REFRAT THT (Finishing)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

stase THT

Citation preview

REFERATOTITIS MEDIA DENGAN EFUSI

Disusun oleh:Koas Ilmu Telinga Hidung dan TenggorokIvani Yunita Korwa10-2010-085/11-2013-241Ani Kusumadewi Akbar10-2010-061/11-2013-234

Pembimbing:Dr. Wahyu B. M., Sp.THT, MSi Med

KEPANITERAAN KLINIK RS PANTI WILASA DR. CIPTO SEMARANGPERIODE 28 JULI 2014 30 AGUSTUS 2014ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKBab 1PENDAHULUAN

Latar BelakangOtitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius,antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Dimana otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius. Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran napas atas , otitis media juga sering diderita oleh anak-anak. Faktor yang berperan utama dalam hal ini ada terganggunya fungsi tuba Eustachius. Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Efusi artinya terdapat cairan dalam rongga tubuh. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).

Tujuan 1. Memahami definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanan dan prognosis otitis media efusi.2. Memenuhi salah satu persyaratan kelulusan kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Telinga Hidung Tenggorokan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana di RS Panti Wilasa Semarang

DAFTAR ISILatar belakang ........................................................................................................................... 2Tujuan ....................................................................................................................................... 2A. Anatomi Telinga ........................................................................................................... 4B. Definisi .........................................................................................................................13C. Etiologi ........................................................................................................................ 14D. Patofisilogi .................................................................................................................. 15E. Manifestasi Klinis ....................................................................................................... 21F. Diagnosis .................................................................................................................... 22G. Terapi .......................................................................................................................... 35H. Komplikasi .................................................................................................................. 38I. Pencegahan ................................................................................................................. 40J. Prognosis ..................................................................................................................... 40Kesimpulan ............................................................................................................................. 41Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 42

Bab 2PEMBAHASAN

A. Anatomi TelingaTelinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.1

Gambar 1. Pembagian Area Pada TelingaDiunduh dari: josephinawidia.wordpress.com. Tanggal 6-8-2014.

1. Telinga Luar (Auris Eksterna)Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga hingga membran timpani.1 Auricula (daun telinga)Melekat pada dinding lateral kepala ( sebelah kiri dan kanan). Berupa lipatan kulit dengan kerangka tulang rawan (fibroelastik), kecuali pada bagian lobulus. Bebentuk cekung pada bagian anterior dan terdapat bangunan-bangunan dari tonjolan kerangka tulang rawan serta lobulus. Bangunan-bangunan tersebut yaitu: Helix Antihelix Scapha Concha Tragus Antitragus Fossa triangularis Lobulus

Gambar 2. AuriculaDiunduh dari: id.wikipwedia.org. Tanggal 6-8-2014. Canalis auditorius eksternus (liang telinga) Berbentuk huruf S dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar yang merupakan lanjutan dari kerangka auricula, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang (Gambar 1). Antara kedua bagian terdapat penyempitan yang disebut isthmus. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen, yang adalah kelenjar keringat, dan rambut. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.1

2. Telinga Tengah (Auris media)Telinga tengah berbentuk kubus dengan:1 Batas luar: membran timpani Batas depan: tuba eustachius Batas bawah : vena jugularis (bubus jugularis) Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis. (Gambar 6) Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak) Batas dalam: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.

Gambar 3. Ruang Telinga TengahDiunduh dari: palaeos.com. Tanggal 6-8-2014..

Gambar 4. Dinding Lateral Ruang Telinga TengahDiunduh dari: www.drmkotb.com. Tanggal 6-8-2014.

Membran timpani (gendang telinga)Membran timpani merupakan perbatasan antara auris eksterna dan auris media. Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga.1 Terdapat plika timpani anterior dan plika timpani posterior pada membran timpani. Plika tipani membagi membran timpani menjadi 2, yaitu: Bagian atas disebut pars flaksida atau membran Shrapnell. Pars flaksida hanya berlapis 2, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia (seperti epitel mukosa saluran napas). Pada pars flaksida juga terdapat spina timpani anterior dan posterior.

Gambar 5. Membran TimpaniDiunduh dari: id.wikipedia.org. Tanggal 6-8-2014.

Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik, yang mana pada daerah ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid. Antrum mastoideum adalah sebuah rongga di dalam processus mastoideus ossis temporalis.2

Gambar 6. Antrum MastoidDiunduh dari: www.smoch.org. Tanggal 6-8-2014.

Bagian bawah disebut pars tensa atau membran propia. Pars tensa terdiri dari 3 lapisan. Satu lapisan ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam (Lapisan jaringan fibreus). Sedangkan kedua lapisan lainnya sama seperti pada pars flaksida.Umbo adalah bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani (gambar 5). Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran tipani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan.1 Refleks cahaya ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani. Pada membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut-serabut inilah yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut itu. Jika reflleks cahaya mendatar, maka berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius.Permukaan luar membrana tympanica terutama dipersarafi oleh nervus auriculotemporalis, cabang yang berasal dari nervus mandibularis (nervus cranialis V3).3 Permukaan dalam membrana typanica dipersarafi oleh nervus cranialis IX.3 Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran oleh garis yang searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada umbo (gambar 5), sehingga didapatkan bagian: Kuadran anterior-superior Kuadran anterior-inferior Kuadran posterior-superior Kuadran posterior-inferiorBila melakukan miringotomi atau parasentesis, dibuat insisi pada daerah ini karena pada daerah ini tidak terdapat tulang pendengaran.

Di dalam auris media terdapat: Ossicula auditoria (tulang-tulang pendengaran)Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes.1 Tulang-tulang ini saling berhubungan (gambar 3). Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.1 Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, kemudian inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea.1 Muskulus stapedius dan muskulus tensor tympaniYang terlihat adalah tendonnya, sedangkan ototnya berada di dalam tulang (gambar 4). LigamenTerdapat ligamentum malei lateralis dan superior, serta ligamentum inkudis posterior (gambar 4). Corda tympani (gambar 4) Tuba eustachiusPada telinga tengah terdapat tuba eustachius yang menghubungkan daerah telinga tengah dengan nasofaring. Sepertiga bagian lateral tuba yang berhubungan dengan telinga tengah berupa tulang, sedangkan duapertiga medial adalah fibrokatilaginosa.10 Untuk yang bagian tulang (pars osseus) selalu terbuka karena berdinding tulang, sedangkan yang bagian tulang rawan selalu tertutup karena adanya kekuatan adesi zat mukus, elastisitas tulang rawan, jaringan perituba, dan perbedaan tekanan. Tuba eustachius bayi berbeda dengan dewasa. Tua bayi pendek, lebar, dan terletak horizontal.

