Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    1/23

    ISBN 978-979-99141-5-6 99

    POTENSI DAN BENTUK BIDANG RUNTUHAN

    PADA LERENG TAMBANG TERBUKA

    Heri SyaefulPusat Pengembangan Geologi Nuklir

    Jl. Lebak Bulus Raya No. 9 Ps. Jumat, Jakarta, 12440

    ABSTRAK

    POTENSI DAN BENTUK BIDANG RUNTUHAN PADA LERENG TAMBANG

    TERBUKA. Perencanaan suatu tambang terbuka sangat dipengaruhi oleh banyak hal

    dan salah satu hal penting yang diperhitungkan adalah kestabilan lereng. Analisis

    kestabilan lereng pada tambang terbuka secara umum terbagi pada dua bagian yaitu

    highwall danfootwall. Dalam rangka memahami potensi bidang keruntuhan pada lereng

    highwall dilakukan analisis kestabilan lereng menggunakan metoda Morgenstern-Price(1965) dan pada lereng footwall menggunakan metoda Spencer (1967). Setelah itu

    dilakukan pengamatan pada longsoran yang terjadi pada daerah highwall dan footwall

    agar diketahui kesesuaian penerapan metoda analisis yang telah diterapkan. Berdasarkan

    hasil pengamatan diketahui bentuk bidang keruntuhan pada lereng highwall adalah

    sirkuler, serupa dengan pada perencanaan. Longsor pada umumnya disebabkan oleh

    pengaruh air yang meresap dan mempengaruhi kesetimbangan, selain itu diperkirakan

    terjadi pelapukan yang menyebabkan berubahnya sifat mekanik batuan dari kondisi

    awal. Sedangkan pada lereng footwall, selain longsor planar, pada daerah dengan

    pengaruh struktur geologi yang kuat terjadi longsor berbentuk semi sirkuler. Pada

    daerah dengan pengaruh struktur geologi tersebut pemodelan sifat material sebaiknya

    menggunakan sistem Geological Strength Index (GSI) agar pengaruh bidang

    diskontinuitas kekar termasuk dalam analisis.

    Kata Kunci : analisis kestabilan lereng, tambang terbuka, bidang longsor

    ABSTRACT

    POTENTIAL AND SHAPE OF FAILURE PLANE IN OPEN PIT SLOPE. Planning an

    open pit mine influenced by various things and one very important thing is the stability

    of the slope. Analysis of slope stability in open pit mines generally divided on two parts,

    namely the highwall and footwall. In order to understand the failure potential in

    highwall slope, performed slope stability analysis using the method of Morgenstern-

    Price (1965) and in the footwall slopes using the method of Spencer (1967). After that

    observation conducted on slope failure that occurred in the highwall and footwall in

    order to know the suitability of the method of analysis that has been applied. Based onthe observation, shape of failure plane in highwall slope is circular, similar with in the

    planning. Failure generally caused by the pervasive influence of water and affected the

    balance, beside that weathering predicted to occur and causing changes in the

    mechanical properties of rocks from the initial condition. While in the footwall slopes,

    beside planar failure, in areas with strong influence of geological structure, semi-

    circular shaped of failure plane also occured. In areas with the influence of geological

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    2/23

    ISBN 978-979-99141-5-6100

    structure, modeling of material properties should use the system of Geological Strength

    Index (GSI) in order to take into account the influence of joint discontinuity plane in the

    analysis.Key words : slope stability analysis, open pit, failure plane

    PENDAHULUAN

    Tambang terbuka adalah suatu bukaan

    yang dibuat dari permukaan tanah dan

    bertujuan untuk mengambil mineral

    atau batubara, bukaan tersebut akan

    dibiarkan tetap terbuka selama

    pengambilan mineral atau batubara

    masih berlangsung. Desain suatu

    tambang terbuka sangat dipengaruhi

    oleh banyak hal dan salah satu hal

    penting yang diperhitungkan adalah

    kestabilan lereng. Kestabilan lereng

    merupakan suatu faktor yang sangatpenting karena menyangkut persoalan

    keselamatan manusia, keamanan

    peralatan serta kelancaran produksi.

    Mengingat pentingnya kestabilan lereng

    dalam tambang terbuka, maka perlu

    diketahui metoda analisis kestabilan

    lereng, pemodelan sifat material,

    termasuk bentuk dan potensi bidang

    runtuh yang dapat terbentuk pada lereng

    highwall dan footwall. Potensi

    keruntuhan pada desain tersebut

    selanjutnya akan dibandingkan dengan

    longsoran yang secara aktual terjadi

    pada tambang terbuka.

