21
Penggunaan Infokus di kelas PASCA SARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2014 NIM 7117140015 JAMRIDAFRIZAL Inovasi Pembelajaran dengan Prof.Dr.Suriani,S.H.M.A Prof.Dr.Farida Mukti,M.Sc DOSEN:

Proses Implementasi Inovasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

inovasi merupakan suatuide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatuhal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Dengan demikiandapat disimpulkan inovasi pendidikan merupakan suatu ide, suatu barang, suatumetode, yang digunakan oleh seseorang sebagai hasil yang dibuat olehseseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil inverse(penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untukmencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan

Citation preview

Page 1: Proses Implementasi Inovasi

Penggunaan Infokus di kelas

PASCA SARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKANUNIVERSITAS

NEGERI JAKARTA2014

NIM 7117140015JAMRIDAFRIZAL

Inovasi Pembelajaran dengan

Prof.Dr.Suriani,S.H.M.AProf.Dr.Farida Mukti,M.Sc

DOSEN:

Page 2: Proses Implementasi Inovasi

PROSES IMPLEMENTASI INOVASI

PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN INFOCUS DI SMP. NO.1, KECAMATAN CIKEUSAL,KABUPATEN SERANG

Sebelum penulis menjelaskan mengenai proses implementasi inovasi,

terlebih dahulu penulis menjelaskan sekilas mengenai konteks yang mendasari

proses implementasi inovasi ini. proses implementasi inovasi ini merupakan

bagian dari difusi Innovasi ( penyebaran inovasi). Agar mendapatkan pengertian

yang medalam maka penulis perlu menjelaskan sekilas tentang inovasi dan difusi.

M. Rogers menyatakan , An innovation is an idea, practice, or object that

is perceived as new by an individual or other unit of adoption. It matters little, so

far as human behavior is concerned, whether or not an idea is "objectively" new

as measured by the lapse of time since its first use or discovery. The perceived

newness of the idea for the individual determines his or her reaction to it. If the

idea seems new to the individual, it is an innovation (inovasi merupakan suatu

ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu

hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Dengan demikian

dapat disimpulkan inovasi pendidikan merupakan suatu ide, suatu barang, suatu

metode, yang digunakan oleh seseorang sebagai hasil yang dibuat oleh

seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil inverse

(penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk

mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan. Lebih

lanjut Rogers mengemukakan ada lima karakteristik inovasi yaitu: 1) Keunggulan

relatif (relative advantage) yaitu derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih

baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. 2) Kompatibilitas (compatibility)

adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai

yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. 3) Kerumitan

(complexity) adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit

untuk dipahami dan digunakan. 4) Kemampuan diuji cobakan (trialability) adalah

derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. 5) Kemampuan

Page 3: Proses Implementasi Inovasi

diamati (observability) adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat

oleh orang lain.

Tugas ini membahas “Proses implementasi innovasi pembelajaran

menggunakan infocus di Sekolah Menengah Pertama No.1, Kecamatan

Cikeusal, Kabupaten Serang. Proses implementasi ini didasarkan pada hasil

penelitian yang dilakukan Huberman dan Miles tentang bagaimana proses suatu

adopsi inovasi di sekolah terjadi.

Hal pertama yang dibahas dalam makalah ini adalah motif atau

alasan yang mendasari mengapa guru dan tenaga administrasi mengadopsi

suatu inovasi. Hal lain yang dibahas adalah hubungan adopsi inovasi dengan

sikap (attitude) dan rentang waktu adopsi inovasi (adoption timelines).Kedua,

penulis menyoroti faktor lain yang mempengaruhi adopsi inivasi pendidikan

yaitu pandangan terhadap inovasi, sebagaimana Huberman dan Miles menyoroti

masalah ini. Dalam hal ini adalah bagaimana persepsi dan penilaian awal guru

dan administrator terhadap inovasi mempengaruhi adopsi inovasi itu sendiri.

Ketiga, Huberman dan Miles membahas tentang implementasi awal yang

meliputi 1) upaya guru dan administrator menguasai inovasi; 2) perasaan dan

kepedulian (concern) guru dan administrator pada awal penggunaan; 3)

pengalaman awal dan kesiapan guru dan administrator; serta 4) hal-hal lain yang

mempengaruhi implementasi awal.Keempat, pada masa implementasi awal

diperlukan asistensi. Oleh karena itu, Huberman dan Miles membahas tentang

peran asistensi serta bentuk-bentuk asistensi yang diperlukan. Bagian akhir,

Huberman dan Miles menjelaskan proses implementasi akhir yang dipengaruhi

oleh tingkat kemahiran mempraktekkan, tingkat kepedulian, dan stabilisasi atau

kontinyuasi.

Sebagai dasar pinjakan penulis mendasari tulisan ini pada pendapat

Huberman dan Miles membahas alasan utama mengapa guru dan administrator

mengadopsi inovasi pendidikan. Dalam hal ini dibahas motif secara umum,

hubungan motif dengan pengembangan karir dan kaitan motif dengan sikap.

