24
Rekomendasi mengenai Air Susu Ibu dan Menyusui Air susu ibu dan menyusui bukan hanya bermanfaat bagi bayi, melainkan juga bagi ibu, keluarga, masyarakat, rumah sakit, dan lingkungan. Menyusui juga memiliki pengaruh positif terhadap kesehatan fisik dan emosional baik ibu maupun bayi. ASI bukan hanya sumber nutrisi optimal, melainkan juga mengandung antibodi yang melindungi bayi terhadap berbagai penyakit. Oleh karena manfaatnya yang sedemikian besar, baik jangka pendek maupun jangka panjang, sudah sepantasnya setiap tenaga kesehatan maupun anggota masyarakat turut mendukung dan menggalakkan pemakaian ASI. Manfaat ASI dan menyusui Air susu ibu tidak hanya bermanfaat bagi bayi, melainkan juga bagi ibu, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Manfaat bagi ibu Proteksi kesehatan ibu. Oksitosin yang dilepaskan sewaktu menyusui menolong uterus untuk kembali ke ukuran semula dan mengurangi perdarahan pasca- persalinan. Menyusui mengurangi risiko kanker payudara dan kanker ovarium pada ibu. Analisis data dari 47 studi epidemiologi di 30 negara menunjukkan bahwa risiko relatif kanker payudara menurun sebanyak 4,3% untuk setiap tahun menyusui. Menjarangkan kehamilan. Selama enam bulan pertama setelah melahirkan, jika seorang wanita belum mendapat

Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

Rekomendasi mengenai Air Susu Ibu dan Menyusui

Air susu ibu dan menyusui bukan hanya bermanfaat bagi bayi, melainkan juga

bagi ibu, keluarga, masyarakat, rumah sakit, dan lingkungan. Menyusui juga memiliki

pengaruh positif terhadap kesehatan fisik dan emosional baik ibu maupun bayi. ASI

bukan hanya sumber nutrisi optimal, melainkan juga mengandung antibodi yang

melindungi bayi terhadap berbagai penyakit. Oleh karena manfaatnya yang sedemikian

besar, baik jangka pendek maupun jangka panjang, sudah sepantasnya setiap tenaga

kesehatan maupun anggota masyarakat turut mendukung dan menggalakkan pemakaian

ASI.

Manfaat ASI dan menyusui

Air susu ibu tidak hanya bermanfaat bagi bayi, melainkan juga bagi ibu, keluarga,

masyarakat, dan lingkungan.

Manfaat bagi ibu

Proteksi kesehatan ibu. Oksitosin yang dilepaskan sewaktu menyusui menolong

uterus untuk kembali ke ukuran semula dan mengurangi perdarahan pasca-

persalinan.

Menyusui mengurangi risiko kanker payudara dan kanker ovarium pada ibu.

Analisis data dari 47 studi epidemiologi di 30 negara menunjukkan bahwa risiko

relatif kanker payudara menurun sebanyak 4,3% untuk setiap tahun menyusui.

Menjarangkan kehamilan. Selama  enam bulan pertama setelah melahirkan, jika

seorang wanita belum mendapat kembali haidnya dan menyusui secara eksklusif

maka proteksi terhadap terjadinya kehamilan adalah 98%. Semakin lama

menyusui, makin lama periode amenore dan makin lama dapat menunda

kehamilan.

Manfaat bagi bayi

1. Nutrisi optimal.

ASI mengandung nutrien terbaik yang mudah dicerna dan diserap secara efisien.

Bayi yang mendapat ASI tidak perlu lagi diberikan air putih maupun cairan lain,

karena sebagian besar komponen penyusun ASI adalah air (70%) dan kandungan

air dalam ASI  cukup untuk memenuhi kebutuhan cairan bayi.

Page 2: Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

2. Meningkatkan imunitas.

Sistem imun bayi belum berkembang sempurna pada tahun pertama kehidupan,

sehingga bayi bergantung pada ASI untuk melawan infeksi.

3. Menurunkan risiko diare

Bayi yang mendapat ASI non-eksklusif lebih sering mengalami diare

dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif, namun risiko ini lebih kecil

dibandingkan bayi yang tidak mendapat ASI.

Studi di Skotlandia menunjukkan bahwa pada usia 0-13 minggu, bayi yang

mendapat ASI lebih jarang mengalami diare dibandingkan mereka yang

mendapat susu formula sejak lahir (IK 95% untuk reduksi insidens 6,6%-

16,8%).

