40
CASE GANGGUAN PERKEMBANGAN BICARA PEMBIMBING : dr. Asnominanda, Sp.THT- KL PENYAJI : Rhombos PPA 11-2008-105 1

Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gangguan perkembangan bicara

Citation preview

Page 1: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

CASE

GANGGUAN PERKEMBANGAN BICARA

PEMBIMBING :dr. Asnominanda, Sp.THT- KL

PENYAJI : Rhombos PPA 11-2008-105

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

1

Page 2: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nyalah maka

referat ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen

pembimbing dr.Asnominanda,Sp.THT-KL serta teman-teman sejawat kepaniteraan yang

telah membantu dalam penyelesaian referat ini.

Referat ini mengangkat judul tentang gangguan perkembangan bicara,

diharapkan referat ini dapat membantu lebih mengenal perkembangan bicara, baik itu

dilihat dari proses, fisiologis sampai gangguan nya.

Semoga referat ini berguna bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang

perkembangan bicara. Penulis sadar bahwa referat ini jauh dari sempurna, sehingga

penulis sangat mengharapkan kritik saran yang bisa membangun untuk menyempurnakan

referat ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas kesediannya untuk membaca referat

ini.

Jakarta, 23 Desember 2009

Penulis

2

Page 3: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

BAB IPENDAHULUAN

LATARBELAKANG

Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam

berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar

gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada

simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural

dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi,

gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk

menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah

komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang

menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna yang berbeda beda.

Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang

paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang

sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari

tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian

gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 - 10% pada anak sekolah.

Penyebab keterlambatan bicara sangat luas dan banyak, Gangguan tersebut ada yang

ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik hingga yang sulit untuk

membaik. Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang sering dialami

oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya

merupakan ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia tertentu terutama setelah

usia 2 tahun akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan karena proses

fungsional maka gangguan tersebut haruis lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang

ringan.

Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan

pemulihan gangguan tersebut.

3

Page 4: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

BAB II

PEMBAHASAN

 Pengertian

Ada beberapa pengertian yang sering dipergunakan dalam berbicara dan berbahasa :

1. Komunikasi : Individu dengan sengaja dipengaruhi tindak tanduknya oleh orang

lain (Reid et al, 1987) dimana dalam komunikasi oral dilakukan dengan

mengeluarkan suara yang dimengerti oleh orang lain.

2. Bahasa : Simbol-simbol yang disusun individu dalam mengungkapkan

pengalaman,mengekspresikan ide dan perasaan sehingga ada asosiasi

suatu bunyi dengan suatu pengertian tertentu yang dimengerti oleh

suatu masyarakat. Dengan demikian bahasa tidak hanya kosa kata dan

tata bahasa, namun juga kemampuan mengingat, memilah, menyusun

dan kemampuan abstraksi.

3. S u a r a : Hasil dari bicara dimana setiap individu punya karakteristik dalam hal

kualitas yang ditentukan oleh getaran pita suara dan resonansi, tinggi

nada (frekuensi), kekerasan (kecepatan tekanan) dan gema sesuai

dengan besar individu, usia dan jenis kelamin.

4. Kepasihan : Termasuk aspek kecepatan, irama dan keteraturan.

5. Bicara : Bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral

(mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem

neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Oleh

karena itu proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh,

antara lain sistem respirasi ( pernafasan ), pusat khusus pengatur bicara

dalam korteks serebri di otak , pusat respirasi di dalam batang otak dan

struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.

4

Page 5: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

6. Fonasi : Suara terbentuk karena getaran pita suara. Tinggi rendahnya nada suara

tergantung berbagai keadaan pita suara yaitu panjangnya, tebalannya,

ketegangannya dan kecepatan getarannya.

7. Artikulasi : Pengucapan yang terbentuk oleh perubahan ruangan dan pergerakan

organ diantara pita suara dan bibir. Yaitu penyempitan dan pergerakan

lidah, bibir, palatum tenggorok, pipi dan rahang. Pengucapan ada dua

macam yaitu vokal (huruf hidup) dan konsonan (huruf mati)

Proses Fisiologis Bicara

Proses Bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem

pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di

dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.

Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris :

1. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk

memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa.

5

Page 6: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

2. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi

dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.

Di dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat

reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya

bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahasa lisan. Ketiganya berada di hemisfer

dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat.

Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area wernick,

merupakan pusat persepsi auditoro-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian

segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah

pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu

yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa

ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.

Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui

lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membran timpani. Dari sini

rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian

dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang

disebut Coclea. Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh

saraf VIII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian

jawaban diformulasikan dan disalurkan  dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area

motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan

oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru,

sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi

untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ

pendengaran sangat penting.

Pada dasarnya, bahasa dibedakan menjadi dua tipe, yaitu bahasa reseptif dan bahasa

ekspresif. Bahasa reseptif adalah kemampuan seseorang dalam menerima bahasa yang

digunakan di sekitarnya. Sejauh mana orang tersebut bisa mengerti apa yang diucapkan

6

Page 7: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

orang lain kepadanya, apa yang disampaikan radio dll. Bahasa ekspresif adalah bahasa

yang digunakan untuk menunjukkan apa yang dirasakan, difikirkan, diinginkan oleh

seseorang. Bahasa ini bisa berbentuk bahasa verbal (lewat mulut), isyarat, ”bahasa

tubuh”, tulisan dll. Biasanya kemampuan menguasai bahasa reseptif mendahului

kemampuan bahasa ekspresif.

 Proses reseptif – Proses dekode    

Segera saat rangsangan auditori diterima, formasi retikulum pada batang otak akan

menyusun tonus untuk otak dan menentukan modalitas dan rangsang mana yang akan

diterima otak. Rangsang tersebut ditangkap oleh talamus dan selanjutnya diteruskan ke

area  korteks auditori pada girus Heschls, dimana sebagian besar signal yang diterima

oleh girus ini berasal dari sisi telinga yang berlawanan.

Girus dan area asosiasi auditori akan memilah informasi bermakna yang masuk.

Selanjutnya masukan linguistik yang sudah dikode, dikirim ke lobus temporal kiri untuk

diproses. Sementara  masukan paralinguistik  berupa intonasi, tekanan, irama dan

kecepatan masuk ke lobus temporal kanan. Analisa linguistik dilakukan pada area

Wernicke di lobus temporal kiri. Girus angular dan supramarginal membantu proses

integrasi informasi visual, auditori dan raba serta perwakilan linguistik. Proses dekode

dimulai dengan dekode fonologi berupa penerimaan unit suara melalui telinga,

dilanjutkan dengan dekode gramatika. Proses berakhir pada dekode semantik dengan

pemahaman konsep atau ide yang disampaikan lewat pengkodean tersebut.

 Proses ekspresif – Proses encode

Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan yang

masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke

area Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut. Signal kemudian

melewati korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan

artikulasi. Ini merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi pesan. Proses

enkode dimulai dengan enkode semantik yang dilanjutkan dengan enkode gramatika dan

berakhir pada enkode fonologi. Keseluruhan proses enkode ini terjadi di otak/pusat

7

Page 8: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

pembicara. Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu

pemindahan atau penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi

antara mulut pembicara dan telinga pendengar. Proses decode-encode diatas disimpulkan

sebagai proses komunikasi. Dalam proses perkembangan bahasa, kemampuan

menggunakan bahasa reseptif dan ekspresif harus berkembang  dengan baik.

Tujuan Berbicara

Adapun tujuan dari berbicara yaitu untuk memberitahu, menghibur, melapor, membujuk,

dan menyakinkan seseorang, ada beberapa faktor yang dapat dijadikan dalam aspek

kebahasan, yaitu :

1. Ketepatan ucapan (pelafalan)

2. Penekanan/penempatan nada dan durasi yang sesuai

3. Pemilihan kata

4. Ketepatan sasaran pembicaraan (tata krama)

Sedangkan faktor aspek non kebahasaan yaitu :

1. Sikap tubuh, pendangan, bahasa tubuh, mimic wajah yang tepat

2. Kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain.

3. Kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara

4. Relevansi, penalaran, dan penguasaan terhadap topic.

Hurlock mengemukakan 3 kriteria untuk mengukur kemampuan berbicara anak, apakah

anak berbicara secara benar/sekedar membeo sebagai berikut :

1. Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkan dengan objek

yang diwakili.

2. Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah.

3. Anak dapat memahami kata-kata tersebut, bukan karena telah sering

mendengar/menduga-menduga.

Beberapa ahli sepakat bahwa anak memiliki kemampuan untuk menirukan bahasa orang

tua yang dilakukan dengan 2 cara yaitu secara spontan dan melalui penugasan dari orang

8

Page 9: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

dewasa untuk menirukan secara spontan bahasa orang dewasa dan menggunakan tata

bahasa anak sendiri secara bebas.

PERKEMBANGAN BERBICARA DAN BERBAHASA

A. PERKEMBANGAN BICARA

Bicara merupakan suatu tahap perkembangan yang telah dimulai sejak masa bayi.

