Puntung Rokok Sebagai Pesnab

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab

    1/9

    KEEFEKTIFAN PUNTUNG ROKOK SEBAGAI PENGENDALI Gloeosporium fructigenum 

    PADA BUAH APEL

    ( EFFECTIVITY OF CIGARETTE BUTTS AS CONTROL AGENT OF Gloeosporium

    fructigenum ON APPLE )

    Oleh:

    Woro Sri Suharti, Muljo Wachjadi, dan Ruth Feti Rahayuniati

    Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

    (Diterima: 4 Agustus 2010, disetujui: 29 Oktober 2010)

     ABSTRACT 

    The objective of the research was to determine the effectivity of cigarette butts extract to control

    the growth of Gloeosporium fructigenum causing apple bitter rot in vitro and in vivo. Randomized block

    design was used with factorial pattern for both in vitro and in vivo treatments. The first factor for in vitro 

    treatment was kinds of solvent, i.e., water and ethanol. The second one was type of cigarette consisted of

    filtered cigarette butts, non-filtered cigarette butts and sliced tobacco. The third factors were the

    concentration of cigarette butts extract, and sliced tobacco (10, 30, and 50%). The first factor for in vivo 

    treatment was concentration of non-filtered cigarette butts extract with water solvent (10, 20, and 30%),the second one was fruit soaking time (10, 15, and 20 minutes). Variables measured on in vitro research

    were diameter of the fungi, conidia size, and inhibition of conidial growth. Variables measured on in

    vivo one were incubation period, area of symptoms, effectiveness of cigarette butts extracts, rate of

    infection, and sensory test. The research results showed that the extract of non-filtered cigarette butts

    and sliced tobacco both with water and ethanol as a solvent had ability to inhibit the growth of G.

     fructigenum in vitro. Filtered cigarette butts extract was effective to control the G. fructigenum in vivo.

     Key words: apple, botanical pesticides, cigarette butts extracts,Gloeosporium fructigenum

    PENDAHULUAN berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhanApel merupakan buah yang sangat seperti akar, daun, batang, atau buah. Bahan

    digemari masyarakat karena kandungan vitamin tersebut diolah menjadi bahan mentah berbentuk

    dan mineral yang cukup banyak. Penanganan tepung, ekstrak, atau resin. Abu hasil pembakar-

    lepas panen pada budidaya apel dapat mengalami an bagian tumbuhan yang digunakan sebagai

    kendala akibat adanya patogen Gloeosporium  pestisida juga dapat dikategorikan sebagai

     fructigenum yang menyebabkan penyakit busuk pestisida nabati. Salah satu bahan baku

     pahit buah. Keberadaan patogen tersebut dapat pembuatan pestisida nabati adalah tembakau.

    menurunkan kualitas hasil dan secara ekonomi Rokok merupakan turunan produk

    dapat merugikan petani. Salah satu upaya untuk tembakau yang banyak dikonsumsi olehmenekan perkembangan penyakit dapat masyarakat Indonesia. Pada tahun 2006,

    dilakukan dengan penggunaan pestisida nabati. konsumsi rokok di Indonesia sebesar 215 milyar

    Pestisida nabati berpotensi sebagai pengendali rokok, sedangkan pada tahun 2010 diperkirakan

     patogen karena sejumlah keunggulan yang sebesar 213 milyar (Patung, 2006). Menurut

    dimiliki seperti sifat tidak meracuni tanaman, data Badan Kesehatan Dunia (WHO), konsumsi

    sistemik, dan mudah terurai di alam (Dubey et rokok Indonesia per kapita adalah 1.742 rokok

    al ., 2008). per orang per tahun. Rokok menghasilkan

    Menurut Thamrin et al . (2010), pestisida limbah berupa puntung rokok yang dapat

    nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya merugikan lingkungan.

    Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 77-85

  • 8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab

    2/9

    78

    Keefektifan Puntung Rokok sebagai ... (W.S. Suharti et al .)

