prov kalsel 2006

Embed Size (px)

Citation preview

PROFIL KESEHATANPROVINSI KALIMANTAN SELATAN

TAHUN 2006

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DINAS KESEHATANJl. Belitung Darat No. 118 Banjarmasin

KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah Nya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 ini dapat terselesaikan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 ini berisi tentang perkembangan hasil pembangunan kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang tergambar dari indikator-indikator yang tergabung dalam indikator Indonesia Sehat dan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan beserta anilis dan pembahasannya. Data dan informasi dalam buku profil kesehatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi program-program pembangunan kesehatan, terutama untuk mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan program di Kabupaten/Kota. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan yang telah memberikan arahan untuk penyusunan buku profil kesehatan ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Kepala Sub Dinas Bina Promosi Kesehatan serta pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian buku profil kesehatan ini. Kami menyadari bahwa buku profil ini ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun analisis serta pembahasannya, -Ibarat pepatah tak ada gading yang tak retak-, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya tulisan ini sangat kami harapkan.

Banjarmasin,

Oktober 2007

Kepala Seksi Sistem Informasi Kesehatan,

SIBLI WAHYUDI,SKM NIP. 140 091 177

i

DAFTAR TABEL Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : Luas Wilayah, Jumlah Desa dan Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan dan Rasio Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 tahun keatas Persentase Penduduk Berumur 10 tahun Keatas yang melek huruf Jumlah Kelahiran Bayi dan Balita Jumlah Kematian Ibu Maternal Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas AFP Rate % TB Paru dan Pneumonia Balita Ditangani HIV/AIDS Ditangani, Infeksi Menular Seksual, DBD, dan Diare pada Balita ditangani Persentase Penderita Malaria diobati Persentase Penderita Kusta selesaio berobat Kasus Penyakit Filariasis Ditangani Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang dicegah dengan imunisasi (PD3) Cakupan Kunjungan Neonatus, Bayi dan Bayi BBLR Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan Gizi Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) dan Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita, Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/SMP/SMU Jumlah PUS, Peserta KB, Peserta KB Baru, dan KB Aktif Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsiiv

Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20

Tabel 21 Tabel 22 Tabel 23 Tabel 24 Tabel 25 Tabel 26 Tabel 27 Tabel 28 Tabel 29 Tabel 30 Tabel 31 Tabel 32 Tabel 33 Tabel 34 Tabel 35 Tabel 36 Tabel 37 Tabel 38 Tabel 39 Tabel 40 Tabel 41

: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :

Pelayanan KB Baru Menurut Kabupaten/Kota Persentase Cakupan Desa/Kelurahan UCI Persentase Cakupan Imunisasi Bayi Cakupan Bayi, Balita yang mendapat Pelayanan Kesehatan Jumlah Ibu Hamil yang mendapatkan tablet Fe1, Fe3, Imunisasi TT1 dan TT2 Persentase Akses Kesediaan Darah untuk Bumil dan Neonatus yang dirujuk Jumlah/Persentase Bumil dan Neonatal Risiko Tinggi Persentase Saran Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat Jumlah/Persentase ditangani < 24 jam Desa/Kelurahan Terkena KLB yang

Jumlah Penderita, Kematian, CFR, KLB Menurut Jenis KLB Jumlah Bayi yang diberi ASI Eksklusif Persentase Desa/Kelurahan Dengan Garam Beryodium yang baik Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Penyuluhan Pencegahan, Penyalahgunaan NAPZA Penanggulangan dan

Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Cakupan Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin dan JPKM Gakin Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja pada Pekerja Formal Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila Cakupan Wanita Usia Subur mendapat Kapsul Yodium Persentase Donor DarahDiskrining terhadap HIV/AIDS Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, Pelayanan Gangguan Jiwa

v

Tabel 42 Tabel 43 Tabel 44 Tabel 45 Tabel 46 Tabel 47 Tabel 48 Tabel 49 Tabel 50 Tabel 51 Tabel 52 Tabel 53

: : : : : : : : : : : :

Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar Kebutuhan, Pengadaan Ketersediaan Obat Esensial dan Obat Generik Ketersediaan Obat Generik Berlogo Menurut Jenis Obat Persentase Penulisan Resep Obat Generik Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat Jumlah dan Persentase Posyandu Menurut Strata dan Kecamatan Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota Persentase Rumah Tangga Memiliki Akses Air Bersih Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan Sehat Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Persentase Rumah/Bangunan yang diperiksa Jentik Nyamuk Aedes dan Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Persentase Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Jumlah Tenaga Kesehatan Disarana Pelayanan Kesehatan Jumlah Tenaga Medis Disarana Kesehatan Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi Disarana Kesehatan Jumlah Tenaga Keperawatan Disarana Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi Disarana Kesehatan dan Kepadatan Penduduk Jumlah Tenaga Teknisi Medis Disarana Kesehatan Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) Indikator Pelayanan Rumah Sakitvi

Tabel 54 Tabel 55 Tabel 56 Tabel 57 Tabel 58 Tabel 59 Tabel 60 Tabel 61 Tabel 62 Tabel 63 Tabel 64

: : : : : : : : : : :

DAFTAR ISI halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................. DAFTAR ISI .......................................................................................... DAFTAR TABEL ....................................................................................

i ii iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... A. Tujuan ................................................................................. B. Sistematika Penyajian .........................................................

1 2 2

BAB II SITUASI UMUM DAN KEADAAN LINGKUNGAN SERTA KESEHATAN ........................................................................... A. Geografi .............................................................................. B. Keadaan Penduduk ............................................................ C. Keadaan Pendidikan ........................................................... D. Keadaan Ekonomi ............................................................... E. Keadaan Lingkungan .......................................................... 4 4 5 8 9 9

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ........................................... A. Mortalitas ............................................................................ B. Morbiditas ...........................................................................

12 12 18

ii

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ............................................... A. Pelayanan Kesehatan Dasar .............................................. B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang .................. C. Pemberantasan Penyakit Menular ...................................... D. Perbaikan Gizi Masyarakat .................................................. E. Pelayanan Kefarmasian ......................................................

24 24 28 29 33 34

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN .................................. A. Sarana Kesehatan ............................................................ B. Tenaga Kesehatan ............................................................ C. Pembiayaan Kesehatan ....................................................

36 36 39 40

BAB VI PENUTUP ................................................................................

41

iii

BAB I PENDAHULUANWorld Health Organization (WHO) dalam salah satu publikasinya menyatakan bahwa Sistem Informasi Kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian integral dari Sistem Kesehatan Nasional yang didukungnya serta merupakan alat bagi manajemen sistem kesehatan tersebut. Di dalam buku Sistem Kesehatan Nasional yang diterbitkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 131/MENKES/SK/II/2004 disebutkan bahwa untuk mengantisipasi berbagai perubahan dan tantangan strategis, baik internal maupun eksternal, perlu disusun Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang baru, yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan. Dengan berlakunya SKN tersebut, penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 berupaya untuk menyesuaikan dengan indikator pencapaian SKN yang ditentukan oleh dua determinan. Pertama, status kesehatan dan kedua tentang tingkat ketanggapan (responsiveness). Di dalam SKN disebutkan bahwa keberhasilan manajemen kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data dan informasi kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan hukumn kesehatan serta administrasi kesehatan. Lebih lanjut di dalam SKN disebutkan bahwa SKN terdiri dari enam subsistem, yakni (1) Subsistem Upaya Kesehatan, (2) Subsistem Pembiyaan Kesehatan, (3) Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan, (4) Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan, (5) Subsistem Pemberdayaan Masyarakat, dan (6) Subsistem Manajemen Kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan sebagai salah satu bentuk informasi kesehatan yang memuat gambaran situasi kesehatan di Provinsi Kalimantan Selatan yang diterbitkan setiap tahun. Data dan informasi yang dimuat dalam profil kesehatan berupa data tentang kesehatan dan data pendukung yang berhubungan dengan kesehatan seperti data kependudukan, ekonomi, pendidikan dan keluarga berencana. Keberadaan data pendukung tersebut menjadikan analisis terhadap situasi kesehatan menjadi lebih akurat. Masalah kesehatan timbul sebagai akibat dari dampak pembangunan.~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan 1

Peningkatan Upaya kesehatan di Provinsi Kalimantan Selatan dihadapkan dengan tantangan sebagai akibat terjadinya transisi demografi dan efedemiologi, seperti perubahan sosial, tingkat pendidikan, keadaan ekonomi, kondisi lingkungan dan pengaruh globalisasi, meningkatnya penyakit non enfeksi seperti kardiovaskoler, kanker dan penyakit degeneratif lainnya, serta disisi lain tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih baik, bermutu, terjangkau dan merata. Analisis data dalam penyusunan profil ini dilakukan secara deskriptif, dengan memberikan gambaran berupa rata-rata serta angka tertinggi dan terendah pada suatu situasi.

A. TUJUAN. Secara Umum pembuatan Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2006 ini bertujuan untuk memantau pencapaian pembangunan kesehatan dengan mengacu kepada Visi Kalimantan Selatan Sehat 2010. Tujuan Khusus : 1. Diperolehnya informasi tentang gambaran kesehatan di Provinsi Kalimantan Selatan meliputi situasi umum, derajat kesehatan, kesehatan lingkungan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, pelayanan kesehatan, sumberdaya kesehatan, dan gambaran situasi data pendukung yang terkait dengan program kesehatan. 2. Tersedianya alat pemantauan terhadap pelaksanaan program-program kesehatan di Kabupaten/ Kota dalam upaya peningkatkan manajemen kesehatan. 3. Tersedianya bahan untuk Penyusunan Profil Kesehatan Nasional.

