Referat Fistula Ani Dr Gapong

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

DAFTAR ISIKata Pengantar...................................................................................................i

Daftar Isi1Pendahuluan 2Tinjauan Pustaka3

Definisi3

Anatomi3Fisiologi5Epidemiologi6

Etiologi6

Patofisiologi6

Klasifikasi7

Diagnosis8

Penatalaksanaan9

Komplikasi11

Prognosis11Penutup12Daftar Pustaka13PENDAHULUANFistula ani atau fistula perianal merupakan saluran abnormal dengan muara eksterna yang terdapat pada daerah perianal yang terhubung dengan kanalis analis atau rectum melalui suata muara interna. Saluran ini diduga disebabkan oleh infeksi kriptoglandular atau abses anorektal yang berulang. Fistula perianal lebih sering terjadi pada laki-laki, usia 20 40 tahun. Insidensi kejadian fistula ani berkisar 1-3:10.000 jiwa. Gejala pada tiap orang bisa bervariasi, mulai dari rasa tidak nyaman hingga sepsis. Penatalaksaan utama adalah secara bedah dan bertujuan untuk mengeluarkan cairan dari fistula, menghilangkan saluran fistula, dan menghindari rekurensi atau gejala yang persisten dengan tetap menjaga fungsi sfingter anal.TINJAUAN PUSTAKAI. DefinisiFistula perianal adalah hubungan abnormal antara epitel dari kanalis anal dan epidermis dari kulit perianal. Biasanya merupakan kelanjutan dari abses anorektal, sehingga fistula perianal merupakan bentuk kronis dari abses anorektal. Muara interna hampir selalu berada dalam kripta. Fistula biasanya tunggal dan hanya melibatkan sebagian muskulus sfingter. Fistula majemuk atau fistula-fistula yang melibatkan seluruh muskulus sfingter eksterna kurang lazim ditemukan.1,2II. AnatomiKanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ektoderm, sedangkan rektum berasal dari endoderm. Karena perbedaan asal anus dan rektum ini, maka pendarahan, persarafan, serta aliran vena dan limfenya berbeda juga, demikian pula epitel yang menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada yang disebut mukosa anus. Daerah batas rectum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel. Kanalis analis dan kulit luar disekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan peka terhadap rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rectum mempunyai persarafan otonom dan tidak peka terhadap nyeri.1 Kanalis analis berukuran panjang 2,5 cm sampai 4 cm, mulai dari flexura perinealis recti. Biasanya canalis analis dalam keadaan tertutup dan baru terbuka pada waktu defekasi. Selaput lendir canalis mempunyai sejumlah 5-10 lipatan-lipatan vertikal yang tetap dan dinamakan columnae rectales (columna anales) Morgagni. Biasanya columna anales Morgagni berukuran panjang 8 mm 12 mm, lebar 3 mm 6 mm dan membentang sampai 12 mm 20 mm di dalam orifisium analis. Diantara columna anales morgagni terdapat lekukan-lekukan yang menyerupai kantong-kantong kecil yang dinamakan sinus rectalis (sinus analis, crypta analis). Lipatan yang terdapat pada ujung columna analis dan membatasi sinus rectalis membentuk suatu katup yang dinamakan valvula analis Morgagni. Columna anales mempunya puncak yang sering kali menjulang ke atas tepi bawah columna rectalis dan berbentuk seperti tonjolan kecil yang dinamakan papillae anales. Bersama-sama tepi atas valvula anales membentuk suatu garis bergerigi yang dinamakan linea pectinea (linea dentata). Selaput lendir di atas linea pectinea mempunyai epitel silindris sedangkan dibawahnya epitel gepeng. Didaerah ini terdapat kripta anus dan kelenjar muara anus antara kolumna rektum. Infeksi yang terjadi disini dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel. Lekukan antar sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas antara sfingter interna dan sfingter eksterna (garis Hilton).

Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter interna dan eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter interna, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator ( puborektalis ), dan komponen m. sfingter eksternus. Muskulus sfingter ani internus terdiri atas serabut otot polos, sedangkan muskulus sfingter ani eksternus terdiri atas serabut otot lurik.1

Gambar 1: Anatomi Kanalis Analis dan Rektum.3Rectum dan canalis analis mendapat perdarahan dari :

1.Arteri hemoroidales superior adalah kelanjutan langsung a. mesenterika inferior.

2.Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka interna.

3.Arteri hemoroidalis inferior adalah cabang dari arteri pudenda interna.

Arteri hemoroidales superior merupakan nadi utama untuk rectum. Pendarahan di pleksus hemoroidalis merupakan kolateral luas dan kaya sekali darah.1,3

Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan berjalan ke arah cranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis ke vena porta. Vena ini tidak memiliki katup sehingga tekanan abdomen menentukan tekanan di dalamnya. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam vena pudenda interna dan ke dalam vena iliaka interna dan sistem kava.

Pembuluh limfe dari kanalis membentuk pleksus halus yang mengalirkan isinya menuju ke kelenjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini cairan limfe terus mengalir sampai ke kelenjar limfe ilaka. Infeksi dan tumor di daerah anus dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh limfe dari rectum diatas garis anorektum berjalan seiring dengan v.hemoroidalis superior dan berlanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta.

Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari sistem parasakral yang terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat. Unsur simpatis plesksus ini menuju ke arah struktur genital dan serabut otot polos yang mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi. Persarafan parasimpatis (nervi ergentes) berasal dari saraf sacral kedua, ketiga, keempat dan kelima. Serabut saraf ini menuju ke jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan cara mengatur aliran darah ke dalam jaringan ini.

Muskulus puborektal mempertahankan sudut anorectum; otot ini mempertajam sudut tersebut bila meregang dan meluruskan usus bila mengendur.1,3III. FisiologiNormalnya, kelenjar di rektum yang terdapat di kripta antar kolumna rektum berfungsi sebagai barrier terhadap lewatnya mikroorganisme penyebab infeksi yang berasal dari lumen usus ke daerah perirektal. Kelenjar ini mengeluarkan lendir yang berguna sebagai pelicin/lubrikasi. Saluran ini memiliki katup satu arah agar produksi lendir bisa keluar tapi feses tidak bisa masuk. Terhalangnya jalan keluar produksi dari kelenjar ini akibat stasis menyebabkan mikroorganisme dari feses masuk ke dalam kelenjar. Mikroorganisme berkembang biak ke dalam kelenjar, membentuk peradangan yang jadi abses. Abses akan mencari jalan keluar dan membentuk semacam pipa yang menembus kulit. Akibatnya, kulit jadi tampak seperti bisul lalu pecah. Pecahan ini tidak bisa menutup karena nanah selalu keluar dan tidak bisa kering karena berhubungan dengan feses. Kondisi ini bisa berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.1IV. Epidemiologi

Fistula perianal lebih sering terjadi pada laki laki berusia 20 40 tahun, berkisar 1-3: 10.000. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses anorectal, akan tetapi tidak semua abses menjadi fistula. Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula.4V. EtiologiKebanyakan fistula merupakan kelanjutan dari proses pengeluaran nanah pada abses anorektal. Terdapat sekitar 7-40% kasus abses anorektal yang berlanjut menjadi fistula perianal. Organisme yang biasanya terlibat dalam pembentukan abses adalah Escherichia coli, Enterococcus sp dan Bacteroides sp. Fistula juga sering ditemukan pada penderita dengan penyakit Crohn, tuberkulosis, divertikulitis, kanker atau cedera anus maupun rektum, aktinomikosis dan infeksi klamidia. Fistula pada anak-anak biasanya merupakan cacat bawaan. Fistula yang menghubungkan rektum dan vagina bisa merupakan akibat dari terapi sinar x, kanker, penyakit Crohn dan cedera pada ibu selama proses persalinan.2,4VI. Patofisiologi

Pada kanalis anal terdapat kelenjar kriptoglandular yang mengalir menuju kripta pada linea dentata. Bila kelenjar mengalami infeksi dan salurannya tersumbat akan menyebabkan abses anorektal. Lokasi abses dapat berada pada ruang perianal, ischiorectal, intersphincteric, maupun pelvirectal.

