Upload
syahidahar
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/25/2019 Referat syeni
1/22
Bagian Ilmu Bedah Referat
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
PERITONITI
!isusun oleh"
#ahidah $mani##a Ramadhan
%&'%%'(%)*
Pem+im+ing"
dr, $nthon# imangunsong -,B
!i+awakan !alam Rangka Tugas Ke-aniteraan Klinik
MF./a+oratorium Ilmu Bedah
RU! $+dul 0aha+ 1ahranie amarinda
Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Mulawarman
2%'3
1
7/25/2019 Referat syeni
2/22
B$B I
PEN!$4U/U$N
',' /atar Belakang
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput
organ perut (peritonieum). Peritonieum adalah selaput tipis dan jernih yang
membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Lokasi peritonitis bisa
terlokalisir atau difuse, riwayat akut atau kronik dan patogenesis disebabkan oleh
infeksi atau aseptik. Peritonitis merupakan suatu kegawat daruratan yang
biasanya disertai dengan bakterecemia atau sepsis. Akut peritonitis sering menular
dan sering dikaitkan dengan perforasi viskus (secondary peritonitis). Apabila
tidak ditemukan sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis diketagori
sebagaiprimary peritonitis. ()
!ebenarnya peritoneum sangat kebal terhadap infeksi. "ika pemaparan
tidak berlangsung terus # menerus, tidak akan terjadi peritonitis. !ebagian besar
peritonitis disebabkan karena perforasi appendiks, lambung, usus halus, atau
kandung empedu.
$eputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena
setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas. $etepatan diagnosis dan penanggulangannya
tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
',2 Tu1uan
%ujuan dari penulisan referat ini adalah &
) 'enjelaskan tentang definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan
penatalaksaan dari peritonitis.
) !ebagai pemenuhan tugas di Laboratorium lmu *edah, +akultas
$edokteran niversitas 'ulawarman.
2
7/25/2019 Referat syeni
3/22
B$B II
TIN5$U$N PUT$K$
2,' $N$TOMI !$N FIIO/O6I
Peritoneum merupakan membran yang terdiri dari satu lapis sel mesothel
yang dipisah dari jaringan ikat vaskuler dibawahnya oleh membrane basalis. a
membentuk kantong tertutup dimana visera dapat bergerak bebas didalamnya.
Peritoneum meliputi rongga abdomen sebagai peritoneum parietalis dan melekuk
ke organ sebagai peritoneum viseralis.()
Luas permukaannya mendekati luas permukaan tubuh yang pada orang
dewasa mencapai ,-m. a berfungsi sebagai membrane semipermeabel untuk
difusi arah untuk cairan dan partikel. Luas permukaan untuk difusi seluas m
(/).
Pada rongga peritoneum dewasa sehat terdapat 00cc cairan peritoneal
yang mengandung protein / g1dl. !ebagian besar berupa albumin. "umlah sel
normal adalah //1mm/ yang terdiri dari 234 makrofag, 234 sel %, 54 sisanya
terdiri dari 6$, sel *, eosinofil, dan sel mast serta sekretnya terutama prostasiklin
3
7/25/2019 Referat syeni
4/22
dan P78. *ila terjadi peradangan jumlah P'6 dapat meningkat sampai 9
/0001mm/.()
:alam keadaan normal, 1/ cairan dalam peritoneum di drainase melalui
limfe diafragma sedang sisanya melalui peritoneum parietalis (2).
;elaksasi diafragma menimbulkan tekanan negatif sehingga cairan dan
partikel termasuk bakteri akan tersedot ke stomata yaitu celah di mesothel
difragma yang berhubungan dengan lacuna limfe untuk bergerak le limfe
substernal. $ontraksi diafragma menutup stomata dan mendorong limfe ke
mediastinum.
7/25/2019 Referat syeni
5/22
timbul mediator anti?inflamasi yang menghentikan proses pro?inflamasi. $eadaan
ini menunjukkan adanya keseimbangan fungsi antara respon pro? dan anti?
inflamasi. %etapi pada keadaan tertentu dapat terjadi ketidakseimbangan dimana
salah satu yaitu& pro?inflamasi atau anti?inflamasi atau bahkan keduanya sekaligus
meningkat hebat diluar kebutuhan penderita. :alam keadaan ini kedua mediator
yang bertentangan dapat menimbulkan kerusakan organ hebat sehingga terjadi
kegagalan organ.()
/. Lokalisasi infeksi sebagai abses
Pada peningkatan permeabilitas venula terjadi eksudasi cairan kaya protein
yang mengandung fibrinogen. !el rusak mengeluarkan tromboplastin yang
mengubah protrombin menjadi thrombin dan fibrinogen menjadi fibrin. +ibrin
akan menangkap bakteri dan memprosesnya hingga terbentuk abses. >al ini
dimaksud untuk menghentikan penyebaran bakteri dalam peritoneum dan
mencegah masuknya ke sistemik. :alam keadaan normal fibrin dapat dihancurkan
antifibrinolitik, tetapi pada inflamasi mekanisme ini tak berfungsi (2).
