1
ARIS MUNANDAR B URHANUDDIN A Rasyid semringah. Bupati Sambas, Ka- limantan Barat, itu tidak henti mengembangkan senyumnya kepada tetamu yang datang. Bangga dan bahagia menye- limuti perasaan bupati yang te- lah memimpin Sambas selama dua periode itu. “Saya selaku bupati beserta masyarakat Sambas sangat bersyukur pada hari ini. Apa yang kami tunggu-tunggu dan perjuangkan selama ini akhirnya bisa terwujud,” kata Burhanuddin. Hari itu, tepat di awal 2011, Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) Aruk di Kecamatan Sa- jingan Besar, Kabupaten Sam- bas, resmi beroperasi. Sebuah seremoni digelar di PPLB Bi- awak, Serawak, Malaysia, yang bersebelahan dengan PPLB Aruk, menandai peresmian kedua pintu masuk ke kedua wilayah beda negara tersebut. Pembukaan PPLB yang ber- jarak sekitar 90 kilometer dari Kota Sambas itu adalah buah perjuangan panjang. Butuh waktu puluhan tahun untuk mewujudkan impian tersebut. Bahkan, agenda peresmian yang dijadwalkan sejak dua ta- hun lalu selalu tertunda karena berbagai kendala. Kepala Badan Perenca- naan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kalimantan Barat Fathan A Rasyid menyatakan pembukaan PPLB Aruk telah dirintis sejak kesepakatan da- lam Forum Kerja Sama Sosial- Ekonomi Malaysia-Indonesia (Sosek Malindo) pada 1983. Ada dua pintu masuk resmi yang disepakati untuk dibuka, yakni Entikong, Kabupaten Sanggau-Tebedu, Serawak, dan Aruk, Sambas-Biawak, Se- rawak. PPLB Entikong-Tebedu diresmikan pada 1992 dan menjadi pintu resmi pertama di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat. “Dalam tempo 18 tahun se- telah peresmian border (PPLB) di Entikong, baru dibuka satu lagi PPLB baru, yakni di Aruk,” kata Fathan. Ia mengungkapkan banyak faktor yang menjadi kendala sehingga PPLB Aruk baru bisa diresmikan pada awal tahun ini. Di antaranya menyangkut persoalan bujet dan prasarana serta personel yang harus di- siapkan kedua pihak. “Ada sistem teknologi in- formasi, infrastruktur, dan regulasi yang semuanya harus disiapkan secara komprehen- sif,” ungkap Fathan. Jadi kubangan Pembukaan PPLB Aruk mem- berikan secercah harapan baru dalam mengatasi ketertinggalan dan keterisolasian wilayah. Optimisme itu muncul karena akses perdagangan dan jasa dari kedua negara serumpun terse- but kini semakin terbuka. Berbagai program pemba- ngunan pun telah dilancarkan pemerintah, untuk menyong- song geliat perekonomian di wilayah perbatasan ini. Di antaranya, penyiapan sumber daya manusia melalui penye- diaan fasilitas pendidikan dan kesehatan. “Dahulu di Aruk hanya ada satu sekolah dasar. Kini, sudah ada SMA dan SMK. Kualitas pendidikan di (Kecamatan) Sa- jingan Besar juga melonjak dari rangking 19 menjadi rangking empat se-Kabupaten Sambas,” jelas Burhanuddin. Kendati demikian, masih ba- nyak tugas yang harus disele- saikan pemerintah untuk mewu- judkan harapan masyarakat itu. Sebutlah soal jalan akses ke Aruk yang saat ini baru sekitar 8 kilometer beraspal mulus. Selebihnya berlubang dan masih berupa jalan tanah merah. Kondisi itu dapat menggang- gu kelancaran arus transportasi karena beberapa ruas jalan berubah menjadi kubangan di saat musim penghujan. Jika sudah begitu, hanya kendaraan bermotor roda empat bergar- dan ganda yang bisa menuju lokasi perbatasan. Kondisi jalan rusak tidak hanya di sebelah Indonesia, tetapi juga di sebelah Malaysia. Berdasarkan pemantauan Me- dia Indonesia, terdapat sekitar 40 kilometer jalan dari PPLB Biawak menuju Kota Kuching yang becek dan berlubang. Na- mun, proyek perbaikan jalan di Malaysia sudah dimulai sejak beberapa waktu lalu. Sokongan ADB Burhanuddin memastikan kondisi jalan di wilayahnya juga akan segera diperbaiki mulai bulan depan. Proyek senilai Rp350 miliar itu ditar- getkan rampung pada perte- ngahan tahun depan. “Kalau saya tidak keliru, dananya dari Asian Develepo- ment Bank (ADB). Proyeknya sudah ditenderkan pemerintah pusat,” ujar mantan penyuluh pertanian itu. Kawasan Badau akan me- nyusul PPLB Aruk, yang se- belumnya hanya berupa pintu pelintasan tradisional. Hanya warga setempat dan pemilik tanda masuk khusus yang dibebaskan keluar-masuk me- lalui pelintasan ini. Namun, jangkauan bepergian mereka dibatasi di sekitar wilayah per- batasan karena tanda masuk itu tidak berlaku sebagai paspor. Untuk masuk dengan me- ngenakan paspor, mereka, seperti warga Kalbar lainnya, harus melalui PPLB Entikong. Butuh waktu seharian untuk menempuh perjalanan dari Aruk ke Entikong dengan ken- daraan bermotor. “Selama ini setiap hari rata- rata ada 30 orang dari wilayah Indonesia yang melintas di sini, dengan mengunakan pas (tanda masuk). Dari Malaysia, sekitar 10 orang,” kata Wakil Kepala Kantor Pelayanan Imi- grasi Biawak Mauris Dapot. Pembukaan PPLB Aruk sedianya akan dilakukan bersa- ma PPLB Badau di Kabupaten Kapuas Hulu. Namun, PPLB Badau baru bisa diresmikan pada tahun depan karena ma- sih menunggu kesiapan pihak Malaysia. “Ada masalah dalam penger- jaan PPLB mereka. Namun, sudah kami (beri) deadline, Feb- ruari 2012 pengerjaannya harus selesai,” ungkap Fathan. Sementara itu, Gubernur Kalimantan Barat Cornelis menyatakan pembukaan pintu masuk resmi ke Malaysia juga memiliki nilai kemanusiaan tinggi. Banyak warga di kedua perbatasan yang masih ber- saudara atau memiliki ikatan kekerabatan. (N-1) [email protected] 9 N USANTARA RABU, 12 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Harapan di Akhir Penantian Panjang Awal 2011, Pos Pemeriksaan Lintas Batas Aruk, Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, resmi beroperasi. PINTU MASUK: Pos Pemeriksaan Lintas Batas Aruk, di Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, resmi beroperasi awal Januari 2011. Pos Aruk merupakan pintu masuk kedua ke Malaysia di Kalimantan Barat setelah Entikong. PERIKSA PASPOR: Petugas memeriksa paspor warga yang akan masuk atau keluar Indonesia di Pos Pemeriksaan Lintas Batas Aruk, di Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, pekan lalu. FOTO-FOTO: MI/ARIS MUNANDAR

