Upload
rizke-ayu-pujiati
View
494
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAGIAN IKM-IKK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TUGAS
MARET 2013
PENGARUH PAPARAN RADIASI TERHADAP GANGGUAN
REPRODUKSI PETUGAS MEDIS RUMAH SAKIT IBNU SINA
MAKASSAR
DISUSUN OLEH :
Lim Say Hiang (C 111 08 751)
Rizke Ayu Pujiati (C 111 08 158)
SUPERVISOR :
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK
DISUSUN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN IKM-IKK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
PendahuluanLatar Belakang
Dalam era globalisasi, tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena pekerja,
pengunjung, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin mendapatkan
perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai
dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana
dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar(1).
Dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit, atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperlihatkan isi dari
pasal di atas maka jelaslah bahwa rumah sakit termasuk ke dalam kriteria
tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan
dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di
rumah sakit tetapi juga pasien dan pengunjung rumah sakit. Sehingga sudah
seharusnya pihak pengelola rumah sakit menerapkan upaya-upaya K3 di
rumah sakit1.
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh
masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena Sumber Daya Manusia
(SDM) Rumah Sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat
sekitar Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan
kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan
pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di
Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar.2
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental
dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan,
dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-
fungsinya serta proses-prosesnya. Gangguan reproduksi akibat pekerjaan
sudah menjadi masalah yang semakin sering ditemukan dan menjadi isu utama
pada sidang WHO. Beberapa faktor dan di antaranya paparan radiasi
mengakibatkan beberapa masalah reproduksi pada penderita seperti mandul
sementara, mandul menetap, azospermia atau jumlah sperma berkurang dan
angka kehamilan dan kelahiran yang berkurang3,4
Gangguan Reproduksi yang berkaitan dengan pekerjaan hampir
menyentuh setiap orang. Beberapa jenis pekerjaan yang terpapar oleh radiasi
dan memiliki dampak pada reproduksi seperti petugas medis radiologi, pasien
dan karyawan perusahaan radiasi. Dengan bertambahnya jumlah wanita pada
tempat kerja dari 30 juta pada tahun 1970 menjadi 67 juta pada tahun 2007 (3).
Penggunaan alat sinar X untuk diagnosa dan pengobatan memerlukan kehati-
hatian karena tingginya risiko bahaya yang dapat ditumbulkan dari
penggunaanya atau hal lain yang diakibatkan radiasi ionisasi5,6
Perumusan masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana tingkat paparan radiasi pada petugas medis Radiologi RS
Ibnu Sina?
b. Apakah terdapat gangguan reproduksi petugas Radiologi yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya?
c. Apakah ada perlindungan bagi petugas Radiologi didalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh
paparan radiasi?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gangguan reproduksi akibat paparan radiasi pada
petugas medisradiologi di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Tujuan Khusus
1. mengetahui karekteristik petugas medis radiologi yang terpapar
radiasi pada petugas medisradiologi di RS Ibnu Sina Makassar.
2. mengetahui pengetahuan petugas medis radiologi mengenai bahaya
paparan radiasi radiasi pada petugas medisradiologi di RS Ibnu
Sina Makassar.
3. untuk mengetahui dampak fertilitas akibat paparan radiologi radiasi
pada petugas medisradiologi di RS Ibnu Sina Makassar.
4. Untuk mengetahui paparan radiasi pada keturunan pada petugas
medis radiologi di RS Ibnu Sina Makassar.
5. untuk mengetahui keluhan akibat paparan radiasi pada petugas
medis radiologi di RS Ibnu Sina Makassar.
6. untuk mengetahui jumlah paparan radiasi pada petugas medis
radiologi di RS Ibnu Sina Makassar.
7. untuk mengetahui penggunaan APD pada petugas medis radiologi
di RS Ibnu Sina Makassar.
8. untuk mencegah gangguan reproduksi akibat paparan radiasi pada
petugas medis radiologi di RS Ibnu Sina Makassar.
9. Untuk mengetahui faktor lain yang berperan selain radiasi terhadap
gangguan reproduksi pada petugas medis radiologi di RS Ibnu Sina
Makassar.
Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari
sumber radiasi. Radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau
disebut juga dengan foton adalah jenis radiasi yang tidak mempunyai massa
dan muatan listrik. Misalnya adalah gamma dan sinar-X, dan juga termasuk
radiasi tampak seperti sinar lampu, sinar matahari, gelombang microwave,
radar dan telepon genggam. 7
2. Jenis Radiasi
Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan
radiasi non-pengion. 7
a. Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses
ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan
materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha,
partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki
karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi pengion adalah partikel alfa (α),
partikel beta (β), sinar gamma (γ), sinar-X, partikel neutron.
b. Radiasi Non Pengion
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan
efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut
berada di sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-
pengion antara lain adalah gelombang radio yang membawa informasi dan
hiburan melalui radio dan televisi, gelombang mikro yang digunakan dalam
microwave oven dan transmisi seluler handphone, sinar inframerah yang
memberikan energi dalam bentuk panas, cahaya tampak yang bisa kita lihat,
sinar ultraviolet yang dipancarkan matahari.
3. Besaran dan Satuan Radiasi
Satuan radiasi ada beberapa macam. Satuan radiasi ini tergantung pada
kriteria penggunaannya, yaitu: 7
a. Satuan untuk paparan radiasi
Paparan radiasi dinyatakan dengan satuan Rontgen, atau sering disingkat
dengan R saja, adalah suatu satuan yang menunjukkan besarnya intensitas
sinar-X atau sinar gamma yang dapat menghasilkan ionisasi di udara dalam
jumlah tertentu. Satuan Rontgen penggunaannya terbatas untuk mengetahui
besarnya paparan radiasi sinar-X atau sinar Gamma di udara. Satuan Rontgen
belum bisa digunakan untuk mengetahui besarnya paparan yang diterima oleh
suatu medium, khususnya oleh jaringan kulit manusia.
b. Satuan dosis absorbsi medium.
Radiasi pengion yang mengenai medium akan menyerahkan energinya
kepada medium. Dalam hal ini medium menyerap radiasi. Untuk mengetahui
banyaknya radiasi yang terserap oleh suatu medium digunakan satuan dosis
radiasi terserap atau Radiation Absorbed Dose yang disingkat Rad. Jadi dosis
absorbsi merupakan ukuran banyaknya energi yang diberikan oleh radiasi
pengion kepada medium. Dalam satuan SI, satuan dosis radiasi serap disebut
dengan Gray yang disingkat Gy. Dalam hal ini 1 Gy sama dengan energi yang
diberikan kepada medium sebesar 1 Joule/kg. Dengan demikian maka :
1 Gy = 100 Rad
Sedangkan hubungan antara Rontgen dengan Gray adalah :
1 R = 0,00869 Gy
c. Satuan dosis ekuivalen
Satuan untuk dosis ekuivalen lebih banyak digunakan berkaitan dengan
pengaruh radiasi terhadap tubuh manusia atau sistem biologis lainnya. Dosis
ekuivalen ini semula berasal dari pengertian Rontgen equivalen of man atau
disingkat dengan Rem yang kemudian menjadi nama satuan untuk dosis
ekuivalen. Hubungan antara dosis ekuivalen dengan dosis absobrsi dan faktor
kualitas adalah sebagai berikut :
Dosis ekuivalen (Rem) = Dosis serap (Rad) X Q
Sedangkan dalam satuan SI, dosis ekuivalen mempunyai satuan Sievert
yang disingkat dengan Sv. Hubungan antara Sievert dengan Gray dan Quality
adalah sebagai berikut :
Dosis ekuivalen (Sv) = Dosis serap (Gy) X Q
Berdasarkan perhitungan
1 Gy = 100 Rad, maka 1 Sv = 100 Rem.
4. Dosis Maksimum Radiasi
United States Nuclear Regulatory Commision (NRC) adalah salah satu
sumber informasi resmi yang dijadikan standar di beberapa Negara untuk
penetapan garis pedoman pada proteksi radiasi. NRC telah menyatakan
bahwa dosis individu terpapar radiasi maksimal adalah 0.05 Sv atau 5
rem/tahun. Walaupun NRC adalah badan resmi yang berkenaan dengan batas
pencahayaan ionisasi radiasi, namun ada kelompok lain yang juga
merekomendasikan hal serupa. Salah satu kelompok tersebut adalah National
Council on Radiation Protection (NCRP), yang merupakan kelompok
ilmuwan pemerintah yang rutin mengadakan pertemuan untuk membahas
riset radiasi terbaru dan mengupdate rekomendasi mengenai keamanan
radiasi. 7
Menurut NCRP, tujuan dari proteksi radiasi adalah : 7
a. Untuk mencegah radiasi klinis yang penting, dengan mengikuti batas
dosis minimum
b. Membatasi resiko terhadap kanker dan efek kelainan turunan pada
masyarakat.