    Limbah rokok berupa puntung rokok Penelit ian in vitro  menggunakan

    memiliki kandungan yang sama seperti rokok rancangan acak kelompok dengan pola faktorial.

     utuh, yaitu nikotin, fenol, dan eugenol. Nikotin Faktor pertama adalah jenis pelarut yaitu pelarut

    dapat bersifat racun bagi organisme (Dayan dan air dan etanol. Faktor kedua adalah jenis puntung

    Duke, 2003), sedangkan senyawa eugenol rokok (kretek filter dan takfilter) dan tembakau

    secara efektif dapat mengendalikan patogen rajangan; sedangkan faktor ketiga adalah

    tanaman (Manohara et al ., 1993). Senyawa fenol konsentrasi ekstrak puntung rokok dan tembakau

    dapat berperan baik sebagai alat mekanisme rajangan (konsentrasi 10, 30, dan 50%). Pada

     pertahanan tanaman terhadap patogen (Vaya et  penelitian in vivo, rancangan yang digunakan

    al ., 1997). Berdasarkan penelitian yang adalah rancangan acak kelompok dengan pola

    dilakukan oleh Noveriza dan Tombe (2003) faktorial. Faktor yang dicoba adalah konsentrasi

    diketahui bahwa limbah rokok berpengaruh perlakuan terbaik pada perlakuan in vitro, yaitu

    terhadap beberapa jenis jamur patogen tanah, 10, 20, serta 30%, dan kontrol. Faktor kedua

    seperti  Fusarium oxysporum  f.sp. vanillae, yang dicoba adalah waktu perendaman buah ke

    Colletotrichum gloeosporiodes, Rigidoporus ekstrak, yang terdiri dari perendaman 10, 15,

    lignosus,dan Sclerotium rolfsii. dan 20 menit.

    Puntung rokok diduga dapat digunakan Pelaksanaan penelitian diawali dengan

    sebagai bahan baku pembuatan pestisida nabati penyiapan inokulum patogen. Patogen diper-

     untuk mengendalikan patogen penyebab busuk banyak di medium PDA dan diinkubasi selama

     pahit pada buah apel yang aman, efektif, dan satu minggu. Selanjutnya, isolat di medium

    ramah lingkungan. Penggunaan puntung rokok padat dipindahkan ke dalam medium cair dan

    sebagai alternatif bahan baku pembuatan digojog selama lima hari dengan kecepatan 150

     pestisida nabati dinilai dapat menjadikan rpm dan suhu ruang (28°C), sehingga diperoleh

     puntung rokok sebagai produk daur ulang, suspensi patogen. Kepadatan patogen dihitung7

    sehingga limbah puntung rokok di lingkungan sebanyak n x 10 konidium/ml larutan. Suspensi

    akan berkurang. Berdasarkan hal tersebut maka  patogen siap digunakan untuk tahap penelitian

    dilakukan penelitian dengan tujuan untuk selanjutnya.

    mengetahui keefektifan puntung rokok sebagai Pada pembuatan ekstrak puntung rokok,

    bahan baku pembuatan pestisida untuk menekan bahan puntung rokok dibedakan berdasarkan ada

     pertumbuhan jamur G. fructigenum  penyebab tidaknya filter, dan sebagai pembanding

    busuk pahit buah apel secara in vitro maupun in digunakan tembakau rajangan. Sebanyak 100 g

    vivo.  puntung rokok (filter dan takfilter) maupun

    tembakau rajangan direndam dalam dua jenis

    METODE PENELITIAN  pelarut, yaitu 100 ml air dan 100 ml etanol.

    Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perendaman dalam air dilakukan selama 1, 2,

    Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian dan 3 hari, sedangkan perendaman dalam etanol

    Universitas Jenderal Soedirman selama empat dilakukan selama 1, 3, dan 6 jam. Perendaman

    bulan mulai April 2009 sampai dengan Juli 2009. dimaksudkan agar nikotin, fenol, dan eugenol

    Penelitian dilakukan dua tahap, yaitu secara in sebagai senyawa yang berperan sebagai

    vitro dan dilanjutkan dengan in vivo. fungisida dapat larut. Selanjutnya, rendaman

  • 8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab

    3/9

    79

    disaring menggunakan kain kasa atau kertas dilakukan terhadap seluruh buah, masing masing

    saring. Penyaringan dilakukan tiga kali sehingga selama 15 menit. Selanjutnya, buah diletakkan

    filtrat bersih dari sisa tembakau maupun filter pada wadah plastik, dilukai dan ditetesi medium

    rokok. Filtrat yang digunakan diencerkan cair berisi isolat patogen dengan kerapatan n x7

    dengan air atau etanol, tergantung pelarut yang 10 konidium/ml, masing-masing dua tetes.

