462
1 Masyarakat adalah mitra penting dan utama dalam kegiatan CSR. Masyarakat lokal memandang,bahwa sudah merupakan hal yang wajar dan kewajiban perusahaan untuk melaksanakan kegiatan CSR bagi masyarakat, karena perusahaan telah mengeksploitasi sumber daya alam ‘milik’ masyarakat. Dominasi, signifikansi, dan legitimasi dari relasi ekonomi, relasi sosial, relasi budaya cenderung membuat masyarakat tergantung pada korporasi dan tidak mandiri. Lemahnya fungsi pemerintah pusat dan daerah memperkuat signifikasi, dominasi dan legitimasi korporasi terhadap masyarakat. UNPAD PRESS 2013 RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT LOKAL Kajian Mengenai Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Industri Geothermal Kepada Masyarakat Lokal SANTOSO TRI RAHARJO

RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

1

Masyarakat adalah mitra

penting dan utama dalam

kegiatan CSR.

Masyarakat lokal

memandang,bahwa sudah

merupakan hal yang

wajar dan kewajiban

perusahaan untuk

melaksanakan kegiatan

CSR bagi masyarakat,

karena perusahaan telah

mengeksploitasi sumber

daya alam ‘milik’ masyarakat. Dominasi,

signifikansi, dan

legitimasi dari relasi

ekonomi, relasi sosial,

relasi budaya cenderung

membuat masyarakat

tergantung pada

korporasi dan tidak

mandiri. Lemahnya fungsi

pemerintah pusat dan

daerah memperkuat

signifikasi, dominasi dan

legitimasi korporasi

terhadap masyarakat.

UNPAD PRESS

2013

RELASI DINAMIS

ANTARA PERUSAHAAN

DENGAN MASYARAKAT LOKAL

Kajian Mengenai Kegiatan Tanggung Jawab Sosial

Industri Geothermal Kepada Masyarakat Lokal

SANTOSO TRI RAHARJO

Page 2: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

ii

RELASI DINAMIS

ANTARA PERUSAHAAN

DENGAN MASYARAKAT LOKAL

Kajian Mengenai Kegiatan Tanggung Jawab Sosial

Industri Geothermal Kepada Masyarakat Lokal

SANTOSO T. RAHARJO

UNPAD PRESS

2013

Page 3: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

iii

ISBN: 978-602-9238-49-5

RELASI DINAMIS

ANTARA PERUSAHAAN

DENGAN MASYARAKAT LOKAL

(Kajian Mengenai Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Industri Geothermal

Kepada Masyarakat Lokal)

© Santoso T. Raharjo

Hak cipta yang dilindungi ada pada penulis

Hak penerbitan ada pada Unpad Press

UNPAD PRESS Jl. Raya Bandung – Sumedang km 21 Sumedang

Tlp.(022) 843 88812

Website: lppm.unpad.ac.id

Email:lppm.unpad.ac.id

Bandung, 2013

1 Jil., 287 hlm., 17,5 cm X 24 cm

ISBN: 978-602-9238-49-5

UNPAD PRESS

Page 4: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbillalamin patut penulis panjatkan kehadirat Allah

Subhannahuwatala, karena proses penulisan buku ini. Buku ini merupakan

hasil penelitian lapangan yang ditujukan dalam rangka penyelesaian disertasi

penulis. Semoga penulisan buku ini dapat memberikan sumbangan akademis

dan guna laksana, baik bagi masyarakat, pemerintah dan pemerhati lainnya.

Ijinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak

yang berperan penting dalam proses penyusunan disertasi ini.

Ucapan terima kasih tak terhingga kepada Prof. H. Oekan Soekotjo

Abdoellah, MA., Ph.D, selaku ketua tim promotor atas bimbingan, interaksi

dan stimulan intelektual yang tak ternilai harganya. Demikian pula kepada

Prof. Dr. Drs. H. Asep Kartiwa, SH., MS. dan Dr. H. Soni Akhmad

Nulhakim, S.Sos., M.Si., selaku anggota tim promotor penulis yang telah

membimbing dan dengan pengetahuan yang tak ternilai, mengingatkan dan

terus menyemangati dengan penuh kesabaran dan kecermatan, sehingga

membawa penulis selalu fokus mengarungi kedalaman dunia ilmu melalui

pemahaman teoritik dan metodologi kritis.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr.

Drs. H. Haryo Martodirdjo; Prof. Drs. H. Sudardja Adiwikarta, MA., Ph.D;

dan Prof. Dr. Drs. H. Josy Adiwisastra; para oponen ahli yang telah hati-hati

memeriksa, memberikan saran perbaikan konstruktif, serta kritis.

Terima kasih yang tulus kepada Bapak Tig Yulianto dan Bapak

H.Yusep Akbar, selaku staf PGPA (Policy Goverments and Public Affair)

PT. Chevron Geothermal Indonesia dan Kang Hadiyan (LSM PUPUK

Bandung, perwakilan Garut) yang sudi meluangkan waktu di sela

kesibukannya untuk berdiskusi berkenaan dengan pengumpulan data di

lapngan. Serta ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Farhan Aditya,

S.Kesos, Dian Nugraha, S.Kesos, serta Addico Porsiana, S.Kesos., yang telah

membantu dan menemani penulis di lapangan.

Ucapan terima kasih rekan-rekan sejawat di Jurusan Ilmu

Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad yang selalu membantu untuk

mengingatkan penyelesaian studi, sekaligus mitra diskusi dalam penyelesaian

Program Doktor.

Khusus, penulis ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Budhi

Wibhawa, MS., sebagai sesepuh, orang tua, pembimbing, dan mitra yang

Page 5: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

v

memberi dukungan penuh dalam penyelesaian. Serta kepada Drs. Bambang

Hermanto, M.Si., yang selalu memberikan kemudahan dan dukungan.

Kepada Saudara-saudaraku, E. Supriyadi, Budi Maryanto, S.Pd, dan

Agus Pratikno, A.Md, serta Heni Nugraheni yang selalu memberikan

dorongan moril kepada penulis. Rasa terima kasih penulis haturkan kepada

Ibunda Marinah (almh) dan Ayahanda Mishan (alm) yang telah mendidik dan

menanamkan nilai-nilai kerja keras dan kesabaran yang tanpa lelah selalu

berjuang sepanjang hidup mereka, mencurahkan kasih sayang kepada anak-

anaknya. Demikian pula kepada ayahanda H. Ali Ratman dan ibunda mertua

Hj. Ida Badriyah, Amd., yang dengan sabar dan memotivasi penulis untuk

menyelesaikan studi ini, penulis ucapkan terima kasih.

Ucapan terima kasih kepada yang terkasih dan tersayang Nurliana

Cipta Apsari, S.Sos., MSW, yang dengan penuh pengertian dan pemahaman,

rasanya tidak mungkin naskah disertasi ini terwujud tanpa bantuan ‘mu ibu. Terima kasih atas kesabaran, curahan pengertian, untuk terus saling berbagi

dalam suka dan duka. Untuk Arya Muhammad Rafi Raharjo dan Aslam Aulia

Raharjo, terima kasih atas kesabaran, pengertian, dan selalu menyemangati

penyelesaian studi ini.

Mudah-mudahan karya ini dapat memotivasi penulis untuk terus

berkarya dan berkontribusi kepada masyarakat, bangsa dan negara, serta

agama. Amiin...

