Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PROYEK PERUBAHAN
KEBIJAKAN KOLABORATIF DALAM MENJAGA
KETAHANAN ENERGI LISTRIK NASIONAL (SISTEM
INFORMASI INTELIJEN KELISTRIKAN NASIONAL / SI-IKA)
Oleh:
MAHMUD NAZLY HARAHAP, SIK
NDH: 35
PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT I
ANGKATAN XLIV TAHUN 2020
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI
JAKARTA, 2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil
Proyek Perubahan dengan judul “Kebijakan Kolaboratif dalam Menjaga
Ketahanan Energi Listrik Nasional (Sistem Informasi Intelijen Kelistrikan
Nasional / SI-IKA)” untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari
Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat I Angkatan XLIV Tahun 2020.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan selesai tanpa adanya
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluarga penulis, atas doa, dukungan, semangat, kasih sayang,
perhatian dan nasihat yang tak pernah ada habisnya selama ini.
2. Lembaga Administrasi Negara, selaku penyelenggara Diklat;
3. Kepala Badan Intelijen Negara, Jend Pol (P) Prof. Budi Gunawan
atas dukungannya sehingga proyek perubahan ini dapat
diimplementasikan
4. Brigjen Pol. Tonny Hermawan R, S.I.K, selaku mentor;
5. Ibu Ambar Rahayu, selaku coach penulis dalam melaksanakan
proyek perubahan;
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang
telah memberikan doa dan dukungan dalam penyusunan laporan ini.
Segala daya dan upaya telah penulis curahkan untuk memberikan hasil
yang terbaik dalam penyelesaian laporan kegiatan proyek perubahan ini.
Penulis juga menyadari laporan ini tidak akan luput dari kesalahan. Oleh
karena itu, segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhirnya, penulis berharap agar laporan ini dapat berguna bagi penulis,
lingkungan pendidikan di Lembaga Administrasi Negara, lingkungan Badan
Intelijen Negara, dan pihak mana pun yang membacanya.
Jakarta, Juni 2020
Project Leader
MAHMUD NAZLY HARAHAP, SIK
iii
EXECUTIVE SUMMARY
Proyek perubahan (PP) ini merupakan upaya untuk meningkatkan
kemampuan deteksi dini dan peringatan dini pada sistem informasi intelijen
ekonomi yang telah dimiliki oleh BIN, terutama Deputi Bidang Ekonomi
Bidang Intelijen Ekonomi BIN. Inovasi dan terobosan yang dihasilkan dari
PP ini menggunakan pendekatan yang diajarkan dalam Pelatihan
Kepemimpinan Nasional (PKN) I tahun 2020 yaitu mengelola perubahan
kolaboratif (Managing Collaborative Change), mengelola kebijakan
(Managing Policy), dan juga mengelola diri (Self Mastery).
Sektor ketenagalistrikan merupakan salah satu sektor strategis yang
menjadi prioritas pada agenda pembangunan nasional. Seiring dengan
kewenangannya, BIN harus dapat berkontribusi untuk mengamankan
sektor energi, terutama terkait ketenagalistrikan, untuk menjaga stabilitas
keamanan nasional sesuai dengan amanah pada agenda pembangunan
nasional RPJMN 2020-2024. Untuk itu, proyek perubahan kebijakan
kolaboratif dalam menjaga ketahanan energi listrik nasional ini
dimaksudkan agar kolaborasi antar instansi dapat terbentuk sekaligus
meningkatkan peran BIN, khususnya Deputi Bidang Ekonomi dalam
menjalankan fungsinya terkait intelijen ekonomi dalam upaya mendeteksi
dini dan memberikan peringatan dini terhadap ancaman ketahanan energi
listrik nasional.
Proyek perubahan ini berupaya mengatasi keterbatasan terhadap
akses data dan informasi sektor ketenagalistrikan. Deputi Bidang Ekonomi
yang memiliki kewenangan untuk melakukan pengoordinasian kegiatan
dan/atau operasi intelijen ekonomi dapat melakukan inisiasi untuk
berkolaborasi. Kolaborasi dapat dilakukan kepada instansi pemerintah
seperti Kementerian ESDM sebagai otoritas yang mengeluarkan kebijakan
pada bidang energi dan PLN serta penyedia listrik swasta sebagai pihak
yang mengurusi semua aspek ketenagalistrikan yang ada di Indonesia.
Untuk itu, PP ini mengusulkan judul “KEBIJAKAN KOLABORATIF
DALAM MENJAGA KETAHANAN ENERGI LISTRIK NASIONAL
(SISTEM INFORMASI INTELIJEN KELISTRIKAN NASIONAL / SI-IKA)”
Berdasarkan hasil analisis permasalahan dengan menggunakan
tools Roda Perputaran Intelijen yang dipadukan dengan fish bone analysis
diperoleh diagnosis bahwa sistem informasi intelijen ekonomi berbasis big
data yang sudah dimiliki oleh Deputi-IV BIN masih belum terintegrasi
dengan data dan informasi dari PLN yang menguasai aspek
ketenagalistrikan nasional. Sehingga BIN belum bisa mendapatkan dan
menyampaikan informasi secara real time kondisi sektor ketenagalistrikan
iv
di Indonesia serta memberikan peringatan dini terkait ancaman sektor
ketenagalistrikan kepada stakeholders.
Dalam jangka pendek, output kunci PP ini adalah penandatanganan
Memorandum of Understanding (MoU) sebagai landasan hukum kerjasama
dengan PLN. Dalam jangka menengah, target yang diharapkan adalah
tercapainya penyusunan rancangan optimalisasi sistem informasi intelijen
ekonomi untuk ketahanan energi listrik nasional serta pelibatan seluruh
penyedia listrik swasta untuk masuk ke dalam sistem. Serta jangka
panjang, pemberian akses informasi intelijen ekonomi untuk ketahanan
energi listrik nasional bagi para stakeholder baik internal dan eksternal. Ini
berarti cara dan mekanisme kerja baru dalam memonitor dan
mengantisipasi potensi gangguan ketenagalistrikan.
Stakeholder yang terlibat dalam PP ini antara lain: Kepala BIN,
Sekretaris Utama BIN, Para Eselon I dan II BIN, serta instansi eksternal
yaitu Komisaris PLN dan PLN serta para narasumber/pakar/ahli dalam
manajemen perubahan dan manajemen intelijen.
Untuk jangka pendek, PP ini telah berhasil membangun komitmen
bersama dan awareness kepada seluruh stakeholder, baik internal maupun
eksternal atas pentingnya kolaborasi antar institusi penyedia
ketenagalistrikan. Hal ini ditunjukkan dengan penandatanganan Nota
Kesepahaman (MoU) antara PT. PLN (Persero) dengan Badan Intelijen
Negara pada tanggal 1 Juli 2020 tentang pengamanan program dan
sasaran strategis di bidang ketenagalistrikan untuk kepentingan nasional.
Kunci utama keberhasilan proyek ini adalah adanya kesamaan visi
dan pandangan dari seluruh stakeholder tentang pentingnya proyek
perubahan kebijakan kolaboratif dalam menjaga ketahanan energi listrik
nasional, komunikasi yang baik antar seluruh pihak yang terlibat; dan
kolaborasi yang sinergis baik internal maupun eksternal.
Jakarta, Juni 2020
Project Leader
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
EXECUTIVE SUMMARY .......................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
BAB I GAGASAN PROYEK PERUBAHAN .............................................. 1
1. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1
2. GAGASAN PERUBAHAN .............................................................. 10
3. TUJUAN PERUBAHAN .................................................................. 12
4. MANFAAT PROYEK PERUBAHAN ............................................... 12
5. OUTPUT KUNCI PROYEK PERUBAHAN ..................................... 13
A. Output jangka pendek ............................................................. 13
B. Output jangka menengah ........................................................ 13
C. Output jangka panjang ............................................................ 13
BAB II RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN ...................................... 14
1. RUANG LINGKUP PROYEK PERUBAHAN .................................. 14
A. Jangka Pendek ....................................................................... 14
B. Jangka Menengah................................................................... 14
C. Jangka Panjang ...................................................................... 14
2. REFERENSI SEBELUMNYA .......................................................... 14
3. ORGANISASI DAN TATA KELOLA PROYEK PERUBAHAN ....... 15
4. PETA DAN ANALISIS STAKEHOLDERS ...................................... 16
5. RENCANA DAN PELAKSANAAN KEGIATAN/PENTAHAPAN (MILESTONES) ............................................................................... 21
8.1 Tahapan Pelaksanaan Membangun Komitmen Bersama (Internal Dan Eksternal) .......................................................... 22
8.2 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Membangun Sistem Informasi Intelijen Kelistrikan Nasional (SI-IKA) ...................................... 24
8.3 Tahapan Pelaksanaan Membangun Kebijakan Kolaboratif Sistem Informasi Intelijen Kelistrikan Nasional (SI-IKA) .......... 25
6. KRITERIA KEBERHASILAN .......................................................... 26
A. Jangka Pendek ....................................................................... 26
B. Jangka Menengah................................................................... 27
C. Jangka Panjang ...................................................................... 27
vi
BAB III PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN ................................. 28
1. HASIL PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN ......................... 28
A. Hasil Pelaksanaan Tiap Tahapan Kegiatan ............................ 28
B. Hasil Pelaksanaan Team Work (Masalah dan Penyelesaian) . 29
C. Kendala Internal dan Eksternal serta Strategi Mengatasi Kendala ................................................................................... 29
D. Hasil Capaian vs Kriteria Keberhasilan ................................... 32
E. Laporan Akuntabilitas .............................................................. 32
2. CAPAIAN DUKUNGAN PEMANGKU KEPENTINGAN ................ 33
3. KUALITAS PELAKSANAAN STRATEGI KOMUNIKASI ............... 34
4. PEMANFAATAN SUMBER DAYA ................................................. 37
A. Sumber Daya Manusia ............................................................ 37
B. Kebijakan ................................................................................ 38
C. Anggaran ................................................................................ 38
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 39
1. KESIMPULAN ................................................................................. 39
2. LESSONS LEARNED ..................................................................... 39
3. SARAN ............................................................................................ 40
4. LAMPIRAN-LAMPIRAN PENDUKUNG ......................................... 41
5. DISETUJUI ...................................................................................... 41
A. MENTOR: ................................................................................ 41
B. ATASAN MENTOR .................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 42
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Peran Energi dalam Ketahanan Nasional ............................. 2 Gambar 1.2. Konsumsi Listrik Nasional Periode 2015-2020 ...................... 3 Gambar 1.3. Rasio Elektrifikasi Tahun 2019 .............................................. 4 Gambar 1.4. Manfaat Listrik Terhadap Kesejahteraan Masyarakat ........... 5 Gambar 2.1. Analisis Fishbone ................................................................ 12
Gambar 6.1. Struktur Proyek Perubahan ................................................. 15 Gambar 7.1. Matriks Power dan Interest beserta ..................................... 20
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Peran Penyelenggara Proyek Perubahan ............................... 16
Tabel 4.1. Potensi Pengembangan Kolaborasi ........................................ 17 Tabel 5.1. Tahapan Pelaksanaan Membangun Komitmen Bersama
(Internal Dan Eksternal) .......................................................... 23 Tabel 5.2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Membangun ........................ 24 Tabel 5.3. Tahapan Pelaksanaan Membangun Kebijakan Kolaboratif
Sistem Informasi Intelijen Kelistrikan Nasional (SI-IKA) ......... 26 Tabel 1.1. Manajemen Risiko Proyek Perubahan Kebijakan Kolaboratif
dalam Menjaga Ketahanan Energi Listrik Nasional ................ 31 Tabel 2.1 Matriks Capaian Dukungan Stakeholders ................................ 33
1
BAB I GAGASAN PROYEK PERUBAHAN
1. LATAR BELAKANG
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024 merupakan tahapan terakhir pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Pada
tahapan akhir ini, RPJMN akan fokus pada tujuh agenda
pembangunan nasional dengan tema Indonesia Berpenghasilan
Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil dan Berkesinambungan
(Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, 2019). Berikut adalah tujuh
agenda pembangunan nasional:
a. Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang
berkualitas;
b. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan;
c. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
berdaya saing;
d. Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan;
e. Memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan
ekonomi dan pelayanan dasar;
f. Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan
bencana dan perubahan iklim;
g. Memperkuat stabilitas Polhukhankam dan transformasi
pelayanan publik.
