Upload
whinet-jojo-teruna
View
223
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
FGHH
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Attention deficit hypereactivity disorder (ADHD) atau gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH) adalah anak yang menunjukkan
perilaku hiperaktif, implusif, sulit memusatkan perhatian yang timbulnya lebih
sering, lebih persisten dengan tingkat yang lebih berat jika dibandingkan dengan
anak- anak lain yang seusianya. Anak dengan ADHD juga menunjukkan
beberapa gejala lain seperti adanya ambang toleransi frustasi yang rendah,
disorganisasi, dan prilaku agresif. 1
Kondisi ini tentunya menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi anak
dalam menjalankan fungsinya sehari-hari, seperti berinteraksi dengan teman
sebaya, keluarga dan yang terpenting adalah mengganggu kesiapan anak untuk
belajar. Semua kondisi ini tentunya mengganggu prestasi belajar anak. Secara
keseluruhan membuat penurunan kualitas hidup anak di kemudian hari.1
Pravalensi ADHD dipengaruhi oleh jenis kelamin dan anak. Angka
kejadian ADHD pada anak remaja dan dewasa dikatakan lebih rendah jika
dibandingkan dengan anak usia sekolah dasar. Anak laki-laki lebih tinggi untuk
mengalami gangguan ini dibandingkan anak perempuan, dengan rasio 3-4 : 1.1
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke
empat (DSM-IV), untuk memenuhi kriteria diagnostik gangguan harus ada
sekurangnya enam bulan, menyebabkan gangguan dalam fungsi akademik dan
sosial, dan terjadi sebelum usia 7 tahun dan sebelum usia 12 tahun menurut
DSM-V, diagnosis dibuat dengan menegakkan sejumlah gejala dalam jumlah
inatensi atau bidang hiperaktifitas – implusivitas atau keduanya. Jadi, seseorang
anak mungkin memenuhi persyaratan untuk gangguan dengan gejala inatensai
saja atau dengan gejala hiperaktifitas dan impusivitas tetapi bukan untuk
inatensi. 2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi dan Etiologi
Attention deficit hypereactivity disorder (ADHD) ditandai oleh
rentang perhatian yang buruk tidak sesuai perkembangan atau ciri
hiperaktifitas dan implusif atau keduanya yang tidak sesuai dengan
usianya.2 Sampai saat ini belum diketahui pasti penyebab dari
ADHD/GPPH. Dari berbagai penelitian yang telah dilalkukan dikatakan
adanya keterlibatan dari faktor genetik, struktur anatomi dan neurokimiawi
otak terhadap terjadinya ADHD/GPPH.1
Sebagian besar anak dengan gangguan ADHD tidak menunjukkan
tanda-tanda cedera struktural yang besar pada sistim saraf pusat.
Sebaliknya, sebagian besar anak dengan gangguan neurologis yang
diketahui yang disebabkan oleh cedera otak tidak menunjukkan defisit
atensi dan hiperaktifitas. Walaupun tidak ada data neurologis atau
neurokimiawi spesifik untuk gangguan, gangguan dapat diperkirakan
berhubungan dengan gangguan lain yang mempengaruhi fungsi otak,
seperti gangguan belajar. Faktor penyumbang yang diajukan untuk ADHD
adalah paparan toksin prenatal, prematuritas, dan kerusakan mekanis
prenatal pada sistem saraf pusat.2
Dari beberapa penelitian genetik ditemukan bahwa saudara kandung
dari anak dengan ADHD mempunyai resiko 5-7 kali lebih besar untuk
mengalami angguan serupa dibandingkan dengan anak lain yang tidak
mempunyai ssaudara kandung dengan ADHD. Sedangkan orang tua yang
menderita ADHD mempunyai kemungkinan sekitar 50% untuk
menurunkan gangguan ini pada anak mereka.1
Rappaport, dkk dari The National Institute of Mental Health
melakukan penelitian pada anak dengan ADHD menggunakan MRI
(Magnetic Resonance Imaging), menyatakan adanya pengecilan lobus
prefrontal kanan, nucleus kuadatus kanan, globus palidus kanan, serta
2
vermis (bagian dari serebellum) jika dibandingkan dengan anak tanpa
ADHD.1 Pada penelitian lain menggunakan PET (Positron Emission
Tomography) telah menemukan penurunan aliran darah serebral dan
kecepatan metabolism di daerah lobus frontalis anak-anak dengan ADHD
di badingkan dengan anak tanpa ADHD. 2
Sebagaimana diketahui fungsi bagian bagian otak diatas meregulasi
fungsi perhatian seseorang. Lobus prefrontal dikenal sebagai bagian otak
yang terlibat dalam proses editing perilaku, mengurangi distraktibilitas,
membantu kesadaran diri dan waktu seseorang. Sedangkan nukleus
kuadatus dan globus palidus berperan dalam menghambat respons
otomatik yang dating pada bagian otak, sehingga koordinasi rangsangan
tersebut tetap optimal. Fungsi serebelum adalah mengatur keseimbangan.