    digunakan. Pengenceran dilakukan dengan Luka pada buah ditutup dengan kapas basah,

    melarutkan 100 ml filtrat murni dalam 1000 ml diinkubasi dalam suhu ruang. Pada penelitian in

     pelarut. Filtrat yang telah diencerkan siap vivo, peubah yang diamati berupa luas gejala,

    digunakan sebagai ekstrak puntung rokok yang laju infeksi, keefektifan puntung rokok, dan uji

    merupakan bahan utama dalam penelitian. inderawi. Peubah tambahan pada penelitian

    Pada perlakuan in vitro, medium PDA adalah pengukuran kadar nikotin, eugenol, dan

     padat sebanyak 9, 7, dan 5 ml dalam tabung fenol pada puntung rokok serta tembakau dengan

    reaksi dicairkan dengan cara menangasnya metode GC-MS (Gas Chromatography Mass

    dalam air mendidih. Pada keadaan hangat, Spectrometry) yang dilakukan oleh Lab Kimia

    ekstrak puntung rokok dan tembakau rajangan Organik, Fak. MIPA UGM. Data yang

     pada masing-masing konsentrasi diambil diperoleh dianalisis dengan uji F, apabila

    sebanyak 1, 3, dan 5 ml, dimasukan ke dalam berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak

    tabung reaksi sesuai perlakuan, dihomogenkan Berganda Duncan ( Duncan’s Multiple Range

    dengan vortex, kemudian dituang ke dalam Test ) pada taraf 5%.

    cawan Petri. Setelah dingin (padat), biakan

     jamur berdiameter 0,5 cm hasil perbanyakan HASIL DAN PEMBAHASAN

    diambil menggunakan bor gabus, diletakkan di Uji in vitro

    tengah medium PDA + ekstrak puntung rokok Berdasarkan hasil analisis puntung rokok

    dengan spatula dan diinkubasi pada suhu kamar dengan metode GC-MS diketahui bahwa ekstrak

    selama delapan hari. Peubah yang diamati pada  puntung rokok mengandung nikotin, eugenol,

     penelitian in vitro  adalah masa inkubasi, dan fenol yang bersifat racun bagi patogen

    diameter biakan, ukuran konidium jamur, dan dengan persentase berbeda (Tabel 1).

     perkecambahan konidium. Kandungan nikotin terdapat pada puntung rokok

    Penelitian in vivo  dilakukan dengan takfilter, sedangkan pada puntung rokok filter

    meletakkan buah apel  Rome Beauty  ke dalam tidak ada. Kadar nikotin rokok takfilter lebih

    gelas piala steril berisi ekstrak puntung rokok tinggi dibanding rokok filter disebabkan oleh

    takfilter dengan pelarut air. Pencelupan berbagai faktor, antara lain jenis dan campuran

    Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 77-85

    Tabel 1. Hasil analisis nikotin, eugenol, dan fenol dengan GC-MS

  • 8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab

    4/9

    80

    Keterangan: A1 = Pelarut air, A2 = Pelarut etanol, P0 = Tanpa puntung rokok, P1 = Jenis

      Puntung rokok kretek filter, P2 = Jenis puntung rokok kretek takfilter, P3 =

      Tembakau rajangan, K1 = Konsentrasi ekstrak puntung rokok 10%, K2 =

      Konsentrasi ekstrak puntung rokok 30%, K3 = Konsentrasi ekstrak puntung rokok 

      50%. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak 

      berbeda nyata pada DMRT 5%.

    Tabel 2. Diameter biakan G. fructigenum Berk.

    Keefektifan Puntung Rokok sebagai ... (W.S. Suharti et al .)

  • 8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab

    5/9

    81

    tembakau yang digunakan, jumlah tembakau racun bagi patogen (Alam et al ., 2002), sedang-

    dalam tiap batang rokok, senyawa tambahan kan senyawa fenol dapat menghambat pertum-

    yang digunakan untuk meningkatkan aroma dan buhan mikroba (Panagan dan Syarif, 2009).