    METODA

    Kestabilan lereng tergantung pada gaya

    penggerak dan penahan yang bekerja

    pada lereng. Gaya penggerak adalah

    gaya-gaya yang mengakibatkan suatu

    bagian lereng bergerak. Sedangkan gaya

    penahan adalah gaya-gaya yang

    mempertahankan kestabilan bagian

    lereng tersebut. Jika gaya penahannya

    lebih besar dari gaya penggerak, makalereng tersebut dalam keadaan stabil.

    Kestabilan suatu lereng biasanya

    dinyatakan dalam bentuk Faktor

    Keamanan (FK) berdasarkan kondisi

    FK = gaya penahan / gaya penggerak.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi

    kestabilan lereng diantaranya geometri

    lereng, struktur geologi, kondisi air

    tanah, sifat fisik dan mekanik

    tanah/batuan, serta gaya-gaya yang

    bekerja pada lereng. Geometri lereng

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    3/23

    ISBN 978-979-99141-5-6 101

    sangat mempengaruhi kestabilan suatu

    lereng. Semakin besar kemiringan dan

    ketinggian suatu lereng, maka

    kestabilannya akan semakin kecil.

    Struktur batuan juga mempengaruhi

    kestabilan dalam hal keterdapatan

    bidang-bidang diskontinuitas seperti

    sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur

    batuan tersebut merupakan bidang-

    bidang lemah dan sekaligus dapat

    menjadi tempat merembesnya air yang

    menyebabkan berkurangnya nilai kuat

    geser pada tanah. Sifat fisik batuan yang

    mempengaruhi kemantapan lereng

    adalah bobot isi (densitas), porositas

    dan kandungan air, sedangkan sifat

    mekanik didapatkan dari pengujian

    kekuatan di laboratorium, baik berupauji tarik, tekan, maupun geser.

    Metoda yang diterapkan dalam analisis

    menggunakan metoda kesetimbangan

    batas (limit equilibrium) dengan

    pendekatan metoda irisan (Gambar 1).

    Metode irisan merupakan metode yang

    sangat populer dalam analisa kestabilan

    lereng. Metode ini telah terbukti sangat

    berguna dan dapat diandalkan dalam

    praktek rekayasa serta membutuhkan

    data yang relatif sedikit dibandingkan

    dengan metode lainnya,seperti metode

    elemen hingga (finite element), metode

    beda hingga (finite difference) atau

    metode elemen diskrit (discrete

    element). Ide untuk membagi massa di

    atas bidang runtuh ke dalam sejumlah

    irisan telah digunakan sejak awal abad

    20. Pada tahun 1916, Peterson

    melakukan analisis kestabilan lereng

    pada beberapa dinding dermaga di

    Gothenberg, Swedia, dimana bidang

    runtuh dianggap berbentuk sebuah

    busur lingkaran dan kemudian massa di

    atas bidang runtuh dibagi ke dalam

    sejumlah irisan vertikal. Dua puluh

    tahun kemudian, Fellenius (1936)

    memperkenalkan metode irisan biasa.Setelah itu muncul beberapa metode

    irisan lainnya, antara lain yang

    dikembangkan oleh: Janbu (1954,

    1957); Bishop (1955); Morgenstern dan

    Price (1965); Spencer (1967); Sarma

    (1973, 1979); Fredlund dan Krahn

    (1977), Fredlund, dkk (1981); Chen dan

    Morgenstern (1983); Zhu,Lee dan Jiang

    (2003).

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    4/23

    ISBN 978-979-99141-5-6102

    Gambar 1. Metoda irisan lereng dengan bidang runtuh berbentuk busur lingkaran dan

    gabungan busur lingkaran dengan segmen garis lurus (Saifuddin, 2008)

    Perhitungan faktor keamanan dilakukan

    berdasarkan kesetimbangan momen dan

    kesetimbangan gaya. Salah satu faktor

    yang mempengaruhi ketelitian

    perhitungan faktor keamanan adalah

    asumsi tentang gaya geser antar irisan

    yang digunakan. Untuk metode-metode

    yang memenuhi semua kondisi

    kesetimbangan gaya dan momen, pada

    umumnya pengaruh dari asumsi gaya

    geser antar irisan terhadap perhitungan

    faktor keamanan untuk semua bentuk

    bidang runtuh adalah kecil sekali dan

    diabaikan. Namun hal tersebut tidak

    berlaku pada metode-metode yang tidak

    memenuhi semua kondisi

    kesetimbangan. Pada umumnya untuk

    semua bentuk bidang runtuh, kecuali

    bidang runtuh busur lingkaran, terdapat

    pengaruh yang cukup besar dari asumsi

    gaya geser antar-irisan terhadap faktor

    keamanan dengan kesetimbangan

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    5/23

    ISBN 978-979-99141-5-6 103

    momen. Faktor keamanan dengan

    kesetimbangan gaya juga dipengaruhi

    oleh asumsi gaya geser antar-irisan

    yang digunakan, kecuali untuk bidang

    runtuh planar.