Bandung, Oktober 2013

Penulis

Page 6: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................. v

DAFTAR TABEL.................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR............................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian…………………………………. 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 10

C. Tujuan Penelitian …………………………………………. 12

D. Manfaat Penelitian ............................................................... 13

E. Metode Penelitian ............................................................... 15

1. Metode yang Digunakan ...…………………………...... 15

2. Sumber Data dan Penentuan Informan …....................... 16

3. Teknik Pengumpulan Data…………………………… .. 19

4. Instrumen Penelitian …………………………………… 21

5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data . ……………… 22

6. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) ................ 27

1. Instrumental CSR ........................................................... 31

2. Politik CSR .................................................................... 34

3. Integratif CSR ................................................................ 36

4. Etik CSR ........................................................................ 39

B. Relasi Dinamis Perusahaan dengan Masyarakat Lokal ...... 47

C. Operasionaliasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan:

Struktur, Agen dan Praktik Sosial......................................... 69

1. Konsep Agen .................................................................. 73

2. Konsep Struktur ............................................................. 77

3. Konsep Dualitas Struktur dan Praktik Sosial ................. 81

4. Konsep Kesadaran .......................................................... 87

D. Kerangka Pemikiran dan Proposisi...................................... 91

Page 7: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

vii

BAB III GAMBARAN MASYARAKAT LOKAL DAN

PERUSAHAAN: Kasus Desa Karya Mekar Kecamatan

Pasirwangi Garut dan PT. Chevron Geothermal Indonesia

(CGI) ....................................................................................... 101

A. Kecamatan Pasirwangi ........................................................ 102

B. Desa Karyamekar ............................................................. . 109

C. PT. Chevron Geothermal Indonesia .................................. 132

BAB IV PANDANGAN MASYARAKAT LOKAL AKAN

PERUSAHAAN DAN KEGIATAN CSR ............................ 135

A. Pandangan Masyarakat Lokal akan Kehadiran PT. Chevron

Geothermal Indonesia (CGI) ............................................. 135

1. Pengetahuan Masyarakat Lokal ..................................... 136

2. Pandangan Masyarakat Lokal........................................ 138

3. Inisiatif Masyarakat Lokal ............................................ 145

4. Alasan Masyarakat Lokal melakukan Aksi ................... 149

B. Operasionalisasi Kegiatan Tanggung Jawab Sosial PT.CGI

menurut Pandangan Masyarakat Lokal ............................ 154

1. Inisiatif Usulan Kegiatan ............................................. 154

2. Tahapan Kegiatan ....................................................... 159

C. Relasi Perusahaan dengan Masyarakat Lokal menurut

Masyarakat Lokal ............................................................ 181

BAB V PANDANGAN PERUSAHAAN AKAN KEGIATAN CSR DAN MASYARAKAT LOKAL .......................................... 187

A. Pandangan Perusahaan akan Keberadaan Masyarakat

Lokal ........................................................................... 187

B. Operasionalisasi Kegiatan Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan (CSR) ........................................................ 190

1. Landasan Etis Kegiatan CSR ................................ 194

2. Fokus dan Mekanisme Kegiatan CSR .................. 198

3. Respon Perusahaan Menghadapi Masyarakat ...... 231

4. Tantangan dan Hambatan....................................... 234

5. Harapan Perusahaan .............................................. 243

BAB VI RELASI DINAMIS ANTARA MASYARAKAT LOKAL

DENGAN PERUSAHAAN:

PERSPEKTIF STRUKTURASI....................................... 249

Page 8: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

viii

A. Relasi Perusahaan Melalui Kegiatan Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan............................................................. 251

1. Pemahaman perusahaan : Contoh kasus PT. Chevron

Geothermal akan masyarakat lokal............................. 254

2. Kesadaran Perusahaan: Contoh kasus PT. Chevron

Geothermal Indonesia (CGI) dalam melakukan

kegiatan CSR............................................................. 256

B. Relasi Masyarakat Lokal Terhadap Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan ...................................................................... 260

1. Pemahaman masyarakat local akan Perusahaan : Contoh

kasus warga Desa Karyamekar akan keberadaan PT.

Chevron Geothermal Darajat Garut............................ 263

2. Pemahaman masyarakat akan CSR: Contoh kasus warga

Desa Karyamekar terhadap program CSR PT. Chevron

Geothermal Darajat Garut ........................................... 265

C. Relasi Dinamis Antar Masyarakat Lokal dan Perusahaan

Melalui Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ..... 268

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 293

A. Kesimpulan ....................................................................... 293

B. Rekomendasi ..................................................................... 296

1. Saran Akademik ........................................................... 296

2. Saran Praktis ................................................................. 297

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………........ 301

LAMPIRAN ............................................................................................. 315

Page 9: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategori Informan.............................................................. 18

Tabel 2. Fokus dan Aspek Kajian.................................................... 19

Tabel 3. Corporate social responsibilities theories and related .......

approaches.................................................................... 42

Tabel 4. Perbandingan Perspektif teoritis terhadap strategi CSR ... 47

Tabel 5. Tipe Kelompok Sosial ....................................................... 49

Tabel 6. Kecenderungan Relasi Korporasi-Stakeholder.................. 67

Tabel 7. Operasionalisasi Konsep ”Keadilan dan Pemerataan” ...... 68

Tabel 8. Penggunaan Lahan di Kecamatan Pasirwangi .................. 103

Tabel 9. Keadaan Penduduk Laki-laki, Perempuan dan KK di

Kecamatan Pasirwangi, 2012 ............................................ 104

Tabel 10. Jenis Mata pencaharian Penduduk kecamatan Pasirwangi 105

Tabel 11. Kondisi Sarana dan Prasarana Pendidikan di kecamatan

Pasirwangi ......................................................................... 106

Tabel 12. Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Pasirwangi .................. 107

Tabel 13. Orbitrasi Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi.......... 110

Tabel 14. Jumlah Penduduk per Dusun Desa Karyamekar Kecamatan

Pasirwangi.......................................................................... 113

Tabel 15. Jumlah Penduduk menurut Usia Laki-laki dan Perempuan

Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi........................ 114

Tabel 16. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Karyamekar Kecamatan

Pasirwangi .......................................................................... 115

Tabel 17. Jumlah Penduduk menurut Pendidikan Desa Karyamekar

Kecamatan Pasirwangi....................................................... 116

Tabel 18. Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan Desa Karyamekar

Kecamatan Pasirwangi....................................................... 117

Tabel 19. Jenis Sumber Daya Alam Desa Karyamekar Kecamatan

Pasirwangi.......................................................................... 119

Page 10: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

x

Tabel 20. Kegiatan Usaha Ekonomi Masyarakat Desa Karyamekar

Kecamatan Pasirwangi........................................................ 120

Tabel 21. Kepemilikan Ternak oleh Masyarakat Desa Karyamekar

Kecamatan Pasirwangi........................................................ 121

Tabel 22. Sarana Keagamaan (Islam) Desa Karyamekar Kecamatan

Pasirwangi .......................................................................... 122

Tabel 23. Sarana Olah Raga di Desa Karyamekar Kecamatan

Pasirwangi........................................................................... 123

Tabel 24. Kelompok Kesenian dan Budaya di Desa Karyamekar

Kecamatan Pasirwangi ....................................................... 124

Tabel 25. Kelembagaan dan Organisasi di Desa Karyamekar Kecamatan

Pasirwangi .......................................................................... 125

Tabel 26. Catatan Pembangunan Desa Karyamekar Kecamatan

Pasirwangi .......................................................................... 131