Tahap ini dapat dijadikan parameter apakah ada gangguan perkembangan pada

seorang anak. Oleh karena itu perkembangan bicara perlu diperhatikan sedini

mungkin oleh orang tua.

B. KOGNITIF BICARA & BAHASA

Otak terdiri dari otak besar, otak kecil dan batang otak. Otak besar terdiri dari 2 belahan

yaitu belahan otak kiri dan otak kanan. Fungsi otak kiri adalah terutama berperan dalam

perkembangan bahasa dan bicara karena mengatur kemampuan berbicara, pengucapan

kata dan kalimat, pengertian pembicaraan orang, mengulang kata dan kalimat di samping

kemampuan berhitung, membaca dan menulis. Fungsi otak kanan adalah berperan dalam

bahasa non verbal seperti penekanan dan irama kata, fungsi pengenalan situasi dan

kondisi, pengendalian emosi, kesenian dan kreativitas, dan pola berpikir secara holistik.

Kedua belahan otak berhubungan melalui suatu jalinan serabut saraf dan kerjasama

terjadinya melalui suatu bagian yang disebut korpus kalosum, walau untuk suatu aktifitas

tertentu salah satu bagian otak yang akan berpengaruh.

C. MACAM BAHASA DALAM PERKEMBANGAN BICARA

1. Bahasa reseptif yang sudah ada pada masa preverbal adalah masa mulai tangisan

pertama sampai keluar kata pertama anak. Bayi memproduksi bahasa prelinguistik

yang biasanya sesuai dengan pengasuhnya. Bahasa yang semula dikeluarkan

adalah cooing atau suara seperti “vokal” tertentu (seperti “au” atau “u”). Tahap

prelinguistik ini biasanya terdengar pada saat bayi berusia 4-6 minggu.

9

Page 10: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

2. Bahasa ekspresif atau masa verbal adalah kemampuan seorang anak untuk bicara

dengan mengeluarkan kata-kata yang berarti (biasanya terjad pada usia 12-18

bulan), kata “mama” atau “papa”.

Selain kedua jenis bahasa tersebut dikenal pula “bahasa visual”. Tahap bahasa yang

berhubungan dengan emosi ini, muncul dalam beberapa minggu setelah kelahiran bayi.

Bahasa visual yang dapat dilihat pada seorang bayi atau anak antara lain :

1. Senyum sosial yang terjadi pada saat bayi berusia 4-6 minggu

2. Bayi usia 2-3 bulan akan mulai memperhatikan orang dewasa yang sedang bicara

dan ketika orang dewasa tersebut berhenti bicara, bayi akan mengeluarkan suara

lagi. Interaksi seperti ini merupakan dasar adanya interaksi pada seorang anak,

yang merupakan awal dari tahapan bicara.

3. Pada usia 4-5 bulan harus terlihat mencari sumber suara

4. Pada usia 6-7 bulan bayi akan menikmati permainan seperti “ciluk ba”

5. Usia 9 bulan bayi mulai menggunakan tangannya untuk melakukan kegiatan

sederhana seperti “melambaikan tangan” sebagai ekspresi interaksi social

6. Pada usia 9-12 bulan bayi memperlihatkan keinginannya pada suatu obyek

dengan meraih , atau menangis bila tidak mendapatkannya

7. Pada usia 10-12 bulan bayi mulai menggunakan jarinya untuk menunjuk sesuatu

yang menarik sambil berbagi pada orang lain.

D. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA BALITA

1. BARU LAHIR: MENANGIS

Menangis adalah “percakapan sosial” pertama sang bayi. Tangisan di bulan pertama

terdengar monoton, baik ketika ia lapar, sakit, ataupun merasa tak nyaman. Melalui

tangisan, bayi berinteraksi dengan lingkungan. Ia tengah berkomunikasi untuk

10

Page 11: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

menyampaikan kebutuhannya kepada orang lain.Sebaliknya, dengan menangis si kecil

belajar, setiap tangisan ternyata punya makna tersendiri. Penggunaannya berbeda-beda

dan bisa ditangkap maksudnya oleh orang lain.

2. 1-4 BULAN: BAHASA TUBUH DAN SUARA VOKAL (smiling, cooing)

Sampai usia 4 bulan, bayi masih banyak berkomunikasi dengan cara menangis. Namun di

usia 1,5 bulan si kecil mulai memunculkan tangis yang berbeda-beda. Tangisannya tidak

lagi monoton seperti ketika baru lahir. Contoh:

Bila sakit diungkapkan dengan tangisan melengking keras diselingi rengekan dan

rintihan.