    Metoda irisan yang akan diterapkan

    dalam penelitian ini adalah metode

    Morgenstern-Price (Morgenstern and

    Price, 1965) pada lereng highwall dan

    Spencer (1967) pada lereng footwall.

    Kedua metode tersebut dapat digunakan

    untuk semua bentuk bidang runtuh dan

    telah memenuhi semua kondisi

    kesetimbangan. Metode Morgenstern-

    Price (1965) menggunakan asumsi yang

    sama dengan metode kesetimbangan

    batas umum yaitu terdapat hubungan

    antara gaya geser antar-irisan dan gaya

    normal antar-irisan. Asumsi yang

    diterapkan dalam metoda ini adalah

    kemiringan gaya geser antar irisan

    besarnya sebanding dengan fungsi

    tertentu yang diasumsikan. Sedangkan

    pada metoda Spencer (1967) asumsi

    yang digunakan adalah kemiringan dari

    resultan gaya geser dan normal antar-

    irisan adalah sama untuk semua irisan.

    Data sifat material yang digunakan

    dalam penelitian ini menggunakan data

    dari salah satu tambang batubara di

    Kalimantan Timur, termasuk metoda

    pemodelan sifat material, dan

    perhitungan faktor keamanan.

    ANALISIS KESTABILAN LERENG

    HIGHWALL

    Lereng pada highwall terbagi dalam

    beberapa bagian yaitu bench/jenjang,

    catch bench/berm,ramp, slope toe, dan

    slope crest (Gambar 2). Dalam desain

    lereng highwall dilakukan analisis untuk

    bench slope (sudut jenjang) dan overall

    slope. Sudut jenjang tidak dilakukan

    perhitungan dikarenakan sejak lama

    telah diterapkan sudut 700untuk semua

    jenjang, dan telah terbukti aman untuk

    kondisi batuan di lokasi tambang.Pengecualian dilakukan apabila terdapat

    zona wash out, yaitu pada zona pasir

    lepas yang mempunyai nilai kohesi

    sangat rendah. Pada zona tersebut sudut

    jenjangyang digunakan adalah 45.

    Dalam perhitungan overall slope

    dibutuhkan data model geologi, struktur

    geologi, kondisi aktual topografi,

    airtanah, stage plan/face position,

    sejarah penambangan, dan parameter

    sifat teknis batuan.

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    6/23

    ISBN 978-979-99141-5-6104

    Gambar 2. Terminologi umum dalam desain lereng open-pit (Sjoberg, 1996)

    Pada perhitungan overall slope, sifat

    material untuk lapisan overburden/

    interburden atau lapisan non-batubara

    dimodelkan mengggunakan grafik

    fungsi tegangan geser/normal

    (shear/normal stress). Sedangkan untuk

    lapisan batubara menggunakan

    parameter sifat material mohr-coulomb.

    Data sifat teknis yang digunakan dalam

    pemodelan sifat material sedimen non-

    batubara adalah:

    - Berat isi (unit weight - )Berat isi adalah perbandingan

    antara berat contoh tanah dengan

    volumenya. Contoh tanah dibentuk

    dengan memakai alat pencetak

    berbentuk silinder dengan ukuran

    tertentu, kemudian beratnya

    ditimbang dan volumenya dihitung.

    Berat isi material sedimen non-

    batubara dilokasi tambang berkisar

    antara 15 19 kN/m3.

    - Rock quality designation (RQD)Rock quality designation (RQD)

    merupakan modifikasi dari

    persentase core recovery dimana

    panjang inti yang lebih besar dari

    100 mm (4 inchi) dijumlahkan dan

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    7/23

    ISBN 978-979-99141-5-6 105

    dibagi dengan panjang core run.

    RQD merupakan indeks kualitas

    batuan dimana dapat mencerminkan

    problematik batuan, diantaranya

    pelapukan, zona lunak, zona

    frakturasi, zona sesar, dan kekar.

    Data RQD didapatkan dari hasil

    identifikasi lapangan oleh well site

    geologist pada saat pemboran

    eksplorasi.

    - Uniaxial compressive strength

    (UCS)

    Tes ini menggambarkan kuat geser

    tidak terdrainase yang disebabkan

    tekanan insitu dari contoh tanah.

