berukuran 5-10 mikron akan masuk ke dalam saluran napas atas, 3-5 mikron
masuk ke dalam saluran napas tengah, 1-3 mikron dapat mencapai pembuluh di alveoli, 0,5-1
mikron akan menempel di alveoli, dan debu yang berukuran 0,1-0,5 akan melayang di atas
alveoli.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan pendekatan waktu
cross sectional baik terhadap umur, jenis kelamin, pendidikan, pelatihan dan lama kerja serta
keluhan gangguan saluran pernapasan. Sampel pada penelitian ini adalah pekerja penyapu jalan
yang berada di daerah kelurahan kemuning, yang berjumlah 61 orang. Menggunakan sampel
menggunakan teknik purposive sampling Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14-17 agustus di
analisis gangguan pernapasaan pada pekerja penyapu jalan chi kuadrat ρ value = <0,05.
Hasil penelitian demografi 55 orang bahwa mayoritas mengalami kejadian gangguan
pernapasan sebanyak 31 orang atau 56,4% dan yang tidak mengalami gangguan pernapasan
sebanyak 24 orang atau 43,6%. bahwa responden mayoritas umur dewasa akhir sebanyak 37 orang
atau 67,3% dan responden umur dewasa akhir sebanyak 18 orang atau 32,7% Analisis Gangguan
Pernafasan pada Pekerja Penyapu Jalan Raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang Tahun
2020. (ρ=0,005).
Disarankan Dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengetahuan gangguan pernapasaan.
Kata Kunci : Gangguan pernapasaan, penyapu jalan, kebersihan
Daftar Pustaka : 25(2006-2020)
viii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Lisa Pebriani Johan
Tempat, Tanggal lahir : Pagaralam, 25 Februari 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat tempat tinggal : Tanjung Alam kabupaten Lahat kecamatan tanjung sakti
No.Handphone : 085156839007
Email : [email protected]
Nama orang tua :
- Ayah : Bujang Johan S.T
- Ibu : Lili Megawati Amb.keb
Riwayat pendidikan :
- SD Muhamadiyah tanjung alam : Tahun 2000-2006
- SMP Negeri 1 tanjung sakti pumu : Tahun 2007-2009
- SMA Negeri 1 pagaralam : Tahun 2010-2012
- STIK Bina husada palembang : Tahun 2012-2016
- STIK Bina Husada Palembang : Tahun 2016-2017
ix
PERSEMBAHAN DAN MOTTO
Kupersembahkan kepada :
• Ayahanda Bujang johan S.T dan Ibunda tercinta Lili megawati Am.Keb
yang selalu mendoakanku, yang selalu mendukungku.
• Saudaraku M.zallika Azka Johan & Saudariku Luci Rammadan Johan yang
tercinta yang mengharapkan keberhasilanku.
Motto :The best revenge for the people who have insulted you is the success
that you can show them later. (Balas dendam terbaik untuk orang-orang yang telah
menghinamu adalah kesuksesan yang dapat kamu tunjukkan kepada mereka di masa
depan nanti)
Kill them with your success, then bury them with a smile. (Bunuh mereka dengan
kesuksesan kamu, kemdian kubur mereka dengan sebuah senyuman.)
x
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul : “Analisis gangguan pernapasan
pada pekerja penyapu jalan di daerah kelurahan kemuning kota palembang tahun 2020”
Dalam penulisan tesis ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penyelesaian penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Amar Muntaha, SKM, M.Kes selaku Ketua SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Bina
Husada Palembang.
2. Ibu Dr. nani sari murni. SKM, M.Kes selaku Ka Prodi Pascasarjana Kesehatan Masyarakat.
3. Ibu Dr. Erma Gustina, ST., M.kes selaku pembimbing pertama yang telah memberikan
bimbingan selama penulisan tesis ini.
4. Ibu Prof. Dr. Ir Lilis suryani, S.Pd, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
saran dan bimbingan dalam pembuatan tesis ini.
5. Bapak Dr. Chairil Zaman. M.Kes selaku penguji I yang telah memberikan saran dan
bimbingan dalam pembuatan Tesis ini.
6. Ibu Maria Ulfah, SKM, MPH selaku penguji II yang telah memberikan saran dan
bimbingan dalam pembuatan Tesis ini.
7. Seluruh dosen dan staff STIK Bina Husada Palembang
8. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan bantuan.
Penulis menyadari kekurangan keterbatasan yang ada pada penulisan
xi
Tesis ini oleh karena itu kritik dan saran yang membangun yang dapat memberikan perubahan ke
arah yang lebih positif dalam proses pembelajaran di masa yang akan datang sangat penulis
harapkan sekali. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridhanya kepada kita semua. Amin ya
rabbalallamin
Palembang, Agustus 2020
Penulis
xii
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Analisis gangguan
pernapasan pada pekerja penyapu jalan di daerah kelurahan kemuning kota palembang tahun
2020”
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Pascasarjana kesehatan
masyarakat pada sekolah tinggi ilmu kesehatan (STIK). Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis
banyak sekali mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih ada kekurangan. Tetapi penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaannya. Semoga tesis
ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis selanjutnya pada khusunya.
Palembang, Agustus 2020
Peneliti
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ………………………………. ii
ABSTRAK ………………………………………………………………………. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iv
PANITIA SIDANG UJIAN TESIS ……………………………………………. v
RIWAYAT HIDUP PENULIS ………………………………………………… vi
PERSEMBAHAN DAN MOTTO …………………………………………….. vii
UCAPAN TERIMAKASIH …………………………………………………… viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI.......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………… ................. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………… 1
C. Pertanyaan Peneliitian ………………………………………………. 6
D. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 7
E. Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 8
F. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendekatan Penelitian dan Kelebihannya …………………………… 12
B. Kerangka Teori ……………………………………………………… 14
1. Karbon Monoksida (CO) ………………………………………… 14
2. Nitrogen Dioksida (NO2) ………………………………………… 16
3. Udara …………………………………………………………….. 19
4. Gangguan Saluran Pernafasan …………………………………… 24
5. Pekerja Jalan ……………………………………………………... 26
6. Teori yang digunakan ………………………………..................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian …………………………………………………….. 28
B. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………………… 28
C. Jenis Data …………………………………………………………….. 29
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel …………………………. 29
E. Sumber Informasi ……………………………………………………. 31
F. Pengukuran dan Pengamatan ………………………………………… 31
G. Pengumpulan dan Manajemen Data …………………………………. 32
xiv
H. Teknik Analisis Data ………………………………………………… 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAAN
4.1 Sejarah Btklpp Palembang………………………………………….. 49
4.2 Visi Dan Misi Dinas Lingkungan Hidup Kota Palembang ………… 51
4.3 Hasil Penelitian……………………………………………………… 52
4.3.1 Analisis Univariat ………………………………………… 52
4.3.2 Analisis Bivariate ………………………………………… 58
4.3.3 Analisis Multivariate …………………………………….. 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 70
5.2 Saran ………………………………………………………………. 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.4 Distribusi kejadian gangguan pernapasan pada penyapu jalan raya di Kelurahan
Kemuning Kota Palembang…………………………………………...
Tabel 4.5 Distribusi kualitas udara pada pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota
Palembang………………………………………………………
Tabel 4.6 Distribusi umur responden pekerja penyapu di Kelurahan Kemuning Kota
Palembang…………………………………………………………………..
Tabel 4.7 Distribusi jenis kelamin responden pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning
Kota Palembang…………………………………………..
Tabel 4.8 Distribusi pendidikan responden pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning
Kota Palembang………………………………………….
Tabel 4.9 Distribusi pelatihan kerja responden pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning
Kota Palembang………………………………………….
Tabel 4.10 Distribusi lama bekerja responden pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning
Kota Palembang………………………………………….
Tabel 4.11 Hubungan Kualitas Udara dengan Kejadian Gangguan Pernapasan Pada pekerja
penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang……..
Tabel 4.12 Hubungan Umur dengan Kejadian Gangguan Pernapasan Pada pekerja penyapu jalan
raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang……………………
Tabel 4.13 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Gangguan Pernapasan Pada pekerja
penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang…………..
Tabel 4.11 Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Gangguan Pernapasan Pada pekerja penyapu
jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang…………..
xvi
Tabel 4.15 Hubungan Pelatihan Kerja dengan Kejadian Gangguan Pernapasan Pada pekerja
penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota
Palembang……………………………………………………………………
Tabel 4.16 Hubungan Lama Bekerja dengan Kejadian Gangguan Pernapasan Pada Pekerja
Pembangunan di Kelurahan Kemuning Kota Palembang………
Tabel 4.17 Hasil Seleksi Bivariat……………………………………………..
Tabel 4.18 Pemodelan Awal Analisis Multivariat…………………………….
Tabel 4.18 Perubahan Prevalens Ratio (PR) Tanpa Variabel Umur………….
Tabel 4.19 Model Akhir Analisis Multivariat………………………………...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan Lingkungan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap makhluk hidup.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) kesehatan merupakan:
Environment health refers to ecological balance that must exist beetwen man and his
environment in order to ensure his weel being. Kesehatan Lingkungan merupakan terwujudnya
keseimbangan ekologis antara manusia dan lingkungan harus ada, agar masyarakat menjadi sehat
dan sejahtera. Dengan kata lain, menurut WHO kesehatan lingkungan: Those aspects of human
health and disease that are determined by factors in the environment. It also refers to the theory
and practice of assessing and controlling factors in the environment that can potentially affect
health. Artinya, kesehatan adalah Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (Tim Biofarma, 2014). Kesehatan
lingkungan penting agar terhindar dari gangguan pernafasan.
Hasil penelitian WHO (2002) menunjukkan, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama kematian di dunia, sedangkan pada Tahun 2002
telah menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker. Amerika Serikat
membutuhkan dana sekitar 32 juta US$ dalam setahun untuk menanggulangi penyakit ini, dengan
jumlah pasien sebanyak 16 juta orang dan lebih dari 100 ribu orang meninggal.
Diantara semua penyakit akibat kerja, 10%-30% adalah penyakit paru. International
Labour Organization (ILO) mendeteksi bahwa sekitar 40.000 kasus baru pneumoconiosis terjadi
2
di seluruh dunia setiap tahun. Di Inggris pada tahun 1996 ditemukan 330 kasus baru penyakit paru
yang berhubungan dengan pekerjaan. Di New York ditemukan 3% kematian akibat penyakit paru
kronik. Di Indonesia angka sakit mencapai 70 % dari pekerja yang terpapar debu tinggi. Sebagian
besar penyakit paru akibat kerja mempunyai akibat yang serius yaitu terjadinya fungsi paru,
dengan gejala utama yaitu sesak nafas (Meita, 2012:2).
Menurut International Labour Organization (ILO), suatu kelainan yang terjadi akibat
penumpukan debu dalam paru yang menyebabkan reaksi jaringan terhadap debu tersebut dikenal
dengan pneumokoniosis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi saluran pernapasan dan
gangguan fungsi paru. Faktor-faktor yang mempengaruhi saluran pernapasan dan gangguan fungsi
paru khususnya dari aspek tenaga kerja dapat berasal dari dalam diri manusia (faktor internal) dan
dari luar manusia (faktor eksternal) (Pangemanan dkk, 2012:1).
Lebih lanjut, hasil survei penyakit tidak menular pada tahun 2004 yang dikutip oleh Zaen
(2018:50), menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35,0%),
diikuti asma bronchial (33,0%), kanker paru (30,0%), dan lainnya (2,0%). Hal ini menunjukkan
bahwa penyakit gangguan pernafasan merupakan salah satu jenis penyakit yang berbahaya dan
perlu penanganan yang serius dari pemerintah, tenaga kesehatan, masyarakat dan semua warga
Indonesia.
Di Indonesia angka sakit mencapai 70 % dari pekerja yang terpapar debu tinggi. Sebagian
besar penyakit paru akibat kerja mempunyai akibat yang serius yaitu terjadinya fungsi paru,
dengan gejala utama yaitu sesak nafas (Meita, 2012). Gangguan pernafasan adalah Keluhan
pernapasan yang terjadi dipengaruhi oleh ukuran debu. Debu yang berukuran 5-10 mikron akan
masuk ke dalam saluran napas atas, 3-5 mikron masuk ke dalam saluran napas tengah, 1-3 mikron
dapat mencapai pembuluh di alveoli, 0,5-1 mikron akan menempel di alveoli, dan debu yang
3
berukuran 0,1-0,5 akan melayang di atas alveoli (Depkes, 2014). Berbagai keluhan seperti
hidung tersumbat, batuk, rinitis, dan asma juga dapat dialami oleh pekerja di industri kayu
(Mirza, 2010).
Informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan penyakit
gangguan pernafasan yaitu ISPA di provinsi Sumatera Selatan menunjukkan peningkatan sebesar
37.8% kasus per Januari 2015. Penyakit tersebut berasal dari asap dan debu karena kebakaran
hutan (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2015).
Sementara itu, data dari Dinas Kesehatan Kota Palembang menunjukkan, penyakit
gangguan pernafasan, khususnya Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas akut lainnya termasuk
ke dalam 10 penyakit terbesar periode Januari 2017 di Kota Palembang, dan menduduki peringkat
ke-1 dengan jumlah kunjungan sebesar 9007 orang. Kemudian data dari Puskesmas di Kota
Palembang menunjukkan penyakit Asma Bronchiale terjadi penambahan kasus baru sebesar 178
kasus, 86 laki-laki dan 92 perempuan per Januari 2017 (Dinas Kota Palembang, 2019:37).
