Upload
sandy-agustian
View
555
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
1/26
1
REFERAT
HIPERTIROID PADA MOLA HYDATIDOSA
Diajukan kepada Yth. :
dr. Pugud Samodro, Sp.PD
Disusun oleh :
Renata Nadhia M. P G1A212106
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERANSMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2013
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
2/26
2
LEMBAR PENGESAHAN
Referat
Hipertiroid pada Mola Hydatidosa
Disusun Oleh
Renata Nadhia M. Putri
G1A212106
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat ujian kepaniteraan klinik di bagian
Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Margono Soekarjo
Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman
Disetujui dan disahkan
Pada tanggal Mei 2013
Mengetahui,Pembimbing
dr. Pugud Samodro, Sp.PD
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
3/26
3
BAB I
PENDAHULUAN
Mola Hydatidosa adalah suatu penyakit trophoblastik pada kehamilan
yang sering terjadi pada usia reproduksi dimana wanita berumur lebih dari 35
tahun memiliki risiko 2 kali lipat sedangkan wanita berusia 40 tahun memiliki
5-10 kali lipat risiko mengalami Mola Hydatidosa (Moore EL, 2008)
Angka insiden Mola Hydatidosa di negara maju adalah 1 dalam 1500
kehamilan. Hipertiroid pada wanita hamil sulit ditemukan karena banyak gejala
hipertioid juga berhubungan dengan kondisi kehamilan. Diperkirakan 0,2 %
dari kehamilan mengalami hipertiroid, dimana 90 % kasus disebabkan karena
Penyakit Graves sisanya yaitu tiroiditis sub akut, toxic multinoduler goiter,
adenoma toksik, TSH-dependent thyrotoxicosis, T3 atau T4 eksogen, Iodine-
induced hyperthyroidism, Hipermesis gravidarum serta Mola Hydatidosa
(Chaniwala NU et al., 2008)
Hubungan antara hipertiroid dengan Mola Hydatidosa pertama kali
ditemukan tahun 1955 oleh Tisne dkk di Amerika Selatan yang melaporkanadanya ambilan tiroid yang tinggi pada 3 wanita dengan Mola Hydatidosa dan
mereka juga mempunyai gejala klinis hipertiroid yang menghilang dalam
beberapa hari setelah mola tersebut diangkat. Prevalensi hipertiroid pada pasein
dengan Mola Hydatidosa adalah 25-64% di AS, akan tetapi banyak pasien Mola
Hydatidosa tidak mengalami atau sangat sedikit dengan gejala klinis hipertiroid
meskipun telah terjadi peningkatan kadar T4 dan T3. Dilaporkan sekitar 5%
yang mengalami gejala klinis hipertiroid. Beberapa juga melaporkan adanya
krisis tiroid pada pasien hipertiroid dengan Mola Hydatidosa (Chaniwala NU et
al., 2008)
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
4/26
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hipertiroida. Definisi
Disebut juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefinisikan
sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik
hormon tiroid yang berlebihan (Aru et al, 2007).
b. EtiologiPenyebab hipertiroidisme sebagian besar adalah penyakit Graves, goiter
multinodular toksis dan mononodular toksik. Hipertiroidisme pada
penyakit Graves adalah akibat antibody reseptor TSH yang merangsangaktivitas tiroid. Sedang pada goiter multinodular toksik ada
hubungannya dengan autoimun tiroid itu sendiri.
c. PatogenesisGraves disease adalah penyakit autoimun, dimana tubuh menghasilkan
antibodi pada TSHR (antibodi terhadap thyroglobulin, hormon T3 dan
T4 juga dapat dihasilkan). Antibodi ini menyebabkan hipertiroidisme
karena berikatan dengan TSHR dan menstimulasi pembentukan T3 dan
T4 yang sangat banyak.Hal ini membuat timbulnya gejala klinik pada
hipertiroidisme dan pembesaran kelenjar tiroid (Brent GA, 2008)
TipeTipe Antibodi pada TSHR
1. TSI (Thyroid stimulating imunoglobulin)Antibodi ini (terutama IgG) bekerja sebagai Long Acting Thyroid
Stimulants, mengaktifkan sel secara lebih lama dan lambat daripada
TSH, yang akan meningkatkan produksi dari hormon tiroid.
2. TGI (Thyroid growth immunoglobulins)Antibodi ini berikatan langsung dengan TSHR dan telah melibatkan
pertumbuhan tiroid.
