11
REFERAT KOLELITIASIS (BATU EMPEDU) Oleh: Emmanuel Mareffcita S. G0007063 Rizqinia Sheila M. G0007148 Luthfia Nur Aini G0007207 Vita Pramatasari H. G0007170 Pembimbing dr. TY Pramana, Sp.PD-KGEH-FINASIM Lintang Jatu P. G0007205 KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI

Referat Batu Empedu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kolelitiasis

Citation preview

Page 1: Referat Batu Empedu

REFERAT

KOLELITIASIS (BATU EMPEDU)

Oleh:

Emmanuel Mareffcita S. G0007063

Rizqinia Sheila M. G0007148

Luthfia Nur Aini G0007207

Vita Pramatasari H. G0007170

Pembimbing

dr. TY Pramana, Sp.PD-KGEH-FINASIM

Lintang Jatu P. G0007205

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI

S U R A K A R T A

2012

Page 2: Referat Batu Empedu

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara Barat

sedangkan di Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian

batu empedu masih terbatas.1

Batu empedu di Indonesia merupakan penyakit yang sering menyerang saluran pencernaan.

Namun penyakit ini sering tidak mendapat perhatian dari penderitanya karena minimnya gejala

yang tampak pada penderitanya. Pasien-pasien yang memiliki batu empedu jarang mengalami

komplikasi. Walaupun demikian, bila batu empedu telah menimbulkan serangan nyeri kolik yang

spesifik maka risiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat.1

Batu empedu umumnya ditemukan di dalam kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat

bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran empedu menjadi batu saluran empedu dan

disebut sebagai batu saluran empedu sekunder.1

Sekitar 10-15% pasien dengan batu kandung empedu juga disertai batu saluran empedu.

Pada beberapa keadaan, batu saluran empedu dapat terbentuk primer di dalam saluran empedu

intra-atau-ekstrahepatik tanpa melibatkan kandung empedu.1

Perjalanan batu empedu belum sekunder belum jelas benar, tetapi komplikasi akan lebih

sering dan berat dibandingkan batu kandung empedu asimptomatik.1

Page 3: Referat Batu Empedu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Batu empedu merupakan gabungan dari beberapa unsur yang membentuk suatu

material mirip batu yang dapat ditemukan dalam kandung empedu (kolesistolitiasis) atau di

dalam saluran empedu (koledokolitiasis) atau pada keduanya.2

Gambar 1. Gambaran batu dalam kandung empedu (emedicine, 2007)

B. Epidemiologi

Kasus batu empedu sering ditemukan di Amerika Serikat, yaitu mengenai 20%

penduduk dewasa. Setiap tahunnya, beberapa ratus ribu orang yang menderita penyakit ini

menjalani pembedahan saluran empedu.3

Peningkatan insiden batu empedu dapat dilihat dalam kelompok resiko tinggi yang

disebut ”5 F’s” : female (wanita), fertile (subur)-khususnya selama kehamilan, fat (gemuk),

fair (orang kulit putih), dan forty (empat puluh tahun).4 Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau

tanpa faktor resiko. Namun, semakin banyak faktor resiko, semakin besar pula kemungkinan

untuk terjadinya kolelitiasis. 5,6

Page 4: Referat Batu Empedu

Faktor resiko tersebut antara lain:

1. Genetik

Batu empedu memperlihatkan variasi genetik. Kecenderungan membentuk

batu empedu bisa berjalan dalam keluarga.7 Di negara Barat penyakit ini sering

dijumpai, di USA 10-20 % laki-laki dewasa menderita batu kandung empedu.