Kebijakan-kebijakan telah diambil oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan
pencemaran udara. Akan tetapi, pelanggaran selalu saja terjadi dan tidak dapat dihindari terutama
di kota-kota besar, yang termasuk ke dalam daerah yang berpadat penduduk. Jumlah kendaraan
bermotor yang ramai di tengah aktivitas penduduk yang padat. Dari aktivitas tersebut, terdapat
sekelompok orang yang beresiko terpapar gas beracun dan partikel-partikel yang membahayakan
kesehatannya, seperti saluran pernafasan. Orang-orang yang beresiko terpapar penyakit karena
pencemaran udara adalah orang-orang yang pekerjaannya tidak terlepas dari hiruk pikuknya lalu
lintas di jalan raya, contohnya adalah petugas kebersihan penyapu jalan raya (pasukan kuning),
pengamen, dan pedagang asongan (Dinata, 2011).
4
Hasil observasi awal menunjukkan bahwa pekerja pembangunan jalan raya di Kecamatan
Kemuning kota Palembang menyatakan, mereka tidak dapat menghindari pencemaran udara yang
ada di jalan-jalan raya, karena mereka dihadapkan pada dua pilihan yang sama berat, di satu sisi
ia harus bekerja untuk mendapatkan uang agar dapat membiayai kebutuhan hidup keluarganya,
namun di sisi lain harus menerima resioko pencemaran udara yang dapat membahayakan
kesehatannya, terutama saluran pernafasan (K, 15 Juli 2020).
Beberapa permasalahan tersebut merupakan salah satu contoh kasus pencemaran udara yang
ada di daerah berpadat penduduk. Kadar gas dan partikel yang berbahaya di udara dapat
mengganggu. Guna mengidentifikasi seberapa besar kadar gas dan partikel yang ada di daerah
tersebut, dan hubungannya dengan penyakit gangguan pernafasan belum diketahui dengan jelas,
mendorong peneliti untuk meneliti kadar gangguan pernapasaan pada penyapu jalan dengan judul,
"Analisis Gangguan Pernafasan pada Pekerja Pembangunan Jalan Raya di Kelurahan Kemuning
Kota Palembang Tahun 2020."
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah belum dilakukannya penelitian analisis gangguan pernapasan pada
pekerja penyapu jalan di daerah kelurahan kemuning kota Palembang tahun 2020
1.3 Pertanyaan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian ini adalah, Bagaimana gambaran
gangguan pernafasan pada pekerja pembangunan jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota
Palembang Tahun 2020?
5
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Diketahuinya gambaran gangguan pernafasan pada pekerja penyapu jalan raya di
Kelurahan Kemuning Kota Palembang Tahun 2020.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahui destribusi frekuensi karaktersitik demografi pekerja penyapu
jalan raya di keluruhan Kemuning Kota Palembang tahun 2020
2. Diketahui destribusi frekuensi gangguan pernapasan pekerja penyapu jalan
raya di keluruhan Kemuning Kota Palembang tahun 2020
3. Diketahui hubungan antara umur dengan gangguan pernapasan pekerja
penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang tahun 2020
4. Diketahui hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan pernapasan
pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang tahun 2020
5. Diketahui hubungan antara pendidikan dengan gangguan pernapasan
pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang tahun 2020
6. Diketahui hubungan antara pelatihan dengan gangguan pernapasan pekerja
penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang tahun 2020
7. Diketahui hubungan antara lama kerja dengan gangguan pernapasan pekerja
penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang tahun 2020
6
8. Diketahui variabel yang paling dominan berhubungan dengan gangguan
pernafasan pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
tahun 2020
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dikehendaki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis dari penelitian yang dihasilkan adalah hasil penelitian ini dapat
menjadi sumbangsih teoritis pada bidang keilmuan, terutama berkaitan dengan kesehatan
masyarakat pada daerah padat lalu lintas.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai informasi bagi pekerja jalan raya dalam menjaga kesehatan terutama, sistem
pernapasannya
b. Sebagai infomasi bagi pemerintah dalam membuat kebijakan
c. Sebagai petunjuk bagi pengguna jalan raya
d. Sebagai bahan kajian relevan bagi peneliti selanjutnya.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Area masalah penelitian meliputi:
a. Semakin tingginya intensitas lalu lintas kendaraan bermotor di daerah pembangunan
jalan raya Kelurahan Kemuning Kota Palembang
b. Tingginya pencemaran udara di daerah pembangunan jalan raya Kelurahan Kemuning
Kota Palembang
7
c. Adanya Pekerja pembangunan Jalan Raya yang beresiko terkena penyakit gangguan.
saluran pernapasan di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
d. Rendahnya kesadaran masyarakat menjaga kesehatan lingkungan, terutama udara
2. Substansi penelitian meliputi:
a. Gambaran keluhan gangguan pernapasan pekerja penyapu jalan raya
b. Persentase penyakit yang diderita pekerja penyapu jalan raya
3. Subjek
Subjek penelitian ini adalah Petugas penyapu Jalan Raya di Kelurahan Kemuning Kota
Palembang.
4. Lokasi
a. Lampu Merah Simpang Empat Polda Palembang
b. Lampu Merah Simpang Sekip Palembang
5. Waktu
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Pengambilan data dilakukan selama
dua kali, yaitu data primer penelitian dilakukan pada bulan agustus 2020
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. SISTEM PERNAPASAN MANUSIA
2.1.1 Anatomi Saluran Pernapasan
Fungsi sistem pernapasan adalah mengambil oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel
tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh sel-sel tubuh kembali
ke atmosfer. Organ –organ respiratorik berfungsi dalam:
1) Produksi bicara, membantu proses dalam berbicara
2) Keseimbangan asam basa dalam darah dan jaringan tubuh manusia
3) Pertahanan tubuh melawan benda asing, organisme asing yang masuk melalui proses
pernapasan ke dalam tubuh
4) Mengatur hormonal tekanan darah dan keseimbangan hormon dalam darah
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan
oleh sekat hidung (septum nasi). Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring
udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung (Syaefuddin, 2006:192).
2.1.1.2 Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di
bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
9
2.1.1.3 Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara terletak di depan bagian
faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya (Syaefuddin,
2006:192).
2.1.1.4 Trakea
Merupakan lanjutan dari yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang rawan
yang berbentuk seperti kuku (huruf C).
2.1.1.5 Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis
keempat dan kelima. Mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang
sama (Pearce, Evelyn C, 2002: 218).
2.2 Lingkungan Sehat
Menurut Winslow kesehatan lingkungan penting diupayakan melalui ilmu kesehatan
masyarakat untuk mencegah munculnya suatu penyakit, memperpanjang hidup,
meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang
terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat,
pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan
perawatan, untuk diagnose dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang
akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat
untuk menjaga kesehatannya (Notoadmodjo, 2007).
Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia, kesehatan lingkungan
adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
10
antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat dan bahagia. Dalam pengertian ini titik pusat pandang dari Kesehatan Lingkungan
adalah bahwa tercapainya tujuan kesehatan yaitu masyarakat sehat dan sejahtera apabila
kondisi lingkungan sehat (Tim Biofarma, 2014).
Lingkungan hidup merupakan tempat bagi makhluk hidup dan makhluk tidak hidup
tinggal dan berkembang di muka bumi ini. Ia memiliki komponen-komponen yang saling
berinteraksi sehingga proses kehidupan dapat berjalan. Komponen-komponen tersebut tidak
dapat dipisahkan satu dengan lainnya karena saling berkaitan dan menunjang
keberlangsungan dari komponen yang lain. Menurut Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun
2009, Tentang Perlindungan dan Pengolahan Lingkungan Hidup, Lingkungan hidup adalah
kestauan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia
dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (Depkes, 2009). Lingkungan hidup terdiri
atas lingkungan air, lingkungan daratan, dan lingkungan udara. Kerusakan salah satu dari jenis
lingkungan tersebut menyebabkan kerusakan pula bagi lingkungan yang lain.
Menyadari pentingnya menjaga keseimbangan alam sebagai lingkungan hidup maka,
dalam pemerintahan di suatu Negara, seperti Indonesia diwajibkan agar setiap warga Negara
menjaga kelestariannya. Bagi yang merusak lingkungan hidup maka akan mendapat sanksi
yang tegas. Kebijakan tersebut berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali, tanpa
melihat status dan jabatan. Peraturan tersebut diberlakukan pada setiap lini kehidupan, baik
di air, di darat, maupun di udara. Oleh karena itu, masyarakat sebagai pengguna lingkungan
hidup harus menaati peraturan yang berlaku pada ketiga aspek lingkungan tersebut, karena
ketidak patuhan terhadap peraturan pada lingkungan yang satu dapat berakibat pula pada
11
lingkungan yang lainnya. Ketidakpatuhan masyarakat pengguna jalan raya terhadap peraturan
menggunakan kendaraan yang sesuai dengan standard kesehatan lingkungan, misalnya
menggunakan bahan bakar solar yang berlebihan sehingga menyebabkan lingkungan udara
menjadi tercemar dan membahayakan manusia dan juga makhluk hidup yang lain.
Udara bagi makhluk hidup termasuk manusia sangat penting, tanpa udara maka manusia
tidak dapat hidup karena pada saat bernafas manusia membutuhkan oksigen yang terdapat di
udara agar dapat bernafas dengan baik. Oleh karena itu, keberadaan udara yang sehat sangat
dibutuhkan bagi kesehatan manusia. Kenyataannya, udara di alam semesta selalu basah atau
lembab, mengandung uap air dan jenuh uap air pada saat hujan (Alamsyah dan Muliawati,
2013:171).
Secara teoritis udara di alam tidak pernah bersih dari polutan. Beberapa gas seperti
sulphur dioksida (SO2), hydrogen sulfida (H2S), dan karbonmonoksida (CO) selalu
dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari proses alami seperti aktivitas vullkanik,
pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan, dan lain-lain, serta disebabkan karena
aktivitas manusia seperti pemakaian kendaraan bermotor, gas buang dari kawasan industry,
dan lain-lain (Alamsyah dan Muliawati, 2013:171).
2.3 Udara
a. Pengertian Udara
Udara merupakan suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi
bumi. Komposisi udara normal terdiri atas gas nitrogen 78,1%, oksigen 20,93%), dan
karbon dioksida 0,03%, selebihnya beurpa gas argon, neon, krypton, xenon, dan hellum,
serta uap air, debu, bakteri, spora, dan sisa tumbuh-tumbuhan (Almasyah dan Muliawati,
2013:171).
12
Udara merupakan campuran gas yang dibutuhkan oleh mausia dalam bernafas.
Udara adalah atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting untuk
kehidupan, karena dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernapas, karbon dioksida
(CO2) untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun, dan ozon (O3) untuk menahan sinar
ultraviolet dari matahari (Sunu, 2001:1).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa udara merupakan
campuran gas yang berada di sekeliling bumi yang banyak dibutuhkan oleh makhluk hidup
untuk beraktivitas, seperti untuk bernapas karena mengandung oksigen, untuk proses
fotosintesis bagi tumbuh-tumbuhan karena menganduk karbon dioksida, dan untuk menhan
sinar ultraviolet dari matahari karena mengandung ozon. Udara dapat memenuhi fungsi-
fungsi tersebut apabila udara tidak tercemar (sehat).
b. Udara sehat
Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia (RI) Nomor 41 Tahun 1999
Tanggal 26 Mei 1999 dinyatakan, Persyaratan udara yang dapat dikatakan sehat adalah
kadar SO2 NO2, H2S, CO dan PM10 di udara berturut-turut tidak melebihi dari 900 µg/m3,
400µg/m3, 30.000 µg/m3, 150 µg/m3. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No.50 Tahun 1996 Tentang Baku Mutu Kebauan Kadar H2S di udara
tidak melebihi dari 0,02 ppm (Daryanto dan Suprihatin, 2013:295).
Udara yang sehat merupakan udara yang memiliki kualitas tinggi sehingga tidak
mengganggu kesehatan lingkungan, baik manusia, tumbuh-tumbuhan maupun makluk
hidup lainnya. Oleh karena itu, kualitas udara yang sehat harus dijaga oleh setiap individu
agar selalu tetap terjaga dengan baik.
13
Kualitas udara yang sehat dapat diwujudkan oleh setiap orang apabila mengetahui
karakteristiknya. Adapun karakter kualitas udara yang sehat apabila memenuhi standar-
standar berikut:
a. Suhu udara nyaman antara 18-300C
b. Kelembaban udara 40-70%
c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam
d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni
e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam
f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3 (Alamsyah dan Muliawati, 2013:170).
Melebihi batas standard kualitas udara di atas maka udara dikatakan tidak sehat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa udara yang sehat adalah suatu kadar gas-gas
sebagai campuran pembentuk udara memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan dan
memenuhi enam jenis standar-standar kualitas udara sehat. Apabila melebihi dari kualitas
tersebut maka udara sudah tercemar dan tidak sehat lagi untuk kesehatan lingkungan, baik
manusia, tumbuh-tumbuhan maupun makhluk hidup yang lain.
