62
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini masalah kesehatan lingkungan menjadi sorotan publik berkaitan dengan akibat yang ditimbulkan oleh ketidakseimbangan ekosistem di bumi yang sudah mulai merosot. Perubahan yang mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem ini menimbulkan berbagai masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan khususnya sanitasi lingkungan. Berbagai penyakit tropis seperti DBD, malaria, diare, dan ISPA masih menjadi masalah yang belum sepenuhnya terselesaikan oleh Indonesia. Penyakit- penyakit tersebut merupakan penyakit yang faktor penyebabnya berasal dari lingkungan yang buruk. Keberadaan penyakit ini di Indonesia menggambarkan betapa buruknya sanitasi lingkungan di Indonesia saat ini. Salah satu faktor yang paling berpengaruh pada buruknya sanitasi lingkungan adalah kondisi sarana air bersih. Air merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat hidup tanpa air oleh karena itulah air merupakan salah 1

Proposal Welly

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal Welly

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akhir-akhir ini masalah kesehatan lingkungan menjadi sorotan publik

berkaitan dengan akibat yang ditimbulkan oleh ketidakseimbangan ekosistem

di bumi yang sudah mulai merosot. Perubahan yang mengakibatkan

ketidakseimbangan ekosistem ini menimbulkan berbagai masalah yang

berkaitan dengan kesehatan lingkungan khususnya sanitasi lingkungan.

Berbagai penyakit tropis seperti DBD, malaria, diare, dan ISPA masih

menjadi masalah yang belum sepenuhnya terselesaikan oleh Indonesia.

Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyakit yang faktor penyebabnya

berasal dari lingkungan yang buruk. Keberadaan penyakit ini di Indonesia

menggambarkan betapa buruknya sanitasi lingkungan di Indonesia saat ini.

Salah satu faktor yang paling berpengaruh pada buruknya sanitasi

lingkungan adalah kondisi sarana air bersih. Air merupakan unsur terpenting

dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat hidup tanpa air oleh karena

itulah air merupakan salah satu penopang kehidupan manusia. Kegunaan air

bagi kehidupan manusia sangatlah kompleks, air digunakan untuk kebutuhan

sehari-hari adalah air yang bersih yang dapat digunakan oleh manusia tanpa

menimbulkan bahaya khususnya bahaya kesehatan. Air yang tidak bersih

dapat menjadi salah satu media penularan penyakit menular termasuk diare

karena bakteri penyebab diare pada umumnya dapat tertular melalui air.

Banyak jenis penyakit yang menular melalui air yang tidak higiene. Oleh

sebab itu, air yang tepat digunakan oleh manusia adalah air bersih yang tidak

berbahaya bagi kesehatan.

Air bersih merupakan air yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak

berasa sehingga aman digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

1

Page 2: Proposal Welly

sehari-harinya. Seiring meningkatnya jumlah populasi manusia, kebutuhan

akan air bersih juga semakin meningkat. Sementara ketersediaan air bersih

yang dapat dijangkau oleh manusia sangatlah terbatas. Walaupun

ketersediaan air di bumi melimpah ruah, hanya 5% dari keseluruhannya dapat

digunakan manusia dan selebihnya adalah air laut. Terbatasnya ketersediaan

air bersih di bumi akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan maanusia,

kekurangan air dapat menimbulkan bahaya kesehatan misalnya timbulnya

berbagai jenis penyakit, terganggunya sanitasi lingkungan, dll.

Agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia memerlukan

ketersediaan air yang dapat diakses semudah mungkin. Namun banyak sekali

kendala yang dihadapi saat ini seiring dengan munculnya berbagai masalah di

bidang sanitasi lingkungan yang tentunya berkaitan dengan masalah air

bersih. Akses air bersih sangat berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan

manusia, buruknya akses air bersih akan mempengaruhi banyak aspek

kehidupan manusia khususnya aspek kesehatan.

Persentasi akses air bersih rumah tangga pada tahun 1994-2007

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun angka yang paling signifikan

menunjukkan peningkatan terjadi pada tahun 2007. Pada tahun 2007, akses

air bersih yang paling buruk di Riau. Sumatera selatan pada tahun 2007

persentasi akses air bersih cukup baik sebesar 61.1%. Sementara pada tahun

2009 akses air bersih di Palembang sebesar 65.94%. peningkatan akses air

bersih dari tahun ke tahun menunjukkan keberhasilan upaya yang

dicanangkan oleh pemerintah dan semakin tingginya kesadaran akan

penggunaan air bersih yang disediakan oleh pemerintah.

Pada desember 2009 lalu, terjadi kasus krisis air bersih di NTT yang

menimbulkan diare sebagai akibat dari mengkonsumsi air sumur yang telah

terkontaminasi bakteri. Kepala Dinas NTT dr. stefanu Bria Seran MPH

mengakui bahwa 50% masyarakat pedesaan di wilayah provinsi kepulauan

ini belum memiliki akses sanitasi yang memadai. Menurutnya, rumah tangga

di NTT yang menganut pola hidup berih dan sehat sampai saat itu masih

2

Page 3: Proposal Welly

berkisar 42,7%, yang memperoleh akses air bersih ledeng 58,2%, sumur

pompatangan 21%, penampungan air hujan 7,7%.

Kasus air bersih juga terjadi di daerah kabupaten Tangerang, penduduk

sekitar terpaksa membeli air seharga dua ribu rupiah untuk mendapatkan 10

liter air bersih guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini terjadi akibat

krisis air bersih di daerah itu, penduduk tidak dapat dengan mudah

mengakses air yang layak digunakan unruk keperluan sehari-hari.

Ketidakseimbangan ekosistem merupakan salah satu penyebab dari

buruknya akses air bersih saat ini sehingga berbagai dampak yang

ditimbulkannya merugikan masya. Banyak sekali dampak dari buruknya

akses atau ketersediaan air bersih dalam suatu wilayah aspek yang paling

dipengaruh dalam hal ini adalah aspek kesehatan. rakat. Buruknya akses

sanitasi lingkungan ini akan mempengaruhi penerapan phbs dalam

masyarakat, mempengaruhi sanitasi lingkungan, menimbulkan penyakit-

penyakit berbasis lingkungan seperti kasus yang telah dijelaskan di atas.

Akses air yang buruk secara tidak langsung dapat menuntut masyarakat untuk

menggunakan air yang tidak sesuai dengan standard kesehatan dalam

memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Hal ini akan berdampak buruk pada

kesehatan masyarakat dan dapat berdampak pada status kesehatan penduduk

secara nasional karena kekurangan air bersih terjadi tidak hanya pada satu

individu saja melainkan pada suatu populasi dalam suatu wilayah. Salah satu

penyakit yang rentan terjadi sebagai dampak dari penggunaan air yang tidak

sesuai dengan standard kesehatan adalah diare.

Penyakit diare merupakan penyakit menular yang lazim terjadi di

Indonesia. Kejadian penyakit diare dipengaruhi oleh berbagai faktor salah

satu faktor yang paling menonjol pengaruhnya adalah sanitasi lingkungan

karena diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dimana

agent sebagai penyebab terjadinya diare banyak terdapat di lingkungan

dengan sanitasi yang buruk. Itulah sebabnya, diare menjadi salah satu

penyakit langganan bagi mereka yang terkena bencana alam terkait dengan

sanitasi lingkungan yang buruk. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah

3

Page 4: Proposal Welly

akses air bersih yang buruk atau tidak terjangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat.

Pada umumnya penyakit ini menyerang mereka yang tinggal di daerah

dengan sanitasi yang buruk atau tidak sesuai dengan standard kesehatan baik

di pedesaan maupun di perkotaan. Penyakit ini telah menjadi penyakit

endemis di beberapa daerah di Indonesia misalnya di Denpasar (Bali),

kabupaten Ciamis (Jawa barat), Sulawesi tengah, Lampung, Nusa tenggara

Barat, dan Jawa tengah, Sumatera selatan (Ogan komering, Ogan ilir, Ogan

komering Ulu Timur, Musi Banyuasin). Terkait dengan masalah penyakit

diare pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi

masalah ini namun masih banyak kendala yang terjadi dalam proses upaya

pelaksanaan penanggulangan penyakit diare.