Bila merasa tak nyaman akibat kepanasan atau cari perhatian umumnya bayi

mengeluarkan rengekan yang terputus-putus.

Tangisan lapar terdengar keras dan panjang diselingi gerakan mengisap pada

mulut mungilnya.

Di usia ini, selain menangis bayi berkomunikasi dengan menggumam bunyi vokal meski

belum begitu jelas. Umumnya terdengar seperti bunyi “aaah” atau “oooh”.

Ada juga yang bergumam “uuuh” dan “eeeh”. Gumaman ini biasanya keluar saat bayi

“mengutarakan” perasaan, seperti senang atau tak suka. Ketika gembira diajak bermain,

gumaman yang keluar mungkin bernada panjang “aaah”.

Gumaman ini sebetulnya merupakan hasil tekanan pada otot-otot bicaranya.

Di usia 4 bulan, bayi mulai tertawa nyaring dan mampu mengeluarkan suara dari

tenggorokan. Jadi, tak lagi hanya sebatas gumaman. Ia juga mulai mengekspresikan

keterampilannya menunjukkan bahasa tubuh. Kendati bentuknya masih amat sederhana,

seperti tersenyum saat memandang wajah orang yang dikenalnya, mengerutkan dahi

ketika merasa tak nyaman, dan mulai memalingkan wajah ke arah sumber bunyi ketika

dipanggil.

3. 5-7 BULAN: KELUAR OCEHAN (babbling)

11

Page 12: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

Di usia ini bayi mulai mengeluarkan suara ocehan pendek berupa suku kata (gabungan

huruf mati dan huruf hidup), seperti “ba”, “da”. Ocehannya masih terbatas pada bunyi-

bunyi eksplosif awal yang muncul karena adanya perubahan mekanisme suara.

Bayi amat senang dengan bentuk komunikasi berupa ocehan ini. Jika gembira bermain,

bayi akan mengeluarkan ocehan yang lebih lama dan panjang. Ocehan ini kelak akan

berkembang menjadi celoteh (memadukan berbagai suku kata) dan selanjutnya menjadi

kata demi kata.

Di usia ini, bayi juga mulai belajar mengomunikasikan perasaannya tidak melulu lewat

tangisan. Kalau ia tak suka, misalnya, ia mengeluarkan suara seperti melenguh.

Sebaliknya, jika sedang merasa senang, ocehannya bertambah keras. Bahkan akan

menjerit kesenangan meski belum dengan nada tinggi.

4. 7-8 BULAN: OCEHAN MENINGKAT (babbling)

Ocehan bayi makin panjang, semisal “bababa” atau “dadada”. Kuantitasnya juga

meningkat dengan cepat di antara bulan ke-6 sampai ke-8. Di tenggang waktu ini,

orangtua diharapkan memberi stimulasi yang tepat dengan lebih sering mengajak bayi

bercakap-cakap dalam intonasi naik turun dan ekspresif agar mudah ditangkap.

5. 8-12 BULAN: KELUAR CELOTEHAN PANJANG (lalling)

Ocehan konsonan-vokal seperti “dadada”, “uh-uh-uh” dan “mamama” akan meningkat

jadi celoteh yang maknanya dalam. Pertama, berceloteh adalah dasar bagi perkembangan

berbicara. Kedua, celoteh adalah bagian dari komunikasi bayi dengan orang lain. Ini

terlihat ketika ia mendapat respons terhadap celotehnya, bayi akan lebih giat berceloteh

dibandingkan bila ia berceloteh sendirian. Ketiga, dengan berceloteh bayi merasa menjadi

bagian dari kelompok sosial karena celotehnya ditanggapi. Ini akan membuat bayi

mengembangkan rasa percaya dirinya yang kelak akan sangat menentukan

kemandiriannya.

6. 11-14 BULAN: KATA-KATA PERTAMANYA NYARIS LENGKAP (speaking)

12

Page 13: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

Secara spesifik, bayi mampu mengucapkan satu patah kata yang berarti meskipun belum

sempurna/lengkap, misalnya “ma” untuk mama, “pa” untuk papa, “num” untuk minum,

dan “nen” untuk menetek. Di usia ini bayi juga sudah mampu melakukan tugas yang

diminta seperti “lempar bolanya!” atau “ayo minum” sambil orangtua menunjuk benda

yang dimaksud.