2.4 Udara Tercemar
Udara tercemar merupakan sebuah kondisi yang menunjukkan bahwa adanya
kandungan unsur-unsur yang mengotori udara, yang berbahaya bagi kesehatan lingkungan
(Daryanto dan Suprihatin, 2013:190). Udara yang tercemar merupakan udara yang tidak
sehat sehingga membahayakan bagi makhluk hidup, termasuk manusia karena dapat
menyebabkan penyakit.
14
Udara yang tercemar menyebabkan peradangan pada paru dan jika terjadi terus-
menerus dapat menurunkan fungsi paru, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kelainan
faal paru obstruktif menahun (PPOM). Penyakit ini sangat mengganggu manusia sehingga
tidak dapat beraktivitas dengan baik. Bahan pencemar udara yang dapat mengakibatkan
penurunan fungsi paru antara lain adalah gas SO2, Ozon (O3), Nitrogen Dioksida (NO2),
dan partikel debu (Zaen, 2018:50).
Pencemaran udara merupakan masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan komponen-komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam,
sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (Alamsyah dan
Muliawati, 2013:171).
Pencemaran udara dapat mengakibatkan peradangan paru dan jika hal ini
berlangsung terus-menerus dapat mengakibatkan penurunan kapasitas vital paru, yang
akhirnya dapat meningkatkan kelainan faal paru obstruktif. Bahan pencemar udara yang
dapat menyebabkan kelainan pada saluran pernapasan jika bahan pencemar tersebut
dihirup dari udara ambien antara lain adalah gas SO2, O3, NO2 dan partikel debu. Gas
yang paling berbahaya bagi paru-paru adalah SO2 dan NO2. Kalau unsur ini dihisap, maka
berbagai keluhan di paru-paru akan timbul dengan nama CNSRD (chronic non spesific
respiratory disease) seperti asma dan bronchitis (Aditama, 2013:17).
Pencemaran udara dapat terjadi karena berkurangnya atau berlebihnya kadar
campuran gas di udara. Dilihat dari penyebabnya, terdapat beberapa jenis pencemaran
udara yaitu sebagai berikut:
15
1. Pencemaran udara dalam benetuk gas, contohnya Karbon Monoksida (CO), senyawa
Belerang (SO2 dan H2S), senyawa Nitrogen Dioksida (NO2), dan Chlorofluorocarbon
(CFC).
2. Pencemaran udara dalam bentuk partikel cair atau padat. Partikel dalam bentuk cair
berupa titik-titik air atau kabut. Dan partikel dalam bentuk padat seperti debu atau abu
vulkanik (Aditama, 2013:191).
Pencemaran udara dapat menimbulkan kesehatan manusia menjadi terganggu,
misalnya kesakitan atau kematian akibat penyakit saluran pernapasan, menyebabkan
penyakit bronkitis dan kanker paru primer, emfisima paru, black lung disease, asbestosis,
silicosis, bisinosis, asma, dan eksema (Alamsyah dan Muliawati, 2013:171).
Pencemaran udara dapat terjadi karena berbagai faktor, baik kendaraan umum,
maupun karena sebab yang lain. Secara garis besar ada lima dampak pencemaran udara,
yaitu sebagai berikut:
a. Particulate matter atau PM adalah kumpulan partikel padat atau cair di udara, meliputi
sulfat, nitrat, amonia, natrium klorida, karbon hitam, mineral debu, dan air. Penyakit
yang ditimbulkan adalah infeksi saluran pernafasan akut, penyakit jantung, penyakit
paru obstruktif kronik, kanker paru-paru, dan risiko kematian dini di usia muda.
b. Ozone (O3) yang termasuk polutan berbahaya ada di permukaan tanah, terdiri dari
nitrogen oksida (NOx) dan volatile organic compounds (VOC) dari asap kendaraan,
bahan kimia, dan limbah industri. Itu kenapa risiko dampak pencemaran udara akibat
kandungan ozone dalam tanah akan semakin meningkat selama musim panas, ozone
berlebihan di udara mengakibatkan masalah pernapasan, gejala asma kambuh, dan juga
menyebabkan penyakit paru-paru.
16
c. Nitrogen Dioksida (NO2), adalah sumber utama dari aerosol nitrat yang membentuk
pecahan partikel berukuran kecil. Kadar nitrogen dioksida di udara yang melebihi 200
mikrogram per meter kubik dianggap sebagai gas beracun yang membahayakan tubuh.
Hal ini menyebabkan peradangan yang pada saluran pernapasan.
d. Sufur Dioksida (S02) adalah gas tidak berwarna dengan bau khas yang tajam. Partikel
penyebab pencemaran udara ini dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Banyak
ditemukan dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak yang
digunakan untuk pemanasan domestik, pembangkit listrik, dan kendaraan
bermotor. Selain itu, peleburan bijih mineral yang mengandung sulfur juga turut
menyumbang partikel sulfur dioksida beterbangan di udara.
e. Karbon monoksida (CO) adalah salah satu gas beracun penyebab pencemaran udara.
Gas ini memang tidak berwarna, tidak berbau, bahkan tidak mengiritasi kulit dan mata.
Namun, menghirup karbon monoksida dalam jumlah banyak sangatlah berbahaya
sehingga berisiko buruk bagi kesehatan tubuh. Co dihasilkan dari pembakaran gas,
minyak, petrol, serta bahan bakar padat atau kayu, Penyakit yang ditimbulkan adalah
tubuh kekurangan oksigen (Rudystina, 2019).
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa udara tercemar adalah udara yang kadar
campuran gasnya berada di bawah atau melebihi baku mutu kesehatan udara yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain, udara yang tercemar adalah udara yang kualitasnya rendah,
tercemar, dan membahayakan bagi kesehatan lingkungan.
2.5 Gangguan Saluran Pernapasan
Secara biologis manusia tidak dapat hidup tanpa air, udara dan makanan. Tanpa air
manusia dapat mati, tanpa udara tidak ada kehidupan, tanpa tanah beserta air dan udara tidak
17
akan ada makanan (Keraf, 2014:91). Dilihat dari budaya manusia bergantung sepenuhnya
pada alam sekitarnya (Keraf, 2014:91). Oleh karena itu, manusia semestinya menjaga
lingkungan, baik air, udara dan tanah (daratan) sebagai tempat tinggalnya. Penjagaan
lingkungan hidup menentukan keberlangsungan dari manusia itu sendiri, karena ia
merupakan bagian dari lingkungan hidup itu sendiri. Apabila tidak dijaga maka
keseimbangannya menjagi terganggu.
Udara merupakan salah satu jenis lingkungan hidup, ketika keseimbangannya
terganggu udara menjadi tercemar dapat mengakibatkan gangguan saluran pernapasan.
Penyebab gangguan pernapasan, terutama terjadi karena gas maupun karena partikel yang
berukuran lebih kecil dari 10 µm (mikrometer) atau dikenal dengan PM10 (Mulia, 2010:18).
Gangguan saluran pernapasan dapat terjadi karena pengaruh udara yang tercemar baik
dari kadar gas maupun dari partikel. Sugiarti menyatakan bahwa pengaruh gas pencemar
udara terhadap kesehatan manusia dapat berakibat langsung maupun tidak langsung seperti
merusak susunan hemoglobin darah, penyakit ispa, iritasi tenggorokan, penyakit
pneumokinosis, kardiovaskuler dan kanker (Rachmawati dkk, 2013).
Seseorang yang terpapar debu secara terus menerus berisiko mengalami gangguan
fungsi paru. Data Susenas tahun 2006 menyebutkan bahwa batuk (49,9%) dan pilek
(48,93%) merupakan keluhan utama penyakit gangguan saluran pernapasan (Aryaningsih,
dkk, 2019:110). Penyakit batuk banyak terjadi karena pengaruh zat kimia seperti Sulfur
Dioksida (SO2) yang berada pada 80-120 bds (Puspita, 2020:117).
Gas nitrogen dioksida (NO2) merupakan salah satu gas yang sangat reaktif dan dapat
membahayakan kesehatan. Paru-paru merupakan organ yang paling peka terhadap
18
pencemaran gas NO2. Paru-paru akan membengkak bila terkontaminasi gas NO2 sehingga
menyebabkan kesulitan bernapas (Hikmiyah, 2018:142).
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa gangguan saluran pernafasan adalah suatu
gangguan pada pernafasan yang terjadi akibat masuknya benda-benda atau partikel debu,
gas-gas beracun, atau mikroorganisme jahat yang ada pada udara yang menyerang
pernafasan. Gangguan pernafasan karena pencemaran udara dapat menyebabkan beberapa
penyakit seperti susunan hemoglobin darah, penyakit ispa, iritasi tenggorokan, penyakit
pneumokinosis, kardiovaskuler, kanker, batuk, dan flu.
2.6 Pekerja Pembangunan Jalan Raya
Pekerja pembangunan jalan raya merupakan sekelompok orang yang memperoleh
penghasilan dari pekerjaannya sebagai pekerja dalam proyek pembangunan jalan raya.
Mereka adalah petugas yang bekerja menggunakan tenaganya untuk membangun jalan raya
agar dapat digunakan oleh masyarakat. Pekerjaan yang mereka lakukan merupakan sebuah
pekerjaan yang beresiko terhadap penyakit-penyakit yang disebabkan oleh pencemaran
udara karena berada pada daerah yang padat lalu lintas, berdebu dan asap-asap kendaraan
bermotor.
Udara di lingkungan pekerja pembangunan jalan raya dapat dikatakan udara yang
kotor dan dapat mendatangkan penyakit gangguan pernafasan. Hal ini sebagaimana
dikatakan bahwa: Ada banyak penyakit yang ditimpulkan karena pekerjaannya, seperti
penyakit alergi (hipersensitivitas), dermatitis kontak, penyakit paru, penyakit hati dan
gastro, intestinal, penyakit saluran urogenital, hermatologi, kardiovaskuler, gangguan alat
reproduksi, masculoskeletal, gangguan telinga, gangguan mata, gangguan saraf, stress,
infeksi, dan keracunan (Puspita, 2020:106).
19
Dari beberapa penyakit yang muncul karena pekerjaan tersebut di atas, penyakit yang
beresiko diderita oleh petugas jalan (pembangunan jalan raya) adalah alergi (baik karena
partikel atau debu, maupun karena cuaca), penyakit paru, gangguan telinga, gangguan
mata, infeksi, dan keracunan. Oleh karena itu, dalam mengantisipasi terjadinya penyakit
pada pembangunan jalan raya, diperlukan pengarahan, pelatihan dan pendidikan tentang
kesehatan dan Alat Pelindung Diri (APD) kepada semua petugas pembangunan jalan raya
(Puspita, 2020:105).
Petugas pembangunan jalan raya dalam melaksanakan tugasnya secara langsung
maupun tidak langsung berpotensi terpapar oleh bahan-bahan polutan yang terdapat di
jalan raya baik yang berasal dari kendaraan bermotor maupun dari debu-debu, apalagi
berdasarkan hasil pengamatan beberapa penulis, sebagian besar petugas sewaktu bekerja
tidak dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) yang disediakan oleh dinas Pekerjaan
Umum (PU) maupun oleh pekerja itu sendiri (Meka, 2012).
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, diketahui bahwa pekerja
pembangunan jalan atau dikenal dengan petugas kebersihan (pembangunan jalan raya)
adalah sekelompok orang yang kesehariannya bertugas membangun jalan raya
(infrastruktur) sebagai sarana transportasi umum di suatu daerah/kota/atau provinsi.
Pekerja pembangunan jalan raya termasuk orang yang berkerja di jalan dan merupakan
orang-orang yang beresiko terhadap berbagai macam penyakit yang ditimbulkan dari
pencemaran udara, terutama penyakit yang berkaitan dengan ganguan pernafasan atau
paru-paru.
2.7 Karakteristik Pekerja Pembangunan Jalan Raya
20
Pekerja pembangunan jalan raya merupakan petugas/buruh harian lepas/karyawan
kontrak/tetap yang menyelesaikan infrastruktur berupa pembangunan jalan raya sehingga
tempat kerjanya adalah di jalan raya. Secara umum, mereka terikat pada ikatan kerja (perjanjian)
sehingga dari pekerjaannya itu mendapatkan hasil berupa upah atau gaji. Secara khusus pekerja
pembangunan jalan raya dapat dilihat melalui karkateristiknya sebagai berikut:
a. Umur
Umur merupakan faktor yang menentukan kesiapan orang untuk bekerja. Seseorang
yang memiliki usia lebih tinggi memiliki hubungan yang erat dengan tingkat
kematangannya dalam berpikir dan bertindak. Akan tetapi, usia dan tingkat kematangan
seorang individu tidak selalu samameskipun satu keluarga, karena waktu yang menguasai
proses perkembangan seseorang adalah waktu individual (Johnston dalam Al-Mighwar,
2011:19).
Secara pikologis, umur seseorang mempengaruhi karakteristik dirinya baik dari aspek
emosi, cara dan kemampuan berpikir, cara menyelesaikan masalah, kemampuan
beradabtasi, maupun persepsi terhadap dirinya sendiri. Umur yang lebih tua berhubungan
positif dengan kestabilan emosi, semakin umur bertambah semakin stabil emosinya.