Berdasarkan poin pertama agenda pembangunan nasional,
ketahanan ekonomi dipengaruhi oleh ketahanan energi. Hal tersebut
dapat dijelaskan sesuai gambar berikut ini.
2
Gambar 1.1. Peran Energi dalam Ketahanan Nasional
(sumber: Dewan Energi Nasional dalam Buku Ketahanan Energi Indonesia 2015-
2025, Badan Intelijen Negara, 2014)
Berdasarkan peranan energi dalam ketahanan nasional yang
ditunjukkan pada Error! Reference source not found., ketahanan
energi mempengaruhi ketahanan politik, ekonomi, sosial, dan budaya
yang kemudian mempengaruhi ketahanan nasional.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014,
ketahanan energi didefinisikan sebagai suatu kondisi terjaminnya
ketersediaan energi dan akses masyarakat terhadap energi pada
harga yang terjangkau dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup. Salah satu
sektor strategis yang menjadi prioritas pada agenda pembangunan
nasional adalah sektor ketenagalistrikan. Semakin tinggi rasio
elektrifikasi dan konsumsi energi per kapita, ekonomi Indonesia akan
semakin produktif dan mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi
semakin tinggi. Itulah sebabnya pemerintah menjadikan listrik menjadi
prioritas nasional.
Pada RPJMN 2020-2024, sektor ketenagalistikan termasuk ke
dalam proyek prioritas strategis (Major Project). Major Project
3
merupakan upaya agar isu-isu pembangunan dapat diselesaikan
secara lebih konkrit, terukur, dan manfaatnya dapat langsung
dirasakan masyarakat. Sesuai lampiran Perpres Nomor 18 Tahun
2020 tentang Major Project RPJMN 2020-2024, proyek prioritas
strategis di bidang ketenagalistrikan yang telah ditetapkan adalah
pembangunan pembangkit listrik 27.000 MW, transmisi 19.000 Kms,
dan Gardu Induk 38.000 MVA. Manfaat yang diharapkan dari
pembangunan ini diantaranya tersedianya pasokan listrik untuk target
penggunaan listrik 1.400 kWh per kapita di 2024, menurunnya tingkat
pemadaman listrik (SAIDI) menjadi 1 jam/pelanggan di 2024, dan
terpenuhinya kebutuhan listrik di kawasan prioritas nasional.
Gambar 1.2. Konsumsi Listrik Nasional Periode 2015-2020
(Sumber: Capaian Kinerja 2019 dan Program 2020, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral)
4
Gambar 1.3. Rasio Elektrifikasi Tahun 2019
(Sumber: Capaian Kinerja 2019 dan Program 2020, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral)
Pada tahun 2019, konsumsi listrik nasional hanya mencapai
1.084 kWh/kapita dari target 1.200 kWh/kapita seperti pada Gambar
1.2. Dengan adanya kegagalan dalam pemenuhan target pada tahun
2019, target konsumsi listrik nasional tahun 2020 diturunkan menjadi
1.142 kWh/kapita. Sedangkan rasio elektrifikasi nasional tahun 2019
telah mencapai 98,89% sebagaimana persebarannya ditunjukkan
pada Gambar 1.3.
Fakta ini menunjukan bahwa penduduk Indonesia belum
sepenuhnya mendapatkan konsumsi listrik yang cukup. Bahkan,
posisi Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata
konsumsi listrik negara maju yang mencapai 4.000 kWh per kapita.
Sedangkan belum lama ini Indonesia masuk ke dalam daftar negara
maju. Perubahan tersebut disampaikan oleh Kantor Perwakilan
Perdagangan AS (USTR) melalui pernyataan resmi pada 10 Februari
2020 (Kembaren, 2020).
Selanjutnya, terkait upaya untuk menurunkan tingkat
pemadaman listrik tidak lain salah satunya adalah untuk dapat
memimalisir terjadinya kembali peristiwa mati listrik total atau black out
di daerah Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah
pada tanggal 4 Agustus 2019. Pemadaman listrik yang berlangsung
5
cukup lama tersebut berdampak terhadap berbagai kegiatan ekonomi,
pelayanan publik, bahkan terhadap kesejahteraan masyarakat.
Gambar 1.4. Manfaat Listrik Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
(sumber: Khandker, Barnes, & Samad, 2013)
Menurut Khandker, Barnes, & Samad (2013), keterkaitan antara
akses listrik dengan kesejahteraan masyarakat merupakan
mekanisme yang kompleks. Seperti yang diperlihatkan pada Error!
Reference source not found., akses terhadap listrik berdampak
langsung terhadap penggunaan perangkat elektronik seperti lampu,
diikuti oleh radio, televisi, setrika, kipas angin, kulkas, ketel, penanak
nasi, pendingin udara, dan mesin listrik. Semua perangkat tersebut
juga penting untuk menunjang kegiatan pada malam hari untuk
menjaga kualitas makanan, efisiensi dalam memasak, serta
produktivitas dan kualitas kerja. Dengan adanya akses dan
ketersediaan listrik, masyarakat dapat memperpanjang jam belajar,
kegiatan, peluang ekonomi; meningkatkan kesehatan; dan
meningkatkan efisiensi ekonomi. Dampak akhir dari akses listrik dapat
dilihat dari indikator keberhasilan pendidikan, pendapatan, dan
kesehatan masyarakat. Sehingga bisa dibayangkan bagaimana
dampak yang didapatkan ketika terjadi pemadaman listrik terhadap
pendidikan, pendapatan dalam hal ini ekonomi, serta kesehatan
masyarakat.
6
Seiring dengan hasil penelitian yang disampaikan Khandker,
Barnes, & Samad (2013), dampak tersebut juga terjadi pada saat
pemadaman listrik pada bulan Agustus 2019, sebagai contoh di
wilayah Jakarta. Tidak beroperasinya berbagai sarana publik seperti
Mass Rapid Transit (MRT), Commuter line, layanan pintu tol, dan ATM
pada hari itu memberikan dampak kerugian secara ekonomi yang
cukup signifikan pada hari itu (Hasan, 2019). Kemudian, sekolah
maupun perguruan tinggi ikut terganggu karena murid sekolah tidak
dapat menggunakan berbagai fasilitas untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Tidak hanya itu, dari sisi layanan kesehatan, pasien
yang sedang berobat jalan maupun rawat inap ikut terganggu karena
berbagai peralatan medis banyak membutuhkan pasokan listrik.
Ketahanan energi sebagai alat yang dapat menciptakan listrik juga
mempengaruhi iklim investasi di Indonesia. Apabila listrik sering
bermasalah, menyebabkan para investor ragu untuk berinvestasi di
Indonesia. Padahal, pemerintah saat ini sedang menggalakkan untuk
menarik investor berinvestasi di Indonesia. Sehingga, permasalahan
ketersediaan dan akses energi listrik ini menjadi urgensi yang harus
segara ditindaklanjuti dengan dilaksanakannya Major Project 2020.
Berdasarkan kewenangannya, Major Project 2020-2024
dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (Kemen PUPR), Kementerian Pertanian (Kementan),
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kemen ESDM), dan
Badan Usaha (BUMN/Swasta). Terkait dengan BUMN pada konteks
bahasan di sini adalah Perusahaan Listrik Negara (PLN). Namun,
selain instansi pemerintah dan badan usaha yang disebutkan pada
Major Project naskah RPJMN 2020-2024, terdapat satu instansi
pemerintah lainnya yang memiliki peran strategis melakukan deteksi
dini dan peringatan dini terhadap berbagai bentuk dan sifat ancaman
terhadap upaya pencapaian target pembangunan nasional tersebut,
yakni Badan Intelijen Negara (BIN).
7
Sesuai dengan kewenangannya, BIN sebagai intelijen negara
harus dapat berkontribusi untuk mengamankan sektor energi,
terutama terkait ketenagalistrikan, dari berbagai ancaman. Ancaman
yang dimaksud sebagaimana tertera pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara adalah
setiap upaya, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan, baik dari dalam
negeri maupun luar negeri, yang dinilai dan/atau dibuktikan dapat
membahayakan keselamatan bangsa, keamanan, kedaulatan,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
kepentingan nasional di berbagai aspek, baik ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan. Seiring
dengan kewenangannya, BIN dalam hal ini berkontribusi untuk
menjaga stabilitas keamanan nasional sesuai dengan amanah pada
agenda pembangunan nasional RPJMN 2020-2024.
Keterkaitan antara stabilitas keamanan nasional dan ketahanan
energi, terutama fokus pada ketenagalistrikan, dapat dijelaskan
dengan mengacu pada gambar 1.1. Berdasarkan gambar tersebut
dapat dijelaskan jika ketahanan energi bermasalah, maka dapat
membuat ketahanan politik, ekonomi, sosial, dan budaya juga
bermasalah. Ketika salah satu atau lebih aspek tersebut bermasalah,
berpotensi menimbulkan berbagai masalah keamanan dan ketertiban
di masyarakat. Potensi tersebut dapat dalam bentuk demonstrasi dari
masyarakat, ketidakpercayaan masyarakat, dan lain-lain. Pada
akhirnya akan mempengaruhi ketahanan nasional yang artinya
stabilitas keamanan nasional juga tergangggu. Dengan demikian,
ancaman pun muncul. Ketika berbicara tentang ancaman, maka BIN
adalah salah satu instansi yang punya kewenangan untuk
menanganinya.
Berdasarkan data dan fakta isu strategis tersebut, saat ini BIN
masih memiliki keterbatasan terhadap akses data dan informasi pada
sektor ketenagalistrikan yang dikarenakan belum adanya kerja sama
dari berbagai pihak terkait. Sehingga, upaya BIN belum optimal untuk
8
memberikan informasi intelijen terkait ancaman terhadap ketahanan
energi listrik nasional yang harus disampaikan secara real time dan
memberikan peringatan dini (early warning) kepada seluruh
stakeholders.
Secara teknis, isu strategis ketahanan energi listrik nasional
tersebut termasuk ke dalam lingkup wewenang Deputi Intelijen
Ekonomi (Deputi Bidang Ekonomi). Berdasarkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2012 tentang Badan Intelijen
Negara, Deputi Bidang Ekonomi mempunyai tugas melaksanakan
perumusan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan dan/atau operasi
intelijen ekonomi. Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang
Ekonomi menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana kegiatan dan/atau operasi intelijen
ekonomi;
b. Pelaksanaan kegiatan dan/atau operasi intelijen ekonomi;
c. Pengoordinasian kegiatan dan/atau operasi intelijen
ekonomi;
d. Pengendalian kegiatan dan/atau operasi intelijen ekonomi,
dan
e. Penyusunan laporan intelijen ekonomi.
Dari kelima fungsi tersebut, fungsi koordinasi kegiatan dan/atau
operasi intelijen ekonomi masih belum berjalan secara maksimal.
Penyebabnya adalah masih banyak stakeholder yang belum
terjangkau oleh sistem informasi di BIN dan membutuhkan inisiasi
kebijakan kolaboratif sehingga mengganggu operasi intelijen ekonomi
nasional.
