Upload
jumardi-darwis
View
120
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
rencana pelaksanaan
Citation preview
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN REKLAMASI
Penambangan dapat merubah lingkungan secara fisik, kimia dan biologi, seperti bentuk
lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran air, debu, getaran, pola vegetasi dan habitat fauna,
dan sebagainya. Perubahan-perubahan ini harus dikelola untuk menghindari dampak lingkungan
yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, drainase yang buruk, masuknya gulma/hama/penyakit
tanaman, pencemaran air permukaan/air tanah oleh bahan beracun dan lain-lain.
Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam perencanaan reklamasi adalah sebagai berikut :
Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan.
Luas areal yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan.
Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan mengatur
sedemikian rupa untuk keperluan revegetasi nantinya.
Mengembalikan/memperbaiki pola drainase alam yang rusak.
Menghilangkan/memperkecil kandungan (kadar) bahan beracun sampai pada tingkat
yang aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan.
Mengembalikan lahan seperti keadaan semula atau sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.
Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas penambangan.
Permukaan yang padat harus digemburkan namun bila tidak memungkinkan sebaiknya
ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang keras.
Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Selain hal-hal diatas, ada beberapa bagian penting yang harus diperhatikan dalam rencana
pelaksanaan reklamasi yaitu pemeriaan lahan, pemetaan dan peralatan yang akan digunakan.
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 7
3. 1. Rencana Pengelolaan Pasca Tambang dan Penentuan Lahan Akhir
Pada rencana pengelolaan lahan pasca tambang yang harus dilakukan terlebih dahulu
adalah persiapan lahan yang meliputi :
1. Pengamanan lahan bekas tambang
Kegiatan ini meliputi :
Pemindahan/pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang tidak digunakan
dilahan yang akan direklamasi.
Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan sampah/limbah beracun dan
berbahaya dengan perlakuan yang khusus agar tidak mencemari lingkungan.
Melarang atau menutup jalan masuk ke lahan bekas tambang yang akan
direklamasi.
2. Pengaturan bentuk lereng
Pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk mengurangi kecepatan air limpasan (run
off), erosi dan sedimentasi serta longsor. Lereng jangan terlalu terjal atau tinggi dan
dibentuk secara berteras-teras.
3. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA)
Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) dimaksudkan untuk mengatur air agar
mengalir pada tempat tertentu dan dapat mengurangi kerusakan lahan aibat erosi.
4. Pengaturan/penempatan low grade
Maksud pengaturan dan penempatan low grade (bahan tambang yang mempunyai nilai
ekonomis rendah) adalah agar lahan tambang tersebut tidak tererosi/hilang apabila
ditimbun dalam waktu yang lama karena belum dimanfaatkan.
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 8
Gambar 3.1.
Pengaturan / penempatan low grade
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 9
Pada rencana reklamasi ini, areal bekas penambangan batubara (daerah X) akan
dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit. Oleh karena itu agar kegiatan yang direncanakan
tersebut dapat berjalan dengan baik dan berhasil maka diperlukan adanya beberapa tindakan,
antara lain :
- Perlunya perataan daerah X, dimana diharapkan daerah X pada akhirnya memiliki
kemiringan < 50.
- Melakukan penimbunan terhadap lubang-lubang bukaan akibat kegiatan penambangan.
3. 2. Rencana Reklamasi dan Revegetasi (luas, lokasi, teknik/ metode, dll)
Sebelum melakukan revegetasi ada beberapa hal yang harus diketahui terlebih dahulu,
diantaranya luas, lokasi dan teknik/metode.
Luas
Lokasi yang akan direklamasi sama dengan luas daerah penambangan yaitu 1000 Ha
dengan ukuran ideal 5 Km x 2 Km (lampiran ).
Lokasi
Adapun teknik reklamasi yang digunakan yaitu revegetasi.
Teknik/ metode
Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal seperti ; persiapan penanaman,
cara penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemantauan tanaman.
Revegetasi
Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal seperti ; persiapan penanaman, cara
penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemantauan tanaman.