Sedangkan kestabilan emosi berkorelasi dengan kesediaan menerima kenyataan dan
kesediaan kesiaan menerima kenyataan berkorelasi dengan sikap terhadap pekerjaan, dan
semakin tinggi pula kepuasan kerja (Badeni, 2014:10).
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa, umur adalah suatu frekuensi atau ukuran
waktu seseorang telah hidup di dunia, sejak lahir sampai ia meninggal dunia. Umur
merupakan usia yang dimiliki oleh seseorang pekerja pembangunan jalan raya yang
dilambangkan secara kuantitatif. Semakin tinggi umur, semakin tinggi pula pengalaman
21
hidup yang telah dialaminya. Pada saat bekerja, umur berkaitan dengan kinerja, loyalitas,
dan produktivits kerja seseorang. Pengalamannya yang telah mengajarkan seseorang untuk
memahami pekerjaan yang akan dilakukannya, selain itu umur juga berkaitan dengan
kedewasaan seseorang untuk menyelesaikan masalahnya. Tentu, ada perbedaan antara
orang yang usianya lebih rendah dengan orang yang usianya telah dewasa dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
b. Jenis Kelamin
Selain umur, jenis kelamin juga menentukan produktivitas kerja seseorang. Laki-laki
dan perempuan memiliki persepsi yang berbeda memandang pekerjaan. Sepanjang masa
kanak-kanak dan awal masa remaja banyak anak laki-laki dan anak perempuan memandang
pekerjaan bidang hukum dan kedokteran sesuai dengan mereka, namun seiring dengan usia
mereka mulai memandang pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, waktu, dan biaya
yang dibutuhkan untuk mengikuti latihan yang dibutuhkan pekerjaannya (Al-Mighwar,
2011:106). Dalam hal ini, seorang laki-laki dan perempuan akan memilih pekerjaan sesuai
dengan yang dibutuhkannya.
Jenis kelamin menentukan seseorang menekuni pekerjaannya. Laki-laki dengan
tanggungjawab yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya akan memilih
pekerjaan yang menghasilkan uang yang cukup untuk kebutuhannya, daripada rasa nyaman.
Berbeda dengan perempuan yang tanggungjawabnya hanya untuk membantu perekonomian
keluarganya memilih pekerjaan yang nyaman dan aman untuk dirinya seperti bagian
administrasi dan pelayanan jasa (guru atau tenaga kesehatan).
Akan tetapi tidak ada perbedaan yang konsisten antara laki-laki dan perempuan.
dalam penyelesaian masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi,
22
sosiabilitas, dan kemampuan belajar. Pekerja perempuan lebih bersedia mematuhi otoritas
dan pekerjaan rutin, sementara pria lebih agresif dan memiliki ekspektasi untuk sukses
(Badeni, 2014:11).
Dengan demikian, pekerja laki-laki dan perempuan pada pekerjaan yang sama, cara
kerjanya berbeda, namun dalam penyelesaian masalah, keterampilan analisis, kompetitif,
motivasi, sosialisasi, dan kemampuan belajar tidak ada perbedaan yang konsisten, dalam
arti tergantung pada tipe kepribadian laki-laki atau perempuannya. Dalam bekerja, laki-laki
lebih fleksibel, praktis dan cepat, sedangkan perempuan lebih ribet, teliti, namun lambat.
Laki-laki siap mengambil resiko dan berpikir rasional sedangkan perempuan tidak siap
mengambil resiko karena emosi yang cenderung labil.
c. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu sistem yang bersifat universal, yang berlaku dalam kehidupan
semua manusia di seluruh pelosok dunia. Tujuan pendidikan adalah mendewasakan
manusia sehingga dapat menjalani dan menjalankan hidup, kehidupannya di masyarakat,
khususnya sebagai warga Negara di bumi ini (Nawawi, 2012:13). Dewasa dalam arti bahwa
orang yang menempuh pendidikan memperoleh kematangan emosi, seperti penyabar, ulet,
dan memiliki rasa empati pada oranglain sehingga tidak hanya memperoleh gelar namun
juga berakhlak mulia.
Pendidikan adalah suatu proses pemberdayaan dan pembudayaan individu agar ia
mampu memenuhi kebutuhan perkembangannya dan sekaligus memenuhi tuntutan sosial,
kultural, dan religious dalam lingkungan kehidupannya (Solehuddin dan hatimah dalam Ali
dkk, 2012:95).
23
Fungsi dari pendidikan adalah mempersiapkan generasi muda untuk tugasnya dalam
masyarakat di masa depan, dalam arti pendidikan bertujuan untuk membentuk sumber daya
manusia berkualitas (Tilar, 2012:173). Pendidikan yang dilaksanakan untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat industri modern haruslah berakar dari dalam masyarakat
setempat, dalamarti masyarakat ikut serta dalam pengembangan sistem pendidikan di
daerahnya, untuk kepentingan masa depan anak-anaknya.
Berdasarkan pendapat di atas, diketahui bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang
dilakukan untuk mengubah perilaku individu agar dewasa sehingga siap untuk masa
depannya, berguna di masyarakat. Pendidikan merupakan sebuah usaha sadar yang dilakukn
agar mempersiapkan individu yang terampil, berwawasan dan berkualitas tinggi siap untuk
bekerja.
d. Pelatihan
Pelatihan merupakan kegiatan melatih karyawan dari setengah ahli menjadi ahli dalam
menyelesaikan pekerjaannya (Sutrisno, 2015:42). Pelatihan yang dilakukan dengan cara
sengaja dan terprogram sering dikenal dengan sebutan coaching, yaitu suatu kegiatan
membekali orang dengan peralatan, pengetahuan dan kesempatan yang mereka perlukan
untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih efektif (Kaswan, 2015:12).
Pelatihan adalah membuka potensi pekerja untuk memaksimalkan kinerjanya. Pada saat
pelatihan berlangsung, aktivitas yang dikehendaki adalah berhubungan dengan cara sesuatu
dikerjakan dan apa sajakah yang harus dikerjakan (Mangkunegaran, 2015:109).
Hakikatnya, setiap pelatihan yang diikuti oleh pekerja atau karyawan merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan ilmu pengetahuannya
24
berkaitan dengan pekerjaannya. Pelatihan bertujuan untuk mendapatkan tenaga kerja pada
waktu yang akan datang yang diperlukan dari anggota-anggota tenaga kerja yang ada
(Sutrisno, 2015:42).
Kegiatan yang dilakukan dalam pelatihan secara garis besar ada dua, yaitu pertama,
kegiatan mempelajari keterampilan khusus atau cara-cara melakukan sesuatu dan kedua,
kegiatan mengarahkan pekerja tentang car-cara menyelesaikan masalah yang dihadapi
ketika bekerja (Kaswan, 20153:13). Melalui kegiatan pelatihan, seorang pekerja dibimbing
oleh seorang pelatih berkaiatan cara-cara melakukan pekerjaannya, termasuk di dalamnya
adalah menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja. Selain itu, dalam pekerjaan tentu
menemukan masalah, melalui pelatihan seseorang dapat terarah tindakan yang harus
dilakukannya apabila menemukan masalah.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pelatihan merupakan suatu usaha
yang dilakukan melatih kemampuan pekerja dalam penelitian ini yaitu pekerja
pembangunan jalan raya agar mampu dan terampil menyelesaikan pekerjaan dan masalah
yang mungkin terjadi ketika sedang bekerja. Pada pelatihan juga diajarkan teknik bekerja
termasuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sehingga aman dan terhindar dari
penyakit-penyakit berbahaya ataupun dari kecelakaan kerja.
25
e. Lama Kerja
Lama kerja merupakan rentang waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk bekerja.
Semakin lama seseorang bekerja maka banyak pengalaman dan informasi yang diperoleh
mengenai pekerjaannya, tugas-tugas yang harus dikerjakan dan cara-cara menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik. Lama kerja yang dialami oleh pekerja dapat mendidik dan
melatih dirinya dalam pekerjaannya. Semakin lama bekerja maka dapat menjadikan dirinya
berpengalaman. Dalam hal ini, karena pengaruh tiga faktor yaitu:
1. bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang akan berpengaruh pada
kemampuan berpikir reflektif, yaitu cepat mengambil kesimpulan akibat simpanan
informasi
2. banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah akan berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir proporsional, yaitu berpikir berdasarkan hipotesa
kemungkinan yang tinggi
3. adanya kebebasan berpikir akan berpengaruh pada keberanian seseorang dalam
menyusun hipotesis yang radikal dan kebebasan menjajaki masalah secara
komprehensif serta keberanian memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang
baru dan benar (Al-Mighwar, 2011:98).
Lama kerja merupakan masa atau lamanya seseorang menjalankan pekerjaannya.
Lama kerja berkoreasi dengan pengalaman menyelesaikan pekerjaan, dan berhubungan
dengan meningkatnya kemampuan yang diperoleh. Lama kerja juga berhubungan positif
dengan kepuasan kerja (Badeni, 2014:12).
Dengan demikian, lama kerja merupakan masa kerja pada periode tertentu untuk
melakukan pekerjaan yang sama. Lama kerja menunjukkan kinerja-kinerja yang dihasilkan
26
oleh seorang pekerja dalam hitungan tahun. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin
banyak hal yang telah dilakukan dan semakin paham terhadap pekerjaannya. Termasuk
resiko dari pekerjaannya.
2.8 Teori yang Digunakan
a. Multicausal Theory
Adalah teori yang menekankan bahwa suatu penyakit sebagai hasil dari interaksi dari
berbagai faktor. Pengaruh agen sangat tergantung pada defisiensi gizi, paparan bahan
racun, stres emosional, lingkungan dan daya tahan tubuh (Alamsyah dan Muliawati,
2013:89).
b. Perilaku Kesehatan
Notoadmojo mengatakan perilaku kesehatan terdiri dari stimulus sakit dan penyakit,
system pelayanan kesehatan dan lingkungan. Pada penelitian ini hanya akan menggunakan
dua stimulus yaitu sebagai berikut:
1. Perilaku seseorang terhadap penyakit dan sakit, yang meliputi empat perilaku, yaitu:
perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, pencarian
kesehatan dan perilaku pemulihan kesehatan.
2. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, yaitu perilaku tentang air bersih, pembuangan
air kotoran, perilaku terhadap limbah, perilaku hidup bersih dan sehat, dan perilaku
pembersihan sarang nyamuk (Notoadmodjo, 2007:17).
27
2.9 Kerangka Teori
GANGGUAN PERNAFASAN:
Gangguan saluran pernafasan
adalah suatu gangguan pada
pernafasan yang terjadi akibat
masuknya benda-benda atau
partikel debu, gas-gas
beracun, atau
mikroorganisme jahat yang
ada pada udara yang
menyerang pernafasan.
PENYAKIT YANG
NAMPAK:
1. Susunan hemoglobin
darah
2. Penyakit ispa
3. Iritasi tenggorokan
4. Penyakit pneumokinosis
5. Kardiovaskuler 6.
Kanker
6. Batuk 7. Flu Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: (Alamsyah dan Muliawati, 2013:171).
PEKERJA PEMBANGUNAN JALAN
RAYA:
1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. Pelatihan 5. Lama Kerja
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan pendekatan waktu
cross sectional baik terhadap umur, jenis kelamin, pendidikan, pelatihan dan lama kerja serta
keluhan gangguan saluran pernapasan. Kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Pekerja Penyapu Jalan Raya di Kecamatan
Kemuning Kota Palembang berjumlah 61 orang (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
kota Palembang, 2019). Lebih jelasnya pada tabel di bawah ini.
Variabel Independent:
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Pendidikan
4. Pelatihan
5. Lama Kerja
Variabel Dependent:
Gangguan pernafasan
30
TABEL 3.1
POPULASI PENELITIAN
No Jenis Kelamin Jumlah Pekerja Pembangunan Jalan
Raya
1. Laki-laki 50
2. Perempuan 11
Total Pekerja 61
(Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang, 2019)
Dari tabel 3.1 di atas, diketahui bahwa jumlah populasi yang bekerja di wilayah Kerja
Kecamatan Kemuning ada 61 orang.
2. Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan
sampel atas pertimbangan tertentu oleh peneliti (Sugiyono, 2010). Pertimbangan yang
digunakan yaitu pekerja pembangunan jalan raya yang memenuhi karakteristik sebagai
berikut:
1. Pekerja laki-laki atau perempuan yang bekerja pada pembangunan jalan raya di Kecamatan
Kemuning Kota Palembang.
2. Pekerja yang berumur minimal 25 tahun, memiliki masa kerja ≥ 2 tahun.
3. Pekerja yang tercatat bekerja di pada tahun 2018-2019.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Rumus, yaitu:
S = ƛ2.𝑁.𝑃.𝑄
𝑑2(𝑁−1)+ƛ2.𝑃.𝑄 (Sugiyono, 2017:87)
Keterangan:
S = Sampel yang diambil
N = jumlah populasi
S = ƛ2.𝑁.𝑃.𝑄
𝑑2(𝑁−1)+ƛ2.𝑃.𝑄 (Sugiyono, 2017:87)
31
= 1𝑥61𝑥0,5𝑥0,5
0,052(61−1)+1𝑥0,5𝑥0,5
= 15,25
0,29
= 52,6 dibulatkan menjadi 55 orang.
C. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Data kuantitatif terdiri dari data sebagai berikut:
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Pendidikan
d. Pelatihan
e. Lama kerja
f. Keluhan gangguan saluran pernapasan pekerja penyapu jalan
g. Cara kerja pembangunan jalan raya
h. Penggunaan APD
i. Lama istirahat
j. Makanan yang dimakan pada saat bekerja.
32
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
TABEL 3.2
VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL
No Variabel Definisi
Operasional
Cara
Ukur
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Variabel
Independent:
a. Umur Usia (dinyatakan
dalam hitungan
tahun) pekerja pada
saat bekerja
Interview Instrumen
wawancara
Tahun Rasio
B . Jenis kelamin Jenis kelamin
pekerja
pembangunan jalan
Interview Instrumen
wawancara
Laki-laki/
perempuan
Rasio
No Variabel Definisi
Operasional
Cara
Ukur
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
c. Pendidikan Jenjang pendidikan
terakhir pekerja
Interview Instrumen
wawancara
SMP/SMA/
D1/D3/SI
Ordinal
d. Pelatihan Kegiatan
mempelajari
pekerjaan yang
dilakukan dan cara
melakukannya baik
teori dan praktik,
yang diikuti oleh
pekerja
Interview Instrumen
wawancara
1. Frekuensi
mengikuti
latihan
2. Lama
pelatihan
3. Hasil
pelatihan
Rasio
e. Lama kerja Masa kerja (dalam
hitungan tahun)
bekerja pada
pembangunan jalan
raya
Interview Instrumen
wawancara
Tahun Ordinal
2 Variabel
dependet:
Gangguan
pernapasaan
Suatu keluhan pada
saluran pernapasan
yang dirasakan oleh
pekerja jalan dalam
2 minggu terakhir
pada saat berada di
kawasan padat lalu
lintas yang ditandai
dengan beberapa
Angket Instrument 1.Ya
2.Tidak
ordinal
33
gejala seperti batuk,
bersin, sakit
tenggorokan, sesak
napas, dan nyeri
dada
E. Sumber Informasi
Informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan menggunakan surveilans
epidemiologi yaitu kegiatan pemantauan secara terus menerus terhadap berbagai faktor yang
menetukan kejadian dan penyebaran gangguan kesehatan (Alamsyah dan Muliawati, 2013:103).
Yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini ada dua, yaitu sebagai berikut:
1. Sumber data primer, yaitu pekerja penyapu jalan yang bekerja di dua titik, yaitu Simpang Empat
Polda dan Simpang Empat Sekip Kecamatan Kemuning Kota Palembang. Sampel penelitian ini
diambil berdasarkan kriteria inklusi yaitu sebagai berikut:
a. Bersedia bekerja sama dalam penelitian, berumur minimal 28 tahun, memiliki masa kerja ≥
1 tahun.
b. Berdasarkan kriteria tersebut hanya dipilih orang penyapu yang memenuhi kriteria adalah
sebanyak 3 orang. Karakteristik responden berupa umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
lama bekerja, dan kebiasaan sehat.
F. Pengukuran dan Pengamatan
Data keluhan pernapasan penyapu didapatkan dengan menggunakan lembar kuesioner. Data
disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang kemudian dianalisis secara deskriptif
kualitatif dan kuantitatif.
34
G. Pengumpulan dan Manajemen Data
Pengumpulan data merupakan sebuah aktivitas merencanakan, menentukan, mencari dan
mengumpulkan data sesuai dengan kebutuhan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini
ada dua, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Dalam mengumpulkan
data, digunakan manajemen sata secara khusus yang pada penelitian ini dibagi dalam dua (2) tahap
sebagai berikut:
1. Pengumpulan data primer, meliputi:
a. Pengambilan data gangguan pernafasan pekerja pembangunan jalan raya melalui
wawancara pada dua titik, yaitu Simpang Empat Polda dan Simpang Empat Sekip
Kecamatan Kemuning Kota Palembang.
2. Pengumpulan data sekunder yaitu profil pekerja pembangunan jalan raya, dan hasil penelitian
terdahulu.
F. Hipotesis dan Kriteria Pengujian Hipotesis
1. Hipotesis
a. Ho = Tidak ada hubungan yang signifikan umur, jenis kelamin, pendidikan, pelatihan, dan
lama kerja dengan gangguan pernafasan pekerja pembangunan jalan raya di keluruhan
Kemuning Kota Palembang
b. Ha = ada hubungan yang signifikan umur, jenis kelamin, pendidikan, pelatihan, dan lama
kerja dengan gangguan pernafasan pekerja pembangunan jalan raya di keluruhan
Kemuning Kota Palembang
35
2. Kriteria Pengujian Hipotesis
a. Terima Ho, jika sig ≤ 0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan umur, jenis
kelamin, pendidikan, pelatihan, dan lama kerja dengan gangguan pernafasan pekerja
pembangunan jalan raya di keluruhan Kemuning Kota Palembang.
Tolak Ho, jika sig ≥ 0,05, artinya ada hubungan yang signifikan umur, jenis kelamin,
pendidikan, pelatihan, dan lama kerja dengan gangguan pernafasan pekerja pembangunan
jalan raya di keluruhan Kemuning Kota Palembang.
b. Terima Ho, jika sig ≤ 0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan kadar CO dengan
gangguan pernafasan pekerja pembangunan jalan raya di keluruhan Kemuning Kota
Palembang.
b. Terima Ho, jika sig ≤ 0,05 berarti tidak ada hubungan yang signifikan umur, jenis kelamin,
pendidikan, pelatihan, dan lama kerja dengan gangguan pernafasan pekerja pembangunan
jalan raya di keluruhan Kemuning Kota Palembang.
Tolak Ho, jika sig ≥ 0,05, artinya ada hubungan yang signifikan umur, jenis kelamin,
pendidikan, pelatihan, dan lama kerja dengan gangguan pernafasan pekerja pembangunan
jalan raya di keluruhan Kemuning Kota Palembang.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
yang penting dipelajari dan menyimpulkan data (Sugiyono, 2010:244). Teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah analisis data kuantitatif. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
36
1. Uji Normalitas Data
Menurut Sugiyono (2013:271), data setiap variabel yang akan dianalisis harus
berdistribusi normal. Oleh karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, maka terlebih
dulu dilakukan pengujian normalitas data. Untuk menguji apakah data-data yang dikumpulkan
berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan kertas peluang dan chi kuadrat. Data
dikatakan berdistribusi normal apabila harga chi kuadrat hitung < chi kuadrat tabel.
Perhitungannya dilakukan menggunakan SPSS Versi 21.
2. Uji Multifariat
Untuk mengetahui kadar CO dan NO2 yang dominan terhadap gangguan pernafasan
pekerja pembangunan jalan raya di Kelurahan Kemuning Palembang. Rumus yang digunakan
adalah persentase. Perhitungannya menggunakan SPSS Versi 21.
3. Uji Univariat
Uji multifariat digunakan untuk mengetahui destribusi frekuensi karaktersitik demografi
pekerja penyapu jalan raya dan mengetahui destribusi frekuensi gangguan pernapasan pekerja
pembangunan jalan raya di keluruhan Kemuning Kota Palembang. Rumus yang kldigunakan
adalah statistik deskriptif. Perhitungannya menggunakan SPSS Versi 21.
4. Uji Bivariat
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel umur,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lama kerja dengan gangguan pernafasan digunakan
analisis data uji brivariat dengan rumus korelasi product moment. Perhitungannya dilakukan
menggunakan SPSS Versi 21.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang
Merupakan Lembaga Unsur PD Pemerintah Daerah. Guna Mendukung Visi Palembang
EMAS (Elok, Madani, Aman Dan Sejahtera) 2018, Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan
Kota Palembang Mempunyai Rencana Strategis Yang Dimaksudkan Memberikan Arahan
Bagi Seluruh Aparatur Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Palembang Sehingga
Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Palembang Dapat
Dilaksanakan Secara Efektif Dan Efisien.
Adapun tujuan disusunnya Rencana Strategis Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Palembang adalah :
1. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
perencanaan pembangunan yang transparan, partisipatif, dan akuntabel.
2. Memberikan arahan dan kendali bagi aparatur perencana
dalam perumusan substansi perencanaan yang lebih jelas, rinci dan terukur dan difokuskan
pada pencapaian visi dan misi guna efektifitas dan efisisensi pembangunan dengan mengacu
pada RPJMD Kota Palembang tahun 2013-2018 dengan benar-benar didasarkan pada kondisi,
potensi dan aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang.
3. Memberikan kejelasan terhadap pembagian wewenang
38
dan tanggung jawab masing-masing bidang dan memacu semangat kerja dalam mengelola
tupoksi.
4. Sebagai upaya mengakomodasikan kebijakan
perencanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan melalui koordinasi, konsultasi dan
interaksi baik antar instansi maupun sektor.
5. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang lingkungan hidup. Untuk
menyelenggarakan tugas pokok tersebut berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang
mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup;
b. Mendukung penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang lingkungan hidup;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang lingkungan hidup;
d. Pelaksanaan pelayanan teknis ketatausahaan badan;
e. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
39
Susunan organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang terdiri dari
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat, membawahi:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Keuangan; dan
3. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan.
c. Bidang Tata Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup, membawahi:
1. Seksi Tata Lingkungan dan Pengkajian Lingkungan;
2. Seksi Pemeliharaan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup; dan
3. Seksi Pengaduan, Penyelesaian Sengketa dan Penegakan Hukum Lingkungan.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang distribusi
respoden menurut semua variable penelitian, baik variable dependen (gangguan
pernapasaan) maupun variable independen (Umur, Jenis kelamin, Pelatihan Kerja, lama
bekerja, pendidikan) yang dikumpulkan dalam tabel dan teks seperti dibawah ini :
A. Distribusi kejadian Gangguan Pernapasan pada penyapu jalan raya di Kelurahan
Kemuning Kota Palembang
Hasil penelitian mengenai distribusi kejadian gangguan pernapasan pada pekerja
pembangunan dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:
40
Tabel 4.4
Distribusi kejadian gangguan pernapasan pada penyapu jalan raya di
Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Gangguan Pernapasan Total Responden
n %
Ya 31 56,4
Tidak 24 43,6
Total 55 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2020.
Berdasarkan tabel 4.4 bahwa responden mayoritas mengalami kejadian
gangguan pernapasan sebanyak 31 orang atau 56,4% dan yang tidak mengalami
gangguan pernapasan sebanyak 24 orang atau 43,6%.
B. Distribusi umur responden pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning
Kota Palembang
Hasil penelitian mengenai distribusi umur responden pada pekerja pembangunan dapat
dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5
Distribusi umur responden pekerja penyapu di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Umur Total Responden
n %
Dewasa Akhir 37 67,3
Dewasa Awal 18 32,7
Total 55 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2020.
41
Berdasarkan tabel 4.5 bahwa responden mayoritas umur dewasa akhir sebanyak
37 orang atau 67,3% dan responden umur dewasa akhir sebanyak 18 orang atau
32,7%.
D. Distribusi jenis kelamin responden pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan
Kemuning Kota Palembang
Hasil penelitian mengenai distribusi jenis kelamin responden pada pekerja penyapu
jalan raya dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Distribusi jenis kelamin responden pekerja penyapu jalan raya di
Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Jenis Kelamin Total Responden
n %
Laki-laki 43 78,2
Perempuan 12 21,8
Total 55 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2020.
Berdasarkan tabel 4.6 bahwa responden mayoritas jenis kelamin laki-laki
sebanyak 43 orang atau 78,2% dan responden jenis kelamin perempuan sebanyak 12
orang atau 21,8%.
E. Distribusi pendidikan responden pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan
Kemuning Kota Palembang
Hasil penelitian mengenai distribusi pendidikan responden pada pekerja penyapu jalan
raya dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut:
42
Tabel 4.7
Distribusi pendidikan responden pekerja penyapu jalan raya di
Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Pendidikan Total Responden
n %
SD 10 18,2
SMP 35 63,6
SMA 10 18,2
Total 55 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2020.
Berdasarkan tabel 4.7 bahwa responden mayoritas pendidikan SMP sebanyak
35 orang atau 63,6% dan responden pendidikan SMA serta SMA masing-masing
sebanyak 10 orang atau 18,2%.
43
F. Distribusi pelatihan kerja responden pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan
Kemuning Kota Palembang
Hasil penelitian mengenai distribusi pelatihan kerja responden pada pekerja
pembangunan dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8
Distribusi pelatihan kerja responden pekerja penyapu jalan raya di
Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Pelatihan kerja Total Responden
N %
Tidak 42 76,4
Ya 13 23,6
Total 55 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2020.
Berdasarkan tabel 4.8 bahwa responden mayoritas tidak mengikuti pelatihan
kerja sebanyak 42 orang atau 76,4% dan responden yang mengikuti pelatihan kerja
sebanyak 13 orang atau 23,6%.
44
G. Distribusi lama bekerja responden pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan
Kemuning Kota Palembang
Hasil penelitian mengenai distribusi lama bekerja responden pada pekerja penyapu jalan
raya dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9
Distribusi lama bekerja responden pekerja penyapu jalan raya di
Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Lama Bekerja Total Responden
N %
Lama 42 76,4
Sedang 8 14,5
Baru 5 9,1
Total 55 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2020.
