25
PENGARUH KARAKTERISTIK KEPALA DAERAH TERHADAP PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA Stella Monika F0312117 Universitas Sebelas Maret PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai pihak yang menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat, Pemerintah Daerah (Pemda) dituntut untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuanganya agar tercipta pemerintahan yang bersih (Setyaningrum dan Syafitri, 2012). Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum (UU No.17 Tahun 2003). Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menerapkan bahwa Gubernur/Bupati/Walikota wajib menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintah kepada DPRD selambat-lambatnya 6

Proposal Final

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Proposal

Citation preview

Page 1: Proposal Final

PENGARUH KARAKTERISTIK KEPALA DAERAH TERHADAP

PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI

INDONESIA

Stella Monika

F0312117

Universitas Sebelas Maret

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai pihak yang menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan

pelayanan masyarakat, Pemerintah Daerah (Pemda) dituntut untuk mewujudkan

transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuanganya agar tercipta

pemerintahan yang bersih (Setyaningrum dan Syafitri, 2012). Salah satu upaya

konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang

memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar

akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum (UU No.17 Tahun 2003).

Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menerapkan

bahwa Gubernur/Bupati/Walikota wajib menyampaikan rancangan peraturan daerah

tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berupa laporan keuangan yang

setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan

catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi

pemerintah kepada DPRD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran

berakhir. Namun demikian, belum semua pemerintah daerah mengungkapkan secara

lengkap informasi yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan daerah. Tingkat

pengungkapan wajib LKPD terhadap SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan) di

Indonesia masih rendah. Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011) meneliti tingkat

kepatuhan pengungkapan wajib 34 item dalam neraca LKPD tahun 2008 setiap

Kabupaten/Kota. Hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa nilai rerata

pengungkapan wajib dalam neraca pemerintah daerah sebesar 30,85% (Suhardjanto

dan Yulianingtyas, 2011). Setyaningrum dan Syafitri (2012) meneliti tingkat

pengungkapan Laporan Keuangan Pemda dalam komponen Catatan atas Laporan

Keuangan (CaLK) berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai variabel

Page 2: Proposal Final

dependen. Berdasarkan hasil statistik deskriptif, dapat dilihat bahwa tingkat

pengungkapan wajib LKPD Kabupaten/Kota di Indonesia periode 2008 sebesar

51,24%, periode 2009 sebesar 52,91%, dan nilai rata-rata sebesar 52,09%

(Setyaningrum dan Syafitri, 2012). Khasanah dan Rahardjo (2014) meneliti

perbandingan antara pengungkapan wajib yang telah disajikan dalam LKPD di

Provinsi Jawa Tengah, baik Pemerintah Provinsi, Kabupaten, maupun Pemeritah Kota

tahun 2010-2012 dengan pengungkapan yang seharusnya disajikan dalam Catatan atas

Laporan Keuangan (CaLK) menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Hasil

pengujian statistik deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengungkapan

wajib sesuai SAP pada LKPD Kabupaten/Kota di Jawa Tengah periode 2010-2012

ialah sebesar 59,99%.

Beberapa penelitian sebelumnya terkait topik pengungkapan laporan keuangan

pemerintah daerah salah satunya dilakukan oleh Patrick (2007) yang meneliti

komponen penentu inovasi organisasi: saat menerapkan GASB 34 di pemerintah

daerah Pennsylvania. Hasil dari penelitian Patrick mengungkapkan ukuran (size)

organisasi, kecenderungan pemerintah daerah untuk berinovasi, dan tanggapan

terhadap konstituen memiliki pengaruh asosiasi positif yang kuat. Spesialisasi

pekerjaan, diferensiasi fungsional, intensitas administrasi, ketersediaan slack

resources, dan pembiayaan utang berasosiasi positif terhadap penerapan GASB 34

tetapi lemah. Intergovernmental revenue berasosiasi negatif dengan penerapan GASB

