42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Etika telah menjadi suatu bagian dari dunia kedokteran sejak awal perkembangannnya. Beberapa pernyataan dalam sumpah Hippocrates berhubungan dengan etika profesi medis. Sedangkan Ibnu Sina juga menulis tentang etika ini. Kekhawatiran mengenai etika dimasa lalu tidak seintensif sekarang. Dulu seorang dokter atau tabib akan dianggap sebagai seorang yang memiliki etika dan moralitas yang tinggi dalam menjalankan profesinya dan hal ini merupakan suatu hal yang benar-benar nyata karena religiusitas telah menjadi karakteristik utama dari kehidupan dimasa lalu. Pada masa seperempat abad terakhir dan abad ke-20, pertimbangan etika menjadi perhatian utama oleh karena beberapa alasan. Alasan pertama yaitu fenomena sosial yang menghendaki adanya pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia (dalam hal ini adalah pasien) yang membawa konsekuensi pada: perubahan pola hubungan dokter pasien, pengambilan keputusan medis, (dari paternalistik ke informed consent). Alasan kedua adalah fenomena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang tidak dibarengi dengan perkembangan nilai etik dan moral telah memunculkan masalah-masalah yang memiliki dimensi moral, seperti pertolongan hidup, fertilisasi in vitro, Steem cell, Clning reproduksi atau terapi, dan masalah-masalah lain. Alasan ketiga yaitu adanya peningkatan kejahatan moral yang dilakukan oleh praktisi medis, dimana profesi medis menemukan dirinya 1

REFERAT BARU

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGEtika telah menjadi suatu bagian dari dunia kedokteran sejak awal perkembangannnya. Beberapa pernyataan dalam sumpah Hippocrates berhubungan dengan etika profesi medis. Sedangkan Ibnu Sina juga menulis tentang etika ini.Kekhawatiran mengenai etika dimasa lalu tidak seintensif sekarang. Dulu seorang dokter atau tabib akan dianggap sebagai seorang yang memiliki etika dan moralitas yang tinggi dalam menjalankan profesinya dan hal ini merupakan suatu hal yang benar-benar nyata karena religiusitas telah menjadi karakteristik utama dari kehidupan dimasa lalu.Pada masa seperempat abad terakhir dan abad ke-20, pertimbangan etika menjadi perhatian utama oleh karena beberapa alasan. Alasan pertama yaitu fenomena sosial yang menghendaki adanya pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia (dalam hal ini adalah pasien) yang membawa konsekuensi pada: perubahan pola hubungan dokter pasien, pengambilan keputusan medis, (dari paternalistik ke informed consent). Alasan kedua adalah fenomena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang tidak dibarengi dengan perkembangan nilai etik dan moral telah memunculkan masalah-masalah yang memiliki dimensi moral, seperti pertolongan hidup, fertilisasi in vitro, Steem cell, Clning reproduksi atau terapi, dan masalah-masalah lain. Alasan ketiga yaitu adanya peningkatan kejahatan moral yang dilakukan oleh praktisi medis, dimana profesi medis menemukan dirinya berada dalam sebuah dilema karena nilai-nilai dan moral tidak lagi menjadi bagian dari kurikulum kedokteran sekunder. Dan alasan keempat yaitu tuntutan peningkatan profesionalisme dokter dalam melakukan praktek (Five Stars dokter dan Area Kompetensi dari Konsil Kedokteran Indonesia), sehingga Bioetika diharapkan mampu menjawab tantangan untuk meningkatkan profesionalisme lulusan pendidikan dokter Indonesia.Hal ini menjelaskan mengapa etika menjadi suatu disiplin ilmu yang tersendiri dalam praktik medis modern. Sementara itu kaum muslim tidak menemui masalah dilema serupa karena mereka telah memelihara hukum Ketuhanan (shariati secara utuh. Tidak seperti hukum sekuler Eropa, hukum Islam didasarkan pada suatu system moralitas yang lengkap sehingga mampu mengatasi semua masalah-masalah moral yang muncul dalam dunia kedokteran dari sudut pandang legal. Hukum Islam juga sangat fleksibel dan mampu beradaptasi dengan banyak situasi baru. Dengan kata lain, kaum muslimin tidak memerlukan pembicaraan tentang etika sebagai bagian yang tepisah karena sudah dimasukkan dalam hukum Islam.Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat akses informasi yang beredar seolah tak terbendung. Masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihan, yang salah satunya adalah pilihan dalam urusan kesehatan. Dengan akses informasi yang tak terbatas inilah, masyarakat semakin diperdalam pengetahuannya dalam bidang kesehatan, terutama mengenai hak hak yang wajib mereka dapat dan bahkan mengenai penyakit yang mereka derita. Seorang dokter yang baik tentu harus memperhatikan hal tersebut, agar bisa mengimbangi pasien yang datang untuk berobat padanya. Penerapan kaidah bioetik merupakan sebuah keharusan bagi seorang dokter yang berkecimpung didalam dunia medis, karena kaidah bioetik adalah sebuah panduan dasar dan standar, tentang bagaimana seorang dokter harus bersikap atau bertindak terhadap suatu persoalan atau kasus yang dihadapi oleh pasiennya.Kaidah bioetik harus dipegang tegush oleh seorang dokter dalam proses pengobatan pasien, sampai pada tahap pasien tersebut tidak mempunyai ikatan lagi dengan dokter yang bersangkutan.