3. TBII (Thyrotrophin Binding-Inhibiting Inmunoglobulins)
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
5/26
5
Antibodi ini menghambat TSH dengan reseptornya. Beberapa dari
TBII dapat bertindak seperti TSH untuk menghasilkan hormon
tiroid tetapi ada yang bukan menghasilkan tiroid tetapi menghambat
TSI dan TSH berikatan dan menstimulasi reseptornya (Abalovich M
et al., 2007)
d. Gejala klinisGejala pada hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu makan
meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, lebih suka udara dingin,
sesak napas. Selain itu juga terdapat gejala jantung berdebar-debar,
tremor pada tungkai bagian atas, mata melotot (eksoftalamus), diare,
haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi otot (Halim, 2007).e. Diagnosis
Diagnosis hipertiroid dapat dinilai dari adanya tanda dan gejala
serta pemeriksaan laboratorium. Tanda dan gejala hipertiroid dapat
dinilai menggunakan index wayne dan new castle. Namun yang biasa
digunakan yaitu indeks Wayne (Tabel 1)
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
6/26
6
Tabel 1. Indeks Wayne
Gejala yang baru timbul atau
bertambah berat
ada tidak Tanda-tanda ada tida
Sesak bila bekerja
Berdebar-debar
Kelelahan
Lebih suka udara panas
Lebih suka udara dingin
Tak dipengaruhi suhu
Keringat berlebihan
Keguguran
Nafsu makan bertambah
Nafsu makan berkurang
Berat badan naik
Berat badan menurun
+1
+2
+2
+5
-
+3
+2
+3
+3
-5
-
-3
-3
Kelenjar tiroid teraba
Bising kelenjar tiroid
Eksoftalmos
Kelopak mata
ketinggalan
Gerakan hiperkinetik
Tremor halus pada jari
Tangan yang panas
Tangan yang basah
Atrium fibrilasi
Nadi yang teratur:
90/menit
+3
+2
+2
+1
+4
+1
+2
+1
+4
0
+3
-3
-2
-2
-2
-1
-3
0
Interpretasi:
Skor Interpretasi
20 atau lebih Hipertiroid
Kurang dari 10 Tidak ada hipertiroid klinis
1019 Meragukan
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
7/26
7
f. PenatalaksanaanObat antitiroid (Propiltiourasil atau metimazol)
Obat ini memperlambat fungsi tiroid dengan cara mengurangi
pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar. Kedua obat tersebut
diberikan per-oral (ditelan), dimulai dengan dosis tinggi, selanjutnya
disesuaikan dengan hasil pemeriksaan darah terhadap hormon tiroid.
Dosis yang lebih tinggi bisa mempercepat pengendalian fungis tiroid,
tetapi resiko terjadinya efek samping juga meningkat (Sherwood,
2001). Efek samping yang terjadi bisa berupa reaksi alergi (ruam
kulit), mual, hilang rasa dan penekanan sintesa sel darah merah di
sumsum tulang. Penekanan sumsum tulang bisa menyebabkanberkurangnya jumlah sel darah putih, sehingga penderita sangat peka
terhadap infeksi. Pada wanita hamil, penggunaan propiltriurasil lebih
aman dibandingkan dengan metimazol karena lebih sedikit obat yang
sampai ke janin (Guyton, 1997). Obat ini biasanya bisa mengendalikan
fungsi tiroid dalam waktu 6 minggu sampai 3 bulan.
Obat-obat beta bloker(misalnya propanolol)
Obat ini diberikan bersama obat antitiroid (Propiltiourasil atau
metimazol). Manifestasi klinis hipertiroidisme yaitu akibat dari
pengaktifan simpatis yang dirangsang oleh hormon tiroid, maka
manifestasi klinis tersebut akan berkurang dengan pemberian penyekat
beta; yang berfungsi menurunkan takikardi, kegelisahan, dan keringat
berlebihan (Sherwood, 2001).
Pengobatan dengan yodium radioaktif (RAI)
Pada pasien dengan hipertiroid juga perlu diberikan yodium
radioaktif yang menghancurkan kelenjar tiroid. Yodium radioaktif per-
oral memberikan pengaruh yang sangat kecil terhadap tubuh, tetapi
memberikan pengaruh yang besar terhadap kelenjar tiroid. Karena itu
dosisnya disesuaikan sehingga hanya menghancurkan sejumlah kecil
tiroid agar pembentukan hormon kembali normal, tanpa terlalu banyak
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
8/26
8
mengurangi fungsi tiroid. Sebagian besar pemakaian yodium radioaktif
pada akhirnya menyebakan hipotiroidisme. Yodium radioaktif tidak
diberikan kepada wanita hamil karena bisa melewati sawar plasenta dan
bisa merusak kelenjar tiroid janin.
Operatif
Tiroidektomi yaitu dimana kelenjar tiroid diangkat melalui
pembedahan. Pembedahan tiroidektomi subtotal sesudah terapi
propiltiourasil prabedah. Prinsif umum dari pembedahan ini adalah
operasi baru dikerjakan kalau keadaan pasien eutiroid, klinis maupun
biokimiawi. Indikasi bedah pada hipertiroid :
1.
Perlu mencapai hasil definitif cepat.2. Keberatan terhadap antitiroid.3. Penanggulangan dengan antitiroid tidak memuaskan.4. Struma multinoduler dengan hipertiroid.5. Nodul toksik soliter.
2. Mola Hidatidosaa. Definisi
Mola hidatidosa (MH) adalah suatu kehamilan abnormal yang sebagian
atau seluruh stroma vili korialisnya langka akan vaskularisasi,
edematous, dan mengalami degenerasi hidropik berupa gelembung yang
menyerupai anggur (Martaadisoebrata, 2005; Prawirohardjo, 2005).
