17
123 Proyeksi Kebutuhan Pupuk Sektor Pertanian Melalui Pendekatan Sistem Dinamis Irawan, Diah Setyorini, dan Sri Rochayati Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114, email: [email protected] Abstrak. Pupuk memiliki peranan yang penting dan strategis dalam peningkatan produksi dan produktivitas pertanian. Oleh karena itu pemerintah mendorong penggunaan pupuk yang efisien melalui berbagai kebijakan meliputi sistem penyediaan, distribusi, harga jual dan aspek teknis lainnya. Selain aspek kualitas, penyediaan pupuk yang tepat dalam jumlah, jenis, dan waktu pemberian, serta cara pemberian sangat diperlukan untuk menjamin peningkatan produksi dan produktivitas pertanian. Produksi dan penyediaan pupuk yang tepat hanya bisa dilakukan jika didasarkan pada informasi kebutuhan pupuk yang tepat pula. Oleh karena itu diperlukan suatu hasil proyeksi mengenai kebutuhan pupuk di masa yang akan datang untuk menjamin pencapaian swasembada dan swasembada pangan berkelanjutan. Proyeksi kebutuhan pupuk nasional dapat dilakukan dengan pendekatan permintaan potensial atau permintaan aktual. Permintaan potensial adalah jumlah pupuk yang akan digunakan dalam kondisi optimal, yakni total luas areal pertanian dikalikan dengan dosis rekomendasi pemupukan untuk setiap jenis tanaman yang diusahakan pada suatu waktu. Permintaan aktual adalah jumlah pupuk yang benar- benar digunakan dalam suatu waktu, yakni total luas areal pertanian dikalikan dengan takaran pupuk aktual pada masing-masing jenis tanaman. Mengingat penggunaan pupuk oleh petani di lapangan sangat bervariasi dan pada umumnya lebih rendah daripada dosis pemupukan rekomendasi, maka jumlah permintaan pupuk aktual umumnya lebih rendah daripada permintaan pupuk potensial. Makalah ini menyajikan hasil proyeksi kebutuhan pupuk Sektor Pertanian dengan kombinasi kedua pendekatan tersebut menggunakan simulasi sistem dinamik. Diharapkan hasil analisis dalam makalah ini akan dapat dikembangkan secara lebih detil pada wilayah atau sub-sektor pertanian yang lebih spesifik . Kata kunci: Pangan, pupuk, simulasi, sistem dinamis Abstract. Fertilizer has important and strategic roles in increasing agricultural production and productivity. That is why the Government of Indonesia always supports efficiency of fertilizers use through several of policies related to fertilizers procurement systems, distribution and price systems, and other technical aspects. Besides quality aspect, the accurate of fertilizer procurement in terms of quantity, type, timing and method of application are needed to guarantee in increasing agricultural production and 9

PROYEKSI KEBUTUHAN PUPUK SEKTOR PERTANIAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/09 - Irawan et al - Proyeksi... · Makalah ini menyajikan hasil proyeksi kebutuhan

  • Upload
    ngodung

  • View
    228

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

123

Proyeksi Kebutuhan Pupuk Sektor Pertanian Melalui Pendekatan Sistem Dinamis

Irawan, Diah Setyorini, dan Sri Rochayati

Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No. 12, Bogor

16114, email: [email protected]

Abstrak. Pupuk memiliki peranan yang penting dan strategis dalam peningkatan produksi

dan produktivitas pertanian. Oleh karena itu pemerintah mendorong penggunaan pupuk

yang efisien melalui berbagai kebijakan meliputi sistem penyediaan, distribusi, harga jual

dan aspek teknis lainnya. Selain aspek kualitas, penyediaan pupuk yang tepat dalam

jumlah, jenis, dan waktu pemberian, serta cara pemberian sangat diperlukan untuk

menjamin peningkatan produksi dan produktivitas pertanian. Produksi dan penyediaan

pupuk yang tepat hanya bisa dilakukan jika didasarkan pada informasi kebutuhan pupuk

yang tepat pula. Oleh karena itu diperlukan suatu hasil proyeksi mengenai kebutuhan

pupuk di masa yang akan datang untuk menjamin pencapaian swasembada dan

swasembada pangan berkelanjutan. Proyeksi kebutuhan pupuk nasional dapat dilakukan

dengan pendekatan permintaan potensial atau permintaan aktual. Permintaan potensial

adalah jumlah pupuk yang akan digunakan dalam kondisi optimal, yakni total luas areal

pertanian dikalikan dengan dosis rekomendasi pemupukan untuk setiap jenis tanaman

yang diusahakan pada suatu waktu. Permintaan aktual adalah jumlah pupuk yang benar-

benar digunakan dalam suatu waktu, yakni total luas areal pertanian dikalikan dengan

takaran pupuk aktual pada masing-masing jenis tanaman. Mengingat penggunaan pupuk

oleh petani di lapangan sangat bervariasi dan pada umumnya lebih rendah daripada dosis

pemupukan rekomendasi, maka jumlah permintaan pupuk aktual umumnya lebih rendah

daripada permintaan pupuk potensial. Makalah ini menyajikan hasil proyeksi kebutuhan

pupuk Sektor Pertanian dengan kombinasi kedua pendekatan tersebut menggunakan

simulasi sistem dinamik. Diharapkan hasil analisis dalam makalah ini akan dapat

dikembangkan secara lebih detil pada wilayah atau sub-sektor pertanian yang lebih

spesifik .