Gambar 8. Perbedaan Tuba Eustachius Pada Bayi dan DewasaDiunduh dari: www.4shared.com. Tanggal 6-8-2014.Fungsi tuba ini adalah: VentilasiVentilasi memungkinkan keseimbangan tekanan atmosfer pada kedua sisi membrana timpani.2 Tuba akan membuka melalui kerja otot tensor veli palatini dan otot levator veli palatini bilamana terdapat perbedaan tekanan sebesar 20 hingga 40 mmHg. Pada fungsi ini, tuba eustachius menjaga keseimbangan tekanan oksigen dan karbondioksida pada ruang telinga tengah. Drainase Sekresi telinga tengah akan dialirkan ke nasofaring melalui tuba eustachius. ProteksiKarena selalu tertutup, tuba eustachius dapat melindungi telinga tengah dari kontaminasi sekresi telinga tengah dan organisme patogenik. 3. Telinga Dalam (Auris Interna)Auris intena tertanam di dalam pars petrosa (ossis temporale), terdiri dari kantong-kantong dan pipa-pipa labyrinthus membranaceus.3 Labyrinthus membranaceus berupa selaput yang diiputi oleh prilimfe terbenam di dalam labyrinthus osseus.3 KokleaKoklea (rumah siput) berupa dua setengah lingkaran (bagian pendengaran). Ujung atau puncak koklea disebut elikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.1 Pada irisan melintang koklea, tampak skala vestibuli disebelah atas, skala timpani disebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa.1 Dasar skala vestibuli disebut membran vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media disebut membran basalis (pada membran ini terdapat organ Corti).Endolimfe dihasilkan oleh stria vaskulare yang terletak pada bagian tepi skala media.

Gambar 9. KokleaDiunduh dari: ccrma.stanford.edu. Tanggal 6-8-2014. VestibulumPada vestibulum terdapat makula utrikuli yang teletak sejajar dengan basis cranii dan makula sakuli yang terletak tegak lurus dengan basis cranii. Sakulus dan utrikulus dihubungkan dengan duktus utrikulosakularia yang melanjutkan diri menjadi duktus endollimfatikus dan berakhir pada sakus endolimfatikus.

Gambar 10. Utrikulus dan SakulusDiunduh dari: dc359.4shared.com. Tanggal 8-8-2014. Kanalis semisirkularisMerupakan bagian yang berfungsi pada sistem keseimbangan tubuh. Terdiri dari 3 buah bangunan yang masing-masing berbentuk dua pertiga lingkaran (gambar 10). Masing-masing ductus semisircularis pada satu ujungnya mempunyai sebuah ampulla atau pelebaran dengan daerah sensoris, yaitu crista ampullaris.3 Crista ampularis berfungsi sebagai sensor yang mencatat gerak endoimfe dalam ampulla sebagai akibat rotasi kepala dalam bidang pipa tertentu. Sel rambut pada krista ampularis berhubungan dengan serabut neuron sensoris primer yang badan selnya terdapat di dalam ganglion vestibulare.

B. Definisi Otitis mediaOtitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.1 Efusi Efusi artinya terdapat cairan dalam rongga fisiologis tubuh. Otitis Media EfusiOtitis media efusi adalah adanya cairan di telinga tengah tanpa dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi.

C. Etiologi 1. Tuba paten abnormalPada keadaan normal tuba eustachius selalu tertutup. Tuba akan membuka pada keadaan-keadaan tertentu seperti pada saat menelan, saat menguap, dan saat membuka rahang. Suatu tuba eustachius yang paten abnormal selalu terbuka sehingga udara dapat masuk ke dalam tellinga tengah selama respirasi.2 Riwayat adanya kehiangan berat badan yang nyata biasanya ada, dimana jaringan adiposa disekitar muara tuba eustacius juga ikut menghilang. Sejumlah wanita yang menggunakan pil KB dan pria yang mendapat estrogen juga telah diamati memiliki tuba yang paten.2 Akan tetapi penyakit kronik lain dan gangguan otot juga dapat menyertai kelainan ini.2. Obstruksi tuba eustachiusObstruksi tuba eustachius daat disebabkan oleh berbagai keadaan, yaitu: Peradangan, seperti nasofaringitis atau adenoiditis. Bila suatu tumor nasofaring menyumbat tuba eustachius, temuan klinis pertama adalah ditemukannya cairan pada telinga tengah. Obstruksi dapat juga disebabkan oleh benda asing, misalnya tampon posterior untuk pengobatan epistaksis. Trauma mekanis akibat adenoidektomi yang terlalu agresif sehingga terbentuk parut dan kemudian menutup tuba. Prosedur operasi yang mengganggu otot tensor veli palatini juga dapat berakibat disfungsi tuba secara permanen, sekalipun tidak menyebabkan obtruksi secara langsung, misalnya pada pembedahan agresif pengangkatan tumr disekitar lempeng pterigoideum. Palatoskisis dapat menyebabkan disfungsi tuba eustachius akibat hilangnya penambat otot tensor veli palatini. Pada palatoskisis yang tidak dikoreksi, otot menjadi terhambat dalam kontraksinya untuk membuka tuba eustachius pada saat menelan. Ketidakmampuan membuka tuba ini penyebabkan ventilasi telinga tengah tidak memadai, dan selanjutnya terjadi peradangan.23. Barotrauma (Aerotitis)Barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik yang terjadi pada saat menyelam atau saat terbang.2 Hukum Boyle menyatakan bahwa suatu penurunan pada tekanan lingkungan akan memperbesar suatu volume gas dalam ruang tertutup. Begitu juga sebaliknya, suatu peningkatan pada tekanan lingkungan akan menekan suatu volume gas dalam ruangan tertutup. Jadi dapat dikatakan, volume gas berbanding terbalik dengan tekanan.Dengan menurunnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga tengah akan mengembang dan secara pasif akan keluar melalui tuba eustachius. Dengan meningkatnya tekanan lingkungan maka udara dalam telinga tengah dan tuba eustachius akan tertekan. Hal ini cenderung menyebabkan penciutan tuba eustachius. Jika perbedaan tekanan antara rongga telinga tengah dan lingkungan sekitar menjadi terlalu besar (sekitar 90 sampai 100 mmHg), maka bagian katilaginosa dari tuba eustachius akan menciut. Pada perbedaan tekanan melebihi 90 mmHg otot tensor veli palatini tidak mampu membuka tuba. Pada keadaan ini akan tejadi tekana negatif di rongga telinga tengah, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di tenga tengah dan rongga astoid tercampur darah.1 Mula-mula membran timpani tertarik ke dalam. Retraksi menyebabkan membran teregang dan pecahnya pembuluh-pembuluh darah kecil sehingga tampak gambaran injeksi dan bula hemoragik pada gendang telinga. Dengan makin meningkatnya tekanan, pembuluh-pembuluh darah kecil pada mukosa telinga tengah juga akan berdilatasi dan pecah, menimbulkan hemotimpanum.2 Kadang-kadang hingga menyebabkan ruptur membran timpani.