Persiapan Penanaman
Langkah awal pada persiapan penanaman adalah memperbaiki kondisi tanah yang telah rusak
akibat kegiatan penambangan, maupun akibat kontaminasi dengan limbah yang mengandung
zat-zat beracun. Perbaikan kondisi tanah ini dengan menggunakan gypsum dan kapur.
Gypsum digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah yang mengandung banyak lempung
dan untuk mengurangi kerak tanah. Penggunaan kerak gypsum akan meningkatkan struktur
tanah, meningkatkan daya resap terhadap air, sedangkan kapur atau batu gamping digunakan
untuk mengatur pH dan juga memperbaiki struktur tanah.
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 10
Pemilihan Jenis Tanaman
Daerah X yang akan digunakan sebagai areal perkebunan kelapa sawit.
Pemilihan kelapa sawit sebagai tanaman revegetasi tidak terlepas dari kondisi lingkungan
dalam hal ini iklim dan tanah yang menunjang pertumbuhan kelapa sawit.
1. Iklim
Beberapa unsur iklim yang penting yaitu ;
- Curah hujan
Daerah X merupakan daerah yang memiliki curah hujan rata-rata 40, 2 Mm/ bulan dan
tertinggi 92,5 Mm/ bulan. Hal ini merupakan faktor yang pendukung bagi pertumbuhan
dan produksi dari kelapa sawit. Curah hujan yang merata ini dapat menurunkan
penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit. Air merupakan pelarut unsur-unsur hara
di dalam tanah sehingga dengan bantuan air, unsur-unsur hara tersebut menjadi tersedia
di dalam tanah.
- Sinar matahari
Sinar matahaari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat (di dalam proses asimilasi)
juga untuk memacu pembentukan bunga dan buah, karenanya intensitas, kualitas, dan
lama penyinaran amat berpengaruh pada proses itu. Lama penyinaran optimum yang
diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jam/ hari, kekurangan atau kelebihan sinar
mathari akan berakibat buruk bagi tanaman kelapa sawit. Kebutuhan akan sinar matahari
ini dapat terpenui pada daerah X dimana daerah X merupakan daerah tropis dengan
intensitas musim kemarau 85% (Mei s/d Oktober) dan musim hujan (Nopember s/d
April).
- Suhu
Selain sinar matahari dan curah hujan yang cukup, untuk tumbuh dengan baik tanaman
kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum. Suhu optimum ini berkisar antara 29-30 0C. Beberapa faktor yang mempengaruhi suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian
tempat. Daerah X merupakan daerah tropis pada dataran rendah. Kondisi ini sangat
memungkinkan bagi terpenuhinya suhu optimum yang diperlukan kelapa sawit.
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 11
2. Tanah
Dalam hal tanah, tanaman kelapa sawit tidak menuntut persyaratan terlalu banyak
karena dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah (podsolik, latosol, hidromorfik kelabu,
alluvial atau regosol). Namun kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing
tanah tidaklah sama.
Dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh adalah sifat kimia dan sifat fisik tanah.
Sifat Kimia Tanah
Sifat kima tanah secara sederhana adalah keasaman tanah dan komposisi
kandungan hara mineral yang ada dalam tanah. Keasaman tanah menentukan
ketersediaan dan keseimbangan unsure-unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit
dapat tumbuh pada pH 4,0-6,5, sedangkan PH optimumnya adalah 5-5,5 untuk
mencapai kondisi yang diinginkan ini, daerah X yang memiliki keasaman tinggi,
telah di netralkan dengan menggunakan kapur.
Sifat Fisik Tanah
Bebrapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur,
konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan tanah dan kedalaman
permukaan air. Secara ideal tanaman kelapa sawit menghendaki tanah yang
gembur, subur, teksturnya mengandung liat dan debu 25-30 %, datar, drainase
baik. Topografi yang dianggap baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal
dengan kemiringan 0-150. areal dengan kemiringan diatas 150 masih
memungkinkan ditanami, tetapi perlu dibuat teras-teras.