2,2 PERITONITI
2,2,' !efinisi
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput
organ perut (peritonieum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang
membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Lokasi peritonitis bisa
terlokalisir atau difuse, riwayat akut atau kronik dan patogenesis disebabkan oleh
infeksi atau aseptik. Peritonitis merupakan suatu kegawat daruratan yang
biasanya disertai dengan bakterecemia atau sepsis. Akut peritonitis sering menulardan sering dikaitkan dengan perforasi viskus (secondary peritonitis). Apabila
tidak ditemukan sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis diketagori
sebagaiprimary peritonitis. ()
2,2,2 Etiologi
Peritonitis biasanya disebabkan oleh& (@)
. Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.
5
7/25/2019 Referat syeni
6/22
ang sering menyebabkan peritonitis adalah per forasilambung, usus,
kandung empedu atau usus buntu. !ebenarnya peritoneum sangat kebal terhadap
infeksi. "ika pemaparan tidak berlangsung terus menerus, tidak akan terjadi
peritonitis, dan peritoneum cenderung mengalami penyembuhan bila diobati.
. Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan
seksual
/. nfeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh beberapa
jenis kuman (termasuk yang menyebabkangonor edan infeksi chlamidia)
2. $elainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa berkumpul di perut
(asites) dan mengalami infeksi
3. Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan.
Bedera pada kandung empedu, ureter, kandung kemih atau usus selama
pembedahan dapat memindahkan bakteri ke dalam perut. $ebocoran juga dapat
terjadi selama pembedahan untuk menyambungkan bagian usus.
@. Dialisa peritoneal(pengobatan gagal ginjal) sering mengakibatkan peritonitis.
Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan di
dalam perut.
-. ritasi tanpa infeksi.
'isalnya peradangan pankreas (pankreatitis akut).
2,2,* Klasifikasi
nfeksi peritoneal dapat diklasifikasikan sebagai bentuk&
Peritonitis primer (Spontaneus)
:isebabkan oleh invasi hematogen dari organ peritoneal yang langsung
dari rongga peritoneum. Penyebab paling sering dari peritonitis primer
adalahspontaneous bacterial peritonitis(!*P) akibat penyakit hepar kronis. $ira?
kira 0?/04 pasien dengan sirosis hepatis dengan ascites akan berkembang
menjadi peritonitis bakterial.
!embilan puluh persen kasus !*P terjadi akibat infeksi monomikroba.
Patogen yang paling sering menyebabkan infeksi ialah bakteri gram negatif, yakni
204 Eschericia coli, -4lebsiella pneumoniae, spesies!seudomonas,
!roteus, dan gram negatif lainnya sebesar 04. !ementara bakteri gram positif,
6
7/25/2019 Referat syeni
7/22
yakni "treptococcus pneumoniae 34, jenis "treptococcus lain 34, dan
golongan "taphylococcus sebesar /4. Pada kurang dari 34 kasus juga ditemukan
mikroorganisme anaerob dan dari semua kasus, 04 mengandung infeksi campur
beberapa mikroorganisme.
Peritonitis sekunder
Peritonitis sekunder, bentuk peritonitis yang paling sering terjadi,
disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ?organ dalam
dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal Penyebab peritonitis sekunder paling
sering adalah perforasi appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus
duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid) akibat divertikulitis,
volvulus, kanker serta strangulasi usus halus (-).
*erbeda dengan !*P, peritonitis sekunder lebih banyak disebabkan bakteri
gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas. Pada pasien dengan
supresi asam lambung dalam waktu panjang, dapat pula terjadi infeksi gram
negatif. $ontaminasi kolon, terutama dari bagian distal, dapat melepaskan ratusan
bakteri dan jamur. mumnya peritonitis akan mengandung polimikroba,
mengandung gabungan bakteri aerob dan anaerob yang didominasi organisme
gram negatif.