B. SISTEMATIKA PENYAJIAN. Penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 mengacu kepada SKN yang baru. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 ini terdiri dari Bab I - Pendahuluan. Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang dan tujuan diterbtkannya Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 serta sistematika dari penyajiannya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan 2

Bab II - Situasi Umum dan Lingkungan. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Kalimantan Selatan. Selain uraian letak geografis, administrative dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktorfaktor lainnya meliputi kependudukan, ekonomis, pendidikan serta mengulas tentang faktorfaktor lingkungan.

Bab III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan kesehatan di Provinsi Kalimantan Selatan sampai dengan tahun 2006 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan dan keadaan status gizi.

Bab IV - Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang pencapaian dan keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2006. Gambaran tentang upaya kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi pencapaian cakupan pelayanan kesehatan dasar, pencapaian cakupan pelayanan kesehatan rujukan, upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat dengan Posyandu Purnama dan Mandiri yang disebut Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM), serta berbagai upaya lain yang berupa gambaran pelayanan program kesehatan lainnya.

Bab V - Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan kesehatan bidang kesehatan sampai tahun 2006. Gambaran tentang keadaan sumber daya ini mencakup tentang keadaan tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan yang ada sampai tahun 2006. Disamping itu juga digambarkan tentang jumlah distribusi tenaga per Kabupaten/ Kota serta jumlah dan penyebaran sarana pelayanan kesehatan yang terdiri dari Rumah Sakit dan Puskesmas termasuk Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Gambaran lainnya adalah tentang perkembangan penyediaan obat generik.

Bab VI - Penutup.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan 3

BAB II SITUASI UMUM DAN KEADAAN LINGKUNGAN SERTA PERILAKU KESEHATANA. GEOGRAFI Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai luas wilayah sekitar 38.822,62 km2 . terletak diantara 1140 sampai 1160 Bujur Timur dan 10 sampai 40 Lintang Selatan. Bagian barat merupakan rawa pasang surut (200.000 Ha), rawa monoton (500.000 Ha) dan rawa banjir (100.000 Ha). Di wilayah barat ini banyak tumbuh hutan rawa. Sedangkan di bagian timur merupakan daerah berbukti dan bergunung yang didominasi oleh hutan primer, hutan skunder dan padang ilalang. Jika dilihat dari persentasenya maka Provinsi Kalimantan Selatan didominasi oleh daratan yang melingkupi 33,89 persen wilayah serta pengunungan seluas 33,56 persen. Provinsi Kalimantan Selatan berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur di sebelah utara, Laut Jawa di sebelah selatan, sebelah barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan sebelah timur dengan Selat Makasar. Secara administratif pemerintahan terbagi menjadi tiga belas Kabupaten/Kota yang terdiri dari 2 (dua) Kota dan 11 (sebelas) Kabupaten. Pembangunan yang dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Selatan dibagi menjadi 3 (tiga) sub wilayah pembangunan, yaitu : 1. Sub wilayah pembangunan I (sub wilayah pembangunan Kayu Tangi), berpusat di Banjarmasin yang meliputi Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar dan Tanah Laut. 2. Sub wilayah pembangunan II (sub wilayah pembangunan Banua Lima), berpusat di Kandangan yang meliputi Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah (HST), Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan dan Tabalong. 3. Sub wilayah pembangunan III (Sub wilayah pembangunan Tanah Bumbu), berpusat di Kotabaru yang meliputi Kotabaru dan Tanah Bumbu. Berdasarkan 6 kelas ketinggian menunjukan wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berada pada kelas ketinggian 25-100 meter di atas permukaan laut yakni 31,29 persen. Tanah di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan sebagian besar berupa hutan dengan rincian : hutan lebat 780.319 ha, hutan belukar 377.774 ha, hutan rawa 90.060 ha,~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan

4

tanah berupa semak alang-alang seluas 870.314 ha, untuk sawah 413.107 ha, perkebunan 437.073 ha dan untuk perkampungan 57.903 ha. Wilayah Kalimantan Selatan juga banyak dialiri sungai antara lain Sungai Barito, Sungai Riam Kanan, Sungai Riam Kiwa, Sungai Balangan, Sungai Batang Alai, Sungai Amandit, Sungai Tapin, Sungai Kintap, Sungai Batulicin, Sungai Sampanahan dan lainnya yang umumnya berpangkal pada pegunungan Meratus dan bermuara di Laut Jawa dan Selat Makasar.

B. KEADAAN PENDUDUK Sesuai dengan data BPS Provinsi Kalimantan Selatan (2006), jumlah peduduk Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2006 tercatat sebesar 3.307.565 jiwa dengan tingkat kepadatan 86 per km (Indonesia 115 km ) dan rata-rata jiwa per Rumah Tangga sebanyak 4 jiwa. Kabupaten/ Kota yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Kota Banjarmasin, yakni dengan kepadatan sebesar 8.371 km .2 2 2

Kabupaten/Kota lain2

dengan kepadatan penduduk relatif tinggi adalah Kota Banjarbaru (423 km ), diikuti oleh Kabupaten Hulu Sungai Utara (225 km ), Kabupaten Hulu Sungai Tengah (161 km ), Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebesar (114 km ), Kabupaten Banjar ( 99 km2) dan Kabupaten Barito Kuala (88 km2). Dibanding dengan rata-rata, terdapat 7 Kabupaten yang memiliki kepadatan di bawah rata-rata. Kepadatan penduduk tertendah ada di Kabupaten Kotabaru (28 km ). Tingkat kepadatan penduduk merupakan suatu indikasi terhadap kemampuan suatu wilayah untuk menampung penduduk serta sangat berpengaruh terhadap daya2 2 2 2

dukung lingkungan. Rata-rata jiwa dalam satu Rumah Tangga di Propinsi Kalimantan Selatan tahun 2006 sebesar 4 jiwa/ RT.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan

5

Gambar II.1. PERKEMBANGAN KEPADATAN PENDUDUK PROPINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2000 S.D TAHUN 2006

90

85

83.1 86 79.92 84.59 86 86

80

81.38

75 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Komposisi penduduk Kalimantan Selatan menurut kelompok umur menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0 14 tahun) sebesar 40,04 %, yang berusia produktif (1564 tahun) sebesar 66,10 %, dan yang berusia tua (>65 tahun) sebesar 4,86 %. Dengan demikian, maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk di Kalimanantan Selatan pada tahun 2006 sebesar 51,30, dengan kisaran antara 43,90 (Kota Banjarbaru) dan 54,70 di Kabupten Banjar. Rincian Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk di Kalimanantan Selatan per Kabupaten/ Kota pada tahun 2006 seperti pada tabel II.1.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan

6

Tabel II.1. Rasio Beban Tanggungan dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006JUMLAH PENDUDUK NO KAB/KOTA LAKI-LAKI (TAHUN) 65 th 4 15 - 64 th 5 JML 6 PEREMPUAN (TAHUN) 65 th 7 15 - 64 th 8 JML 9RASIO BEBAN TANG GUNGAN RASIO JENIS KELAMIN

1

2

10

11

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin H.S. Selatan H.S. Tengah H.S. Utara Tabalong Banjarmasin Banjarbaru Tan. Bumbu Balangan JUMLAH

44.826 48.088 85.651 49.144 26.014 33.555 38.675 33.886 34.815 104.362 24.213 35.744 16.213 575.186

82.128 87.718 155.167 85.588 47.708 64.781 78.248 68.216 58.870 199.819 54.247 73.908 31.385 1.087.783

126.954 135.806 240.818 134.732 73.722 98.336 116.923 102.102 93.685 304.181 78.460 109.652 47.598 1.662.969

43.295 43.205 80.310 40.278 25.921 36.912 39.786 35.989 30.912 94.916 22.519 33.744 18.339 546.126

79.173 82.781 148.216 91.288 49.452 65.707 84.201 72.364 62.611 210.928 52.176 67.321 32.252 1.098470

122.468 125.986 228.526 131.566 75.373 102.619 123.987 108.353 93.523 305.844 74.695 101.065 50.591 1.644.596

54,6 53,5 54,7 50,6 53,5 54,0 48,3 49,7 54,1 48,5 43,9 49,2 54,3 51,3

103,7 107,8 105,4 102,4 97,8 95,8 94,3 94,2 100,2 99,5 105,0 108,5 94,1 101,1

Sumber : BPS Prop. Kalsel, 2006

Dilihat dari jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan penduduk perempuan, yaitu masing-masing sebesar 1.662.969 (50,28 %) dan 1.644.596 (49,72 %) dengan ratio sebesar 101,1. Ratio tertinggi di Kabupaten Tanah Bumbu sebesar 108,50, diikuti Kabupaten Kotabaru (107,8), Kabupaten Banjar (105,4), Kota Banjarbaru (105,0), Kabupaten Tanah Laut (103,7), Kabupaten Barito Kuala (102,4), dan Kabupaten Tabalong sebesar 100,2. Kabupaten/ Kota lainya berada dibawah 100,00 yang berarti bahwa panduduk perempuan lebih banyak. Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur per Kabupaten/ Kota dapat dilihat pada tabel II.1. Komposisi penduduk Kalimantan Selatan tahun 2006 menurut kelompok umur dan jenis kelamin menunjukkan proporsi penduduk terbesar berada pada kelompok umur 10 14 tahun, diikuti penduduk kelompok umur 15 19 tahun dan kelompok umur 20 24 tahun.~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan

7

C. KEADAAN PENDIDIKAN Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum yang diperlukan oleh penduduk agar dapat hidup sehat dan sejahtera yang tergambar dari angka melek huruf penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Gambaran angka melek huruf sebagai ukuran kemampuan menyerap informasi masyarakat Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2006 adalah sebesar 94,40 % dengan rincian laki-laki sebesar 96,70 % dan perempuan 92,00 %. Dilihat dari sebaran menurut Kabupaten/Kota, terlihat bahwa persentase angka melek huruf tertinggi di Kota

Banjarmasin (98,00 %), diikuti Kota Banjarbaru (96,90 %) dan persentase terendah di Kabupaten Tanah Laut (85,50 %) diikuti Kabupaten Balangan (90,30 %). Hal ini perlu diperhatikan pada pembangunan kesehatan di Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Balangan, terutama dalam penyampaian pesan-pesan tentang kesehatan. Tebel II.2 : Persentase Penduduk Umur >10 Tahun Melek Huruf Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006NO KABUPATEN/ KOTA 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin H.S.Selatan H.S.Tengah H.S.Utara Tabalong Banjarmasin Banjarbaru Tanah Bumbu Balangan JUMLAH LAKI-LAKI JUM. PDDK JUMLAH 1 2 249.422 261.795 457.242 262.744 145.875 200.955 195.195 206.467 182.715 574.327 110.931 210.717 98.377 3.156.762 3 126.954 135.806 234.613 131.178 73.722 98.336 92.980 98.114 93.685 283.072 56.426 109.652 47.786 1.582.324 113.000 129.790 229.170 126.967 72.013 97.048 90.787 95.877 92.169 279.902 55.343 103.643 44.302 1.530.011 Melek Huruf % 4 89,0 95,6 97,7 96,8 97,7 98,7 97,6 97,7 98,4 98,9 98,1 94,5 92,7 96,7 JUMLAH 5 122.468 125.989 222.629 131.566 72.153 102.619 102.215 108.353 89.030 291.255 54.505 101.065 50.591 1.574.438 100.145 113.702 201.702 120.797 67.110 96.482 97.722 102.779 82.210 282.954 52.140 87.937 44.561 1.450.241 Melek Huruf % 6 81,8 90,2 90,6 91,8 93,0 94,0 95,6 94,9 92,3 97,1 95,7 87,0 88,1 92,1 JUMLAH 7 213.145 243.492 430.872 247.764 139.123 193.530 188.509 198.656 174.379 562.856 107.483 191.580 88.863 2.980.252 % 8 85,8 93,0 94,2 94,3 95,4 96,3 96,6 96,2 95,4 98,0 96,9 90,9 90,3 94,4 PEREMPUAN JUMLAH MELEK

Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Prov. Kalsel, 2006

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia salah satunya bertitik tolak pada upaya pembangunan bidang pendidikan. Gambaran tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan dapat menjadi indikator pembangunan bidang pendidikan. Persentase tertinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk laki-laki adalah 16,20 % (Tidak/Belum Tamat SD/MI) diikuti Tamat SD sebesar 14,83 %, sedangkan penduduk yang menamatkan pendidikan sampai dengan DI/ DIII dan Perguruan Tinggi (PT) berkisar antara 1,32 % 2,52 %. Persentase penduduk laki-laki yang Tidak/ Belum Pernah Sekolah sebesar 2,65 %.~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan

8

Gambaran tingkat pendidikan tertinggi penduduk perempuan adalah sebagai berikut : Tidak/ Belum Pernah Sekolah sebesar 1,88 %, Tidak/Belum Tamat SD sebesar 16,11 %, SLTP/MTs sebesar 9,22 %, SLTA/ MA sebesar 10,19 %, dan DI/DIII sampai PT berkisar antara 1,35 % - 1,82 %.

D. KEADAAN EKONOMI. Indikator yang digunakan untuk mengukur kondisi perekonomian Kalimantan Regional Bruto (PDRB). Bardasarkan data BPS

Selatan adalah Produk Domestik

Kalimantan Selatan, PDRB Kalimantan Selatan menurut usaha atas dasar harga berlaku (AHDB) dengan migas selama kurun waktu 5 tahun terakhir adalah sebesar Rp.19.229,miliar rupiah (2001), Rp.21.155 miliar rupiah (2002), Rp.23.374 miliar rupiah (2003), Rp.25.792 miliar rupiah (2004), dan Rp.29.067 miliar rupiah pada tahun 2005. Sedangkan PDRB per kapita Kalimantan Selatan selama kurun waktu 5 tahun terakhir adalah sebesar Rp.5.170.169,- (2001), Rp.5.753.756 (2002), Rp.6.324.113 (2003), Rp.6.785.128 (2004), dan Rp.7.324.451 pada tahun 2005 dengan tingkat laju pertumbuhan ekonomi tahun 2003 dengan migas sebesar 4,40 % dan 4,91 % pada tahun 2004.

E. KEADAAN LINGKUNGAN. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator persentase rumah sehat serta persentase tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan sehat. Selain itu disajikan pula beberapa indikator tambahan yang dianggap masih relevan, yaitu persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga menurut sarana pembuangan air dan tinja. 1. Rumah Sehat Rumah sehat adalah adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang terbuat bukan dari tanah. Berdasarkan informasi indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan didapat gambaran persentase rumah sehat di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 45,88 % dengan kisaran 15,06 % s.d 97,91 %. Persentase rumah sehat tertinggi di~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan

9

Kabupaten Tnah Bumbu (97,91 %), diikuti Kabupaten Kotabaru sebesar 88,42 % dan Kota Banjarbaru 83,12 %. Wilayah persentase rumah sehat terendah adalah Kota Banjarmasin yaitu sebesar 15,06 %. Rata-rata jumlah rumah yang diperiksa sebesar 35,23 %.2. Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan

Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi oleh banyak orang, dan dikhawatirkan dapat menjadi tempat penyebaran penyakit. Tempat-tempat yang dikatagorikan sebagai TUPM meliputi : hotel, restoran, bioskop, pasar, terminal dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan TUPM sehat adalah tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruang) yang sesuai dengan banyaknya pangunjung, serta memiliki pencahayaan ruang yang sesuai. Informasi yang didapat dari indikator Standar Pelayanan Minimal menggambarkan bahwa rata-rata persentase TUPM sehat sebesar 66,84 % dengan julmlah TUPM yang diperiksa sebesar 68,3 % dari seluruh TUPM yang ada (24.400 buah). Persentase TUPM sehat tertinggi di Kabupaten Tabalong dan Kotabaru sebesar 100 %, diikuti Kota Banjarbaru sebesar 96,1 %, dan Tanah Bumbu sebesar 80,4 %. TUPM sehat terendah ada di Kabupaten Balangan, yaitu sebesar 8,0 % dari 1.053 TUPM yang diperiksa. 3. Akses terhadap Air Minum Susenas 2004 menggambarkan bahwa 55,31 % rumah tangga mempunyai fasilitas air minum sendiri. Rumah tangga yang menggunakan fasilitas air minum milik bersama sebesar 20,54 % dan 12,04 % menggunakan fasilitas milik umum. Selebihnya, sebesar 12,11 % rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas air minum. Persentase keluarga yang sarana persediaan air bersih di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2006 sebesar 54,60 %. Persentase tertinggi di Kabupaten Tanah Bumbu, yaitu sebesar 82,90 %. Persentase terendah di Kabupaten Tabalong sebesar 24,00 %. 4. Sarana PenampunganAkhir Kotoran/ Tinja. Menurut BPS tahun 2004, rumah tangga di Indonesia menggunakan tempat penampungan akhir kotoran/ tinja berupa tangki septik, kolam/ sawah, sungai/ danau,~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan

10

lubang tanah, pantai/ tanah terbuka, dan lain-lain. Persentase rumah tangga yang menggunakan tangki septik sebesar 42,71 % ( di wilayah perkotaan sebesar 66,01 % dan di wilayah perdesaan sebesar 25,47 %), sebesar 5,16 % yang menggunakan kolam/ sawah, 20,22 % menggunakan sungai/ danau, 24,41 % menggunakan lubang tanah, memanfaatkan pantai/ tanah terbuka sebesar 5,38 %, dan pemanfaatan sarana lain-lain sebesar 2,12 %. Persentase kepemilikan jamban di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2006 sebesar 58,3 %. Persentase tertinggi kepemilikan jamban ada di Kabupaten Tanah Bumbu sebesar 80,1 %, diikuti Kabupaten Banjar sebesar 79,7 % dan Kabupaten Tapin sebesar 77,5 %. Persentase kepemilikan jamban terendah di Kabupaten Barito Kuala sebesar 37,9 %.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan

11

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia berikut ini disajikan situasi mortalitas, morbiditas dan status gizi masyarakat.

A. MORTALITAS Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.Penghitungan angka kematian pada umumnya didapat dari hasil survei maupun penelitian. Perkembangan angka kematian dan penyakitpenyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir seperti pada uraian di bawah ini.

A.1.

