35
BAB I PENDAHULUAN Undesensus testis (UDT) atau biasa disebut Kriptorkismus merupakan kelainan bawaan genitalia yang paling sering ditemukan pada anak laki-laki.Sepertiga kasus anak-anak dengan UDT adalah bilateral sedangkan dua pertiganya adalah unilateral. Insiden UDT terkait erat dengan umur kehamilan,dan maturasi bayi. Insiden meningkat pada bayi yang lahir prematur dan menurun pada bayi- bayi yang dilahirkan cukup bulan. Peningkatan umur bayi akan diikuti dengan penurunan insiden UDT. 1,5,6 Insidensnya 3 ± 6% pada bayi laki-laki yang lahir cukup bulan dan meningkat menjadi 30% pada bayi prematur. Setelah 100 tahun penelitian mengenai UDT, masih terdapat beberapa aspek yang menjadi kontroversial. Faktor predisposisi terjadinya UDT adalah prematuritas, berat bayi baru lahir yang rendah, kecil untuk masa kehamilan, kembar dan pemberian estrogen pada trimester pertama. 1,2 . Testis yang belum turun ke kantung skrotum dan masih berada dijalurnya mungkin terletak di kanalis inguinalis atau di rongga abdomen, yaitu terletak diantara fossa renalis dan annulus 1

Refarat Undesensus Testis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

undesensus testiculorum adalah tidak turunnya 1 atau 2 testis ke dalam scrotum

Citation preview

Page 1: Refarat Undesensus Testis

BAB I

PENDAHULUAN

Undesensus testis (UDT) atau biasa disebut Kriptorkismus merupakan kelainan bawaan

genitalia yang paling sering ditemukan pada anak laki-laki.Sepertiga kasus anak-anak dengan

UDT adalah bilateral sedangkan dua pertiganya adalah unilateral. Insiden UDT terkait erat

dengan umur kehamilan,dan maturasi bayi. Insiden meningkat pada bayi yang lahir prematur dan

menurun pada bayi-bayi yang dilahirkan cukup bulan. Peningkatan umur bayi akan diikuti

dengan penurunan insiden UDT.1,5,6

Insidensnya 3 ± 6% pada bayi laki-laki yang lahir cukup bulan dan meningkat menjadi

30% pada bayi prematur. Setelah 100 tahun penelitian mengenai UDT, masih terdapat beberapa

aspek yang menjadi kontroversial. Faktor predisposisi terjadinya UDT adalah prematuritas, berat

bayi baru lahir yang rendah, kecil untuk masa kehamilan, kembar dan pemberian estrogen pada

trimester pertama. 1,2. Testis yang belum turun ke kantung skrotum dan masih berada dijalurnya

mungkin terletak di kanalis inguinalis atau di rongga abdomen, yaitu terletak diantara fossa

renalis dan annulus inguinalis internus. Testis ektopik mungkin berada diperineal, di luar kanalis

inguinalis yaitu diantara aponeurosis oblikus eksternus dan jaringan subkutan, suprapubik, atau

di regio femoral.1,3. UDT dapat kembali turun spontan ke testis sekitar 70 - 77% pada usia 3

bulan. Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan testis ke dalam skrotum,antara lain:

(Mekanisme terjadinya UDT berhubungan dengan banyak faktor (multifaktorial) yaitu:

1. Perbedaaan pertumbuhan relatif tubuh terhadap funikulus spermatikus atau gubernakulum

2. Peningkatan tekanan abdomen

3. Faktor hormonal: testosteron, MIS, and extrinsic estrogen

1

Page 2: Refarat Undesensus Testis

4. Perkembangan epididimis

5. Perlekatan gubernakular

6. Genito-femoral nerve/calcitonin gene-related peptide (CGRP)

7. Sekunder pasca-operasi inguinal yang menyebabkan jaringan ikat.

Gambar 1. Undescended testis

Alasan utama dilakukan terapi adalah meningkatnya risiko infertilitas,meningkatnya

risiko keganasan testis, meningkatnya risiko torsio testis, reisiko trauma testis terhadap tulang

pubis dan faktor psikologis terhadap kantong skrotum yang kosong.1,2. Penatalaksanaan yang

terlambat pada UDT akan menimbulkan efek pada testis di kemudian hari. UDT meningkatkan

risiko infertilitas dan berhubungan dengan risiko tumor sel germinal yang meningkat 3 ± 10 kali.