34. Robbins dan Austin (1986) meneliti kualitas pengungkapan di laporan keuangan

pemerintah kota Chicago, New York, Boston, dan Atlanta dengan metode coumpound

measure dan undimensional (simple) measure. Hasil dari penelitian dengan metode

coumpound measure dan undimensional (simple) measure menemukan bahwa

administrative powers dan management incentive berkorelasi dengan kualitas

pengungkapan. Ingram (1984) melakukan penelitian pada state government di

Amerika Serikat, yang menguji hubungan coalition of voters, administrative selection

process, alternative information source, and management incentive terhadap tingkat

pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian Ingram menunjukkan bahwa

coalition of voters, administrative selection process, and management incentive

berhubungan positif terhadap tingkat pengungkapan, sedangakan alternative

information source memiliki pengaruh negatif terhadap pengungkapan laporan

keuangan pemerintah. Bamber et al (2010) meneliti keterkaitan antara karakteristik

Page 3: Proposal Final

manajer puncak (umur, latar belakang fungsional, latar belakang militer, dan latar

belakang pendidikan) dengan luas pengungkapan sukarela di perusahaan swasta. Hasil

dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa karakteristik manajer puncak

berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela (Bamber et al, 2010). Seeba et al (2009)

menyatakan bahwa karakteristik manajer puncak (kepala daerah) berpengaruh

terhadap strategi dan kinerja pemerintah daerah di Dubai. Seeba et al (2009)

memproksikan karakteristik kepala daerah dengan age, education level, tenure, serta

aligment and perforance.

Di Indonesia, beberapa penelitian mengenai pengungkapan laporan keuangan

pemerintah daerah menghasilkan temuan yang beragam. Suhardjanto dan

Yulianingtyas (2011) meneliti pengaruh karakteristik pemerintah daerah terhadap

kepatuhan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Hasil regresi

menunjukkan hanya jumlah anggota DPRD yang berpengaruh positif terhadap kepatuhan

pengungkapan wajib. Sementara itu, karakteristik pemerintah daerah (size, jumlah SKPD,

dan status pemerintah daerah) tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pengungkapan wajib

dalam LKPD. Setyaningrum dan Syafitri (2012) meneliti analisis pengaruh karakteristik

pemerintah daerah terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa umur administratif, kekayaan pemerintah daerah, dan ukuran

legislatif berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan LKPD, sedangkan

intergovernmental revenue memiliki pengaruh negatif. Variabel independen lainnya,

yaitu ukuran Pemda, diferensiasi fungsional, spesialisasi pekerjaan, pembiayaan

utang, dan rasio kemandirian keuangan daerah tidak terbukti mempunyai pengaruh

terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemda Kabupaten/Kota di

Indonesia tahun anggaran 2008-2009. Heriningsih dan Rusherlistyani (2013) meneliti

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan keuangan

pemerintah daerah. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel karakteristik

pemerintah (tingkat ketergantungan dan total asset) serta tingkat akuntabilitas

pemerintah daerah (opini audit, tingkat penyimpangan terhadap SPI, dan

penyimpangan terhadap perundang-undangan) secara statistik tidak berpengaruh

terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD)

kabupaten dan kota di Indonesia. Kasanah dan Rahardjo (2014) meneliti pengaruh

karakteristik, kompleksitas, dan temuan audit terhadap tingkat pengungkapan laporan

keuangan pemerintah daerah. Hasil peneltian menunjukkan variabel total aset dan

jumlah SKPD berpengaruh signfikan. Namun, penelitian sebelumnya belum ada yang

Page 4: Proposal Final

meniliti dari sisi karakteristik kepala daerah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

meneliti karakteristik kepala daerah yang mempengaruhi pengungkapan laporan

keuangan pemerintah daerah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka peneliti dapat merumuskan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah karakteristik kepala daerah berpengaruh terhadap pengungkapan laporan

keuangan daerah?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik kepala daerah

terhadap laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia.

D. Kontribusi Penelitian

1. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada

pemerintah dalam menyusun kebijakan akuntansi sektor publik, sehingga dapat

mewujudkan proses akuntabilitas dan transparansi di pemerintah.

2. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian

selanjutnya. Hal ini berkaitan dengan masih terbatasnya penelitian di bidang

sektor publik di Indonesia, terutama yang terkait dengan pengungkapan laporan

keuangan pemerintah daerah.

