Proposal Penelitian Edit Perbaikan

Embed Size (px)

Citation preview

BABA I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di lembaga pendidikan. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, dosen merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus agar konsistensi bidang kajian bersinergi dan berinteraksi dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu pengelolaan perguruan tinggi dengan otoritasnya memberi ruang gerak untuk melakukan kebebasan akademis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Permasalahan yang timbul sekarang adalah bahwa iklim kerja organisasi yang memberi kontribusi dalam pengembangan akademik di perguruan tinggi. Secara empirik iklim kerja ini belum dikondisikan secara baik sehingga berdampak pada hasil pembelajaran mahasiswa. Iklim kerja organisasi fakultas dapat dikondisikan secara kontinue antara lain memperbaiki komitmen pelaksanaan penjadwalan perkuliahan. Untuk itu telah terbuka kesempatan bagi dosen berkreasi suasana yang lebih intensif dalam sistem yang lebih demokratis. Hadiyanto menyatakan iklim kerja dengan kondisi, pengaruh dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik sosial dan intelektual mempengaruhi peserta didik. Iklim kerja adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan antar dosen dengan dosen, mahasiswa dengan mahasiswa atau hubungan antara mahasiswa dengan dosen termasuk staf administrasi yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar. Situasi iklim kerja dalam seperti

1

kekompakan, kepuasan, kecepatan, formalitas, kesulitan dan demokrasi dari kelas. Selanjutnya produktivitas sekolah bukan semata-mata ditujukan untuk

mendapatkan hasil kerja sebanyak-banyaknya termasuk kualitas unjuk kerja.

Iklim kerja organisasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja profesional dosen dalam aktivitas pembelajaran. Beban mengajar merupakan jumlah pekerjaan yang wajib dilakukan oleh dosen dalam hal pengajaran (tatap muka di kelas) terhadap mahasiswa. Iklim kerja adalah suatu karakteristik-karakteristik yang dimiliki oleh sebuah organisasi yang membedakan dengan organisasi lainnya. Karakteristik ini terlihat dari situasi dan kondisi lingkungan kerja yang dirasakan secara subjektif oleh para anggota organisasi yang terlibat dalam hal ini adalah dosen serta berpengaruh terhadap sikap dan perilaku mereka. Dengan tersedianya iklim kerja yang kondusif dengan manajemen yang efektif, maka kinerja dosen akan meningkatkan seperti penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi belajar peserta didik, pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian peserta didik, pengembangan profesi, pemahaman wawasan penguasaan bahan kajian akademik. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dipaparkan di atas

memotivasi peneliti untuk membuat suatu penelitian menyangkut

Pengaruh

Iklim Kerja dan Kreativitas Dosen terhadap Prestasi Belajar Bidang Keahlian di Fakultas Teknik Unima.

B. Identifikasi Masalah

2

Permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: kinerja dosen terkait dengan proses pembelajaran, iklim kerja dan kreativitas dosen dalam proses pembelajaran, peran penasehat akademis dengan kegiatan akademis mahasiswa, motivasi belajar, pencapaian hasil belajar.

C. Pembatasan Masalah Adapun masalah dalam penelitian ini dibatasi pada Iklim kerja (X1), kreativitas dosen(X2), dan prestasi belajar mahasiswa (Y) Fakultas Teknik Unima. D. Perumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. 2. Apakah iklim kerja berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa? Apakah kreativitas dosen berpengaruh terhadap prestasi belajar

mahasiswa? 3. Apakah terdapat pengaruh iklim kerja dan kreativitas dosen secara

bersama-sama terhadap prestasi belajar mahasiswa? E. Tujuan Penelitian 1. Untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh iklim kerja terhadap

prestasi belajar mahasiswa. 2. Untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh kreativitas dosen

terhadap prestasi belajar mahasiswa. 3. Untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh iklim kerja dan

kreativitas dosen terhadap prestasi belajar mahasiswa.