Upaya untuk menjawab berbagai isu strategis pada sektor
ketenagalistrikan tersebut, kami mengusulkan proyek perubahan
untuk mengatasi keterbatasan terhadap akses data dan informasi
sektor ketenagalistrikan nasional. Deputi Bidang Ekonomi BIN
memiliki kewenangan untuk melakukan pengoordinasian kegiatan
9
dan/atau operasi intelijen ekonomi sehingga dapat melakukan inisiasi
untuk berkolaborasi. Kolaborasi ditujukan kepada instansi pemerintah
seperti Kementerian ESDM sebagai otoritas yang mengeluarkan
kebijakan pada bidang energi dan PLN sebagai pihak yang mengurusi
semua aspek ketenagalistrikan yang ada di Indonesia. Mengingat BIN
telah memiliki MoU dengan Kementerian ESDM untuk kerjasama di
bidang energi, maka fokus proyek perubahan ini akan ditujukan
kepada penyedia jasa ketenagalistrikan seperti PLN dan Badan
Usaha Milik Swasta.
Selain PLN, terdapat beberapa Badan Usaha Milik Swasta
(BUMS) yang bergerak di bidang ketenagalistrikan. Namun, partisipasi
BUMS ini hanya terbatas melalui proyek Engineering, Procurement,
and Construction (EPC), skema Independent Power Producer (IPP),
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS), atau dengan skema lain seperti
sewa beli (Build, Lease and Transfer). Dalam hal ini, kedudukan PLN
sebagai pemegang izin usaha penyedia tenaga listrik merupakan
kedudukan mutlak yang berarti hanya PLN yang berhak menjual
tenaga listrik kepada penduduk dan industri serta listrik yang
dihasilkan dari pembangkit Independen Power Produce (IPP).
Sehingga kolaborasi dalam jangka pendek difokuskan kepada PLN
sebagai pemegang izin usaha penyedia tenaga listrik utama di
Indonesia.
Terbangunnya kerja sama dan dukungan dari pihak-pihak
tersebut diharapkan akan menjadi titik awal agar informasi intelijen
yang disampaikan kepada Stakeholders dapat menjadi lebih cepat,
tepat, dan akurat. Akses data dan informasi dari pihak-pihak tersebut
akan menjadi input/masukan dalam rangka optimalisasi Sistem
Intelijen Ekonomi berbasis Big Data yang sudah dimiliki BIN saat ini
khususnya pada sektor ketenagalistrikan.
Proyek perubahan ini pada akhirnya akan meningkatkan peran
Deputi Bidang Ekonomi untuk mengoptimalkan seluruh fungsinya baik
fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan
10
pengendalian kegiatan dan/atau operasi intelijen ekonomi, terutama
pada sektor ketenagalistrikan.
Sistem informasi intelijen ekonomi memiliki fungsi untuk
melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan adanya ancaman di
bidang ekonomi seperti pada sektor ketenagalistrikan yang bisa
mengganggu keadaan perekonomian nasional. Selain itu, sistem
informasi intelijen ekonomi juga berfungsi untuk memberikan
peringatan terhadap gejolak ekonomi, mengidentifikasi pelaku
kejahatan ekonomi, memetakan jaringannya dan dapat memprediksi
dampak yang ditimbulkan sebagai bahan peringatan secara dini guna
mencegah, menangkal dan menanggulangi dampak buruk dari
ancaman di bidang ekonomi tersebut.
Selaras dengan gagasan proyek perubahan yang diusulkan,
dengan terwujudnya kebijakan kolaboratif dari pihak-pihak tersebut
serta optimalisasi sistem informasi intelijen ekonomi ini, diharapkan
dapat berkontribusi terhadap program prioritas reformasi birokrasi,
yakni terkait pemangkasan birokrasi dalam proses pengambilan
keputusan. Artinya, BIN bisa mendapatkan dan menyampaikan
informasi secara real time kondisi sektor ketenagalistrikan di
Indonesia serta memberikan peringatan dini terkait ancaman sektor
ketenagalistrikan kepada stakeholders. Sehingga, kapasitas pembuat
kebijakan dalam mengambil keputusan dapat lebih cepat, tepat, dan
akurat.
2. GAGASAN PERUBAHAN
Untuk menjawab berbagai isu strategis pada sektor
ketenagalistrikan, proyek perubahan ini menggunakan dua
pendekatan (tool analysis) yaitu menggunakan analisis Roda
Perputaran Intelijen yang dikombinasikan dengan fish bone analysis.
Dari hasil analisis tersebut diketahui ada empat aspek yang perlu
mendapat penguatan agar terwujud kebijakan kolaboratif dalam
menjaga ketahanan energi listrik nasional.
11
Keempat aspek tersebut adalah aspek perencanaan,
pengumpulan, pengolahan/analisis, dan penyajian yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Perencanaan : dalam menjalankan fungsi penyusunan rencana
kegiatan dan/atau operasi intelijen ekonomi terutama pada
sektor ketenagalistrikan, Deputi Bidang Ekonomi BIN masih
terkendala dengan ketersediaan informasi terbaru tentang
permasalahan sektor ketenagalistrikan akibat terbatasnya
informasi yang dipublikasikan.
b. Pengumpulan : proses pengumpulan informasi tentang isu-isu
strategis sektor ketenagalistrikan masih dilakukan secara
manual melalui koordinasi dengan pejabat terkait di
Kementerian ESDM dan PLN serta melalui Open Source
Intelligence (OSINT). Metode ini menyebabkan data yang
terkumpul tidak update dan tidak dapat digunakan sebagai
memberikan peringatan dini (early warning) kepada seluruh
stakeholders.
c. Pengolahan/Analisis : pemberian penilaian dalam analisis
permasalahan sektor ketenagalistrikan di Indonesia sejauh ini
masih didasarkan pada data hasil koordinasi terakhir, data yang
dipublikasikan, dan pernyataan para pejabat terkait. Sehingga
proses analisis tidak dapat dilakukan secara komprehensif,
cepat, dan akurat.
d. Penyajian : sistem informasi intelijen ekonomi yang dimiliki oleh
Deputi-IV BIN belum terintegrasi dengan data sarana
penyediaan infrastruktur ketenagalistrikan, data rasio
elektrifikasi, data konsumsi tenaga listrik, dan data pengusahaan
ketenagalistrikan yang dimiliki oleh PLN dan BUMS Kelistrikan.
Sehingga, sistem informasi intelijen ekonomi tersebut belum
dapat menampilkan data real time kondisi ketenagalistrikan di
Indonesia.
12
Berdasarkan analisis tersebut, secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa sistem informasi intelijen ekonomi berbasis big
data yang sudah dimiliki oleh Deputi Bidang Ekonomi BIN masih
belum terintegrasi dengan data dan informasi dari PLN yang
menguasai aspek ketenagalistrikan nasional. Akibatnya, BIN belum
bisa mendapatkan dan menyampaikan informasi secara real time
kondisi sektor ketenagalistrikan di Indonesia serta memberikan
peringatan dini terkait ancaman sektor ketenagalistrikan kepada
stakeholders. Sehingga gagasan yang diajukan adalah membangun
sistem informasi intelijen ketenagalistrikan (SI-IKA) yang akan
memberikan cara kerja baru untuk memonitor dan mengantisipasi
potensi gangguan kelistrikan nasional.
Gambar 2.1. Analisis Fishbone
3. TUJUAN PERUBAHAN
Tujuan proyek perubahan ini adalah terjalinnya kolaborasi antar
instansi untuk meningkatkan peran BIN, khususnya Deputi Bidang
Ekonomi dalam menjalankan fungsinya terkait intelijen ekonomi dalam
upaya mendeteksi dini dan memberikan peringatan dini terhadap
ancaman ketahanan energi listrik nasional.
13
4. MANFAAT PROYEK PERUBAHAN
Manfaat proyek perubahan ini bagi BIN adalah meningkatnya
kemampuan deteksi dini dan peringatan dini informasi intelijen dari
ancaman terhadap ketahanan energi listrik nasional secara real time.
Dengan demikian, target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan
dapat tercapai karena meningkatnya ketahanan energi listrik nasional
yang merupakan prasyarat utama aktivitas ekonomi dapat berjalan.
5. OUTPUT KUNCI PROYEK PERUBAHAN
Output kunci proyek perubahan ini kemudian secara spesifik
dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
A. Output jangka pendek
• Terbangunnya awareness (kepedulian) seluruh pemangku
kepentingan baik internal maupun eksternal berupa
Memorandum of Understanding (MoU) landasan hukum
kerjasama BIN - PLN.
B. Output jangka menengah
• Tergalangnya dukungan dari BUMS Kelistrikan untuk
masuk ke dalam sistem SI-IKA
• Tersusunnya rancangan terhadap kebutuhan optimalisasi
sistem informasi intelijen ekonomi untuk ketahanan energi
listrik nasional.
C. Output jangka panjang
• Terbangunnya suatu kebijakan kolaboratif dalam menjamin
ketahanan energi listrik nasional berbasis big data.
Outcome-nya adalah terwujudnya suatu sistem informasi
intelijen kelistrikan nasional yang mampu memberikan early
warning terhadap potensi gangguan ketahanan kelistrikan
nasional.
14
BAB II RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN
1. RUANG LINGKUP PROYEK PERUBAHAN
Ruang lingkup proyek perubahan ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
A. Jangka Pendek
• Membangun kesepahaman dan awareness (kepedulian)
seluruh stakeholders hingga tingkat pimpinan, yakni Kepala
BIN (Ka BIN) tentang pentingnya kebijakan kolaboratif
dalam menjaga ketahanan energi listrik nasional.
• Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU)
BIN – PLN sebagai landasan hukum kerjasama.
B. Jangka Menengah
• Masuknya BUMS Kelistrikan untuk ke dalam prototipe
sistem SI-IKA
• Penyusunan rancangan optimalisasi sistem informasi
intelijen ekonomi untuk ketahanan energi listrik nasional.
C. Jangka Panjang
• Pemberian akses informasi intelijen ekonomi untuk
ketahanan energi listrik nasional bagi stakeholders baik
internal dan eksternal.
2. REFERENSI SEBELUMNYA
Referensi mengenai proyek perubahan dengan lingkup yang
telah disampaikan sebelumnya terkait ketahanan energi listrik
nasional tidak ada dan belum pernah dilakukan. Namun demikian,
terdapat referensi sebelumnya terkait kebijakan kolaborasi Big Data
intelijen bidang ekonomi pada Badan Intelijen Negara yang ditulis oleh
I Gde Made Kartikajaya pada pelatihan kepemimpinan nasional
tingkat I angkatan XXXIX tahun 2018. Dalam referensi ini, penulis
melakukan proyek perubahan dengan mengintegrasikan secara
langsung antara Big Data BIN dengan database yang dimiliki oleh
Kementerian/Lembaga dan Perguruan Tinggi tertentu yang bernilai
strategis. Melalui proyek perubahan ini, telah dilakukan
15
pengkolaborasian Big Data atau database antara BIN dengan
Kementerian/Lembaga dan Perguruan Tinggi, antara lain :
a. Kementerian Perdagangan
b. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
c. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
d. Universitas Indonesia (UI)
e. Universitas Sam Ratulangi (Unsrat)
f. Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)
g. Indonesia National Single Window (INSW)
Berdasarkan referensi ini, penulis memperluas kebijakan
kolaboratif yang telah dilakukan yaitu pada bidang ketahanan energi
listrik yang memberikan dampak langsung maupun tidak langsung
terhadap ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional.
3. ORGANISASI DAN TATA KELOLA PROYEK PERUBAHAN
Berikut adalah struktur proyek perubahan kebijakan kolaboratif
dalam menjaga ketahanan energi listrik nasional :
Gambar 3.1. Struktur Proyek Perubahan
Berdasarkan struktur tersebut, berikut pembagian peran
penyelenggara proyek perubahan:
16
Tabel 3.1. Peran Penyelenggara Proyek Perubahan
PENYELENGGARA PROYEK
PERUBAHAN PERAN
Sponsor
Membimbing dan mendukung pelaksanaan proyek perubahan kebijakan kolaboratif dalam menjaga
ketahanan energi listrik nasional.