Bila keadaan ini terus berlanjut akan berlanjut menjadi fistula dimana abses akan berusaha mencari jalan keluar dan dapat timbul juga setelah tindakan drainase, dimana jaringan granulasi berlapis dapat tertinggal dan menyebabkan gejala berulang.1,2,4

Gambar 2: Teori Kriptoglandular.5VII. KlasifikasiSistem klasifikasi Parks menjelaskan ada 4 tipe fistula perianal yang terjadi akibat infeksi kriptoglandular, yaitu:

a) Intersphincterica merupakan bentuk fistula yang paling sering terjadi. Saluran fistel dimulai dari linea dentata menuju ke sfingter internal dan ruang intersphincteric kemudian berakhir di kulit perianal.b) Transphincterica, biasanya disebabkan oleh abses ischiorectal. Fistula dimulai dari linea dentata menuju ke sfingter internal dan eksternal, fossa ischiorectal dan berakhir di kulit perianalc) Suprasphincterica, biasanya merupakan hasil dari abses supralevator. Perjalanannya mirip transphincterica tapi saluran berada di atas sfingter eksternal dan ada perforasi di m. levator ani.d) Ekstrasphincterica, biasanya terjadi karena penetrasi benda asing. Saluran dimulai dari lapisan kulit perianal, ke fossa isiorektal melalui m. levator ani dan berakhir di dinding rectum tanpa melewati mekanisme sfingter.1,2,4,5

Gambar 3: Sistem Klasifikasi Parks.5Menurut klasifikasi Parks, fistula bisa terbagi menjadi simpleks dan kompleks. Yang termasuk fistula simpleks adalah fistula submukosa, intersphinterica dan transsphincterica rendah. Sedangkan yang termasuk fistula kompleks adalah fistula transsphincterica tinggi, suprasphincterica, extrasphincterica maupun fistula multipel.Fistula ani terdiri muara interna dan eksterna. Dengan melihat muara eksterna dapat diperkirakan letak muara internanya dan salurannya dengan Goodsalls rule. Secara umum, jika muara eksterna berada di sebelah anterior dari garis transversal anal maka salurannya berjalan radier membentuk garis lurus. Sebaliknya bila muara eksterna berada di sebelah posterior dari garis transversal anal maka saluran akan melengkung menuju posterior midline.1,2,4