3

G. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya pengembangan ilmu pendidikan pada umumnya, dan bagi pengembangan ilmu manajemen pendidikan pada khususnya pada aspek

pengaruh iklim kerja dan kreativitas dosen terhadap prestasi belajar dari mahasiswa. 2. Manfaat Praktis a. Diharapkan dapat menjadi informasi sekaligus umpan balik bagi pimpinan Fakultas Teknik, serta Pimpinan Jurusan di lingkungan Fakultas Teknik Unima. b. Menjadi bahan masukkan dalam rangka penyusunan pola pembinaan yang berkesinambungan pada pimpinan Fakultas Teknik dan dosen yang ada di Fakultas Teknik Unima. c. Bagi setiap jurusan yang ada di Fakultas Teknik Unima kiranya dapat dijadikan bahan masukkan dan bahan kajian dalam rangka perbaikan serta pengembangan kualitas dan iklim kerja, kreatifitas dosen yang lebih handal. d. Menciptakan proses belajar mengajar yang efisien dan efektif dalam rangka untuk menghasilkan lulusan-lulusan yang siap pakai sesuai fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

II. TINJAUAN TEORETIS A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar

4

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang telah dicapai seseorang dalam proses kegiatan belajar yang dilakukannya. Seorang mahasiswa dikatakan mempunyai prestasi belajar yang tinggi jika hasil tes menunjukkan nilai yang tinggi. Pada umumnya prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : cara belajar, aktivitas, kreatifitas, tenaga pengajar dan bahan pelajaran. Nurlam dan Makalan (1989) menyatakan prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai apa yang dikuasai atau dicapai oleh individu yang telah melakukan sesuatu kegiatan belajar tertentu dalam rentan waktu tertentu. Winkel (1993), menyatakan prestasi merupakan bukti usaha yang dapat dicapai. Selanjutnya Moeliono (2005) menyatakan prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan dan dikerjakan. Nawawi (1981), berpendapat prestasi belajar adalah sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dan hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Turang (1980: 14) dalam bukunya modernisasi dan prestasi belajar mengatakan bahwa prestasi belajar adalah penampilan tingkat kemajuan hasil belajar mahasiswa melalui proses hasil belajar. Mendapatkan prestasi belajar yang maksimal pada suatu jenjang pendidikan di perguruan tinggi diperlukan lebih dari sekedar ketrampilan maupun kepandaian yang dapat disebut dengan kognitif dan psikomotorik, tetapi juga ada aspek attitude yaitu sikap mahasiswa sendiri berupa motivasi dari dalam diri sendiri, serta semangat dari dalam dan ditunjang dengan iklim kerja yang baik dan mampu mempengaruhi ke arah yang positif.

5

Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ. IQ yang tinggi meramalkan sukses terhadap prestasi belajar. Namun IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin sukses di masyarakat.

2. Iklim Kerja Iklim kerja pada dasarnya adalah suasana lingkungan kerja yang dirasakan dan dialami seseorang pada saat melaksanakan pekerjaannya di dalam organisasi. Seseorang yang memberikan persepsi terhadap lingkungan tempat kerjanya akan menggambarkan iklim kerja yang ada. Kata iklim merupakan kiasan (metafora) berbentuk ucapan yang mengandung suatu istilah yang dapat berarti diterapkan pada situasi yang berbeda dengan tujuan untuk menyatakan suatu kemiripan, (Wayne dan Faules 1991: 47). Moorhead dan Griffin mengatakan bahwa climate usually refers to current situation inan organization and the linkages among work groups, employees, and works performance (Moorhead & Griffin 1999: 58). Iklim mengacu pada situasi dan kondisi yang ada dalam organisasi serta hubungan yang terjadi di antara kelompok-kelompok kerja, para pegawai yang menampilkan pretasi kerja. Dengan demikian pengertian iklim kerja akan dapat memberikan gambaran pada tingkat kognitif, emosional, perilaku, serta menyatakan adanya suatu unit kerja tertentu yang melakukan tindakan tanpa perilaku yang sebenarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa iklim kerja merupakan sejumlah factor lingkungan yang dirasakan secara langsung maupun tidak langsung oleh para pegawai atau individu yang berkepentingan dan dapat diukur berdasarkan persepsi serta diasumsikan sebagai kekuatan besar yang mempengaruhi perilaku pegawai.