Dosis maksimum yang diijinkan adalah jumlah maksimum penyerapan
radiasi yang sampai pada seluruh tubuh individu, atau sebagai dosis spesifik
pada organ tertentu yang masih dipertimbangkan aman. Aman dalam hal ini
berarti tidak adanya bukti bahwa individu mendapatkan dosis maksimal yang
telah ditetapkan, dimana cepat atau lambat efek radiasi tersebut dapat
membahayakan tubuh secara keseluruhan atau bagian tertentu. Rekomendasi
untuk batas atas paparan telah dibentuk pula oleh NCRP sebagai panduan
didalam pekerjaan yang berkaitan dengan radiasi. Rekomendasi NRCP
meliputi:
a. Individu/operator tidak diizinkan bekerja dengan radiasi sebelum umur
18 tahun.
b. Dosis yang efektif pada tiap orang pertahun mestinya tidak melebihi 50
mSv ( 5 rem).
c. Untuk khalayak ramai, ekspose radiasi (tidak termasuk dari penggunaan
medis) mestinya tidak melebihi 1 mSv ( 0,1 rem) per tahun.
d. Untuk pekerja yang hamil, batasan ekspose janin atau embrio mestinya
tidak melebihi 0,5 mSv (0,05 rem). Dengan demikian untuk pekerja wanita
yang sedang hamil tidak lagi direkomendasikan bekerja sampai kehamilannya
selesai.
5. Efek Radiasi Pengion Terhadap Tubuh Manusia
Radiasi pengion adalah radiasi radiasi yang mampu menimbulkan ionisasi
pada suatu bahan yang dilalui. Ionisasi tersebut diakibatkan adanya
penyerapan tenaga radiasi pengion oleh bahan yang terkena radiasi. Dengan
demikian banyaknya jumlah ionisasi tergantung dari jumlah tenaga radiasi
yang diserap oleh bahan. 7
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetik dan sel somatik. Sel
genetik adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki,
sedangkan sel somatik adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh.
Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik
dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek yang
dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi.
Sebaliknya efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu
yang terpapar radiasi. 7
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek
radiasi dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek
deterministik adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat
paparan radiasi, sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai
akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan
pada sel. 7
Efek Radiasi Pada Organ reproduksi. Menurut Sumarsono (2008) efek
deterministik pada organ reproduksi atau gonad adalah sterilitas atau
kemandulan. Pajanan radiasi pada testis akan mengganggu proses
pembentukan sel sperma yang akhirnya akan mempengaruhi jumlah sel
sperma yang akan dihasilkan. Dosis radiasi 0,15 Gy merupakan dosis ambang
terjadinya sterilitas yang bersifat sementara karena sudah mengakibatkan
terjadinya penurunan jumlah sel sperma selama beberapa minggu. Pengaruh
radiasi pada sel telur sangat bergantung pada usia. Semakin tua usia, semakin
sensitif terhadap radiasi karena semakin sedikit sel telur yang masih tersisa
dalam ovarium. Selain sterilitas, radiasi dapat menyebabkan menopuse dini
sebagai akibat dari gangguan hormonal sistem reproduksi. Dosis ambang
sterilitas menurut ICRP 60 adalah 2,5 – 6 Gy. Pada usia yang lebih muda (20-
an), sterilitas permanen terjadi pada dosis yang lebih tinggi yaitu mencapai 12
– 15 Gy. Sedangkan menurut Iffah (2009) kerusakan pada organ reproduksi
(kemandulan) terjadi pada paparan 150 - 300 rad untuk laki-laki dan < (150-
300) rad untuk wanita. Sehingga didapati bahwa wanita lebih sensitif
terhadap paparan radiasi khususnya pada organ reproduksi dibandingkan pria. 7
METODOLOGI PENELITIAN
1.Bahan dan Cara
Peralatan yang diperlukan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey (survey
jalan sepintas) dalam rangka untuk survey aspek kesehatan dan keselamatan
kerja pada petugas medis radiologi antara lain:
o Alat tulis menulis
Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survey jalan sepintas
o Kamera digital
Berfungsi sebagai alat untuk memotret kehidupan dan kegiatan para
petugas medis radiologi.
o Kuisioner
Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer mengenai survey
jalan sepintas yang dilakukan.