Tabel 27. Deskripsi pelaksanaan program community engagement

unggulan bidang pendidikan dan pelatihan........................ 204

Tabel 28. Deskripsi bidang unggulan peningkatan ekonomi masyarakat

melalui pengembangan domba terpadu ............................. 210

Tabel 29. Deskripsi bidang unggulan local economic development

(LED) dan inisiatives economic engagement and

empowering (I3E)................................................................ 230

Tabel 30. Jenis Program dan Bantuan dari PT. Chevron Geothermal

Indonesia, menurut masyarakat local .................................. 276

Tabel 31. Sejumlah Aksi atau Tuntutan Sosial Masyarakat kepada

PT. Chevron (yang terekam berita media massa) dalam

kurun 7 tahun terakhir ......................................................... 280

Page 11: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

xi

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur, Sistem dan Strukturasi .......................................... 80

Gambar 2. Model Stratifikasi (tindakan) Agen (Giddens, 2010:8)........ 90

Gambar 3. Dimensi-dimensi dualitas struktur (Giddens, 2010:46) ...... 91

Gambar 4. Kerangka Alur Pikir Relasi Perusahaan dengan Masyarakat

Lokal .................................................................................... 95

Gambar 5. Struktur Departemen Policy Government and Public Affair

(PGPA) CGI , (sumber, Chevron: 2012) ........................... 191

Gambar 6. Program Community Engagement CGI, Sebuah Pendekatan

Keberlanjutan Untuk Memberdayakan Komunitas

(sumber Chevron, 2010) ...................................................... 200

Gambar 7. Program Education For Forestry Community - Ed4Comm

2009-2014, (Sumber: Chevron 2010) .................................. 203

Gambar 8. Project Grand Design : Income Generation For Community

(IGP4Com) and Beneficiaries Target: Woman/Youth Farming

Labor (Chevron, 2010) ....................................................... 208

Gambar 9. Roadmap – Pengembangan Ternak Domba terpadu,

(Chevron, 2010) .................................................................. 209

Gambar 10. Relasi ‘Agen’ Perusahaan - ‘Struktur’ kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan ..................................................... 253

Gambar 11. Relasi ‘Agen’ Masyarakat lokal – ‘Struktur’ kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan ..................................... 261

Gambar 12. Skema Relasi Dinamis antara Masyarakat Lokal dengan

Perusahaan Melalui Kegiatan Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan . (Sumber: Gidden, Gidden 2009, 2010,

modifikasi oleh peneliti, 2013) 270

Gambar 13. Alur proses pengusulan kegiatan masyarakat desa kepada

PT. CGI Menurut Masyarakat lokal ................................. 272

Gambar 14. Alur proses dan tahapan program menurut PT. CGI ........ 273

Page 12: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peraturan Pemeritah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas

Lampiran 2 Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal

Lampiran 3 Undang Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi

Lampiran 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas

Page 13: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kehadiran industri tidak terlepas dari penerapan teknologi

modern dalam proses industrialisasi dan pengembangan industri, yang

secara langsung maupun tidak langsung akan membawa perubahan

baik fisik maupun non fisik (sosial-ekonomi) pada masyarakat

sekitarnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang diungkapkan

oleh Schneider (1986:429), bahwa

“..., industri tidak terlepas dalam keterisolasian. Sebaliknya, industri kita berada dalam matriks sosial yang kita sebut

komunitas dan masyarakat, industri di satu pihak serta

komunitas dan masyarakat di lain pihak terus-menerus saling

mempengaruhi dengan berbagai cara”.

Dengan demikian kehadiran industri pada suatu komunitas atau

masyarakat tidak dapat dilepaskan dengan keadaan dan kondisi dari

masyarakat tersebut. Keberadaan industri di suatu daerah sedikit

banyak akan berpengaruh kepada masyarakat sekitar.

Perubahan yang berlangsung cepat di masyarakat sebagai akibat

perkembangan industri yang pesat ini di satu sisi telah membawa

dampak kemajuan yang berarti, terutama dalam mendorong percepatan

pertumbuhan ekonomi. Namun di lain pihak, perubahan itu pun tidak

luput pula membawa efek terhadap pergeseran tata nilai kehidupan

masyarakat yang tidak diinginkan. Dengan kata lain, pembangunan

Page 14: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

2

ekonomi dapat juga menimbulkan kemunduran nilai-nilai dalam

kehidupan masyarakat (Soemardjan, 1986).

Keberadaan industri di daerah tentunya akan berkaitan dengan

adanya nilai-nilai baru, sikap dan pola tingkah laku yang lebih

bercirikan perindustrian. Hal ini akan berbeda dengan masyarakat

sekitar yang lebih bercirikan tradisional. Perbedaan-perbedaan antara

masyarakat industri dan masyarakat sekitarnya yang terlalu mencolok

akan mengarah pada timbulnya gejolak-gejolak sosial. Dengan

demikian, proses penyesuaian dan penserasian sosial bagi industri dan

masyarakat sekitar menjadi begitu penting. Harapan adanya keserasian

ini tidak hanya milik dari masyarakat setempat, tetapi juga merupakan

harapan pihak industri. Sebab, dari adanya keserasian akan

menumbuhkan hubungan yang ‘mutualis’ antara industri dan

masyarakat sekitar. Keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan

melaksanakan fungsinya masing-masing dan saling mengisi

kekosongan fungsi akan menimbulkan harmoni dalam masyarakat yang

pada akhirnya akan menciptakan social equilibrium (Soemardjan,

1986).

Atas dasar kesesuaian dan keserasian, maka industri sebagai

suatu unit produksi berteknologi tinggi sudah selayaknya berusaha

sedapat mungkin menempatkan diri pada lingkungan masyarakat

setempat, melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan.

Persoalannya adalah bagaimana industri membangun dan

mengembangkan relasi yang saling menguntungkan dengan masyarakat

sekitar, dan bagaimana pula masyarakat sekitar mengembangkan pola

hubungan yang baik dengan industri tersebut.

Page 15: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

3

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dapat

dipandang sebagai salah satu upaya membangun relasi yang baik atau

harmonis dengan masyarakat sekitar. Berbagai cara dan pendekatan

dilakukan oleh perusahaan dalam rangka membangun hubungan yang

serasi dengan masyarakat sekitar dalam lingkup tanggung jawab sosial

perusahaan kepada masyarakat sekitar.

Konsep CSR didasari oleh tiga prinsip dasar yang dikenal

dengan istilah triple bottom lines yang dikenal sebagai 3P (people,

profit, planet) yaitu kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian

keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia

(people) dan lingkungan (planet) agar keberadaan perusahaan dapat

tumbuh dan berkelanjutan. Pertimbangan implementasi CSR terkait

dengan upaya memenuhi regulasi, hukum dan aturan yang

mengaturnya. Selain itu CSR juga berperan sebagai investasi sosial

perusahaan untuk mendapatkan image yang positif, sebagai bagian dari

strategi bisnis perusahaan, sehingga perusahaan memperoleh licence to

operate dari masyarakat setempat. Hal lain adalah sebagai bagian dari

risk management perusahaan untuk meredam atau menghindari konflik.

Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di

Indonesia diatur menurut Undang-Undang No. 40/2007 tentang

Perseroan Terbatas dan Undang-Undang No.25/2007 tentang

Penanaman Modal. Perusahaan yang wajib melaksanakan CSR,

berdasarkan UU PT tersebut yaitu:

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang

sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab

Sosial dan Lingkungan

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana

dimaksud ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang

Page 16: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

4

dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan

yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan

kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Namun demikian kehadiran UU PT tersebut di kalangan dunia usaha

telah menimbulkan pro dan kontra. Sebagaimana dikemukakan oleh

Sukarmi (2008:11), bahwa.