Pada umumnya penyakit ini sering terjadi di negara berkembang, hal ini

erat hubungannya dengan situasi sanitasi lingkungan di Negara-negara

berkembang karena diare merupakan salah satu penyakit yang barbasis

lingkungan. Pada umumnya penyakit ini banyak menyerang balita dan anak-

anak dalam kaitannya dengan pola hidup bersih dan sehat yang diterapkan

dalam kesehariannya. Proporsi kejadian diare di Indonesia pada orang

dewasa sebesar 40-50%, sementara pada balita 70-80% pada tahun 2008. Hal

ini merupakan masalah yang sangat memprihatinkan.

Angka kejadian diare di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2008

mengalami peningkatan dan penurunan. Peningkatan angka kejadian diare

paling tinggi pada periode tersebut terjadi pada tahun 2006 sebesar 10.980

kasus dan angka kejadian diare terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar

3661. Diare bukanlah hal yang sepele walaupun sebenarnya penanganan

cukup sederhana, tingginya angka kejadian diare di Indonesia

menggambarkan betapa memprihatinkan keadaan Indonesia. Diantara

banyaknya masalah baru yang muncul seperti bencana-bencana (yang

berpotensi mengakibatkan penigkatan kejadian diare), transisi epidemilogi

(peningkatan kejadian penyakit-penyakit degeneratif), diare masih

merupakan masalah yang harus diselesaikan. Case fatality rate diare di

4

Page 5: Proposal Welly

Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2008 sebesar

menunjukkan bahwa 1,18 % (11,3-2,48).

Apabila ditinjau angka kejadian diare dari setiap provinsi, maka provinsi

yang angka kejadian diarenya paling tinggi adalah di daerah Bali dengan

jumlah kasus sebesar 1.047 pada tahun 2008. Bali terkenal dengan daerah

endemis diare. Sedangkan case fatality rate tertinggi (2,2 %) terjadi di Jawa

timur dengan jumlah kasus diare sebesar 362 kasus.

Kejadian diare di provinsi Sumatera Selatan khususnya di Palembang

mengalami peningkatan pada tahun 2008, yaitu sebesar 7116 kasus dari tahun

sebelumnya. Padahal kasus diare pada tahun 2007 sudah mengalami

penurunan yang drastis dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 6691. Hal ini

merupakan sebuah fenomena yang perlu dipertanyakan mengapa kasus diare

pada tahun 2008 meningkat lagi, padahal sebelumnya sudah mulai menurun.

Walaupun persentasi akses air bersih di Palembang pada tahun 2009

menunjukkan angka yang cukup tinggi, perlu ditinjau kembali bagaimana

pemerataan akses air bersih di seluruh wilayah Palembang dan

perbandingannya dengan jumlah penduduk pengguna air bersih. Karena

masalah akses air bersih yang tidak merata ini dapat menggambarkan

buruknya akses air bersih serta dapat berpengaruh pada peningkatan kejadian

diare di Palembang. Hal inilah yang menjadi masalah yang hendak dikaji

dalam proposal ini. Kejadian dire dapat berdampak pada kesejahteraan

masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan bahwa

permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada

hubungan buruknya akses air bersih terhadap peningkatan kejadian diare di

Palembang pada tahun 2007-2009.

5

Page 6: Proposal Welly

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum:

Untuk mengetahui hubungan antara buruknya akses air bersih terhadap

peningkatan kejadian diare di Palembang pada tahun 2007 hingga 2009.

2. Tujuan khusus:

a. Mengetahui tidak meratanya akses air bersih yang merupakan salah

satu gambaran dari buruknya akses air bersih di Palembang

b. Mengetahui kondisi dan kualitas akses air bersih di Palembang.

c. Mengetahui tingkat kesadaran masyarakat Palembang terhadap

pentingnya akses air bersih

d. Mengetahui hubungan antara air yang tidak bersih dengan kejadian

diare

e. Mengetahui hubungan antara akses air bersih terhadap kesadaran

masyarakat dalam menggunakan akses air bersih

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Dinas kesehatan Palembang

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang penting

bagi Dinas Kesehatan Kota Palembang sehingga bermanfaat dalam

memajukan kesehatan masyarakat di Palembang.

b. Sebagai masukan bagi Dinas kesehatan Kota Palembang dalam

upaya menanggulangi kejadian diare di kota Palembang

c. Sebagai gambaran tentang hubungan antara buruknya akses air

bersih dengan peningkatan kejadian diare

2. Bagi lembaga pendidikan

a. Sebagai informasi yang penting untuk memberikan gambaran

tentang hubungan buruknya akses air bersih dengan kejadian diare

di Palembang

6

Page 7: Proposal Welly

b. Sebagai masukan bagi lembaga pendidikan agar dapat

meningkatkan mutu pendidikan

3. Bagi peneliti

Memperoleh pengetahuan dan informasi tentang akses air bersih,

sanitasi lingkungan, meningkatnya kesadaran akan pentingnya sanitasi

yang baik bagi kesehatan masyarakat secara menyeluruh.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN

1. Lingkup tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Palembang

2. Lingkup materi

Penelitian yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan, akses air

bersih, kejadian diare.

3. Lingkup waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus hingga Desember 2010.

7

Page 8: Proposal Welly

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENYAKIT DIARE

1. Pengertian Diare

Berdasarkan WHO diare merupakan bertambahnya defekasi dari biasanya,

disertai dengan perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa

darah. Sedangkan DepKes menyatakan bahwa diare adalah suatu penyakit

dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang

melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar

biasanya tiga kali atau lebih dalam satu hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa

diare merupakan suatu kondisi hilangnya cairan elektrolit yang berlebihan

sebagai akibat dari adanya gangguan pada sistem pencernaan, gangguan pada

sistem pencernaan ini akan mengakibatkan frekuensi defekasi meningkat

dengan kondisi feses yang encer.

2. Patofisiologi Diare

Secara umum diare terjadi akibat adanya gangguan absorbsi dan ekskresi

cairan elektrolit pada saluran pencernaan sehingga terjadi peningkatan

motilitas dan percepatan pengosongan pada intenstinal. Cairan elektrolit

berupa sodium, potasium, dan bikarbonat akan berpindah dari rongga

ekstraselular ke tinja sehingga terjadi dehidrasi terhadap cairan elektrolit dan

dapat mengakibatkan asidosis metabolik. Berikut penjabaran patofisiologi

terjadinya diare:

Menurunnya absorbs normal larutan dalam air

Meningkatnya sekresi eletrolit ke dalam lumen intestinal

Adanya absorbs yang buruk secara osmosis di dalam larutan aktif

di lumen usus

Meningkatnya motilitas intestinal

8

Page 9: Proposal Welly

Penyakit inflamasi yang menghasilkan darah, pus, dan mucus.

Penyebab penyakit diare ada tiga yaitu; adanya gangguan osmotic,

mikroorganisme, peradangan usus. Pada penyakit diare yang disebabkan oleh

adanya gangguan osmotic pada saluran pencernaan akan mengakibatkan

makanan sulit diserap oleh tubuh sehingga terjadi peningkatan tekanan

osmotic di dalam rongga usus. Peningkatan tekanan osmotic di dalam rongga

usus akan menimbulkan pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus

sehingga merangsang usus untuk mengeluarkannya dalam bentuk feses yang

encer atau cairan elektrolit dan inilah yang disebut diare. Pada diare yang

disebabkan oleh adanya gangguan mikroorganisme di dalam usus,

mekanismenya adalah sebagai berikut mikroorganisme yang mampu bertahan

terhadap asam lambung akan melewati usus dan kolon. Pada bagian usus dan

kolon, mikroorganisme akan mengeluarkan toksin tepatnya pada dinding usus

yang mengakibatkan peningkatan sekresi air dari elektrolit ke dalam rongga

usus, peningkatan sekresi air dari elektrolitke dalam rongga usus ini akan

menimbulkan peningkatan volume rongga usus yang berlebihan serta terjadi

hipersekresi yang pada akhirnya menimbulkan diare. Pada kejadian diare oleh

karena peradangan usus (hiperperistaltik) atau disebut juga dengan gangguan

motilitas usus, peradangan usus yang terjadi mengakibatkan penurunan fungsi

usus dalam menyerap makanan, ketika gerak peristaltic menurun akan

mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan sehingga menimbulkan

defekasi yang berlebihan yang disebut juga dengan diare.

