Upload
dd7usm
View
76
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PROPOSAL PENELITIAN
WALK THROUGH SURVEY KONDISI KESEHATAN LINGKUNGAN DI AREA RUMAH
SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) UNHAS
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah
kebutuhan perumahan dan pemukiman terutama di daerah perkotaan yang
jumlah penduduknya terus meningkat, karnea pembangunan rumah susun dapat
mengurangi penggunaan tanah, membuat ruang-ruang terbuka kota yang lebih
luas dan dapat digunakan sebagai suatu cara untuk peremajaan kota bagi daerah
yang kumuh.
Pemerintah menganggap perlu untuk mengembangkan konsep pembangunan
perumahan yang dapat dihuni bersama di dalam suatu gedung bertingkat,
dimana satuan-satuannya dapat dimiliki secara terpisah yang dibangun baik
secara horizontal maupun secara vertikal. Pembangunan perumahan yang
demikian itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat kita dewasa ini terutama
masyarakat perkotaan.
Adanya perkembangan bentuk dan penggunaan rumah susun tersebut
menimbulkan adanya konsekwensi-konsekwensi dalam kelanjutan hidup
bersama dalam rumah susun tersebut dan terjadinya kebiasaan hidup yang
berkelompok tentunya dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan lingkungan.
Kebiasaaan merokok dan produk tembakau lainnya penyebab peningkatan
angka morbitidas dan mortalitas di duni saat ini. Dampak paling sering dari
kebiasaan merokok adalah penyakit jantung, penyakit paru, dan penyakit paru
obstruktif kronik. Kebiasaan merokok adalah suatu bentuk ketergantungan
dimana muncul suatu hasrat yang disebabkan oleh nikotin. Nikotin memiliki
berbagai efek psikologis, termasuk euforia, menurunkan tekanan dan
1
kecemasan, penurunan nafsu makan, meningkatkan mood/relaksasi, dan
meningkatkan penampilan dan memori. Efek stimulasi dari tembakau ini yang
biasanya berguna bagi pekerja yang mengerjakan pekerjaan yang sama namun
membutuhkan kewaspadaan.
Penyakit paru kerja adalah semua kelainan/ penyakit paru yang disebabkan oleh
pekerjaan dan atau lingkungan kerja. Penyakit paru dapat berupa peradangan,
fibrosis, tumor, dsb. Manusia hidup dalam lingkungan makro (masyarakat luas),
lingkungan mikro (rumah tangga), serta lingkungan meso (tempat kerja). Rata-
rata waktu yang dihabiskan ditempat kerja adalah sekitar 8 jam sehari, dimana
dalam waktu ini akan dihirup sekitar 3500 liter udara, termasuk partikel debu
atau bahan pencemar lain yang terdapat di dalamnya.
Polusi udara dapat terjadi dimana-mana. Polusi udara terdiri atas polusi udara
dalam ruangan (PUDR), polusi udara luar ruangan (PULR) dan polusi udara
akibat dari lingkungan kerja. Polusi di luar ruangan (outdoor pollution) berasal
dari emisi kendaraan bermotor, industri, perkapalan, dan proses alami oleh
makhluk hidup. Sumber pencemar udara dapat diklasifikasikan menjadi sumber
diam dan sumber bergerak. Sumber diam terdiri dari pembangkit listrik, industri
dan rumah tangga. Sedangkan sumber bergerak adalah aktifitas lalu lintas
kendaraan bermotor dan tranportasi laut.
Jenis parameter pencemar udara yang akan dibahas selanjutnya didasarkan pada
baku mutu udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999,
yang meliputi : Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida
(NO2), Oksidan (O3), Hidro karbon (HC), PM 10 , PM 2,5, TSP (debu), Pb (Timah
Hitam), Dustfall (partikel debu).
Akses ke jumlah yang memadai pada pasokan air yang aman dan dapat
diandalkan adalah kebutuhan paling mendasar dari kehidupan manusia. Ketika
pasokan air terbatas atau terganggu, pembangunan berkelanjutan, pertanian
atau industri tidak dapat dipertahankan. Karena kuantitas terbatas air minum
tersedia, ketimpangan distribusi air di atas permukaan bumi, dan kerentanan
terhadap kontaminasi oleh bahan kimia alami dan mineral, patogen, dan
2
antropogenik biologi dan kimia limbah, air mungkin sumber daya yang paling
terancam di planet ini.
Bahan kimia banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari demi
meningkatkan kualitas hidup seperti sabun, parfum, pengharum ruangan,
pendingin ruangan, ataupun bahan bakar rumah tangga . Namun, pajanan bahan
kimia atau substansi berbahaya yang lain secara umum bisa mengakibatkan
masalah kesehatan. Produksi, penggunaan, konsumsi dan pembuangan bahan
kimia yang tidak dikendalikan dengan baik bisa memberikan masalah kesehatan
pada komunitas dan lingkungan.