RABU, 12 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Harapan di Akhir ... · (Bappeda) Kalimantan Barat Fathan A Rasyid menyatakan pembukaan PPLB Aruk telah dirintis sejak kesepakatan da-lam Forum

Embed Size (px)

Citation preview

ARIS MUNANDAR

BURHANUDDIN A Rasyid semringah. Bupati Sambas, Ka-limantan Barat, itu

tidak henti mengembangkan senyumnya kepada tetamu yang datang.

Bangga dan bahagia menye-limuti perasaan bupati yang te-lah memimpin Sambas selama dua periode itu.

“Saya selaku bupati beserta masyarakat Sambas sangat bersyukur pada hari ini. Apa yang kami tunggu-tunggu dan perjuangkan selama ini akhirnya bisa terwujud,” kata Burhanuddin.

Hari itu, tepat di awal 2011, Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) Aruk di Kecamatan Sa-jingan Besar, Kabupaten Sam-bas, resmi beroperasi. Sebuah seremoni digelar di PPLB Bi-awak, Serawak, Malaysia, yang bersebelahan dengan PPLB Aruk, menandai peresmian kedua pintu masuk ke kedua wilayah beda negara tersebut.

Pembukaan PPLB yang ber-jarak sekitar 90 kilometer dari Kota Sambas itu adalah buah perjuangan panjang. Butuh waktu puluhan tahun untuk mewujudkan impian tersebut. Bahkan, agenda peresmian yang dijadwalkan sejak dua ta-hun lalu selalu tertunda karena berbagai kendala.

Kepala Badan Perenca-

naan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kalimantan Barat Fathan A Rasyid menyatakan pembukaan PPLB Aruk telah dirintis sejak kesepakatan da-lam Forum Kerja Sama Sosial-Ekonomi Malaysia-Indonesia (Sosek Malindo) pada 1983.

Ada dua pintu masuk resmi yang disepakati untuk dibuka, yakni Entikong, Kabupaten Sanggau-Tebedu, Serawak, dan Aruk, Sambas-Biawak, Se-rawak. PPLB Entikong-Tebedu diresmikan pada 1992 dan menjadi pintu resmi pertama di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat.

“Dalam tempo 18 tahun se-telah peresmian border (PPLB) di Entikong, baru dibuka satu lagi PPLB baru, yakni di Aruk,” kata Fathan.

Ia mengungkapkan banyak faktor yang menjadi kendala sehingga PPLB Aruk baru bisa diresmikan pada awal tahun ini. Di antaranya menyangkut persoalan bujet dan prasarana serta personel yang harus di-siapkan kedua pihak.