    Tes ini dilakukan pada contoh

    tanah berbentuk silinder tanpa

    adanya tekanan confining,dilakukan dengan pembebanan

    aksial sampai terjadi keruntuhan

    pada contoh. Setiap lapisan dengan

    ketebalan lebih dari 50 cm

    dianalisis untuk dimasukkan dalam

    basis data. Berdasarkan hasil

    analisis terhadap batuan dilokasi

    tambang, secara umum didapatkan

    nilai UCS sebagai berikut:

    a)Pit A antara 1.3 6.8 MPab)Pit B antara 1 13.8 MPac)Pit C antara 4.2 21.28 MPaHasil analisis UCS tersebut

    menunjukkan hampir keseluruhan

    batuan didaerah tambang dapat

    diklasifikasikan mempunyai

    kekuatan sangat rendah sampai

    rendah (Hoek, et. al., 1995 dalam

    Edelbro, 2003).

    - Geological strength index (GSI)

    GSI pertama kali diperkenalkan

    oleh Hoek pada 1994 (Edelbro,

    2003) merupakan suatu metode

    untuk mengestimasi pengurangan

    kekuatan massa batuan akibat

    kondisi geologi yang berbeda. Nilai

    GSI didapatkan dari beberapaparameter, diantaranya kekuatan

    contoh batuan (intact rock), RQD,

    jarak antara kekar, dan kondisi

    kekar. Sedangkan faktor air

    diabaikan karena perhitungan

    didasarkan asumsi kondisi air

    kering (Gambar 3).

    .

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    8/23

    ISBN 978-979-99141-5-6106

    Gambar 3. Geological Strength Index(Hoek, et. al., 1995 dalam Edelbro, 2003)

    - Intact rock parameter (mi)Intact rock parameter merupakan

    nilai konstan contoh batuan yang

    dinilai berdasarkan kelompok

    batuan (Gambar 4). Kisaran nilai mi

    didapatkan untuk setiap material

    yang bergantung pada granuralitas

    dan interlocking pada struktur

    kristal dalam batuan. Nilai miyang

    lebih besar menggambarkan

    karakteristik batuan dengan kristal

    yang semakin interlocking dan

    lebih bersifat friksi. Nilai mi yang

    digunakan dalam perhitungan

    ditetapkan 6, merupakan nilai

    material sedimen klastik dengan

    besar butir sangat halus sampai

    halus, atau antara batulempung dan

    batulanau.

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    9/23

    ISBN 978-979-99141-5-6 107

    Gambar 4. Nilai konstan mi untuk batuan intact berdasarkan kelompok batuan(Hoek, 2000 dalam Edelbro 2003)

    - Disturbance factor (D)Parameter disturbance factormerupakan indikasi dari jumlah

    kerusakan batuan yang dapat terjadi

    pada saat dilakukan ekskavasi atau

    peledakan (Gambar 5). Nilai D = 0

    mencerminkan batuan mengalami

    kerusakan yang sangat sedikit,sedangkan nilai D = 1

    mencerminkan kondisi batuan yang

    mengalami kerusakan signifikan

    pada saat peledakan. Di daerah

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    10/23

    ISBN 978-979-99141-5-6108

    tambang peledakan dilakukan

    secara terkontrol, nilai D ditetapkan

    0.7. Peledakan dilakukan dengan

    terlebih dahulu membuat lubang

    bor menggunakan peralatan bor

    perkusi, dan selanjutnya dilakukan

    peledakan.

    Gambar 5. Metode estimasi disturbance factor(Edelbro, 2003)

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    11/23

    ISBN 978-979-99141-5-6 109

    Untuk lapisan batubara data yang

    digunakan dalam pemodelan sifat

    material adalah:

    - Berat isi (unit weight - )Berat isi material sedimen batubara

    dilokasi tambang berkisar antara 16

    17 kN/m3.

    - Kohesi (C)Kohesi mencerminkan faktor

    kelekatan material. Pada umumnya

    nilai kohesi akan tinggi pada

    material berbutir halus dan rendah

    pada material berbutir kasar. Nilai

    kohesi didapatkan dari pengujian

    triaksial dari contoh inti batuan.

    Nilai kohesi pada batubara berkisar

    59 79 kN/m2.

    - Sudut geser dalam (internalfriction - )

    Sudut geser dalam merupakan gaya

    gesek yang timbul antara butiran

    batuan. Serupa dengan kohesi, nilai

    sudut geser didapatkan dari hasil

    pengujian triaksial dilaboratorium

    terhadap contoh inti batuan. Nilai

    sudut geser dalam batubara di

    lokasi tambang cukup rendah atauhanya berkisar antara 7 9.

