Upload
wisnu-arya
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab
1/9
KEEFEKTIFAN PUNTUNG ROKOK SEBAGAI PENGENDALI Gloeosporium fructigenum
PADA BUAH APEL
( EFFECTIVITY OF CIGARETTE BUTTS AS CONTROL AGENT OF Gloeosporium
fructigenum ON APPLE )
Oleh:
Woro Sri Suharti, Muljo Wachjadi, dan Ruth Feti Rahayuniati
Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
(Diterima: 4 Agustus 2010, disetujui: 29 Oktober 2010)
ABSTRACT
The objective of the research was to determine the effectivity of cigarette butts extract to control
the growth of Gloeosporium fructigenum causing apple bitter rot in vitro and in vivo. Randomized block
design was used with factorial pattern for both in vitro and in vivo treatments. The first factor for in vitro
treatment was kinds of solvent, i.e., water and ethanol. The second one was type of cigarette consisted of
filtered cigarette butts, non-filtered cigarette butts and sliced tobacco. The third factors were the
concentration of cigarette butts extract, and sliced tobacco (10, 30, and 50%). The first factor for in vivo
treatment was concentration of non-filtered cigarette butts extract with water solvent (10, 20, and 30%),the second one was fruit soaking time (10, 15, and 20 minutes). Variables measured on in vitro research
were diameter of the fungi, conidia size, and inhibition of conidial growth. Variables measured on in
vivo one were incubation period, area of symptoms, effectiveness of cigarette butts extracts, rate of
infection, and sensory test. The research results showed that the extract of non-filtered cigarette butts
and sliced tobacco both with water and ethanol as a solvent had ability to inhibit the growth of G.
fructigenum in vitro. Filtered cigarette butts extract was effective to control the G. fructigenum in vivo.
Key words: apple, botanical pesticides, cigarette butts extracts,Gloeosporium fructigenum
PENDAHULUAN berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhanApel merupakan buah yang sangat seperti akar, daun, batang, atau buah. Bahan
digemari masyarakat karena kandungan vitamin tersebut diolah menjadi bahan mentah berbentuk
dan mineral yang cukup banyak. Penanganan tepung, ekstrak, atau resin. Abu hasil pembakar-
lepas panen pada budidaya apel dapat mengalami an bagian tumbuhan yang digunakan sebagai
kendala akibat adanya patogen Gloeosporium pestisida juga dapat dikategorikan sebagai
fructigenum yang menyebabkan penyakit busuk pestisida nabati. Salah satu bahan baku
pahit buah. Keberadaan patogen tersebut dapat pembuatan pestisida nabati adalah tembakau.
menurunkan kualitas hasil dan secara ekonomi Rokok merupakan turunan produk
dapat merugikan petani. Salah satu upaya untuk tembakau yang banyak dikonsumsi olehmenekan perkembangan penyakit dapat masyarakat Indonesia. Pada tahun 2006,
dilakukan dengan penggunaan pestisida nabati. konsumsi rokok di Indonesia sebesar 215 milyar
Pestisida nabati berpotensi sebagai pengendali rokok, sedangkan pada tahun 2010 diperkirakan
patogen karena sejumlah keunggulan yang sebesar 213 milyar (Patung, 2006). Menurut
dimiliki seperti sifat tidak meracuni tanaman, data Badan Kesehatan Dunia (WHO), konsumsi
sistemik, dan mudah terurai di alam (Dubey et rokok Indonesia per kapita adalah 1.742 rokok
al ., 2008). per orang per tahun. Rokok menghasilkan
Menurut Thamrin et al . (2010), pestisida limbah berupa puntung rokok yang dapat
nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya merugikan lingkungan.
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 77-85
8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab
2/9
78
Keefektifan Puntung Rokok sebagai ... (W.S. Suharti et al .)