Page 4: Proses Implementasi Inovasi

I. Motive Umum

Berdasarkan hasil survey, penulis mengidentifikasi beberapa hal yang

melandasi guru dan administrator mengadopsi inovasi “Pembelajaran

menggunakan infocus di ruangan Kelas”. Motif tersebut digambarkan seperti

dalam table berikut:

Tabel 1 Alasan Adopsi Inovasi (N = 49)NO Motive Reponden %1 Paksaan administrative 18 36,7

2cara baru atau hal baru yang dapatmeningkatkan praktek pembelajaran

8 16,3

3 Meningkatkan citra professional diri sendiri 4 8,24 Meningkatkan kapasitas guru 4 8,25 Memecahkan masalah pembelajaran 3 6,16 Akses terhadap dana 3 6,17 Meningkatkan kapasitas sekolah 2 4,18 Membantu mencapai tujuan (idealis) 2 4,19 Memperbaiki kondise kerja lebih baik 2 4,1

10 Peluang untuk membuat proyek 1 2,0

11Meningkatkan kekuasaan/kewenangan dirisendiri 1 2,0

12 Pengaruh social ( teman sejawat) 1 2,049 100,0

Bila dianalisa tabel di atas penulis menyimpulkan bahwa faktor utama

yang mempengaruhi adopsi inovasi adalah Paksaan administrative (otoriter)

sebanyak 36,7% atau 18 orangs, karena memang sekarang ini ada kewajiban dari

kementerian Agama Bahwa sekolah-sekolah Negeri di bawah kementerian

agama diwajbkan untuk menggunakan infocus di ruangan kelas

Faktor kedua adalah apakah inovasi tersebut merupakan cara baru atau

hal baru yang dapat meningkatkan praktek pembelajaran atau tidak, 16,3% atau

8 orang, tanggapan ini diberikan oleh guru yang masih muda, karena mereka

yang masih muda lebih siap dan mudah menerima sebuah inovasi, karena

adanya teknostress ( stress terhdap teknologi)

Faktor Ketika, inovasi Pembelajaran menggunakan infocus di ruangan

Page 5: Proses Implementasi Inovasi

Kelas dapat meningkatkan citra professional diri sendiri dan Meningkatkan

kapasitas guru masing-masing 8.2 % atau 4 orang,Keempat, Memecahkan

masalah pembelajaran, Akses terhadap dana masing-masing 3 orang atau 6,1 %,

Kelima, Meningkatkan kapasitas sekolah, Membantu mencapai tujuan (idealis),

Memperbaiki kondise kerja lebih baik, masing-masing 2 orang atau 4,1

%,Keenam, Peluang untuk membuat proyek, Meningkatkan

kekuasaan/kewenangan diri sendiri, Pengaruh social ( teman sejawat) masing-

masing 1 orang atau 2,0%

Bagaimanakah sikap guru dan tenaga administrasi terhapa inovasi

pembelajaran menggunakan infocus di ruangan Kelas, jika motif tersebut

dibandingkan antara guru dan administrator, maka ada beberapa

motif/alasan utama yang berbeda dalam mengadopsi suatu inovasi.

Secara umum penerimaan inovasi karena unsur paksaan administrative

(otoritas) jumlahnya mencapat 40% bagi tenaga administratif dan 35,29 %bagi

tenaga guru

Ada perbedaan signifikan alasan penerimaan inovasi antara guru dan

tenaga administrasi, guru menganggap bahwa penerimaan inovasi karena dapat

meningkatkan proses pembelajaran ini dijawab ya oleh 7 orang guru atau 20,59

%. Sedangkan bagi tenaga adminsitasi hanya 6,7 % tau satu orang

Bagaimanakah dengan pandangan bahwa inovasi dapat meningkatkan

citra professional diri sendiri dan Meningkatkan kapasitas guru?. Tenaga

adminsitrasi mengiyakan sebanyak 6,7 % sedangkan bagi guru menjawab ya

sebanyak 8.82%

Bagaimanakah penerimaan mereka terhadapa inovasi, bahwa inovasi

dapat memecahkan masalah pembelajaran dan Akses terhadap dana, masing-

masing dijawab 6,7 oleh tenaga adinistasi dan 5,8 untuk guru

Ada sekitar Empat kompenen yang masing-masing dijawab 1 orang secara

positif tentang pengaruh inovasi dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka

yaitu Meningkatkan kapasitas sekolah, Membantu mencapai tujuan (idealis),

Page 6: Proses Implementasi Inovasi

Memperbaiki kondise kerja lebih baik,

Penerimaan terhadap inovasi memiliki kaitan dengan peluang untuk

membuat proyek oleh tenga tenaga adminsitas memberikan kontribusi

positif,walaupun hanya dijawab oleh satu orang, sedangkan guru tidak

memberikan respon dalam hal ini

Inovasi dapat meningkatkan kekuasaan/kewenangan diri sendiri,

Pengaruh social ( teman sejawat) masing-masing dijawab positif oleh satu orang

guru, sedangkan dalam hal ini tenaga administarasi tidak memberikan respon

Adakah inovasi dapat meningkatkan skor prestasi sekolah, Memenuhi

kebutuhan eksternal, Memiliki nilai kebaruan dan tantangan, Politik yang baik?.