Peningkatan kesadaran terhadap bahayanya kondisi ini dan kesadaran tentang
keselamatan suplai makanan, air, minuman dan lingkungan menyebabkan
munculnya regulasi guna membantu mengawal dan membatasi pelepasan
substansi kimia berbahaya dan sumber polusi ke dalam lingkungan. Penilaian
Resiko Kesehatan penting guna mengidentifikasi resiko pajanan dan seterusnya
menangani masalah tersebut.
Oleh karena itu, melihat pembangunan rumah susun yang merupakan jawaban
dari kebutuhan masyarakat akan kebutuhan tempat huni, maka perlu dilakukan
penilaian dan identifikasi faktor-faktor yang terkait mengenai kesehatan
lingkungan di lingkungan Rumah Susun Sederhana Sewa Unhas.
I.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi kesehatan lingkungan di
lingkungan kerja Rumah Susun Sederhana Sewa Unhas
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Untuk menerapkan sistem survilance penyakit di lingkungan Rumah
Susun Sederhana Sewa Unhas.
2) Untuk mendapatkan gambaran mengenai emisi rutin rumah tangga di
lingkungan Rumah Susun Sederhana Sewa Unhas.
3
3) Untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi polusi udara di
lingkungan Rumah Susun Sederhana Sewa Unhas.
4) Untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi pencemaran air di
lingkungan Rumah Susun Sederhana Sewa Unhas.
5) Untuk mendapatkan gambaran mengenai perilaku merokok dan
kesehatan kerja di lingkungan Rumah Susun Sederhana Sewa Unhas.
6) Untuk mendapatkan gambaran mengenai sensitivitas pajanan bahan-
bahan kimia di lingkungan Rumah Susun Sederhana Sewa Unhas.
7) Untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi limbah
padat/sampah di lingkungan Rumah Susun Sederhana Sewa Unhas.
8) Untuk mendapatkan gambaran mengenai penyakit terkait bangunan
di lingkungan Rumah Susun Sederhana Sewa Unhas.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sistem survilance penyakit
Sistem Surveilans penyakit adalah epidemiologi praktek dimana
penyebaran penyakit dipantau dalam rangka membangun pola
perkembangan. Peran utama surveilans penyakit adalah untuk
memprediksi, mengamati, dan meminimalkan kerugian yang disebabkan
oleh wabah , epidemi , dan pandemi situasi, serta meningkatkan
pengetahuan kita tentang apa faktor mungkin berkontribusi terhadap
keadaan seperti itu. Bagian penting dari surveilans penyakit modern
adalah budaya pelaporan penyakit kasus.1
Komposisi Sistem survilance
Langkah-langkah dalam perencanaan sistem surveilans1
1. Menetapkan tujuan
2. Kembangkan definisi kasus
3. Tentukan sumber data pengumpulan data
mekanisme (jenis sistem)
4. Tentukan data-koleksi instrumen
5. Bidang-cara uji
6. Mengembangkan dan menguji pendekatan
analitik
7. Mengembangkan mekanisme diseminasi
8. Yakinkan penggunaan analisis dan interpretasi
Manafaat Sistem surveilans kesehatan masyarakat1,3
Sistem surveilans kesehatan masyarakat sering memanfaatkan survei
berulang yang mengumpulkan data tentang individu yang mewakili populasi
sampel. Data tersebut dikumpulkan untuk tujuan populasi seluruh analisis faktor
risiko, penyakit dan banyak lagi.
5
Pengawasan data kesehatan masyarakat meminjamkan wawasan di tingkat lokal,
negara bagian dan nasional melalui analisis canggih - banyak yang dapat
dilakukan dengan perangkat lunak. Manfaat surveilans data termasuk tetapi
tidak terbatas pada hal berikut:
Mengidentifikasi kelompok populasi berisiko tinggi untuk epidemi
Mengidentifikasi daerah berisiko tinggi geografis
Penemuan penyakit baru dan kondisi kesehatan
Lebih baik alokasi sumber daya
Baru dan meningkatkan program kesehatan masyarakat
Pengembangan hipotesis baru untuk penyebab dan penyebaran epidemi
Menyimpan dan menganalisis data surveilans sebelumnya dan sumber daya
intensif. Namun, sistem pengawasan data modern untuk kesehatan masyarakat
diterapkan secara luas karena kemampuan mereka untuk menganalisa dan
menyebarkan data tepat waktu.