Atrofi testis terjadipada usia 5 ± 7 tahun, akan tetapi perubahan morfologi dimulai pada usia 1 ±

2tahun. Risiko kerusakan histologi testis juga berhubungan dengan letak abnormal testis. Pada

awal pubertas, lebih dari 90% testis kehilangan sel germinalnya pada kasus intra abdomen,

sedangkan pada kasus testis inguinal dan preskrotal, penurunan sel geminal mencapai 41% dan

20%.1,5,6

2

Page 3: Refarat Undesensus Testis

Esensi terapi rasional yang dianut hingga saat ini adalah memperkecil terjadinya risiko

komplikasi dengan melakukan reposisi testis kedalam skrotum baik dengan menggunakan terapi

hormonal ataupun dengan cara pembedahan (orchiopexy).5,6

3

Page 4: Refarat Undesensus Testis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Undescended testis(UDT) atau biasa disebut kriptorkismus adalah suatu keadaan dimana

setelah usia 1 tahun, satu atau kedua testis tidak berada di dalam kantung skrotum, tetapi masih

berada di salah satu tempat sepanjang jalur desensus normal.1,2,5,6. Kriptorkismus berasal dari

kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan orchis yang dalam bahasa latin disebut testis.

Harus dijelaskan lagi apakah yang dimaksud sebagai kriptorkismus murni, testis ektopik ataupun

pseudo kriptorkismus. Testis yang berlokasi di luar jalur desensus yang normal disebut sebagai

testis ektopik, sedangkan testis yang terletak tidak di dalam skrotum tetapi dapat didorong masuk

ke dalam skrotum dan menaik lagi bila dilepaskan dinamakan pseudo kriptorkismus atau testis

retraktil.5,6

2.2. EPIDEMIOLOGI

UDT merupakan kelainan genitalia kongenital tersering pada anak laki-laki. Pada bayi

prematur sekitar 30,3% dan sekitar 3,4% pada bayi cukup bulan.Bayi dengan berat lahir < 900

gram seluruhnya mengalami UDT, sedangkan dengan berat lahir < 1800 gram sekitar 68,5 %

UDT. Dengan bertambahnya umur menjadi 1 tahun, insidennya menurun menjadi 0,8 %, angka

ini hampir sama dengan populasi dewasa.5,6,11

4

Page 5: Refarat Undesensus Testis

Tabel 1. Data prevalensi UDT berdasarkan umur oleh Scorer danFarrington ( 1971)

Dua pertiga kasus mengalami UDT unilateral dan sisanya UDT bilateral.Dengan

bertambahnya usia, testis mengalami desensus secara spontan sekitar 70-77% biasanya pada usia

3 bulan, sehingga pada saat usia 1 tahun angka kejadian UDT turun menjadi 1% dibandingkan

saat lahir 3,7%. Setelah usia 1 tahun, testis yang letaknya abnormal jarang dapat mengalami

desensus testis secara spontan.1,2,5,6

2.3. EMBRIOLOGI DAN PROSES PENURUNAN TESTIS

Pada minggu keenam umur kehamilan primordial germ cells mengalami migrasi dari

yolk sac ke genital ridge. Dengan adanya gen SRY ( sex deter mining region Y) , maka akan

berkembang menjadi testis pada minggu ke-7. Testis yang berisi prekursor sel-sel Sertoli besar

(yang kelak menjadi tubulus seminiferous dan sel-sel Leydig kecil) dengan stimulasi FSH yang

dihasilkan pituitary mulai aktif berfungsi sejak minggu ke-8 kehamilan dengan mengeluarkan

MIF(Müller ian Inhibiting Factor ), yang menyebabkan involusi ipsilateral dari duktus mullerian.

5

Page 6: Refarat Undesensus Testis

MIF juga meningkatkan reseptor androgen pada membran sel Leydig . Pada minggu ke-10 dan

11 kehamilan, akibat stimulasi chorionic gonadotropin yang dihasilkan plasenta dan LH dari

pituitary sel-sel Leydig akan mensekresi testosteron yang sangat esensial bagi diferensiasi duktus

Wolfian menjadi epididimys, vas deferens, dan vesika seminalis.5,11,12

Faktor yang mempengaruhi penurunan testis adalah :