6

Faktor lingkungan berpengaruh terhadap prestasi pegawai. Faktor lingkungan menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi antara lain; penerangan, kebisingan, getaran, suhu, udara, kelembaban dan kualitas udara. Kualitas kehidupan pekerja harus senantiasa dalam pengawasan pimpinan. (Heizer & Render, 1986: 546). Mondy dan Noe dalam buku Human Resources Management

mengemukakan; kondisi kondisi lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, penerangan yang kurang, pemeliharaan peralatan kerja dan lingkungan kerja yang tidak baik, akan berdampak pada moral pegawai dan dapat meningkatkan ketengan dalam bekerja (Wayno, Noe & Premeaux, 1986: 546). Dengan

demikian iklim kerja menyangkut situasi, kondisi, dan lingkungan kerja yang dipikir, dilihat dan dirasakan oleh pekerja. Dengan demikian ketika orang bekerja di dalam kelompok, maka secara psikologis iklim kerja akan terbentuk dan dapat membantu atau menghambat produktivitas kerja (Meller, 1999: 127). Iklim organisasi merupakan suasana kerja yang dialami oleh anggota organisasi misalnya lewat ruang kerja yang menyenangkan, rasa aman dalam bekerja, penerangan yang memadai, sarana dan prasarana yang memadai, dan lain-lain. Lingkungan menjadi faktor penting sebab kenyataan menunjukan bahwa semakin banyak organisasi yang secdara ilmiah memantau kekuatan lingkungan. Iklim lingkungan kerja di sekolah didefinisikan sebagai seperangkat atribut yang memberi warna atau karakter, spirit, ethos, suasana batin, dari setiap sekolah (Fisher & Fraser, 1990; Tye, 1974). Iklim lingkungan kerja di sekolah diukur dengan menggunakan rata-rata dari persepsi komunitas sekolah terhadap aspek-aspek yang menentukan lingkungan kerja. Fisher & Fraser (1990) juga

7

menyatakan bahwa peningkatan mutu lingkungan kerja di sekolah dapat menjadikan sekolah lebih efektif dalam memberikan proses pembelajaran yang lebih baik. Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur yang membentuk satu kesatuan yang utuh. Di dalam sekolah terdapat berbagai macam sistem social yang berkembang dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut pola dan tujuan tertentu yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya sehingga membentuk perilaku dari hasil hubungan individu dengan individu maupun dengan lingkungannya. Interaksi yang terjadi dalam sekolah merupakan indikasi adanya keterkaitan satu dengan lainnya guna memenuhi kebutuhan juga sebagai tuntutan tugas dan tanggung jawab prekerjaanya. Untuk terjalinnya interaksi-interaksi yang melahirkan hubungan yang harmonis dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk bekerja diperlukan iklim kerja yang baik. Iklim kerja yang dimaksud adalah keseluruhan sikap guru-guru di sekolah terutama yang berhubungan dengan kesehatan dan kepuasan mereka (Pidarta, 1998:178). Iklim kerja adalah hubungan timbal balik antara faktor-faktor pribadi, social dan budayayang mempengaruhi sikap individu dan kelompok dalam lingkungan yang tercermin dari suasana hubungan kerjasama yang harmonis dan kondusif antara kepala sekolah dengan guru, antara guru dengan guru yang lain, antara guru dengan pegawai sekolah dan keseluruhan komponen itu harus menciptakan hubungan dengan peserta didik sehingga tujuan pendidikan dan pengajaran tercapai.