7. 18-24 bulan

Mulai mengucapkan kalimat, perbendaharaan kata bertambah, bisa mengucapkan 2

kata atau frase, memahami pertanyaan sederhana

8. 2 tahun

Bisa mengucapkan aku, kamu, memahami kata kerja, bisa mengungkapkan perasaan

9. 2½ tahun

Perbendaharaan kata meningkat tajam, bisa membandingkan dua hal

10. 3 tahun

Mulai mengucapkan struktur kalimat yang benar, tapi tetap dalam bentuknya yang

sederhana, 3-4 kata

11. 4 tahun

Terbiasa menggunakan semua bentuk dasar kalimat dalam bentuk yang sederhana,

menggunakan kata sifat, 6-8 kata per kalimat, sanggup mengikuti percakapan yang

panjang

12. 5 tahun

Menggunakan bahasa sebagai alat pergaulan, kalimat yang lebih panjang dan lebih

kompleks, bisa menanyakan ’kenapa’ dan beberapa bentuk pertanyaan lainnya,

menjelaskan situasi, tidak lagi menggunakan artikulasi yang kekanak-kanakan

13. 6 tahun

13

Page 14: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

Mengetahui lebih banyak perbendaharaan kata lagi, menggunakan lebih banyak kata

depan, mengucapkan ’karena’ lebih banyak, lebih memahami sintaksis

14. 7-9 tahun

Kalimat yang kompleks, artikulasi yang tepat untuk semua pembicaraan, grammar

atau tata bahasa menjadi lebih baik

15. 10-15 tahun

Kemampuan untuk mempelajari bahasa asing, memahami konsep-konsep yang lebih

rumit

16. 15 tahun

ke atas Pertambahan perbendaharaan kata berlanjut hingga dewasa

Ada sekitar 9 tanda yang dipakai bayi untuk mengekspresikan perasaan bayi

sebelum bayi bisa bicara yaitu :

Tertarik akan sesuatu,tampak bayi memperhatikan dengan melihat dan mendengar

sesuatu (biasanya alis matanya akan sedikit tertarik ke bawah atau ke atas)

Menikmati, bayi tersenyum sambil membuka bibir

Surprise, wajah disertai alis terangkat, mata lebih lebar dengan mulut membentuk

huruf "o"

Distrese, bayi tampak menangis, alis berkerut, dengan sudut mulut ke bawah

Marah, muka bayi tampak lebih merah, mata mengecil

Takut, kulit bayi tampak lebih pucat, dingin, bergetar atau bulu berdiri

Malu, diperlihatkan dengan bulumata yang lebih tertarik ke bawah, tonus otot di

wajah dan leher berkurang yang menyebabkan kepala bayi tertarik ke bawah

Jijik, diperlihatkan dengan mulut dan lidah berkerut

Tak suka bau tertentu,mulut dan hidung bayi terangkat dengan kepala sedikit

manjauh

14

Page 15: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

Perbendaharaan Kata

Perkembangan jumlah perbendaharaan kata adalah salah satu aspek dari perkembangan

bahasa. Jumlah perbendaharaan kata pada seseorang sangat berbeda dengan orang lain.

Semua dipengaruhi oleh lingkungan individu tersebut juga kondisi fisiologis dan

psikologisnya.

Pertambahan perbendaharaan kata yang sangat drastis terjadi antara tahun kedua dan

ketiga usia anak. Hal ini mungkin disebabkan lantaran si anak sudah memiliki

kemampuan lokomotor dan mulai sibuk menjelajahi dunia barunya.

Hubungan Usia dengan Perbendaharaan Kata

6 bulan 0

1 tahun 1-4

1½ tahun 10-24

2 tahun 250-300

2 ½ tahun 440-500

3 tahun 850-1000

3 ½ tahun 1200-1300

4 tahun 1450-1580

4 ½ tahun 1700-1870

5 tahun 1900-2100

5 ½ tahun 2200-2289

6 tahun 2500-3000

6 tahun ke atas Terus bertambah sampai tua

15

Page 16: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

Panjang Respon Berdasarkan Usia

o ½ tahun Kalimat satu kata ”Bola”, ”Atas” (biasanya diiringi isyarat)

o 1 ½ – 2 tahun Kalimat dua kata ”Mama pergi”, ”Mau makan”

o 2 tahun Kalimat 3-5 kata ”Mobil besar itu”, ”Itu buku mama”

o 3 tahun Kalimat 4-6 kata ”Aku punya anjing putih”

o 4 tahun Kalimat 6-8 kata ”Aku punya anjing dan kucing besar”

o 5 tahun Kalimat 7-10 kata ”Kenapa Mama tidak ikut di dalam mobil ini?”

o 6 tahun Kalimat >9 kata ”Toni tidak jadi ke sekolah karena dia sedang

sakit perut”

o 6 tahun ke atas Kalimat yang lebih rumit dan lebih panjang ”Aku akan

membawa bola itu ke lapangan dan bermain bersama teman-teman

sekolahku sampai nanti sore”

Beberapa ahli sepakat bahwa anak memiliki kemampuan untuk menirukan bahasa orang

tua yang dilakukan dengan 2 cara yaitu secara spontan dan melalui penugasan dari orang

dewasa untuk menirukan secara spontan bahasa orang dewasa dan menggunakan tata

bahasa anak sendiri secara bebas.