Batu empedu lebih sering ditemukaan pada orang kulit putih dibandingkan kulit

hitam. Batu empedu juga sering ditemukan di negara lain selain USA, Chili dan

Swedia.8

2. Umur

Usia rata-rata tersering terjadinya batu empedu adalah 40-50 tahun. Sangat

sedikit penderita batu empedu yang dijumpai pada usia remaja, setelah itu dengan

semakin bertambahnya usia semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan batu

empedu, sehingga pada usia 90 tahun kemungkinannya adalah satu dari tiga

orang.2,9

3. Jenis Kelamin

Batu empedu lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dengan

perbandingan 4:1. Di USA 10- 20 % laki-laki dewasa menderita batu kandung

empedu, sementara di Italia 20 % wanita dan 14 % laki-laki. Sementara di

Indonesia jumlah penderita wanita lebih banyak dari pada laki-laki.7

4. Beberapa faktor lain

Faktor lain yang meningkatkan resiko terjadinya batu empedu antara lain:

obesitas, makanan, riwayat keluarga, aktifitas fisik, dan nutrisi jangka vena yang

lama.7,10

C. Patogenesis

Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada

saluran empedu lainnya dan diklasifikasikan berdasarkan bahan pembentuknya. Etiologi

batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna, akan tetapi, faktor predisposisi yang

paling penting tampaknya adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan

susunan empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu. Perubahan susunan empedu

mungkin merupakan yang paling penting pada pembentukan batu empedu, karena terjadi

Page 5: Referat Batu Empedu

pengendapan kolesterol dalam kandung empedu. Stasis empedu dalam kandung empedu

dapat meningkatkan supersaturasi progesif, perubahan susunan kimia, dan pengendapan

unsur tersebut. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian dalam

pembentukan batu, melalui peningkatan dan deskuamasi sel dan pembentukan mukus.11

Sekresi kolesterol berhubungan dengan pembentukan batu empedu. Pada kondisi

yang abnormal, kolesterol dapat mengendap, menyebabkan pembentukan batu empedu.

Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan pengendapan kolesterol adalah : terlalu banyak

absorbsi air dari empedu, terlalu banyak absorbsi garam-garam empedu dan lesitin dari

empedu, terlalu banyak sekresi kolesterol dalam empedu, Jumlah kolesterol dalam empedu

sebagian ditentukan oleh jumlah lemak yang dimakan karena sel-sel hepatik mensintesis

kolesterol sebagai salah satu produk metabolisme lemak dalam tubuh. Untuk alasan inilah,

orang yang mendapat diet tinggi lemak dalam waktu beberapa tahun, akan mudah

mengalami perkembangan batu empedu.12

Batu kandung empedu dapat berpindah kedalam duktus koledokus melalui duktus

sistikus. Didalam perjalanannya melalui duktus sistikus, batu tersebut dapat menimbulkan

sumbatan aliran empedu secara parsial atau komplet sehingga menimbulkan gejalah kolik

empedu. Kalau batu terhenti di dalam duktus sistikus karena diameternya terlalu besar atau

tertahan oleh striktur, batu akan tetap berada disana sebagai batu duktus sistikus.3

D. Patofisiologi Batu Empedu

1. Batu Kolesterol

Empedu yang di supersaturasi dengan kolesterol bertanggung jawab bagi lebih

dari 90 % kolelitiasis di negara Barat. Sebagian besar empedu ini merupakan batu

kolesterol campuran yang mengandung paling sedikit 75 % kolesterol berdasarkan berat

serta dalam variasi jumlah fosfolipid, pigmen empedu, senyawa organik dan inorganik

lain. Kolesterol dilarutkan di dalam empedu dalam daerah hidrofobik micelle, sehingga

kelarutannya tergantung pada jumlah relatif garam empedu dan lesitin.7

Proses fisik pembentukan batu kolesterol terjadi dalam empat tahap:

a. Supersaturasi empedu dengan kolesterol.

b. Pembentukan nidus.

c. Kristalisasi/presipitasi.

Page 6: Referat Batu Empedu

d. Pertumbuhan batu oleh agregasi/presipitasi lamelar kolesterol dan

senyawa lain yang membentuk matriks batu.