BAB IITINJUAN PUSTAKA

2.1 Unsur dan Pembagian Teori EtikaEtika didefinisikan sebagai segala bentuk cara pandang dan pemahaman kehidupan moral. Pendekatan masalah moral dalam kedokteran ditentukan oleh latar belakang budaya, falsafah hidup dan pedoman hidup.a. Bioetika Istilah Bioetik pertama kali muncul pada tahun 1974, dan diperkenalkan oleh Van Rensselaer Potter dalam bukunya Bioethics: Bridge to the Future (1971). Ia mendifinisikan bioetika sebagai sebuah disiplin ilmu yang mengkombinasikan pengetahuan biologi dengan pengetahuan sistim nilai manusiawi. Jauh sebelum lahir bioetika, di kebudayaan barat, dikenal Sumpah Hipocrates (abad III dan IV SM) yang berisi implikasi etika kedokteran: kewajiban etika dokter berhadapan dengan guru dan keluarga serta hubungan antara dokter dengan pasien. Sumpah ini merupakan bagian dari Corpus Hippocraticum, kumpulan tulisan yang diklasifikasikan para Bapak Kedokteran. Di lain budaya, dapat ditemukan juga Sumpah Inisiasi, Caraka Samhita dari India abad I, Sumpah Asaph abad III-IV dan Nasihat kepada seorang dokter abad X yang datang dari dunia Arab. Ada juga lima perintah dan sepuluh tuntutan dari Chen Shih Kung, tabib Cina pada abad XVII . Sintesis dari pedoman etika itu dirangkum dalam konsep latin primum non nocere yang artinya dari semua, tidak membuat sakit. Menjelang pada abad XIX, Thomas Percival, Bapak Etika Kedokteran membuat semacam etika dasar untuk praktek kedokteran. Pada abad XIX bermunculan di berbagai negara, Asosiasi Perserikatan Para Dokter. Dan setelah perang dunia ke II, muncul Hukum Keperawatan dan Hukum Nuremburg (1946), Deklarasi Genewa (1948) dalam 2 pertemuan pentingnya th. 1948 dan 1949 dengan mengembangkan Hukum Internasional Etika Kedokteran.Dengan pengetahuannya Potter menggunakan istilah bioetik untuk pertama kalinya. Tokoh lain yang menggunakan istilah ini adalah Andr Helleger, bidan Belanda yang bekerja di Universitas Georgetown. Enam bulan setelah Potter, Helleger memberikan nama sebuah pusat studi bioetika pertama di USA: Joseph and Rose Kennedy Institute for Human Study of Human Reproduction and Bioethics di Universitas Washington DC pada 1 Juli 1971. W.T Reich menegaskan bahwa bioetika lahir di dua tempat, di Madison Wisconsin dan Universitas Georgetown. Istilah bioetik menunjuk pada 2 hal: ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai kemanusiaan. Selain WT Reich, secara khusus, bioetik di USA mempunyai sejarah tersendiri, sebagaimana dikemukakan oleh Alberth R. Jonsen. Ia memberikan beberapa tahap perkembangan bioetik: Adminission and Policy th 1962 di Pusat Kedokteran Universitas Seattle, New England Journal of Medicine (1966), Komisi Nasional Alabama, Informe Belmont, Havard Medical School, Kasus Karen A Quinlan 1975, dan yang paling berpengaruh kemudian adalah Hasting Center (1969). Dalam sejarah awal ini, bioetik berkutat hanya pada masalah kesehatan dan kedokteran.Perkembangan bioetika selanjutnya tidak terbatas pada masalah kesehatan dan kedokteran saja. L. Feito mengatakan bahwa bioetika adalah ilmu baru yang mempelajari tindakan manusia dan ilmu yang berkaitan dengan hidup. Bidang bioetika pada tahap ini adalah : Etika Biomedika, Etika Gen Manusia, Etika Binatang dan etika lingkungan hidup.Sepanjang perjalanan sejarah dunia Kedokteran, banyak defenisi dan paham mengenai bioetika yang dilontarkan oleh para ahli etika dari berbagai belahan dunia. Pendapat pendapat ini dibuat untuk merumuskan suatu pemahaman bersama tentang apa itu bioetika.Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi buatan, dan rekayasa genetik, membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan. ( Bartens, 2001).Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan Ilmu kedokteran, pada skala mikro maupun makro, termasuk dampaknya terhadap masyarakat luas serta sistem nilainya, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya masalah pada masa yang akan datang.Bioetika merupakan pandangan lebih luas dari etika kedokteran karena begitu saling mempengaruhi antara manusia dan lingkungan hidup. Bioetika merupakan genus, sedangkan etika kedokteran merupakan spesies.Di Indonesia bioetika baru berkembang sekitar satu dekade terakir yang dipelopori oleh pusat pengembangan etika universitas atma jaya jakarta. Perkembangan ini sangat menonjol setelah universitas Gajah mada Yogyakarta yang melaksanakan pertemuan bioethics 2000., An International Exchange dan pertemuan nasional 1 bioetika dan humaniora pada bulan agustus 2000. Pada waktu itu universitas Gajah mada juga mendirikan Center for Bioethics and Medical Humanities. Dengan terselengaranya pertemuan nasional 2 bioetika dan humaniora pada tahun 2002 di bandung, pertemuan 3 pada tahun 2004 di Jakarta dan pertemuan 4 pada tahun 2006 di Surabaya serta telah terbentuknya Jaringan Bioetika dan Humaniora Kesehatan Indonesia ( JBHKI ) pada tahun 2002, diharapkan studi bioetika akan lebih berkembang dan tersebar luas di seluruh indonesia pada masa datang.Humaniora atau humanities merupakan pemikiran yang berkaitan dengan martabat dan kodrat manusia seperti yang terdapat dalam sejarah, filsafat, etika, bahasa dan satra.Etika kedokteran, etik (ethics) berasal dari kata yunani ethos yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap, yang baik, yang layak. Menurut kamus umum bahasa indonesia (Purwadarminta, 1993), etika adalah ilmu pengetahuan tentang azas, akhlak. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988), etika adalah:1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang kewajiban moral.2. Kumpulan atau seperangkat asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak3. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakatMenurut kamus kedokteran (Ramali dan Pamuncak,1987), etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam suatu profesi. Istilah etika dan etik sering di pertukarkan pemakaiannya dan tidak jelas perbedaan diantara keduanya. Dalam buku ini, yang dimaksud dengan etika adalah ilmu yang mempelajari asas, akhlak, sedangkan etik adalah seperangkat asas atau nilai yang berkaitan dengan akhlak seperti dalam kode etik. Istilah etis biasanyaa digunakan untuk menyatakan sesuatu sikap atau pandangan yang secara etis dapat diterima (ethically acceptable) atau tidak dapat diterima (ethically unacceptable) tidak etis.