Peningkatan pengawasan kesehatan publik dapat menyebabkan implementasi
awal dari langkah-langkah pencegahan dan pengendalian. Data surveilans yang
lebih baik mengarah pada pembentukan prioritas lebih rasional. Data yang lebih
tepat waktu dan akurat memfasilitasi deteksi awal epidemi dan kontrol. Dengan
data surveilans yang lebih baik, dampak kegiatan intervensi dan program
kesehatan masyarakat dapat dievaluasi lebih akurat. Dalam makalah ini
menjelaskan cara untuk meningkatkan ilmu pengawasan dalam hal
pengumpulan data, analisis, dan penyebarluasan dan penerapannya pada
praktek kesehatan masyarakat. Kami kemudian mendiskusikan manfaat
potensial dan biaya dari upaya tersebut dan menyarankan metode untuk
mengevaluasi pendekatan alternatif. Argumen untuk ilmu pengetahuan dalam
pengawasan, di sisi lain, dapat dikenakan secara berlebihan. Surveillance
bukanlah tujuan tersendiri, melainkan alat. Alat ini perlu diperbaiki dan
dimodifikasi untuk beradaptasi dengan tujuan dari program kesehatan tertentu
publik. Ini adalah pengembangan metode untuk menerapkan ide-ide kreatif
6
untuk pengawasan, dan penilaian yang ketat dari proses, yang akan
mendapatkan keuntungan dari penerapan prinsip-prinsip ilmiah.
II.2 Emisi Rutin Rumah Tangga
Dalam komunitas masyarakat teknologi mederen, industri dan rumah tangga
memproduksi berbagai macam produk dengan menggunakan zat kimia
berjumlah besar dan berbagai proses fisik. Keseluruhan proses terkait dengan
emisi zat kimia ke udara, air, atau tanah.
Bentuk emisi melalui udara ialah asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu
dan bahan bakar. Asap batu bara memberikan sumbangsi yang besar untuk
permasalahan polusi udara dan terus terjadi di berbagai belahan dunia.
Zat polutan udara dibagi menjadi dua demi kepentingan pengaturannya, yakni:
Kriteria polusi udara (Criteria Air Polutants) dan Kontaminan udara beracun
(Toxic Air Contaminants).
a. Criteria Air Polutants
Merupakan komponen tipikal asap dan termasuk bahan kimia yang
diemisi dalam jumlah besar dan berbagai sumber seperti carbon
monoxida (CO), Sulfur Oxide (SOx), dan nitrogen oxide (NOx). Kata
“criteria” dijelaskan sebagai bahan kimia yang memiliki standar masing-
masing yang ditentukan oleh United States Environmental Protection
Agency (EPA) dan dalam pelaksanaannya diidentifikasi oleh ilmuwan
lingkungan yang meneliti resiko kesehatan akibat polusi.
b. Toxic Air Contaminant
TAC pada umumnya merupakan zat-zat selain CAP dan terdapat beberapa
peraturan yang mengaturnya.
Jenis Sumber Polutan
Terdapat banyak jenis sumber bahan kimia yang dilepaskan di udara di Amerika
Serikat. Untuk kepentingan pengaturan, maka dibagi menjadi sumber yang
bergerak (mobil, bus, truk) dan sumber yang statis (industri).
7
Sumber statis dibagi atas sumber mayor dan sumber minor. Sumber mayor pada
umumnya memiliki kebutuhan energi yang besar dan memenuhi kebutuhan ini
dengan pembakaran bahan bakar yang bervariasi, dan menghasilkan emisi CAP
yang signifikan. Hasil emisi terbesar adalah karbon monoxide dan oxide nitrogen
dan sulfur. Sumber minor pada umumnya terkait dengan emisi yang lebih
rendah . Proses industri spesifik menggunakan bahan kimia yang sama dan
menghasilkan emisi yang serupa. Binatu kecil memiliki emisi chloroethylene,
yang merupakan karsinogenik bagi hewan maupun manusia.
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH PETUGAS KESEHATAN
Studi epidemiologi terhadap efek samping dari polusi udara difokuskan kepada
komponen major kabut, seperti ozone, dan partikel lain seperti nitrogen oxides,
dan karbon dioksida. Sebuah studi terbaru memperlihatkan anak yang tumbuh
di kawasan berpolusi udara tinggi di Amerika (contohnya: Los Angeles)
menderita penurunan fungsi paru, infeksi pernafasan meningkat, dan serangan
asma. Terdapat peningkatan bukti akan adanya hubungan antara toksititas udara
dan perubahan biologik, yang ditandai dengan penyakit alergi jalan nafas, seperti
peningkatan cytokins proinflamasi dan sel inflamasi pada epitel bronchiolar,
peningkatan sekresi musin, dan elevasi imunoglobullin (Ig) E.
II.3 Polusi Udara
Menurut Harssema (1998), polusi udara diawali oleh adanya emisi.
Emisi merupakan jumlah polutan atau pencemar yang dikeluarkan ke
udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam
maupun kegiatan manusia. Emisi akibat proses alam disebut biogenic
emissions, contohnya yaitu dekomposisi bahan organic oleh bakteri
pengurai yang menghasilkan gas metan (CH4). Emisi yang disebabkan
kegiatan manusia disebut anthropogenic emissions. Contoh anthropogenic
emissions yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil, pemakaian zat kimia
yang disemprotkan ke udara, dan sebagainya.
