Proposal Skripsi BAB 1 Dan BAB 3 5 Juni

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proposal

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKesehatan gigi dan mulut anak saat ini belum menjadi perhatian yang serius bagi para orang tua. Banyak orang tua yang belum mengetahui bahwa masalah kesehatan gigi dan mulut anak, terutama pada anak-anak yang masih balita, dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.Infeksi jamur sebagai salah satu masalah kesehatan dalam rongga mulut, terutama dapat disebabkan oleh Candida albicans. Usia anak rentan terhadap pertumbuhan Candida albicans, karena anak belum memiliki flora rongga mulut yang stabil dan sistem imun yang sempurna (Sondheimer,2008). Oral Candidiasis sering terjadi pada anak dan sering disebut dengan oral trush adalah salah satu bentuk infeksi Candida albicans yang paling sering dijumpai. Pada trush, permukaan lidah diliputi oleh psedomembran putih, yang dapat diangkat dan meninggalkan daerah yang berwarna merah di bawah permukaan dan mudah berdarah (Mc Donals and Avery, 2004)Umumnya oral candidiasis yang terjadi pada bayi disebabkan oleh jamur sedangkan pada anak dan balita disebabkan oleh trauma dan juga jamur. Oral candidiasis ini sering dijumpai pada bayi dan anak kecil yang minum susu dengan botol dot atau anak yang mengisap dot kompeng (fopspeen) yang tidak bersih. Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum juga dapat menjadi penyebab oral candidiasis jika ada bakteri (Ngastiyah, 2005). Dari 105 anak yang dilakukan pemeriksaan rongga mulut ditemukan pada 32 anak (23,70%) mengalami oral candidiasis dan white coated tongue ditemui pada 26 anak (19,26%). Pemeriksaan tinja juga dilakukan dengan keluhan mencret didapatkan adanya candida albican pada 28 anak (44,44%) dan anakanak ini juga menderita oral trush (Charles Darwin, 2002).Hal ini bukan penyakit yang mematikan namun jika tidak diatasi akan menimbulkan ketidaknyaman pada anak. Anak akan terus menurus menangis dan gelisah akibat nyeri yang ditimbulkan oleh oral candidiasis tersebut. Endapan putih yang bersifat asam ini telah merata di permukaan lidah dan bibir sehingga menurunkan selera minum anak (Musbikin, 2005). Akibatnya anak menjadi tidak mau minum susu. Hal ini tentunya akan mengurangi asupan cairan dan kalori yang dibutuhkan oleh anak sehingga berat badan mereka pun menjadi terhambat. Oral candidiasis ini dapat menyebabkan terjadinya diare karena jamur tersebut tertelan dan menimbulkan infeksi pada usus yang dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi (Ngastiyah, 2005). Pengobatan yang dilakukan pada oral candidiasis adalah dengan menggunakan antijamur secara topikal maupun sistemik. Selain obat-obatan kimia yang di produksi pabrik, pemanfaatan bahan alami sebagai obat tradisional di Indonesia akhir-akhir ini meningkat. Penggunaan obat tradisional dinilai memiliki efek samping lebih kecil dibandingkan dengan obat yang berasal dari bahan kimia (Aulia, 2008). Pemanfaatan bahan alam yang dapat digunakan adalah dari tumbuhan maupun hewan, salah satunya lebah. Lebah menghasilkan beberapa produk seperti madu, royal jeli, polen dan propolis ( Jaya et al,2005).Propolis merupakan salah satu produk lebah madu yang keberadaannya kini makin banyak beredar di pasaran, dari kota besar hingga seluruh pelosok Indonesia (Suranto,2010). Diantara propolis yang dijual dipasaran, terdapat Propolis yang diproduksi oleh PT. Media Nature Indonesia. Khasiat propolis antara lain sebagai antiviral, antibiotik, dan antijamur. Efek antijamur pada Propolis disebabkan adanya senyawa senyawa yang memiliki aktivitas antijamur. Senyawa senyawa tersebut golongan phenol (yang didalamnya termasuk caffeid acid dan ferulic acid), golongan flavonoid (yang didalamnya termasuk pinocembrin dan galangin), propilen glikolphenolic ester (caffeic acid phenethyl ester atau CAPE), dan ester (Mercucci 1994 ; SILICI et al, 2006)Selain propolis, Buah nanas (Ananas comosus Merr) adalah tanaman obat tradisional yang mempunyai efek anti inflamasi, anti oksidan, anti kanker, anti bakteri dan antijamur. Zat-zat kimia yang terkandung di dalam nanas antara lain adalah vitamin A dan C, kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa, enzim bromelin, saponin, flavonoid dan polifenol. Kandungan zat kimia yang berefek antifungi pada buah nanas (Ananas comosus Merr) yaitu saponin, flavonoid, polifenol.(Dalimartha,2000)Buah nanas (Ananas comosus Merr) juga mengandung enzim bromelin yang dapat digunakan sebagai antiseptik, antijamur, antibakteri dan desinfektan. Enzim bromelin pada nanas telah dikenal sejak tahun 1876 sebagai tanaman obat tradisional oleh orang-orang dari beberapa budaya tropis asli. Enzim bromelin merupakan salah satu enzim protease sulfihidril yang mampu menghidrolisis ikatan peptida pada protein atau polipeptida menjadi molekul yang lebih kecil yaitu asam amino. Sampai saat ini penelitian tentang khasiat buah nanas (Ananas comosus Merr) sebagai antifungi belum dilakukan. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui adanya daya antijamur ekstrak buah nanas (Ananas comosus Merr), juga ingin mengetahui perbedaan daya antijamur ekstrak buah nanas (Ananas comosus Merr) dan propolis terhadap Candida albicans pada anak.1.2 Rumusan Masalah Apakah ada daya antijamur ekstrak buah nanas (Ananas comosus Merr) terhadap jamur Candida albicans pada anak?1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan umumUntuk membandingkan perbedaan daya antijamur ekstrak buah nanas (Ananas comosus Merr) dan propolis terhadap Candida albicans penyebab candidiasis oral pada anak.1.3.2 Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui daya antijamur ekstrak buah nanas (Ananas comosus Merr) terhadap Candida albicans pada anak.2. Untuk mengetahui daya antijamur propolis terhadap Candida albicans pada anak.3. Untuk membandingkan daya antijamur ekstrak buah nanas (Ananas comosus Merr) dan propolis terhadap Candida albicans pada anak.1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Manfaat teoritik1. Mampu menjadi acuan data ilmiah bagi dunia ilmu kedokteran gigi termasuk di FKG UA.2. Mampu memberikan informasi dan inspirasi bagi penelitian-penelitian berikutnya.