Meskipun demikian apa yang menyebabkan pengecilan lobus atau bagian
otak tersebut masih pertanyaan yang memerlukan penelitian lanjut.1
Banyak neurotransmitter telah dihubungkan dengan ADHD. Obat
yang paling banyak diteliti dalam terapi ADHD, stimulant mempengaruhi
dopamine maupun neuropinefrin yang menghasilkan hipotesis
neurotransmitter yang menyatakan kemungkinan disfungsi pada system
adenergik dopaminergik. Stimulant meningkatkan katekolamin dengan
mempermudah pelepasannya dan dengan menghambat ambilannya.2
Komplikasi perinatal juga dikaitkan dengan timbulnya ADHD. studi
menunjukkan adanya komplikasi perinatal yang lebih sering pada anak
dengan ADHD dibandingkan dengan anak tanpa ADHD. Beberapa
komplikasi yang dapat ditemukan adalah perdarahan antepartum,
persalinan lama, APGAR score yang rendah dan lain-lain. Milberger
menyatakan bahwa ibu perokok dalam masa kehamilan mempunyai resiko
lebih tinggi untuk melahirkan anak dengan ADHD. Whitaker dkk
menambahkan bahwa bayi dengan berat lahir rendah dan yang disertai
dengan kerusakan substansia alba mempunyai resiko lebih tinggi
menderita ADHD di kemudian hari.1
B. Gambaran Klinis
3
Prilaku anak dengan ADHD seringkali berlebihan dibandingkan
dengan anak tanpa ADHD. Gejala sulit memusatkan perhatian,
overaktifitas, implusivitas dan kesulitan berinteraksi dengan
lingkungannya sangat tergantung dengan usia anak. Semakin muda
semakin sulit kemampuan anak untuk mengontrol prilakunya. Bayi dengan
ADHD lebih sering untuk bersikap aktif di tempat tidurnya, sedikit tidur,
banyak menangis. Sedangkan anak usia prasekolah dengan ADHD akan
bergerak dengan aktif di dalam ruangan dan terangsang untuk menyentuh
dan memanipulasi semua benda sesuka hati. Anak usia sekolah mungkin
menunjukkan prilaku hiperaktif han imlusivitas yang lebih ringan
dibandingkan dengan anak usia pra sekolah. Mereka sering sulit untuk
memusatkan perhatian di dalam kelas, tampak melamun, atau ber
preokupsi, anak sulit diam di tempat duduknya dan bergerak-gerak dengan
gelisah. Kesulitan memusatkan perhatian berpengaruh terhadap prestasi
anak disekolah. Dirumah orang tua mengambarkan anak dengan ADHD
sebagai anak yang tidak patuh, bahkan untuk perintah sederhana, dan tidak
mau menyelesaikan pekerjaan rumah sampai tuntas. 1
Karakteristik anak-anak dengan ADHD yang tersering dinyatakan
adalah : 2
1. Hiperaktifitas
2. Gangguan motorik perseptual
3. Labilitas emosional
4. Defisit koordinasi menyeluruh
5. Gangguan atensi (rentan atensi yang pendek, distraktibilitas,
keras hati, gagal menyelesaikan hal, inatensi, konsentrasi yang
buruk)
6. Imlusivitas (bertindak sebelum berfikir, mengubah prilaku
dengan tiba-tiba, tidak memiliki organisasi, meloncat-loncat
disekolah)