Page 5: Proposal Final

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Teori Upper Echelons

Teori upper echelons pertama kali diperkenalkan oleh Hambrick &

Mason (1984). Teori upper echelons menyatakan bahwa hasil organisasi,

pilihan strategis, dan tingkat kinerja, sebagian diprediksi oleh karakteristik

latar belakang manajerial (Hambrick dan Mason, 1984). Fokus utama pada

karakteristik manajerial diamati sebagai indikator yang diberikan seorang

manajer ke situasi administrasi (Hambrick dan Mason, 1984). Contoh

karakteristik tersebut adalah age, functional tracks, other career experiences,

education, socioeconomic roots, financial position, dan group characteristics.

(Hambrick dan Mason, 1984). Penelitian upper echelons menunjukkan bahwa

karakteristik eksekutif mempengaruhi hasil strategis (Hambrick, 2007).

2. SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan)

Perkembangan akuntansi di pemerintahan sejak era otonomi daerah

sangat pesat dengan munculnya PP No 24 tahun 2005 yang mengatur Standar

Akuntansi Pemerintah basis kas menuju basis akrual, yang kemudian di

perbaharui PP No.71 tahun 2010 yang mengatur Standar Akuntansi

Pemerintah dengan basis full akrual (Heriningsih dan Rusherlistyani, 2013).

Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat SAP,

adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan

menyajikan laporan keuangan pemerintah (Pasal 1 PP No.71 Tahun 2010).

SAP dibutuhkan dalam rangka penyusunan laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan yang setidaknya meliputi

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas

Laporan Keuangan (PP No. 24 Tahun 2005). PP No.24 Tahun 2005 (dalam

Suhardjanto et al, 2010) menjelaskan dengan diberlakukan SAP dalam

pertanggungjawaban keuangan pemerintah, diharapkan akan menghasilkan

sebuah laporan pertanggungjawaban yang bermutu; memberikan informasi

yang lengkap; akurat dan mudah dipahami berbagai pihak terutama DPR dan

BPK dalam menjalankan tugasnya.

Page 6: Proposal Final

3. Karakteristik Kepala Daerah

Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut

kepala daerah. Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk

provinsi disebut Gubernur, untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota

disebut walikota (UU No.32 Tahun 2004 Pasal 24 ayat 1 dan 2).

Menurut Hambrick dan Mason (1984) upper echelon characteristics

menjelaskan kompetensi eksekutif yaitu age, functional tracks, other career

experiences, education, socioeconomic roots, financial position, dan group

characteristics. Seeba et al (2009) memproksikan karakteristik kepala daerah

(managerial characteristics) dengan menggunakan age, education levels,

tenure, aligment and performance.

4. Pengungkapan Laporan Keuangan (Disclosure)

Evans (2003) mengartikan pengungkapan sebagai berikut: “Disclosure

means suppliying inforation in the financial statements, including the

statements themselves, the notes to the statements, and the supplementary

disclosures associated with the statements. It does not extend to public or

private statements made by management or information provided outside the

financial statements”. Pengungkapan berarti penyediaan informasi dalam

laporan keuangan, termasuk pernyataan sendiri, catatan pernyataan, dan

pengungkapan tambahan yang terkait dengan laporan. Ini tidak mencakup

pernyataan publik atau swasta yang dibuat oleh manajemen atau informasi

yang diberikan di luar laporan keuangan. Secara umum, tujuan pengungkapan

adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan

pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai

kepentingan berbeda-beda (Suwardjono, 2005).

Pengungkapan dibedakan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib dan

pengungkapan sukarela. Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan

informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini pihak

yang berwenang dalam menetapkan peraturan adalah Badan Pengawas Pasar

Modal (Bapepam) (Rahman et al, 2013). Pengungkapan sukarela adalah

pengungkapan informasi yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan

tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku atau pengungkapan melebihi

yang diwajibkan (Rahman et al, 2013).

Page 7: Proposal Final

B. Pengembangan Hipotesis

1. Umur Kepala Daerah

Teori upper echelon menyatakan bahwa usia seorang manajer secara

positif berhubungan dengan kecenderungan untuk melihat lebih banyak

informasi, mengevaluasi secara akurat, dan lebih lama dalam mengambil

keputusan (Hambrick dan Mason, 1984). Sebaa et al (2009) mengatakan usia

bukanlah karakteristik yang signifikan dalam menentukan kinerja yang lebih

tinggi. Bamber et al (2010) berpendapat bahwa eksekutif yang lahir sebelum

Perang Dunia II dapat mengembangkan gaya komunikasi dan pengungkapan

yang lebih konservatif agar akurat. Logikanya, seorang yang memiliki usia

yang lebih matang, mereka cenderung lebih akurat dalam melakukan

pengungkapan.