Keempat pertanyaan ini tidak direspon oleh guru dan tenaga admnistrasi.

Tabel 2. Perbandingan Motif Adopsi Inovasi antara Administrator ( 15) dan Guru(34) N=49

No Alasan/Motif Adm % Guru %

1 Paksaan administrative 6 40,0 12 35,29

2Meningkatkan prosespembelajaran 1 6,7 7 20,59

3Meningkatkan citra professionaldiri sendiri 1 6,7 3 8,82

4 Meningkatkan kapasitas guru 1 6,7 3 8,82

5Memecahkan masalahpembelajaran 1 6,7 2 5,88

6 Akses terhadap dana 1 6,7 2 5,88

7 Meningkatkan kapasitas sekolah 1 6,7 1 2,94

8Membantu mencapai tujuan(idealis) 1 6,7 1 2,94

9Memperbaiki kondise kerjalebih baik 1 6,7 1 2,94

10 Peluang untuk membuat proyek 1 6,7 0 0,00

Page 7: Proses Implementasi Inovasi

11

Meningkatkankekuasaan/kewenangan dirisendiri

0 - 12,94

12Pengaruh social ( temansejawat) 0 - 1 2,94

13Meningkatkan skor prestasisekolah 0 - 0 0,00

14 Memenuhi kebutuhan eksternal 0 - 0 0,00

15Memiliki nilai kebaruan dantantangan 0 - 0 0,00

16 Politik yang baik 0 - 0 0,00

15 100,00 34 100,00

II. Motif Dan Relevansinya Dengan Karir

Merujuk pada Pendapat Huberman dan Miles dari hasil penelitiannya

bahwa ada hubungan antara adopsi inovasi dengan pengembangan karir. Penulis

menjadikan pendapat tersebut sebagai acuan untuk melakukan hal sama yakni

bagaiman motif dan relevansinya dengan Karir. Dengan Dengan kata lain, karir

menjadi insentif guru dan administrator untuk mengadopsi inovasi pendidikan.

Dalam hal ini, 17,6 % guru dan 13,3 % administrator menyatakan tidakakan

pindah bila terjadi inovasi. Guru Bahkan siap dipromosikan kesekolah yang

memiliki perangkat yanglebih lengkap 23,5 % di daerah yang sama. Sebanyak

26,5 % menyatakan siap dipromosikan ke sekolah lain di daerah yang berbeda.

Motif lain bagi guru adalah karena ada kemungkinan peningkatan rotasi atau

promosi karir tapi masih dalam satu wilayah (11%) dan karena berpengaruh

terhadap promosi (7%). Sedangkan bagi administrator, sama seperti guru yaitu

karena ada kemungkinan peningkatan promosi tapi dalam satu wilayah

(17%) dan karena berpotensi untuk tetap pada jabatan semula dan tidak

dipindah (17%). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 8: Proses Implementasi Inovasi

Tabel 3. Perbandingan Hubungan Motif Karir terhadapAdopsi Inovasi antara Guru dan Administrator

Aspek MotifKarir

Motif Karir Guru(N=34)

Adminsitrator(N=15)

Pindah

Dimasukan kembaliyang tidak enak

2( 5,9 %) 0

Dipindah dari pekerjaanyang tidak enak

1 ( 2,9 %) 1 (6,7%)

Tetap Tetap, aman dengan statuspekerjaan sekarang

6 (17,6 %) 2 ( 13,3 %)

Siap-siappindah

Pindah posisi sebagaipersiapan promosi

8 ( 23,5 %)4 (26,7 %)

Pindah

Promosi dalam wilayahsama

9 ( 26,5%) 7 (46,7% )

Promosi ke wilayah lain 6 (17,6 %) 1 (6,7% )

Dipindahkan

Ke sektor swasta 1(2,9 %) 0%Ke pekerjaan lain selainmengajar/tenagaadministrasi Digantikan oranglain

1 (2,9 %)

0%

Digantikan orang lain 0 0 %Ada kariryang jelas 34 15

III. Sikap Terhadap Inovasi

Sudah menjadi karakter manusia bahwa ketika sebuah inovasi dilakukan

beragam sikap diperlihatkan oleh guru maupun tenaga administrasi. Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian Huberman dan Miles menunjukkan bahwa sikap

terhadap inovasi dipengaruhi oleh “apakah inovasi terebut sentral terhadap

proses pembelajaran sehari-hari atau tidak. Baik guru maupun administrator

memiliki sikap yang sama. Semakin sentral inovasi terhadap proses

pembelajaran sehari-hari makan semakin disukai inovasi tersebut yang pada

akhirnya semakin positif sikap guru dan administrator terhadap inovasi

tersebut. Sealiknya, semakin tidak sentral (tidak berpengaruh langsung),

Page 9: Proses Implementasi Inovasi

semakin tidak disukai dan semakin skeptic sikap guru dan administrator

terhadap inovasi tersebut.