Kata kunci: Pangan, pupuk, simulasi, sistem dinamis

Abstract. Fertilizer has important and strategic roles in increasing agricultural

production and productivity. That is why the Government of Indonesia always supports

efficiency of fertilizers use through several of policies related to fertilizers procurement

systems, distribution and price systems, and other technical aspects. Besides quality

aspect, the accurate of fertilizer procurement in terms of quantity, type, timing and

method of application are needed to guarantee in increasing agricultural production and

9

Irawan et al.

124

productivity. The accuracy of fertilizer production and its availability depend on an

accurate of fertilizer requirement’s information. Projection of fertilizers requirement in

the future is needed to guarantee the achievement of food self sufficiency program.

Fertilizers requirement projection could be done by using potential or actual demand

approach. Potential demand of fertilizers is the quantity of fertilizers used in the optimal

condition, i.e. the acreage of land multiplied by recommended use of fertilizers for each

commodity in specified time. Actual demand of fertilizres is the quantity of fertilizers used

in the field, i.e. the acreage of land multiplied by farmers’ adoption rate of fertilizers used

for each commodity. Since the fertilizers application rate in the field are varied among

farmers and generally are less than recommedation rate of fertilizers application, so that

actual demand of fertilizers approach usually less than potential demand approach. This

paper presents projection results of fertilizers requirement in the future for agricultural

sector by combining the mentioned approaches throug dynamic system model. It is hoped

that the used approach in this paper could be more developed for fertilizers requirement

projection in specific area and commodity.

Keywords: Dynamic system, fertilizer, food, simulation

PENDAHULUAN

Pupuk memiliki peranan yang penting dan strategis dalam peningkatan produksi dan

produktivitas pertanian. Secara nasional kontribusi pupuk terhadap besaran biaya

usahatani padi mencapai 14-25% dan di sisi lain kontribusi pupuk terhadap peningkatan

produksi padi mencapai 20% (Irianto, 2012).

Pupuk adalah bahan untuk memperbaiki kesuburan tanah yang menyediakan

unsur-unsur hara bagi tanaman. Pemupukan merupakan cara yang sangat efektif untuk

meningkatkan produksi dan kualitas hasil tanaman. Pupuk diperlukan bagi tanaman

pertanian agar tanaman tersebut dapat memberikan hasil yang tinggi sehingga secara

ekonomi usahatani tanaman yang dimaksud menguntungkan. Tujuan pemberian pupuk

adalah untuk (1) melengkapi penyediaan hara secara alami yang ada di dalam tanah untuk

memenuhi kebutuhan tanaman, (2) menggantikan unsur-unsur hara yang hilang karena

terangkut dengan hasil panen, pencucian dan sebagainya, dan (3) memperbaiki kondisi

tanah yang kurang baik atau mempertahankan kondisi tanah yang sudah baik untuk

pertumbuhan tanaman.

Produksi pupuk dalam negeri bervariatif tetapi dengan kecenderungan meningkat

dari tahun ke tahun. Sebagai contoh produksi pupuk urea pada periode tahun 1999-2006

sekitar 5,97-7,34 juta ton dengan rata-rata peningkatan 3,52% th-1

. Produksi pupuk urea

tersebut pada tahun 2001 dan 2003 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, masing-

masing secara berurutan sebesar -16,1% dan -4,6% (Gunarto, 2007). Penggunaan pupuk

juga berfluktuasi sebagaimana disajikan pada (Gambar 1).

Proyeksi Kebutuhan Pupuk Sektor Pertanian

125

Gambar 1. Penggunaan pupuk Sektor Pertanian, Indonesia (Sudaryanto, 2008)

Fluktuasi penggunaan pupuk dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya

terkait dengan masalah ketersediaan dan penyaluran pupuk. Sebagai contoh dalam

sepuluh tahun terakhir proporsi penyaluran pupuk urea cukup rendah terjadi pada tahun

2009 (84,1%) dan 2010 (86,8%), penyaluran pupuk SP-36 yang cukup rendah terjadi pada

tahun 2003, 2008, dan 2009 (kurang dari 75%), penyaluran pupuk NPK yang rendah

terjadi pada tahun 2003 (36,1%), 2004 (47,4%) dan tahun 2010 (70,16).

Produksi dan penyediaan pupuk yang tepat hanya bisa dilakukan jika didasarkan

pada informasi kebutuhan pupuk yang tepat pula. Oleh karena itu diperlukan suatu hasil

proyeksi mengenai kebutuhan pupuk di masa yang akan datang untuk menjamin

pencapaian swasembada pangan dan swasembada berkelanjutan.

Makalah ini menyajikan hasil proyeksi kebutuhan pupuk Sektor Pertanian dengan

pendekatan simulasi sistem dinamik. Diharapkan pendekatan analisis dalam makalah ini

akan dapat dikembangkan secara lebih detil pada wilayah atau sub sektor pertanian yang

lebih spesifik.