1.4.2 Manfaat PraktisHasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat untuk memilih terapi alternatif yang dapat digunakan dalam pengobatan oral candidiasis pada anak.

19

BAB 2KERANGKA TEORI2.1 Candida Albicans2.1.1 DefinisiCandida Albicans termasuk dalam fungsi tunggal, merupakan organisme komensal yang secara formal terdapat pada manusia sejak lahir. Candida Albicans terdapat di beberapa bagian tubuh, misalnya pada mukosa mulut, saluran pernafasan, dan vagina. Jamur ini tidak berbahaya, akan tetapi jika pertahanan tubuh lemah dan menurun, maka sifat komensal dapat berubah menjadi pathogen yang dapat menyebabkan infeksi (Jawetz, et al 2007). Pada rongga mulut, Candida Albicans paling banyak ditemukan pada lidah, terutama pada posterior dorsum di daerah papilla sirkumvalata (Marsh and Martin, 2003).2.1.2 Klasifikasi Candida AlbicansGenus Candida Albicans dalam golongan jamur saprofit yang merupakan flora normal rongga mulut yang hidup berdampingan dengan mikroorganisme lain. Candida Albicans merupakan spesies yang paling sering menimbulkan penyakit. Tetapi ada beberapa spesies lainnya seperti C.glabrata, C.tropicalis, C.parapsilosis dan C.krusei juga dapat ditemukan tetapi dengan jumlah tidak banyak (Gumru et al,2006). Penggolongan Candida Albicans menurut klasifikasinya adalah :Kelas: DeuteromycetesFamili: CryptococcaceaeSubfamili: CandidoideaGenus: CandidaSpesies: Candida albicans

Gambar 2.1 : Candida Albicans2.1.3 Morfologi Dan IdentifikasiCandida Albicans adalah suatu ragi lonjong, bersel satu, bertunas, menghasilkan pseuodomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat. Pada sediaan apusan eksudat, Candida Albicans tampak sebagai gram (+), berukuran 2-3 x 4-6 m, dan sel sel bertunas yang memanjang menyerupai hifa (pseudohifa) untuk memperbanyak diri. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok blastospora berbentuk bulat atau lonjong disekitar septum. Pada beberapa strain, blastospora berukuran besar, berbentuk bulat atau seperti botol, dalam jumlah sedikit. Sel ini dapat berkembang biak menjadi klamidospora yang berdinding tebal dan bergaris tengah sekitar 8-12 (Jawetz, et al, 2007). Morfologi koloni Candida Albicans pada medium padat agar sabourroud dextrose, umumnya berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin dan kadang kadang sedikit berlipat lipat terutama pada koloni yang telah tua. Umur biakan mempengaruhi besar kecil koloni. Warna koloni putih kekuningan dan berbau asam seperti ragi. Dalam medium cair seperti glucose yeast, extract pepton, candida albicans,tumbuh di dasar tabung (Tjampakasari, 2006).Pada medium tertentu, diantaranya agar tepung jagung (corn-meal agar),agar tajin (rice-cream agar) atau agar dengan 0,1% glukosa terbentuk klamidospora terminal berdinding tebal dalam waktu 24-36 jam. Pada medium agar eosin metilen biru dengan suasana CO2 tinggi, dalam waktu 24-48 jam terbentuk pertumbuhan khas menyerupai kaki laba-laba atau pohon cemara. Pada medium yang mengandung factor protein, misalnya putih telur, serum atau plasma darah dalam waktu 1-2 jam pada suhu 37oC terjadi pembentukan kecambah dari blastospora (Tjampakasari, 2006).Dua tes morfologi sederhana membedakan candida albicans dari spesies candida lainnya yaitu setelah diinkubasi dalam serum selama sekitar 90 menit pada suhu 37oC, sel-sel ragi candida albicans akan mulai membentuk hifa sejati atau germ tube, dan pada media yang kekurangan nutrisi, akan menghasilkan klamidospora bulat dan besar. Pada proses fermentasi, jamur ini menunjukan hasil terbentuknya gas dan asam pada glukosa dan maltosa, terbentuknya asam pada sukrosa dan tidak terbentuknya asam dan gas pada laktosa. Peragian karbohidrat ini, bersama dengan sifat-sifat koloni dan morfologi, membedakan candida albicans dari spesies candida lainnya (Brooks, et al, 2007).Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu 28oC 37oC. candida albicans membutuhkan senyawa organic sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan metabolism sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses peragian pada candida albicans dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan metabolism sel dengan cara mengubah karohidrat menjadi CO2 dan H2O dalam suasana aerob. Sedangkan dalam suasana anaerob hasil fermentasi berupa asam laktat atau etanol dan CO2. Proses fermentasi anaerob menghasilkan persediaan bahan bakar yang diperlukan untuk proses oksidasi dan pernafasan. Pada proses asimilasi, karbohidrat dipakai sebagai sumber karbon maupun sumber energy untuk melakukan pertumbuhan sel (Tjampakasari, 2006).Dinding sel Candida Albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenic. Fungsi utama dinding sel tersebut adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari lingkungannya. Candida albicans mempunyai struktur dinding sel yang kompleks, tebalnya 100-400 nm. Komposisi primer terdiri dari glukan, manan dan khitin. Manan dan protein berjumlah sekitar 15,2-30 % dari berat kering dinding sel, 1,3-D-glukan dan 1,6-D-glukan sekitar 47-60 %, khitin sekitar 0,6-9 %, protein 6-25% dan lipid 1-7 %. Dalam bentuk ragi, kecambah dan miselium, komponen-komponen ini menunjukan proposi yang serupa tetapi bentuk miselium memiliki khitin tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan sel ragi (Tjampakasari, 2006).