D. PatofisiologiOtitis MediaOtitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.1 otitis media adalah suatu infllamasi pada telinga tengah tanpa memperhatikan penyebab atau patogenesis.4Klasifikasi dibuat atas dasar faktor-faktor berikut, yaitu: Waktu (akut/subakut/kronik) Gendang telinga (utuh/perforasi) Cairan (ada/tidak, supuratif/non-supuratif) Infeksi (ada/tidak)Otitis media terbagi atas:

Bagan 1. Klasifikasi Otitis MediaDiunduh dari: blogdokter.com. Tanggal 8-8-2014. 1. Otitis media supuratif Akut (otitis media akut (OMA))Telinga tengah dalam keadaan normal steril. Gabungan aksi fisiologis silia, enzim penghasil mukus (misalnya muramidase) dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme pertahanan bila telinga terpapar dengan mikroba kontaminan pada saat menelan. Sebagai pelengkap mekanisme pertahanan dipermukaan, suatu anyaman kapier subepitel yang penting menyediakan pula faktor-faktor humoral, leukosit polimorfonuklear dan sel fagosit lainnya.2 Otitis media akut terjadi jika mekanisme fisiologis ini terganggu. Obstruksi tuba eustachius merupakan suatu faktor penyebab dasar pada otitis media akut.2 Dengan demikian hilanglah sawar utama terhadap invasi bakteri, dan spesies bakteri yang tidak biasanya patogenik dapat berkolonisasi dalam telinga tengah, menyerang jaringan dan menimbulkan infeksi. Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran napas atas.1 Meskipun infeksi saluran napas terutama disebabkan oleh virus, namun sebagian besar otitis media akut disebabkan oleh bakteri piogenik. Bakteri yang sering ditemukan adalah Streptococcus pneumonia (tersering pada semua usia), Haemophilus influenzae (tersering pada anak di bawah usia 5 tahun), dan Streptococcus -hemoliticus. Pada bayi terjadina OMA dipermudah oleh karena tuba eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak horisontal (gambar 8) .Berdasarkan gambaran membran timpani yang diamati melalui lang telinga luar, OMA dibagi atas 5 stadium, yaitu:a. Stadium Oklusi Tuba EustachiusTanda adanya oklusi tuba eustachius adalah adanya retraksi embran timpani akibat adanya tekanan ngetaif di dalam telinga tengah. Kadang membran timpani tampak normal tau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin teah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi.1 Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.1b. Stadium Hiperemis (Stadium Pre-Supurasi)Pada stadium ini, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani (hiperemis) serta edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.1c. Stadium SupurasiEdema hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga luar.Apabila tekanan di kavum timpani tidak berkurang, maka dapat terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul trombofebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan.1 Pada tempat ini akan terjadi ruptur, jika tidak segera dilakukan miringotomi. Jika dilakukan miringotomi maka luka insisi akan menutup kembali, sedangkan jika terjadi ruptur maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali. d. Stadium PerforasiTerjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar.e. Stadium ResolusiBila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan kembali normal. Jika sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Dengan daya tahan tubuh yang baik atau virulensi kuman yang rendah, maka resolusi dapat terjadi meskipun tanpa pengobatan. Jika perforasi menetap dan sekret keluar terus menerus atau hilang timbul maka OMA berubah menjadi OMSK. Otitis media akut juga dapat berubah menjadi otitis media serosa jika sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadi perforasi. Kronik (otitis media supuratif kronik (OMSK))Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang terus menerus atau hilang timbul, sekret dapat berupa encer, kental, bening atau berupa nanah.Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.1 Jika proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut.Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah: Terapi yang terlambat diberikan Terapi yang idak adekuat Virulensi kuman tinggi Daya tahan tubuh pasien rendah (misalnya pada gizi kurang) Higiene burukLetak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK. Perforasi membran dapat ditemukan pada daerah sentral, marginal atau atik.1 Perofrasi sentralPada perforasi sentral, perforasi terjadi di pars tensa, sedangkan seluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani. Perforasi marginalPada perforasi marginal, sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus timpanik Perforasi atikPerforasi atik adalah perforasi yang terjadi di pars flaksida.

Berdasarkan dapat atau tidaknya terjadi komplikasi, OMSK dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:a. OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna)Pada OMSK tipe aman, jarang terjadi komplikasi. Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang.1 Pada OMSK tipe aman tidak ditemukan kolesteatoma. Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).1 Deskuamasi ini terbentuk terus-menerus lalu menumpuk sehingga koesteatoma bertambah besar.b. OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna)Sebagian besar komplikasi berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe ini. Pada OMSK ini disertai dengan kolesteatoma. perforasi pada OMSK tipe bahaya teretak pada maginal atau atik.

Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar, OMSK dibagi menjadi:a. OMSK aktifOMSK dengan sekret yang keluar secara aktif dari kavum timpani.b. OMSK tenangOMSK yang mana pada kavum timpaninya terlihat basah atau kering.