1) Anti Mullerian Hormon

2) Tekanan intra abdomen

3) Faktor Hormon Androgen

Penurunan testis dimulai pada sekitar minggu ke-10. Walaupun mekanismenya belum

diketahui secara pasti, namun para ahli sepakat bahwa terdapat beberapa faktor yang berperan

penting, yakni: faktor endokrin, mekanik (anatomik), dan neural. Terjadi dalam 2 fase yang

dimulai sekitar minggu ke-10 kehamilan segera setelah terjadi diferensiasi seksual. Fase

transabdominal dan fase inguinoscrotal . Keduanya terjadi dibawah kontrol hormonal yang

berbeda. 1,9,10,11

Fase transabdominal terjadi antara minggu ke-10 dan 15 kehamilan, dimana testis

mengalami penurunan dari urogenital ridge ke regio inguinal. Hal ini terjadi karena adanya

regresi ligamentum suspensorium cranialis dibawah pengaruh androgen (testosteron), disertai

pemendekan gubernaculums (ligament yang melekatkan bagian inferior testis ke segmen bawah

skrotum) di bawah pengaruh MIF. Dengan perkembangan yang cepat dari region

abdominopelvic maka testis akan terbawa turun ke daerah inguinal anterior. Pada bulan ke-3

kehamilan terbentuk processus vaginalis yang secara bertahap berkembang ke arah skrotum.

Selanjutnya fase ini akan menjadi tidak aktif sampai bulan ke-7 kehamilan.1,2,10,11

6

Page 7: Refarat Undesensus Testis

Gambar 2. Skema penurunan testis menurut Hutson

Keterangan gambar :Antara minggu ke- 8±15 gubernaculum (G) berkembang pada laki-laki,

mendekatkan testis (T) ke-inguinal. Ligamentum suspensoriumcranialis (CSL) mengalami

regresi. Migrasi gubernaculum ke skrotum terjadi pada minggu ke- 28 .

Fase inguinoscrotal terjadi mulai bulan ke-7 atau minggu ke-28 sampai dengan minggu

ke-35 kehamilan. Testis mengalami penurunan dari region inguinal ke dalam skrotum dibawah

pengaruh hormon androgen. Mekanisme nya belum diketahui secara pasti, namun diduga melalui

mediasi pengeluaran calcitonin generelated peptide(CGRP). Androgen akan merangsang nervus

genitofemoral untuk mengeluarkan CGRP yang menyebabkan kontraksi ritmis dari

gubernaculum.Faktor mekanik yang turut berperan pada fase ini adalah tekanan abdominal yang

meningkat yang menyebabkan keluarnya testis dari cavum abdomen, di samping itu tekanan

abdomen akan menyebabkan terbentuknya ujung dari processus vaginalis melalui canalis

7

Page 8: Refarat Undesensus Testis

inguinalis menuju skrotum. Proses penurunan testis ini masih bisa berlangsung sampai bayi usia

9-12 bulan.5,10,11

2.4. ETIOLOGI

Mekanisme terjadinya UDT berhubungan dengan banyak faktor (multifaktorial) yaitu (1)

Perbedaaan pertumbuhan relatif tubuh terhadap funikulus spermatikus atau gubernakulum, (2)

peningkatan tekanan abdomen, (3) faktor hormonal: testosteron, MIS, dan extrinsic estrogen (4)

Perkembangan epididimis, (5) Perlekatan gubernakular (6) Genito femoral nerve/calcitonin gene-

related peptide (CGRP), (7) Sekunder pasca-operasi inguinal yang menyebabkan jaringan

ikat.5,6,7

UDT juga dapat terjadi karena adanya kelainan pada (1) gubernakulum testis, (2)

kelainan intrinsik testis, atau (3) defisiensi hormon gonadotropin yang memacu proses desensus

testis. Beberapa penelitian telah mengidentifikasi kelompok bayi baru lahir yang beresiko

mengalami UDT untuk mencari riwayat alami dan faktor-faktor yang mempengaruhi desensus

setelah lahir. Penelitian ini menemukan bahwa UDT secara signifikan lebih banyak ditemukan

pada bayi prematur, kecil untuk masa kehamilan, berat bayi baru lahir yang rendah, dan

kembar.5,6

UDT dapat merupakan kelainan tunggal yang berdiri sendiri ( isolated anomaly), ataupun

bersamaan dengan kelainan kromosom, endokrin, intersex,dan kelainan bawaan lainnya. Bila

disertai dengan kelainan bawaan lain seperti hipospadia kemungkinan lebih tinggi disertai

dengan kelainan kromosom (sekitar 12 ± 25 %).5,9. Terdapat faktor keturunan terjadinya UDT

pada kasus-kasus yang isolated , di samping itu testis sebelah kanan lebih sering mengalami