H1: Umur kepala daerah berpengaruh positif terhadap pengungkapan

laporan keuangan pemerintah daerah.

2. Latar Belakang Pendidikan Ekonomi Kepala Daerah

Latar belakang pendidikan seseorang diyakini dapat mempengaruhi

cara berpikir dan bersikap (Sutaryo dan Carolina, 2014). Hambrick dan Mason

(1984) menyatakan bahwa manajer dengan pendidikan keuangan lebih detail

dan teliti dalam penganggaran, yang menunjukkan manajer dari pendidikan

keuangan atau akuntansi dapat mengembangkan gaya komunikasi yang lebih

tepat. Manajer dari latar belakang hukum mengembangkan gaya

pengungkapan yang cenderung untuk mencerminkan risiko legitasi yang lebih

besar dan manajer dari akuntansi serta keuangan mengembangkan gaya

pengungkapan yang lebih tepat (Bamber et al, 2010). Dengan demikian, latar

belakang pendidikan ekonomi/akuntansi cenderung melakukan pengungkapan

laporan keuangan yang tepat.

H2: Latar belakang pendidikan ekonomi/akuntansi berpengaruh positif

terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah

3. Pengalaman Bekerja di Organisasi Lain

Teori upper echelon berpendapat bahwa pengalaman karir lain seorang

eksekutif dapat mempengaruhi nilai-nilai, gaya kognitif, dan dengan demikian

Page 8: Proposal Final

keputusan (Hambrick dan Mason, 1984). Bamber et al (2010) menunjukkan

manajer dengan pengalaman militer dapat mendukung gaya komunikasi yang

cenderung ke arah pengungkapan cepat dan berisi informasi yang tidak

menguntungkan (kejujuran tentang kabar buruk). Eksekutif mempunyai

pengalaman kognitif dan emosional selama perjalanan karir mereka (Hambrick

dan Mason, 1984). Kesimpulannya seorang kepala daerah yang pernah

menjadi eksekutif atau top management di sebuah organisasi lain, mempunyai

cara pengungkapan yang lebih luas dikarenakan pengalaman masa lalu yang

telah didapatkan.

H3: Pengalaman bekerja sebagai eksekutif di organisasi lain

berpengaruh positif terhadap engungkapan laporan keuangan

pemerintah daerah.

4. Tingkat Pendidikan Kepala Daerah

Latar belakang pendidikan formal seseorang dapat menghasilkan

informasi yang kaya tapi lengkap (Hambrick dan Mason, 1984). Sebaa et al

(2009) menyatakan pendidikan terbukti sangat signifikan terhadap kinerja

yang lebih tinggi. Teori upper echelon memprediksi manajer yang memegang

gelar MBA mengembangkan gaya yang berbeda dari mereka yang tidak

memiliki latar belakang pendidikan tersebut (Hambrick dan Mason, 1984).

Finkelstein dan Hambrick (1996) menunjukkan bahwa MBA menolak risiko,

kurikulum MBA memperkuat penghindaran risiko, dan MBA bagian dari elit

sosial dan bisnis yang menghargai kepatuhan dan konvensionalitas.

H4: Tingkat pendidikan kepala daerah berpengaruh positif terhadap

pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah

C. Skema Konseptual Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Kara

kter

istik

Kepa

la D

aera

h

Umur Kepala Daerah (H1)

Latar Belakang Pendidikan Ekonomi Kepala Daerah (H2)

Pengalaman Bekerja Lainnya(H3)

Tingkat Pendidikan Kepala Daerah (H4)

Pengungkaan Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD)

Page 9: Proposal Final

METODE PENELITIAN

A. Sampling

Populasi merupakan kelompok, kejadian, atau peristiwa yang menjadi

perhatian para peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2013: 240). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh pemerintah kota/kabupaten di Indonesia yang

telah menyusun laporan keuangan tahun 2013. Kabupaten/kota di Indonesia

berjumlah 495, yaitu 93 pemerintah kota dan 402 pemerintah kabupaten.

Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari elemen-elemen

yang diharapkan memiliki karakteristik populasinya (Sekaran, 2013). Sampel

penelitian ini dipilih berdasarkan purposive sampling, yaitu dengan kriteria

pemilihan sampel sebagai berikut:

1. Pemerintah kota/kabupaten di Indonesia yang menerbitkan laporan

keuangan tahun 2013 dan telah diaudit oleh BPK.

Sampel menggunakan periode tahun 2013 karena laporan keuangan

pemerintah daerah terbaru yang telah diaudit oleh BPK sampai

pada periode tahun 2013. Laporan keuangan pemerintah daerah

tahun 2014 tidak digunakan sebagai sampel karena masih dalam

proses audit. Penggunaan sampel periode terbaru diharapkan lebih

dapat menunjukkan keadaan pengungkapan laporan keuangan

pemerintah daerah terkini.

2. Pemerintah daerah dengan laporan keuangan telah mendapatkan

opini audit wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) atau

wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas (unqualified

opinion with explanation language) atau wajar dengan

pengecualian (qualified opinion).

Laporan keuangan yang mendapatkan opini tidak wajar (adverse

opinion) dan tidak memberi opini (disclaimer opinion), tidak

digunakan dalam sampel karena informasi yang tersaji tidak wajar.

3. Pemerintah daerah yang memiliki dan mencantumkan data kepala

daerah yang bertanggung jawab atas laporan keuangan.

Objek penelitian ini adalah laporan keuangan pemerintah daerah

kabupaten/kota di Indonesia yang telah diaudit oleh BPK. Data LKPD

(Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) diperoleh dari Pusat Informasi dan

Komunikasi BPK RI (Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia) dan

Page 10: Proposal Final

profil kepala daerah diperoleh dari website masing-masing pemerintah daerah

atau internet.

Ukuran sampel ditentukan dengan rumus Slovin:

n = Jumlah sampel yang diinginkan

N = Jumlah populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel

yang masih dapat ditolerir atau diinginkan dalam penelitian (e=5%)

B. Definisi Operasional dan Pengukuran

Operasional variabel merupakan cara menemukan dan mengukur variabel-

variabel yang ada di lapangan dengan cara merumuskannya secara singkat dan jelas,

serta tidak menimbulkan beberapa tafsiran yang berbeda (Sekaran, 2013).

Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu tingkat pengungkapan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan

(SAP). Serupa dengan penelitian Setyaningrum dan Syafitri (2012), tingkat

pengungkapan LKPD dilakukan dengan sistem scoring. Sistem scoring yaitu

membuat daftar checklist pengungkapan yang diwajibkan berdasarkan Standar

Akuntansi Pemerintahan. Jika sebuah entitas melaporkan pegungakapan item yang

terdapat dalam daftar, maka diberi nilai 1, dan 0 jika tidak mengungkapkan (Cooke,

1989 dalam Suhardjanto et al, 2011). Pengungkapan wajib diproksikan dengan

menggunakan skor pengungkapan wajib pada LKPD Kabupaten/Kota. Skor 1

diberikan pada tiap item pengungkapan yang diungkapkan dalam LKPD dan skor 0

untuk item pengungkapan yang tidak terdapat dalam LKPD.

Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

a. Umur Kepala Daerah

Teori upper echelon menyatakan bahwa usia seorang manajer secara positif

berhubungan dengan kecenderungan untuk melihat lebih banyak informasi,

mengevaluasi secara akurat, dan lebih lama dalam mengambil keputusan

Page 11: Proposal Final

(Hambrick dan Mason, 1984). Bamber et al (2010) berpendapat bahwa

eksekutif yang lahir sebelum Perang Dunia II dapat mengembangkan gaya

komunikasi dan pengungkapan yang lebih konservatif agar akurat. Indikator

untuk pengukuran variabel ini adalah umur kepala daerah.

b. Latar Belakang Pendidikan Ekonomi Kepala Daerah

Hambrick dan Mason (1984) menyatakan bahwa manajer dengan pendidikan

keuangan lebih detail dan teliti dalam penganggaran, yang menunjukkan

manajer dari pendidikan keuangan atau akuntansi dapat mengembangkan gaya

komunikasi yang lebih tepat. Manajer dari latar belakang hukum

mengembangkan gaya pengungkapan yang cenderung untuk mencerminkan

risiko legitasi yang lebih besar dan manajer dari akuntansi serta keuangan

mengembangkan gaya pengungkapan yang lebih tepat (Bamber et al, 2010).