3. Klasifikasi Diare

Penyakit diare dapat dibagi berdasarkan faktor penyebabnya, masa

terjadinya penyakit tersebut, dan berdasarkan diare yang infeksius dengan

diare non infeksius.

a) Penyakit diare berdasarkan faktor penyebabnya;

Penyakit diare yang diklasifikasikan berdasarkan penyebab terjadinya diare

yang terdiri atas

9

Page 10: Proposal Welly

i. Faktor infeksi; penyakit diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri,

infeksi virus, infeksi parasit (cacing), infeksi protozoa (entamoeba

histolitica, giardia lamblia, trichomonas homunis), infeksi jamur.

ii. Faktor malabsorbsi; penyakit diare yang disebabkan oleh adanya

gangguan absorbsi lemak, karbohidrat, dan protein pada saluran

pencernaan .

iii. Faktor makanan; penyakit diare yang disebabkan oleh makanan

yang tidak sesuai dengan kondisi seseorang atau bisa saja karena

alergi pada makanan tetentu karena tidak terbiasa, selain karena

alergi kondisi makanan juga akan mempengaruhi kemungkinan

terjadinya diare pada seseorang.

iv. Faktor psikologis; secara tidak langsung faktor psikologis

berpengaruh dalam menimbulkan penyakit diare pada sebagian

orang. Rasa cemas yang berlebihan, stress atau tekanan lingkungan

akan mempengaruhi pola makan dan kesehatan pencernaan

seseorang.

b) Penyakit diare berdasarkan masa terjadinya;

Penyakit diare yang dibagi berdasarkan masa terjadinya ini digolongkan

berdasarkan berapa lama penyakit tersebut menjadi masalah bagi

seseorang. Penyakit diare dalam hal ini dibagi menjadi 2 yaitu diare akut

dan diare kronik.

i. Diare akut adalah diare yang terjadi dalam kurun waktu beberapa

jam sampai 7 atau 14 hari yang biasanya disebabkan oleh infeksi

bakteri, keracunan, alergi, dan juga faktor psikis. Pada umumya

diare akut ini dibagi menjadi 3 tipe yaitu;

inflammatory (terjadi akibat terjadinya proses invasi dan

sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri

yang pada akhirnya akan menimbulkan diare berdarah atau

sering disebut disentri dan umumnya disebabkan oleh

mikroorganisme E. hystolitica, Shigella, Entero invasive E.

coli, V. parahaemolitycus, C. difficilli, C. jejuni)

10

Page 11: Proposal Welly

Non inflammatory (terjadi akibat adanya eterotoksin yang

mengakibatkan diare cair dengan volume yang lebih besar

tanpa adnya lendir dan darah yang biasanya disebabkan

oleh mikroorganisme V. cholera, Enterotoksigenik E. coli,

Salmonella).

Penetrating (diare yang terjadi pada bagian distal usus halus

yang biasanya disebabkan oleh S. thypii, S. parathypi A dan

B, S. cholerasuis, Y. enterocolitidea, dan C. fetus.

ii. Diare kronik adalah diare yang terjadi dalam kurun waktu yang

lama yaitu selama lebih dari 2 minggu. Terjadinya diare ini

dipengaruhi oleh konsistensi feses dan motilitas feses. Biasanya

gejalanya berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, tenemus,

demam, dan adanya tanda-tanda dehidrasi. Diare kronik dapat

diklasifikasikan menjadi; diare inflamasi, diare osmotic, diare

sekretori, dan motilitas.

Diare inflamasi; Diare yang disebabkan adanya kerusakan

mukosa usus sebagai akibat dari proses inflamasi, sehingga

terjadi produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air

serta elektrolit ke dalam lumen, dan gangguan absorpsi

air/elektrolit. Inflamasi mukosa usus ini dapat disebabkan

oleh infeksi (Shigella) atau non infeksi (IBD/Inflammatory

Bowel Disease).  IBD merupakan suatu penyakit yang

diduga disebabkan oleh faktor genetik, imunologik dan

mikroba. Peradangan yang disebabkan oleh IBD dapat

berakibat; Gangguan integritas sawar epitel mukosa,

hilangnya fungsi absorptif sel epitel permukaan, dan

pengaktifan sekresi sel kriptus sehingga menyebabkan

destruksi mukosa dan gangguan fungsi sawar dan absorbtif.

Proses ini menyebabkan terjadinya diare berdarah yang

intermitten. Contoh dari IBD adalah penyakit Crohn dan

11

Page 12: Proposal Welly

kolitis ulserativa. Diare inflamasi ditandai dengan terjadinya

demam, nyeri perut, feses yang berdarah.

Diare osmotic; keadaan ini terjadi pada saat cairan yang

dicerna tidak seluruhnya dapat diabsorbsi oleh usus halus,

sehingga oleh tekanan osmotic cairan tersebut akan

memasuki lumen intesinal. Masuknya cairan ke dalam

lumen intestinal mengakibatkan volume lumen meningkat

sehingga mempengaruhi kapasitas kolon dalam reabsorbsi.

Umunya diare ini terjadi akibat adanya malabsorbsi lemak

dan karbohidrat yang akan mempengaruhi kerja sistem

pencernaan.

Diare sekretori; Diare tipe ini disebabkan oleh peningkatan

sekresi air dan elektrolit dari usus dan penurunan

absorpsi/penyerapan. Yang khas pada diare ini yaitu secara

klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak

sekali, dan tidak mereda walaupun penderita dipuasakan.

Diare ini dapat bersifat infektif (misalnya infeksi V.

cholera, E. coli) tapi dapat juga non-infektif. Beberapa

etiologi non-infektif antara lain; Neoplasma/keganasan:

Gastrinoma. Pada gastrinoma terjadi hiperplasia sel parietal

di daerah fundus lambung, sehingga terjadi pengeluaran

asam yang berlebihan. Pengeluaran asam ini merangsang

pelepasan sekretin, yang pada akhirnya akan menarik air

dan bikarbonat dari sel pankreas dan usus halus sehingga

terjadi diare; Hormon dan neurotransmitter: sekretin,

prostaglandin E (menstimulasi kerja adenilat siklase dan

cAMP sehingga terjadi pengeluaran air dan elektrolit),

kolesistokinin, gastrin, kolinergik, dll; Laksatif: hidroksi

asam empedu (asam dioksilat dan kenodioksilat) dan

hidroksi asam lemak (resinoleat kastroli).

12

Page 13: Proposal Welly

Diare motilitas; Diare yang disebabkan oleh hipermotilitas

dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan

makanan terlalu cepat terpajan ke permukaan

pencernaan/absorptif. Akibatnya tidak semua jumlah

nutrien dapat dicerna/diserap dengan baik di usus halus.

Penyebab gangguan motilitas antara lain diabetes melitus,

pasca reseksi lambung & vagotomi, hipertiroid.

Secara klinis, penyakit diare akan mengakibatkan tubuh kehilangan air dan

cairan elektrolit serta gangguan asam basa yang pada akhirnya menimbulkan

dehidrasi dan asidosis metabolic. Selain hal itu diare juga mengakibatkan

gangguan sirkulasi darah berupa renjatan hipovolemik, berkurangnya perfusi

jaringan yang pada akhirnya dapat menimbulkan hipoksia dan asidosis

metabolic, menurunnya kesadaran yang berpotensi mengakibatkan kematian.

4. Gejala-gejala Diare

Secara umum diare memiliki gejala sebagai berikut;

Gejala Diare diawali dengan timbulnya perasaan mual, muntah hingga

menimbulkan berkurangnya nafsu makan, sakit perut dan kejang perut.

Frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan kondisi feses

encer berwarna kehijau-hijauan (karena tercampur dengan empedu), pada

jenis diare tertentu feses terdapat darah.

Keadaan gelisah seiring dengan peningkatan suhu tubuh, dan nafsu makan

berkurang.

Mulai timbul gejala dehidrasi (kekuarangan air ataupun cairan), elastisitas

kulit akan menurun karena terjadi turgor pada kulit yang Nampak dengan

jelas, mata tampak cekung sebagai akibat dari keringnya membrane

mukosa, terjadinya penurunan berat badan.

Pada keadaan diare yang lebih parah lagi dapat terjadi percepatan pada

denyut jantung, kesadaran mulai menurun.

Diuresis berkurang (oligouria hingga menimbulkan anuria).

13

Page 14: Proposal Welly

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare

Diare dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor yang berkaitan erat

dengan kejadian diare seperti faktor sanitasi lingkungan, faktor perilaku

manusia, faktor keadaan gizi seseorang, faktor pendidikan, faktor keadaan

sosial ekonomi. Kelima faktor tersebut akan mempengaruhi kejadian diare,

faktor yang paling berpengaruh adalah faktor sanitasi lingkungan dan

perilaku manusia.