8

Menurut Steer (1985) dalam Husaini (2008: 198) mengatakan bahwa keberhasilan pencapaian suatu organisasi dalam memberikan pelayanan sangat ditentukan oleh factor-faktor yang mempengaruhinya yaitu; 1) karakteristik organisasi , 2) karakteristik lingkungan, 3) karakteristik pegawai, dan 4) kebijakan dan praktek manajemen. Krakteristik iklim organisasi terdiri atas teknologi dan struktur organisasi Husaini (2008:198). Karateristik lingkungan mencakup dua aspek, yaitu hubungan eksteren dan hubungan interen. Hubungan eksteren berupa kekuatan-kekuatan yang timbul dari luar organisasi yang turut mempengaruhi keputusan dan tindakan organisasi. Hubungan interen dikenal sebagai iklim organisasi. Karakteristik pegawai yaitu rasa kebersamaan, keterikatan serta keterikatan pegawai terhadap organisasi dan juga terhadap kebijakan serta praktek manajemen. Faktor-faktor yang mempengaruhi yang iklim oraganisasi menurut Halpin dan Crofts seperti yang di kutip Gibson, et al (1973) dalam Husaini (2008: 199) antara lain: 1) Semangat (esprit), 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim organisasi menurut Halpin dan Crofts seperti Pertimbangan (consideration), 3) produksi (production), 4) menjauhkan diri (aloofness). Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi iklim organisasi menurut Litwin dan Stringer seperti yang dikutip Gibson, et al (1973) dalam Husaini (2008:199) yaitu: 1) struktur, 2) tantangan dan tanggung jawab, 3) kehangatan dan dukungan, 4) ganjaran dan hukuman, 5) konflik, 6) standar kinerja, 7) identitas organisasi, dan 8) resiko bicara. Menurut Engkoswara (1995) dalam Husain (2008:199) faktor-faktor iklim organisasi sekolah yaitu; 1) kegairahan dan memotivasi peserta didik, 2) semangat

9

dan disiplin tenaga kerja pengajar dan administrasi, dan 3) tingkat kepercayaan berbagai pihak. James dan Jones (1974) mengutip pendapat Forehand dan Gilmer (dalam Husaini (2008:199), menyebutkan bahwa faktor-faktor iklim organisasi yaitu; 1) ukuran (size), 2) strukutur (structure), 3) kompleksitas sistem (system Complexity), 4) gaya kepemimpinan (leadership style), 5) tujuan (goal directions). Lebih lanjut. James dan Jones (1974) menambahkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi iklim organisasi adalah; 1) konteks, 2) struktur, 3) proses, 4) lingkungan fisik, dan 5) sistem nilai serta norma. Halpin & Croft (1966) dalam Husaini (2008:199) mengenal model angket untuk mengukur iklim organisasi yang disebut Organizational Climate Description Questionnary (OCDQ) dengan indikator-indikator; 1) gangguan (hindrance), 2) keakraban (intimacy), 3) Pertentangan (disagreement), 4) semangat (spirit), 5) tekanan pada produksi (production emphasis), 6) menjauhkan diri (aloofness), 7) Pertimbangan (consideration), 8) dorongan (thrust). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi iklim organisasi sangat kompleks dan masing-masing ahli memandangnya dengan berbagai pendekatan yang dianutnya. Oleh karena itu penciptaan iklim kerja disekolah sangatlah penting agar kepuasan guru senantiasa terjaga sehingga para guru dapat menjalankan tugasnya dengan kinerja yang tinggi

10

Menurut Davis dan Thomas dalam Suryanto (2001:21) guru/dosen yang efektif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Pertama, mempunyai pengetahuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas yang mencakup (1) memiliki ketrampilan interpersonal khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan kepada peserta didik dan kelulusan, (2) menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik, (3) mampu menerima, mengakui dan memperhatikan peserta didik secara ikhlas, (4) menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar, (5) mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerjasama dan khoesivitas dalam dan antar kelompok peserta didik, (6) mampu melibatkan peserta didik dalam mengorganisasi dan merencanakan kegiatan pembelajaran, (7) mampu mendengarkan peserta didik dan menghargai haknya untuk berbicara dalam setiap diskusi, (8) mampu meminimalkan friksifriksi di kelas. Kedua, kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang mencakup (1) mempunyai kemampuan untuk menghadapi dan menanggapi peserta didik yang tidak mempunyai perhatian, suka menyela, mengalihkan perhatian dan mampu memberikan substansi bahan ajar dalam proses pembelajaran, (2) mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua peserta didik. Ketiga, mempunyai kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), yang terdiri atas (1) mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap peserta didik, (2) mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap peserta didik yang lamban dalam belajar, (3) mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban peserta