Pro dan kontra terhadap ketentuan tersebut masih tetap berlanjut

sampai sekarang. Kalangan pelaku bisnis yang tergabung dalam

Kadin dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) yang sangat

keras menentang kehadiran dari pasal tersebut. Pertanyaan yang

selalu muncul adalah kenapa CSR harus diatur dan menjadi

sebuah kewajiban? Alasan mereka adalah CSR kegiatan di luar

kewajiban perusahaan yang umum dan sudah ditetapkan dalam

perundang-undangan formal, seperti : ketertiban usaha, pajak

atas keuntungan dan standar lingkungan hidup. Jika diatur

sambungnya selain bertentangan dengan prinsip kerelaan, CSR

juga akan memberi beban baru kepada dunia usaha. Apalagi

kalau bukan menggerus keuangan suatu perusahaan.

Dengan keluarnya UU PT No 40 tahun 2007, berikut dengan Peraturan

Pemerintah No 47 tahun 2012, maka konsep CSR yang semula

merupakan kewajiban moral, menjadi kewajiban yang dapat

dipertanggungjawabkan dalam hukum, tetapi khusus hanya perseroan

yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan /atau berkaitan

dengan sumber daya alam. Bagi perseroan lainnya, CSR hanya

merupakan kewajiban moral.

Sebagai suatu ‘agent of development’, sangat penting bagi

industri untuk mengetahui kondisi-kondisi sosial budaya masyarakat

sekitar. Keberhasilan pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh

Page 17: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

5

pihak industri akan terlihat dari adanya interaksi yang ‘assosiatif’

antara pihak industri dengan masyarakat sekitar, sehingga tidak

menimbulkan gejolak-gejolak sosial. Akan tetapi, apabila kegiatan

tanggung jawab sosial perusahaan tidak terselesaikan dengan baik

maka akan dapat menimbulkan kondisi sosial yang kurang menunjang

terhadap keberadaan industri di tengah-tengah masyarakat.

Kegiatan-kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dengan

demikian membutuhkan pemahaman yang baik dan mendalam kondisi

masyarakat setempat dimana kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaan tersebut diwujudkan. Peran serta masyarakat dan

stakeholder menjadi penting untuk dilibatkan dalam kegiatan tersebut.

Tanggung jawab sosial perusahaan masyarakat merupakan suatu proses

yang bergerak dan bertalian dengan sumber-sumber yang ada di

masyarakat, yang saat ini mulai dimanfaatkan secara maksimal oleh

perusahaan dan industri.

Konsep CSR dipopulerkan pada tahun 1953 dengan diterbitkan

buku yang bertajuk “Social Responsibility of the Businessman” karya

Howard R. Bowen yang kemudian dikenal dengan bapak CSR

(Garriga & Mele, 2004). Gema CSR mulai berkembang pada tahun

1960-an dimana persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan

mulai mendapat perhatian lebih luas dari berbagai kalangan.

Perkembangan konsep CSR kemudian diperkuat pada KTT

Bumi (earth summit), tahun 1992 di Rio De Janeiro menegaskan

konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang

didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi

dan sosial sebagai hal yang harus diimplementasikan. Lalu, World

Summit on Sustainable Development (WSSD) tahun 2002 di

Page 18: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

6

Yohannesberg, Afrika Selatan memunculkan konsep Social

Responsibility yang mengiringi dua konsep sebelumnya yaitu economic

and environment sustainability. Kemudian rencana diberlakukannya

sertifikasi ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility

pada tahun 2010. Dalam draft akhir (final draft) ISO 26000 berkaitan

dengan labour practices, fair operating practices, consumer issues, the

environment, community involvement and development dan human

rights. Rangkaian tersebut mendorong banyak kalangan menaruh

perhatian lebih terhadap perlunya kajian-kajian mengenai tanggung

jawab sosial perusahaan kepada masyarakat sekitar.

Sejumlah penelitian telah dilakukan berkaitan dengan relasi antara

korporasi dengan masyarakat sekitar melalui kegiatan tanggung jawab

sosial perusahaan, baik itu relasi yang positif maupun negatif (konflik)

(sebagai contoh, Suharto, 2010; Idemudia, 2009; Eweje, 2007; Imbun,

2007; Wahyudi & Muzni, 2005; Prayogo, 2004, Ngadisah, 2002),

namun kesemua penelitian tersebut belum menyentuh persepsi atau

pandangan masyarakat sekitar mengenai tanggung jawab sosial

perusahaan yang berada di lingkungan sekitar mereka.

Ada pula penelitian CSR dari sudut pandang komunikasi, seperti

misalnya (Chariri & Nugroho, 2009; Harmoni, 2009) kedua penelitian

tersebut mengungkapkan pentingnya pelaporan CSR dalam rangka

membangun imej perusahaan, namun kedua penelitian tersebut masih

bersifat informatif saja, sehingga rekomendasi yang dihasilkan adalah

menekankan pada pentingnya komunikasi yang terjalin antara pihak

perusahaan dengan para stakeholder.

Sementara itu, penelitian yang berkaitan dengan CSR dalam

industri ekstraktif (sebagai contoh Tahyudin, 2001; Ngadisah, 2002;

Page 19: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

7

Alfitri, Yenrizal, & Hakim, 2004; Nanlohy, 2005; Wahyudi & Muzni,

2005; Alfitri, 2010) memunculkan fakta mengenai kurang harmonisnya

relasi antara perusahaan dengan masyarakat sekitar, dan bahwa

perusahaan melaksanakan CSR tanpa melibatkan masyarakat,

mengakibatkan program CSR yang dilaksanakan perusahaan selalu

berujung pada ketidakpuasan masyarakat terhadap perusahaan tersebut.

Sejumlah penelitian yang telah dilakukan tersebut, belum memetakan

secara tegas mengenai pandangan dan pemahaman masyarakat lokal

serta pihak perusahaan dalam melihat program tanggung jawab sosial

perusahaan. Berdasarkan hal inilah, maka penelitian ini berupaya

memetakan relasi antara perusahaan dengan masyarakat lokal,

khususnya pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dari

sudut pandang masyarakat lokal dan pihak perusahaan. Kemudian

dalam kajian sosiologi belum banyak penelitian yang mencoba

memetakan relasi perusahaan dengan masyarakat lokal, khususnya

dengan menggunakan teori struktur–agen (Giddens 1999, 2006, 2010,

dan 2011). Oleh karena itu, urgensi penelitian ini adalah memperkaya

kajian-kajian sosiologis tentang CSR yang telah ada pada industri

ektraktif di Indonesia, khususnya dengan menggunakan kerangka teori

struktur-agen yang memang masih terbatas. Kajian sosiologi

kontemporer khususnya dengan menggunakan kerangka teori struktur-

agen Giddens dalam melihat relasi sosial antara masyarakat dengan

perusahaan melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

Sejumlah isu muncul berkaitan dengan kehadiran perusahaan di

dalam lingkungan dan masyarakat, apalagi pada industri yang

memanfaatkan sumber daya alam. Isu-isu tersebut, sebagaimana

dikemukakan oleh Crowther David (2008:29), antara lain:

Page 20: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

8

1. The utilization of natural resouces as a part of its production

processes

2. The effect of competition between it self and other organizations

in the same market

3. The enrichment of a local community throught the creation of

employment opportunities.