Indikator untuk variabel ini adalah angka “1” untuk kepala daerah dengan latar

belakang akuntansi atau keuangan atau ekonomi dan angka “0” untuk kepala

daerah dengan latar belakang non akuntansi atau non keuangan atau non

ekonomi.

c. Pengalaman Bekerja di Organisasi Lain

Teori upper echelon berpendapat bahwa pengalaman karir lain seorang

eksekutif dapat mempengaruhi nilai-nilai, gaya kognitif, dan dengan demikian

keputusan (Hambrick dan Mason, 1984). Eksekutif mempunyai pengalaman

kognitif dan emosional selama perjalanan karir mereka (Hambrick dan Mason,

1984). Bamber et al (2010) menunjukkan manajer dengan pengalaman

organisasi militer dapat mendukung gaya komunikasi yang cenderung ke arah

pengungkapan cepat dan berisi informasi yang tidak menguntungkan

(kejujuran tentang kabar buruk). Indikator untuk variabel ini yaitu diberi

angka “1” setiap mempunyai pengalaman sebagai eksekutif atau manajer di

organisasi lain.

d. Tingkat Pendidikan Kepala Daerah

Latar belakang pendidikan formal seseorang dapat menghasilkan informasi

yang kaya tapi lengkap (Hambrick dan Mason, 1984). Teori upper echelon

memprediksi manajer yang memegang gelar MBA mengembangkan gaya

Page 12: Proposal Final

yang berbeda dari mereka yang tidak memiliki latar belakang pendidikan

tersebut (Hambrick dan Mason, 1984). Finkelstein dan Hambrick (1996)

menunjukkan bahwa MBA menolak risiko, kurikulum MBA memperkuat

penghindaran risiko, dan MBA bagian dari elit sosial dan bisnis yang

menghargai kepatuhan dan konvensionalitas. Indikator variabel ini yaitu angka

“0” untuk kepala daerah latar belakang pendidikan di bawah SMA, angka “1”

untuk kepala daerah latar belakang pendidikan SMA, angka “2” untuk kepala

daerah latar belakang pendidikan diploma, angka “3” untuk kepala daerah

latar belakang pendidikan strata I, angka “4” untuk kepala daerah latar

belakang pendidikan strata II, dan angka “5” untuk kepala daerah latar

belakang pendidikan strata III.

C. Alat Statistik

Metode Analisis

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, peneliti harus melakukan pengujian

asumsi klasik. Uji asumsi klasik terdiri atas uji normalitas, uji multikolinearitas, uji

autokolerasi, dan uji heterokedastisitas.

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data,

tujuannya agar data dapat dipahami dengan mudah dan jelas. Bentuk dari analisis

statistik deskriptif berupa mean, median, modus, standar deviasi, nilai minimum, serta

nilai maksimum (Ghozali, 2012).

Pengujian Hipotesis

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda.

Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen. Model regresi untuk mengajukan hipotesis yang diajukan

sebagai berikut:

Keterangan:

INDEKS : Indeks Kelengkapan Pengungkapan Wajib menurut SAP

INDEKS = α + β1AGE + β2BACKG + β3ORG + β4LEVEL + ε

Page 13: Proposal Final

α : Konstanta.

β1 ... β4 : Koefisien regresi.

AGE : Umur Kepala Daerah

BACKKG : Latar Belakang Pendidikan Kepala Daerah.

ORG : Organisasi Lain Kepala Daerah sebelum Menjabat

LEVEL : Level Pendidikan Kepala Daerah

ε : Error.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk memeperoleh hasil apakah hipotesis

dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Uji hipotesis ini terdiri dari uji F, uji

koefisien determinasi (R2), dan uji t.

Uji F

Uji statistik F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2012). Pengujian dilakukan dengan

menggunakan signifikansi level 0,05 (α = 5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis

dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Apabila nilai signifikansi f <0,05 maka Hₒ ditolak atau Ha diterima,

yang berarti koefisien regresi signifikan. Artinya terdapat pengaruh yang

signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel dependen.

2. Apabila nilai signifikansi f >0,05 maka Hₒ diterima atau Ha ditolak,

yang berarti koefisien regresi tidak signifikan. Hal ini berarti variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel independen.

