24
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Aneurisma serebral (aneurisma otak) adalah kelemahan pada dinding pembuluh darah otak, baik pembuluh darah nadi maupun pembuluh darah balik (tunika media dan tunika intima dari arteri maupun vena) yang menyebabkan penggelembungan pembuluh darah otak tersebut secara terlokalisir. 1 Pembuluh darah nadi (arteri) normal memiliki 3 lapisan,2 yakni (1) tunika intima (lapisan terdalam yang merupakan lapisan endotelial); (2) tunika media (terdiri dari otot polos); dan (3) tunika adventisia (terdiri dari jaringan ikat). Dinding kantung aneurisma terdiri dari tunika intima dan tunika adventisia. Sedangkan tunika media berakhir pada daerah pertemuan kantung aneurisma dengan pembuluh darah induk. Tunika intima biasanya normal walau di bawahnya sering terjadi proliferasi sel. Namun, membran elastik di dalam tunika intima, berkurang jumlahnya atau bahkan tidak ada. Sedangkan tunika adventisia pada aneurisma biasanya terinfiltrasi oleh sel-sel radang seperti limfosit dan fagosit. 2 Kantung aneurisma sendiri sering berisi sisa-sisa bekuan darah (trombotik) dan pembuluh darah induk dari kantung aneurisma seringkali mengalami penumpukan lemak dan pengapuran (aterosklerotik). 2 1

Referat Cerebral Aneurysm

Embed Size (px)

DESCRIPTION

xcfgcfgcf

Citation preview

Page 1: Referat Cerebral Aneurysm

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Aneurisma serebral (aneurisma otak) adalah kelemahan pada dinding

pembuluh darah otak, baik pembuluh darah nadi maupun pembuluh darah balik

(tunika media dan tunika intima dari arteri maupun vena) yang menyebabkan

penggelembungan pembuluh darah otak tersebut secara terlokalisir.1

Pembuluh darah nadi (arteri) normal memiliki 3 lapisan,2 yakni (1) tunika

intima (lapisan terdalam yang merupakan lapisan endotelial); (2) tunika media

(terdiri dari otot polos); dan (3) tunika adventisia (terdiri dari jaringan ikat).

Dinding kantung aneurisma terdiri dari tunika intima dan tunika adventisia.

Sedangkan tunika media berakhir pada daerah pertemuan kantung aneurisma

dengan pembuluh darah induk. Tunika intima biasanya normal walau di bawahnya

sering terjadi proliferasi sel. Namun, membran elastik di dalam tunika intima,

berkurang jumlahnya atau bahkan tidak ada. Sedangkan tunika adventisia pada

aneurisma biasanya terinfiltrasi oleh sel-sel radang seperti limfosit dan fagosit.2

Kantung aneurisma sendiri sering berisi sisa-sisa bekuan darah (trombotik)

dan pembuluh darah induk dari kantung aneurisma seringkali mengalami

penumpukan lemak dan pengapuran (aterosklerotik).2

Aneurisma dapat terjadi di seluruh pembuluh darah tubuh kita. Apabila

aneurisma terjadi pada pembuluh darah di dada, beberapa gejalanya adalah rasa

sakit di dada, batuk yang menetap, dan kesulitan untuk menelan. Pada perokok

sering terjadi aneurisma pada pembuluh darah di lutut, yang menimbulkan gejala

seperti tertusuk-tusuk di belakang lutut.1

Apabila aneurisma ini terjadi pada pembuluh darah di dasar tengkorak,

gejalanya dapat berupa sakit kepala yang hebat, berdenyut, dapat disertai atau

tidak disertai dengan muntah. Komplikasi aneurisma otak dapat menyebabkan

pecahnya pembuluh darah di otak sehingga terjadi pendarahan subaraknoid,

intraserebral, subdural, infark serebri, atau hidrosefalus.1

Lokasi aneurisma biasanya terjadi pada pembuluh darah nadi (arteri) di

dasar otak, yaitu di bagian depan Sirkulus Wilisi (kira-kira 85%) yang memberi

suplai darah ke daerah depan dan tengah otak.1 Pertama, arteri serebri anterior dan

1

Page 2: Referat Cerebral Aneurysm

komunikans anterior (30–35%). Kedua, percabangan arteri karotis interna dan

arteri komunikans posterior (30–35%). Ketiga, percabangan arteri serebri media

(20%). Keempat, arteri vertebrobasilaris (15%).