Pemilihan Benih Unggul
Untuk menghindari penanaman benih atau bibit liar, sebaiknya dipilih bibit kelapa sait
yang telah di uji dan benar-benar terbukti dengan baik kualitasnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, dengan surat keputusan Menteri Pertanian Nomor:
KB. 320/261/Kpts/5/1984, pusat penelitian Marihat, Balai Penelitian Perkebunan Medan,
dan P.T Socfin Indonesia ditunjuk secara resmi sebagai sumber dan benih unggul kelapa
sawit. Bibit kelapa sawit yang diproduksi merupakan kecambah yang bukan berasal dari
sembarang biji, melainkan dari hasil perkawinan antara Dura Deli X Pesifera SP 540 dan
Dura Dumpy X Pesifera SP 540.
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 12
Beberapa ciri yang bisa digunakan untuk menandai kecambah yang dikategorikan baik
dan layak untuk ditanam antara lain :
Warna radikula kekuning-kuningan, sedangkan plumula keputih-putihan,
Ukuran radikula lebih panjang dari pada plumula,
Pertumbuhan radikula dan plumula lurus dan berlawanan arah,
Panjang maksimum radikula 5 cm, sedangkan plumula 3 cm.
Pengadaan Bibit Kelapa Sawit dari Bijih
Saat ini salah satu cara pengadaan bibit kelapa sawit adalah dengan memesan bibit dari
produsen resmi yang ditunjuk oleh pemerintah. Ada beberapa pusat penelitian
perkebunan (puslitbun) dan perkebunan swasta yang secara legal melakukan penjualan
bibit kelapa sawit unggul yang bersertifikat. Karena bibit ini akan dijual kepada
masyarakat luas, maka kualitas bibit dan tanaman dewasanya kelak harus dipertanggung
jawabkan. Oleh sebab itu, proses pembuatan bibitnya dilakukan secara teliti.
Gambar 3.2.
Bibit kelapa sawit
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 13
Penanaman
1. Persiapan Lahan
Lubang tanam sebaiknya dibuat 2-3 bulan sebelum tanam. Ukuran lubang
tanam ditentukan oleh umur bibit yang ditanam, terutama pertumbuhan akarnya dan
keadaan tekstur tanah kebun yang ditanami. Ukuran lubang yang sebaiknya dipakai
adalah 60 x 60 x 50 cm.
Apabila tanahnya gembur, pembuatan lubang tanam pada saat musim hujan
tidak akan menimbulkan masalah. Akan tetapi, jika hal tersebut dilakukan pada
tempat yang mengandung tanah liat, maka lubang akan terisi air sehingga
mengganggu waktu penanaman.
2. Umur dan Tinggi Bibit
Pemindahan bibit pada umur yang tidak tepat akan menyebabkan kematian. Bibit
dengan umur 12-14 bulan adalah yang terbaik untuk dipindahkan. Bibit yang berumur
kurang dari 6 bulan tidak dapat tahan terhadap hama dan penyakit. Sebaliknya bila
melebihi akan menambah biaya penanaman dan waktu tanam menjadi lebih lama.
3. Waktu Tanam
Persedian air sangat menentukan waktu tanam sehingga penanaman pada awal musim
hujan adalah yang paling tepat. Penanaman yang dilakukan pada musim kemarau
dapat menyebabkan tanaman menjadi mati, selain itu juga membutuhkan air yang
lebih banyak sehingga akan menambah biaya.
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 14
60 cm
60 cm
50 cm
4. Jarak Tanam
Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan
tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi kelapa
sawit. Jarak tanam optimal kelapa sawit adalah 9 m dan 8,7 m untuk tanah
bergelombang. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang
atau segitiga sama sisi.
Perawatan Tanaman
Dengan perawatan yang intensif sejak mulai tanam diharapkan kelapa sawit mempunyai
masa non-produktif yang pendek. Perawatan bukan hanya ditujukan terhadap tanaman
saja tetapi juga terhadap tanahnya.