Limbah rokok berupa puntung rokok Penelit ian in vitro menggunakan
memiliki kandungan yang sama seperti rokok rancangan acak kelompok dengan pola faktorial.
utuh, yaitu nikotin, fenol, dan eugenol. Nikotin Faktor pertama adalah jenis pelarut yaitu pelarut
dapat bersifat racun bagi organisme (Dayan dan air dan etanol. Faktor kedua adalah jenis puntung
Duke, 2003), sedangkan senyawa eugenol rokok (kretek filter dan takfilter) dan tembakau
secara efektif dapat mengendalikan patogen rajangan; sedangkan faktor ketiga adalah
tanaman (Manohara et al ., 1993). Senyawa fenol konsentrasi ekstrak puntung rokok dan tembakau
dapat berperan baik sebagai alat mekanisme rajangan (konsentrasi 10, 30, dan 50%). Pada
pertahanan tanaman terhadap patogen (Vaya et penelitian in vivo, rancangan yang digunakan
al ., 1997). Berdasarkan penelitian yang adalah rancangan acak kelompok dengan pola
dilakukan oleh Noveriza dan Tombe (2003) faktorial. Faktor yang dicoba adalah konsentrasi
diketahui bahwa limbah rokok berpengaruh perlakuan terbaik pada perlakuan in vitro, yaitu
terhadap beberapa jenis jamur patogen tanah, 10, 20, serta 30%, dan kontrol. Faktor kedua
seperti Fusarium oxysporum f.sp. vanillae, yang dicoba adalah waktu perendaman buah ke
Colletotrichum gloeosporiodes, Rigidoporus ekstrak, yang terdiri dari perendaman 10, 15,
lignosus,dan Sclerotium rolfsii. dan 20 menit.
Puntung rokok diduga dapat digunakan Pelaksanaan penelitian diawali dengan
sebagai bahan baku pembuatan pestisida nabati penyiapan inokulum patogen. Patogen diper-
untuk mengendalikan patogen penyebab busuk banyak di medium PDA dan diinkubasi selama
pahit pada buah apel yang aman, efektif, dan satu minggu. Selanjutnya, isolat di medium
ramah lingkungan. Penggunaan puntung rokok padat dipindahkan ke dalam medium cair dan
sebagai alternatif bahan baku pembuatan digojog selama lima hari dengan kecepatan 150
pestisida nabati dinilai dapat menjadikan rpm dan suhu ruang (28°C), sehingga diperoleh
puntung rokok sebagai produk daur ulang, suspensi patogen. Kepadatan patogen dihitung7
sehingga limbah puntung rokok di lingkungan sebanyak n x 10 konidium/ml larutan. Suspensi
akan berkurang. Berdasarkan hal tersebut maka patogen siap digunakan untuk tahap penelitian
dilakukan penelitian dengan tujuan untuk selanjutnya.
mengetahui keefektifan puntung rokok sebagai Pada pembuatan ekstrak puntung rokok,
bahan baku pembuatan pestisida untuk menekan bahan puntung rokok dibedakan berdasarkan ada
pertumbuhan jamur G. fructigenum penyebab tidaknya filter, dan sebagai pembanding
busuk pahit buah apel secara in vitro maupun in digunakan tembakau rajangan. Sebanyak 100 g
vivo. puntung rokok (filter dan takfilter) maupun
tembakau rajangan direndam dalam dua jenis
METODE PENELITIAN pelarut, yaitu 100 ml air dan 100 ml etanol.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perendaman dalam air dilakukan selama 1, 2,
Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian dan 3 hari, sedangkan perendaman dalam etanol
Universitas Jenderal Soedirman selama empat dilakukan selama 1, 3, dan 6 jam. Perendaman
bulan mulai April 2009 sampai dengan Juli 2009. dimaksudkan agar nikotin, fenol, dan eugenol
Penelitian dilakukan dua tahap, yaitu secara in sebagai senyawa yang berperan sebagai
vitro dan dilanjutkan dengan in vivo. fungisida dapat larut. Selanjutnya, rendaman
8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab
3/9
79
disaring menggunakan kain kasa atau kertas dilakukan terhadap seluruh buah, masing masing
saring. Penyaringan dilakukan tiga kali sehingga selama 15 menit. Selanjutnya, buah diletakkan
filtrat bersih dari sisa tembakau maupun filter pada wadah plastik, dilukai dan ditetesi medium
rokok. Filtrat yang digunakan diencerkan cair berisi isolat patogen dengan kerapatan n x7
dengan air atau etanol, tergantung pelarut yang 10 konidium/ml, masing-masing dua tetes.