2.1.4 PatogenesaKetidakseimbangan mikroflora di dalam rongga mulut sebagai pemicu keadaan oportunistik bagi candida albicans dapat terjadi karena factor local maupun factor sistemik. Faktor predisposisi sistemik seperti kondisi tubuh yang lemah atau keadaan umum yang buruk misalnya pada bayi baru lahir, usia tua, penderita penyakit menahun, gizi buruk, kehamilan, terapi radiasi, daya tahan tubuh yang menurun, dan pemberian antibiotic dalam jangka waktu lama. Sedangkan faktor lokal antara lain karena pemakaian gigi tiruan yang kurang baik, alat ortodontik, ataupun pasca operasi. Pada keadaan keadaan tersebut terjadi ketidakseimbangan pertumbuhan pada flora normal mulut lain yang dapat menyebabkan Candida Albicans tumbuh dengan lebih cepat dan bertambah banyak untuk kemudian menginfeksi jaringan hospesnya (Setiani dan Sufiawati, 2005).Pada keadaan normal, candida albicans terdapat dalam rongga mulut terutama dalam bentuk blastospora (yeast like cell) yang memanjang untuk membentuk pseudohifa. Akan tetapi, dalam keadaan patogen, bentuk hifa lebih sering ditemukan. Pseudohifa dapat dilihat tidak hanya pada superfisial mukosa rongga mulut, tetapi juga berpenetrasi ke epitel sejauh stratum granulosum. Mekanisme terjadinya dampak patologis candida albicans pada jaringan masih belum diketahui, meskipun telah ditemukan bahwa protease dan protein ekstraselluler dapat diproduksi oleh mikroorganisme ini dan dapat menginduksi terjadinya lesi (Field dan Longman, 2004).

2.1.4 Oral Candidiasis Pada AnakOral Candidiasis terjadi karena infeksi dari candida sp, terutama candida albicans. Oral Candidiasis adalah infeksi jamur yang paling sering pada manusia, terutama pada usia bayi dan usia lanjut, yang terjadi karena overgrowth candida albican. Insidens meningkatnya candida albicans dilaporkan pada 45% bayi baru lahir, 45 65% anak anak sehat, 30 45% dewasa sehat, 50 65% pemakai gigi tiruan, 90% pasien leukimia akut yang mendapat perawatan kemoterapi, dan 95% pasien dengan HIV (Akpan dan Morgan, 2002). Oral Candidiasis sering terjadi pada anak dan sering disebut dengan oral trush. Oral trush nampak sebagai pseudomembran putih, lesi seperti beludru pada lidah, dibawahnya terdapat daerah kemerahan yang mudah berdarah. Lesi ini dapat meluas secara perlahan baik dalam hal jumlah maupun ukurannya. Oral trush juga nampak sebagai plak putih pada lidah dan palatum. Terdapat daerah kemerahan disekitar plak yang terlihat seperti ulser, akan tetapi tidak sama seperti plak putih sisa susu, trush sulit untuk diangkat dari dasarnya. Oral trush dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan membuat anak kesulitan untuk makan atau minum susu jika tidak mendapat perawatan (Kraft, 2010).2.2 Buah Nanas (Ananas comosus Merr)Buah nanas (Ananas comosus Merr) adalah tanaman dari famili Bromiliaceae yang berasal dari Brazil. Tanaman ini memiliki nama daerah nanas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina. Pada abad ke-16 orang Spayol membawa nanas ini ke Filipina, Semenanjung Malaysia, dan masuk ke Indonesia pada abad ke-15 (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) diseluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara didaerah tropik dan subtropik. (Ristek,2005)Buah nanas merupakan herbal tahuanan atau dua tahunan tinggi 50-150cm, terdapat tunas merayap pada bagian pangkalnya. Daun berkumpul dalam dalam roset akar dan pada bagian pangkalnya melebar menjadi pelepah. Helaian daun berbentuk pedang, tebal, liat, panjang 80-120 cm, lebar 2-6 cm, ujung lancip menyerupai duri , tepi berduri tempel yang membengkok ke atas, sisi bawah bersisik putih, berwarna hijau kemerahan. Bunga majemuk tersusun dalam bulir yang sangat rapat, letaknya terminal dan bertangkai panjang. Buahnya buni majemuk, bulat panjang berdaging, berwarna hijau, jika masak warnanya menjadi kuning (PdPersi, 2004).Nanas (Ananas comosus Merr) merupakan buah yang mempunyai kandungan sangat kompleks, kaya akan mineral baik makro maupun mikro, zat organik, air dan juga vitamin.20 Kandungan klor, iodium dan enzim bromelin pada bonggol nanas mempunyai efek menekan pertumbuhan bakteri, sehingga nanas diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai antiseptik. Dalam penelitian terdahulu, didapatkan buah nanas dapat mengurangi pembentukan plak dan antijamur (Rakhmanda,2008).Buah nanas adalah tanaman obat tradisional yang mempunyai efek anti inflamasi, anti oksidan, anti bakteri dan anti jamur. Zat-zat kimia yang terkandung didalam nanas antara lain adalah vitamin A dan C, kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa, enzim bromelain, saponin, flavonoid, polifenol (Dalimartha, 2000)Kandungan zat kimia yang berefek anti fungi :a. Saponin: Menunjukkan efek anti jamur, anti bakteri, anti inflamasi, dan mempunyai efek sitotoksik.b. Flavonoid: Mempunyai efek anti inflamasi, anti bakteri, anti jamur, antiviral, anti cancer dan anti oksidan.c. Polifenol: Mempunyai efek anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri, anti kanker dan anti oksidan.2.2.1 Gambaran Umum Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari nanas adalah sebagai berikut:Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Farinosae (Bromeliales) Famili : Bromiliaceae Genus : Ananas Spesies : Ananas cosmosus Merr

