Upload
erwin-muhammad-haydar
View
242
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
1/26
EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI
PADA INDUSTRI KECIL BATIK DI KABUPATEN CIREBON
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
2/26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan kenyataan fisik sekaligus tekad
suatu masyarakat untuk berupaya demi mencapai kehidupan yang serba lebih
baik dalam peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai
barang pokok, peningkatan standar hidup serta perluasan pilihan-pilihan
ekonomis dan sosial (Todaro, 2003). Seiring dengan semakin
berkembangnya perekonomian, terjadi perubahan struktur ekonomi dari
sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Dengan demikian
pembangunan berubah dari sektor pertanin ke sektor industri yang
menitikberatkan pada pengembangan industri kecil termasuk di dalamnya
adalah industri kecil dan industri rumah tangga, karena pada kenyataannya
industri kecil memegang peranan yang cukup strategis bagi tahap
pembangunan selanjutnya. Artinya pertumbuhan sektor industri kecil ini
harus mampu menjadi penggerak bagi pertumbuhan sektor ekonomi
lainnya dan semakin meningkatkan peranan dalam perekonomian nasional
sehingga ekonomi yang seimbang dapat pula terwujud (Iin Isnaeningsih,
2010).
Untuk mewujudkan tercapainya tujuan tersebut, pemerintah perlu
mempersiapkan kondisi perekonomian yang mempunyai daya saing tinggi.
Pengembangan industri kecil di Indonesia mempunyai dua misi yaitu misi
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
3/26
pembangunan karena industri kecil menggunakan teknologi madya dan
sederhana sehingga tidak membutuhkan modal yang besar dan bisa
diusahakan oleh sebagian besar masyarakat. Misi penyerapan tenaga kerja
karena industri bersifat padat karya, sehingga bisa menampung sebagian
angkatan kerja yang ada. Jadi, pada kenyataannya industri kecil masih
sangat diperlukan karena memberi kesempatan kerja dan pemerataan
pendapatan (Nani Setyaningsih, 2006).
Kabupaten Cirebon dikenal sebagai penggerak industri kecil dan
menegah yang mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian
Kabupaten Cirebon. Salah satu bentuk industri yang berada di Kabupaten
Cirebon adalah industri kecil batik. Usaha industri kecil ini dilakukan
oleh sebagian dari masyarakat. Usaha tersebut tidak dapat dipisahkan
dari peranan kegiatan tenaga kerja dalam ikut serta menciptakan nilai
khusus produksi batik tersebut.
Batik merupakan salah satu industri kecil yang berkembang di
Kabupaten Cirebon. Batik Cirebon sudah ada sejak abad ke XIV seiring
dengan keberadaan kerajaan Cirebon pada saat itu dan sebagai busana
bangsawan keraton. Industri batik di Cirebon tersebar di berbagai daerah.
Akan tetapi yang menjadi pusat pertumbuhan sentra industri batik berada di
Desa Trusmi. Oleh karena itu, lebih dikenal dengan Batik Trusmi. Secara
umum batik Cirebon atau batik Trusmi termasuk kedalam kelompok batik
pesisiran, namun juga sebagian termasuk kedalam kelompok batik keraton.
Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua keraton yaitu Keraton Kasepuhan
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
4/26
dan Keraton Kanoman, yang konon berdasarkan sejarah dari dua keraton ini
muncul beberapa desain batik Cirebonan klasik yang hingga sekarang masih
dikerjakan oleh sebagian masyarakat daerah Trusmi diantaranya motif Mega
Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung,
Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Katewono,
Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo, dan lain sebagainya.
Pengrajin batik Trusmi harus terus mengembangkan dan meningkatakan
produksinya karena usaha ini memiliki potensi untuk dikembangkan. Apalagi
semenjak batik ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya milik
Indonesia permintaan batik Cirebon terus mengalami peningkatan. Hal ini
dikarenakan kain batik yang semula hanya digunakan sebagai pakaian
tradisional justru saat ini kain batik banyak dipakai dalam dunia fashion,
mulai dari pakaian pesta, pakaian santai, sepatu, seragam sekolah atau kerja,
juga digunakan untuk perlengkapan rumah tangga. Berkembangnya
penggunaaan batik tersebut dimungkinkan karena desain batik yang semakin
beragam. Hal tersebut juga mendukung pasaran batik menjadi semakin luas
bahkan hingga ke luar negeri.
