Upload
muhammad-sangaji-ramadhan
View
62
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
epiglotis
Citation preview
EPIGLOTITIS AKUT
PENDAHULUAN
Epiglotitis pertama kali dilaporkan pada tahun 1878 oleh Michael dengan nama angina
epiglottidea anterior. Epiglotitis akut atau laryngitis supraglotik akut merupakan radang
supraglotik, terjadi secara akut (dalam beberapa jam) dan dapat menyebabkan penyumbatan
saluran pernapasan atas dan kematian.
Pada waktu inspirasi udara masuk ke dalam rongga hidung berlanjut ke nasofaring atau
melalui mulut berlanjut ke orofaring. Kedua saluran tersebut berhubungan dengan laring
yaitu bagian terbawah dari saluran pernapasan atas. Epiglotis merupakan salah satu tulang
rawan pembentuk laring, berbentuk pipih seperti daun dan terdiri dari jaringan tulang rawan
fibroelastik. Dari laring udara mengalir ke trakea, selanjutnya ke bronkus utama kiri dan
kanan. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan
kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang
ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkus terminalis. Setelah bronkus
terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru yaitu tempat pertukaran
gas.
Pada umumnya epiglotitis akut disebabkan oleh infeksi bakteri Haemophilus Influenzae tipe
B. Epiglotitis menyebabkan inflamasi dan udem dari epiglotis, valekula, aritenoid dan plica
ariepliglotica sehingga dapat menyebabkan penyumbatan jalan napas atas. Untuk itu penyakit
ini perlu didiagnosis dan ditangani dengan cepat dan tepat karena prosesnya berjalan dengan
cepat dan dapat membahayakan jiwa terutama pada anak-anak . Becker Bloemklk dalam satu
tahun mendapatkan tiga kasus anak kecil (berumur 2 dan 3 tahun) yang meninggal dengan
diagnosis yang salah atau tanpa dapat dibuat diagnosis klinis.
INSIDEN
Epiglotitis akut atau laringitis supraglotik akut cukup banyak ditemukan pada banak-anak
kecil yaitu pada anak-anak berumur 2-5 tahun. Dapat juga terdapat pada orang dewasa dan
anak kurang dari 2 tahun, tetapi dengan frekuensi yang lebih jarang. Sejak penemuan vaksin
Haemophilus influenzae tipe B (HIB) pada tahun 1980-an, insiden epiglotitis pada anak-anak
telah mengalami penurunan. Insiden pada nak-anak 1:17000 sedangkan pada orang dewasa
1:100000, lebih sering didapatkan pada anak laki-laki daripada perempuan dengan
perbandingan 3:1.
ETIOLOGI
Penyebab epiglotitis akut yang paling sering adalah infeksi bakteri Haemophilus influenzae
tipe B juga dapat disebabkan oleh Streptococcus, Pneumococcus, Staphilococcus,
Pneumococcus dan kuman-kuman lainnya.
ANATOMI
Laring merupakan bagian terbawah saluran napas atas yang memiliki bentuk yang
menyerupai limas segitiga yang terpancung. Batas atas laring berupa aditus laring dan batas
bawah berupa batas kaudal kartilagi krikoid. Laring laki-laki dewasa terletak setinggi
vertebra servikalis 3-6. Pada anak-anak dan wanita sedikit lebih tinggi. Laring dibagi atas tiga
bagian yaitu :
1. Supraglotis : mulai dari aditus sampai plica ventrikularis
2. Glotis : dimulai dari plica ventricularis sampai tepi bebas plica vocalis
3. Subglotis : dimulai dari plica vocalis sampai batas kaudal kartilagi krikoid.
Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang rawan yang saling
berhubungan dan diikat satu sama lain oleh otot-otot intrinsik dan ekstrinsik yang berfungsi
untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi serta fonasi.
Epiglotis merupakan salah satu tulang rawan pembentuk laring, berbentuk pipih seperti daun
dan terdiri dari jaringan tuiang rawan fibroelastik. Epiglotis berperan saat laring
melaksanakan fungsinya untuk proteksi. Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas,
penutupan glotis dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dari epiglotis, berperan untuk
mencegah makanan dan minuman masuk ke dalam trakea dan mengarahkannya masuk ke
dalam esofagus. Pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring yaitu
muskulus tiro-aritenoid dan muskulus aritenoid.