Studi di Amerika Serikat terhadap 1743 pasangan ibu-anak menunjukkan bayi

yang sama sekali tidak mendapat ASI lebih sering mengalami diare

dibandingkan kelompok yang mendapat ASI eksklusif (OR 1,8). Efek profektif

ASI sebanding dengan jumlah ASI yang didapat.6Studi PROBIT (Promotion of

Breastfeeding Intervention Trial) dilakukan di rumah sakit yang dipilih secara

acak untuk menerima intervensi berupa peningkatan cakupan dan durasi

menyusui berdasarkan panduan Baby-friendly Hospital Initiative (BFHI) yang

disusun oleh WHO dan UNICEF. Sebanyak 16491 pasangan ibu-anak diikuti

selama 12 bulan. Kelompok ibu yang melahirkan  di rumah sakit intervensi lebih

banyak yang memberikan ASI eksklusif pada usia tiga dan enam bulan.  Anak

pada kelompok intervensi juga lebih jarang mengalami infeksi gastrointestinal

(OR 0,60; IK 95% 0,40–0,91).

4. Mengurangi risiko infeksi respiratorik.

Studi di Skotlandia menunjukkan bahwa bayi yang mendapat ASI lebih jarang

mengalami infeksi saluran napas. Pada usia 0-13 minggu, hanya 23% bayi ASI

yang mengalami infeksi saluran napas dibandingkan dengan 39% bayi yang

mendapat susu formula. (IK 95% untuk perbedaan insidens 3,9%-20,3%).5Studi

di Brazil menunjukkan bahwa risiko dirawat karena pneumonia lebih tinggi 17

kali lipat pada bayi yang tidak mendapat ASI (OR 16,7; IK 95% 7,7–36,0)

dibandingkan bayi yang mendapat ASI.

Page 3: Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

Survey rumah tangga nasional di Amerika yang diadakan tahun 1988-1994

menunjukkan bahwa anak yang mendapat ASI eksklusif selama 4 sampai <6

bulan memiliki risiko lebih tinggi mengalami pneumonia (adjusted OR 4,27; IK

95% 1,27-14,35) dibandingkan anak yang mendapat ASI eksklusif ≥6 bulan.

5. Mengurangi risiko otitis media.

Studi di Swedia melaporkan bahwa bayi yang mendapat ASI lebih jarang

menderita otitis media dibandingkan bayi yang diberi susu formula. Kejadian

otitis media pada bayi berusia 1-3 bulan yang mendapat ASI  hanya 1%,

dibandingkan dengan 6% pada bayi yang tidak mendapat ASI.

Studi terhadap 1743 bayi di Amerika menunjukkan bahwa ASI memiliki efek

proteksi terhadap otitis media. Risiko otitis media lebih besar pada kelompok

yang diberi ASI campur formula (OR 1,6) dan yang tidak mendapat ASI sama

sekali (OR 1,7) dibandingkan kelompok ASI eksklusif. Efek protektif ini

dipengaruhi oleh banyaknya ASI yang diminum.

Survey rumah tangga nasional di Amerika yang diadakan tahun 1988-1994

menunjukkan bahwa anak yang mendapat ASI eksklusif selama 4 sampai <6

bulan memiliki risiko lebih tinggi mengalami otitis media rekuren (adjusted OR

1,95; IK 95% 1,06-3,59) dibandingkan anak yang mendapat ASI eksklusif ≥6

bulan.9

6. Mengurangi risiko penyakit kronik.

Metaanalisis terhadap 17 studi kasus kontrol dan 2 studi ekologi menunjukkan

bahwa kelompok yang tidak pernah mendapat ASI lebih sering menderita insulin

dependent diabetes mellitus (IDDM), dengan OR 1,13 (IK 95% 1,04-1,23).

Subjek yang tmendapat ASI selama <3 bulan memiliki risiko lebih tinggi

menderita IDDM dibandingkan kelompok yang mendapat ASI ≥3 bulan (OR

1,23; IK 95% 1,12-1,35). Keterbatasan studi ini adalah kemungkinan recall bias

yang berpotensi terjadi pada studi kasus kontrol.

7. Mengurangi angka kematian bayi.

Analisis terhadap tiga studi mengenai kematian bayi di Ghana, Pakistan, dan

Filipina menunjukkan bahwa ASI merupakan faktor protektif terhadap kematian

akibat diare (OR 6,1; IK 95% 4,1-9,0) dan kematian akibat infeksi respiratorik

akut (OR 2,4; IK 95% 1,6-3,5) selama enam bulan pertama kehidupan. Daya

Page 4: Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

proteksi ASI menurun seiring dengan usia. Rasio odds gabungan (IK 95%)

untuk usia <2 bulan, 2-3 bulan, 4-5 bulan, 6-8 bulan, dan 9-11 bulan adalah

berturut-turut 5,8 (3,4-9,8), 4,1 (2,7-6,4), 2,6 (1,6-3,9), 1,8 (1,2-2,8), dan 1,4