b. Unsur etika1. Nilai : Pra-moral : tidak/belum merujuk pada suatu norma konkrit perilaku manusia; misal : kesehatan, kehidupan, integritas fisik, seksualitas. Moral : mengharuskan manusia melakukan/merujuk sesuatu tindakan konkrit pada suatu norma konkrit; misal : kesetiaan yakni utk menepati janji, keadilan yakni kesediaan menghargai hak orang lain.2. Norma = prinsip dasar : Proposisi (dalil) pemindah nilai ke tingkat kehidupan konkrit, baik fungsi positif atau negatif. Ungkapan teknis pengalaman etis manusia Generalisasi relevan tentang apa yang secara normal relevan.c. Pembagian teori etikaDitinjau dari segi inti :1. Etika kebijaksanaan : a. Dasar agama/kepercayaan : moralitas agama non-samawi.b. Dasar filsafat : etika kebahagian (Yunani).2. Etika kewajiban : a. Dasar agama : moralitas agama samawi (etika teonom)b. Dasar filsafat : Immanuel Kant (etika otonom). Ditinjau dari segi metodologisnya :1. Etika Substantif Dasarnya etika kebijaksanaan atau etika kewajiban.2. Etika Prosedural : a. Dasar Keadilan : contoh John Rawlsb. Dasar Komunikasional : contoh Juergen HabermasDitinjau dari segi subyek pelaksananya :1. Etika maksim (prinsip subyektif bertindak, sikap dasar hati nurani ketika bersikap-tindak-perilaku-konkrit).Misalnya etika kebijaksanaan. Bisa dilihat konteksnya, keterarahan pada maksim tertentu yang merangkai dalam satu jalinan makna (seperti tanggungjawab), dapat memperlihatkan watak seseorang dan dapat membedakan antara legalitas dan moralitas.2. Etika norma-normaDasarnya ialah peraturan-peraturan (hukum) sehingga tak bisa membedakan legalitas moralitas.2.2 Prinsip prinsip Bioetika UmumPembelajaran etika tidak membelajarkan keputusan apa yang harus diambil, namun membelajarkan bagaimana cara mengambil keputusan tersebut. Pada praktiknya, satu prinsip dapat dibersamakan dengan prinsip yang lain. Tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi yang berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan terakhir disebut dengan prima facie. Fondasi etika kedokteran dibangun oleh 3 hal pokok yaitu: moralitas eksternal, etika internal dan moralitas internal. Moralitas eksternal merupakan teori-teori etika yang diterapkan dalam dunia kedokteran. Sedangkan etika internal adalah kode etik profesi yang dibuat dan ditetapkan oleh dokter dan untuk dokter sebagai bentuk pertanggungjawaban profesi pada masyarakat. Yang membuat dinamis adalah moralitas internal. Moralitas internal adalah merupakan fenomena umum yang terjadi dalam hubungan dokter pasien. Dalam konteks ini amat tergantung dengan fakta empirik yang ada pada pasien secara individual. Menurut Pellegrino, meskipun ketiga aspek tersebut tumbuh dan berkembang secara bebas satu sama lain, empat principle based of bioethics atau kini populer dengan kaidah dasar bioetika dari Beuchamps and Childress merupakan salah satu contoh teori yang dapat menyatukan antara moralitas eksternal dan fakta empirik klinik (moralitas internal). Etika kedokteran sebagai profesi luhur, bersama dengan etika lingkungan hidup dan ilmu pengetahuan telah memberi andil terhadap kaidah dasar ini dengan menyumbangkan 4 kaidah dasar bioetika yakni: sikap berbuat baik (beneficence), tidak merugikan orang lain (non maleficence), berlaku adil (justice) dan menghormati otonomi pasien (autonomy).

1. Beneficence (Prinsip Murah Hati) Dalam arti bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia, dokter tersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat. Perlakuan terbaik kepada pasien merupakan poin utama dalam kaidah ini. Kaidah beneficence menegaskan peran dokter untuk menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk. Prinsip prinsip yang terkandung didalam kaidah ini adalah;a. Mengutamakan Alturisme yaitu menolong tanpa pamrih, rela berkorbanuntuk kepentingan orang lain.b. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia.c. Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan seorang dokter.d. Tidak ada pembatasan goal based.e. Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu keburukannya.f. Paternalisme bertanggung jawab/kasih sayang.g. Menjamin kehidupan baik-minimal manusia.h. Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan.i. Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain inginkan.j. Memberi suatu resep berkhasiat namun murah.k. Mengembangkan profesi secara terus menerus.l. Minimalisasi akibat buruk.

2. Non Malficence ( Prinsip Tidak Merugikan ) Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Non-malficence mempunyai ciri-ciri:a. Menolong pasien emergensi.b. Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah : pasien dalam keadaan amat berbahaya atau beresiko hilangnya sesuatu yang penting (gawat), dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut, tindakan kedokteran tersebut terbukti efektif, manfaat bagi pasien lebih banyak daripada kerugian dokter atau hanya mangalami risiko minimal.c. Mengobati pasien yang lukad. Tidak membunuh pasien ( tidak melakukan euthanasia)e. Tidak menghina / mencaci maki / memanfaatkan pasienf. Tidak memandang pasien sebagai objekg. Melindungi pasien dari seranganh. Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokteri. Tidak membahayakan pasien karena kelalaianj. Menghindari misrepresentasi dari pasienk. Tidak memberikan semangat hidupl. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan atau kerumah skitan yang merugikan pihak pasien dan keluarganya

3. Autonomi (Self Determination)Dalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia. Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri. Autonomi bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri. Kaidah Autonomi mempunyai prinsip prinsip sebagai berikut:a. Menghargai hak menentukan nasib sendirib. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusanc. Berterus terang menghargai privasid. Menjaga rahasia pasiene. Menghargai rasionalitas pasienf. Melaksanakan Informed Consentg. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendirih. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasieni. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendirij. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensik. Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikann pasien l. Mejaga hubungan atau kontrak