Para pengrajin batik berharap bisa memiliki pendapatan yang besar
setiap bulannya namun pada kenyataannya, hal tersebut tidaklah mudah
karena terkadang pendapatan yang dihasilkan setiap bulan tidak mampu untuk
menutupi besarnya biaya produksi. Tentu keadaan ini akan membuat para
pengrajin batik mengalami kerugian. Oleh karena itu, usaha batik diharapkan
terus mengalami peningkatan dalam memproduksi kain batik setiap bulannya.
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
5/26
Dengan adanya peningkatan dalam memproduksi kain batik, diharapkan
pendapatan para pengrajin terus bertambah selain itu menambah pendapatan
daerah karena hasil produksi batik terus di ekspor ke berbagai daerah.
Agar permintaan terhadap batik Cirebon dapat terpenuhi maka
harus diimbangi dengan jumlah produksinya. Salah satu cara yang
dapat ditempuh adalah dengan bekerja secara efisien, khususnya dalam
pengalokasian faktor- faktor produksi, agar hasil produksi yang diperoleh
dapat memberikan keuntungan yang besar. Dengan pengalokasian
faktor- faktor produksi seefisien mungkin, selain dapat meningkatkan
pendapatan, diharapkan juga hasil produksi batik di Kabupaten Cirebon dapat
meningkat dan dapat memenuhi permintaan domestik.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penggunaan faktor-faktor produksi secara parsial dan bersama-
sama berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi pada industri
kecil batik di Kabupaten Cirebon?
2. Apakah penggunaan faktor- faktor produksi pada usaha industri kecil
batik di Kabupaten Cirebon sudah efisie n?
3. Apakah industri kecil batik di Kabupaten Cirebon secaraReturn Cost
Ratio sudah menguntungkan?
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
6/26
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengusaha hanya mereka yang memiliki usaha industri kecil batik
di Kabupaten Cirebon.
2. Faktor produksi yang diteliti adalah kain, lilin, obat, soda, minyak
tanah dan tenaga kerja.
3. Biaya tetap tidak dijelaskan karena pengaruhnya yang tidak besar,
contoh: canting.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian dilaksanakan untuk beberapa tujuan, yaitu:
1.
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi
secara parsial dan bersama-sama pada industri kecil batik di Kabupaten
Cirebon.
2. Untuk mengetahui bagaimana efisie nsi penggunaan faktor produksi
dari usaha industri kecil batik di Kabupaten Cirebon.
3. Untuk mengetahui Return Cost Ratio yang diperoleh pengusaha batik
pada usaha industri kecil batik di Kabupaten Cirebon.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai sarana untuk mengembangkan dan
menerapkan teori yang telah diperoleh dalam perkuliahan serta sebagai
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
7/26
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
8/26
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN
A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Batik
Batik adalah lukisan atau gambar pada mori yang dibuat dengan
menggunakan alat bernama canting. Dalam perkembangannya dipergunakan
alat-alat lain untuk mempercepat proses pengerjaan, misalnya cap (Hamzuri,
1989). Batik berasal dari bahasa Jawa amba yang berarti menulis dan
nitik. Kata batik sendiri merujuk pada teknik pembuatan corak motif batik
menggunakan canting atau cap dan pencelupan kain dengan menggunakan
bahan perintang warna malam (wax) yang diaplikasikan di atas kain,
sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Jadi kain batik adalah kain
yang memiliki ragam hias atau corak yang dibuat dengan canting dan cap
menggunakan malam sebagai bahan perintang warna. Teknik ini hanya bisa
diterapkan di atas bahan yang terbuat dari serat alami seperti katun, sutra, dan
wol.
Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh
asing. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa,
yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga
mengambil minat pada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang
sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang
dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
9/26
kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisional tetap mempertahankan
coraknya, dan masih tetap dipakai dalam upacara-upacara adat. Jenis dan
corak batik tradisional tergolong sangat banyak, namun warna dan variasinya
sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam.
2. Pengertian Industri
Pengertian Industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang
menghasilkan produk sejenis dimana terdapat kesamaan bahan baku yang
digunakan, proses, bentuk produk akhir dan konsumen akhir. Dalam arti yang
lebih luas, industri didefinisikan sebagai kumpulan perusahaan yang
memproduksi barang dan jasa dengan elastisitas silang yang positif dan tinggi
(Kuncoro, 2007).
Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-
sektor yang lain (leading sector) dalam sebuah perekonomian menuju suatu
kemajuan. Produk-produk industri selalu memiliki dasar tukar (term of trade)
dan nilai tambah yang tinggi disbanding sektor yang lainnya. Hal ini
disebabkan karena sektor industri memiliki variasi produk yang sangat
beragam dan memberikan manfaat marginal yang tinggi bagi pemakainya.
Industri juga memberikan dua pengaruh penting dalam setiap program
pembangunan. Pertama, produktifitas yang lebih besar dalam industri yang
merupakan kunci untuk meningkatkan pendapatan per kapita. Kedua, industri
pengolahan (manufacturing) memberikan kemungkinan untuk meningkatkan
efisiensi dan volume ekspor (Arsyad, 2004).
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
10/26
Untuk mengetahui macam-macam industri dapat dilihat dari beberapa
sudut pandang. Pengelompokan industri yang dilakukan oleh Departemen
Perindustrian membagi industri nasional menjadi 3 kelompok besar yaitu:
a. Industri dasar
Industri dasar meliputi kelompok industri mesin dan logam dasar
(IMLD) serta kelompok industri kimia dasar (IKD). Ditinjau dari
misinya, industri dasar memiliki masa untuk memingkatkan pertumbuhan
ekonomi, bersifat padat modal, teknologi yang digunakan adalah
teknologi maju, teruji dan tidak padat karya, namun dapat mendorong
terjadinya lapangan kerja baru secara besar sejajar dengan tumbuhnya
industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya.
b. Industri kecil
Industri kecil meliputi industri pangan (makanan, minuman,
tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi, serta barang
dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas,
percetakan, penerbitan, barang-barang karet, plastik dan lain-lain),
industri galian bukan logam dan industri logam (mesin-mesin listrik, alat-
alat ilmu pengetahuan, barang dari logam dan sebagainya). Kelompok
industri kecil memiliki misi melakukan pemerataan. Teknologi yang
digunakan adalah teknologi menengah atau sederhana, dan padat karya.
Pengembangan dari industri kecil diharapkan dapat menambah
kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah dengan memanfaatkan
pasar dalam negeri dan pasar luar negeri.
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
11/26
c.
Industri hilir
Industri hilir merupakan kelompok aneka industri (AI) yang antara
lain meliputi industri yang mengolah sumberdaya hutan, industri yang
mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumberdaya
pertanian secara luas dan lain-lain. Kelompok aneka industri ini
mempunyai misi menaikan pertumbuhan ekonomi dan atau pemerataan,
memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal, dan teknologi yang
digunakan tergolong menengah atau teknologi maju.
Selanjutnya, pengelompokkan industri menurut jumlah tenaga
kerja yang dipekerjakan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS),
pengelompokkan industri ini dibedakan menjadi 4, yaitu:
a. Perusahaan/industri besar, jika memperkerjakan 100 orang atau
lebih
b. Perusahaan/industri sedang, jika memperkerjakan 20-99 orang
c. Perusahaan/industri kecil, jika memperkerjakan 5-19 orang
d. Industri kerajinan rumah tangga, jika memperkerjakan kurang dari
3 orang (termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar)
3.
Industri kecil dan menengah
Berdasarkan definisi dari yang diklasifikasikan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS), industri kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja
antara 5 hingga 9 orang yang sebagian besar adalah pekerja yang dibayar
(wage labourers). Sektor industri kecil adalah sektor yang terdiri dari orang-
orang yang berpenghasilan rendah yang cenderung dilupakan dan
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
12/26
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
13/26
Jika R/C = 1, penerimaan hanya cukup membiayai produksi
Jika R/C < 1, tingkat usaha tidak efisien.
4. Fungsi Produksi
Fungsi produksi merupakan hubungan antara jumlah output
maksimum yang bisa diproduksi dan output yang diperlukan guna
menghasilkan output tersebut dengan tingkat pengetahuan teknik tertentu.(
Paul A. Samuelson dan William D. Nurdhaus, 1992).
Hubungan tersebut dapat dituliskan secara matematik sebagai berikut :
(Water Nicholson, 2002)
q = f ( K,L,M,.....)
dimana q mewakili output barang-barang tertentu selama satu periode, K
mewakili modal yang digunakan selama periode tersebut, L mewakili input
tenaga kerja, dan M mewakili bahan mentah yang digunakan. Bentuk dari
notasi ini menunjukan adanya kemungkinan variabel-variabel lain yang
mempengaruhi proses produksi. Fungsi produksi, dengan demikian
menghasilkan kesimpulan tentang apa yang diketahui perusahaan mengenai
bauran berbagai input untuk menghasilkan output.