Pemimpin Proyek
• Merancang proyek perubahan kebijakan kolaboratif dalam menjaga ketahanan energi listrik nasional.
• Penanggung jawab proyek hingga akhir seluruh proses.
• Agen perubahan dalam organisasi.
Pokja Penyusunan MoU BIN dengan PLN
Membantu Pemimpin Proyek dalam proyek perubahan kebijakan kolaboratif dalam menjaga ketahanan energi listrik nasional, terutama terkait penyusunan MoU BIN dengan PLN
Pokja Pengembangan Sistem Informasi Intelijen Kelistrikan Nasional (SI-IKA)
Membantu Pemimpin Proyek dalam proyek perubahan kebijakan kolaboratif dalam menjaga ketahanan energi listrik nasional, terutama dalam pengembangan Sistem Informasi Intelijen Kelistrikan Nasional (SI-IKA).
4. PETA DAN ANALISIS STAKEHOLDERS
Tahapan proyek perubahan ini melibatkan berbagai pihak
stakeholder. Secara garis besar, pada tahap restrukturisasi organisasi
akan melibatkan narasumber/ pakar/ ahli di bidang ketenagalistrikan.
Kemudian bersama dengan Biro Hukum, mempersiapkan draft nota
kesepahaman bersama (MoU) antara PT. PLN (Persero) dengan
Badan Intelijen Negara tentang pengamanan program dan sasaran
strategis di bidang ketenagalistrikan untuk kepentingan nasional.
Selanjutnya, bersama dengan Deputi-VI BIN bidang Intelijen Siber
beserta pada pakar/ahli dan PLN membahas teknis pelaksanaan
kerjasama dalam pengembangan Sistem Informasi Intelijen
Ketenagalistrikan Nasional (SI-IKA). Proses akhir sebelum MoU
ditandatangani BIN dengan PLN, pakar akan memberikan validasi
terhadap pasal-pasal yang termaktub di dalam MoU. Validasi tersebut
17
ditujukan agar nota kesepahaman yang ditandatangani sudah sesuai
dengan maksud dan tujuan kedua organisasi.
Pada tahap penandatanganan MoU antara BIN dengan PLN,
para stakeholder tersebut juga akan terlibat, begitu pun tahap
pengembangan Sistem Informasi Intelijen Ketenagalistrikan Nasional
(SI-IKA).
Dengan demikian, proyek perubahan kebijakan kolaboratif
dalam menjaga ketahanan energi listrik nasional ini memiliki potensi
untuk melakukan pengembangan kolaborasi seperti terlihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.1. Potensi Pengembangan Kolaborasi
NO. STAKEHOLDERS POTENSI KOLABORASI
1. Komisaris PLN
Memberikan dukungan baik secara teknis
maupun kebijakan untuk melakukan
kolaborasi.
2. Direksi PLN Memberikan dukungan dan akses terhadap
data dan informasi ketenagalistrikan Indonesia.
3. Kepala BIN
Memberikan dukungan untuk memastikan
proyek perubahan didukung juga dari unit kerja
lainnya.
4. Sekretaris Utama Memberikan dukungan dari aspek anggaran,
administrasi, dan legal
5. Deputi Siber Memberikan dukungan sinergi dengan sistem
informasi intelijen dan Big Data di BIN.
6. Biro Hukum Memastikan penyusunan nota kesepahaman
sesuai dengan ketentuan hukum.
7. Narasumber/
pakar/ ahli
Memberikan masukan dan melakukan validasi
terhadap berbagai proses yang dilalui.
Jika dianalisis lebih jauh, stakeholder dalam proyek perubahan
ini didefinisikan sebagai pihak yang dipengaruhi, pihak yang memiliki
pengaruh atau kekuasaan terhadap proyek perubahan, atau pihak
yang memiliki kepentingan pada keberhasilan proyek perubahan ini.
18
Berdasarkan definisi tersebut, maka stakeholder proyek perubahan ini
adalah sebagai berikut.
• Kepala Badan Intelijen Negara.
• Sponsor proyek perubahan, yaitu Sekretaris Utama.
• Para Eselon I lingkungan BIN, terutama Deputi Siber.
• Para Eselon II lingkungan BIN, terutama Direktur Energi dan
Kependudukan, dan Biro Hukum.
• Pemimpin Proyek Perubahan.
• Tim Pokja terkait kebijakan kolaboratif dalam menjaga ketahanan
energi nasional.
• Narasumber/ pakar/ ahli.
• Direksi PLN.
• Komisaris PLN.
• BUMS Kelistrikan yang terdiri dari 21 pemain utama yaitu:
1) PT.Adaro Power
2) PT.Makmur Sejahtera Wisesa
3) PT.Bukit Pembangkit Innoative
4) PT.Cirebon Energi Prasarana (CIREBON POWER)
5) PT.Cirebon Electric Power
6) PT.Kaltimex Energy
7) PT.Bekasi Power
8) PT.Indo Ridlatama Power
9) PT.Gorontalo Listrik Perdana
10) PT.Kertanegara Energi Perkasa
11) PT.Dizamatra Powerindo (PRIA)
12) PT.Sumberdaya Sewatama
13) PT.Bakrie Power
14) PT.Sangsaka Hidro Tiara
15) PT.Tirta Mukti Lestari (NEI)
16) PT.Priamanaya Energi
17) PT.DSSP Power Mas Utama
18) PT.Cikarang Listrindo, Tbk
19
19) PT.Sumber Segara Primadaya
20) PT.Tanjung Jati Power
21) Minahasa Cahaya Lestari (Group Toba Bara)
Analisis stakeholder berikutnya adalah membuat prioritas
berdasarkan power dan interest masing-masing stakeholder tersebut.
Berdasarkan konsep stakeholder analysis, ada empat kategori
prioritas berdasarkan power dan interest tersebut, yaitu:
a. Manage closely, untuk stakeholder yang memiliki power dan
interest yang tinggi, mereka akan dilibatkan sepenuhnya dan
dilakukan berbagai upaya positif untuk mendukung proyek
perubahan ini. Yang termasuk dalam kategori ini adalah Kepala
BIN, Sekretaris Utama BIN, Pemimpin Proyek Perubahan,
Komisaris PLN, Direksi PLN, Direksi BUMS Kelistrikan.
b. Keep satisfied, untuk stakeholder yang memiliki power tinggi dan
interest rendah. Mereka perlu dilibatkan untuk mendukung proyek
perubahan ini, namun dijaga agar tidak terjadi kejenuhan dengan
pesan proyek perubahan. Yang termasuk dalam kategori ini adalah
para Eselon-I di BIN, terutama Deputi Siber.
c. Keep informed, untuk stakeholder yang memiliki power rendah dan
interest tinggi. Mereka diberi informasi secara memadai dan
menjadi rekan diskusi untuk memastikan tidak ada masalah besar
yang muncul karena mereka sangat membantu dalam detail
proyek perubahan. Yang termasuk dalam kategori ini adalah para
Eselon II di BIN, terutama Direktur Energi dan Kependudukan Biro
Hukum dan Tim Pokja.
d. Monitor, untuk stakeholder yang memiliki power dan interest yang
rendah. Mereka hanya perlu mendapat dukungan sewajarnya
untuk menjaga komunikasi yang baik. Yang termasuk dalam
kategori ini adalah narasumber/pakar/ahli.
20
Prioritas stakeholder tersebut dapat dilihat pada gambar matriks
berikut ini.
Gambar 4.1. Matriks Power dan Interest beserta
Pembagian Prioritas Stakeholder.
Berdasarkan hasil kolaborasi dengan seluruh stakeholder yang
dilakukan, tujuan jangka pendek berhasil tercapai. Kemudian, ada
penambahan ruang lingkup dengan memasukkan asosiasi penyedia
listrik swasta dalam pemangku kepentingan untuk target jangka
menengah. Terkait capaian proyek perubahan ini akan secara
mendetil dibahas pada bab berikutnya.
21
5. RENCANA DAN PELAKSANAAN KEGIATAN/PENTAHAPAN
(MILESTONES)
Pelaksanaan proyek perubahan mengacu kepada konsep
manajemen perubahan yang dicetuskan oleh John P. Kotter. Kotter
menjelaskan bahwa pelajaran paling umum yang dapat diambil dari
contoh kasus terdahulu adalah bahwa proses perubahan melewati
serangkaian fase/langkah yang membutuhkan waktu cukup lama.
Mengabaikan fase/langkah tertentu hanya akan menimbulkan ilusi
seolah perubahan itu cepat, namun pada akhirnya tidak pernah
menghasilkan hasil yang memuaskan. Fase/Langkah tersebut dikenal
dengan sebutan delapan langkah model manajemen perubahan
Kotter.
Delapan langkah untuk mentransformasi organisasi tersebut
adalah:
1. membangun kesadaran akan pentingnya perubahan (urgensi);
2. membentuk koalisi/ tim pemandu yang kuat;
3. menciptakan visi;
4. mengomunikasikan visi;
5. memberdayakan/memberi kuasa kepada pihak lain untuk
melaksanakan visi;
6. merencanakan dan menciptakan kemenangan jangka pendek;
7. mengonsolidasikan perbaikan dan menghasilkan lebih banyak
perubahan; dan
8. melembagakan pendekatan baru (perubahan).
Delapan langkah tersebut merepresentasikan tiga proses, yaitu
menciptakan iklim perubahan, melibatkan berbagai pihak, dan
menerapkan perubahan. Setiap fase/langkah dalam perubahan
menyimpan potensi risiko apabila terjadi kesalahan ketika mengelola
perubahan tersebut. Dampak negatif yang mungkin terjadi adalah
memperlambat momentum dan menghapus berbagai hasil yang
sudah diperoleh pada langkah-langkah sebelumnya. Oleh karena itu,
22
pengawasan dalam perubahan menjadi hal penting agar kesalahan
dapat diminimalkan.
Mengacu pada konsep Kotter, tahapan pelaksanaan proyek
perubahan dimulai dengan membangun kesepahaman para
pemangku kepentingan terhadap proyek perubahan kebijakan
kolaboratif yang diusulkan agar iklim perubahan terbentuk. Kemudian
dilanjutkan dengan tahapan penyusunan dan penandatanganan nota
kesepahaman antara BIN dengan PLN serta melakukan
pengembangan sistem informasi intelijen ketenagalistrikan nasional
(SI-IKA) dengan melibatkan berbagai pihak. Kemudian pada kegiatan
proyek perubahan ini juga akan memerhatikan manajemen risiko dan
strategi komunikasi agar implementasi proyek perubahan dapat
dilakukan secara optimal.
8.1 Tahapan Pelaksanaan Membangun Komitmen Bersama (Internal
Dan Eksternal)
Pelaksanaan kegiatan membangun komitmen bersama proyek
perubahan kebijakan kolaboratif dalam menjaga ketahanan energi
listrik nasional dilakukan sebagai inisiasi pertama dari proyek
perubahan yang dilakukan. Tahapan ini bertujuan untuk
kesepahaman dan awareness (kepedulian) seluruh stakeholders
tentang pentingnya proyek perubahan kebijakan kolaboratif dalam
menjaga ketahanan energi listrik nasional. Selain itu, berdasarkan
kesepahaman yang terbangun, akan dibentuk tim kolaboratif secara
formal yang akan menjalankan seluruh kegiatan yang direncanakan.
Pada tahapan ini juga akan dilakukan pertemuan untuk menyepakati
kerja sama kolaborasi BIN dengan PLN termasuk operasionalisasi
kerja sama teknisnya.