“Ada sistem teknologi in-formasi, infrastruktur, dan regulasi yang semuanya harus disiapkan secara komprehen-sif,” ungkap Fathan.

Jadi kubanganPembukaan PPLB Aruk mem-

berikan secercah harapan baru dalam mengatasi ketertinggalan dan keterisolasian wilayah.

Optimisme itu muncul karena akses perdagangan dan jasa dari kedua negara serumpun terse-but kini semakin terbuka.

Berbagai program pemba-ngunan pun telah dilancarkan pemerintah, untuk menyong-song geliat perekonomian di wilayah perbatasan ini. Di antaranya, penyiapan sumber daya manusia melalui penye-

diaan fasilitas pendidikan dan kesehatan.

“Dahulu di Aruk hanya ada satu sekolah dasar. Kini, sudah ada SMA dan SMK. Kualitas pendidikan di (Kecamatan) Sa-jingan Besar juga melonjak dari rangking 19 menjadi rangking empat se-Kabupaten Sambas,” jelas Burhanuddin.

Kendati demikian, masih ba-

nyak tugas yang harus disele-saikan pemerintah untuk mewu-judkan harapan masyarakat itu. Sebutlah soal jalan akses ke Aruk yang saat ini baru sekitar 8 kilometer beraspal mulus. Selebihnya berlubang dan masih berupa jalan tanah merah.

Kondisi itu dapat menggang-gu kelancaran arus transportasi karena beberapa ruas jalan

berubah menjadi kubangan di saat musim penghujan. Jika sudah begitu, hanya kendaraan bermotor roda empat bergar-dan ganda yang bisa menuju lokasi perbatasan.

Kondisi jalan rusak tidak hanya di sebelah Indonesia, tetapi juga di sebelah Malaysia. Berdasarkan pemantauan Me-dia Indonesia, terdapat sekitar 40 kilometer jalan dari PPLB Biawak menuju Kota Kuching yang becek dan berlubang. Na-mun, proyek perbaikan jalan di Malaysia sudah dimulai sejak beberapa waktu lalu.

Sokongan ADBBurhanuddin memastikan

kondisi jalan di wilayahnya juga akan segera diperbaiki mulai bulan depan. Proyek senilai Rp350 miliar itu ditar-getkan rampung pada perte-ngahan tahun depan.

“Kalau saya tidak keliru, dananya dari Asian Develepo-ment Bank (ADB). Proyeknya sudah ditenderkan pemerintah pusat,” ujar mantan penyuluh pertanian itu.

Kawasan Badau akan me-nyusul PPLB Aruk, yang se-belumnya hanya berupa pintu pelintasan tradisional. Hanya warga setempat dan pemilik tanda masuk khusus yang dibebaskan keluar-masuk me-lalui pelintasan ini. Namun, jangkauan bepergian mereka dibatasi di sekitar wilayah per-

batasan karena tanda masuk itu tidak berlaku sebagai paspor.

Untuk masuk dengan me-ngenakan paspor, mereka, seperti warga Kalbar lainnya, harus melalui PPLB Entikong. Butuh waktu seharian untuk menempuh perjalanan dari Aruk ke Entikong dengan ken-daraan bermotor.

“Selama ini setiap hari rata-rata ada 30 orang dari wilayah Indonesia yang melintas di sini, dengan mengunakan pas (tanda masuk). Dari Malaysia, sekitar 10 orang,” kata Wakil Kepala Kantor Pelayanan Imi-grasi Biawak Mauris Dapot.

Pembukaan PPLB Aruk sedia nya akan dilakukan bersa-ma PPLB Badau di Kabupaten Kapuas Hulu. Namun, PPLB Badau baru bisa diresmikan pada tahun depan karena ma-sih menunggu kesiapan pihak Malaysia.

“Ada masalah dalam penger-jaan PPLB mereka. Namun, sudah kami (beri) deadline, Feb-ruari 2012 pengerjaannya harus selesai,” ungkap Fathan.

Sementara itu, Gubernur Kalimantan Barat Cornelis menyatakan pembukaan pintu masuk resmi ke Malaysia juga memiliki nilai kemanusiaan tinggi. Banyak warga di kedua perbatasan yang masih ber-saudara atau memiliki ikatan kekerabatan. (N-1)

[email protected]

9NUSANTARARABU, 12 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

Harapan di Akhir Penantian PanjangAwal 2011, Pos Pemeriksaan Lintas Batas Aruk, Kecamatan Sajingan Besar,

Kabupaten Sambas, resmi beroperasi.

PINTU MASUK: Pos Pemeriksaan Lintas Batas Aruk, di Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, resmi beroperasi awal Januari 2011. Pos Aruk merupakan pintu masuk kedua ke Malaysia di Kalimantan Barat setelah Entikong.

PERIKSA PASPOR: Petugas memeriksa paspor warga yang akan masuk atau keluar Indonesia di Pos Pemeriksaan Lintas Batas Aruk, di Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, pekan lalu.

FOTO-FOTO: MI/ARIS MUNANDAR