Aneurisma yang terjadi pada bagian belakang pembuluh darah otak,

biasanya disebabkan oleh trauma.1

2

Page 3: Referat Cerebral Aneurysm

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Aneurisma adalah dilatasi atau menggelembungnya dinding pembuluh

darah, yang didasarkan atas hilangnya dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu

tunika media dan tunika intima, sehingga menyerupai tonjolan atau balon.

Dinding pembuluh darah pada aneurisma ini biasanya menjadi lebih tipis dan

mudah pecah.3

Pengertian aneurisma yang sesungguhnya adalah dilatasi abnormal dari

arteri. Hal ini harus dibedakan dari “false” aneurisma, dimana terjadi

pengumpulan darah disekitar dinding pembuluh darah akibat trauma. Aneurisma

sering terbentuk secara perlahan selama bertahun-tahun dan sering juga tanpa

gejala tetapi jika telah terjadi ruptur maka ini adalah kegawatdaruratan bedah yang

dapat mengancam nyawa pasien.3

2.2 Epidemiologi

Di banyak negara, prevalensi penyakit ini tergolong tinggi. Di Amerika

Serikat, misalnya, aneurisma mencapai rata-rata lima per 100.000 kasus, tergolong

paling tinggi dibandingkan dengan gangguan atau kelainan otak lainnya. Kasus ini

di banyak negara ditemui pada pasien berusia 3 - 50 tahun. Insiden dari

aneurisma baik yang pecah maupun yang utuh pada otopsi ditemukan sebesar 5 %

dari populasi umum. Insiden pada wanita ditemukan lebih banyak dibandingkan

pria, yaitu: 2 - 3 : 1, dan aneurisma multiple atau lebih dari satu didapatkan antara

15 - 31%.4

2.3 Klasifikasi

Berdasarkan bentuknya, aneurisma dapat dibedakan menjadi aneurisma tipe

fusiformis dan aneurisma tipe sakular atau aneurisma kantung, dan aneurisma tipe

disekting.2

1. Tipe aneurisma tipe fusiformis (5–9%). Penderita aneurisma ini mengalami

kelemahan din-ding melingkari pembuluh darah setempat sehingga

3

Page 4: Referat Cerebral Aneurysm

menyerupai badan botol. Paling sering disebabkan oleh aterosklerosis

(penumpukan lemak dalam pem-buluh darah).

2. Aneurisma tipe sakular atau aneurisma kantung (90–95%). Pada aneurisma

ini, kelemahan hanya pada satu per-mukaan pembuluh darah sehingga dapat

berbentuk seperti kantung dan mempunyai tangkai atau leher. Dari seluruh

aneurisma dasar tengkorak, kurang lebih 90% merupakan aneurisma sakuler.

3. Aneurisma tipe disekting (<1%).

Berdasarkan diameternya aneurisma sakuler dapat dibedakan atas:

1. aneurisma sakuler kecil dengan diameter <15 mm;

2. aneurisma sakuler sedang dengan diameter antara 15–25 mm;

3. aneurisma sakuler besar dengan diameter <25–50 mm;

4. aneurisma sakuler raksasa dengan diameter >50 mm.

Aneurisma Berry adalah aneurisma sakular yang leher dan batangnya

menyerupai buah beri.Laporan otopsi insidensi aneurisma kongenital sebesar

4.9%- 20% yang terdiri dari 15% multiple dan 85% soliter. Lokasi aneurisma

kongenital dilaporkan : 85 - 90% pada bagian depan sirkulus WILLISI; 30--

40% pada arteri carotis interna; 30 - 40% di a. cerebri anterior/communicans

anterior; 20 - 30% di a. cerebri media; 10 - 15% di a.vertebro-basilaris.1,2

Gambar 1. Tipe aneurisma a. Saccular aneurysm, b.Saccular wide neck, c. Fusiform, d.

Mycotic

2.4 Etiologi

Aneurisma dapat disebabkan oleh berbagai faktor:

1. Melemahnya struktur dinding pembuluh darah arteri. Merupakan kasus yang

paling sering terjadi. Kelemahan pada dinding pembuluh darah ini

4

Page 5: Referat Cerebral Aneurysm

menyebabkan bagian pembuluh yang tipis tidak mampu menahan tekanan

darah yang relatif tinggi sehingga akan menggelembung.