Guru dan tenaga administrasi menganggap inovasi ini merupakan sesuatu

yag sentral bagi perubahan pembelajaran di sekolah, dimana guru hanya perlu

mempersiapkan bahan ajar dirumah, lalu diskolah hal itu dijelaskan, guru tidak

lagi perlu repot menuliskan hal-hal yang akan diajarkan. Tenaga administrasi

juga menganggap bahwa inovasi alat ini penting seklai, selama ini mereka repot

dengan menyiapkan spidol, membersihkan whiteboard, dan menjaga

kebersihan whiteboard dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Bagaimanakah pendepat yang demikian jika kita kaitkan dengan hasil

survey mengenail bagaimana sikap para guru dan tenaga admisnitrasi terhadap

inovasi berupa pembelajaran dengan menggunakan infocus di ruangan kelas

Kalau kita cermati dengan baik Tabel 3, terlihat jelas bahwa ada hubungan

antara motif dengan sikap positif awal terhadap inovasi, yaitu apakah guru dan

administrator menyukai, netral atau tidak menyukai.

Dari tabel tersebut, yang paling berpengaruh terhadap sikap awal untuk

menyukai inovasi adalah relevansi terhadap karir, khususnya ketika inovasi

tersebut merupakan tiket untuk mendapatkan posisi mengajar full time

atau promosi 23,5 %, Pindah posisi sebagai persiapan promosi 26,5 %, Promosi

ke wilayah lain 17,6 %

Hal kedua adalah ketika dapat mengobservasi langsung hasilnya dari

teman sejawat ukan karena pendapat atau masukan dari teman sejawat,

tapi dari hasil melihat sendiri secara langsung. Jadi, social influence,

mempengaruhi sikap awal guru dan administrator, jika mereka melihat

langsung (terkesan). Tapi, sikap awal mereka akan netral jika social influence

terjadi karena perbincangan atau seseorang membicarakannya saja.

Sedangkan sikap awal tidak menyukai. unpavorable) lebih disebabkan karena

tidak ada relevansinya dengan karir. Dari tabel tersebut terlihat bahwa,

walaupun memiliki relative advantage yang tinggi dan tingkat sentralitas

Page 10: Proses Implementasi Inovasi

terhadap pembelajaran sehari-hari tingggi, tapi karena tidak ada relevansinya

dengan karir, maka sikap awal guru dan administrator menunjukkan

“unfavorable”.

IV. Pandangan Terhadap Inovasi:Persepsi Dan Penilaian Awal

Pada dasarnya Manusia memang tidak mudah untuk berubah.Dalam

sejarah peradaban manusia kita lihat begitu bayak penolakan yang dilakukan

oleh orang mengenai suatu perubahan, apalagi sesuatu yang mau dirobah

tersebut sudah dilakukan sangat lama, bahkan sudah menjadi budaya dan

kebiasaan sehari-hari. Untuk mendukung anggapan ini penulis merujuk pada

Huberman dan Miles, dari hasil penelitiannya menekankan bahwa pandangan

awal terhadap inovasi mempengaruhi adopsi inovasi tersebut. Yang dimaksud

dengan pandangan awal adalah persepsi dan penilaian awal terhadap inovasi

tersebut. Beberapa faktor yang sebaiknya dipertimbangkan dalam proses

implementasi inovasi pada tahap awal ketika inovasi tersebut diusulkan untuk

diadopsi adalah sebagai berikut:

1. Persepsi dan Penilaian terhadap Ukuran Awal (Initial Size-Up), yaitusejauh mana guru dan administrator mempersepsi dan menilai (1)Tingkatkerumitan inovasi: sederhana (simple) atau rumit (complex),(2)Tingkatkejelasan: jelas (clear) atau tidak jelas (unclear),(3) Tingkat kemudahanmelakukan: mudah dilakukan (easy to do) atau sulit dilakukan(hard to do),(4)Tingkat keluwesan: luwes (flexible) atau kaku/sudah adapekmnya (prescriptive)

1. Kecocokan dengan pribadi (goodness of user fit); yaitu apakah inovasitersebut cocok, sedang, tidak cocok dengan pribadi sendiri.

2. Tingkat kemungkinan merubah kelas (level of anticipated classroom levelchange); yaitu Apakah inovasi tersebut merubah kebiasaan proses belajartinggi, sedang atau rendah.

3. Tingkat kemungkinan merubah organisasi (level of anticipatedorganization level change); yaitu apakah inovasi tersebut merubahkebiasaan organisasi/sekolah tinggi, sedang atau rendah.

4. Kecocokan dengan organisasi (goodness of organization fit); apakah

Page 11: Proses Implementasi Inovasi

inovasi tersebut cocok, sedang, tidak cocok dengan organisasi/sekolah.5. Variabel kunci lain, yaitu paksaan administrator, kepatuhan lokal,

solusi terhadap masalah yang dihadapi, dan lain-lain.