Pengertian fungsi produksi adalah suatu hubungan diantara faktor-
faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya. Faktor-faktor
produksi ini terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal, dan keahlian
keusahawan. Dalam teori ekonomi, untuk menganalisis mengenai produksi,
selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi (tanah, modal dan keahlian
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
14/26
keusahawan) adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja yang dipandang
sebagai faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Yang dimaksud
dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada
tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan
baik (Soekartawi, 2003).
a) Faktor Produksi Tetap (Fixed Input)
Faktor produksi tetap adalah faktor produksi di mana jumlah
yang digunakan dalam proses produksi tidak dapat diubah secara cepat
bila keadaan pasar menghendaki perubahan jumlah output. Dalam
kenyataannya tidak ada satu faktor produksi pun yang sifatnya tetap
secara mutlak. Faktor produksi ini tidak dapat ditambah atau dikurangi
jumlahnya dalam waktu yang relatif singkat. Input tetap akan selalu ada
walaupun output turun sampai dengan nol. Contoh faktor produksi tetap
dalam industri ini adalah alat atau mesin yang digunakan dalam proses
produksi.
b) Faktor Produksi Variabel (Variable Input)
Faktor produksi variabel adalah faktor produksi di mana jumlah
dapat berubah dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan jumlah
output yang dihasilkan. Contoh faktor produksi variabel dalam industri
adalah bahan baku dan tenaga kerja.
Empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi adalah:
a) Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan
untuk pengolahan masukan (input).
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
15/26
b)
Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian
yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan,
sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
c) Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian
dari kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar
waktu atau periode tertentu.
d) Pengendalian atau perawatan, merupakan fungsi untuk
menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan,
sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan
(input) pada kenyataannya dapat dilaksanakan .dianggap bahwa fungsi
produksi yang unik dapat dibangun untuk setiap teknologi produksi.
B. Penelitian Terdahulu
a. Penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Faiz Martanto (2006) yang
berjudul AnalisisEfisiensi Penggunaan Faktor Produksi Pada Usaha Kecil
Batik Cap di Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas dengan
menggunakan analisis efisiensi faktor produksi dan analisis ekonomis
pada usaha industri kecil batik cap. Meneliti tentang tingkat efisiensipenggunaan faktor produksi serta tingkat efisiensi ekonomis pada usaha
industri kecil batik cap. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dilihat dari
segi efisiensi faktor produksi menunjukan bahwa penggunaan faktor
produksi tersebut masih belum efisien karena tingkat efisiensinya lebih
dari satu. Sedangkan hasil analisis efis iensi ekonomis menunjukan
bahwa industri kecil batik cap di Kecamatan Sokaraja masih efisien
karena rasio pendapatan total dengan biaya total lebih dari satu.
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
16/26
b.
Penelitian yang dilakukan oleh Diyah Parawita Rahayu (2000) yang
berjudul Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Pada Usaha
Industri Kecil Batik Cap di Kecamatan Pekalongan Selatan Kabupaten
Pekalongan, dengan menggunakan analisis fungsi Cobb-Douglas, analisis
efis iensi faktor produksi dan analisis efisiensi ekonomis pada usaha
industri kecil batik cap, meneliti tentang pengaruh penggunaan faktor
produksi terhadap hasil produksi batik cap, untuk mengetahui tingkat
efisiensi penggunaan faktor produksi serta tingkat efisiensi ekonomis
pada usaha industri kecil batik cap. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penggunaan faktor produksi kain, lilin, obat, soda dan tenaga kerja
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi batik cap.
Sementara dilihat dari segi efisiensi faktor produksi menunjukkan bahwa
penggunaan faktor produksi tersebut masih belum optimal karena tingkat
efisiensinya tidak sama dengan satu. Sedangkan hasil analisis efisiensi
ekonomis menunjukkan bahwa indus tri kecil batik cap tersebut masih
efisien karena rasio pendapatan total dengan biaya total lebih dari satu.
c.
Penelitian yang dilakukan oleh Iin Isnaeningsih (2010) yang berjudul
Efisiensi penggunaan Faktor Produksi pada Industri Batik Cap di
Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon, dengan menggunakan Variabel
Analisis Regresi dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas. .