    rasa, serta ada tidaknya filter dalam tiap batang Konsentrasi 50% merupakan konsentrasi

    rokok (Susana et al ., 2003). yang paling efektif untuk menghambat pertum-

    Pada peubah pertumbuhan diameter buhan G. fructigenum  dibandingkan dengan

    biakan jamur G. fructigenum, diketahui bahwa konsentrasi 10 dan 30%. Pada konsentrasi 50%,

    kombinasi perlakuan etanol dan ekstrak puntung diameter biakan G. fructigenum  tidak dapat

    rokok takfilter memberikan pengaruh pengham- tumbuh menutupi cawan Petri. Hal ini sesuai

    batan terbesar dibanding dengan perlakuan dengan penelitian Changkasiri dan Wongroung

    lainnya. Diduga hal ini disebabkan adanya (2003), yang menunjukkan bahwa semakin

    kandungan nikotin dan eugenol yang dimiliki. tinggi konsentrasi perlakuan, kegiatan patogen

    Nikotin dan eugenol bersifat larut dalam akan semakin terhambat.

    alkohol, sehingga berpeluang menghambat Berdasarkan data pada Tabel 3 diketahui

     pertumbuhan jamur (Noveriza dan Tombe, bahwa perlakuan ekstrak puntung rokok takfilter

    2003). Penelitian Changkasiri dan Wongroung dan tembakau dengan pelarut air maupun etanol

    (2009) menunjukkan bahwa tembakau dengan pada konsentrasi 30 serta 50% tidak hanya

     pelarut alkohol 70% memiliki daya hambat yang memengaruhi ukuran konidium, tapi juga keber-

    tinggi terhadap pertumbuhan patogen. adaan konidium G. fructigenum. Hal ini sesuai

    Ekstrak puntung rokok kretek takfilter dengan penelitian Alam et al . (2002), yang

    dan tembakau rajangan mempunyai kemampuan menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi

    lebih baik dalam menghambat biakan G.  perlakuan daun tembakau akan semakin

     fructigenum  dibandingkan perlakuan ekstrak memengaruhi perkecambahan konidium

     puntung rokok filter karena mengandung patogen. Kandungan nikotin yang lebih tinggi

    senyawa nikotin dan fenol yang lebih tinggi. pada perlakuan ekstrak puntung rokok takfilter

    Nikotin yang terkandung dalam rokok bersifat dan tembakau dibandingkan dengan perlakuan

    Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 77-85

    Keterangan: A1 = Pelarut air, A2 = Pelarut etanol, P0 = Tanpa ekstrak puntung rokok, P1 =

      Puntung rokok kretek filter, P2 = Puntung rokok kretek takfilter, P3 = Tembakau

    rajangan.

    Tabel 3. Ukuran konidium jamur G. fructigenum Berk.

  • 8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab

    6/9

    82

    Tabel 4. Perkecambahan konidium jamur G. fructigenum Berk.

    Keterangan: A1 = Pelarut air, A2 = Pelarut etanol, P1 = Puntung rokok kretek filter, P2 =

      Puntung rokok kretek takfilter, P3 = Tembakau rajangan. Angka yang diikuti huruf 

      yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.

    Tabel 5. Luas gejala, laju infeksi G. fructigenum dan keefektifan ekstrak puntung rokok takfilter

    Keterangan: K0 = Kontrol, K1 = Konsentrasi 10%, K2 = Konsentrasi 20%, K3 = Konsentrasi

      30%, T1 = Waktu perendaman 10 menit, T2 = Waktu perendaman 15 menit, T3 =

    Waktu perendaman 20 menit. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan 

      baris yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.

    Keefektifan Puntung Rokok sebagai ... (W.S. Suharti et al .)

  • 8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab

    7/9

    83

     puntung rokok filter juga dapat menjadi (2006), bercak dikelilingi oleh halo merah.

     penyebab terhambatnya pertumbuhan jamur Gejala yang paling khas adalah gejala di bagian

    (Pavia et al ., 2000). dalam, apabila buah apel Rome Beauty dibelah

    Uji in vivo membujur, terlihat bercak coklat atau hitam

    Pada pengujian in vivo, ekstrak yang menuju ke semua arah.