Kehamilan mola merupakan komplikasi kehamilan yang tidak biasa,
yang ditandai dengan proliferasi trofoblas abnormal dan diklasifikasikan
menjadi mola hidatidosa parsial dan mola hidatidosa komplit
(Berkowitz dan Goldstein, 2009).
b. EtiologiHingga saat ini, belum diketahui penyebab kejadian mola hidatidosa.
Beberapa faktor risiko telah teridentifikasi berpengaruh terhadap
patogenesis mola hidatidosa. Faktor-faktor tersebut menghasilkan
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
9/26
9
proliferasi tak terkontrol pada trofoblas (Vorvick, 2010;
Martaadisoebrata, 2005).
c. Gejala klinisPerdarahan vaginal
Perdarahan vaginal merupakan gejala utama mola hidatidosa, dimana
gejala yang mencolok dan dapat bervariasi mulai spotting sampai
perdarahan yang banyak. Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara
bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat
perdarahan bisa intermitten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
sehingga menyebabkan syok atau kematian. Karena perdarahan ini
umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan anemia.Hiperemesis gravidarum
Pasien biasanya mengeluh mual muntah hebat. Hal ini akibat dari
proliferasi trofoblas yang berlebihan dan akibatnya memproduksi terus
menerus B HCG yang menyebabkan peningkatan B HCG hiperemesis
gravidarum tampak pada 15 -25 % pasien mola hidatidosa. Walaupun
hal ini sulit untuk dibedakan dengan kehamilan biasa. 10% pasien mola
dengan mual dan muntah cukup berat sehingga membutuhkan
perawatan di rumah sakit.
Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tropoblastik yang berlebihan,
volume vesikuler villi yang besar rasa tidak enak pada uterus akibat
regangan miometrium yang berlebihan. Pada sebagian besar pasien
ditemukan tanda ini tetapi pada
sepertiga pasien uterus ditemukan lebih kecil dari yang diharapkan.
Hipertiroid
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering
meningkat (10%), namun gejala hipertiroid jarang muncul. Terjadinya
tirotoksikosis pada mola hidatidosa berhubungan erat dengan besarnya
uterus. Makin besar uterus makin besar kemungkinan terjadi
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
10/26
10
tirotoksikosis. Oleh karena kasus mola dengan uterus besar masih
banyak ditemukan, maka dianjurkan agar pada setiap kasus mola
hidatidosa dicari tanda-tanda tirotoksikosis secara aktif dan memerlukan
evakuasi segera karena gejala-gejala ini akan menghilang dengan
menghilangnya mola. Mola yang disertai tirotoksikosis mempunyai
prognosis yang lebih buruk, baik dari segi kematian maupun
kemungkinan terjadinya keganasan. Biasanya penderita meninggal
karena krisis tiroid. Peningkatan tiroksin plasma mungkin karena efek
dari estrogen seperti yang dijumpai pada kehamilan normal. Serum
bebas tiroksin yang meningkat sebagai akibat thyrotropin like effect
dari Chorionic Gonadotropin Hormon. Terdapat korelasi antara kadarhCG dan fungsi endogen tiroid tapi hanya kadar hCG yang melebihi
100.000 iu/L yang bersifat tirotoksis. Sekitar 7 % mola hidatidosa
komplit datang dengan keluhan seperti hipertensi, takikardi, tremor,
hiperhidrosis, gelisah emosi labil dan warm skin.
Kista teka lutein
Kelainan lain yang menyertai MHK adalah adanya kista lutein, sebagai
akibat dari rangsangan berlebihan terhadap ovaruim oleh hCG yang
sangat tinggi. Kista yang timbul dapat unilateral maupun bilateral
dengan besar yang bervariasi. Umumnya kista ini akan mengecil
kembali setelah jaringan mola dievakuasi. Dengan demikian, kista tidak
perlu diangkat kecuali jika ditemukan komplikasi berupa torsio atau
ruptur, bila memberikan keluhan mekanis dapat dilakukan dekompresi
atau aspirasi
d. PatogenesisPembahasan Mola Hidatidosa Komplit (MHK) terpisah dengan Mola
Hidatidosa Parsial. Di antara teori yang digunakan untuk menjelaskan
patogenesis MHK adalah teori yang dikemukakan oleh Hertig, et al.,
Park, et al., dan teori sitogenik.
a) Teori Hertig, et al.
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
11/26
11
Hertig, et al, menganggap bahwa pada MH terjadi insufisiensi
peredaran darah akibat matinya embrio pada minggu ke 3-5 (missed
abortion), sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan
mesenkim vili dan terbentuk kista-kista kecil yang makin lama
makin besar, hingga kemudian terbentuk gelembung mola.