8
Sumber polusi udara dapat pula dibagi atas :
1. Sumber bergerak, seperti: asap kendaraan bermotor menghasilkan
karbon onoksida (CO) dan partikel-partikel polusi. Fraksi O3 yang
merupakan produk reaksi kompleks photochemical antara nitrogen
oksida (NO) dan volatile organic compounds (VOC) yang merupakan emisi
automotive tailpipes.
2. Sumber tidak bergerak, seperti:
a. Sumber titik, contoh: cerobong asap pabrik yang menghasilkan emisi
sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NO), dan asam sulfat (H2SO4)
b. Sumber area, contoh: hasil-hasil pembakaran dengan bahan bakar
yang menghasilkan volatile organic compounds (VOC). Hal ini sangat
berperan dalam pembentukan ozon (O3) di atmosfer.
Polutan Udara Standar Efek Utama Pada
Kesehatan
Ozon 0,12 ppm,dalam
konsentrasi
maksimum selama1
jam dan 0,08 ppm
dalam konsentrasi
rata-rata selama 8
jam
Peningkatan gejala
respirasi
Penurunan fungsi
paru
Inflamasi saluran
nafas
Peningkatan respon
saluran nafas
terhadap rangsangan
nonspesifik
Nitrogen dioksida 0,053 ppm dalam
konsentrasi sedang
dalam hitungan tiap
tahun
Peingkatan gejala
respirasi dan penyakit
pada anak-anak
Partikel debu
(Particulate matter)
(PM10)
50µg/m3 dalam
konsentrasi sedang
dalam hitungan tiap
tahun dan 150µg/m3
dalam konsentrasi rata-
Peningkatan gejala
respirasi
Peningkatan penyakit
respirasi
9
(PM2,5)
rata dalam 24 jam
15µg/m3 dalam
konsentrasi sedang
dalam hitungan tiap
tahun dan 65µg/m3
dalam konsentrasi rata-
rata dalam 24 jam
Peningkatan
morbiditas respirasi
pada seseorang
dengan asthma dan
PPOK
Peningkatan
morbiditas
kardiovaskular pada
seseorang dengan
penyakit jantung
iskemik
Peningkatan
mortalitas
kardipulmonar pada
usia lanjut.
Sulfur dioksida 0,03ppm dalam
konsentrasi sedang
dalam hitungan tiap
tahun dan 0,14 ppm
dalam konsentrasi
rata-rata dalam 24
jam
Peningkatan gejala
respirasi
Peningkatan
morbiditas &
mortalitas respirasi
Penurunan fungsi
paru pada pasien
asma
Timah Hitam 1,5µg/m3 dalam
semperempat
konsentrasi rata-rata.
Defisit kognitif pada
anak-anak
Karbon Monoksida 9ppm dalam
konsentrasi rata-rata
selama 8 jam dan
35ppm dalam
konsentrasi rata-rata
selama 1 jam
Peningkatan hasil
reproduksi yang
merugikan
Penurunan kapasitas
aktivitas pada dewasa
sehat
Onset dengan durasi
10
singkat dan
peningkatan durai
angina pada
seseorang dengan
penyakit jantung
koroner.
PPOK: Penyakit Paru Obstruktif Kronik; PM10: diameter particulate
matter <10µm; PM2,5: diameter particulate matter <2,5µm; ppm:parts
per million
Tabel 1. Kriteria Polutan Udara
11
Tabel 2. Kualitas Udara Standar Untuk Gas dan Debu di Amerika.
II.4 Pencemaran Air
Manajemen konvensional air minum dan air limbah perlengkapan
melibatkan pemisahan aliran dua aliran cairan dan perlindungan pasokan air
minum dari kontaminasi dengan isi dari aliran air limbah. sistem air limbah
konvensional perawatan dikembangkan untuk menghilangkan bahan organik
dari air limbah berdasarkan kebutuhan oksigen biokimia mereka (BOD) atau
kebutuhan oksigen kimia (COD). BOD adalah ukuran beban ditempatkan pada
sumber oksigen dari air penerima, biasanya sebagai hasil dari pertumbuhan
mikrobiologis. efisiensi pengobatan dievaluasi berdasarkan pengangkatan
Direksi oleh fasilitas pengobatan. Kecuali dinyatakan lain, Direksi menandakan
kebutuhan oksigen biokimia selama 5 hari pada 20 derajat.
Direksi berguna untuk menentukan sejauh mana oksigen dapat
digunakan oleh pasokan kehidupan mikroba. tes ini adalah yang paling penting
dalam pengelolaan air limbah dan di bidang manufaktur makanan dan fasilitas
air minum persiapan. konsentrasi tinggi oksigen terlarut memprediksi bahwa
pengambilan oksigen oleh mikroorganisme rendah, dan bahwa rincian dari
sumber-sumber gizi dalam air oleh mikroorganisme juga rendah. konsentrasi
rendah oksigen terlarut menandakan tuntutan mikroorganisme tinggi dan
menyiratkan kontaminasi air.
