Proposal Sejarah Politik kerajaan sriwijaya

Embed Size (px)

DESCRIPTION

contoh proposal

Citation preview

PERJALANAN STRATEGI POLITIK KERAJAAN SRIWIJAYA

PROPOSAL PENELITIANUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAHSejarah PolitikYang dibina oleh Bapak Daya Negri Wijaya, M.A

OlehYoga Wijaya130731615751

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS ILMU SOSIALJURUSAN SEJARAHOKTOBER 2014

BAB I

A. LATAR BELAKANGStrategi Politik yang diambil oleh sebuah kerajaan, bangsa, ataupun negara dapat bervariasi sebabnya. Bisa karena adanya kepentingan orang yang berkuasa, atau karena adanya faktor pendukung lain yang melatarbelakangi sebuah strategi politik tersebut seperti contohnya kepentingan ekonomi. Dalam perjalanan strategi politik tersebut pasti mengalami pasang surut dalam perkembangannya atau keterpurukannya yang disebabkan kebutuhan zaman yang berbeda serta kesesuaian masyarakat terhadap strategi politik yang telah ditetapkan. Dalam masa penyebaran Agama Hindu-Buddha, khususnya di nusantara, kerajaan-kerajaan yang berdiri ternyata sudah mulai memainakan strategi politik mereka masing-masing. Kerajaan Sriwijaya muncul sekitar abad VII masehi, kebenaran tentang adanya kerajaan tersebut dibuktikan dengan beberapa inskripsi, arca-arca batu dan perunggu serta keterangan-keterangan dalam sejumlah kronik China. Sejak kira-kira tahun 650-an itulah sebuah kekuatan politik telah menguasai beberapa tempat khususnya di wilayah Indonesia bagian barat. Menurut Soejono (2010:70) Dari kerajaan Sriwijaya sendiri mula-mula diperolah 6 buah prasasti, yang ditemukan tersebar di Sumatera Selatan dan Pulau Bangka, tetapi keterangan yang kita peroleh pun tidak banyak.Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaam Maritim yang kuat dan merupakan salah satu dari kerajaan tertua yang pernah berdiri di Indonesia. Menurut Vlekke (2008:43) dalam Abd Rahman (2013:53) Penguasa Sriwijaya terkenal sebagai raja-raja pelaut. Mereka berhasil menaklukan pantai-pantai semenanjung Malaya. Karena itulah Sriwijaya dipandang sebagai Kerajaan kelautan.Sebagai sebuah kerajaan maritim yang kuat, Sriwijaya tentu saja mempunyai strategi politik yang membantu mereka untuk dapat mencapai puncak kejayaannya. Dalam penelitian ini diharapkan dapat menguak perjalanan strategi politik yang diterapkan oleh Kerajaan Sriwijaya.

B. RUMUSAN MASALAHDalam merumuskan masalah penulis memberi ruang namun diharapkan tidak terlalu luas agar rumusan masalah tidak menyipang dari konsep yang ingin diteliti, yaitu:1. Bagaimana Strategi politik yang diterapkan Kerajaan Sriwijaya?2. Bagaimana Perjalanan Strategi politik yang diterapkan Kerajaan Sriwijaya?

C. TUJUAN PENELITIANAdapun tujuan penulis dalam merumuskan masalah yaitu:

1. Menjelaskan bagaiaman Strategi politik yang diterapkan Kerajaan Sriwijaya.2. Menjelaskan bagaimana Perjalanan Strategi politik yang diterapkan Kerajaan Sriwijaya.

