123
PERSEPSI DOKTER, APOTEKER, DAN PASIEN MENGENAI KELENGKAPAN RESEP DAN KEMUDAHAN PEMBACAAN TULISAN DALAM RESEP (LEGIBILITY) DI KOTA YOGYAKARTA PERIODE FEBRUARI-MEI 2007 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Irwan Febriantoro NIM : 038114083 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

PERSEPSI DOKTER, APOTEKER, DAN PASIEN MENGENAI KELENGKAPAN RESEP DAN

KEMUDAHAN PEMBACAAN TULISAN DALAM RESEP (LEGIBILITY) DI KOTA YOGYAKARTA PERIODE FEBRUARI-MEI 2007

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Irwan Febriantoro

NIM : 038114083

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

PERSEPSI DOKTER, APOTEKER, DAN PASIEN MENGENAI KELENGKAPAN RESEP DAN

KEMUDAHAN PEMBACAAN TULISAN DALAM RESEP (LEGIBILITY) DI KOTA YOGYAKARTA PERIODE FEBRUARI-MEI 2007

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Irwan Febriantoro

NIM : 038114083

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

Persetujuan Pembimbing

PERSEPSI DOKTER, APOTEKER, DAN PASIENMENGEN{ KELENGKAPAIT RESEP DAN

KEMUDAHAN PEMBACAAI\ TULISAI\ DALAM RESEP (LEGIBILITNDI KOTA YOGYAKARTA PERIODE FEBRUARI.MEI2OOT

Disusun oleh:

kwan Febriantoro

NIM:038114083

Skripsi ini telah disetujui oleh :

Aris Wldayati, M.Si.,,{pt.

Tanggal' ..1for)*"lr.4d... tooE'

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

Pengesehen Skripsi

PNR,SEPSI I}OKTER. APOTEKER5 DA}t PASIENMENGENAI KELENGKAPAI\I RESEP DAI\[

KEMUDAHAN PEMBACAAN TULISAI\I DALAM RESEP (LEGIBILITNDI KOTA YOGYAI(ARTA PERIODE FEBRUARI-MEIaAO7

Oleh:kwan FebriantoroNM:038114083

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji SkripsiFakultas Farmasi

Universias Sanata Dharmapada tanggal : 16 Januari 200E

MengetahuiFakultas Farmasi

Panitia Penguji :

1. Aris Widayati, M.Si., Apt.

2. Yustina Sri tlartini, M.Si., Apt.

3. Ipang Djunarko, S.Si., Apt.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

LEMBAR PERhI}.ATAA I N PERSETIJJL:ANPTiBLII{ASI I(dR}A ILMIAH UNTUK KEPE]TTINGAN AKAI}EMIS

Yang bertanda tangpn di bawah ini, sa-ra malasiswa Universitas Sanata Dhanna :

N*:xa : Irwan Febriantoro

l'icmor l\.{ahasisna : 038114083

Demi pengembangan ilm* pengetahuan, saya memberikan kepada Perpastekaan

Llgiversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjud*l :

"PERSEPSI DBKTE& APOTEXER, DAN PASIEN MENGENAIHELEIiGKAPAN RESSP DAN KEMIJDAHAN }E*IBACAA1q TULTSANIIALA*{ RESEP (LEGIBILITT} I}I KOTA I'OGYAIL{RTA PERIODEFE3RLr.{RI-ME| 2987."

bessria perangkat 1'ang diperlukan (bila ada). Dengmr demikia* sala memberika*

kepada Perpustakaan Universitas Sanafa Dharma hak utfuk maryirnparL me-

*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data-

r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya di Intemet atat msdia

lain raaili kepentingan akademis tanpa perlu neminta ijia dari saya manpun

memtrerikan royalti kepada saya selama tetap rlrencantunkan nama saya setrapi

penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat delgan sebenarnya.

Dibuaf di YopX'akarta

Pada ranggat :28 Januari 2S08

{lrwan Febriantoro}

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

PRAKATA

Puji dan terima kasih untuk Tuhan atas berkat dan penyertaan yang diberikan

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Selama

pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi, penulis memperoleh banyak

bantuan, dukungan, doa, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta .

2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing dan penguji yang selalu

memberikan arahan, saran, kritik, dan dorongan serta selalu sabar dalam

membimbing sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan

dengan lancar.

3. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan

saran dan kritik yang bermanfaat bagi skripsi ini.

4. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan

saran dan kritik yang bermanfaat bagi skripsi ini.

5. Bapak Yosef Wijoyo, M. Si., Apt. selaku pembimbing akademis yang selalu

memberikan motivasi terhadap penulis.

6. ”Ebes” saya Sudradjad yang selalu menjadi kebangganku terhadap hidup selama

ini. Terima kasih untuk perlindungan, kebebasan, doa, dukungan moral dan

materialnya selama ini.

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

7. ”Memes” saya Iswanti yang selalu teguh dalam setiap kesempatan berkehidupan

bersama penulis.

8. ”Mas”Dodo, Kunti, dan Igo ”Mbik” yang menjadi motivasi penulis untuk selalu

tekun dan bekerja keras didalam setiap kesempatan.

9. Maduma Maria M. S. atas segala cinta, perhatian, doa, kasih sayang, dan

kerewelannya untuk penulis selama ini.

10. Sahabatku Budiarto, Andreas, Vian, Yulia, Wiwit, Hengky, Hermanto, Rizky,

Ndaru, Taufan, Yopinus dan Vicimus untuk semangat, keceriaan, cemooh,

persahabatan, dan kerja samanya selama ini.

11. Rekan kerjaku K. Ratih ”Sirih Merah” Triuntari, atas motivasi dan kerjasamanya

selama ini.

12. Teman-teman kelas B dan seluruh angkatan 2003 atas segala kemurahan hati

kalian telah menerima penulis sebagai bagian hidup kalian.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada skripsi ini. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat

bagi pembaca.

Yogyakarta, Januari 2008

Irwan Febriantoro

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

FERF$YAfAAITI KEASLTAF{ KARYA

Srya nrcr{f#*l dergm @ggufurye b*ara drriF*i Iffig seya tt*is ini

ti# wmtr4 karya #ffi* @iffi Emya seg }"*Ib kffidi yag td* disffier

&furn M*pwlfud#trpt*a *e&r*eilixr#E laydrya k*ya ihr*i*-

Inxan Febriantoro

\rIT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

INTISARI

Medication errors adalah kesalahan dalam proses pengobatan pasien yang sebenarnya dapat dihindari, akan tetapi hal tersebut tetap terjadi. Cohen menjabarkan beberapa hal yang secara umum dapat menyebabkan medication errors salah satunya adalah : komunikasi yang gagal. Medication errors potensial terjadi pada fase proses komunikasi non verbal antara dokter dan apoteker mengenai pengobatan pasien, dan resep merupakan satu – satunya alat komunikasi non verbal tersebut. Masalah yang timbul pada resep adalah adanya tulisan pada resep yang tidak jelas dan tidak lengkap. Padahal, salah satu persyaratan komunikasi yang ideal adalah adanya media komunikasi yang mampu secara optimal menghantarkan pesan. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai persepsi dokter, apoteker, dan pasien mengenai kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan tulisan dalam resep.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan survei epidemiologi deskriptif. Instrumen penelitian berupa kuisioner. Data yang diperoleh diolah dengan statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 46.81 % dokter dan 61.73 % apoteker, dan 18 % pasien menyatakan bahwa semua aspek kelengkapan resep penting dimuat dalam resep.

Mengenai kemudahan pembacaan resep, 93.61 % dokter, 98.77 % apoteker, dan 69 % pasien menyatakan bahwa tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas. Sedangkan 58 % pasien menyatakan bahwa resep yang diterima tidak jelas dan tidak terbaca.

Secara umum, seluruh responden berkecenderungan setuju apabila resep ditulis dengan jelas dan memenuhi semua aspek kelengkapan resep.

Kata kunci : persepsi, dokter, apoteker, pasien, kelengkapan resep, dan legibility.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

ABSTRACT

Medication errors is a failure in patient treatment process that in fact can be avoided, but the situation still happen. Cohen explains general things causes medication errors, one of them is communication failure. Based in this situation, prescription must have optimally capable to submit the message. Medication errors potentially happen on non-verbal communication such as prescription. Those prescription problems are about prescription completeness and prescription legibility. Therefore, this research was about physicians, pharmacists, and patients perceptions about prescription completeness and prescription legibility.

The research was a non experimental with a descriptive epidemiologic survey plan. The main instrument of this study was questionnaire. The achieved data analyzed by using descriptive statistics.

The results have shown that 46.81 % physicians, 61.73 % pharmacists, and 18 % patients agreed that all completeness aspects of prescription were necessary to write on the prescription.

While about the legibility of prescription, 93.61 % physicians, 98.77 % pharmacists, and 69 % patients declare that the prescription must be read clearly. Although 58 % patient revealed that prescriptions they got were unclear and illegible.

Generally, entire respondents inclined that the prescription must be read clearly and fulfil completeness aspects of prescription.

Key words : perception, physician, pharmacist, patient, prescriptions completeness

,and prescriptions legibility.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................iii

HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................................iv

PRAKATA....................................................................................................................v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.....................................................................vii

INTISARI..................................................................................................................viii

ABSTRACT...................................................................................................................ix

DAFTAR ISI.................................................................................................................x

DAFTAR TABEL.....................................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................xv

BAB I. PENGANTAR..................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

1. Perumusan masalah..............................................................................2

2. Keaslian penelitian................................................................................3

3. Manfaat penelitian................................................................................4

B. Tujuan.....................................................................................................................5

BAB II. PENELAAH PUSTAKA................................................................................6

A. Resep.......................................................................................................................6

B. Aspek kelengkapan resep........................................................................................9

C. Aspek kemudahan pembacaan tulisan dalam resep..............................................15

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

D. Persepsi.................................................................................................................17

E. Dokter...................................................................................................................18

F. Apoteker................................................................................................................20

G. Pasien....................................................................................................................22

H. Pelayanan Kefarmasian.........................................................................................25

I. Keterangan empiris...............................................................................................27

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................................28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian............................................................................28

B. Definisi Operasional.............................................................................................28

C. Subyek Penelitian dan Teknik Sampling..............................................................29

D. Instrumen Penelitian.............................................................................................32

E. Tata Cara Penelitian..............................................................................................35

F. Keterbatasan Penelitian.........................................................................................37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................…………….....................38

A. Karakteristik Responden.......................................................................................38

1. Karakteristik responden dokter...........................................................38

2. Karakteristik responden apoteker.......................................................42

3. Karakteristik responden pasien...........................................................45

B. Persepsi Dokter Mengenai Kelengkapan Resep dan Kemudahan Pembacaan

Resep (Legibility)..................................................................................................46

1. Persepsi dokter mengenai kelengkapan resep.....................................46

2. Persepsi dokter mengenai kemudahan pembacaan resep (legibility)..55

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

C. Persepsi Apoteker Mengenai Kelengkapan Resep dan Kemudahan Pembacaan

Resep (Legibility)..................................................................................................61

1. Persepsi apoteker mengenai kelengkapan resep.................................61

2. Persepsi apoteker mengenai kemudahan pembacaan resep

(legibility)............................................................................................69

D. Persepsi Pasien Mengenai Kelengkapan Resep dan Kemudahan Pembacaan

Resep (Legibility)..................................................................................................72

1. Persepsi pasien mengenai kelengkapan resep.....................................72

2. Persepsi pasien mengenai kemudahan pembacaan resep (legibility)..76

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………........81

A. Kesimpulan...........................................................................................................81

B. Saran ....................................................................................................................82

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................83

LAMPIRAN................................................................................................................86

BIOGRAFI PENULIS..............................................................................................107

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Persentase Frekuensi Ketidaklengkapan Resep Pasien pediatri di Rumah

Sakit I, Rumah Sakit II dan 10 Apotek di Yogyakarta Tahun 2005......14

Tabel II. Daftar pernyataan untuk dokter dan apoteker........................................33

Tabel III. Daftar pernyataan untuk pasien.............................................................34

Tabel IV. Persepsi dokter dan apoteker mengenai kelengkapan resep..................47

Tabel V. Persepsi dokter dan apoteker mengenai kemudahan pembacaan resep

(legibility)...............................................................................................56

Tabel VI. Persepsi pasien mengenai kelengkapan resep .......................................72

Tabel VII. Persepsi pasien mengenai kemudahan pembacaan resep

(legibility)...............................................................................................77

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Karakteristik usia responden dokter....................................................38

Gambar 2. Karakteristik jenis kelamin responden dokter.....................................39

Gambar 3. Karakteristik spesialisasi responden dokter........................................39

Gambar 4. Karakteristik tahun kelulusan responden dokter.................................40

Gambar 5. Karakteristik lama praktik responden dokter......................................40

Gambar 6. Karakteristik jumlah tempat praktik responden dokter.......................41

Gambar 7. Karakteristik rata-rata kunjungan pasien responden dokter................41

Gambar 8. Karakteristik usia responden apoteker................................................42

Gambar 9. Karakteristik jenis kelamin responden apoteker.................................43

Gambar 10. Karakteristik tahun lulus apoteker .....................................................43

Gambar 11 Karakteristik pendidikan terakhir responden apoteker.......................44

Gambar 12. Karakteristik lama menjadi APA responden apoteker........................44

Gambar 13. Karakteristik rata-rata resep setiap hari..............................................44

Gambar 14. Karakteristik usia responden pasien....................................................45

Gambar 15. Karakteristik jenis kelamin responden pasien.....................................45

Gambar 16. Karakteristik pendidikan terakhir responden pasien...........................46

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat ijin responden dokter.................................................................86

Lampiran 2. Surat ijin responden apoteker..............................................................87

Lampiran 3. Surat ijin responden pasien……………………………….................88

Lampiran 4. Surat ijin BAPEDA D.I.Y. .................................................................89

Lampiran 5. Surat ijin Dinas Perijinan Pemerintah Kota Yogyakarta....................90

Lampiran 6. Lembar kuesioner dokter....................................................................91

Lampiran 7. Lembar kuesioner apoteker.................................................................93

Lampiran 8. Lembar kuesioner pasien....................................................................95

Lampiran 9. Hasil kuesioner dokter........................................................................97

Lampiran 10. Hasil kuesioner apoteker……………………………………….......100

Lampiran 11. Hasil kuesioner pasien…………………………………………......103

Lampiran 12. Daftar apotek di Kota Yogyakarta....................................................105

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Medication errors adalah kesalahan dalam proses pengobatan pasien yang

sebenarnya dapat dihindari, akan tetapi hal tersebut tetap terjadi. Medication errors

merupakan hal yang sangat kritis dan harus ditangani secara tepat dan cepat.

Medication errors merupakan bagian yang terkait dengan patient safety. Cohen

(1999) menjabarkan beberapa hal yang secara umum dapat menyebabkan medication

errors adalah : komunikasi yang gagal, kurangnya distribusi obat, perhitungan dosis

yang salah, masalah-masalah yang terkait bagian obat-obatan, pemberian obat yang

salah, dan kurangnya edukasi pasien.

Mengacu pada penelitian Simbolon (2005), 80 responden (apoteker dan

asisten apoteker) yang mengetahui tentang medication error, sebagian besar

responden berpendapat bahwa resep yang tidak jelas dan tidak terbaca merupakan

merupakan faktor utama penyebab medication errors.

Medication errors potensial terjadi pada fase proses komunikasi non verbal

antara dokter dan apoteker mengenai pengobatan pasien. Pada proses komunikasi

non verbal, resep merupakan satu – satunya alat komunikasi antara dokter dan

apoteker. Salah satu persyaratan sebuah komunikasi yang ideal adalah adanya media

komunikasi yang memadai yang mampu secara optimal menghantarkan pesan dari

pihak pemberi pesan ke pihak penerima pesan.

Berdasarkan hal tersebut maka resep harus mempunyai kemampuan optimal

dalam menyampaikan pesan dari dokter kepada apoteker mengenai terapi obat bagi

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

2

pasien. Oleh karena itu, aspek persyaratan kelengkapan sebuah resep dan

keterbacaan tulisan dokter dalam resep (legibility) menjadi hal yang sangat penting.

Aspek kelengkapan sebuah resep seharusnya dipenuhi oleh dokter penulis

resep sebagai salah satu langkah preventif terhadap kejadian medication errors. Akan

tetapi berdasarkan penelitian Widayati dan Hartayu (2006) mengemukakan bahwa

dari 2 rumah sakit dan 10 apotek yang diteliti, memberikan gambaran bahwa dari

tiga tempat penelitian tidak satupun yang memenuhi semua aspek kelengkapan resep,

bahkan yang menarik adalah terdapat 1 buah resep yang tidak mencantumkan nama

pasien.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, peneliti merasa

tertarik untuk mengetahui persepsi dokter, apoteker, asisten apoteker, dan pasien

mengenai kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan tulisan dalam resep

(legibility) di Kota Yogyakarta.

1. Perumusan masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

a. seperti apa profil persepsi dokter di wilayah Kota Yogyakarta mengenai aspek

kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan resep (legibility)?

b. seperti apa profil persepsi apoteker di wilayah Kota Yogyakarta mengenai aspek

kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan resep (legibility)?

c. seperti apa profil persepsi pasien di wilayah Kota Yogyakarta mengenai aspek

kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan resep (legibility)?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

3

2. Keaslian penelitian

Rahmawati dan Oetari (2002) melakukan penelitian dengan judul “Kajian

Penulisan Resep: Tinjauan Aspek Legalitas dan Kelengkapan Resep di Apotek-

apotek Kotamadya Yogyakarta”. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada

metodologi, waktu, dan fokus penelitian. Pada penelitian ini menggunakan resep

sebagai bahan penelitian, serta menggunakan kuesioner dan wawancara sebagai data

pendukung.

Simbolon (2005) melakukan penelitian dengan judul, “Persepsi Pembaca

Resep Mengenai Resep yang Berpotensi Menyebabkan Medication Errors di Apotek

di Kota Yogyakarta Periode Januari-Februari 2005”. Perbedaan dengan penelitian ini

terletak pada subyek, waktu dan variabel penelitian.

Penelitian oleh Widayati dan Hartayu (2006) dengan judul, “Kajian

Kelengkapan Resep dan Kombinasi Obat Untuk Pediatri Yang Berpotensi

Menimbulkan Medication Errors di 10 Apotek Kota Yogyakarta dan 2 Rumah Sakit

di Yogyakarta”. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada subyek, lokasi, waktu,

dan fokus penelitian.

Pramudiarja (2006) dengan judul “Potensi Medication Errors dalam Resep

Pediatri di 10 Apotek di Kota Yogyakarta Periode Januari-Maret 2006 dan Persepsi

Pembaca Resep yang Menanganinya (Tinjauan Aspek Kelengkapan dan Kemudahan

pembacaan tulisan dalam resep)”. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada

subyek, lokasi, waktu, dan fokus penelitian.

Penelitian ini pernah dilakukan Triuntari (2007) dengan judul “Persepsi

Dokter, Apoteker, Asisten Apoteker, dan Pasien Mengenai Kelengkapan Resep dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

4

Kemudahan Pembacaan Tulisan Dalam Resep (Legibility) di Empat Rumah Sakit

Umum di Kota Yogyakarta Periode Maret-April 2007. Perbedaan dengan penelitian

ini terletak pada obyek, lokasi, dan waktu penelitian.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu

pengetahuan di bidang kefarmasian, terutama dalam bidang pelayanan kefarmasian.

b. Manfaat praktis

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi pengembangan

model – model resep yang ideal di Indonesia. Penelitian mengenai

pengembangan model resep yang ideal akan dapat mengacu pada hasil

penelitian ini, sehingga penelitian ini berkedudukan sebagai penelitian

pendahuluan.

2. Sumber informasi bagi dokter dan apoteker dalam usaha mengoptimalkan

komunikasi non verbal antar tenaga kesehatan.

3. Sumber informasi bagi dokter dan apoteker dalam mengevaluasi, serta

mencegah terjadinya medication errors yang disebabkan oleh

ketidaklengkapan dan ketidakjelasan penulisan dalam resep.