PENDEKATAN

Sistem Dinamik

Sistem dinamik merupakan pemodelan dan simulasi komputer untuk mempelajari dan

mengelola sistem umpan balik, seperti sistem lingkungan, sistem sosial, ekonomi, dan lain

sebagainya (Djojomartono, 1993). Kemudian sistem merupakan kumpulan elemen atau

sub sistem yang saling berinteraksi, berfungsi bersama untuk mencapai suatu tujuan

tertentu (Eriyatno, 1999). Umpan balik merupakan sesuatu hal yang sangat penting di

dalam analisis sistem. Masalah dinamik berkaitan dengan jumlah (kuantitas) yang selalu

bervariasi antar waktu dimana variasi tersebut dapat dijelaskan dalam hubungan sebab

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

1999 2000 2001 2002 2003

Juta

to

n

Urea

SP36

KCl

Irawan et al.

126

akibat (Sofyan, 2010). Hubungan sebab akibat dapat terjadi dalam sistem tertutup yang

mengandung lingkaran umpan balik (feedback loops). Terkait dengan proyeksi kebutuhan

pupuk di masa depan secara sederhana dibuat diagram sebab akibat sebagaimana disajikan

pada (Gambar 2).

Proyeksi kebutuhan pupuk Sektor Pertanian dapat dipandang sebagai suatu sistem

yang terdiri atas beberapa sub sistem, misalnya sub sistem luas lahan, luas tanam, dan

kebutuhan pupuk. Sub sistem luas lahan terdiri atas elemen atau unsur-unsur yang lebih

spesifik, misalnya perluasan dan penciutan (konversi) lahan. Perubahan yang dinamis

kedua unsur tersebut akan mempengaruhi besaran luas lahan setiap waktu. Sebagai contoh

besaran luas baku lahan sawah akan fluktuatif setiap tahun tergantung pada besaran

perluasan areal atau upaya ekstensifikasi dengan konversi lahan. Luas baku lahan sawah

di Pulau Jawa secara dinamis akan menciut akibat konversi lahan sawah yang terjadi

tanpa adanya perluasan atau pembukaan lahan sawah baru, sedangkan luas baku lahan

sawah di luar Pulau Jawa mungkin bertambah atau menciut tergantung pada besaran

perluasan areal dan konversi lahan sawah tersebut. Jika konversi lahan sawah lebih tinggi

daripada perluasan areal/pencetakan sawah baru maka luas baku lahan sawah di luar Pulau

Jawa akan menciut tetapi senantiasa ada kemungkinan luas baku lahan sawah tersebut

meningkat pada suatu waktu. Berdasarkan penjelasan tersebut maka umpan balik pada sub

sistem luas lahan tersebut adalah negatif, yakni: (1) konversi lahan sawah meningkat

maka luas baku lahan sawah menurun dan luas baku lahan sawah meningkat maka

konversi lahan sawah juga akan meningkat, (2) perluasan areal meningkat maka luas baku

lahan sawah meningkat (bertambah) dan luas baku lahan sawah meningkat perluasan areal

akan berkurang.

Selanjutnya sub sistem luas tanam padi sawah dipengaruhi oleh luas baku sawah

dan indeks pertanaman (IP) dengan sifat umpan balik yang positif, yakni jika luas lahan

meningkat maka luas tanam juga akan meningkat. Demikian halnya jika IP meningkat

maka luas tanam juga meningkat. Sub sistem luas tanam tersebut secara langsung akan

mempengaruhi jumlah kebutuhan pupuk setelah memperhatikan tingkat adopsi

penggunaan pupuk oleh petani terhadap rekomendasi pemupukan untuk padi sawah. Sifat

umpan balik sub sistem kebutuhan pupuk juga bersifat positif, yakni jika luas tanam

meningkat maka kebutuhan pupuk akan meningkat, demikian juga peningkatan adopsi

penggunaan pupuk oleh petani dan tingkat rekomendasi pemupukan pada tanaman padi

akan meningkatkan kebutuhan pupuk. Tingkat adopsi penggunaan pupuk oleh petani

dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain keuntungan usahatani komoditas yang

diusahakan, pengalaman dan pengetahuan petani, daya beli petani, dan ketersediaan

pupuk saat diperlukan. Berdasarkan pengamatan di lapangan pada umumnya takaran

penggunaan pupuk oleh petani masih lebih rendah daripada dosis rekomendasinya tetapi

kecenderungannya terus meningkat, artinya kebutuhan pupuk di masa depan akan

meningkat karena adopsi penggunaan pupuk oleh petani meningkat. Di dalam makalah ini

Proyeksi Kebutuhan Pupuk Sektor Pertanian

127

sub sistem keuntungan usahatani atau unsur-unsur yang mempengaruhi adopsi

penggunaan pupuk oleh petani tidak dianalisis dan besaran tingkat adopsi penggunaan

pupuk oleh petani diperlakukan sebagai peubah yang besarannya diasumsikan atau dalam

makalah ini ditulis sebagai peubah kebijakan.