Factor sanitasi lingkungan atau hygiene lingkungan; Suatu penyakit akan

timbul ketika terjadi ketidakseimbangan antara agent penyakit tersebut

dengan lingkungan serta terhadap host (inang). Penyakit diare merupakan

salah satu penyakit berbasis lingkungan yang penularan arau kejadiannya

dapat terjadi di lingkungan. Sebagian besar agent penyebab diare terdapat

di lingkungan seperti virus, bakteri, kuman, jamur, dan parasit lainnya

keberadaan agen ini secara tidak langsung akan mempengaruhi keadaan

lingkungan sekitar. Buruknya sanitasi lingkungan akan memicu

perkembangbiakan berbagai jenis mikroorganisme yang terdapat di

lingkungan tersebut, keadaan inilah yang terjadi pada agent penyebab

diare. Keadaan lingkungan yang buruk menggambarkan

ketidakseimbangan trias epidemiologi yang telah dijelaskan di atas.

Faktor perilaku; selain factor lingkungan, factor yang berpengaruh dalam

kejadian diare adalah perilaku dalam kaitannya dengan personal hygiene.

Personal hygiene merupakan pola hidup bersih dan sehat yang perlu

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Factor perilaku yang

memungkinkan terjadinya diare seperti; kebiasaan tidak mecuci tangan

sebelum memakan sesuatu, kebiasaan memakan buah yang tidak

dibersihkan dengan air yang mengalir, kebiasaan makan sembarangan,

tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar,

mengkonsumsi makanan yang sudah basi, dll. Kebiasaan tersebut

merupakan hal yang sepele yang sering diabaikan dalam kehidupan

sehari-hari padahal kebiasaan yang buruk akibat tidak mengikuti pola

14

Page 15: Proposal Welly

hidup bersih dan sehat berkontribusi untuk menimbulkan penyakit diare

bahkan penyakit berbasis lingkungan lainnya.

Factor status gizi, konsumsi gizi akan mempengaruhhi kesehatan

seseorang, meningkatnya kesehatan sesorang akan memicu peningkatan

kekebalan tubuh. Peningkatan kekebalan tubuh akan menghambat

masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh manusia. Kekurangan gizi

mempunyai hubungan yang timbal-balik dengan diare, mereka yang

menderita kekurangan gizi akan berpotensi terjadinya diare dan

sebaliknya kejadian diare akan berpengaruh pada status gizi seseorang.

Penderita malnutrisi akan mengalami episode diare yang lebih lama

dibandingkan dengan mereka yang status gizinya baik. Status gizi yang

buruk akan mengakibatkan gangguan keseimbangan elektrolit di dalam

tubuh, hal inilah yang memicu terjadinya diare. Selain gangguan pada

keseimbangan elektrolit, status gizi buruk juga akan mengakibatkan

gangguan absorbsi makanan pada pancreas atau juga usus halus.

6. Pencegahan terhadap Diare

Pencegahan terhadap penyakit diare terbagi atas 3 yaitu; pencegahan

primer (promosi kesehatan dan pencegahan khusus), pencegahan sekunder

(diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, dan pencegahan tersier

(pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi).

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer merupakan tindakan pencegahan yang pertama kali

dilakukan. Pencegahan ini disasarkan pada host, agent, dan environtment

(lingkungan). Pada prinsipnya, pencegahan primer dilakukan dengan

promosi kesehatan tentang penyakit diare, dan melakukan tindakan

pencegahan khusus. Pencegahan pada host dilakukan dengan

mempromosikan tentang pola hidup bersih dan sehat kepada masyarakat

dan meningkatkan imunitas host itu sendiri sehingga dapat terhindar dari

bahaya penyakit. Pencegahan pada agent dilakukan dengan memberantas

agent langsung pada sumbernya dengan melakukan berbagai metode yang

15

Page 16: Proposal Welly

dianggap tepat. Pencegahan pada lingkungan dilakukan dengan

memodifikasi lingkungan dengan tujuan perbaikan lingkungan biologis.

Berikut beberapa tindakan pencegahan primer terhadap penyakit diare;

Penyediaan air bersih, ini merupakan salah satu tindakan yang

sangat penting air bersih yang umum digunakan adalah air

permukaan tanah yang tidak tercemar oleh mikroorganisme. Air

bersih harus bersumber dari wadah atau tempat yang bersih yang

jauh dari sumber penyakit (misalnya 10 meter dari septictank, dan

jauh dari kandang peternakan). Penggunaan air bersih juga

sebaiknya dilaksanakan dengan baik misalnya mengambil air

dengan gayung atau ember yang bersih.

Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan tinja, tempat

pembuangan tinja yang tidak sesuai dengan standard kesehatan

lingkungan akan menimbulkan kemungkinan terjadinya penyakit

berbasis lingkungan. Tempat pembuangan tinja yang sesuai dengan

standar kesehatan adalah; tidak mengotori lingkungan, tidak

merusak nilai estetika, tidak mengotori permukaan tanah, tidak

mengotori air permukaan tanah, tidak dapat dijangkau oleh

serangga, tidak menimbulkan bau pada lingkungan sekitar, mudah

digunakan dan dipelihara serta dapat terjangkau oleh masyarakat.

Agar tempat pembuangan tinja tidak merusak lingkungan maka

perlu dilakukan pemeliharaan dan pengelolaan yang tepat. Ada

berbagai jenis tempat pembuangan tinja yang dapat digunakan oleh

masyarakat seperti berikut; jamban cemplung (pit latrine), jamban

cemplung berventilasi (ventilation improved pit latrine), jamban

empang (fishpond latrine), jamban pupuk (the compost privy),

septiktank.

Peningkatan status gizi, hal ini akan berpengaruh pada kekebalan

tubuh host karena nutrisi akan berpengaruh pada kelenjar timus

yang akhirnya berpotensi pada peningkatan kekebalan tubuh.

16

Page 17: Proposal Welly

Sebuah penelitian kesehatan menyatakan bahwa semakin buruk

status gizi seseorang maka semakin lama diare yang diderita pasien.

Kebiasaan mencuci tangan, diare merupakan penyakit yang dapat

menular melalui oral (pencernaan). Oleh sebab itu, kebiasaan

mencuci tangan akan berpengaruh pada penularan penyakit diare

dari individu yang satu ke individu yang lainnya. Biasanya

penularan diare melalui tangan terjadi pada ibu-ibu yang baru

selesai membersihkan tinja anaknya. Di pedesaan ibu-ibu cenderung

tidak meggunakan air untuk membersihkan tangan hanya

menggunakan kain lap saja karena mereka menganggap kotoran

anak-anak tidaklah terlalu berbahaya bagi kesehatan. Kebiasaan

mencuci tangan akan sangat berpengaruh pada kejadian diare.

Pemberian ASI eksklusive dan Imuisasi, hal ini merupakan salah

satu tindakan pencegahan kejadian diare pada bayi atau balita yang

sangat rentan terhadap penyakit diare.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder meliputi deteksi penyakit dini yang

dilakukan dengan skrining dan pengobatan tepat (prompt treatment).

Pencegahan tingkat ini difokuskan pada host yang sudah terkena diare

dengan harapan untuk mencegah diare ke tahapan selanjutnya atau

menimbulkan cacat bahkan kematian. Tindakan yang dilakukan berupa

deteksi penyakit secara dini dengan memperhatikan gejala-gejala

terjadinya diare, agar diagnosisnya lebih jelas dapat diperiksa ke

layanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan hasil yang lebih pasti

dan melakukan pengobatan yang tepat.

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tingkat ini merupakan pencegahan terjadinya

kecacatan dan kematian akibat dehidrasi pada penderita diare.

Pencegahan ini dilakukan untuk mengembalikan keadaan kondisi fisik

dan psikologis penderita semaksimalnya. Upaya ini dilakukan dengan

meningkatkan konsumsi nutrisi pada penderita untuk memulihakn

17

Page 18: Proposal Welly

kembali fungsi-fungsi tubuh yang terganggu akibat diare, rehabilitasi

dilakukan untuk memulihkan kondisi psikologis penderita yang

berpengaruh pada keadaan mentalnya.