7. Gangguan daya ingat dan pikiran
8. Ketidak mampuan belajar spesifik
9. Gangguan bicara dan pendengaran
4
10. Tanda neurologis dan iregulitas EEG yang samar-samar.
C. Kriteria Diagnosis
Berdasarkan DSM-V maka kriteria diagnostic ADHD adalah sebagai
berikut: 3
Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Gangguan Pemusatan Perhatian/ Hiperaktifitas
A. Terdapat salah satu dari (1 ) atau (2)
1. Inatensi : enam (atau lebih) gejala inatensi berikut telah menetap seama sekurang-
kurangnya 6 bulan bahkan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten
dengan tingkat perkembangan.
Catatan : gejala tidak semata-mata merupakan manifestasi dari perilaku melawan,
menantang, permusuhan, atau kegagalan untuk memahami tugas atau instruksi.
untuk remaja yang lebih tua dan orang dewasa usia 17th dan lebih tua, setidaknya
lima terjadinya tanda yang diperlukan)
a. Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detail dan tidak teliti
dalam mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya.
b. Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian terhadap tugas
atau aktivitas bermain.
c. Sering tidak tampak mendengarkan apabila berbicara langsung
d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah,
pekerjaan, atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena perilaku menentang
atau tidak dapat mengikuti instruksi)
e. Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas
f. Sering menghindari, membenci atau enggan untuk terlibat dalam tugas yang
memiliki usaha mental yang lama ( seperti tugas disekolah dan pekerjaan
rumah)
g. Sering menghilangkan atau ketinggalan hal-hal yang perlu untuk tugas atau
aktivitas (misalnya tugas sekolah, pensil, buku ataupun peralatan)
h. Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimuladir dari luar
i. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari
2. Hiperaktivitas-impulsivitas : enam (atau lebih) gejala hiperkativitas-implusivitas
berikut ini telah menetap selama sekurang-kurangnya enam bulan sampai tingkat
yang tidak konsisten dengan tingkat perkembangan dan dampak negatif langsung
pada kegiatan sosial dan akademik / pekerjaan anak.
Lanjutan
5
a. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering menggeliat-geliat ditempat duduk
b. Sering meninggalkan tempat duduk dikelas atau di dalam situasi yang diharapkan anak tetap duduk
c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak
tepat ( pada remaja mungkin terbatas pada perasaan subyektif kegelisahan)
d. Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktuluang
secara tenange.
e. Sering bergerak atau seakan-akan didorong oleh sebuah gerakan
f. Sering berbicara berlebihan
g. Sering menjawab pertanyaan tanpa berfikir lebih dahulu sebelum pertanyaan
selesai
h. Sering sulit menunggu gilirannya
i. Sering menyela atau mengganggu orang lain (misalnya : memotong masuk ke
percakapan atau permainan)
B. Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatentif yang menyebabkan gangguan telah
ada sebelum usia 12 tahun
C. Beberapa gangguan akibat gejala terdapat dalam 2 (dua) atau lebih situasi (misalnya
disekolah atau pekerjaan di rumah)
D. Harus terdapat bukti yang jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis dalam
fungsi sosial, akademik dan fungsi pekerjaan
E. Gejala tidak semata-mata selama gangguan perkembangan pervasif, skizopfrenia atau
gangguan psikotik lain dan bukan merupakan gangguan mantal lain (gangguan mood,
gangguan kecemasan, gangguan disosiatif atau gangguan kepribadian, penggunaan zat
dan penarikan diri)
Menentukan apakah :
Gangguan pemusatan perhatian/ hiperaktifitas tipe kombinasi (F.90.2) : Jika memenuhi kriteria A1 atau A2 dalam 6 bulan terahir.