digunakan. Pengenceran dilakukan dengan Luka pada buah ditutup dengan kapas basah,
melarutkan 100 ml filtrat murni dalam 1000 ml diinkubasi dalam suhu ruang. Pada penelitian in
pelarut. Filtrat yang telah diencerkan siap vivo, peubah yang diamati berupa luas gejala,
digunakan sebagai ekstrak puntung rokok yang laju infeksi, keefektifan puntung rokok, dan uji
merupakan bahan utama dalam penelitian. inderawi. Peubah tambahan pada penelitian
Pada perlakuan in vitro, medium PDA adalah pengukuran kadar nikotin, eugenol, dan
padat sebanyak 9, 7, dan 5 ml dalam tabung fenol pada puntung rokok serta tembakau dengan
reaksi dicairkan dengan cara menangasnya metode GC-MS (Gas Chromatography Mass
dalam air mendidih. Pada keadaan hangat, Spectrometry) yang dilakukan oleh Lab Kimia
ekstrak puntung rokok dan tembakau rajangan Organik, Fak. MIPA UGM. Data yang
pada masing-masing konsentrasi diambil diperoleh dianalisis dengan uji F, apabila
sebanyak 1, 3, dan 5 ml, dimasukan ke dalam berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak
tabung reaksi sesuai perlakuan, dihomogenkan Berganda Duncan ( Duncan’s Multiple Range
dengan vortex, kemudian dituang ke dalam Test ) pada taraf 5%.
cawan Petri. Setelah dingin (padat), biakan
jamur berdiameter 0,5 cm hasil perbanyakan HASIL DAN PEMBAHASAN
diambil menggunakan bor gabus, diletakkan di Uji in vitro
tengah medium PDA + ekstrak puntung rokok Berdasarkan hasil analisis puntung rokok
dengan spatula dan diinkubasi pada suhu kamar dengan metode GC-MS diketahui bahwa ekstrak
selama delapan hari. Peubah yang diamati pada puntung rokok mengandung nikotin, eugenol,
penelitian in vitro adalah masa inkubasi, dan fenol yang bersifat racun bagi patogen
diameter biakan, ukuran konidium jamur, dan dengan persentase berbeda (Tabel 1).
perkecambahan konidium. Kandungan nikotin terdapat pada puntung rokok
Penelitian in vivo dilakukan dengan takfilter, sedangkan pada puntung rokok filter
meletakkan buah apel Rome Beauty ke dalam tidak ada. Kadar nikotin rokok takfilter lebih
gelas piala steril berisi ekstrak puntung rokok tinggi dibanding rokok filter disebabkan oleh
takfilter dengan pelarut air. Pencelupan berbagai faktor, antara lain jenis dan campuran
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 77-85
Tabel 1. Hasil analisis nikotin, eugenol, dan fenol dengan GC-MS
8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab
4/9
80
Keterangan: A1 = Pelarut air, A2 = Pelarut etanol, P0 = Tanpa puntung rokok, P1 = Jenis
Puntung rokok kretek filter, P2 = Jenis puntung rokok kretek takfilter, P3 =
Tembakau rajangan, K1 = Konsentrasi ekstrak puntung rokok 10%, K2 =
Konsentrasi ekstrak puntung rokok 30%, K3 = Konsentrasi ekstrak puntung rokok
50%. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak
berbeda nyata pada DMRT 5%.
Tabel 2. Diameter biakan G. fructigenum Berk.
Keefektifan Puntung Rokok sebagai ... (W.S. Suharti et al .)
8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab
5/9
81
tembakau yang digunakan, jumlah tembakau racun bagi patogen (Alam et al ., 2002), sedang-
dalam tiap batang rokok, senyawa tambahan kan senyawa fenol dapat menghambat pertum-
yang digunakan untuk meningkatkan aroma dan buhan mikroba (Panagan dan Syarif, 2009).
