Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK
TANGGUNGAN DI BANK BRI LOMBOK UTARA
JURNAL ILMIAH
Untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat S-1 pada
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh :
DADAG PRAYUDO
D1A 013 069
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
i
PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK
TANGGUNGAN DI BANK BRI LOMBOK UTARA
Oleh :
DADAG PRAYUDO
D1A 013 069
Menyetujui,
Pembimbing Pertama,
ii
PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DI BANK BRI LOMBOK UTARA
DADAG PRAYUDOD1A 013069
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Bagaimana prosedur pemberian perjanjian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan di Bank BRI Lombok Utara ?
Apakah hambatan – hambatan dalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan dan cara mengatasinya di Bank BRI Lombok Utara ?
Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui prosedur – prosedur perjanjian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan di Bank BRI Lombok Utara dan untuk mengetahui hambatan – hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan dan cara penyelesaiannya di Bank BRI Lombok Utara. Hasil penelitian yaitu bahwa pelaksanaan pemberian kredit didasarkan pada prinsip kehati – hatian.Adapun hambatan – hambatan yang terjadi disebabkan karena kredit macet.
Kata kunci : Perjanjian Kredit
IMPLEMENTATION OF CREDIT AGREEMENTS WITH GUARANTEE OF RESPONSIBILITY RIGHTS IN BRI BANK NORTH
LOMBOK
ABSTRACT
What is the procedure for granting credit agreements with collateral rights at BRI Bank North Lombok ?
What are the obstacles in the implementation of credit agreements with guaranteed mortgage rights and how to overcome them at BRI Bank North Lombok ?
The purpose of the research is to find out the procedures - credit agreement procedures with guaranteed Mortgage Rights in North Lombok BRI Bank and to find out the obstacles faced in the implementation of credit agreements with guaranteed Mortgage Rights and how to solve it at BRI Bank North Lombok. The results of the study are that the implementation of credit is based on the principle of prudence. The obstacles that occur are caused by bad credit.
Keyword :credit agreement
iii
I. PENDAHULUAN
Pembangunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan
nasional, salah satunya upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dalam rangka
memelihara kesinambungan pembangunan tersebut, yang para pelakunya meliputi
baik pemerintah maupun masyarakat sebagai orang perorangan dan badan hukum,
sangat diperlukan dana dalam jumlah yang besar. Salah satu sarana yang
mempunyai peran strategis dalam pengadaan dana tersebut adalah perbankan.
Berbagai lembaga keuangan, terutama bank konvensional, telah membantu
pemenuhan kebutuhan dana bagi kegiatan perekonomian dengan memberikan
pinjaman uang antara lain dalam bentuk kredit perbankan. Kredit perbankan
merupakan salah satu usaha bank konvesional yang telah banyak dimanfaatkan
oleh anggota masyarakat yang memerlukan dana.
Pengertian kredit disebut dalam Pasal 1 angka II Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1998 yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bungs.
Berdasarkan ketentuan tersebut dalam pembukaan kredit perbankan harus
didasarkan pads persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam atau dengan
istilah lain harus didahului dengan adanya pedanjian kredit.
i
Perjanjian kredit merupakan perjanjian konsensual antara Debitur dengan
Kreditur (dalam hal ini Bank) yang melahirkan hubungan hutang piutang, dimana
Debitur berkewajiban membayar kembali pinjaman yang diberikan oleh Kreditur,
dengan berdasarkan syarat dan kondisi yang telah disepakati oleh pars pihak.
Perjanjian kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah bukanlah tanpa risiko,
karena suatu risiko mungkin saja terjadi.Risiko yang umumnya terjadi adalah
risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasan.1
Jaminan pokok yang dimaksud dalam pemberian kredit tersebut adalah
jaminan yang berupa sesuatu atau benda yang berkaitan langsung dengan kredit
yang dimohon. Sesuatu yang dimaksud di sini adalah proyek atau prospek usaha
yang dibiyai dengan kredit yang dimohon, sementara itu yang dimaksud benda di
sini adalah benda yang dibiayai atau dibeli dengan kredit yang dimohon.Jenis
tambahan yang dimaksud adalah jaminan yang tidak bersangkutan langsung
dengan kredit yang dimohon.Jaminan ini berupa jaminan kebendaan yang
objeknya adalah benda milik debitur maupun perorangan, yaitu kesanggupan
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban debitur.2
Rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini meliputi : 1. Bagaimana
prosedur pemberian perjanjian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan di Bank
BRI Lombok Utara ? Dan 2. Apakah hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
perjanjian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan dan cara mengatasinya di
Bank BRI Lombok Utara?