Sedangkan proliferasi trofoblas merupakan akibat dari tekanan vili
yang edematous tersebut.
b) Teori Park, et al.Berbeda dengan teori Hertig, et al, Park menyatakan bahwa faktor
primer pada kejadian MHK adalah adanya jaringan trofoblas yang
abnormal, baik berupa hiperplasi, dysplasia, maupun neoplasia.Bentuk abnormal ini disertai pula dengan fungsi abnormal, dimana
terjadi absorpsi cairan berlebihan ke dalam vili. Keadaan ini
menekan pembuluh darah yang pada akhirnya menyebabkan
kematian embrio.
c) Teori SitogenikTeori ini merupakan teori yang banyak digunakan saat ini. Teori ini
menerangkan bahwa kehamilan MH terjadi karena sebuah ovum
yang tidak berinti (kosong) atau yang intinya tidak aktif, dibuahi
oleh sperma haploid (23x). Hasil konsepsi tersebut kemudian
mengadakan penggandaan sendiri (endoreduplikasi) menjadi 46xx.
Sehingga dua unsur x pada kromosom MH berasal dari sperma
(unsur ayah), tidak ada unsur ovum di dalamnya. Dengan kata lain,
teori ini disebut juga Diploid Androgenetic (Berkowitz dan
Goldstein, 2009; Zhou, Chen, Li, et al., 2012).
Pada kehamilan yang sempurna, harus terdapat kromosom baik dari
sperma maupun ovum. Unsur ovum akan membentuk bagian
embrional (janin) dan unsur sperma diperlukan untuk pembentukan
bagian ekstraembrional, seperti plasenta, amnion, dan lain-lain,
secara seimbang. Ketiadaan unsur ovum pada MH menjadikan tidak
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
12/26
12
adanya bagian embrional, hanya akan terbentuk bagian
ektraembrional yang patologis berupa vili korialis yang mengalami
degenerasi hidropik. Abnormalitas ovum dapat terjadi karena
gangguan pada proses meiosis berupa kejadian nondisjunction.
Gangguan proses meiosis ini antara lain terjadi pada kelainan
strukstural kromosom yaitu balanced translocation (Berkowitz dan
Goldstein, 2009; Zhou, Chen, Li, et al., 2012).
MH dapat pula terjadi akibat pembuahan ovum kosong oleh 2
sperma sekaligus (dispermi). Pembuahan tersebut dapat terjadi
dengan dua sperma haploid 23x atau satu sperma haploid x dan
haploid y. Akibatnya dapat terbentuk hasil konsepsi 46xx atau 46xy.Pada pembuahan dengan dispermi tidak terjadi endoreduplikasi.
Kromosom 46xx hasil endoreduplikasi dan 46xx hasil pembuahan
dengan dispermi, walaupun tampaknya sama, namun berbeda
genotip. Sebagian menganggap bahwa 46xx heterozigot, yang
berasal dari pembuahan dengan dispermi meniliki potensi keganasan
yang lebih besar. Pembuahan dispermi dengan dua haploid 23y
(46yy) dianggap tidak pernah bisa terjadi/nonviable (Berkowitz dan
Goldstein, 2009; Zhou, Chen, Li, et al., 2012).
Patogenesis Mola Hidatidosa Parsial
Secara sitogenetik MHP terjadi karena ovum normal, 23x, dibuahi
dengan dispermi. Dapat dibuahi oleh dua haploid 23x, satu haploid
23x dan satu haploid 23y, atau dua haploid 23yy. Hasil konsepsi
dapat berupa 69xxx, 69 xxy, atau 69 xyy. Kromosom 69yyy tidak
pernah ditemukan (Bashabsheh, 2011 dan Murphy, 2011). Sehingga
pada MHP disebut sebagaiDiandro Triploid. Unsur embrional dapat
terbentuk karena pada MHP terdapat unsur ovum. Namun,
komposisi unsur ovum dengan sperma tidak seimbang. Unsur
sperma yang tidak normal tersebut yang menyebabkan terbentuknya
plasenta abnormal, yang merupakan gabungan dari vili korialis yang
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
13/26
13
normal dan yang mengalami degeneras hidropik. Oleh karena itu,
fungsi plasenta dalam hal ini pun tidak dapat mempertahankan janin
hingga viable. Biasanya terjadi kematian janin/ Intrauterin Fetal
Death (IUFD) yang sangat dini (Berkowitz dan Goldstein, 2009;
Zhou, Chen, Li, et al., 2012).
e. Diagnosisa) Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan berupa keterlambatan haid
(amenore), perdarahan pervaginam, perut terasa lebih besar dari
lamanya amenore, tidak merasa gerakan janin seiring terjadinya
perbesaran rahim.b) Pemeriksaan Klinis Ginekologi
Pada pemeriksaan ditemukan uterus yang lebih besar dari usia
kehamilan dan tidak ditemukan tanda pasti kehamilan seperti denyut
jantung janin, ballotemen, atau gerakan janin.
c) LaboratoriumPada hasil laboratorium dapat ditemukan kadar -hCG yang lebih
tinggi dari normal
d) USGPada pemeriksaan tampak gambaran vesikuler di kavum uteri.