Adapun beberapa cara orang dewasa mengajarkan bahasa bayi sebagai berikut :

1. Motherese, recasting (menyusun ulang).

2. Echoing (menggemakan)

3. Expanding (memperluaskan)

4. Labeling (memberi nama).

16

Page 17: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

? Motherese yaitu berbicara pada bayi dengan suatu frekuensi dan hubungan yang lebih

luas dan menggunakan kalimat yang sederhana.

? Recasting yaitu suatu pengucapan makna/kalimat yang sama dengan menggunakan cara

yang berbeda contohnya : dengan mengubah suatu pertanyaan.

? Echoing adalah mengulangi apa yang telah dikatakan anak, khususnya

ungkapan/ucapan (bahasa) anak yang belum sempurna.

? Expanding adalah menyatakan ulang apa telah dikatakan anak dalam bahasa yang baik

untuk suatu kosa kata (ucapan).

? Labeling adalah mengidentifkasi nama-nama benda.

Menurut Vygostky menjelaskan ada 3 tahap perkembangan bicara pada anak yang

berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu :

1. Tahap eksternal

Yaitu terjadi ketika anak berbicara secara eksternal dimana sumber berpikir berasal dari

luar diri anak yang memberikan pengarahan, informasi dan melakukan suatu tanggung

jawab dengan anak.

2. Tahap egosentris

Yaitu dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan dari pola bicara orang

dewasa.

3. Tahap Internal

Yaitu dimana dalam proses berpikir anak telah memiliki suatu penghayatan kemampuan

berbicara sepenuhnya.

Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik,

contohnya melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar,

mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah

dipahami, menyebutkan nama jenis kelamin dan umurnya, menggunakan kata sambung

seperti : dan, karena, tetapi.

17

Page 18: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

Gangguan Bicara dan Bahasa

HAL YANG MENYEBABKAN GANGGUAN BERBICARA DAN BERBAHASA

1. GANGGUAN PENDENGARAN.

Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan

disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada

keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa

karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami

infeksi yang berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan

biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang

dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat

ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat,

infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat

(hiperbilirubin).

Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila

kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan

pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9

bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam

akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam.

Adanya kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf

degeneratif.

2. KELAINAN ORGAN BICARA.

Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang

bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi,

adenoid atau kelainan laring.

Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan

mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula

mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”.

Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa

18

Page 19: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”,

”k”, dan ”g”.

3. RETARDASI MENTAL

Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak

lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan

bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai

keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.

4. GENETIK HERIDITER DAN KELAINAN KROMOSOM

Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga

terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan.

Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat

keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara

sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom

47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih berat

dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.

5. KELAINAN SENTRAL (OTAK)

Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan

kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih

rendah. Ia sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti

pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.

6. AUTISME

Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autisme

adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya

gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi

dan interaksi sosial.

7. MUTISM SELEKTIF

Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau

bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu.

Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang

lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut

sebagai neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak

19

Page 20: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

dengan gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit

rendah.

8. GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU LAINNYA

Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal,

gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya

diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya

9. ALERGI MAKANAN

Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga

mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan

bicara pada anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada

gangguan pencernaan dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya

keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak

tampak sangat pesat perkembangan bicaranya.

10. DEPRIVASI LINGKUNGAN

Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari

lingkungannya. Apakah stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan

berbahasa? Penelitian menunjukkan sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak

berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami

kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena

penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena

kurang gizi atau penelantaran anak.

11. MENGALAMI GANGUAN PADA OTOT BICARA.

Ciri yang paling utama pada penderi gangguan otot bicara adalah lafal bicara si

kecil tak kunjung sempurna. Kadang otaknya sudah memerintahkan untuk

menjawab dengan benar, tapi yang keluar dari mulut tetap tidak jelas karena

adanya gangguan neurologis atau persarafan.