!ebanyak 34 pasien sirosis dengan asites yang sudah mengalami !*P
akan mengalami peritonitis sekunder. %anda dan gejala pasien ini tidak cukup
sensitif dan spesifik untuk membedakan dua jenis peritonitis. Anamnesis yang
lengkap, penilaian cairan peritoneal, dan pemeriksaan diagnostik tambahan
diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan tata laksana yang tepat untuk pasien
seperti ini.
Ta+el ', Pen#e+a+ Peritonitis ekunder
$rea sum+er Pen#e+a+
8sofagus $eganasan
%rauma
atrogenik
!indrom *oerhaave
Lambung Perforasi ulkus peptikum
$eganasan (mis. Adenokarsinoma, limfoma,
7
7/25/2019 Referat syeni
8/22
tumor stroma gastrointestinal)
%rauma
atrogenik
:uodenum Perforasi ulkus peptikum
%rauma (tumpul dan penetrasi)
atrogenik
%raktus bilier $olesistitis
Perforasi batu dari kandung empedu
$eganasan
$ista duktus koledokus
%rauma
atrogenik
Pankreas Pankreatitis (mis. Alkohol, obat?obatan, batu
empedu)
%rauma
atrogenik
$olon asendens skemia kolon
>ernia inkarserata
7/25/2019 Referat syeni
9/22
%rauma
Peritonitis tertier
Peritonitis tersier dapat terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah
mendapatkan terapi !*P atau peritonitis sekunder yang adekuat, akibat tindakan
operasi sebelumnya, sering bukan berasal dari kelainan organ. Peritonitis tersier
timbul lebih sering ada pasien dengan kondisi komorbid sebelumnya dan pada
pasien yang imunokompromais.
2,2,) Patofisiologi
;eaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnyaeksudat fibrinosa. $antong?kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan
fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga
membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang,
tetapi dapat menetap sebagai pita?pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan
obstuksi usus ().
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran
mengalamikebocoran. "ika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif,
maka dapatmenimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti
misalnya interleukin, dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga
membawa ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ.
$arena tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan
elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. %akikardi awalnya
meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia ().
7/25/2019 Referat syeni
10/22
*ila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum
atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. :engan perkembangan
peritonitis umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitikD
usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Bairan dan elektrolit hilang
kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan
oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung?lengkung usus yang
meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan
obstruksi usus ().
!umbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan
ileus karena adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan
peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. leus ini dapat berupa
ileus sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh
darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir dengan
nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena penyebaran
bakteri pada rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis ().
%ifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
kuman !. %yphi yang masuk tubuh manusia melalui mulut dari makan dan air
yang tercemar. !ebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi
masuk keusus halus dan mencapai jaringan limfoid plaEue peyeri di
ileum terminalis yang mengalami hipertropi ditempat ini komplikasi perdarahan
dan perforasi intestinal dapat terjadi, perforasi ileum pada tifus biasanya terjadi
pada penderita yang demam selama kurang lebih minggu yang disertai nyeri
kepala, batuk dan malaise yang disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan,
defansmuskuler, dan keadaan umum yang merosot karena toksemia
()
.Perforasi tukak peptik khas ditandai oleh perangsangan peritoneum yang
mulai di epigastrium dan meluas keseluruh peritonium akibat peritonitis
generalisata. Perforasi lambung dan duodenum bagian depan menyebabkan
peritonitis akut. Penderita yang mengalami perforasi ini tampak kesakitan hebat
seperti ditikam di perut. 6yeri ini timbul mendadak terutama dirasakan di daerah
epigastrium karena rangsangan peritonium oleh asam lambung, empedu dan atau
en=im pankreas. $emudian menyebar keseluruh perutmenimbulkan nyeri seluruh
10
7/25/2019 Referat syeni
11/22
perut pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, kadang fase ini disebut fase
peritonitis kimia, adanya nyeri di bahu menunjukkan rangsangan
peritoneum berupa mengencernya =at asam garam yang merangsang, ini
akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai kemudian terjadi peritonitis
bacteria ().
Pada apendisitis biasanya biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen
apendiks oleh hiperplasi folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena
fibrosis dan neoplasma.
7/25/2019 Referat syeni
12/22
kemampuan tubuh untuk melawan, usia serta tingkat kesehatan penderita secara
umum (5).
'anifestasi klinis dapat dibagi menjadi () tanda abdomen yang berasal
dari awal peradangan dan () manifestasi dari infeksi sistemik. Penemuan lokal
meliputi nyeri abdomen, nyeri tekan, kekakuan dari dinding abdomen, distensi,
adanya udara bebas pada cavum peritoneum dan menurunnya bising usus yang
merupakan tanda iritasi dari peritoneum parietalis dan menyebabkan ileus.