4. Justice (Prinsip Keadilan) Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter terhadap pasiennya. Justice mempunyai ciri-ciri :a. Memberlakukan segala sesuatu secara universalb. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukanc. Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang samad. Menghargai hak sehat pasiene. Menghargai hak hukum pasienf. Menghargai hak orang laing. Menjaga kelompok rentanh. Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status social, dan sebagainyai. Tidak melakukan penyalahgunaanj. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasienk. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannyal. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian secara adilm. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompetenn. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepato. Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan kesehatanp. Bijak dalam makro alokasi

2.3 Aborsia. Definisi AborsiGugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur.Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi: Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebab-sebab alami. Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja. Termasuk di dalamnya adalah: Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, terkadang dilakukan sesudah pemerkosaan. Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat. Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan untuk spontaneous abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced abortion.b. Prinsip Prinsip Etika Dan Moral Tentang AborsiAbortus buatan dapat bersifat illegal (abortus provocatus criminalis) atau legal (abortus provocatus therapeuticus). Abortus buatan illegal yang dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten biasanya memakai cara-cara seperti memijit-mijit perut bagian bawah, memasukkan benda asing atau jenis tumbuh-tumbuhan kedalam leher rahim, pemakaian bahan-bahan kimia yang dimasukkan ke dalam jalan lahir dan lain-lain sehingga terjadi infeksi yang berat bahkan dapat berakibat kematian. Abortus buatan yang legal dilakukan hanya berdasarkan indikasi medis, dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan/suami, dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang kompeten di suatu sarana kesehatan tertentu. Cara yang digunakan dapat berupa tindakan bedah (kuretasi atau aspirasi vakum) atau dengan cara medis dan dilaksanakan di rumah sakit atau klinis-klinis. (Hanafiah, 1999).Dalam Deklarasi Oslo 1970 tentang abortus atas indikasi medis, disebutkan bahwa dasar moral yang dijiwai oleh seorang dokter adalah lafal sumpah dokter yang berbunyi saya akan menghormati hidup insane sejak saat pembuahan. Atas dasar ini abortus buatan dengan indikasi medis hanya dilakukan berdasarkan atas syarat syarat sebagai berikut:1. Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.2. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan sedapat mungkin disetujui secara tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih sesuai dengan kompetensi professional. 3. Prosedur pengguguran hendaknya dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten di instalasi yang diakui oleh suatu otorita yang sah.4. Jika dokter merasa bahwa hati nuraninya tidak membenarkan untuk melakukan pengguguran tersebut ,maka ia berhak untuk mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan medis tertentu itu kepada sejawatnya yang lain yang kompeten.Meskipun deklarasi Oslo 1970 itu didukung oleh General Assembly dari WMA, namun tidak mengikat para anggotanya.Di sejumlah Negara,aborsi dilihat sebagai cara menangani penyakit sosial seperti perkawinan yang tidak menentu, kelahiran haram, dan bentuk-bentuk lain dari orang tua tunggal, pencarian kesejahteraan, kekerasan pria (perkosaan, inces), dan ancaman kelebihan penduduk. Ketika bangsa-bangsa mengabaikan penyakit sosial ini, mereka mengembangkan ketergantungan yang semakin besar pada aborsi sebagai solusi yang cepat dan serbaguna. Aborsi lantas menjadi makin lazim tetapi kemiskinan, inces dan orang tua tunggal tidak menghilang. (Teichman J, 1998)2.4 MalpraktekApa sebenarnya malpraktek? Apakah yang merupakan kewajiban seorang dokter terhadap pasiannya, atau apa sebenarnya standar pelayanan medic, dan bagaimana pandangan atau pendapat seorang dokter terhadapnya? Apa yang dinamakan kerugian atau merugikan?Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi yuridis. Secara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan praktek mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau tindakan yang salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi. Sedangkan difinisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seseorang dokter atau bidan untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956).Berlakunya norma etika dan norma hukum dalam profesi kesehatan. Di dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga bidan berlaku norma etika dan norma hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah seharusnyalah diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice.a. Jenis-jenis malpraktekUntuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan Administrative malpractice.1. Criminal malpractise Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni :a. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan tercela.b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah yang berupa kesengajaan, kecerobohan. Criminal malpractice yang bersifat sengaja misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP).Criminal malpractice yang bersifat ceroboh misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent.Criminal malpractice yang bersifat lalai misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien.Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan2. civil malpractise Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji).Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya.c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.3. Administrative malpractice Tenaga bidan dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga bidan tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga bidan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga bidan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi.

b. Pertanggung Jawaban malpraktek dalam Hukum PidanaUntuk mempidana seseorang disamping orang tersebut melakukan perbuatan yang dilarang dikenal pula azas Geen Straf Zonder Schuld (tiada pidana tanpa kesalahan). Azas ini merupakan hukum yang tidak tertulis tetapi berlaku dimasyarakat dan juga berlaku dalam KUHP, misalnya pasal 48 tidak memberlakukan ancaman pidana bagi pelaku yang melakukan perbuatan pidana karena adanya daya paksa. Oleh karena itu untuk dapat dipidananya suatu kesalahan yang dapat diartikan sebagai pertanggungjawaban dalam hukum pidana haruslah memenuhi 3 unsur, sebagai berikut :1. Adanya kemampuan bertanggung jawab pada petindak artinya keadaan jiwa petindak harus normal.2. Adanya hubungan batin antara petindak dengan perbuatannya yang dapat berupa kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa).3. Tidak adanya alas an penghapus kesalahan atau pemaaf.