Angka Kematian Bayi (AKB) Data angka kematian yang terdapat pada komunitas diperoleh melalui survei, hal ini karena sebagian besar kematian terjadi di rumah.AKB berdasar hasil survei oleh BPS Propinsi Kalimantan Selatan cendurung mengalami penurunan dari diperkirakan sebesar 66,97 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1995 menurun menjadi 52,60 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. AKB pada tahun 2006 sebesar 40,80 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun dibanding periode tahun sebelumnya. Berdasar Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2004, kondisi AKB Propinsi Kalimantan Selatan tergambar dengan warna kuning yang berarti AKB Kalimantan Selatan berada pada kisaran antara 40 50 kematian per 1.000 kelahiran hidup (AKB Kalsel 45 per 1.000 kelahiran hidup). Angka ini berada di atas AKB Propinsi Kalimantan Tengah ( 40/ 1.000 KH) dan Kalimantan Timur (42/ 1.000 KH). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003 dinyatakan AKB menurut berbagai karakteristik latar belakang, yaitu menurut tempat tempat tinggal di perkotaan dan perdesaan, tingkat pendidikan dan menurut indeks kekayaan. Gambaran AKB menurut karakteristik tersebut seperti pada grafik berikut :

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan 12

Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi (AKB) Menurut Tempat Tinggal di Indonesia Tahun 2002/2003

Perdesaan

52

Perkotaan

32

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2004

Dilihat dari grafik di atas terlihat bahwa AKB di Perdesaan lebih tinggi dibanding di perkotaan (52 per 1.000 KH).

Gambar 3.2 Angka Kematian Bayi (AKB) Menurut Tingkat Pendidikan di Indonesia Tahun 2002/20037065 67

60 5043

40 3023

36

20 10 0SMP + Tidak Tamat SMP Tamat SD Tidak Tamat SD Tidak Sekolah

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2004 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan 13

Dilihat dari karakteristik tingkat pendidikan, terlihat bahwa AKB tinggi pada tingkat pendidikan tidak sekolah (67/ 1.000 KH) dan tidak tamat SD (65/ 1.000 KH)

Gambar 3.3 Angka Kematian Bayi (AKB) Menurut Indeks Kekayaan di Indoenesia Tahun 2002-2003Atas

17

Tengah Atas

36

Tengah

44

Tengah Bawah

50

Teren dah

61

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2004

Distribusi AKB menurut indeks kekayaan menunjukkan bahwa kematian paling banyak terjadi pada golongan indeks kekayaan terendah (61/ 1.000 KH). Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB, tetapi tidaklah mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan serta faktor yang kurang dominan. Hasil kajian data menunjukkan bahwa tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke 7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian yang terbanyak (berkisar 40,68 %) adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat badan bayi yang rendah. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi (kisaran 25,13 %) adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) serta kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (aspeksia lahir). Penyebab kematian bayi secara rinci di Rumah Sakit seperti tergambar pada tabel berikut :

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan 14

Tabel 3.1 Distribusi Pasien Keluar Mati di Rumah Sakit Menurut Sebab Penyakit di Indonesia Tahun 2004

Golongan Sebab SakitTetanus neonatorum. Janin dan bayi baru lahir yang dipengaruhi oleh faktor dan penyulit kehamilan persalinan dan kelahiran. Pertumbuhan janin lamban, malnutrisi janin dan gangguan yang berhubungan dengan keham,ilan pendek dan berat badan lahir rendah. Cedera lahir. Hipoksia intrauterus dan asfiksia lahir. Gangguan saluran nafas lainnya yang berhubungan dengan masa perinatal. Penyakit infeksi dan parasit kongenital. Infeksi khusus lainnya pada masa perinatal Penyakit hemolitik pada janin dan bayi baru lahir. Kondisi lain yang bermula pada masa perinatal. J U M LAHSumber : Propfil Kesehatan Indonesia 2004

Mati42 362 2.100

%0.81 7.01 40.68

23 1.297 548 466 137 17 170 5.162

0.45 25.13 10.62 9.03 2.65 0.33 3.29 -

A.2.

Angka Kematian Balita (AKABA) AKABA di Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan hasil survei BPS Kalimantan Selatan cendurung mengalami penurunan dari 66,97 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1995 menurun menjadi 52,60 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000 dan pada tahun 2006, AKABA di Provinsi Kalimantan Selatan menurun menjadi 1,1 per 1.000 kelahiran hidup. Gambaran penyebab AKABA di Indonesia masih banyak disebabkan oleh penyakit infeksi. Hasil SKRT 1995 dan Surkesmas 2001 menunjukkan penyebab kematian pada Balita sebagaimana tabel berikut :

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan 15

Tabel 3.2 Pola Penyakit Penyebab Kemaitan Balita di Indonesia Hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001

SKRT 1995 Jenis Penyakit 1. Gangguan sistem pernafasan 2. Gangguan perinatal 3. Diare 4. Infeksi dan parasit lain 5. Saraf % 30.8 21.6 15.3 6.3 5.5 2. Diare 3. Saraf 4. Tifus

SURKESNAS 2001 Jenis Penyakit 1. Sistem pernafasan (Pneumonia) % 22.8 13.2 11.8 11.0 5.9 5.1

5. Sistem pencernaan 6. Infeksi lain

6. Tetanus 3.6 Sumber : Propfil Kesehatan Indonesia 2004

Gambaran penyebab kematian seperti tersebut di atas menunjukkan bahwa pola penyakit penyebab kematian balita menurut hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 tidak terlalu banyak mengalami perubahan. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab kematian terbanyak. Hasil Surkesnas 2001 menunjukkan bahwa penyakit pneumonia merupakan penyebab kematian yang terbanyak (22,8 %).

A.3.

Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) menurut perkiraan BPS Propinsi Kalimantan Selatan adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1998. AKI di Indonesia dari hasil SDKI 1997 sebesar 334 per 100.000 kelahiran hidup dan menurun menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Secara nasional, angka kematian maternal di Rumah Sakit pada tahun 2003 sudah mencapai 1,1 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun tajam dibanding tahun 2001 yaitu sebesar 16 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Namun pada tahun 2004 terjadi kenaikan yang sangat berarti yaitu menjadi 8,6 per 100.000 kelahiran hidup. Kenaikan ini terjadi karena angka denominator, yaitu jumlah kelahiran hidup mengalami penurunan menjadi sekitar 25.797. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa pemeriksaan rutin pada ibu hamil di Rumah Sakit mengalami penurunan berarti. Dilihat dari golongan sebab sakit dari data Rumah Sakit di Indonesia, maka golongan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya menduduki urutan teratas yaitu sebesar 61,11 % dengan CFR sebesar 1,5 %. Namun jika dilihat angka kematiannya, terlihat bahwa Eklamsia dan preeklamsia menduduki urutan teratas yaitu sebesar 1,8 % walaupun proporsi golongan sebab sakitnya hanya sebesar 4,82 %.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan 16

A.4.

Angka Kematian Kasar (AKK) AKK menurut perkiraan BPS Provinsi Kalimantan Selatan mengalami penurunan dari 21,0 per 1.000 penduduk pada tahun 2000 menjadi 19,5 per 1.000 penduduk pada tahun 2006. Estimasi AKK berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995 sebesar 7,7 per 1.000 penduduk. Angka ini turun menjadi 7,6 per 1.000 penduduk pada tahun 1996 dan tidak pernah berubah sampai dengan tahun 1998. Kemudian pada tahun 1999 AKK turun menjadi 7,5 per 1.000 penduduk dan menurun lagi menjadi 7,4 per 1.000 penduduk pada tahun 2000. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan angka kematian kasar dalam kurun waktu tahun 1995-2000 relatif stabil dengan penurunan yang sangat kecil. Sebagai gambaran 10 penyakit utama penyebab kematian menurut DTD di rumah sakit di Indonesia tahun 2004 adalah sebagai berikut : Tabel 3.3 10 Penyakit Utama Penyebab Kematian Menurut DTD di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2004Jumlah Mati 5.532 4.215 3.941 3.852 3.578 3.103 2.868 2.619 2.554 2.369 % Thd. Totol Kematian 4.9 3.8 3.6 3.5 3.2 2.8 2.6 2.4 2.3 2.1

NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

DTD 167 155 005 117.0-1 043 169 153 002 278

Sebab Sakit Infeksi saluran nafas bagian atas akut lainnya Stroke tidak menyebut perdarahan atau infark Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) Tuberkulosis paru Malaria (termasuk semua malaria) Pneumonia Perdarahan intrakranial Demam tifoid dan paratifoid Cedera intrakranial

10. 017 Septisemia Sumber : Propfil Kesehatan Indonesia 2004

A.5.

Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH) Penurunan AKB berhubunagn erat dengan kenaikan UHH waktu lahir.Perbaikan derajat kesehatan tercermin pada AKB dan UHH waktu lahir. Meningkatnya umur harapan hidup waktu lahir ini secara tidak langsung membari gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan 17

UHH Propinsi Kalimantan Selatan menurut perkiraan BPS Propinsi Kalsel cenderung meningkat dari tahun ke tahun. UHH Kalimantan Selatan pada tahun 1995 sebesar 60,3 tahun, meningkat menjadi 61,3 tahun pada tahun 2002 dan pada tahun 2005 menjadi 62,1 tahun. Harapan UHH Kalimantan Selatan sebesar 67,9 tahun.Gambar 3.4 : Perkembangan Umur Harapan Hidup (UHH) Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 1996-2005

100

75UHH (tahun)

60.350

61

61.3

61.6

62.1

25

0 1996 1999 2002 2004 2005 -

Hasil Sensus Penduduk (SP) 1990 dan 2000 serta estimasi SUPAS 1995 menunjukkan bahwa umur harapan hidup waktu lahir untuk kelompok penduduk perempuan di Indonesia dari waktu ke waktu lebih tinggi daripada umur harapan hidup waktu lahir untuk kelompok penduduk laki-laki.