V. Implentasi Awal

Adalah sebuah yang tidak mudah untuk menerapkan implementasi

sebuah inovasi. Tahap awal Implementasi inovasi pendidikan berupaka

Pembelajaran menggunakan infocus di ruangan Kelas, dalam Istilah melaya

disebut dengan “Berakit-rakit ke hulu”, atau tahap “bersusah payah”. pidaklah

mudah Pada masa ini menuntut perubahan pembelajaran yang sebelumnya

menggunakan whiteboar dan bahkan sebagian masih menggunakan

blackboard berdampak pada timbulnya ketidak percayaan diri, keraguan,

ketidak menentuan istilah anak sekarang disebut dengan galau. Hal-hal tersebut

perlu diantisipasi agar implementasi inovasi Pembelajaran menggunakan

infocus di ruangan Kelas dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapakan,

Penulis perlu memberikan gambaran hal apa saja yang terjadi pada tahap

bersusah payah tersebut?, misalnya ketidak acuhan tenaga administarsi

sekolah untuk merawat. Dan kebimbingan sebagian besar guru akan ketidak

nyamanan menggunakan infocus ketika mengajar.

Saat memasuki tahap implementasi awal penulis mencoba

mengidentfikasi faktor-faktor yang mempengaruhi beberapa bulan-bulan

pertama ketika inovasi ini dilaksanakan. Berdasarkan hasil pengamatan penulis

menemukan beberapa hal yang krusial yaitu kenyamanan, guru gugup, belum

familiar, dan kekurangan kepedulian selama penggunaan awal terhadap inovasi

ini. Hal ini dikarenkan sebagian besar dari guru dan tenaga admninsitarsi belum

memiliki pengalaman, karena hal ini menurut Huberman dan Miles merupakan

hal yang bisasa dalam menghadapai kesiapan pengalaman awal dan termasuk

kedalam komponen kesiapan, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi

implementasi awal

Page 12: Proses Implementasi Inovasi

Vi . Menguasai Inovasi (Mastering The Innovation)

Apakah yang dimaksud dengan dengan menguasai inovasi? adalah

upaya untuk membuat diri mahir, familiar dan mampu

menmgoperasikan/menggunakan/menerapkan inovasi sebagaimana

seharusnya. Menguasai inovasi (mastering the innovation) dapat dipandang

sebagai proses (process) maupun hasil (accomplishment).Pada tahap

menguasai materi, Huberman dan Miles menemukan beberapa kesulitan yang

dialami guru dan administrator. Temuan pertama adalah banyaknya tugas-

tugas yang harus dilakukan secara simultan pada waktu yang sama. Hal ini

memberi dampak pada perasaan “overloaded” dan keluhan baik bagi guru dan

admin. Dalam kasus sertifikasi guru atau pelaksanaan BOS sebagai inovasi

pendidikan, nampaknya masalah ini jelas terjadi dan dirasakan guru dan

administrator.

Temuan kedua adalah mereka tidak siap mengantisipasi konsekuensi

langsung dari pelaksanaan inovasi tersebut. Sebagai contoh, biasa menangani

siswa dengan cara ceramah dan diskusi, harus menyajikan dengan pendekatan

pembelajaran kontekstual yang melibatkan beberapa metode sekaligus

(ceramah, simulasi, fishbowl, refleksi) dalam dua jam mata pelajaran.

Konsekuensi langsung yang dihadapi, sebelum mengajar, dirumah harus

menyiapkan dengan baik rencana pembelajaran, menyiapkan bahan, ketika di

kelas harus manata ruang terlebih dahulu, mengelompokkan siswa dan lain-

lain. Temuan ketiga adalah redahnya pemahaman (lack of understanding).

Artinya guru dan administrator masih remang-remang terhadap apa yang

mereka lakukan. Celakanya lagi, jika mereka masih tidak mengerti mengapa

harus melakukan ini dan itu.

VI. Perasaan Dan Kekhawatiran Selama Penggunaan Awal

Penulis mengidentifikasi beberapa area kepedulaian, sebagaimana yang

dikatakan oleh Huberman dan Miles bahwa ada empat area kepedulian dan

Page 13: Proses Implementasi Inovasi

kemungkinan perasaan emosional yang akan timbul pada diri guru dan

administrator pada saat penggunaan awal. Contoh area kepedulian dan perasaan

tersebut adalah sebagai berikut:

Area Kepedulian Contoh Ekspresi Perasaan/emosiyang Timbul

KemampuanProfesional

“apakah saya melakukannyadengan benar? Dapatkah sayamelakukan

Kekhawatiran,ketidakmampuan

Cacat inovasi ataugagal ketika dalameksekusi inovasi

“ketika dilaksanakan tidakberjalan sebagaimanamestinya?” “siswa tidak menyukaicara baru ini ..?