1. Penyulaman
Tanaman yang mati atau kurang baik pertumbuhannya harus diganti atau disulam
dengan tanaman baru. Untuk keperluan penyulaman, sangat perlu adanya cadangan
bibit. Penyulaman dilakukan pada musim hujan. Bibit yang digunakan sebaiknya
seumur dengan tanaman yang disulam, yaitu yang sudah berumur 12-4 bulan.
2. Penanaman Tanaman Sela
Pada saat tanaman kelapa sawit masih muda, disela-selanya dapat ditanami berbagai
tanaman sela (catch-crop). Contoh tanaman sela (catch-crop) yaitu tanaman palawija
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 15
3 m
3 m
Keterangan : = Bibit
= Lubang Tanam
dan sayur-sayuran, seperti ketela pohon, ketela rambat, talas, jagung, kacang tanah,
kedelai, kacang panjang, dan lain-lain.
Beberapa tanaman keras dan berumur agak panjang diantaranya kopi, cokelat dapat
digunakan sebagai tanaman sela.
Dan jika tanaman sela kira-kira sudah mengganggu tanaman pokok, maka harus
segera dibongkar, walaupun mungkin pada saat itu tanaman sela sedang memberikan
hasil yang banyak.
3. Pemberantasan Gulma
Pada dasarnya ada tiga macam pemberantasan gulam, yaitu secara mekanis/manual,
kimia dan biologis. Pemberantasan secara mekanis adalah pemberantasan dengan
menggunakan alat dan tenaga secara langsung, beberapa contoh alat yang digunakan
antara lain; sabit, cangkul, garpu. Pemberantasan mekanis dapat dilakukan dengan
cara :
Clean Weeding atau penyiangan bersih pada daerah piringan. Dan,
Selective Weeding yaitu penyiangan untuk jenis rumput tertentu, seperti alang-
alang.
Pemberantasan gulma dapat dilakukan 5-6 kali dalam tahun pertama atau tergantung
pada keadaan perkebunan.
Pemberantasan gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida.
Pemberantasan gulma secara biologi yaitu dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan
atau organisme tertentu yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh buruk dari
gulma, baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. 3. Rencana Pengelolaan Tanah Pucuk dan Tanah Penutup
Maksud dari pengelolaan ini adalah untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk
dengan lapisan tanah lainnya. Hal ini penting karena tanah merupakan media tumbuh bagi
tanaman dan merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan pertumbuhan tanaman pada
kegiatan reklamasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk adalah :
Pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah tersebut sampai endapan bahan
galian.
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 16
Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan ditempatkan pada tempat
tertentu sesuai dengan tingkat lapisannya. Timbunan tanah pucuk tidak lebih dari 2 meter.
Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula. Tanah pucuk
ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimal 0,15 meter.
Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung racun dianjurkan lebih
tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan khusus dengan cara mengisolasi
dan memisahkannya.
Pengupasan tanah dilakukan dalam keadaan basah untuk menghindari pemadatan dan
rusaknya struktur tanah.
Bila lapisan tanah pucuk tipis (terbatas/sedikit), perlu dipertimbangkan :
a. Penentuan daerah prioritas yaitu daerah yang sangat peka terhadap erosi sehingga
perlu penanganan konservasi tanah dan pertumbuhan tanaman.
b. Penempatan tanah pucuk pada jalur penanaman.
c. Pencampuran tanah pucuk dengan tanah lain.
Dilakukan penanaman langsung dengan tanah penutup (Cover Crop) yang cepat tumbuh
dan menutup permukaan tanah.
Gambar 3.3.
Tanaman penutup tanah (cover crop), berfungsi melindungi kelapa sawit dari akibat buruk sinar
matahari maupun erosi.
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 17
3. 4. Rencana Pengendalian Erosi
Secara umum dapat dikatakan bahwa erosi merupakan proses terlepasnya butiran tanah
dari induknya disuatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air atau angin.