(0,8-2,6). Studi di Ghana, India, dan Peru yang mengikutsertakan 9424 pasangan

ibu-bayi menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna dalam hal

risiko kematian antara anak yang mendapat ASI eksklusif dan yang mendapat

ASI predominan (adjusted hazard ratio, HR 1,46; IK 95%  0,75–2,86). Bayi

yang tidak mendapat ASI memiliki risiko mortalitas lebih besar dibandingkan

mereka yang mendapat ASI predominan (adjusted HR 10,5; IK 95% 5,0–22,0),

demikian pula bila dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI sebagian

(adjusted HR 2,46, IK 95% 1,44–4,18). Temuan ini menggarisbawahi risiko

kematian pada anak yang tidak mendapat ASI, dan risiko ini jauh lebih rendah

pada anak yang mendapat ASI predominan maupun ASI eksklusif.1

8. Mengurangi risiko alergi.

Studi di Swedia yang mengikutsertakan 4089 bayi yang diikuti sejak lahir

sampai usia 2 tahun menunjukkan bahwa anak yang mendapat ASI eksklusif

selama ≥4 bulan lebih jarang mengalami asma (OR 0,7; IK 95% 0,5-0,8). Anak

yang mendapat ASI sebagian selama ≥6 bulan juga lebih jarang mengalami asma

(OR 0,7; IK 95% 0,5-0,9). Studi PROBIT dilakukan di rumah sakit yang dipilih

secara acak untuk menerima intervensi berupa peningkatan cakupan dan durasi

menyusui berdasarkan panduan Baby-friendly Hospital Initiative (BFHI) yang

disusun oleh WHO dan UNICEF. Sebanyak 16491 pasangan ibu-anak diikuti

selama 12 bulan. Kelompok ibu yang melahirkan  di rumah sakit intervensi lebih

banyak yang memberikan ASI eksklusif. Anak pada kelompok intervensi juga

memiliki risiko dermatitis atopi lebih rendah (OR 0,54; IK 95% 0,31–0,95).7

9. Mengurangi risiko obesitas.

Studi di Jerman menunjukkan bahwa prevalens obesitas pada anak usia 5-6

tahun yang tidak pernah mendapat ASI adalah 5 kali lipat dibandingkan mereka

yang mendapat ASI selama >1 tahun. Makin lama durasi pemberian ASI, makin

kecil prevelens obesitas. Analisis statistik menunjukkan ASI merupakan faktor

protektif terhadap obesitas (OR 0,75; IK 95% 0,57-0,98).

Page 5: Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

Studi di Amerika terhadap lebih dari 15000 anak menunjukkan bahwa prevalens

gizi lebih (overweight) pada anak usia 9-14 tahun yang mendapat ASI atau ASI

predominan selama sedikitnya 7 bulan lebih rendah dibandingkan kelompok

yang mendapat ASI selama ≤3 bulan (adjusted OR 0,8; IK 95% 0,67-0,96).

10. Meningkatkan kecerdasan dan kemampuan psikososial dan perkembangan

ASI menguatkan bonding antara ibu dan bayi. Kontak erat setelah melahirkan

akan menciptakan hubungan saling mencintai antara ibu dan bayi. Bayi lebih

jarang menangis dan ibu dapat memahami serta merespons kebutuhan bayinya

lebih baik.

Studi PROBIT di Belarus yang melibatkan 17046 bayi melaporkan bahwa ASI

eksklusif meningkatkan perkembangan kognitif anak. Hasil studi ini

menunjukkan perbedaan rerata skor Wechsler Abbreviated Scaled of

Intelligence (WASI) antara anak yang mendapat ASI dengan yang tidak adalah

7,5 (IK 95% 0,8-14,3) untuk IQ verbal, 2,9 (IK 95% -3,3-9,1) untuk IQ

performance, dan 5,9 (-1,0-12,8) untuk IQ secara keseluruhan.Studi di

Kopenhagen menunjukkan bahwa pemberian ASI berkorelasi secara bermakna

terhadap skor IQ pada usia 27,2 tahun. Makin lama durasi ASI, makin tinggi

skor IQ.

Manfaat bagi keluarga

Kesehatan dan status nutrisi yang lebih baik.

Manfaat ekonomi. ASI sama sekali tidak membutuhkan biaya dibandingkan susu

formula. Uang yang dibelanjakan untuk susu formula dapat digunakan untuk membeli

makanan bergizi bagi ibu dan anggota keluarga lainnya.