4. Transformation of the landscape due raw material extraction or

waste product storage

5. The distribution of wealth created within the firm to the owners

of that firm (via dividends) and the workers of that firm

(throught wages) and the effect of this upon the welfare of

individuals.

6. And more recently the greatest concern has been with climate

change and the way in which the emission of greenhouse are

exacerbating this.

Pelaksanaan otonomi daerah juga memunculkan persoalan

tersendiri yang harus dihadapi oleh perusahaan multinasional di daerah.

Seiring pula dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-

haknya untuk turut serta mengatur penyelenggaraan negara, masyarakat

mulai ingin memperoleh manfaat dari keberadaan perusahaan yang

beroperasi di daerahnya. Perusahaan nasional maupun multinasional

dituntut untuk memberikan kontribusi langsung pada pemenuhan

kebutuhan masyarakat, antara lain melalui pemberdayaan masyarakat di

tempat mereka melakukan operasi. Hal ini didukung oleh tuntutan

penerapan konsep tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

responsibility) baik secara lokal melalui berbagai aksi masyarakat,

secara nasional melalui legitimasi hukum, serta iklim perindustrian di

seluruh penjuru dunia. Seluruh perusahaan diminta untuk mewujudkan

tanggung jawab sosialnya tidak lagi semata-mata bekerja untuk

mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik modal atau

Page 21: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

9

pemegang saham, melainkan juga memberikan manfaat pada

masyarakat pada umumnya dan pada komunitas sekitar khususnya.

Berbagai dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang timbul akibat

berdirinya suatu kawasan industri, mengharuskan perusahaan untuk

bertanggung jawab kepada publik melalui aktivitas yang nyata.

Bentuk pemberian dari para perusahaan dikenal dengan semangat

filantropi. Philanthropy atau kedermawanan, memiliki arti kebaikan

hati yang diwujudkan dalam perbuatan baik dengan menolong dan

memberikan sebagian harta, tenaga maupun pikiran secara sukarela

untuk kepentingan orang lain. Sumbangan, amal, derma memang

merupakan salah satu bentuk dari filantropi, namun barulah tahap yang

paling awal. Bentuk akhir dari filantropi adalah sebagai investasi: yaitu

investasi sosial (Ibrahim, 2005). Berdasarkan dari filantropi tersebut

maka pelaku bisnis yang memiliki perusahaan besar maupun kecil

(korporat) memiliki tanggung jawab untuk turut mengembangkan

masyarakat di sekitarnya untuk menghindari terjadinya ketimpangan,

kesenjangan serta kecemburuan sosial yang dapat mengakibatkan

disharmonisasi sosial. Namun Paradigma tanggung jawab sosial

perusahaan tesebut perlu disikapi secara positif oleh seluruh perusahaan

untuk menjaga keberlanjutan usahanya. Dalam penerapan CSR oleh

perusahaan, perlu hati-hati dan cara-cara yang benar agar tidak

memperkuat kondisi relasi ketergantungan dari masyarakat akan

kehadiran perusahaan. Keuntungan-keuntungan yang secara otomatis

didapat dari pelaksanaan tanggung jawab sosial masyarakat di sini

adalah adanya pengurangan resiko, meningkatnya good will,

mengurangi biaya, membangun sumber daya manusia, serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Page 22: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

10

Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut dan

Chevron Geothermal Indonesia (CGI) menjadi lokus dari penelitian

relasi antara masyarakat lokal dengan perusahaan ini. Pemilihan lokasi

penelitian tersebut memenuhi kebutuhan penelitian sebagai berikut,

pertama PT. CGI merupakan perusahaan ekstraktif yang

menyelenggarakan program CSR, kedua di Desa Karyamekar mewakili

masyarakat lokal yang hidup di sekitar lokasi perusahaan dalam hal ini

yang menyelenggarakan kegiatan CSR.

B. Rumusan Masalah

Keberadaan perusaaan di tengah lingkungan masyarakat

berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap lingkungan

eksternal yaitu masyarakat. Eksistensi perusahaan berpotensi besar

mengubah lingkungan masyarakat, baik ke arah negatif maupun positif.

Dengan demikian perusahaan perlu mencegah timbulnya dampak

negatif, karena hal tersebut dapat memicu konflik dengan masyarakat,

yang selanjutnya dapat mengganggu jalannya perusahaan dan aktifitas

masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat

setempat akibat dari keberadaan industri, pada akhirnya menuntut

masyarakat setempat untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-

perubahan yang terjadi di sekelilingnya baik secara sosial, ekonomi,

politik dan budaya. Jika proses penyesuaian diri masyarakat setempat

mengalami hambatan sebagai akibat dari ketidakmampuan anggota-

anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri, atau ketidakmampuan

lingkungan sekitar menyediakan sumber yang dibutuhkan oleh

masyarakat, atau juga perpaduan dari keduanya; maka dapat

Page 23: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

11

diperkirakan mereka akan mencari sumber-sumber saluran perubahan

lain yang belum tentu baik dan cocok buat mereka, seterusnya akan

menimbulkan masalah sosial. Peran serta industri dalam kegiatan

pengembangan masyarakat sebagai wujud tanggung jawab sosial

perusahaan yang ditujukan pada masyarakat setempat diharapkan dapat

membantu proses penyesuaian masyarakat setempat terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi di sekelilingnya.

Relasi antara perusahaan dengan komunitas di kawasan operasi

perusahaan di Indonesia dapat merupakan relasi yang dinamis, artinya

dapat berubah seiring perubahan kepentingan, perubahan kondisi

lingkungan dan politik lokal. Kendati memiliki karakteristik yang amat

jauh berbeda antara korporasi dan masyarakat lokal namun keberadaan

perusahaan di antara komunitas atau masyarakat sekitar merupakan

kondisi yang tidak terelakkan. Keberadaan perusahaan multinasional

yang notabene (sebagian besar) merupakan perusahaan asing yang

dikelola bukan oleh warga setempat kerap menimbulkan berbagai

permasalahan besar yang berkaitan dengan perbedaan kepentingan

yang tidak difahami oleh kedua belah pihak. Hal tersebut disebabkan

keberadaan perusahaan di tengah-tengah komunitas berkaitan dengan

pemanfaatan sumberdaya alam serta ekonomi masyarakat. Selanjutnya

hal tersebut akan merembet pada permasalahan sosial-budaya dan

politik masyarakat setempat.

Dinamika relasi antara perusahaan dengan masyarakat lokal amat

tergantung pada kesadaran masyarakat lokal akan kehadiran perusahaan

di tengah-tengah mereka. Demikian pula sebaliknya pandangan dan

kesadaran perusahaan akan keberadaan masyarakat lokal akan

menentukan cara-cara perusahaan membangun relasi dengan

Page 24: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

12

masyarakat sekitar. Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan

permasalahan penelitian ini adalah bagaimana perusahaan dan

masyarakat lokal membangun relasi melalui operasionalisasi kegiatan

tanggung jawab sosial perusahaan. Dari rumusan tersebut kemudian

memunculkan dua isyu atau masalah utama yaitu

1) Bagaimana pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaan sebagai media relasi antara masyarakat dan

perusahaan.

2) Bagaimana model relasi dinamis dari upaya masyarakat lokal

dan perusahaan membangun relasi melalui operasionalisasi

kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dalam kerangka

teori struktur-agen.

C. Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memahami secara lebih

mendalam mengenai pola relasi yang terbangun antara perusahaan

dengan masyarakat setempat melalui kegiatan (CSR) coorporate social

responsibility.

Tujuan penelitian ini diharapkan dapat menjawab persoalan

yang muncul berkaitan dengan implementasi program tanggung jawab

sosial perusahaan sebagai media relasi perusahaan dengan masyarakat

setempat. Beberapa tujuan penelitian yang ingin diperoleh antara lain:

1) Tergambarkannya pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaan sebagai media relasi antara masyarakat dan

perusahaan.

Page 25: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

13

2) Tergambarkannya model relasi dinamis dari upaya masyarakat

lokal dan perusahaan membangun relasi melalui

operasionalisasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan

dalam kerangka teori struktur-agen.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

1) Diharapkan memperkaya penggunaan teori sosiologi

kontemporer khususnya teori struktur-agen Giddens yang dapat

menjelaskan hubungan struktur tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR) dengan agen masyarakat lokal dan

perusahaan dalam konteks Indonesia.

2) Diharapkan dapat memunculkan model relasi yang terjadi

antara struktur-agen, dan antar agen dalam kegiatan tanggung

jawab sosial perusahaan industri ekstraktif.

3) Diharapkan akan memunculkan model kegiatan corporate

social responsibility (CSR) yang sesuai dengan kondisi sosial

masyarakat setempat

2. Manfaat Praktis

1) Bagi Masyarakat

Kajian ini diharapkan bermanfaat bagi peningkatan pemahaman

masyarakat akan keberadaan industri ektraktif berikut dampak

yang ditimbulkannya, sehingga dapat membangun hubungan

yang harmonis (serasi) diantara kedua pihak. Sehingga lebih

Page 26: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

14

jauh lagi masyarakat setempat dapat berperan serta dalam

kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, khususnya pada

kegiatan yang terkait dengan kebutuhan masyarakat setempat

2) Bagi Perusahaan

Kajian ini akan bermanfaat untuk keberlanjutan perusahaan;

menjadi acuan dan informasi dalam mengembangkan program-

program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang sesuai

dengan kebutuhan masyarakat setempat.

3) Bagi Pemerintah

Terdapat peningkatan pemahaman akan pentingnya keberadaan

industri besar ekstraktif sebagai mitra pembangunan baik pusat

maupun di daerah. Sejalan peningkatkan pemahaman tersebut,

diharapkan akan tercipta koordinasi yang baik dalam

pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dengan kegiatan

pembangunan masyarakat.

Pemerintah pusat dan daerah dapat memanfaatkan kajian

ini sebagai acuan data dan informasi dalam merencanakan,

melaksanakan dan mengevaluasi suatu proyek pembangunan

yang lebih sinergis, sehingga tidak saling tumpang tindih tetapi

saling menguatkan. Pemerintah dapat menfasilitasi peran serta

perusahaan dan masyarakat, khususnya masyarakat setempat

(sekitar industri), pada kegiatan pembangunan agar tercipta

kegiatan pembangunan yang berkesinambungan dan sesuai

dengan potensi serta kebutuhan masyarakat.

Page 27: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

15

E. Metode Penelitian

1. Metode yang Digunakan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, merujuk pada

penjelasan Creswell (2002:4) tentang asumsi pendekatan kualitatif

dengan mempertimbangkan realitas subyektif yang dianut oleh obyek

penelitian, dalam hal ini relasi yang terjadi antara korporasi dengan

masyarakat lokal. Pemilihan pendekatan kualitatif digunakan untuk

mencari informasi yang mendalam tentang kesadaran masyarakat lokal

akan keberadaan perusahaan dan upaya membangun hubungan dengan

perusahaan, serta kesadaran perusahaan akan keberadaan masyarakat

lokal dan kegiatan tangggung jawab sosial perusahaan dalam

membangun relasi dengan masyarakat sekitar.

Metode studi kasus yang digunakan peneliti, dalam rangka

mendalami unit-unit sosial terkecil seperti organisasi dan berbagai

bentuk unit sosial lainnya secara komprehensif, intens, rinci dan

mendalam. Studi kasus digunakan dalam penelitian ini untuk menggali

fenomena relasi industri yaitu PT. Chevron Geothermal Indonesia

dengan masyarakat sekitar melalui kegiatan corporate social

responsibility-nya sebagai sebuah kasus, dengan mengumpulkan

informasi rinci dan mendalam dengan menggunakan prosedur

pengumpulan data.

Obyek penelitian ini adalah relasi perusahaan dengan

masyarakat sekitar yang dipilah menjadi 2 (dua) bagian. Pertama,

upaya masyarakat lokal membangun relasi dengan perusahaan untuk

melihat bagaimana kesadaran masyarakat lokal lingkungannya melalui

kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dalam membangun

Page 28: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

16

relasi dengan masyarakat sekitar, kedua kesadaran masyarakat setempat

dalam melihat dan merespon keberadaan perusahaan agar diperoleh

informasi mengenai cara-cara masyarakat lokal dalam membangun

relasi dengan perusahaan, dan ketiga informasi lainnya dari pihak

pemerintah setempat dan lembaga swadaya masyarakat dalam melihat

relasi industri dengan masyarakat setempat, agar diperoleh informasi

mengenai pandangan lain akan relasi tersebut.

Unit analisisnya adalah masyarakat setempat (komunitas) dan

perusahaan untuk melihat relasi dinamis yang muncul antara

perusahaan dengan masyaakat setempat.

2. Sumber Data dan Penentuan Informan

Data yang dibutuhkan meliputi data tentang upaya-upaya

perusahaan dan masyarakat setempat dalam membangun relasi, serta

pola relasi yang terbentuk antara perusahaan dengan masyarakat

setempat.

Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat

dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer

dapat diperoleh melalui wawancara dengan informan dan hasil

pengamatan di lapangan. Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan

berupa catatan-catatan tertulis, gambar, grafik, kliping koran dan

rekaman, demikian pula dengan media elektronik.

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek

penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek

penelitian (Bungin, 2008:76). Pemilihan dan jumlah informan yang

dibutuhkan didasarkan pada kesesuaian informan yang diteliti atau

Page 29: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

17

dimintai keterangan dengan masalah yang diteliti dan kecukupan

informasi yang sudah diperoleh dan tidak ada informasi baru lagi

(Sarwono, 2006:6). Oleh karena itu, seleksi sampel dalam penelitian

kualitatif tidak statis, melainkan bersifat dinamis, dari fase ke fase,

berurut (sequential), berkembang (developmental), dan kontekstual

(Alwasilah, 2002:148). Dalam penelitian ini informan diambil dengan

cara purposeful sampling yaitu pengambilan sampel dengan maksud

tertentu dari penyeleksian kasus yang kaya informasi untuk dikaji

dengan mendalam (Patton, 1991:81).

Pemilihan informan bukan bergantung pada jumlah informan

yang diambil, namun lebih pada sejauhmana data dan informasi tentang

relasi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang diperoleh

mampu menjawab permasalahan. Sifat sampling ini disebut juga

criterion based selection (Goetz dan Comte dikutip Moleong, 1999:22)

Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, maka data dari

informan yang mengetahui secara mendalam tentang pola relasi yang

terjadi antara perusahaan dengan masyarakat setempat. Untuk itu pada

penelitian ini informan dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Informan kunci

Informan kunci yaitu informan yang mengetahui secara

mendalam mengenai permasalahan yang dikaji dalam penelitian

ini, informan kunci dalam penelitian ini adalah tokoh-tokoh

masyarakat setempat baik formal, serta pihak perusahaan.