Berdasarkan tabel 4.9 bahwa responden mayoritas sudah lama bekerja sebanyak
42 orang atau 76,4%, lama bekerja sedang sebanyak 8 orang atau 14,5% dan
responden yang baru bekerja sebanyak 5 orang atau 9,1%.
45
4.1.2 Analisis Bivariat
A. Hubungan antara umur dengan kejadian gangguan pernapasan pada
pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Analisis hubungan antara umur dengan kejadian gangguan pernapasan pada pekerja
penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang dapat dilihat pada tabel
4.10 di bawah ini:
Tabel 4.10
Hubungan Umur dengan Kejadian Gangguan Pernapasan Pada pekerja penyapu
jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Umur
Gangguan Pernapasan
Total
p- value
PR
(95%) Ya Tidak
N % n % N %
Dewasa
Akhir
25 67,6 12 32,4 37 100
0,035 2,027
(1,016-4,043)
Dewasa Awal
6
33,3
12
66,7
18
100
sumber: Hasil Penelitian, 2020.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan umur dewasa akhir dan
mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak 67,6% sedangkan responden
dengan usia dewasa awal dan mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak
33,3%.
Dari hasil analisis Chi-Square Test diperoleh nilai p value = 0,035 yang berarti p
value < α (0,05) Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik antara umur
dengan kejadian gangguan pernapasan pada pekerja pembangunan di Kelurahan
Kemuning Kota Palembang.
Hasil analisis diperoleh nilai PR = 2,027 dengan 95% CI: 1,016-4,043 maka dapat
disimpulkan bahwa dengan derajat kepercayaan 95% diyakini responden dewasa akhir
memiliki peluang 2 kali lebih besar untuk mengalami kejadian gangguan pernapasan.
46
B. Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian gangguan pernapasan pada
pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Analisis hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian gangguan pernapasan pada
pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang dapat dilihat pada
tabel 4.11 di bawah ini:
Tabel 4.11
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Gangguan Pernapasan Pada pekerja
penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Jenis Kelamin
Gangguan Pernapasan
Total
p- value
PR
(95%) Ya Tidak
N % n % N %
Laki-laki 28 65,1 15 34,9 43 100
0,032 2,605
(0,954-7,109)
Perempuan
3
25,0
9
75,0
12
100
sumber: Hasil Penelitian, 2020.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden laki-laki dan mengalami
kejadian gangguan pernapasan sebanyak 65,1% sedangkan responden perempuan dan
mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak 25,0%.
Dari hasil analisis Chi-Square Test diperoleh nilai p value = 0,032 yang berarti p
value < α (0,05) Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik antara jenis
kelamin dengan kejadian gangguan pernapasan pada pekerja pembangunan di Kelurahan
Kemuning Kota Palembang.
Hasil analisis diperoleh nilai PR = 2,605 dengan 95% CI: 0,954-7,109 maka dapat
disimpulkan bahwa dengan derajat kepercayaan 95% diyakini responden laki-laki
memiliki peluang 2,6 kali lebih besar untuk mengalami kejadian gangguan pernapasan.
C. Hubungan antara pendidikan dengan kejadian gangguan pernapasan pada
pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Analisis hubungan antara pendidikan dengan kejadian gangguan pernapasan pada
pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang dapat dilihat pada
tabel 4.12 di bawah ini:
47
Tabel 4.12
Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Gangguan Pernapasan Pada pekerja
penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Pendidikan
Gangguan Pernapasan
Total
p- value
PR (95%) Ya Tidak
N % n % N %
SD 5 50,0 5 50,0 10 100 0,365
0,054
0,429 (0,954-7,109)
0,224 (0,049-1,024)
SMP
23
65,7
12
34,3
35
100
SMA 3 30,0 7 70,0 10 100 0
sumber: Hasil Penelitian, 2020.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden pendidikan SD dan mengalami
kejadian gangguan pernapasan sebanyak 50,0%, pendidikan SMP sebanyak 65,7%
sedangkan responden SMA dan mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak
30,0%.
Dari hasil analisis Chi-Square Test diperoleh nilai p value = 0,365 dan 0,054 yang
berarti p value > α (0,05) Hal ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna secara
statistik antara pendidikan dengan kejadian gangguan pernapasan pada pekerja
pembangunan di Kelurahan Kemuning Kota Palembang.
48
D. Hubungan antara pelatihan kerja dengan kejadian gangguan pernapasan
pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Analisis hubungan antara pelatihan kerja dengan kejadian gangguan pernapasan
pada pekerja pembangunan di Kelurahan Kemuning Kota Palembang dapat dilihat pada
tabel 4.13 di bawah ini:
Tabel 4.13
Hubungan Pelatihan Kerja dengan Kejadian Gangguan Pernapasan Pada pekerja
penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Pelatihan
Kerja
Gangguan Pernapasan
Total
p- value
PR
(95%) Ya Tidak
N % N % N %
Tidak 28 66,7 14 33,3 42 100
0,014 2,889
(1,047-7,973)
Ya
3
23,1
10
76,9
13
100
sumber: Hasil Penelitian, 2020.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tidak mengikuti pelatihan
dan mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak 66,7% sedangkan responden
yang mengikuti pelatihan dan mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak
23,1%.
Dari hasil analisis Chi-Square Test diperoleh nilai p value = 0,014 yang berarti p
value < α (0,05) Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik antara
pelatihan kerja dengan kejadian gangguan pernapasan pada pekerja pembangunan di
Kelurahan Kemuning Kota Palembang.
Hasil analisis diperoleh nilai PR = 2,889 dengan 95% CI: 1,047-7,973) maka dapat
disimpulkan bahwa dengan derajat kepercayaan 95% diyakini responden yang tidak
mengikuti pelatihan memiliki peluang 2,9 kali lebih besar untuk mengalami kejadian
gangguan pernapasan.
49
E. Hubungan antara lama bekerja dengan kejadian gangguan pernapasan pada
pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Analisis hubungan antara lama bekerja dengan kejadian gangguan pernapasan pada
pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang dapat dilihat pada
tabel 4.15 di bawah ini:
Tabel 4.15
Hubungan Lama Bekerja dengan Kejadian Gangguan Pernapasan Pada Pekerja
Pembangunan di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Lama Bekerja
Gangguan Pernapasan
Total
p- value
PR (95%) Ya Tidak
N % N % N %
Lama 28 66,7 14 33,3 42 100 0,042
0,025
6,000 (1,070-33,645)
3,226 (1,310-34,410)
Sedang
2
25,0
6
75,0
8
100
Baru 1 20,0 4 80,0 5 100 0
sumber: Hasil Penelitian, 2020.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang sudah lama bekerja dan
mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak 66,7%, bekerja dalam waktu sedang
sebanyak 25,0% sedangkan responden baru bekerja dan mengalami kejadian gangguan
pernapasan sebanyak 20,0%.
Dari hasil analisis Chi-Square Test diperoleh nilai p value = 0,042 dan 0,025 yang
berarti p value < α (0,05) Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik
antara lama bekerja dengan kejadian gangguan pernapasan pada pekerja pembangunan
di Kelurahan Kemuning Kota Palembang.
Hasil analisis diperoleh nilai PR = 6,000 dengan 95% CI: 1,070-33,645) maka dapat
disimpulkan bahwa dengan derajat kepercayaan 95% diyakini responden yang sudah
lama bekerja memiliki peluang 6 kali lebih besar untuk mengalami kejadian gangguan
pernapasan.
50
4.3.3 Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel independen mana yang
paling besar berpengaruh terhadap variabel dependen. Penelitian ini menggunakan analisis
multivariat uji regresi logistik ganda model prediksi. Pemodelan dengan model prediksi
bertujuan untuk memperoleh model yang terdiri dari beberapa variabel independen yang
dianggap terbaik untuk memprediksi variabel dependen. Tahap analisis multivariat uji regresi
logistik ganda model prediksi antara lain sebagai berikut:
A. Seleksi Bivariat
Tahap pertama seleksi bivariat terhadap variabel-variabel yang akan dimasukkan pada
tahap analisis multivariat. Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana,
variabel dapat masuk pada tahap model awal multivariat apabila nilai p-value <0,25. Berikut
tabel seleksi bivariat dengan menggunakan uji regresi logistik sederhana:
Tabel 4.17
Hasil Seleksi Bivariat
Variabel p-value Keterangan
Umur 0,035 Masuk Ke Pemodelan
Jenis Kelamin 0,032 Masuk Ke Pemodelan
Pendidikan 0,923 Tidak Masuk Ke Pemodelan
Pelatihan Kerja 0,014 Masuk Ke Pemodelan
Lama Bekerja 0,014 Masuk Ke Pemodelan
Berdasarkan hasil seleksi bivariat pada tabel 4.17 dapat dilihat bahwa variabel
yang memiliki p-value <0,25 adalah variabel umur, jenis kelamin, pelatihan kerja dan
lama bekerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang dianalisis
multivariat terhadap kejadian gangguan pernapasan yaitu kualitas udara, umur, jenis
kelamin, pelatihan kerja dan lama bekerja.
51
B. Pemodelan Multivariat
Tahap pemodelan awal multivariat dengan melakukan uji regresi logistik ganda
terhadap seluruh variabel independen yang telah masuk kedalam pemodelan awal. Kemudian
memilih dan mempertahankan variabel yang memiliki p-value <0,05 dan mengeluarkan
variabel yang mempunyai nilai p-value >0,05. Pada saat mengeluarkan variabel-variabel
independen tersebut tidak dilakukan secara bersamaan namun dilakukan secara bertahap dari
variabel yang memiliki nilai p-value terbesar.
Tabel 4.16
Pemodelan Awal Analisis Multivariat
Variabel p-value 𝐏𝐑𝑪𝒓𝒖𝒅𝒆 95% CI
Umur 0,274 2,441 0,493-12,091
Jenis Kelamin 0,066 5,557 0,891-34,644
Pelatihan Kerja 0,048 6,052 1,013-36,140
Lama Bekerja 0,034 7,043 1,159-42,804
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.18 didapatkan bahwa variabel yang
memiliki nilai p-value > 0,05 yaitu variabel umur (0,274) dengan rentang 95% CI 0,493
sampai 12,091. Maka variabel pertama yang dikeluarkan dari pemodelan yaitu variabel
pemberian umur.
Setelah pengeluaran variabel umur dilakukan, maka dilihat hasil PR yang
diperoleh oleh variabel independen dari pengurangan antara PR sebelum dan PR sesudah
dibagi PR sebelum variabel umur dikeluarkan, jika perubahan PR > 10% maka variabel
tersebut dianggap sebagai perancu (confounder) dan tetap dalam model multivariat. Hasil
perhitungan statistik seleksi konfonding setelah mengeluarkan variabel umurdapat dilihat
pada tabel berikut:
52
Tabel 4.17
Perubahan Prevalens Ratio (PR) Tanpa Variabel Umur
Variabel p-value Perubahan PR % Perubahan PR
Awal Akhir
Jenis Kelamin 0,041 5,557 6,676 --20,14
Pelatihan Kerja 0,025 6,052 7,472 -23,46
Lama Bekerja 0,029 7,043 7,348 -4,33
Hasil analisis pada tabel 4.17 menunjukkan bahwa perubahan PR dari setiap variabel
independen tanpa memasukkan variabel umur mencapai 10%, artinya variabel umur sebagai
confounding dan tetap berada dalam pemodelan.
Kemudian terlihat bahwa seluruh variabel memiliki p-value < 0,05 sehingga
pemodelan telah selesai.
C. Model Akhir Analisis Multivariat
Setelah pemodelan selesai kemudian didapatkan model akhir analisis multivariat.
Hasil analisis multivariat pada model akhir menggunakan uji regresi logistik ganda disajikan
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.18
Model Akhir Analisis Multivariat
Variabel p-value 𝐏𝐑𝑨𝒅𝒋𝒖𝒔𝒕𝒆𝒅 95% CI
Umur 0,274 2,441 0,493-12,091
Jenis Kelamin 0,066 5,557 0,891-34,644
Pelatihan Kerja 0,048 6,052 1,013-36,140
Lama Bekerja 0,034 7,043 1,159-42,804
53
Berdasarkan hasil analisis multivariat pada tabel 4.19 diatas dapat dilihat bahwa
variabel yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian gangguan pernapasan adalah
variabel kualitas udara, pelatihan kerja dan lama bekerja.
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh
terhadap kejadian gangguan pernapasan adalah variabel kualitas udara. Hasil analisis
didapatkan bahwa variabel kualitas udara dengan perolehan nilai PR𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 = 7,662 (95%
CI: 1,481-39,649) artinya responden yang terpapar kualitas udara buruk berisiko memiliki
peluang 7,662 kali lebih besar untuk mengalami kejadian gangguan pernapasan dibandingkan
responden yang terpapar kualitas udara baik setelah dikontrol oleh variabel umur, jenis
kelamin, pelatihan kerja dan lama bekerja. Pada populasi umum diyakini 95% responden yang
terpapar kualitas udara buruk mengalami kejadian gangguan pernapasan berkisar antara 1,481
sampai 39,649 dibandingkan responden yang terpapar kualitas udara baik.