Mengurangi biaya kesehatan, karena bayi ASI lebih jarang menderita sakit

dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

Manfaat bagi rumah sakit

Menyusui menciptakan atmosfir yang lebih tenang dan hangat, karena bayi lebih jarang

menangis dan ibu lebih cepat merespon tangisan bayinya.

Bila kebijakan rooming-in berjalan dengan baik, maka tidak dibutuhkan ruang

perawatan bayi sehingga sumber daya manusia, waktu, maupun biaya rumah sakit yang

Page 6: Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

terserap untuk ruang perawatan bayi dapat dikurangi. Special care nursery masih

dibutuhkan untuk bayi yang sakit.

Rooming-in dan dukungan terhadap ASI akan meningkatkan citra rumah sakit dan

menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut memberikan pelayanan yang terbaik bagi ibu

dan bayi.

Manfaat bagi komunitas

Menurunkan biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh negara.

Menurunkan angka absensi orangtua sehingga meningkatkan produktivitas dan pada

akhirnya meningkatkan pendapatan negara.

Mengurangi beban lingkungan untuk mengolah limbah kaleng susu fomula dan botol,

serta mengurangi konsumsi energi untuk memproduksi susu formula.

Rekomendasi IDAI

1. Dokter spesialis anak dan tenaga medis merekomendasikan ASI bagi semua bayi

yang tidak memiliki kontraindikasi medis serta memberikan edukasi mengenai

manfaat ASI dan menyusui.

Kontraindikasi medis yang dimaksud mengacu pada Panduan WHO 2009, termuat

pada bagian selanjutnya dari rekomendasi ini. Bila terdapat kontraindikasi, maka

harus ditelaah lebih lanjut, apakah kontraindikasi tersebut bersifat sementara atau

permanen. Bila kontraindikasi hanya bersifat sementara, maka ibu dianjurkan

memerah ASI untuk menjagai kesinambungan produksi ASI. Bila menyusui

langsung tidak memungkinkan, maka dianjurkan memberikan ASI yang diperah.

Keputusan untuk tidak menyusui atau menghentikan menyusui sebelum waktunya

didasarkan pada pertimbangan bahwa risiko menyusui  akan lebih membahayakan

dibanding manfaat yang akan didapatkan.

2. ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI tanpa suplementasi makanan

maupun minuman lain, baik berupa air putih, jus, ataupun susu selain ASI.

Pemberian vitamin, mineral, dan obat-obatan diperbolehkan selama pemberian ASI

eksklusif.

3. Seluruh kebijakan yang memfasilitasi pemberian ASI/menyusui harus didukung.

Edukasi orang tua sejak kehamilan merupakan komponen penting penentu

keberhasilan menyusui. Dukungan dan semangat dari ayah dapat berperan besar

Page 7: Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

dalam membantu ibu menjalani proses inisiasi dan tahapan menyusui selanjutnya,

terutama saat terjadi masalah.  

4. Bayi sehat diletakkan pada dada ibunya agar tercipta kontak kulit ke kulit segera

setelah persalinan sampai bayi mendapat ASI pertamanya. Bayi sehat dan siaga

mampu melakukan perlekatan tanpa bantuan dalam waktu satu jam pertama setelah

melahirkan. Keringkan bayi, nilai skor Apgar, dan lakukan pemeriksaan fisis awal

saat bayi sedang kontak dengan ibunya.  Prosedur penimbangan, pengukuran,

memandikan, pengambilan darah, pemberian suntikan vitamin K, dan profilaksis

mata dapat ditunda sampai bayi mendapat ASI pertamanya. Bayi yang terpengaruh

oleh obat-obatan ibu mungkin membutuhkan bantuan agar mampu melakukan

perlekatan yang efektif.

5. Suplemen (air, air gula, susu formula, dan cairan lain) tidak diberikan pada bayi

kecuali atas permintaan dokter sesuai dengan indikasi medis.

6. Empeng/dot dihindari pada bayi yang menyusui. Rekomendasi ini tidak melarang

penggunaan empeng untuk tujuan nonnutritive sucking, oral training untuk bayi

prematur, dan bayi yang membutuhkan perawatan khusus.

7. Pada minggu-minggu pertama menyusui, bayi disusui sesering kemauan bayi. Ibu

menawarkan payudara apabila bayi menunjukkan tanda-tanda lapar seperti terjaga

terus, aktif, mouthing, atau rooting.

Penempatan ibu dan bayi dalam satu ruangan (rooming-in) sepanjang hari sangat

membantu keberhasilan menyusui. Lamanya menyusui tergantung pada kehendak

bayi. Payudara diberikan bergantian kanan dan kiri pada awal menyusui, agar

kedua payudara mendapat stimulasi yang sama dan mendapat pengeringan yang

sama. Pada minggu-minggu pertama, bayi sebaiknya dibangunkan atau dirangsang

untuk menyusui maksimum setiap 3 jam.