    Tahapan awal analisis kestabilan lereng

    adalah penggambaran penampang

    litologi dan rencana pemotongan lereng

    (Gambar 6). Rencana pemotongan

    lereng secara umum pada tambang

    didapatkan dari divisi perencanaan

    pertambangan (mine planning). Garis

    piesometrik digambarkan berdasarkan

    hasil pengukuran level muka airtanah

    dari standpipe piesometer yang

    dipasang pada bekas sumur eksplorasi

    (Gambar 7). Karakteristik hidrogeologi

    formasi batuan di dalam areal

    pertambangan hampir seluruhnya dapat

    dikategorikan sebagai aquiclude atau

    semi impermeabel. Litologi overburden

    dan interburden sebagian besar

    merupakan batulanau, batulempung,

    dengan sangat sedikit batupasir. Sangat

    jarang terdapat channel batupasir kasar

    yang umum pada lingkungan

    pengendapan sungai meander. Kondisi

    tersebut menjadikan lapisan batubara

    yang secara fisik banyak mengandung

    kekar-kekar berfungsi menjadi aquifer.

    Beban seismik merupakan suatu hal

    yang harus juga diperhitungkan. Data

    percepatan seismik menggunakan data

    dari peta percepatan puncak batuan

    dasar wilayah indonesia pada SNI-1726-2001 (Gambar 8). Berdasarkan

    data tersebut nilai percepatan seismik

    ditetapkan sebesar 0.1 g.

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    12/23

    ISBN 978-979-99141-5-6110

    1

    2

    3

    4

    5

    6 78

    9

    Distance (m)

    0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 20

    Depth(m)

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    110

    120

    130

    140

    1

    2

    3

    4

    5

    6 78

    9

    Distance(m)

    0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

    Depth(m)

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    110

    120

    130

    140

    Gambar 6. Geometri lereng dan lapisan

    tanah/batuan

    Gambar 7. Garis piesometrik pada

    penampang lereng

    Gambar 8. Peta percepatan puncak batuan dasar wilayah Indonesia (SNI-1726-2001)

    Perhitungan kestabilan lereng

    dilakukan dengan mencari bidang

    runtuh dengan faktor keamanan

    terkecil berdasarkan metoda

    Morgenstern-Price (1965). Metoda

    iterasi bidang runtuh dilakukan dengangrid dan radius (Gambar 9). Hasil

    perhitungan mendapatkan informasi

    apakah kemiringan overall-slopepada

    desain tambang terbuka sudah aman

    atau perlu mendapatkan revisi. Desain

    lereng yang aman didapatkan jika

    faktor keamanan lebih besar dari 1.2,

    sedangkan jika kurang dari 1.2 maka

    sudut overall-slope ditambah dengan

    cara memperlebar ramp atau berm(Gambar 10 13). Desain lereng

    dengan nilai faktor keamanan yang

    lebih dari 1.2 selanjutnya akan

    diaplikasikan pada tambang.

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    13/23

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    14/23

    ISBN 978-979-99141-5-6112

    KESTABILAN LERENG PADA

    FOOTWALL

    Tidak seperti pada desain highwall,

    hampir seluruh tambang terbuka

    menggunakan kemiringan lapisan

    batubara sebagai sudut desain footwall

    (Gambar 14). Namun jika kemiringan

    lapisan batubara lebih dari 40ataupun

    akibat sudah sangat dalamnya pit yang

    menyebabkan kestabilan lereng kritis,

    maka desain footwall harus

    diperhitungkan dengan sangat hati-hati

    .

    Gambar 14. Kemiringan perlapisan batuan sebagaifootwall tambang terbuka

    Langkah secara umum dalam

    perhitungan kestabilan lerengfootwall:

    a. Metoda analisis yang digunakanyaitu limit equilibrium dari Spencer.

    Spencer (1967) mengembangkan

    dua persamaan dalam faktor

    keselamatan, yaitu moment

    equilibrium dan horizontal force

    equilibrium, selain itu memasukkan

    gaya geser dan gaya normal antar

    slice dalam perhitungan, juga

    dilakukan pengasumsian suatu

    fungsi gaya konstan diantara slices.

    b. Garis piesometrik menggunakandata muka airtanah atau garis

    freatik.

    c. Bidang gelincir menggunakan fullyspecified. Hal ini terutama yang

    membedakan antara analisis pada

    highwall danfootwall,padafootwall

    terdapat potensi bidang gelincir

    planar, yaitu pada bidang

    diskontinuitas perlapisan batuan.

    Selain menggunakan fully specified,

    dilakukan pula optimasi sehingga

    dimungkinkan terdapat dilakukan

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    15/23

    ISBN 978-979-99141-5-6 113

    iterasi bidang gelincir disekitar

    bidang yang ditentukan untuk

    perhitungan.

    d. Sifat materialoverburden/interburden

    menggunakan fungsi kuat geser,

    yaitu dari data UCS, intact rock

    parameter (mi), GSI dan Faktor

    Disturbansi

    - Uniaxial compressive strengthmenggunakan data tengah

    (median) dari hasil pengujian

    laboratorium pada batuan

    didalam satuan batuan atau

    satuan lapisan seperti telah

    digabungkan dalam korelasi

    oleh divisi geologi. Pada banyak

    kasus perhitungan nilai medianlebih konstan dan teratur dari

    pada menggunakan nilai rata-

    rata yang menghasilkan data

    yang lebih bervariasi.