Gambar 2.2 : Nanas (Ananas comosus Merr)2.2.2 Kandungan dan kegunaan buah nanasNanas mengandung enzim bromelin yang dapat digunakan sebagai antiseptik mulut, antijamur, antibakteri dan desinfektan. Enzim bromelin pada nanas telah dikenal kemis sejak tahun 1876 sebagai tananaman obat tradisional oleh orang-orang dari beberapa budaya tropis asli. Enzim bromelin merupakan salah satu enzim protese sufihidril yang mampu menghidrolisis ikatan peptida pada protein atau polipeptida menjadi molekul yang lebih kecil yaitu asam amino. Buah nanas yang masih hijau atau belum matang ternyata mengandung enzim bromelin lebih sedikit dibanding buah nanas segar yang sudah matang. Enzim bromelin berperan seperti halnya rennin, papain dan fisin yang mempunyai sifat menghidrolisa protein, menggumpalkan susu, membantu melancarkan pencernaan, mencegah bercampurnya keping-keping darah, mempercepat penyerapan antbiotik, mengurangi peradangan pada kasuartritis, mempercepat penyembuhan luka, dan menekan jumlah koloni Candida albicans (Muniarti, 2006).Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tokkong (1979) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim bromelin adalah :a. Kematangan buah Pada buah nanas yang semakin matang, maka enzim bromelin dalam buah tersebut menjadi kurang aktif. Gugus karboksil suatu asam amino dapat membentuk ester dengan adanya alkohol. Enzim sebagai protein ikut terpakai dalam senyawa tersebut, sehingga sebagian enzim akan rusak dan keaktifannya menjadi berkurang. b. Pengaruh suhu Suhu optimum untuk enzim bromelin adalah 300oC. Pengaruh pH C, bila diatas atau dibawah maka keaktifannya akan menjadi lebih rendah. Pada suhu dibawah optimal energi kinetik substrat maupun enzim cukup rendah, sehingga kemungkinan substrat dan enzim bertemu dan bereaksi menjadi kecil dan kecepatan reaksi menjadi lebih rendah. Pada suhu diatas optimal kemungkinan terjadi denaturasi protein, sehingga menyebabkan perubahan struktur maupun aktivitas enzim. Aktivitas enzim bromelin mencapai optimum pada pH 6,5, dan enzim mempunyai komformasi yang baik dan aktivitas maksimum. c. Pengaruh konsentrasi dan waktu Kecepatan katalis enzim meningkat pada konsentrasi yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama. Hal ini disebabkan adanya konsentrasi substrat efektif untuk tiap mol enzim. Waktu yang lebih lama akan menyebabkan daya kerja enzim untuk mengkatalis menjadi lebih lama dan akan menyebabkan hasil katalis yang banyak dan bergantung pula dengan konsentrasi substrat yang ada.2.3 Propolis (Bee Hive Product)2.3.1 DefinisiPropolis berasal dari bahasa yunani, pro berarti sebelum dan polis berarti kota. Yang secara keseluruhan dapat diartikan pertahanan kota (Al-Qathami, 2003). Propolis merupakan suatu zat alami yang berupa resin yang dikumpulkan oleh lebah madu Apis mellifera dari bagian-bagian kuncup, dan cairan tanaman. Lebah mengguanakannya sebagai perekat bagi sarang mereka dan untuk menjaga sarang tetap asepsis. Lebah madu menggunakan bahan ini seperti semen untuk melekatkan lubang dan celah pada sarangnya serta melindungi sarang terhadap kontaminasi dari luar sebelum masuk lebih jauh kedalam sarang (Wijayanti dkk, 2003).