2. Hipertensi (tekanan darah tinggi)

3. Aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah arteri) dapat

juga menyebabkan pertumbuhan dan pecahnya aneurisma.

4. Beberapa infeksi dalam darah

5. Bersifat genetik

6. Malformasi arteriovenosa, yaitu kelainan anatomis di dalam arteri atau vena di

dalam atau di sekitar otak. Malformasi arteriovenosa merupakan kelainan

bawaan, tetapi baru diketahui keberadaannya jika telah menimbulkan gejala.

Perdarahan dari malformasi arteriovenosa bisa secara tiba-tiba menyebabkan

pingsan dan kematian, dan cenderung menyerang remaja dan dewasa muda.3,4

Faktor keturunan Faktor resiko lain

a. Autosomal dominant polycystic

kidney disease Type IV

b. Ehlers-Danlos syndrome

c. Pseudoxanthoma elasticum

d. Hereditary Hemorrhagic

telangiectasia

e. Neurofibromatosis type 1 Alpha1-

antitrypsin deficiency

f. Coarctation of the aorta

g. Fibromuscular dysplasia

h. Pheochromocytoma Klinefelter's

syndrome

i. Tuberous sclerosis Noonan's

a. Age over 50 years

b. Female gender

c. Current cigarette smoking

d. Cocaine use Infection of vessel

wall

e. Head trauma Intracranial

neoplasm or neoplastic emboli

f. Hypertension*

g. Alcohol*

h. Oral contraceptive pill use*

i. Hypercholesterolemia*

5

Page 6: Referat Cerebral Aneurysm

syndrome

j. Alpha-glucosidase deficiency

Tabel 1 Faktor Resiko Aneurisma Intracranial

2.5 Patofisiologi

Normalnya, pembuluh darah mempunyai tiga lapisan utama yaitu:

1. Lapisan pertama disebut lapisan intima yang terdiri dari satu lapis endotel.

2. Lapisan kedua adalah lapisan media yang terdiri dari lapisan otot yang elastis.

3. Lapisan ketiga adalah lapisan adventisia yang terdiri dari jaringan ikat longgar

dan lemak.5

Gambar 2. Lapisan normal pembuluh darah arteri

Aneurisma sakular berkembang dari defek lapisan otot (tunika muskularis)

pada arteri. Perubahan elastisitas membran dalam (lamina elastika interna) pada

arteri otak, dipercayai melemahkan dinding pembuluh darah dan mengurangi daya

tahan arteri otak terhadap perubahan dalam pembuluh darah. Perubahan ini

banyak terjadi pada pertemuan pembuluh darah yang aliran darahnya turbulen dan

tahanan aliran darah pada dinding arteri paling besar.2

Aneurisma fusiformis berkembang dari arteri serebri yang berliku yang

biasanya berasal dari pembuluh darah vertebro-basiler dan diameternya bisa

mencapai beberapa sentimeter. Pasien aneurisma fusiformis khas mengalami

gejala kompresi saraf otak, tetapi tidak selalu disertai pendarahan subaraknoid.2

6

Page 7: Referat Cerebral Aneurysm

Sedangkan aneurisma diseksi diakibatkan oleh nekrosis atau trauma pada

arteri yang menyebabkan darah masuk melalui tunika intima yang robek atau

pendarahan interstisial (terutama di aorta) sehingga memberi gambaran seperti

gumpalan darah di sepanjang pembuluh darah.2

Aneurisma serebral dapat timbul lebih dari satu (multipel) pada 10–30 %

kasus. Kira-kira 75% dari kasus multipel aneurisma tersebut memiliki 2

aneurisma, 15% memiliki 3 aneurisma, dan 10 % memiliki lebih dari 3 aneurisma.

Aneurisma multipel lebih banyak diidap oleh wanita daripada pria, yaitu sekitar

5:1, perbandingan ini akan meningkat menjadi 11:1 pada pasien yang memiliki

lebih dari 3 aneurisma.6

Gambar 3. Sirkulasi Willisi

Aneurisma multipel juga berhubungan dengan vaskulopati, seperti penyakit

fibromuskuler dan penyakit jaringan ikat yang lain. Aneurisma multipel dapat

terjadi simetris bilateral (disebut aneurisma cermin) atau terletak asimetris pada

pembuluh darah yang berbeda. Multipel aneurisma dapat terjadi pada satu arteri

yang sama.