Gangguan pemusatan perhatian/ hiperaktifitas, predominan gejala inatensi (F.90.0): jika memenuhi kriteria A1 tetapi tidak memenuhi kriteria A2 selama 6 bulan terahir.
Gangguan pemusatan perhatian/ hiperaktifitas, predominan gejala Hiperaktifitas-implusif (F.90.1) : jika memenuhi kriteria A2 tetapi tidak memenuhi kriteria A1 selama 6 bulan terahir.
Remisi parsial : untuk individu terutama remaja dan dewasa yang saat ini memenuhi gejala ADHD tetapi tidak memenuhi kriteria ADHD yang lengkap lagi.
Adapted from Diagnostic and Statistical Manual of Psychiatric Disorders DSM- V with permission from the American Psychiatric Association.
6
Ringan : Sedikit, atau terdapat gejala yang ditemukan untuk membuat diagnosis dan gejala mengakibatkan gangguan ringan dalam fungsi sosial atau pekerjaan
Sedang : Gejala atau gangguan fungsional antara ringan dan berat
Berat : Banyak gejala lebih dari yang ditemukan untuk membuat diagnosis, atau beberapa gejala yang secara khusus memutuskan, hadir, atau gejala mengakibatkan gangguan nyata dalam fungsi sosial atau pekerjaan.
Berdasarkan PPDGJ III, gangguan ini dapat ditegakkan dengan memenuhi
kriteria umum mengenai gangguan hiperkinetik (F90). 1,4
1. Ciri-ciri utama ialah berkurangnya perhatian dan aktivitas
berlebihan. Kedua ciri ini menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan
haruslah nyata ada pada lebih dari satu situasi (misalnya di rumah, di
kelas, di klinik)
2. Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya
tugas dan ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum tuntas selesai.
Anak-anak ini sering kali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain,
rupanya kehilangan minatnya terhadap tugas yang satu karena
perhatiannya tertarik pada hal lain. Berkurangnya ketekunan dan
perhatian ini seharunya hanya didiagnosis bila sifatnya berlebihan
bagi anak dengan usia atau IQ yang sama.
3. Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan,
khususnya dalam situasi yang menuntut keadaan relatif tenang. Hal
ini tergantung pada situasinya, mencakup anak itu berlari-lari atau
melompat-lompat sekeliling ruangan, ataupun bangun dari
duduk/kursi dalam situasi yang menghendaki anak itu tetap duduk,
terlalu banyak bicara dan ribut, atau kegugupan/kegelisahan dan
berputar-putar atau berbelit-belit. Tolok ukur untuk penilaiannya
ialah bahwa suatu aktivitas disebut berlebihan dalam konteks apa
yang diharapkan pada suatu situasi dalam konteks apa yang
diharapkan pada suatu situasi dan dibandingkan dengan anak-anak-
7
anak yang sama umur dan nilai IQ-nya. Ciri khas perilaku ini paling
nyata di dalam suatu situasi yang berstruktur dan diatur yang
menuntun suatu tingkat sikap pengendalian diri yang tinggi.
4. Gambaran penyerta tidaklah cukup bahkan tidak diperlukan bagi
suatu diagnosis, namun demikian ia dapat mendukung. Kecerobohan
dalam hubungan-hubungan sosial, kesembronoan dalam situasi yang
berbahaya dan sikap yang secara impulsif melanggar tata tertib sosial
(yang diperlihatkan dengan mencampuri urusan atau mengganggu
kegiatan orang lain, terlampau cepat menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang belum lengkap diucapkan orang, atau tidak sabar
menunggu gilirannya), kesemuanya merupakan ciri khas dari anak-
anak dengan gangguan ini.