Gambar 2.3 : Propolis ( Bee Hives Product)Proporsi dari masing-masing substansi dalam propolis tergantung dari tanaman yang terdapat didaerah asal propolis tersebut dan waktu saat pengumpulannya oleh lebah. Senyawa-senyawa yang terdapat pada propolis resin berasal dari tiga sumber : cairan tanaman yang dikumpulkan oleh lebah ; substansi hasil metabolisme lebah; dan bahan-bahan yang akan dikenalkan lebih lanjut setelah diadakan penelitian-penelitian (Mercucci, 1994; Fernandes, 2007).2.3.2 Kandungan Kimia PropolisPropolis merupakan suatu bahan biologis yang kompleks dan aktif. Dalam setiap sampel propolis ditemukan lebih dari 80 sampai 100 senyawa kimia yang khas. Sebagian besar sifat senyawa yang ditemukan pada propolis memiliki efek pada luasnya spektrum aktifitas biologinya. Propolis mengandung resin 50%, lilin 30%, minyak esensial dan aromatik 10%, pollen 5%, dan 5% lainnya. Sampai kini 200 kandungan propolis telah berhasil diidentifikasi diantaranya flavonoid (yang didalamnya termasuk pinocembrin dan galangin), golongan phenol (yang didalamnya termasuk caffeic acid dan ferulic acid), asam aromatik, terpenoid, aldehid, alkohol, asam alifatik dan ester, phenolic ester (caffeic acid phenethyl ester atau CAPE), asam amino, steroid, gula, keton, waxy acid, hidrocarbon ester, eter, hidroksi dan keto-wax, calcone, dan dihidrocalcone, dan sebagainya (Wijayanti dkk 2003; Marcucci 1994).Penelitian lain menyebutkan selain bahan-bahan diatas, propolis juga mengandung phenols, terpenes, sterol, dan vitamin. Kegunaanya sebagai antimikroba didapat dari aktifitas flavonoid, pinocembrin, galangin, dan pinobankin yang terkandung didalamnya. Pinocembrin juga berperan sebagai antifungal (Sobuncuoglu et al, 2007).2.3.3 Efek Farmakologis Propolis1. Anti bakterial dan anti jamurPada beberapa penelitian, didapatkan bahwa propolis memiliki efek bakterisidal terhadap Bacillus de Koch, Bacillus subtilis, Stapyhlococcus aurens, Stapyhlococcus Streptomyces, Streptomyces sobrius, Saccharomyces cereviciae , E.coli, Salmonela, Shigella, Glardia lambia, Bakteroides noducuc. Selain itu juga efektif sebagai fungisida pada Candida albicans, Aspergilus niger, Botrytis cinerea dan Ascosphaera apis. Kelebiham propolis dibanding lainnya adalah efek sampingnya yang kecil (Ellaine, 2002).

Gambar 2.4 : Propolis yang di produksi oleh PT.Media Nature Indonesia

2.3.4 KegunaanKegunaan propolis yang telah diketahui dari penelitian pada ilmuan biologi antara lain adalah sebagai berikut (Haddadin et al, 2008 ; Sforcin, 2007 ; Akao Y, 20030 :(1) Antivirus dan antibakteri.(2) Anti jamur(3) Anti peradangan menyembuhkan dan regenerasi jaringan.(4) Anti oksidant aktif mencegah penuaan dini.(5) Anti tumor dan perlindungan terhadap radiasi.(6) Meningkatkan imunitas tubuh menstimulir produksi antibodi.(7) Meningkatkan regenerasi jaringan tulang dan kartilago.(8) Bersifat antioksidan karena mampu menangkap radikal bebas.Propolis dipakai sebagai campuran obat kumur, obat sariawan dan luka lainnya, obat infeksi, suplemen penguat sistem imun dan kesehatan. Menurut penelitian klinis, propolis juga memiliki efek baik bila diberikan pada penderita asma dan ulser pada gasstroduodenum. Pada penggunaan secara topikal , propolis dapat menyembuhkan berbagai macam dermatitis yang disebabkan oleh bakteri dan jamur (Cao et al, 2004 ; Marcucci, 1994).

BAB 3KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Anak3.1 Kerangka Konsep

Jumlah C. albicans bertambah banyakSistim imun belum sempurnaKandungan PropolisBee Hives ProductSaponinPhenolEfek antifungiMudah InfeksiFlora rongga mulut belum stabil

Candidiasis Oral

Pengobatan

PropolisBee Hives ProductEkstrak buah nanas(Ananas comosus Merr)

Kandungan ekstrak Buah nanas(Ananas comosus Merr)

FlavonoidPinocembrinPolifenolFlavonoidEnzim Bromelin

-Antioksidan-Adsorpsi ke membran sel jamur- Berinteraksi dengan enzim substrat-Mendenaturasi ikatan protein pada membran sel-Merusak membran sel jamur-Menghambat sintesis asam nukleat jamur- Merusak membran sel jamur- Antioksidan- Mendenaturasi protein pada sel jamur- Antioksidan-Adsorpsi ke membran sel jamur- Berinteraksi dengan enzim substrat-Mendenaturasi ikatan protein pada membran sel-Merusak membran sel jamur-Menghambat sintesis asam nukleat jamur- Mencerna protein pada sel jamur -Menghambat fungsi membran sitoplasma sel jamur- Menghambat produksi nitric oxide- Adhesi mikroba terinaktivasi- Melewati dinding sel bakteri dan berikatan dengan permukaannya