    digunakan berasal dari puntung rokok takfilter Hasil pengujian terhadap luas gejala

    dengan pelarut air. Pertimbangan dipilihnya menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada

    ekstrak takfilter dalam perlakuan adalah karena konsentrasi ekstrak puntung rokok takfilter

    ekstrak puntung takfilter memberikan pengaruh (Tabel 5). Hal ini membuktikan bahwa

     penghambatan yang baik terhadap perkembang- perbedaan konsentrasi ekstrak puntung rokok

    an diameter biakan G. fructigenum pada peneli- takfilter memberikan pengaruh terhadap

    tian in vitro. Puntung rokok takfilter juga menye- penurunan luas gejala G. fructigenum  baik di

    babkan penurunan ukuran dan penghambatan permukaan maupun bagian dalam buah apel

     perkecambahan konidium. Pelarut air digunakan  Rome Beauty. Kombinasi perlakuan terhadap

    dalam perlakuan in vivo karena air merupakan peubah luas gejala tidak memberikan pengaruh

     pelarut yang cukup baik (Madigan et al ., 2000), berbeda nyata, meskipun demikian ekstrak

    lebih mudah didapat dibandingkan etanol, puntung rokok takfilter tetap dapat menghambat

    sehingga diharapkan perlakuan ini dapat luas gejala.diaplikasikan dengan mudah dan murah oleh Berdasarkan data Tabel 5 diketahui

     petani. bahwa perlakuan ekstrak puntung rokok takfilter

    Masa inkubasi pada seluruh perlakuan dengan berbagai konsentrasi dapat menghambat

    adalah satu hari setelah inokulasi. Gejala pertumbuhan patogen G. fructigenum sehingga

     penyakit oleh jamur G. fructigenum pada buah dapat menekan laju infeksi. Hal ini sesuai

    apel Rome Beauty yang dilukai diawali dengan dengan Soesanto (2006) yang menyatakan

    bercak kecil dan sedikit cekung berwarna coklat bahwa penghambatan pertumbuhan patogen

    muda sampai coklat tua. Menurut Soesanto pada buah akan mengurangi laju infeksi.

    Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 77-85

    Tabel 6. Uji inderawi

    Keterangan: K0 = Kontrol, K1 = Konsentrasi 10%, K2 = Konsentrasi 20%, K3 = Konsentrasi

      30%, T1 = Waktu perendaman 10 menit, T2 = Waktu perendaman 15 menit, T3 =

    Waktu perendaman 20 menit. * = tidak berubah.

  • 8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab

    8/9

    84

    Perlakuan berupa waktu perendaman tidak ber- Saran

     pengaruh terhadap laju infeksi G. fructigenum. 1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai

    Menurut Thamrin et al . (2010), pestisida yang kisaran konsentrasi dan waktu perendaman

    berasal dari bahan nabati memiliki sifat mudah ekstrak puntung rokok untuk menghambat

    terurai di alam, sehingga diduga daya racun jamur G. Fructigenum pada buah apel.

    ekstrak puntung rokok berkurang pada saat 2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai

     perlakuan perendaman. aplikasi ekstrak puntung rokok untuk

    Perhitungan keefektifan ekstrak puntung menghambat jamur G. fructigenum  pada

    rokok dilakukan untuk melihat keefektifan buah apel di lapang.

     perlakuan ekstrak puntung rokok terhadap pene-

    kanan kerusakan akibat jamur G. fructigenum. UCAPAN TERIMA KASIH

    Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa Peneliti menyampaikan terima kasih

    konsentrasi yang semakin tinggi akan mening- kepada Fakultas Pertanian Unsoed atas bantuan

    katkan keefektifan ekstrak puntung rokok. Hal dana yang bersumber pada dana DIPA untuk

    ini sesuai dengan penelitian Akinbode dan Ikotun pelaksanaan penelitian. Ucapan terima kasih

    (2008). juga disampaikan kepada Afriliane Harni,

    Uji inderawi dilakukan dengan pende- mahasiswa Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan

    katan uji segitiga (triangle test ) melalui uji yang membantu pelaksanaan penelitian.

    terhadap warna, aroma, dan rasa buah apel yang

    telah diberi perlakuan (Tabel 6). Hasil pengujian DAFTAR PUSTAKA

    inderawi buah apel  Rome Beauty  yang diberi Akinbode, O.A. and T. Ikotun. 2008.

     perlakuan ekstrak puntung rokok menunjukkan Evaluation of some Bioagents and

    Botanicals in In vitro Control oftidak ada perbedaan dengan perlakuan pada

    Colletotrichum destructivum.  Africankontrol. Hal ini diduga karena kulit buah apel Journal of Biotechnology 7(7):868-872.

    tebal sehingga dapat menjadi penghalang fisikAlam, S., N, Akhter, M.F. Begum, M.S. Banu,

    (Shafiee et al ., 2008). Uji terhadap warna buahM.R. Islam, A.N. Chowdhury, and M.S.

     paling sukar untuk diberi deskripsi dan cara Alam. 2002. Antifungal Activities (in vitro)

     pengukurannya karena subjektivitas penglihatan of Some Plant Extracts and Smoke on Foru

    Fungal Pahogens of Different Hosts.berpengaruh dalam penilaian komoditasPakistan Journal of Biological Science 

    (Soekarto, 1985).5(3):307-309.