8. Evaluasi keberhasilan menyusui selama dirawat dilakukan oleh tenaga kesehatan

sekurangnya dua kali sehari.

Hal yang dinilai meliputi posisi menyusui, perlekatan, dan transfer susu. Kemajuan

dan hambatan dalam proses menyusui selama bayi dirawat dicatat di rekam medis 

Edukasi ibu untuk mencatat waktu dan durasi setiap kali menyusui, demikian juga

dengan produksi urin dan tinja pada minggu-minggu pertama. 

Setiap masalah yang ditemui segera dicarikan solusinya sebelum ibu dan bayi

meninggalkan rumah sakit.

Page 8: Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

9. Bayi yang telah pulang dari rumah sakit mendapat pemeriksaan tenaga kesehatan

pada usia 3-5 hari.

Dilakukan penilaian bayi yang mencakup pemeriksaan fisis, terutama untuk

mendeteksi ikterus (kuning) dan status hidrasi, pola berkemih dan defekasi, begitu

pula masalah payudara (nyeri, pembengkakan).

Teknik menyusui juga harus dinilai, meliputi posisi, perlekatan, dan transfer susu.

Penurunan berat badan lebih dari 7% berat lahir mengindikasikan kemungkinan

masalah menyusui dan harus dievaluasi lebih lanjut.

10. Bayi yang mendapat ASI diperiksa kesehatannya kembali pada usia 2-3 minggu

agar dapat dipantau pertambahan berat badan dan memberikan dukungan pada

periode awal menyusui ini

11. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama cukup untuk mencapai tumbuh

kembang optimal.

12. Makanan pendamping ASI kaya besi diberikan secara bertahap mulai usia 6 bulan.

Bayi prematur, bayi dengan berat lahir rendah, dan bayi yang memiliki kelainan

hematologi tidak memiliki cadangan besi adekuat pada saat lahir umumnya

membutuhkan suplementasi besi sebelum usia 6 bulan, yang dapat diberikan

bersama dengan ASI eksklusif.

13. Kebutuhan dan perilaku makan setiap bayi adalah unik.

Pengenalan makanan pendamping sebelum usia 6 bulan tidak meningkatkan asupan

kalori maupun kecepatan pertumbuhan berat badan.

Selama 6 bulan pertama, bayi yang mendapat ASI tidak membutuhkan air putih

maupun jus buah, bahkan dalam cuaca panas sekalipun. Pemberikan minuman atau

makanan selain ASI berisiko mengandung kontaminan atau alergen.

Pemanjangan durasi menyusui bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan dan

perkembangan bayi. Bayi yang telah disapih sebelum usia 12 bulan tidak menerima

susu sapi, tetapi harus mendapat formula bayi yang difortifikasi zat besi.

14. Semua bayi yang mendapat ASI mendapat injeksi vitamin K1 1 mg yang  diberikan

setelah mendapat ASI pertamanya dalam kurun waktu 6 jam setelah lahir. Bila

tidak tersedia vitamin K1 injeksi, maka dapat diberikan vitamin K1 oral namun

diulang dalam kurun waktu 4 bulan.

15. Ibu dan bayi baru lahir berada dalam satu ruangan dan bayi berada dalam

jangkauan ibu selama 24 jam untuk memfasilitasi menyusui.

Page 9: Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

16. Bila ibu atau bayi dirawat di rumah sakit, diusahakan untuk menjaga

kesinambungan ASI, baik dengan menyusui langsung atau memberikan ASI yang

diperah.

17. Durasi pemberian ASI eksklusif yang dianjurkan adalah selama enam bulan

pertama kehidupan untuk mencapat tumbuh kembang optimal. Setelah enam bulan,

bayi mendapat makanan pendamping yang adekuat sedangkan ASI dilanjutkan

sampai usia 24 bulan.

18. Bayi risiko tinggi :

Pemberian ASI direkomendasikan untuk bayi prematur dan bayi risiko tinggi lain,

baik secara langsung maupun pemberian ASI perah. Dukungan dan edukasi untuk

ibu mengenai menyusui dan teknik memerah ASI diberikan sedini mungkin.

Kontak kulit ke kulit dan menyusui langsung dimulai sedini mungkin.

Sebagian besar bayi dengan berat lahir sangat rendah terindikasi mendapat ASI

yang difortifikasi. Di negara maju terdapat bank ASI. Air susu ibu yang berasal dari

bank ASI telah memenuhi persyaratan dan berasal dari donor yang telah diksrining.