B. MORBIDITAS Morbiditas atau kesakitan adalah merupakan penyimpangan dari keadaan sehat yang dinyatakan dalam jumlah orang yang sakit atau episod. Berdasarkan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (fasility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan diperoleh gambaran/ pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di puskesmas tahun 2005 seperti disajikan pada tabel berikut :

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan 18

Tabel 3.4 10 Penyakit Terbanyak pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 JENIS PENYAKIT Infeksi Akut Lain pada Saluran Pernafasan Bagian Atas Penyakit Lainnya Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat Penyakit Tekanan Darah Tinggi Penyakit Kulit Alergi Penyakit Kulit Infeksi Diare (termasuk tersangka kolera) Penyakit lan pada Saluran Pernafasan Bagian Atas Radang Sendi Serupa Rematik Radang Pulpa dan Penyakit Periodental Asma Tukak Lambung dan Usus Dua Belas Jari Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal Tuberkulosis Paru Gangguan gigi dan Jaringan Penyangga lain Penyakit Mata lain-lain Karies Gigi Penyakit Rongga Mulut lain, Ludah, Rahang, dll Disenteri Gastritis JUMLAH KASUS 135373 48090 38415 35248 31462 27816 22738 16929 16594 14183 14132 9940 7723 7640 6360 5385 5242 3697 2914 2633

B.1.

Penyakit Malaria Penyakit malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Kalimantan Selatan, namun sejak tahun 2002 mengalami kecenderungan penurunan. Perkembangan penyakit dipantau melalui Annual Malariae Incidence (AMI) yang dapat dilihat pada gambar berikut :

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan 19

Gambar 3.5 Perkembangan Annual Malariae Incidence (AMI) di Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 1996-20058 Per 1.000 penduduk6.2 5.03 5.28 4.65 4.25 5.59 5.51 4.36 3.51 2.65

6

4

2

01996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun Kejadian

Dilihat dari angka klinis malaria tahun 2005 seperti pada lampiran tabel 7, tergambar bahwa kasus tertinggi di Kabupaten tabalong (2.873), diikuti Kabupaten Tanah Laut (1.180), Kabupaten Tanah Bumbu (1.158) dan Kabupaten Kotabaru (1.052). Dari angka klinis malaria ini dijumpai fenomena yang perlu dikaji lebih lanjut, yakni ditemukannya kasus malaria klinis di Kota Banjarbaru dengan jumlah yang cukup banyak sebanyak 560 kasus dengan positif 87 slide. Jumlah ini melebihi angka malaria klinis di Kabupaten Banjar (529 kasus dengan positif 89 slide).

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan 20

35 30

Gambar 3.6 Perkembangan Annual Malariae Incidence (AMI) di Indonesia & Prop. Kalsel Tahun 1996-200531.09

Per 1.000 penduduk

2521.72 21.97

24.9

26.2 22.3 21.8 21.2

2016.06

15 10 5 5.03 0 19965.28 4.25 4.65 6.2 5.59 5.51 4.36 3.51

2.65

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

Tahun KejadianSumber : Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota se Kalsel Tahun 2005

Kalsel Nasional

Dibanding dengan AMI nasional, angka kesakitan malaria di Propinsi Kalimantan Selatan relatif lebih kecil. AMI Kalimantan Selatan pada tahun 2004 lebih kecil dibanding Propinsi Kalimantan Barat (26,3 per 1.000 penduduk) dan Propinsi Kalimantan Tengah sebesar 7,78 per 1.000 penduduk. B.2. Penyakit Demam Berdarah Dengue Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang selalu diwaspadai di Propinsi Kalimantan Selatan. Dari tahun ke tahun wilayah penyebarannya semakin meluas. Pola musiman seiring dengan turunnya hujan berhubungan erat dengan perkembangan DBD di Kalimantan Selatan, sebagaimana pola musiman pada grafik berikut

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan 21

220 210 200 190 180 170 160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 JAN FE B M AR APR MAY JUN JUL A UG SEP OCT NOV DE C2002 2003 2004 2005

Gambar 3.7 : Pola Musiman Penyakait DBD di Propinsi Kalimantan Selatan B.3. Penyakit HIV/ AIDS Saat ini di Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemi yang terkonsentrasi (concentrated level epidemic), yaitu adanya prevalensi lebih dari 5 % pada sub populasi tertentu, misalnya pada kelompok penjaja seks dan pada para penyalahguna NAPZA. Tingkat epidemi ini menunjukkan tingkat perilaku yang cukup aktif menularkan di dalam suatu sub populasi tertentu. Selanjutnya, perjalanan epidemi ini akan ditentukan oleh jumlah dan sifat hubungan antara kelompok berisiko tinggi dengan populasi umum. Perkembangan penyakit HIV/ AIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, menigkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) melalui suntikan secara simultan telah memperbesar tingkat risiko penyebaran HIV/ AIDS di Propinsi Kalimantan Selatan. Jumlah pengidap HIV Positif dan Penderita AIDS digambarkan sebagai suatu fenomena gunung es (iceberg phenomena), yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil dibanding jumlah penderita sebenarnya. Hal ini berarti bahwa jumlah penderita HIV/ AIDS belum dapat dipastikan. Secara kumulatif sampai dengan bulan Desember 2005 ditemukan sebanyak 36 kasus HIV Positif dan 6 kasus AIDS. Sero survei yang dilaksanakan di beberapa kabupaten/ kota menunjukkan hasil sebagaimana gambar berikut :

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan 22

Gambar 3.8 Sebaran HIV + Hasil Survei Menurut Kab/ Kota di Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2005450 400 350 300 250 200 150111 118 69 3 2 0 0 0 11 0 101 174 270 414

100 50 04

66

BJM

BB

BJR

HST

BTL

TALA

TANBU

KTB

Wilayah SurveiSero Survei Positif HIV

Gambar 3.9 Sebaran HIV + Hasil Survei Menurut Kelompk Risikodi Prop Kalsel Tahun 2005800 700 600 500 400 300 200 100 016 42 2 2 376 794

WPS Langsung

WPS Tdk Langsung

NAPI

Kelompok RisikoSero Survei Positif HIV

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan 23

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATANDalam rangka mencapai tujuan pembanguna kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya kesehatan, khususnya untuk tahun 2006.

A.

PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagaian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dapat dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi. Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya. a. Pelayanan Antenatal. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kehamilan, dokter umum, bidan, dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Cakupan K4 di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2006 sebesar 76,10 % dengan rentang antara 61,72 % s.d 95,66 %. Cakupan tertinggi di Kota Banjarmasin sebesar 95,66 %, diikuti Kabupaten Banjar sebesar 86,06 % dan Kota Tapin sebesar 85,30 %. Cakupan terendah di Kabupaten Tanah Bumbu sebesar 61,72 %. K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

24

kunjungan dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua, dan dua kali pada trimester ke tiga. b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan. Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagaian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Menurut statistik Kesra tahun 2004, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan termasuk pendampingan meningkat pada kurun waktu terakhir. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 1998 sebesar 60,75 %, tahun 2003 sebesar 70,62 %, tahun 2004 sebesar 71,52 % dan tahun 2005 sebesar 79,60 %. Hasil pengumpulan data/ indikator kinerja SPM bidang kesehatan dari kabupaten/ kota pada tahun 2006 menunjukkan bahwa cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 78,45 %. Cakupan tertinggi di Kota Banjarbaru sebesar 97,17 %, diikuti oleh Kabupaten Banjar sebesar 84,91 % dan Kota Banjarmasin sebesar 81,78 %. Cakupan terendah di Kabupaten Tanah Bumbu sebesar 60,17 %. c. Ibu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan puskesmas, terkadang dijumpai ibu hamil yang memiliki risiko tinggi yang memerlukan pelayanan kesehatan lanjut. Dengan terbatasnya kemampuan memberikan pelayanan oleh tenaga bidan di desa atau puskesmas, maka perlu dilakukan rujukan ke unit pelayanan kesehatan memadai. Secara nasional persentase ibu hamil dengan risiko tinggi yang dirujuk sebesar 23,83 %. Berdasarkan data/indikator kinerja SPM bidang kesehatan dari kabupaten/ kota pada tahun 2006 didapat gambaran ibu hamil dengan risiko tinggi yang dirujuk sebesar 14,30 %. Angka ini relatif masih rendah.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

25

d.