4.2 Pembahasan
4.2.1 hasil analisis penelitian mengenai kejadian gangguan pernapasaan pekerja penyapu
jalan raya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan umur dewasa akhir dan
mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak 67,6% sedangkan responden dengan
usia dewasa awal dan mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak 33,3%
Berdasarkan hasil seleksi bivariat pada tabel 4.17 dapat dilihat bahwa variabel
yang memiliki p-value <0,25 adalah variabel umur, jenis kelamin, pelatihan kerja dan
lama bekerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang dianalisis
multivariat terhadap kejadian gangguan pernapasan yaitu kualitas udara, umur, jenis
kelamin, pelatihan kerja dan lama bekerja.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Marlina Sari,dkk (2013) yang berjudul analisa
kadar co dan no2 di udara dan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki
lima di pasar sangkumpal bonang kota padangsidimpuan tahun 2013. Kadar CO dan NO2
54
tertinggi berada pada Jl. M. H. Thamrin (Depan pasar Sangkumpal Bonang) yaitu sebesar
18.323 µg/Nm3 dan 85,10 µg/Nm3 untuk CO dan NO2. Sebanyak 26 orang (38,8%)
responden berusia di antara 41 – 50 tahun dengan jenis kelamin terbanyak perempuan
sebanyak 45 orang (67,2%). Tingkat pendidikan responden SMA sebanyak 26 orang
(38,8%). Responden yang merokok sebanyak 33 orang (49,3%). Responden berdagang ≥
8 jam per hari sebanyak 37 orang (55,2%) dan responden telah berdagang ≤ 10 tahun
sebanyak 33 orang (43,3%). Sebanyak 26 responden mengalami keluhan gangguan saluran
pernapasan dan keluhan gangguan saluran pernapasan yang paling banyak dialami
responden yaitu batuk sebanyak 96,2% responden.
4.2.2 Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian gangguan pernapasan pada
pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden laki-laki dan mengalami
kejadian gangguan pernapasan sebanyak 65,1% sedangkan responden perempuan dan
mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak 25,0%.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Marlina Sari,dkk (2013) yang berjudul analisa
kadar co dan no2 di udara dan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki
lima di pasar sangkumpal bonang kota padangsidimpuan tahun 2013. Kadar CO dan NO2
tertinggi berada pada Jl. M. H. Thamrin (Depan pasar Sangkumpal Bonang) yaitu sebesar
18.323 µg/Nm3 dan 85,10 µg/Nm3 untuk CO dan NO2. Sebanyak 26 orang (38,8%)
responden berusia di antara 41 – 50 tahun dengan jenis kelamin terbanyak perempuan
sebanyak 45 orang (67,2%). Tingkat pendidikan responden SMA sebanyak 26 orang
(38,8%). Responden yang merokok sebanyak 33 orang (49,3%). Responden berdagang ≥
8 jam per hari sebanyak 37 orang (55,2%) dan responden telah berdagang ≤ 10 tahun
sebanyak 33 orang (43,3%). Sebanyak 26 responden mengalami keluhan gangguan saluran
55
pernapasan dan keluhan gangguan saluran pernapasan yang paling banyak dialami
responden yaitu batuk sebanyak 96,2% responden.
4.2.3 Hubungan antara pendidikan dengan kejadian gangguan pernapasan pada
pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tidak mengikuti pelatihan dan
mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak 66,7% sedangkan responden yang
mengikuti pelatihan dan mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak 23,1%.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Marlina Sari,dkk (2013) yang berjudul analisa
kadar co dan no2 di udara dan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki
lima di pasar sangkumpal bonang kota padangsidimpuan tahun 2013. Kadar CO dan NO2
tertinggi berada pada Jl. M. H. Thamrin (Depan pasar Sangkumpal Bonang) yaitu sebesar
18.323 µg/Nm3 dan 85,10 µg/Nm3 untuk CO dan NO2. Sebanyak 26 orang (38,8%)
responden berusia di antara 41 – 50 tahun dengan jenis kelamin terbanyak perempuan
sebanyak 45 orang (67,2%). Tingkat pendidikan responden SMA sebanyak 26 orang
(38,8%). Responden yang merokok sebanyak 33 orang (49,3%). Responden berdagang ≥
8 jam per hari sebanyak 37 orang (55,2%) dan responden telah berdagang ≤ 10 tahun
sebanyak 33 orang (43,3%). Sebanyak 26 responden mengalami keluhan gangguan saluran
pernapasan dan keluhan gangguan saluran pernapasan yang paling banyak dialami
responden yaitu batuk sebanyak 96,2% responden.
56
4.2.4 Hubungan antara pelatihan kerja dengan kejadian gangguan pernapasan
pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tidak mengikuti pelatihan
dan mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak 66,7% sedangkan responden
yang mengikuti pelatihan dan mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak
23,1%.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Marlina Sari,dkk (2013) yang berjudul analisa
kadar co dan no2 di udara dan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki
lima di pasar sangkumpal bonang kota padangsidimpuan tahun 2013. Kadar CO dan NO2
tertinggi berada pada Jl. M. H. Thamrin (Depan pasar Sangkumpal Bonang) yaitu sebesar
18.323 µg/Nm3 dan 85,10 µg/Nm3 untuk CO dan NO2. Sebanyak 26 orang (38,8%)
responden berusia di antara 41 – 50 tahun dengan jenis kelamin terbanyak perempuan
sebanyak 45 orang (67,2%). Tingkat pendidikan responden SMA sebanyak 26 orang
(38,8%). Responden yang merokok sebanyak 33 orang (49,3%). Responden berdagang ≥
8 jam per hari sebanyak 37 orang (55,2%) dan responden telah berdagang ≤ 10 tahun
sebanyak 33 orang (43,3%). Sebanyak 26 responden mengalami keluhan gangguan saluran
pernapasan dan keluhan gangguan saluran pernapasan yang paling banyak dialami
responden yaitu batuk sebanyak 96,2% responden.
4.2.5 Hubungan antara lama bekerja dengan kejadian gangguan pernapasan pada
pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Kemuning Kota Palembang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang sudah lama bekerja dan
mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak 66,7%, bekerja dalam waktu sedang
sebanyak 25,0% sedangkan responden baru bekerja dan mengalami kejadian gangguan
pernapasan sebanyak 20,0%.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Marlina Sari,dkk (2013) yang berjudul analisa
kadar co dan no2 di udara dan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki
57
lima di pasar sangkumpal bonang kota padangsidimpuan tahun 2013. Kadar CO dan NO2
tertinggi berada pada Jl. M. H. Thamrin (Depan pasar Sangkumpal Bonang) yaitu sebesar
18.323 µg/Nm3 dan 85,10 µg/Nm3 untuk CO dan NO2. Sebanyak 26 orang (38,8%)
responden berusia di antara 41 – 50 tahun dengan jenis kelamin terbanyak perempuan
sebanyak 45 orang (67,2%). Tingkat pendidikan responden SMA sebanyak 26 orang
(38,8%). Responden yang merokok sebanyak 33 orang (49,3%). Responden berdagang ≥
8 jam per hari sebanyak 37 orang (55,2%) dan responden telah berdagang ≤ 10 tahun
sebanyak 33 orang (43,3%). Sebanyak 26 responden mengalami keluhan gangguan saluran
pernapasan dan keluhan gangguan saluran pernapasan yang paling banyak dialami
responden yaitu batuk sebanyak 96,2% responden.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang analisi gangguan pernapasaan pada pekerja penyapu jalan
di daerah kemuning kota Palembang tahun 2020 didapatkan hasil ;
1. Ada distribusi demografi 55 orang bahwa mayoritas mengalami kejadian gangguan
pernapasan sebanyak 31 orang atau 56,4% dan yang tidak mengalami gangguan
pernapasan sebanyak 24 orang atau 43,6%. bahwa responden mayoritas umur dewasa
akhir sebanyak 37 orang atau 67,3% dan responden umur dewasa akhir sebanyak 18 orang
atau 32,7%. bahwa responden mayoritas jenis kelamin laki-laki sebanyak 43 orang atau
78,2% dan responden jenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang atau 21,8%. bahwa
responden mayoritas pendidikan SMP sebanyak 35 orang atau 63,6% dan responden
pendidikan SMA serta SMA masing-masing sebanyak 10 orang atau 18,2%. bahwa
responden mayoritas tidak mengikuti pelatihan kerja sebanyak 42 orang atau 76,4% dan
responden yang mengikuti pelatihan kerja sebanyak 13 orang atau 23,6%. bahwa
responden mayoritas sudah lama bekerja sebanyak 42 orang atau 76,4%, lama bekerja
sedang sebanyak 8 orang atau 14,5% dan responden yang baru bekerja sebanyak 5 orang
atau 9,1%.
2. Ada hubungan antara mayoritas mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak 31
orang atau 56,4% dan yang tidak mengalami gangguan pernapasan sebanyak 24 orang
atau 43,6%.
3. Ada hubungan antara umur dewasa akhir dan mengalami kejadian gangguan pernapasan
sebanyak 67,6% sedangkan responden dengan usia dewasa awal dan mengalami kejadian
gangguan pernapasan sebanyak 33,3%.
4. Ada hubungan antara jenis kelamin dan mengalami kejadian gangguan pernapasan
sebanyak 65,1% sedangkan responden perempuan dan mengalami kejadian gangguan
pernapasan sebanyak 25,0%.
5. Ada hubungan antara pendidikan SD dan mengalami kejadian gangguan pernapasan
59
sebanyak 50,0%, pendidikan SMP sebanyak 65,7% sedangkan responden SMA dan
mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak 30,0%.
6. Ada hubungan antara yang tidak mengikuti pelatihan dan mengalami kejadian gangguan
pernapasan sebanyak 66,7% sedangkan responden yang mengikuti pelatihan dan
mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak 23,1%.
7. Ada hubungan antara yang sudah lama bekerja dan mengalami kejadian gangguan
pernapasan sebanyak 66,7%, bekerja dalam waktu sedang sebanyak 25,0% sedangkan
responden baru bekerja dan mengalami kejadian gangguan pernapasan sebanyak 20,0%.
8. Ada menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian
gangguan pernapasan adalah variabel kualitas udara. Hasil analisis didapatkan bahwa
variabel kualitas udara dengan perolehan nilai PR𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 = 7,662 (95% CI: 1,481-39,649)
artinya responden yang terpapar kualitas udara buruk berisiko memiliki peluang 7,662 kali
lebih besar untuk mengalami kejadian gangguan pernapasan dibandingkan responden yang
terpapar kualitas udara baik setelah dikontrol oleh variabel umur, jenis kelamin, pelatihan
kerja dan lama bekerja. Pada populasi umum diyakini 95% responden yang terpapar
kualitas udara buruk mengalami kejadian gangguan pernapasan berkisar antara 1,481
sampai 39,649 dibandingkan responden yang terpapar kualitas udara baik.
60
5.2 Saran
Melihat hasil kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang perlu diperhatikan dan
ditindaklanjuti, sebagai berikut :
1. Untuk Stik Bina Husada
Diharapkan pada tahun yang akan datang institusi pendidikan dapat melengkapi referensi
buku-buku mengenai konsep khususnya mengenai gangguan pernapasaan guna
menunjang penelitian mahasiswa dalam menyelesaikan penelitian..
2. Untuk kelurahan kemuning
Diharapakan setelah ini pekerja penyapu jalan raya tahu apa saja yang bisa menyebabkan
gangguan pernapasaan dan bahaya nya sering terpapar.
3. Untuk Peneliti lain
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini sehingga menjadi
sempurna. Peneliti menganjurkan dan berharap kepada peneliti selanjutnya.
61
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, dalam Siti Rachmawati, M. Masykuri, Sunarto, Pengaruh Emisi Udara Pada Sentra
Pengolahan Bat (Nawawi, 2012)u Kapur Terhadap Kapasitas Vital Paru Pekerja Dan
Masyarakat Di Desa Karas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang, Jurnal Ilmu
Lingkungan, Vol 11(1): 16-22, 2013, ISSN: 1829-8907.
Alamsyah, Dedi dan Ratna Muliawati. 2013. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Ali, M. (2012). Ilmu Aplikasi Pendidikan . Bandung: IMTIMA.
AZ, Petugas Kebersihan Penyapu Jalan Raya di Simpang Empat Rumah Sakit RK. Caritas,
Wawancara Tentang Resiko Pencemaran Udara dari Pekerjaannya, 5 April 2020.
Badeni. 2014. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.
D, Petugas Kebersihan Penyapu Jalan Raya di Simpang Empat Rumah Sakit RK. Caritas,
Wawancara Tentang Resiko Pencemaran Udara dari Pekerjaannya, 6 April 2020.
Kaswan. (2015). Coaching dan Mentoring untuk Pengembangan SDM dan Kinerja Organisasi.
Bandung: Alfabeta.
KL, Petugas Kebersihan Penyapu Jalan Raya di Simpang Empat Rumah Sakit RK. Caritas,
Wawancara Tentang Resiko Pencemaran Udara dari Pekerjaannya, 7 April 2020.
Mangkunegara, A. P. (2015). Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Refika Aditama.
Mulia, Ricki M. 2015. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nawawi, H. (2012). Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan.