Diagnosis pasti ditentukan oleh hasil permeriksaan patologi anatomi
(PA). Secara mikroskopis akan tampak gambaran stroma vili yang
edematous, tidak mengandung pembuluh darah (avaskuler), disertai
hyperplasia sel sito dan sel sinsitiotrofoblas. Berdasarkan hasil PA
dapat pula diprediksi prognosis MHK, akan mengalami transformasi
keganasan atau tidak, dengan melihat pada proliferasi sel-sel
trofoblas. Proliferasi yang berlebihan memungkinkan transformasi
ke arah keganasan lebih besar (Martaadisoebrata, 2005).
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
14/26
14
f. Terapi Mola Hidatidosaa)Perbaikan Keadaan Umum
Sebelum melakukan evakuasi jaringan mola, keadaan umum ibu
diperbaiki sesuai dengan penyulit yang menyertai. Transfusi darah
untuk mengatasi anemia berat dan syok hipovolemik, penanganan
preeklampsia, serta pemberian obat antitiroid. Tindakan yang
dilakukan sebelum penderita stabil dapat merangsang terjadinya
syok ireversibel, eklampsia, atau krisis tiroid, yang dapat berakibat
pada kematian. Penanganan emboli paru hanya berupa penanganan
suportif berupa pemberian antikoagulan dan oksigenasi hingga
gejala akutnya berkurang (Martaadisoebrata, 2005; Lurein, 2010;Vorvick, 2010).
b) Evakuasi jaringanMH merupakan kehamilan patologis yang sering disertai dengan
penyulit sehingga pada prinsipnya jaringan mola harus dievakuasi
secapat mungkin. Terdapat dua cara evakuasi, meliputi kuret vakum
(suction curretage) dan histerektomi total. Kuret vakum merupakan
metode pilihan bagi wanita yang masih harus mempertahankan
fertilitasnya, sedangkan histerektomi total dilakukan pada wanita
dengan usia > 35 tahun dengan jumlah anak cukup, sebagai tindakan
profilaksis terhadap terjadinya keganasan di uterus
(Martaadisoebrata, 2005; Lurein, 2010; Vorvick, 2010).
c) ProfilaksisTindakan profilaksis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
histerektomi total dan kemoterapi. Kemoterapi dapat diberikan pada
golongan risiko tinggi yang menolak atau tidak dapat dilakukan
histerektomi total, atau pada wanita dengan hasil PA yang
mencurigakan. Pemberian kemoterapi dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
15/26
15
1) Metrotreksat 20 mg/hari, intramuskular, Asam Folat 10 mg(3x1), sebagai antidote dan Cursil 35 mg (2x1) sebagai
hepatoprotektor, selama 5 hari berturut-turut.
2) Actinomycin D 1 flakon sehari, selama 5 hari berturut-turut,tidak memerlukan antidote maupun hepatoprotektor
(Martaadisoebrata, 2005).
d) Follow upSebanyak 15%-20% dari penderita pasca-MH dapat mengalami
transformasi keganasan menjadi Tumor Trofoblas Gestasional
(TTG). Masa laten terjadinya keganasan sangat bervariasi.
Keganasan dapat terjadi dalam kurun waktu satu minggu hingga tigatahun pascaevakuasi. Tujuan dari follow up adalah untuk melihat
proses involusi berjalan normal baik anatomis, laboratoris maupun
fungsional, seperti involusi uterus, turunnya kadar -hCG, dan
kembalinya fungsi haid. Selain itu, untuk menentukan adanya
transformasi keganasan, terutama pada tingkat yang sangat dini.
Pada umumnya, para pakar sepakat bahwa lama follow up
berlangsung selama satu tahun. Dalam tiga bulan pertama
pascaevakuasi, penderita datang untuk kontrol setiap dua minggu.
Kemudian dalam tiga bulan berikutnya, penderita datang setiap satu
bulan. Selanjutnya dalam enam bulan terakhir, penderita datang tiap
dua bulan. Selamafollow up, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1) Keluhan, berupa perdarahan, batuk, atau sesak nafas2) Pemeriksaan ginekologis, terutama adanya tanda-tanda
subinvolusi
3) Kadar -hCG, terutama bila ditemukan terdapat tanda-tandadistorsi dari kurva regresi normal.
Bila dalam tiga kali pemeriksaan berturut-turut, ditemukan slah satu
dari tiga tanda tersebut, penderita harus dirawat untuk pemeriksaan
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
16/26
16
yang lebih intensif meliputi USG, foto thorak, dan lain-lain
(Martaadisoebrata, 2005; Lurein, 2010; Vorvick, 2010).
Follow up dihentikan apabila sebelum satu tahun wanita sudah
mengalami kehamilan normal, atau bila setelah satu tahun tidak ada
keluhan, uterus, fungsi haid, dan kadar -hCG dalam batas normal.
Selama masafollow up, wanita dianjurkan untuk tidak hamil terlebih
dahulu, karena dapat menimbulkan salah interpretasi. Jadwal follow
up harus ditepati karena kemungkinan terjadinya transformasi
keganasan lebih besar pada MHK pertama (Martaadisoebrata, 2005;
Lurein, 2010; Vorvick, 2010).