4. Sumber informasi bagi masyarakat mengenai pentingnya aspek kelengkapan

resep dan kemudahan pembacaan tulisan dalam resep, sebagai bagian dari

usaha pencegahan medication errors.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

5

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dokter, apoteker dan

pasien terhadap kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan tulisan (legibility)

pada resep.

2. Tujuan khusus

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

a. mengetahui persepsi dokter di wilayah Kota Yogyakarta mengenai aspek

kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan resep (legibility).

b. mengetahui persepsi apoteker di wilayah Kota Yogyakarta mengenai aspek

kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan resep (legibility).

c. mengetahui persepsi pasien di wilayah Kota Yogyakarta mengenai aspek

kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan resep (legibility).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Resep

Berdasarkan Kepmenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002, dan Kepmenkes No.

1027/MenKes/SK/IX/2004 resep didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari

dokter, dokter gigi, dokter hewan, kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk

menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku (Anonim, 2002 dan 2004a).

Menurut Scott (2000), resep merupakan pesanan untuk pengobatan yang

dikeluarkan oleh dokter, dokter gigi, dan praktisi medis lainnya yang telah memiliki

izin. Beberapa negara memberikan izin bagi para penulis resep yang memiliki

kewenangan praktek terbatas. Sebagai contoh, dokter hewan dapat meresepkan obat

hanya untuk hewan saja; dokter ahli penyakit kaki (podiatrist) dapat meresepkan

obat yang digunakan untuk mengobati kaki; dokter ahli mata (optometrist) yang

hanya dapat meresepkan obat untuk mengobati kelainan pada mata. Resep

menunjukkan pengobatan dan dosis yang spesifik dan digunakan pada pasien dalam

kurun waktu tertentu. Secara umum, obat yang diresepkan mengacu resep milik

pasien.

Joenoes (2001) menambahkan bahwa resep harus ditulis dengan lengkap,

supaya dapat memenuhi syarat untuk dibuatkan obatnya di apotek. Resep yang

lengkap terdiri atas :

1. nama dan alamat dokter serta nomor surat izin praktek, dan dapat pula dilengkapi

dengan nomor telepon, jam, dan hari praktek.

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

7

2. nama kota serta tanggal resep itu ditulis dokter.

3. tanda R/, singkatan dari recipe yang berarti “harap diambil”

Nomor 1-3 di atas disebut Inscriptio.

4. nama setiap jenis/ bahan obat yang diberikan serta jumlahnya:

a. jenis/ bahan obat dalam resep terdiri dari :

1. remedium cardinale atau obat pokok yang mutlak harus ada. Obat pokok

ini dapat berupa bahan tunggal, tetapi juga dapat terdiri dari beberapa

bahan.

2. remedium adjuvans yaitu bahan yang membantu kerja obat pokok;

adjuvans tidak mutlak perlu ada dalam tiap resep.

3. corrigens hanya kalau diperlukan untuk memperbaiki rasa, warna atau

bau obat (corrigens saporis, coloris, dan odoris).

4. constituens atau vehikulum, seringkali perlu, terutama kalau resep berupa

komposisi dokter sendiri dan bukan obat jadi. Misalnya konstituen obat

minum umumnya air.

b. jumlah bahan obat dalam resep dinyatakan dalam satuan berat untuk bahan

padat dan satuan isi untuk cairan (tetes, mililiter, liter). Perlu diingatkan

bahwa menuliskan angka tanpa keterangan lain, yang dimaksud adalah

“gram”.

5. cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki, misalnya f.l.a. pulv. = fac

lege artis pulveres = buatlah sesuai aturan, obat berupa puyer.

Nomor 4-5 di atas disebut Praescriptio.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

8

6. aturan pemakaian obat oleh penderita umumya ditulis dengan singkatan bahasa

Latin. Aturan pakai ditandai dengan signa, biasanya disingkat S.

7. nama penderita di belakang kata Pro : merupakan identifikasi penderita, dan

sebaiknya dilengkapi dengan alamtanya yang akan memudahkan penelusuran

bila terjadi sesuatu dengan obat pada penderita.

8. tanda tangan atau paraf dokter/ dokter gigi/ dokter hewan yang menuliskan resep

tersebut yang menjadikan suatu resep itu otentik.

Nomor 8 di atas disebut Signatura.

Menurut Joenoes (2001), satu resep umumnya hanya diperuntukkan bagi satu

penderita. Pada kenyataannya resep lebih besar maknanya dari yang disebutkan di

atas, karena resep merupakan perwujudan akhir dari kompetensi, pengetahuan,

keahlian dokter dalam menerapkan pengetahuannya dalam bidang farmakologi dan

terapi. Menurut undang-undang yang diperbolehkan menulis resep ialah dokter

umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Bagi dokter umum dan dokter

spesialis tidak ada pembatasan mengenai jenis obat yang boleh diberikan kepada

penderitanya. Bagi dokter gigi ada pembatasan, yaitu dokter gigi hanya boleh

menuliskan resep berupa jenis obat yang berhubungan dengan penyakit gigi.

Bahasa Latin digunakan dalam resep, tidak saja untuk penulisan nama-nama

obat tetapi juga untuk ketentuan-ketentuan mengenai pembuatan atau bentuk obat,

termasuk petunjuk-petunjuk aturan pemakaian obat yang pada umumnya ditulis

berupa singkatan. Untuk menghindari salah interpretasi, singkatan-singkatan bahasa

Indonesia untuk obat dan juga aturan pakainya sedapat mungkin dihindarkan, karena

dapat meragukan makna. Beberapa alasan penggunaan bahasa Latin adalah :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

9

1. bahasa Latin adalah bahasa yang mati, artinya tidak dipakai lagi dalam

percakapan sehari-hari. Dengan demikian bahasa ini tidak bertumbuh dengan

pembentukan kosakata-kosakata baru.

2. bahasa Latin merupakan bahasa internasional dalam dunia/ profesi kedokteran

dan kefarmasian, (misalnya untuk nama-nama anatomis bagian tubuh, nama

penyakit dan gejala penyakit, nama bahan obat, nama bahan tumbuhan obat

berkhasiat, dan sebagainya).

3. dengan menggunakan bahasa Latin tidak akan terjadi dualisme tentang bahan/ zat

yang dimaksud dalam resep.

4. dalam hal-hal tertentu, karena faktor-faktor psikologis, ada baiknya penderita

tidak perlu mengetahui bahan obat yang diberikan kepadanya (Joenoes, 2001).

B. Aspek Kelengkapan Resep

Permenkes 26/MenKes/Per/1/1981 pasal 10 ayat 1, menyatakan bahwa resep

harus ditulis dengan jelas dan lengkap (Anonim, 1981a).

Berdasarakan Kepmenkes R.I. No. 280/ MenKes/ SK/V/1981, resep juga

harus memuat :

1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan;

2. Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat;

3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep;

4. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

5. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

10

6. tanda seru atau paraf doketr untuk resep yang mengandung obat yang humlahnya

melebihi dosis maksimal (Anonim, 1981b).

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, apoteker

melakukan skrining resep meliputi :

1. Persyaratan administratif :

1. Nama, SIP dan alamat dokter.

2. Tanggal penulisan resep.

3. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.

4. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.

5. Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta.

6. Cara pemakaian yang jelas.

7. Informasi lannya.

2. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

3. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,

durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya

dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan

dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah

pemberitahuan (Anonim, 2004a).

Saat menuliskan resep, penulis resep memberikan informasi dan instruksi

kepada peracik obat. Informasi dan instruksi minimal yang harus dicantumkan

adalah:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

11

1. nama, alamat, dan nomor telepon penulis resep. Ini merupakan identitas dan

nomor telepon untuk menghubungi penulis resep.

2. tanggal penulisan resep. Hal tersebut untuk mengidentifikasi tanggal ditulisnya

resep tersebut. Beberapa aturan di Controlled Drugs di U.K. (United Kingdom)

mengharuskan bahwa resep harus ditebus dalam kurun waktu tertentu setelah

resep tersebut dibuat.

3. nama obat beserta kekuatan dan dosisnya. Nama obat dapat dituliskan dalam

bentuk nama generik ataupun nama dagangnya.

4. dosis dan regimen dosis. Produk obat yang digunakan secara topikal seperti krim

biasanya tidak memiliki dosis yang spesifik.

5. jumlah total obat yang diracik.

6. aturan pakai. Aturan pakai dapat berupa cara pakai (oleskan secara tipis,

dilarutkan dalam air) dan tempat pemakaian (di mata, telinga, kulit kepala)

7. nama, alamat, dan umur pasien. Hal tersebut untuk mengidentifikasi pasien

dewasa ataupun anak-anak.

8. tanda tangan penulis resep. Hal ini merupakan aspek legal yang diperlukan dalam

penulisan resep (Rees, 2004).

Menurut Joenoes (2001), mengenai beberapa ketentuan tentang menulis

resep:

1. secara hukum dokter yang menandatangani suatu resep bertanggung jawab

sepenuhnya tentang resep yang ditulisnya untuk penderitanya.

2. resep ditulis demikian rupa sehingga dapat dibaca, sekurang-kurangnya oleh

petugas di apotek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

12

3. resep ditulis denga tinta atau lainnya, sehingga tidak mudah terhapus.

4. tanggal suatu resep ditulis dengan jelas. Tanggal resep ditebus oleh penderita di

apotek tidak mutlak sama dengan tanggal resep yang ditulis oleh dokter; obat

bisa saja baru diambil oleh penderita satu atau beberapa hari setelah resep

diterimanya dari dokter (oleh karena sebab/ alasan tertentu).

5. bila penderita seorang anak, maka harus dicantumkan umurnya. Ini penting bagi

apoteker untuk mengkalkulasi apakah dosis obat yang ditulis pada resep sudah

cocok dengan umur si anak. Ada nama penderita saja tanpa umur, resep tersebut

dianggap untuk seorang dewasa. Pencantuman umur ini terutama berlaku bila

penderita berumur 12 tahun ke bawah.

6. di bawah nama penderita hendaknya dicantumkan juga alamatnya; ini penting,

dalam keadaan darurat (misalnya salah obat) penderita langsung dapat dihubungi.

Alamat penderita di resep juga akan mengurangi kesalahan/ tertukar memberikan

obat bila pada suatu waktu ada dua orang yang menunggu resepnya dengan nama

yang kebetulan sama.

7. untuk jumlah obat yang diberikan dalam resep dihindari memakai angka desimal,

untuk menghindari kemungkinan kesalahan.

8. untuk obat yang dinyatakan dengan satuan Unit, jangan disingkat menjadi U.

9. untuk obat atau jumlah obat berupa cairan, dinyatakan dengan satuan ml,

hindarkan menulis cc atau cm3 (Joenoes, 2001).

Menurut Cohen (1999), penulis resep harus mempertimbangkan faktor

individu pasiennya dalam menentukan pengobatan yang tepat sebelum menuliskan

resep untuk pasiennya. Informasi yang lengkap mengenai pasien seperti umur, berat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

13

badan, fungsi hepar dan ginjal, status penyakit lain yang mungkin diderita, hasil tes

laboratorium, jenis obat yang pernah atau sedang dikonsumsi pasien, alergi, dan latar

belakang keluarga. Faktor-faktor tersebut perlu dipertimbangkan karena dapat

berpotensi terjadi kontraindikasi dengan pengobatan yang akan diterima oleh pasien.

Medication errors bisa terjadi karena peresepan yang tidak sesuai,

ketidakpatuhan pasien, kesalahan pada saat peracikan, dan kesalahan pada saat

pengobatan, dan berbedanya tujuan terapi dari obat dengan tujuan terapi dari pasien.

Medication errors, sering dihubungkan dengan angka rawat inap yang signifikan

pada setiap tahunnya, dan juga dihubungkan dengan angka morbiditas dan

mortalitas. Resiko dari medication errors sangatlah besar untuk pasien pediatri,

geriatri, dan pada pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi yang sempit.

Aturan penting bagi apoteker dalam menyediakan pharmaceutical care adalah

dengan mengantisipasi dan mencegah terjadinya medication errors pada pasien yang

mereka layani. Panduan untuk mencegah medication errors telah dikembangkan oleh

dewan dari Professional Affairs of the American Society of Health-System

Pharmacists. Di dalamnya disinggung pula mengenai penulisan resep seperti:

1. penulisan resep harus lengkap dan berhubungan dengan informasi kondisi pasien,

nama obat, dosis, dan harus dilihat kembali oleh penulis resep untuk melihat

kebenaran dan kejelasan setelah menuliskan resep.

2. penulisan singkatan harus sesuai dengan standar yang digunakan

3. aturan pakai yang tidak jelas harus dihindarkan, sedangkan obat dengan aturan

pakai yang khusus harus dituliskan.

4. kekuatan obat (contoh : 20 mg) dan jumlah obat haruslah spesifik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

14

5. tata nama pada nama obat haruslah digunakan, terlebih untuk singkatan pada

nama dagang obat.

6. angka 0 di depan harus diimbuhi dengan tanda desimal (contoh : 0.5 ml). Angka

0 pada akhir bilangan tidak perlu digunakan (contoh : 5.0 ml) karena kegagalan

pada penulisan lambang desimal dapat mengakibatkan kesalahan sebesar sepuluh

kalilipat. Jika perlu, hindarkan penggunaan angka desimal (contoh : gunakan 500

mg, dan jangan gunakan 0.5 g).

7. kata “unit” (contoh : 10 unit insulin) lebih baik dituliskan daripada

menyingkatnya menjadi U, yang nantinya dapat disalahartikan menjadi angka 0

(contoh : 10 U dapat disalah artikan menjadi 100).

8. penggunaan sistem metrik sangatlah diperlukan (Scott, 2000).

Hasil penelitian Widayati dan Hartayu (2006), menunjukkan bahwa terdapat

ketidaklengkapan resep yang dapat memicu terjadinya medication errors seperti

yang tercantum pada tabel I berikut ini.

Tabel I. Persentase Frekuensi Ketidaklengkapan Resep Pasien pediatri di Rumah Sakit I, Rumah Sakit II dan 10 Apotek di Yogyakarta Tahun 2005

No Komponen Ketidaklengkapan Resep

Rumah sakit I (n=315) (%)

Rumah sakit II (n=1051) (%)

Apotek (n=612) (%)

1 Nama Dokter 1,27 0,28 1,47 2 Spesialisasi 1,90 2,38 38,40 3 Nama pasien 0,00 0,00 2,12 4 Umur 49,84 100,00 14,05 5 Berat badan 65,71 100,00 98,53 6 Nama orang tua 98,73 100,00 100,00 7 Alamat 63,17 100,00 81,70 8 Kekuatan obat 3,81 5,80 48,04 9 Jumlah obat 0,95 0,19 3,59 10 Signature 0,63 0,38 3,76 11 Petunjuk bentuk sediaan 6,67 61,94 22,71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

15

Tabel I memberikan gambaran bahwa dari tiga tempat penelitian tidak

satupun yang memenuhi semua aspek kelengkapan resep, bahkan yang menarik

adalah terdapat 1 buah resep yang tidak mencantumkan nama pasien. Terkait dengan

temuan ini maka dapat dikatakan bahwa penulisan resep pediatri sangat berisiko

untuk terjadi medication errors terutama pada saat pelayanan resep di apotek.

C. Aspek Kemudahan Pembacaan Tulisan Dalam Resep

Penulisan yang tidak jelas pada peresepan dapat menyebabkan terjadinya

kesalahan dalam membaca nama obat, terutama untuk obat-obat yang memiliki nama

yang serupa atau mirip. Masalah akan timbul ketika obat tersebut memiliki jalur

pemberian yang berbeda dan semakin berbahaya jika ternyata memiliki dosis yang

berbeda juga terutama untuk obat-obat yang memiliki jendela terapi yang sempit

sehingga dapat memberikan efek yang fatal (Cohen, 1999).

Resep harus ditulis secara jelas dan mudah dimengerti. Harus dihindari

penulisan resep yang menimbulkan ketidakjelasan, keraguan, atau salah pengertian

mengenai nama obat serta takaran yang harus diberikan. Adalah kebiasaan yang

tidak benar untuk menulis resep secara tidak jelas seperti yang terjadi sekarang ini.

Resep harus memuat unsur-unsur informasi mengenai pasien, pengobatan yang

diberikan dan siapa dokternya. Informasi tentang pasien mencakup nama, jenis

kelamin, dan umur. Di beberapa unit pelayanan kesehatan di negara-negara tertentu,

diagnosis juga sering ditulis dalam resep. Ini memungkinkan dilakukannya

pengecekan ulang oleh pemberi obat (Anonim, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

16

Tulisan dokter dalam resep yang tidak mudah dibaca bahkan sama sekali

tidak dapat dibaca oleh apoteker di apotek merupakan sesuatu yang sangat

memprihatinkan. Hal tersebut sangat potensial untuk menimbulkan kesalahan dalam

pelayanan resep (Lyons, Payne, Mc Cabe, Fielder, 1998). Hasil penelitian Lyons et

al, (1998) menunjukkan bahwa tulisan dokter dalam resep adalah most unlegibility

dibandingkan dengan profesional kesehatan lainnya di Inggris yang juga berhak

menulis resep (antara lain perawat). Temuan yang cukup menarik dari penelitian

tersebut adalah bahwa tulisan dokter yang sulit dibaca cenderung pada penulisan

huruf dan tidak pada angka. Dengan kata lain, penulisan nama obat mempunyai

potensi lebih besar untuk mengalami ketidakterbacaan dibanding dengan penulisan

jumlah obat maupun dosis.

Ketelitian atau kelengkapan resep dapat disalahartikan, jika tulisan tidak jelas

atau tidak dapat dibaca. Penulisan resep harus mudah dibaca dan nama penulis resep

harus tercantum jika tandanya tidak terbaca. Penulis resep yang memiliki tulisan

yang sulit dibaca harus bertanggung jawawab untuk menjelaskan tentang obat yang

diresepkan pada pasien. Jika perlu gunakan bahasa Latin atau perintah-perintah yang

lazim digunakan dalam resep dan telah disesuaikan dengan pedoman penulisan resep.

Tulisan tangan dapat terbaca lebih jelas jika penulis resep dalam posisi duduk saat

menuliskan resep. Komputer juga mempunyai peranan penting dalam mengatasi

masalah tulisan yang sulit dibaca (Cohen, 1999).

Secara umum resep yang baik adalah resep yang dapat dengan jelas dibaca

(legibility), dan mengungkapkan dengan jelas apa yang harus diberikan kepada

pasien (De Vries dkk,1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

17

D. Persepsi

Menurut Gibson (cit Budirahayu, 2003), persepsi merupakan penafsiran

terhadap stimulus yang terorganisir yang mempengaruhi sikap dan perilaku. Persepsi

merupakan bagian yang penting bagi seseorang dalam mengambil keputusan.

Persepsi seseorang terhadap suatu objek akan menentukan tindakan yang akan

dilakukan terhadap objek yang bersangkutan. Bentuk atau sifat tindakannya

tergantung dari keadaan individu yang mengamati dan mengiterpretasi.

Persepsi menurut Walgito (1994), merupakan suatu proses yang didahului

oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh

individu melalui alat indera. Proses ini tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus

tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Proses

penginderaan tidak dapat lepas dari proses persepsi dan proses penginderaan

merupakan proses pendahulu dari proses persepsi. Stimulus yang diindera oleh

individu akan diorganisasikan dan diintepretasikan sehingga individu menyadari,

mengerti tentang apa yang diindera itu, dan proses ini disebut persepsi.

Sedangkan menurut Wardoyo (2002), persepsi merupakan aktivitas yang

integrated, maka seluruh apa yang ada dalam individu seperti penilaian, pengalaman,

keyakinan, dan aspek-aspek yang lain yang ada dalam diri individu akan ikut

berperan dalam individu tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan

bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama tetapi hasil dari setiap individu

dapat berbeda. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi bersifat

individual.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

18

Menurut Walgito (1994), objek yang dapat dipersepsi sangat banyak. Yaitu

segala sesuatu yang ada di sekitar manusia. Manusia itu sendiri dapat menjadi objek

persepsi. Orang yang menjadikan dirinya sendiri sebagai objek persepsi disebut

sebagai persepsi diri (self-perception). Objek persepsi dapat dibedakan atas objek

yang bukan manusia dan manusia. Objek persepsi yang berwujud manusia disebut

dengan person perception atau social perception sedangkan persepsi yang objeknya

bukan manusia disebut sebagai non-social perception atau things perception.