2. Otitis media non-supuratifOtitis media non-supuratif adalah keadaan terdapatnya sekret yang non-purulen di telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Otitis media dengan efusi (OME)Otitis media dengan efusi adalah adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi.otitis media serosa sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas atau karena perubahan tekanan atmosfer tiba-tiba seperti pada saat terbang atau menyelam(otitis barotrauma).5 Cairan yang berada pada telinga tengah tersebut dapat berupa cairan yang berasal dari transudat atau cairan yang berasal dari sekresi aktif dari kelenjar atau kista pada mukosa telinga tengah. Mekanisme terjadinya transudat dimulai ketika adanya tekanan negatif pada rongga telinga tengah. Tekanan negatif ini dapat disebabkan karena adanya obtruksi tuba, tuba paten abnormal, dan barotrauma. Jika terjadi tekanan negatif maka fungsi tuba eustachius (ventilase, drainase, dan proteksi) menjadi terganggu. Ruang tertutup menyebabkan tekanan karbondioksida dan oksigen meningkat. Perbedaan tekanan antara tuba dan kapiler menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat sehingga cairan dari kapiler keluar dan melalui ruang antar sel masuk ke kavum timpani (terjadi efusi, otitis media serosa). Cairan efusi ini lama kelamaan akan merangsang mukosa sehingga sel goblet dan sel sekretorik akan mensekresi zat mukus (otitis media mukoid). Dengan tertutupnya tuba eustachius maka fungsi drainase menjadi terganggu. Jika ada bakteri atau virus yang masuk dari nasofaring atau dari cavum nasi dan kemudian terperangkap dalam tuba estachius yang terobstruksi maka dapat menyebabkan infeksi. Otitis media serosa (otitis media serosa akut)Otitis media serosa adalah OME dengan cairan efusi yang encer. Otitis media serosa terutama terjadi akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik. Otitis media mukoid (otitis media serosa kronik)Otitis media mukoid adalah OME dengan cairan efusi yang kental (glue ear). Pada otitis media mukoid cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius dan rongga mastoid.

Bagan 2. Patogenesis terjadi otitis media OMA-OME-OMSKDiunduh dari: medlinux.blogspot.com. Tanggal 8-8-2014.

E. Manifestasi Klinis Otitis Media Serosa AkutGejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya pendengaran berkurang. Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda, pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis). Kadang-kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit nyeri di dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga tengah. Tapi setelah sekret terbentuk, tekanan negatif ini perlahan-lahan menghilang. Tinitus, vertigo, atau pusing kadang-kadang ada dalam bentuk yang ringan.Pada kebanyakan anak, otitis media serosa terjadi secara asimptomatis terutama pada anak-anak dibawah 2 tahun. Karena anak-anak memerlukan pendengaran untuk belajar berbicara, maka hilangnya pendengaran akibat cairan di telinga tengahdapat menyebabkan keterlambatan bicara.

Otitis media serosa kronik (glue ear)Gejala pada otitis media serosa kronik adalah terdapat sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama. Otitis media kronik lebih sering terjadi pada anak-anak sedangkan otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa.

F. Diagnosis1. AnamnesisAnamnesis sangat berperan dalam mendiagnosa otitis media efusi dan dokter dapat mendiagnosa OME dengan melihat perubahan warna dan penampilan membrane timpani.Anamnesis sedikitnya harus menanyakan tentang gangguan pendengaran, kebisingan dalam kepala (tinnitus), pusing (vertigo), atau ketidakseimbangan, sekret telinga, dan nyeri telinga. Bila ditemukan salah satu keluhan ini, maka perlu dikenali secara lebih rinci. Gangguan pendengaran. Apakah keluhan tersebut pada satu atau kedua telinga Timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap dan sudah berapa lama diderita. Adakah riwayat trauma kepala ,telinga tertampar, trauma akustik, terpajan bising, pemakaian obat ototoksisk sebelumya atau pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influensi berat dan meningitis. Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi , sehingga terdapat juga gangguan bicara dan komunikasi.

Rasa penuh di telinga. Rasa penuh ditelinga atau rasa tersumbat di dalam telinga adalah salah satu gejala menonjol yang dirasakan pada pasien yang menderita otitis media efusi. Perlu ditanyakan bagian telinga mana yang mengalami hal ini, baik satu atau kedua telinga. Telinga berbunyi (tinnitus). Yang dirasakan di kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga. Apakah tinnitus ini disertai gangguan pendengaran dan keluhan pusing berputar. Nyeri di dalam telinga (otalgia). Perlu ditanyakan apakah pada telinga kanan atau kiri dan sudah berapa lama. Nyeri alih ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri di gigi molar atas, sendi mulut , dasar mulut , tonsil atau tulang servikal karena telinga dipersarafi oleh saraf sensoris yang berasala dari organ tersebut. Pusing Apakah pasien menjelaskan gejala sebagai kepala terasa ringan, ketidakseimbangan, rasa berputar, atau cenderung untuk jatuh ? ke arah mana? Apakah rasa pusing dipengaruhi oleh posisi kepala ? apakah pusing pada saat berbaring ? apakah awitannya berkaitan dengan bangun yang terlalu cepat dari berbaring ? Bagaimana frekuensi dan lamanya serangan ? Apakah pusing bersifat terus-menerus atau episodik? Mintalah pasien menceritakan serangan pertama. Berapa lama selang waktu antar serangan ? Gejala lainnya yang timbul bersamaan? Apakah berupa mual,muntah, tinnitus, rasa penuh dalam telinga, kelemahan, fluktuasi pendengaran, atau kehilangan kesadaran ? Adakah riwayat infeksi telinga, perforasi , trauma kepala, atau pembedahan telinga? Adakah riwayat penyakit umum seperti diabetes mellitus, ganggua neurologik,hipertensi? Sekret (otore) Perlu mencari tahu apakah sekret yang keluar dari satu atau kedua telinga, disertai nyeri atau tidak dan sudah berapa lama? Apakah disertai gatal atau nyeri? Sudah berapa lama ? apakah sekret pernah keluar sebelumnya? Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atu tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih, harus waspada adanya cairan likuor serebrospinal. Riwayat alergi. Perlu ditanyakan riwayat alergi pada anamnesis karena alergi merupakan salah satu faktor resiko otitis media efusi.

Pada otitis media efusi, diperlukan anamnesa yang lengkap dan teliti mengenai keluhan yang dirasakan dan riwayat penyakit pasien, ini disebabkan karena keluhan yang tidak khas pada anak-anak. Pada anak-anak biasanya orangtua mengeluh adanya gangguan pendengaran pada anaknya , guru melaporkan bahwa anak mempunyai problem pendengaran , kemunduran dalam pelajaran di sekolah , bahkan dalam gangguan berbicara. Selain itu , gejala pada orang dewasa misalnya adanya rasa penuh di telinga, gangguan pendengaran dan bunyi didalam telinga.