Keraguan,kekecewaan

Kelemahanlembaga

“saya harus mengorbankanwaktu …. Intuk melakukan ini”“Saya tidak bisa terus-terusanmelakukan ini …”

Kekhawatiran

Stamina Melelahkan, saya sudah tidaktahan lagi

Tertekan, putusasa, kelelahan

VII. Pengalaman Awal Dan Komponen Kesiapan

Tidak mudah memang menerapkan sebuah inovasi dalam lingkungan

pendidikan, disini penulis mencoba mencari tahu faktor apa sajakah yang

memungkinkan segala hal di atas terjadi pada saat inovasi? Menurut Huberman

dan Miles, jawabnya satu, yaitu relative degree of preparedness. Artinya, ketika

tahap awal inovasi diimplemntasikan tidak dipersiapkan dengan baik, tidak

dirancang dengan baik, segala kemungkinan konsekuensi yang terjadi tidak

diantisipasi dengan baik. Misal, pelaksanaan inovasi akan menuntut

lingkungan kelas dengan segala fasilitas tertentu, tapi ketika dilaksanakan

fasilitas dan lingkungan tidak sesuai dengan yang seharusnya. Membutuhkan

energy dan waktu tambahan, tapi tidak disiapkan biaya dan insentif lain.

Huberman dan Miles, menjelaskan komponen kesiapan yang harus disiapkan

dalam implementasi awal inovasi pendidikan, yaitu komitmen, pemahaman

(understanding), sumber daya dan bahan (resources and materials),

Page 14: Proses Implementasi Inovasi

keterampilan dan pelatihan, bantuan berjalan/pelatihan dalam jabatan,

membangun tingkat dukungan. Semakin tinggi atau semakin kuat dukungan

variable di atas maka semakin tinggi tingkat kesiapan implementasi awal,

sehingga semakin tinggi kemungkinan suatu inovasi dapat diimplementasikan.

Para pimpinan SMPN 1 Cikeusal , guru dan tenaga admiistasi sudah

mempersipakan hal ini dengan matang, mereka diberikan pengetuan tentang

manfaat yang dapat dipetik dari penggunaan alat ini, kemudian disosialisasikan

terus menerus, guru dan tenaga adminsitarasi terus dimotivasi. Guru-guru yang

sudah mahir diminta emberiakn contoh kepada mereka yang belum mengeuasai

bagaimana mengoperasikan infokus dengan baik, mereka-mereka yang terbilang

baik diapresisi oleh kepala sekolah, berupa “kado sederhana”

VIII. Faktor-Faktor Lain Yang Mempengaruhi Implementasi Awal

Disamping semua faktor di atas terdapat juga faktor-faktor lain yang

mempengaruhi tahap implementasi awal, sebagaimana yang dikatakan oleh

Huberman dan Miles adalah sebagai berikut:

(1) Derajat kesukarelawan pengguna; semakin sukarela atau semakin

terpaksa? Semakin sukarela semakin tinggi kemungkinan implementasi inovasi

dapat dilaksanakan sejak awal.(2) Derajat kesesuaian dengaan kelas atau

sekolah; semakin tinggi atau semakin cocok maka semakin tinggi

kemungkinana implementasi inovasi dapat dilaksanakan sejak

awal.(3)Derajat actual perubahan dalam praktek; semakin tinggi derajat

perubahan dalam praktek, semakin tinggi kemungikanan implemntasi

inovasi dapat dilaksnakan sejak awal.(4).Derajat keleluasaan membuat

perubahan; semakin tinggi keleluasaan membuat perubahan semakin

tinggi kemungkinan implementasi inovasi dapat dilaksanakan sejak

awal.(5)Derajat besaran dan lingkup inovasi; semakin sempitlingkup

inovasi semakin tinggi kemungkinan implementasi inovasi dapat dilaksanakan

sejak awal.

Page 15: Proses Implementasi Inovasi

(2) Peran Asistensi

Untuk penerapan sebuah inovasi dalam pendidikan diperlukan sebuah

asistensi. Asistensi ini berpengaruh terhadap implementasi inovasi. Dalam

penelitiannya Huberman dan Miles menjelaskan derajat pemberian asistensi

dan beberapa contoh bentuk-bentuk asistensi yang diberikan dalam konteks

inovasi pendidikan yang mereka teliti. Derajat pemberian asistensi dapat

digambarkan sebagai berikut:

Dengan memperhatikan diagram di atas dapat dilihat bahwa:

Pada kondisi tahap implementasi awal:

Bagiaman peran asistensi terhadap penerimaan enovasi? Bila kita

melihat hasil riset Huberman dan Miles bahwa asisten sangat dibutuhkan pada

tahap awal penerapan. Asisten dapat mempermudah penerimaan terhadap

inovasi. Sebagaiman kita ketahui bahwa penggunaan infocus di ruangan kelas

bukan hanya semata-mata mengoperasikan alat tersebut, tapi lebih dari itu.