12. GANGGUAN FONASI.

Dihubungkan dengan kelainan di laring dengan segala penyebabnya seperti adanya

selaput laring, kelainan pita suara (paralisis, papilloma, kista), laringocele, trauma laring,

penggunaan suara yang berlebihan dan kelainan struktur laring lainnya. Gangguan fonasi

20

Page 21: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

berkaitan dengan nada suara dan akan menghasilkan mulai suara serak, suara kasar atau

suara seperti mendesah, disfonia sampai afonia.

13. GANGGUAN ARTIKULASI.

Biasanya disebabkan karena kelainan rongga resonansi, mulai dari pita suara sampai bibir

dan hidung. Gangguan artikulasi menimbulkan kelainan suara seperti suara hipernasal,

hiponasal dan disarthria.

Keterlambatan Bicara Fungsional

Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh

sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan

maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini

disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang

dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan ini sering

dialami oleh laki-laki dan sering tedapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga.

Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik.

Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2

tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita keterlambatan ini kemampuan

bicara saat masuk usia sekolah normal seperti anak lainnya.

Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan pemecahan

masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami gangguan

perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas lain adalah anak tidak

menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan

gangguan psikologis lainnya.

Keterlambatan bicara fungsional pada anak sering dialami penderita yang mengalami

gangguan alergi terutama dermatitis atopi dan saluran cerna. Gangguan saluran cerna

adalah gejala berulang seperti meteorismus, flatus, muntah, konstipasi, diare atau berak

darah. Lidah tampak timbal geographic tounge, drooling (sialore) atau halitosis.

21

Page 22: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

Seringkali disertai gangguan tidur malam, dengan ditandai sering gelisah, bolak, balik,

mengigau, tertawa, menangis dalam tidur, malam terbangun, brushing dan sebagainya.

 

Cara Membedakan Berbagai Keterlambatan Bicara

Dengan memperhatikan fungsi reseptif, ekspresif, kemampuan pemecahan masalah

visuo-motor dan pola keterlambatan perkembangan, dapat diperkirakan penyebab

kesulitan berbicara.

 

 Tabel 1. Diagnosis banding beberapa penyebab keterlambatan berbahasa dan bicara

Diagnosis Bahasa reseptifBahasa

ekspresif

Kemampuan pemecahan

masalah visuo-motor

Pola perkembangan

Keterlambatan fungsional

normal Kurang normal NormalHanya ekspresif yang terganggu

Gangguan pendengaran

Kurang normal Kurang normal normal Disosiasi

Redartasi mental Kurang normal Kurang normal Kurang normalKeterlambatan

global

Gangguan komunikasi

sentralKurang normal Kurang normal normal Disosiasi, deviansi

Kesulitan belajar

normal,

kurang normalNormal

normal,

kurang normalDisosiasi

Autis Kurang normalnormal,

kurang normalTampaknya

normal, normal, Deviansi, disosiasi

22

Page 23: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

selalu lebih baik dari bahasa

Mutisme elektif normal Normal

normal,

kurang normal

 

 

Dalam membedakan keterlambatan bicara merupakan fungsional atau nonfungsional

harus memahami manifestasi klinis beberapa penyebab keterlambatan bicara. Untuk

memastikan status keterlambatan fungsional harus dengan cermat menyingkirkan gejala

keterlambatan nonfungsional. Gejala umum keterlambatan bicara nonfungsional adalah

adanya gangguan bahasa reseptif, gangguan kemampuan pemecahan masalah visuo-

motor dan keterlambatan perkembangan,

Dicurigai keterlambatan bicara nonfungsional bila disertai kelainan neurologis bawaan

atau didapat seperti wajah dismorfik, perawakan pendek, mikrosefali, makrosefali, tumor

otak, kelumpuhan umum, infeksi otak, gangguan anatomis telinga, gangguan mata,

cerebral palsi dan gangguan neurologis lainnya.

Ciri lain keterlambatan bicara nonfungsional biasanya termasuk keterlambatan yang

berat. Keterlambatan dikatakan berat bila bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10

minggu atau tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan.Tanda lainnya

tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan, tidak bicara sampai usia 15

bulan atau tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan

 

Tabel 2. Tampilan klinis keterlambatan bicara yang sering dikaitkan dengan keterlambatan bicara nonfungsional

 

4 - 6 BULAN

* Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;

* Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh

23

Page 24: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

8 - 10 BULAN

* Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian;

* Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya;

* 9-10 bln, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis

12 - 15 BULAN

* 12 bulan, belum menunjukkan mimik;

* 12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara;

* 12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu;

* 15 bulan, belum mampu memahami arti "tidak boleh" atau "daag";

* 15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda;

* 15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata;

18 - 24 BULAN

* 18 bulan, belum dapat menucapkan 6-10 kata; tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian;

* 18-20 bulan, tidak dapat menatap mata orang lain dengan baik

* 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana;

* 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat;

* 24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon;

* 24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain;

* 24 bulan, tidak mampu meunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya

30 - 36 BULAN

* 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga;

* 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga;

3 - 4 TAHUN

* 3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya;

* 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti "ayah" diucapkan "aya";

* 4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap.