2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan telingaUntuk mendiagnosis OME perlu dilakukan pemeriksaan otoskopi, pemeriksaan pendengaran seperti tes fungsi pendengaran, audiogram, timpanometri dan miringotomi untuk mengeluarkan cairan. Pemeriksaan harus dimulai dengan inspeksi dan palpasi aurikula (pinna) dan jaringan di sekitar telinga. Daun telingaMula-mula dilihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun telinga (retroaurikuler) apakah terdapat tanda peradangan atau sikatriks bekas operasi.

Liang telingaLiang telinga juga harus diperiksa, mula-mula tanpa speculum sebelum memeriksa membrane timpani. Ingatlah bahwa liang telinga tidak berjalan lurus. Untuk meluruskannya pada pemeriskan, peganglah aurikula dan tarik sedikit ke belakang dan ke atas pada orang dewasa, dan ke arah bawah pada bayi.Spekulum telinga yang dipegang dengan tangan digunakan bersama dengan suatu kaca kepala dan sumber cahaya berdinding tipis dan bebentuk corong, permukaannya bersifat tidak memantulkan serta tersedia dalam berbagai ukuran. Pemeriksa memilih ukuran terbesar tang cocok dengan liang telinga pasien. Karena lubang telinga kecil, maka speculum perlu digerakkan dalam liang telinga untuk dapat melihat seluruh membrane timpani. Semua speculum dipegang dengan tangan kiri,sehingga tangan kanan atau tangan yang dominan dapat bebas untuk mengubah posisi pasien atau untuk manipulasi alat-alat.Dengan menarik daun telinga ke atas dan ke belakang, liang telinga menjadi lebih lurus dan akan mempermudah untuk melihat keadaan liang telinga. Bila terdapat serumen dalam liang telinga yang menyumbat makan serumen ini harus dikeluarkan. Jika konsistensinya cair dapat dengan kapas yang dililitkan, bila konsistensinya lunak atau liat dapat dikeluarkan dengan pengait dan bila berbentuk lempengan dapat dipegang dan dikeluarkan dengan pinset. Jika serumen ini sangat keras dan menyumbat seluruh liang telingan maka lebih baik dilunakkan dulu dengan minyak atau karbogliserin. Bila sudah lunak atau cair dapat dilakukan irigasi dengan air supaya liang telinga bersih. Membran timpani Otoskop Pemeriksaan otoskopi dilakukan untuk kondisi, warna, dan imobilitas membran timpani. Macam-macam perubahan atau kelainan yang terjadi pada membrane timpani dapat dilihat. Membran timpani tampak berwarna kekuningan pada otitis media serosa, sedangkan pada otitis media mukoid terlihat lebih keruh ,suram , kuning kemerahan, atau berwarna lebih muda(krem). Membran timpani retraksi dan tampak maleus lebih pendek. Pada otoskop kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani. Membran timpani dapat mengalami atrofi khususnya pada kasus otitis media efusi yang sudah berjalan lama. Otoskop pneumatic Otoskop dengan mudah dapat mendeteksi adanya perforasi membrane timpani atau cairan dalam telinga tengah. Teknik ini harus selalu menjadi bagian dari setiap pemeriksaan telinga anak dan seringkali diperlukan juga pada orang dewasa. Prinsipnya adalah meningkatkan dan menurunkan tekanan udara dalam liang telinga sementara mengamati gerakan membran timpani sebagai jawaban terhadap perubahan tekanan tersebut. Pemeriksaan ini untuk memperlihatkan imobilitas gendang telinga.

Pemeriksaan hidung Bentuk luar hidung diperhatikan apakah ada deviasi atau depresi tulang hidung. Adakah pembengkakan di daerah hidung dan sinus paranasal. Dengan jari dapat dipalpasi adanya krepitasi tulang hidung pada fraktur os nasa atu rasa nyeri tekan pada peradangan hidung dan sinus paranasal. Memeriksa rongga hidung bagian dalam dari depan disebut rinoskopi anterior. Diperlukan spekulum hidung. Pada anak dan bayi kadang tidak diperlukan otoskop dapat dipergunakan untuk melihat bagian dalam hidung terutama untuk mencari benda asing. Vestibulum hidung,septum teutama bagian anterior,konka inferior,konka media,konka superior serta meatus sinus paranasal dan keadaan mukosa rongga hidung harus diperhatikan. Begitu juga rongga hidung sisi yang lain. Kadang rongga hidung ini sempit karena adanya edema mukosa. Untuk melihat bagian belakang hidung dikaukan pemeriksaan rinoskopi posterior sekaligus untuk melihat keadaan nasofaring. Untuk pemerriksaan ini diperlukan spatula dan kaca nasofaring. Mula-mula diperhatikan bagian belakang septum dan koana. Kemudian diputar ke lateral untuk melihat konka superior, konka media dan konka inferior serta meatus medius. Kaca diputar lagi ke lateral sehingga dapat diidentifikasi torus tubarius, muara tuba Eustachius dan fosa Rossenmuleri.

Pemeriksaan faring, rongga mulut dan laring.Dengan lampu kepala yang diarahkan ke rongga mulut, dilihat keadaan bibir, mukosa rongga mulut , lidah dan gerakan lidah. Dengan menekan bagian tengan lidah memakai spatula lidah maka bagian-bagian rongga mulut lebih jelas terlihat. Pemerikaan dimulai dengan melihat keadaan dinding belakang faring serta kelenjar limfe, uvula, arkus faring serta gerakannya, tonsil, mukosa pipi, gusi dan gigi geligi. Palpasi rongga mulut diperlukan bila ada massa tumor, kista dan lain-lain. Apakah ada rasa nyeri di sendi temporomandibula ketika membuka mulut. Melalui kaca dapat terlihat hipofaring dan laring. Bila laring dapat terlihat jelas penarikan lidah dapat ditambah sehingga pangkal lidah lebih ke depan dan epiglotis. Pemeriksaan laring dengan menggunakan kaca laring disebut laringoskopi tidak langsung. Pemeriksaan laring juga dapat dilakukan dengan menggunakan teleskop dan monitor video atau dengan secara langsung memakai alat laringoskop. Bila pasien sangat sensitif sehingga pemeriksaan ini sulit dilakukan, maka dapat diberikan obat anestesi silokain yang disemprotkan ke bibir, rongga mulut, dan lidah.