7

Page 8: Referat Cerebral Aneurysm

Gambar 4. Vaskularisasi intracranial menunjukkan frekuensi lokasi aneurisma

Tempat yang biasanya timbul aneurisma adalah pada daerah :

1. Sirkulasi anterior : pembuluh darah arteri komunikans anterior dan arteri

cerebri media

2. Sirkulasi posterior : pembuluh darah arteri komunikans posterior dan

percabangan arteri basilaris (basilar tip aneurism).3

Aneurisma sakular biasanya berbentuk “first and second order arteries”,

berasal dari siklus arteri serebral (siklus willisi) pada dasar otak. Aneurisma

multipel bekembang pada 30% pasien. Aneurisma fusiformis berkembang dari

arteri serebri yang ektatik dan berliku-liku yang biasanya berasal dari sistem

vertebra basiler dan bisa sampai beberapa sentimeter pada diameternya. Pasien

aneurisme fusiformis berkarakter dengan gejala kompresi sel induk otak atau

nervus kranialis tapi gejala tidak selalu disertai dengan perdarahan subarakhnoid.3

2.6 Gejala Klinis

Aneurisma serebral hampir tidak pernah menimbulkan gejala, kecuali terjadi

pembesaran dan menekan salah satu saraf otak, sehingga memberikan gejala

sebagai kelainan saraf otak yang tertekan.

8

Page 9: Referat Cerebral Aneurysm

Aneurisma yang kecil dan tidak progresif, hanya akan menimbulkan sedikit

bahkan tidak menimbulkan gejala. Pertanda awal bisa terjadi dalam beberapa

menit sampai beberapa minggu sebelum aneurisma pecah (ruptur).

Sebelum aneurisma berukuran besar mengalami ruptur, pasien akan

mengalami gejala seperti,1 yakni sakit kepala berdenyut yang mendadak dan berat,

mual dan muntah, gangguan penglihatan (pandangan kabur/ ganda, kelopak mata

tidak membuka), kaku leher, nyeri daerah wajah, kelumpuhan sebelah anggota ge-

rak kaki dan tangan, denyut jantung dan laju per-napasan naik turun, hilang

kesadaran (kejang, koma, kematian), dan tidak mengalami gejala apapun

Rupturnya aneurisma serebral dapat menimbulkan pendarahan di dalam

selaput otak (meninges) dan otak sehingga mengakibatkan pendarahan sub-

araknoid (PSA) dan pendarahan intraserebral (PIS), yang keduanya dapat

menimbulkan gejala stroke. Juga dapat terjadi pendarahan ulang, hidrosefalus

(akumulasi berlebihan dari cairan otak), vasospasme (penyempitan pembuluh

darah), dan aneurisma multipel.

Risiko ruptur aneurisma serebral tergantung pada besarnya ukuran

aneurisma. Makin besar ukurannya, makin tinggi risiko untuk ruptur. Angka

ruptur aneurisma serebral kira-kira 1,3% per tahun.6 Sebenarnya dapat dilakukan

skrining pencitraan, tetapi tidak efektif dari segi pembiayaan.7

Tingkat keparahan dari pendarahan subaraknoid (PSA) yang terjadi pada

ruptur aneurisma serebral, dapat menggunakan Skala Hunt-Hess1:Perdarahan

Intraserebral.

Tabel 2. Skala Perdarahan Subaraknoid Hunt dan Hess

A. Perdarahan Intraserebral

9

Page 10: Referat Cerebral Aneurysm

Perdarahan intraserebral merupakan salah satu jenis stroke, yang

disebabkan oleh adanya perdarahan ke dalam jaringan otak. Perdarahan

intraserebral terjadi secara tiba-tiba, dimulai dengan sakit kepala, yang diikuti

oleh tanda-tanda kelainan neurologis (misalnya kelemahan, kelumpuhan, mati

rasa, gangguan berbicara, gangguan penglihatan dan kebingungan). Sering

terjadi mual, muntah, kejang dan penurunan kesadaran, yang biasa timbul

dalam waktu beberapa menit. Perdarahan intraserebral ini menimbulkan gejala

tergantung banyaknya dan lokasi perdarahan.4

B. Perdarahan subaraknoid

Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan tiba-tiba ke dalam rongga