ASI segar dari donor yang belum diskrining tidak dianjurkan karena risiko

transmisi kuman.

Kewaspadaan diperhatikan untuk bayi dengan defisiensi glukosa-6-fosfat

dehidrogenase (G6PD) karena rentan terhadap hemolisis, hiperbilirubinemia, dan

kernikterus. Ibu yang menyusui bayi dengan defisiensi atau tersangka defisiensi

G6PD harus menghindari obat yang dapat menginduksi hemolisis.

19. Keadaan  bencana dan situasi darurat :

Air Susu Ibu (ASI) dengan daya perlindungan yang dimilikinya menjadi sangat

penting pada keadaan bencana atau situasi darurat.

Dalam situasi bencana, bayi yang tidak disusui mempunyai risiko tinggi terkena

penyakit, karena kurangnya air dan sanitasi, terhentinya persediaan makanan,

tempat tinggal yang tidak memadai, serta tidak adanya fasilitas untuk memasak.

Selain itu, tidak adanya dukungan dan pengetahuan tentang bagaimana cara

pemberian makan pada bayi dan anak dalam keadaan darurat, ikut berkontribusi

meningkatkan risiko timbulnya penyakit. 

Pemberian susu formula pada keadaan bencana perlu memperhatikan beberapa hal :

⁻ Pemberian susu formula dibawah pengawasan dan pemantauan tenaga

kesehatan terlatih.

Page 10: Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

⁻ Susu formula diberikan kepada bayi piatu dan bayi yang ibunya tidak lagi

dapat menyusui

⁻ Telah dilakukan penilaian terhadap status menyusui ibu dan relaktasi tidak

memungkinkan.

⁻ Ibu atau pengasuh bayi perlu diberi informasi memadai tentang cara

penyajian susu formula yang aman dan pemberian makan bayi yang tepat.

⁻ Ada petunjuk yang jelas tentang cara penyajian susu formula dalam bahasa

yang dimengerti oleh masyarakat setempat dengan masa kadaluwarsa

minimal 1 tahun

⁻ Susu kental manis dan susu cair tidak boleh diberikan kepada bayi berumur

kurang dari 12 bulan.

⁻ Menggunakan air dan alat yang bersih untuk menyiapkan susu dan

menyimpannya (bila sulit menyiapkan air bersih karena terbatasnya bahan

bakar, dapat menggunakan air dalam kemasan).

⁻ Sediakan alat untuk menakar air dan susu bubuk

⁻ Promosi menyusui secara terus menerus untuk agar ibu yang masih dapat

menyusui tidak memberikan susu formula. 

⁻ Industri susu formula tidak diperbolehkan mempromosikan produknya

 

Peran dokter spesialis anak dalam melindungi, mempromosikan, dan mendukung

ASI

Umum

Mempromosikan, mendukung, dan melindungi menyusui. Dokter spesialis anak

sangat dianjurkan membaca literatur mengenai bukti ilmiah mengenai manfaat

ASI bagi kesehatan dan perkembangan bayi.

Mempromosikan menyusui sebagai norma budaya dan memotivasi keluarga dan

masyarakat untuk mendukung ASI.

Mengetahui keragaman budaya dan adat istiadat mengenai praktik  menyusui

dan mengolah kemajemukan tersebut untuk keberhasilan menyusui. 

Page 11: Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

Edukasi

Memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai fisiologi dan manajemen

menyusui.

Mendukung pelaksanaan pelatihan menyusui dan laktasi untuk mahasiwa,

pendidikan dokter spesialis anak, maupun dokter spesialis anak.

Praktik klinis

Bekerjasama dengan dokter spesialis kebidanan untuk memastikan bahwa ibu hamil

mendapat informasi yang cukup sejak dari masa antenatal. Dokter spesialis anak dapat

menjadi promotor dan motivator dalam menciptakan lingkungan yang ramah untuk

menyusui/menyusu, agar menyusui menjadi budaya di lingkungan tempat kerjanya.

Dokter spesialis anak bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain dan jajaran pimpinan

rumah sakit menciptakan Rumah Sakit Sayang Bayi.

Dokter spesialis anak melakukan upaya perbaikan kebijakan dan praktik yang tidak

mendukung menyusui (misalnya, pemberian paket formula saat ibu dan bayi pulang,

kupon diskon, dan pemisahan ibu dan bayi), minmal di lingkungan kerjanya.

Rumah sakit dianjurkan memiliki klinik laktasi, konselor laktasi, dan pojok menyusui.

Bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan penyuluhan tentang ASI

dan menyusui bagi masyarakat.

