13
BAB I PENDAHULUAN Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia karena masih timbul sebagai kejadian luas biasa (KLB) disertai dengan angka kematian (mortalitas) yang tinggi. 1 Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2010 terlihat kecenderungan insiden diare meningkat. Pada tahun 2000 angka insiden penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 meningkat menjadi 423/1000 penduduk, dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. 2 Di Bali, angka insiden penyakit diare tercatat sebesar 7.2%. Dari sekian kabupaten yang ada di Provinsi Bali, Kabupaten Bangli menduduki urutan prevalensi penyakit diare tertinggi ke-2. 3 Selama tahun 2013-2014 tercatat penyakit diare menjadi salah satu dari sepuluh penyakit terbanyak dengan jumlah kasus yang cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2013 kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Susut I tercatat sebanyak 361 kasus dan meningkat menjadi 615 kasus pada tahun 2014. 4 Walau jumlah kasus cenderung turun dari waktu ke waktu, demikian pula dengan angka insidennya di Indonesia, masalah ini masih merupakan isu kesehatan dasar. Meskipun angka kesakitan diare yang dilaporkan dari tahun ke tahun menurun, akan tetapi diare masih tetap perlu diwaspadai. Karena angka 1

Proposal Pkm Fix

  • Upload
    nila

  • View
    252

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PKM adalah suatu usaha promosi kesehatan masyarakt

Citation preview

Page 1: Proposal Pkm Fix

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara berkembang,

termasuk Indonesia karena masih timbul sebagai kejadian luas biasa (KLB) disertai dengan

angka kematian (mortalitas) yang tinggi.1 Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit

Diare, Departemen Kesehatan Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2010 terlihat

kecenderungan insiden diare meningkat. Pada tahun 2000 angka insiden penyakit diare

301/1000 penduduk, tahun 2003 menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 meningkat menjadi

423/1000 penduduk, dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk.2

Di Bali, angka insiden penyakit diare tercatat sebesar 7.2%. Dari sekian kabupaten

yang ada di Provinsi Bali, Kabupaten Bangli menduduki urutan prevalensi penyakit diare

tertinggi ke-2.3 Selama tahun 2013-2014 tercatat penyakit diare menjadi salah satu dari

sepuluh penyakit terbanyak dengan jumlah kasus yang cenderung berfluktuasi. Pada tahun

2013 kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Susut I tercatat sebanyak 361 kasus dan

meningkat menjadi 615 kasus pada tahun 2014.4

Walau jumlah kasus cenderung turun dari waktu ke waktu, demikian pula dengan

angka insidennya di Indonesia, masalah ini masih merupakan isu kesehatan dasar. Meskipun

angka kesakitan diare yang dilaporkan dari tahun ke tahun menurun, akan tetapi diare masih

tetap perlu diwaspadai. Karena angka kesakitan yang sebenarnya dari hasil survei masih

tinggi, pada semua golongan umur adalah 183 per 1000 penduduk (18,3%) di Indonesia pada

tahun 2005. Ini menunjukkan bahwa masih rendahnya kesadaran penduduk akan higiene dan

sanitasi.2

Berdasarkan kajian WHO pada tahun 2006, cuci tangan menggunakan sabun dapat

mengurangi angka diare hingga 4%. Kesadaran masyarakat Indonesia untuk cuci tangan

pakai sabun (CTPS) terbukti masih sangat rendah. Walaupun usaha masih dilakukan oleh

pemerintah untuk meningkatkan cakupan CTPS, tercatat rata-rata hanya 12% masyarakat

yang melakukan cuci tangan memakai sabun setelah buang air besar di jamban. Demikian

gambaran kesadaran CTPS di tanah air berdasarkan survei environmental service program

(ESP) tentang perilaku masyarakat terhadap kebiasaan mencuci tangan yang dilakukan

Depkes dan instansi lainnya. Ditemukan juga fakta bahwa walau penyebaran sabun telah

masuk ke hampir seluruh rumah tangga di Indonesia, namun rata-rata hanya 3% saja yang

menggunakan sabun untuk mencuci tangan. Selain hanya 12% yang mencuci tangan pasca

1

Page 2: Proposal Pkm Fix

buang air besar, rendahnya perilaku CTPS pada 4 waktu kritis lainnya, tercermin dari hanya