GAMBAR KEPALA DAN LEHER POTONGAN MEDIAL
LARING , POTONGAN MEDIAL
LARINGOSKOPI
GEJALA KLINIS
Infeksi biasanya bermula dari saluran pernapasan atas sebagai peradangan hidung dan
tenggorokan. Kemudian infeksi bergerak ke bawah, ke epiglotis. Epiglotis bisa segera
berakibat fatal karena pembengkakan jaringan yang terinfeksi bisa menyumbat saluran napas
dan menghentikan pernapasan. Infeksi biasanya dimulai secara tiba-tiba dan berkembang
dengan cepat. Pada epiglotitis akut terdapat gejala seperti infeksi pada umumnya seperti
demam yang sangat tinggi dapat mencapai 40oC, menggigil dan keadaan umum pasien
tampak sakit berat. Gejala lokal yaitu gangguan pernapasan (dispneu) disertai dengan stridor,
nyeri tenggorokan (odinofagia), gangguan menelan (disfagia) dan suara serak sedangkan
pada orang dewasa yang menyolok adalah disfagia, baru kemudian dispneu dan seraknya.
Penderita biasanya lebih suka duduk tegak, gelisah dan bernapas dengan mulut terbuka,
rahang bawah ditarik lebih ke muka (tripod position). Karena sulit menelan air liur penderita
biasanya keluar atau ngiler (drooling). Sianosis dapat terjadi akibat gangguan pernapasan.
Dehidrasi dapat juga terjadi karena penderita tidak dapat menelan dan minum.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisis dan dapat pula dilakukan
pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
Pada pemeriksaan fisis biasa didapatkan : adenopati servikal, nyeri tekan hebat pada
palpasi di daerah laring, takikardi. Dengan pemeriksaan laringoskopi indirek (secara
tidak langsung) epiglotis terlihat merah, meradang, edematous dan melipat, plica ary-
epiglotica juga ikut meradang. Tetapi kadang kala epiglotis tidak dapat terlihat dengan
pemeriksaan laringoskopi indirek, untuk itu harus dilakukan laringoskopi direk.
Berbeda pada pasien anak, pemeriksaan dengan laringoskopi indirek bisa dikatakan
aman untuk pasien dewasa yang dicurigai epiglotitis. Nasofaringeal laringoskopi
Fiber optic (NPL) juga bisa digunakan untuk melihat bagian posterior dari hipofaring
termasuk epiglotis.
LARINGOSKOPI (epiglotis tampak merah meradang)
Pemeriksaan tambahan :
Kultur darah bisa dilakukan tetapi berdasarkan penelitian, hanya positif pada 25%
kasus saja. Pada pemeriksaan darah lengkap tampak peningkatan jumlah sel darah
putih.
Pemeriksaan radiologi : Dengan adanya Nasofaringoskopi, pemeriksaan radiologi
sudah jarang dindikasikan. Biasanya digunakan pada pasien yang stabil atau sudah
terjaga jalan napasnya. Foto jaringan lunak lateral yang baik bisa membantu diagnosa.
Pada foto tersebut dilihat ada tiidaknya pembesaran dari epiglotis yang tebal
normalnya 3-5 mm.
FOTO LATERAL LEHER
PENATALAKSANAAN
Setelah diagnosa ditegakkan , penanganan dipusatkan untuk mengamankan jalan napas dan
pemberian antibiotik dan anti inflamasi kortikosteroid secepatnya. Karena posisinya tepat di
jalan napas, bisa terjadi obstruksi secara tiba-tiba maka sebaiknya pasien ditempatkan di
ruang ICU dengan perawatan kegawatdaruratan seperti untuk intubasi atau krikotiroidotomi
sebaiknya tersedia di dekat pasien.
Antibiotik yang diberikan harus efektif terhadap kuman Haemophilus Influenzae, Staph.
Aureus, streptococcus dan pneumokokkus (misalnya amoksisilin/asan klavunat atau
sefalosporin generasi ke tiga).
Peran intervensi jalan napas pada pasien dewasa masih kontroversial. Ada literatur yang lebih
cenderung menggunakan kaedah konvensional dengan antibiotik, kortikosteroid dan
humidified oksigen. Ada pula literatur yang lebih ke arah intervensi agresif seperti dengan
intubasi dini.