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
17/26
17
3. Hipertiroid Pada Mola HydatidosaPenyakit trophoblastik pada kehamilan adalah istilah umum dari
spektrum proliferasi abnormal trophoblas. Mola Hydatidosa menujukkan
suatu bentuk jinak dari penyakit trophoblastik sedangkan koriokarsinoma
merupakan bentuk yang ganas, dan sering mengalami metastase.
Diperkirakan 75-80 % pasien pada awalnya terdiagnosis memiliki MH
berbentuk jinak dan mengalami resolusi spontan setelah dilatasi dan
kuretage, tapi 15-25 % selanjutnya bisa menjadi lokal invasif dan 3-5 %
akhirnya terbukti mengalami metastase.
Selama kehamilan, beberapa perubahan fisiologik yang terjadi pada
fungsi tiroid yaitu peningkatan 2-3 kali lipat konsentrasi Thyroxine BindingGlobulin (TBG), peningkatan 30-100% konsentrasi T3 total dan T4,
peningkatan serum tiroglobulin, peningkatan kliren yodium pada ginjal dan
stimulasi kalenjar tiroid oleh Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
(Albaar MT, 2009; Moeller LK, 2009). Kehamilan umumnya menghasilkan
peningkatan aktivitas tiroid yang membuat individu untuk mempertahankan
diri pada kondisi eutyroid. Akan tetapi, baik hiper maupun hipo bisa terjadi
pada kehamilan. Penilaian fungsi tiroid pada kehamilan sangat penting
untuk mencegah komplikasi ibu dan bayi berupa peningkatan risiko abortus
spontan, kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah, kematian janin
dalam kandungan, dan preeklampsia (Moeller LK, 2009).
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
18/26
18
Tabel 2. Fungsi tiroid selama kehamilan
Diagnosis hipertiroid sangat sulit terutama pada trimester pertama
karena gejala klinik hipertiroid hampir mirip (Albaar MT, 2009). Gejala klinis
hipertiroid dengan MH sering tidak ada gejala atau sangat sedikit ditemukan,
gejala ini berbeda dengan penyakit graves pada kehamilan dimana biasanya
sering disertai dengan pembesaran kalenjar tiroid dan exoptalmus (Kim JM and
Arakawa K, 1976). Frekuensi gejala klinis wanita dengan hipertiroid tidak
ditemukan secara pasti. Higgin dkk menemukan bukti klinis hipertiroid pada 9
dari 14 pasien. Galton dkk menemukan peningkatan fungsi tiroid pada semua
pasien yang diteliti, tapi tidak ditemukan gejala klinik pada grup ini (Chaniwala
NU et al., 2008)
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
19/26
19
Gambar 1. Algoritme evaluasi hipertiroid selama kehamilan.
Ada dua kondisi spesifik pada kehamilan yang menyebabkan hipertiroid
yaitu hiperemesis gravidarum dan penyakit trophoblastik. Hiperemesis
gavidarum dikaitkan dengan hCG yang mengiduksi peningkatan kadar
estradiol, akan tetapi hubungan antara hiperemesis dan hipertiroid masih
belum sepenuhnya dipahami. Akan tetapi baik hiperememis gravidarum
maupun MH ini perlu diidentifikasi segera karena pengobatan penyakit
dasar akan mengatasi kondisi hipertiroidnya (Albaar MT, 2009; Meister
LHF et al., 2005)
Human Chorionic Gonadotropin terdapat pada plasenta tersusun dari
sub unit alpha yang mirip dengan sub unit alpha hormon pituitary
glycoprotein seperti LH, FSH dan TSH, dan sub unit b pada hCG memiliki
stuktur 85% yang hampir sama pada 114 asam amino dan 12 residual sistein
pada sub unit b dari TSH (Albaar MT, 2009; Fantz CR et al., 1999). Karena
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
20/26
20
struktur yang hampir mirip tersebut dari hCG dengan TSH menyebabkan
hCG dapat merangsang stimulasi reseptor TSH (TSHr) dalam menghasilkan
hormon tiroid seperti hormon TSH pada umumnya. Ini dapat dibuktikan
pada suatu penelitian sel tiroid pada tikus, yang menghasilkan peningkatan
ambilan yodium dan produksi cAMP setelah diberikan hCG. Pada kultur
folikel tiroid pada manusia didapatkan stimulasi ambilan yodium,
organifikasi dan sekeresi dari T3 (Albaar MT, 2009). Studi lain yang
dilakukan oleh Herschman dan Higgins menujukkan bahwa hCG memiliki
aktifitas menstimulasi tiroid dan ditemukan bahwa adanya suatu hubungan
yang erat diantara kadar serum hCG yang diukur dengan
radioimmunoassay, molar TSH yang diukur dengan bioassay dan T3. 11Pada trimester pertama kehamilan, hCG mencapai konsentrasi tertinggi, ini
membuat stimulasi pada kalenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid
dan menekan kadar TSH. Pada trimester kedua dan ketiga, konsentrasi TSH
akan meningkat secara bertahap karena penurunan kadar hCG. Mekanisme
ini menghasilkan kurva seperti cermin. Beberapa hasil penelitian
melaporkan bahwa setiap 10.000 mIU/L peningkatan hCG akan diikuti
dengan peningkatan 0,6 pmol/L ( 0,1 ng/dL kadar FT4 dan menurunkan
kadar TSH 0,1mIU/L. Peningkatan FT4 pada trimester pertama diduga
dapat diketahui bila kadar hCG 50.000 75.000 mIU/L bertahan sampai
lebih dari 1 minggu (Albaar MT, 2009).