23
Tabel 5.1. Tahapan Pelaksanaan Membangun Komitmen Bersama
(Internal Dan Eksternal)
NO. TAHAPAN JANGKA PENDEK WAKTU OUTPUT
1. Melakukan diskusi terkait pentingnya
proyek perubahan yang diusulkan
untuk mendapatkan kesepahaman
dan awareness (kepedulian) seluruh
stakeholders
MINGGU KE-1
Dokumen hasil
diskusi usulan
proyek
perubahan
2. Meminta persetujuan Pimpinan BIN
untuk membentuk tim efektif proyek
perubahan
MINGGU KE-2
Dokumen
persetujuan
proyek
perubahan dari
pimpinan
3. Membentuk tim kolaboratif proyek
perubahan
MINGGU
KE-3
Tim kolaboratif
proyek
perubahan
4. Melakukan pertemuan untuk
mendapatkan dukungan dari
Komisaris dan Direksi PLN untuk
memberikan dukungan proyek
perubahan
MINGGU
KE-4
Pernyataan
dukungan
proyek
perubahan
5. Melakukan pertemuan dan
menyepakati kerja sama kolaborasi
BIN dengan PLN
MINGGU
KE-5
S.D. KE-
7
Memorandum of
Understanding
(MoU)
6. Melakukan pertemuan dan
menyepakati kerja sama kolaborasi
BIN dengan penyedia listrik swasta.
MINGGU
KE-8
S.D. KE-
10
Memorandum of
Understanding
(MoU)
24
8.2 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Membangun Sistem Informasi
Intelijen Kelistrikan Nasional (SI-IKA)
Pembangunan Sistem Informasi Intelijen Kelistrikan Nasional
(SI-IKA) merupakan tindak lanjut dari adanya kesepakatan dan
kesepahaman antara BIN dengan PLN yang dituangkan dalam nota
kesepahaman. Tujuan dari tahapan ini adalah tersusunnya rancangan
optimalisasi sistem informasi intelijen ekonomi untuk ketahanan energi
listrik nasional berupa hasil analisis terhadap kebutuhan bisnis
(business requirements), kebutuhan stakeholders (stakeholders
requirements), kebutuhan untuk solusi (solution requirements), dan
kebutuhan transisi (transition requirements). Hasil yang dicapai adalah
rancangan final yang telah disetujui untuk mengembangkan SI-IKA.
Tabel 5.2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Membangun
Sistem Informasi Intelijen Kelistrikan Nasional (SI-IKA)
NO. TAHAPAN JANGKA MENENGAH WAKTU OUTPUT
1. Melakukan pengumpulan data dan
analisis kebutuhan bisnis (business
requirements)
MINGGU
KE-11
Dokumen
business
requirements
2. Melakukan pengumpulan data dan
analisis kebutuhan stakeholders
(stakeholders requirements)
MINGGU
KE-12
Dokumen
stakeholders
requirements
3. Melakukan pengumpulan data dan
analisis kebutuhan untuk solusi
(solution requirements)
MINGGU
KE-13
Dokumen
solution
requirements
4. Melakukan pengumpulan data dan
analisis kebutuhan transisi
(transition requirements)
MINGGU
KE-14
Dokumen
transition
requirements
5. Penyusunan draf rancangan
optimalisasi sistem informasi intelijen
ekonomi lingkup ketahanan energi
listrik nasional
MINGGU
KE-15
Draf rancangan
25
NO. TAHAPAN JANGKA MENENGAH WAKTU OUTPUT
6 Penyampaian draf rancangan
optimalisasi sistem informasi intelijen
ekonomi untuk ketahanan energi
listrik nasional
MINGGU
KE-16
Masukan
terhadap draf
rancangan
7 Pelibatan BUMS Kelistrikan untuk
masuk ke dalam SI-IKA dengan
menyelenggarakan FGD
MINGGU
KE-17
8 Finalisasi rancangan optimalisasi
sistem informasi intelijen ekonomi
untuk ketahanan energi listrik
nasional
MINGGU
KE-18
Rancangan final
8 Persetujuan rancangan optimalisasi
sistem informasi intelijen kelistrikan
nasional
MINGGU
KE-19
Rancangan final
yang disetujui
8.3 Tahapan Pelaksanaan Membangun Kebijakan Kolaboratif Sistem
Informasi Intelijen Kelistrikan Nasional (SI-IKA)
Tahapan pelaksanaan membangun kebijakan kolaboratif Sistem
Informasi Intelijen Kelistrikan Nasional (SI-IKA) berada pada tahapan
jangka menengah dan panjang. Tujuan tahapan ini adalah agar akses
sistem informasi intelijen ekonomi untuk ketahanan energi listrik
nasional ini terbuka dan dapat dioperasionalkan pada stakeholders
internal maupun eksternal. Dalam tahapan ini, prototipe sistem
informasi intelijen ekonomi untuk ketahanan energi listrik nasional
akan diuji dan dioptimalkan agar dalam operasionalisasinya dapat
berjalan dengan baik.
26
Tabel 5.3. Tahapan Pelaksanaan Membangun Kebijakan Kolaboratif
Sistem Informasi Intelijen Kelistrikan Nasional (SI-IKA)
NO. TAHAPAN JANGKA PANJANG WAKTU OUTPUT
1. Membangun sistem informasi untuk
optimalisasi sistem informasi intelijen
kelistrikan nasional
MINGGU KE-20
Prototipe Sistem
Informasi
2. Melakukan pengujian sistem
informasi untuk optimalisasi sistem
informasi intelijen ekonomi untuk
ketahanan energi listrik nasional
MINGGU KE-21
S.D. KE-28
Dokumen hasil
pengujian Sistem
Informasi
3. Melakukan verifikasi sistem
informasi untuk optimalisasi sistem
informasi intelijen ekonomi untuk
ketahanan energi listrik nasional
kepada stakeholders
MINGGU KE-31-32
Dokumen
verifikasi Sistem
Informasi
4. Mengoperasionalkan dan membuka
akses sistem informasi intelijen
ekonomi untuk ketahanan energi
listrik nasional pada stakeholders
internal maupun eksternal
MINGGU
KE-33
Sistem informasi
intelijen ekonomi
untuk sektor
ketenagalistrikan
nasional
6. KRITERIA KEBERHASILAN
Berikut merupakan faktor-faktor kunci keberhasilan proyek
perubahan kebijakan kolaboratiif dalam menjaga ketahanan energi
listrik nasional. Faktor kunci keberhasilan ini dibagi menjadi 3 (tiga)
tahapan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
yaitu:
A. Jangka Pendek
• Terbangunnya awareness (kepedulian) seluruh pemangku
kepentingan baik internal maupun eksternal berupa
27
Memorandum of Understanding (MoU) landasan hukum
kerjasama BIN - PLN.
B. Jangka Menengah
• Tergalangnya dukungan dari BUMS Kelistrikan untuk
masuk ke dalam sistem SI-IKA
• Tersusunnya rancangan terhadap kebutuhan optimalisasi
sistem informasi intelijen ekonomi untuk ketahanan energi
listrik nasional.
C. Jangka Panjang
• Terbangunnya sistem deteksi dini dan peringatan dini
berbasiskan big data dalam mengidentifikasi potensi
ancaman yang dapat menganggu ketahanan energi
nasional.
28
BAB III PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
1. HASIL PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
A. Hasil Pelaksanaan Tiap Tahapan Kegiatan
1) Tahapan Pelaksanaan Membangun Komitmen Bersama
(Internal Dan Eksternal)
• Tersusunnya dokumen hasil diskusi usulan proyek
perubahan.
• Tersusunnya dokumen persetujuan proyek perubahan
dari pimpinan.
• Terbentuknya tim kolaboratif proyek perubahan.
• Disetujuinya proyek perubahan kebijakan kolaboratif
dalam menjaga ketahanan energi nasional.
• Tersusunnya Memorandum of Understanding (MoU).
2) Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Membangun Sistem
Informasi Intelijen Kelistrikan Nasional (SI-IKA)
• Tersusunnya dokumen business requirements.
• Tersusunnya dokumen stakeholders requirements
• Tersusunnya dokumen solution requirements
• Tersusunnya dokumen transition requirements
• Tersusunnya rancangan final yang disetujui untuk
pengembangan SI-IKA.
3) Tahapan Pelaksanaan Membangun Kebijakan Kolaboratif
Sistem Informasi Intelijen Kelistrikan Nasional (SI-IKA).
• Terbentuknya prototipe Sistem Informasi Intelijen
Kelistrikan Nasional (SI-IKA).
• Tersusunnya dokumen hasil pengujian SI-IKA.
• Tersusunnya dokumen verifikasi SI-IKA.
• Terbentuknya istem informasi intelijen ekonomi untuk
sektor ketenagalistrikan nasional.
29
B. Hasil Pelaksanaan Team Work (Masalah dan Penyelesaian)
1) Pokja Penyusunan Memorandum of Understanding (MoU)
antara BIN dengan PLN
Pokja ini telah menyusun Nota Kesepahaman (MoU)
antara PT. PLN (Persero) dengan Badan Intelijen Negara
tentang pengamanan program dan sasaran strategis di
bidang ketenagalistrikan untuk kepentingan nasional dan
telah ditandatangani kedua belah pihak pada hari Rabu, 1
Juli 2020 di Kantor PLN dan dihadiri oleh jajaran direksi PLN
dan Sekretaris Utama BIN serta Kabinda melalui video
conference. Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU)
ini merupakan output kunci untuk kelanjutan proyek
perubahan kebijakan kolaboratif dalam menjaga ketahanan
energi listrik nasional.
2) Pokja Pengembangan Sistem Informasi Intelijen Kelistrikan
Nasional (SI-IKA)
Pokja ini baru berjalan setelah Pokja Penyusunan MoU
selesai sampai dengan ditandatangani oleh BIN dan PLN.
Pokja ini kemudian akan menyusun dokumen analisis
terhadap kebutuhan bisnis (business requirements),
kebutuhan stakeholders (stakeholders requirements),
kebutuhan untuk solusi (solution requirements), dan
kebutuhan transisi (transition requirements). Setelah selesai,
Pokja kemudian melalukan pengujian dan verifikasi terhadap
sistem yang dikembangkan untuk selanjutnya dioptimalkan
operasionalisasinya.
C. Kendala Internal dan Eksternal serta Strategi Mengatasi
Kendala
Perubahan lingkungan strategis merupakan kendala
utama, yang harus diantisipasi. Terutama pada saat pandemi
30
Covid-19 yang menyebabkan pemerintah memberlakukan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) termasuk di Jakarta.
Hal ini menjadi kendala karena pergerakan dibatasi, kantor PLN
menerapkan work from home, dan ada himbauan untuk tidak
melakukan pertemuan tatap muka.
Selain itu, secara internal terjadi rotasi dan mutasi di
lingkungan BIN. Kebijakan ini merupakan hal yang wajar di
setiap organisasi pemerintah. Namun kebijakan ini menjadi
kendala bagi pelaksanaan proyek perubahan kebijakan
kolaboratif dalam menjaga ketahanan energi listrik nasional
karena rotasi dan mutasi juga terjadi pada Deputi-IV Ka BIN yang
menjadi penentu kebijakan pengembangan Sistem Informasi
Intelijen Ekonomi. Mutasi dan rotasi juga terjadi pada tingkat
anggota sehingga anggota tim Pokja harus pindah ke unit kerja
lain.
Mengantisipasi hal tersebut, dilakukan manajemen risiko
tidak hanya untuk yang terjadi saat ini, namun juga untuk
meminimalisir risiko ke depan. Berikut merupakan penjelasan
mengenai risiko yang harus diantisipasi agar tujuan proyek
perubahan kebijakan kolaboratif dalam menjaga ketahanan
enegi listrik nasional berhasil sesuai target waktu dan sumber
daya yang telah ditetapkan:
31
Tabel 1.1. Manajemen Risiko Proyek Perubahan Kebijakan
Kolaboratif dalam Menjaga Ketahanan Energi Listrik Nasional
NO RISIKO PEMICU RESPON LANGKAH ANTISIPASI
YANG DILAKUKAN
1.