E. Dokter

Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan

dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Dokter dan dokter

gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis lulusan

pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri

yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan Perundang-

undangan. Surat Izin Praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada

dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi

persyaratan (Anonim, 2004b).

Pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk :

a. memberikan perlindungan kepada pasien.

b. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh

dokter dan dokter gigi; dan

c. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

19

Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik di Indonesia wajib

memiliki surat izin praktik. Surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36

dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang di Kabupaten/ Kota tempat

praktik kedokteran atau kedokteran gigi dilaksanakan. Surat Izin Praktik dokter atau

dokter gigi sebagaimana dimakasud pada ayat (1) hanya diberikan untuk paling

banyak 3 (tiga) tempat. Satu surat izin praktik hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat

praktik (Anonim, 2004b).

Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara

dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan,

pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan

kesehatan. Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran

wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi (Anonim,

2004b).

Hak dokter atau dokter gigi menurut Undang-Undang No.29 Tentang Praktik

Kedokteran :

a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melakasanakan tugas sesuai dengan

standar profesi dan standar prosedur operasional;

b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur

opasional;

c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan

d. menerima imbalan jasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

20

Kewajiban dokter atau dokter gigi, antara lain :

a. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur

operasional serta kebutuhan medis pasien.

b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau

kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan

atau pengobatan;

c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga

setelah pasien itu meninggal dunia;

d. melakukan pertolongan darurat atas dasr perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin

ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan

e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau

kedokteran gigi.

F. Apoteker

Berdasarkan Kepmenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Bab I Pasal 1,

Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah

jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan perundang-undangan yang berlaku

berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.

Dalam Kepmenkes No. 1027/MenKes/SK/IX/2004, memberikan pengertian

bahwa apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah

mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak

melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

21

Apoteker Pengelola Apotek adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin

Apotek (SIA). Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan

Sediaan Farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin (Anonim,

2002).

Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek di samping

Apoteker Pengelola Apotek dan/ atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada

hari buka Apotek (Anonim, 2002).

Berdasarkan yang tertulis dalam perundang-undangan, kewenangan apoteker

adalah sebagai berikut :

a. berhak melakukan pekerjaan kefarmasian (Permenkes No. 922 tahun 1993,

Kepmenkes No.1332 tahun 2002, Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 serta batasan

pekerjaan kefarmasian UU No. 23 tahun 1992).

b. berhak menjalankan peracikan (pembuatan atau penyerahan obat-obatan untuk

maksud-maksud kesehatan) obat (Reglement DVG St. 1949 No. 228 pasal 56 dan

UU Obat Keras/ St. No. 419 tanggal 22 Desember 1949 pasal 1).

c. berwenang menjadi penanggung jawab pengawasan mutu pada Industri Farmasi

Obat Jadi dan Bahan Baku Obat ( SK Menkes No. 245 tahun 1990).

d. berwenang menjadi penanggung jawab pengawasan mutu pada Industri Farmasi

Obat Jadi dan Bahan Baku Obat (SK Menkes No. 245 tahun 1990).

e. berwenang menajdi penanggung jawab Pedagang Besar Farmasi penyalur obat

dan atau bahan baku obat (Permenkes No. 1191 tahun 2002 pasal 7).

f. berwenang menyalurkan dan menerima obat keras melalui PBF atau Apotek

(Permenkes No. 918 tahun 1993 pasal 16).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

22

g. berwenang menjadi penanggung jawab usaha Industri Obat Tradisional

(Permenkes No. 246 tahun 1990 pasal 8).

h. berwenang menyelenggarakan apotik di suatu tempat tertentu setelah mendapat

Surat Izin Apotik dari Menteri (PP No. 25 tahun 1980 pasal 3; Permenkes No.

922 tahun 1993 pasal 1 dan Kepmenkes No. 1332 tahun 2002).

i. melakukan masa bakti apoteker pada sarana kesehatan pemerintah maupun

sarana kesehatan lain.

j. mendapat Surat Penugasan bila telah melengkapi persyaratan administratif (ayat

1 pasal 3).

G. Pasien

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 tahun 2004 Bab I

tentang praktik kedokteran, pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi

masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik

secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi (Anonim,

2004b).

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Bab

VII, Pasal 71, ayat 1 dinyatakan bahwa, “Masyarakat memiliki kesempatan untuk

berperan serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber dayanya”

(Anonim, 1992).

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

menyatakan bahwa perlindungan konsumen bertujuan untuk :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

23

a. meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri;

b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari

ekses negatif pemakaian barang dan/ atau jasa;

c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan

menuntut haknya sebagai konsumen;

d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian

hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam

berusaha;

f. meningkatkan kualitas barang dan/ atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha

produksi barang dan/ atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan konsumen (Anonim, 1999).

Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen, hak konsumen adalah:

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

24

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan;

e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian, apabila

barang dan/ atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya;

i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya

(Anonim, 1999).

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen, kewajiban konsumen adalah:

a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang dan/ atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/ atau jasa;

c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara

patut (Anonim, 1999).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

25

H. Pelayanan Kefarmasian

Berdasarkan Kepmenkes No. 1027/MenKes/SK/IX/2004, pelayanan

kefarmasian (pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab

langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas

hidup pasien.

Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada

pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi perubahan

orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan

dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung denga pasien. Bentuk

interaksi tersebut antara lain melaksanakan pemberian informasi (Anonim, 2004).

Kepmenkes No. 1027/MenKes/SK/IX/2004 Bab III, menjelaskan mengenai

pelayanan yang terdiri dari :

1. Pelayanan resep

a. Skrining resep.

b. Penyiapan obat.

1. Peracikan

Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan

memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus

dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah

obat serta penulisan etiket yang benar.

2. Etiket

Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

26

3. Kemasan obat yang diserahkan

Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga

terjaga kualitasnya.

4. Penyerahan obat

Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir

terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan

oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien

dan tenaga kesehatan.

5. Informasi obat

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah

dimegerti, akurat, tidak bias, etis bijakasana, dan terkini. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara

penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan

minuman yang harus dihindari selama terapi.

6. Konseling

Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,

pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memberikan

kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya

penyelahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan

kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskuler,

diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus

memberikan konseling secara berkelanjutan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

27

7. Monitoring penggunaan obat

Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan

pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti

kardiovaskuler, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya.

2. Promosi dan edukasi

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi

secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi

informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/ brosur, poster, penyuluhan, dan

lain-lainnya.

3. Pelayanan residensial (home care)

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan

kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan

pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus

membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

I. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai persepsi

dokter, apoteker dan pasien terhadap kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan

tulisan (legibility) dalam resep di Kota Yogyakarta periode Februari-Mei 2007.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan

survei epidemiologi deskriptif. Survei epidemiologi adalah survei terhadap fenomena

kesehatan dalam masyarakat yang dilakukan tanpa adanya perlakuan (manusia).

Survei epidemiologi deskriptif adalah penelitian yang tujuan utamanya melakukan

eksplorasi-deskriptif terhadap fenomena kesehatan di masyarakat. Penelitian ini

hanya menyuguhkan sedeskriptif mungkin fenomena yang terjadi, tanpa mencoba

menganalisa bagaimana dan mengapa fenomena tersebut terjadi (Pratiknya, 2001).

Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data adalah dengan kuesioner.

Pengolahan data dilakukan dengan teknik statistik deskriptif dan ditampilkan dalam

bentuk tabel beserta diagram batang.

B. Definisi Operasional

1. Resep adalah lembaran kertas yang dibawa pasien atau yang telah diberikan

kepada apoteker, yang berisikan permintaan tertulis dari dokter kepada apoteker

untuk membuat dan menyerahkan obat kepada pasien.

2. Persepsi adalah pandangan responden dokter, apoteker, dan pasien mengenai

aspek kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan resep (legibility), dan

pandangan tersebut bersifat subyektif.

3. Dokter adalah tenaga medis selain dokter hewan, yang menjalankan praktek

kedokteran. Dokter tersebut membuka praktek sendiri atau bersama dengan

28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

29

dokter lainnya, dan tidak sedang berpraktek di rumah sakit. Dokter tersebut

memiliki Surat Ijin Praktek dan telah terdaftar di Dinas Kesehatan Kota

Yogyakarta.

4. Apoteker adalah tenaga kefarmasian yang mengelola sarana apotek di Kota

Yogyakarta. Apoteker yang digunakan sebagai sampel adalah Apoteker

Pengelola Apotek (APA) dan apoteker pendamping.

5. Apotek adalah tempat pasien menebus resep. Apotek tersebut terdapat di Kota

Yogyakarta pada periode Februari-Mei 2007 dan telah terdaftar di Dinas

Kesehatan Kota Yogyakarta.

6. Pasien adalah istilah yang menunjukkan bahwa seseorang sedang membawa

resep atau sedang menebus resep di apotek.

7. Kelengkapan resep adalah salah satu aspek dalam penulisan resep mengenai

berbagai macam informasi yang tercantum dalam resep. Kelengkapan informasi

dalam resep mengacu pada peraturan dalam Kepmenkes R.I. No. 280/ MenKes/

SK/V/1981, Permenkes 26/MenKes/Per/1/1981, dan Kepmenkes R.I. No. 1027/

MenKes/ SK/ IX/2004.

8. Kemudahan pembacaan resep adalah kemampuan sebuah resep untuk dibaca oleh

apoteker dan pasien sekalipun. Resep yang diterima dapat dengan mudah dibaca

atau bahkan tidak dapat dibaca sama sekali.

C. Subyek Penelitian dan Teknik Sampling

Subyek dalam penelitian ini adalah dokter, apoteker, dan pasien di wilayah

Kota Yogyakarta. Data mengenai populasi dokter dan apotek didapat dari Dinas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

30

Kesehatan Kota Yogyakarta pada bulan Desember 2006. Subyek dokter yang diambil

memiliki beberapa kriteria antara lain, merupakan dokter praktek swasta, bukan

dokter hewan. Populasi dokter di Kota Yogyakarta yang masuk dalam kriteria

penelitian tercatat sejumlah 637 orang. Subyek apoteker yang diambil terdiri dari dua

macam yaitu : Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping. Pengambilan

jumlah sampel untuk apoteker mengacu pada jumlah apotek. Jumlah Apotek di Kota

Yogyakarta tercatat sejumlah 114 apotek. Subyek pasien diambil pada saat pasien

tersebut sedang menebus resep di Apotek wilayah Kota Yogyakarta periode

Februari-Mei 2007.

Jumlah subyek dokter dan apoteker ditentukan sesuai rumus berikut

(Notoatmodjo, 2002):

( )2dN1Nn

+=

n : besar sampel yang diambil N : besar populasi d : tingkat signifikansi (10 %) Perhitungan jumlah subyek dokter yang diambil adalah:

( )

86431.8637.61

6371,06371

637n 2

≈=+

=

+=

Jumlah responden minimal untuk subyek dokter adalah 86 orang. Pada penelitian ini

diambil responden dokter sejumlah 94 orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

31

Perhitungan jumlah subyek apoteker yang diambil adalah:

( )

5360.5211.11

1111,01111

111n 2

≈=+

=

+=

Jumlah responden minimal untuk subyek apoteker diambil dari 53 apotek. Pada

penelitian ini melibatkan 67 apotek.

Jumlah subyek pasien ditentukan sesuai rumus berikut (Nawawi, 2005):

2

2

dxPxQZN =

N : ukuran cuplikan terkecil Z : koefisien keterandalan (reliability coefficient) yang besarnya ditentukan

oleh tingkat kepercayaan, yaitu 90%, sehingga Z = 1,64 P & Q : proporsi di dalam populasi, karena proporsi dalam populasi tidak diketahui

maka PQ maksimal bila P = Q = 0,5, dan Q = 1 - P d : persentase kemungkinan kekeliruan Perhitungan jumlah subyek pasien yang diambil adalah:

6724.671.0

5.0x5.0x64.1N 2

2

≈=

=

Jumlah responden minimal untuk subyek pasien adalah 67 orang. Pada penelitian ini

diambil responden pasien sejumlah 100 orang.

Untuk menentukan subyek penelitian, digunakan 2 macam teknik sampling.

Pengambilan sampel dokter dan apoteker menggunakan teknik simple random

sampling. Hakikat dari pengambilan sampel secara acak sederhana adalah bahwa

setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk

diseleksi sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

32

undian (lottery technique) (Sevilla; dkk, 1993). Pengambilan sampel pasien

digunakan accidental sampling . Pengambilan sampel secara aksidental ini dilakukan

dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2002).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner tersebut terdiri dari 3 bagian yang berisikan pertanyaan dan pernyataan

yang mengacu pada permasalahan penelitian ini.

Bagian pertama dari kuesioner merupakan jenis pertanyaaan terbuka yang

berisi pertanyaan mengenai karakteristik responden. Bagian kedua dari kuesioner

terdiri dari dua jenis pernyataan, yaitu : pernyataan responden mengenai kelengkapan

resep dan mengenai kemudahan pembacaan tulisan dalam resep. Setiap butir

pernyataan diberi lima alternatif jawaban, yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), netral

(N), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Responden diwajibkan untuk

memilih salah satu jawaban pada setiap pernyataan tersebut. Pada bagian kedua ini,

peneliti melihat kecenderungan jawaban dengan menjumlahkan persentase jawaban

responden yaitu S+SS, N, dan ST+STS. Setelah diperoleh persentase dan dilakukan

interpretasi data, maka dilakukan penarikan kesimpulan. Pernyataan dalam kuesioner

ini terdiri dari dua sifat, yaitu : favourable dan unfavourable. Hal ini bertujuan untuk

menghindari stereotipe jawaban. Menurut Azwar (1988), suatu pernyataan sikap

dapat berisi hal-hal positif mengenai objek sikap, yaitu berisi pernyataan yang

mendukung atau yang memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

33

favorable. Sebaliknya, suatu pernyataan sikap dapat pula berisi hal-hal negatif

mengenai objek sikap. Hal negatif dalam pernyataan sikap ini sifatnya tidak

memihak atau tidak mendukung terhadap objek sikap, dan karenanya disebut dengan

pernyataan unfavorable. Sebagai kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai sikap,

maka suatu skala hendaknya berisi sebagian pernyataan favorable dan sebagian

pernyataan yang unfavorable.

Tabel II. Daftar pernyataan untuk dokter dan apoteker.

No

Pernyataan

Sifat pernyataan

1 Resep harus memuat identitas dokter favorable

2 Resep tidak perlu mencantumkan tanggal penulisan unfavorable

3 Resep harus memuat identitas pasien favorable

4 Resep tidak perlu mencantumkan jumlah obat unfavorable

5 Resep harus mencantumkan aturan pakai favorable

6 Resep tidak perlu mencantumkan kekuatan obat (Contoh: 10 mg, 20 mg, dll) unfavorable

7 Resep harus mencantumkan berat badan dan umur pasien favorable

8 Resep tidak perlu mencantumkan nama dan alamat pasien unfavorable

9 Resep harus mencantumkan tanda tangan dokter favorable

10 Tulisan dalam resep harus ditulis dengan jelas favorable

11 Tulisan dalam resep harus ditulis tidak jelas unfavorable

12 Tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas favorable

13 Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter unfavorable

14 Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca jelas maka apoteker harus menghubungi dokter

favorable

15 Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca dengan jelas maka apoteker harus meminta pasien kembali ke dokter

unfavorable

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

34

Tabel III. Daftar pernyataan untuk pasien.

No

Pernyataan Sifat pernyataan

1 Tulisan dokter dalam resep yang saya peroleh, tidak jelas dan tidak terbaca -

2 Resep harus memuat identitas dokter favorable

3 Resep tidak perlu mencantumkan tanggal penulisan unfavorable

4 Resep harus memuat identitas pasien favorable

5 Resep tidak perlu mencantumkan jumlah obatnya, cukup nama obatnya saja unfavorable

6 Resep harus mencantumkan aturan pakai obat favorable

7 Resep harus mencantumkan nama pasien favorable

8 Resep harus mencantumkan berat badan dan umur pasien favorable

9 Resep tidak perlu mencantumkan alamat pasien unfavorable

10 Resep harus mencantumkan tanda tangan dokter favorable

11 Tulisan dalam resep harus ditulis dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan dalam pelayanan resep di apotek

favorable

12 Tulisan dalam resep harus ditulis tidak jelas agar tidak sembarang orang bisa membacanya

unfavorable

13 Tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas favorable

14 Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter dan agar tidak mudah ditiru

unfavorable

15

Apoteker di apotek harus dapat membaca tulisan dokter dalam resep walaupun secara umum tulisan tersebut sangat sulit dibaca

favorable

16

Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca jelas oleh apoteker di beberapa apotek maka pasien harus kembali ke dokter

unfavorable

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

35

Pada bagian ketiga terdiri dari pertanyaan yang bersifat terbuka. Hasil jawaban dari

pertanyaan pada bagian ketiga ini digunakan untuk mendukung hasil jawaban dari

pertanyaan pada bagian kedua, dan digunakan untuk menarik kesimpulan.

E. Tata Cara Penelitian

1. Analisis situasi

Analisis situasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai

permasalahan yang akan diteliti dan untuk melihat hambatan yang akan muncul pada

saat penelitian. Analisis situasi dilakukan dengan melihat berbagai buku acuan, dan

penelitian-penelitian sejenis. Hal tersebut dilanjutkan dengan pencarian data yang

mendukung pembuatan desain penelitian, yaitu pencarian informasi mengenai jumlah

dokter praktek swasta dan apotek di Kota Yogyakarta.

2. Pembuatan lembar kuesioner

Lembar kuesioner dibuat berdasarkan pada tema penelitian dan berisi

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan aspek kelengkapan resep dan

kemudahan pembacaan tulisan dalam resep (legibility). Pembuatan kuesioner

mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MenKes/SK/IX/2004

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, buku-buku pustaka, dan

penelitian sebelumnya yang bertemakan sejenis.

3. Uji validitas kuesioner

Kuesioner yang telah disusun kemudian diuji validitasnya. Menurut

Sugiyono (2006), Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

36

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.

Untuk memenuhi syarat ketepatukuran, dilakukan uji validitas pada

kuesioner. Uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi atau content. Validitas

isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan

analisis rasional atau lewat profesional judgement (Azwar, 1997). Pada penilaian ini,

dosen pembimbing dianggap sebagai profesional judgement. Hasil dari uji validitas

isi yang dilakukan, menyatakan bahwa seluruh butir pertanyaan dalam kuesioner ini

dianggap valid

4. Uji pemahaman bahasa

Lembar kuesioner yang telah tersusun diujikan kepada tiga macam responden

seperti dokter, apoteker, dan pasien. Uji pemahaman bahasa ini diujikan pada 10

orang untuk setiap macam responden. Hasil dari uji tersebut digunakan untuk

mengevaluasi kuesioner. Parameter keberhasilan uji ini dilihat dari jawaban yang

dihasilkan. Apabila seluruh pertanyaan dalam kuesioner dapat dijawab oleh subyek,

maka kuesioner tersebut dapat dinyatakan lolos uji pemahaman bahasa.

5. Penyebaran lembar kuesioner

Lembar kuesioner disebarkan oleh peneliti di tempat-tempat praktek dokter

dan apotek-apotek. Peneliti mendampingi secara langsung para responden yang

mengisi lembar kuesioner, sehingga jika terdapat kerancuan bahasa dapat diarahkan

secara langsung. Apabila responden sedang melakukan pekerjaan, peneliti akan

meninggalkan lembar kuesioner dan mengambilnya pada waktu yang dijanjikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

37

responden. Peneliti tidak memaksakan kehendak kepada para responden dalam

mengisi lembar kuesioner.

6. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan metode statistic deskriptif dengan teknik

perhitungan persentase. Penghitungan persentase dilakukan dengan menggunakan

rumus :

%100X

BA%P =

P : persentase jawaban (dalam %) A : jumlah jawaban yang sejenis B : jumlah responden total

Pada penelitian ini dapat dilihat arah kecenderungan jawaban dari responden.