Pada pasien hiperthiroid yang disebabkan oleh penyakit tropoblastik akan
terjadi peningkatan FT4 dan konsentrasi T3, penurunan TSH, dan
peningkatan hCG secara signifikan. Walaupun konsentrasi FT4 dan T3
dapat meningkat pada konsentrasi hCG > 50.000 IU/L tetapi pada pasien
tumor trophoblastik, serum hCG biasanya melebihi 300.000 IU/L dan selalu
melebihi 100.000 IU/L. Pasien tirotoksikosis juga mengalami rasio T4
menjadi T3 lebih tinggi dibandingkan dengan Penyakit Graves (Fantz CR,
1999). Kalenjar tiroid biasanya tidak membesar atau hanya sedikit
membesar, jarang melebihi ukuran 2 kali normal, dan opthalmopathy tidak
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
21/26
21
ditemukan pada kondisi ini. Selain Mola Hydatidosa menyebabkan
hipertiroid, peningkatan kadar hCG juga dihubungkan penyakit tropoblastik
yang lain seperti koriokarsinoma, embrional sel karsinoma, teratokarsinoma
dan testicular karsinoma. HCG menginduksi hipertiroid tanpa proses
neoplasma secara terbatas pada trimester pertama dan jika diperlukan dapat
diberikan pengobatan standar antitiroid seperti PTU (Meister LHF, 2005).
Pada pasien dengan hCG yang meningkat oleh karena proses neoplasma
sering memerlukan tindakan kemoterapi selain tindakan pembedahan.
4. Penatalaksanaan hipertiroid pada mola hydatidosaPenatalaksanaan pada Mola Hydatidosa terdiri dari dua fase yaitu
evakuasi mola segera dan tindak lanjut untuk mendeteksi proliferasitrofoblas persisten atau perubahan keganasan. Mola harus dikeluarkan
biasanya dilakukan melalui tindakan dilatasi dan kuretase atau lebih dikenal
sebagai kuret (Syafii et al., 2006). Sebagai alternatif dapat digunakan
oksitosin atau prostaglandin untuk membuat rahim berkontraksi dan
mengeluarkan isinyaC (Ehlen et al., 2002). Pada tahap pra bedah adalah
mempersiapkan penderita menjadi eutiroidi untuk mencegah terjadinya
krisis tiroid, digunakan kombinasi obat yaitu PTU 200 mg. Obat tersebut
memiliki efek menghambat reaksi autoimun pada proses pembentukan
hormon tiroid dan mencegah sintesis hormon tiroid sehingga dapat
menurunkan kadar hormon T3 dan T4. Pemberian obat Propiltiourasil
(PTU) pada wanita hamil dalam dosis 3 x 50-100 mg per hari.
Penelitian yang dilakukan oleh Adam (2011) menyatakan bahwa
pada 13 wanita hamil dengan hipertiroid selama kehamilan tidak
menemukan kelainan pada bayi yang dilahirkan setelah pemberian
Propiltiourasil (PTU) dalam dosis 3 x 50-100 mg per hari
(Djokomuljanto, 2006). Apabila Propiltiourasil (PTU) diberikan pada dosis
yang melebihi 3 x 50-100 mg per hari akan memiliki efek samping yaitu
kerusakan pada organ ginjal, organ hati (Olson, 2003 dan Gunawan GS,
2007). Karena perjalanan penyakit hipertiroidi dapat berlangsung sangat
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
22/26
22
cepat, dianjurkan untuk memberikan OAT kepada setiap penderita dengan
fungsi tiroid yang meningkat, walaupun tidak disertai hipertiroidi klinis.
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
23/26
23
BAB III
KESIMPULAN
1. Human chorionic gonadothropin (hCG) adalah hormone peptide yangdisusun oleh kedua sub unit disebut rantai alfa dan beta. Sub unit alfa
identik dengan TSH, sementara rantai beta berbeda dengan keduanya.
Dengan demikian, hormone struktur parsial antara TSH dengan hCG
mengakibatkan hCG bisa bertindak sebagai hormone tirotropik.
5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
24/26
24
DAFTAR PUSTAKA
Abalovich M et al. 2007. Management of thyroid dysfunction during pregnancyand postpartum : An Endocrine Society Clinical Practice Guideline. J Clin
Endocrinology Metabolik 92 (suppl) : S1
Adam MJ. 2011.Penatalaksanaan Penderita Hipertiroid Dengan Kehamilan dan
Laktasi. Artikel Ilmiah Ilmu Penyakit Dalam. Divisi Endokrin-Metabolik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Makasar.