Efek antifungi

Pertumbuhan C. Albicans terhambatPertumbuhan C. Albicans terhambat

Adanya perbedaan daya hambat C. Albicans

Infeksi jamur sebagai salah satu masalah kesehatan dalam rongga mulut, terutama dapat disebabkan oleh Candida albicans. Usia anak rentan terhadap pertumbuhan Candida albicans, karena anak belum memiliki flora rongga mulut yang stabil dan sistem imun yang sempurna (Sondheimer,2008). Sehingga menyebabkan jumlah Candida albicans bertambah banyak dan juga bisa menyebabkan infeksi. Salah satu bentuk infeksi yang sering terjadi pada anak disebut Oral Candidiasis.Saat ini selain obat-obatan kimia yang di produksi pabrik, pemanfaatan bahan alami sebagai obat tradisional di Indonesia banyak digunakan. Penggunaan obat tradisional dinilai memiliki efek samping lebih kecil dibandingkan dengan obat yang berasal dari bahan kimia (Aulia, 2008).Pemanfaatan bahan alam yang dapat digunakan adalah dari tumbuhan maupun hewan, salah satunya lebah. Lebah menghasilkan beberapa produk seperti madu, royal jeli, polen dan propolis ( Jaya et al,2005). Efek antijamur pada Propolis disebabkan adanya senyawa senyawa yang memiliki aktivitas antijamur. Senyawa senyawa tersebut golongan phenol, golongan flavonoid, dan golongan phinocembrin (Mercucci 1994 ; SILICI et al, 2006)Selain propolis, Buah nanas (Ananas comosus Merr) adalah tanaman obat tradisional yang mempunyai efek antijamur. Efek antijamur pada buah nanas (Ananas comosus Merr) disebabkan adanya senyawa senyawa saponin, flavonoid, polifenol, dan enzim bromelin (Dalimartha,2000). Adanya senyawa - senyawa tersebut dapat mendenaturasi protein pada sel jamur yang menyebabkan peningkatan permeabilitas membran sel jamur, kemudian sel jamur akan rusak dan perumbuhan Candida albicans terhambat. Dengan adanya perbedaan senyawa yang terkandung didalam propolis dan buah nanas (Ananas comosus Merr) tersebut menyebabkan adanya perbedaan daya hambat pertumbuhan jamur Candida albicans.3.2 Hipotesis PenelitianAdanya daya antijamur pada ekstrak buah nanas (Ananas comosus Merr) dan adanya perbedaan daya antijamur ekstrak buah nanas (Ananas comosus Merr) dan propolis terhadap Candida albicans pada anak.