5. Gangguan belajar serta kekakuan motorik sangat sering terjadi dan
haruslah di catat secara terpisah (dibawah F80-F89) bila ada; namun
demikian tidak boleh dijadikan bagian dari diagnosis aktual
mengenai gangguan hiperkinetik yang sesungguhnya.
6. Gejala-gejala dari gangguan tingkah laku bukan merupakan kriteria
eksklusi ataupun kriteria iklusi untuk diagnosis utamanya,tetapi ada
tidaknya gejala-gejala itu dijadikan dasar untuk subdivisi utama dari
gangguan tersebut.
7. F90.0 gangguan aktivitas dan perhatian. Kriteria umum mengenai
gangguan hiperkinetik (F90) telah terpenuhi, tetapi kriteria untuk
gangguan tingkah laku (F91) tidak terpenuhi. Termasuk gangguan
deficit perhatian dengan hiperaktifitas
8. F90.1 Gangguan Tingkah Laku Hiperkinetik. Memenuhi kriteria
menyeluruh mengenai gangguan hiperkinetik (F90) dan juga kriteria
menyeluruh mengenai gangguan tingkah laku (F91)
9. F90.8 Gangguan Hiperklinetik Lainnya
10. F90.9 Gangguan Hiperkinetik YTT katagori sisa ini tidak dianjurkan
dan hanyalah boleh digunakan bila kurang dapat dibedakan antara
F90.0 dan F90.1 tetapi memenuhi kriteria keseluruhan untuk F90.
8
D. Diagnosis Banding
Beberapa gangguan dapat menyerupai atau menyertai ADHD.
gangguan medis atau neurologis yang sering menyerupai ADHD adalah
epilepsy, sindroma Tourette, movement disorder, gejala sisa dari trauma
kepala gangguan atau kerusakan pengelihatan atau pendengaran,
kekurangan zat Fe, kekurangan/ gangguan tidur. Gangguan psikiatri yang
sering menyerupai ADHD adalah gangguan penyusaian, gangguan cemas,
gangguan depresi, gangguan afektif bipolar, serta retredasi mental.1
Suatu kumpulan temperamental yang terdiri dari tingkat aktivitas
yang tinggi dan rentang perhatian yang pendek harus dipertimbangkan
pertama kali. Membedakan karakteristik temperamental tersebut dengan
gejala ADHD sebelum usia 3 tahun cukup sulit, karna bertumpang
tindihya ciri-ciri sistim saraf yang imatur secara normal dengan gejala
yang sering ditemukan pada ADHD.2
Kecemasan pada anak perlu diperiksa. Kecemasan mungkin
menyertai ADHD sebagai ciri skunder, dan kecemasan sendiri mungkin
dimanifestasikan sebagai overaktifitas dan distraktibilitas.2
Depresi pada ADHD sebagai reaksi terhadap frustasi terus menerus
karna kegagalan dalam belajar dan rasa rendah diri mereka. Kondisi ini
harus dibedakan dari gangguan depresif primer, yan kemungkinan
dibedakan oleh hipoaktifitas dan menarik diri.2
Seringkali gangguan konduksi dari berbagai jenisnya harus
dibedakan dari ADHD, karena anak-anak mungkin tidak mampu membaca
atau mengerjakan matematika karena gangguan belajar, bukannya inatensi.
Tetapi ganggua defisit atensi dan hiperaktifitas sering ditemukan dengan
salah satu atau lebih gangguan belajar. Termasuk gangguan membaca,
gangguan matematika, dan gangguan ekspresi menulis.
E. Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Perjalanan penyakit ini agak berfariasi, gejala dapat menetap sampai
remaja atau kehidupan dewasa, gejala juga dapat menghilang pada masa
pubertas, atau hiperaktifitas menghilang tetapi penurunan rentang atensi
dan masalah pengendalaian implus mungkin menetap.2
9
Overaktifitas biasanya merupakan gejala pertama yang menghilang
dan distraktibilitas adalah yang terahir. Remisi mungkin tidak terjadi
sebelum usia 12 tahun, jika remisi memang terjadi, biasanya terjadi anata
usia 12 dan 20 tahun. Remisi dapat disertai dengan masa remaja dan
kehidupan dewasa yang produktif, hubungan interpersonal yang
memuaskan dan relative sedikit sela yang bermakna. Tetapi sebagian
besar pasien dengan ADHD mengalami remisi parsial, dan masalah belajar
masih terus ada.2
Pada 15-20 persen kasus pasien ADHD, gejala menetap sampai
dewasa, mereka dengan gangguan mungkin mernunjukkan penurunan
hiperaktifitas tetapi tetap impliusif dan rentan terhadap kecelakaan . anak
dengan ADHD yang gejalanya menetap sampai remaja dalah berada dalam
resiko tinggi untuk mengalami gangguan konduksi. Kira-kira 50% anak-
anak dengan gangguan konduksi akan mengembangkan kepribadian
antisocial di masa dewasanya, dan juga beresiko mengalami gangguan
berhubunan dengan zat.2
Secara keseluruhan, hasil akhir ADHD pada masa anak-anak
tampaknya berhubungan dengan jumlah gangguan konduksi yang menetap
dan faktor keluarga yang kacau. Hasil yang optimal tampaknya
dipermudah dengan menghilangkan agresi anak dan dengan memperbaiki
fungsi keluarga sedini mungkin.
Dampak dari ADHD terhadap tumbuh kembang seseorang anak.1
10
F. Tatalaksana
Tujuan utama dari tatalaksana anak dengan ADHD adalah
memperbaiki pola prilaku dan sikap anak dalam menjalankan fungsinya
sehari-hari dengan memperbaiki fungsi kontrol diri, sehingga anak mampu
memenuhi tugas dan tanggung jawab secara optimal sebagaimana anak
seusianya. Tujuan lainnya adalah memperbaiki pola adaptasi dan
penyesuaian sosial anak sehingga terbentuk suatu kemampuan adaptasi
yang lebih baik dan matur sesuai dengan tingkat perkembangan anak.1
1. Pendekatan psikofarmalogis pada anak dengan ADHD. obat pilihan
utamanya yaitu golongan psikostimulan. Dikenal ada 3 macam obat
golongan psikostimulan.
a. Golongan Metilfenidat (satu-satunya yang dapat ditemukan di
Indonesia
b.Golongan deksamfitamin
c. Golongan pamolin
Barkley, dkk mengatakan bahwa efektifitas pemakaina obat
golongan metilfenidat adalah sebesar 60-70% dalam mengurangi
gejala hiperaktifitas-implusifitas dan inatensi. Efek samping yang
sering ditemukan pada pemakaian obat ini adalah nyeri kepala, nyeri
lambung, mual dan insomnia, penarikan diri dari lingkungan sosial,
over fokus, letargi, agitasi,mudah menangi, cemas, sulit tidur dan
penurunan nafsu makan. Beberapa anak mengalami efek rebound
dimana mereka menjadi agak mudah marah dan tampak agak
hiperaktif selama waktu yang sangat singkat saat medikasi dihentikan.
Pada anak dengan riwayat TIK motorik, harus digunakan secara hati-
hati karna beberapa kasus dapat menyebabkan ekserbasi gangguan
TIK. 1,2
Jenis obat Dosis Efek samping Lama kerja Perhatian
Metilfenidat(tablet 10 mg, dan 20 mg)
0,3-0,7 mg/KgBB/hari.Biasanya dimulai dengan 5 mg/hr pada pagi hari.