1http://mustain-billah.blogspot.com/2012/05/makalah-hukum-perdata-tentang-hukum.html. di akses 21 juli 2017 jam 10.302Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain Yang Melekat Pada Tanah dalam Konsepsi Oenerapan Asas Pemisahan Horisontal, Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1996, hlm. 206.
ii
Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui prosedur-prosedur
perjanjian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan di Bank BRI Lombok Utara
dan Untuk mengetahui apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi dalam
pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan dan cara
penyelesaiannya di Bank BRI Lombok Utara. Sehingga memberikan manfaat
Secara.AkademikUntuk memenuhi persyaratan mencapai derajat S-1 Program
Studi 1 Ilmu Hukum pada. Fakultas Hukum Universitas Mataram.Secara
TeoritisDiharapkan hasil penilitian ini mempunyai kegunaan
bagikeberadaan dan perkembangan ilmu hukum.Secara PraktisMenambah
wawasan dan cakrawala bagi penulis dalam kaitannya dengan pelaksanaan
perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan dan hambatan-hambatan
yang dihadapi dalam praktik Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang
terkait dengan materi penulisan hukum ini.Dapat digunakan sebagai
pedoman bagi penilitian-penelitian berikutnya.
Untuk menjawab rumusan masalah tersebut digunakan jenis Penelitian ini
merupakan penelitian hukum empiris, yaitu suatu penelitian yang
menggunakan bahan kepustakaan atau data sekunder sebagai data awalnya
kemudian dilanjutkan dengan data primer atau data lapangan.
iii
II. PEMBAHASAN
Prosedur Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan di Bank
BRI Lombok Utara
Perusahaan Terbatas Bank BRI adalah sebuah perusahaan daerah
milik swasta yang berkedudukan dan melaksanakan operasionalnya di keca-
matan Pemenang.Bank BRI merupakan suatu usaha dibidang perbankan yang
bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Tugas pokok Bank BRI
hampir sama dengan bank-bank lain pada umumnya, yaitu menghimpun dan
menyalurkan dana kepada masyarakat. Tujuan Bank BRI Wilayah Lombok
Utara antara lain:3
a. Memberikan modal pada golongan masyarakat ekonomi lemah di wilayah
Lombok Utara khususnya melalui kredit.
b. Melindungi pengusaha kecil dari jeratan lintah darat;
c. Menggerakkan prinsip gemar menabung pada masyarakat pedesaan
Untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya Bank BRI membutuh-
kan sarana yang dapat menunjang tujuan pokoknya yaitu pembangunan
cabang-cabang Bank BRI secara merata dan seragam yang ditinjau dari aspek
filosofis, fungsi, dan fisik diseluruh wilayah NTB.4
Struktur organisasi diperlukan sebagai gambaran secara sistematis
tentang hubungan kerjasama dari orang-orang dalam rangka mencapai
3Hasil Wawancara dengan Yuva amiliaesa, selaku Kasie Kredit, Tanggal 11 Agustus 2017.
4Ibid, Tanggal 7 Agustus
iv
tujuan.Setiap badan usaha harus mempunyai struktur organisasi yang tepat
dan memuat pembagian tugas serta wewenang.
Struktur organisasi dapat menggambarkan kedudukan masing-
masing jabatan dalam suatu badan usaha sehubungan dengan wewenang dan
tanggungjawab yang ada pada masing-masing bidang kerja. Sementara itu,
struktur organisasi yang tepat dan jelas akan memudahkan pimpinan dalam
mengadakan pengawasan maupun meminta pertanggungjawaban pada bawa-
hannya.
Pemberian Kredit oleh PT. Bank BRI Lombok Utara
PT. Bank BRI Lombok Utara dalam memberikan kredit harus mendasarkan
pada prinsip kehati-hatian. Sebagai lembaga keuangan yang melepaskan
uangnya kepada masyarakat, PT. Bank BRI Lombok Utara harus bertindak
hati-hati dalam menetukan siapa yang patut diberikan kredit dan berapa
besarnya jumlah kredit yang diberikan setelah mengetahui apa jaminan yang
diberikan oleh calon debitur dan juga penerapan prinsip 5C (Collateral,
Capital, Capacity, Character, Condition of Economy) dengan baik5. Selain hal
tersebut, PT. Bank BRI Lombok Utara juga harus menjaga bahwa perjanjian
yang dibuat dengan calon debitur tidak cacat dan memenuhi syarat-syarat sah
perjanjian.Apabila sejak dini bank sudah bertindak hati-hati, dapatlah
diharapkan bahwa kredit yang diberikan kepada debitur terjamin dalam
pengembaliannya, yaitu dikembalikan sebelum atau tepat pada waktu yang
telah diperjanjikan.