Perubahan lingkungan strategis (force majeure, penerapan PSBB)
Pandemi Covid-19
Terima
a. Melakukan komunikasi dan pertemuan secara virtual.
b. Penandatangan MoU dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan dengan jumlah peserta terbatas.
c. Memastikan anggaran untuk proyek perubahan tidak terdampak signifikan
2. Pergantian Deputi-IV Ka BIN
Adanya rotasi dan mutasi pimpinan BIN
Terima
Mengomunikasikan proyek perubahan yang sedang berjalan kepada Deputi-IV Ka BIN yang baru.
3 Digantinya anggota tim kolaboratif
Adanya rotasi dan mutasi anggota tim Pokja
Terima
c. Memastikan setiap pekerjaan yang telah dilakukan terdokumentasi.
d. Mengomunikasikan perubahan yang sedang berjalan kepada anggota tim yang baru.
4
Proyek perubahan tidak sesuai target waktu yang ditetapkan
Proses pengambilan data dan pelaksanaan proses terkait pihak eksternal terlalu lama
Mitigasi Menerapkan time management plan
5
Proyek tidak sesuai harapan pemangku kepentingan
Tidak dilakukannya validasi ekspektasi pemangku kepentingan
Mitigasi
Melakukan validasi secara berkala untuk setiap keluaran/output yang dihasilkan
32
D. Hasil Capaian vs Kriteria Keberhasilan
Perbandingan antara hasil capaian dengan kriteria
keberhasilan dalam proyek perubahan ini adalah Pokja
penyusunan nota kesepahaman BIN dengan PLN sudah dapat
mencapai target sesuai dengan lingkup dan waktu yang telah
ditetapkan dengan ditandatanganinya dokumen MoU pada hari
Selasa, 30 Juni 2020. Proses kolaborasi maupun hasil dari
naskah akademik yang dihasilkan merupakan capaian yang luar
biasa dalam waktu yang terbatas dan singkat ini. Hal tersebut
dikarenakan semangat dan dukungan yang tinggi di internal BIN
dan PLN untuk menyetujui konsep kebijakan kolaboratif dalam
rangka menjaga ketahanan energi listrik nasional.
E. Laporan Akuntabilitas
1) Berbagai tahapan yang telah dilewati terdokumentasi dan
terlampir sebagai bukti bahwa proyek perubahan sudah
terlaksana sesuai dengan lingkup dan tahapan yang
direncanakan.
2) Proyek perubahan terlaksana sesuai dengan rencana proyek
perubahan terutama untuk mencapai output kunci
keberhasilan proyek perubahan ini dengan penandatangan
nota kesepahaman (MoU) antara PT. PLN (Persero) dengan
Badan Intelijen Negara tentang pengamanan program dan
sasaran strategis di bidang ketenagalistrikan untuk
kepentingan nasional.
3) Terlaksananya kolaborasi yang baik dari stakeholders internal
maupun eksternal tentunya akan memberikan berdampak
positif bagi BIN untuk meningkatkan nilai tambah maupun
kinerja organisasi.
33
2. CAPAIAN DUKUNGAN PEMANGKU KEPENTINGAN
Tabel 2.1 Matriks Capaian Dukungan Stakeholders
Interest Tinggi Interest Rendah
Pengaruh Tinggi
• Kepala BIN
• PLN
• Narasumber/Pakar/Ahli
• Sekretaris Utama
• Deputi Siber
• Biro Hukum
Pengaruh Rendah
Narasumber/Pakar/Ahli -
Proyek perubahan ini membutuhkan dukungan dari berbagai
pemangku kepentingan atau stakeholder yang terlibat agar dapat
terlaksana dengan baik. Oleh karenanya, perlu ada strategi
pendekatan yang khusus terhadap masing-masing stakeholder
dengan capaian dukungan, sebagai berikut:
a. PLN : PLN setuju untuk melakukan kerjasama
penguatan dengan BIN karena akan
memberikan manfaat langsung kepada PLN
berupa pengamanan program dan sasaran
strategis di bidang ketenagalistrikan untuk
kepentingan nasional.
b. Kepala BIN : Ka BIN memberikan dukungan dan
memerintahkan proyek perubahan ini juga
didukung oleh unit kerja lain yang menjadi
stakeholder pemangku kepentingan ini.
c. Setama : Setama BIN memberikan dukungan dari aspek
anggaran, administrasi, dan legal
d. Deputi Siber : Memberikan dukungan sinergi dengan sistem
informasi intelijen dan Big Data di BIN
e. Biro Hukum : Biro Hukum terlibat aktif dan bersama dengan
Biro Hukum PLN bekerjasama dan
berkolaborasi untuk membahas substansi
kerjasama dari aspek hukum yang kemudian
dituangkan dalam Nota Kesepahaman (MoU).
34
e. Narasumber : Seluruh narasumber/pakar/ahli memberikan
masukan dan melakukan validasi terhadap
berbagai proses yang dilalui untuk mewujudkan
pembangunan sistem SI-IKA.
3. KUALITAS PELAKSANAAN STRATEGI KOMUNIKASI
a. PLN : Tim Pokja MoU berkomunikasi dengan Kasubdit
Kelistrikan untuk melakukan kontak awal
dengan PLN yang merupakan counterpart
Direktorat ESDM & Kependudukan BIN untuk
menjajaki peluang kerjasama yang lebih erat
antara BIN dan PLN. Dari hasil komunikasi
tersebut, PLN menyatakan terbuka untuk
melakukan kerjasama dan akan dilanjutkan
dengan pemaparan konsep Tim Pokja MoU
kepada PLN melalui webinar karena situasi
pandemi dan penerapan PSBB tidak
memungkinkan untuk melakukan presentasi
secara fisik
Hasil: PLN setuju untuk melakukan kerjasama
penguatan dengan BIN karena akan
memberikan manfaat langsung kepada PLN
berupa pengamanan program dan sasaran
strategis di bidang ketenagalistrikan untuk
kepentingan nasional.
b. Kepala BIN : Penulis meyakini bahwa untuk meraih
dukungan dari stakeholder lain di internal BIN
maka dukungan dari pimpinan BIN sangat
penting untuk dapat diraih. Oleh karena itu,
strategi yang digunakan untuk meraih dukungan
Kepala BIN adalah dengan mengangkat solusi
yang sejalan dengan visi Ka BIN atas persoalan
35
energi kelistrikan dengan mengoptimalkan
teknologi big data. Ka BIN sangat berkomitmen
untuk memodernisasi teknologi intelijen dengan
pendekatan Big Data sehingga ketika isu ini
diangkat saat rapat terkait persoalan energi, Ka
BIN memberikan apresiasi dan dukungan.
Hasil: Ka BIN memberikan dukungan dan
memerintahkan proyek perubahan ini juga
didukung oleh unit kerja lain yang menjadi
stakeholder pemangku kepentingan ini.
c. Setama : Peran Sekretaris Utama sangat strategis dalam
proyek perubahan ini karena dukungan yang
diberikan terkait dengan aspek anggaran,
administrasi, dan legal. Strategi yang digunakan
untuk memperoleh dukungan Sekretaris Utama
adalah dengan menghadap langsung dan
memberikan penjelasan serta manfaat yang
akan diperoleh BIN dengan adanya proyek
perubahan ini.
Hasil: Setama BIN memberikan dukungan dari
aspek anggaran, administrasi, dan legal
d. Deputi Siber : Deputi Siber sangat penting untuk realisasi SI-
IKA karena akan menggunakan platform Big
Data yang berada di bawah kendali Deputi
Siber. Strategi yang digunakan untuk
memperoleh dukungan Deputi Siber adalah
dengan terlebih dulu mengamankan dukungan
dari Kepala BIN. Dukungan tersebut akan
meniadakan ego sektoral dan akan mendukung
proyek perubahan ini karena sudah menjadi
garis dan kebijakan Ka BIN.
36
Hasil: Deputi Siber memberikan dukungan
sinergi dengan sistem intelijen dan Big Data di
BIN
e. Biro Hukum : Peranan Biro Hukum sangat penting untuk
memastikan bahwa kerjasama yang dilakukan
dengan PLN sejalan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan tidak memiliki implikasi secara hukum.
Strategi yang digunakan untuk meyakinkan Biro
Hukum adalah dengan membawa persetujuan
Setama BIN untuk kerjasama ini sehingga
sudah menjadi garis kebijakan organisasi untuk
diimplementasikan.
Hasil: Biro Hukum terlibat aktif dan bersama
dengan Biro Hukum PLN bekerjasama dan
berkolaborasi untuk membahas substansi
kerjasama dari aspek hukum yang kemudian
dituangkan dalam MoU
f. Narasumber : Ahli yang terlibat dalam proyek perubahan ini
adalah pakar teknologi dan akademisi dengan
pengalaman dan reputasi internasional seperti
Prof. Teddy Mantoro, Profesor teknologi di
Sampoerna University; Dr. Marcelino Pandin
yang merupakan anggota komite OECD Paris;
dan Dr. Armi Susandi yang merupakan pakar
modelling dan big data system.
Hasil: Seluruh narasumber/pakar/ahli
memberikan masukan dan melakukan validasi
terhadap berbagai proses yang dilalui untuk
mewujudkan pembangunan sistem SI-IKA
37
4. PEMANFAATAN SUMBER DAYA
Peta sumber daya proyek perubahan kebijakan kolaboratif dalam
menjaga ketahanan energi listrik nasional ini dibagi menjadi 3 (tiga)
aspek, yaitu terkait sumber daya manusia yang terlibat, pertimbangan
penyusunan kebijakan yang akan menjadi dasar perubahan, dan
anggaran yang dibutuhkan untuk proyek perubahan. Adapun
pemanfaatan sumber daya dalam proyek perubahan ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
A. Sumber Daya Manusia
SDM yang akan terlibat baik dari Internal maupun eksternal
organisasi dalam melaksanakan proyek perubahan, yaitu:
• Internal :
o Kepala BIN, akan memberikan dukungan kebijakan
untuk menyetujui proyek perubahan ini sehingga dapat
terimplementasi dengan baik.
o Deputi Intelijen Ekonomi, akan mendorong inisiasi
kerjasama di bidang ketenagalistrikan dengan PLN
sekaligus berperan sebagai promotor proyek perubahan
ini.
o Biro Hukum, akan membantu dalam proses penyusunan
Memorandum of Understanding (MoU).
o Deputi Intelijen Siber, akan membantu mengembangkan
sistem informasi intelijen kelistrikan nasional (SI-IKA)
berbasiskan big data.
• Eksternal :
o Direktur Utama PLN, sebagai stakeholder yang akan
memberikan persetujuan terkait MoU dan PKS antara
BIN dengan PLN.
Oleh karenanya, proyek perubahan ini melibatkan
personel SDM dari Deputi Intelijen Ekonomi, Biro Hukum, Deputi
Intelijen Siber untuk terlibat dalam Tim Pokja yang telah disusun
yaitu Tim Pokja MoU dan Tim Pokja Pengembangan Sistem.
38
B. Kebijakan
Aspek sumber daya lain yang juga akan dimanfaatkan untuk
proyek perubahan ini adalah aspek kebijakan internal yang saat
ini tengah menjadikan pengembangan teknologi intelijen secara
masif sebagai prioritas utama. Hal ini akan sangat memudahkan
eksekusi proyek perubahan karena yang dieksekusi sejalan
dengan garis kebijakan pimpinan tertinggi di BIN dan
memperkuat strategi modernisasi yang telah ada.