Tahap-tahap dari penambangan yang meliputi pembersihan (land clearing), kegiatan
pengupasan tanah penutup dan kegiatan penimbunan, menyebabkan lokasi yang ada lahan-lahan
yang terbuka. Lahan yang terbuka ini merupakan areal yang rawan terhadap pengaruh air hujan
maupun air limpasan, karena tidak adanya pohon/vegetasi yang tumbuh sehingga menyebabkan
kontak langsung dari butiran air hujan dan limpasan air permukaan terhadap tanah/lahan
sehingga berpotensi sekali untuk terjadinya erosi.
Secara umum faktor-faktor utama penentu yang mempengaruhi erosi adalah curah hujan,
tanah, topografi, vegetasi atau campur tangan manusia. Sifat-sifat hujan yang perlu diketahui
adalah intensitas hujan yang menunjukkan banyaknya curah hujan persatuan waktu, volume air
dan frekuensi. Bila sering terjadi hujan, dengan curah hujan yang tinggi dan waktu yang lama,
maka potensi terjadinya erosi pada lahan terbuka akan menjadi tinggi.
Sifat-sifat yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi adalah tekstur tanah,
struktur tanah, infiltrasi, kandungan bahan organik. Faktor topografi yang mempengaruhi erosi
adalah derajat kemiringan dan panjang lereng. Vegetasi mempunyai pengaruh yang bersifat
melawan terhadap pengaruh faktor-faktor lain yang erosive, seperti hujan, topografi, dan karakter
tanah.Campur tangan manusia dapat mengubah kondisi tanah menjadi baik atau buruk. Apabila
dibuat teras-teras atau jenjang-jenjang pada tanah yang berlereng curam, maka erosi dapat
dikurangi, sedangkan terjadi penebasan tumbuhan maka hal tersebut dapat terjadinya erosi.
Erosi akan bertambah sejalan dengan pembukaan pada daerah penambangan dan daerah
konstruksi untuk saran penunjang. Pada akhirnya permasalahan ini akan menyebabkan pengaruh
biruk pada kualitas air di perairan umum. Prinsip pengendalian erosi pada daerah penambangan
adalah sebagai berikut :
Menyesuaikan kegiatan dengan kondisi topografi dan tanah penyaliran. Hal ini perlu
untuk dapat menetukan langkah yang terbaik untuk melakukan kegiatan di daerah
tersebut sehingga dampaknya terhadap lingkungan dapat menjadi minimal.
Memanfaatkan kondisi topografi yangada untuk meminimalkan kegiatan pembentukan
lereng.
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 18
Membuat rencana kendali erosi sebelum dilakukan kegiatan yang dapat menggangu
tanah.
Sedapat mungkin mempertahankan tumbuhan alami yang ada.
Meminimalkan luas dan lamanya tanah terbuka yang akan terkena erosi.
Mengalirkan air limpasan sedapat mungkin menjauh dari daerah yang terganggu.
Meminimalkan panjang dan kemiringan lereng.
Pengendalian erosi pada kegiatan pertambangan dapat dilakukan dengan metode vegetatif,
mekanis, dan kimia atau kombinasi dari metode-metode tersebut. Untuk kondisi lapangan dan
ketersediaan sarana pada daerah X maka metode yang digunakan adalah metode mekanis.
Metode mekanis
Metode mekanis adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap
tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan dan erosi,
serta meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanis dalam
pengendalian erosi berfungsi :
a) Memperlambat aliran permukaan,
b) Menampung dan mengalirkan aliran permukaan,
c) Memperbesar kapasitas infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki
aerasi tanah,
d) Menyediakan air bagi tanaman.
Usaha pengendalian erosi yang termasuk dalam metode mekanis adalah :
a) Pengolahan tanah,
b) Pengolahan tanah menurut kontur garis kontur,
c) Pembuatan teras,
d) Pembuatan saluran pembuang air,
e) Pembuatan dam pengendali.
Pengendalian erosi dengan metode mekanis pada daerah X dengan pembuatan teras.