diantara otak dan selaput otak (rongga subaraknoid). Sumber dari perdarahan

adalah pecahnya dinding pembuluh darah yang lemah (apakah suatu

malformasi arteriovenosa ataupun suatu aneurisma) secara tiba-tiba. Kadang

aterosklerosis atau infeksi menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah

sehingga pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah bisa terjadi pada

usia berapa saja, tetapi paling sering menyerang usia 25-50 tahun.4

Perdarahan subaraknoid karena aneurisma biasanya tidak menimbulkan

gejala. Kadang aneurisma menekan saraf atau mengalami kebocoran kecil

sebelum pecah, sehingga menimbulkan pertanda awal, seperti sakit kepala,

nyeri wajah, penglihatan ganda atau gangguan penglihatan lainnya.4

Pertanda awal bisa terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa

minggu sebelum aneurisma pecah. Jika timbul gejala-gejala tersebut harus

segera dibawa ke dokter agar bisa diambil tindakan untuk mencegah

perdarahan yang hebat. Pecahnya aneurisma biasanya menyebabkan sakit

kepala mendadak yang hebat, yang seringkali diikuti oleh penurunan

kesadaran sesaat. Beberapa penderita mengalami koma, tetapi sebagian besar

terbangun kembali, dengan perasaan bingung dan mengantuk. Darah dan

cairan serebrospinal di sekitar otak akan mengiritasi selaput otak (meningen),

dan menyebabkan sakit kepala, muntah dan pusing.5,8

Denyut jantung dan laju pernafasan sering naik turun, kadang disertai

dengan kejang. Dalam beberapa jam bahkan dalam beberapa menit, penderita

kembali mengantuk dan linglung. Sekitar 25% penderita memiliki kelainan

neurologis, yang biasanya berupa kelumpuhan pada satu sisi badan. Gejala

10

Page 11: Referat Cerebral Aneurysm

lainnya adalah: kekakuan leher, kejang, pada kasus yang tergolong berat,

dapat terjadi koma atau kematian.9

Perdarahan subaraknoid ini kemudian dapat berlanjut menjadi kondisi

''vasospasme'', yaitu penyempitan pembuluh darah arteri di otak, yang dapat

menyebabkan stroke atau kerusakan saraf yang lain. Perdarahan akibat

pecahnya aneurisma otak juga dapat menyebar ke dalam otak (perdarahan

intraserebral) walaupun lebih jarang dibandingkan penyebaran ke ruang

subaraknoid.9

Kebanyakan aneurisma intrakranial adalah asimptomatik dan jika

menetap, tidak terdeteksi sampai terjadi ruptur. Perdarahan subarahnoid

merupakan suatu keadaan darurat medis yang paling sering menimbulkan

manifestasi klinis. Adanya serangan sakit kepala yang berat dan atipikal

merupakan gejala khas dari perdarahan subarahnoid. sakit kepala boleh atau

tidak boleh dihubungkan dengan hilangnya kesadaran, mual dan muntah,

defisit neurologis fokal, atau meningismus.9,10

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Di negara maju, aneurisma pada stadium dini lebih banyak ditemukan. Hal

ini karena banyak orang yang menjalani pemeriksaan magnetic resonance imaging

(MRI), sehingga aneurisma pada tingkat awal dapat terlihat jelas.1

Kadang aneurisma tidak sengaja ditemukan saat pemeriksaan kesehatan

dengan menggunakan CT scan, MRI atau angiogram. Diagnosis pasti aneurisma

pembuluh darah otak, beserta lokasi dan ukuran aneurisma dapat ditetapkan

dengan menggunakan pemeriksaan angiogram yang juga dipakai sebagai panduan

dalam pembedahan.1

Biasanya pungsi lumbal tidak perlu dilakukan, kecuali jika diduga terdapat

meningitis atau infeksi lainnya. Jika diperlukan, bisa dilakukan pungsi lumbal

untuk melihat keberadaan darah di dalam cairan serebrospinal. Kemungkinan juga

bisa terjadi leukositosis yang tidak terlalu berarti.1

Modalitas Sensitivitas (%) Spesivisitas(%)