KOMPLIKASI
Jika tidak dirawat atau perawatan tidak berhasil, epiglotis bisa menimbulkan komplikasi
seperti :
Abses epiglotis
Pneumonia
Adenitis servikal
Cellulitis
Kematian (asfiksia)
DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding untuk epiglotis adalah :
Croup (laringotrakeobronkitis) : merupakan penyakit infeksi akut pada glotis dan
subglotis yang disebabkan oleh virus parainfluenzae. Pada umumnya terjadi pada
anak-anak umur 6 bulan dan 3 tahun. Gejalanya : demam yang tidak terlalu tinggi,
stridor, retraksi, takipnea, takikardi dan batuk. Perlangsungan tidak secepat epiglotitis
akut (dalam beberapa hari).
Abses retrofaring : peradangan yang disertai pembentukan pus pada daerah
retrofaring, biasanya ditemukan pada anak yang berusia dibawah 5 tahun dan jarang
pada orang dewasa. Gejalanya : rasa nyeri dan suka menelan. Pada anak kecil,
menyebabkan anak menangis terus (rewel) tidak mau makan dan minum. Juga
terdapat demam, leher kaku dan nyeri. Dapat timbul sesak nafas karena sumbatan
jalan nafas terutama di hipofaring.
Tonsilitis difteri : merupakan salah satu tonsilitis membranosa yang disebabkan oleh
kuman Coryne bactyerium diphteriae. Sering ditemukan pada anak berusia kurang
dari 10 tahun dan frekuensi tertinggi pada umur 2-5 tahun. Gejalanya terdiri dari
gejala umum seperti gejala infeksi lainnya, gejala lokal yaitu tampak berupa tonsil
membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu
membentuk membran semu. Membran ini dapat meluas dan menyumbat saluran
napas.
Angina ludwig : merupakan infeksi pada dasar mulut. Massa inflamasi berkembang di
celah antara lidah dan otot serta fasia leher anterior. Jalan napas supraglotis terjepit
dan menjadi sempit. Paling sering berasal dari infeksi gigi geligi, laringoskopi direk
sulit dilakukan karena lidah sulit digeser ke depan.
Edema angioneurotik : edema laring angioneurotik akut dapat menyebabkan obstruksi
saluran pernapasan setelah respon imun humoral akut terhadap berbagai antigen
seperti sengatan lebah, suntikan antibiotik dan makanan.
PROGNOSIS
Terapi yang lebih cepat dan tepat akan memberikan prognosa yang lebih baik. Menurut
Hoeksema dari 12 anak dengan epiglotitis akut delapan anak harus menjalani tracheotomi
diantaranya dua anak meninggal. Robbins dkk. Dalam penyelidikannya mengajukan 34 kasus
epiglotiitis akut pada orang dewasa dengan angka kematian 53%. Gorfinkel dkk, meneliti
ntiga kasus orang dewasa, dua diantaranya meninggal.
KESIMPULAN
Epiglotitis akut merupakan penyakit yang gawat dan prosesnya berjalan cepat, dapat
membahayakan jiwa bila tidak lekas diambil tindakan yang cepat dan terutama pada anak-
anak. Epiglotitis akuut atau laryngitis supraglotik akut adalah radang supraglotik, terjadi
secara akut (dalam waktu beberapa jam) dan dapat menyebabkan penyumbatan saluran
pernapasan atas dan kematian. Epiglotitis akut cukup banyak ditemukan pada anak-anak, juga
dapat ditemukan pada orang dewasa tetapi lebih jarang. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala, pemeriksaan fisis dan dapat pula dilakukan pemeriksaan tambahan seperti
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi. Gejala terdiri dari gejala infeksi pada
umumnya yaitu demam, menggigil kemudian gejala lokal seperti dispneu disertai stridor,
nyeri tenggorokan (odinofagia), gangguan menelan (disfagia) dan suara serak (disfonia).
Setelah diagnosa ditegakkan , penanganan dipusatkan untuk mengamankan jalan napas dan
pemberian antibiotik dan anti inflamasi kortikosteroid secepatnya. Karena posisinya tepat di
jalan napas, bisa terjadi obstruksi secara tiba-tiba, maka sebaiknya pasien ditempatkan di
ruang ICU. Epiglotitis akut didiagnosa banding dengan croup (laringotrakeobronkitis), abses
retrofaring, tonsilitis difteri, angina ludwig dan edema angioneurotik. Terapi yang lebih cepat
dan tepat akan memberikan prognosa yang lebih baik.