12
COD juga digunakan dalam penilaian kualitas air. tes ini menentukan jumlah
material yang teroksidasi dalam air. itu bervariasi dengan komposisi air, suhu,
konsentrasi pereaksi, waktu kontak, dan faktor lain. secara umum, COD, BOD,
dan karbon organik total (TOC), metode cepat memperkirakan kontaminasi
organik dari air, yang berkorelasi. fasilitas pengolahan juga dirancang untuk
menghilangkan padatan tersuspensi total (TSS) ke level yang bersifat
mikrobiologis dan estetik diterima. baru-baru ini, tersier perawatan fasilitas
telah dirancang yang meningkatkan penghapusan patogen untuk menghasilkan
air jadi dengan jumlah patogen yang sangat rendah.
Banyak akibat yang ditimbulkan oleh polusi air, diantaranya:
1. Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan
oksigen
2. Terjadinya ledakan ganggang dan tumbuhan air
3. Pendangkalan dasar perairan
4. Tersumbatnya penyaring reservoir, dan menyebabkan perubahan ekologi
5. Dalam jangka panjang mengakibatkan kanker dan kelahiran cacat
6. Akibat penggunaan pestisida yang berlebihan selain membunuh hama
dan penyakit, juga membunuh serangga dan makhluk yang berguna
terutama predator
7. Kematian biota kuno, seperti plankton, ikan bahkan burung
8. Dapat mengakibatkan mutasi sel kanker dan leukemia
Pengenceran dan penguraian polutan air tanah sulit sekali karena airnya tidak
mengalir dan tidak mengandung bakteri pengurai yang aerob, jadi air tanah yang
tercemar akan tetap tercemar dalam waktu yang lama, walau tidak ada bahan
pencemaran yang masuk. Oleh karena itu banyak usaha untuk menjaga agar
tanah tetap bersih, misalnya:
1. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah pemukiman
atau perumahan
13
2. Pembuangan limbah industri diatur sehinga tidak mencemari lingkungan
atau ekosistem
3. Pengawasan terhadap penggunaan jenis- jenis pestisida dan zat – zat
kimia lain yang dapat menimbulkan pencemaran
4. Memperluas gerakan penghijauan
5. Tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran lingkungan
6. Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan
hidup sehingga manusia lebih mencintai lingkungannya
7. Melakukan intensifikasi pertanian
II.5 Perilaku Merokok dan Kesehatan Kerja
Insidens dan Prevalensi Merokok
Saat ini di Amerika Serikat 25% orang dewasa merokok. Distribusi perokok
dengan beberapa variasi pekerjaan tidaklah sama. Orang dengan tingkat
pendidikan lebih tinggi kurang menyukai merokok. Petani, buruh dan pekerja
layanan jasa lebih sering merokok dan rata-rata merokok lebih banyak
jumlahnya daripada orang yang meiliki pendidikan lebih tinggi. Rata-rata 80%
pekerja industri merokok. Laki-laki lebih sering merokok dibanding perempuan.
Kebanyakan buruh tidak mengerti hubungan antara rokok, pekerjaan dan
penyakit, merokok sebagai tanda sosial ekonomi rendah yang mungkin
dipengaruhi oleh perbedaan pola diet, besarnya konsumsi alkohol, dan tingginya
polusi air di lingkungan rumah- karena sebab keduanya, baik polusi industri
terkait dengan lokasi geografi rumah dan peningkatan kemungkinan untuk
paparan rokok tembakau di rumah. Rokok dipercaya mempengaruhi 30% kasus
kanker di Amerika Serikat saat ini. 90% kanker paru, 75% kanker mulut, laring
dan esofagus, 30-40% kanker kandung kemih dan ginjal, dan sekitar 15-30 %
menderita leukimia dan myeloma. Peningkatan insidensi kanker paru sejalan
14
dengan peningkatan konsumsi rokok. Karena perempuan mulai meroko lebih
lambat daripada laki-laki, ratio kanker paru mulai pada perempuan lebih lambat.
Ancaman kesehatan bagi non-perokok
Paparan asap rokok memang mengganggu, terutama menyebabkan iritasi pada
mata, hidung dan kelainan penciuman. Perokok pasif juga terganggu fungsi
parunya. Hal ini diobservasi pada anak-anak dengan ibu yang merokok bahwa
pada tahun pertama kehidupan akan lebih mudah terkena infeksi pernapasan ,
serangan asma, dan penurunan fungsi paru pada tes fungsi paru. Pada orang
dewasa, paparan pada perokok pasif menunjukkan terpicunya angina pektoris
atau asma sebagai dampak dari gangguan ringan pada saluran pernapasan kecil,
walaupun pada fase selanjutnya belum diketahui secara jelas. Paparan asap
rokok lingkungan pada non-smoker menyebabkan meningkatnya resiko 30%
pada penyakit jantung koroner.