Perbedaaan kesengajaan dan kealpaanMengenai kesengajaan, KUHP tidak menjelaskan apa arti kesengajaan tersebut. Dalam Memorie van Toelichting (MvT), kesengajaan diartikan yaitu melakukan perbuatan yang dilarang dengan dikehendaki dan diketahui.Dalam tindakannya, seorang dokter terkadang harus dengan sengaja menyakiti atau menimbulkan luka pada tubuh pasien, misalnya : seorang ahli dokter kandungan yang melakukan pembedahan Sectio Caesaria untuk menyelamatkan ibu dan janin. Ilmu pengetahuan (doktrin) mengartikan tindakan dokter tersebut sebagai penganiayaan karena arti dan penganiayaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada orang lain. Didalam semua jenis pembedahan sebagaimana sectio caesare tersebut, dokter operator selalu menyakiti penderita dengan menimbulkan luka pada pasien yang jika tidak karena perintah Undang-Undang si pembuat luka dapat dikenakan sanksi pidana penganiayaan. Oleh karena itu, didalam setiap pembedahan, dokter operator haruslah berhati-hati agar luka yang diakibatkannya tersebut tidak menimbulkan masalah kelak di kemudian hari. Misalnya terjadi infeksi nosokomial (infeksi yang terjadi akibat dilakukannya pembedahan) sehingga luka operasi tidak bisa menutup. Bila ini terjadi dokter dianggap melakukan kelalaian atau kealpaan.Kealpaan merupakan bentuk kesalahan yang tidak berupa kesengajaan, akan tetapi juga bukan sesuatu yang terjadi karena kebetulan. Dalam kealpaan sikap batin seseorang menghendaki melakukan perbuatan akan tetapi sama sekali tidak menghendaki ada niatan jahat dari petindak. Walaupun demikian, kealpaan yang membahayakan keamanan dan keselamatan orang lain tetap harus dipidanakan.Moeljatno menyatakan bahwa kesengajaan merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan dengan menentang larangan, sedangkan kealpaan adalah kekurang perhatian pelaku terhadap obyek dengan tidak disadari bahwa akibatnya merupakan keadaan yang dilarang, sehingga kesalahan yang berbentuk kealpaan pada hakekatnya sama dengan kesengajaan hanya berbeda gradasi saja.

c. Penanganan Malpraktek di IndonesiaSistem hukum di Indonesia yang salah satu komponennya adalah hukum substantive, diantaranya hukum pidana, hukum perdata dan hukum administrasi tidak mengenal bangunan hukum malpraktek.Sebagai profesi, sudah saatnya para dokter mempunyai peraturan hukum yang dapat dijadikan pedoman bagi mereka dalam menjalankan profesinya dan sedapat mungkin untuk menghindari pelanggaran etika kedokteran.Keterkaitan antara pelbagai kaidah yang mengatur perilaku dokter, merupakan bibidang hukum baru dalam ilmu hukum yang sampai saat ini belum diatur secara khusus. Padahal hukum pidana atau hukum perdata yang merupakan hukum positif yang berlaku di Indonesia saat ini tidak seluruhnya tepat bila diterapkan pada dokter yang melakukan pelanggaran. Bidang hukum baru inilah yang berkembang di Indonesia dengan sebutan Hukum Kedokteran, bahkan dalam arti yang lebih luas dikenal dengan istilah Hukum Kesehatan.Istilah hukum kedokteran mula-mula diunakan sebagai terjemahan dari Health Law yang digunakan oleh World Health Organization. Kemudian Health Law diterjemahkan dengan hukum kesehatan, sedangkan istilah hukum kedokteran kemudian digunakan sebagai bagian dari hukum kesehatan yang semula disebut hukum medik sebagai terjemahan dari medic law.Sejak World Congress ke VI pada bulan agustus 1982, hukum kesehatan berkembang pesat di Indonesia. Atas prakarsa sejumlah dokter dan sarjana hukum pada tanggal 1 Nopember 1982 dibentuk Kelompok Studi Hukum Kedokteran di Indonesia dengan tujuan mempelajari kemungkinan dikembangkannya Medical Law di Indonesia. Namun sampai saat ini, Medical Law masih belum muncul dalam bentuk modifikasi tersendiri. Setiap ada persoalan yang menyangkut medical law penanganannya masih mengacu kepada Hukum Kesehatan Indonesia yang berupa Undang-Undang No. 23 Tahun 1992, KUHP dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Kalau ditinjau dari budaya hukum Indonesia, malpraktek merupakan sesuatu yang asing karena batasan pengertian malpraktek yang diketahui dan dikenal oleh kalangan medis (kedokteran) dan hukum berasal dari alam pemikiran barat. Untuk itu masih perlu ada pengkajian secara khusus guna memperoleh suatu rumusan pengertian dan batasan istilah malpraktek medik yang khas Indonesia (bila memang diperlukan sejauh itu) yakni sebagai hasil oleh piker bangsa Indonesia dengan berlandaskan budaya bangsa yang kemudian dapat diterima sebagai budaya hukum (legal culture) yang sesuai dengan system kesehatan nasional.Dari penjelasan ini maka kita bisa menyimpulkan bahwa permasalahan malpraktek di Indonesia dapat ditempuh melalui 2 jalur, yaitu jalur litigasi (peradilan) dan jalur non litigasi (diluar peradilan).Untuk penanganan bukti-bukti hukum tentang kesalahan atau kealpaan atau kelalaian dokter dalam melaksanakan profesinya dan cara penyelesaiannya banyak kendala yuridis yang dijumpai dalam pembuktian kesalahan atau kelalaian tersebut. Masalah ini berkait dengan masalah kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh orang pada umumnya sebagai anggota masyarakat, sebagai penanggung jawab hak dan kewajiban menurut ketentuan yang berlaku bagi profesi. Oleh karena menyangkut 2 (dua) disiplin ilmu yang berbeda maka metode pendekatan yang digunakan dalam mencari jalan keluar bagi masalah ini adalah dengan cara pendekatan terhadap masalah medik melalui hukum. Untuk itu berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia (SEMA RI) tahun 1982, dianjurkan agar kasus-kasus yang menyangkut dokter atau tenaga kesehatan lainnya seyogyanya tidak langsung diproses melalui jalur hukum, tetapi dimintakan pendapat terlebih dahulu kepada Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK).Majelis Kehormatan Etika Kedokteran merupakan sebuah badan di dalam struktur organisasi profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI). MKEK ini akan menentukan kasus yang terjadi merpuakan pelanggaran etika ataukah pelanggaran hukum. Hal ini juga diperkuat dengan UU No. 23/1992 tentang kesehatan yang menyebutkan bahwa penentuan ada atau tidaknya kesalahan atau kelalaian ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan (pasal 54 ayat 2) yang dibentuk secara resmi melalui Keputusan Presiden (pasal 54 ayat 3).Pada tanggal 10 Agustus 1995 telah ditetapkan Keputusan Presiden No. 56/1995 tentang Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK) yang bertugas menentukan ada atau tidaknya kesalahan atau kelalaian dokter dalam menjalankan tanggung jawab profesinya. Lembaga ini bersifat otonom, mandiri dan non structural yang keanggotaannya terdiri dari unsur Sarjana Hukum, Ahli Kesehatan yang mewakili organisasi profesi dibidang kesehatan, Ahli Agama, Ahli Psikologi, Ahli Sosiologi. Bila dibandingkan dengan MKEK, ketentuan yang dilakukan oleh MDTK dapat diharapkan lebih obyektif, karena anggota dari MKEK hanya terdiri dari para dokter yang terikat kepada sumpah jabatannya sehingga cenderung untuk bertindak sepihak dan membela teman sejawatnya yang seprofesi. Akibatnya pasien tidak akan merasa puas karena MKEK dianggap melindungi kepentingan dokter saja dan kurang memikirkan kepentingan pasien.