9% yang melakukan CTPS setelah membantu buang air besar bayi, hanya 14% CTPS

dilakukan sebelum makan, 7% sebelum memberi makan bayi dan 6% sebelum menyiapkan

makanan. CTPS dapat mencegah hingga 80% berbagai penyakit infeksi termasuk diare, dan

dapat mencegah 45% penyakit infeksi berat, seperti ISPA, flu burung, cacingan dan

sebagainya selain diare. Dengan mencuci tangan dapat mengurangi kasus insiden diare

hingga 47%.5 Sayangnya, sebagian masyarakat juga kerap kurang informasi mengenai cuci

tangan yang benar. Hanya meletakkan tangan di air, bilas, selesai. Padahal, untuk mencuci

tangan dengan baik dan benar memiliki syarat tertentu seperti menggunakan sabun. Higenitas

dan sanitasi yang kurang dapat menyebabkan air minum tercemar oleh bakteri seperti

Eschericia coli dan Salmonella yang nantinya dapat menyebabkan diare.5

Atas dasar data tersebut di atas, untuk mengurangi kejadian kesakitan akibat

diare, diperlukan penyuluhan kepada anak-anak khususnya anak-anak sekolah tentang

pentingnya mencuci tangan sebelum makan dan cara mencuci tangan yang benar merupakan

salah satu pencegahan dini terjadinya penyakit diare.

2

Page 3: Proposal Pkm Fix

BAB II

PERENCANAAN

2.1 Identifikasi Masalah

Kejadian diare selama 2 tahun terakhir masih tetap termasuk dalam urutan 10 besar penyakit

yang paling sering terjadi di wilayah Puskesmas Susut I.

Tabel 1. Tabel 10 Penyakit Tertinggi di Puskesmas Susut I

Di Bali, angka insiden penyakit diare tercatat sebesar 7.2%. Dari sekian kabupaten

yang ada di Provinsi Bali, Kabupaten Bangli menduduki urutan prevalensi penyakit diare

tertinggi ke-2. 3 Selama tahun 2013-2014 tercatat penyakit diare menjadi salah satu dari

sepuluh penyakit terbanyak dengan jumlah kasus yang cenderung berfluktuasi. Pada tahun

2013 kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Susut I tercatat sebanyak 361 kasus dan

meningkat menjadi 615 kasus pada tahun 2014.4

Salah satu perilaku hidup bersih dan sehat yang sangat penting adalah kebiasaan

mencuci tangan yang baik sebelum makan. Anak sekolah merupakan kelompok usia yang

rentan untuk terserang diare, selain itu kelompok usia tersebut memiliki kesadaran yang

masih rendah mengenai perilaku hidup bersih dan sehat. Namun disisi lain kelompok usia

sekolah SD dijadikan sasaran kerana kelompok ini merupakan kelompok usia yang paling

dini yang dianggap mampu menangkap informasi yang diberikan kepada mereka salah

3

Page 4: Proposal Pkm Fix

satunya seperti cara mencuci tangan yang benar. Sehingga diharapkan upaya peningkatan

pola hidup bersih dan sehat dapat dimulai dari usia sedini mungkin selain itu mereka juga

diharapkan mampu mengajarkannya kepada masyarakat di lingkungan sekitarnya utamanya

dalam lingkungan keluarga.

2.2 Analisis Masalah

Mencuci tangan dikalangan anak sekolah merupakan salah satu masalah perilaku hidup

bersih dan sehat yang sedang dihadapi di wilayah kerja Puskesmas Susut I. Dari wawancara

yang dilakukan pada sekitar 20 orang siswa di SD Negeri 3 Tiga ditemukan hal – hal berikut :

hampir semua siswa belum mengetahui pentingnya mencuci tangan yang benar, 10 orang

mengatakan mencuci tangan sebelum makan atau jajan, dari 10 orang tersebut seluruhnya

belum dapat mencuci tangan dengan benar dan 8 orang siswa mengatakan sempat mengalami

diare selama 1 bulan terakhir. Selain itu dari wawancara terhadap salah seorang guru di

sekolah ini, diketahui bahwa semua siswa yang diwawancarai tersebut belum pernah

mendapatkan penyuluhan mengenai cara mencuci tangan yang benar.

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap pihak Puskesmas, dari pihak Puskesmas

belum dilaksanakan penyuluhan tentang cara mencuci tangan yang benar di SD ini. Hal

tersebut merupakan masalah yang harus segera mendapat perhatian, sehingga diperlukan

pengetahuan yang lebih mendalam mengenai cara mencuci tangan yang benar pada siswa

khususnya siswa SD untuk mencegah atau mengurangi kejadian diare dan nantinya dapat

pula mengajarkannya pada anggota keluarganya di rumah sehingga akan menurunkan risiko

masalah kesehatan yang berhubungan dengan diare dan dapat meningkatkan perilaku hidup

bersih dan sehat pada masyarakat.

SDN 3 Tiga Kabupaten Bangli menjadi sasaran penyuluhan ini karena dari segi geografis

sekolah ini cukup dekat dengan Puskesmas Susut I sehingga sangat memudahkan koordinasi

dan transportasi alat dan tenaga kerja untuk melakukan penyuluhan ini. Selain itu, diharapkan

siswa-siswa yang belajar di SDN 3 Tiga yang mendapatkan informasi mengenai penyuluhan

ini agar nantinya di terapkan dalam kegiatan sehari-hari dan dapat disebar luaskan ke

masyarakat.