Penemuan sistemik meliputi demam, menggigil, takikardi, berkeringat, takipneu,
gelisah, dehidrasi, oliguria, disorientasi dan pada akhirnya dapat menjadi syok (F).
a. 6e1ala 6yeri abdomen
6yeri abdomen merupakan gejala yang hampir selalu ada pada peritonitis.
6yeri biasanya datang dengan onset yang tiba?tiba, hebat dan pada penderita
dengan perforasi nyerinya didapatkan pada seluruh bagian abdomen (F).
!eiring dengan berjalannya penyakit, nyeri dirasakan terus?menerus, tidak
ada henti?hentinya, rasa seperti terbakar dan timbul dengan berbagai gerakan.
6yeri biasanya lebih terasa pada daerah dimana terjadi peradangan peritoneum.'enurunnya intensitas dan penyebaran dari nyeri menandakan adanya lokalisasi
dari proses peradangan, ketika intensitasnya bertambah meningkat diserta dengan
perluasan daerah nyeri menandakan penyebaran dari peritonitis (0).
Anoreksia, mual, muntah dan demam
Pada penderita juga sering didapatkan anoreksia, mual dan dapat diikuti
dengan muntah. Penderita biasanya juga mengeluh haus dan badan terasa seperti
demam sering diikuti dengan menggigil yang hilang timbul. 'eningkatnya suhu
tubuh biasanya sekitar /5ipocrates. 7ejala ini
termasuk ekspresi yang tampak gelisah, pandangan kosong, mata cowong, kedua
telinga menjadi dingin, dan muka yang tampak pucat (5).
Penderita dengan peritonitis lanjut dengan fascies >ipocrates biasanya
berada pada stadium pre terminal. >al ini ditandai dengan posisi mereka berbaring
12
7/25/2019 Referat syeni
13/22
dengan lutut di fleksikan dan respirasi interkosta yang terbatas karena setiap
gerakan dapat menyebabkan nyeri pada abdomen (0).
%anda ini merupakan patognomonis untuk peritonitis berat dengan tingkat
kematian yang tinggi, akan tetapi dengan mengetahui lebih awal diagnosis dan
perawatan yang lebih baik, angka kematian dapat lebih banyak berkurang (5).
!yok
Pada beberapa kasus berat, syok dapat terjadi oleh karena dua factor.
Pertama akibat perpindahan cairan intravaskuler ke cavum peritoneum atau ke
lumen dari intestinal. ang kedua dikarenakan terjadinya sepsis generalisata (5).
ang utama dari septicemia pada peritonitis generalisata melibatkan
kuman gram negative diman dapat menyebabkan terjadinya tahap yang
menyerupai syok. 'ekanisme dari fenomena ini belum jelas, akan tetapi dari
penelitian diketahui bahwa efek dari endotoksin pada binatang dapat
memperlihatkan sindrom atau gejala?gejala yang mirip seperti gambaran yang
terlihat pada manusia (5).
b. Tanda
%anda Cital
%anda vital sangat berguna untuk menilai derajat keparahan ataukomplikasi yang timbul pada peritonitis. Pada keadaan asidosis metabolic dapat
dilihat dari frekuensi pernafasan yang lebih cepat daripada normal sebagai
mekanisme kompensasi untuk mengembalikan ke keadaan normal. %akikardi,
berkurangnya volume nadi perifer dan tekanan nadi yang menyempit dapat
menandakan adanya syok hipovolemik. >al?hal seperti ini harus segera diketahui
dan pemeriksaan yang lebih lengkap harus dilakukan dengan bagian tertentu
mendapat perhatian khusus untuk mencegah keadaan yang lebih buruk (0).
nspeksi
%anda paling nyata pada penderita dengan peritonitis adalah adanya
distensi dari abdomen. Akan tetapi, tidak adanya tanda distensi abdomen tidak
menyingkirkan diagnosis peritonitis, terutama jika penderita diperiksa pada awal
dari perjalanan penyakit, karena dalam ?/ hari baru terdapat tanda?tanda distensi
abdomen. >al ini terjadi akibat penumpukan dari cairan eksudat tapi kebanyakan
distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik (5).