Variabel yang digunakan adalah kain, lilin, obat, soda, minyak tanah,
cap, tenaga kerja dan modal. Diperoleh kesimpulan bahwa secara
simultan dan parsial hasil batik cap di Kecamatan Plered
dipengaruhi oleh faktor produksi kain, lilin, obat, soda, minyak tanah, cap,
tenaga kerja dan modal. Selain itu penggunaan faktor produksi kain, lilin,
obat, soda dan tenaga kerja dalam proses produksi batik cap masih
belum efisien. Sedangkan penggunaan faktor produksi minyak tanah,
cap dan modal dalam proses produksi batik cap di Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon tidak efisien.
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
17/26
C. Perumusan Model Penelitian dan Hipotesis
1.
Perumusan Model Penelitian
Penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha batik, memerlukan
ketepatan dalam mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi.
Kombinasi yang tepat akan tercapainya produk yang tinggi dengan jumlah
biaya tertentu atau sejumlah produk tertentu dengan biaya yang minimum.
Tujuan pengelolaan pembiayaan dalam suatu usaha batik adalah untuk
memaksimumkan pendapatan yang diperoleh.. Pendapatan yang
dimaksudkan adalah pendapatan bersih yang dperoleh dari selisih antara
penerimaan total dengan biaya total. Penerimaan total adalah produksi total
dikalikan dengan harga produk.
Usaha industri kecil batik dikatakan sudah efisien apabila
penggunaan faktor- faktor produksi sesuai dengan kebutuhan, dalam
arti penggunaan faktor- faktor produksi diusahakan seminimal mungkin
sehingga biaya yang dikeluarkan juga minimal. Sedangkan usaha
industri kecil batik dikatakan belum efisien apabila penggunaan faktor-
faktor produksi tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga biaya yang
dikeluarkan besar dan pendapatan yang diterima pengrajin menjadi
kecil. Efisiensi ini diartikan sebagai upaya menggunakan input sekecil-
kecilnya untuk menghasilkan pendapatan produksi yang sebesar-besarnya.
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
18/26
2. Hipotesis
a.
Faktor-faktor produksi usaha batik secara parsial dan bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi batik pada industri
kecil batik di Kabupaten Cirebon.
b. Penggunaan faktor-faktor produksi pada industri kecil batik di
Kabupaten Cirebon belum efisien.
c. Usaha batik di Kabupaten Cirebon secara Return Cost Ratio sudah
menguntungkan.
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
19/26
III. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS
A.
METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Penelitian yang digunakan adalah metode survei dan observasi. Metode
survei adalah satu bentuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan
dari sejumlah sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan
(Singarimbun, 1989).
2. Obyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Cirebon. Lokasi penelitian
ditentukan secarapurposive samplingartinya daerah penelitian dipilih secara
sengaja, dengan pertimbangan biaya dan waktu.
3.
Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari para
responden pengrajin batik di Kabupaten Cirebon, sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh melalui pihak lain yaitu dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Cirebon serta berbagai literatur yang berkaitan dengan
penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
a.
Wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
20/26
dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview
guide(Nazir, 2009).
b. Kuesioner, yaitu pengumpulan data melalui beberapa pertanyaan yang
telah diajukan kepada responden dalam bentuk angket yang berisi sebuah
set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian,
dan tiap pertanyaan merupakan jawaban jawaban yang mempunyai
makna dalam hipotesis (Nazir, 2009).
c.
Survei Pustaka, yaitu dengan mencari teori-teori dan hasil-hasil
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.
5. Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen-elemen sejenis yang
menjadi objek penelitian, tetapi dapat dibedakan satu sama lain (Supranto,
2003). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin batik yang ada
di Kabupaten Cirebon.
B. METODE ANALISIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
1. Pengujian hipotesis pertama dilakukan untuk mengetahui penggunaan
faktor- faktor produksi terhadap produksi batik secara parsial dan
bersama-sama dengan menggunakan uji F dan uji t.
a. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama- sama
terhadap variabel dependen. Uji- F dirumuskan sebagai berikut: (Ghozali,
2009).
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
21/26
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
22/26
b. Uji t adalah suatu cara untuk menguji tingkat signifikan atau pengaruh
variabel- variabel independenterhadap variabel dependent secara parsial
(Ghozali, 2009).
Rumus yang digunakan :
tsbi
bhit
Keterangan :
bi = koefisien regresi dari variabel bebas.
sbi = kesalahan baku dari koefisien variabel bebas.