2. Batu pigmen

Batu pigmen terdiri atas garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini:

bilirubinat, karbonat, fosfat, dan asam lemak rantai panjang.14

Batu pigmen merupakan sekitar 10 % dari batu empedu di Amerika Serikat. Ada

dua bentuk yaitu batu pigmen murni yang lebih umum dan batu kalsium bilirubinat.

Batu pigmen murni lebih kecil (2-5 mm), multipel, sangat keras dan penampilan hijau

sampai hitam. Batu-batu tersebut mengandung dalam jumlah bervariasi kalsium

bilirubinat, polimer bilirubin, asam empedu dalam jumlah kecil kolesterol (3-26%) dan

banyak senyawa organik lain. Di daerah Timur, batu kalsium bilirubinat dominan dan

merupakan 40-60% dari semua batu empedu. Batu ini lebih rapuh, berwarna kecoklatan

sampai hitam.7

Patogenesis batu pigmen berbeda dari batu kolesterol. Kemungkinan mencakup

sekresi pigmen dalam jumlah yang meningkat atau pembentukan pigmen abnormal yang

mengendap dalam empedu. Sirosis dan stasis biliaris merupakan predisposisi

pembentukan batu pigmen. Pasien dengan peningkatan beban bilirubin tak terkonjugasi

(anemia hemolitik), lazim membentuk batu pigmen murni. Di negara Timur, tingginya

insiden batu kalsium bilirubinat bisa berhubungan dengan invasi bakteri sekunder dalam

batang saluran empedu yang di infeksi parasit Clonorchis sinensis atau Ascaris

lumbricoides. E.coli membentuk B-glukoronidase yang dianggap mendekonjugasikan

bilirubin di dalam empedu, yang bisa menyokong pembentukan kalsium bilirubinat

yang tak dapat larut.13

3. Batu campuran

Merupakan batu campuran kolesterol yang mengandung kalsium. Batu ini sering

ditemukan hampir sekitar 90 % pada penderita kolelitiasis. batu ini bersifat majemuk,

berwarna coklat tua. Sebagian besar dari batu campuran mempunyai dasar metabolisme

yang sama dengan batu kolesterol.7

Page 7: Referat Batu Empedu

DAFTAR PUSTAKA

1. Lesmana L. Batu Empedu. In: Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid 1. Jakarta: Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000: 479-81.

2. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2005: 570-9.

3. Price SA, Wilson LM. Kolelitiasis dan Kolesistisis. Dalam : Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Edisi IV. Jakarta : EGC, 1995: 430-44.

4. Reeves CJ. Penyakit Kandung Empedu. Dalam : Keperawatan Medika Bedah. Edisi I.

Jakarta : Salemba Medika, 2001: 149-51.

5. Clinic Staff. Gallstones. Available from:

http:/www.6clinic.com/health/digetivesystyem/DG9999.htm. Last update 25 Juli 2007.

6. Anonym. Cholelithiasis. Available from:

http:/www.7.com/healthmanagement/ManagingYourHealth/HealthReference/

Disease/InDepth.htm. Last update April 2007.

7. Sarr MG, Cameron JL. Sistem empedu. Dalam : Buku Ajar Bedah Esentials of Surgery.

Edisi II. Jakarta: EGC, 1996: 121-123.

8. Garden Jet et al. Gallstone. Dalam: Principle and Practice of Surgery. China: Elseiver,

2007:23.

9. Bateson M. Batu Empedu dan Penyakit Hati. Jakarta: Arcan, 1991. 35-41.

10. Latchie M. Cholelitiasis. Dalam : Oxford Handbook of Clinical Surgery. Oxford University,

1996: 162.

11. Price SA, Wilson LM. Kolelitiasis dan Kolesistisis. Dalam : Patofisiolog Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Edisi IV. Jakarta : EGC, 1995: 430-44.

12. Guyton AC, Hall JE. Sistem Saluran Empedu. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

Edisi IX. Jakarta: EGC, 1997: 1028-1029.

13. Bhangu AA et al. Cholelitiasis and Cholesistitis. Dalam: Flesh and Bones of Surgery. China:

Elseiver, 2007: 123.

.