Gambar 2. Diagram sebab akibat kebutuhan pupuk Sektor Pertanian

Diagram Alir Sistem Dinamik

Diagram alir sistem dinamik merupakan terjemahan dari diagram sebab akibat

yang dapat disimulasikan atau dieksekusi oleh progam komputer atau perangkat lunak

yang mana pada makalah ini digunakan Program Powersim. Simulasi dapat dilakukan jika

dan hanya jika kuantifikasi terhadap peubah atau variabel yang digunakan telah ditetapkan,

baik berdasarkan data maupun asumsi.

Ada beberapa simbol yang umum digunakan dalam diagram alir sistem dinamik,

yakni: (1) level , , (2) rate , (3) auxilary (4) source atau sink

, (5) flow arc dan (6) konstanta (Sofyan, 2010).

Peubah Level merupakan peubah penyimpan akumulasi nilai hasil perhitungan

yang selalu berubah setiap saat sesuai dengan perubahan pada peubah Rate. Peubah Level

tersebut sering disebut juga Peubah Stock. Peubah Rate merupakan peubah aktivitas yang

mempengaruhi besaran Level dimana sifat nilai Peubah Rate tersebut tidak tergantung

pada nilai Rate sebelumnya, tetapi dipengaruhi oleh nilai Level suatu sistem yang

dipengaruhi oleh faktor eksternal (exogenous influences). Peubah Rate sering disebut juga

sebagai Peubah Flow. Selanjutnya Peubah Auxilary biasanya digunakan untuk formulasi

perhitungan antara yang mempengaruhi nilai Level dan Rate, penyederhanaan persamaan

Luas

Laha

n

Perluasan

Konversi

Lahan

Luas Tanam

tanam

I

IP

Kebutuhan

Pupuk

Dosis Rekomendasi

Adopsi

+

+

Irawan et al.

128

yang kompleks, komunikasi antara peubah yang digunakan dalam sistem, dan nilai

peubah ini berubah mengikuti respon perubahan yang ada pada Level atau peubah

eksternal. Kemudian Peubah Source atau Sink menunjukkan bahwa Peubah Level dan

Rate berada di luar batas model atau akhir dari pengaruh Peubah Rate pada sistem

dinamik. Selanjutnya flow arc adalah simbol yang menunjukkan arah pengaruh suatu

peubah terhadap peubah lainnya, dan terakhir konstanta merupakan lambang peubah

dengan nilai yang tetap atau fixed dan tidak diperngaruhi oleh peubah lainnya ataupun

waktu.

Parameter yang dihitung dalam simulasi ini mencakup kebutuhan unsur hara makro

N, P2O5, K2O (selanjutnya ditulis unsur N, P, dan K), dan pupuk organik untuk komoditas

padi, palawija (kedelai, jagung, dan kacang tanah), sayuran (bawang merah, cabai, dan

kentang), dan tanaman perkebunan (kelapa sawit, karet, kakao, kopi, tebu, teh, dan

kelapa). Data luas baku lahan dan luas tanam komoditas diperoleh dari BPS on-line

(website www.bps.go.id), data rekomendasi pemupukan dan tingkat adopsi penggunaan

pupuk diperoleh dari berbagai sumber. Kemudian periode waktu simulasi adalah tahun

2015-2020. Secara ringkas ruang lingkup analisis simulasi disajikan pada (Tabel 1).

Tabel 1. Lingkup komoditas, unsur hara, dan pendekatan analisis

Komoditas Unsur hara atau pupuk yang

dihitung

Pendekatan wilayah

analisis

Padi N, P, K, dan pupuk organik Jawa dan luar Jawa

Palawija N, P, K Nasional

Sayuran N, P, K Nasional

Perkebunan N, P, K Nasional

Analisis kebutuhan pupuk untuk komoditas padi dihitung berdasarkan zona Jawa

dan luar Jawa karena pertimbangan tiga hal berikut: (1) perkembangan luas sawah pada

kedua zona tersebut sangat berbeda jika dikaitkan dengan upaya perluasan areal dan

dampak konversi lahan sawah, dimana lahan sawah di luar Jawa masih memungkinkan

untuk diperluas sekalipun konversi lahan sawah terus berlanjut, sedangkan lahan sawah di

Jawa akan terus menyusut akibat dampak konversi lahan, (2) tersedia data luas baku

sawah dan informasi lainnya untuk kedua zona tersebut, dan (3) karakteristik usahatani

padi sawah di kedua zona tersebut dikaitkan dengan kebutuhan pupuk relatif berbeda,

misalnya indeks pertanaman (IP) padi dan tingkat penerapan pupuk oleh petani. Secara

sederhana diagram alir sistem dinamik analisis kebutuhan unsur hara N (pupuk urea)

untuk komoditas padi sawah zona Jawa dan luar Jawa disajikan pada (Gambar 3).