11

didik yang kurang memuaskan, (4) mampu memberikan bantuan profesional kepada peserta didik jika diperlukan. Keempat, mempunyai kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri yang mencakup, (1) menerapkan kurikulum dan metode mengajar semua inovatif, (2) mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pembelajaran, (3) mampu memanfaatkan perencanaan yang telah rumuskan serta berkelompok untuk menciptakan dan mengembangkan metode pembelajaran yang relevan.

3. Kreativitas Amien (1993) mengemukakan kreativitas meliputi sesuatu yang baru, baik sama sekali baru dalam ilmiah atau budaya maupun secara relatif bagi individu sendiri, walaupun mungkin orang lain telah memproduksi sebelumnya. Proses pembentukan kreativitas terjadi dimana individu berusaha menemukan hubunganhubungan yang baru, mencari jawabannya, serta menentukan cara yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut. Orang yang memiliki kemampuan mencipta demikianlah yang dikatakan memiliki sikap kreatif. Wales mengemukakan fase-fase perkembangan berpikir kreatif yang dikutip oleh Amien (1993), sebagai berikut : 1) fase persiapan, 2) fase inkubasi, 3) fase inspirasi, 4) fase verifikasi. Semiawan, dkk (1984) mengemukakan bahwa kreativitas ialah suatu kemampuan untuk membentuk gagasan-gagasan baru dan menerapkan dalam pemecahan masalah. Lanjut dikemukakan bahwa kreativitas meliputi baik ciri aptitude seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas) dan keahlian (orsinalitas)

12

dalam pemikiran maupun ciri-ciri (non aptitude), seperti rasa ingin tahu, dan senang mengajukan pertanyaan. Kreativitas disini lebih diartikan sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, atau melihat hubunganhubungan baru antar unsur, data atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Pangkey F. S. (2002:10) mengemukakan bahwa kreatifitas adalah suatu hak istimewa manusia yang dapat dilihat sebagai suatu bentuk kemampuan yang melengkapi hubungan manusiawi ciptaan antara sesama ciptaan Tuhan yang merupakan salah satu alat maupun cara yang dapat membebaskan keberadaan kodrat kemanusiaan dari belenggu reaksi-reaksi maupun pilihan-pilihan cara atau perilaku yang sudah menjadi kebiasaan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa: kreatifitas adalah perkembangan dan kemajuan; pikiran yang menumpahkan cara berpikir yang tidak berdimensional akan menuntun menuju lompatan besar dalam pengetahuan dan aksinya. Kreatifitas merupakan penyatuan dari berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide baru dan lebih baik. Kreatifitas adalah salah satu bagian yang mendasar dari usaha terus menerus dengan cara manusia. Kreatifitas melibatkan kita dalam penemuan terus menerus dengan cara-cara baru dan lebih baik dalam mengenakan berbagai hal, yang berarti menantang pendekatan-pendekatan konvensional yang sudah teruji dan mengatasi konflik. Selanjutnya kreatifitas terdiri dari suatu komponen perasaan yang penting sehingga belajar untuk kreatif memerlukan perubahan perasaan dan sikap kita bertanya. Pemikiran kreatif merupakan bagian terpadu dalam hidup manusia seperti halnya membaca dan menulis, yang kita semua harus terapkan dalam setiap saat dan kesempatan.