    - Intact rock parameter (mi)menggunakan nilai antara

    claystone (4) dan siltstone (9),

    sehingga dipilih nilai 6

    - Geological strength indexmenggunakan hasil perhitungan

    dan rata-rata dari analisis

    laboratoriun UCS, data RQD

    yang didapat dari well site

    geologist, sedangkan spacing of

    joint dan condition of joint

    didapat dari pengamatan

    langsung pada kotak inti bor.

    - Disturbance factor (D)menggunakan nilai 0.7 yaitu

    good blasting. Nilai 0

    disturbance factor merupakan

    tidak terjadi disturbance pada

    massa batuan sedangkan nilai 1

    merupakan production blasting,

    atau blasting dengan tujuan

    menghancurkan massa batuan

    untuk tujuan produksi tambang.

    e. Sifat material batubaramenggunakanMohr-Coulomb.

    Perhitungan kestabilan lereng pada

    lereng footwall menggunakan metode

    Spencer yang menghasilkan faktor

    keamanan berdasarkan dua metode

    pendekatan yaitu berdasarkan moment

    dan force. Pada empat buah garis fully

    specified slip surface yang telah

    ditentukan, didapatkan nilai faktor

    keamanan untuk masing-masing slip

    surface (Gambar 15).

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    16/23

    ISBN 978-979-99141-5-6114

    0.921# ML (sandyclay)2# Coal

    3# NL (siltyclay)

    4# Coal

    5# OL (clayeys ilt)

    6# Dump

    Jarak(m)

    0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

    Tinggi(m)

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    110

    120

    130

    140

    1.231# ML (sandyclay)2# Coal

    3# NL (siltyclay)

    4# Coal

    5# OL (clayeys ilt)

    6# Dump

    Jarak(m)

    0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

    Tinggi(m)

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    110

    120

    130

    140

    1.321# ML (sandyclay)

    2# Coal

    3# NL (siltyclay)

    4# Coal

    5# OL (clayeys ilt)

    6# Dump

    Jarak(m)

    0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

    Tinggi(m)

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    110

    120

    130

    140

    1.881# ML (sandyclay)

    2# Coal

    3# NL (siltyclay)

    4# Coal

    5# OL (clayeys ilt)

    6# Dump

    Jarak(m)

    0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

    Tinggi(m)

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    110

    120

    130

    140

    Gambar 15. Hasil perhitungan faktor keamanan pada beberapafully specified slip surface

    Sedangkan hasil optimasi dari critical

    silp surface didapatkan nilai 0.71 dengan

    bentuk bidang gelincir didominasi

    bidang planar pada batas antar

    perlapisan batuan. Bidang runtuh

    memperlihatkan potensi ketidakstabilan

    pada lereng dengan ketinggian mencapai

    85 meter. Potensi bidang runtuh

    berdasarkan bentuk dan kedalaman dapat

    dikategorikan sebagai bidang runtuh

    dalam (deep seated) dimana mencapai

    kedalaman 60 meter (Gambar 16).

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    17/23

    ISBN 978-979-99141-5-6 115

    0.711# ML (sandyclay)

    2# Coal

    3# NL (silty clay)

    4# Coal5# OL (clayey silt)

    6# Dump

    Jarak(m)

    0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220

    Tinggi(m)

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    110

    120

    130

    140

    Gambar 16. Hasil perhitungan faktor keamanan dengan optimasi

    Berdasarkan hasil perhitungan yang

    memperlihatkan faktor keamanan

    yang rendah maka dilakukan

    perhitungan lanjutan untuk

    mendapatkan bentuk desain lerengyang stabil. Langkah yang dilakukan

    dalam modifikasi lereng yaitu

    dengan melakukan pemotongan

    lereng bagian atas dengan tujuan

    menghilangkan beban pada

    keseluruhan lereng dan

    meningkatkan faktor keamanan.

    Perubahan kemiringan dalam desain

    lereng footwall tidak dimungkinkan

    karena terdapatnya bidang

    diskontinuitas perlapisan.

    Pemotongan lereng pada lapisan

    overburden dan pembuatan benchmenaikkan faktor keamanan dari

    0.71 menjadi 0.93, selanjutnya

    dilakukan pemotongan lagi pada

    lapisan interburden untuk

    meningkatkan faktor keamanan.

    Hasil pemotongan memperlihatkan

    meningkatnya faktor keamanan dari

    0.93 menjadi 1.00 (Gambar 17).