13
7/25/2019 Referat syeni
14/22
Auskultasi
Auskultasi harus dilakukan dengan teliti dan penuh perhatian. !uara usus
dapat bervariasi dari yang bernada tinggi pada seperti obstruksi intestinal sampai
hampir tidak terdengar suara bising usus pada peritonitis berat dengan ileus.
Adanya suara borborygmi dan peristaltic yang terdengar tanpa stetoskop lebih
baik daripada suara perut yang tenang. $etika suara bernada tinggi tiba?tiba hilang
pada abdomen akut, penyebabnya kemungkinan adalah perforasi dari usus yang
mengalami strangulasi (5).
Perkusi
Penilaian dari perkusi dapat berbeda tergantung dari pengalaman
pemeriksa. >ilangnya pekak hepar merupakan tanda dari adanya perforasi
intestinal, hal ini menandakan adanya udara bebas dalam cavum peritoneum yang
berasal dari intestinal yang mengalami perforasi. *iasanya ini merupakan tanda
awal dari peritonitis (5).
"ika terjadi pneumoperitoneum karena rupture dari organ berongga, udara
akan menumpuk di bagian kanan abdomen di bawah diafragma, sehingga akan
ditemukan pekak hepar yang menghilang (0).
Palpasi
Palpasi adalah bagian yang terpenting dari pemeriksaan abdomen pada
kondisi ini. $aidah dasar dari pemeriksaan ini adalah dengan palpasi daerah yang
kurang terdapat nyeri tekan sebelum berpindah pada daerah yang dicurigai
terdapat nyeri tekan. ni terutama dilakukan pada anak dengan palpasi yang kuat
langsung pada daerah yang nyeri membuat semua pemeriksaan tidak berguna.
$elompok orang dengan kelemahan dinding abdomen seperti pada wanita yang
sudah sering melahirkan banyak anak dan orang yang sudah tua, sulit untuk
menilai adanya kekakuan atau spasme dari otot dinding abdomen. Penemuan yang
paling penting adalah adanya nyeri tekan yang menetap lebih dari satu titik. Pada
stadium lanjut nyeri tekan akan menjadi lebih luas dan biasanya didapatkan
spasme otot abdomen secara involunter.
7/25/2019 Referat syeni
15/22
pada apendisitis dengan perforasi local, atau dapat menjadi menyebar seperti pada
pancreatitis berat. 6yeri tekan lepas dapat hanya terlokalisir pada daerah tersebut
atau menjalar ke titik peradangan yang maksimal (5).
Pada peradangan di peritoneum parietalis, otot dinding perut melakukan
spasme secara involunter sebagai mekanisme pertahanan. Pada peritonitis, reflek
spasme otot menjadi sangat berat seperti papan (0).
2,2,3 Pemeriksaan Penun1ang
a, /a+oratorium
8valuasi laboratotium hanya dilakukan jika adanya hubungan antara
riwayat penyakit dengan pemeriksaan fisik. %es yang paling sederhana dilakukanadalah termasuk hitung sel darah dan urinalisis. Pada kasus peritonitis hitung sel
darah putih biasanya lebih dari 0.0001mm/, kecuali pada penderita yang sangat
tua atau seseorang yang sebelumnya terdapat infeksi dan tubuh tidak dapat
mengerahkan mekanisme pertahanannya (5).
Pada perhitungan diferensial menunjukkan pergeseran ke kiri dan
didominasi oleh polimorfonuklear yang memberikan bukti adanya peradangan,
meskipun jumlah leukosit tidak menunjukkan peningkatan yang nyata (0).
Analisa gas darah, serum elektrolit, faal pembekuan darah serta tes fungsi
hepar dan ginjal dapat dilakukan (F).
+, Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada kebanyakan kasus peritonitis hanya mencakup
foto thorak PA dan lateral serta foto polos abdomen. Pada foto thorak dapat
memperlihatkan proses pengisian udara di lobus inferior yang menunjukkan
proses intraabdomen. :engan menggunakan foto polos thorak difragma dapat
terlihat terangkat pada satu sisi atau keduanya akibat adanya udara bebas dalam
cavum peritoneum daripada dengan menggunakan foto polos abdomen (5).
leus merupakan penemuan yang tidak khas pada peritonitis, usus halus
dan usus besar mengalami dilatasi, udara bebas dapat terlihat pada kasus perforasi.
+oto polos abdomen paling tidak dilakukan dengan dua posisi, yaitu posisi
berdiri1tegak lurus atau lateral decubitus atau keduanya. +oto harus dilihat ada
tidaknya udara bebas. 7as harus dievaluasi dengan memperhatikan pola, lokasi
dan jumlah udara di usus besar dan usus halus (5).