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pada model regresi berganda, koefisien determinasi (R2) digunakan untuk

mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variasi pada variabel

dependen (Ghozali, 2012). Nilai koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar

variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Namun nilai R2

memilihi kelemahan mendasar yaitu adanya bias terhadap jumlah variabel independen

yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka

R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen

Page 14: Proposal Final

Uji t

Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2012). Pengujian ini menguji signifikansi koefisien variabel independen

dalam memprediksi variabel dependen. Tingkat signifikansi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 0,05 (α= 5%). Penerimaan dan penolakan hipotesis akan

dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

1. Apabila nilai signifikansi (sig) lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak.

2. Apabila nilai signifikansi (sig) lebih kecil atau sama dengan 0,05 maka hipotesis

diterima.

Page 15: Proposal Final

DAFTAR PUSTAKA

Bamber, Linda Smith; John (Xuefeng) Jiang; dan Isabel Yanyan Wang. 2010. What’s My Style? The Influence of Top Managers on Voluntary Corporate Financial Disclosure. The Accounting Review, Vol. 85, No.4, pp 1131-1162.

Evan, Thomas G. 2003. Accounting Theory: Contemporary Accounting Issues. Australia: Thomson South-Western

Finkelstein, S. and D. Hambrick. 1996. Strategic Leadership: Top Executives and Their Effects on Organizations. St. Paul, MN: West Publishing Company

Ghozali, I. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20 Edisi 6. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hambrick, Daonald C. 2007. Upper Ehelon Theory: An Update. Academy of Management Review, Vol. 32, No.2, pp 334 – 343

Hambrick, Donald C dan Mason, Phyllis A. 1984. Upper Echelons: The Organization as a Reflection of Its Top Managers. The Academy of Management Review, Vol. 9, No. 2, pp 193-206.

Heriningsih, Sucahyo dan Rusherlistyani. 2013. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 13, No. 2, pp 11-19.

Khasanah, Nur Lailatul dan Rahardjo, Shiddiq Nur. 2014. Pengaruh Karakteristik, Kompleksitas, dan Temuan Audit terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 3, No. 3, pp 1-11.

Patrick, Patricia A. 2007. The Determinants of Organizational Innovativeness: The Adoption of GASB 34 in Pennsylvania Local Government. Ph.D. dissertation. The Pennsylvania State University: United States - Pennsylvania.

Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010. Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta.

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005. Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta.

Rahman, Aditya., Sutaryo., dan Budiatmanto, Agus. 2013. Determinan Internet Financial Local Government Reporting di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XVI. Manado.

Robbins, Walter A dan Austin, Kenneth R. 1986. Disclosure Quality in Governmental Financial Reports: An Assessment of the Appropriateness of a Compound Measure. Journal of Accounting Research, Vol. 24, No. 2, pp 412-421.

Page 16: Proposal Final

Sebaa, Ali Ahmed., Wallace, James., dan Cornelius, Nelarine. 2009. Managerial Characteristics, Strategy and Performance in Local Government. Measuring Business Excelllence, Vol. 13, No. 4, pp 12-21.

Sekaran, Uma dan Bougie, Roger. 2013. Research Methods for Business. 6th Edition. John Wiley and Sons Inc.

Setyaningrum, Dyah dan Syafitri, Febriyani. 2012. Analisis Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 9, No. 2, pp 154-170.

Sudarmadji, Ardi Murdoko and Sularto, Lana. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Proceeding PESAT (Psychology, Economy, Art, Architect and Civil), Vol. 2, pp A53-A61.

Sudarsana, Hafidh Susila dan Rahardjo, Shiddiq Nur. 2013. Pengaruh Karakteristik

Pemerintah Daerah dan Temuan Audit BPK terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia). Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 2, No. 4, pp 1-13.

Suhardjanto, Djoko dan Yulianingtyas, Rena Rukmita. 2011. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol. 8, No. 1, pp. 30-42.

Sutaryo dan Carolina, Okki. 2014. Ketepatan Waktu Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Daerah di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XVII. Mataram

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi (Perekayasaan Laporan Keuangan). Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003. Keuangan Negara. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004. Pemerintah Daerah. Jakarta.

Zimmerman, Jerold L. 1977. The Municipal Accounting Maze: An Analysis of Political Incentives. Journal of Accounting Research, Vol. 15, No. 5, pp 107-155.