Cara Pemantauan
Kami merencanakan untuk memantau dan mengidentifikasi faktor yang
berhubungan dengan gangguan reproduksi pada petugas medis radiologi di
Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar dengan metode walk through survey dengan
menggunakan kuisioner.
1. Lokasi
Lokasi survey aspek kesehatan dan keselamatan kerja petugas medis
radiologi di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.
2. Jadwal
Penelitian mengenai kesehatan dan keselamatan kerja pada petugas medis
radiologi di Rumah Sakit Ibnu Sina akan dilaksanakan selama kurang lebih 1
minggu.
13 Maret 2013 : Melapor ke bagian K3 di RS. Ibnu Sina dan diberikan
pengarahan
14 Maret 2013 : Membuat proposal mengenai Pengaruh Paparan Radiasi
terhadap Gangguan Reproduksi pada Petugas Medis Radiologi di Rumah
Sakit Ibnu Sina Makassar
15 Maret 2013 : Melakukan survey di lokasi penelitian
16 Maret 2013 : Membuat laporan hasil penelitian
HASIL IDENTIFIKASI DAN PEMBAHASAN
VISI DAN MISI
Visi RS “Ibnu Sina” YW-UMI Makassar
Menjadi Rumah sakit Pendidikan dengan pelayanan kesehatan yang
Islami, unggul dan terkemuka di Indonesia. (To be a teaching hospital with
Islamic, excellent and distinction medical services in Indonesia).
Misi RS “Ibnu Sina” YW-UMI Makassar
1) Melaksanakan dan mengembangkan pelayanan kesehatan unggul
yang menjunjung tinggi moral dan etika (MISI PELAYANAN
KESEHATAN)
2) Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan kedokteran dan
profefesional kesehatan lainnya serta penddidikan kesehatan kepada
masyarakat.(MISI PENDIDIKAN)
3) Melangsungkan pelayanan dakwah dan bimbingan spiritual kepada
pasien, keluarga pasien dan karyawan Rumah Sakit. (MISI DAKWAH).
4) Mengupayakan perolehan financial dari beberapa kegiatan Rumah
Sakit. (MISI FINANSIAL).
5) Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan tanggungannya (MISI
KESEJAHTERAAN)
STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI
Struktur organisasi merupakan rangkaian hubungan kerja sama dalam
rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan. Setiap perusahaan
dan/atau Rumah Sakit mempunyai struktur organisasi yang berbeda dengan
perusahaan/ Rumah Sakit lainnya tergantung pada jenis dan luasnya bidang
usaha serta kebutuhan itu sendiri. Dalam struktur organisasi harus terdapat
pemisahan fungsi yang jelas. Adanya pemisahan fungsi yang jelas setiap
bagian dapat mengetahui kedudukan dan posisinya dalam perusahaan.
Struktur organisasi ini dimaksudkan sebagai pedoman dan landasan kerja
perusahaan agar dapat terlaksana dengan baik.
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI
RS “Ibnu Sina” YW-UMI Makassar
Gambar. Struktur Organisasi
HASIL WALK THROUGH SURVEY
Pemantauan dan identifikasi ini dilakukan dengan metode walk through
survey dan wawancara. Dari hasil pemantauan dan identifikasi Paparan
radiasi terhadap gangguan reproduksi pada petugas medis Radiologi RS
Ibnu Sina , kami temukan jumlah dosis radiasi dari sinar x-ray di ruang
radiologi yang digunakan berbeda dan tergantung pada jenis foto yang
diambil( sebagai contoh foto kranial, foto thorax, foto pelvis dll) dan jenis
pemeriksaan ( Foto polos X-ray, USG). Dosis yang digunakan oleh petugas
medis radiologi biasanya minimal dan berkisar antara 0,0001 sampai 8 mSv
dan tidak terlalu berisiko menyebabkan penyakit berat8. Petugas medis yang
bekerja di ruang radiologi mengetahui tentang dosis radiasi yang digunakan
pada setiap pemeriksaan. Petugas di ruang radiologi juga sering terpapar
radiasi disebabkan penggunaan APD yang kurang memadai dan ruangan
radiologi yang tidak memenuhi standar. Walaubagaimanapun, petugas di
ruang radiologi pernah mengikuti pelatihan cara penggunaan alat radiologi
secara benar dan tepat. Kami juga menemukan pemeriksaan kesehatan
berkala terkait gangguan reproduksi jarang dilakukan terhadap petugas
radiologi RS Ibnu Sina. Dari wawancara, kami menemukan beberapa sampel
mempunyai keluhan akibat pekerjaan seperti sakit kepala, mual dan muntah
serta kelemasan. Selain dari radiasi, petugas radiologi juga terpapar dengan
bahan kimia berbahaya untuk mengolah hasil radiologi. Buat petugas yang
sudah menikah dan mempunyai anak, tidak ditemukan penyakit berat atau
kelainan kongenital pada anak mereka dan untuk petugas wanita juga tidak
ditemukan keluhan berupa gangguan reproduksi sewaktu kehamilan. Pada
petugas laki-laki juga tidak mempunyai keluhan berupa gangguan reproduksi.