2. Informan biasa

Informan biasa yaitu anggota masyarakat setempat lainnya yang

mengetahui fenomena relasi yang terjadi antara masyarakat

setempat (lokal) dengan perusahaan, khususnya kegiatan

Page 30: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

18

tanggung jawab sosial PT. Geothermal kepada masyarakat

lokal.

3. Informan pendukung

Informan-informan lainnya baik formal maupun informal baik

pemerintah daerah setempat atau organisasi masyarakat lainnya

yang mengetahui tentang pelaksanaan kegiatan tanggung jawab

sosial perusahaan kepada masyarakat setempat.

Informan-informan dalam penelitian ini terdiri dari warga

masyarakat lokal yang merupakan penduduk asli masyarakat Desa

Karyamekar, yang terdiri dari orang dewasa, tokoh pemuda, tokoh

masyarakat, para ibu. Kemudian terdapat pula informan dari aparat

pemerintah, baik dari desa, dan dua kecamatan; kemudian dari pihak

perusahaan dan LSM mitra perusahaan.

Tabel 1 Kategori Infoman

Kategori informan Jumlah (orang)

Pihak Perusahaan (PP) 2

Pemerintah Desa (PD) 2

Pemerintah Kecamatan (PK) 3

LSM (LS) 2

Tokoh Masyarakat (TM) 4

Tokoh Pemuda (TP) 4

Warga Masyarakat (WM) 8

Jumlah Total 25

Page 31: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

19

Tabel 2 Fokus dan Aspek Kajian

Fokus Penelitian Aspek-aspek

Upaya perusahaan

membangun relasi

dengan masyarakat lokal

Kesadaran perusahaan terhadap masyarakat

lokal Kesadaran perusahaan tentang upaya/

program membangun hubungan harmonis

dengan masyarakat lokal Jenis dan cara perusahaan membangun

hubungan dengan masyarakat lokal

Upaya komunitas lokal

(membangun relasi)

interaksi dengan

perusahaan

Kesadaran perusahaan terhadap masyarakat

lokal Kesadaran perusahaan tentang upaya/

program membangun hubungan harmonis

dengan masyarakat lokal Jenis dan cara perusahaan membangun

hubungan dengan masyarakat lokal

Apakah program CSR

telah mempertimbangkan

kebutuhan masyarakat

lokal (Manfaat, Kesesuaian,

Keberlanjutan, Dampak,

Organisasi)

Proses kegiatan

Kebutuhan sosial, ekonomi dan

kemasyarakatan Kebutuhan infrastruktur, dan lingkungan

fisik

3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan untuk menjelaskan penelitian ini

dikumpulkan dari dua sumber utama, yaitu sumber data primer (melalui

wawancara dan observasi) dan data sekunder (dokumen-dokumen).

Untuk mengetahui upaya perusahaan membangun relasi dengan

masyarakat setempat melalui program tanggung jawab sosial (CSR)

Page 32: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

20

dari pihak perusahaan dilakukan dengan wawancara dan studi

dokumentasi, untuk menelaah upaya masyarakat membangun relasi

dengan perusahaan dengan wawancara. Sedangkan untuk mengetahui

bagaimana program tanggung jawab sosial perusahaan

mempertimbangkan kebutuhan masyarakat setempat dapat

menggunakan teknik wawancara dan pengamatan. Sebagaimana

menurut Koentjaraningrat (1979:130), pengumpulan data dalam

penelitian dilakukan melalui pengamatan dan wawancara serta studi

dokumentasi.

Untuk memperoleh data primer dalam penelitian ini, peneliti

dapat memperolehnya dari:

1. Pengamatan (observasi)

Cara ini digunakan untuk mengetahui hubungan (struktur sosial)

antara masyarakat sekitar dengan korporasi melalui tindakan

dan hasil dari tindakan relasi tersebut.

2. Wawancara mendalam

Merujuk pada penjelasan Moleong (1999:135), peneliti

melakukan wawancara mendalam, dengan maksud untuk

mengumpulkan data secara akurat. Tema pokok yang

ditanyakan dalam wawancara, diantaranya menyangkut

beberapa hal sebagai berikut:

a) Upaya perusahaan membangun relasi dengan

masyarakat setempat melalui program tanggung jawab

sosial (CSR).

b) Upaya masyarakat membangun relasi dengan

perusahaan.

Page 33: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

21

c) Bagaimana program tanggung jawab sosial perusahaan

mempertimbangkan kebutuhan masyarakat setempat.

d) Pola relasi yang terjadi antara perusahaan dengan

masyarakat setempat.

3. Studi dokumentasi

Untuk memperoleh data sekunder, dapat diperoleh dari pihak

pemerintah daerah yang terkait erat dengan isyu tanggung

jawab sosial perusahaan, serta pemerintah desa dan kecamatan

yang berkait dengan bukti-bukti dari relasi dinamis. Kemudian

pihak perusahaan, yaitu berkaitan dengan dokumen tanggung

jawab sosial perusahaan. .

4. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian mengenai relasi antara perusahaan dengan masyarakat

lokal khususnya mengenai pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial

PT. Chevron kepada masyarakat sekitar ini dipergunakan sejumlah alat

(instrumen) pengumpulan data, yaitu:

a. Pedoman wawancara (guide interview) disusun berdasarkan

kategori informasi yang telah ditentukan sebelumnya, agar proses

wawancara dapat menggali informasi sesuai tujuan penelitian.

b. Pedoman Observasi, merupakan panduan bagi peneliti terhadap

objek penelitian agar data yang terkumpul sesuai dengan tujuan

penelitian.

c. Catatan lapangan, yaitu catatan tertulis tentang apa yang didengar,

dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data

dan refleksi terhadap data dalam penelitian.

Page 34: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

22

Alat bantu yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain tape

recorder dan mp3. Perekaman dengan menggunakan tape recorder

dan mp3 sangat penting karena dapat digunakan untuk menilai/

memperkirakan asumsi-asumsi dan kemungkinan-kemungkinan tujuan

yang ingin dicapai. Dengan rekaman maka peneliti dapat menemukan

hal hal yang mungkin luput dari perhatian peneliti atau mungkin

mengingatkan hal-hal yang terlupakan.

5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Prosedur analisis data kualitatif dalam penelitian tentang

operasionalisasi kegiatan tanggung jawab sosial PT. Geothermal ini

dilakukan, setelah data diperoleh melalui proses wawancara, observasi

dan studi dokumentasi yang dikumpulkan dari lapangan. Selanjutnya,

data dianalisa supaya dengan segera menemukan proposisi untuk

mengarahkan peneliti pada pengumpulan data selanjutnya. Data

terkumpul selanjutnya diproses seiring berjalannya proses penelitian,

sehingga apabila mendapatkan kekurangan dalam menggali data maka

dapat langsung ditanyakan kembali pada informan untuk melengkapi

kekurangannya. Data yang diperoleh dapat dianalisis melalui tahapan

sebagai berikut:

a) Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu data yang diperoleh

berupa informasi penting terkait penelitian, selanjutnya

dikelompokkan sesuai dengan topik permasalahan yang

dibahas;

b) Pengelompokkan data, yaitu data yang telah dikelompokkan

disusun dalam bentuk narasi. Data dikelompokkan pada objek

Page 35: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

23

penelitian tentang relasi dinamis antara perusahaan dengan

masyarakat setempat, yang dikelompokkan dalam masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Upaya perusahaan membangun relasi dengan

masyarakat setempat melalui program tanggung jawab

sosial (CSR).