Selain itu, setiap kebijakan yang akan diambil akan selalu
memerhatikan prinsip kerahasiaan organisasi BIN. Dalam hal ini,
informasi yang akan diterima dari PLN akan menjadi konsumsi
terbatas dari unit terkait saja. Selain itu, distribusi laporan
intelijen deteksi dini dan peringatan dini berkaitan dengan
ketenagalistrikan hanya akan diserahkan kepada pihak terbatas
yang disepakati sesuai dengan ketentuan pendistribusian produk
intelijen.
C. Anggaran
Dalam arahan dan hasil pertemuan dengan Setama BIN,
diperoleh dukungan anggaran yang dibutuhkan untuk
melaksanakan seluruh tahapan pada proyek perubahan
kebijakan kolaboratif dalam menjaga ketahanan energi listrik
nasional ini diperkirakan Rp1.000.000.000 (angka ini diperoleh
dari benchmarking dengan pembangunan awal sistem-sistem
lain yang telah tergelar di BIN). Anggaran ini dapat diperoleh dari
kebijakan refocussing anggaran untuk TA. 2020 untuk hanya
mengeksekusi program-program prioritas nasional yang memiliki
leverage (daya ungkit) tinggi.
39
BAB IV PENUTUP
1. KESIMPULAN
Proyek perubahan kebijakan kolaboratif dalam menjaga
ketahanan energi listrik nasional ini dimaksudkan agar kolaborasi
antar instansi untuk dapat meningkatkan peran BIN, khususnya Deputi
Bidang Ekonomi dalam menjalankan fungsinya terkait intelijen
ekonomi dalam upaya mendeteksi dini dan memberikan peringatan
dini terhadap ancaman terhadap ketahanan energi listrik nasional
dapat terbentuk.
Lingkup proyek perubahan kebijakan kolaboratif dalam menjaga
ketahanan energi listrik nasional ini dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu
jangka pendek, menengah, jangka panjang. Tahap perubahan jangka
pendek adalah penandatanganan Memorandum of Understanding
(MoU) sebagai landasan hukum kerjasama dengan PLN. Pada tahap
perubahan jangka menengah adalah penyusunan rancangan
optimalisasi sistem informasi intelijen ekonomi untuk ketahanan energi
listrik nasional. Kemudian tahapan jangka panjang adalah pemberian
akses informasi intelijen ekonomi untuk ketahanan energi listrik
nasional bagi para stakeholder baik internal dan eksternal.
2. LESSONS LEARNED
Lessons Learned atau pembelajaran yang didapatkan selama
memimpin dan melakukan proyek perubahan adalah:
1) Pentingnya peran sponsor, mentor, dan coach dalam mendukung
proyek perubahan khususnya dukungan dari pimpinan tertinggi
suatu organisasi. Dengan diperolehnya dukungan dari Ka BIN,
dukungan stakeholder internal lain di BIN dapat dengan mudah
diperoleh.
2) Tipe kepemimpinan yang diperlukan untuk mengeksekusi proyek
perubahan adalah tipe kepemimpinan kolaboratif khususnya
terkait proyek yang melibatkan stakeholder dalam skala luas baik
internal maupun eksternal.
40
3) Kemampuan analisis yang baik melalui good data, good method,
dan good theory sangat penting untuk melakukan assessmen
terhadap setiap perkembangan situasi sehingga setiap output
yang didapatkan bisa dipertanggung jawabkan dengan baik.
4) Manajemen risiko mutlak diperlukan dalam setiap proyek
perubaha. Pemimpin proyek perubahan harus mengantisipasi
force majeur yang dapat menghambat implementasi proyek
perubahan. Dalam kaitan ini, pandemi covid-19 sangat
menghambat eksekusi proyek perubahan karena mengubah
secara drastis pola kerja, produktivitas, dan anggaran sehingga
penting untuk melakukan manajemen risiko atas perubahan
tersebut.
5) Monitoring dan evaluasi secara berkala juga penting untuk
dilakukan pada setiap tahapan. Sehingga, jika terjadi
permasalahan maka dapat segera diantisipasi dan dilakukan
tindak lanjut secara cepat.
3. SARAN
Hal yang diperhatikan dalam proyek perubahan kebijakan
kolaboratif dalam menjaga ketahanan energi listrik nasional ini adalah
terkait dinamika organisasi yang selalu berubah secara cepat dan
dinamis. Sehingga, manajemen risiko menjadi salah satu upaya yang
dirumuskan agar proyek perubahan ini dapat tetap terlaksana sesuai
dengan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan kinerja organisasi
dalam melakukan deteksi dini dan peringatan dini. Selain itu,
manajemen waktu dan sumberdaya harus selalu dikelola dengan baik
agar kesinambungan proyek perubahan kebijakan kolaboratif dapat
terlaksana sesuai dengan waktu, target, anggaran yang ditetapkan.
41
4. LAMPIRAN-LAMPIRAN PENDUKUNG
1) Lampiran I – Nota Kesepahaman (MoU) antara PT. PLN (Persero)
dengan Badan Intelijen Negara tentang pengamanan program dan
sasaran strategis di bidang ketenagalistrikan untuk kepentingan
nasional.
2) Lampiran II – Sprint Mentor Proyek Perubahan
3) Lampiran III – Sprint Tim Efektif
4) Lampiran IV – Dokumentasi
5. DISETUJUI
A. MENTOR:
Koordinator Staf Pimpinan BIN Tonny Hermawan R, S.I.K
NRP. 72090498
B. ATASAN MENTOR
Sekretaris Utama BIN Bambang Sunarwibowo
NRP. 66050428
42
DAFTAR PUSTAKA
Badan Intelijen Negara. (2014). Ketahananan Energi Indonesia 2015-
2025: Tantangan dan Harapan. Jakarta: cv.rumah buku. Hasan, R. (2019, November 5). Liputan 6. Diambil kembali dari Website
Liputan 6: https://www.liputan6.com/news/read/4030085/mati-lampu-warga-ketakutan-hingga-polisi-jaga-objek-vital
Kembaren, L. (2020, February 24). CBNC Indonesia. Diambil kembali dari Website CBNC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/news/20200224210316-4-140182/ri-naik-kelas-jadi-negara-maju-ini-kata-sri-mulyani
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2020). Capaian Kinerja 2019 dan Program 2020. Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2019). Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Khandker, S., Barnes, D., & Samad, H. (2013). Welfare impacts of rural electrification: a panel data analysis from vietnam. Econ. Dev. Cult. Change 61 (3), 659–692.
Pemerintah Republik Indonesia. (2014). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara.
Presiden Republik Indonesia. (2013). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 tentang Koordinasi Intelijen Negara. Jakarta: Sekretariat Negara.
Presiden Republik Indonesia. (2017). Peraturan Presiden Nomor 73 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2012 tentang Badan Intelijen Negara. Jakarta: Sekretariat Negara.
Presiden Republik Indonesia. (2020). Peraturan Presiden Nomor 18 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia. (2011). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara. Jakarta: Sekretariat Negara.
Sekretariat Jenderal Ketenagalistrikan. (2018). Statistik Ketenagalistrikan 2018. Jakarta: Sekretariat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral.
1
NOTA KESEPAHAMAN BERSAMA
ANTARA
PT PLN (PERSERO)
DENGAN
BADAN INTELIJEN NEGARA
TENTANG
PENGAMANAN PROGRAM DAN SASARAN STRATEGIS DI BIDANG
KETENAGALISTRIKAN UNTUK KEPENTINGAN NASIONAL
NOMOR PIHAK PERTAMA : …………………………………………………
NOMOR PIHAK KEDUA : …………………………………………………
Pada hari ini ……… tanggal …………. Bulan …. Tahun ….., bertempat di
Jakarta, yang bertanda tangan dibawah ini: I. PT PLN (PERSERO), yang berkedudukan di Jl. Trunojoyo Blok M I/135,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12160, dalam hal ini diwakili oleh ZULKIFLI ZAINI selaku Direktur Utama PT PLN (Persero), yang
diangkat berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor SK-325/MBU/12/2019 tanggal 23 Desember 2019, bertindak untuk dan atas nama PT PLN (Persero), selanjutnya disebut “PIHAK
PERTAMA”.
II. BADAN INTELIJEN NEGARA, yang berkedudukan di Jalan Seno Raya No. 1 Jakarta Selatan 12510, dalam hal ini diwakili oleh Komjen. Pol.
Drs. BAMBANG SUNARWIBOWO, S.H., M.HUM., selaku Sekretaris Utama Badan Intelijen Negara, yang diangkat berdasarkan Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 46/TPA Tahun 2020 tanggal 20 Februari 2020, bertindak untuk dan atas nama Kepala Badan Intelijen Negara, selanjutnya disebut “PIHAK KEDUA”.
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA masing-masing disebut “PIHAK” dan
secara bersama-sama disebut sebagai “PARA PIHAK”, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:
a. PIHAK PERTAMA adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak dalam bidang usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum, yang juga melaksanakan Public Service Obligation
(PSO) di bidang penyediaan tenaga listrik secara berkelanjutan dengan mutu dan keandalan yang baik;
2
b. PIHAK KEDUA adalah unsur pembantu pimpinan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Intelijen Negara
dan dapat mendukung pencapaian program dan sasaran strategis di bidang ketenagalistrikan yang dilaksanakan oleh PLN Group, terutama
dari aspek pencegahan dan antisipasi atas kemungkinan timbulnya ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan;
c. Bahwa PIHAK PERTAMA dalam hal ini termasuk Anak Perusahaan dan
Perusahaan Terafiliasinya (selanjutnya disebut “PLN Group”) dalam rangka usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum membutuhkan adanya pengamanan dalam pelaksanaan program dan
sasaran strategis di lingkungan PLN Group, terutama demi mendukung tercapainya upaya pemerintah dalam meningkatkan ketahanan
kelistrikan nasional;
d. Bahwa PIHAK KEDUA memiliki kompetensi yang diperlukan oleh PIHAK PERTAMA untuk mendukung pencapaian program dan sasaran
strategis di bidang ketenagalistrikan yang dilaksanakan oleh PLN Group, terutama dari aspek pencegahan dan antisipasi atas adanya
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan;
e. Bahwa pelaksanaan Kerjasama Dalam Rangka Pengamanan Program dan Sasaran Strategis di Bidang Ketenagalistrikan perlu dilakukan
secara berkesinambungan dalam upaya mendukung keberhasilan program dan sasaran strategis di bidang ketenagalistrikan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk
mengadakan kerjasama yang dituangkan dalam bentuk Nota Kesepahaman Bersama tentang Pengamanan Program dan Sasaran Strategis di Bidang
Ketenagalistrikan untuk kepentingan nasional, dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1 MAKSUD DAN TUJUAN
(1) Maksud Nota Kesepahaman ini adalah untuk mewujudkan kerangka
kerjasama dalam rangka pengamanan program dan sasaran strategis di bidang ketenagalistrikan untuk kepentingan nasional di lingkungan
PIHAK PERTAMA.
(2) Tujuan Nota Kesepahaman ini adalah untuk meningkatkan sinergi guna mengawasi pelaksanaan program di bidang ketenagalistrikan,
menetapkan upaya atau langkah-langkah pencegahan maupun penyelesaian dalam mengantisipasi dan mengatasi, terhadap adanya
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, baik yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi, guna mewujudkan tercapainya pelaksanaan program dan sasaran strategis di bidang ketenagalistrikan untuk
kepentingan nasional.
3
Pasal 2 RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup yang dapat dilakukan PARA PIHAK berdasarkan Nota Kesepahaman ini adalah:
a. penyediaan informasi awal dan identifikasi yang berpotensi menimbulkan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan di bidang ketenagalistrikan;
b. upaya pencegahan dan deteksi dini disertai penyelesaian, terhadap adanya ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan di bidang ketenagalistrikan, baik yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi;
c. pertemuan berkala sesuai dengan kebutuhan;
d. sosialisasi;
e. pendidikan dan pelatihan; dan/atau f. kegiatan lain yang disepakati PARA PIHAK.