Gambar 1: Ruangan radiologi di RS ibnu Sina dan Alat Pelindung
Diri yang tersedia.
Gambar 2 Bahan kimia yang digunakan untuk mengolah hasil foto
radiologi pasien.
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. KESIMPULAN
Berdasarkan penilaian Paparan radiasi terhadap gangguan reproduksi pada
petugas medis Radiologi RS Ibnu Sina dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Petugas medis kurang mengetahui tentang dampak paparan radiasi terhadap
gangguan reproduksi.
b. Paparan radiasi dari sinar X dari alat radiologi tampak tidak terlalu
berpengaruh terhadap fertilitas karena tingkat radiasi yang kurang.
c. Buat petugas medis radiologi di Rumah Sakit yang sudah menikah dan
mempunyai anak, tidak ditemukan keluhan mengenai penyakit berat ataupun
kelainan kongenital pada keturunan.
d. Petugas medis radiologi di Rumah Sakit kadang mempunyai keluhan akibat
pekerjaan seperti sakit kepala, mual dan muntah serta lemas.
e. Pada saat melakukan penyinaran sinar radiasi , didapatkan pencegahan yang
kurang seperti tidak memakai APD.
f. Pada saat melakukan penyinaran sinar radiasi , didapatkan ruangan yang tidak
memenuhi standar kriteria ruang radiologi yang efisien.
g. Pihak managemen Rumah Sakit jarang membuat evaluasi kesehatan untuk
petugas radiologi.
h. Pada saat memproses foto radiologi , didapatkan petugas juga terpapar pada
bahan kimia dan pelarut untuk memproses foto radiologi.
V.2 SARAN
1) Diharapkan agar managemen Rumah Sakit mengevaluasi masalah yang
berhubungan dengan kesehatan, keselamatan dan lingkungan kerja di RS
Ibnu Sina Makassar agar setiap petugas dapat bekerja optimal. Dan
sebaiknya setiap tenaga kerja diberikan selebaran tentang kesehatan kerja
dan penyakit akibat paparan radiasi.
2) Secara umum, dalam hal lingkungan kerja, diharapkan agar:
– Segala yang berhubungan dengan paparan radiasi sebaiknya
dihindari atau dikurangi. Dan pihak rumah sakit lebih
memperhatikan fasilitas ruang radiologi guna mendukung
terciptanya pelayanan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rival A et al. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
Departemen Kesehatan RI .2009; 3(12): 20-21
2. Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah
Sakit. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2007 April 10 :4-
9
3. Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Bina Kesehatan Kerja Tahun
2010 Agustus 14 : 3-7
4. Ludere U, Hieb M, Diaz J, Baker B. Reproductive and Developmental
Hazard Management Guidance. JOEM. 2011 Aug 11; 53(8) :941-949
5. Kumar S. Occupational Exposure Related with Reproductive Dysfunction.
JOOH 2004 Oct 8 ;46 :1- 19
6. Lawson C et al, An Occupational Reproductive Research Agenda for the
Third Millennium 2003 Apr 17; 111(4) :583-592
7. Ionizing Radiation [Internet.2013 [cited 2013 March 14]. Available from:
http://www.who.int/ionizing_radiation/about/what_is_ir/en/index2.html
LAMPIRAN
CHECK LIST PENGARUH PAPARAN RADIASI TERHADAP
GANGGUAN REPRODUKSI PETUGAS MEDIS RUMAH SAKIT IBNU
SINA MAKASSAR
No. PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ada sumber radiasi
2 Apakah anda mengetahui jumlah
radiasi terpapar?