7. Penatalaksanaan terhadap Kejadian Diare

Ada banyak jenis obat diare yang sudah beredar di pasaarn berikut

beberapa contoh.

a.Pengobatan diare pada diare akut; pada prinsipnya pengobatan diare

dilakukan dengan menghilangkan penyebab diare yaitu antimikroba yang

sesuai dengan etiologi penyakitnya. Beberapa terapinya adalah sebagai

berikut:

Terapi supportif atau simptomatik; terapi inni dilakukan dengan

pemberian kalori (intake kalori) sesuai kebutuhan sebagai energy untuk

menghasilkan enterosit yang sudah rusak. Pada prinsipnya obat ini

bekerja dengan mengurangi volume feses dan frekuensi diare atau dapat

disebut dengan menyerap air.

Oral rehydration solution; pengobatan jenis ini dikenal dengan oralit

yang pemberiannya melalui oral.

b. Pengobatan diare pada diare kronis; pengobatan diare kronik dberikan obat

seperti loperamid, klonidin, kodein, octreotide, dhyphenoxylat,

cholestiramin.

B. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI PENYAKIT DIARE

Berdasarkan data profil kesehatan Kota Palembang Tahun 2008,

melalui pengamatan terhadap angka kesakitan dari tahun ke tahun dapat

diketahui bahwa sepuluh penyakit terbanyak pada kunjungan rawat jalan

puskesmas Kota Palembang masih didominasi penyakit infeksi dan

penyakit menular.

Jumlah Kasus Penderita Diare Kota Palembang

Tahun 2004 – 2008

No. Tahun Jumlah Kasus % Cakupan

18

Page 19: Proposal Welly

Penderita Meninggal

1. 2004 43.842 0 57,9

2. 2005 49.027 0 61,65

3. 2006 53.429 0 66,5

4. 2007 46.738 0 57,8

5. 2008 33.588 0 58,7

2004 2005 2006 2007 20080

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

Jumlah Penderita DiareTahun 2004-2008

Jumlah Penderita

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa kasus diare tertinggi tahun

2006 yaitu 53.429 kasus dan terendah tahun 2004 yaitu 43.842 kasus.

Dari data profil kesehatan Kota Palembang Tahun 2008, dapat

ditarik beberapa informasi penting, yaitu:

1. Angka kesakitan berbagai kasus penyakit menular mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya. Jumlah kasus diare pada tahun 2008

adalah 33.588 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kasus

tahun 2007 yaitu sebesar 46.738 kasus, jumlah kasus diare pada balita

tahun 2008 yaitu 26.891 kasus sedangkan kasus diare pada balita tahun

2007 sebesar 23.715 kasus.

19

Page 20: Proposal Welly

2. Pencapaian keluarga yang memiliki akses air bersih pada tahun 2008

meningkat menjadi 80 % namun pencapaian indikator akses air bersih

masih dibawah target yang ditetapkan (Indonesia Sehat 2010) yaitu

85%.

3. Presentase rumah tangga PHBS pada tahun 2008 adalah 50.67%

meningkat dibandingkan tahun 2007 yaitu 33.70 tetapi masih dibawah

target Indonesia Sehat 2010 (65%).

C. PENULARAN PENYAKIT DIARE

Dalam kajian ini diare yang dapat menular adalah diare yang

disebabkan oleh mikroorganisme (penyakit berbasis lingkungan). Penyakit

ini dapat menular pada lingkungan yang sanitasinya buruk dan

hygienenya. Penularan penyakit diare dapat disebabkan oleh berbagai

factor dengan masing-masing mekanisme yang berbeda. Pada umumnya

penularan diare terjadi melalui fecal oral (pencernaan). Penularan penyakit

diare dapat dibagi berdasarkan sumber penularannya;

a. Makanan

Penularan diare melalui makanan dapat dimulai dari makanan yang

telah terkontaminasi oleh bakteri penyebab diare, terkontaminasinya

makanan oleh bakteri ini dapat terjadi melalui lalat atau srangga

lainnya yang hinggap pada makanan setelah hinggap di daerah yang

sudah mengandung bakteri. Jadi secara tidak langsung vector seperti

lalat menmbawa bakteri sehingga makanan terkontaminasi. Makanan

yang telah terkontaminasi ini akan dikonsumsi oleh manusia sehingga

bakteri penyebab diare masuk ke dalam tubuh manusia yang apada

akhirnya akan mengakibatkan diare. Pada saat host sudah terkena

diare, feses yang akan dikeluarkannya dapat menjadi sumber penyakit

diare lagi sehingga terbentuk berupa siklus.

b. Air

20

Page 21: Proposal Welly

Air yang umumnya rentan terhadap kandungan bakteri adalah air

sungai. Hal ini disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan oleh

penduduk di pedesaan umumnya bahkan pembuangan tinja dilakukan

di sungai. Air sugai yang sudah terkontaminasi oleh bakteri akan

digunakan oleh waarga sekitar untuk mencuci piring, mencuci pakaian,

bahkan digunakan untuk memasak. Aktivitas ini berpotensi

mengakibatkan kejadian diare, dengaan mekanisme sebagai berikut;

pada saat piring atau pakaian dicuci di air sungai secara tidak disadari

bakteri telah mengkontaminasi barang-barang tersebut kemudian

digunakan oleh mansia yang pada akihirnya akan timbul diare.

c. Sanitasi yang buruk

Sanitasi yang buruk akan memungkinkan bakteri untuk

berkembang biak dan mengkontaminasi host. Saniatsi yang buruk yang

berpotensi menimbulkan diare secara tidak langsung maupun secara

langsung adalah; tempat pembuangan tinja yang dekat dengan sumber

air, tempat sampah yang tidak di pelihara dengan baik, dll.

d. Pola hidup yang tidak bersih dan tidak sehat

Pola hidup sangat berperan dalam hal ini, personal hygiene menjadi

factor yang sangat berpengaruh. Perilaku manusia yang umumnya

berdampak pada timbulnya kejadian diare adalah; membuang tinja tidak

di tempat yang tepat, tempat pembuangan sampah yang tidak

terpelihara, mengkonsumsi makanan atau minuman yang basi (atau

sudah terkontaminasi).

D. AIR BERSIH

Air bersih merupakan air yang tidak berwarna, tidak berasa, tidak

berbau yang apabila dikonsumsi oleh manusia tidak akan mengganggu

kesehatannya dan aman digunakan untuk keperluan sehari-hari. Dalam

kehidupan sehari-hari kebutuhan manusia akan air sangat mempengaruhi

aktivitas manusia sehari-hari. Air digunakan oleh manusia untuk memenuhi

21

Page 22: Proposal Welly

kebuttuhan sehari-hari seperi mencuci pakaian, mencuci piring,

membersihkan diri, dan sebagai cairan pokok yang dibutuhkan manusia agar

terhinda dari dehidrasi. Kekurangan air bersih dapat menimbulkan dampak

yang buruk bagi manusia, dampaknya akan berpengaruh pada kesehatan

manusia itu sendiri, sanitasi lingkugan di sekitarnya, dan juga bagi mahluk

hidup lainnya. Syarat-syarat kesehatan air bersih adalah sebagai berikut;

a. Syarat bilogis

Air bersih yang sesuai dengan standard kesehatan adalah air yang tidak

mengandung mikroorganisme seperti bakteri, jamur, protozoa, parasit,

dan virus. Pada umumnya parameter yang digunakan sebagai indikator

bersihnya air adalah E. coli. Air yang sesuai dengan standard

kesehatan tidak boleh mengandung bakteri E. coli satu unit pun.

Kandungan E. coli yang melebihi batas akan berdampak merugikan

bagi kesehatan manusia.

b. Syarat fisik.

Agar dapat mengenali air yang bersih dan sesuai dengan standard

kesehatan syarat fisik yang perlu diperhatikan adalah temperatur air,

warna, dan bau air tersebut.

Warna

Warna yang tepat untuk air bersih adalah bening atau tidak

berwarna. Air yang bersih dan tidak berwarna dapat menjadi

indicator bahwa air tersebut bebas dari zat-zat berbahaya bagi

kesehatan. Warna pada air yang keruh dapat berasal dari bahan-

bahan kimia, debu atau lumpur yang terdapat di dalam air. Jika

warna air bening dapat diperkirakan bahwa auur tersebut bebas

dari bahan-bahan yang dapat menyebabkan air menjadi keruh.