Kebutuhan unsur hara N dihitung berdasarkan luas tanam padi, rekomendasi

pemupukan, dan adopsi pemupukan oleh petani. Variasi nilai luas tanam padi dipengaruhi

Proyeksi Kebutuhan Pupuk Sektor Pertanian

129

oleh luas baku sawah dan indeks pertanaman padi, sedangkan luas baku sawah akan

bervariasi setiap tahun tergantung pada besaran konversi lahan sawah dan upaya

pencetakan sawah baru (di luar Jawa). Selanjutnya setelah kebutuhan unsur hara N

diketahui maka dihitung kebutuhan pupuk urea, sebagai salah satu bentuk pupuk tunggal

sumber unsur hara N. Selain bentuk urea, sumber pupuk N bisa berupa pupuk ZA atau

pupuk NPK majemuk. Selanjutnya diagram alir sistem dinamik proyeksi kebutuhan unsur

hara P dan K untuk pupuk padi sawah dapat dibuat dengan analogi yang serupa dan

demikian juga untuk pupuk organik. Bentuk persamaan dan data yang digunakan dalam

diagram alir tersebut disajikan pada Lampiran 1.

Pendekatan analisis proyeksi kebutuhan pupuk untuk komoditas lainnya didasarkan

pada perkembangan luas tanam dalam 5-10 tahun terakhir (www.bps.go.id), dosis

rekomendasi pemupukan dan adopsi penggunaan pupuk oleh petani. Sebagai contoh pada

Gambar 4 disajikan diagram alir sistem dinamik proyeksi kebutuhan unsur hara K (pupuk

KCl) untuk tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit, karet, dan kakao.

Gambar 3. Diagram alir sistem dinamik proyeksi kebutuhan unsur hara N untuk pupuk

padi sawah

Irawan et al.

130

Gambar 4. Diagram alir sistem dinamik proyeksi kebutuhan unsur hara K untuk pupuk

tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit, karet, dan kakao

Berdasarkan data historis luas perkebunan kelapa sawit dalam 5-10 tahun terakhir

meningkat terus dan oleh karena itu dalam analisis ini diasumsikan luas tanam kelapa

sawit tersebut akan terus meningkat hingga tahun 2020. Sebaliknya untuk tanaman karet

dan kakao luas tanamnya fluktuatif akibat adanya perluasan areal di suatu wilayah dan

konversi penggunaan lahan tanaman tersebut menjadi tanaman lain di wilayah lain di

Indonesia. Berdasarkan analogi serupa maka diagram alir sistem dinamik proyeksi

kebutuhan unsur hara N dan P untuk pupuk tanaman perkebunan tersebut dapat dibuat.

Demikian halnya untuk jenis tanaman perkebunan lainnya, termasuk kebutuhan unsur N,

P, dan K untuk tanaman palawija dan sayuran.

HASIL PROYEKSI

Uji Validasi Model

Salah satu tahapan penting dalam simulasi adalah uji validasi model. Tujuan validasi

model adalah untuk mengetahui apakah output atau keluaran model sudah sesuai dengan

yang diharapkan. Data pembanding yang menjadi rujukan adalah hasil proyeksi

kebutuhan pupuk tahun 2010-2015 (Sudaryanto, 2008). Hasil uji validasi model untuk

kebutuhan pupuk N disajikan pada Gambar 5 dan dengan nilai RMSE=0,093 model

analisis cukup valid untuk digunakan. Uji validasi model untuk kebutuhan pupuk P2O5

Proyeksi Kebutuhan Pupuk Sektor Pertanian

131

dan K2O menghasilkan nilai RMSE yang lebih besar dari 0,200 dengan kecenderungan

keluaran model selalu lebih tinggi daripada rujukan. Kondisi tersebut terjadi karena di

dalam model digunakan asumsi peningkatan adopsi penggunaan pupuk sumber unsur hara

P2O5 dan K2O masing-masing 5% per tiga tahun. Asumsi tersebut digunakan sejalan

dengan tujuan untuk mencapai swasembada pangan dan swasembada berkelanjutan,

khususnya padi, jagung, kedelai, dan tebu (gula) melalui peningkatan produktivitas

dengan pemupukan berimbang. Sebagaimana diketahui pada saat ini adopsi penggunaan

pupuk anorganik pada komoditas tersebut relatif masih rendah dibandingkan dengan dosis

rekomendasinya, yakni padi 68%, jagung 37%, kedelai 42%, dan tebu 67% (Anonim,

2008). Di sisi lain sebagian besar para petani masih belum menerapkan konsep

pemupukan berimbang sebagaimana mestinya.

Gambar 5. Perbedaan proyeksi kebutuhan pupuk N antara Rujukan (Sudaryanto, 2008)

dengan Hasil Simulasi Model

Kebutuhan Pupuk untuk Padi Sawah

Hasil simulasi kebutuhan pupuk untuk tanaman padi berupa unsur makro N, P2O5,

dan K2O disajikan pada Tabel 2 dan berupa pupuk tunggal urea, SP-36, dan KCl disajikan

pada Gambar 5. Sekalipun luas baku lahan sawah di Jawa diprediksi akan terus menurun

sebagai akibat konversi lahan sawah menjadi lahan kering atau lahan non pertanian,

kebutuhan pupuk akan terus meningkat. Hal tersebut sebagai akibat adanya berbagai

upaya untuk meningkatkan produksi padi melalui peningkatan indeks pertanaman (IP) dan

produktivitas padi melalui peningkatan adopsi pemupukan. Peningkatan IP akan

meningkatkan luas tanam dan adopsi pemupukan akan meningkatkan takaran pupuk.