24

Page 25: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

 

Berbagai macam keadaan lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan bicara adalah:

1 LINGKUNGAN YANG SEPI

Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru. Bila stimulasi

bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka akan menghambat kemampuan

bicara dan bahasa pada anak.

2 STATUS EKONOMI SOSIAL

Menurut penelitian Mc Carthy, orang tua guru, dokter atau ahli hukum mempunyai

anak dengan perkembangan bahasa yang lebih baik dibandingkan anak dengan orang

tua pekerja semi terampil dan tidak terampil.

3 TEHNIK PENGAJARAN YANG SALAH

Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan keterlambatan

perkembangan bicara dan bahasa pada anak, karena perkembangan mereka terjadi

karena proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan.

4 SIKAP ORANG TUA ATAU ORANG LAIN DI LINGKUNGAN RUMAH YANG

TIDAK MENYENANGKAN

Bicara bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan, kekacauan dan ketidak

senangan seseorang, sehingga anak akan menghindari untuk berbicara lebih banyak

untuk menjauhi kondisi yang tidak menyenangkan tersebut.

5 HARAPAN ORANG TUA YANG BERLEBIHAN TERHADAP ANAK

Sikap orang tua yang mempunyai harapan dan keinginan yang berlebihan terhadap

anaknya, dengan memberikan latihan dan pendidikan yang berlebihan dengan

harapan anaknya menjadi superior. Anak akan mengalami tekanan yang justru akan

menghambat kemampuan bicarnya.

6 ANAK KEMBAR

Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih buruk dan lama

dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain saling memberikan

lingkungan bicara yang buruk, karena biasanya mempunyai perilaku yang saling

meniru. Hal ini menyebabkan mereka saling meniru pada keadan kemampuan bicara

yang sama –sama belum bagus.

25

Page 26: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

7 BILINGUAL ( 2 bahasa)

Pemakaian 2 bahasa kadang juga menjadi penyebab keterlambatan bicara, namun

keadaan ini tidak terlalu mengkawatirkan. Umumnya anak akan memiliki

kemampuan pemakaian 2 bahasa secara mudah dan baik. Smith meneliti pada

kelompok anak bilingual tampak mempunyai perbendaharaan yang kurang

dibandingkan anak dengan satu bahasa, kecuali pada anak dengan kecerdasan yang

tinggi.

BAB III

KESIMPULAN

1. Sejak lahir proses perkembangan berbicara dan berbahasa telah dimulai dan

memerlukan interaksi yang baik antara bayi atau anak dengan ibu, ayah dan

lingkungan lainnya.

2. Dengan mengetahui standar perkembangan normal, keterlambatan dan gangguan

bicara dan bahasa pada anak secara dini bisa diketahui.

3. Gangguan proses berbicara dan berbahasa ditangani dengan mengoreksi faktor yang

mempengaruhinya baik organik maupun fungsional.

4. Perlu pemeriksaan dan kerjasama dari berbagai disiplin ilmu untuk mendiagnosa dan

dalam penatalaksanaan anak dengan gangguan bicara dan bahasa seperti ahli THT,

anak, saraf, psikolog, psikiater, terapis wicara, terapis fisisk, terapi pedagogi, pekerja

sosial, ahli radiologi dan lain-lain.

26

Page 27: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

1. Victor M, Ropper AH. Priciples of Neurology Adams and Victor’s, seventh

edition. McGraw-Hill.2001.

2. Lundsteen SW, Tarrow NB. Guiding young children’s learning. New York; Mc

Graw Hill; 1981.

3. Myklebust M. Prelinguistic Communication. In: Yule W, Rutter M,eds. 

Language development and disorders; Clinics in developmental medicine. 1968.

4. Guyton AC, Hall JE. Dalam : Irawati Setyawan, penyunting. Buku ajar fisiologi k

edokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC, 1997 ; 90919

5. Myklebust M. Prelinguistic Communication. In: Yule W, Rutter M,eds. 

Language development and disorders; Clinics in developmental medicine. 1968.

 

27

Page 28: Refrat THT Gangguan Perkembangan Bicara

28