15
7/25/2019 Referat syeni
16/22
Pada pemeriksaan foto polos abdomen yang dijumpai asites, tanda # tanda
obstruksi usus berupa air?udara dan kadang # kadang udara bebas (perforasi).
*iasanya lambung, usus halus dan kolon menunjukkan dilatasi sehingga
menyerupai ileus paralitik. sus # usus yang melebar biasanya berdinding tebal.
()
Pada peritonitis umum gambaran radiologinya menyerupai ileus paralitik.
%erdapat distensi baik pada usus halus maupun pada usus besar. Pada foto berdiri
terlihat beberapa fluid level di dalam usus halus dan usus besar. "ika terjadi suatu
ruptur viskus bisa menyebabkan peritonitis, udara bebas mungkin akan terlihat
pada kavitas peritoneal.(@)
'eskipun peritonitis umum telah berkurang, abses lokal dapat terjadi pada
salah satu bagian abdomen. Abses mungkinan muncul beberapa hari atau minggu
setelah mendapat pengobatan peritonitis. Pada gambaran radiologi, abses terlihat
menyerupai suatu massa. $adang # kadang abses terdapat pada usus halus
sehingga menghasilkan obstruksi mekanik.()Abses pada kuadran kanan bawah
yang mengikuti peritonitis yang sebelumnya terjadi ruptur appendiks, sebuah
massa berkembang di daerah kuadran bawah memperlihatkan pendesakan pada
usus kecil. %erjadi distensi proGimal usus kecil.
7ambaran radiologik peritonitis mekonium berupa tanda # tanda obstruksi
distal duodenum, bercak # bercak perkapuran di dalam rongga usus atau
peritoneum, sering juga di daerah skrotum.()
2,2,7 Penatalaksanaan
%atalaksana utama pada peritonitis antara lain pemberian cairan dan
elektrolit, kontrol operatif terhadap sepsis dan pemberian antibiotik sistemik (F).
a, Penanganan Preo-eratif
Resusitasi Cairan
Peradangan yang menyeluruh pada membran peritoneum menyebabkan
perpindahan cairan ekstraseluler ke dalam cavum peritoneum dan ruang intersisial
(0).
Pengembalian volume dalam jumlah yang cukup besar melalui
intravaskular sangat diperlukan untuk menjaga produksi urin tetap baik dan status
16
7/25/2019 Referat syeni
17/22
hemodinamik tubuh. "ika terdapat anemia dan terdapat penurunan dari hematokrit
dapat diberikan transfusi P;B (!acked $ed Cells) atau H* (%hole &lood).
Larutan kristaloid dan koloid harus diberikan untuk mengganti cairan yang hilang
(F).
!ecara teori, cairan koloid lebih efektif untuk mengatasi kehilangan cairan
intravaskuler, tapi cairan ini lebih mahal. !edangkan cairan kristaloid lebih murah,
mudah didapat tetapi membutuhkan jumlah yang lebih besar karena kemudian
akan dikeluarkan lewat ginjal (0).
!uplemen kalium sebaiknya tidak diberikan hingga perfusi dari jaringan
dan ginjal telah adekuat dan urin telah diprodukasi (F).
Antibiotik
*akteri penyebab tersering dari peritonitis dapat dibedakan menjadi
bakteri aerob yaitu E' Coli, golongan Enterobacteriaceae dan "treptococcus,
sedangkan bakteri anaerob yang tersering adalah &acteriodes spp, Clostridium,
!eptostreptococci'Antibiotik berperan penting dalam terpai peritonitis, pemberian
antibiotik secara empiris harus dapat melawan kuman aerob atau anaerob yang
menginfeksi peritoneum (0).
8fek pemberian antibiotik pada peritonitis tergantung kondisi?kondisi
seperti& () besar kecilnya kontaminasi bakteri, () penyebab dari peritonitis
trauma atau nontrauma, (/) ada tidaknya kuman oportunistik seperti candida. Agar
terapi menjadi lebih efektif, terapi antibiotik harus diberikan lebih dulu, selama
dan setelah operasi (0).
Pada umumnya Penicillin 7 .000.000 dan streptomycin gram harus
segera diberikan. $edua obat ini merupakan bakterisidal jika dipertahankan dalam
dosis tinggi dalam plasma. $ombinasi dari penicillin dan streptomycin juga
memberikan cakupan dari bakteri gram negatif. Penggunaan beberapa juta unit
dari peniillin dan gram streptomycin sehari sampai didapatkan hasil kultur
merupakan regimen terpai yang logis. Pada penderita yang sensitif terhadap
penicillin, tetracycline dosis tinggi yang diberikan secara parenteral lebih baik
daripada chloramphenicol pada stadium awal infeksi (5).