Magnetic resonance angiography 69 to 100 75 to 100

Computed tomographic angiography 85 to 95 Tidak dilaporkan

11

Page 12: Referat Cerebral Aneurysm

Transcranial Doppler

ultrasonography

50 to 91 87.5

Tabel 3 Sensitivitas dan spesifisitas dari modalitas imaging untuk mendeteksi aneurisma

intrakranial

Gambar 5. Pencitraan dengan CT scan yang menunjukkan pendarahan subaraknoid pada fisur sylvii

sebelah kanan, tidak tampak adanya hidrosefalus

Gambar 6. anak panah kuning menunjukkan pecahnya aneurisma ukuran besar dengan beberapa trombus di antara kantung aneurisma. Anak panah hijau menunjukkan masuknya darah ke ruang sub arachnoid. Gambar ini menunjukkan aneurisma yang mengakibatkan PSA

12

Page 13: Referat Cerebral Aneurysm

Gambar 7. pencitraan dengan MRI yang menunjukkan sirkulasi wilisi pada area dasar otak dengan 6 anak panah berwarna kuning yang menunjukkan aneurisma dititik yang berbeda

2.8 Penatalaksanaan

Untuk aneurisma yang belum ruptur, terapi ditujukan untuk mencegah agar

aneurisma tidak ruptur, dan juga agar tidak terjadi penggelembungan lebih lanjut

dari aneurisma tersebut. Sedangkan untuk aneurisma yang sudah ruptur, tujuan

terapi adalah untuk men-cegah pendarahan lebih lanjut dan mencegah atau

membatasi terjadinya vasospasme. Penderita harus segera dirawat dan tidak boleh

melakukan aktivitas berat. Obat pereda nyeri diberikan untuk mengatasi sakit

kepala hebat. Kadang dipasang selang drainase di dalam otak untuk mengurangi

tekanan.1

Terapi darurat untuk pasien yang mengalami ruptur aneurisma serebral

mencakup pemulihan fungsi pernapasan dan mengurangi tekanan dalam rongga

tengkorak (tekanan intrakranial). Saat ini, ada dua alternatif terapi untuk

tatalaksana aneurisma serebral, yaitu kliping operatif dan koiling endovaskuler.

Jika memungkinkan, kedua jenis terapi ini dilakukan pada 24 jam pertama setelah

pendarahan untuk mengatasi aneurisma yang ruptur, serta mengurangi risiko

pendarahan ulang.11,12

A. Kliping operatif

Kliping operatif diperkenalkan pada tahun 1937. Terapi ini mencakup

kraniotomi (pembukaan tengkorak), melihat aneurismanya, dan menutup dasar

aneurisma dengan klip yang dipilih khusus sesuai dengan area terjadinya

aneurisma. Pemasangan klip logam kecil di dasar aneurisma bertujuan supaya

bagian dari pembuluh darah yang menggelembung itu tertutup dan tidak bisa

13

Page 14: Referat Cerebral Aneurysm

dilalui oleh darah.1 Teknik operasi ini telah berkembang dan menurunkan

angka kekambuhan aneurisma.

Gambar 8. Microsurgical Clipping of an Aneurysm of the posterior communicating artery

B. Koiling endovaskuler

Koiling endovaskuler diperkenalkan tahun 1991. Teknik ini dilakukan

dengan pemasangan kateter melalui pembuluh nadi paha (arteri femoralis)

menuju aorta, pembuluh nadi otak, dan akhirnya ke aneurismanya. Dengan

bantuan sinar X, dipasang koil logam di tempat aneurisma pembuluh darah

otak tersebut. Ketika kateter berada di dalam aneurisma, koil platina didorong

masuk ke dalam aneurisma, lalu dilepaskan. Setelah itu dialirkan arus listrik

ke koil logam tersebut, dan diharapkan darah di tempat aneurisma itu akan

membeku dan menutupi seluruh aneurisma tersebut.1

Gambar 9. Endovascular occlusion of an aneurysm of the posterior communicating artery

with detachable Coils

14

Page 15: Referat Cerebral Aneurysm

Koil-koil ini akan merangsang reaksi pembekuan di dalam aneurisma

sehingga dapat menghilangkan aneurisma itu sendiri. Teknik ini hanya

memerlukan insisi kecil sebagai tempat masuknya kateter. Pada kasus

aneurisma dengan leher yang lebar, sebuah sten dipasang pada pembuluh

darah nadi sebagai pemegang kumparan, namun studi pemasangan sten jangka

lama dalam pembuluh darah otak belum dilakukan.