Seorang guru harus mampu manyambungkannya ke komputer, komputer harus

memiliki perangkat dan sofware yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan

oleh alat tersebut. sering dalam pelaksanaannya guru mengalami kesulitan,

Page 16: Proses Implementasi Inovasi

dimana komputer yang mereka pakai tidak bisa terbaca oleh infokus yang ada di

kelas. Penulismenggunakan model yang dipakai oleh Huberman dan Miles yaitu

dengan pemakai cluster atau pengelompokkan berdasarkan tigjat kesulitan

perangkat. Pada cluster A Pada lokasi 1, 2 dan 3; semakin berat tingkat/level

mplementasi awal semakin tinggi tingkat asistensi yang diberikan, sehingga

dalam prakteknya implementasi awal berjalan dengan baik.Pada lokasi 6, 7

dan 8 clister B, tingkat asistensi yang diberikan rendah sampai agak rendah,

karena tingkat implementasi awal cukup lancer.Sedangkan pada cluster C, lokasi

4 dan 5, asistensi yang diberikan rendah padahal tahap implementasi awal

cukup berat. Hasilnya, tahap implementasi awal tidak berjalan dengan baik.Pada

kondisi tahap stabilisasi praktek (pelaksanaan): kodisi ini tidak jauh berbeda

dengan tempat penulsi melakukan survey, asisten sangat dibutuhkan pada

tahap awal penerapan.Pada lokasi 1, 2, 3 dan 4, berada pada tingkat stabilisasi

praktek rendah, sedang dan tinggi dengan tingkat bantuan asistensi yang tinggi.

Kecenderungan stabliisasi pelaksanan dilaporkan cukup tinggi.Pada cluster C,

lokasi 5, berada dalam tingkat stabilisasi praktek yang rendah, seharusnya

mendapatkan tingkat asistensi yang tinggi, tapi kenyataannya tidak

emndapatkan asistensi yang kuat, yang pada akhirnya tahap stabilisasi

implementasi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Cluster C, lokasi 6,7 dan 8,

tidak mendapatkan asistensi yang kuat, karena kebetulan tingkat stabilisasi

prakteknya cukup tinggi/baik. Hasilnya dilaporkan berjalan dengan baik

Berdarkan semua pembahasan di atas akhirnya penulis menyimpulkan

bagaimana penerima inovasi berupa penggunaan infocus dalam pembelajaran di

SMPN 1 Cikeusal bahwa

1. Semakin berat tahap implementasi awal semakin tinggi tingkat

asistensi seharusnya diberikan.

2. Semakin rendah stabilisasi praktek pada tahap implementasi,

semakin tinggi tingkat asistensi seharusnya diberikan.

Belumlah sampai disitu, pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana

Page 17: Proses Implementasi Inovasi

bentuk-bentuk asistensi yang dapat diberikan?. Untuk menjawab pertanyaan ini

penulis merujuk pendapat Huberman dan Miles yang mengklasifikasikannya

asistensi itu kedalam beberapa kategori sebagai berikut:

1) Control; dimana asister memberikan tekanan, paksaan yang ditujukan

agar pengguna melakukan.

2) Training; asister secara eksplisit memberikan informasi, melatih

keterampilan dengan cara yang terstruktur.

3) Solution giving; dimana asister memberikan jawaban, masukan, saran,

solusi, terhadap permaslahan yang dihadapi pengguna.

4) Resource adding; asister memberikan bahan, uang, waktu dan sumber

daya lain yang diperlukan.

5) Advocacy; asister secara aktif menunjukkan semangat, minat,

keberhasilan pengguna kepada pengguna lain dengan berbagai cara.

6) Facilitation; asister membantu pengguna agar mencapai tujuan. Bahu

membahu membantu penuh.

7) Inquiring; asister mengumpulkan data dari pengguna terhadap

pelaksanaan yang dilakukan dan memberikan umpan balik. Asister

melakukan semacam evaluasi formatif.

8) Support; asister memberikan dorongan, semangat, reinforcement,

bahkan dukungan emosi kepada pengguna.

(3) Impelentasi Selanjutnya

Setelah implementasi awal dan adanya bantuan asistensi, maka langkah

selanjutnya memasuki tahap implementasi akhir (later implementation).

Huberman menjelaskan beberapa yang terjadi pada tahap ini, yaitu: 1)

perasaan utama; 2) tingkat pemahaman akan praktek; 3) katalog bagian-

bagian mana yang telah dikuasai dan bagian-bagian mana yang belum dikuasai;

4) tugas- tugas dan aktifitas yang sedang dilakukan; dan 5)

permasalahan-permasalahan dan kekhawatiran yang masih tertinggal.

Page 18: Proses Implementasi Inovasi

(4) Perasaan Utama

Pada tahap ini, pengguna (guru dan administrator) mengalami

beberapa perasaan sebagai berikut:

1) Merasa nyaman; perasaan ini muncul sebagai akibat penguasaan atau

kemahiran dalam menerapkan inovasi secara teknis. Dengan kata lain,

“merasa dapat melakukan dengan lebih baik.”guru-guru biasanya

menapilakn wajah ceria

2) Merasa percaya; perasaan ini muncul sebagai akibat mereka

merasakan sendiri keberhasilannya dalam menerapkan inovasi secara

lebih konsisten.Dengan kondisi ini mereka memiliki rasa percaya diri ketika

hendak mulai mengajar

3) Merasa dalam kendali diri; perasan ini muncul sebagai akibat perasaan

percaya diri dan dapat menguasai penuh dengan caranya sendiri.Guru

sangat mampu me

4) Merasa berguna dan dihargai; perasaan ini muncul sebagai akibat

adanya perubahan(dampak positif) dari apa yang dilakukan terhadap siswa

atau sekolah.