Pemberian clindamycin atau metronida=ole yang dikombinasi dengan
aminoglikosida sama baiknya jika memberikan cephalosporin generasi kedua
(0)
.
17
7/25/2019 Referat syeni
18/22
Antibiotik awal yang digunakan cephalosporin generasi ketiga untuk gram
negatif, metronida=ole dan clindamycin untuk organisme anaerob (F).
:aya cakupan dari mikroorganisme aerob dan anerob lebih penting
daripada pemilihan terapi tunggal atau kombinasi. Pemberian dosis antibiotikal
awal yang kurang adekuat berperan dalam kegagalan terapi. Penggunaan
aminoglikosida harus diberikan dengan hati?hati, karena gangguan ginjal
merupakan salah satu gambaran klinis dari peritonitis dan penurunan p>
intraperitoneum dapat mengganggu aktivitas obat dalam sel. Pemberian antibiotik
diberikan sampai penderita tidak didapatkan demam, dengan hitung sel darah
putih yang normal (F).
Oksigen dan Ventilator
Pemberian oksigen pada hipoksemia ringan yang timbul pada peritonitis
cukup diperlukan, karena pada peritonitis terjadi peningkatan dari metabolism
tubuh akibat adanya infeksi, adanya gangguan pada ventilasi paru?paru. Centilator
dapat diberikan jika terdapat kondisi?kondisi seperti () ketidakmampuan untuk
menjaga ventilasi alveolar yang dapat ditandai dengan meningkatnya PaB< 30
mm>g atau lebih tinggi lagi, () hipoksemia yang ditandai dengan Pa< kurang
dari 33 mm>g, (/) adanya nafas yang cepat dan dangkal (0).
Intubasi Pemasangan !ateter "rin dan #onitoring $emodinamik
Pemasangan nasogastric tube dilakukan untuk dekompresi dari abdomen,
mencegah muntah, aspirasi dan yang lebih penting mengurangi jumlah udara pada
usus. Pemasangan kateter untuk mengetahui fungsi dari kandung kemih dan
pengeluaran urin. %anda vital (temperature, tekanan darah, nadi dan respiration
rate) dicatat paling tidak tiap 2 jam. 8valuasi biokimia preoperative termasuk
serum elektrolit, kratinin, glukosa darah, bilirubin, alkali fosfatase dan urinalisis(0).
+, Penanganan O-eratif
%erapi primer dari peritonitis adalah tindakan operasi.
7/25/2019 Referat syeni
19/22
peritoneum seperti fibrin, feses, cairan empedu, darah, mucus lambung dan
membuat irigasi untuk mengurangi ukuran dan jumlah dari bakteri virulen (0).
8, Pengananan Posto-eratif
'onitor intensif, bantuan ventilator, mutlak dilakukan pada pasien yang
tidak stabil. %ujuan utama adalah untuk mencapai stabilitas hemodinamik untuk
perfusi organ?organ vital., dan mungkin dibutuhkan agen inotropik disamping
pemberian cairan. Antibiotik diberikan selama 0?2 hari, bergantung pada
keparahan peritonitis. ;espon klinis yang baik ditandai dengan produksi urin yang
normal, penurunan demam dan leukositosis, ileus menurun, dan keadaan umum
membaik. %ingkat kesembuhan bervariasi tergantung pada durasi dan keparahan
peritonitis. Pelepasan kateter (arterial, BCP, urin, nasogastric) lebih awal dapat
menurunkan resiko infeksi sekunder (F).
2,2,9 Kom-likasi
$omplikasi postoperatif sering terjadi dan umumnya dibagi menjadi
komplikasi lokal dan sistemik. nfeksi pada luka dalam, abses residual dan sepsis
intraperitoneal, pembentukan fistula biasanya muncul pada akhir minggu pertama
postoperasi. :emam tinggi yang persisten, edema generalisata, peningkatan
distensi abdomen, apatis yang berkepanjangan merupakan indikator adanya
infeksi abdomen residual. >al ini membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut
misalnya B%?!can abdomen. !epsis yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
kegagalan organ yang multipel yaitu organ respirasi, ginjal, hepar, perdarahan,
dan sistem imun (F).