Pilihan jawaban S dan SS mempunyai kecenderungan jawaban setuju. Pilihan

jawaban N tidak memiliki kecenderungan jawaban. Pilihan jawaban TS dan STS

mempunyai kecenderungan jawaban tidak setuju. Hasil yang diperoleh

diintrepetasikan menjadi jawaban bagi perumusan masalah.

F. Keterbatasan Penelitian

1. Lokasi tempat praktek dokter dan apotek yang tersebar, menyebabkan waktu

pengumpulan data menjadi semakin lama.

2. Responden yang tidak kooperatif.

3. Aktivitas padat para responden mengakibatkan penundaan pengumpulan hasil

kuesioner.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Karakteristik responden dokter

Karakteristik responden dokter meliputi beberapa aspek, antara lain : usia,

jenis kelamin, spesialisasi, tahun lulus Fakultas Kedokteran, lama praktik, jumlah

tempat raktik, dan rata-rata kunjungan pasien setiap hari.

a. Usia

Usia responden dibagi dalam 3 kategori. Menurut Santrock (1995), masa

awal dewasa (early adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir

usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia

tigapuluhan tahun. Masa pertengahan dewasa (middle adulthood) ialah periode

perkembangan yang bermula pada usia kira-kira 35 hingga 45 tahun dan merentang

hingga usia enampuluhan tahun. Masa akhir dewasa (late adulthood) ialah periode

perkembangan yang bermula pada usia enampuluhan atau tujuhpuluhan tahun dan

berkhir pada kematian.

57.45%

40.43% 2.13%

20-35 36-60 >60

Gambar 1. Karakteristik usia responden dokter

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 57,45 % responden berada dalam

kategori masa pertengahan dewasa (middle adulthood). Ini adalah masa untuk

38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial; membantu generasi

berikutnya menjadi individu yang berkompeten, dewasa; dan mencapai serta

mempertahankan kepuasan dalam karir seseorang (Santrock, 1995). Sebesar 40,43 %

responden berada dalam kategori masa awal dewasa (early adulthood) dan sisanya

2,13 % berada dalam kategori masa akhir dewasa (late adulthood).

b. Jenis kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 54 responden adalah wanita, dan 40

orang responden adalah pria.

42.55%

57.45%Wanita Pria

Gambar 2. Karakteristik jenis kelamin responden dokter

c. Spesialisasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 48,94 % responden merupakan dokter

umum, dan 23,40 % dokter gigi, 12,77 % dokter spesialis penyakit dalam, 4,26 %

spesialis kulit dan kelamin, 4,26 % spesialis kandungan, 2,13 % spesialis jiwa, 2,13

% spesialis mata, 2,13 % spesialis saraf.

51.06%

48.94%

Dokter umum Dokter spesialis

Gambar 3. Karakteristik spesialisasi responden dokter

39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

d. Tahun lulus Fakultas Kedokteran

Tahun kelulusan responden dokter dari Fakultas Kedokteran dibagi dalam 4

kelompok, yaitu di bawah tahun 1980, antara tahun 1980 sampai 1989, antara tahun

1990 sampai 2000, dan tahun 2000 ke atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

48,94 % responden lulus antara tahun 1990 sampai 2000, 27,66 % respoden lulus

tahun 2000 ke atas, 17,02 % responden lulus tahun antara 1980 sampai 1989, dan

6,38 % responden lulus di bawah tahun 1980.

<1980 1980-1989 1990-2000 >200048.94%

Gambar 4. Karakteristik tahun kelulusan responden dokter 6.38%

17.02%

27.66%

e. Lama praktik

8.51%

51.06%

40.43%

<10 10-20 tahun >20

Gambar 5. Karakteristik lama praktik responden dokter

Karakteristik lama praktik responden dokter dibagi dalam 3 kelompok, yaitu

dibawah 10 tahun, antara 10 tahun sampai 20 tahun, dan 20 tahun ke atas. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa 51,06 % responden memiliki lama praktik dibawah

10 tahun, 40,43 % responden memiliki lama kerja antara 10 tahun sampai 20 tahun,

dan 8,51 % memiliki lama kerja di atas 20 tahun

40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

f. Jumlah tempat praktik

Seorang dokter dapat berpraktik pada beberapa tempat yang berbeda, dan

maksimal memiliki 3 tempat praktik. Hal tersebut sesuai dengan UU No. 29 Tahun

2004 Tentang Praktik Kedokteran pasal 37 ayat (2), yang menyatakan bahwa Surat

Izin Praktik dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya

diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

46,81 % responden memiliki 2 tempat praktik, 31,91 % responden memiliki 1 tempat

praktik, dan 21,28 % responden memiliki 3 tempat praktik.

46.81%31.91%

21.28%

1 tempat 2 tempat 3 tempat

Gambar 6. Karakteristik jumlah tempat praktik responden dokter

g. Rata-rata kunjungan pasien

8.51%42.55%

29.79%

19.15%

<10 10-14 pasien15-20 pasien >20

Gambar 7. Karakteristik rata-rata kunjungan pasien responden dokter

Karakteristik rata-rata kunjungan pasien dibagi dalam 4 kelompok, yaitu

dibawah 10, antara 10 sampai 14 pasien, antara 15 sampai 20 pasien, dan diatas 20

pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 42,55 % responden memiliki kunjungan

41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

pasien di bawah 10, 29,79 % memiliki 10 sampai 14 pasien, 19,15 % memiliki

pasien di atas 20, dan 8,51 % memiliki pasien antara 15 sampai 20.

2. Karakteristik responden apoteker

Karakteristik responden apoteker meliputi beberapa aspek, antara lain : usia,

jenis kelamin, tahun lulus apoteker, pendidikan terakhir, lama menjadi Apoteker

Pengelola Apotek (APA), rata-rata resep setiap hari

a. Usia

Dalam penelitian ini, sebagian 76,54 % responden berada dalam kategori

masa awal dewasa (early adulthood). Menurut Santrock (1995), masa ini adalah

masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan

bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara

akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak. Sedangkan 18,52 % responden berada

dalam kategori masa pertengahan dewasa (middle adulthood), dan sisanya sebesar

4,94 % berada dalam kategori masa akhir dewasa (late adulthood).

4.94%

76.54%

18.52%

20-35 36-60 >60

Gambar 8. Karakteristik usia responden apoteker

b. Jenis kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 83,95 % responden berjenis kelamin

wanita, sedangkan 16,05 % responden berjenis kelamin pria.

42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

16.05%

83.95%

Wanita

Pria

Gambar 9. Karakteristik jenis kelamin responden apoteker

c. Tahun lulus apoteker

Sebagian besar responden (64,20 %) merupakan lulusan tahun 2000 ke atas,

19,75 % responden merupakan lulusan antara tahun 1990 sampai tahun 2000, 12,35

% responden merupakan lulusan tahun 1980 ke bawah, dan 3,70 % responden

merupakan lulusan antara tahun 1980 sampai tahun 1989.

64.20%

3.70%

12.35%

19.75%

<1980 1980-1989 1990-2000 >2000

Gambar 10. Karakteristik tahun lulus apoteker

d. Pendidikan terakhir

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 74 orang (91,36 %) responden

berpendidikan terakhir Profesi Apoteker, dan 7 orang (8,64 %) responden

berpendidikan terakhir S-2.

43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

91.36%

8.64%Profesi ApotekerS-2

Gambar 11. Karakteristik pendidikan terakhir responden apoteker

e. Lama menjadi Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Pada penelitian ini 20 orang responden apoteker berstatus apoteker

pendamping, sedangkan 61 orang merupakan APA.

14.75%

75.41%

9.83%

<10 10-20 tahun >20

Gambar 12. Karakteristik lama menjadi APA responden apoteker

f. Rata-rata resep setiap hari

Gambar 13. Karakteristik rata-rata resep setiap hari

1.23%

75.31%

20.99%2.47%

<25

25-50resep51-75resep>75

Rata-rata resep yang diterima oleh apoteker setiap harinya dibagi dalam 4

kelompok, yaitu di bawah 25, antara 25 resep sampai 50 resep, antara 51-75 resep,

44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

dan di atas 75 resep. Dari hasil penelitian didapat bahwa 75,31 % responden

menerima resep dibawah 25, 20,99 % menerima resep antara 25 resep sampai 50

resep, 2.,7 % menerima resep di atas 75, dan 1,23 % menerima resep antara 51 resep

sampai 75 resep.

3. Karakterisitik responden pasien

Karakteristik responden pasien meliputi beberapa aspek, antara lain : usia,

jenis kelamin, dan pendidikan terakhir.

a. Usia

Sebagian sebagian besar (68 %) responden berusia antara 36 tahun sampai 60

tahun, 29 % berusia 20 tahun sampai 35 tahun, dan 3 % berusia di atas 60 tahun.

3.00%

29.00%

68.00%

20-35 36-60 >60

Gambar 14. Karakteristik usia responden pasien

b. Jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden (62 %) berjenis

kelamin wanita, dan 38 % berjenis kelamin pria.

38.00%

62.00% Wanita Pria

Gambar 15. Karakteristik jenis kelamin responden pasien

45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

c. Pendidikan terakhir

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden pasien mempunyai 4 latar

belakang pendidikan yang berbeda, yaitu S-2, S-1, D-3, D-2,dan SMA/STM.

Sebagian besar responden (48 %) berpendidikan akhir S-1, 30 % berpendidikann

akhir SMA/ STM, 11 % berpendidikan akhir D-2, 10 % berpendidikan akhir D-3,

dan 1 % berpendidikan akhir S-2.

30%11.00%

48.00%

1.00%

10.00%

S-2 S-1 D-3 D-2 SMA/ STM

Gambar 16. Karakteristik pendidikan terakhir responden pasien

B. Persepsi Dokter Mengenai Kelengkapan Resep dan Kemudahan Pembacaan Resep (Legibility)

1. Persepsi dokter mengenai kelengkapan resep

Sebanyak 46,81 % responden dokter beranggapan bahwa aspek kelengkapan

resep yang meliputi : identitas dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah

obat, kekuatan obat, aturan pakai/ cara pakai, nama pasien, umur, alamat, berat badan

merupakan hal penting yang harus dimuat di dalam resep. Mereka beralasan bahwa

aspek-aspek tersebut berhubungan satu sama lain dalam menunjang proses terapi.

46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

Tabel IV. Persepsi dokter dan apoteker mengenai kelengkapan resep

Responden Dokter Responden Apoteker Pernyataan SS+S

(%) N

(%) TS+STS

(%) Kecende rungan

SS+S (%)

N (%)

TS+STS(%)

Kecende rungan

Resep harus memuat identitas dokter 100 - - setuju 98.77 1.23 - setuju Resep tidak perlu mencantumkan tanggal penulisan

- - 100 tidak setuju 2.47 1.23 96.29 tidak

setuju Resep harus memuat identitas pasien 100 - - setuju 97.53 2.47 - setuju Resep tidak perlu mencantumkan jumlah obat

- - 100 tidak setuju 1.23 3.70 95.06 tidak

setuju Resep harus mencantumkan aturan pakai

97.87 - 2.13 setuju 100 - - setuju

Resep tidak perlu mencantumkan kekuatan obat (Contoh: 10 mg, 20 mg, dll)

- 8.51 91.49 tidak setuju 4.94 2.47 92.59 tidak

setuju

Resep harus mencantumkan berat badan dan umur pasien

72.34 19.15 8.51 setuju 86.42 13.57 - setuju

Resep tidak perlu mencantumkan nama dan alamat pasien

10.64 6.38 82.98 tidak setuju 2.46 2.47 95.06 tidak

setuju Resep harus mencantumkan tanda tangan dokter

72.34 17.02 10.64 setuju 82.71 17.28 - setuju

a. Persepsi dokter mengenai penulisan identitas dokter dalam resep

Pernyataan pertama yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep harus

memuat identitas dokter”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 17,02 %

responden (16 orang) menjawab sangat setuju, dan 82,98 % (78 orang) responden

menjawab setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase 100 %.

47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

Indentitas dari dokter ini dapat berupa nama, nomor S.I.P., alamat tempat

praktik hingga nomor telepon dokter yang bersangkutan. Identitas dokter sangatlah

penting untuk melacak keberadaan dokter. Apabila nantinya pada saat resep yang

ditebus didapati suatu masalah, maka apoteker dapat berkomunikasi dengan dokter

secara langsung. Pencantuman nomor telepon pada resep juga sangat membantu

memperlancar komunikasi antara dokter dan apoteker. Nomor S.I.P. digunakan

sebagai acuan bahwa dokter penulis resep telah terdaftar pada Dinas Kesehatan dan

telah memiliki ijin praktik. Undang-Undang No.29 tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran pasal 1 ayat (7) menyatakan bahwa urat Izin Praktik adalah bukti tertulis

yang diberikan pemerintah kepada dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan

praktik kedokteran setelah memenuhi persyaratan. Hasil dari pertanyaan tertutup ini

dipertegas oleh hasil dari pertanyaan terbuka. Pada pertanyaan terbuka didapatkan

pernyataan yang menyatakan bahwa identitas dokter merupakan salah satu aspek

yang penting.

b. Persepsi dokter mengenai penulisan tanggal dalam resep

Pernyataan kedua yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep tidak perlu

mencantumkan tanggal penulisan”. Hasil dari kuesioner menyatakan bahwa 44,68

% responden (42 orang) menjawab tidak setuju, dan 55,32 % responden (52 orang)

menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut, dengan

persentase sebesar 100 %.

Tanggal penulisan resep digunakan untuk mengetahui waktu saat resep

ditulis. Menurut Joenoes (2001) berdasarkan Peraturan Pemerintah kertas resep harus

48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

disimpan: diatur menurut tanggal dan nomor unit pembuatan, serta harus disimpan

sekurang-kurangnya selama tiga tahun. Kegunaannya adalah untuk memungkinkan

penelusuran kembali bila setelah sekian waktu terjadi sesuatu akibat dari obat yang

diberikan.

c. Persepsi dokter mengenai penulisan identitas pasien dalam resep

Pernyataan ketiga yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep harus

memuat identitas pasien”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 74,47 %

responden (70 orang) menjawab sangat setuju, dan 25,53 % responden (24 orang)

menjawab setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase 100 %.

Kelengkapan penulisan identitas pasien digunakan untuk meminimalisir

kesalahan penyerahan obat, jika didapati beberapa pasien dengan nama yang sama.

Identitas pasien digunakan untuk mengetahui keberadaan pasien, sehingga jika

terjadi kesalahan pada saat peresepan ataupun peracikan dapat segera ditangani.

d. Persepsi dokter mengenai pencantuman jumlah obat dalam resep

Pernyataan keempat yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep tidak

perlu mencantumkan jumlah obat”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 23,40

% responden (22 orang) menjawab tidak setuju, dan 76,60 % responden (72 orang)

menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut, dengan

persentase sebesar 100 %.

Pencantuman jumlah obat pada resep adalah untuk mencegah terjadinya

penggunaan obat kurang dari semestinya dan penggunaan obat lebih dari semestinya.

49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

Penggunaan obat yang kurang dari semestinya dapat merugikan penderita, karena

penderita tidak mendapatkan keuntungan terapeutik seperti yang dimaksudkan oleh

dokter. Kadar obat dalam darah yang tidak mencapai Kadar Efektif Minium dapat

mengakibatkan timbulnya resistensi mikroorganisme pada obat golongan antibiotika.

Dosis yang terlalu tinggi sangatlah berbahaya untuk obat-obat golongan

tertentu, seperti obat daftar G. Obat daftar G memiliki Dosis Maximalis (D.M.), yaitu

dosis tertinggi yang masih aman Beberapa responden menganggap bahwa

pencantuman jumlah obat juga menunjang proses terapi yang dijalani oleh pasien.

Beberapa resep tidak hanya menuliskan jumlah obat dalam angka Romawi

saja, tetapi harus dituliskan dalam tulisan. Sebagai contoh resep narkotika yang

berupa yang berupa obat suntik, jumlah ampul yang diminta angka harus dilengkapi

dengan tulisan untuk menghindarkan pemalsuan. Contoh: R/ HCl Morphine amp 10

mg X (sepuluh) (Joenoes, 2001).

e. Persepsi dokter mengenai pencantuman aturan pakai obat dalam resep

Pernyataan kelima yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep harus

mencantumkan aturan pakai”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 78.72 %

responden (74 orang) menjawab sangat setuju, 19,15 % responden (18 orang)

menjawab setuju, dan 2,13 % responden (2 orang) menjawab sangat tidak setuju.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab

setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 97,87 %. Pencantuman

aturan pakai pada resep sangatlah menunjang proses terapi dari obat yang

diresepkan. Sehingga jika proses terapi dapat berhasil, maka diharapkan tujuan terapi

dapat tercapai.

50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

f. Persepsi dokter mengenai pencantuman kekuatan obat dalam resep

Pernyataan keenam yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep tidak

perlu mencantumkan kekuatan obat (Contoh: 10 mg, 20 mg, dll)”. Hasil dari

kusioner menyatakan bahwa 8,51 % responden (8 orang) menjawab netral, 44,68 %

responden (42 orang) menjawab tidak setuju, dan 46,81 % responden (44 orang)

menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut, dengan

persentase sebesar 91,49 %.

Pada bagian pertanyaan terbuka, beberapa responden menganggap bahwa

penulisan kekuatan obat pada resep merupakan bagian yang tidak penting. Beberapa

responden mengaku tidak hafal dengan berbagai macam kekuatan obat. Menurut 2

orang responden, jika kekuatan obat tidak dituliskan maka obat yang dimaksud oleh

dokter adalah obat dengan kekutan obat (mg) terkecil atau obat tersebut hanya

terdapat 1 macam kekuatan saja. Pandangan dokter yang seperti ini seharusnya

dipahami pula oleh para apoteker, sehingga tidak terjadi kerancuan persepsi pada

saat proses dispensing.

g. Persepsi dokter mengenai pencantuman berat badan dan umur pasien dalam resep

Pernyataan ketujuh yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep harus

mencantumkan berat badan dan umur pasien”. Hasil dari kusioner menyatakan

bahwa 21,28 % responden (20 orang) menjawab sangat setuju, 51,06 % responden

(48 orang) menjawab setuju, 19,15 % responden (18 orang) menjawab netral, 6,38 %

responden (6 orang) menjawab tidak setuju, dan 2,13 % responden (2 orang)

menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase

sebesar 72,34 %.

Pada bagian pertanyaan terbuka, 24 orang responden menganggap bahwa

penulisan berat badan pada resep merupakan bagian yang tidak penting. Sejumlah

responden mempunyai alasan bahwa pencantuman berat badan pasien hanya

dilakukan pada pasien anak saja. Bahkan beberapa responden beralasan bahwa dosis

pada dewasa dan anak mengacu pada dosis yang tercantum pada kemasan obat. Hal

tersebut dimungkinkan bahwa pencantuman berat badan dan umur pasien yang

digunakan untuk perhitungan dosis dianggap kurang praktis karena berat badan dan

umur pasien sudah tercantum pada medical record. Meskipun berat badan dan umur

pasien sudah tercantum pada medical record, akan tetapi alangkah baiknya bila

dicantumkan ke dalam resep sehingga apoteker dapat melakukan perhitungan ulang

terhadap dosis obat. Hal tersebut untuk menghidari terjadinya medication error,

terlebih lagi untuk pasien dengan kondisi tertentu seperti obesitas.

Apabila seseorang yang mengalami obesitas jatuh sakit dan memerlukan

pengobatan maka menentukan dosis obat untuk penderita yang obesitas itu terkadang

menjadi masalah, oleh karena adanya deviasi yang besar dari komposisi tubuh

dibanding dengan orang yang berat badannya normal (Joenoes, 2001).

Beberapa responden memberikan jawaban tidak penting, dikarenakan tidak

ada aturan yang mewajibkan. Hal tersebut bertentangan dengan Permenkes No. 26

tahun 1981 pasal 10 menyebutkan resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap

(Anonim, 2002).

52

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

h. Persepsi dokter mengenai pencantuman nama dan alamat pasien dalam resep

Pernyataan kedelapan yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep tidak

perlu mencantumkan nama dan alamat pasien”. Hasil dari kusioner menyatakan

bahwa 4,26 % responden (4 orang) menjawab sangat setuju, 6,38 % responden (6

orang) menjawab setuju, 6,38 % responden (6 orang) menjawab netral, 46,81 %

responden (44 orang) menjawab tidak setuju, dan 36,17 % responden (34 orang)

menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut, dengan

persentase sebesar 80,98 %.