Manusia dapat mendeteksi warna diatas 15 TCU dalam segelas

air, dan warna dibawah 15 TCU dianggap tidak membahayakan

kesehatan manusia atau aman. Warna juga dapat dilihat dari

tingkat kekeruhan air, kekeruhan dapat berasal dari partikulat-

22

Page 23: Proposal Welly

partikulat yag berasal dari proses filtrasi. Kekeruhan maksimal

pada 25 skala NTU.

Bau

Bau yang tidak sedap dapat berasal dari zat-zat organic yang

sudah membusuk, oleh sebab itu air yang bersih sebaiknya

tidak berbau. Air yang tidak berbau dapat dianggap bebas dari

bahan-bahan organic yang dapat mengganggu kesehatan

manusia. Adanya bau pada air dapat menjadi indicator bahwa

air tersebut mengandung polutan.

Rasa

Air yag bersih itu tidak berasa, rasa pada air dapat berasal dari

bahan-bahan yang terlarut di dalam air. Misalnya air tanah, rasa

tanah dapat terasa pada saat belum dilakukan proses

pengolahan. Rasa pada air dapat juga disebabkan oleh kadar ph

air.

Temperature air

Suhu yang tepat pada air sebaiknya + 30C dari udara.

c. Syarat kimiawi

a. Kandungan oksigen

Kandungan oksigen dalam air menjadi sangat penting karena

oksigen diperlukan untuk membantu mikroorganisme yang

menguaraikan zat-zat organic di dalam air. Bahan organic yang

diuraikan oleh mikroorganisme yang juga membutuhkan

oksigen pada prosesnya akan terdekompodidi menjadi

carbonmonoksida (CO2) dan air (H2O). Selanjutnya CO2 akan

dimanfaatkan tanaman air untuk melakukan proses fotosintesis

yang pada akhirnya tanaman akan menghasilkan oksigen dan

seterusnya

b. Derajat keasaman.

Derajat keasaman yang dimiliki oleh air yang berstandar

kesehatan haruslah netral. Keasaman pada air dapat berasal dari

23

Page 24: Proposal Welly

kandungan C (carbon) dalam air yang dapat berdampak buruk

bagi kesehatan. Senyawa ini dapat mengalami reaksi-reaksi

yang tidak baik bagi kesehatan. Ph yang tepat untuk air adalah

6,5-9,2.

c. Besi

Kandungan besi dalam air mengakibatkan air berwarna kuning

dan menimbulkan rasa logam di dalam air. Batas maksimal

kandungan besi dalam air adalah 1 mg/lt.

d. Aluminium

Kandungan aluminium dalam air akan mengakibatkan rasa air

yang tidak enak untuk dikonsumsi selain itu juga bahan ini

cukup membahayan bagi kesehatan apabila kandungannya

dalam air di atas ambang batas. Kandungan aluminium dalam

air sebaiknya 0,2 mg/lt.

e. Zat organic

Zat organic yang dimaksud dalam kajian ini adalah unsur hara

yang terdapat di dalam air yang berasal dari makanan, flora,

dan fauna.

f. Sulfat

Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat

mengakibatkan kerak air yang keras pada alat merebus air

(panci / ketel)selain mengakibatkan bau dan korosi pada pipa.

Sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air

bekas.

g. Nitrat dan nitrit

Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan

tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun

dari pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh

bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih

24

Page 25: Proposal Welly

besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang

dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah

membentuk methaemoglobine yang dapat menghalang

perjalanan oksigen didalam tubuh.

h. Chlorida

Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia.

Chlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan

namun apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+

dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air.

i. Zinc

Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15

mg/l. Penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan

rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink

merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena

kekurangan Zink dapat menyebabkan hambatan pada

pertumbuhan anak.

E. PENGARUH AIR TERHADAP KESEHATAN

Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50 -70 % dari seluruh berat

badan. Air terdapat di seluruh badan, di tulang terdapat air sebanyak 22 %

berat tulang, di darah dan ginjal sebanyak 83 %. Kehilangan air untuk 15 %

dari berat badan dapat mengakibatkan kematian. Karenanya orang dewasa

perlu minum minimum 1,5 – 2 liter air sehari. Kekurangan air ini

menyebabkan banyaknya didapat penyakit batu ginjal dan kandung kemih di

daerah tropis seperti Indonesia, karena terjadinya kristalisasi unsur –unsur

yang ada di dalam cairan tubuh.

Air sebagai media penularan penyakit

Air yang telah tercemar oleh bakteri penyebab berbagai penyakit, dapat

menularkan kepada manusia atau hewan melalui empat mekanisme:

a. Water borne disease

25

Page 26: Proposal Welly

Mekanisme penyebaran penyakit dimana pathogen penyebab penyakit

berada dalam air yang telah tercemar dan dapat menyebabkan penyakit

infeksi bila terminum oleh manusia atau hewan. Hal ini karena air

tersebut mengandung kuman pathogen. Diantara penyakit- penyakit

yang disebarkan dengan mekanisme ini adalah penyakit kolera, tifoid,

hepatitis A, disentri, poliomyelitis, dan diare.

b. Water washed disease

Mekanisme penyebaran penyakit bila suatu penyakit infeksi dapat

dicegah dengan memperbanyak volume pemakaian air serta

memperbaiki hygiene perorangan. Dengan terjaminnya kebersihan

oleh tersedianya air yang cukup, maka penyakit- penyakit tertentu

dapat dikurangi penularannya pada manusia, dan penyakit ini banyak

terjadi di daerah tropis. Contoh penyakit yang disebabkan adalah

penyakit infeksi saluran pencernaan, penyakit infeksi kulit dan selaput

lendir, penyakit yang ditimbulkan oleh insekta pada kulit dan selaput

lender.

c. Water based disease

Cara penyebaran penyakit ini terjadi bila sebagian siklus hidup

penyebab penyakit memerlukan hospes perantara seperti siput air.

Infeksi pada manusia dapat dicegah dengan menurunkan keinginan

dengan kontak dengan air, mengontrol populasi siput air, dan

memperbaiki kualitas air. Contoh penyakit yang disebabkan adalah

Schistomiasis. Dimana larva schistosoma hidup dalam keong - keong

air. Setelah waktunya larva ini mengubah bentuk menjadi cercaria dan

menembus kulit (kaki) manusia yang berada dalam air tersebut.

d. Insect vector disease

Cara penyebaran berkaitan dengan serangga sebagai vektor penyebaran

pathogen penyebab penyakit yang hidup di air. Strategi pencegahan

penyebaran penyakit dapat melalui perbaikan pengelolaan air

permukaan, menghilangkan tempat- tempat perkembangbiakan

serangga yang menjadi vektor penyebaran penyakit infeksi. Contoh-

26

Page 27: Proposal Welly

contoh penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya

bergantung pada air misalnya malaria, demam berdarah, filariasis,

Yellow fever, dan lain sebagainya.

F. SARANA DAN AKSES AIR BERSIH

Ketersediaan air menjadi masalah yang serius karena daerah tangkapan air

yang rusak dan pengaruh perkembangan iklim global yang juga dipengaruhi

kondisi lingkungan dan pencemaran. Air tidak hanya tidak terdistribusi

secara merata antar daerah dan wilayah, tetapi juga distribusinya tidak adil

dan merata di antara masyarakat yang kaya dan miskin. Pada sisi lain

kebutuhan air juga terus meningkat baik karena pertumbuhan penduduk

maupun pertumbuhan ekonomi yang juga memerlukan dukungan

ketersediaan air. Kelangkaan air ini tidak hanya menjadi isu lokal dan

nasional tetapi telah menjadi isu global. Salah satu aspek penting dari air

selain jumlahnya adalah kualitas. Air untuk keperluan manusia, terutama

untuk keperluan minum, harus memenuhi standar kualitas tertentu yang

memenuhi aspek kesehatan. Kualitas air saat ini juga sudah semakin menurun

seiring dengan tumbuh pesatnya industrialisasi, terutama di perkotaan dan di

daerah yang penduduknya padat, serta makin meningkatnya urbanisasi.

Kualitas air di beberapa daerah aliran sungai terus menurun karena polusi,

terutama yang berasal dari luar aliran sungai, baik yang berasal dari limbah

domestik maupun industri, atau pun usaha lain seperti pertambangan dan

penggunaan pestisida.