2,2,& Prognosis
19
7/25/2019 Referat syeni
20/22
%ingkat mortalitas dari peritonitis generalisata adalah sekitar 204. +aktor?
faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat mortalitas antara lain tipe penyakit
primer dan durasinya, keterlibatan kegagalan organ multipel sebelum pengobatan,
serta usia dan kondisi kesehatan awal pasien. %ingkat mortalitas sekitar 04 pada
pasien dengan ulkus perforata atau apendisitis, pada usia muda, pada pasien
dengan sedikit kontaminasi bakteri, dan pada pasien yang terdiagnosis lebih awal
(F).
B$B IIIKEIMPU/$N
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan
pembungkus visera dalam rongga perut. Penyebab paling sering dari peritonitis
primer adalahspontaneous bacterial peritonitis(!*P) akibat penyakit hepar
kronis. Penyebab peritonitis sekunder paling sering adalah perforasi appendicitis,
perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, serta perforasi kolon. Patofisologi
20
7/25/2019 Referat syeni
21/22
peritonitis adalah reaksi awal peritoneum terhadap invasi bakteri adalah keluarnya
eksudatfibrinosa. %erbentuk kantong?kantong nanah (abses) diantara perlekatan
fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga
membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang,
tetapi dapat menetap sebagai pita?pita fibrinosa, yang kelak dapat menyebabkan
terjadinya obstruksi usus. %anda?tanda peritonitis yaitu demam tinggi dan
mengigil, bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi.
6yeri abdomen yang hebat, dinding perut akan teras tegang karena iritasi
peritoneum.
%atalaksana utama pada peritonitis antara lain pemberian cairan dan
elektrolit, kontrol operatif terhadap sepsis dan pemberian antibiotik sistemik.
$omplikasi postoperatif sering terjadi dan umumnya dibagi menjadi komplikasi
lokal dan sistemik. +aktor?faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat mortalitas
antara lain tipe penyakit primer dan durasinya, keterlibatan kegagalan organ
multipel sebelum pengobatan, serta usia dan kondisi kesehatan awal pasien.
!$FT$R PUT$K$
. +auci et al. >arrisonIs Principle of nternal 'edicine. -th ed. 6ew ork& 'c
7raw?>illD 005D 33/?35.
. 'arshall, "B. ntensi#e Care anagement *f ntra +bdominal nfection.
Britical Bare 'edicineD 00/D /(5) & 5?/-
/. >eemken, ;. !eritonitis !athophysiology +nd ocal Defense echanisms.
>epatogastroenterologyD FF-D "ul?AugD 22(@)& F-?/@
21
7/25/2019 Referat syeni
22/22
2. 8vans, >L. .ertiary !eritonitis ($ecurrent Diffuse or ocalized Disease) is
not +n ndependent !redictor *f ortality n "urgical !atients %ith ntra
+bdominal nfection. !urgical infection (Larchmt)D 00D (2) & 33?@/
3. wagaki, >. Blinical Calue of Bytokine Antagonists in nfectious
Bomplications. ;es Bommun'ol Pathol PharmacolD FF-D Apr& F@()& 3?/2
@. 7enuit % J 6apolitano. Peritonitis.
http&11health.allrefer.com1health1peritonitis?symptoms.html.
-. *rian, ". 0. Peritonitis and Abdominal !epsis.
http&11emedicine.medscape.com
5. Bole et al. Bole and Kollinger %eGtbook of !urgery F th edition. Appelton?
Bentury Borp& F-0D -52?F3
F. :oherty, 7erard. !eritoneal Ca#ity in Current "urgical Diagnosis /
.reatment 01ed. !A& %he 'c7raw?>ill Bompanies, nc& [email protected]. !chwart= et al. Priciple of !urgery 3th8dition. !ingapore& 'c. 7raw?>ill&
F5FD 23F?@-
. Babnera B, Peritonitis?also listed as& Abdominal wall inflammation.
http&11www.umm.edu1altmed1articles1peritonitis?00-.htm
. wan 8kayuda (editor), $elainan !aluran cerna *agian :istal, ;adiologi
:iagnostik, ed& . :ivisi ;adiologi :iagnostik, :epartemen ;adiologi +$ #
, "akarta& 003.
22
http://health.allrefer.com/health/peritonitis-symptoms.htmlhttp://emedicine.medscape.com/http://www.umm.edu/altmed/articles/peritonitis-00127.htmhttp://emedicine.medscape.com/http://www.umm.edu/altmed/articles/peritonitis-00127.htmhttp://health.allrefer.com/health/peritonitis-symptoms.html