Sebagaimana dilaporkan oleh Direktur Pupuk dan Pestisida, tingkat adopsi penggunaan

pupuk anorganik oleh petani padi sawah baru mencapai 67,7% (Anonim, 2010). Pada

kondisi pupuk tersedia diprediksi adopsi penggunaan pupuk oleh petani padi akan

Irawan et al.

132

meningkat dan mencapai sekitar 80-90% dari dosis rekomendasinya. Secara indikatif ada

kecenderungan adopsi penggunaan pupuk oleh petani di Jawa relatif lebih tinggi daripada

di luar Jawa.

Proyeksi kebutuhan pupuk tunggal sebagaimana disajikan pada Gambar 6 tidak

bersifat mutlak karena bentuk kemasan pupuk yang mengandung unsur hara N, selain urea

bisa berupa ZA atau pupuk majemuk NPK, demikian juga untuk pupuk yang mengandung

unsur P dan K. Oleh karena itu jika pemerintah berencana untuk memproduksi pupuk

majemuk NPK sekitar 500 ribu sampai satu juta ton maka kebutuhan pupuk tunggal (urea,

SP36, dan KCl) tersebut akan berkurang.

Tabel 2. Proyeksi kebutuhan unsur N, P, K untuk pupuk padi sawah di Indonesia (ribu

ton)

Sumber: hasil simulasi

Gambar 6. Proyeksi kebutuhan pupuk tunggal sumber N, P, dan K untuk komoditas padi

sawah

Unsur

hara/zona

Tahun

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Jawa

N 412,0 412,0 411,0 435,0 436,0 433,0 457,0 456,0

P2O5 96,8 96,7 84,7 90,4 90,5 90,0 95,6 95,5

K2O 89,3 89,2 89,1 95,5 95,4 95,8 102,0 102,0

Luar Jawa

N 401,0 400,0 400,0 425,0 424,0 422,0 446,0 446,0

P2O5 85,4 85,3 85,3 90,9 90,8 90,3 95,9 95,5

K2O 86,4 86,4 86,3 92,9 92,8 92,2 99,4 99,3

Proyeksi Kebutuhan Pupuk Sektor Pertanian

133

Penggunaan pupuk organik oleh petani padi sawah saat ini masih sangat rendah.

Proporsi petani padi yang menggunakan pupuk organik dan anorganik secara bersamaan

baru mencapai 23,5%, sedangkan yang menggunakan pupuk organik saja ada 0,63%

(Anonim, 2010). Ada kecenderungan saat ini penggunaan pupuk organik oleh petani padi

mulai meningkat sehingga ketersediaan pupuk tersebut perlu mendapat perhatian.

Sebagaimana disajikan pada Gambar 7 kebutuhan pupuk organik untuk padi sawah secara

nasional cukup tinggi, yakni sekitar 9,8-13,4 juta t th-1

. Proyeksi tersebut diperoleh

berdasarkan dosis rekomendasi pupuk organik pada padi sawah 2 t ha-1

dan peningkatan

adopsi penggunaan pupuk organik oleh petani di masa depan. Mengingat jumlah pupuk

organik yang diperlukan cukup banyak maka sebaiknya pemerintah tidak langsung terlibat

dalam hal pengadaan pupuk organik, tetapi lebih ke arah penyuluhan atau edukasi dan

pemberian insentif kepada petani untuk membuat pupuk organik tersebut.

Gambar 7. Proyeksi kebutuhan pupuk organik untuk padi sawah

Mengingat pentingnya peran pupuk organik untuk meningkatkan kualitas tanah,

khususnya kadar C-organik tanah maka diperlukan upaya-upaya penyuluhan untuk

meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemauan petani untuk membuat dan

menggunakan pupuk organik pada lahan sawahnya. Di beberapa daerah sudah banyak

petani yang dapat membuat pupuk organik berbahan baku lokal (setempat) seperti jerami

padi, pupuk kandang, dan sisa tanaman lainnya melalui proses dekomposisi atau

pengomposan dengan menggunakan dekomposer komersial atau dekomposer buatan

petani sendiri (MOL: mikroba organisme lokal).

Salah satu kebijakan pemerintah yang perlu ditempuh adalah pemberian insentif

pembuatan pupuk organik yang diberikan langsung kepada para petani padi sawah.

Sebagai ilustrasi para petani padi sawah yang memproses jerami menjadi kompos

Irawan et al.

134

mendapatkan insentif langsung tunai. Besaran indikatif insentif tersebut sekitar Rp 300-

500,-.kg-1

kompos, sehingga petani yang mengelola sawah seluas satu hektar dengan

bobot jerami yang dihasilkan 5-6 t ha-1

dan jerami tersebut diproses menjadi kompos

sekitar 1,5-2,0 t ha-1

akan memperoleh insentif sekitar Rp 450.000-Rp 1.000.000.