3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan fungsi pendengaranUntuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan hantaran melalui udara dan melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer nada murni. Kelainan hantaran melalui udara menyebabkan tuli konduktif , berarti ada kelainan di telinga luar atau telinga tengah, seperti atresa liang telinga, eksostosis liang telinga, serumen, sumbatan tuba Eustachius serta radang telinga tengah. Kelainan di telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural koklea atau retokoklea. Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2000 Hx. Oleh karena itu untuk memeriksa pendengaran dipakai garputala 512,1024 dan 2048 Hz. Oleh karena itu untuk memeriksa pendengaran dipakai garputala 512, 1024 dan 2048 Hz. Penggunaan ke tiga garpu tala ini penting untuk pemeriksaan secara kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini terganggu penderia akan sadar adanya gangguan pendengaran. Bila tidak mungkin menggunakan ketiga garputala itu, maka diambil 512 Hz karena garpu tala ini tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya. Pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dengan mempergunakan garupatal dan kuantitatif dengna mempergunakan audiometer.

Tes penalaPemeriksaani ini merupakan tes kualitatif. Terdapat berbagai macam tes penala , seperti tes Tinne, tes Weber, tes Schwabach. Tes Rinne Tes rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara (Air Conduction (AC)) dan hantaran melalui tulang (Bone Conduction (BC)) pada teliga yang diperiksa.Cara pemeriksaan: penala digetarkan tangkainya diletakkan di prosesus mastoid , setelah tidak terdengar, penala dipegang di depan telinga kira-kira 2 cm.Hasil pemeriksaan: Jika bunyi masih terdengar keras bila garputala diletakkan di depan liang telinga berarti telinga yang diperiksa normal (AC > BC) atau menderita tuli sensorineural (AC = BC, AC > BC). Keadaan seperti ini disebut Rinne positif. Bila bunyi yang terdengar lebih keras di tulang mastoid (AC < BC), maka telinga yang diperiksa menderita tuli konduktif dan biasanya lebih dari 20 dB. Hal ini disebut Rinne negatif. Tes WeberTes weber ialah tes pendengaran untuk membandigkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan.Cara pemeriksaan: Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala ( di Verteks,dahi, pangkal hidung ,di tengah-tengah gigi seri atau di dagu).Hasil pemeriksaan: Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu teinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan kearah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi. Pada keadaan normal pasien mendengar suara di tengah atau tidak dapat membedakan telinga mana yang mendengar lebih keras. Bila pasien mendengar lebih keras pad atelinga yang sehat (lateralisasi ke telinga yang sehat) berarti telinga yang sakit menderita tuli sensorineural. Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sakit (lateralisasi ke telinga yang sakit) berarti telinga yang sakit menderita tuli konduktif. Tes schwabachTes schwabach ialah membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.Cara pemeriksaan: Penala digetarkan , tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal.Hasil pemeriksaan: Bila pemeriksaan masih dapat mendengar disebut Schawabach memendek. Bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesumastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut dengan Scwabach sama dengan pemeriksa.

TimpanometriPemeriksaan ini diperlukan untuk menilai kondisi telinga tengah. Gambaran timpanometri yang abnormal (adanya cairan tekanan negatif di telinga tengah) merupakan petunjuk adanya gangguan pendengara konduktif. Melalui probe tone (sumbat liang telinga) yang dipasang pad aliang telinga dapat diketahui besarnya tekanan di liang telinga berdasarkan energy suara yang dipantulkan kembalii (kea rah luar) oleh gendang telinga. Pada orang dewasa atau bayi diatas 7 bulan digunakan probe tone 226 Hz karena akan terjadi resonansi pada liang telinga sehingga harus digunakan probe tone frekuensi tinggi (668,678,dan 1,000 Hz).Terdapat 4 jenis timpanogram yaitu :1. Tipe A ( normal )2. Tipe AD (diskontinuitas tulang pendengaran)3. Tipe As (kekakuan rangkaian tulang pendengaran)4. Tipe B (cairan di dalam telinga tengah)5. Tipe C (Gangguan fungsi tuba Eustachius)

AudiometriUntuk membuat audiogram diperlukan alat audiometer. Bagian dari audiometer tombol pengatur intensitas bunyi, tombol pengatur frekuensi, headphone untuk memeriksa AC ( hantaran udara), bone conductor untuk memeriksan BC (hantaran tulang).

FrekuensiFrekuensi adalah nada murni yang dihasilkan oleh getaran suatu benda yang sidatnya harmonis sederhana (simple harmonic motion).jumlah getaran per detik dinyatakan dalam Hertz.Bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia mempunyai frekuensi antara 20-18.000 Hertz. Bunyi yang mempunyai frekuensi di bawah 20 Hertz disebut infrasonic, sedangkan bunyi yang frekuensinya di atas 18.000 Hertz disebut suprasonil (ultrasonik). Intensitas bunyiDinyatakan dalam dB(decibel). Dikenal : dB HL(Hearing level),dB SL(sensation level),db SPL (Sound pressure level). dB HL dan dB SL dasarnya adalah subyektif, dan inilah yang biasanya digunakan pada audiometer, sedangkan dB SPL digunakan apabila ingin mengetahui intensitas bunyi yang sesungguhnya secara fisika (ilmu alam). Ambang dengarAmbang dengar adalah bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga seseorang. Terdapat ambang dengan menurut konduksi udara (AC) dan menurut konduksi tulang (BC). Bila ambang dengar ini dihubung-hubungkan dengan garis, baik AC maupun BC, maka akan didapatkan audiogram. Dari audiogram dapat diketahui jenis dan derajat ketulian.Bila nol audiometric ( audiometric zero) dalam dB HL dan dB SL, yaitu intensitas nada murni yang terkecil pada suatu frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga rata-rata orang dewasa muda yang normal (18-30 tahun). Pada tiap frekuensi intensitas nol audiometric tidak sama. Notasi pada audiogramUntuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC, yaitu dibuat dengan garis lurus penuh (intensitas yang diperiksa antara 125-8000 Hz) dan grafik BC yaitu dibuat dengan garis terputus-putus (Intensitas yang diperiksa :250-4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai kiri dipakai warna biru , sedangkan untuk telinga kanan, warna merah. Interpretasi Audiogram Audiogram NormalSecara teoritis, bila pendengaran normal, ambang dengar untuk hantaranudara maupun hantaran tulang sebesar 0 dB. Pada keadaan tes yang baik,audiogram dengan ambang dengar 10 dB pada 250 dan 500 Hz, sedangkan 0dB pada 1000, 2000, 4000, dan 10000 Hz dan pada 8000 Hz dapat dianggap normal.

Grafik 1. Audiogram Normal Gangguan Dengar KonduktifDiagnosis gangguan dengar kondukstif ditegakkan berdasarkan prinsipbahwa gangguan konduktif (telinga tengah) menyebabkan gangguan hantaranudara yang lebih besar daripada hantaran tulang, disini terdapat ambanghantaran tulang turun menjadi 15 dB pada 200 Hz.Gap antara hantaran tulang dengan hantaran udaramenunjukkan beratnya ketulian konduktif.

Grafik 2. Gangguan Dengar Konduktif

Gangguan Dengar Sensorineural (SNHL)Tuli sensorineural terjadi bila didapatkan ambang pendengaran hantarantulang dan udara lebih dari 25 dB. Tuli sensorineural ini terjadi bila terdapatgangguan koklea, N.auditorius (NVIII) sampai ke pusat pendengarantermasuk kelainan yang terdapat didalam batang otak. Kelainan pada pusatpendengaaran saja (gangguan pendengaran sentral) biasanya tidakmenyeababkan gangguan dengar untuk nada murni, namun tetap terdapat gangguan pendengaran tertentu. Gangguan pada koklea terjadi karena dua cara, pertama sel rambut didalam koklea rusak, kedua karena stereosilia dapathancur. Proses ini dapat terjadi karena infeksi virus, obat ototoxic, dan biasaterpapar bising yang lama, dapat pula terjadi kongenital.

Grafik 3. SNHL

Gangguan Dengar CampuranKemungkinan tarjadinya kerusakan koklea disertai sumbatan serumen yang padat dapat terjadi. Level konduksi tulang menunjukkan gangguanfungsi koklea ditambah dengan penurunan pendengaran karena sumbatankonduksi udara mengambarkan tingkat ketulian yang disebabkan oleh komponen konduktif. Perbedaan anatara level hantaran udara dan tulang dikenal sebagai jarakudara-tulang atau air-bone gap. Jarak udara-tulang merupakan suatu ukuran dari komponen konduktif dari suatu gangguan pendengaran.

CT ScanPada banyak kasus , tomografi dengan CT Scan telah menjadi metode terpilih dalam mendiagnosis kelainan telinga tengah , mastoid dan tleinga dalam. Metode ini hanya digunakan untuk menentukan adanya neuroma akustik ,namun CT scan paling mampu memperlihatkan diskontinuitas osikula , kelainan kongenital, dan penyakit telinga tengah seperti kolesteatoma yaitu salah satu komplikasi dari otitis media efusi. Pemeriksaan radiologi foto mastoid sekarang jarang digunakan untuk mendiagnosis otitis media efusi.

G. Diagnosis BandingOtitis media akut stadium oklusi tuba eustachiusTanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membrane timpani akbat terjadinya tekanan negative di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kadang membrane timpani tmapak normal tidak ada kelainan atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi , tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini suka dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.

H. TerapiPengobatan pada otitis media efusi meliputi pengobatan konservatif dan tindakan operatif. Pengobatan pada kedua kondisi ini mula-mula bersifat medis dan kemudian jika perlu, secara bedah.Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memutuskan perlunya mengobati otitis media adalah derajat kehilangan pendengaran. Pasien kemudian dinilai adanya gangguan penyerta lain seperti sinusitis kronik, polip hidung, obstruksi hidung, dan hipertrofi adenoid.Tindakan penatalaksanaan yang pertama kali dilakukan adalah mencari penyebab terjadinya OME. Jika penyebab sudah diketahui maka dapat diberikan penatalaksanaan yang tepat.1. MedikamentosaTerapi medika mentosa dapat berupa terapi suportif maupun terapi utnuk mengatasi etiologi OME.Pengobatan medikamentosa termasuk: AntibiotikDengan adanya oklusi tuba maka dapat dipikirkan kemungkinan adanya infeksi. Akan tetapi perlu juga diperhatikan apakah ada gejala-gejala klinis yang memperlihatkan adanya suatu infeksi, seperti demam. Penyebab infeksi telinga tengah terbanyak adalah streptococcus pneumonia lalu haemophilus influenza. Virus dan bakteri-bakteri lain juga dapat menyebabkan infeksi ini tetapi jarang. Amoksisiln 80 100 mg/kgbb/hari dapat diberikan pada pasien dengan infeksi telinga tengah. Pengobatan dapat dilakukan selama 6 hari tetapi lebih efektif jika dilakukan selama 10 hari. Pada efusi yang terjadi kronis dan berespon terhadap amoksisilin, percobaan dengan antibiotik yang efektif melawan bakteri yang resisten terhadap amoksisilin dapat membantu.6Penggunaan antibiotik yang tepay dapat dilakukan jika cairan efusi tersebut sudah dikultur. Akan tetapi untuk proses kultur dibutuhkan waktu kurang lebih 1 minggu. Oleh karena itu, pasien cukup diberi amoksisilin sebagai lini pertama. Jika tidak terjadi perbaikkan maka perlu dipertimbangkan untuk kultur dan dilakukan uji resistensi.Walaupun otitis media dengan efusi biasanya akan sembuh sendiri selama 3-4 bulan, observasi ketat oleh perawatan diperlukan.7 AntihistaminAntihistamin diberikan jika penyebab oklusi tuba diduga akibat proses alergi. Hiposensitisasi alergiHiposensitisasi alergi hanya dilakukan pada kasus yang jeals memperlihatkan alergi dengan tes kulit.bila terbukti alergi makanan, maka diet perlu dibatasi. Dekongestan (vasokonstriktor)Dekongestan diberikan jika penyebab oklusi tuba adalah adanya rhinitis yang menyebabkan konka membesar karena adanya vasodilatasi pada pembuluh-pembuluh darah di konkha. Perasat valsavaJika oklusi tuba terjadi karena adanya perbedaan tekanan maka perasat ini dapat digunakan. Perasat ini bertujuan untuk membuka tuba eustachius. Perasat ini tidak dilakukan apabila tidak terdapat infeksi saluran napas atas. Perasat valsava dilakukan dengan cara meniupkan dengan keras dari hidung sambil hidung dipencet serta mulut ditutup.1 Perasat ToynbeeSelain perasat valsava, untuk membuka tuba eustachius dapat juga dilakukan perasat toynbee. Perasat ini dilakukan dengan cara menela ludah sambil hidung dipencet serta mullut ditutup. Antipiretik (jika demam) Analgetik (jika nyeri telinga)