Kunjungan Neonatus Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (usia 0-28 hari) minimal dua kali, yaitu satu kali pada umur 0-7 hari dan selanjutnya satu kali pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping

melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Cakupan kunjungan neonatal (KN) di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2006 sebesar 88,32 % dengan kisaran antara 72,52 % s.d 100 %. Cakupan tertinggi di Kabupaten Banjar sebesar 100 % diikuti Kota Banjarbaru sebesar 98,04 % dan Kota Banjarmasin sebesar 95,49 %, Cakupan terendah di Kabupaten Tanah Bumbu sebesar 72,52 %. e. Kunjungan Bayi Hasil pengumpulan data/ indikator kinerja SPM bidang kesehatan dari kabupaten/kota pada tahun 2006 menunjukkan bahwa cakupan kunjungan Bayi di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 57,96 % dengan kisaran antara 30,77 % s.d 91,89 %. Pada tahun 2006 terdapat dua Kabupaten yang tidak ada datanya yaitu Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Cakupan kunjungan bayi tertinggi di Kabupaten Tapin sebesar 91,89 %, diikuti Kabupaten Tanah Laut sebesar 84,49 % dan Kabupaten Tabalong sebesar 77,90 %. Cakupan terendah di Kabupaten Balangan sebesar 30,77%. 2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Anak Usia Sekolah dan Remaja Pelayanan kesehatan pada kelompok ini dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak pra sekolah, pemeriksaan anak Sekolah Dasar/ sederajat, serta pelayanan kesehatan pada remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran serta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS dan dokter kecil. Menurut hasil pengumpulan data/ indikator kinerja SPM bidang kesehatan dari kabupaten/kota yang terdapat datanya pada tahun 2006 di Provinsi Kalimantan Selatan cakupan deteksi dini anak balita pra sekolah sebesar 26,79 %.~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

26

Cakupan pemeriksaan siswa Sekolah Dasar/sederajat sebesar 21,08 % dan cakupan pelayanan kesehatan remaja sebesar 11,88 %. 3. Pelayanan Keluarga Berencana. Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat digambarkan melalui cakupan peserta KB yang ditunjukkan melalui peserta KB aktif dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Berdasarkan pengumpulan data/ indikator kinerja SPM tahun 2006 menggambarkan bahwa peserta KB aktif di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 76,94 % dengan jenis kontrasepsi pil yang terbanyak sebesar 56,36 %, diikuti suntik sebesar 28,05 %. 4. Pelayanan Imunisasi. Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Pemerintah, dalam hal ini menargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/ kelurahan. Secara provinsi, pencapaian UCI tingkat desa/kelurahan masih di bawah target, yaitu sebesar 66 % (target 80 %). Dari 13 kabupaten/kota yang dipantau terdapat 6 wilayah yang telah mencapai target UCI desa/kelurahan, yaitu Kota Banjarbaru sebesar 88,24 %, Kabupaten Banjar sebesar 86,81 %, Kota Banjarmasin sebesar 84,0 % dan Kabupaten Kotabaru sebesar 83,59 %. 5. Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut. Pelayanan kesehatan juga dilakukan secara khusus kepada kelompok pra usia lanjut dan usia lanjut, dimana pada kelompok ini biasanya banyak mengalami gangguan kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh lainnya. Dari data 8 kabupaten/kota yang terdapat data tentang cakupan pelayanan pra usia lanjut dan usia lanjut, yakni Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Tabalong, Kota Banjarmasin dan Kabupaten Tanah Bumbu diperoleh gambaran cakupan pelayanan sebesar 71,54 % tahun 2006.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

27

B.

PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehzatan ringan dan pelayanan rawat inap, baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat. Sebagian besar sarana palayanan puskesmas dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi kunjungan rawat jalan, sedangkan rumah sakit yang dilengkapi berbagai fasilitas di samping memberikan pelayanan pada kasus rujukan untuk rawat inap juga melayani kunjungan rawat jalan. Berdasarkan data/informasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan tahun 2006 di Provinsi Kalimantan Selatan terdapat cakupan kunjungan rawat jalan sebesar 68,65 % meningkat dibanding tahun 2005 sebesar 60,74 %. Cakupan kunjungan rawat inap sebesar 2,72 % menurun dibanding tahun 2005 sebesar 5,91 %. Sementara itu, cakupan kunjungan gangguan jiwa sebesar 6,76 %. 1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal < 24 jam perawatan (NDR). Data tahun 2006 menunjukkan bahwa cakupan BOR hanya 49,3 % (standar 60 %). LOS berada di bawah standar, yaitu 3,5 hari S (standar 6-9 hari). TOI diatas standar yaitu 4,1 hari (standar 2-3 hari). Rata-rata tempat tidur yang dipakai sebesar 56,3 kali per tahun. Angka ini berada di atas standar rata-rata BTO, yaitu sebesar 40-50 kali per tahun. Sedangkan persentase GDR dan NDR berada di bawah standar maksimal yaitu 3,7 % untuk GDR (standar maksimal 4 %) dan 2,0 % untuk NDR (standar maksimal 2,5 %). Walaupun berada di atas standar, pencapaian angka ini perlu diwaspadai dan ditindaklanjuti dengan strategi pelayanan kesehatan yang baik, dikaitkan dengan peningkatan kemampuan tenaga kesehatan termasuk prosedur rujukan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

28

2. Pelayanan Ibu Hamil dan Neonatus Risiko Tinggi. Hasil pengumpulan data/ indikator kinerja SPM bidang kesehatan dari kabupten/kota menunjukkan bahwa persentase ibu hamil risiko tinggi dan neonatal risiko tinggi yang dirujuk dan mendapat pelayanan kesehatan di Provinsi Kalimantan Selatan tergambar sebagai berikut :

Persentase ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk sebesar 14,30 %. Persentase ibu hamil risiko tinggi dirujuk yang ditangani sebesar 56,50 %. Persentase neonatal risiko tinggi yang dirujuk sebesar 1,80 %. Persentase neonatal risiko tinggi dirujuk yang ditangani sebesar 86,90 %.

3. Pemanfaatan Obat Generik. Penggunaan obat generik merupakan salah satu langkah dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menjangkau obat yang berkualitas. Keberhasilan dalam sosialisasi pemanfaatan obat generik sangat dipengaruhi oleh keseriusan tenaga kesehatan dan terjaminnya ketersediaan obat generik di fasilitas kesehatan. Berdasarkan hasil pengumpulan data/indikator kinerja SPM bidang kesehatan kabupaten/ kota yang tersedia datanya (Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Tabalong, Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru, gambaran penulisan resep obat generik terlihat bahwa persentase penulisan obat generik sebesar 74,5 % dari jumlah resep. Persentase tertinggi di Kabupaten Barito Kuala, yaitu sebesar 100 % dan terendah di Kabupaten Hulu Sungai Utara sebesar 8,9 %. Data tahun 2006 tidak tersedia.

C.

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR Banyaknya orang sakit menggambarkan kondisi kesehatan suatu wilayah. Indikator yang biasa digunakan antara lain adalah insiden (Incidence Rate = IR) dan atau prevalensi (Prevalence Rate = PR), keduanya menunjukkan kejadian penyakit tertentu saja. Bersama dengan prevalensi dan insidensi digunakan juga indikator tingkat kematian suatu penyakit (Case Fatality Rate = CFR).

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

29

1. Penyakit Menular Langsung. Penyakit menular langsung adalah penyakit infeksi yang dapat ditularkan ke orang lain tanpa perantara. Penyakit ini pada umumnya masih merupakan masalah kesehatan masyarakat mengingat kasusnya yang masih banyak ditemui dimasyarakat. Berikut ini adalah beberapa penyakit menular langsung yang cukup menonjol. a. Tuberkolosis paru(TB paru) Penyakit Tuberkolosis Paru masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat. Hal ini di dukung oleh data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986, 1992 dan 1995, dimana Tuberkolosis Paru merupakan golongan penyebab kematian yang besar di Indonesia. Penyakit TB. Paru di Provinsi Kalimantan Selatan menunjukkan peningkatan. Data tahun 2001 s.d 2006 memperlihatkan peningkatan kasus BTA Positif dari 4,05 per 100.000 penduduk menjadi pada tahun 2001 menjadi 9,68 per 100.000 penduduk tahun 2006.. Peningkatan tersebut bukan berarti karena bertambathnya kasus di masyarakat, melainkan disebabkan adanya Proyek Intensifikasi

Pemberantasan Penyakit menular bantuan ADB yang telah dimulai sejak tahun 1997 yang mempunyai implikasi peningkatan sumber daya manusia, sarana laboraturium serta pendanaan untuk menunjang program

pemberantasan penyakit TB Paru. b. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Program pemberantasan penyakit ISPA di prioritaskan pada penanggulangan pneumonia pada balita. Indikator untuk menilai keberhasilan program ini adalah penemuan penderita pneumonia sangat terkait dengan

penanggulangan polusi, pencegahan berat badan lahir rendah dan pemberian vitamin A. Upaya yang terbukti efektif untuk mencegah pneumonia adalah imunisasi. c. Diare Penyakit diare di Kalimantan Selatan masuk dalam golongan penyakit terbesar yang angka kejadiannya relative cukup tinggi. Keadaan ini didukung oleh factor lingkungan, yaitu penggunaan air untuk keperluan~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

30

sahari-hari yang tidak memenuhi syarat, sarana jamban keluarga yang kurang memenuhi syarat, serta kondisi sanitasi perumahan yang tidak higienis. Penyakit diare juga merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak balita. Angka kejadian penyakit diare sejak tahun 1997 cencerung mengalami penurunan, dari 17 per 1.000 penduduk menurun menjadi 6,9 per 1.000 penduduk tahun 2005 pada tahun 2006 meningkat menjadi 19,5 per 1.000 penduduk. d. Kusta Indikator untuk mengetahui keadaan penyakit kusta salah satunya adalah prevalen penyakit tersebut yang berasal dari penemuan kasus melallui kegiatan kontak survey, pemekrisaan anak sakolah, chase survey (leprosy Elimination Campaign/LEC). Dari penderita kusta yang datang dengan sukarela untuk diperiksa, diperoleh gambaran prevalens kusta di Provinsi Kalimantan Selatan cenderung menurun, walaupun penurunannya secara landai dari 1,5 per 10.000 penduduk tahun 2001 menjadi 1 per 10.000 penduduk tahun 2005. Pada tahun 2006 menjadi 0,9 per 10.000 penduduk. e. Penyakit Menular Seksual Penyakit Menular Seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat. Saat ini diperkirakan terdapat 250 juta penderita PMS meliputi penyakit sifilis, herpes genetalis, gonorhoe, HIV/AIDS. Di Indonesia HIV/AIDS telah menyebar di 32 provinsi. Kalimantan Selatan marupakan provinsi yang sudah terancam oleh pandemic AIDS. Berdasarkan hasil sero survei terlihat adanya

kecenderungan peningkatan kasus HIV/AIDS. Kumulatif kasus HIV/AIDS di Provinsi Kalimantan Selatan ditemukan sebanyak 36 HIV dan 6 AIDS. 2. Penyakit Bersumber Binatang a. Penyakit MalariaPenyakit malaria di beberapa daerah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat khususnya di daerah yang mempunyai kawasan hutan. Daerah endemis malaria Kalimantan Selatan terjadi di sekitar hutan di sepanjang pegunungan meratus, yaitu Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tabalong. Penderita sebagian besar terinfeksi karena pekerjaan mereka yang berkelut di~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