D. MANFAAT PENELITIANa. Untuk penulis1. Untuk menambah wawasan tentang sejarah kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia.2. Untuk mengetahui bagaiaman penerapan dan manfaat dari politik yang diterapkan oleh kerajaan Sriwijaya.

b. Untuk Jurusan Sejarah.1. Menambah refensi agar lebih memudahkan civitas jurusan sejarah yang hendak mencari referensi tentang politik kerajaan Sriwijaya.2. Menambah referensi tentang sistem politik yang pernah di gunakan di Indonesia.

c. Untuk masyarakat umum.1. Memperkaya pengetahuan masyarakat tentang politik yang ada di kerajaan Sriwijaya.2. Menambah wawasan masyarakat tentang politik.E. METODE PENELITIAN

Menurut Sjamsuddin (2007: 13) Metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang ditelitiPenelitian ini merupakan penelitian historis. Karena yang diteliti adalah kejadian yang sudah lama berlalu. Dengan menggunakan teori sosial untuk memudahkan penelitian, dalam penelitian bersifat historis ada empat tahapan yang harus dilalui, yaitu:

HeuristikDalam penelitian historis dikenal dua sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:a. ArsipDalam hal ini arsip bisa berupa naskah-naskah kuno hasil peninggalan kerajaan Sriwijaya dan bisa berupa prasasti yang merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya. Dan diharapkan dari dua sumber tersebut penulis dapat mendapatkan data sesuai yang diharapkan.b. Buku.Buku merupakan sumber utama dari data sekunder yang didapatkan oleh penulis. Yang didalamnya memuat tentang sejarah perjalanan strategi politik Kerajaan Sriwijaya

InterpretasiSetelah melakukan kritik terhadap data yang didapatkan lalu penulis melakukan interpretasi terhadap data yang dperoleh. Melihat hubungan antara politik sejarah sangat erat karena keduanya saling mempengaruhi. Menurut Cholisin dan Nasiwan (2012:35) sejarah memberikan kontribusi yang besar terhadap ilmu politik, terutama berupa bahan, data dan fakta dari masa lampau untuk menetukan pola-pola ulangan untuk melihat/meneropong persoalan politik ke depan. Sebaliknya ilmu politik juga memberikan pengayaan serta pemahaman tentang sejarah politik. Dan bahkan dapat dinyatakan politik membuat sejarah dan sebagian besar peristiwa historis adalah peristiwa politik.

Dari penjelasan ahli diatas semakin menguatkan bahwa antara politik dan sejarah saling mempengaruhi. Dan dalam politik kerajaan Sriwijaya baik dalam dan luar negeri bisa menjadi referensi politik dalam hal menyangkut politik Indonesia saat ini.

HistoriografiHistoriografi merupakan langkah terakhir dalam taap penelitian sejarah, setelah data dikumpulkan dengan cara heuristik lalu dikritisi bagaiaman bahan dan keaslian data tersebut lalu di interpretasi. Dalam historiografi lebih menekankan pada penyusunan data agar sesuai dengan tahapan-tahapan kronologi sejarah yang sebenarnya. Ismaun (2005:34) menyimpulkan bahwa Metode sejarah ialahrekonstruksi imajinatif tentang gambaran masa lampau peristiwa-peristiwa sejarahsecara kritis dan analitis berdasarkan bukti-bukti dan data peninggalan masa lampau yang disebut sumber sejarah.

F. DEFINISI ISTILAHOtoriter = berkuasa sendiri; sewenang-wenangEkspansi = perluasan wilayah suatu negara dengan menduduki (sebagian atau seluruhnya) wilayah negara lain