2.9 Komplikasi

A. Komplikasi kliping operatif, antara lain:13

1. Komplikasi pendarahan

2. Komplikasi iskemik

3. Kerusakan pembuluh darah utama dan cabangcabangnya

4. Trauma iatrogenik yang mengakibatkan defisit neurologis akut atau

tertunda

5. Meningitis

6. Selulitis dan infeksi luka

7. Sindroma posoperatif yang nonspesifik, mirip dengan sindroma

poskonkusif

B. Komplikasi koiling endovaskuler yang sering terjadi, antara lain

1. ruptur aneurisma

2. tromboembolisme dengan defisit neurologis akut atau tertunda,

3. ruptur balon atau deflasi.13

2.10 Prognosis

Terlepas dari perkembangan terapi, angka mortalitas pasien yang

mengalami pendarahan subaraknoid akibat aneurisma, tetap 50% pada tahun

pertama. Angka harapan hidup tergantung pada derajat pendarahan yang terjadi.

Kira-kira 25% pasien yang hidup, mengalami defisit neurologis persisten.13

Data menunjukkan bahwa pasien memiliki angka harapan hidup sebesar

70% untuk pasien dengan skala Hunt-Hess derajat 1, 60% untuk pasien dengan

skala Hunt-Hess derajat 2, 50% untuk pasien dengan skala Hunt-Hess derajat 3,

20% untuk pasien dengan skala Hunt-Hess derajat 4, dan 10% untuk pasien

dengan skala Hunt-Hess derajat 5.13

15

Page 16: Referat Cerebral Aneurysm

Prognosis pasien dengan aneurisma serebral yang ruptur, tergantung luas

dan lokasi aneurisma, umur pasien, kesehatan umum, dan kondisi neurologis.1

Beberapa orang dengan aneurisma serebral yang ruptur, meninggal setelah

pendarahan awal. Orang lain dengan aneurisma serebral, pulih dengan sedikit

atau bahkan tidak ada gangguan saraf. Faktor yang paling berpengaruh dalam

menentukan prognosis adalah skala Hunt-Hess dan usia pasien. Umumnya,

pasien dengan skala Hunt-Hess grade 1 dan 2 atau berusia lebih muda, memiliki

prognosis baik karena dapat terhindar dari kematian ataupun cacat permanen.

Sebaliknya, pasien yang berusia lebih tua dengan skala Hunt-Hess yang jelek,

memiliki prognosis yang buruk. Secara umum, dua pertiga pasien memiliki

prognosis yang buruk, meninggal atau mengidap cacat permanen.14,15

Terapi gen sebagai alternatif tatalaksana aneurisma. Sekarang juga sedang

dikembangkan terapi gen sebagai alternatif terapi untuk aneurisma.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Untuk aneurisma yang belum ruptur, pemilihan terapi harus memperhatikan

riwayat pasien atau risiko jika tidak diterapi. Jika berisiko ruptur, terapi ditujukan

untuk mencegah agar aneurisma tidak ruptur, dan juga agar tidak terjadi

penggelembungan lebih lanjut dari aneurisma tersebut. Sedangkan untuk

aneurisma yang sudah ruptur, tujuan terapi adalah untuk mencegah pendarahan

lebih lanjut dan mencegah/membatasi terjadinya vasospasme.

Terapi darurat untuk pasien yang mengalami ruptur aneurisma serebral

mencakup pemulihan fungsi pernapasan dan mengurangi tekanan intrakranial.

Ada dua alternatif terapi, yaitu kliping operatif dan koiling endovaskuler, yang

dilakukan pada 24 jam pertama setelah pendarahan untuk mengatasi aneurisma

yang pecah, serta mengurangi risiko pendarahan ulang. Keputusan jenis terapi

16

Page 17: Referat Cerebral Aneurysm

harus dilakukan oleh tim yang telah berpengalaman memakai kedua teknik terapi

tersebut, disertai pertimbangan berbagai hal bersama pasien. Terapi gen untuk

mengatasi aneurisma, masih dalam tahap pengembangan.

17