d. Upaya Pencegahan Dalam Menghadapi Tuntutan MalpraktekDengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga bidan karena adanya malpraktek diharapkan para bidan dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian berbentuk daya upaya bukan perjanjian akan berhasil.b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau doktere. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.

2.5 Kewajiban dan Hak Dokter Serta PasienSemua hak melahirkan kewajiban, demikian pula sebaliknya. Hak memberi kenikmatan dan keleluasaan kepada individu di dalam melaksanakannya. Sedangkan kewajiban adalah pembatasan dan beban. Hak di dalam pengertian umum yaitu tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas. Hak dan kewajiban sendiri merupakan kewenangan yang diberikan kepada seseorang oleh hukum. Letak perbedaan yang mendasar antara hak dan kewajiban serta hukum adalah hak dan kewajiban bersifat individual atau melekat pada individu. Hubungan dokter-pasien merupakan hubungan antar sesama manusia. Oleh karena itu mungkin saja terjadi perselisihan antara dokter-pasien. Sehingga perlu dibina hubungan dokter dan pasien. Pada prinsipnya hubungan dokter dan pasien dapat dibina bila masing-masing antar dokter dan pasien menjalankan hak dan kewajiban antara mereka sendiri. Adapun kewajiban dokter antara lain: (Indriyati, 2008)1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah kedokteran.2. Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi.3. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.4. Setiap dokter wajib melindungi hak insani.5. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.6. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan menggunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penderita.7. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita, bahkan setelah penderita meninggal dunia.8. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.Sedangkan hak dokter antara lain: (Indriyati, 2008)1. Melakukan praktik dokter setelah memperoleh surat izin dokter dan surat izin praktik.2. Memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari pasiennya tentang penyakitnya.3. Bekerja sesuai standar profesi.4. Menolak melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan etika, hukum, agama, dan hati nuraninya.5. Mengakhiri hubungan dengan pasiennya, jika menurut penilaiannya kerja sama dengan pasiennya tidak ada gunanya lagi kecuali dalam keadaan gawat darurat.6. Hak atas privasi dokter.7. Mengeluarkan surat-surat keterangan dokter.8. Menerima imbalan jasa.Selain dokter, pasien pun memiliki kewajiban dan hak sendiri. Kewajibannya antara lain: (Indriyati, 2008)1. Memeriksakan diri sedini mungkin kepada dokter.2. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya.3. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.4. Menandatangani surat-surat Persetujuan Tindakan Medis atau Informed Consent (IC), surat jaminan dirawat di rumah sakit.5. Yakin pada dokternya dan yakin akan sembuh.6. Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya pengobatan serta honorarium dokter.Adapun hak pasien antara lain: (Indriyati, 2008)1. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk meninggal secara wajar.2. Memperoleh pelayanan kedokteran dan keperawatan secara manusiawi sesuai dengan standar profesi baik kedokteran maupun keperawatan.3. Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan.4. Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran dan keperawatan yang akan diikutinya.5. Menolak atau menerima keikutsertaannya dalam riset kesehatan dan kedokteran.6. Dirujuk kepada dokter spesialis bila diperlukan.7. Kerahasiaan dan rekam mediknya atas hal pribadi.8. Memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah sakit.9. Berhubungan dengan keluarga, penasihat rohani, dan lain-lain.10. Memperoleh perincian biaya.

2.6 Contoh contoh Kasus Bioetik Kasus IDokter Bagus bertugas di desa terpencil yang sangat jauh dari kota. Ia bertugas di sebuah Puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantri. Dokter Bagus bertugas dari pagi sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari. Suatu hari ada 5 orang pasien yang sudah mengantri. Seorang Ibu yang datang dengan keluhan demam 2 hari lalu disertai batuk dan pilek mendapat giliran pertama untuk diperiksa oleh Dokter Bagus. Setelah memeriksa pasien tersebut, Dokter Bagus memberikan beberapa macam obat dan vitamin serta nasehat agar istirahat cukup.

Prinsip bioetik yang terkandung dalam kasus ini adalah:1. Beneficence Mengutamakan Altruisme (menolong tanpa pamrih) : bersedia bekerja di desa terpecil dan melayanani masyarakat disana hingga malam hari. Memandang pasien tidak hanya sejauh menguntungkan dokter : memberikan obat dan vitamin yang tidak berlebihan karena ia merasa beberapa macam obat saja sudah cukup untuk menyembuhkan pasien. Ia tidak mengambil keuntungan dari menjual obat. Paternalisme bertanggung jawab atau berkasih sayang: melayani si Ibu yang sudah datang mengantri ke tempatnya bekerja. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan : ia tidak hanya memberikan obat, tapi juga vitamin dan bahkan memberi nasehat agar si ibu beristirahat dengan cukup. Kewajiban menolong pasien gawat darurat : siap melayani masyarakat yang sakit dari pagi hingga malam hari.