Yogyakarta: UGM Press.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurbiyantara, Setiyawan. 2010. Pengaruh Polusi Udara terhadap Paru-paru Pada Polisi Lalu
Lintas di Surakarta. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Undang-undang RO Nomor 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengolahan Lingkungan
Hidup.
Puspita, Weni. 2020. Manajemen Laboratorium untuk Mahasiswa dan Umum. Yogyakarta:
Deepublish.
62
Putri, 2017. Gambaran kualitas udara ambien (so2,no2,tsp) terhadap keluhan subyektif gangguan
pernapasan pada pedagang tetap di kawasan terminal bus kampung rambutan jakarta timur
tahun 2017
Rizki Amaliah Sari, 2013. Faktor yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pada
Pedagang Kaki Lima Terminal Induk Kabupaten Pemalang tahun 2013.
Sucipto, Cecep Dani. 2012. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suprihatin, Agung dan Daryanto. 2013. Pengantar Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Gava Media.
Sunu, P. 2012. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta: Grasindo.
Sutrisno, E. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenadia Group.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC. Yatim,
Wildan.
Tilaar. (2012). Manajemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Zein, Bagus Syahru. 2018. Analisis Kadar Debu, No2, dan Kelainan Status Faal Paru Pada
Pekerja Wanita Penyapu Jalan di Jalan Ahmad Yani Kota Surabaya, dalam Jurnal
Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No. 1 Januari 2018: 49–58.
63
Lampiran 1:
INSTRUMEN WAWANCARA
PADA PEKERJA PENYAPU JALAN RAYA DI KECAMATAN KEMUNING
KOTA PALEMBANG BULAN JULI 2020
Nama Informan :
Jenis Kelamin :
Lama Bekerja :
Unit Kerja :
B. Identifikasi Keluhan Subyektif Gangguan Pernapasan
Pilihlah jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling benar (a, b atau c) dengan
checklist/tanda silang/melingkari!
Apakah anda mengalami keluhan gangguan pernapasan seperti di bawah ini ?
1 Mengalami batuk berdahak atau kering? a. Ya
b. Tidak
2 Mengalami bersin? a. Ya
b. Tidak
3 Mengalami nyeri tenggorokan
rasa gatal)?
(rasa perih, a. Ya
b. Tidak
4 Mengalami sesak atau sulit saat bernapas? a. Ya
b. Tidak
5 Mengalami Nyeri pada
tertekan/terbakar)?
dada (rasa a. Ya
b. Tidak
Sumber : Putri, 2017. Gambaran kualitas udara ambien (so2,no2,tsp) terhadap keluhan subyektif
gangguan pernapasan pada pedagang tetap di kawasan terminal bus kampung rambutan jakarta
timur tahun 2017
66
1. UNIVARIAT
GANGGUAN_PERNAPASAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ya 31 56.4 56.4 56.4
Tidak 24 43.6 43.6 100.0
Total 55 100.0 100.0
UMUR_KODING
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Dewasa Akhir 37 67.3 67.3 67.3
Dewasa Awal 18 32.7 32.7 100.0
Total 55 100.0 100.0
JENIS_KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Laki-laki 43 78.2 78.2 78.2
Perempuan 12 21.8 21.8 100.0
Total 55 100.0 100.0
PENDIDIKAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
SD 10 18.2 18.2 18.2
SMP 35 63.6 63.6 81.8
SMA 10 18.2 18.2 100.0
Total 55 100.0 100.0
67
PELATIHAN_KERJA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak 42 76.4 76.4 76.4
Ya 13 23.6 23.6 100.0
Total 55 100.0 100.0
LAMA_BEKERJA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Lama 42 76.4 76.4 76.4
Sedang 8 14.5 14.5 90.9
Baru 5 9.1 9.1 100.0
Total 55 100.0 100.0
2. ANALISIS BIVARIAT
a. Kualitas Udara
Crosstab
GANGGUAN_PERNAPASAN Total
Ya Tidak
KUALITASUDARA
Buruk
Count 27 11 38
Expected Count 21.4 16.6 38.0
% within KUALITASUDARA 71.1% 28.9% 100.0%
Baik
Count 4 13 17
Expected Count 9.6 7.4 17.0
% within KUALITASUDARA 23.5% 76.5% 100.0%
Total
Count 31 24 55
Expected Count 31.0 24.0 55.0
% within KUALITASUDARA 56.4% 43.6% 100.0%
Chi-Square Tests
68
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 10.785a 1 .001
Continuity Correctionb 8.940 1 .003
Likelihood Ratio 11.075 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 10.589 1 .001
N of Valid Cases 55
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.42.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
KUALITASUDARA (Buruk /
Baik)
7.977 2.127 29.918
For cohort
GANGGUAN_PERNAPASA
N = Ya
3.020 1.252 7.285
For cohort
GANGGUAN_PERNAPASA
N = Tidak
.379 .215 .665
N of Valid Cases 55
b. Umur
Crosstab
GANGGUAN_PERNAPASAN Total
Ya Tidak
UMUR_KODING
Dewasa Akhir
Count 25 12 37
Expected Count 20.9 16.1 37.0
% within UMUR_KODING 67.6% 32.4% 100.0%
Dewasa Awal
Count 6 12 18
Expected Count 10.1 7.9 18.0
% within UMUR_KODING 33.3% 66.7% 100.0%
69
Total
Count 31 24 55
Expected Count 31.0 24.0 55.0
% within UMUR_KODING 56.4% 43.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.770a 1 .016
Continuity Correctionb 4.462 1 .035
Likelihood Ratio 5.812 1 .016
Fisher's Exact Test .022 .017
Linear-by-Linear Association 5.665 1 .017
N of Valid Cases 55
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.85.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
UMUR_KODING (Dewasa
Akhir / Dewasa Awal)
4.167 1.258 13.800
For cohort
GANGGUAN_PERNAPASA
N = Ya
2.027 1.016 4.043
For cohort
GANGGUAN_PERNAPASA
N = Tidak
.486 .276 .859
N of Valid Cases 55
C. Jenis Kelamin
Crosstab
GANGGUAN_PERNAPASAN Total
Ya Tidak
70
JENIS_KELAMIN
Laki-laki
Count 28 15 43
Expected Count 24.2 18.8 43.0
% within JENIS_KELAMIN 65.1% 34.9% 100.0%
Perempuan
Count 3 9 12
Expected Count 6.8 5.2 12.0
% within JENIS_KELAMIN 25.0% 75.0% 100.0%
Total
Count 31 24 55
Expected Count 31.0 24.0 55.0
% within JENIS_KELAMIN 56.4% 43.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.139a 1 .013
Continuity Correctionb 4.616 1 .032
Likelihood Ratio 6.239 1 .012
Fisher's Exact Test .021 .016
Linear-by-Linear Association 6.027 1 .014
N of Valid Cases 55
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.24.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
JENIS_KELAMIN (Laki-laki /
Perempuan)
5.600 1.314 23.858
For cohort
GANGGUAN_PERNAPASA
N = Ya
2.605 .954 7.109
For cohort
GANGGUAN_PERNAPASA
N = Tidak
.465 .276 .785
N of Valid Cases 55
71
D. Pendidikan
Crosstab
GANGGUAN_PERNAPASAN Total
Ya Tidak
JENIS_KELAMIN
Laki-laki
Count 28 15 43
Expected Count 24.2 18.8 43.0
% within JENIS_KELAMIN 65.1% 34.9% 100.0%
Perempuan
Count 3 9 12
Expected Count 6.8 5.2 12.0
% within JENIS_KELAMIN 25.0% 75.0% 100.0%
Total
Count 31 24 55
Expected Count 31.0 24.0 55.0
% within JENIS_KELAMIN 56.4% 43.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.139a 1 .013
Continuity Correctionb 4.616 1 .032
Likelihood Ratio 6.239 1 .012
Fisher's Exact Test .021 .016
Linear-by-Linear Association 6.027 1 .014
N of Valid Cases 55
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.24.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
72
Odds Ratio for
JENIS_KELAMIN (Laki-laki /
Perempuan)
5.600 1.314 23.858
For cohort
GANGGUAN_PERNAPASA
N = Ya
2.605 .954 7.109
For cohort
GANGGUAN_PERNAPASA
N = Tidak
.465 .276 .785
N of Valid Cases 55
Crosstab
GANGGUAN_PERNAPASAN Total
Ya Tidak
JENIS_KELAMIN
Laki-laki
Count 28 15 43
Expected Count 24.2 18.8 43.0
% within JENIS_KELAMIN 65.1% 34.9% 100.0%
Perempuan
Count 3 9 12
Expected Count 6.8 5.2 12.0
% within JENIS_KELAMIN 25.0% 75.0% 100.0%
Total
Count 31 24 55
Expected Count 31.0 24.0 55.0
% within JENIS_KELAMIN 56.4% 43.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.139a 1 .013
Continuity Correctionb 4.616 1 .032
Likelihood Ratio 6.239 1 .012
Fisher's Exact Test .021 .016
Linear-by-Linear Association 6.027 1 .014
N of Valid Cases 55
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.24.
b. Computed only for a 2x2 table
73
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
JENIS_KELAMIN (Laki-laki /
Perempuan)
5.600 1.314 23.858
For cohort
GANGGUAN_PERNAPASA
N = Ya
2.605 .954 7.109
For cohort
GANGGUAN_PERNAPASA
N = Tidak
.465 .276 .785
N of Valid Cases 55
E. Pelatihan Kerja
PELATIHAN_KERJA * GANGGUAN_PERNAPASAN Crosstabulation
GANGGUAN_PERNAPASAN Total
Ya Tidak
PELATIHAN_KERJA
Tidak
Count 28 14 42
Expected Count 23.7 18.3 42.0
% within
PELATIHAN_KERJA 66.7% 33.3% 100.0%
Ya
Count 3 10 13
Expected Count 7.3 5.7 13.0
% within
PELATIHAN_KERJA 23.1% 76.9% 100.0%
Total
Count 31 24 55
Expected Count 31.0 24.0 55.0
% within
PELATIHAN_KERJA 56.4% 43.6% 100.0%
74
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7.669a 1 .006
Continuity Correctionb 5.999 1 .014
Likelihood Ratio 7.840 1 .005
Fisher's Exact Test .009 .007
Linear-by-Linear Association 7.530 1 .006
N of Valid Cases 55
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.67.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
PELATIHAN_KERJA (Tidak
/ Ya)
6.667 1.578 28.164
For cohort
GANGGUAN_PERNAPASA
N = Ya
2.889 1.047 7.973
For cohort
GANGGUAN_PERNAPASA
N = Tidak
.433 .257 .730
N of Valid Cases 55
F. Lama Bekerja
PELATIHAN_KERJA * GANGGUAN_PERNAPASAN Crosstabulation
GANGGUAN_PERNAPASAN Total
Ya Tidak
PELATIHAN_KERJA Tidak
Count 28 14 42
Expected Count 23.7 18.3 42.0
% within
PELATIHAN_KERJA 66.7% 33.3% 100.0%
Ya Count 3 10 13
75
Expected Count 7.3 5.7 13.0
% within
PELATIHAN_KERJA 23.1% 76.9% 100.0%
Total
Count 31 24 55
Expected Count 31.0 24.0 55.0
% within
PELATIHAN_KERJA 56.4% 43.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7.669a 1 .006
Continuity Correctionb 5.999 1 .014
Likelihood Ratio 7.840 1 .005
Fisher's Exact Test .009 .007
Linear-by-Linear Association 7.530 1 .006
N of Valid Cases 55
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.67.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
PELATIHAN_KERJA (Tidak
/ Ya)
6.667 1.578 28.164
For cohort
GANGGUAN_PERNAPASA
N = Ya
2.889 1.047 7.973
For cohort
GANGGUAN_PERNAPASA
N = Tidak
.433 .257 .730
N of Valid Cases 55
76
3. MULTIVARIAT
a. Model Awal
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
KUALITASUDARA 2.036 .839 5.895 1 .015 7.662 1.481 39.649
UMUR_KODING .892 .816 1.195 1 .274 2.441 .493 12.091
JENIS_KELAMIN 1.715 .934 3.374 1 .066 5.557 .891 34.644
PELATIHAN_KERJA 1.800 .912 3.899 1 .048 6.052 1.013 36.140
LAMABEKERJA_KODING 1.952 .921 4.495 1 .034 7.043 1.159 42.804
Constant -10.799 2.766 15.238 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: KUALITASUDARA, UMUR_KODING, JENIS_KELAMIN, PELATIHAN_KERJA,
LAMABEKERJA_KODING.
b. Dikeluarkan Variabel Umur
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
KUALITASUDARA 1.998 .803 6.186 1 .013 7.377 1.527 35.624
JENIS_KELAMIN 1.899 .928 4.182 1 .041 6.676 1.082 41.190
PELATIHAN_KERJA 2.011 .896 5.042 1 .025 7.472 1.291 43.234
LAMABEKERJA_KODING 1.994 .912 4.788 1 .029 7.348 1.231 43.861
Constant -10.108 2.614 14.953 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: KUALITASUDARA, JENIS_KELAMIN, PELATIHAN_KERJA,
LAMABEKERJA_KODING.
c. Model Akhir
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a KUALITASUDARA 1.998 .803 6.186 1 .013 7.377 1.527 35.624
JENIS_KELAMIN 1.899 .928 4.182 1 .041 6.676 1.082 41.190