5Hasil Wawancara dengan Yuva amiliaesa, selaku Mantri Kredit, Tanggal 11 Agustus 2017.
v
Pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan(APHT)
Bagi debitur yang melakukan kredit di PT. Bank BRI Lombok
Utara jaminan Hak Tanggungan yang berupa hak atas tanah harus dibuatkan
APHT.Dalam hal ini subjek dari hak tanggungan yaitu orang perseorangan
atau badan hukum yang wajib membuat APHT kepada pejabat yang
berwenang yaitu PPAT.Subjek Hak Tanggungan yaitu pemilik hak atas
tanah mendaftarkan Objek Hak Tanggungan yang berupa tanah.Di dalam
mendaftarkan tanah wajib dilakukan sendiri oleh pemilik hak atas tanah
kecuali yang bersangkutan tidak dapat hadir pada penandatanganan
APHT,maka oleh pemilik hak atas tanah dibuat Surat Kuasa Membebankan
Hak Tanggungan(SKMHT)secara otentik.6
Di dalam pembuatan APHT ada beberapa hal yang wajib dican-
tumkan dalam surat perjanjiannya, seperti yang telah dirumuskan dalam
pasal 11 UUHT, yang mengatakan sebagai berikut:
Pasal 11(1). Di dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan wajib dicantumkan:
a. nama dan identitas pemegang dan pemberi Hak Tanggungan;b. domisili pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan
apabila di antara mereka ada yangberdomisili di luar Indone-sia, baginya harus pula dicantumkan suatu domisili pilihan di Indonesia,dan dalam hal domisili pilihan itu tidak dican-tumkan, kantor PPAT tempat pembuatan AktaPemberian Hak Tanggungan dianggap sebagai domisili yang dipilih;
c. penunjukan secara jelas utang atau utang-utang yang dijamin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 10 ayat (1);d. nilai tanggungan;e. uraian yang jelas mengenai obyek Hak Tanggungan.
6Ibid.
vi
Lalu lebih lanjut dalam ayat (2) pasal ini juga menjelaskan dan
mengatur mengenai janji-janji yang dapat dicantumkan kedalam surat per-
janjian kredit dengan jaminan hak tanggungan, janji-janji tersebut antara
lain:
(2). Dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan dapat dicantumkan janji-janji, antara lain:
a. janji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan untuk menyewakan obyek Hak Tanggungan dan/atau menen-tukan atau mengubah jangka waktu sewa dan/atau menerima uang sewa di muka, kecuali dengan persetujuan tertulis lebih dahulu dari pemegang Hak Tanggungan;
b. janji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan untuk mengubah bentuk atau tata susunan obyek Hak Tanggungan, kecuali dengan persetujuan tertulis lebih dahulu dari pemegang Hak Tanggungan;
c. janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk mengelola obyekHak Tanggungan ber-dasarkan penetapan Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnyameliputi letak obyek Hak Tanggungan apabila debi-tor sungguh-sungguh cidera janji;
d. janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk menyelamatkanobyek Hak Tanggungan, jika hal itu diperlukan untuk pelaksanaan eksekusi atau untuk mencegahmenjadi hapusnya atau dibatalkannya hak yang menjadi obyek Hak Tanggungan karena tidakdipenuhi atau dilanggarnya ketentuan undang-undang;
e. janji bahwa pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual atas kekuasaansendiri obyek Hak Tanggungan apabila debitor cidera janji;
f. janji yang diberikan oleh pemegang Hak Tanggungan pertama bahwa obyek Hak Tanggungan tidakakan dibersihkan dari Hak Tanggungan;
g. janji bahwa pemberi Hak Tanggungan tidak akan melepaskan haknya atas obyek Hak Tanggungantanpa persetujuan tertulis lebih dahulu dari pemegang Hak Tanggungan;
h. janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh se-luruh atau sebagian dari ganti rugiyang diterima pemberi Hak Tanggungan untuk pelunasan piutangnya apabila obyek HakTanggungan dilepaskan haknya oleh pemberi Hak Tanggungan atau dicabut haknya untukkepentingan umum;
i. janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh se-luruh atau sebagian dari uangasuransi yang diterima pemberi
vii
Hak Tanggungan untuk pelunasan piutangnya, jika obyek HakTanggungan diasuransikan;
j. janji bahwa pemberi Hak Tanggungan akan mengosongkan obyek Hak Tanggungan pada waktueksekusi Hak Tanggungan;
k. janji yang dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4).