Pembuatan teras
Teras adalah timbunan tanah yang dibuat melintang atau memotong kemiringan lahan,
yang berfungsi untuk menangkap aliran permukaan, serta mengarahkannya ke outlet yang
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 19
stabil. Berdasarkan fungsinya teras dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu teras pengelak,
teras retensi dan teras bangku.
Teras pengelak mempunyai fungsi utama untuk menangkap aliran permukaan dan
mengalirkannya memotong kontur. Beberapan tipe teras pengelak yang sudah di kenal
diantaranya teras Magnum dan Nicholas. Teras Magnum dibuat dengan cara menimbun
tanah yang diambil dari kedua sisinya, sedangkan teras Nicholas dibuat dengan cara
menimbun tanah yang diambil dari sisi sebelah atasnya saja.
Teras bangku atau tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah
dibagian bawah sehingga terbentuk suatu deretan anak tangga atau bangku yang
dipisahkan oleh talud.
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 20
(b) Terras retensi
Keterangan : = Arah aliran
Sungai
Gambar 3.4
Sketsa teras pengelak dan teras retensi
3. 5. Rencana Pengelolaan Limbah (padat, cair, gas)
Limbah yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan baik yang berbahaya maupun yang
tidak berbahaya harus ditangani secara baik agar tidak memberikan dampak yang lebih buruk
lagi terhadap lingkungan.
Salah satu cara untuk pengelolaan limbah yang tidak berbahaya adalah dengan membuat
kolam pengendapan. Tujuan dari kolam pengendapan ini adalah sebagai media pengendapan
lumpur dan sedimentasi lain yang bercampur dengan air, selain itu kolam pengendapan ini dapat
digunakan untuk melakukan proses penyaringan secara mekanis sebelum dialirkan ke sungai.
Gambar 3.5.
Bentuk kolam pengendapan dan arah alirannya
Agar kolam pengendapan ini berfungsi secara optimal maka kolam pengendapan ini
dibuat beberapa buah dengan susunan bertingkat dan dengan memperhitungkan jarak antara satu
kolam pengendapan dengan kolam pengendapan lainnya, tidak boleh dibuat saling berdekatan
supaya dapat mengurangi biaya.
Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan yaitu, dalam jangka waktu tertentu kolam
pengendapan ini harus dibersihkan dan lumpur/sedimen yang telah mengendap pada kolam
pengendapan segera dipindahkan agar tidak terjadi pendangkalan pada kolam pengendapan
tersebut.
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 21
3. 6. Rencana Pengelolaan Kualitas Udara, Tanah, dan Air
Pemanfaatan sumberdaya alam selalu disertai oleh terjadinya pencemaran. Ini merupakan
hukum alam yang bersifat universal. Salah satu bentuk dari terjadinya pencemaran lingkungan
adalah perubahan pada kualitas udara dan tanah.
Salah satu bentuk pengelolaan terhadap kualitas air, udara dan tanah adalah melalui rekayasa
lingkungan.
A. Pengelolaan kualitas udara
Dampak penting yang perlu pengelolaan adalah :
Kualitas udara dan kebisingan
Dampak penting menurunnya kualitas udara adalah peningkatan konsentrasi debu dan
kebisingan. Sumber dampak yaitu kegiatan penambangan pada tahap pemberaian, pemuatan
dan pengangkutan.
Untuk itu perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi dan mencegah dampak
turunnya kualitas udara.
Rencana pengelolaan lingkungan menurunnya kualitas udara antara lain :
- Membuat pembatas pada sepanjang batas daerah penambangan dengan menggunakan
gundukan tanah yang ditanami vegetasi,
- Melakukan penyiraman secara teratur pada jalan-jalan untuk mengurangi timbulnya
debu,
- Mesin-mesin kendaraan tambang harus dipelihara secara baik untuk mengurangi
kebisingan,
- Sepanjang jalan-jalan ditanami pohon untuk menahan debu dan mengurangi
kebisingan.
-
B. Pengelolaan kualitas air
Berdasarkan letaknya air dapat dibedakan menjadi dua yaitu air permukaan dan air tanah.