Pencantuman nama dan alamat pasien diperlukan untuk mencegah terjadinya

kekeliruan pada saat penebusan resep, karena jika diberikan tanpa nama ataupun

alamat yang lengkap dimungkinkan resep tersebut dapat tertukar oleh pasien lain.

Menurut Joenoes (2001), di bawah nama penderita hendaknya dicantumkan juga

alamatnya; ini penting, dalam keadaan darurat (misalnya salah obat) penderita

langsung dapat dihubungi. Alamat penderita di resep juga akan mengurangi

kesalahan/ tertukar memberikan obat bila pada suatu waktu ada dua orang yang

menunggu resepnya dengan nama yang kebetulan sama.

i. Persepsi dokter mengenai pencantuman tanda tangan dokter dalam resep

Pernyataan kesembilan yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep harus

mencantumkan tanda tangan dokter”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa

42,55 % (40 orang) responden menjawab sangat setuju, 29,79 % (28 orang)

responden menjawab setuju, 17,02 % (16 orang) responden menjawab netral, dan

10,64 % (10 orang) responden menjawab tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan

53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan

tersebut, dengan persentase sebesar 72,34 %.

Menurut Joenoes (2001), secara hukum dokter yang menandatangani suatu

resep bertanggung jawab sepenuhnya tentang resep yang ditulisnya untuk penderita.

Tanda tangan atau paraf dari dokter yang menuliskan resep tersebut yang menjadikan

suatu resep itu otentik. Resep obat suntik dari golongan narkotika harus dibubuhi

tanda tangan lengkap oleh dokter yang menulis resep, dan tidak cukup dengan paraf

saja.

j. Persepsi dokter mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaklengkapan resep

Para responden mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan

ketidaklengkapan penulisan resep antara lain : 1) pasien yang ditangani oleh dokter

terlalu banyak, 2) dokter tergesa-gesa pada saat menuliskan resep, 3) faktor ketelitian

dokter, 4) kurangnya informasi yang dimiliki dokter, sedangkan menurut Undang-

Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran pasal 51, huruf f,

menyatakan dokter dan dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran

mempunyai kewajiban menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan

ilmu kedokteran atau kedokteran gigi. 5) kebiasaan dokter, 6) dianggap tidak perlu,

6) menganggap apoteker sudah paham, 7) malas menulis, 8) tidak adanya standar

penulisan resep yang baku, padahal peraturan mengenai persyaratan administratif

suatu resep terdapat pada Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004 pada Bab III;

9) capek atau mengantuk, dan 10) mencari sensasi.

54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

2. Persepsi dokter mengenai kemudahan pembacaan resep (legibility)

Sebagian besar responden (35,85 %), menyatakan bahwa adanya tulisan

dalam resep yang tidak jelas atau tidak terbaca dapat merugikan pasien. Hal; tersebut

senada dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen, salah satu hak konsumen adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Jikalau tulisan dalam resep

tidak terbaca, keamanan pasien penebus resep menjadi diragukan. Hal tersebut sesuai

pernyataan responden yang mengatakan bahwa pasien bisa mendapatkan obat yang

berbeda dari resep.

Beberapa responden berpendapat bahwa tulisan yang tidak jelas akan

menyulitkan apoteker dalam memberikan obat. Dalam hal ini apoteker akan

memerlukan waktu yang lebih lama saat meracik resep. Untuk beberapa kasus

penundaan seperti ini sangat membahayakan, seperti pada resep CITO. Menurut

Joenoes (2001), resep cito pembuatannya harus didahulukan dari resep-resep lainnya;

dengan demikian untuk tidak mengganggu tugas rutin di apotek, dokter yang

meminta resep cito hendaknya betul-betul bila penderita dalam keadaan gawat dan

penundaan pemberian obatnya dapat membahayakan.

55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

Tabel V. Persepsi dokter dan apoteker mengenai kemudahan pembacaan resep

Responden Dokter Responden Apoteker

Pernyataan SS+S (%)

N (%)

TS+ STS (%)

Kecende rungan

SS+S (%)

N (%)

TS+ STS (%)

Kecende rungan

Tulisan dalam resep harus ditulis dengan jelas 91.48 6.38 2.13 setuju 98.77 1.23 - setuju Tulisan dalam resep harus ditulis tidak jelas 4.26 4.26 91.49 tidak setuju - 2.47 97.53 tidak

setuju Tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas 93.61 2.13 4.26 setuju 98.77 1.23 - setuju Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter

2.13 8.51 89.36 tidak setuju 1.23 6.17 92.60 tidak setuju

Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca jelas maka apoteker harus menghubungi dokter

97.87 - 2.13 setuju 93.82 6.17 - setuju

Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca dengan jelas maka apoteker harus meminta pasien kembali ke dokter

10.64 12.77 76.59 tidak setuju 7.41 28.40 64.20 tidak setuju

a. Persepsi dokter mengenai kejelasan tulisan dalam resep

Pernyataan kesepuluh yang tercantum pada kuesioner adalah ”tulisan dalam

resep harus ditulis dengan jelas”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 59,57 %

responden (56 orang) menjawab sangat setuju, 31,91 % responden (30 orang)

menjawab setuju, 6,38 % responden (6 orang) menjawab netral, dan 2,13 %

responden (2 orang) menjawab tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

91,48 % responden cenderung menjawab setuju.

Sebagian besar responden setuju bahwa tulisan dalam resep harus ditulis

dengan jelas. Beberapa responden beranggapan bahawa tulisan yang tidak jelas dapat

mempersulit apoteker dalam memberikan obat, dan dikhawatirkan kejadian tersebut

dapat mengakibatkan kesalahan pemberian obat. Sejumlah responden juga

menambahkan bahwa tulisan yang tidak jelas dapat merugikan pasien, disamping

56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

juga melanggar Kode Etik. Tulisan yang tidak jelas juga melanggar Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 26/MENKES/Per/I/1981, yang

menyatakan bahwa resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap.

b. Persepsi dokter mengenai ketidakjelasan tulisan dalam resep

Pernyataan kesebelas yang tercantum pada kuesioner adalah ”tulisan dalam

resep harus ditulis tidak jelas”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 4,26 %

responden (4 orang) menjawab setuju, 4,26 % responden (4 orang) menjawab netral,

25,53 % responden (24 orang) menjawab tidak setuju, dan 65,96 % responden (62

orang) menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar responden cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut, dengan

persentase sebesar 91,49 %.

Pernyataan kesebelas merupakan kebalikan dari pernyataan kesepuluh. Hal

tersebut dilakukan untuk melihat konsistensi jawaban dari para responden. Hasil dari

pernyaatan kesebelas ini dapat dikatakan konsisten, karena hasilnya sesuai dengan

pernyataan yang kesepuluh. Tulisan yang tidak jelas dapat terjadi karena individu

dokter sendiri, seperti yang disampaikan oleh beberapa responden pada bagian

pertanyaan terbuka. Mereka juga menganggap bahwa tindakan tersebut dilakukan

untuk merahasiakan isi resep tersebut dari pasien, terlebih jika obat-obat yang

diresepkan merupakan obat golongan narkotika atau psikotropika. Menurut Joenoes

(2001), penulisan nama obat, jumlah obat, serta catatan cara memakainya hendaknya

dapat dibaca oleh apoteker atau asisten apoteker yang membuatkan obat di apotek

(kalau penderitanya tidak dapat membacanya bukan merupakan soal yang berat).

57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

c. Persepsi dokter mengenai kejelasan dalam pembacaan resep

Pernyataan keduabelas yang tercantum pada kuesioner adalah ”tulisan

dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas”. Hasil dari kusioner menyatakan

bahwa 61,70 % responden (58 orang) menjawab sangat setuju, 31,91 % responden

(30 orang) menjawab setuju, 2,13 % responden (2 orang) menjawab netral, dan 4,26

% responden (4 orang) menjawab tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut,

dengan persentase sebesar 93,61 %.

Resep ditulis sedemikian rupa sehingga dapat dibaca, sekurang-kurangnya

oleh petugas di apotek (Joenos, 2001). Beberapa responden berpendapat bahwa,

tulisan yang tidak jelas akan menyulitkan apoteker dalam memberikan obat dan

mereka merasa bahwa dokter penulis resep tidak sadar akan resiko dari tindakannya

tersebut. Nantinya, hal tersebut akan beresiko merugikan bagi pasien karena

mendapatkan obat yang berbeda dari resep. Sebagai contoh adalah Dilantin

(anticonvulsant) dengan Dolantin (narkotik analgesik), Indocin (analgesik,

antiinflamasi) dengan Lindocin (antibiotik), dan Apresoline (Antihipertensi) dengan

Priscoline (vasodilator perifer) (Joenos, 2001).

d. Persepsi dokter mengenai ketidakjelasan penulisan resep sebagai ciri khas dokter

Pernyataan ketigabelas yang tercantum pada kuesioner adalah ”tulisan tidak

jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter”. Hasil dari kusioner

menyatakan bahwa 2,13 % responden (2 orang) menjawab setuju, 8,51 % responden

(8 orang) menjawab netral, 29,79 % responden (28 orang) menjawab tidak setuju,

dan 59,57 % responden (56 orang) menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian

58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

menunjukkan bahwa sebagian besar (89,36 %) responden cenderung menjawab tidak

setuju pada pernyataan tersebut.

Ketidakjelasan tulisan dokter lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor

teknis. Dokter menjadi tergesa-gesa dikarenakan banyaknya pasien, sehingga saat

menuliskan resep tidak mempedulikan ketidakjelasan dari tulisannya. Akan tetapi 52

orang responden beranggapan bahwa tidak jelasnya tulisan dokter dikarenakan

pembawaan dokter itu sendiri. Menurut Joenoes (2001), standar etika dalam

melaksanakan tugas profesi artinya adalah : ” Segala tindakan yang dilakukan adalah

demikebaikan dan kepentingan penderita dan masyarakat.”

Beberapa responden juga beranggapan bahwa dokter tersebut egois karena

bekerjasama dengan apotek tertentu. Padahal tindakan tersebut bertentangan dengan

pendapat Joenoes (2001) tentang aspek etika yaitu ”Dokter tidak menyuruh penderita

mengambil obatnya di apotek tertentu”. Hal ini terutama kalau dokter mendapat

keuntungan pribadi dari apotek yang bersangkutan.

e. Persepsi dokter mengenai tindakan apoteker dalam melakukan konfirmasi mengenai ketidakjelasan tulisan dalam resep

Pernyataan keempatbelas yang tercantum pada kuesioner adalah ”jika

tulisan dalam resep tidak dapat dibaca jelas maka apoteker harus

menghubungi dokter”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 74,47 % responden

(70 orang) menjawab sangat setuju, 23,40 % responden (22 orang) menjawab setuju,

dan 2,13 % responden (2 orang) menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada

pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 97,87 %.

59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

Hasil yang didapat sesuai dengan hasil kuesioner responden apoteker. Para

apoteker beranggapan bahwa apotekerlah yang harus menghubungi dokter apabila

resep tidak dapat dibaca dengan jelas. Hal tersebut sejalan dengan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 26/MENKES/Per/I/1981, pasal 12 ayat (4),

apabila resep tidak dapat di baca dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker wajib

menanyakan kepada penulis resep.

f. Persepsi dokter mengenai permintaan apoteker kepada pasien untuk mengkonfirmasikan kepada dokter tentang ketidakjelasan tulisan dalam resep

Pernyataan kelimabelas yang tercantum pada kuesioner adalah ”jika tulisan

dalam resep tidak dapat dibaca dengan jelas maka apoteker harus meminta

pasien kembali ke dokter”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 4,26 %

responden (4 orang) menjawab sangat setuju, 6,38 % responden (6 orang) menjawab

setuju, 12,77 % responden (12 orang) menjawab netral, 42,55 % responden (40

orang) menjawab tidak setuju, dan 34,04 % responden (32 orang) menjawab sangat

tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase

sebesar 76,59 %.

Hasil ini sesuai dengan hasil yang ditunjukkan pernyataan nomer empatbelas.

Apotekerlah yang harus menghubungi dokter, dan bukan meminta pasien untuk

kembali ke dokter jika tulisan dalam resep tidak jelas.

60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

C. Persepsi Apoteker Mengenai Kelengkapan Resep dan Kemudahan Pembacaan Resep (Legibility)

1. Persepsi apoteker mengenai kelengkapan resep

Sebagian besar responden (61,73 %) apoteker beranggapan bahwa aspek

kelengkapan resep yang meliputi : identitas dokter, tanggal penulisan resep, nama

obat, jumlah obat, kekuatan obat, aturan pakai/ cara pakai, nama pasien, umur,

alamat, berat badan merupakan hal penting yang harus dimuat di dalam resep.

Mayoritas responden (29,28%) beralasan bahwa semua aspek tersebut dituliskan

untuk menghindari kekeliruan, sehingga dapat tercipta pengobatan yang rasional.

Alasan lain adalah untuk memberikan penjelasan kepada pasien secara lengkap,

syarat kelengkapan resep, memudahkan pelayanan, dan semua aspek berhubungan

satu sama lain.

a. Persepsi apoteker mengenai penulisan identitas dokter dalam resep

Pernyataan pertama yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep harus

memuat identitas dokter”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 91,36 % (74

orang) responden menjawab sangat setuju, 7,41 % (6 orang) responden menjawab

setuju, dan 1,23 % (1 orang) responden menjawab netral. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada

pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 98,77 %.

Berdasarkan Kepmenkes No. 280 tahun 1981 pasal 2 resep harus memuat

juga : ”nama, alamat dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi atau dokter hewan”.

Salah satu responden bahkan berpendapat bahwa dia akan menolak resep tersebut

jika di dalamnya tidak terdapat S.I.P. dari dokter tersebut. Beberapa responden

61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

mengaku akan mengembalikan resep kepada pasien jika obat di dalam resep

merupakan golongan narkotika dan psikotropika.

b. Persepsi apoteker mengenai penulisan tanggal dalam resep

Pernyataan kedua yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep tidak perlu

mencantumkan tanggal penulisan”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 2,47

% (2 orang) responden menjawab setuju, 1,23 % (1 orang) responden menjawab

netral, 33,33 % (27 orang) responden menjawab tidak setuju, dan 62,96 % (51 orang)

responden menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar responden cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan

tersebut, dengan persentase sebesar 96,29 %.

Berdasarkan Kepmenkes No. 280 tahun 1981 pasal 2 resep harus memuat

juga : ”tanggal penulisan resep”. Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 Bab III, juga

menjadikan tanggal penulisan resep menjadi salah satu persyaratan administratif

yang harus dipenuhi.

Pada bagian pertanyaan terbuka beberapa responden menyatakan bahwa

tanggal penulisan resep dianggap tidak penting, karena hal tersebut dapat ditanyakan

langsung kepada pasien. Jawaban pertanyaan tersebut tetap mengindikasikan bahwa

resep harus mencantumkan tanggal penulisan. Rees (2004) menyatakan bahwa

tanggal penulisan resep harus dituliskan. Hal tersebut untuk mengidentifikasi tanggal

ditulisnya resep tersebut. Beberapa aturan di Controlled Drugs di U.K. (United

Kingdom) mengharuskan bahwa resep harus ditebus dalam kurun waktu tertentu

setelah resep tersebut dibuat

62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

c. Persepsi apoteker mengenai penulisan identitas pasien dalam resep

Pernyataan ketiga yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep harus

memuat identitas pasien”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 75,31 % (61

orang) responden menjawab sangat setuju, 22,22 % (18 orang) responden menjawab

setuju, dan 2,47 % (2 orang) responden menjawab netral. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada

pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 97,53 %.

d. Persepsi apoteker mengenai pencantuman jumlah obat dalam resep

Pernyataan keempat yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep tidak

perlu mencantumkan jumlah obat”. Hasil dari kuesioner menyatakan bahwa 1,23

% (1 orang) responden menjawab sangat setuju, 3,70 % (3 orang) responden

menjawab netral, 14,81 % (12 orang) responden menjawab tidak setuju, dan 80,25 %

(65 orang) responden menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan

tersebut, dengan persentase sebesar 95,06 %.

Responden berpendapat bahwa jumlah obat merupakan salah satu aspek yang

penting, karena untuk menghindari kekeliruan sehingga dapat tercipta pengobatan

yang rasional. Pencantuman jumlah obat juga menjadi salah satu syarat administratif

dalam Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 pada Bab III. Jika tidak dicantumkan,

biasanya responden melakukan beberapa tindakan seperti : melihat referensi (buku

MIMS, DOEN, atau IONI), melengkapinya sendiri, menganalisa resep terlebih

dahulu, jika memungkinkan akan tetap dilayani, dan menanyakan kepada dokter.

Perlu diperhatikan pula bahwa pemberian obat yang terlalu banyak dapat merugikan

63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

pasien tersebut. Menurut Jonoes (2001) pemberian obat yang terlalu banyak akan

menimbulkan bahaya, antara lain obat yang tersisa kan disimpan untuk ”lain kali”

(belum tentu pada waktu ”lain kali” itu obatnya masih baik) atau obat yang tersisa

diberikan kepada orang lain (ini berarti si penmberi obat menentukan sendiri

”anamnesis, diagnosis, serta terapi” orang lain dan sekaligus juga berfungsi sebagai

penyalur obat).

e. Persepsi apoteker mengenai pencantuman aturan pakai obat dalam resep

Pernyataan kelima yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep harus

mencantumkan aturan pakai”. Hasil dari kuesioner menyatakan bahwa 87,65 %

(71 orang) responden menjawab sangat setuju, dan 12,65 % (10 orang) responden

menjawab setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar

97,87 %.

Hasil tersebut ternyata sesuai dengan Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 Bab

III yang isinya adalah apoteker melakukan skrining resep, dengan salah satu

persyaratan administratif adalah cara pemakaian yang jelas. Menurut beberapa

responden, pencantuman aturan pakai merupakan bagian yang penting. Pencantuman

aturan pakai dilakukan karena untuk menghindari kekeliruan sehingga dapata

menciptakan pengobatan yang rasional, agar dapat memberikan penjelasan kepada

pasien secara lengkap, syarat kelengkapan resep, dan memudahkan pelayanan.

Tindakan yang dilakukan oleh responden jika menemui resep yang tidak

mencantumkan aturan pakai adalah melihat referensi (buku MIMS, DOEN, atau

64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

IONI), menganalisa resep terlebih dahulu dan jika memungkinkan akan tetap

dilayani, dan bertanya kepada dokter penulis resep.

f. Persepsi apoteker mengenai pencantuman kekuatan obat dalam resep

Pernyataan keenam yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep tidak

perlu mencantumkan kekuatan obat (contoh: 10 mg, 20 mg, dll)”. Hasil dari

kuesioner menyatakan bahwa 2,47 % (2 orang) responden menjawab sangat setuju,

2,47 % (2 orang) responden menjawab setuju, 2,47 % (2 orang) responden menjawab

netral, 32,10 % (26 orang) responden menjawab tidak setuju, dan 60,49 % (49 orang)

responden menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar responden cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan

tersebut, dengan persentase sebesar 92,59 %.

Pencantuman kekuatan obat menjadi salah satu syarat administratif pada

skrining resep sesuai Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 pada Bab III. Akan tetapi 4

orang responden menyatakan bahwa pencantuman kekuatan obat tidak menjadi

bagian yang penting untuk aspek kelengkapan resep. Mereka beralasan bahwa obat

dengan kekuatan terkecil tidak perlu dituliskan dan mereka juga merasa sudah

mengerti kekuatan obat yang diinginkan oleh dokter penulis resep. Pernyataan

tersebut senada dengan hasil kuesioner untuk dokter, bahwa obat dengan kekuatan

terkecil tidak perlu dicantumkan nilai kekuatan obat tersebut. Namun beberapa

responden apoteker berpendapat bahwa jika didapati ketidaklengkapan resep pada

bagian obat, tindakan yang mereka lakukan adalah menghubungi dokter penulis

resep. Bahkan 2 orang responden berpendapat akan menyuruh pasien untuk kembali

ke dokter. Akan tetapi, pendapat terakhir ini bertentangan dengan Peraturan Menteri

65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

Kesehatan Republik Indonesia No. 26/MENKES/Per/I/1981, pasal 12 ayat (4),

apabila resep tidak dapat di baca dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker wajib

menanyakan kepada penulis resep.

g. Persepsi apoteker mengenai pencantuman berat badan dan umur pasien dalam resep

Pernyataan ketujuh yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep harus

mencantumkan berat badan dan umur pasien”. Hasil dari kuesioner menyatakan

bahwa 29,63 % (26 orang) responden menjawab sangat setuju, 56,79 % (46 orang)

responden menjawab setuju, dan 13,57 % (11 orang) responden menjawab netral.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab

setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 86,42 %.