Kebijakan insentif tersebut akan meningkatkan adopsi petani dalam menggunakan pupuk

organik yang sekaligus akan meningkatkan kualitas dan produktivitas tanahnya. Dampak

akumulatif kebijakan insentif tersebut akan meningkatkan pendapatan petani dan

perekonomian wilayah perdesaan. Di sisi lain pemerintah tidak perlu terlibat terlalu jauh

dalam penyediaan pupuk organik.

Kebutuhan Pupuk untuk Tanaman Palawija Dan Sayuran

Luas tanam palawija utama seperti kedelai, jagung, dan kacang tanah fluktuatif

dalam 5-10 tahun terakhir dengan kecenderungannya meningkat, kecuali untuk kacang

tanah. Adopsi penggunaan pupuk oleh petani juga masih relatif rendah, misalnya proporsi

petani jagung dan kedelai yang menggunakan pupuk anorganik masing-masing baru

36,8% dan 42,3% (Anonim, 2010). Berdasarkan hasil simulasi kebutuhan pupuk untuk

tanaman palawija ke depan akan terus meningkat sebagaimana disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Proyeksi kebutuhan pupuk tunggal untuk tanaman palawija

Fenomena tingginya harga kedelai baru-baru ini diprediksi akan berdampak pada

meningkatnya luas tanam kedelai dalam beberapa tahun ke depan. Demikian juga luas

tanam jagung akan meningkat seiring dengan program pemerintah untuk mempertahankan

swasembada jagung. Peningkatan luas tanam kedelai dan jagung pada periode tahun 2005-

2010 masing-masing mencapai 1,26% dan 2,79%.th-1

diprediksi akan tetap meningkat

pada tahun-tahun mendatang. Kemudian secara umum upaya peningkatan produksi

Proyeksi Kebutuhan Pupuk Sektor Pertanian

135

kedelai, jagung, kacang tanah, dan palawija lainnya akan dilakukan melalui peningkatan

produktivitas yang salah satunya dengan cara penggunaan pupuk berimbang sehingga

diperlukan penyediaan pupuk yang lebih banyak daripada tahun-tahun sebelumnya.

Perkembangan luas tanam tanaman sayuran, khususnya bawang merah, kentang,

dan cabai fluktuatif dengan kecenderungannya menurun, kecuali untuk cabai. Pada

periode tahun 2009-2011 luas tanam bawang merah menurun 3,36%.th-1

dan kentang

menurun 7,68%.th-1

, sedangkan luas tanam cabai meningkat 1,99%.th-1

. Hasil simulasi

menunjukkan kebutuhan pupuk untuk tanaman sayuran tersebut meningkat (Gambar 9)

sebagai akibat peningkatan penggunaan pupuk oleh petani dan peningkatan luas areal

tanam yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan terhadap hasil tanaman sayuran.

Gambar 9. Proyeksi kebutuhan pupuk tunggal untuk tanaman sayuran

Kebutuhan Pupuk untuk Tanaman Perkebunan

Hasil proyeksi menunjukkan kebutuhan pupuk untuk tanaman perkebunan di masa

depan meningkat dengan pertumbuhan yang melandai (Gambar 10). Kondisi tersebut

tidak terlepas dari fluktuasi luas areal tanam tanaman perkebunan dan sifatnya “saling

menggantikan”. Sebagai contoh luas areal perkebunan kelapa sawit meningkat cukup

pesat yang dalam 15 tahun terakhir (1995-2010) mencapai 27,14% th-1

. Pada saat yang

bersamaan ada tiga komoditas perkebunan yang luasannya menurun lebih dari satu persen,

yakni tembakau (-3,59%.th-1

), teh (-1,12%.th-1

), dan kakao (-1,57% th-1

).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kebutuhan pupuk untuk tanaman

perkebunan masih meningkat di masa depan, yakni perluasan lahan perkebunan kelapa

sawit melalui pembukaan lahan baru dan peningkatan takaran pupuk oleh petani atau

pekebun untuk meningkatkan produktivitasnya. Sebagaimana diketahui budidaya tanaman

Irawan et al.

136

kelapa sawit memerlukan unsur hara yang cukup tinggi dan para petani/pekebunnya sudah

“melek” masalah pupuk. Pada tanaman perkebunan lainnya peningkatan adopsi

penggunaan pupuk masih cukup terbuka, misalnya pada usahatani tebu proporsi petani

yang sudah menggunakan pupuk anorganik baru mencapai 67,35% (Anonim, 2010).

Gambar 10. Proyeksi kebutuhan pupuk tunggal untuk tanaman perkebunan

Kebutuhan Pupuk Sektor Pertanian

Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan unsur hara untuk pemupukan beberapa jenis

komoditas di atas maka kebutuhan pupuk untuk Sektor Pertanian dapat dihitung

sebagaimana disajikan pada Tabel 3 (dalam bentuk unsur hara) dan Gambar 11 (dalam

bentuk pupuk tunggal). Berdasarkan data Tabel 3 pengambil kebijakan di bidang pupuk