31

sekitar hutan.seperti pendulang emas, pencari hasil hutan atau karena tempat tinggal mereka di tepi hutan. Disamping itu perubahan topografi wilayah akibat pembangunan (sosial ekonomi) di hutan seperti pertambangan, hutan tanaman industri dan pertanian menjadi bentuk baru dari habitat vektor malaria selain habitat tersebut di atas. Angka kejadian malaria untuk daerah di luar JawaBali menggunakan indikator Parasite Rate (PR).

b. Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit DBD perlu diwaspadai sejalan dengan semakin meningkatnya mobilitas penduduk, selain meningkatnya transportasi dan mobilisasi, angka kejadian penyakit ini sangat di pengaruhi oleh lingkungan terutama kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan. Insidens penyakit DBD di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2006, yaitu sebesar 14,66 per 100.000 penduduk cenderung mengalami peningkatan dibanding insidens tahun 2005 sebesar 9,3 per 100.000 penduduk.. Dengan demikian penyakit ini harus terus diwaspadai mengingat angka kematian yang disebabkan DBD berfluktuasi naik turun, selain itu daerah yang terjangkit juga semakin luas. c. RabiesPenyakit Rabies adalah penyakit menular akut dari susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus rhabdo atau salah satu dari penyakit zoonosis. Virus Rhabdo terdapat pada air liur hewan penderita rabies seperti anjing, kucing dan kera yang ditularkan melalui gigitan. Oleh karena itu, setiap kasus gigitan selalu diobservasi baik pada manusia yang digigit maupun pada hewan penggigit untuk mengindentifikasi adanya gajala penyakit rabies. Seseorang yang telah menunjukan gejala rabies akan sulit ditolong karena sampai saat ini belum ditemukan obatnya (CFR = 100%). Sejak tahun 1995-2004 terjadi kenaikan kasus gigitan hewan tersanga rabies.

d. Filariasis Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan pembangunan nasional di bidang kesehatan, kegiatan program pemberantasan penyakit Filaria (kaki gajah) melalui elkaga ( Eliminasi Kaki Gajah) tahun 2020 pada setiap tahunnya terus dikembangkan karena penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Filaria merupakan penyakit menular, diperkirakan10 juta orang di Indonesia terinfeksi cacing filarial, 6.500 orang penderita kronis dan sekitar 100 juta orang potensial risk tertular filarial. Data di Kalimantan Selatan~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

32

terdapat 2 Kabupatn endemis filaria (Mikrofilaria Rate/Mf R = 1,01%-35,80%), yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara (1,3%) dan Kabupaten Barito Kuala (1,5%).

e. Fasciolopsis Buscii Penyakit Fasciolopsis Buscii di Indonesia hanya ada di Provinsi Kalimantan Selatan, tepatnya di Kabupatan Hulu Sungai Utara, tersebar di kecamatan Babirik, Kecamatan Danau Panggang, dan Kecamatan Sungai Pandan. Berdasarkan survei yang dilakukan, prevalensi penyaklit ini sebesar 1,2%27,0% (Tahun 1985-2001).

D.

PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk menangai permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan, ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat, yaitu Kekurangan Kalori Protein, Kekurangan Vitamin A, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium dan Anemia Gizi Besi. 1. Pemantauan Petumbuhan Balita Upaya pemantauan status gizi pada kelompok balita difokuskan melalui pemantauan terhadap pertumbuhan berat badan yang dilakukan melalui kegiatan penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan, serta pengamatan langsung terhadap penampilan fisik balita berkunjung di faslitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil pengumpulan data/ indikator kinerja SPM bidang kesehatan dari kabupaten/ kota diperoleh gambaran seperti pada gambar berikut :Gambar 4.1 Jumlah Balita Ditimbang, Berat Badan Naik, Balita BGM di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006

80 60 40 20 0 Ditimbang45.13

68.4

4.48

BB Naik

Balita BGM

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

33

2. Pemberian Kapsul Vitamin A Uapaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap vitamin A yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamim A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun (Pebruari dan Agustus) dan pada ibu nifas diberikan 1 kali. 3. Pemberian Tablet Besi Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus anemia serta meminimalisir dampak buruk akibat kekurangan fe, khususnya yang dialami oleh ibu hamil. Cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil (Fe1 dan Fe3) tahun 2006 berdasarkan data kabupaten/ kota adalah seperti gambaran berikut :Gambar 4.2 Persentase Cakupan Pemberian Fe1 dan Fe3 Bumil di Prov.Kal.Sel Tahun 2006

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0K .b aru Tala j ar B an Tap H ST Bj m B .b Tab B at ola H SS H SU B al gn Tan aru in bu

Fe1

Fe3

E.

PELAYANAN KEFARMASIAN Upaya kefarmasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk; 1). menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, 2). mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat generik, 3). meningkatkan kulaitas pelayanan kefarmasian di farmasi komunitas dan farmasi klinik serta pelayanan kesehatan dasar, serta 4). melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan, mutu dan keamanan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

34

Berdasarkan data/ indikator kinerja Standar Pelayana Minimal (SPM) bidang kesehatan kabupaten/ kota tahun 2005 diperoleh gambaran bahwa ketersediaan obat generik sebesar 97,4 % dari kebutuhan onbat dei kabupaten/ kota. Sedangkan ketersediaan obat esensial melibihi jumlah kebutuhan obat di kabupaten/ kota yaitu sebesar 136,0 %. Dilihat dari persentase penulisan resep obat generik, terlihat bahwa jumlah resep obat genrik yang ditulis sebesar 74,5 %. Data tahun 2006 tidak tersedia.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

35

BAB VSITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Gambaran mengenai situsi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan seperti terlihat pada uraian sebagai berikut :

A. SARANA KESEHATAN Pada bagian ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya puskesmas, rumah sakit, sarana upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM). 1. Puskesmas. Tabel 5.1 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 KABUPATEN/ KOTA Banjarmasin Banjarbaru Banjar Tapin H.S. Selatan H.S. Tengah H.S. Utara Balangan Tabalong Tanah L:aut Barito Kuala Tanah Bumbu Kotabaru TOTAL

NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

PUSKESMAS 26 5 22 13 19 19 12 9 15 15 16 8 22 201

PUSTU 32 10 71 47 69 45 33 25 58 60 66 45 68 629

PUSLING 24 7 20 14 20 29 14 9 13 15 16 6 24 211

Setiap tahun jumlah puskesmas (termasuk puskesmas perawatan) terus meningkat, demikian juga puskesmas pembantu yang terus meningkat. Bila dilihat dari rasio puskesmas per 100.000 penduduk, terlihat bahwa rasio puskesmas terhadap penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2006

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 36 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

sebesar 6,07 per 100.000 penduduk. Ini berarti bahwa pada periode tahun 2006 setiap 100.000 penduduk rata-rata dilayani oleh 5-6 unit puskesmas. Tabel 5.2 Rasio Puskesmas terhadap 100.000 Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006RASIO PUSKES THD 100.000 PENDUDUK 15 22 22 16 13 19 19 12 15 26 5 8 9 201 6,01 8,40 4,68 6,00 8,71 9,45 7,88 5,78 8,01 4,26 3,26 3,79 9,16 6,07

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

KABUPATEN/ KOTA Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Banjarmasin Banjarbaru Tanah Bumbu Balangan JUMLAH

PENDUDUK 249.422 261.792 469.344 266.298 149.095 200.955 240.910 210.455 187.208 610.025 153.155 210.717 98.189 3.307.565

JUMLAH PUSKESMAS

Dari gambaran seperti pada tabel 5.2 di atas nampak bahwa rasio puskesmas terhadap 100.000 penduduk masih bervariasi yang cukup lebar dengan rentang antara 3,26 per 100.000 penduduk sampai dengan 9,45 per 100.000 penduduk. Rasio tertinggi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebesar 9,45 per 100.000 penduduk, diikuti Kabupaten Balangan sebesar 9,16 per 100.000 penduduk dan Kabupaten Tapin sebesar 8,71 per 100.000 penduduk. Rasio yang rendah di Kota Banjarbaru sebesar 3,26 per 100.000 penduduk dan Kabupaten Tanah Bumbu sebesar 3,879per 100.000 penduduk. 2. Rumah Sakit. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk. Tabel 5.3~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 37 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

Rasio Puskesmas terhadap 100.000 Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006JUMLAH TEMPAT TIDUR 75 68 127 55 57 127 89 99 99 1107 75 1.978

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

KABUPATEN/ KOTA Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Banjarmasin Banjarbaru Tanah Bumbu Balangan JUMLAH

PENDUDUK 249.422 261.792 469.344 266.298 149.095 200.955 240.910 210.455 187.208 610.025 153.155 210.717 98.189 3.307.565

RASIO TT THD PDDK

30,06 25,97 27,07 20,65 38,23 63,19 36,94 47,04 52,88 181,46 48,96 59,80

Untuk menggambarkan cakupan ketersediaan sarana pelayanan kesehatna di rumah sakit digunakan rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk. Pada tahun 2006 rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk sebesar 59,80 per 100.000 penduduk. Rata-rata setiap tempat tidur penduduk. rumah sakit melayani 1.672

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 38 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

3. Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) Tabel 5.4 Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 NO. UKBM JUMLAH %

1 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) - Pratama - Madya - Purnama - Mandiri 2 Pondok Bersalin Desa (Polindes) 3 Pos Obat Desa - Pratama - Madya - Purnama - Mandiri

3431 1698 1158 497 78 1312 339 326 72 1 0 25,8 24,8 22,1 0,1 0,0 49,49 33,75 14,49 2,27

Berdasarkan data dari kabupaten/ kota pada tahun 2006 pencapaian upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) tergambar seperti pada tabel di atas. Persentase UKBM yang bersifat mandiri masih relatif kecil.

