Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RANCANG BANGUN SISTEM PENCACAH RADIASI GAMMA
MULTI DETEKTOR BERBASIS PERSONAL KOMPUTER (PC)
A. Labib Fardany Faisal, Arief Sudarmaji, Wibisono
1. Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Imu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia,Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia
2. Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Imu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia,Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia
3. Departemen Industri dan Lingkungan, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN,Jl. Lebak Bulus Raya 49, Jakarta, 12440, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Sering kali dalam melakukan pengukuran/pencacahan radiasi, teknik NDT (Non Destructive Testing) memerlukan lebih dari satu detektor misalnya pada teknologi tomografi dan radiotracer. Pencacahan radiasi dengan multi detektor menjadi lebih mudah dilakukan jika semua detektor dihubungkan ke sebuah sistem terpadu yang dapat menyalurkan data cacahan ke komputer, seperti yang dirancang pada penelitian ini. Sistem terpadu yang dirancang merupakan rangkaian master-slave dimana setiap detektor dihubungkan pada sebuah slave. Setiap slave dapat berkomunikasi dengan master yang terkoneksi ke personal komputer (PC) secara serial. Dengan perangkat lunak yang terdapat pada komputer, user dapat membaca cacahan dari masing-masing detektor dalam bentuk angka dan grafik, menyimpan data, serta mengatur variabel kontrol: tegangan tinggi, window dan waktu cacah dari masing-masing detektor. Pengaturan tegangan tinggi dapat digunakan untuk memperoleh kurva plateau sehingga didapatkan daerah tegangan kerja detektor yang terbaik, sedangkan pengaturan window digunakan untuk menyeleksi energi radiasi untuk dicacah. Sistem yang dibuat sudah dapat berfungsi namun memiliki noise yang besar karena ketidakstabilan power supply tegangan tinggi.
Design of Gamma Radiation Counting System with Multi Detectors Based on Personal Computer (PC)
Abstract
Frequently in NDT (Non Destructive Testing), measuring or counting the radiation needs more than one detector, e.g. at tomography and radiotracer technology. Radiation counting with multi detectors becomes easier if all ofthe detectors are connected to an integrated system that able to send the counting data to a computer, likedesigned in this research. The integrated system designed is master-slave circuit where each detectors connectedto a slave. Every slave can communicate with master that connected to a personal computer (PC) via serialcommunication. By a software in the PC, user can read the radiation counting from each detectors in numbersand graphs, saving the data, and adjusting the control variable: high voltage, window, and counting time for eachdetector. High voltage adjustment is used for plotting plateau curve so the detector’s best working voltage regionwill be obtained, whilst window adjustment is used for selecting radiation energies to be counted. The systemmade can run properly but has much noise because of high voltage power supply unstability.
Keywords: master-slave; multi detectors; PC; gamma radiation; software
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
Pendahuluan
Salah satu alat penting yang digunakan pada kebanyakan metode inspeksi adalah alat
pencacah radiasi (ratemeter). Pencacah radiasi berfungsi menghitung/mencacah sinyal dari
detektor radiasi. Dalam praktek di lapangan, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) masih
sering menggunakan pencacah analog yang menggunakan 1 detektor untuk melakukan
tomografi sehingga waktu pengerjaan menjadi sangat lama. Selain itu sistem yang masih
analog sangat rentan terhadap error dan tidak otomatis. Penyebab penggunaan pencacah ini
masih digunakan adalah pencacah digital dengan multi detektor yang tersedia di pasaran
masih sangat mahal dan terbatas. Meskipun tersedia dipasaran akan tetapi fitur dan
karakteristiknya kadang-kadang tidak sesuai dengan keinginan serta maintenance/reparasinya
sulit karena pabrikan berada di luar negeri.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancang bangun sistem pencacah radiasi yang dapat
melakukan akuisisi data dari beberapa detektor sekaligus, merancang sistem pencacah radiasi
yang terintegrasi dengan PC serta sebuah software sebagai pengontrol, pembacaan data, dan
penyimpanan data serta melakukan pengujian pada fitur-fitur dari sistem intrumentasi yang
dibuat dan menganalisisnya. Detektor yang digunakan adalah detektor sintilasi siap pakai
berbahan NaI(Tl) yang sudah terpadu dengan Photo Multiplier Tube (PMT) sebanyak 3 buah.
Dalam penelitian ini tidak membahas analisis error secara kuantiatif dan tidak membahas
interpretasi dan pengolahan data hasil pengukuran. Adapun radiasi yang dipakai sebagai objek
pengukuran di penelitian ini adalah radiasi gamma dari isotop Am-241 dengan aktifitas 1,98
mCi.
Tinjauan Teoritis
Radiasi Gamma
Radiasi gamma merupakan radiasi gelombang elektromagnetik. Sinar gamma teradiasi
layaknya foton atau kuanta energi yang berkecepatan cahaya, c = 3 × 108 m/detik. Adapun
energi satu foton gamma dinyatakan dalam
𝐸 = ℎ𝑓
Dimana E adalah energi dalam joule, h adalah konstanta Planck (6,624 × 10-34 J.s) dan f
adalah frekensi dalam vibrasi per detik. Di alam ini sinar gamma memiliki panjang
gelombang yang paling pendek atau frekuensi yang paling tinggi yaitu dalam orde 1019 Hz.
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
Karena itulah sinar gamma memiliki energi yang paling besar diantara gelombang
elektromagnetik yang lain. Dengan energi yang besar ini sinar gamma mampu menembus plat
besi dengan ketebalan beberapa sentimeter.
Radiasi gamma timbul dari proses peluruhan radioaktif sehingga produksi sinar gamma tidak
akan terjadi secara konstan dan terus menerus. Setiap atom yang selesai meluruh akan
berubah karakteristik radioaktifnya atau sama sekali hilang sifat radioaktifnya. Peluruhan dari
seluruh jenis atom radioaktif memenuhi reaksi orde pertama dimana kecepatan luruh
berbanding lurus dengan jumlah atom luruh yang tersisa sebagaimana dijelaskan dalam
persamaan berikut:
𝑑𝑁𝑑𝑡
= −𝜎𝑁 (1)
Dimana σ disebut konstanta peluruhan (decay constant), yang merupakan probabilitas per unit
waktu untuk inti yang akan meluruh.
Sinar gamma di alam berbeda-beda energinya berdasarkan jenis sumbernya. Karakteristik
energi inilah yang yang menjadi dasar spektrometri sinar gamma, dengan mengetahui
karakteristik energi foton sinar gamma, sumber radiasi dapat ditentukan. Sebagai contoh
potassium dan uranium mempunyai karakteristik spektrum yang berbeda seperti pada gambar
1.
Gambar 1. Spektrum energi radiasi gamma dari sumber potassium (a) dan uranium (b) Pengukuran Radiasi Gamma
Instrumentasi untuk mendeteksi dan mengukur radiasi memerlukan dua elemen dasar, sebuah
sensor dan indikator. Elemen sensor berfungsi mengubah energi radiasi menjadi energi listrik.
Energi listrik ini dapat dihubungkan secara langsung ke elemen indikator (scaler, meter, atau
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
recorder) atau dihubungkan terlebih dahulu ke rangkaian elektronik pengkondisi sinyal untuk
penguatan dan analisis sinyal. Elemen sensor untuk mendeteksi radiasi lebih sering disebut
sebagai detektor. Detektor harus dapat berinteraksi secara efisien dengan sinar radioaktif yang
diselidiki. Karena radiasi nuklir jenisnya beragam maka detektor untuk mengukur radiasi
nuklir jenisnya beragam pula. Untuk radiasi gamma detektor yang paling efektif digunakan
adalah detektor sintilasi/scintillator.
Dalam sistem detektor sintilasi terdapat 2 komponen utama yaitu kristal/flour berupa NaI(Tl)
dan photomultiplier tube (PMT). Ketika foton gamma berinteraksi dengan medium NaI(Tl)
akan menghasilkan loncatan elektron. Elektron ini dapat meloncat ke pita konduksi bila
energinya lebih besar dari forbidden energy gap. Level energi eksitasi maksimum yang dapat
dicapai elektron berbeda-beda tergantung energi foton yang datang. Beberapa saat setelah
tereksitasi, elektron tersebut akan kembali ke ground state untuk mengisi kekosongan
(recombination) dengan menghasilkan foton lain dalam range cahaya tampak. Energi foton
hasil recombination (cahaya tampak) sama dengan selisih antara level energi eksitasi
maksimum yang dicapai elektron dan level energi groud state elektron. Jadi semakin besar
energi foton gamma yang mengenai detektor maka semakin besar juga energi foton cahaya
tampak yang dihasilkan, sementara itu semakin banyak foton gamma yang mengenai detektor
maka semakin banyak foton cahaya tampak yang dihasilkan.
Gambar 2. Proses sintilasi Tabung photomultiplier terbuat dari tabung hampa yang kedap cahaya dengan photokatoda
yang berfungsi sebagai masukan pada salah satu ujungnya dan terdapat beberapa dinode
untuk menggandakan elektron. Photokatoda yang ditempelkan pada bahan sintilator, akan
memancarkan elektron bila dikenai cahaya dengan panjang gelombang yang sesuai. Elektron
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
yang dihasilkannya akan diarahkan, dengan perbedaan potensial, menuju dinode pertama.
Dinode tersebut akan memancarkan beberapa elektron sekunder bila dikenai oleh elektron.
Gambar 3. Penggandaan elektron oleh PMT Setiap dinode diberi tegangan yang berbeda-beda, semakin dekat dinode dengan katoda
tegangannya semakin besar. Beda potensial total dari anoda dan katoda adalah 900 – 2000
volt. Dengan ini elektron-elektron sekunder yang dihasilkan dinode pertama akan menuju
dinode kedua dan dilipatgandakan kemudian ke dinode ketiga dan seterusnya sehingga
elektron yang terkumpul pada dinode terakhir berjumlah sangat banyak. Kemudian dengan
sebuah kapasitor kumpulan elektron tersebut akan diubah menjadi pulsa listrik.
Seluruh sistem pencacah memiliki pengkondisi sinyal dan counter. Pengkondisi sinyal
bertujuan untuk membuat pulsa arus dari PMT menjadi dapat dibaca oleh counter.
Pengkondisi sinyal itu sendiri terdiri dari rangkaian amplifier dan discriminator. Amplifier
berguna untuk mengkonversi pulsa dari PMT yang berupa arus menjadi pulsa tegangan yang
cukup besar sehingga dapat diproses lebih lanjut. Diskriminator berfungsi untuk menyaring
apakah suatu pulsa listrik keluaran amplifier diteruskan ke counter atau tidak. Sedangkan
counter berfungsi menghitung jumlah pulsa yang sudah disaring.
Metode Penelitian
Perancangan Hardware
Sistem pencacah radiasi gamma multi detektor berbasis personal komputer ini dibagi menjadi
dua bagian pokok yaitu perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
(software). Secara umum sistem dapat digambarkan ke dalam blok diagram seperti pada
gambar 4.
Detektor yang digunakan sebanyak 3 buah sehingga juga diperlukan 3 buah slave board.
Secara umum kerja dari alat ini adalah membaca data (monitoring) dan mengatur parameter
(controlling). Alur pembacaan data ditunjukkan dengan anak panah yang mengarah ke kanan
dan ke bawah sedangkan alur pengaturan parameter ditunjukkan dengan anak panah yang
mengarah ke kiri dan ke atas.
Gambar 4. Diagram blok umum sistem instrumentasi pencacah radiasi gamma multi detektor berbasis PC Pada pembacaan data, slave board menerima pulsa dari detektor, mengolahnya, mencacahnya,
kemudian mengirimnya ke master melalui koneksi BUS RS485. Data yang dikirmkan dari
masing-masing slave ke master disisipi dengan kode. Kode sisipan berfungsi untuk menandai
dari detektor yang mana data berasal. Setelah tiba di master, data langsung dikirimkan lagi ke
PC dan ditampilkan di LCD. Aplikasi java yang ada di PC menangkap data dan
menerjemahkannya, kemudian menampilkannya berdasarkan asal detektor yang sesuai. Data
ditampilkan dalam bentuk angka dan grafik.
Pada pengaturan parameter, user meng-input nilai melalui aplikasi. Data yang dimasukkan
dapat berupa nilai tegagan tinggi, window (ULD dan LLD), serta waktu cacahan dari masing-
masing detektor. Sebelum data dikirim dari PC ke master board, data disisipi dengan kode
yang menunjukkan jenis parameter dan/atau slave tujuan. Setelah itu barulah data dikirim ke
master board. Di master board data diseleksi kemudian dikirimkan kembali ke slave tujuan
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
yang sesuai. Pada slave, data dibaca dan digunakan untuk mengatur parameter secara analog.
Karena inilah rangkaian elektronik sebuah slave cukup kompleks, tidak seperti master yang
hanya terdiri dari kontroler dan sistem komunikasi data. Secara umum keseluruhan rangkaian
elektronik sistem slave dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Blok diagram sistem slave Perancangan Software dan Firmware
Alur kerja dari sistem ini diatur oleh program. Program yang ditanam pada sistem ini terbagi
menjadi 2 jenis, program pada mikrokontroler slave dan master merupakan firmware
sedangkan program pada PC merupakan software. Firmware mikrokontroler slave ditulis
dengan bahasa BASIC menggunakan software BASCOM-AVR. Firmware berisi perintah-
perintah untuk mengatur sistem DAC, pencacah, monitoring tegangan tinggi, dan sistem
komunikasi RS485. Master merupakan jembatan data dan perintah dari PC ke slave atau
sebaliknya. Sementara itu mikrokontroller master juga tertanam firmware yang jugaditulis
dengan bahasa BASIC menggunakan software BASCOM-AVR. Firmware mikrokontroler
master berfungsi untuk komunikasi data dengan slave (menggunakan RS485) atau dengan PC
(menggunakan RS232) dan menampilkan data di LCD.
Pada PC dibuat sebuah software yang ditulis dalam bahasa java dengan menggunakan
Netbeans IDE 8.02. Karena menggunakan bahasa java, program ditulis dengan metode OOP
(Object Oriented Programming). Karena seluruh komputer pada jaman sekarang sudah
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
menggunakan Graphical User Interface (GUI) maka software ini dibuat berbasis GUI untuk
berkomunikasi dengan user secara lebih mudah, Tujuan GUI pada sistem ini adalah untuk
kemudahan akses dan kejelasan informasi.
Gambar 6. Tampilan GUI software sistem pencacah radiasi gamma multi detektor Di pojok kanan atas pada gambar 6 terdapat tombol start dan stop yang berfungsi untuk
proses pencacahan secara kontinyu/terus menerus. Jika tombol start ditekan maka software
akan meminta data cacahan dari seluruh slave setiap selang waktu tertentu secara berulang-
ulang selama tombol stop tidak ditekan. Di sebelah kanan tombol stop terdapat tombol-
tombol untuk mencacah sekali. Tombol “Count All” berfungsi meminta data cacahan dari
semua slave satu kali, sedangkan tombol yang lain berfungsi untuk meminta data cacahan dari
salah satu slave satu kali.
Data ditampilkan di monitor PC dalam bentuk angka dan grafik. Jendela “Graph”
menampilkan semua data yang diakuisisi dari slave dalam satu grafik dengan warna yang
berbeda-beda. Nilai dari masing-masing data juga ditampilkan di jendela “Data” di pojok
kanan bawah. Jendela “Adjustment” berisi panel kontrol untuk masing-masing slave yang
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
ditampilkan secara tabulasi. Dengan cara ini semua panel kontrol dapat disusun secara teratur
dan simple. Untuk mengontrol tegangan tinggi, user dapat menginput nilai melalui text-box
“Voltage (V)” atau menggeser-geser slider atas. Sedangkan untuk mengatur window, user
dapat menginput nilai ULD dan LLD secara langsung pada text-box atau menggeser-geser
slider bawah. Pada bagian paling bawah juga terdapat text-box untuk menginput nilai waktu
cacahan (Counting Time) dengan satuan milisekon.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Karakteristik Pulsa Detektor
Detektor sintilasi tidak dibuat pada penelitian ini melainkan langsung memakai produk yang
sudah jadi. Dalam penelitian ini detektor yang digunakan sebanyak 3 buah. Semua detektor
terdiri dari kristal NaI(Tl) yang sudah dipadukan dengan PMT. Ketiga detektor merupakan
buatan perusahaan Ludlum.
Detektor menghasilkan pulsa listrik yang merupakan hasil konversi dari foton. Telah
dijelaskan di bab sebelumnya bahwa satu pulsa listrik mewakili satu foton yang tertangkap,
kemudian besar tidaknya pulsa bergantung pada seberapa besar energi foton yang dikonversi.
Bentuk pulsa listrik tersebut jika dibaca menggunakan osiloskop adalah sebagai berikut.
Gambar 7. Bentuk pulsa output detektor setelah melewati penguat inverting dengan ukuran pulsa berbeda-beda, (a) Amplitudo 2,96V & lebar 6,76µs; (b) Amplitudo 5,52V & lebar 7,6µs; (c) Amplitudo 8,08V & lebar 13,45µs
Pengontrolan Tegangan Tinggi PMT
HVPS (High Voltage Power Supply) yang dipakai dalam sistem ini merupakan buatan EMCO
(a) (b)
(c)
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
High Voltage Corporation dengan tipe AH20P-12T. Power supply jenis ini merupakan jenis
DC to HV DC converter yang dapat mengeluarkan tegangan output dengan rentang 0 hingga
2000 volt (dengan beban maksimum). Besar tegangan output dapat diubah-ubah dengan
mengatur tegangan kontrol dari 0 hingga 12 volt. Tegangan tiggi output dependen terhadap
beban, dan eksperimen telah membenarkan hal tersebut seperti terlihat pada gambar 8.
Gambar 8. Grafik karakteristik konrol tegangan tinggi tanpa beban (no load) dan dengan beban penuh (full load) Perubahan tegangan tinggi output terhadap nilai tegangan digital yang diberikan lebih besar
jika sistem tidak diberi beban (no load) daripada sitem diberi beban penuh (full load).
Perbedaan output yang sangat mencolok antara kondisi ‘full load’ dan ‘no load’ membuat
pengontrolan tegangan tinggi harus dilakukan menggunakan suatu algoritma kontrol loop
tertutup. Setelah diberi pengontrolan dengan metode “digital ramp”, tegangan output HVPS
sudah dapat menyamai nilai setpoint namun masih terdapat fluktuasi jika tegangannya diatas
1000V. Hal ini dikarenakan ketidakstabilan HVPS yang dipakai.
FULLLOADy=2.05x-33.96
NOLOADy=5.17x-86.21
0
500
1000
1500
2000
2500
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Tegangan
outpu
tAH2
0P-12T
(V)
Nilaidigital
fullloadnaik
fullloadturun
noloadnaik
noloadturun
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
Gambar 9. Respon pengontrolan tegangan tinggi dari slave 1, slave 2 dan slave 3 dengan memberi setpoint yang dinaikkan setiap 200 volt
Mencari Daerah Plateau Detektor
Kurva plateau dapat dijadikan acuan untuk menemukan daerah/range tegangan yang membuat
cacahan detektor stabil. Dengan kata lain, jumlah cacahan detektor tidak akan berubah
signifikan meskipun tegangan detektor berflukuasi di daerah ini.
Sistem ini dapat melakukan plotting kurva plateau dengan fasilitas “Plateau Wizard” yang
digunakan dengan mengklik File → New → Plateau Curve. Slave yang digunakan untuk
mengakuisisi data plateau adalah slave C karena memiliki noise yang paling sedikit. Adapun
nilai LLD untuk slave C yang menurut kami cukup tepat adalah 460 serta waktu cacah dan
waktu sampling yang digunakan adalah 1000 ms.
Gambar 10. Hasil plot cacahan vs tegangan dalam range 700V sampai 1300V dengan kenaikan setiap 2V untuk detektor 1
0200040006000800010000120001400016000180002000022000
700 750 800 850 900 950 1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300
Coun
t/s
Tegangan(volt)
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
Gambar 11. Hasil plot cacahan vs tegangan dalam range 900V sampai 1350V dengan kenaikan setiap 3V untuk detektor 2
Gambar 12. Hasil plot cacahan vs tegangan dalam range 900V sampai 1245V dengan kenaikan setiap 3V untuk detektor 3
Pada detektor 1 grafik menunjukkan daerah plateau yang cukup lebar yaitu mulai dari
tegangan 1050 V sampai 1250 V, jadi lebar daerah plateau detektor 1 adalah 200 V. Pada
detektor 2 grafik menunjukkan bahwa detektor 2 memiliki daerah plateau yang lebih sempit
daripada detektor pertama yaitu mulai tegangan 1200 V sampai 1326 V, jadi lebar daerah
plateau detektor 2 adalah 126 V. Detektor 3 memiliki daerah plateau yang paling sempit
diantara yang lain yaitu dalam range 1173 V sampai 1230 V yang berarti lebarnya hanya 57
volt. Dari kurva plateau yang didapat, dapat disimpulkan bahwa detektor yang paling stabil
terhadap fluktuasi tegangan adalah detektor 1.
020004000600080001000012000140001600018000200002200024000
900 950 1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300 1350
Coun
t/s
Tegangan(volt)
0500
1000150020002500300035004000450050005500600065007000
900 925 950 975 1000 10251050 10751100 11251150 11751200 12251250
Coun
t/s
Tegangan(volt)
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
Sistem Window dan Distribusi Tinggi Pulsa
Pada sistem ini terdapat rangkaian window/diskriminator. Diskriminator berfungsi
melewatkan pulsa dengan amplitudo spesifik agar dapat dicacah oleh counter. Untuk menguji
apakah rangkaian diskriminator/window ini sudah benar adalah dengan membaca sinyal input
dan output dari rangkaian dengan osiloskop. Dengan ULD yang diatur sebesar 4 V dan LLD
yang diatur sebesar 3 V, rangkaian window memiliki respon seperti gambar 13. Saat
amplitudo sinyal yang masuk sebesar 2,44 V, diskriminator tidak mengeluarkan pulsa. Saat
amplitudo sinyal masuk sebesar 3,28 V diskriminator mengeluarkan pulsa dan saat amplitudo
sinyal masuk sebesar 4,64 V diskriminator kembali tidak mengeluarkan pulsa.
Gambar 13. Hasil pembacaan osiloskop dari input (biru) dan output (merah) diskriminator dengan ULD sebesar 4V dan LLD sebesar 3V
Dari pengamatan siloskop ini terbukti bahwa diskriminator sudah dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
Karena window dapat datur secara digital sistem dapat mencari distribusi tinggi pulsa detektor
dengan menjalankan sebuah program. Plotting distribusi tinggi pulsa dapat dilakukan dengan
mengklik File → New → Energy Distribution pada software. Pada penelitian ini diambil
distribusi amplitudo dari semua slave dengan menggunakan detektor 1 karena detektor 1
memiliki daerah plateau yang peling lebar. Tegangan detektor 1 di set sebesar 1100V.
Masing-masing distribusi diambil dengan “starting amplitude” dan jumlah data yang berbeda-
beda namun dengan lebar window yang sama yaitu 10. Adapun waktu cacah yang dipakai
adalah 5 detik. Distribusi amplitudo detektor yang mencacah radiasi gamma dari sumber Am
241 dijelaskan pada gambar .
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
Gambar 14. Distribusi amplitudo sinyal cacahan radiasi gamma dari sumber Am-241 di slave A
Gambar 15. Distribusi amplitudo sinyal cacahan radiasi gamma dari sumber Am-241 di slave B
Gambar 161. Distribusi amplitudo sinyal cacahan radiasi gamma dari sumber Am-241 di slave C
Dari gambar 4.23 didapatkan letak photopeak dari Am-241 secara jelas, yaitu berada
pada channel 180. Pada slave B letak photopeak tidak terlalu jelas karena pengaruh noise
sangat besar terhadap sinyal cacahan. Noise slave B memang yang terbanyak diantara yang
03000600090001200015000180002100024000
100 150 200 250 300 350 400 450
Coun
ts/5s
channel
010002000300040005000600070008000
350 375 400 425 450 475 500 525 550 575 600 625 650
Coun
ts/5s
channel
0500
100015002000250030003500400045005000
300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 900
Coun
ts/5s
channel
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
lain sebagaimana yang telah dijelaskan pada sub bab 4.2.3. Namun grafik menunjukkan
sedikit ketajaman di channel 440, meskipun terlihat samar, di situlah letak photopeak Am-
241. Untuk Slave C, distribusi terlihat sangat lebar, photopeak berada pada channel 470. Pada
slave B dan C letak photopeak berdekatan namun tidak untuk slave A. Hal ini dikarenakan
perbedaan penguatan rangkaian penguat dan pengaruh perbedaan filter. Rangkaian penguat A
memang memiliki penguatan yang paling kecil diantara yang lain dan slave A memakai filter
orde 2 sedangkan yang lainya orde 1 Hal ini membuat lebar kurva distribusi terdistorsi
menjadi lebih kecil.
Perbandingan Hasil Pengukuran dengan Referensi
Berikut adalah perbandingan hasil pengukuran antara sistem pencacah radiasi yang dibuat
dengan surveymeter terkalibrasi berdasarkan perubahan jarak detektor-sumber dengan skala
variasi 5cm dari jarak 5cm sampai 70cm. Adapun spesifikasi surveymeter yang dipakai adalah
sebagai berikut.
Merek : Victoreen 491 Sn. 3117
No. Sertifikat : 4067 / KN 03 02 / KMR 5.1 / 2014
Skala : count/s
Faktor kalibrasi : 0,101 ( Cs-137)
Tanggal kalibrasi ulang : 3 November 2015
Gambar 17. Grafik perbandingan cacahan slave A dengan surveymeter berdasarkan variasi jarak
051015202530354045
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Coun
t/m(surveym
eter)
Coun
t/s(ratemeter)
jaraksumber-detektor(cm)
count/s
count/m
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
Gambar 18. Grafik perbandingan cacahan slave B dengan surveymeter berdasarkan variasi jarak
Gambar 19. Grafik perbandingan cacahan slave C dengan surveymeter berdasarkan variasi jarak
Trend grafik yang didapatkan sudah sesuai dengan teori bahwa intensitas radiasi berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak. Grafik juga menunjukkan trend yang hampir sama antara hasil
pengukuran dari sistem yang dibuat dengan hasil surveymeter terkalibrasi yang berarti respon
alat ukur yang dibuat sudah cukup baik.
Uji Pencacahan Paralel
Pengujian paralel dilakukan untuk mengetahui respon ketiga detektor terhadap sumber radiasi
gamma secara bersamaan. Pengujian dilakukan dengan memanfaatkan alat untuk mengukur
kecepatan dari sumber radiasi. Pencacahan radiasi dilakukan dengan cara meletakkan ketiga
detektor secara sejajar dengan jarak yang sama yaitu 20 cm, kemudian sumber radiasi
digerakkan dengan arah sejajar dengan jarak antar detektor. Kecepatan dapat diukur dengan
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0
200
400
600
800
1000
1200
0 20 40 60 80
Coun
t/m(surveym
eter)
Coun
t/s(ratemeter)
jaraksumber-detektor(cm)
count/s
count/m
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0
200
400
600
800
1000
1200
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Coun
t/m(surveym
eter)
Coun
t/s(ratemeter)
Jaraksumber-detektor(cm)
count/s
count/m
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
membagi jarak antara 2 detektor dengan selisih waktu saat cacahan yang terukur di masing-
masing detektor bernilai maksimum. Cacahan maksimum akan tergambar dalam grafik
sebagai peak. Untuk waktu cacah diatur sebesar 100 ms. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali
dengan menggunakan variasi kecepatan sumber radiasi.