Insomnia, penurunan nafsu makan, penurunan BB sakit kepala
Untuk jenis intermediate release (IR) maka lama kerja obat adalah 3-4 jam.
Tidak dianjurkan pada pasien dengan kecemasan
11
Dosis maksimal 60 mg/hr
Ireteble. Mulai kerja obat ini cepat (30-60 menit) efektif untuk 70% kasus, keamanan cuklup terjamin.
tinggi. Tik motorik, dan riwayat keluarga dengan Tourette.
Metilfenidat (Slow release 20 mg)
Dosis dimulai dg 20 mg pada pagi hari dan dapat ditingkatkan dg dosis 0,3-0,7 mg/KgBB /hari.Kadang perlu ditambahkan 5-10 mg metilfenidat pada pagi hari agar untuk mendapatkan efek awal yang lebih cepat. Dosis maksimal 60 mg/hr.
Insomnia, penurunan nafsu makan, penurunan BB sakit kepala Ireteble.
Untuk jenis slow release (SR), sekitar 3 jam. Terutama berguna untuk remaja dengan ADHD sehingga dapat menghindari pemberian obat disiang hari.
Awitan kerja lambat (1-2 jam setelah pemberian oral).Tidak dianjurkan pada pasien dengan tingkat kecemasan tinggi. Tik motorik, dan riwayat keluarga dengan Tourette.
Metilfenidat-OROS(18 mg, 36 mg, 54 mg)
Dosis dimulai dg 18 mg. sehari satu kali . dosis ditingkatkan dg dosis 0,3-0,7 mg/KgBB /hari
Insomnia, penurunan nafsu makan, penurunan BB sakit kepala Ireteble.
Untuk jenis Osmotic release oral system (OROS), sekitar 12 jam dengan kadar plasma obat yang relative stabil.
Tidak dianjurkan pada pasien dengan tingkat kecemasan tinggi. Tik motorik, dan riwayat keluarga dengan Tourette.
Antidepresan termasuk imipramine (Tofranil), desipramin, dan
nortiptyline (pamelor) telah digunakan untuk mengobati ADHD dengan
suatu keberhasilan. Obat anti depresan lain yang sering digunakan
adalah golongan penghambat ambilan serotonin yang bekerja secara
spesifik (SSRI: serotonin spesifik reuptake inhibitor) misalnya
Fluxetine. Pemberian Fluxetine 0,6 mg/KgBB dikatakan memberikan
respon sebesar 58% pada anak dengan ADHD yang berusia 7-15 tahun.
Antidepresan membutuhkan monitoring yang cermat pada fungsi
jantung.1,2
Obat lain juga yang sering digunakan dalam pengobatan iyalah
antidepresan golongan penghambat monoamine oksidase, seperti
Molobemide dengan dosis 3-5mg/KgBB/hari yang dibagi dalam 2 dosis
pemberian. Obat antipsikotik atipikal seperti risperidon juga dapat
12
digunakan untuk membantu menurunkan perilaku hiperaktifitas dan
agresifitas, walaupun demikin belum banyak penelitian yang
mengungkapkan hasilnya. Obat lainnya yang juga dapat digunakan
adalah obat obat antikonvulsan seperti golongan carbamazepine dan
obat antihipertensi seperti klonidin juga dikatakan dapat
membantumengurangi gejala pada anak dengan ADHD.1
2. Pendekatan psikologis 1
a. Adanya pelatihan ketrampilan sosial. Sebagaimana diketahui anak
dengan ADHD sering kali disertai dengan prilaku agresifitas dan
implusifitas. Kondisi ini membuat mereka tidak mampu untuk
menjalani relasi yang optimal sehingga yang sering terjadi mereka
disingkirkan dari kelompok teman sebayanya dan sulit untuk
mencari teman baru.dengan ketrampilan sosial diharapkan mereka
akan lebih mengerti norma–norma sosial yang berlaku dan
berperilaku serta bereaksi seesuai dengan norma yang ada.