BAB IV METODE PENELITIAN4.1 Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratories4.2 Populasi penelitian dan Sampel PenelitianSampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak buah nanas (Ananas comosus Merr) dan propolis (Bee Hives Product)..4.2.1 Populasi penelitian :Pasien anak di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.4.2.2 Sampel PenelitianSampel dipilih secara random, dengan besar sampel yang telah ditentukan berdasarkan rumus Lemeshow (1990) :n = 22.(Z1- + Z1-)2(1 2)2Keterangan: n : nilai besar sampel (ekor) : Standar deviasi kontrolZ1- : Harga standar normal (tergantung harga ; = 0,05) Z1- : Besarnya kekuatan penelitian (harga = 0,10) 1 : Rata-rata kelompok perlakuan I2 : Rata-rata kelompok perlakuan II 4.3. Variabel Penelitian4.3.1. Variabel Bebas1. Ekstrak buah nanas2. Propolis4.3.2. Variabel TergantungDaya hambat ekstrak buah nanas dan propolis terhadap bakteri candida albicans.4.3.3. Variabel TerkendaliMetode kerja, alat dan bahan, dan media pembenihan.4.4. Definisi Operasional1. Ekstrak buah nanas adalah sediaan yang diperoleh dari buah nanas yang diperoleh dari buah nanas segar yang diblender, dimaserasi dengan etanol 96% sampai seluruh bagian terendam, lalu disaring dengan Corong Bunchner dan etanol 96%, diuapkan dengan rotary evapoorator dengan suhu 60oC selama 6 jam hingga menjadi ekstrak kental (Depkes RI,2000)2. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) adalah konsentrasi minimal ekstrak buah nanas yang dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans pada Saboouroud Dextrose Broth (SDB) setelah diinkubasi selama 2x24 jam (Forbes,2002)3. Pertumbuhan Candida albicans adalah pertumbuhan Candida albicans pada media Saboouroud Dextrose Agar (SDA) dengan ciri koloni warna putih, bentuk konvex dan konsistensi lunak.4. Propolis adalah Bee Hives Product dalam produk kemasan5. Daya hambat ekstak buah nanas dan Propolis adalah kemampuan ekstak buah nanas dan Propolis untuk menghambat pertumbuhan bakteri candida albicans. Daya hambat diukur melalui panjang diameter zona hambat, yaitu daerah jernih dan tidak terdapat pertumbuhan bakteri disekeliling bahan. Zona hambat diukur menggunakan alat jangka sorong dengan ketelitian 0,5 dalam satuan mm.4. Jamur candida albicansSemua jamur yang diambil menggunakan paper point steril dari dalam rongga mulut anak.4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian4.5.1. Lokasi Penelitiana. Pembuatan ekstrak buah nanas dilakukan di Balai Penelitian dan Konsultasi Industrib. Pengambilan jamur candida albicans di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlanggac. Uji antimikroba dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga4.5.2. Waktu PenelitianPenelitian dilakukan pada bulan Juni-Agustus 20144.6 Alat dan Bahan4.6.1 Alat 1. Rotary Vacuum Evaporator2. Timbangan 3. Corong Bunchner4. Tabung reaksi dan rak5. Tabung Erlenmeyer6. Inkubator7. Tabung reaksi8. Lampu spiritus9. Mikro pipet10. Cawan petri11. Autoclave12. Timbangan analitik13. Spatula semen14. Glass lab15. Cincin platinum16. Jangka sorong17. Penggaris18. Spidol4.6.2 Bahan1. Ekstrak buah nanas2. Propolis3. Candida albicans4. Media yang digunakan Sabourroud Dextrose Agar (sabourroud agar) Saboouroud Dextrose Broth (SDB)5. Etanol 6. Paper point sterile no.157. Cotton roll dan butiran kapas4.7 Cara Kerja4.7.1 Persiapan KulturSemua alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian di sterilisasi dalam inkbator dengan suhu 121oC selama 15 menit.4.7.2 Pembuatan Ekstrak Buah NanasUntuk mendapatkan ekstrak buah nanas, peneliti membuat dengan cara :Buah nanas dikupas dipisahkan dari kulitnya, kemudian di cuci bersih dan dipotong tipis-tipis. Setelah itu potongan buah nanas dikeringkan sampai benar-benar kering. Ekstrak buah nanas dibuat dari buah nanas sejumlah 1 kg yang dimaserasi dengan etanol 96% dalam bejana tertutup selama 3x24 jam. Ekstrak kemudian disaring dengan corong Bunchner. Hasil saringan didapat ekstrak cair yang kemudian diuapkan sampai bebas dari pelarut etanol dengan menggunakan Rotary Vacum Evaporator pada suhu 60oC selama 3 jam sampai didapatkan ekstrak murni. Ekstrak murni disterilkan dengan sinar uv pada suhu 121oC selama 15 menit.4.7.3 Pembuatan Propolis Propolis Bee Hives Product dalam produk kemasan4.7.4 Persiapan Kultur Candida Albicans- Langkah Kerja1. Mengambil hapusan dorsum lidah pasien anak di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga., kemudian mengulaskan cotton stick steril sebanyak 1 kali pada bagian stratum komeum dari dorsum lidah. Dorsum lidah dipilih karena distribusi Candida sp paling banyak pada lokasi tersebut (Marsh and Martin, 2003).2. Memasukkan hasil hapusan ke dalam media sabourroud dextrose agar (SDA)3. Media tersebut diinkubasi pada suhu 37C selama 2 x 24 jam.4. Melakukan pengamatan koloni yang tumbuh pada sabourroud agar.. Pada identifikasi makroskopik, koloni Candida tampak bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, konsistensi lunak, berwarna putih kekuningan dan berbau seperti ragi. Pada uji fermentasi gula-gula, laktosa terlihat tidak berubah warna, sedangkan glukosa, sukrosa, dan maltosa berubah warna.4.7.5 Cara perlakuan sampelPetridish yang berisi media agar Sabourroud Dextrose Agar (sabourroud agar) yang mengandung kultur Candida albicans disiapkan. Sampel dibagi menjadi 3 kelompok dengan cara membagi petridish menjadi tiga bagian sama besar. Cara membagi petridish menjadi tiga daerah kerja adalah dengan membalik petridish kemudian pada bagian belakang diberi garis dengan menggunakan tinta.a. Kelompok 1 : kertas serap steril dengan diameter 5 mm yang ditetesi ekstrak buah nanas dengan konsentrasi 80% menggunakan mikropipet sebanyak 0,01 cc.b. Kelompok 2 : kertas serap steril dengan diameter 5 mm yang ditetesi ekstrak buah nanas dengan konsentrasi 100% menggunakan mikropipet sebanyak 0,01 cc.c. Kelompok 3 : kertas serap steril dengan diameter 5 mm yang ditetesi ekstrak propolis 40% menggunakan mikropipet sebanyak 0,01 cc.Kemudian masing-masing sampel ditanam dalam petridish dan dimasukkan dalam Aerobic jar kemudian disimpan dalam inkubator selama 2x24 jam dengan suhu 37o.4.8 Cara Menghitung Diameter Zona HambatCara mengukur dengan membalik petridish, dengan dasar menghadap ke atas dan tutup petridish tidak diangkat sehingga zona hambat terlihat transparan. Diameter yang diukur diberi garis dengan menggunakan spidol, dan diambil rata-ratanya yang terpanjang dan terpendek. Diameter tersebut dihitung dengan mengguanakan jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm.

4.9 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan DataUntuk mengetahui daya antijamur masing-masing bahan, pengamatan yang digunakan adalah dengan cara mengukur diameter zona hambat yang dihasilkan. Cara mengukur adalah dengan membalik petridish, dan setiap petridish tidak diangkat sehingga zona hambat terlihat sempurna. Diameter yang akan diukur diberi garis dengan spidol dan diukur menggunakan jangka sorong.