Hasil yang penelitian tersebut ternyata senada dengan Kepmenkes No. 1027

tahun 2004 pada Bab III yang menyatakan bahwa pencantuman berat badan dan

umur pasien merupakan salah satu syarat administratif pada saat skrining resep.

Pencantuman berat badan dan umur digunakan oleh apoteker untuk melihat

kesesuaian dosis yang diberikan oleh dokter. Beberapa responden menyatakan bahwa

pencantuman umur pasien bukan merupakan bagian yang penting karena nantinya

dapat ditanyakan kepada pasien secara langsung. Sedangkan 19 responden

mengganggap pencantuman berat badan merupakan hal yang tidak penting. Mereka

mengganggap bahwa pasien yang sudah dewasa tidak memerlukan pencantuman

berat badan pada resepnya. Berat badan pasien juga dapat ditanyakan langsung

kepada yang bersangkutan atau bahkan tidak perlu dicantumkan karena dokter sudah

mengetahuinya. Aspek penting dari pencantuman umur dan berat badan pasien

adalah digunakan untuk perhitungan dosis obat. Menurut Joenoes (2001), dosis tiap

66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

obat yang diberikan seharusnya diperhitungkan dengan tepat serta diperhitungkan

juga semua faktor individual penderita, terutama umur danberat badannya. Dosis

yang relatif terlalu rendah (subterapeutik) akan tidak efektif; sebaliknya dosis yang

terlalu tinggi (overdosis) akan menyebabkan keracunan.

h. Persepsi apoteker mengenai pencantuman nama dan alamat pasien dalam resep

Pernyataan kedelapan yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep tidak

perlu mencantumkan nama dan alamat pasien”. Hasil dari kuesioner menyatakan

bahwa 1,23 % (1 orang) responden menjawab sangat setuju, 1,23 % (1 orang)

responden menjawab setuju, 2,47 % (2 orang) responden menjawab netral, 48,15 %

(39 orang) responden menjawab tidak setuju, dan 46,91 % (38 orang) responden

menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut, dengan

persentase sebesar 95,06 %.

Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 pada Bab III mensyaratkan pencantuman

nama dan alamat pasien pada saat skrining resep yang dilakukan oleh apoteker. Akan

tetapi, 16 orang responden menyatakan bahwa pencantuman alamat pasien bukan

merupakan aspek yang penting pada kelengkapan resep. Mereka memberikan

beberapa alasan bahwa pencantuman alamat pasien hanya untuk resep yang

mengandung narkotika, alamat pasien tersebut dapat ditanyakan secara langsung

kepada pasien dan digunakan sebagai alat komunikasi dengan pasien. Pada bagian

pertanyaan terbuka dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakukan apoteker dalam

mengatasi ketidaklengkapan resep khususnya alamat pasien adalah dengan

melengkapinya sendiri.

67

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

i. Persepsi apoteker mengenai pencantuman tanda tangan apoteker dalam resep

Pernyataan kesembilan yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep harus

mencantumkan tandatangan doker”. Hasil dari kuesioner menyatakan bahwa

46,91 % (38 orang) responden menjawab sangat setuju, 35,80 % (29 orang)

responden menjawab setuju, dan 17,28 % (14 orang) responden menjawab netral.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab

setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 82,71 %.

Tanda tangan atau paraf dari dokter/ dokter gigi/ dokter hewan yang

menuliskan resep tersebut menjadikan suatu resep itu otentik (Joenoes, 2001). Tanda

tangan dokter harus tertera pada resep saat dilakukan skrining, hal tersebut sesuai

dengan Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 pada Bab III. Secara hukum dokter yang

menandatangani suatu resep bertanggung jawab sepenuhnya tentang resep yang

ditulisnya untuk penderita (Joenoes, 2001).

j. Persepsi apoteker mengenai tindakan yang dilakukan apabila terjadi ketidaklengkapan resep

Sebagian besar responde (21,49 %) akan melihat terlebih dahulu bagian yang

tidak lengkap, jika data pasien kurang lengkap maka ditanyakan pada pasien, dan

jika obat ditanyakan pada dokter penulis resep. Responden juga akan bertanya pada

pasien mengenai kondisinya, hal tersebut dilakukan untuk melihat hubungan

penyakit dengan obatnya. Hal lain yang dilakukan oleh responden, yaitu:

mengembalikan resep jika obat yang diresepkan merupakan golongan Narkotika/

Psikotropika, melihat referensi (MIMS, DOEN, atau IONI), menolak resep jika tidak

68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

tercantum SIP, melengkapi sendiri, menganalisa resep terlebih dahulu; jika

memungkinkan akan tetap dilayani dan jika tidak (mencurigakan) maka akan ditolak.

2. Persepsi apoteker mengenai kemudahan pembacaan resep (legibility)

Sejumlah 22 responden menerima resep yang tidak terbaca sebanyak 1

sampai 10 resep setiap bulannya. Sedangkan 16 responden merasa bahwa resep yang

mereka terima dapat terbaca dengan jelas.

a. Persepsi apoteker mengenai kejelasan tulisan dalam resep

Pernyataan kesepuluh yang tercantum pada kuesioner adalah ”tulisan dalam

resep harus ditulis dengan jelas”. Hasil dari kuesioner menyatakan bahwa 75,31 %

(61 orang) responden menjawab sangat setuju, 23,46 % (19 orang) responden

menjawab setuju, dan 1,23 % (1 orang) responden menjawab netral. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada

pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 98,77 %.

b. Persepsi apoteker mengenai ketidakjelasan tulisan dalam resep

Pernyataan kesebelas yang tercantum pada kuesioner adalah ”tulisan dalam

resep harus ditulis tidak jelas”. Hasil dari kuesioner menyatakan bahwa 2,47 % (2

orang) responden menjawab netral, 23,46 % (19 orang) responden menjawab tidak

setuju, dan 74,07 % (60 orang) responden menjawab sangat tidak setuju. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab tidak

setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 97,53 %.

c. Persepsi apoteker mengenai kejelasan dalam pembacaan resep

Pernyataan keduabelas yang tercantum pada kuesioner adalah ”tulisan dalam

resep harus dapat dibaca dengan jelas”. Hasil dari kuesioner menyatakan bahwa

69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

70,37 % (57 orang) responden menjawab sangat setuju, 28,40 % (23 orang)

responden menjawab setuju, dan 1,23 % (1 orang) responden menjawab netral. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab

setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 98,77 %.

Apabila didapati tulisan yang tidak jelas, maka tindakan yang akan dilakukan

oleh para responden antara lain meminta bantuan teman sejawat (apoteker yang lain),

melinat buku referensi (MIMS, DOEN, atau IONI), bertanya kepada pasien

mengenai kondisinya (untuk melihat hubungan penyakit dengan obat yang

diberikan), menghubungi dokter, dan jika dokter tidak dapat dihubungi pasien

diminta untuk kembali ke dokter.

d. Persepsi apoteker mengenai ketidakjelasan penulisan resep sebagai ciri khas dokter

Pernyataan ketigabelas yang tercantum pada kuesioner adalah ”tulisan tidak

jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter”. Hasil dari kuesioner

menyatakan bahwa 1,23 % responden menjawab setuju, 6,17 % responden menjawab

netral, 28,40 % responden menjawab tidak setuju, dan 64,20 % responden menjawab

sangat tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase

sebesar 92,60 %. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 26/MENKES/Per/I/1981, resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap.

e. Persepsi apoteker mengenai tindakan apoteker dalam melakukan konfirmasi mengenai ketidakjelasan tulisan dalam resep

Pernyataan keempatbelas yang tercantum pada kuesioner adalah ”jika tulisan

dalam resep tidak dapat dibaca jelas maka apoteker harus menghubungi

70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

dokter”. Hasil dari kuesioner menyatakan bahwa 46,91 % (38 orang) responden

menjawab sangat setuju, 46,91 % (38 orang) responden menjawab setuju, dan 6,17 %

(5 orang) responden menjawab netral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan

persentase sebesar 93,82 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan jawaban beberapa

responden (71 orang) yang menyatakan bahwa ”apoteker akan menghubungi dokter

jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca dengan jelas”.

f. Persepsi apoteker mengenai permintaan apoteker kepada pasien untuk mengkonfirmasikan kepada dokter tentang ketidakjelasan tulisan dalam resep

Pernyataan kelimabelas yang tercantum pada kuesioner adalah ”jika tulisan

dalam resep tidak dapat dibaca dengan jelas maka apoteker harus meminta

pasien kembali ke dokter”. Hasil dari kuesioner menyatakan bahwa 7,41 % (6

orang) responden menjawab setuju, 28,40 % (23 orang) responden menjawab netral,

37,04 % (30 orang) responden menjawab tidak setuju, dan 27,16 % (22 orang)

responden menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar responden cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan

tersebut, dengan persentase sebesar 64,20 %. Responden lebih cenderung memilih

”apoteker akan menghubungi dokter jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca

dengan jelas”. Akan tetapi, 9 orang responden berpendapat bahwa ”akan menyuruh

pasien kembali ke dokter, jika dokter tidak dapat dihubungi”

71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

D. Persepsi Pasien Mengenai Kelengkapan Resep dan Kemudahan Pembacaan Resep (Legibility)

1. Persepsi pasien mengenai kelengkapan resep

Tabel 6. Persepsi pasien mengenai kelengkapan resep

Pernyataan SS+S (%)

N (%)

TS+STS(%) Kecenderungan

Resep harus memuat identitas dokter 96 4 - setuju Resep tidak perlu mencantumkan tanggal penulisan 11 2 87 tidak setuju Resep harus memuat identitas pasien 85 11 4 setuju Resep tidak perlu mencantumkan jumlah obat, cukup nama obatnya saja

16 5 79 tidak setuju

Resep harus mencantumkan aturan pakai 91 5 4 setuju Resep harus mencantumkan nama pasien 95 3 2 setuju Resep harus mencantumkan berat badan dan umur pasien 58 24 18 setuju Resep tidak perlu mencantumkan alamat pasien 18 19 63 tidak setuju Resep harus mencantumkan tanda tangan dokter 89 6 5 setuju

a. Persepsi pasien mengenai penulisan identitas apoteker dalam resep

Pernyataan kedua yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep harus

memuat identitas dokter”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 50 % (50 orang)

responden menjawab sangat setuju, 46 % (46 orang) responden menjawab setuju, dan

4 % (4 orang) responden menjawab netral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut,

dengan persentase sebesar 96 %.

72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

b. Persepsi pasien mengenai penulisan tanggal dalam resep

Pernyataan ketiga yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep tidak perlu

mencantumkan tanggal penulisan”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 3 % (3

orang) responden menjawab sangat setuju, 8 % (8 orang) responden menjawab

setuju, 2 % (2 orang) responden menjawab netral, 62 (62 %) responden menjawab

tidak setuju, dan 25 (25 %) responden menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab tidak setuju

pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 87 %.

c. Persepsi pasien mengenai penulisan identitas pasien dalam resep

Pernyataan keempat yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep harus

memuat identitas pasien”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 35 % (35 orang)

responden menjawab sangat setuju, 50 % (50 orang) responden menjawab setuju, 11

% (11 orang) responden menjawab netral,dan 4 (4 %) responden menjawab tidak

setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung

menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 85 %.

d. Persepsi pasien mengenai pencantuman jumlah obat dalam resep

Pernyataan kelima yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep tidak perlu

mencantumkan jumlah obatnya, cukup nama obatnya saja”. Hasil dari kusioner

menyatakan bahwa 2 % (2 orang) responden menjawab sangat setuju, 14 % (14

orang) responden menjawab setuju, 5 % (5 orang) responden menjawab netral, 54

(54 %) responden menjawab tidak setuju, dan 25 (25 %) responden menjawab sangat

tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase

sebesar 79 %.

e. Persepsi pasien mengenai pencantuman aturan pakai obat dalam resep

Pernyataan keenam yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep harus

mencantumkan aturan pakai obat”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 58 %

responden (58 orang) menjawab sangat setuju, 33 % responden (33 orang) menjawab

setuju, 5 % responden (5 orang) menjawab netral, 3 % responden (3 orang)

menjawab tidak setuju, dan 1 % responden (1 orang) menjawab sangat tidak setuju.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab

setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 91 %.

f. Persepsi pasien r mengenai pencantuman nama pasien dalam resep

Pernyataan ketujuh yang tercantum pada kuesioner adalah ” resep harus

mencantumkan nama pasien”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 51 %

responden (51 orang) menjawab sangat setuju, 44 % responden (44 orang) menjawab

setuju, 3 % responden (3 orang) menjawab netral,dan 2 % responden (2 orang)

menjawab tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase

sebesar 95 %.

g. Persepsi pasien mengenai pencantuman berat badan dan umur pasien dalam resep

Pernyataan kedelapan yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep harus

mencantumkan berat badan dan umur pasien”. Hasil dari kusioner menyatakan

bahwa 17 % responden (17 orang) menjawab sangat setuju, 41 % responden (41

orang) menjawab setuju, 24 % responden (24 orang) menjawab netral, 12 %

74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

responden (12 orang) menjawab tidak setuju, dan 6 % responden (6 orang) menjawab

sangat tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase 58 %.

h. Persepsi pasien mengenai pencantuman alamat pasien dalam resep

Pernyataan kesembilan yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep tidak

perlu mencantumkan alamat pasien”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 3 %

responden (3 orang) menjawab sangat setuju, 15 % responden (15 orang) menjawab

setuju, 19 % responden (19 orang) menjawab netral, 51 % responden (51 orang)

menjawab tidak setuju, dan 12 % responden (12 orang) menjawab sangat tidak

setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung

menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 63 %.

i. Persepsi pasien mengenai pencantuman tanda tangan apoteker dalam resep

Pernyataan kesepuluh yang tercantum pada kuesioner adalah ”resep harus

mencantumkan tanda tangan dokter”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 37

% responden (37 orang) menjawab sangat setuju, 52 % responden (52 orang)

menjawab setuju, 6 % responden (6 orang) menjawab netral, 2 % responden (2

orang) menjawab tidak setuju, dan 3 % responden (3 orang) menjawab sangat tidak

setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung

menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 89 %.

Melalui hasil penelitian ini, diharapkan masyarakat mampu berperan serta

dalam usaha meningkatkan patient safety. Dari hasil penelitian dapat dilihat, pasien

merasa bahwa aspek kelengkapan resep yang meliputi : identitas dokter, tanggal

penulisan resep, nama obat, jumlah obat, kekuatan obat, aturan pakai/ cara pakai,

75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

nama pasien, umur, alamat, berat badan merupakan hal penting yang harus dimuat di

dalam resep.

Akan tetapi terdapat pula responden yang sebenarnya tidak memahami

secara benar aspek kelengkapan resep. Hal tersebut dapat terlihat melalui distribusi

jawaban pada tabel 6. Hal tersebut dimungkinkan karena responden belum

mengetahui alasan yang jelas mengenai aspek kelengkapan di dalam resep.

Secara umum, pandangan para responden pasien sudah baik, dan sesuai

dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, Bab III, pasal 4 menyatakan bahwa konsumen berhak atas

informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau

jasa.

2. Persepsi pasien mengenai kemudahan pembacaan resep (legibility)

Sebanyak 58 % responden pasien menyatakan bahwa resep yang mereka

terima tidak jelas dan tidak terbaca. Menurut Joenoes (2001), penulisan nama obat,

jumlah obat, serta catatan cara memakainya hendaknya dapat dibaca oleh apoteker

atau asisten apoteker yang membuatkan obat di apotek (kalau penderitanya tidak

dapat membacanya bukan merupakan soal yang berat).

76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

Tabel 7. Persepsi pasien mengenai kemudahan pembacaan resep

Pernyataan SS+S (%)

N (%)

TS+STS(%) Kecenderungan

Tulisan dalam resep harus ditulis dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan dalam pelayanan resep di apotek

86 9 5 setuju

Tulisan dalam resep harus ditulis tidak jelas agar tidak sembarang orang bisa membacanya

24 15 61 tidak setuju

Tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas 69 20 11 setuju Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter dan agar tidak mudah ditiru

29 22 49 tidak setuju

Apoteker di apotek harus dapat membaca tulisan dokter dalam resep walaupun secara umum tulisan tersebut sangat sulit dibaca

90 5 5 setuju

Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca jelas oleh apoteker di beberapa apotek maka pasien harus kembali ke dokter

66 4 30 setuju

Berdasarkan pernyataan pertama yang tercantum pada kuesioner adalah

”tulisan dokter dalam resep yang saya peroleh, tidak jelas dan tidak terbaca”.

Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 31 % responden (31 orang) menjawab sangat

setuju, 27 % responden (27 orang) menjawab setuju, 10 % responden (10 orang)

menjawab netral, 24 % responden (24 orang) menjawab tidak setuju, dan 8 %

responden (8 orang) menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan

tersebut, dengan persentase sebesar 58 %. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

dokter yang mengatakan bahwa nama obat tidak familiar bagi orang awam dan

tulisan yang tidak jelas digunakan untuk merahasiakannya dari pasien.

77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

Pernyataan kesebelas yang tercantum pada kuesioner adalah ”tulisan dalam

resep harus ditulis dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan dalam pelayanan

resep di apotek”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 53 % responden (53 orang)

menjawab sangat setuju, 33 % responden (33 orang) menjawab setuju, 9 %

responden (9 orang) menjawab netral, 4 % responden (4 orang) menjawab tidak

setuju, dan 1 % responden (1 orang) menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada

pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 86 %.

Pernyataan keduabelas yang tercantum pada kuesioner adalah ”tulisan

dalam resep harus ditulis tidak jelas agar tidak sembarang orang bisa

membacanya”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 3 % responden (3 orang)

menjawab sangat setuju, 21 % responden (21 orang) menjawab setuju, 15 %

responden (15 orang) menjawab netral, 47 % responden (47 orang) menjawab tidak

setuju, dan 14 % responden (14 orang) menjawab sangat tidak setuju. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab tidak

setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 61 %.

Pernyataan ketigabelas yang tercantum pada kuesioner adalah ”tulisan

dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas”. Hasil dari kusioner menyatakan

bahwa 30 % responden (30 orang) menjawab sangat setuju, 39 % responden (39

orang) menjawab setuju, 20 % responden (20 orang) menjawab netral, 10 %

responden (10 orang) menjawab tidak setuju, dan 1 % responden (1 orang) menjawab

sangat tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase 69 %.

78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

Pernyataan keempatbelas yang tercantum pada kuesioner adalah ”tulisan

tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter dan agar tidak

mudah ditiru”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 7 % responden (7 orang)

menjawab sangat setuju, 22 % responden (22 orang) menjawab setuju, 22 %

responden (22 orang) menjawab netral, 28 % responden (28 orang) menjawab tidak

setuju, dan 21 % responden (21 orang) menjawab sangat tidak setuju. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab tidak

setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 49 %.

Pernyataan kelimabelas yang tercantum pada kuesioner adalah ”apoteker di

apotek harus dapat membaca tulisan dokter dalam resep walaupun secara

umum tulisan tersebut sangat sulit dibaca”. Hasil dari kusioner menyatakan

bahwa 39 % responden (39 orang) menjawab sangat setuju, 51 % responden (51

orang) menjawab setuju, 5 % responden (5 orang) menjawab netral, 4 % responden

(4 orang) menjawab tidak setuju, dan 1 % responden (1 orang) menjawab sangat

tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase 90 %.