Dengan derajat kebebasan = (n-k) dan tingkat keyakinan 95% atau = 0,05
Hipotesis :
1) Ho : bi = 0; artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
2)
Ha : bi 0; artinya variabel independen secara individu berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Kriteria pengujian :
1) Jika thitung> t )1;2/( n atau t < - t )1;2/( n maka Ho ditolak, Ha diterima. Artinya
variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
2) Jikat )1;2/( n thitung t )1;2/( n maka Ho diterima, Ha ditolak. Artinya tidak
terdapat pengaruh yang signifikan variabel independen terhadap variabel
dependen.
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
23/26
2.
Pengujian hipotesis kedua digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan
faktor produksi, digunakan pendekatan dengan menghitung besarnya nilai
produk marginal (NPM) dan biaya korbanan marginal (BKM), sebagai
berikut (Soekartawi, 2002):
a. Produk Fisk Marginal (PFM)
PFM xi =
b.
Nilai Produk Margianl (NPM)
NPMxi = PFMx i. Py
c.
Biaya Korbanan Marginal (BKM)
BKMxi = Pxi
Keterangan:
PFMxi = produksi fisik marginal ke-i
NPMxi = nilai produk marginal ke- i
BKMxi = biaya korbanan marginal ke- i
Xi = jumlah faktor produksi ke- i
Pxi = harga faktor produksi ke- i
Py = harga produk Y
Y = jumlah produk
i = faktor produksi 1,2,3,4,5 dan 6
Apabila:
NPMxi= 1, berarti efisien
BKMxi
NPMxI> 1, berarti belum efisien
BKMxi
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
24/26
NPMxi< 1, berarti tidak efisien
BKMxi
3. Untuk menguji hipotesis ketiga yaitu untuk mengetahui Return Cost Ratio
yang diperoleh pengusaha batik yang secara sederhana dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi, 2006)
a = R/C
Keterangan:
a = tingkat efisiensi ekonomis
R = pendapatan
C = biaya
Kriteria pengambilan keputusan:
R/C > 1 berarti usaha industri kecil batik sudah efisien dan menguntungkan
R/C 1 berarti usaha industri kecil batik belum efisien dan tidak
menguntungkan.
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
25/26
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan Edisi Keempat. STIE YKPN.
Yogyakarta.
Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika. Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS
17. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
Gujarati, Damodar. 2003.Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.
Hamzuri. 1989.Batik Klasik. Jakarta: Djambatan.
Isnaeningsih, Iin. 2010. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi pada IndustriBatik Cap di Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. (Tidak
Dipublikasikan).
Kuncoro, Mudrajat. 2007. Ekonomi Industri Indonesia, Menuju Negara Industri
Baru2030. Edisi I. Andi. Yogyakarta.
Martanto, Moch Faiz. 2006. Analisis Efisiensi Penggunaann Faktor Produksi
Pada Usaha Industri Kecil Batik Cap di Kecamatan Sokaraja
Kabupaten Banyumas. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Jenderal Soedirman. Purwokerto. (Tidak Dipublikasikan).
Nazir, Moh. 2009.Metode Penelitian.Ghalia Indonesia. Bogor.
Samuelson dan Nordhaus. 1992.Economics. Mc Graw Hill INC. Newyork.
Santoso, Slamet. 2009. Permasalahan Industri Kecil atau Rumah Tangga Di
Kabupeten Ponorogo. Jurnal Ekuilibrium Vol. 1, No. 1, September
2005.
Setyaningsih, Nani. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi TingkatPendapatanIndustri Tahu di Desa Gandasuli Kecamatan
Bobotsari Kabupaten Purbalingga. Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Jenderan Soedirman, Purwokerto. (Tidak Dipublikasikan).
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survei,: LP3ES.
Jakarta.
Soekartawi. 1995.Agribisnis:Teori dan Aplikasinya. CV Rajawali. Jakarta.
____. 2002. Teori Ekonomi Produksi. Cetakan ke-3. Rajawali Grafindo.
8/10/2019 Proposal Tentang Batik Fix
26/26
Jakarta.
_____ . 2006. Analisis Usaha Tani. Cetakan 2006. Universitas Indonesia. Jakarta.
Supranto. 2003.Metode Penelitian.Ghalia Indonesia, Jakarta.
Todaro, Michael, P. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Seventh
Edition (translated by Haris Munandar), Jakarta: Erlangga.
Nicholson, Walter. 2002. Mikro Ekonomi Intermediate dan Aplikasinya.
Erlangga. Jakarta.