4.10 Candida albicansUji antijamur Ekstrak Buah nanas dan Propolis Bee Hive Product dengan metode difusiKelompok 1Propolis 40%Kelompok 3Ekstrak buah nanas Tanam dalam sabourroud agar, dimasukkan dalam Aerob jarAnakInkubasi 370C selama 2x 24 jamMenghitung zona hambat dengan jangka sorongEkstrak buah nanas dengan konsentrasi 100%, 80%, 60%, 50%, 40%, 20%, 10% Hapusan pada dorsum lidah anakPenanaman pada media sabourroud agarInkubasi 370C selama 2x 24 jamIdentifikasi koloni melalui pengamatan makroskopik dan uji gula-gulaAnalisa hasil dan kesimpulanAlur Penelitian

Dimasukkan kedaalam tabung 5 ml media + 5 ml tiap konsentrasi ekstrak nanas + 0,1 ml (standart MF 1/2) Candida albicans

Pengamatan pada tabung untuk menentukan MIC MIC Ekstrak buah nanas Diinkubasi selama 1x24 jam

DAFTAR PUSTAKAAkpan A and Morgan, R. 2002. Oral Candidiasis. Postgrad Med J 2002;78:455-9Aulia, Ilmi. 2008. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksil Etil Asetat Ekstrak Etanolik Daun Arbean Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Psedomonas Aeruginosa Multiresisten Antibiotik Beserta Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Surakarta,Universitas Muhammadiah, Hal: 11-12Brooks, GF., Carrol, KC., Butel, JS., and Morse SA.2007. MedicalMicrobiology. 24th ed. New York: Mc Graw hill. 642-647.Cao Y H, Wang Y, Yuan Q. 2004. Analysis of Flavonoid Phenolic Acid in Propolis by Capilarry Electrophoresis Available at http;//www.springerink.com.Akses November 2011Dalimartha S. Atlas tumbuhan obat Indonesia; vol 2. Jakarta : Trubus Agriwidya; 2000.p. 140-5Fernandes FF, Dias ALT, Ramos Cl, Ikegaki M, DE SiquiraAM, Franco MC. 2007 The In Vitro antijamur activity evaluation of propolis G12ethanol extract on Cryptococcus neoformans.Field, A, and Longman, L. 2004. Tyldesley's Oral Medicine 4th ed. Great Britain: Oxford University Press. p 36.Jawetz, E., Melnick, J., and Adelberg, E. 2007. Medical Microbiology. 24th ed USA: Mc. Graw-Hil.pp: 642-644Jaya et al. 2005. Pengaruh Pemberian Ekstrak Ptopolis Terhadap Sistem Kekebalan Seluler Pada Tikus Putih Strai Wistar. Diambil dari : http://firmanjaya.files.wordpress.com/2008/08/my-journal-new.pdf. Diakses pada September 2011Kraft, Sy. 2010. What Is Oral Thrush In Babies? What Causes Oral Thrush In Babies?. Available from: http://www.medicalnewstoday.com/articles. Accessed December 28, 2010.Marcucci MC. 1994. Propolis: Chemical Composition, Biological Properties, and Therapeutic Activity. Elsevier. Brazil. Pp : 83-90Marsh, P and Martin, VM. 2003. Oral Microbiology 4th ed. Great Britain: MPG Books Ltd, Bodmin, Cornwall. p 154.Mc Donald, ER and Avery, DA. 2004. Dentistry for The Child and Adolescent. gh Ed. Saint Louis: Mosby Inc. p 423.Musbikin.(2005).Panduan Ibu Hamil dan Melahirkan. Cetakan I. Jakarta Mitra pustaka.Ngatiyah.(2005).Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta; EGCPdpersi,2004. Nanas (Ananas Comosus L. Merr). http;//www.Pdpersi.co.id. Diakses pada 8 Juni 2010Rakhmanda AP. Perbandingan efek antibakteri jus nanas ( Ananas cosmosus L.merr) pada berbagai konsentrasi terhadap Streptococcus mutans. Artikel Karya Tulis Ilmiah 2008Ristek,2005.Nenas.Http;//www.ristek.co.id. Diakses 8 Juni 2010Setiani, T dan Sufiawati, I. 2005. Efektifitas heksetidin sebagai obat kumur terhadap frekuens'i kehadiran jamur Candida albicans pada penderita kelainan lidah. Available from: http://www.akademik.unsri.ac. id. Accessed March 23, 2010.SILICI, Sibel. KOC. Ayse N. MISTIK Selcuk. 2006. Comparison Of In Vitro Activities Of Antijamur Drugs And Propolis Againts Yeast Isolated From Patiens With Superfacial Mucoses. Available at http;//www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed. Accesedon September 2011Sondheimer, JM. 2008. Current Essentials Pediatrics. New York: Mc Graw Hill. p 290Sabuncuoglu M Z, Kismet Kilicoglu B, Erel S, Muratoglu S, Sunay A E, Erdemli E Akkus M A.2007. Propolis Reduces Bacterial Translocation and Intestinal Villus Atropy in Experimental Obstructive Jaundice. World Journal of Gastroenterology, 13(39). Pp : 5226-5231Suranto, Adi. 2010. Dahsyatnya Propolis Untuk Menggempur Penyakit. Jakarta. Agro Media Pustaka. Hal 36-42.Tjampakasari, CR. 2006. Karakteristik Candida albicans. Available from: http://www.kalbe.co.id. Accessed April 5. 2010.Wijayanti, M.A M. Elsa Herdiana, Mardihusodo S.Y.2003. Efek Bee Propolis Terhadap Infeksi Plasmodium Berghei Pada Mencit Swiss. Berkala Ilmu Kedokteran Vol. 35,No. 2. Available http;//www.jurnal.pdii.lipi.go.id.Accessed on September 2011.