Komunitas

Menganjurkan media untuk mempresentasikan menyusui sebagai sesuatu yang

positif dan normatif.

Menganjurkan pemilik gedung untuk menyediakan ruangan khusus untuk

menyusui

Kondisi medis yang memungkinkan pemberian pengganti ASI21

ASI merupkan nutrisi terbaik bagi bayi. Meskipun demikian, terdapat beberapa

kondisi medis yang menjustifikasi pemberian pengganti ASI (susu formula) baik

sementara maupun permanen. Bila memutuskan untuk memberikan susu

formula, tenaga medis harus yakin bahwa risiko harmful pemberian ASI lebih

besar dibanding dengan manfaatnya.

Page 12: Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

1. Kondisi Bayi

Bayi yang tidak boleh menerima ASI maupun susu jenis lain, kecuali susu formula

khusus.

Galaktosemia klasik: memerlukan susu formula khusus bebas galaktosa.

Maple Syrup Urine Disease: memerlukan susu formula khusus bebas leusin, isoleusin,

dan valin.

Fenilketonuria: memerlukan susu formula khusus bebas fenilalanin (pada beberapa

kondisi, pemberian ASI masih memungkinkan dengan pengawasan ketat).

Bayi yang membutuhkan penggantian sementara (temporary), namun sebenarnya

baginya ASI tetap merupakan pilihan terbaik.

Bayi dengan berat lahir <1500 gram (very low birth weight).

Bayi lahir dengan usia gestasi <32 minggu (very preterm).

Bayi baru lahir dengan risiko gangguan adapatasi metabolik atau adanya peningkatan

kebutuhan glukosa (prematur, kecil untuk masa kehamilan, stress hipoksik/iskemik

intrapartum bermakna, bayi sakit, serta bayi lahir dari ibu DM yang kadar gula darahnya

tidak membaik setelah pemberian ASI).

2. Kondisi Ibu

Kondisi ibu yang menjustifikasi penghentian ASI permanen.

     Ibu dengan infeksi HIV, dengan memenuhi kriteria AFASS terpenuhi (acceptable,

feasible, affordable, sustainable, and safe). Bila kriteria AFASS tidak dapat dipenuhi

maka sebaiknya ASI eksklusif selama 6 bulan. Tidak diperbolehkan untuk mencampur

ASI dan susu formula.

Kondisi ibu yang menjustifikasi penghentian ASI sementara.

Ibu sedang sakit berat sehingga tidak dapat menyusui dan merawat bayinya, misalnya

sepsis.

Ibu menderita HSV tipe-1 sehingga kontak langsung antara lesi di payudara ibu dengan

mulut bayi harus dihindari sampai lesi aktif sembuh

Page 13: Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

Ibu mengkonsumsi obat-obat berikut:

Obat psikoterapi sedatif, anti-epileptik, opioid, maupun kombinasinya yang dapat

mengakibatkan drowsiness dan depresi nafas sebaiknya dihindari bila obat alternatif

tersedia.

Bahan radioaktif iodine-131 sebaiknya dihindari dengan menggunakan alternatif lain,

namun bila terpaksa menggunakan bahan tersebut maka ibu dapat menyusui kembali 2

bulan setelah mendapat iodine-131.

Penggunaan iodine topikal untuk perawatan luka secara berlebihan dihindari karena

dapat mengakibatkan supresi tiroid dan gangguan elektrolit pada bayi yang mendapat

ASI.

Kemoterapi, ibu yang sedang menjalani kemoterapi harus menghentikan menyusui

selama menjalani kemoterapi. 

Kondisi ibu yang menyebabkan ASI masih dapat diberikan namun menghadapkan bayi

pada risiko mengalami gangguan kesehatan.

Abses payudara: menyusui tetap dilanjutkan pada payudara yang sehat dan bila

pengobatan telah dimulai, maka payudara yang sakit pun dapat diberikan.

Hepatitis B: ASI tetap diberikan dan pastikan bayi mendapat vaksin Hepatitis B dalam

24 jam setelah lahir.

Hepatitis C.

Mastitis: bila menyusui sangat menyakitkan bagi ibu, ASI tetap harus dikeluarkan

untuk mencegah memburuknya mastitis dan cegah agar tidak menjadi abses.

Tuberkulosis: bukan merupakan kontra indikasi namun baik ibu maupun bayi harus

mendapat tata laksana sesuai panduan.

Penggunaan zat berbahaya:

Ibu menggunakan nikotin, alkohol, ekstasi, amfetamin, kokain, stimulant lain yang

terbukti mengakibatkan efek merugikan bagi bayi yang disusui.