Dari sisi akses ke prasarana dan sarana air minum dan penyehatan

lingkungan, masih banyak masyarakat yang belum memilikinya. Pada saat ini

jumlah anggota masyarakat yang tidak memiliki akses jauh lebih besar

dibanding dengan saat dicanangkannya Dekade Pasokan Air Minum dan

Sanitasi 20 tahun yang lalu. Dalam konteks global saat ini diperkirakan

sekitar 1.1 milyard penduduk dunia yang tidak memiliki akses ke air minum

yang layak, dan sekitar 2,5 milyard yang tidak memiliki akses ke prasarana

27

Page 28: Proposal Welly

dan sarana sanitasi yang baik. Diperkirakan sekitar sepuluh ribu orang setiap

hari penduduk dunia meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan

air. Masalah yang dihadapi adalah lambatnya penanganan dan dana yang

tersedia, terutama di negara berkembang, belum digunakan secara efektif.

Hal tersebut dikarenakan belum adanya kemauan politik, kerangka kerja legal

dan kelembagaan, kapasitas, dan peralatan untuk menerapkan praktik-praktik

yang baik untuk mengatasi hambatan dalam penyediaan prasarana dan sarana

air minum dan penyehatan lingkungan.

Dalam Pembangunan Jangka Panjang Pertama, melalui berbagai proyek

pembangunan, Pemerintah telah membangun sistem air minum di berbagai

kota dan juga di perdesaan. Meskipun pada awalnya dominasi Pemerintah

Pusat masih sangat kuat dalam aspek perencanaan dan pembangunan

prasarana dan sarana air minum melalui Proyek-proyek Air Minum, serta

pengelolaannya melalui Badan Pengelolaan Air Minum (BPAM), namun

pada akhirnya dengan lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999

Tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan pengelolaan tersebut yang di

perkotaan diserahkan juga kepada Pemerintah Daerah.

Dalam pelaksanaannya, pengelolaan prasarana dan sarana air minum

tersebut di daerah dilakukan oleh badan usaha milik daerah yang dikenal

dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Untuk di tingkat perdesaan

pengelolaan ada yang dilakukan oleh lembaga atau organisasi masyarakat

setempat yang berbentuk Unit Pengelola Sarana, Kelompok Pengelola

Sarana, atau Himpunan Masyarakat Pengguna Air Minum (HIPAM). Pada

tahun 2002 ada 296 unit PDAM yang mengelola air minum di Indonesia,

termasuk beberapa buah yang masih berstatus BPAM, dan beberapa unit

yang dikelola bersama oleh Pemerintah Daerah dan swasta.

Dalam era otonomi daerah, Pemerintah Daerah memandang bahwa PDAM

merupakan badan usaha milik daerah yang harus menghasilkan pendapatan

daerah sehingga banyak campur tangan dari Pemerintah Daerah. Hal ini

berakibat pada PDAM menjadi tidak mandiri, karena terlalu banyak

intervensi dari Pemerintah Daerah terutama dalam penentuan kebijakan dan

28

Page 29: Proposal Welly

pengambilan keputusan. PDAM tidak dapat meningkatkan efisiensi dan tidak

dapat mengembangkan diri sebagai suatu perusahaan profesional. Dalam

kondisi seperti itu, hampir semua PDAM menghadapi masalah keuangan

yangserius, terutama pendapatan yang kurang karena tarif yang rendah,

sedangkan biaya operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana jauh lebih

tinggi. Sebagian besar PDAM terlilit hutang dalam jumlah yang besar, dan

bahkan sebagian ada yang sudah jatuh tempo. Hal tersebut diperburuk lagi

oleh kondisi SDM pengelola, baik teknis maupun manajerial yang masih

rendah. Begitu pula peraturan dan perundang-undangan yang ada sudah tidak

sesuai lagi dengan kondisi saat ini, sehingga tidak dapat berperan secara

optimal dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Keterlibatan

sektor swasta untuk berinvestasi dalam penyediaan prasarana dan sarana air

minum juga masih sangat rendah. Masih kurangnya sektor swasta terlibat

dalam hal ini antara lain karena belum ada kejelasan peraturan dan

perundang-undangan yang mengatur privatisasi maupun kemitraan antara

Pemerintah dengan swasta, khususnya dalam penyediaan air minum. Selain

itu karena investasi dalam penyediaan prasarana dan sarana air minum sangat

padat modal yang berisiko tinggi, sedangkan di sisi lain kesadaran dan

kemampuan masyarakat dalam membayar jasa pelayanan air minum masih

dianggap cukup rendah. Sebagai suatu perusahaan, selain mengharapkan

pengembalian investasi (cost recovery) tentunya juga mengharapkan

memperoleh keuntungan. Kondisi yang ada saat ini masih dianggap belum

kondusif untuk berinvestasi dalam penyediaan pelayanan air minum.

Meskipun Pemerintah sudah sejak beberapa Pelita melakukan

pembangunan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan, namun

cakupannya masih belum merata sehingga presentase masyarakat yang

memiliki akses kepada prasarana dan sarana penyehatan lingkungan masih

rendah, terutama di perdesaan. Sistem pelayanan persampahan, terutama di

perkotaan, masih belum memadai sehingga baru mampu melayani sebagian

kecil warga kota.

29

Page 30: Proposal Welly

Dengan laju pertumbuhan penduduk yang masih terus meningkat setiap

tahunnya, akan membawa konsekwensi makin sulitnya mengelola sampah.

Perhatian Pemerintah terhadap penanganan prasarana dan sarana penyehatan

lingkungan juga masih rendah dibandingkan dengan perhatian pada sektor

lain. Begitu pula kemampuan Pemerintah dalam mengalokasikan anggaran

untuk pengelolaan sampah juga masih rendah. Kesadaran dan kepedulian

masyarakat terhadap kesehatan lingkungan juga masih rendah, sehingga

masih sulit mengharapkan mereka mau membayar untuk pengelolaan

prasarana dan sarana penyehatan lingkungan. Dalam kondisi kemampuan

masyarakat yang masih rendah seperti itu, sektor swasta tidak tertarik untuk

berinvestasi dalam pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana

penyehatan lingkungan. Investasi dalam pembangunan prasarana dan sarana

penyehatan lingkungan, seperti sistem penanganan air limbah terpusat (off

site), memerlukan biaya yang besar sehingga akan sangat sulit untuk

memperoleh pengembalian investasi. Hal tersebut juga karena peraturan dan

perundang-undangan yang ada belum mendukung kebutuhan yang terus

berkembang.

PDAM merupakan sarana air bersih di daerah perkotaan sedangkan di

pedesaan sarana air bersih adalah sungai, sumur, danau dan lain-lain. Sarana

air bersih di sungai, danau, dan sumur perlu mendapat perhatian khususnya di

bidang kesehatan lingkungan. Sarana air bersih yang baik adalah sarana yang

sesuai dengan standard kesehatan dan ttidak mebahayakan bagi kesehatan.

Berikut criteria yang perlu diperhatikan untuk saraa dan akses air bersih yang

tepat;

a. Sungai

Sungai merupakan sarana dan akses air bersih yang sering

dimanfaatkan di pedesaan. Sarana ini merupakan sarana yang paling

mudah dijangkau dan sederhana pemanfaatannya sehingga masyarakat

lebih cenderung menggunakan sungai untuk keperluan sehari-harinya.

Namun, banyak sekali masalah yang timbul berhubngan dengan sungai

karena mengalami penurunan kualitas. Penurunan kualitas air sungai

30

Page 31: Proposal Welly

disebabkan oleh banyak hal khususnya oleh perilaku manusia. Perilaku

manusia yang sering membuang sampah di sungai bahkan menbuang

hajat di sungai memnagkibatkan air sungai tercemar. Perilaku buruk

tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem, dimana hal ini

secara tidak langung akan mempengaruhi kesehatan.

b. Sumur

Kriteria sumur yang baik untuk kesehatan adalah;

Jauh dari sumber penyakit seperti tumpukan sampah, tempat

pembuangan sampah, dan septiktanc.

Kedalamannya sesuai dengan standard kesehatan, dan

tingginya 3 meterdi atas permukaan tanah.

Mudah dijangkau dan terpelihara dengan baik.

G. KERANGKA TEORI

31

SANITASI BURUK

AKSES AIR BERSIH BURUK

BAKTERI

DIARE

TIDAK CUCI TANGAN

PHBS BURUK

PERILAKU

IMUNITAS TURUN

STATUS GIZI BURUK

Page 32: Proposal Welly

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. KERANGKA KONSEP

Berdasarkan tinjauan pustaka serta serta adanya keterbatasan penelitian,

maka variabel independen da dependen yang akan diteliti dijabarkan dalam

bentuk kerangka konsep.