B. TENAGA KESEHATAN Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak hanya dilakukan pemerintah, tetapi juga diselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu, gambaran situasi ketersediaan tenaga kesehatan baik yang bekerja di sektor pemerintah maupun sektor swasta perlu diketahui. Namun data tenaga kesehatan baik yang bekerja di sektor pemerintah maupun sektor swasta sulit didapatkan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 39 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

Tabel 5.5 Rasio Tenaga Kesehatan di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006

JENIS TENAGA

RASIO = 48,46 (per 100.000) = 7,74 (per 150.000) = 3,75 (per 100.000) = 2,02 (per 100.000)

STANDARD 40/100.000 6/150.000 11/100.000 10/100.000 30/100.000 117,5/100.000 100/100.000 22/100.000

Dokter Dokter Spesialis Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Perawat Bidan Tenaga Gizi

= 11,33 (per 100.000) = 85,23 (per 100.000) = 56,80 (per 100.000) = 13,54 (per 100.000)

Dari gambaran seperti tabel di atas, nampak bahwa rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan masih berada di bawah standar yang diharapkan.

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan kesehatan di Provinsi Kalimantan Selatan yang bersumber dana APBD pada periode 2000 s.d 2004 berkisar antara 10 % - 12 % dari anggaran belanja langsung daerah, sedangkan pada anggaran tahun 2006 mencapai 20 % dari belanja langsung atau sebesar 207,8 milyar. Keterlibatan sektor swasta dan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan di Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu PT. ASKES Persero dengan peserta sebanyak 319.948 orang, Jamsostek dengan peserta sebanyak 84.644 orang dan JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat). Sesuai indikator Indonesia Sehat 2010 diharapkan sebesar 80 % penduduk mempunyai jangkauan Jaminan pemeliharaan Kesehatan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 40 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

BAB VI PENUTUPSesungguhnya data dan informasi sangat dibutuhkan bagi para penentu kebijakan dan perencana pembangunan kesehatan di segala tinglat administrasi. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan untuk menilai pencapaian program di kabupaten/kota. Dengan adanya penyajian data dan informasi di dalam profil kesehatan ini dalam bentuk narasi dan lampiran diharapkan dapat digunakan untuk mengambil langkah-langkah perbaikan dari setiap program, sehingga hasilnya dapat lebih dirasakan oleh masyarakt dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Data dan informasi yang terdapat dalam Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan ini adalah berdasarkan pencapaian Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan sebagai penilaian kinerja Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Dengan adanya berbagai terobosan dalam rangka pengadaan data dan informasi, diharapkan buku profil kesehatan pada tahun mendatang akan terbit lebih awal. Untuk perbaikan ke depan terhadap substansi penyajian ataupun waktu terbit buku profil kesehatan ini dibutuhkan komitmen bersama, keseriusan dan dukungan dari semua pihak, khususnya unit-unit di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Demikian penyajian Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 ini, semoga narasi dan lampiran ini dapat memenuhi kebutuhan akan adata dan informasi kesehatan dalam rangka melihat gambaran situasi pembangunan kesehatan di provinsi kita yang tercinta ini.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 41 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 - Seksi Sistem Informasi Kesehatan

TABEL PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2006

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Seksi Sistem Informasi Kesehatan

TABEL 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/ KOTA PROPINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2006 LUAS WILAYAH (km 2)3

JUMLAH KECAMATAN4

NO1

KABUPATEN/ KOTA2

DESA

KELURAHAN5

DESA+KEL.6

JUMLAH PENDUDUK7

JUMLAH RUMAH TANGGA (KK)8

RATA-RATA JIWA/RUMAH TANGGA (KK)9

KEPADATAN PENDUDUK /km 210

1 Tanah Laut 2 Kotabaru 3 Banjar 4 Barito Kuala 5 Tapin 6 H.S. Selatan 7 H.S. Tengah 8 H.S. Utara 9 Tabalong 10 Banjarmasin 11 Banjarbaru 12 Tanah Bumbu 13 Balangan JUMLAH

3,623.00 9,422.73 4,668.00 3,010.00 2,701.00 1,804.94 1,472.00 893.00 3,946.00 72.00 362.00 4,969.95 1,878.00 38,822.62

9

128 195

5 261.792 6 6 5 4 8 5 7 50 17 1 376

133 456.792 294 200 131 148 169 219 131 50 17 119 159 2,228

249,422 261,792 469,344 266,298 149,095 200,955 240,910 210,455 187,208 610,025 153,155 210,717 98,189 3,307,565

65,092 68,480 130,390 62,779 40,401 54,340 65,904 51,251 47,305 135,168 41,193 60,014 28,541 850,858

3.8 3.8 3.6 4.2 3.7 3.7 3.7 4.1 4.0 4.5 3.7 3.5 3.4 3.9

68.84 27.78 100.54 88.47 55.20 111.34 163.66 235.67 47.44 8,472.57 423.08 42.40 52.28 85.20

16 17 12 10 11 7 12 5 3 10 6 118

288 194 126 144 161 214 124 119 159 1,852

Sumber: BPS Prop. Kalsel

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR, RASIO BEBAN TANGGUNGAN DAN RASIO JENIS KELAMIN PROPINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2006 JUMLAH PENDUDUK =659

JML10

=6516

JML17

RASIO RASIO BEBAN JENIS TANG KELAMI GUNGAN N18 19

1 Tanah Laut 2 Kotabaru 3 Banjar 4 Barito Kuala 5 Tapin 6 H.S. Selatan 7 H.S. Tengah 8 H.S. Utara 9 Tabalong 10 Banjarmasin 11 Banjarbaru 12 Tanah Bumbu 13 Balangan JUMLAH

249,422 261,792 469,344 266,298 149,095 200,955 240,910 210,455 187,208 610,025 153,155 210,717 98,189 3,307,565

3,018 2,209 2,656 2,166 1,210 2,030 2,030 1,429 1,831 3,599 1,164 761 608 24,711

10,466 13,371 24,071 11,642 6,128 7,593 8,969 6,845 9,446 27,903 5,932 10,120 4,607 147,093

27,488 27,783 52,027 30,400 15,855 20,131 22,987 22,443 21,018 62,066 14,937 21,967 9,479 348,581

66,185 67,535 118,906 66,186 37,177 49,501 56,470 51,490 45,244 150,110 41,723 58,872 24,479 833,878

15,943 20,183 36,261 19,402 10,531 15,280 21,778 16,726 13,626 49,709 12,524 15,036 6,906 253,905

3,854 4,725 6,897 4,936 2,821 3,801 4,689 3,169 2,520 10,794 2,180 2,896 1,519 54,801

126,954 135,806 240,818 134,732 73,722 98,336 116,923 102,102 93,685 304,181 78,460 109,652 47,598

2,899 1,338 2,540 1,326 1,127 1,763 1,798 1,517 1,863 4,011 1,283 1,118 678

10,053 12,379 18,364 9,386 5,915 8,703 9,112 6,394 8,126 27,297 5,491 8,865 4,211 134,296

26,324 25,429 49,116 24,540 15,446 19,754 21,536 21,446 17,845 49,565 13,417 20,213 10,902 315,533

65,269 66,688 113,860 71,754 38,629 50,859 61,136 53,552 49,029 159,475 41,012 55,204 25,088 851,555

13,904 16,093 34,356 19,534 10,823 14,848 23,065 18,812 13,582 51,453 11,164 12,117 7,164 246,915

4,019 4,059 10,290 5,026 3,433 6,692 7,340 6,632 3,078 14,043 2,328 3,548 2,548

122,468 125,986 228,526 131,566 75,373 102,619 123,987 108,353 93,523 305,844 74,695 101,065 50,591

54.6 53.5 54.7 50.6 53.5 54.0 48.3 49.7 54.1 48.5 43.9 49.2 54.3 51.3

103.7 107.8 105.4 102.4 97.8 95.8 94.3 94.2 100.2 99.5 105.0 108.5 94.1 101.1

######## 23,261

73,036 1,644,596

Sumber: BPS Prop. Kalsel 2006

TABEL 3 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR PROPINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2006

NO

KELOMPOK UMUR (TAHUN)2

JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI3

PEREMPUAN4

LAKI-LAKI+PEREMPUAN5

1

1 2 3 4 5 6