2. Justice Menghargai hak sehat pasien (affordebillity, equality, accesibillity, availabillity, quality) : melayani si Ibu dengan baik. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien : tidak memberikan perlakuan dan obat-obatan yang bermacam-macam.

Kasus IISeorang anak balita tampak lemah digendong oleh ibunya. Ibunya mengatakan bahwa anak tersebut sudah 2 hari buang air besar. Setelah memeriksa si anak, Dokter Bagus menyarankan agar anak tersebut di rawat di rumah sakit. Akan tetapi karena masalah biaya, si ibu menolak. Akhirnya Dokter Bagus memberikan obat dan ORALIT, serta berencana untuk mampir ke rumah si ibu untuk melihat keadaan anaknya setelah pulang bekerja.

Prinsip bioetik yang terkandung dalam kasus ini:1. Beneficence Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibanding dengan keburukannya : memberi rujukan ke Rumah Sakit karena hal itu dirasa lebih perlu. Paternalisme bertanggung jawab atau berkasih sayang : melayani pasien yang sudah mengantri dan juga berencana mengontrol anak si ibu setelah pulang bekerja. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan atau preferensi pasien : tidak hanya memberi obat dan ORALIT, tapi juga berencana mengontrol anak si ibu setelah pulang bekerja. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan : menghargai keputusan si ibu yang tidak membawa anaknya ke rumah sakit. Memberikan obat berkhasiat namun murah : pemberian ORALIT2. Autonomy Menghargai hak menentukan nasih sendiri, menghargai martabat pasien : menghargai keputusan si ibu yang tidak membawa anaknya ke rumah sakit. Menghargai rasionalitas pasien : menghargai keputusan si ibu yang tidak membawa anaknya ke rumah sakit dikarenakan alasan biaya. Menjaga hubungan (kontrak) : berencana mengontrol kondisi anak si ibu.Kasus IIISeorang laki-laki menderita keganasan stadium lanjut. Sebelumnya pasien tersebut pernah melakukan pembedahan di rumah sakit, namun keluarga pasien menghentikan pengobatan. Orangtua pasien bukanlah orang kaya sehingga tidak mampu membeli obat-obatan kemoterapeutik (berkaitan dengan pengobatan dengan obat untuk membunuh sel kanker)yang mahal, tetapi orangtua pasien ini ingin anaknya mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Dokter Bagus menjelaskan keapada orangtua pasien bahwa kondisi anaknya kurang baik dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil. Dokter Bagus memutuskan untuk memberi obat-obatan penunjang agar anak tersebut tidak menderita.

Prinsip bioetik yang terkandung dalam kasus ini:1. Non-maleficence Pasien dalam keadaan darurat Mengobati pasien yang luka Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia) Tidak menghina / mencaci maki / memanfaatkan pasien2. Autonomy Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien : menghargai keputusan untuk tidak melanjutkan pengobatan dan membeli obat-obatan yang mahal. Berterus terang : menyampaikan kondisi pasien yang tidak memiliki kemungkinan untuk sembuh Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien.

Kasus IVSaat mempersilahkan pasien ke empatnya masuk, Dokter Bagus terkejut karena serombongan orang memaksa masuk sambil menggotong seorang pemuda yang tidak sadarkan diri. Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu di luar karena ia akan lebih dulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut.Pemuda tersebut telapak tangan sebelah kananya masuk kedalam mesin penggilingan padi dan setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda tersebut baru dapat dikeluarkan dari mesin penggilingan padi. Dokter Bagus mendapati bahwa telapak tangan pemuda tersebut telah hancur sehingga harus diamputasi. Ia pun meminta ijin kepada salah seorang perempuan yang ada di dekat si pasien yang merupakan istrinya, dengan terlebih dahulu memberi penjelasan berkaitan denga keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang harus dilakukan. Setelah mendapat persetujuan, Dokter Bagus melaksanakan proses amputasi. Setelah selesai, ia melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, hingga akhirnya si pasien di perbolehkan pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk kontrol.

Prinsip bioetik yang terkandung dalam kasus ini:1. Benefience Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya : memutuskan untuk melakukan amputasi Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan pasien : setelah amputasi, ia tetap memberikan obat dan meminta agar esok hari pasien datang untuk kontrol Minimalisasi akibat buruk Kewajiban menolong pasien gawat darurat