2. Bedah Keputusan untuk melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan lamanya penyakit. Derajat gangguan pendengaran dan frekuensi serta parahnya gangguan pendahulu juga perlu dipertimbangkan. Gangguan ini seringkali bilateral, namun anak dengan cairan yang sedikit , gangguan pendengaran minimal, atau dengan gangguan unilateral dapat diobat lebih lama dengan pendekatan yang lebih konservatif. Cairan yang tetap bertahan merupakan indikasi koreksi bedah. MiringotomiMiringotomi ialah tindakan insisi pada partensa memrban timpani, agar terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan syarat tindakan ini haru sdilakukan secara langsung, anak harus tenang dan dapat dikuasi sehingga membrane timpani dapat dilihat dengan baik. lokasi miringotomi adalah di kuadran posterior-inferior. Untuk tindakan ini haruslah memakai lampu kepala yang mempunyai sinar cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai dengan besar liang telinga, dan pisau khusus (miringotom) yang digunakan berukuran kecil dan steril. Penipisan membrane timpani, retraksi yang dalam, gangguan pendengaran yang bermakna dapat merupakan indikasi untuk miringotomi segera. Insisi miringotomi dan pemasangan tuba telah dikaitkan dengan pembentukan kolesteatoma pada beberapa kasus.

Tuba ventilasiTuba ventilasi atau tuba penyeimbang tekanan ini berfungsi sebagai ventilasi yangmemungkinkan udara masuk ke dalam telinga tengah, dengan demikian menghilangkan keadaan vakum, dan membiarkan cairan mengalur atau diabsoprsi. Tuba ventilasi dibiarkan pada tempatnya sampai terlepas sendiri dalam jangka waktu enam bulan hingga satu tahun. Sayangnya karena cairan seringkali berulang, beberapa anak memerlukan tuba yang dirancang khusus sehingga dapat bertahan lebih dari satu tahun. Keburukan tuba yang tahan lama ini adalah menetapnya perforasi setelah tuba terlepas. Pemasangan tuba ventilasi dapat memulihkan pendengaran dan membenarkan membrane timpani yang mengalami retraksi berat, terutama bila ada tekanan negative yang menetap.

Timpanosintesis Timpanosentesis berarti pungsi pada membrane timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologik (dengan semprit dan jarum khusus).

Adenoidektomi.Manfaat adenoidektomi pada otitis media serosa kronik masih diperdebatkan. Tentunya tindakan ini cukup berarti pada individu dengan adenoid yang besar sehingga menyebabkan obstruksi hidung dan nasofaring. Namun sebagian besar, anak tidak memenuhi kategori tersebut. Manfaat adenodektomi ada anak dengan jaringan adenoid berukuran sedang dan dengan infeksi berulang masih dalam penilaian.

I. Komplikasi OME Gangguan pendengaran Jika ada infeksi dalam telinga tengah, terutama bila dibawah tekanan, maka kemungkinan produksi-produksi infeksi akan menyebar melalui membrana fenestra rotundum ke telinga dalam, mengakibatkan ketulian sensorineural. Paralisis n. FasialisDalam keadaan normal ruang telinga tengah berada dalam keadaan tidak ada cairan. Dengan adanya celah-celah tulang alami yang menghubungkan saraf dan telinga tengah, maka cairan efusi dapat mengiritasi n. Fasialis sehingga dapat menyebabkan paralisis. Mastoiditis Dengan tertutupnya tuba eustachius maka fungsi drainase menjadi terganggu. Jika ada bakteri atau virus yang masuk dari nasofaring atau dari cavum nasi dan kemudian terperangkap dalam tuba estachius yang terobstruksi maka dapat menyebabkan infeksi. Infeksi ini dapat mengiritasi n. Fasialis dan juga mengiritasi rongga mastoid (mastoiditis), yang mana kita ketahui bahwa terdapat hubungan langsung antara rongga telinga tengah dengan rongga-rongga mastoid. Labirinitis Jika tekanan negatif pada telinga tengah tidak segera diatasi maka dapat merusak fenestra rotundum sehingga cairan dapat masuk ke elinga dalam dan menyebabkan iritasi labirin (labirinitis). PerositisHampir sepertiga tulang temporal memiliki sel-sel udara dalam apeks petrosa.2 Sel-sel ini menjadi terinfeksi melalui perluasan langsung dari infeksi telinga tengah dan mastoid.2 Tromboflebitis sinus lateralisInvasi infeksi pada sinus sigmoideus dalam perjalanannya melalui mastoid dapat menimbulkan troboflebitis pada sinus lateralis. Fragmen-fragmen kecil trombus akan pecah, menciptakan semburan embol yang infeksius.2 Abses EkstraduralIalah terkumpulnya nanah di antara dura mater dan tulang. Meningitis

Bagan 3. Komplikasi Otitis Media EfusiDiunduh dari: firwanintianur93.blogspot.com. Tanggal 8-8-2014.

J. Pencegahan Identifikasi dan menghindari alergen yang dapat menyebabkan OME. Vaksin pneumokokus dapat mencegah infeksi dari penyebab yang paling umum dari infeksi telinga akut.

K. Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam Ad fungsionam: dubia ad malam Ad sanationam: dubia ad bonam Bab IIIPENUTUP

KESIMPULANOtitis media efusi adalah terdapanya cairan dalam telinga tengah tanpa tanda-tanda atau gejala infeksi telinga akut. OME merupakan salah satu penyakit paling umum ditemukan pada anak. Sekitar 90% anak memiliki otitis media efusi (OME) pada beberapa waktu sebelum usia sekolah yang menjadi perhatian karena dapat menganggu proses pendengaran dan keterlambatan perkembangan bahasa.

DAFTAR PUSTAKA1. Soepandi EA. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2011.2. Adams, Boies, Higler. Buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2012. 3. Moore KL. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipocrates; 2009. 4. Bluestone CD. Advance therapy in otitis media. Definition of otitis media and related disease.United State of America: BCDecker.2004.p.1.5. Bickley LS.Bates guide to physical examination and history taking.10th ed.China:Lippincott William&Wilkins;2009.h.270.6. Schwartz WM.Pedoman klinis pediatri.Jakarta:EGC;2005.h.300.7. Corwin EJ.Buku saku patofisiologi.edisi 3.Jakarta:EGC;2009.h.385.

40