Pernyataan keenambelas yang tercantum pada kuesioner adalah ”jika tulisan

dalam resep tidak dapat dibaca jelas oleh apoteker di beberapa apotek maka

pasien harus kembali ke dokter”. Hasil dari kusioner menyatakan bahwa 38 %

responden (38 orang) menjawab sangat setuju, 28 % responden (28 orang) menjawab

setuju, 4 % responden (4 orang) menjawab netral, 20 % responden (20 orang)

menjawab tidak setuju, dan 10 % responden (10 orang) menjawab sangat tidak

79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung

menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 66 %.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebenarnya pasien juga

melakukan tindakan kontroling terhadap resep yang mereka dapat. Hal tersebut

sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, Bab II, pasal 2 (a), perlindungan konsumen bertujuan

meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi

diri.

Akan tetapi yang harus menjadi sorotan adalah hasil pernyataan keenambelas.

Para responden merasa bahwa pasienlah yang harus kembali ke dokter jika tulisan

dalam resep mereka tidak dapat dibaca jelas oleh apoteker di beberapa apotek.

Padahal menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

26/MENKES/Per/I/1981, pasal 12 ayat (4), apabila resep tidak dapat di baca dengan

jelas atau tidak lengkap, apoteker wajib menanyakan kepada penulis resep.

Sepatutnya pasien dapat memahami adanya aturan tersebut, sehingga pasien akan

semakin mendapatkan hak atas kenyamanan pelayanan sesuai dengan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

Bab III, pasal 4 (a) hak konsumen adalah hak atas kenyamanan, dan keselamatan

dalam menkonsumsi barang dan atau jasa.

80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Persepsi dokter mengenai kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan resep

(legibility) :

a. responden dokter berkecenderungan setuju apabila semua aspek kelengkapan

resep dicantumkan dalam resep

b. responden dokter berkecenderungan setuju bahwa tulisan dalam resep harus

dapat dibaca dengan jelas. Apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas,

maka apotekerlah yang harus menghubungi dokter (92 %) dan bukan

meminta pasien untuk kembali ke dokter (10.64 %)

2. Persepsi apoteker mengenai kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan resep

(legibility) :

a. responden apoteker berkecenderungan setuju apabila semua aspek

kelengkapan resep dicantumkan dalam resep

b. responden apoteker berkecenderungan setuju bahwa tulisan dalam resep

harus dapat dibaca dengan jelas. Apabila resep tidak dapat dibaca dengan

jelas, maka apotekerlah yang harus menghubungi dokter (93.82 %) dan bukan

meminta pasien untuk kembali ke dokter (6 %)

3. Persepsi pasien mengenai kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan resep

(legibility) :

a. responden pasien berkecenderungan setuju apabila semua aspek kelengkapan

resep dicantumkan dalam resep

81

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

82

b. responden pasien berkecenderungan setuju bahwa tulisan dalam resep harus

ditulis dengan jelas (86 %) dapat dibaca dengan jelas (69 %) dan apoteker di

apotek harus dapat membaca tulisan dokter dalam resep (90 %). Apabila

resep tidak dapat dibaca dengan jelas oleh apoteker di beberapa apotek, maka

pasien harus kembali ke kembali ke dokter (66 %)

B. Saran

a. Perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan antara karakteristik responden

dengan persepsi responden mengenai ketidaklengkapan dan ketidakjelasan

tulisan dalam resep.

b. Perlu dibentuk suatu panduan untuk dokter dan apoteker mengenai aturan baku

format resep, penulisan resep, dan komunikasi antar tenaga kesehatan.

c. Perlu diberikan informasi yang tepat kepada pasien oleh dokter dan apoteker

mengenai terapi yang akan diterima, sehingga pasien tidak perlu mempersoalkan

isi resep yang diterimanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

83

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1981a, Peraturan Menteri Kesehatan Reoublik Indonesia Nomor :

26/MENKES/PER/1/1981 Tentang Pengelolaan dan Perizinan Apotik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1981b, Keputusan Menteri Kesehatan Reoublik Indonesia Nomor :

280/MENKES/SK/V/1981 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1992, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1999, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, hal. 4-12, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia Anonim, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2004a, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2004b, Undang-Undang No.29 Tentang Praktik Kedokteran, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Azwar, S., 1988, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi I, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta. Azwar, S., 1997, Reliabilitas dan Validitas, Edisi III, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Budirahayu, C. A., 2003, Hubungan Antara Persepsi Terhadap Factor Internal

Perusahaan Dengan Motivasi Kerja Karyawan P.T. Columbia Cabang Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Cohen, M.R., 1999, Causes of Medication Error, in: Cohen. M.R., Medication Error,

American Pharmaceutical Association, Washington, DC. De Vries, T.P.G.M., Henning, R.H., Hogerzeil, and H.V., Fresle, D.A., 1994, Guide

to Good Prescribing, WHO, Geneva.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

84

Hartini, Y.S., dan Sulasmono, 2006, Apotek: Ulasan Beserta Naskah Peraturan

Perundang-undangan Terkait Apotek, , Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Joenoes, N.Z., 2001, Ars Prescribendi Resep yang Rasional, Edisi 2, Airlangga

University Press, Surabaya Lyons, R., Payne, C., Mc Cabe, and M., Fielder, C., 1998, Legibility of

doctors’handwriting: quantitative comparative study, BMJ, 317; 863-864 Nawawi, H., 2005, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cetakan ke-11, 144, 149-151,

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Notoadmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, P.T. Rineka Cipta,

Jakarta. Pramudiarja, AN.U., 2006, Potensi Medication Error dalam Resep Pediatri di 10

Apotek di Kota Yogyakarta Periode Januari – Maret 2006 dan Persepsi Pembaca Resep yang Menanganinya (Tinjauan Aspek Kelengkapan dan Keterbacaan Resep), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Pratiknya, A. W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan, Cetakan 5, 89-107, PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta Rahmawati, F., dan Oetari R. A., 2002, Kajian Penulisan Resep: Tinjauan ASPEC

Legalitas dan Kelengkapan Resep di Apotek-Apotek Kotamadya Yogyakarta, Majalah Farmasi Indonesia, 13 (2),

Rantucci, M. J., 1999, Pharmacist Talking With Patients a Guide to Patient

Counseling, 30, Williams & Wilkins, Baltimore Rees, J.A., 2004, The Prescription, in Winfield, A.J., Richards, R.M.E.,

Pharmaceutical Practice, Third Edition, 164-165, 169, 171, Churchill Livingstone, London

Santrock, J.W., 1995, Life-Span Development, jilid I, Edisi Kelima, Penerbit

Erlangga, Jakarta Santrock, J.W., 1995, Life-Span Development, jilid II, Edisi Kelima, Penerbit

Erlangga, Jakarta Sevilla, C. G., Ochave, J. A., Punsalo, T. E., Regala B. P., and Uriarte, G. G., 1993,

Pengantar Metode Penelitian, diterjemahkan oleh Tuwu, A., Edisi I, UI Press, Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

85

Scott, S.A., 2000, The Prescription, in Remington: The Science and Practice of

Pharmacy, 20th ed, 1691,1693, Williams & Wilkins, USA Sugiyono, 2003, Statistika untuk Penelitian, Cetakan Kelima, Penerbit Alfabeta,

Bandung Simbolon, R.T., 2005, Persepsi Pembaca Resep Mengenai Resep yang Berpotensi

Menyebabkan Medication Error di Apotek di Kota Yogyakarta Periode Januari-Februari 2005, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Triuntari, K. R., 2007, Persepsi Dokter, Apoteker, Asisten Apoteker, dan Pasien

Mengenai Kelengkapan Resep dan Kemudahan Pembacaan Tulisan Dalam Resep (Legibility) di Empat Rumah Sakit Umum di Kota Yogyakarta Periode Maret-April 2007, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Walgito, B., 1994, Pengantar Psikologi Umum, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta Wardoyo, Y. S., 2002, Hubungan Antara Pria Terhadap Fisik Wanita Dengan Intensi

melakukan Pelecehan Seksual, Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Widayati, A., dan Hartayu, T.S., 2006, Kajian Kelengkapan Resep dan Kombinasi

Obat Untuk Pediatri Yang Berpotensi Menimbulkan Medication Error Di 10 Apotek Kota Yogyakarta Dan 2 Rumah Sakit Di Yogyakarta, Laporan Penelitian, LPPM USD – Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

86

Lampiran 1. Surat ijin responden Dokter. Kepada Yth. Responden (Dokter) di tempat Dengan hormat, Sehubungan dengan penelitian Saya untuk tugas akhir (skripsi) di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “PERSEPSI DOKTER,

APOTEKER DAN PASIEN MENGENAI KELENGKAPAN RESEP DAN

KEMUDAHAN PEMBACAAN TULISAN DALAM RESEP (LEGIBILITY)“

maka Saya mohon bantuan Bapak/Ibu untuk berkenan membantu Saya dalam

pengisian kuesioner. Bersama ini saya lampirkan pula: Ijin penelitian

Jawaban Bapak/Ibu akan sangat membantu Saya dalam mengumpulkan data

penelitian ini. Semua jawaban Bapak/Ibu semata - mata demi kepentingan penelitian

dan akan dirahasiakan.

Demikian permohonan saya, besar harapan saya Bapak / Ibu mendukung penelitian

saya ini, sehingga hasilnya nanti dapat bermanfaat bagi peningkatan pelayanan

kesehatan khususnya kefarmasian.

Yogyakarta, Januari 2007

Peneliti,

Irwan Febriantoro

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

87

Lampiran 2. Surat ijin responden Apoteker Pengelola Apotek (APA) Kepada Yth. Responden (Apoteker Pengelola Apotek (APA)) Di Kotamadya Yogyakarta Dengan hormat, Sehubungan dengan penelitian Saya untuk tugas akhir (skripsi) di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “PERSEPSI DOKTER,

APOTEKER DAN PASIEN MENGENAI KELENGKAPAN RESEP DAN

KEMUDAHAN PEMBACAAN TULISAN DALAM RESEP (LEGIBILITY)“

maka Saya mohon bantuan Bapak/Ibu untuk berkenan membantu Saya dalam

pengisian kuesioner. Bersama ini saya lampirkan pula: Ijin penelitian

Jawaban Bapak/Ibu akan sangat membantu Saya dalam mengumpulkan data

penelitian ini. Semua jawaban Bapak/Ibu semata - mata demi kepentingan penelitian

dan akan dirahasiakan.

Demikian permohonan saya, besar harapan saya Bapak / Ibu mendukung penelitian

saya ini, sehingga hasilnya nanti dapat bermanfaat bagi peningkatan pelayanan

kesehatan khususnya kefarmasian.

Yogyakarta, Januari 2007

Peneliti,

Irwan Febriantoro

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

88

Lampiran 3. Surat ijin responden pasien. Kepada Yth. Responden (pasien) di tempat Dengan hormat, Sehubungan dengan penelitian Saya untuk tugas akhir (skripsi) di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “PERSEPSI DOKTER,

APOTEKER DAN PASIEN MENGENAI KELENGKAPAN RESEP DAN

KEMUDAHAN PEMBACAAN TULISAN DALAM RESEP (LEGIBILITY)“

maka Saya mohon bantuan Bapak/Ibu untuk berkenan membantu Saya dalam

pengisian kuesioner. Bersama ini saya lampirkan pula: Ijin penelitian

Jawaban Bapak/Ibu akan sangat membantu Saya dalam mengumpulkan data

penelitian ini. Semua jawaban Bapak/Ibu semata - mata demi kepentingan penelitian

dan akan dirahasiakan.

Demikian permohonan saya, besar harapan saya Bapak / Ibu mendukung penelitian

saya ini, sehingga hasilnya nanti dapat bermanfaat bagi peningkatan pelayanan

kesehatan khususnya kefarmasian.

Yogyakarta, Januari 2007

Peneliti,

Irwan Febriantoro

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

89

Lampiran 4. Surat ijin BAPEDA Propinsi Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

90

Lampiran 5. Surat ijin Dinas Perijinan Pemerintah Kota Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

91

Lampiran 6. Lembar kuesioner Dokter

Kuesioner Persepsi Dokter Mengenai Aspek Kelengkapan Resep dan Keterbacaan Resep

No Pertanyaan Jawaban 1 Nama (dapat tidak diisi) : 2 Umur (th) : 3 Jenis kelamin : 4 spesialisasi : Umum / spesialis.................... 5 Tahun lulus Fakultas Kedokteran : 6 Lamanya praktek (tahun) : 7 Praktek di berapa tempat : 8 Rata – rata pasien /hari /tempat

praktek :

No Pernyataan SS S N TS STS

1 Resep harus memuat identitas dokter

2 Resep tidak perlu mencantumkan tanggal penulisan

3 Resep harus memuat identitas pasien

4 Resep tidak perlu mencantumkan jumlah obat

5 Resep harus mencantumkan aturan pakai

6 Resep tidak perlu mencantumkan kekuatan obat (Contoh: 10 mg, 20 mg, dll)

7 Resep harus mencantumkan berat badan dan umur pasien

8 Resep tidak perlu mencantumkan nama dan alamat pasien

9 Resep harus mencantumkan tanda tangan dokter

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

92

10 Tulisan dalam resep harus ditulis dengan jelas

11 Tulisan dalam resep harus ditulis tidak jelas

12 Tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas

13 Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter

14 Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca jelas maka apoteker harus menghubungi dokter

15

Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca dengan jelas maka apoteker harus meminta pasien kembali ke dokter

Mohon mengisi jawaban di bawah ini, untuk menyampaikan komentar/pendapat tentang: 1. Aspek kelengkapan resep pada dasarnya meliputi: identitas dokter, tanggal

penulisan resep, nama obat, jumlah obat, kekuatan obat, aturan pakai/cara pakai, nama pasien, umur, alamat, berat badan. Manakah yang dokter anggap tidak penting? Mengapa?

2. Apa pendapat / komentar dokter mengenai tulisan dokter dalam resep yang

tidak jelas? 3. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi ketidaklengkapan penulisan resep? 4. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi ketidakjelasan penulisan resep?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

93

Lampiran 7. Lembar kuesioner Apoteker.

Kuesioner Persepsi Apoteker Mengenai Aspek Kelengkapan Resep dan Keterbacaan Resep

No Pertanyaan Jawaban 1 Nama (dapat tidak diisi) : 2 Umur (th) : 3 Jenis kelamin : 4 Tahun lulus Apoteker : 5 Pendidikan terakhir : 6 Lamanya menjadi APA : 7 Rata – rata lembar resep / hari :

No Pernyataan SS S N TS STS

1 Resep harus memuat identitas dokter

2 Resep tidak perlu mencantumkan tanggal penulisan

3 Resep harus memuat identitas pasien

4 Resep tidak perlu mencantumkan jumlah obat

5 Resep harus mencantumkan aturan pakai

6 Resep tidak perlu mencantumkan kekuatan obat (Contoh: 10 mg, 20 mg, dll)

7 Resep harus mencantumkan berat badan dan umur pasien

8 Resep tidak perlu mencantumkan nama dan alamat pasien

9 Resep harus mencantumkan tanda tangan dokter

10 Tulisan dalam resep harus ditulis dengan jelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

94

11 Tulisan dalam resep harus ditulis tidak jelas

12 Tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas

13 Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter

14 Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca jelas maka apoteker harus menghubungi dokter

15

Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca dengan jelas maka apoteker harus meminta pasien kembali ke dokter

Mohon mengisi jawaban di bawah ini, untuk menyampaikan komentar/pendapat tentang: 1. Aspek kelengkapan resep pada dasarnya meliputi: identitas dokter, tanggal

penulisan resep, nama obat, jumlah obat, kekuatan obat, aturan pakai/cara pakai, nama pasien, umur, alamat, berat badan. Manakah yang Bapak / Ibu Apoteker anggap tidak penting? Mengapa?

2. Jika terdapat resep yang tidak lengkap, tindakan apakah yang Bapak / Ibu

Apoteker lakukan? 3. Dalam 1 bulan terakhir ini, berapa persenkah resep yang tulisannya tidak

jelas / tidak terbaca ? 4. Jika terdapat resep yang tulisannya tidak jelas / tidak terbaca, tindakan apa

yang Bapak/Ibu Apoteker lakukan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

95

Lampiran 8. Lembar kuesioner pasien.

Kuesioner Persepsi Pasien Mengenai Aspek Kelengkapan Resep dan Keterbacaan Resep

No Pertanyaan Jawaban 1 Nama (dapat tidak diisi) : 2 Umur (th) : 3 Jenis kelamin : 4 Pendidikan terakhir :

No Pernyataan SS S N TS STS

1 Tulisan dokter dalam resep yang saya peroleh, tidak jelas dan tidak terbaca

2 Resep harus memuat identitas dokter

3 Resep tidak perlu mencantumkan tanggal penulisan

4 Resep harus memuat identitas pasien

5 Resep tidak perlu mencantumkan jumlah obatnya, cukup nama obatnya saja

6 Resep harus mencantumkan aturan pakai obat

7 Resep harus mencantumkan nama pasien

8 Resep harus mencantumkan berat badan dan umur pasien

9 Resep tidak perlu mencantumkan alamat pasien

10 Resep harus mencantumkan tanda tangan dokter

11 Tulisan dalam resep harus ditulis dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan dalam pelayanan resep di apotek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

96

12 Tulisan dalam resep harus ditulis tidak jelas agar tidak sembarang orang bisa membacanya

13 Tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas

14 Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter dan agar tidak mudah ditiru

15

Apoteker di apotek harus dapat membaca tulisan dokter dalam resep walaupun secara umum tulisan tersebut sangat sulit dibaca

16

Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca jelas oleh apoteker di beberapa apotek maka pasien harus kembali ke dokter

Mohon diisi dengan jawaban yang singat dan jelas, terimakasih.

Jika resep yang anda peroleh tidak dapat dilayani apotek karena resep tidak lengkap atau tulisan dokter tidak terbaca / tidak jelas, tindakan apa yang anda lakukan ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

97

Lampiran 9. Hasil kuesioner Dokter.