13

Kepribadian kreatif

yang dirangkum oleh Munandar (1999:51-53)

mengatakan ada sepuluh ciri-ciri kepribadian kreatif yang saling terpadu: 1) Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang

memungkinkan mereka bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi mereka juga bisa tenang dan rileks, bergantung pada situasinya. 2) Pribadi kreatif cerdas dan cerdik, tetapi pada hal yang sama mereka juga naif dan mereka mampu berpikir konvergen dan divergen. 3) Pribadi kreatif bekerja keras, ulet, dan tekun untuk menyelesaikan sesuatu gagasan atau karya baru dengan mengatasi rintangan yang sering dihadapi. 4) Pribadi kreatif dapat selang seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas. 5) Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik introveksi yakni bekerja sendiri untuk dapat bereaksi, maupun ekstrovensi yakni bertemu dengan orang lain, bertukar pikiran, dan mengenal karya-karya orang lain. 6) Pribadi kreatif bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama, serta lebih berminat terhadap apa yang masih mereka akan lakukan. 7) Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender. 8) Pribadi kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang, kesediaan untuk mengambil resiko dan meninggalkan keterikatan pada tradisi.

14

9)

Pribadi kreatif sangat bersemangat bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam penilaian karyanya.

10)

Pribadi kreatif memiliki sikap keterbukaan dan sensitivitas yang membuatnya menderita jika mendapat banyak kritik dan tantangan terhadap hasil karyanya, namun disaat yang sama ia juga merasakan kegembiraan yang luar biasa. Supriadi (1994:7) memberikan definisi kreatifitas sebagai kemampuan

seseorang yang melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Prater, Charles W (1996) menyatakan bahwa kreatifitas adalah seni untuk mencari tahu, mencoba dan berekspresi dengan pengetahuan yang ada dengan cara-cara baru. Definisi kreatifitas yang menekankan pada aspek pribadi seperti yang dikutip oleh Munandar (2000:26) menyatakan bahwa kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologi, inteligensi, gaya kognitif dan kepribadian/motivasi. Fungsi kognitif dan intelektual individu, khususnya proses belajar berpikir dan memecahkan masalah secara kreatif merupakan bagian dari unsur gaya kognitif. Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada unsur orisinalitas, kebaruan (keterkinian) dan kebermaknaan, seperti yang dinyatakan oleh Heafele dalam Munandar (2002:28) bahwa, kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Hudojo (1988:5) mengemukakan bahwa penguasaan materi dan cara penyampaiannya merupakan syarat mutlak bagi seorang guru. Seorang guru yang tidak menguasai materi kejuruan dengan baik, tidak mungkin ia dapat mengajar

15

bidang kejuruan dengan baik. Demikian juga seorang guru yang tidak menguasai berbagai cara penyampaian dapat menimbulkan kesulitan siswa dalam memahami matematika. Ali (dalam Lince, Ranak, 2001:15), bahwa syarat yang perlu dimiliki guru adalah penguasaan materi, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip psikologis, kemampuan menyelenggarakan proses pembelajaran dan kemampuan menyesuaikan diri dalam berbagai situasi baru. Menurut Grasser ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni: (a) menguasai bahan pelajaran, (b) kemampuan mendiagnosis tingkah laku siswa, (c) kemampuan melaksanakan proses pengajaran, dan (d) kemampuan mengukur hasil belajar siswa (Nana Sudjana, 1989:18). Faktor guru adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran bidang kejuruan.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian Yulia Taher (2003), tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Kreativitas dan Semangat Kerja Guru SMK Negeri di Kota Manado menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas dapat

mempengaruhi semangat kerja guru SMK Negeri di Kota Manado. Persamaan penelitian ini pada variabel kreativitas namun objek penelitiannya berbeda karena penelitiannya akan dilaksanakan di Perguruan Tinggi. Sehingga masih layak untuk diteliti. Penelitian Dode (2005), tentang Perilaku Kepemimpinan, Iklim Organisasi dan Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Ternate menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun secara bersama-sama perilaku kepemimpinan dan iklim organisasi memiliki pengaruh atau hubungan fungsional dan kontributif positif terhadap

16

kinerja guru SMA Negeri di Kota Ternate. Persamaan penelitian ini adalah pada variabel kinerja namun variabel dosen dan objek penelitiannya juga berbeda sehingga penelitian ini masih layak untuk diteliti.