G. KAJIAN PUSTAKA : KERAJAAN SRWIJAYA MASA HINDU BUDDHA DI NUSANTARADilihat dari sudut pandang geografis historis kawasan pesisisr timur Pulau Sumatra memiliki posisi yang strategis dan berpengaruh terhadap penyebaran situs-situs di Sumatra. Letaknya sangat memungkinkan wilayah-wilayah pesisirnya menjadi tempat persinggahan para pedagang dari barat ke timur dan sebaliknya. Melihat potensi yang dimiliki oleh wilayah ini, tentu saja sangat menguntungkan bagi penduduk disekitarnya dan tentu saja sangat berpotensi bagi terbentuknya sebuah kerajaan yang berbasis maritim.Swrijaya berdiri sebagai kerajaan yang juga berhubungan erat dengan Agama, terutama dengan Agama Buddha. Menurut Soejono (2010:74)Prasasti lainnya ditemukan di daerah Talang Tuo, sebelah barat kota palembang sekarang, oleh residen Westenenk pada tahun 1920. Prasasti ini terdiri dari 14 baris dalam bahasa Melayu Kuno, dan ditulis dengan huruf Pallawa. Angka tahunnya 606 S atau 23 maret 684 M. Isinya antara lain tentang pembuatan taman Sriksetra atas perintah Punta Hyang Sri Jayanasa, untuk kemakmuran semua makhluk. Disamping itu, ada juga doa dan harapan yang jelas menunjukkan sifat agama Buddha.Sriwijaya adalah sebuah kerajaan yang terbentuk dengan struktur otoritas politik. Hal tersebut dapat diketahui dengan beberapa bukti, salah satunya yang terdapat pada prasasti Telaga Batu. Prasasti yang yang bagian atasnya dihiasi dengan tujuh kepala ular kobra dengan lehernya yang mengembang ini berisi kutukan-kutukan bagi siapa saja yang melakukan kejahatan serta tidak patuh kepada raja. Dari situ dapat kita lihat bagaimana kedudukan sebuah raja dalam sebuah kerajaan yang memiliki kekuasaan penuh. Dalam prasasti ini juga menyebutkan struktur ketatanegaraan Sriwijaya.Dalam bukunya menjelaskan istilah yang terdapat dalam prasasti Telaga Batu Casparis (1956:18) Yuvaraja (putra mahkota), Pratiyuvaraja (putra raja kedua), Rajakumara (putra raja ketiga), Rajaputra (putra raja keempat), Bhupati (bupati), Senapati (bemimpin basukan), nayaka, pratyaya, haji pratyaya (orang kepercayaan raja), dandanayaka (hakim), tuha an vatak vuruh (pengawas sekelompok pekerja), addyaksi nijavarna, vasikarana (pembuat pisau), kayastha (juru tulis), sthapaka (pemahat), puhavam (nahkoda kapal), vaniyaga, pratisara, marsi haji, hulunhaji (saudagar, pemimpin, tukang cuci, budak raja).Dari penjelasan yang diberikan pada prasasti diatas, sudah terlihat bahwa dalam Kerajaan Sriwijaya telah terstruktur peran-peran dalam kerajaan. Menurut Soejono (2010:86)Dari daerah Ligor di semenanjung Tanah Melayu ditemukan sebuah prasasti batu yang kedua sisinya bertulisan. Prasasti ini dikenal dengan sebutan Prasasti Ligor. Pada sisi muka, yang biasanya disebut dengan prasasti Ligor A, disebutkan seorang raja Sriwijaya. Selain itu, juga memuat angka tahun 775 M dan pembangunan trisama caitya untuk Padmapani, Sakyamuni, dan Wajrapani. Sisi belakang, yang biasanya disebut prasasti Ligor B, tidak menyebutkan angka tahun meskipun prasasti ini dimulai dengan kata swasti. Prasasti Ligor B ini hanya terdiri dari 4 baris tulisan yang merupakan satu bait prasasti berbahasa Sansakerta dan setenagh baris permulaan bait kedua. Isinya menyebut seorang raja bernama Wisnu dengan gelar sarwarimadawimathana atau pembunuh musuh-musuh yang sombong tiada bersisa.Dari isi prarasti tersebut dapat diketahui betapa besarnya kekuasaan atau kekuatan raja dalam Kerajaan Sriwijaya, ia digambarkan bisa menghabisi semua musuh-musuhnya tanpa sisa. Hal tersebut dapat diartikan sebagai gambaran kekuasaan otoriter sang raja pada saat itu yang harus ditakuti oleh siapapun, sehingga diharapkan tidak akan terjadinya pemberontakan dalam Kerajaan Sriwijaya.Selain sebagai kerajaan yang berbasis otoriter politik, Kerajaan Sriwijaya juga menerapkan strategi politik maritimnya. Menurut Pramono (2005:5) Sebagai kerajaan maritim yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya telah mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur perdagangan serta menguasai wilayah-wilayah strategis yang digunakan sebagai pangkalan kekuatan lautnya.. Beberapa pangkalan strategis di Sriwijaya tentunya sudah dijaga, diawasi dan, dilindungi oleh para angkatan laut kerajaan Sriwijaya. Tak cukup dengan penjagaan yang ketat pada tiap-tiap pelabuhannya kerajaan Sriwijaya juga melakukan improvisasi pada angkatan lautnya, menurut Pramono (2005:40) Kejayaan armada laut Sriwijaya ditandai dengan kebijakannya dalam merekrut suku Orang Laut yang piawai dalam teknologi pembuatan kapal dan strategi ilmu perang laut.. Menurut Lapian (2009:122) Orang laut diperlukan untuk menyediakan makanan seperti ikan dan mereka juga dimanfaatkan untuk membuat perahu atau tanaga pelaut untuk kepentingan tertentu. Pangkalan orang laut berada di sebelah barat laut Sriwijaya.Namun kehebatan Sriwijaya dalam menguasai dan mengelola sumber daya baharinya, nampaknya masih menjadi hambatan untuk mencapai kejayaannya. Karena sebagai kerajaan dengan kota pelabuhan Sriwijaya tidak ditopang dengan hasil pertanian yang memadai. Idealnya sebuah kerajaan dengan kota pelabuhan harusnya ditopang dengan hasil pertanian yang menjadi komoditas didaerah pedalaman. Menurut Pramono (2005:40) Kerajaan Sriwijaya tidak menghasilkan produk pertanian yang memiliki nilai jual tinggi di pasar perdagangan inrernasional. Hal ini dikarenakan Kerajaan Sriwijaya tidak mempunyai daerah pedalaman yang mampu menghasilkan produk pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan sendiri pun mereka harus mendatangkan dari daerah lain seperti tanah Jawa.Dengan Demikian meskipun kerajaan Sriwijaya menjalankan strategi politik layaknya kerajaan maritim dengan memperkuat armada lautnya, terbukti kemudia rapuh pada sisi perekonomiannya dan kemudian membuat strategi politiknya menjadi tidak efektif. Guna menutupi kerapuhan pada sisi ekonomi yang dikarenakan tidak bisa menghasilkan produk pertanian yang memadahi, Kerajaan Sriwijaya juga melakukan ekspansi guna memperluas wilayahnya serta mengendalikan lalu lintas perdagangan, Menurut Soejono (2010:82)Selanjutnya sejak tahun 1933 hingga tahun 1995 ditemukan lagi sebanyak 4 buah prasasti pendek berisi perkataan siddhayatra. Jaya siddhayatra. Keempat prarasti itu ditemukan di tengah tegal yang terletak di bagian selatan bukit seguntang. Dari keterangan-keterangan yang terdapat dalam prasasti tersebut dapat disimpulkan bahwa Sriwijaya telah meluaskan daerah kekuasaannya mulai dari daerah malayu di sekitar Jambi sampai sekarang sampai ke Pulau Bangka dan daerah Lampung Selatan, serta usaha menaklukkan Pulau Jawa yang menjadi saingannya dalam bidang pelayaran dan perdagangan dengan luar negeri.