rasa, serta ada tidaknya filter dalam tiap batang Konsentrasi 50% merupakan konsentrasi
rokok (Susana et al ., 2003). yang paling efektif untuk menghambat pertum-
Pada peubah pertumbuhan diameter buhan G. fructigenum dibandingkan dengan
biakan jamur G. fructigenum, diketahui bahwa konsentrasi 10 dan 30%. Pada konsentrasi 50%,
kombinasi perlakuan etanol dan ekstrak puntung diameter biakan G. fructigenum tidak dapat
rokok takfilter memberikan pengaruh pengham- tumbuh menutupi cawan Petri. Hal ini sesuai
batan terbesar dibanding dengan perlakuan dengan penelitian Changkasiri dan Wongroung
lainnya. Diduga hal ini disebabkan adanya (2003), yang menunjukkan bahwa semakin
kandungan nikotin dan eugenol yang dimiliki. tinggi konsentrasi perlakuan, kegiatan patogen
Nikotin dan eugenol bersifat larut dalam akan semakin terhambat.
alkohol, sehingga berpeluang menghambat Berdasarkan data pada Tabel 3 diketahui
pertumbuhan jamur (Noveriza dan Tombe, bahwa perlakuan ekstrak puntung rokok takfilter
2003). Penelitian Changkasiri dan Wongroung dan tembakau dengan pelarut air maupun etanol
(2009) menunjukkan bahwa tembakau dengan pada konsentrasi 30 serta 50% tidak hanya
pelarut alkohol 70% memiliki daya hambat yang memengaruhi ukuran konidium, tapi juga keber-
tinggi terhadap pertumbuhan patogen. adaan konidium G. fructigenum. Hal ini sesuai
Ekstrak puntung rokok kretek takfilter dengan penelitian Alam et al . (2002), yang
dan tembakau rajangan mempunyai kemampuan menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi
lebih baik dalam menghambat biakan G. perlakuan daun tembakau akan semakin
fructigenum dibandingkan perlakuan ekstrak memengaruhi perkecambahan konidium
puntung rokok filter karena mengandung patogen. Kandungan nikotin yang lebih tinggi
senyawa nikotin dan fenol yang lebih tinggi. pada perlakuan ekstrak puntung rokok takfilter
Nikotin yang terkandung dalam rokok bersifat dan tembakau dibandingkan dengan perlakuan
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 77-85
Keterangan: A1 = Pelarut air, A2 = Pelarut etanol, P0 = Tanpa ekstrak puntung rokok, P1 =
Puntung rokok kretek filter, P2 = Puntung rokok kretek takfilter, P3 = Tembakau
rajangan.
Tabel 3. Ukuran konidium jamur G. fructigenum Berk.
8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab
6/9
82
Tabel 4. Perkecambahan konidium jamur G. fructigenum Berk.
Keterangan: A1 = Pelarut air, A2 = Pelarut etanol, P1 = Puntung rokok kretek filter, P2 =
Puntung rokok kretek takfilter, P3 = Tembakau rajangan. Angka yang diikuti huruf
yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Tabel 5. Luas gejala, laju infeksi G. fructigenum dan keefektifan ekstrak puntung rokok takfilter
Keterangan: K0 = Kontrol, K1 = Konsentrasi 10%, K2 = Konsentrasi 20%, K3 = Konsentrasi
30%, T1 = Waktu perendaman 10 menit, T2 = Waktu perendaman 15 menit, T3 =
Waktu perendaman 20 menit. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan
baris yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Keefektifan Puntung Rokok sebagai ... (W.S. Suharti et al .)
8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab
7/9
83
puntung rokok filter juga dapat menjadi (2006), bercak dikelilingi oleh halo merah.
penyebab terhambatnya pertumbuhan jamur Gejala yang paling khas adalah gejala di bagian
(Pavia et al ., 2000). dalam, apabila buah apel Rome Beauty dibelah
Uji in vivo membujur, terlihat bercak coklat atau hitam
Pada pengujian in vivo, ekstrak yang menuju ke semua arah.