2. Non-maleficence Menolong pasien emergensi Pasien dalam keadaan darurat Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif Manfaat dari pasien lebih banyak daripada kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal) Mengobati pasien yang luka Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthansia) Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalalaian.3. Autonomy Menghargi hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien Berterus terang4. Justice Bijak dalam makroalokasi : mendahulukan si pasien yang darurat.Kasus VSeorang bapak berusia 55 tahun mengeluh nyeri pada ulu hati dan terasa berat pada dada serta punggungnya. Dokter Bagus curiga pasien tersebut menderita penyakit jantung sehingga ia membuat surat rujukan kerumah sakit yang berada di kota. Setelah menerima penjelasan tentang kemungkinan penyakit yang dideritanya, pasien pulang dengan membawa surat rujukan tersebut.Prinsip bioetik yang terkandung dalam kasus ini:1.Beneficence Memandang pasien tidak hanya sejauh menguntungkan dokter : merujuk ke rumah sakit agar pasien mendapat pengobatan yang lebih baik, walaupun harus kehilangan pemasukan dari keputusan tersebut. Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukan : merujuk ke rumah sakit Paternalisme bertanggung jawab atau berkasih sayang Minimalisasi akibat buruk.Kasus VISeorang ibu muda yang sangat cerewet begitu masuk langsung mengeluh berbagai macam keluhan. Dokter Bagus tidak menanggapi keluhan si ibu muda dan segera membuat surat rujukan untuk ibu tersebut ke LAB KLINIK Cepat Tepat langganannya yang berada di kota, jauh dari puskesmas. Dari Lab ini Dokter Bagus mendapat sejumlah uang yang sejajar dengan jumlah pasien yang ia kirim ke sana.Dalam kasus ini, Dokter Bagus melanggar seluruh prinsip-prinsip dalam bioetik:1. Pelanggaran beneficence Tidak mengutamakan alturisme (menolong tanpa pamrih) Memandang pasien hanya sejauh menguntungkan dokter Tidak bertanggung jawab2. Pelanggaran non-malefience Memanfaatkan pasien Melakukan white collar crime yang merugikan pasien : melakukan rujukan agar mendapat keuntungan3. Pelanggaran autonomy Tidak menjaga hubungan (kontrak) : langsung merujuk begitu saja4. Pelanggaran justice Tidak memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama : bandingkan dengan pasien-pasien sebelumnya Melakukan penyalahgunaan wewenangContoh Kasus Prima FaicePada skenario yang berjudul Berpihak pada Prosedur Tetap Rumah Sakit atau Kebijakan Askeskin didapatkan beberapa masalah, diantaranya: Dokter Fulan mendapatkan pasien X, dari peserta askeskin, yang menderita sepsis (infeksi berat). Setelah dilakukan sensitivitas test didapatkan antibiotik yang sensitif untuk kondisi pasien X adalah imipenem. Imipenem sangat mahal dan tidak masuk plafon askeskin. Askeskin merupakan sistem asuransi kesehatan untuk masyarakat yang termasuk dalam keluarga miskin. Sistem ini merujuk pada kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dalam urusan pelayanan kesehatan untuk orang miskin. Orang miskin berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai, karena sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah melalui program askeskin. Program ini bertujuan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan dengan mutu dan biaya yang terkendali. Sedangkan sepsis adalah kondisi medis yang berbahaya dan ditemukan dalam hubungan dengan infeksi pada darah oleh karena bakteri. Tanda-tanda dan gejala-gejalanya antara lain: (Underwood, 1999)1. Denyut jantung yang meningkat lebih dari 90 kali per menit waktu istirahat2. Temperatur tubuh tinggi (>100,4oF atau 38oC) atau rendah (>96,8oF atau 36oC)3. Kecepatan pernapasan yang meningkat yaitu lebih dari 20 kali per menit4. Jumlah sel darah putih yang abnormal yaitu lebih dari 12000 sel/LSepsis merupakan masalah yang serius, dengan resiko kematian yang tinggi. Antibiotik harus segera diberikan meskipun belum diperoleh hasil biakan dari laboratorium. Pada awalnya pemberian antibiotik berdasarkan kepada bakteri apa yang sering terdapat di daerah yang terinfeksi. Dua jenis antibiotik sering diberikan untuk meningkatkan kemampuannya dalam membunuh bakteri.Kemudian jika hasil biakan sudah diperoleh, antibiotik bisa diganti dengan yang paling efektif untuk bakteri penyebab virus. Selanjutnya, antibiotik yang cocok adalah imipenem, yaitu antibakteri beta-laktam yang mempunyai spektrum luas dengan aktifitas yang baik terhadap bakteri batang gram negatif, organisme gram positif, dan anaerob. (Sacher, 2004) Dokter Fulan berdiskusi dengan dokter Andi. Dokter Andi berpendapat, menurut kaidah non maleficence, pasien harus mendapat pertolongan. Sedangkan dalam rumah sakit menggunakan kaidah justice. Tetapi dalam kasus ini, prima facie kaidah non maleficence terhadap justice tidak bisa diterapkan. Kaidah non maleficence yaitu kaidah dalam masalah yang darurat. Kaidah ini tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien dan memberikan yang paling banyak manfaatnya bagi pasien sendiri. Sedangkan dalam rumah sakit tersebut menerapkan kaidah justice, yaitu kaidah yang berdasar pada keadilan. Kaidah ini tidak tergantung pada sarana, sosial, ekonomi, serta budaya pasien (Taher, 2003). Dalam kasus seperti ini, terjadi prima facie yang berarti memilih antar satu dari dua kaidah bioetik di atas. Sebagai seorang dokter yang bertugas untuk menyelamatkan serta menyembuhkan pasien, oleh karena itu dokter diharapkan dapat mengambil keputusan yang bijak. Sebaiknya dokter mengambil jalan untuk memberikan imipenem, karena hal tersebut membawa banyak manfaat bagi pasien, sehingga dapat dikatakan dokter menetapkan kaidah non maleficence. Masalah keterbatasan dana, dapat dirundingkan lagi dengan sesama dokter serta mengacu pada kebijakan rumah sakit. Pemerintah dapat saja mengeluarkan dana untuk subsidi warga miskin.

BAB IIIKESIMPULAN

3.1KesimpulanBioetika atau etika biologi adalah penyelidikan tentang moral dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan ilmu kesehatan ataupun biologis. Terdapat empat aspek kaidah dasar bioetik, antara lain non maleficence atau darurat, autonomy atau kemandirian, beneficence atau berbuat baik, serta justice atau keadilan. Sedangkan kaidah dasar bioetika islam yaitu kaidah niatan, kepastian, kerugian, kesulitan, dan kebiasaan. Dalam kasus askeskin ini, keputusan yang dapat diambil oleh dokter adalah memberikan imipenem pada pasien. Karena dokter memiliki kewajiban untuk menyembuhkan pasien. Masalah dana dapat dimusyawarahkan dengan dokter yang lain, sehingga akan memunculkan suatu kebijakan rumah sakit.

3.2SaranAdapun saran-saran yang dapat diberikan mengenai skenario Berpihak pada Prosedur Tetap Rumah Sakit atau Kebijakan Askeskin adalah:1. Seorang dokter hendaknya menerapkan kaidah dasar bioetika dalam menjalankan tugasnya.2. Dokter diharapkan menanamkan prinsip dalam dirinya untuk selalu menolong orang lain3. Dokter hendaknya menjaga hubungan dengan pasien, teman sejawat, masyarakat, atau lingkungan sekitarnya

2

The patients contexts for prima facies choice(Agus Purwadianto, 2004)

Time
General benefit result, most of people,
Elective, educated, bread-winner, mature person
Vulnerables, emergency, life saving, minor
> 1 person, others similarity, community / socials rights

BeneficenceAutonomyNon maleficenceJustice