Janji-janji yang dicantumkan pada ayat ini sifatnya fakultatif dan
tidak mempunyai pengaruh terhadap sahnya akta.Pihak-pihak bebas menen-
tukan untuk menyebutkan atau tidak menyebutkan janji-janji ini dalam Akta
Pemberian Hak Tanggungan.
Dengan dimuatnya janji-janji tersebut dalam Akta Pemberian Hak
Tanggungan yang kemudian didaftar pada Kantor Pertanahan, janji-janji ter-
sebut juga mempunyai kekuatan mengikat terhadap pihak ketiga.
Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan
Jaminan Hak Tanggungan pada PT. Bank BRI Lombok Utara dan Cara
Mengatasinya.
PT. Bank BRI Lombok Utara menghendaki bahwa setiap kredit yang
diberikan akan berjalan lancar, namun di dalam operasionalnya tidak
selamanya berjalan demikian, terdapat juga kendala-kendala atau
permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh PT. Bank BRI Lombok
Utaradalam pemberian kredit khususnya dalam pelaksanaan pemberian kredit
dengan jaminan Hak Tanggungan.Guna menjamin kelancaran kreditnya,PT.
Bank BRI Lombok Utara melakukan upaya-upaya untuk mengatasi setiap
permasalahan-permasalahan yang timbul.Permasalahan-permasalahan tersebut
adalah sebagai berikut:7
7Hasil Wawancara dengan Yuva amiliaesa, selaku Mantri Kredit, Tanggal 11 Agustus 2017.
viii
Tanah yang Belum Bersertifikat Dijadikan Jaminan Hak Tanggungan
dalam Perjanjian Kredit.
Jika ternyata tanah yang akan dijadikan jaminan hak tanggungan belum
mempunyai sertifikat, maka pihak bank akan membantu pendaftaran tanah
tersebut bersamaan dengan pemberian hak tanggungan oleh pihak bank. Hal
ini sesuai dengan pasal 10 ayat 3 Undang-undang nomor 4 Tahun 1996 yang
menjelaskan:
(3) Apabila obyek Hak Tanggungan berupa hak atas tanah yang be-rasal dari konversi hak lama yang telah memenuhi syarat untuk didaftarkan akan tetapi pendaftarannya belum dilakukan, pemberian Hak Tanggungan dilakukan bersamaan dengan permohonan pendafta-ran hak atas tanah yang bersangkutan.
Dalam hal ini pihak Bank BRI akan membantu melengkapi persyara-
tan apa saja yang diharuskan ada untuk mendaftarkan Tanah Ulayat tersebut,
ini dimaksudkan untuk menghindari “klaim” atas tanah yang ternyata bukan
merupakan haknya sehingga dapat menimbulkan permasalahan dikemudian
hari yang dapat melibatkan pihak Bank sebagai Penerima Hak tanggungan atas
tanah tersebut. Karena perlu diketahui Tanah Ulayat yang dapat dialihkan men-
jadi hak milik apabila tanah ulayat tersebut menurut kenyataannya tidak ada
atau statusnya sudah berubah menjadi “bekas tanah ulayat”.
Beberapa kendala yang dihadapi dan upaya pemecahannya dalam
eksekusi Hak Tanggungan sebagai jaminan kredit untuk perlindungan
hukum bagi kepentingan kreditur.
Hambatan Yuridis.
ix
Adapun beberapa faktor yang menjadi kendala atau hambatan
yuridis adalah : / 1. Adanya penjelasan Pasal 20 ayat 1 Undang-Undang
Hak Tanggungan yang dapat disimpulkan bahwa Kreditur berhak
mengambil pelunasan piutang yang dijamin dari hasil pen-jualan obyek
Hak Tanggungan dalam hal hasil penjualan itu lebih besar daripada
piutang tersebut yang setinggi-tingginya sebesar nilai tanggungan, sisanya
menjadi hak pemberi Hak Tanggungan. Dari ketentuan tersebut berarti
utang yang harus dibayar Debitur setinggi-tingginya/maksimal adalah
sebesar nilai tanggungan yang disebut dalam sertifikat Hak Tanggungan
itu. Sedangkan biasanya Kreditur menetapkan jumlah hutangnya yang
macet lebih besar dari apa yang tertuang dalam Sertifikat hak
Tanggungan, karena adanya hutang pokok ditambah bunga dan
ditambah dengan denda. : 2. Kendala lain yang berhubungan dengan
janji yang terdapat dalam Pasal 11 ayat (2) j yaitu janji bahwa
pemberi Hak Tanggungan akan mengosongkan obyek Hak Tanggungan
pada waktu eksekusi Hak Tanggungan. Akan tetapi kebanyakan
Debitur tidak sukarela mengosongkan obyek Hak tanggungan itu. : 3.