UDT.Sekitar 4,0 % anak-anak UDT mempunyai ayah yang UDT, dan ± 9,8%mempunyai

8

Page 9: Refarat Undesensus Testis

saudara laki-laki UDT; atau secara umum terdapat risiko 3,6 kali terjadi UDT pada laki-laki yang

mempunyai anggota keluarga UDT dibandingdengan populasi umum.5,6,10

2.5. KLASIFIKASI

UDT dikelompokkan menjadi 3 tipe:

1. UDT sesungguhnya ( true undescended : testis mengalami penurunan parsial melalui jalur

yang normal, tetapi terhenti. Dibedakan menjadi teraba (palpable) dan tidak teraba

( impalpable)

2. Testis ektopik: testis mengalami penurunan di luar jalur penurunan yang normal.

3. Testis retractile: testis dapat diraba/dibawa ke dasar skrotum tetapi akibat refleks kremaster

yang berlebihan dapat kembali segera ke kanalis inguinalis, bukan termasuk UDT yang

sebenarnya.

Klasifikasi berdasarkan etio patogenesis :

1. Mekanis / anatomik (perleketan-perleketan, kelainan kanalis inguinalis dll)

2. Endokrin / hormonal ( kelainan axis hipotalamus-hipofisis-testis)

3. Disgenetik (kelainan interseks multiple)

4. Herediter/ genetik

Klasifikasi berdasarkan lokasi :

1. Skrotal tinggi (supraskrotal) : 40 %

2. Intrakanalikuler ( inguinal ) : 20 %

3. Intraabdominal (abdominal) : 10%

4. Terobstruksi : 30 %

9

Page 10: Refarat Undesensus Testis

Gambar 3. Kemungkinan lokasi testis pada true UDT dan ektopik testis.

2.6. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

Suhu di dalam rongga abdomen kurang lebih 1-20C lebih tinggi daripada suhu di dalam

skrotum, sehingga testis abdominal selalu mendapatkan suhu yang lebih tinggi daripada testis

normal, hal ini mengakibatkan kerusakan sel-sel germinal testis.1,5,6

Pada usia 2 tahun, sebanyak 1/5 bagian dari sel-sel germinal testis telah mengalami

kerusakan, sedangkan pada usia 3 tahun hanya 1/3 sel-sel germinal yang masih normal.

Kerusakan ini makin lama makin progresif dan akhirnya testis menjadi mengecil. Karena sel-sel

Leydig sebagai penghasil hormone androgen tidak ikut rusak, maka potensi seksual tidak

mengalami gangguan. Akibat lain yang ditimbulkan dari letak testis yang tidak berada diskrotum

adalah mudah terpluntir (torsio), mudah terkena trauma, dan lebih mudah mengalami degenerasi

maligna.5,8

10

Page 11: Refarat Undesensus Testis

2.7. DIAGNOSIS

ANAMNESIS 5,10

a. Tentukan apakah testis pernah teraba di skrotum

b. Riwayat operasi daerah inguinal

c. Riwayat prenatal: terapi hormonal pada ibu untuk reproduksi, kehamilan kembar,

prematuritas

d. Riwayat keluarga: UDT, hipospadia, infertilitas, intersex,

pubertas prekoks

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan di ruangan yang tenang dan hangat.Pemeriksaan secara

umum harus dilakukan dengan mencari adanya tanda-tanda sindrom tertentu,dismorfik,

hipospadia, atau genitalia ambigua.1,5,10

Saat pemeriksaan fisik kondisi pasien harus dalam keadaan relaksasi dan posisi seperti

frog-leg atau crosslegged.Pada pasien yang terlalu gemuk, dapat dilakukan dalam posisi sitting

cross-legged atau baseball catcher’s.Tangan pemeriksa harus dalam keadaan hangat untuk

menghindari tertariknya testis ke atas.