Gambar 4: Goodsalls Rule.5VIII. DiagnosisDari anamnesis didapatkan adanya riwayat kambuhan abses perianal dengan selang waktu di antaranya. Biasanya pasien mengeluh ada nyeri pada daerah anus yang diperberat dengan gerakan, defekasi dan batuk, bengkak, dan keluar cairan purulen atau darah baik secara spontan maupun melalui operasi. Dapat juga ditemukan malaise dan demam ringan.Temuan pemeriksaan fisik tetap menjadi andalan diagnosis. Pada pemeriksaan fisik di daerah anus (dengan pemeriksaan digital/rectal toucher) ditemukan satu atau lebih muara eksternal fistula atau teraba adanya fistula di bawah permukaan kulit. Muara eksterna fistula tampak sebagai bisul (bila abses belum pecah) atau tampak sebagai saluran yang dikelilingi oleh jaringan granulasi. Muara interna fistula dapat dirasakan sebagai daerah indurasi atau nodul di dinding anus setinggi linea dentata.1,2,5Tidak ada studi laboratorium khusus yang diperlukan kecuali pemeriksaan preoperatif yang dilakukan berdasarkan usia dan komorbiditas.Untuk pemeriksaan radiologi dapat dilakukan fistulografi, USG endoanal, CT Scan atau MRI. Namun untuk fistula simpleks tidak perlu dilakukan pemeriksaan ini. Fistulografi merupakan injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan pengambilan gambaran x-ray dari anteroposterior maupun lateral oblik untuk melihat jalur fistula. USG endoanal dilakukan dengan menggunakan transduser 7 atau 10 MHz yang dimasukkan ke dalam kanalis ani untuk membantu melihat differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter. Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding rectal dari beberapa ekstensi suprasfingter. MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks sehingga rekurensi diharapkan menurun. CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit Crohn atau irritable bowel syndrome yang memerlukan evaluasi daerah inflamasi. Dapat juga dilakukan pemeriksaan anal manometri yang merupakan evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter dan berguna pada pasien tertentu seperti pada pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau pada fistula kompleks berulang yang mengenai sphincter ani.2,5,6IX. PenatalaksanaanTujuan terapi dari fistula ani adalah eradikasi sepsis tanpa menyebabkan inkontinensia. Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya sendiri.

Persiapan preoperatif yang dapat dilakukan adalah irigasi rektal dengan enema pada pagi hari sebelum operasi, pemberian antibiotic preoperatif, dan pemberian anestesi baik secara umum, lokal dengan pemberian sedasi intravena, atau blok regional.Simple intersphincteric fistula sering diterapi dengan fistulotomi (membuka saluran fistula), kuretase, dan penyembuhan sekunder. Fistulotomi dilakukan dengan memasukan probe melewati muara eksterna dan interna. Kemudian kulit, jaringan subkutan, dan m.sfingter eksterna subkutan dipotong dengan menggunakan pisau atau elektrokauter sehingga seluruh saluran fistula terbuka. Kuretase dilakukan untuk menghilangkan sisa jaringan granulasi pada dasar saluran.2,4,5Pada fistula transsphinteric terapi tergantung dari lokasi kompleks sphincter yang terkena. Bila fistula kurang dari 30% otot sphincter yang terkena dapat dilakukan sphincterotomy tanpa menimbulkan inkontinensia yang berarti. Bila fistulanya high transsphincteric dapat dilakukan dengan pemasangan seton.

Pada fistula suprasphenteric biasanya diterapi juga dengan pemasangan seton.

Pada fistula extrasphincteric terapi tergantung dari anatomi dari fistula, biasanya bila fistula diluar sphincter dibuka dan didrainase.

Seton digunakan untuk identifikasi tract, sebagai drainase, dan merangsang terjadinya fibrosis dengan tetap menjaga fungsi dari sphincter. Cutting seton terbuat dari karet yang diletak pada fistula untuk merangsang fibrosis. Noncutting seton terbuat dari plastic yang digunakan sebagai drainase. Indikasi pemasangan seton adalah pada fistula kompleks, fistula yang rekuren setelah dilakukan fistulotomi, fistula anterior pada pasien wanita, pasien dengan Crohn disease dan pasien dengan imunodefisiensi.2,4,5Beberapa metode telah diperkenalkan untuk mengidentifikasi tract fistula saat berada di kamar operasi:2,5 Memasukkan probe melalui lubang eksternal sampai ke bukaan internal, atau sebaliknya.

Menginjeksi cairan warna seperti methylene blue, susu, atau hidrogen peroksida, dan memperhatikan titik keluarnya di linea dentata.

Mengikuti jaringan granulasi pada traktus fistula.

Memperhatikan lipatan kripta anal saat traksi dilakukan pada traktus. Hal ini dapat berguna pada fistula sederhana namun kurang berhasil pada varian yang kompleks.2,5

Terapi medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren. Kemungkinan terulangnya timbul kembali fistula selalu ada ( 20% - 40%) tergantung jenis dan letak fistula tersebut.2Terapi pembedahan: Fistulotomi: Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit, dibiarkan terbuka,sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat mungkin dilakukan fistulotomi.