1. Air Tanah
Dampak penting yang terjadi adalah penurunan kualitas air tanah disekitar atau pada
daerah penambangan yang disebabkan oleh kegiatan penambangan dan oleh resapan
limbah yang mengandung bahan pencemar.
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 22
Agar kualitas air tanah pada daerah penambangan atau sekitar daerah penambangan
tidak mengalami penurunan kualitas yang berlanjut, maka perlu dilakukan pengelolaan
lingkungan.
Upaya penanggulangan dampak penurunan kualitas tanah dilakukan dengan cara :
- Air yang sifatnya aerobik
Untuk air yang sifatnya aerobik, kualitas atau kandungan bahan-bahan kimia yang
ditemui masih memenuhi persyaratan tetapi sedikit bersifat asam sehingga diperlukan
pengolahan terhadap kadar pH agar pH menjadi naik.
- Air tanah yang sifatnya anaerobik
Biasanya banyak mengandung unsur-unsur besi, mangan, dan H2S. Sistem yang sesuai
adalah aerasi yang berfungsi untuk :
1. Mendapatkan Oksigen
2. Meremove H2S, CH4
3. Mereduksi konsentrasi CO2
2. Air Permukaan
Proses pengolahan air permukaan (sungai) adalah proses pengolahan lengkap. Yang
dimaksud dengan proses pengolahan lengkap adalah suatu proses yang terdiri dari 3
golongan :
1. Pengolahan Fisik
Pengolahan untuk menurunkan parameter-parameter fisik, seperti kekeruhan,
warna dan bau.
2. Pengolahan Kimiawi
Pengolahan untuk menurunkan parameter-parameter kimiawi, seperti kesadahan
nitrat, magnesium, Mn, Fe dan lain-lain.
3. Pengolahan Biologis
Pengolahan untuk menurunkan parameter-parameter biologis, seperti bakteri.
Adapun upaya yang dilakukan untuk proses pengolahan kualitas air permukaan meliputi :
Pembuatan bangunan prasedimentasi
Berfungsi sebagai tempat proses pengendapan partikel diskuit seperti pasir lempung
dan zat-zat padat lainnya yang bisa mengendap secara gravitasi.
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 23
Pembuatan bangunan pengaduk cepat
Berfungsi sebagai tempat proses pencampuran koagula dan air baku sehingga terjadi
proses koagulasi. Proses koagulasi dimaksudkan untuk :
1. Melarutkan bahan kimia atau koagulan,
2. Membuat homogen campuran,
3. Mendorong terbentuknya partikel yang berbentuk flok.
Pembuatan bagunan pengaduk lambat
Berfungsi sebagai tempat proses terbentuknya flok-flok, dimana prosesnya disebut
flokulasi. Pada bak pengaduk lambat, flok-flok yang terbentuk pada bak pengaduk
cepat yang telah terbentuk akan bergabung membentuk flok-flok yang lebih besar dan
akhirnya mengendap secara gravitasi.
Pembuatan bagunan sedimentasi
Berfungsi sebagai tempat proses mengendapnya partikel-partikel flokulen (flok-flok)
dari bak flokulasi.
C. Pengelolaan kualitas tanah
Turunnya kualitas tanah pada daerah X disebabkan oleh limbah-limbah padat yang berupa :
Limbah kering
Limbah yang susunannya terdiri dari bahan organik dan anorganik yang
mempunyai sifat sebagian besar atau seluruh bahannya tidak cepat membusuk.
Demolition and Construction Wastes
Yaitu sampah sisa-sisa bahan bangunan, misalnya; puing-puing, pecahan-pecahan
tembok, genteng, dan lain-lain.
Bulky Wastes
Barang-barang bekas yang tidak dapat digunakan lagi.
Control Land Fill
Limbah-limbah tersebut dibuang/diletakkan di atas lubang yang telah dibuat
dengan back hoe, kemudian apabila lubang itu sudah penuh maka ditutup dengan
lapisan tanah penutup.