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    18/23

    ISBN 978-979-99141-5-6116

    0.93

    Jarak(m)

    0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

    Tinggi(m)

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    110

    120

    130

    140

    1.00

    Jarak(m)

    0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

    Tinggi(m)

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    110

    120

    130

    140

    Gambar 17. Hasil perhitungan faktor keamanan dengan modifikasi pemotongan lereng padalapisan overburben (kiri) dan interburden (kanan).

    PENGAMATAN LONGSOR PADA

    LERENG HIGHWALL DAN

    FOOTWALL

    Tertimbunnya komoditas batubara yang

    sedang ditambang merupakan salah satu

    masalah utama yang dapat terjadi akibat

    longsoran. Hal tersebut menjadikan

    waktu dan volume pencapaian yang

    ditargetkan menjadi tidak tercapai akibat

    harus membersihkan material longsoran.

    Selain itu longsoran pada badan jalan

    dapat mengakibatkan terputusnya akses

    jalan yang dapat menyebabkan

    terhentinya produksi. Pada longsoran

    yang besar akan menyebabkan

    keterlibatan pihak inspektur tambang,

    pada saat investigasi area longsor harus

    ditutup sementara yang menyebabkan

    suatu gangguan pada perencanaan

    penambangan.

    Pengamatan longsor yang terjadi pada

    lereng highwall dan footwall sangat

    penting dalam meningkatkan

    pemahaman terhadap bentuk bidang

    runtuh sehingga dapat dilakukan suatu

    pencegahan pada saat perencanaan.

    Selain itu dapat menjadi masukan dalam

    penentuan atau pemodelan sifat material

    batubara dan non-batubara dalam

    analisis perhitungan kestabilan lereng.

    Suatu contoh longsoran pada daerah

    highwallterjadi pada tahun 2009. Akibat

    dari longsoran tersebut sekitar 100 ribu

    ton batubara dibawah area longsoran

    tidak dapat ditambang, dan jika

    longsoran terus berlanjut, maka jalan

    hauling akan terputus dan area workshop

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    19/23

    ISBN 978-979-99141-5-6 117

    juga harus dipindahkan. Penanganan

    longsor yang dilakukan adalah dengan

    pembuatan wide berm selebar 100 meter

    untuk menangkap material longsoran,

    sehingga aktivitas penambangan

    dibawahnya dapat terus dilakukan.

    Selain itu selama penambangan

    dilakukan pemasangan alat monitoring

    untuk memantau pergerakan dinding

    kearah haul road yang berada diatas

    dinding (Gambar 18).

    Dilihat dari dimensinya longsoran pada

    highwall tersebut berukuran sangat besar

    dengan luas area mahkota longsor

    mencapai 100 x 50 m2. Bentuk mahkota

    longsor yang melingkar menunjukkan

    bahwa bentuk bidang runtuhan juga

    sirkuler, yang memberikan indikasi

    material batuan bersifat seperti tanah.

    Pendekatan sifat material dengan mohr-

    coulomb sangat sesuai dengan kondisi

    ini. Berdasarkan kenampakan dari

    material rombakan dan permukaan tanah

    dari daerah sekitar longsoran

    diperkirakan longsoran diakibatkan oleh

    pengaruh aliran air yang masuk kedalam

    tambang dan menyebabkan terbentuknya

    efek tekanan air pori tinggi pada

    tanah/batuan.

    Gambar 18. Longsoran pada dinding timur Pit J, tahun 2009

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    20/23

    ISBN 978-979-99141-5-6118

    Pada lereng footwall, salah satu

    longsoran yang dapat dijadikan evaluasi

    adalah longsoran pada tahun 2005. Pada

    saat itu sekitar 2.4 juta ton batubara

    tertimbun material longsoran. Volume

    material longsoran mencapai 10 juta m3

    dan waktu yang dibutuhkan untuk

    membersihkan material tersebut

    mencapai 12 bulan. Selain itu perlu

    dilakukan penambahan peralatan dozer

    sebanyak 12 buah untuk membersihkan

    material longsoran (Gambar 19).

    Longsoran yang terjadi meninggalkan

    mahkota berbentuk sirkuler dengan luas

    ekstensi area yang cukup luas. Bentuk

    mahkota longsor yang sirkuler dapat

    diinterpretasikan sebagai diakibatkan

    oleh bentuk bidang runtuh atau

    longsoran yang juga sirkuler. Namun

    berdasarkan pengamatan lapangan

    diketahui bahwa zona longsoran

    merupakan zona struktur yang

    menyebabkan banyak terdapat bidang-

    bidang diskontinuitas. Berdasarkan hal

    tersebut maka penentuan parameter sifat

    material batubara pada zona struktur

    tersebut yang dimodelkan dengan teori

    mohr-coulomb menjadi tidak tepat

    karena kohesi dan sudut geser dalam

    yang mencerminkan keruntuhan puncak

    materi akan bervariasi akibat adanya

    tambahan bidang diskontinuitas kekar.