C. Paradigma Penelitian Rancangan penelitian ini akan menggunakan paradigma ganda dengan dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Iklim Kerja dosen, kreativitas dosen, dan prestasi belajar dapat digambarkan dalam bentuk hubungan sebagai berikut : Iklim Kerja (X1)

Prestasi Belajar Mahasiswa. (Y)

Kreativitas Dosen (X2)

Paradigma dengan dua variabel independen dan satu variabel dependen, yaitu : X1 : iklim kerja X2 : kreativitas dosen Y : prestasi belajar D. Definisi Operasional Variabel Agar diperoleh pemahaman yang sama mengenai variabel yang akan diteliti, maka perlu dijelaskan variabel-variabel tersebut sebagai berikut: 1. Variabel prestasi belajar dalam penelitian ini adalah variabel dependent (Y).

17

Variabel ini didasarkan pada konsep yang dikembangkan oleh Nawawi (1981), prestasi belajar adalah sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Datanya menggunakan data dokumentasi dari daftar regitrasi nilai akhir semester genap tahun ajaran 2009/2010 di bagian kemahasiswaan FATEK UNIMA. 2. Variabel iklim kerja dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X1). Iklim kerja dalam penelitian ini adalah yang terkait dengan iklim belajar di kelas mencakup: kenyamanan di ruangan kuliah, kemampuan dosen menunjukkan empati, menghargai keberadaan mahasiswa, menciptakan hubungan yang baik dengan peserta didik, mendengarkan pendapat maupun saran dari peserta belajar, menghargai hak untuk berbicara dalam setiap diskusi, mampu meminimalkan friksi-friksi di kelas. 3. Variabel kreativitas dosen adalah variabel bebas kedua (x2). Kreativitas dosen yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melaksanakan evaluasi kegiatan pembelajaran.

E. Hipotesis 1. Terdapat pengaruh iklim kerja terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teknik Unima 2. Terdapat pengaruh kreativitas dosen terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teknik Unima

18

3.

Terdapat pengaruh Iklim kerja dan kreativitas dosen secara bersama-sama terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teknik Unima.

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Sesuai dengan bentuk, objek dan sifatnya, maka penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif dengan penggambaran deskriptif pada semua variabel, yaitu: variabel bebas masing-masing: iklimkerja (x1), kreativitas dosen (x2) dan variabel terikat prestasi belajar (y). B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai dengan pengusulan proposal, seminar proposal penelitian dan revisi proposal. Kegiatan penelitiannya dilaksanakan pada FATEK UNIMA di Tondano. C. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi penelitian meliputi semua karakteristik yang berperan sebagai dosen dalam pembelajaran yang dapat menggambarkan untuk menopang peran profesinya sebanyak 141 orang. iklim kerja dan kreativitas

dalam bidang keahlian masing-masing

Tabel 3.1. Rincian Anggota Populasi dosen FATEK-UNIMA No 1 2 3 4 Nama Jurusan Jurusan Elektro Jurusan Mesin Jurusan Bangunan Jurusan PKK Jumlah Populasi dosen 47 17 42 35 141 19

b. Sampel Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane dengan posisi 10% (Ridwan, 2007 : 67) sebagai berikut : n= Dimana : n =jumlah sampel N =jumlah populasi d2 =prosen yang ditetapkan Diketahui jumlah populasi dosen FATEK-UNIMA sebanyak 141 dengan tingkat prosen yang ditetapkan 10%. Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel adalah sebagai berikut: n = = =N Nd 2 + 1 N Nd 2 + 1

141/141(0.1)2+1 58 orang

Penentuan sampel yang digambarkan dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling atau pengambilan secara acak sederhana.

D. Teknik Pengumpulan Data Data-data untuk variable iklim kerja dan kreativitas kerja tersebut dijaring dengan menggunakan instrumen pengukuran kuesioner (angket) skala Likert, sedangkan untuk presstasi belajar siswa diambil dari dokumen dijurusan masingmasing.

20

F.