Dan menurut Soekmono (1985:38) Bahwa daerah Bangka dan daerah Merangin (Melayu) dalam tahun 686 itu ditaklukan oleh Criwijaya.Dari bukti-bukti yang ditemukan diatas, sudah sangat jelas bahwa ambisi Kerajaan Sriwijaya dalam melalukan jalur perdagangan dan pelayaran terutama jalur yang dilalui para pedangan asing sangatlah besar.Selain melakukan Ekpansi dan Ekspedisi dengan membawa armada lautnya, Sriwijaya juga melancarkan strategi politik dengan melakukan perkawinan politik demi perluasan wilayah kerajaan.Menurut Muljana (2006:33)Mengenai hubungan antara wangsa Sailendra di Jawa Tengah dan di Sriwijaya, dikatakan bahwa kedatangan wangsa Sailendra di Sriwijaya dalam abad ke-9 disebabkan karena perkawinan. Bukti usang yang dikemukakan ialah pernyataan Balaputradewa pada piagam Nalanda, soal perkawinan politik memang mempunyai peranan penting dalam penguasaan wilayah.Dari kutipan diatas telah menjelaskan bahwa kerajaan Sriwijaya memang menginginkan wilayah Jawa dengan mendatangkan wangsa Sailendra dari Jawa Tengah demi kepentingan perkawinan politik.Sekitar kurang lebih 4 abad berjalan Sriwijaya bertahan dengan politik baharinya yang hanya mengandalkan aktivitas pelabuhan terutama sebagai pusat perdagangan dan kekuasaan, dengan menguasai pelayaran dan perdagangan wilayah barat Indonesia. Kerajaan Sriwijaya akhirnya terdesak karena adanya kerajaan-kerajaan lain yang juga memiliki kepentingan dalam hal perdagangan. Keadaan yang terus menerus berlanjut membuat sumber pendapatan Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang hingga pada akhir abad ke-13 M, Kerajaan Sriwijaya berubah menjadi kerajaan kecil dengan wilayahnya yang terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya mulai menghadapi masa-masa akhir keberadaannya, pada akhir abad X, dibawah pimpinan Raja Udayadityawarman, harus mengakui kekalahan dalam peperangan melawan armada laut dari Jawa yang menyerbu Kerajaan Sriwijaya dibawah pimpinan langsung Raja Dharmawangsa Teguh Dengan keadaan yang makin terpuruk dan terus melemah pada akhirnya Kerajaan Sriwijaya mencapai titik puncak kehancurannya saat berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Majapahit pada tahun 1337 M.