3 Apakah anda sering terpapar radiasi?
4 Apakah menggunakan alat radiasi
lain?
5 Apakah tersedia APD
6. Apakah menggunakan APD saat
bekerja
7 Apakah pernah mengikuti
pelatihan/training mengenai
penggunaan alat radiasi
8 Apakah diadakan Pemeriksaan
Kesehatan Berkala
9. Terdapat Penyakit yang disebabkan
oleh Pekerjaan
10 Apakah ruangan kerja cukup untuk
terlindung dari radiasi ?
11 Apakah terdapat jadwal istirahat bagi
pekerja? Apakah terdapat hubungan
yang baik dengan pihak manajemen
rumah sakit ?
12 Bahan Kimia yang ada mempunyai
label dan nama produk serta tanda-
tanda bahaya yang dapat ditimbulkan
13 Sudah menikah?
14 Sudah punya anak?
15 Apakah mempunyai masalah
kesuburan?
16 Apakah anak mempunyai masalah
kesehatan?
17 Pernah mengalami masalah sewaktu
kehamilan?
18 Pernah keguguran?
19 Apakah anda mengetahu masalah
reproduksi yang disebabkan radiasi?
20 Apakah anda mengetahui cara untuk
mencegah dari gangguan reproduksi?
..
Lembar Pertanyaan
Identitas Responden
Nama :
Alamat :
Umur :
Petunjuk Pengisian :
1. Jawablah pertanyaan yang ada pada kuesioner dengan jawaban yang jujur.
2. Isilah kotak kosong yang disediakan disamping pertanyaan dengan
memberi tanda ceklist (√) dengan menggunakan pulpen.
1. Pendidikan :
a. SMA/SMK
b. Diploma 1
c. Diploma 2
d. Diploma 3
e. Sarjana 1
f. Sarjana 2
2. Pekerjaan :
a. Loket administrasi
b. Perawat radiologi
c. Radiografer
d. Dokter radiologi
3. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
4. Status Perkawinan :
a. Belum menikah
b. Menikah
5. Jumlah anak :
a. Belum ada
b. 1
c. 2
d. Lebih dari 2
6. Jika mempunyai anak, bagaimana keadaan kesehatan anak Anda?
a. Sehat
b. Sering sakit
7. Jika sakit, sering sakit apa?
a. Sakit dari lahir
b. Demam
c. Batuk-batuk
8. Apa Anda pernah mempunyai masalah sulit untuk mempunyai keturunan?
a. Sering
b. Kadang
c. Pernah
9. Buat wanita, apa Anda pernah keguguran?
a. Ya
b. Tidak
10. Jika iya, berapa kali?
a. 1
b. 2
c. >2
11. Apa Anda memakai APD(Alat Pelindung Diri) sewaktu menjalankan tugas
a. Sering
b. Kadang
c. Tidak pernah
12. Berapa jam bekerja di ruangan radiologi setiap hari?
a. <4 jam
b. >4jam
13. Apa Anda mengetahui jumlah radiasi yang terpapar?
a. Ya
b. Tidak
14. Jika ya, apa Anda mengetahui berapa Gy yang Anda terpapar?
a. <0,15 Gy
b. >0,15 Gy
15. Apa Anda merasakan keluhan seperti yang berikut habis bekerja di ruang
radiologi?
a. Sakit kepala
b. Mual muntah
c. Lemas
16. Apa Anda sering terpapar pada faktor-faktor berikut?
a. Pestisida
b. Suhu panas
c. Cairan pelarut
17. Apa ada program kesehatan berkala dari rumah sakit
a. Ya
b. Tidak
18. Apa Anda mengetahui mengenai cara pencegahan?
a. Ya
b. Tidak
19. APD jenis apa yang Anda sering gunakan?
a. Apron
b. Sarung tangan timbal
20. Jika iya, dengan cara apa?
a. APD
b. Deteksi dini
c. Pemeriksaan berkala
21. Apa Anda merasa ruangan sudah memenuhi standar untuk terhindar dari
paparan radiasi
a. Ya
b. Tidak
22. Apa anda terpapar juga dari radiasi berikut ini?
a. Telepon Genggam
b. Cahaya matahari
c. Microwave Oven