digunakan berasal dari puntung rokok takfilter Hasil pengujian terhadap luas gejala
dengan pelarut air. Pertimbangan dipilihnya menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada
ekstrak takfilter dalam perlakuan adalah karena konsentrasi ekstrak puntung rokok takfilter
ekstrak puntung takfilter memberikan pengaruh (Tabel 5). Hal ini membuktikan bahwa
penghambatan yang baik terhadap perkembang- perbedaan konsentrasi ekstrak puntung rokok
an diameter biakan G. fructigenum pada peneli- takfilter memberikan pengaruh terhadap
tian in vitro. Puntung rokok takfilter juga menye- penurunan luas gejala G. fructigenum baik di
babkan penurunan ukuran dan penghambatan permukaan maupun bagian dalam buah apel
perkecambahan konidium. Pelarut air digunakan Rome Beauty. Kombinasi perlakuan terhadap
dalam perlakuan in vivo karena air merupakan peubah luas gejala tidak memberikan pengaruh
pelarut yang cukup baik (Madigan et al ., 2000), berbeda nyata, meskipun demikian ekstrak
lebih mudah didapat dibandingkan etanol, puntung rokok takfilter tetap dapat menghambat
sehingga diharapkan perlakuan ini dapat luas gejala.diaplikasikan dengan mudah dan murah oleh Berdasarkan data Tabel 5 diketahui
petani. bahwa perlakuan ekstrak puntung rokok takfilter
Masa inkubasi pada seluruh perlakuan dengan berbagai konsentrasi dapat menghambat
adalah satu hari setelah inokulasi. Gejala pertumbuhan patogen G. fructigenum sehingga
penyakit oleh jamur G. fructigenum pada buah dapat menekan laju infeksi. Hal ini sesuai
apel Rome Beauty yang dilukai diawali dengan dengan Soesanto (2006) yang menyatakan
bercak kecil dan sedikit cekung berwarna coklat bahwa penghambatan pertumbuhan patogen
muda sampai coklat tua. Menurut Soesanto pada buah akan mengurangi laju infeksi.
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 77-85
Tabel 6. Uji inderawi
Keterangan: K0 = Kontrol, K1 = Konsentrasi 10%, K2 = Konsentrasi 20%, K3 = Konsentrasi
30%, T1 = Waktu perendaman 10 menit, T2 = Waktu perendaman 15 menit, T3 =
Waktu perendaman 20 menit. * = tidak berubah.
8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab
8/9
84
Perlakuan berupa waktu perendaman tidak ber- Saran
pengaruh terhadap laju infeksi G. fructigenum. 1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai
Menurut Thamrin et al . (2010), pestisida yang kisaran konsentrasi dan waktu perendaman
berasal dari bahan nabati memiliki sifat mudah ekstrak puntung rokok untuk menghambat
terurai di alam, sehingga diduga daya racun jamur G. Fructigenum pada buah apel.
ekstrak puntung rokok berkurang pada saat 2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai
perlakuan perendaman. aplikasi ekstrak puntung rokok untuk
Perhitungan keefektifan ekstrak puntung menghambat jamur G. fructigenum pada
rokok dilakukan untuk melihat keefektifan buah apel di lapang.
perlakuan ekstrak puntung rokok terhadap pene-
kanan kerusakan akibat jamur G. fructigenum. UCAPAN TERIMA KASIH
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa Peneliti menyampaikan terima kasih
konsentrasi yang semakin tinggi akan mening- kepada Fakultas Pertanian Unsoed atas bantuan
katkan keefektifan ekstrak puntung rokok. Hal dana yang bersumber pada dana DIPA untuk
ini sesuai dengan penelitian Akinbode dan Ikotun pelaksanaan penelitian. Ucapan terima kasih
(2008). juga disampaikan kepada Afriliane Harni,
Uji inderawi dilakukan dengan pende- mahasiswa Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan
katan uji segitiga (triangle test ) melalui uji yang membantu pelaksanaan penelitian.
terhadap warna, aroma, dan rasa buah apel yang
telah diberi perlakuan (Tabel 6). Hasil pengujian DAFTAR PUSTAKA
inderawi buah apel Rome Beauty yang diberi Akinbode, O.A. and T. Ikotun. 2008.
perlakuan ekstrak puntung rokok menunjukkan Evaluation of some Bioagents and
Botanicals in In vitro Control oftidak ada perbedaan dengan perlakuan pada
Colletotrichum destructivum. Africankontrol. Hal ini diduga karena kulit buah apel Journal of Biotechnology 7(7):868-872.
tebal sehingga dapat menjadi penghalang fisikAlam, S., N, Akhter, M.F. Begum, M.S. Banu,
(Shafiee et al ., 2008). Uji terhadap warna buahM.R. Islam, A.N. Chowdhury, and M.S.
paling sukar untuk diberi deskripsi dan cara Alam. 2002. Antifungal Activities (in vitro)
pengukurannya karena subjektivitas penglihatan of Some Plant Extracts and Smoke on Foru
Fungal Pahogens of Different Hosts.berpengaruh dalam penilaian komoditasPakistan Journal of Biological Science
(Soekarto, 1985).5(3):307-309.