Perokok pasif dan penyakit pada arean tempat kerja
Paparan di tempat kerja dari asap rokok dapat menghasilkan jumlah asap yang
signifikan dan perokok pasif yang terpapar akan terkena gangguan fungsi paru
dan resiko kanker paru. Bagi pekerja non-perokok yang berbagi tempat kerja
yang sama dengan perokok harus menyadari bahaya dari paparan asap rokok
dan paparan zat industri yang berbahaya. Resiko ini jauh lebih tinggi pada
pekerja yang merokok dan tidak merokok berkerja bersama dalam ruangan
dengan ventilasi udara yang kurang. Asma pada orang dewasa dilaporkan
dipengaruhi oleh pengaruh asap rokok lingkungan namun hal ini masih
diperdebatkan.
Kontrol dari perilaku merokok di tempat kerja
Jika program dari kesehatan kerja adalah untuk mencegah penyakit dan
kecacatan, yang paling efektif adalah dengan mengontrol perilaku merokok.
Penting untuk mengontrol paparan dari zat indutri berbahya yang nyata tetapi
15
eliminasi total paparan jika memungkinkan. Program kesehatan pekerja yang
optimal harus termasuk kontrol yang berkelanjutan dari paparan zat berbahaya
dan rokok. Program mengontrol perilaku merokok ini adalah upaya untuk
membujuk untuk menghentikan rokok dan mengontrol lingkungan untuk
melindungi non-perokok dari asap rokok.
Pada beberapa perusahaan di Amerika Serikat, dilakuikan pembatasan rokok
selama bekerja bahkan pada perusahaan besar dilarang merokok sama sekali.
Hal ini tentu mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi setiap hari dengan
harapan bahwa akan timbul keinginan untuk berhenti. Strategi kedua adalah
dengan dikembangkannya program untuk membujuk pekerja agar berhenti
merokok dengan konseling dan diberikan pendidikan/ pengetahuan atau
menawarkan untuk mengikuti program perkumpulan berhenti merokok dengan
bekerja atau membayar. Strategi ketiga adalah dengan tidak mempekerjakan
orang yang merokok, hal ini dilakukan terutama pada pekerjaan beresiko tinggi
yang berkaitan dengan asbestos, dan tambang uranium.
Kontrol pada paparan perokok pasif. Konsentraasi asap rokok dalam ruangan
bergantung dari ukuran ruangan, jumlah orang yang merokok dalam ruangan
itu, jumlah ventilasi dan faktor lainnya seperti permukaan dinding. Ventilasi
langsung dengan udara luar atau menggunakan sistem filtrasi yang memiliki
efisiensi tinggi dapat menurunkan konsentrasi asap dan dibutuhkan sebagai
kontrol minimal dengan tempat kerja bagi perokok. Namun walaupun dengan
menggunakan ventilasi pada area yang mengunakan air conditioner, konsentrasi
bagian dari karbon monoksida masih ditemukan sehingga ventilasi menjadi
tidak adekuat. Jika mungkin memisahkan antara pekerja yang merokok dengan
yang tidak merokok. Namun apabila tidak memungkinkan dapat digunakan
barier.
II.6 Sensitivitas Pajanan Bahan-Bahan Kimia
Istilah multiple chemical sensitivity atau sensitivitas kimia multipel seperti
didefinisikan pada 1987 merupakan satu penyakit didapat yang mempunyai ciri
karakteristik dengan gejala yang berulang, merujuk kepada pelbagai sistem
16
organ, yang terdedah kepada pelbagai pajanan kimiawi meskipun pada dosis
jauh di bawah yang ditetapkan yang dapat menimbulkan efek kepada tubuh.
Untuk mengatakan sesuatu itu adalah MCS, 7 kriteria berikut haruslah dipenuhi
1. Penyakit diperoleh berhubung dengan pajanan, insult atau kesakitan dari
persekitaran yang telah terdokumentasi.