2.3 Tujuan Penyuluhan

2.3.1 Tujuan U mum

4

Page 5: Proposal Pkm Fix

Tujuan umum dari penyuluhan ini adalah meningkatkan pengetahuan anak-anak sekolah

tentang penularan diare dan pentingnya mencuci tangan yang benar, dan juga mengubah

perilaku tentang cara mencuci tangan yang benar.

2.3.2 Tujuan K husus

Adapun tujuan khusus dari penyuluhan ini adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pengetahuan anak-anak sekolah tentang diare dan cara mencuci tangan

yang benar.

b. Mengubah perilaku anak-anak sekolah supaya mencuci tangan untuk mencegah

terjadinya diare.

c. Meningkatkan pemahaman serta pengetahuan siswa tentang manfaat mencuci tangan

dalam mencegah terjadinya diare.

2.4 Kelompok Sasaran

Penduduk sasaran kegiatan PKM kami adalah siswa-siswi SDN 3 Tiga, Kecamatan

Susut ,Kabupaten Bangli yang berjumlah 90 orang. Dipilihnya SD ini karena jarang

dilakukan penyuluhan tentang diare dan cuci tangan di SD ini. Kelas 4, 5 dan 6 dipilih karena

kelompok usia ini sesuai untuk diberikan penyuluhan yang informatif, dapat menerima

informasi yang diberikan dengan baik dan masih adanya kemungkinan beresiko terkena diare

serta diharapkan untuk bisa nantinya memberikan informasi pada keluarganya.

2.5 Strategi Pelaksanaan

2.5. 1 Persiapan Penyuluhan

Persiapan dimulai dengan melakukan koordinasi bersama Kepala Puskesmas Susut I (dr.

Nyoman Arnatha) mengenai masalah yang akan diangkat sebagai bahan penyuluhan.

Koordinasi juga dilakukan dengan pemegang program P2M mengenai tempat yang tepat

untuk dilaksanakannya PKM. Kemudian diadakan pertemuan dengan Kepala Sekolah SD

Negeri 3 Tiga untuk meminta ijin dilakukannya penyuluhan di SD Negeri 3 Tiga, sekaligus

bersama-sama Wakil Kepala Sekolah bagian Humas mengatur jadwal untuk diadakannya

penyuluhan pada siswa-siswi SD Negeri 3 Tiga, dengan demikian diharapkan informasi

adanya penyuluhan dapat tersampaikan dengan lebih baik pada kelompok sasaran.

Selanjutnya dilakukan persiapan dalam hal penguasaan materi penyuluhan, cara

penyampaian materi, dan pembuatan media penyuluhan berupa pamflet. Penguasaan materi

dilakukan dengan cara membaca referensi yang didapatkan dari internet. Cara penyampaian

5

Page 6: Proposal Pkm Fix

informasi didasarkan pada buku pedoman penyuluhan, maupun bertanya kepada petugas

PKM. Media penyuluhan dibuat berdasarkan tata cara pembuatan media penyuluhan dan

kepustakaan yang tersedia.

2. 5 .2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Tanggal : Sabtu, 17 Oktober 2015

Waktu : 09.00 - selesai

Tempat : SDN 3 Tiga, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.

2.5.3 Pelaksanaan Penyuluhan

Adapun isi dari penyuluhan, yaitu:

1. Tim penyuluh minta ijin kepada pihak sekolah.

2. Tim penyuluh masuk ke kelas.

3. Sebelum penyuluhan, siswa diberikan pertanyaan mengenai pengetahuan diare dan

cuci tangan yang benar.

4. Penyuluh menyampaikan materi tentang penyakit diare dan cara mencuci tangan

menggunakan power point.

5. Untuk menghindari kejenuhan siswa, disisipkan pemutaran film kartun yang berisi

pengetahuan tentang cara mencuci tangan yang benar.

6. Pembagian sabun anak-anak kepada siswa untuk pelaksanaan demonstrasi mencuci

tangan yang baik dan benar.

7. Demonstrasi teknik mencuci tangan yang baik dan benar, dipraktekkan oleh siswa.

8. Tanya jawab tentang materi yang telah disampaikan.

2.6 Isi Penyuluhan

Adapun isi dari penyuluhan, yaitu:

1. Pengetahuan tentang penyakit diare.

2. Pengetahuan tentang penyebab, gejala-gejala, akibat serta pencegahan, dan

penanggulangan penyakit diare.