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 24
Sanitary Land Fill
Limbah-limbah tersebut dibuang/diletakkan di atas lubang yang telah dibuat
dengan back hoe, kemudian limbah yang ada ditutup oleh lapisan tanah
penutupnya. Dilakukan dalam jangka waktu tertentu sehingga dapat terbentuk sel-
sel didalamnya.
3.7. Rencana Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi air asam tambang mengacu beberapa
pertimbangan antara lain:
- Mudah dilaksanakan
- Murah atau biaya rendah tapi efektif.
- Tidak menimbulkan masalah terhadap lingkungan.
Beberapa data penting yang diperlukan sebelum pembuangan
limbah ke laut diijinkan, menurut Dames & Moore (1991) :
perkiraan penyebaran limbah tailing seukuran biji,
perkiraan kepadatan lumpur pada lubang pembuangan,
usulan persentase bahan padat limbah menurut berat dan volume,
perkiraan konsentrasi bahan reaksi (reagent) dalam limbah tailing,
perkiraan konsentrasi logam terlarut dalam tailing.
Upaya untuk menghindari adanya Air Asam Tambang, diantaranya :
Tidak membuat lubang genangan penampungan air yang berisiko akan menjadi air asam
tambang dekat dengan aliran sungai (DAS) yang digunakan oleh masyarakat, hal ini
untuk menghindari adanya luapan air pada waktu hujan.
Tidak melakukan pencucian batubara/mineral logam lainnya yang sangat rentan
menimbulkan limbah berbahaya pada daerah aliran sungai.
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 25
Apabila memang harus dialirkan ke daerah aliran sungai, air asam tambang/limbah
hendaknya sudah melalui penyaringan beberapa kali.
Penanggulangan air asam tambang dengan cara netralisasi :
(i). Netralisasi dengan Batugamping
Cara ini yang paling umum dipakai dan murah untuk menurunkan tingkat keasaman air
dan menetralisir logam-logam berat di dalamnya. Percobaan skala laboratorium memakai
batugamping dari pabrik semen Baturaja berukuran 0,2 mm. Dari hasil percobaan didapat bahwa
penambahan batugamping yang optimal antara 0,3-0,4 gram/liter. Masing-masing berat
pencampur telah menaikan pH air menjadi 4,9 dan 5,4. Akan tetapi upaya penetralan dengan cara
ini tidak dikembangkan (dilanjutkan) karena dianggap tidak praktis, tidak efisien dan mahal,
karena batugamping ini berasal dari lokasi yang cukup jauh.
Adapun reaksi kimia yang terjadi antara air asam tambang (contohnya H2SO4) dan
Batugamping (CaCO3) sebagai salah satu upaya netralisir air asam tambang dapat dijabarkan
dengan :
H2SO4 + CaCO3 → CaSO4 + H2 CO3
(ii). Netralisasi dengan Abu Batubara
Berdasarkan penelitian pada komposisi batubara terdapat kandungan CaO berkisar antara
1,85-2,40%. Adanya CaO didalam abu ini serta oksida-oksida lain seperti MgO, diperkirakan
telah menyebabkan terjadinya reaksi yang dapat menetralkan atau menaikkan pH air. Dari hasil
percobaan yang dilakukan memberikan pengaruh pada kenaikan nilai pH seperti diperlihatkan
pada tabel 3.3, di peroleh hasil yang baik dan sangat positif, yaitu untuk setiap penambahan 10
gram per liter abu batubara dapat meningkatkan pH air dari 2,8 menjadi 4,4-5,0.
Adapun reaksi kimia yang terjadi antara air asam tambang (contohnya H2SO4) dan
lumpur yang mengandung CaO dan MgO yaitu :
H2SO4 + CaO → CaSO4 + H2O
H2SO4 + MgO → MgSO4 + H2O
(iii). Netralisasi dengan Lumpur
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 26
Salah satu pemanfaatan lubang bekas galian atau balong bekas penambangan adalah
untuk tempat pembuangan atau penimbunan lumpur. Setelah balong terisi penuh, selanjutnya
akan direklamasi dan kemudian ditata dan dihijaukan kembali.
[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 27