2. Gejala meliputi lebih dari 1 sistem organ
3. Gejala berulang dan memberat sebagai respon kepada stimuli yang bisa
diprediksi
4. Gejala timbul dari pendedahan dari bahan kimiawi dari pelbagai struktur
dan toksikologi
5. Gejala timbul dari eksposure yang dibenarkan
6. Eksposure bersifat sangat minimal dan di bawah ambang batas yang
dibenarkan yang diketahui bisa merusak tubuh
7. Tidak ada pemeriksaan yang khusus pada mana-mana sistem organ yang
mampu menjelaskan gejala-gejala yang timbul
Istilah awal untuk kelainan ini termasuk environmental hypersensitivity
(EH) dan environmental illness (EI). Environmental hypersensitivity didefinisikan
sebagai penyakit multisistem kronis (melebihi 3 bulan) yang biasanya
melibatkan gejala dengan sistem saraf sentral dan sedikitnya satu sistem organ
yang lain. Pasien biasanya tidak bisa menoleransi kepada beberapa jenis
makanan dan bertindak balas kepada beberapa bahan kimiawi atau agen
lingkungan lain atau dengan kombinasi pajanan pada kadar yang masih bisa
ditoleransi umum. Individu yang terkena bisa mengalami pelbagai tahap
morbiditas dari yang ringan sehingga kepada satu disabilitas berat. Pada
pemeriksaan fisik, pasien biasanya bebas dari pajanan abnormal. Perbaikan
biasanya berhubungan dengan menghindari agen penyebab dan gejala dapat
timbul semula dengan pajanan semula pada agen. Environmental illness telah
dijelaskan sebagai penyakit didapat yang mempunyai karakteristik pelbagai jenis
gejala yang disebabkan dan/atau diperberat dengan pendedahan kepada agen
lingkungan. Gejala meliputi multiple organ termasuk neurologik, endokrin,
genitourinary dan immunologic. Belakangan ini, panel World Health
Organization mencadangkan penggunaan istilah MCS dan EI digantikan dengan
17
Idiopathic Environmental Illness (IEI) kerana menurut mereka penggunaan
sensitivity bisa menunjukkan penyebab allergic sedangkan hubungan antara
gejala dan eksposure masih belum bisa dibuktikan. Istilah IEI tidak di guna pakai
kerana kata ini mencadangkan tidak ada entiti klinikal dengan mekanisma
patofisiologi penyakit.
Pasien dengan MCS harus dibedakan dengan individu dengan penyakit
akibat kerja akut lain seperti intoksikasi akut daripada pelarut, asma akibat kerja
dan sinusitis/rhinitis allergic. Pada kondisi ini biasanya terdapat hubungan
antara kondisi dan pajanan yang lebih jelas. Beberapa organisasi medis termasuk
academy of allergy and Immunology mengeluarkan kenyataan berhubung
kurangnya bukti saintifik berhubung efek toksik pajanan kimia lingkungan
dengan pasien MCS. Organisasi-organisasi ini gagal menemukan bukti adanya
hubungan dan mencadangkan MCS sebagai salah satu daripada kelainan
psikologikal atau sikap.
Tidak ada satu proses eksposur kimiawi yang lebih khusus dalam asosiasi
dengan onset MCS. Berdasarkan rekod, individu dengan MCS rata-rata adalah
perempuan(70-80%) dalam umur antara 30-40 tahun dengan riwayat kerja dari
pelbagai jenis industri. MCS cenderung mengenai pada status sosioekonomik
yang lebih tinggi dan mempunyai kepelbagaian dalam pajanan dari pekerjaan
dan lingkungan. Populasi lain yang diidentifikasi bisa meninmbulkan gejala MCS
termasuk pekerja industrial, anak sekolah, penduduk dari suatu komuniti di
mana udara atau air lingkungan yang sudah terkontaminasi bahan kimia,
individu dengan sifat unik, pajanan tersendiri kepada pelbagai jenis bahan kimia
termasuk udara domestic, pestiside, narkoba atau produk consumer lain.
Beberapa subset diagnostik lain dilaporkan antara individu dengan solvent-
associated psychoorganic syndrome, chemical headache dan intoleransi kepada
solvent.
Gejala MCS juga menyerupai mereka dengan sick building syndrome, satu
konstelasi antara gejala berhubungan kerja yang banyak dan lingkungan di
dalam ruangan seperti nyeri kepala, iritasi mata, hidung, tenggorokan, lesu dan
pusing tanpa etiologi yang jelas. MCS juga dilaporkan mengikuti pajanan
18
pestiside kepada pekerja kasino dan beberapa pejabat berikutan kejadian luar
biasa sick building syndrome.
II.7 Penyakit Terkait Bangunan
Insiden dari sick building syndrome tidak diketahui tetapi dilaporkan
bahwa wabah penyakit yang konsisten dengan diagnosis ini telah meningkat
secara dramatis beberapa tahun terakhir.
Polusi yang bertanggugjawab untuk sindrom ini tidak dapat diidentifikasi.
Walaupun pengukuran secara luas untuk berbagai kemungkinan polusi telah
dilakukan, belum ditemukan zat yang konsisten ada pada konsentrasi yang
dinilai cukup untuk menimbulkan gejala.
Kemungkinan penyebab atau faktor kontribusi untuk sick building
syndrome
KATEGORI FAKTOR
Faktor Bangunan Polutan
Senyawa Organik Volatil
Formaldehyde
Bau
Debu inorganik
Agen microbial
Polutan lain
Ventilasi udara segar tidak inadekuat
Sistem ventilasi utama dengan tidak ada jendela yang beroperasi
Kelembaban relatif rendah
Suhu tinggi
Faktor bulu domba
Karpet
Bahan dinding tekstil
Faktor papan rak
Bising
19
Faktor Host Atopi (hayfever/asma)
Riwayat sakit kepala migrain
Jenis kelamin wanita
Kondisi psikologis
Faktor Pekerjaan Stres kerja
Kurangnya kontrol pekerjaa/lingkungan
Ketidakpuasan dengan supervisor
Tidak adanya pekerjaan yang bervariasi
Kepuasan pekerjaan dikurangi dengan kuantitas pekerjaan
Kecepatan kerja tinggi
Sedikit berpengaruh dalam organisasi
b. TEMUAN KLINIS
Gejala khususnya terjadi segera setelah memasuki bangunan dan mereda
segera setelah meninggalkan bangunan.