Kuesioner Persepsi Dokter Mengenai Aspek Kelengkapan Resep dan Keterbacaan Resep

No Pernyataan SS S N TS STS

1 Resep harus memuat identitas dokter

n=16 17.02 %

n=78 82.98 % - - -

2 Resep tidak perlu mencantumkan tanggal penulisan - - - n=42

44.68 % n=52

55.32 %

3 Resep harus memuat identitas pasien

n=70 74.47 %

n=24 25.53 % - - -

4 Resep tidak perlu mencantumkan jumlah obat - - - n=22

23.40 % n=72

76.60 %

5 Resep harus mencantumkan aturan pakai

n=74 78.72 %

n=18 19.15 % - - n=2

2.13 %

6 Resep tidak perlu mencantumkan kekuatan obat (Contoh: 10 mg, 20 mg, dll)

- - n=8 8.51 %

n=42 44.68 %

n=44 46.81 %

7 Resep harus mencantumkan berat badan dan umur pasien

n=20 21.28 %

n=48 51.06 %

n=18 19.15 %

n=6 6.38 %

n=2 2.13 %

8 Resep tidak perlu mencantumkan nama dan alamat pasien

n=4 4.26 %

n=6 6.38 %

n=6 6.38 %

n=44 46.81 %

n=34 36.17 %

9 Resep harus mencantumkan tanda tangan dokter

n=40 42.55 %

n=28 29.79 %

n=16 17.02 %

n=10 10.64 % -

10 Tulisan dalam resep harus ditulis dengan jelas

n=56 59.57 %

n=30 31.91 %

n=6 6.38 %

n=2 2.13 % -

11 Tulisan dalam resep harus ditulis tidak jelas - n=4

4.26 % n=4

4.26 % n=24

25.53 % n=62

65.96 %

12 Tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas

n=58 61.70 %

n=30 31.91 %

n=2 2.13 %

n=4 4.26 % -

13 Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter

- n=2 2.13 %

n=8 8.51 %

n=28 29.79 %

n=56 59.57 %

14 Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca jelas maka apoteker harus menghubungi dokter

n=70 74.47 %

n=22 23.40 % - - n=2

2.13 %

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

98

15

Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca dengan jelas maka apoteker harus meminta pasien kembali ke dokter

n=4 4.26 %

n=6 6.38 %

n=12 12.77 %

n=40 42.55 %

n=32 34.04 %

1. Aspek kelengkapan resep pada dasarnya meliputi: identitas dokter, tanggal

penulisan resep, nama obat, jumlah obat, kekuatan obat, aturan pakai/cara pakai, nama pasien, umur, alamat, berat badan. Manakah yang dokter anggap tidak penting? Mengapa? − Berat badan, alasan :

− Tanpa alasan (6 orang ~ 5.77 %) − Dokter mengacu pada dosis dewasa & anak pada kemasan obat (6

orang ~ 5.77 %) − Karena hanya dipakai untuk pasien anak (4 orang ~ 3.85 %) − Sudah tercantum di medical record (6 orang ~ 5.77 %) − Tidak ada aturan yang mewajibkan (2 orang ~ 1.92 %)

− Semua penting, alasan : − Tanpa alasan (36 orang ~ 34.62 %) − Sangat berhubungan satu sama lain dalam menunjang proses

terapi (8 orang ~ 7.69 %) − Kekuatan obat, alasan :

− Tanpa alasan (8 orang ~ 7.69 %) − Disesuaikan dengan terapi pasien (2 orang ~ 1.92 %) − Jika tidak disebut berarti obat yang dimaksud adalah obat dengan

mg terkecil, atau obat yang hanya ada 1 macam saja. (2 orang ~ 1.92 %)

− Tidak hafal (2 orang ~ 1.92 %) − Alamat, alasan :

− Apoteker yang menanyakan, bukan dokter (8 orang ~ 7.69 %) − Sudah tercantum di medical record (4 orang ~ 3.85 %) − Tidak ada aturan yang mewajibkan (2 orang ~ 1.92 %) − Tidak penting (4 orang ~ 3.85 %)

− Tidak menjawab (4 orang ~ 3.85 %)

2. Apa pendapat dokter mengenai adanya tulisan dalam resep yang tidak jelas atau tidak terbaca ? − Menyulitkan Apoteker dalam memberikan obat (10 orang ~ 9.43 %) − Dapat merugikan pasien (38 orang ~ 35.85 %) − Menyalahi kode etik Farmasi (2 orang ~ 1.89 %) − Pasien bisa mendapatkan obat yang berbeda dari resep (12 orang ~11.32

%) − Berhubungan dengan individu Dokter yang bersangkutan (8 orang ~ 7.55

%)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

99

− Jenis tulisan Dokter (10 orang ~ 9.43 %) − Nama obat tidak familiar bagi orang awam (2 orang ~ 1.89 %) − Dikarenakan pasien terlalu banyak (6 orang ~ 5.66 %) − Tidak adanya standar penulisan resep yang baku (2 orang ~ 1.89 %) − Untuk merahasiakannya dari pasien (2 orang ~ 1.89 %) − Resep harus bisa dibaca (14 orang ~ 13.21%)

3. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi ketidaklengkapan penulisan resep?

− Pasien terlalu banyak (34 orang ~ 21.12 %) − Tergesa-gesa (28 orang ~ 17.39 %) − Faktor ketelitian dokter (26 orang ~ 16.15 %) − Kurangnya informasi yang dimiliki Dokter (22 orang ~ 13.66 %) − Tidak menjawab (18 orang ~ 11.18 %) − Kebiasaan Dokter (10 orang ~ 6.21 %) − Dianggap tidak perlu (10 orang ~ 6.21 %) − Menganggap Apoteker sudah paham (4 orang ~ 2.48 %) − Malas menulis (4 orang ~ 2.48 %) − Tidak adanya standar penulisan resep yang baku (2 orang ~ 1.24 %) − Capek/ mengantuk (2 orang ~ 1.24 %) − Mencari sensasi (1 orang ~ 0.62 %)

4. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi ketidakjelasan penulisan resep?

− Pasien terlalu banyak (38 orang ~ 22.35 %) − Tulisan Dokter tidak jelas,atau pembawaan Dokter (52 orang ~ 30.59 %) − Supaya tidak dibaca pasien (16 orang ~ 9.41 %) − Dokter egois karena bekerjasama dengan Apotek tertentu (2 orang ~ 1.18

%) − Siasat Dokter agar pasien kembali lagi (4 orang ~ 2.35 %) − Dokter tidak menyadari resiko dari tindakannya (2 orang ~ 1.18 %) − Merasa sudah jelas (4 orang ~ 2.35 %) − Yang membaca tidak mengerti (2 orang ~ 1.18 %) − Tergesa-gesa (24 orang ~ 14.12 %) − Capek/ mengantuk (4 orang ~ 2.35 %) − Aturan/ kode etik (2 orang ~ 1.18 %) − Dokter kurang teliti (4 orang ~ 2.35 %) − Tidak menjawab (16 orang ~ 9.41 %)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

100

Lampiran 10. Hasil kuesioner Apoteker. Kuesioner Persepsi Apoteker Mengenai Aspek Kelengkapan Resep

dan Keterbacaan Resep

No Pernyataan SS S N TS STS

1 Resep harus memuat identitas dokter

n=74 91.36 %

n=6 7.41 %

n=1 1.23 % - -

2 Resep tidak perlu mencantumkan tanggal penulisan - n=2

2.47 % n=1

1.23 % n=27

33.33 % n=51

62.96 %

3 Resep harus memuat identitas pasien

n=61 75.31 %

n=18 22.22 %

n=2 2.47 % - -

4 Resep tidak perlu mencantumkan jumlah obat

n=1 1.23 % - n=3

3.70 % n=12

14.81 % n=65

80.25 %

5 Resep harus mencantumkan aturan pakai

n=71 87.65 %

n=10 12.35 % - - -

6 Resep tidak perlu mencantumkan kekuatan obat (Contoh: 10 mg, 20 mg, dll)

n=2 2.47 %

n=2 2.47 %

n=2 2.47 %

n=26 32.10 %

n=49 60.49 %

7 Resep harus mencantumkan berat badan dan umur pasien

n=24 29.63 %

n=46 56.79 %

n=11 13.57 % - -

8 Resep tidak perlu mencantumkan nama dan alamat pasien

n=1 1.23 %

n=1 1.23 %

n=2 2.47 %

n=39 48.15 %

n=38 46.91 %

9 Resep harus mencantumkan tanda tangan dokter

n=38 46.91 %

n=29 35.80 %

n=14 17.28 % - -

10 Tulisan dalam resep harus ditulis dengan jelas

n=61 75.31 %

n=19 23.46 %

n=1 1.23 % - -

11 Tulisan dalam resep harus ditulis tidak jelas - - n=2

2.47 % n=19

23.46 % n=60

74.07 %

12 Tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas

n=57 70.37 %

n=23 28.40 %

n=1 1.23 % - -

13 Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter

- n=1 1.23 %

n=5 6.17 %

n=23 28.40 %

n=52 64.20 %

14 Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca jelas maka apoteker harus menghubungi dokter

n=38 46.91%

n=38 46.91%

n=5 6.17 % - -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

101

15

Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca dengan jelas maka apoteker harus meminta pasien kembali ke dokter

- n=6 7.41%

n=23 28.40 %

n=30 37.04 %

n=22 27.16 %

1. Aspek kelengkapan resep pada dasarnya meliputi: identitas dokter, tanggal

penulisan resep, nama obat, jumlah obat, kekuatan obat, aturan pakai/cara pakai, nama pasien, umur, alamat, berat badan. Manakah yang Bapak / Ibu Apoteker anggap tidak penting? Mengapa? − Semua penting, alasan :

− Menghindari kekeliruan sehingga dapat tercipta pengobatan yang rasional (28 orang ~ 29.28 %)

− Untuk memberikan penjelasan kepada pasien secara lengkap (3 orang ~ 3.03 %)

− Merupakan syarat kelengkapan suatu resep (1 orang ~ 1.01 %) − Memudahkan pelayanan (1 orang ~ 1.01 %) − Berhubungan satu sama lain (2 orang ~ 2.02 %) − Tidak menjawab (15 orang ~ 15.15 %)

− Umur pasien, karena dapat ditanyakan langsung ke pasien (4 orang ~ 4.04 %)

− Kekuatan obat, alasan : − Untuk obat dengan dosis terkecil tidak perlu ditulis (2 orang ~

2.02 %) − Sudah tahu (1 orang ~ 1.01 %) − Tidak menjawab (1 orang ~ 1.01 %)

− Alamat pasien, alasan : − Dapat ditanyakan langsung pada pasien (14 orang ~ 14.14 % ) − Sebagai alat komunikasi dengan pasien (1 orang ~ 1.01 %) − Obat golongan Narkotika harus ditulis (1 orang ~ 1.01 %)

− Berat badan, alasan : − Untuk pasien dewasa, bukan hal yan penting (13 orang ~ 13.13 %) − Dokter sudah mengetahuinya (1 orang ~ 1.01 %) − Dapat ditanyakan langsung pada pasien (5 orang ~ 5.05 %)

− Tanggal penulisan resep, karena dapat ditanyakan langsung pada pasien (2 orang ~ 2.02 %)

− Tidak menjawab (4 orang ~ 4.04 %) 2. Jika terdapat resep yang tidak lengkap, tindakan apakah yang Bapak / Ibu

Apoteker lakukan? − Jika obat golongan Psikotropik/ Narkotik, resep dikembalikan ke pasien

(5 orang ~ 4.13 %) − Melihat terlebih dahulu bagian yang tidak lengkap jika data pasien kurang

lengkap maka ditanyakan pada pasien, kalau obat ditanyakan pada dokter (26 orang ~ 21.49 %)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

102

− Bertanya kepada pasien mengenai kondisinya (melihat hubungan penyakit dengan obatnya) (23 orang ~ 19.01 %)

− Melihat referensi (ex: buku MIMS, DOEN, atau IONI). (4 orang ~ 3.31 %)

− Menolak resep jika tidak tercantum SIP (1 orang ~ 0.83 %) − Dilengkapi sendiri (2 orang ~ 1.65 %) − Menyuruh pasien kembali ke dokter (2 orang ~ 1.65 %) − Menganalisa resep terlebih dahulu, jika memungkinkan akan tetap

dilayani, dan jika tidak maka (mencurigakan) akan ditolak (6 orang ~ 4.96 %)

− Tidak menjawab (2 orang ~ 1.65 %) 3. Dalam 1 bulan terakhir ini, berapa persenkah resep yang tulisannya tidak

jelas / tidak terbaca ?(hasil dibawah ini adalah jumlah rata-rata resep tiap hari dikali 30 hari dan dikalikan nilai % resep yang tidak terbaca)

− terbaca semua = 16 apoteker − 1 resep = 2 apoteker − 2 resep = 3 apoteker − 3 resep = 5 apoteker − 4 resep = 1 apoteker − 5 resep = 2 apoteker − 6 resep = 2 apoteker − 8 resep = 2 apoteker − 9 resep = 5 apoteker

− 12 resep = 1 apoteker − 15 resep = 3 apoteker − 24 resep = 2 apoteker − 30 resep = 8 apoteker − 38 resep = 1 apoteker − 45 resep = 1 apoteker − 60 resep = 2 apoteker − 67 resep = 1 apoteker − 75 resep = 4 apoteker

4. Jika terdapat resep yang tulisannya tidak jelas / tidak terbaca, tindakan apa

yang Bapak/Ibu Apoteker lakukan? − Meminta bantuan teman sejawat (ex : Apoteker, dll) (8 orang ~ 5.80 %) − Melihat referensi (ex: buku MIMS, DOEN, atau IONI) (22 orang ~ 15.94

%) − Bertanya kepada pasien mengenai kondisinya (melihat hubungan penyakit

dengan obatnya) (21 orang ~ 15.22 %) − Menghubungi dokter (71 orang ~ 51.45 %) − Menyuruh pasien kembali ke dokter, jika dokter tidak dapat dihubungi (9

orang ~ 6.52 %) − Menolak resep (2 orang ~ 1.45 %) − Membuat copy resep (1 orang ~ 0.72 %) − Tidak menjawab (4 orang ~ 2.90 %)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

103

Lampiran 11. Hasil kuesioner pasien. Kuesioner Persepsi Pasien Mengenai Aspek Kelengkapan Resep dan

Keterbacaan Resep

No Pernyataan SS S N TS STS

1 Tulisan dokter dalam resep yang saya peroleh, tidak jelas dan tidak terbaca

n=31 31 %

n=27 27 %

n=10 10 %

n=24 24 %

n=8 8 %

2 Resep harus memuat identitas dokter n=50 50 %

n=46 46 %

n=4 4 % - -

3 Resep tidak perlu mencantumkan tanggal penulisan

n=3 3 %

n=8 8 %

n=2 2 %

n=62 62 %

n=25 25 %

4 Resep harus memuat identitas pasien n=35 35 %

n=50 50 %

n=11 11 %

n=4 4 % -

5 Resep tidak perlu mencantumkan jumlah obatnya, cukup nama obatnya saja

n=2 2 %

n=14 14 %

n=5 5 %

n=54 54 %

n=25 25 %

6 Resep harus mencantumkan aturan pakai obat

n=58 58 %

n=33 33 %

n=5 5 %

n=3 3 %

n=1 1 %

7 Resep harus mencantumkan nama pasien

n=51 51 %

n=44 44 %

n=3 3 %

n=2 2 % -

8 Resep harus mencantumkan berat badan dan umur pasien

n=17 17 %

n=41 41 %

n=24 24 %

n=12 12 %

n=6 6 %

9 Resep tidak perlu mencantumkan alamat pasien

n=3 3 %

n=15 15 %

n=19 19 %

n=51 51 %

n=12 12 %

10 Resep harus mencantumkan tanda tangan dokter

n=37 37 %

n=52 52 %

n=6 6%

n=2 2 %

n=3 3 %

11 Tulisan dalam resep harus ditulis dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan dalam pelayanan resep di apotek

n=53 53 %

n=33 33 %

n=9 9 %

n=4 4 %

n=1 1 %

12 Tulisan dalam resep harus ditulis tidak jelas agar tidak sembarang orang bisa membacanya

n=3 3 %

n=21 21 %

n=15 15 %

n=47 47 %

n=14 14 %

13 Tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas

n=30 30 %

n=39 39 %

n=20 20 %

n=10 10 %

n=1 1 %

14 Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter dan agar tidak mudah ditiru

n=7 7 %

n=22 22 %

n=22 22 %

n=28 28 %

n=21 21 %

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

104

15

Apoteker di apotek harus dapat membaca tulisan dokter dalam resep walaupun secara umum tulisan tersebut sangat sulit dibaca

n=39 39 %

n=51 51 %

n=5 5 %

n=4 4 %

n=1 1 %

16

Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca jelas oleh apoteker di beberapa apotek maka pasien harus kembali ke dokter

n=38 38 %

n=28 28 %

n=4 4 %

n=20 20 %

n=10 10 %

Jika resep yang anda peroleh tidak dapat dilayani apotek karena resep tidak lengkap atau tulisan dokter tidak terbaca / tidak jelas, tindakan apa yang anda lakukan ?

- Kembali ke dokter (76 orang ~ 70.37 %) - Menyuruh apoteker untuk menghubungi dokter (30 orang ~ 27.78 %) - Mencari apotek lain (2 orang ~ 1.85 %)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

105

Lampiran 12. Daftar apotek di Kota Yogyakarta. 1. Apotek Bumijo 2. Apotek Enggal Semi 3. Apotek Farmarin 4. Apotek Kranggan 5. Apotek Merapi 6. Apotek Rajawali 7. Apotek SW 8. ApotekTri Tunggal 9. Apotek Wisnu 10. Apotek Artha Farma 11. Apotek K-24 Tegalrejo 12. Apotek Rafazthody 13. Apotek Almas Farma 14. Apotek Christella 15. Apotek Dian Farma 16. Apotek Kartika 17. Apotek Kimia Farma 18. Apotek Maranatha 19. Apotek Mitra 20. Apotek Budi Asih 21. Apotek Afina 22. Apotek Ardi Farma 23. Apotek Arjuna 24. Apotek Demangan 25. Apotek Kucala 26. Apotek Medistra 27. Apotek Melati Farma 28. Apotek Natasha 29. Apotek Poedji Rahajoe 30. Apotek Puji Waras 31. Apotek UGM 32. Apotek Waringin 33. Apotek Aditya Farma 34. Apotek Citra Gading 35. Apotek Dwifa Farma 36. Apotek Indera 37. Apotek Maryati 38. Apotek Medi Farma 39. Apotek Mitra Sehat 40. Apotek Nakula Bhakti 41. Apotek Pelangi 42. Apotek Pratama 43. Apotek Prof. Dr. Hj. Mimiek 44. Apotek Ratna

45. Apotek Sanitas 46. Apotek Satria 47. Apotek Krisna 48. Apotek Bhakti 49. Apotek Harmoni 50. Apotek K-24 Bhayangkara 51. Apotek K-24 Gondomanan 52. Apotek Ngupasan 53. Apotek Panji Farma 54. Apotek Gamelan 55. Apotek Kurnia 56. Apotek Pasena Farma 57. Apotek Perdana 58. Apotek Wipa 59. Apotek Rhodiyah 60. Apotek Sehat 61. Apotek Sentul 62. Apotek Sultan Agung 63. Apotek Tele Farma 64. Apotek Abadi Farma 65. Apotek Aria Farma 66. Apotek Askes 9 67. Apotek Babaran Husada 68. Apotek Bunda 69. Apotek Celeban Farma 70. Apotek Dantisa 71. Apotek Eka Manunggal 72. Apotek Ester 73. Apotek Ivana 74. Apotek K-24 Kusumanegara 75. Apotek Kenari 76. Apotek Kusuma Nata 77. Apotek Shinta 78. Apotek Timoho 79. Apotek UAD 80. Apotek Umbulharjo 81. Apotek Madukoro 82. Apotek Ampuh 83. Apotek KD Farma 84. Apotek Rahmayani 85. Apotek Raphi Farma 86. Apotek Rhodiyah 87. Apotek Bayeman 88. Apotek Citra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

106

89. Apotek Fajar 90. Apotek Kasih Farma 91. Apotek Mataram Farma 92. Apotek Permata Bunda 93. Apotek Ramadhan 94. Apotek Saerah 95. Apotek Jadi Waras 96. Apotek Kimia Farma 20 97. Apotek Kimia Farma 21 98. Apotek Yogya Farma 99. Apotek Dharma Husada 100. Apotek Guardian Hero 101. Apotek Harapan 102. Apotek Hayam Wuruk 103. Apotek Melia 104. Apotek Mulya Farma 105. Apotek Panca Dewi 106. Apotek Prasojo 107. Apotek Indragiri 108. Apotek Kimia Farma 207 109. Apotek Panti Afiat 110. Apotek Pendowo 111. Apotek Sutji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file*galihka* d*lam bartuk rnedia lain, rnetgelolanya dalan be,aruk pa*pfalat data- r:re*distribusikan secala terbatas, dan rnempublikasikannya

107

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap Irwan Febriantoro.

Putra ke dua pasangan Sudradjad dan Iswanti ini,

dilahirkan pada tanggal 27 Februari 1985. Selama

hidupnya, penulis menempuh pendidikan di TK

Tarakanita, SD Tarakanita, SMP Stella Duce

(1997-2000), dan SMU Kolese John De Britto

(2000-2003). Penulis menyelesaikan pendidikan

sarjana S-1 di Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma (2003-2008).

Selama menempuh kuliah, penulis juga aktif sebagai asisten praktikum

Biofarmasetika tahun 2006, dan Analisis Sediaan Obat Tradisional tahun 2007.

Kepanitiaan yang diikuti oleh penulis antara lain TITRASI 2004 dan 2005 sebagai

Seksi Perlengkapan dan Band, Ketua I Pharmacy Event Cup 2004, Wakil Gubernur

BEM Fakultas Farmasi Univ. Sanata Dharma periode 2004-2005, panitia pelepasan

wisuda tahun 2004 Seksi Perlengkapan, panitia Pengambilan Sumpah Apoteker 2005

Seksi Perlengkapan, delegasi pra MUNAS ISMAFARSI di Bogor tahun 2005, Ketua

Umum Pekan Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia 2005, mengikuti magang di R.S.

Bethesda tahun 2007 selama 3 bulan , dan Event Organizer Workshop Student

Centered Learning 2007.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI