24
BAB I PENDAHULUAN Terapi elektrokonvulsif dikenal dengan terapi kejutan digunakan untuk menangani individu-individu yang sangat depresi. Tujuan ECT adalah untuk menghasilkan kejutan dalam otak seperti apa yang terjadi secara spontan dalam kasus epilepsi (Brown, 2007; Moss & Vaidya, 2006). Pasien diberikan anestesi dan obat yang membuat otot menjadi rileks sebelum diberikan ECT; dan obat-obat ini memungkinkan individu tidur selama prosedur, meminimalkan konvulsi, dan mengurangi cedera otak. Walau dimasa lalu aliran listrik diberikan melaluikeseluruhan otak, saat ini ECT hanya diberikan pada sisi kanan otak. Individu akan terbangun segera setelah pemberian ECT tanpa ada ingatan yang disadari mengenai perlakuan yang dijalani. Efek samping potensial terapi elektro konvulsif ini meliputi kehilangan ingatan, dan kerusakan kognitif lainnyadan beberapa lebih parah dari efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan (Hihn, et al, 2006). 1,2 Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil Kreaplin (18-1926) menyebutkan gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang menekankan proses kognitif yang berbeda dan onset pada masa awal. Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara pikiran, emmosi dan perilaku pada pasien yang mengalami

Refarat Psikiatri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Refarat

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Terapi elektrokonvulsif dikenal dengan terapi kejutan digunakan untuk menangani individu-individu yang sangat depresi. Tujuan ECT adalah untuk menghasilkan kejutan dalam otak seperti apa yang terjadi secara spontan dalam kasus epilepsi (Brown, 2007; Moss & Vaidya, 2006). Pasien diberikan anestesi dan obat yang membuat otot menjadi rileks sebelum diberikan ECT; dan obat-obat ini memungkinkan individu tidur selama prosedur, meminimalkan konvulsi, dan mengurangi cedera otak. Walau dimasa lalu aliran listrik diberikan melaluikeseluruhan otak, saat ini ECT hanya diberikan pada sisi kanan otak. Individu akan terbangun segera setelah pemberian ECT tanpa ada ingatan yang disadari mengenai perlakuan yang dijalani. Efek samping potensial terapi elektro konvulsif ini meliputi kehilangan ingatan, dan kerusakan kognitif lainnyadan beberapa lebih parah dari efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan (Hihn, et al, 2006).1,2Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil Kreaplin (18-1926) menyebutkan gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang menekankan proses kognitif yang berbeda dan onset pada masa awal. Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara pikiran, emmosi dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.3Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1 % pendudukdi dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia biasanya munculpada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-lakibiasanya antara 15-25 tahun.Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi. Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupanmereka beradadalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama dalam fase residual yaitufase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan. Selama periode residual, pasienlebih menarik diri atau mengisolasi diri, dan aneh. Gejala-gejala penyakit biasanya terlihatjelas oleh oranglain.4Pada penanganan klien gangguan jiwa di Rumah Sakit baik kronik maupun pasien baru biasanya diberikan psikofarmaka ,psikotherapi, terapi modalitas yang meliputi terapi individu, terapi lingkungan, terapi kognitif, terapi kelompok terapi perilaku dan terapi keluarga. Biasanya pasien menunjukan gejala yang berkurang dan menunjukan penyembuhan, tetapi pada beberapa klien kurang atau bahkan tidak berespon terhadap pengobatan sehingga diberikan terapi tambahan yaitu ECT (Electro Convulsive Therapy).5Di Amerika Serikat prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 %; konsisten dengan angka tersebut, penelitian Epidemological Catchment Area (ECA) yang disponsori oleh NationalInstitueofMentalHelath(NIHM) melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 1,3 %. 5Penderita gangguan jiwa yang dirawat inap yang dilakukan Terapi Elektrokonvulsif tahun 2007 sebanyak 544 penderita dan tahun 2008 sebanyak 322 penderita. Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan adalah apakah terdapat pengaruh Terapi Elektrokonvulsif (ECT) terhadap penyembuhan pasien skizofrenia diruang elektromedik RSJ KO Soeprapto Dearah Bengkulu tahun 2009.6

BAB IIPEMBAHASAN

A.PengertianSkizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang ditandai dengan kekacauan kepribadian, distorsi terhadap realitas, ketidakmampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari (Atkinson dkk, 1992), perasaan dikendalikan olehn kekuatan dari luar dirinya, waham/delusi, gangguan persepsu (PPDGJ, 1983). Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997; 46).1Gangguan skizoprenia ini terdapat pada semua kebudayaan dan mengganggu di sepanjang sejarah, bahkan pada kebudayaan-kebudayaan yang jauh dari tekanan modern sekalipun. Umunya gangguan ini muncul pada usia yang sangat muda, dan memuncak pada usia antara 25-35 tahun. Gangguan yang muncul dapat terjadi secara lambat atau dating secara tiba-tiba pada penderita yang cenderung suka menyendiri yang mengalami stress (Atkinson dkk, 1992). Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Beberapa pendapat yang menyebutkan tentang pengertian Skizofrenia, antara lain : Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk Skizofrenia yang ditandai dengan perilaku klien regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, wajah dungu, tertawa-tawa aneh, meringis dan menarik diri secara ekstrim. (Townsend, alih bahasa Helena, 1998:143).2

B.Etiologia.KeturunanTelah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 %. (Maramis, 1998; 215 ).3b. EndokrinTeori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.3c. MetabolismeTeori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.d.Susunan saraf pusat.Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan.3e.Teori Adolf Meyer :Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).4f.Teori Sigmund FreudSkizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.4g.Eugen BleulerPenggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).4h. Teori lainSkizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macaam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.5i.RingkasanSampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus (presipitating factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.( Maramis, 1998;218 ).5

C.Klasifiksi SkizofreniaKraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain :6a. Skizofrenia SimplekSering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.b. Skizofrenia HebefreniaPermulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali.c. Skizofrenia KatatoniaTimbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.d.Skizofrenia ParanoidGejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.e.Episode Skizofrenia akutGejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.f.Skizofrenia ResidualKeadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.g.Skizofrenia Skizo AfektifDisamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.7

D.Tanda dan GejalaPerjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitufase prodromal, fase aktif dan fase residual. Padafase prodromalbiasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.8Padafase aktifgejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasidisertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan.8Fase aktif akan diikuti olehfase residualdimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial). Pada Skizofrenia Hebefrenik kita dapat melihat tanda dan gejala yang khas, antara lain;91. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.2. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketolol-tololan.3. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu kesatuan.5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu kesatuan.6. Gangguan proses berfikir7. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001 :640). Gejala-gejala pencetus respon biologis :101.Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau layanan kesehatan.2.Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, stigmasisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan.3.Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan kendali dir (demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan gejala. Beberapa tanda dang gejala yang paling sering ditemukan pada pasien-pasien Skizofrenia Hebefrenik adalah :1.Waham; yaitu suatu keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan latar belakang sosial budaya serta pendidikan pasien, namun dipertahankan oleh pasien dan tidak dapat ditangguhkan.2.Halusinasi; gangguan persepsi ini membuat pasien skizofrenia dapat melihat sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada sumbernya. Halusinasi yang sering terdapat pada pasien adalah halusinasi auditorik (pendengaran). Terkadang juga terdapat halusinasi penglihatan dan halusinasi perabaan.3.Siar pikiran, yaitu pasien merasa bahwa pikirannya dapat disiarkan melalui alat-alat bantu elektronik atau merasa pikirannya dapat dibaca oleh orang lain. Terkadang pasien dapat mengatakan bahwa dirinya dapat berbincang-bincang dengan penyiar televisi maupun radio. Beberapa pasien juga mengatakan pikirannya dimasuki oleh pikiran atau kekuatan lain atau ditarik/diambil oleh kekuatan lain.

E.Psikofisiologi1.Tahapan halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa.11a.Tahap ComfortingTimbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stresornya dengan koping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.b.Tahap CondemingTimbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri ( with drawl ).c.Tahap ControlingTimbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian atau sedih.d.Tahap ConqueringKlien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.2.WahamKelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yg umumnya menetap dan kadang-kadang bertahan seumur hidup. Waham dapat berupa waham kejaran, hipokondrik, kebesaran, cemburu, tubuhnya dibentuk secara abnormal,merasa dirinya bau dan homoseks. Tidak dijumpai Gangguan lain, hanya depresi bisa terjadi secara intermitten. Onset biasanya pada usia pertengahan, tetapi kadang-kadang yg berkaitan dgn bentuk tubuh yang salah dijumpai pada usia muda. Isi waham dan waktu timbulnya sering dihubungkan dengan situasi kehidupan individu, misalnya waham kejaran pada kelompok minoritas. Terlepas dari perbuatan dan sikapnya yang berhubungan dengan wahamnya, afek dan pembicaraan dan perilaku orang tersebut adalah normal.Waham ini minimal telah menetap selama 3 bulan.11

F.DiagnosisMemenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia;Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun). Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.12Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases).12Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren.Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.12

G.PenatalaksanaanPada penanganan klien gangguan jiwa di Rumah Sakit baik kronik maupun pasien baru biasanya diberikan psikofarmaka ,psikotherapi, terapi modalitas yang meliputi terapi individu, terapi lingkungan, terapi kognitif, terapi kelompok terapi perilaku dan terapi keluarga. Biasanya pasien menunjukan gejala yang berkurang dan menunjukan penyembuhan, tetapi pada beberapa klien kurang atau bahkan tidak berespon terhadap pengobatan sehingga diberikan terapi tambahan yaitu ECT (Electro Convulsive Therapy).13a.PengertianTerapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan suatu jenis pengobatan somatik dimana arus listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis. Arus tersebut cukup menimbulkan kejang grand mal, yang darinya diharapkan efek yang terapeutik tercapai.Mekanisme kerja ECT sebenarnya tidak diketahui, tetapi diperkirakan bahwa ECT menghasilkan perubahan-perubahan biokimia didalam otak (Peningkatan kadar norepinefrin dan serotinin) mirip dengan obat anti depresan.b.Indikasi1. Gangguan afek yang berat: :pasien dengan depresi berat atau gangguan bipolar,atau depresi menunjukkan respons yang baik pada pemberian ECT (80-90% membaik versus 70% atau lebih dengan antidepresan). Pasien dengan gejala vegetatif yang jelas (seperti insomnia, konstipasi; riwayat bunuh diri, obsesi rasa bersalah, anoreksia, penurunan berat badan, dan retardasi psikomotor) cukup bersespon.2. Skizofrenia: skizofrenia katatonik tipe stupor atau tipe excited memberikan responsyang baik dengan ECT. Tetapi pada keadaan schizofrenia kronik hal ini tidak teralalu berguna.c.Kontraindikasi1)Tumor intra kranial, karena dapat meningkatkan tekanan intrakranial.2)Kehamilan, karena dapat mengakibatkan keguguran3)Osteoporosis, karena dapat berakibat terjadinya fraktur tulang.4)Infark Miokardium, karena dapat terjadi henti jantung.5)Asthma bronchiale, dapat memperberat keadaan penyakit yang dideritad.Komplikasi1)Amnesia (retrograd dan anterograd) bervariasi dimulai setelah 3-4 terapi berakhir2-3 bulan (tetapi kadang-.kadang lebih lama dan lebih berat dengan metode bilateral, jumlah terapi yang semakin banyak, kekuatan listrik yang meningkat dan adanya organik sebelumnya.2)Sakit kepala, mual, nyeri otot.3) Kebingungan.4) Reserpin dan ECT diberikan secara bersamaan akan berakibat fatal5) Fraktur jarang terjadi dengan relaksasi otot yang baik.6) Risiko anestesi pada ECT, atropin mernperburuk glaukom sudut sempit, kerja Suksinilkolin diperlama pada .keadaan defisiensi hati dan bisa menyebabkan hipotonia.e.PersiapanECT(Pra-ECT)1) Lengkapi anamnesis dan pemeriksaan fisik, konsentrasikan pada pemeriksaan jantung dan status neurologic, pemeriksaan darah perifer lengkap, EKG, EEG atau CT Scan jika terdapat gambaran Neurologis tidak abnormal. Hal ini penting mengingat terdapat kontraindikasi pada gangguan jantung, pernafasan dan persarafan.2) Siapkan pasien dengan, informasi, dan. dukungan, psikologis.3) Puasa setelah tengah malam.4) Kosongkan kandung kemih dan lakukan defekasi5) Pada keadaan ansietas berikan 5 mg diazepam 1-2 jam sebelumnya6) Antidepresan, antipsikotik, diberikan sehari sebelumnya7) Sedatif-hipnotik, dan antikonvulsan (dan sejenisnya) harus dihentikan -sehari sebelumnya.f.Pelaksanaan ECT1) Buat pasien merasa nyaman. Pindahkan ke tempat dengan permukaan rata dan cukup keras.2) Hiperekstensikan punggung dengan bantal.3) Bila sudah siap, berikan premedikasi dengan atropin (0,6-1,2 mg SC, IM atau IV). Antikolinergik ini mengendalikan aritmia vagal dan menurunkan sekresi gastrointestinal.4) Sediakan 90-100% oksigen dengan kantung oksigen ketika respirasi tidak spontan.5) Beri natrium metoheksital (Brevital) (40-100 mg IV, dengan cepat). Anestetik barbiturat kerja singkat ini dipakai untuk menghasilkan koma yang ringan.6) Selanjutnya, dengan cepat berikan pelemas otot suksinilkolin (Anectine) (30-80 mg IV, secara cepat awasi kedalaman relaksasi melalui fasikulasi otot yang dihasilkan) untuk menghindari kemungkinan kejang umum (seperti plantarfleksi) meskipun jarang.7) Setelah lemas, letakkan balok gigi di mulut kemudian berikan stimulus listrik (dapat dilakukan secara bilateral pada kedua pelipis ataupun unilateral pada salah satu pelipis otak yang dominan)g. Post ECT1) Awasi pasien dengan hati-hati sampai dengan klien stabil kebingungan biasanya timbul kebingungan pasca kejang 15-30 menit.2) Pasien berada pada resiko untuk terjadinya apneu memanjang dan delirium pascakejang (5 10 mg diazepam IV dapat membantu)13

B.PERSIAPAN PEMERIKSAAN BRAIN MAPPINGKecelakaan fisik yang terjadi pada otak seperti gegar otak, radiasi otak, gangguan yang disebabkan oleh racun dari luar,seizure disorder, Alzheimer , anoxia dan infeksi pada otak (spt., peradangan selaput otak) yang disertai perubahan aktivitas gelombang otak, ADD, OCD, anxiety, depresi dan seseorang yang lemah dalam belajar merupakan ciri-ciri adanya permasalahan pada gelombang otak manusia. EEG Brain Mapping EEG (electroencephalogram) merupakan sebuah alat untuk mencatat aktivitas gelombang otak selama kurun waktu tertentu. QEEG (Quantitative EEG) atau dikenal pula dengan sebutan "brain mapping", memberikan data yang komprehensif tentang gelombang otak dan memberikan analisa yang tepat dari data mentah yang diberikan oleh EEG. QEEG bekerja menyerupai cara kerjaEEG, akan tetapi data yang diperoleh dari QEEG bisa ditampilkan dalam berbagai jenis sesuai kebutuhan, bisa dalam bentuk gambar topografi, berupa diagram, atau beropa gambar-gambar yang menunjukkan aktivitas pada bagian cortex (luar otak).14Prosedur Brain Map meliputi menempatkan elektroda di berbagai area pada kulit kepala sebagai sarana untuk mengukur aktivitas gelombang otak dari klien (EEG). Sesuatu berbentuk gelditempelkan pada setiap elektroda untuk mendapatkan sinyal yang baik. Prosedur yang dilakukan non-invasif dan tidak menimbulkan rasa sakit. Tidak ada sesuatu pun yang dimasukkan ke dalam otak. Electroencephalogram secara murni hanya menggambarkan gelombang listrik di dalam otak. Rekaman EEG diambil dalam beberapa kondisi atau tes.14Kondisi yang direkam adalah pada saat a)mata tertutup, b)mata tertutup, c) membaca untuk memahami atau mengerjakan soal matematika dengan tingkat kesulitan tertentu. Analisis statistik membandingkan data subjek dengan database normative dari anak maupun orang dewasa lainnya. Data kemudian dievaluasi berdasarkan persentase yang ada dan kemudian dibandingkan dengan database normatif dari kebervariasian yang ada.Sementara teknik-teknik lain(CT, MRI, PET, SPECT dll.) cenderung mengukur aliran darah ke otak, metabolisme otak atau mengamati bagian-bagian otak, QEEG justru mengukur arus listrik yang dihasilkan oleh otak atau biasa disebut gelombang otak. QEEG menyediakan data analisis yang sebetulnya sangat kompleks tentang gelombang otak dengan karakteristik khusus baik itu secara simetris, tahap-tahap perubahannya, hubungan antara satu dengan lainnya, luas gelombang otak yang dihasilkan, power dan gelombang otak yang dominan. Faktanya, gangguan kecil pada gelombang otak bisa jadi adalah pertanda awal dari permasalahan besar yang bisa terjadi pada otak dan tubuh kita.15Hasil laporan dari alat QEEG akan dibandingkan dengan data normatif. Data normatif ini merupakan data yang diperoleh dari pencatatan otak pada kurang lebih ratusan otak pada manusia yang sehat. Perbandingan tersebut disebut sebagai Z scores, Yang mana menggambarkan selisih antara data normatif dengan data klien yang bermasalah.Penggunaan utama dari QEEG adalah untuk memeriksa pola struktur dan frekwensi gelombang otak serta untuk membantu seseorang yang akan menjalani proses terapi neurotherapy sehingga nantinya memiliki perhitungan yang tepat sehingga bisa seperti gelombang otak yang normal lainnya.15