Albaar MT, Adam JM. Gestational Transient Thyrotoxicosis: Clinical Practice.
Acta Med Indones - Indones J Intern Med. 2009. 41(2) : 99-104
Aru W., Sudoyo, dkk, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat PenerbitanIlmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.
Bashabsheh AM. 2012. ClinicoPathological Study of Hydatidiform Moles in
a Sample from Department of Obstetrics & Gynecology at Damascus
University.European Journal of Scientific Research.Pathological Study
of Hydatidiform Moles in a Sample from Department of Obstetrics &
Gynecology at Damascus University. (55) 4 : 517520.
Berkowitz, R. S., Goldstein, D. P. 2009. Molar Pregnancy.N Engl J Med 2009;360:1639-164.
Brent GA. 2008. Clinical practice. Graves disease. N Engl J med 2008; 358:
2594
Chaniwala NU, Woolf PD, Bruno CP, Kaur S, Spector H, Yacono K. Thyroid
Storm Caused by a Partial Hydatidiform Mole. Thyroid 2008 16(4).
479-480
Ehlen GT, Vancouver BCP, Bessette , Sherbrooke QC, Gerulath AH, Toronto
ONL, Jolicoeur, RN, Ottawa ONR, Savoin, Moncton NB. 2002.Gestational.
Fantz CR, Dagogo SJ, Ladenson JH, Gronowski AM. Thyroid Function duringPregnancy: Case Conference. Clinical Chemistry. 1999 ; 45 (12) :
22502258
http://dokternetworkangk97.blogspot.com/2011/02/penatalaksanaan-penderita-hipertiroid.htmlhttp://dokternetworkangk97.blogspot.com/2011/02/penatalaksanaan-penderita-hipertiroid.htmlhttp://dokternetworkangk97.blogspot.com/2011/02/penatalaksanaan-penderita-hipertiroid.htmlhttp://dokternetworkangk97.blogspot.com/2011/02/penatalaksanaan-penderita-hipertiroid.html5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
25/26
25
Gunawan GS. 2007. Propiltiourasil (PTU). Farmakologi dan Terapi. Edisi V.Departemen Farmakologi dan Teurapetik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 441-442 hal.
Guyton and Hall. Hipertiroidisme. Dalam: Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran.Jakarta : EGC.1997.
Halim A.M., 2007. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis danTerapi. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Kim JM, Arakawa K. Severe Hyperyhyroidism Associated with Hydatiform
Mole: Clinical Report. Anesthesiology. 1976 ; 41(5) : 445-4489
Lauralee Sherwood. Kelenjar Tiroid Dalam : Fisiologi Manusia dari Sel keSistem. Jakarta : EGC.2001.
Lurain, J. R. 2010. Gestational trophoblastic disease I: epidemiology,
pathology, clinical presentation and diagnosis of gestationaltrophoblastic disease, and management of hydatidiform mole. Am JObstet Gynecol:531-539
Martaadisoebrata, D. 2005. Buku Pedoman Pengelolaan Penyakit Trofoblas
Gestasional. Jakarta: EGC.
Meister LHF, Hauck PR, Graf H, Carvalho GA. Hyperthyroidism Due to
Secretion of Human Chorionic Gonadotropin in a Patient With
Metastatic Choriocarcinoma. Arq Bras Endocrinol Metab. 2005 49(2).
319322
Moeller LK. Thyroid Disease in Pregnancy. Hvidovre hospital. Avalaible athttp://www.gyncph.dk/secher/index.htm.
Moore EL, Hernandez E. Hydatiform Mole. Available
at:http://emedicine.medscape.com/article/254657. Last update :
September 24, 2008
Murphy MK, Ronnett MB. 2011. Diagnosis of Hydatidiform Moles:
Morphology and Ancillary Techniques. The Johns Hopkins University
School of Medicine. 125.
Olson J. 2003. Propiltiourasil (PTU). Farmakologi. Jakarta : Mc Graw HillEducation, 190-192 hal.
Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Syafii, Aprianti S, Hardjoeno. 2006. Kadar B-HCG Penderita Mola Hidatidosa
Sebelum dan Sesudah Kuretase.Penelitian.(13) : 1-3.
http://www.gyncph.dk/secher/index.htmhttp://www.gyncph.dk/secher/index.htmhttp://www.gyncph.dk/secher/index.htm5/27/2018 Referat Hipertiroid Mola
26/26
26
Vorvick, L. J. 2010. Hydatidiform Mole. Available athttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001907/. Accessed on
22
ndNovember 2012.
Zhou, Xi, Yongli Chen, Yongmei Li, et al.. 2012. Partial hydatidiform mole
progression into invasive mole with lung metastasis following in vitro
fertilization. Oncology Letters Vol. 3 Num. 3: 659-661.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001907/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001907/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001907/