H. SISTEMATIKA PENULISANBAB I PENDAHULUANLatar BelakangRumusan masalahTujuan penelitianManfaat penelitian

BAB IIFaktor pendukung berdirinya Kerajaan SriwijayaStruktur Politik dan Birokrasi dalam kerajaan

BAB IIIStrategi Politik yang diambil Kerajaan SriwijayaUsaha Kerajaan Sriwijaya dalam mengembangkan Strategi PolitiknyaFaktor politik yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Srwijaya

BAB IV PENUTUPKesimpulanSaran

DAFTAR RUJUKAN

Casparis J.C. 1956. Prasasti Indonesia II: Selected Inscriptions from the 7th to the 9th century A.D. Vol. II. Bandung: Masa Baru.Cholisin dan Nasiwan. 2012. DASAR-DASAR ILMU POLITIK. Yogyakarta: Penerbit Ombak.Ismaun. 2005. Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama PressLapian, Adrian B. 2009. Orang Laut-Bajak Laut-Raja Laut. Depok : Komunitas Bambu.Muljana S. 2006. History of the Kingdom of Sriwijaya. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara.Pramono D. 2005. Budaya Bahari. Gramedia: Jakarta.Rahman Abd. 2013. SEJARAH MARITIM INDONESIA. Yogyakarta: Penerbit Ombak.Sjamsuddin. 1996. Metodologi Sejarah. Jakarta : Proyek Pendidikan Tenaga AkademikSoejono, R.P dkk. 2010. Sejarah Nasional Indonesia jilid 2. Yogyakarta: Balai Pustaka.Soekmono. R.1985. PENGANTAR SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA 2. Yogyakarta: Kanisius.