V. INDEPENDENT V. DEPENDEN

32

AKSES AIR BERSIH BURUK

DIAREPHBS BURUK

STATUS GIZI BURUK

BAKTERI

Page 33: Proposal Welly

B. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka konsep maka hipotesisnya adalah;

1. Ada hubungan antara phbs dengan kejadian diare

2. Ada hubungan antara status gizi buruk dengan kejadian diare

3. Ada hubungan antara buruknya akses air bersih dengan

kejadian diare.

33

Page 34: Proposal Welly

C. DEFINISI OPERASIONAL TABEL

No. VARIABEL DEFINISI

OPERASIONAL

CARA UKUR

DAN ALAT

UKUR

HASIL UKUR DAN

KATEGORI

SKALA

1.

2.

VARIABEL

INDEPENDEN

Akses air yang buruk

Phbs yang buruk

Cara masyarakat

sekitar

mendapatkan air

bersih

Penerapan masyarakat tentang pola hidup bersih dan sehat

Wawancara

kuisioner

Wawancara

kuisioner

Kategori:

Sumber air bersih

Sungai

Sumur

Pdam

Hasil ukur:

Sungai = buruk

Sumur= sedang

PDAM=baik

Menjabarkan pola

hidup bersih dan sehat

dengan membuat

kategorik

Kategorik

34

Page 35: Proposal Welly

3

3.Status gizi buruk

Mengetahui status gizi penderita

Wawancara

kuisioner

piliahn dilaksabakan

atau tidak

Dengan

membandingkan imt

dan menu makanan

yang ada semua

dijabarkan dalam

bentuk kuisioner

kategorik

4.

VARIABEL

DEPENDEN

diare Mengetahui status

diare atau tidak

Data yang sudah

ada dan

wawancara

kuisioner

Wawancara kuisioner

dan data yang sudah

ada

kategorik

35

Page 36: Proposal Welly

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional

(analitik) dengan metode surveyc adalah suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara factor-faktor risiko dengan efek, dengan cara

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point

time approach). Arttinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja

dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada

saat pemeriksaan.

B. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berdomisili

di Palembang yang melapor terkena diare dengan jumlah populasi sebesar

53854.

2. Sampel

a. Besar sampel

n= N

1+N d2

Keterangan :

N= besar populasi

n= besar sampel

d=tingkat kepercayaan atau ketepatan yag diinginkan, sebesar 10%

n= 538541+(53854)0.01

n= 100 responden+ (10% x 100)= 110 orang.

36

Page 37: Proposal Welly

b. Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling.

Gugusan kelompok yang diambil sebagai sampel terdiri dari

unit geografis (desa, kecamatan, kabupaten, dan sebagainya),

unit organisasi (klinik, PKK, LKMD, dansebagainya). Dalam

pengambilan sampel ini, peneliti tidak perlu mendata semua

anggota atau unit yang ada dalam populasi, tetapi cukup

mendaftar banyaknya kelompok atau gugus dalam populasi itu.

Dengan membagi sampel ke dalam setiap cluster yang

diambil. Ada 13 wilayah yang akan dijadikan sampel

sehingga jumlah sampel per wilayah adalah 9 orang.

Wilayah atau cluster terbagi atas 13 rumah sakit yang ada

di Palembang yaitu sebagai berikut; Rumah sakit anak dan

bersalin Az Zahra, RS bahayangkara, RS Dokter A. Gani,

RSMH, RS islam siti kadijah, RS muhammadiyah, RS

Myria, RS pelabuhan Palembang, RS pertamina, RS pusri,

RS Charitas, RSUD alembang Bari, RSU Pusat.

C. CARA PENGUMPULAN DATA

1. Alat pengumpul data

Alat penguumpul data berupa berbagai kuisioner. Kuisioner digunakan

untuk mengumpulkan data primer mengenai berbagai factor yang

berhubungan dengan kejadian diare dan akses air bersih.

2. Teknik pengumpul data

a. Data primer

Data ini dapat diperoleh langsung dari wawancara kuisioner dengan

responden oleh peneliti.

b. Data sekunder

Data sekunder dapat diperoleh dari pusat informasi dan puskesmas,

serta browsing dari internet.

37

Page 38: Proposal Welly

D. PENGOLAHAN DATA

Kuisioner yang telah diisi dikumpulkan langsung oleh peneliti dan diperiksa

kelengkapannya. Apabila belum lengkap diminta untuk melengkapinya pada

saat itu juga. Pengolahan data ini menggunakan perangkat spss 16 dan

sebelum diolah, data terlebih dahulu diperiksa melalui tahap berikut;

1. Editing, suatu proses pengolahan dimana setiap pertanyaan yang telah

dijawab melalui kuisioner, diperiksa kembali dan dinilai kelayakannya

apakah sudah cukup baik, bila sudah cukup baik maka dapat diproses

lebih lanjut.

2. Coding, proses dimana pertanyaan-[ertanyaan yang telah dijawab,

diklasifikasikan menurut jenis kelamin dan semacamnya sehingga

bentuknya menjadi lebih ringkas.

3. Entry, setelah proses coding data tersebut dimasukkan dalam perangkat

prigram spss untuk diolah

4. Cleaning, hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua data yang

sudah dientri siap untuk dianalisa.

E. ANALISA DATA

1. Analisis univariat

Analisis univariat merupakan analsis yang bertujuan untuk menjelaskan

ata mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Untuk

penelitian ini variabelnya adalah akses air bersih yang buruk dengan

kejadian diare. Analisis terhadap kejadian diare dapat dideskripsikan

dalam bentuk distribusi frekuensi dimana kejadian diare di Palembang

cukup tinggi. Sedangkan untuk analisis untuk akses air bersih dapat

digambarkan dalam bentuk sarana air bersih yang digunakan loeh

responden.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang saling berhubungan atau memilki korelasi. Uji statistic

yang digunakan adalah uji Chi square, dengan pertimbangan

38

Page 39: Proposal Welly

Data yang diolah merupakan data berupa kategorik dan numeric

Data yang diolah disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi

Digunakan untuk menggambarkan ada tidaknya pengaruh antara

buruknya akses sanitasi dengan kejadian diare.

Adapun aturan yang berlaku pada uji chi square adalah;

a. Tidak boleh ada nilai observai yang nol

b. Apabila nilai expected yang <5 sebesar 20% maka alternative uji

yang digunakan adalah fisher exact

Pengambilan keputusan statistic ini menggunakan tingkat kepercayaan

sebesar 90%, dengan tingkat kemaknaannya sebesar 5%. Pengambilan

keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai pvalue dengan alpha (atau

derajat kemaknaan). Dengan ketentuan sebagai berikut

Apa bila pvalue lebih kecil dari alpha maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara kedua variabel

Apabila pvaluenya lebih besar maka tidak ada hubungan antara

kedua variabel.

DAFTAR PUSTAKA

39

Page 40: Proposal Welly

Dinas kesehatan sulteng. 2007. Derajat kesehatan masyarakat. http://sulteng.surveilans-respon.org/profil/profil-kesehatan/derajat-kesehatan-masyarakat/. Diakses tanggal 18 November 2010.

Detikcom. 2006. Kemarau Datang, Diare Ancam Sumatera Selatan. http://arsip.net/id/link.php?lh=AlNaVwYOUQJd. Diakses tanggal 18 november 2010.

Bappenas. 2009. Pengembangan Database Pembangunan Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat.

Beritadaerah.com. 2009. Akses Sanitasi Masih Jauh dari Orang Desa. http://www.beritadaerah.com/artikel.php?pg=artikel_bali&id=15413&sub=column&page=. Diakses tanggal 29 November 2010.

Targetmgds. 2008. Bahaya Krisis Air Bersih. http://www.targetmdgs.org/index.php?option=com_content&task=view&id=124&Itemid=1. Diakses tanggal 29 November 2010.

Maryani, Sri. 2003. Diare Kronik. www.scribd.com/.../Diare-Kronik-Sri-Maryani-Sutadi-Fakultas-Kedokteran . diakses tanggal 3 desember 2010.

Palupi, astya dkk. 2009. Status Gizi dan Hubungannya dengan Kejadian Diare pada Anak Diare Akut di Ruang Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/610917.pdf . Diakses tanggal 4 desember 2010.

Zakianis. 2009. Aspek Fisik Air. repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/3387.pdf. diakses tanggal 5 desember 2010.

40