Pasal 3
PERMINTAAN INFORMASI
(1) PIHAK KEDUA dapat meminta informasi apapun yang dibutuhkan
kepada PIHAK PERTAMA dalam rangka kepentingan nasional terkait pengamanan program dan sasaran strategis di bidang ketenagalistrikan, serta peningkatan dan pemanfaatan kapasitas sumber daya manusia di
bidang intelijen dan bidang ketenagalistrikan.
(2) PIHAK KEDUA dapat melakukan koordinasi dan memfasilitasi dengan
pihak terkait dalam rangka pengamanan program dan sasaran strategis di bidang ketenagalistrikan, begitu pula sebaliknya.
Pasal 4
PEMBERIAN INFORMASI
(1) PIHAK PERTAMA baik atas inisiatif sendiri maupun atas dasar permintaan PIHAK KEDUA dapat memberikan informasi kepada PIHAK
KEDUA dalam rangka pelaksanaan pengamanan program dan sasaran strategis di bidang ketenagalistrikan yang dilaksanakan di lingkungan PLN Group.
(2) PIHAK KEDUA baik atas inisiatif sendiri maupun atas dasar permintaan PIHAK PERTAMA dapat:
a. Memberikan informasi kepada PIHAK PERTAMA yang bertujuan
untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam rangka pengamanan pelaksanaan program dan sasaran strategis di bidang
ketenagalistrikan yang dilakukan di lingkungan PLN Group; dan
4
b. Menyampaikan saran dan penyelesaian dalam rangka pencegahan atau antisipasi atas potensi ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan di bidang ketenagalistrikan untuk kepentingan nasional.
Pasal 5
MEKANISME PERMINTAAN DAN PEMBERIAN INFORMASI
(1) Permintaan atau pemberian informasi oleh PARA PIHAK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, disertai penjelasan mengenai
maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 penggunaan informasi tersebut.
(2) Permintaan atau pemberian informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertulis dan ditandatangani oleh PIHAK PERTAMA atau PIHAK KEDUA atau pejabat lain di lingkungan PLN Group
maupun tidak tertulis (lisan) jika informasi dibutuhkan dalam waktu terbatas dan saat kondisi urgent.
(3) Dalam hal diperlukan adanya konfirmasi atau penjelasan lebih lanjut atas informasi yang diminta atau yang telah diberikan, konfirmasi atau penjelasan dilakukan melalui pejabat penghubung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13.
Pasal 6
PENCEGAHAN DAN DETEKSI DINI
PARA PIHAK dapat melakukan kerjasama dalam rangka pencegahan dan deteksi dini disertai penyelesaian, terhadap adanya ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan di bidang ketenagalistrikan untuk kepentingan nasional, baik yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi.
Pasal 7
PERTEMUAN BERKALA
PARA PIHAK dapat melakukan pertemuan setiap bulan dalam rangka
monitoring terhadap langkah-langkah PIHAK PERTAMA mengamankan keandalan instalasi kelistrikan nasional untuk kepentingan pembangunan
yang berkelanjutan.
Pasal 8
SOSIALISASI
PARA PIHAK dapat melakukan kegiatan sosialisasi bersama dengan stakeholder terkait dalam rangka pengamanan program dan sasaran strategis di bidang ketenagalistrikan atau upaya pencegahan dalam
mengantisipasi potensi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan.
5
Pasal 9 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan sumber daya
manusia maka PARA PIHAK dapat melakukan pendidikan dan pelatihan, dimana PIHAK PERTAMA dapat memberikan pelatihan dalam bidang ketenagalistrikan, sedangkan PIHAK KEDUA dapat memberikan pelatihan
intelijen.
Pasal 10 KERAHASIAAN
(1) Seluruh data dan informasi yang diperoleh dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dinyatakan sebagai informasi yang bersifat
rahasia dan hanya dapat digunakan untuk maksud dan tujuan dari Nota Kesepahaman ini, serta tetap mengikat PARA PIHAK meski jangka waktu Nota Kesepakatan Bersama ini telah berakhir.
(2) PARA PIHAK tidak diperkenankan memberikan, meneruskan, dan/atau mengungkapkan informasi yang diterima kepada pihak lain tanpa persetujuan PARA PIHAK.
(3) Ketentuan mengenai kerahasiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap mengikat PARA PIHAK meskipun masa berlaku Nota
Kesepahaman telah berakhir.
Pasal 11 JANGKA WAKTU
(1) Nota Kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak tanggal ditandatangani dan diperpanjang berdasarkan
kesepahaman PARA PIHAK.
(2) Nota Kesepahaman ini dapat diakhiri sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis oleh PIHAK PERTAMA atau PIHAK KEDUA paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum diakhirinya Nota
Kesepahaman ini.
(3) Pengakhiran Nota Kesepahaman ini sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku secara efektif setelah adanya kesepakatan antara PARA
PIHAK.
Pasal 12 PEMBIAYAAN
Segala biaya yang timbul dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan pada anggaran yang tersedia di lingkungan PLN Group sesuai kepentingan dari masing-masing perusahaan dalam PLN Group tersebut,
yang dalam pelaksanaannya dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
6
Pasal 13 PEJABAT PENGHUBUNG
(1) Pejabat penghubung PIHAK KEDUA adalah pihak-pihak yang ditunjuk
dari Direktorat Energi, Sumber Daya Mineral dan Kependudukan selaku yang menangani permasalahan kelistrikan nasional dan pejabat penghubung PIHAK PERTAMA adalah Direktur yang membidangi
Human Capital dan Management.
(2) Pejabat penghubung yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disampaikan melalui Surat Pemberitahuan kepada masing-masing PIHAK.
(3) Dalam hal Anak Perusahaan dan Perusahaan Terafiliasi PIHAK
PERTAMA membutuhkan informasi atau saran dari PIHAK KEDUA sesuai ruang lingkup kerjasama dalam Nota Kesepahaman ini dalam rangka mendukung pelaksanaan program dan sasaran strategis di
bidang ketenagalistrikan, maka permintaan informasi dan saran tersebut harus disampaikan melalui PIHAK PERTAMA.
Pasal 14
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Semua perselisihan atau perbedaan pendapat yang terjadi sehubungan dengan
Nota Kesepahaman ini akan diselesaikan oleh PARA PIHAK secara musyawarah
untuk mufakat.
Pasal 15
ADENDUM
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini,
pengaturannya dapat dilakukan dengan melakukan adendum Nota Kesepahaman yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini.
(2) Adendum Nota Kesepahaman dilakukan atas dasar kesepakatan antara PARA PIHAK.
Pasal 16 PENUTUP
(1) Tanggal efektif berlakunya Nota Kesepahaman ini adalah tanggal
sebagaimana tercantum dalam bagian awal Nota Kesepahaman ini.
(2) Dengan ditandatangani Nota Kesepahaman ini, maka Nota Kesepahaman antara PT PLN (Persero) dan Badan Intelijen Negara
Nomor Pihak Pertama 0008-1.MoU/STH.00.01/DIRUT/2015 dan Nomor Pihak Kedua PK-03/VI/2015 tanggal 30 Juni 2015 disepakati untuk diakhiri dan dinyatakan tidak berlaku.
(3) PARA PIHAK dengan ini menyatakan dan menjamin bahwa wakil dari masing-masing PIHAK adalah sah dan berwenang mewakili masing-
7
masing PIHAK untuk membuat dan melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Nota Kesepahaman ini yang dibuat dan disetujui rangkap 2 (dua)
asli dan bermeterai cukup, serta mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani oleh PARA PIHAK.
Demikian Nota Kesepahaman ini dibuat dan disetujui rangkap 2 (dua) asli dan bermeterai cukup, serta mempunyai kekuatan hukum yang sama
setelah ditandatangani oleh PARA PIHAK.
PIHAK PERTAMA PT PLN (PERSERO)
ZULKIFLI ZAINI
PIHAK KEDUA BADAN INTELIJEN NEGARA
BAMBANG SUNARWIBOWO
BADAN INTELIJEN NEGARA SEKRETARIAT UTAMA
SURAT PERINTAH Nomor : Sprint- 016b / SETTAMA / IV /2020
Menimbang : Bahwa perlu dikeluarkan Surat Perintah Tim Revitalisasi Puslahjiantapers. Dasar : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara;
2. Peraturan Kepala Badan Intelijen Negara No. 05 Tahun 2017 tentang Kebijakan Pengawasan Intelijen di Lingkungan Badan Intelijen Negara;
3. Peraturan Kepala Badan Intelijen Negara No. 06 Tahun 2017 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Badan Intelijen Negara;
4. Peraturan Kepala BIN Nomor 10 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja BIN;
; 3. Pertimbangan Staf Badan Intelijen Negara.
MEMERINTAHKAN
Kepada : Mereka yang namanya tercantum lajur 2 lampiran surat perintah ini.
Untuk : Seterimannya Surat Perintah Ini :
1. Disamping tugas dan jabatan sehari-hari ditunjuk sebagai Tim Efektif Proyek Perubahan Pembangunan SISTEM INFORMASI INTELIJEN KELISTRIKAN NASIONAL / SI-IKA;
2. Lapor kepada atasan masing-masing atas pelaksanaan surat keputusan ini dibuat;
3. Dilaksanakan sebaik-baiknya serta penuh rasa tanggung jawab; 4. Surat perintah ini berlaku mulai tanggal dikeluarkan sampai dengan selesai.
Selesai. Dikeluarkan di Jakarta
pada tanggal 3 April 2020
a.n. KEPALA BADAN INTELIJEN NEGARA
SEKRETARIS UTAMA,
Dr.s BAMBANG SUNARWIBOWO, M.Hum.
KOMJEN POLISI
Tembusan : Yth. : 1. Kepala BIN. 2. Wakil Kepala BIN. 3. Inspektur Utama BIN. 4. Para Karo, Kapus dan Inspektur.
BADAN INTELIJEN NEGARA SEKRETARIAT UTAMA
SUSUNAN SEBAGAI TIM EFEKTIF PROYEK PERUBAHAN PEMBANGUNAN
SISTEM INFORMASI INTELIJEN KELISTRIKAN NASIONAL (SI-IKA)
NO NAMA JABATAN KET
1 2 4 5
1. Bambang Sunarwibowo Sestama
2. Midi Siswoko Direktur 43
3. M. Nazly Harahap Agen Madya Direktorat 43
4. Sukisno Kasubdit 43.1
5. Alpon Hasibuan Kasubdit 43.2
6. Zulkifli Kasubdit 43.3
7. Reki Alfian Kasubdit 43.4
8. Husnia Sholihatin Amri Anggota Direktorat 43
9. Ahmad Pramudi Anggota Direktorat 43
10. Theo Harley Martahan Anggota Direktorat 43
a.n. KEPALA BADAN INTELIJEN NEGARA
SEKRETARIS UTAMA,
Dr.s BAMBANG SUNARWIBOWO, M.Hum.
KOMJEN POLISI
Lampiran Surat Perintah Sekretaris Utama
Nomor : Spint- 016b /SETTAMA/ IV / 2020
Tanggal : 3 April 2020
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
DUKUNGAN KA BIN ATAS PROYEK PERUBAHAN
DUKUNGAN SESTAMA BIN ATAS
GAGASAN PROYEK PERUBAHAN
DUKUNGAN DAN BIMBINGAN MENTOR ATAS
GAGASAN PROYEK PERUBAHAN
BRIEFING DAN DISKUSI DENGAN TIM EFEKTIF
DISKUSI DENGAN BIRO HUKUM, KASUBDIT
LISTRIK, NARASUMBER DAN TIM PLN