Changkasiri, P. and S. Wongroung. 2009.KESIMPULAN DAN SARAN
Effect of Soap Pod and Tobacco onKesimpulan Inhibition of Colletotrichum capsici. As. J.1. Ekstrak puntung rokok takfilter dan temba- Food Ag-Ind.Special Issues:119-124.
kau dengan pelarut air maupun etanol Dayan, F.E. and S.O. Duke. 2003. Trichomes
mempunyai kemampuan untuk menghambat and Root Hairs: Natural Pesticide
Factories. Pesticide outlook (The Royal pertumbuhanG. fructigenum in vitro.Society of Chemistry), 14 (44):175-178.
2. Ekstrak puntung rokok kretek takfilter efek-
tif mengendalikan G. fructigenum in vivo.
Keefektifan Puntung Rokok sebagai ... (W.S. Suharti et al .)
8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab
9/9
85
Dubey, N.K., B. Srivastava, and A. Kumar. Pavia, C.S., A. Pierre, and J. Nowakowski.
2008. Current Status of Plant Products as 2000. Antimicrobial Activity of Nicotine
Botanical Pesticides in Storage Pest Against a Spectrum of Bacterial and Fungal
Management. Journal of Biopesticides Pathogens. J. Med. Microbiol 49 (7):674-
1(2):182-186. 675.
Madigan, M.T., J.M. Martinko, and J. Parker. Shafiee, S., A.M. Motlagh, A.R. Didar, and S.th
Minaee. 2008. Investigation the Effect of2000. Biology of Microorganism 9 Ed.Skin on Mechanical Behavior of Apple.Prentice-Hall, Inc. New Jersey, USA.
Journal of Food Technology 6(2):86-91.991p.
Soekarto, S.I. 1985. Penilaian OrganoleptisManohara, D., D. Wahyuno, dan Sukamto.untuk Industri Pangan dan Hasil1993. Pengaruh Tepung dan MinyakPertanian. Bharata Karya Aksara, Jakarta.Cengkeh terhadap Phytophthora,87 hal. Rigidoporus dan Sclerotium. Prosiding
Seminar Hasil Penelitian dalam RangkaSoesanto, L. 2006. Penyakit Pascapanen
Pemanfaatan Pestisida Nabati. Bogor, 1-2Sebuah Pengantar . Kanisius, Yogyakarta.
Desember 1993. Hal. 19-27.
268 hal.Noveriza, R dan M. Tombe. 2003. Uji In VitroSusana, D., B. Hartono, dan H. Fauzan. 2003.
Limbah Puntung Rokok terhadap BeberapaPenentuan Kadar Nikotin dalam Asap
Jamur Patogenik Tanaman. Buletin TRO Rokok. Makara Kesehatan 7(2):38-41.
XIV(2):30-37.Thamrin, M., S. Asikin, Mukhlis, dan A.
Panagan, A.T. dan N. Syarif. 2009. Uji DayaBudiman. 2010. Potensi Ekstrak Flora
Hambat Asap Cair Hasil Pirolisis Kayu Lahan Rawa sebagai Pestisida Nabati (On-
Pelawan (Tristania abavata) terhadapline). http://balittra.litbang.deptan.go.id/
Bakteri Echerichia coli. Jurnal Penelitianeksotik/ Monograf%20-%204.pdf .
Sains (12) 09:30-32.diakses pada 12 Juni 2010.
Patung. 2006. Cigarette Production and
Vaya J, P.A. Belinky, and M. Aviram. 1997.Consumption (On-line). http://www. Antioxidant Constituents from Licoriceindonesiamatters. com/1021/cigarette-
Roots: Isolation, Structure Elucidation and production-consumption/ diakses pada 12
Antioxidative Capacity toward LDLJuni 2010.
Oxidation. Free Radical Biol. Med .
23(2):302-313.
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 77-85