BAB III

PENUTUP

A.KesimpulanECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan kejang grandmall. Therapi ECT merupakan perubahan untuk penderita psikiatrik berat, dimana pemberian arus listrik singkat dikepala digunakan untuk menghasilkan kejang tonik klonik umum. Pada terapi ECT ini,ada efek samping yang di hasilkan.Oleh karena itu perawat harus memperhatikan efek samping yang akan terjadi dan peran perawat dalam terapi ECT yaitu perawat sebelum melakukan terapi ECT, harus mempersiapkan alat dan mengantisipasi kecemasan klien dengan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Beberapa pendapat yang menyebutkan tentang pengertian Skizofrenia, antara lain : Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk Skizofrenia yang ditandai dengan perilaku klien regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, wajah dungu, tertawa-tawa aneh, meringis dan menarik diri secara ekstrim. (Townsend, alih bahasa Helena, 1998:143).Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif yang tampak jelas dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat mengambang serta terputus-putus (fragmentary), perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta umumnya maneurisme (Depkes RI, 1993:111-112).Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau kacau balau yang ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, yang terpecah-pecah, dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, mengucap berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001:64-65).Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan prilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,ada kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan prilaku menunjukkan hampa prilaku dan hampa perasaan, senang menyendiri,dan ungkapan kata yang di ulang ulang, proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta adanya penurunan perawatan diri pada individu. ( Rusdi Maslim,Dr.PPDGJ- III 2001: 48)Dari ketiga pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Skizofrenia hebefrenik atau Skizofrenia disorganized adalah suatu gangguan yang yang ditandai dengan regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, serta menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial. Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992).

B.Saran1.Diharapkanpara tenaga kesehatan baik yang di bidang pendidikan maupundilapangan secara langsungmampu melakukan dan menerapkan proses keperawatan pada klienskizofrenia sesuai dengan disiplin ilmu teori maupun praktik klinik secara komprehensif dan berdasarkan evidence base2.Diharapkan para tenaga kesehatan dimanapun dan kapanpun selalu bisa menjalian komunikasi dan koordinasi yang baik dengan klien, keluarga dan tim medis lainnya demi tercapainya asuhan keperawatan yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abraham K R, Kulhara P. The efficacy of electroconvulsive theraphy in the treatment of schizophrenia. BJP. 2007. h. 151-155.2. Zisselman M H, Jaffe R L. ECT in treatment of a patient with catatonia. Am J Psychiatry. 2010. h. 127-132.3. Dodwell D, Goldberg D. A study of factors associated with response to electroconvulsive therapy in patients with schizophrenic symptoms. BJP. 1999. h. 635-639.4. Wachtel L E, Kahng S W. ECT for catatonia in an autistic girl. Am J Psychiatry. 2008. h. 329-333.5. Laskowska D, Urbaniak K, Jus A. The Relationship between Catatonic-delirious states and schizophrenia. BJP. 2006. h. 254-257.6. Saju P J, Jacob K S. ECT in schizophrenia. BJP. 2003. h. 573-5747. Taylor M A, Fink M. Catatonia in psychiatric classification. Am J Psychiatric. 2003. h. 1233-12418. S Berkovic, F Andermann, A Guberman, et al. Valproal prevent the Recurrence of Absence Status. Neurology 1989; 39: 1294-1297 9. 22. Riggio S MD. Psychiatric manifestation of nonconvulsive status epilepticus. The Mount Sinay Journal of Medicine Vol. 73 No. 7 Novemner 2006: 960-96610. Heshe J, Roeder E. Electroconvulsive theraphy in Denmark. BJP. 1996. h. 241-24511. Dabholkar P D. Use of ECT in hyterical catatonia. BJP. 2008. h. 246-247.12. Alpak G, Bayar H. Electroconvulsive theraphy in a catatonic patient with clavicle fracture. Gazienttep medical journal. 2014. h. 196-19713. Dewi J, Intan. Hubungan frekuensi pemberian electro convulsive theraphy terhadap tingkat kecemasan pasien dengan skizofrenia. Jurnal FKUI. 2009.14. Hartono R. Landasan moral pengobatan pada penderita skizofrenia. Jurnal kedokteran trisakti. 2003. Vol 22. No 2.15. Frida M, Basjiruddin A. Status elektrokonvulsif terapi. Jurnal kedokteran Andalas. 2009.