Gambar 20. Uji pencacahan paralel dengan sumber yang digerakkan dengan kecepatan 0,25 m/s
Gambar 21. Uji pencacahan paralel dengan sumber yang digerakkan dengan kecepatan 0,35 m/s
Gambar 22. Uji pencacahan paralel dengan sumber yang digerakkan dengan kecepatan 0,75 m/s
0
100
200
300
25000 26000 27000 28000 29000 30000 31000 32000 33000 34000 35000
Coun
t/10
0ms
Waktu(milideSk)
Detektor1 Detektor2 Detektor3
0100200300400
27000 28000 29000 30000 31000 32000 33000 34000 35000 36000 37000Coun
t/10
0ms
Waktu(milideSk)
Detektor1 Detektor2 Detektor3
0
50
100
150
25000 26000 27000 28000 29000 30000 31000 32000 33000 34000 35000
Coun
t/10
0ms
Waktu(milideSk)
Detektor1 Detektor2 Detektor3
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
Berdasarkan hasil pengukuran didapat kecepatan sumber radiasi pada percobaan pertama
sebesar 0,24 m/s, pada percobaan kedua sebesar 0,36 m/s dan pada percobaan ketiga sebesar
0,79 m/s. Berdasarkan perbandingan dengan kecepatan yang sebenarnya, perocobaan pertama
memiliki kesalahan literatur sebesar 4,00%, percobaan kedua sebesar 2,86%, dan percobaan
ketiga sebesar 5,33%.
Kesimpulan
Berikut merupakan kesimpulan dari hasil perancangan, pengujian dan analisis yang telah
dilakukan.
1. Sistem komunikasi serial multi drop antara master dan slave sudah berfungsi, sehingga
memungkinkan untuk ditambah slave yang lebih banyak.
2. Fungsi pencacah radiasi gamma ini dapat bekerja bergantung pada sistem software yang
dibuat.
3. Sistem pengontrolan tegangan HVPS AH20P12T dengan mode “digital ramp” sudah
berfungsi namun kurang sempurna karena adanya fluktuasi HVPS.
4. Sistem sudah dapat mendapatkan daerah plateau detektor dengan menjalankan suatu
program menggunakan slave 3.
5. Sistem window sudah berfungsi dengan baik ditandai dengan mampunya sistem untuk
mencari distribusi tinggi pulsa.
6. Sistem sudah dapat mengukur intensitas radiasi dengan baik ditandai dengan respon
pengukuran yang berkorelasi linier dengan pengukuran surveymeter.
7. Sistem akuisisi data untuk masing-masing detektor sudah dapat dijalankan secara
bersamaan ditandai dengan berfungsinya sistem untuk membedakan kecepatan sumber
radiasi yang bergerak.
Saran
Berikut ini adalah beberapa saran untuk pengembangan sistem selanjutnya
1. Berhubung noise yang tinggi, HVPS perlu diganti dengan komponen yang lebih baik atau
membuat sistem filter yang lebih baik.
2. Akan lebih baik jika master memiliki konektor-konektor tambahan untuk mengendalikan
aktuator. Hal ini berguna jika sistem akan dikembangkan menjadi sistem tomografi multi
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
detektor.
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015
Daftar Referensi
[1] G.F. Knoll, Radiation Detection and Measurement, 3rd Ed., John Wiley & Sons, Inc.,
USA, 1999.
[2] M.K. Nanda, Prawito, H.T. Hendriyanto, Sistem Pengukuran Ketinggian Zat Cair
dengan Metode Radiasi Nuklir Berbasis Mikrokontroler dan LabVIEW, Depok, 2013.
[3] K. Bondan, Wibisono, S. Arief, Rancang Bangun Ratemeter Menggunakan Detektor
NaI(Tl) Berbasis Mikrokontroler, Depok, 2014.
[4] H.T. Hendriyanto, Pengukuran Radiasi, 2006. Diperoleh pada Januari 2015, dari
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/.
[5] T. Stephen T, Modern Physics for Scientist and Engineers, 4th Ed., Brooks/Cole., USA,
2013.
[6] Hamamatsu Photonics K.K., Photomultiplier Tubes Basics and Applications, 3rd Ed.,
Hmamatsu Photonics K.K., Japan, 2006.
[7] S.K. Kenneth, Introductory Nuclear Physics, 3rd Ed., John Wiley & Sons, Inc., USA,
1987.
Rancang bangun ..., A. Labib Fardany Faisal, FMIPA UI, 2015