b. Edukasi bagi orang tua dan guru untuk mendapatkan suatu bentuk
terapi prilaku yang disebut sebagai modifikasi perilaku.
c. Modifikasi perilaku merupakan suatu teknik terapi prilaku dengan
menggunakan prinsip ABC (antecedents, behavior dan
consequence). Antecedents adalah semua bentuk sikap, prilaku dan
juga kondisi yang terjadi sebelum anak menampilkan prilaku
tertentu. Missal cara guru dan orang tua dalam memberikan perintah
pada anak. Behaviour adalah prilaku yang ditampilkan oleh anak
(yang seharusnya inginj diubah), dan Consequence adalah reaksi
orang tua dan guru yang terjadi setelah anak menunjukkan prilaku
tertentu. Dalam modifikasi prilaku maka orang tua dan guru
diharapkan merubah antecedents, behavior dan consequence nya
sehingga diharapkan anak juga dapat merubah prilaku yang tadinya
kurang adaptatif menjadi lebih adaptatif.
d. Edukasi dan pelatihan pada guru merupakan sangat penting, Karena
masalah utama pada anak dengan ADHD adalah masalah akademis
dan sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah. Tingkat
13
pemahaman guru yang baik akan ADHD diharapkan akan meningkat
kan kemampuan guru dalam mengempati sikap, prilaku, dan reaksi
emosi anak didik mereka yang mengalami ADHD.
e. Family support group atau kelompok antar keluarga di dalam
kelompok ini orang tua akan merasa lebih nyaman dan secara
terbuka dapat mengemukakan masalah yang di alami anak mereka,
serta lebih mudah mengekspresikan apa yang mereka rasakan.
Dengan adanya kondisi ini orang tua akan mendapatkan dukungan
emosional dari sesame orang tua lainnya, serta mengurangi
penderitaan yang dialami dan dari pengalaman praktis dari para
orang tua lainnya dalam menangani berbagai masalah yang dihadapi
bai oleh anak maupun mereka para orang tua.
BAB III
KESIMPULAN
ADHD (Attention deficit hypereactivity disorder) atau gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH) adalah anak yang menunjukkan
14
perilaku hiperaktif, implusif, sulit memusatkan perhatian yang timbulnya lebih
sering, lebih persisten dengan tingkat yang lebih berat jika dibandingkan dengan
anak- anak lain yang seusianya.
ADHD dapat menjadi masalah pada anak karena akan mengalami
kesulitan menyesuaikan diri, baik di rumah, di sekolah maupun dalam berteman.
Semua kondisi ini tentunya mengganggu prestasi belajar dan berkembang anak
dan secara keseluruhan dapat membuat penurunan kualitas hidup anak di
kemudian hari. Sampai saat ini belum diketahui pasti penyebab dari ADHD.
Dari berbagai penelitian yang telah dilalkukan dikatakan adanya keterlibatan
dari faktor genetik, struktur anatomi dan neurokimiawi otak terhadap terjadinya
ADHD.
Gejala pada ADHD yaitu sulit memusatkan perhatian, overaktifitas,
implusivitas dan kesulitan berinteraksi dengan lingkungannya. Diagnosis dibuat
berdasarkan kriteria diagnostik DSM-V atau PPDGJ III.
Tatalaksana untuk anak dengan ADHD meliputi pendekatan
psikofarmalogis yaitu pemberian obat stimulan, antidepresan dan pendekatan
psikologis
DAFTAR PUSTAKA
1. Silvia D. Elvira. Buku Ajar Psikiatri UI edisi ke dua. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2013
15
2. Kaplan, Harold, MD. Sadock, Benjamin MD, Grebb, Jack MD. Sinopsis
psikiatri jilid 2. Binarupa Aksara. 2008
3. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition: DSM-
5 by American Psychiatric Association..2013
4. Muslim, Rusadi dr. Buku saku diagnosis jiwa Rujukan ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya
2003
16