UDT dapat diklasifikasi berdasarkan lokasinya menjadi:

1. Skrotum atas

2. Intrakanalikuler (Inguinal)

3. IntraAbdomen

11

Page 12: Refarat Undesensus Testis

Untuk kepentingan klinis dan penatalaksanaan terapi, klasifikasi cukup dibedakan

menjadi teraba atau tidak.Pemeriksaan testis kontralateral juga perlu dilakukan . Pemeriksaan

fisik dimulai dari antero-superior iliacspine, meraba daerah inguinal dari lateral ke medial

dengan tangan yang tidak dominan. Jika teraba testis, testis dipegang dengan tangan dominan

dan ditarik ke arah skrorum. Pemeriksaan skrotum untuk: hypoplastic, bifid, rugae, transposition,

pigmentation. Pemeriksaan fisik juga untuk menyingkirkan ektopik testis.14

Lokasi UDT tersering terdapat pada kanalis inguinalis (72%), diikuti supraskrotal (20%),

dan intraabdomen (8%). Sehingga pemeriksaan fisik yang baik dapat menentukan lokasi UDT

tersebut.5,6,10

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Pada anak dengan UDT unilateral tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih

lanjut.Sedangkan pada UDT bilateral tidak teraba testis dengan disertai hipospadia dan virilisasi,

diperlukan pemeriksaan analisis kromosom dan hormonal (yang terpenting adalah 17 hydroxy

progesterone) untuk menyingkirkan kemungkinan intersex.5,6,10

Setelah menyingkirkan kemungkinan intersex, pada penderita UDT bilateral dengan usia

< 3 bulan dan tidak teraba testis, pemeriksaan LH, FSH, dan testosteron akan dapat membantu

menentukan apakah terdapat testis atau tidak. Bila umur telah mencapai di atas 3 bulan

pemeriksaan hormonal tersebut harus dilakukan dengan melakukan stimulasi test menggunakan

hCG ( human chorionic gonadotropin hormone). Ketiadaan peningkatan kadar testosterone

disertai peningkatan LH/FSH setelah dilakukan stimulasi mengindikasikan anorchia.5,6,10

12

Page 13: Refarat Undesensus Testis

Prinsip stimulasi test dengan hCG atau hCG test adalah mengukur kadar hormon

testosteron pada keadaan basal dan 24-48 jam setelah stimulasi. Respon testosteron normal pada

hCG test sangat tergantung umur penderita. Pada bayi, respon normal setelah hCHG test

bervariasi antara 2-10x bahkan 20x. Pada masa kanak-kanak, peningkatannya sekitar 5-10x.

Sedangkan pada masa pubertas, dengan meningkatnya kadar testosteron basal, maka peningkatan

setelah stimulasi hCG hanya sekitar 2-3x.5,6,10

Pemeriksaan Radiologi

USG hanya dapat membantu menentukan lokasi testis terutama didaerah inguinal, di

mana hal ini akan mudah sekali dilakukan perabaan dengan tangan.3 Pada penelitian terhadap 66

kasus rujukan dengan UDT tidak teraba testis, USG hanya dapat mendeteksi 37,5% (12 dari 32)

testis inguinal; dan tidak dapat mendeteksi testis intraabdomen.5,11

Hal ini tentunya sangat tergantung dari pengalaman dan kualitas alat yang digunakan.1,6,9

CT scan dan MRI mempunyai ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan USG terutama

diperuntukkan testis intra-abdomen (tak teraba testis). MRI mempunyai sensitifitas yang lebih

baik untuk digunakan pada anak-anak yang lebih besar (belasan tahun).7,8,9 MRI juga dapat

mendeteksi kecurigaan risiko keganasan testis.9

Dengan ditemukannya metode-metode yang non-invasif maka penggunaan angiografi

(venografi) untuk mendeteksi testis yang tidak teraba menjadi semakin berkurang. Metode ini

paling baik digunakan untuk menentukan vanishing testis ataupun anorchia. Dengan metode ini

akan dapat dievaluasi pleksus pampiniformis, parenkim testis, dan blind-ending dari vena testis

(pada anorchia).5 Kelemahannya selain infasif, juga terbatas pada umur anak-anakyang lebih

besar mengingat kecilnya ukuran vena-vena gonad.5,10,13

13

Page 14: Refarat Undesensus Testis

Laparoskopi

Metode laparoskopi pertama kali digunakan untuk mendeteksi UDT tidak teraba testis

pada tahun 1976. Metode ini merupakan metode infasif yang cukup aman oleh ahli yang

berpengalaman. Sebaiknya dilakukan pada anak yang lebih besar dan setelah pemeriksaan lain

tidak dapat mendeteksi adanya testis di inguinal.5,9 Beberapa hal yang dapat dievaluasi selama

laparoskopi adalah: kondisi cincin inguinalis interna, processus vaginalis ( patent atau non-

patent), testis dan vaskularisasinya serta struktur wolfiannya.9 Tiga hal yang sering dijumpai saat

laparoskopi adalah: blind-ending pembuluh darah testis yang mengindikasikan anorchia(44%),