Teknik Analisis Data Pengujian hipotesis (1) dan (2) menggunakan analisis korelasi dan regresi

linier sederhana,

sedangkan hipotesis (3) menggunakan analisis korelasi dan

regresi linier ganda.

IV.

JADWAL PENELITIAN Waktu Penelitian Mingg Mingg Minggu Mingg u u I u IV II III Mingg u V Mingg u VI

N Kegiatan o 1 Studi Kepustakaan 2 Observasional Penelusuran RUP 3 Konsultasi RUP 4 Seminar RUP dan Perbaikan 5 Pembuatan Angket Penelitian 6 Pengumpulan Data Analisis Data 7 Penulisan Laporan dan Konsultasi 8 Presentasi Hasil Penelitian 9 Ujian Komprehensif

21

Catatan : Waktu Penelitian dapat berubah sesuai dengan situasi dan perkembangan V. BIAYA PENELITIAN N o 1 Observasional dan Konsultasi RUP, Penyusunan dan 2 Penggandaan Laporan RUP Foto copy materi, Rp. 1.500.000 pembelian buku, foto copy RUP Foto copy materi, Rp. 1.500.000 Rp. 4.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. laporan 3.000.000 Rp. 1.500.000 Rp. 4.000.000 Rp. 2.500.000 Rp. 5.000.000 22 Kegiatan Uraian Biaya Ket

pembelian buku, foto copy 3 4 Seminar RUP Pelaksanaan Penelitian RUP Konsumsi dan transport Transportasi, validasi

angket, pengadaan angket dan 5 Konsultasi Penelitian informasi lainnya 15 kali pertemuan Foto penelitian Konsumsi, pendaftaran dan transport Pengetikan, Penggandaan hasil penelitian dan hard copy

sejak awal dan akhir 6 Penyusunan dan Penggandaan laporan 7 8 penelitian Seminar hasil penelitian Penyusunan perbaikan laporan hasil penelitian 9 dan konsultasi Ujian Komprehensif

cover Konsumsi, pendaftaran dan transport

JUMLAH Keterangan :

Rp. 27.000.000

Biaya penelitian tersebut dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi

yang berkembang RUP : Rencana Usulan Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. S. 1985. Hubungan Kreativitas, Kemampuan Operasi Logik dan Kemampuan Dasar Berhitung Dengan Prestasi Belajar Fisika. FPS IKIP Jakarta, Yogyakarta. Amien, M. 1993. Peranan Kreativitas Dalam Pendidikan,

Perpustakaan IKIP Yogyakarta, Yogyakarta. Departemen Pelaksanaan Pola Dikti Depdikbud. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981. Pola Sistem Tenaga Kependidikan, Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981. Wawasan Pendidikan dan Kebudayaan, 1981. Pedoman

Pembaharuan Pendidikan Indonesia. Jakarta, Dirjen

Pendidikan Guru, Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud. Mahmudi, 2007. Manajemen Kerja Sektor Publik, UPPSTIM YPKN, 23

Yogyakarta. Munandar, SC. 1984. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Gramedia, Jakarta. Nawari, H. H. 1981. Pengaruh Hubungan Manusia di Kalangan Murid terhadap Prestasi Belajar SD. Analisis Pendidikan. Tahun II No.1, Depdikbud, Jakarta. Nurlain dan Makalan, 1989. Pendidikan PSI. SPS I IKIP, Bandung. Pasaribu L dan Simanjuntak B, 1980. Proses Belajar Mengajar, Bandung : Tarsito. Poerwadarminta, W. J. S. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN. Balai Pustaka. Rusyan, A. T. (1993). Prestasi Belajar Mengajar yang Efektif. Tingkat Pendidikan Dasar. Bandung : Bina Budaya. Sudjana, 1996. Statistik. Bandung : Tarsito. Sujana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Agensindo Offset. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung, Alfabeta. Trianti dan Titik I. Tutik, 2006. Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik menurut UU Guru dan Dosen. Jakarta : Prestasi Pustaka. Turang, Jan, 1980. Pembangunan dan Modernisasi Guru. Manado : IKIP Manado.

24