(5) Pemahaman

Dalam tulisan ini penulis tidak bermaksud mendapatkan bukti yang

tentang “Apakah pengguna (guru dan administrator) memahami betul apa

inovasi tersebut, mengapa inovasi tersebut harus dilakukan, dan bagaimana

membuat inovasi tersebut berhasil diimplementasikan? Tidak ada bukti yang

kuat.

(6) Bagian-Bagian Yang Siap Dan Bagian-Bagian Yang Belum Siap

Penulis menemukan beberap hal penting yang belum dipersipakan

ketika implementasi penggunaan infokus dalam pembelajaran di ruangan kelas

Page 19: Proses Implementasi Inovasi

dimana setelah beberapa lama satu bulan setelah pelaksanaan masih banyak

beberapa komponen yang belum secara mahir dikuasai. Bahkan, temuan ini

menunjukkan bahwa pengguna baru dapat menguasai penuh setelah empat

bulan tapi masih memerlukan penyempurnaan.

Iv. Tugas Dan Aktivitas Utama

Dalam survey yang penulis lakukan mengenai tugas dan aktifitas

utama yang sebaiknya dilakukan pada tahap implementasi akhir, dengan

merujuk pendapat Huberman dan Miles adalah sebagai berikut:

1. Reaching Up. Yaitu pengguna menghabiskan lebih banyak waktu untuk

menguasai hal-hal yang lebih kompleks dan lebih sulit. Membiasakan

meggunakan infokus dalam pembelajaran di ruangan kelas menjadi

mahair dalam penggunaannya

2. Improving and debugging; aktifitas ini secara langsung difokuskan

terhadap kelemahan- kelemahan program inovasi. Dapat dikatakan

sebagai mencari celah kelemahan (debugging) dan memperbaikinya.

3. Refining. aktifitas ini dapat dikatakan sebagai upaya rutinisasi

penerapan inovasi sambil menyempurnakan.

4. Integrating. Aktifitas user yang mulai mencoba menggabungkan atau

memadukan inovasi baru dengan sistem sekolah yang telah ada.

5. Adapting. Inovasi yang diimplementasikan bukan berarti sesuatu yang

kaku. Tapi, dalam tahap ini, pengguna mencoba menyesuaikan inovasi

sesuai dengan kebutuhan. Kalau dalam konsep Rogers, dapat dikatakan

sebagai “reinvention”

6. Extending. Aktifitas memperluas penerapan inovasi.

(7) Permasalahan Dan Pertimbangan Lanjutan

Selanjutnya, Penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan dan

pertimbangan- pertimbangan lanjutan yang harus diperhatikan, yaitu:

Page 20: Proses Implementasi Inovasi

Pertama, Pertimbangan terkait efisiensi pengelolaan/

manajemen, yang meliputi pengorganisasian, pengelolaan, penjadwalan

dan lain-lain.Kedua, Pertimbangan terkait dampak atau konsekuensi, yaitu

upaya untuk meningkatkan outcome dan membuat perubahan untuk

meningkatkannya.Ketiga,Pertimbangan terkait kolaborasi dengan yang lain

terkait dengan implementasi inovasi.Keempat, Pertimbangan terkait dengan

memfokuskan ulang dengan mempertimbangkan perubahan-perubahan

yang terjadi, alternative-alternatif yang mungkin dan lain-lain.Kelima,

Disamping itu, ada permsalahan dan pertimbangan lain yang tidak kalah

pentingnya untuk diperhatikan pad tahap implementasi akhir ini, seperti yang

digambarkan dalam tabel berikut:

Pertimbangan Individu KomentatorMasalah hubungan – friksi antar staf program Joko

Masalah motivasi (frustasi, tertekan, terpaksa, berat) Rahman

Stamina (kelelahan, tuntutan yang berlebih dari

program)

Ali perdana

Pertimbangan LembagaRendahnya reward terhadap program level pusat

maupun lokal

Ahmad

Lemahnya fungsi secara keseluruhan Zakaria

Resistensi, rendahnya dukungan dari staf Abdul Kadir

Kekhawatiran apakah program akan berjalan dengan

baik atau tidak

Iroh rahmawati

Kesinambungan di tahun-tahun setelahnya syafei

Demikian hasil penelitian singkat ini dibuat dengan menggunakan kerangkaberfikri Huberman, Michael A; and Miles, B. Mathew, dalam bukunya “InnovationUp Close: How School Improvement Works. yang merupakan pengalamanberharga bagi penulis untuk meneliti lebih jauh tentang bagaimana sebuahinovasi dapat diterapakan dalam lingkungan pendidikan khususnya dalamproses pembelajaran di ruangan kelas.

Page 21: Proses Implementasi Inovasi

Referensi:

Huberman, Michael A; and Miles, B. Mathew, “Innovation Up Close: HowSchool Improvement Works”, New York and London: Plenum Press.2004

Everett M. Rogers Diffusion of Innovations, 5th Edition,Washington: Simon andSchuster,,2003

Survey pemanfaatan penggunaan infokus dalam pembelajaran di kelas,8April,2014

Wawancara dengan guru SMPN 1.Cikesal, tanggal 14-4-2015