testis intraabdomen(36%), dan struktur cord (vasa dan vasdeferens) yang keluar ke-dalam cincin

inguinalis interna.5,10

2.8. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding meliputi testis letak ektopik dan seringkali dijumpai testis yang

biasanya berada di kantung skrotum tiba-tiba berada di daerah inguinal dan pada keadaan lain

kembali ke tempat semula.Keadaan ini terjadi karena reflek otot kremaster yang terlalu kuat

akibat cuaca dingin, atau setelah melakukan aktifitas fisik. Hal ini disebut sebagai testis retraktil

atau kriptorkismus fisiologis dan kelainan ini tidak perlu diobati. Selain ituUDT perlu dibedakan

dengan anorkismus, yaitu testis memang tidak ada. Hal ini bisa terjadi secara congenital memang

tidak terbentuk testis, atau testis yangmengalami atrofi akibat torsio in utero atau torsio pada saat

neonatus.2,5,6

2.9. PENATALAKSANAAN

Tujuan terapi UDT yang utama dan dianut hingga saat ini adalah memperkecil risiko

terjadinya infertilitas dan keganasan dengan melakukan reposisi testis kedalam skrotum baik

14

Page 15: Refarat Undesensus Testis

dengan menggunakan terapi hormonal ataupun dengan cara pembedahan (orchiopexy).

Penatalaksanaan yang terlambat pada UDT akan menimbulkan efek pada testis di kemudian hari.

Dengan asumsi bahwa jika dibiarkan testis tidak dapat turun sendiri setelah usia 1 tahun,

sedangkan setelah usia 2 tahun terjadi kerusakan testis yang cukup bermakna, maka saat yang

tepat untuk melakukan terapi adalah pada usia 1 tahun. Pada prinsipnya testis yang tidak berada

diskrotum harus diturunkan ke tempatnya, baik dengan cara medikamentosa maupun

pembedahan.6,10

UDT meningkatkan risiko infertilitas dan berhubungan dengan risiko tumor sel germinal

yang meningkat 3-10 kali. Atrofi testis terjadi pada usia 5-7 tahun, akan tetapi perubahan

morfologi dimulai pada usia 1-2 tahun. Risiko kerusakan histologi testis juga berhubungan

dengan letak abnormal testis. Pada awal pubertas, lebih dari 90% testis kehilangan sel

germinalnya pada kasus intraabdomen, sedangkan pada kasus testis inguinal dan preskrotal,

penurunan sel geminal mencapai 41% dan 20%.5,6

Gambar 4. Penatalaksanaan kriptorkismus yang didapat.

15

Page 16: Refarat Undesensus Testis

Gambar 5. Penatalaksanaan kriptorkismus

Terapi Hormonal

Terapi hormonal primer lebih banyak digunakan di Eropa. Hormon yangdiberikan adalah

hCG, gonadotropin releasing hormone(GnRH) atau LH-releasing hormone(LHRH). Terapi

hormonal meningkatkan produksi testosterone dengan menstimulasi berbagai tingkat jalur

hipotalamus-pituitary-gonadal. Terapi ini berdasarkan observasi bahwa proses turunnya testis

berhubungan dengan androgen. Tingkat testosteron lebih tinggi bila diberikan hCG dibandingkan

GnRH. Semakin rendah letak testis, semakin besar kemungkinan keberhasilan terapi

hormonal.5,6,9

International Health Foundation menyarankan dosis hCG sebanyak 250IU/ kali pada

bayi, 500 IU pada anak sampai usia 6 tahun dan 1000 IU pada anak lebih dari 6 tahun. Terapi

diberikan 2 kali seminggu selama 5 minggu. Angka keberhasilannya 6 ± 55%. Secara

keseluruhan, terapi hormon efektif pada beberapa kelompok kasus, yaitu testis yang terletak di

leher skrotum atau UDT bilateral. Efek samping adalah peningkatan rugae skrotum, pigmentasi,

16

Page 17: Refarat Undesensus Testis

rambut pubis dan pertumbuhan penis. Pemberian dosis lebih dari 15000 IU dapat menginduksi

fusie piphyseal plate dan mengurangi pertumbuhan somatik.5,10. Pemberian hormonal pada

kriptorkismus banyak memberikan hasil terutama pada kelainan bilateral, sedangkan pada

kelainan unilateral hasilnya masih belum memuaskan. Obat yang sering dipergunakan adalah

hormone hCG yang disemprotkan intranasal.9

Pembedahan

Apabila hormonal telah gagal, terapi standar pembedahan untuk kasus UDT adalah

orchiopexy . Keputusan untuk melakukan orchiopexy haru smempertimbangkan berbagai faktor,

antara lain teknis, risiko anastesi, psikologis anak, dan risiko bila operasi tersebut ditunda..