3. Pengetahuan tentang cara mencuci tangan yang benar.

4. Pengetahuan tentang mencuci tangan secara teratur, cara mencuci tangan yang benar, dan

akibat bila tidak mencuci tangan secara teratur.

5. Memberikan keterampilan mengenai cara mencuci tangan yang benar.

6

Page 7: Proposal Pkm Fix

2.7 Metode Penyuluhan

Penyuluhan ini dilakukan di ruangan Kelas di SD Negeri 3 Tiga. Metode yang

dilakukan pada penyuluhan ini adalah penyuluhan dan penyampaian materi secara interaktif

tentang penyakit diare dan demonstrasi cara mencuci tangan yang baik dan benar yang

dipraktekkan langsung oleh siswa.

2.8 Media Penyuluhan

Dalam penyuluhan kami menggunakan beberapa media untuk mempermudah dan

memperlancar penyampaian materi yaitu sebagai berikut :

1. Alat bantu peraga seperti sabun, air bersih, dan lap kering.

2. Pamflet pentingnya mencuci tangan yang benar.

3. Poster tentang cara mencuci tangan yang benar dan cara-cara penularan diare.

2.9 Rencana Evaluasi

Waktu/ Tempat

Ke-giatan

Sasaran Tujuan Isi Metode Media

Pe-

Laksana

KKM minggu ke–III

Sabtu, 17 Oktober 2015 Pukul 09.00 WITA- selesai

SD Negeri 3 Tiga

Pe-nyuluhan Kelom-pok

Siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 SD Negeri 3 Tiga

Meningkatkan pengetahuan anak-anak sekolah tentang diare dan cara mencuci tangan yang benar.

Mengubah perilaku anak-anak sekolah supaya mencuci tangan untuk mencegah terjadinya diare.

Meningkatkan pemahaman serta pengetahuan siswa tentang manfaat mencuci tangan dalam mencegah

Pengetahuan tentang penyakit diare.

Pengetahuan tentang penyebab, gejala-gejala, akibat serta pencegahan, dan penanggulangan penyakit diare.

Pengetahuan tentang cara mencuci tangan yang benar.

Pengetahuan tentang mencuci tangan secara teratur, cara mencuci tangan yang benar, dan akibat bila tidak

Ceramah

Diskusi dan tanya jawab

Pe-nyebaran pamflet

Slide Power Point

Pamflet

Dokter Muda

7

Page 8: Proposal Pkm Fix

terjadinya diare. mencuci tangan secara teratur.

Memberikan keterampilan mengenai cara mencuci tangan yang benar.

2.10. Rencana Evaluasi

2.10.1 Penilaian Proses

1. Indikator penilaian

a. Dukungan dari pihak Puskesmas Susut I dan pihak Perangkat SD Negeri 3 Tiga

b. Ketepatan waktu dalam pelaksanaan penyuluhan

c. Jumlah peserta penyuluhan

2. Waktu penilaian dilakukan sebelum, selama, dan setelah pelaksanaan kegiatan

3. Cara penilaian

a. Tidak adanya kesulitan dalam melakukan koordinasi dengan pihak Puskesmas

Susut I dan pihak Perangkat SD Negeri 3 Tiga.

b. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana

c. Jumlah peserta sesuai dengan target yang direncanakan

4. Penilai

Dokter muda

2 .10.2 Penilaian hasil

1. Indikator penilaian

a. Pertanyaan dari peserta yang diajukan selama tanya jawab berlangsung.

b. Peningkatan pengetahuan tentang diare dan teknik mencuci tangan yang dinilai

berdasarkan keaktifan dan ketepatan menjawab dalam kuis.

c. Berdasarkan nilai Pre dan Post Tes. Peningkatan yang diinginkan di sini adalah

sebanyak 20%

d. Untuk evaluasi perilaku dilakukan sesi kuis sebelum dan selepas penyuluhan.

2. Waktu penilaian

Sebelum dan sesudah penyuluhan.

3. Cara penilaian

Menggunakan pertanyaan lisan dan pengamatan langsung.

4. Penilai

8

Page 9: Proposal Pkm Fix

Dokter muda.

9

Page 10: Proposal Pkm Fix

DAFTAR PUSTAKA

1. Tarigan A, Umiana S, Pane M. Kesesuaian Penatalaksanaan Penyakit Diare pada Balita dengan Pedoman Penatalaksanaan Diare pada Balita Menurut Kemenkes RI di Puskesmas Kota Karang Kota Bandar Lampung Tahun 2013. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2013; p100-108

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2013.

Kementerian Kesehatan RI. 2013.

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Laporan

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Bali Tahun 2007. Kementerian

Kesehatan RI. 2009.

4. Profil UPT Puskesmas Susut I Tahun 2014.

5. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Ditjen PP&PL.

2010.

10