Page 14: Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

Alkohol, opioid benzodiazepine, dan ganja dapat mengakibatkan sedasi bagi ibu dan

bayinya.

Kesimpulan

Ikatan Dokter Anak Indonesia secara tegas menyatakan bahwa pemberian ASI

menjamin tercapainya tumbuh kembang yang terbaik. Keterlibatan aktif dokter anak

untuk melindungi, mempromosikan, dan mendukung menyusui/pemberian ASI sangat

dibutuhkan untuk mencapai tumbuh kembang anak yang optimal

Kepustakaan

Lucas A, Prewett RB, Mitchell MD. Breastfeeding and plasma oxytocin concentrations.

Br Med J. 1980;281:834-5.

Beral V. Breast cancer and breastfeeding: collaborative reanalysis of individual data

from 47 epidemiological studies in 30 countries, including 50302 woman with breast

cancer and 96973 woman without the disease. Lancet. 2002;360:187-95.

Saadeh R, Benbouzid D. Breastfeeding and child spacing: importance of information

collection to public health policy. Bull World Health Organ. 1990;68:625-31.

Popkin BM, Adair L, Akin JS, Black R. Breastfeeding and diarrheal morbidity.

Pediatrics. 1990;86:874-82.

Howie PW, Forsyth JS, Ogston SA, Clark A, Florey CV. Protective effect of

breastfeeding against infection. BMJ. 1990;300:11-6.

Scariati PD, Grummer-Strawn LM, Fein SB. A longitudinal analysis of infant morbidity

and the extent of breastfeeding in the United States. Pediatrics. 1997;99:e5.

Kramer MS, Chalmers B, Hodnett ED, Sevkovskaya Z, Dzikovich I, Shapiro S, et al.

Promotion of breastfeeding intervention trial (PROBIT). JAMA. 2001;285:413-20.

Cesar JA, Victora CG, Barros FC, Santos IS, Flores JA. Impact of breastfeeding on

admission for pneumonia during postneonatal period in Brazil: nested case-control.

BMJ. 1999;318:1316-20.

Page 15: Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

Chantry CJ, Howard CR, Auinger P. Full breastfeeding duration and associated

decrease in respiratory tract infection in US children. Pediatrics. 2006;117:425-32.

Aniansson G, Alm B, Andersson B, Hakansson A. A prospective coherent study on

breasfeeding and otitis media in Swedish infants. Pediatr Inf Dis J. 1994;13:183-8.

Norris JM, Scott FN. A meta-analysis of infant diet and insulin-dependent diabetes

mellitus: do biases play a role? Epidemiology. 1996;7:87-92.

WHO collaborative study team on the role of breastfeeding in the prevention of infant

mortality. Effect of breastfeeding of infant and child mortality due to infections disease

in less developed countries: a pooled analysis. Lancet. 2000;355:451-5.

Bahl R, Frost C, Kirkwood BR, Edmund K, Martinez J, Bhandari K. Infant feeding

patterns and risks of death and hospitalization in the first half of infancy: multicentre

cohort study. Bull World Health Organ. 2005;83:418-26.

Kull I, Wickman M, Lilja G, Nordvall SL, Pershagen G. Breastfeeding and allergic

diseases in infants - a prospective birth cohort study. Arch Dis Child. 2002;87:478-81.\

Von Kries R, Koletzko B, Sauerwald T, von Mutius E, Barnert D, Grunert V, et al.

Breastfeeding and obesity: cross sectional study. BMJ. 1999;319:147-50.

Gillman MW, RIfas-Shiman SL, Camargo Jr CA. Risk of overweight among

adolescents who were breastfed as infants. JAMA. 2001;285:2461-7.

Kramer MS, Aboud F, Miranova F, Vanilovich I, Platt RW, Matush L, et al.

Breastfeeding and child cognitive development. New evidence from a large randomized

trial. Arch Gen Psychiatry. 2008;65:578-84.

Mortensen EL, Michaelsen KF, Sanders SA, Reinisch JM. The association between

duration of breastfeeding and adult intelligence. JAMA. 2002;287:2365-71.\

World Health Organization, UNICEF, and Wellstart International. Baby-friendly

hospital initiative : revised, updated and expanded for integrated care. Section 2.

Strengthening and sustaining the baby-friendly hospital initiative: a course for

decisionmakers. WHO and UNICEF. 2009. Geneva.

Page 16: Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu Dan Menyusui

American Academy of Pediactrics, Section on Breastfeeding. Breastfeeding and the use

of human milk. Pediatrics. 2005;115:496-506.

World Health Organization. Acceptable medical reasons for use of breastmilk

substitutes. WHO. 2009. Geneva.