Tujuan operasi pada kriptorkismus adalah:

1. mempertahankan fertilitas

2. mencegah timbulnya degenerasi maligna

3. mencegah kemungkinan terjadinya torsio testis

4. melakukan koreksi hernia

5. secara psikologis mencegah terjadinya rasa rendah diri karena tidak mempunyai

testis.

Operasi yang dikerjakan adalahorkidopeksi yaitu meletakkan testis ke dalam skrotum

dengan melakukan fiksasi pada kantung sub dartos.7

Prinsip dasar orchiopexy adalah :5,7

1. Mobilisasi yang cukup dari testis dan pembuluh darah

2. Ligasi kantong hernia

3. Fiksasi yang kuat testis pada skrotum

17

Page 18: Refarat Undesensus Testis

Testis sebaiknya direlokasi pada subkutan atau subdartos pouch skrotum. Tindakan operasi

sebaiknya dilakukan sebelum pasien usia 2 tahun, bahkan beberapa penelitian menyarankan pada

usia 6 – 12 bulan. Penelitian melaporkan spermatogonia akan menurun setelah usia 2 tahun.

Indikasi absolut dilakukan operasi pembedahan primera dalah5,7

1. kegagalan terapi hormonal

2. testis ektopik

3. terdapat kelainan lain seperti hernia dengan atau tanpa prosesus vaginalis yang terbuka

Berbagai teknik operasi pada testis yang tidak teraba dapat dilakukan, seperti berikut (Tabel 2.):

Tabel. 2 Jenis Tindakan Pembedahan pada Kelaianan UDT dan TingkatKeberhasilannya

18

Page 19: Refarat Undesensus Testis

Gambar 6. Orchiopexy

Keterangan gambar:

Orchiopexy digunakan untuk memperbaiki UDT pada anak-anak. Satu insisi dibuat pada

abdomen yang merupakan lokasi UDT, dan insisi lain dibuat pada skrotum (A). Testis

dipisahkan dari jaringan sekitarnya (B) dan dikeluarkan dari insisi abdomen menempel pada

spermatic cord (C). Testis kemudian dimasukkan turun ke dalam skrotum (D) dan dijahit (E).

Komplikasi Orchiopexy

Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat tindakan pembedahan Orchiopexy antara lain:5,10

1.Posisi testis yang tidak baik karena diseksi retroperitoneal yang tidak komplit

(10%kasus)

19

Page 20: Refarat Undesensus Testis

2. Atrofi testis karena devaskularisasi saat membuka funikulus (5%kasus)

3.Trauma pada vas deferens ( 1±2% kasus)

4.Pasca-operasi torsio

5.Epididimo orkhitis

6.Pembengkakan skrotum

2.10. KOMPLIKASI UDT

Telah lama diketahui bahwa komplikasi utama yang dapat terjadi pada UDT adalah

keganasan testis dan infertilitas akibat degenerasi testis. Di samping itu disebut juga terjadinya

torsi testis, dan hernia inguinalis.5,10

A. Risiko Keganasan

Terdapat hubungan yang erat antara UDT dan keganasan testis. Insiden keganasan testis

sebesar 1-6 pada setiap 500 laki-laki UDT di Amerika. Risiko terjadinya keganasan testis yang

tidak turun pada anak dengan UDT dilaporkan berkisar 10-20 kali dibandingkan pada anak

dengan testis normal. Makin tinggi lokasi UDT makin tinggi risiko keganasannya, testis

abdominal mempunyai risiko menjadi ganas 4x lebih besar dibanding testis inguinal.5,10,11

Orchiopexi sendiri tidak akan mengurangi risiko terjadinya keganasan,tetapi akan lebih

mudah melakukan deteksi dini keganasan pada penderita yang telah dilakukan orchidopexy .5,10,11