Kendala lain yang sering terjadi yaitu adanya perlawanan oleh
pemegang Hak Tanggungan itu sendiri terhadap eksekusi atas
permohonan pemegang Hak Tanggungan pertama. Tentang masalah
ini tidak diatur dalam Undang-Undang Hak Tanggungan tetapi
ada dalam Materi Hukum Acara Perdata.
Hambatan Non Yuridis.
x
Dalam pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan, sering timbul
hambatan-hambatan diluar prediksi yaitu pihak-pihak tereksekusi
dengan sengaja mengerahkan masanya untuk menghambat jalannya
eksekusi, dengan cara-cara mengerahkan masa untuk memblokade
dan memblokir jalan dan letak obyek eksekusi agar Team/
Pelaksana Eksekusi tidak bisa masuk kelokasi.
xi
III. PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah diperoleh serta hasil-hasil pembahasan permasalahan
pada bab IV,makadapat diambil kesimpulan sebagai berikut: / 1. Tata cara
pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan padaPT. Bank
BRI Lombok Utaraadalah sebagai berikut: a. Pemberian kredit oleh PT. Bank BRI
Lombok Utaradidasarkan pada prinsip kehati-hatian yaitu bank harus bertindak
hati-hati dalam menentukan siapa yang patut untuk diberikan kredit dan berapa
besarnya jumlah kredit yang diberikan setelah mengetahui jaminan yang diberikan
oleh calon debitur.Bank juga harus menjaga bahwa perjanjian yang dibuat dengan
calon debitur tidak cacat dan memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian. ; b.
Setelah pihak Bank BRI melakukan analisa terhadap calon debitur yang akan
mengajukan kredit dengan jaminan hak tanggungan dan memenuhi kriteria calon
debitur yang telah ditentukan oleh Bank, maka selanjutnya pihak bank akan
melakukan Pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang dilakukan
di PPAT Ambar Susanti, SH., M.Kn, hal ini sesuai dengan pasal 10 ayat (2)
yangbertujuan untuk mendaftarkan hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan
agar kepastian hukumnya terjamin,baik itu meliputi kepastian tentang subjek
haknya maupun objek haknya. ; c. Selanjutnya setelah dibuatnya Akta Pemberian
Hak Tanggungan yang telah disetujui oleh PPAT, lalu dilakukan
pengiriman/penyerahanAkta Pemberian Hak Tanggungan paling lambat 7 hari
setelah ditandatanganinya APHT tersebut, dikirimkan kepada Kantor Badan
Pertanahan Nasional sesuai dengan lokasi Tanah yang menjadi Hak tanggungan
xii
untuk dilakukan pendataan dan dikeluarkannya Surat Hak Tanggungan oleh
BPNKabupaten Lombok Utara yang berlokasi di Tanjung Kecamatan Pemenang,
dimaksudkan untuk mendapatkan kepastian hukum antara pihak kreditur yakni
pihak Bank BRI sebagai pemegang hak tanggungandan Debitur sebagai pemberi
Hak Tanggungan serta mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. 2. PT. Bank
BRILombok Utaramelakukan upaya-upaya untuk mengatasi setiap hambatan-
hambatan yang timbul dalam pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan Hak
Tanggungan guna kelancaran kredit yang diberikan kepada para debitur.Adapun
hambatan yag terjadi disebabkan karena kredit macet yang disebabkan karena
overmacht,wanprestasi, adapun upaya-upaya yang dilakukanPT. Bank BRI
Lombok Utarauntuk membantu debitur adalah dengan cara menormalisasi
keadaan sehingga usaha debitur kembali stabildan melakukan restrukturisasi
kredit yang bersangkutan dengan catatan usaha yang dijalankan oleh debitur
berkembang dengan baik, ada itikad baik dari debitur untuk melaksanakan
kewajibannya.Dengan dilakukannya upaya-upaya tersebut diharapkan debitur
dapat memenuhi kewajibannya dalam pembayaran kredit yang belum terlunasi.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain Yang
Melekat Pada Tanah dalam Konsepsi Oenerapan Asas Pemisahan Horisontal, Citra
Aditya Bakti, Jakarta, 1996
Wawancara
Wawancara dengan Yuva amiliaesa, selaku Kasie Kredit
Internet
Mustain Billah : http://mustain-billah.blogspot.com/2012/05/mak alah-hukum-
perdata-tentang-hukum.html
xiv