dapat memutuskan apakah kebutuhan unsur hara tersebut akan dipenuhi dalam bentuk

pupuk tunggal atau pupuk majemuk atau kombinasinya. Sebagai contoh urea dan ZA

merupakan pupuk tunggal sumber N, sedangkan SP36 dan KCl masing-masing

merupakan pupuk tunggal sumber P2O5 dan K2O. Selain dalam bentuk pupuk tunggal

kebutuhan unsur hara tersebut dapat dipenuhi dalam bentuk pupuk majemuk seperti NPK

dengan rasio kandungan unsur haranya disesuaikan dengan kebutuhan, sebagai ilustrasi

disajikan pada Gambar 12. Gambar 12 menyajikan informasi bahwa jika pemerintah akan

memproduksi pupuk majemuk, misalnya NPK 15-15-15 sebanyak 2 juta ton mulai tahun

2013 dan meningkat hingga menjadi 5,5 juta ton pada tahun 2020 maka pemenuhan

kebutuhan unsur hara N, P, dan K dalam bentuk pupuk tunggal dapat diturunkan,

sebagaimana ditunjukkan oleh garis simbol urea, SP-36, dan KCl pada (Gambar 12).

Proyeksi Kebutuhan Pupuk Sektor Pertanian

137

Tabel 3. P royeksi kebutuhan unsur hara untuk pupuk Sektor Pertanian (juta ton)

Unsur hara 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

N 2,96 2,99 2,99 3,19 3,18 3,17 3,35 3,35

P2O5 1,17 1,20 1,19 1,26 1,27 1,27 1,32 1,36

K2O 2,60 2,68 2,66 2,77 2,72 2,71 2,83 2,82

Sumber: hasil simulasi

Gambar 11. Proyeksi kebutuhan pupuk tunggal Sektor Pertanian

Gambar 12. Proyeksi kebutuhan pupuk tunggal dan majemuk Sektor Pertanian

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kebutuhan pupuk Sektor Pertanian di masa depan akan meningkat sejalan dengan

upaya peningkatan produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi dalam negeri atau swasembada pangan.

Irawan et al.

138

2. Pada tahun 2015 kebutuhan unsur hara untuk pupuk Sektor Pertanian mencapai 3 juta

ton N, 1,2 juta ton P2O5, dan 2,7 juta ton K2O. Jumlah kebutuhan unsur hara tersebut

pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 3,4 juta ton N, 1,4 juta ton P2O5, dan 2,8

juta ton K2O.

3. Apabila kebutuhan unsur hara di masa depan akan dipenuhi dengan pupuk tunggal

maka pada tahun 2015 Sektor Pertanian akan memerlukan pupuk urea 6,7 juta ton,

SP36 3,3 juta ton, dan KCl 4,5 juta ton. Kemudian pada tahun 2020 akan dibutuhkan

pupuk urea 7,5 juta ton, SP36 3,8 juta ton, dan KCl 4,7 juta ton.

4. Penyediaan unsur hara untuk Sektor Pertanian dapat dipenuhi juga dalam bentuk

pupuk majemuk yang mengandung unsur hara N, P, dan K. Penyediaan pupuk

majemuk tersebut akan mengurangi pembuatan pupuk tunggal.

5. Model simulasi sistem dinamik ini sebaiknya diterapkan pada ruang lingkup yang

lebih spesifik, baik ruang lingkup wilayah (provinsi atau kabupaten) maupun jenis

komoditasnya sehingga data dan asumsi kebijakan yang diperlukan untuk pemodelan

atau simulasi lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Arah Kebijakan Subsidi Pupuk. Bahan Sarasehan Nasional Pupuk dan

Pemupukan Menuju 2015. Ditjen Tanaman Pangan. Jakarta.

Anonim. 2010. Kebijakan Pemerintah di Bidang Perpupukan. Direktorat Pupuk dan

Pestisida. Makalah Seminar Nasional Sumberdaya Lahan. Bogor, 20 Juni 2010.

Badan Pusat Statistik On-line. http://www.bps.go.id (Mei 2012).

Djojomartono, M. 1993. Pengantar Umum Analisis Sistem. Bahan Pelatihan Analisis

Sistem dan Informasi Pertanian. Kampus IPB Dramaga, Bogor (tidak

dipublikasikan).

Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. IPB Press.

Bogor. 147 p.

Gunarto, L. 2007. Teknologi AGPI (Agricultural Growth Promoting Inoculants). Bahan

Presentasi pada Acara Diskusi Masalah Pertanian di Indonesia. Jakarta. 18 Juli

2007

Irianto, G. 2012. Kebijakan Pengelolaan Pupuk dan Subsidi Pupuk Sektor Pertanian.

Bahan Diskusi Terbatas Permasalahan Pupuk di Indonesia. Bogor, 15 Juni 2012.

Sudaryanto, T. 2008. Proyeksi Penawan dan Permintaan serta Kebijakan Pupuk Nasional

Tahun 2009-2015. Bahan Sarasehan Nasional Pupuk dan Pemupukan Menuju 2015.

PSEKP. Bogor.

Sofyan. 2010. Pengantar Sistem Dinamik. Bahan Pelatihan Bappenas. Teknik Lingkungan,

ITB. Bandung.

Proyeksi Kebutuhan Pupuk Sektor Pertanian

139

Lampiran 1. Persamaan (equation) diagram alir sistem dinamik untuk unsur hara