B. Infertilitas

20

Page 21: Refarat Undesensus Testis

Penderita UDT bilateral mengalami penurunan fertilitas yang lebih berat dibandingkan

penderita UDT unilateral, dan apalagi dibandingkan dengan populasi normal. Penderita UDT

bilateral mempunyai risiko infertilitas 6x lebih besar dibandingkan populasi normal (38% infertil

pada UDT bilateraldibandingkan 6% infertil pada populasi normal), sedangkan pada UDT

unilateral berisiko hanya 2x lebih besar.5,10,11

Komplikasi infertilitas ini berkaitan dengan terjadinya degenerasi pada UDT. Biopsi pada

anak-anak dan binatang coba UDT menunjukkan adanya penurunan volume testis, jumlah germ

cells dan spermatogonia dibandingkan dengan testis yang normal. Biopsi testis pada anak dengan

UDT unilateral yang dilakukan sebelum umur 1 tahun menunjukkan gambaran yang tidak

berbeda bermakna dengan testis yang normal. 5,10,11

Perubahan gambaran histologis yang bermakna mulai tampak setelah umur 1 tahun,

semakin memburuk dengan bertambahnya umur. Tidak seperti risiko keganasan, penurunan

testis lebih dini akan mencegah proses degenerasi lebih lanjut.5,10,11

BAB III

21

Page 22: Refarat Undesensus Testis

PENUTUP

Undescended testis(UDT) adalah suatu kondisi dimana testis tidak dijumpai pada tempat

yang semestinya yaitu di dalam skrotum. UDT juga dapat terjadi karena adanya kelainan pada

(1) gubernakulumtestis, (2) kelainan intrinsik testis, atau (3) defisiensi hormon gonadotropin

yang memacu proses desensus testis. Penegakkan diagnosis UDT harus dapat dilakukan lebih

awal sehingga penatalaksanaan baik hormonal atau pembedahan dapat dilakukan lebih awal.

Dengan penatalaksanaan lebih awal, diharapkan terjadi penurunan risiko yang terjadi pada testis

terutama risiko infertilitas. Esensi terapi rasional yang dianut hingga saat ini adalah memperkecil

terjadinya risiko komplikasi dengan melakukan reposisi testis kedalam skrotum baik dengan

menggunakan terapi hormonal ataupun dengan cara pembedahan (orchiopexy).

DAFTAR PUSTAKA

22

Page 23: Refarat Undesensus Testis

1. Moh. Adjie Pratignyo. 2011. Bedah Saluran Cerna Anak. Edisi 1. SAP Publish

Indonesia: Tangerang

2. Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC

3. Seymour, Schwartz. 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta : EGC

4. Purnomo BB.Dasar -dasar urologi . Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto; 2003.h.137-40.

5. Schneck FX, Bellinger MF. Abnormalities of the testes and scrotum and their surgical

management. Dalam: Walsh PC. Campbellµs Urology Vol 1. 8thedition. Philadelphia:

WB Saunders Company. 2000.

6. Tanagho EA, Nguyen HT. Embriology of the Genitourinary System. Dalam:Tanagho EA,

McAninch JW.Smith¶s General Urology . Edisi 17. California:The McGraw Hill

companies; 2000. h.23-45.

7. Docimo, S. G., R. I. Silver, and W.Cromie.The Undescended Testicle:Diagnosis and

Management.American Family Physician,62 (November 1,2000): 2037±2044,

2047±2048.

8. Batubara JRL.Terapi hormonal pada kriptorkismus.Disampaikan padaSimposium Sehari

Tatalaksana Optimal Kriptorkismus, Jakarta

9. Kolon TF. Cryptorchidism. 2002. Diunduh

darihttp://www.emedicine.com/med/topic2707.html. ( diakses tanggal 18 Juli 2013)

10. Sadler. Embriologi Kedokteran LANGMAN. Edisi ke-7. Jakarta: PenerbitBuku

Kedokteran EGC; 2000. h.280-310

11. Dogra VS, Mojibian H. Cryptorchidism.

In:http://www.emedicine.com/radio/topic201.htm ( diakses tanggal 18 Juli 2013)

23

Page 24: Refarat Undesensus Testis

12. Himawan S. Segi patologik kriptokismus. Disampaikan pada Simposium Sehari

Tatalaksana Optimal Kriptorkismis, Jakarta

13. Kolon. TF, Patel RP, Huff DS, Cryptorchidism: diagnosis, treatment, and long term

prognosis. Urol Clin North Am 2004; 31:7- 18.

14. Riedmiller H, Androulakakis P, Beurton D, Kocvara R, Kohl U. Guidelines on paediatric

urology. European Association of Urology,2005.

15. Hutson JM, Hasthorpe S, Heyns CF. Anatomical and functional aspects of testicular

descent and cryptorchidism. Endocrine Reviews 1997,18(2); 259-80.

24