Fistulektomi: Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk menyembuhkan fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya terbuka.

Seton: Benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua macam Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana benang Seton ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan ditolak oleh tubuh dan terlepas sendiri setelah beberapa bulan.

Advancement Flap: Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi keberhasilannya tidak terlalu besar.

Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke dalam saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh. Penggunaan fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana, tidak sakit, dan aman, namun keberhasilan jangka panjangnya tidak tinggi, hanya 16%.2,4,5,6Pada operasi fistula simpleks, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap beberapa hari. Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar. Perawatan luka pasca operasi meliputi sitz bath (merendam daerah bokong dengan cairan antiseptik), dan penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang diberikan untuk rawat jalan antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari hari umumnya tidak terganggu dan pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa hari. Pasien dapat kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien tidak dianjurkan berenang sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama-lama.5X. KomplikasiKomplikasi dini pasca operasi, sebagai berikut :

Retensi urin

Perdarahan

Impaksi tinja.4Komplikasi tertunda pascaoperasi, sebagai berikut :

Abses rekuren Inkontinensia alvi Stenosis Anal: Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis dari kanalis anal. Penyembuhan luka yang tertunda: Penyembuhan leengkap seharusnya terjadi pada minggu kedua belas kecuali ada kelainan lain yang mendasari (rekurensi, Crohn disease).4XI. PrognosisSetelah fistulotomi standar, tingkat kekambuhan dilaporkan adalah 0-18% dan tingkat dari setiap inkontinensia talvi adalah 3-7%. Setelah menggunakan Seton, dilaporkan tingkat kekambuhan adalah 0-17% dan inkontinensia alvi adalah 0-17%. Setelah flap mukosa, tingkat kekambuhan adalah 1-17% dan inkontinensia alvi adalah 6-8%.2PENUTUPHampir semua fistula ani, yang biasanya disebut fistel perianal atau fistel pra-anal, disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum, sehingga kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta diperbatasan anus dan rectum dan lobang lain di perineum di kulit perianal. Kadang fistel disebabkan oleh colitis yang disertai proktitis, seperti TBC, amubiasis, atau morbus Crohn.

Fistel dapat terletak disubkutis, submukosa, antar sfingter, atau menembus sfingter, mungkin fistel terletak anterior, lateral, atau posterior. Bentuknya mungkin lurus, bengkok, atau mirip sepatu kuda. Umumnya sfingter bersifat tunggal, kadang ditemukan yang kompleks. Fistel dengan lubang kripta di sebelah anterior umumnya berbentuk lurus, fistel dengan lobang yang berasal dari kripta di sebelah dorsal umumnya tidak lurus, tetapi bengkok ke depan karena radang dan pus terdorong ke anterior di sekitar m.puborektalis dan dapat membentuk satu lobang perforasi atau lebih di sebelah anterior, sesuai Hukum Hoodsall.Penatalaksanaan fistula ani bertujuan untuk eradikasi sepsis tanpa menyebabkan inkonstinensia. Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya sendiri. Terapi konservatif medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.

DAFTAR PUSTAKA

1. Towsend MC. Sabiston textbook of surgery. 19th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier.2012.p.1389-91.2. Brunicardi DC, Andersen DK. Schwartzs principle of surgery. 10th ed. New York: McGraw-Hill.2014.p.1176, 1229-31.3. Netter FH. Atlas of human anatomy. 6th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier.2014.p.315.4. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit EGC.2004.h.747-8.5. Doherty GM. Current diagnosis and treatment surgery. 13th ed. New York: McGraw-Hill.2010.p.712-4.6. Ellis H, Calne SR, Watson C. Lecture notes: general surgery. 12th ed. West Sussex: Blackwell.2011.p.221-2. 7