    Changkasiri, P. and S. Wongroung. 2009.KESIMPULAN DAN SARAN

    Effect of Soap Pod and Tobacco onKesimpulan Inhibition of Colletotrichum capsici. As. J.1. Ekstrak puntung rokok takfilter dan temba-  Food Ag-Ind.Special Issues:119-124.

    kau dengan pelarut air maupun etanol Dayan, F.E. and S.O. Duke. 2003. Trichomes

    mempunyai kemampuan untuk menghambat and Root Hairs: Natural Pesticide

    Factories. Pesticide outlook (The Royal pertumbuhanG. fructigenum in vitro.Society of Chemistry), 14 (44):175-178.

    2. Ekstrak puntung rokok kretek takfilter efek-

    tif mengendalikan G. fructigenum in vivo.

    Keefektifan Puntung Rokok sebagai ... (W.S. Suharti et al .)

  • 8/17/2019 Puntung Rokok Sebagai Pesnab

    9/9

    85

    Dubey, N.K., B. Srivastava, and A. Kumar. Pavia, C.S., A. Pierre, and J. Nowakowski.

    2008. Current Status of Plant Products as 2000. Antimicrobial Activity of Nicotine

    Botanical Pesticides in Storage Pest Against a Spectrum of Bacterial and Fungal

    Management.  Journal of Biopesticides  Pathogens. J. Med. Microbiol  49 (7):674-

    1(2):182-186. 675.

    Madigan, M.T., J.M. Martinko, and J. Parker. Shafiee, S., A.M. Motlagh, A.R. Didar, and S.th

    Minaee. 2008. Investigation the Effect of2000.  Biology of Microorganism  9 Ed.Skin on Mechanical Behavior of Apple.Prentice-Hall, Inc. New Jersey, USA.

     Journal of Food Technology 6(2):86-91.991p.

    Soekarto, S.I. 1985. Penilaian OrganoleptisManohara, D., D. Wahyuno, dan Sukamto.untuk Industri Pangan dan Hasil1993. Pengaruh Tepung dan MinyakPertanian. Bharata Karya Aksara, Jakarta.Cengkeh terhadap Phytophthora,87 hal. Rigidoporus  dan Sclerotium. Prosiding

    Seminar Hasil Penelitian dalam RangkaSoesanto, L. 2006. Penyakit Pascapanen

    Pemanfaatan Pestisida Nabati. Bogor, 1-2Sebuah Pengantar . Kanisius, Yogyakarta.

    Desember 1993. Hal. 19-27.

    268 hal.Noveriza, R dan M. Tombe. 2003. Uji In VitroSusana, D., B. Hartono, dan H. Fauzan. 2003.

    Limbah Puntung Rokok terhadap BeberapaPenentuan Kadar Nikotin dalam Asap

    Jamur Patogenik Tanaman.  Buletin TRO  Rokok. Makara Kesehatan 7(2):38-41.

    XIV(2):30-37.Thamrin, M., S. Asikin, Mukhlis, dan A.

    Panagan, A.T. dan N. Syarif. 2009. Uji DayaBudiman. 2010. Potensi Ekstrak Flora

    Hambat Asap Cair Hasil Pirolisis Kayu Lahan Rawa sebagai Pestisida Nabati (On-

    Pelawan (Tristania abavata) terhadapline). http://balittra.litbang.deptan.go.id/

    Bakteri Echerichia coli. Jurnal Penelitianeksotik/ Monograf%20-%204.pdf .

    Sains (12) 09:30-32.diakses pada 12 Juni 2010.

    Patung. 2006. Cigarette Production and

    Vaya J, P.A. Belinky, and M. Aviram. 1997.Consumption  (On-line). http://www. Antioxidant Constituents from Licoriceindonesiamatters. com/1021/cigarette-

    Roots: Isolation, Structure Elucidation and production-consumption/ diakses pada 12

    Antioxidative Capacity toward LDLJuni 2010.

    Oxidation.  Free Radical Biol. Med .

    23(2):302-313.

    Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 77-85