(Dikutip dari kepustakaan 4)
Beberapa metode untuk membantu menegakkan diagnosis sick bulding
syndrome terlihat pada tabel 6.
20
(Dkutip dari kepustakaan 2)
c. PENANGANAN DAN PENCEGAHAN
Untuk pasien secara individu, penanganan terdiri dari penghiburan
dengan penjelasan dari sumber yang nyata dan sifat ringan dari gejala
dan hindarkan sementara dari lingkungan jika perlu. Adapun pencegahan
yang bisa dilakukan seperti modifikasi atau menyingkirkan sumber
polutan adalah pendekatan yang efektif untuk menyelesaikan masalah
IAQ (Indoor Air Quality) ketika sumbernya diketahui dan layak dikontrol.
Contohnya termasuk perawatan rutin sistem HVAC (heating, ventilating,
air conditoning), terdiri dari membersihkan secara berkala atau
mengganti saringan; mengganti ubin langit-langit dan karpet yang
ternoda air; tentukan batasan merokok; penyimpanan dan penggunaan
cat, perekat, pelarut dan pestisida pada area dengan ventilasi bagus.3
II.8 Tinjauan Hukum Mengenai Pemukiman
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999
meliputi parameter sebagai be rikut :
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,
aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;
21
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
atau bekas tambang;
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti
jalur pendaratan penerbangan.
2. Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 mcg maksimum 150mcg/m
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.
3. Kebisingan dan getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .
4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg
5. Prasarana dan sarana lingkungan
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan
konstruksi yang aman dari kecelakaan;
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor
penyakit;
22
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki
dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu
penerangan jalan tidak menyilaukan mata
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang
memenuhi persyaratan kesehatan;
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan;
f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat
kesehatan;
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat
kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;
h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi
kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
6. Vektor penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat;
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung
dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes
No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :
1. Bahan bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat
membahayakan kesehatan, an tara lain : debu total kurang dari 150 g/m2 ,
23
asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300
mg/kg bahan;
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruangan
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air
dan mudah dibersihkan;
c. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan
tidak menyilaukan mata.
4. Kualitas udara
a. Suhu udara nyaman antara 18 – 30oC;
b. Kelembaban udara 40 – 70 %;
c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;
d. Pertukaran udara 5 kaki 3/menit/penghuni;
e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;
f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3
5. Ventilasi
24
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
6. Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
7. Penyediaan air
a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/
orang/hari;
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air
minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
8. Sarana penyimpanan makanan. Tersedia sarana penyimpanan makanan
yang aman .
9. Pembuangan Limbah
a. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah.
10. Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang
tidur
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA UNHAS
Rumah susun sederhana sewa dibangun atas kerja sama antara PT Perumnas-
Unhas yang terletak di depan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin
25
Sudirohusodo dengan jumlah 2 unit dan total 158 kamar dan masing-masing
kamar memiliki daya huni 2 orang.
BAB IV
CARA PEMANTAUAN
Kami merencanakan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi
kesehatan lingkungan di area Rumah Susun Sederhana Sewa (rusunawa) Unhas
dan mengindentifikasi faktor-faktor yang terkait. Pemantauan ini dilakukan
dengan metode walk though survey dengan menggunakan check list dan
quisioner.
IV.1 Lokasi
Lokasi survei kesehatan dan keselamatan kerja adalah di Rumah Susun
Sederhana Sewa (rusunawa) Unhas yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan,
depan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
IV.2 Waktu
26
Waktu pelaksanaan yaitu 5-9 Maret 2012 dengan agenda sebagai berikut.
No. Tanggal Kegiatan
1.
2.
3.
4.
5.
5 Maret 2012
6 Maret 2012
7 Maret 2012
8 Maret 2012
9 Maret 2012
- Melapor ke bagian K3 RSWS
- Pengarahan kegiatan
- Pembuatan proposal
- Walk Through Survey
- Pembuatan laporan Walk Through
Survey
- Presentasi laporan Walk Through
Survey
BAB VI
PENUTUP
Demikianlah proposal walk through survey kondisi kesehatan lingkungan di area
rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Unhas, diharapkan kegiatan ini dapat
membantu petugas untuk memahami masalah-masalah kesehatan kerja dan
dapat melakukan upaya-upaya antisipasi terhadap akibat-akibat yang
ditimbulkannya sehingga tercapai budaya sehat dalam bekerja.
27
DAFTAR PUSTAKA
TeitJoseph La Dou, Editor. A Lange Medical Book: Current Occupational And
Environmental Medicine Third Edition. San Fransisco : Penerbit Mc Graw Hill.
2004. Caphter 38-46
28