    Pendekatan pemodelan sifat material

    batubara dengan GSI diperkirakan akan

    lebih sesuai. Secara teori diketahui

    bahwa batubara akan bersifat regas

    (ductile) dari pada batulempung atau

    batulanan yang lebih bersifat lentur

    (ductile). Sehingga pendekatan GSIsebenarnya akan sangat sesuai dengan

    kondisi batuan di lapangan.

    Gambar 19. Longsoran pada footwall di tahun 2005, tanda panah menunjukkan

    mahkota longsoran.

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    21/23

    ISBN 978-979-99141-5-6 119

    KESIMPULAN

    1. Pemodelan sifat material non-batubara menggunakan fungsi

    tegangan geser dibagi tegangan

    normal (shear/normal stress fn.) dan

    sifat material batubara menggunakan

    fungsi mohr-coulomb sesuai untuk

    diaplikasikan pada perhitungan

    kestabilan lereng pada highwall dan

    footwall. Hal tersebut dapat

    dibuktikan dari cukup stabilnyalereng highwall dan footwall di

    lokasi tambang.

    2. Penggunaan metoda analisiskestabilan lereng highwall dari

    Morgenstern-Price (1965) dan

    Spencer (1967) pada footwall sesuai

    untuk diaplikasikan karena dapat

    berfungsi untuk mencari potensi

    bidang runtuh berbentuk sirkuler

    maupun planar.

    3. Metoda optimasi sangat sesuaidigunakan untuk analisis lanjutan

    dari pencarian bidang runtuh kritis

    dengan cara fully specified

    dikarenakan dapat memperbaiki

    posisi bidang runtuh.

    4. Bentuk bidang keruntuhan padalereng highwall adalah sirkuler,

    serupa dengan pada perencanaan.

    Pada pengamatan longsor yang

    terjadi pada lereng highwall selain

    diakibatkan oleh resapan air,

    kemungkinan juga dipengaruhi oleh

    ekspose lereng dalam waktu yang

    lama yang menyebabkan berubahnya

    sifat material batuan akibat

    pelapukan. Hal tersebut dapat

    menyebabkan berkurangnya nilai

    kuat geser tanah sehingga

    menyebabkan lereng menjadi tidak

    stabil.

    5.

    Bentuk bidang keruntuhan padalereng footwall berdasarkan

    pengamatan tidak selalu berupa

    planar. Pada beberapa daerah dengan

    pengaruh struktur yang kuat

    longsoran dapat berbentuk semi

    sirkuler. Daerah dengan pengaruh

    struktur yang kuat sebaiknya

    dilakukan analisis secara khusus dan

    terpisah. Model sifat materialbatubara pada daerah tersebut

    sebaiknya menggunakan pendekatan

    GSI agar pengaruh bidang

    diskontinuitas kekar termasuk dalam

    perhitungan.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Arief, S., 2008, Analisis KestabilanLereng dengan Metoda Irisan, Inco,tidak dipublikasikan.

    2. Bell, F. G., 1980, EngineeringGeology and Geotechnics, Newness-

    Butterworths, London.

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    22/23

    ISBN 978-979-99141-5-6120

    3. Cornforth, D. H., 2005, Landslide inPractice, John Wiley and Sons, New

    Jersey.

    4. Edelbro, C., 2003, Rock MassStrength, Technical Report, Lulea

    University of Technology, Sweden.

    5. Harries et. al., 2006, Case studies ofslope stability radar used in open cut

    mines, The South African Institute of

    Mining and Metallurgy International

    Symposium on Stability of Rock

    Slopes, Canada.

    6. Hoek, E. and Brown, E. T., 1988,The Hoek-Brown Failure Criterion

    a 1988 update, 15th

    Canadian Rock

    Mechanics Symposium, Toronto.

    7. Sjoberg, J., 1996, Large Scale SlopeStability in Open Pit - A Review.

    Technical Report, Division of Rock

    Mechanics, Lulea University of

    Technology - S-97187 Lulea

    Sweden.

    8. Spencer, E. 1967. A method ofanalysis of the stability of

    embankments assuming parallel

    interslice forces. Geotechnique,

    17(1): 1126.

    9. Badan Standardisasi Nasional, 2001,Standar Perencanaan Ketahanan

    Gempa untuk Struktur Bangunan

    SNI-1726-2001.

    10.Morgenstern, N. R. and Price, V. E.,1965, The analysis of the stability of

    general slipe surface, Geotechnique,

    Vol. 15, No. 1, pp. 70-93.

  • 8/12/2019 Prosiding Potensi Dan Bidang Runtuhan Pada Lereng

    23/23

    ISBN 978-979-99141-5-6 1