2. Upaya masyarakat membangun relasi dengan

perusahaan.

3. Bagaimana program tanggung jawab sosial perusahaan

mempertimbangkan kebutuhan masyarakat setempat.

4. Pola relasi yang terjadi antara perusahaan dengan

masyarakat setempat.

c) Verifikasi data yaitu data yang telah diinterpretasi dicek

kembali pada informan untuk menghindari kesalahan

interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan

penelitian.

d) Interpretasi data yaitu dengan menganalisis data yang telah

dikelompokkan sesuai dengan obyek penelitian.

e) Penarikan kesimpulan, yaitu berdasarkan proposisi yang

dibangun dari interpretasi data, sehingga dijadikan jawaban atas

masalah penelitian.

Untuk keabsahan data yang didapatkan dari lapangan, maka

peneliti menggunakan teknik triangulasi data dan metode. Triangulasi

data dilakukan dengan jalan membandingkan data yang diperoleh dari

berbagai informan, melalui cara:

Page 36: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

24

a) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi

b) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang lain.

Sementara itu, triangulasi metode dilakukan dengan cara menggunakan

berbagai teknik pengumpulan data yaitu wawancara langsung,

observasi non partisipasi dan studi dokumentasi:

a) Membandingkan apa yang dikatakan informan dengan hasil

pengamatan peneliti di lapangan.

b) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang

berkaitan dengan penelitian.

6. Lokasi, dan Waktu Penelitian

Alasan pemilihan lokasi penelitian 1) Perusahaan yang

menyelenggarakan program CSR, dalam hal ini PT. Chevron

Geothermal Indonesia, 2) Masyarakat yang berada di sekitar lokasi

perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan CSR, yaitu desa-desa

yang berdekatan dengan lokasi perusahaan; dan 3) Pemerintah Daerah

Kabupaten Garut. Dengan waktu penelitian selama 10 bulan

Penelitian secara terencana dilakukan pada beberapa tahap

sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

Tahap ini peneliti mempelajari berbagai fenomena relasi antara

perusahaan dengan masyarakat lokal yang diteliti, hingga

menemukan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.

Dalam tahap persiapan ini juga termasuk penyusunan Usulan

Page 37: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

25

Penelitian, Seminar Usulan Penelitian, dan dilanjutan dengan

perbaikan usulan penelitian berikut isntrumen pengumpulan

data.

b. Tahap pengumpulan data

Dalam tahap ini pengumpulan data utama mengenai relasi

perusahaan dengan masyarakat lokal dilakukan melalui

wawancara dan pengamatan. Demikian pula dengan data

sekunder yang mendukung data utama dan sesuai dengan

kebutuhan penelitian dikumpulkan.

c. Tahap pengolahan data

d. Tahap penulisan laporan

e. Proses konsultasi

f. Diseminasi

Page 38: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

26

Page 39: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

27

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

A. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)

Batasan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau

Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikemukakan oleh para

ahli berbeda-beda, sesuai dengan sudut pandang dan pemahaman

masing-masing mengenai CSR. Namun demikian perlu dikemukakan

beberapa definisi, sebagai koridor dan memagari kajian mengenai CSR.

Berikut definisi CSRyang dikemukakan oleh Pemerintah Inggris,

“The voluntary actions that business can take, over and above

compliance with minimum requirements, to address both its

own competitive interest and interests of wider society” (www.csr.gov.uk UK Government)

Lebih lanjut World Business Council and Sustainability Development

(WBCSD), memberikan pengertian tanggung jawab sosial perusahaan

sebagai berikut:

“The continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the

quality of life of the workforce and their families as well as of

the local community and society at large”(WBCSD, 1999, Business Association)

Pendapat tanggung jawab sosial lainnya dikemukakan dalam www.csr-

asia.com , sebagai berikut:

Page 40: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

28

“A company’s commitment to operating in an economically,

socially, and environmentally sustainable manner while

balancing the interests of the diverse stakeholders”(www.csr-

asia.com, social enterprise)

Definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya keragaman

dalam mengartikan dan mengimplementasikan CSR, sehingga, hingga

saat ini tidak ada terdapat kesepakatan mengenai batasan tanggung

jawab sosial perusahaan (McWilliams, et.al., dalam Radyati, M.R. &

Nindita. 2008). Namun demikian terdapat suatu pemahaman yang sama

di masyarakat Eropa mengenai CSR, sebagaimana pernyataan berikut:

“There is broad agreement in Europe on the definition of CSR

as a concept whereby companies integrate social and

environmental concerns – on a voluntary basis- into their

business operations as well as their interactions with

stakeholders”.(European Communities 2007)

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat ditarik inti bahwa

CSR merupakan konsep sebagai berikut:

1. Perusahaan harus mempunyai perhatian terhadap persoalan

sosial dan lingkungannya

2. Berdasarkan prinsip sukarela

3. Kegiatan bisnis dan interaksi dengan pemangku kepentingan

harus memperhatikan persoalan sosial dan lingkungan

Setidaknya ada 2 (dua) landasan berkenaan dengan corporate

social responsibility (CSR) yaitu berasal dari etika bisnis (bisa

berdasarkan agama, budaya atau etika kebaikan lainnya) dan dimensi

sosial dari aktivitas bisnis. CSR atau sering diartikan sebagai “being

socially responsible” jelas merupakan suatu cara-cara yang berbeda

Page 41: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

29

untuk orang yang berbeda dalam negara yang berbeda pula. Artinya

penerapan CSR di masing-masing negara harus disesuaikan dengan

konteks sosial dan lingkungannya. Sehingga perlu kehati-hatian dalam

menerapkan konsep CSR dari negara-negara maju di negara-negara

yang sedang berkembang (Frynas, 2009).

Blowfield dan Frynas (2005) mengibaratkan CSR sebagai

sebuah ‘payung’ bagi beragam teori dan praktek yang mengakui dan

memahami persoalan-persoalan berikut:

(a) Bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap

dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan alam, yang

terkadang lebih jauh lagi sekedar memenuhi aspek legal dan

pertanggungjawaban individual.

(b) Bahwa perusahaan memiliki suatu tanggung jawab untuk

berperilaku dengan siapa mereka melakukan bisnis.

(c) Bahwa bisnis harus (perlu) mengelola hubungannya dengan

masyarakat yang lebih luas, dengan alasan komersial atau untuk

nilai tambah terhadap masyarakat.

Sebagai konsep ‘payung’ maka menjadi hal yang lumrah ketika

melihat banyak dan beragamnya pengertian dan pemahaman mengenai

CSR, memunculkan banyak interpretasi mengenai CSR sebagaimana

yang dikemukakan oleh Ameshi and Adi, 2007 dan dikutip oleh

Frynas, 2009:5, yaitu:

1. Etika dan moralitas bisnis

2. Akuntabilitas perusahaan

3. Corporate citizenship (perusahaan warga)

Page 42: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

30

4. Bantuan dan pilantropi perusahaan

5. Perusahaan hijau dan pemasaran hijau

6. Manajemen keragaman

7. Tanggungjawab lingkungan

8. Hak asasi manusia

9. Rantai manajemen pembelian dan penyediaan yang

bertanggungjawab

10. Investasi sosial yang bertanggung jawab

11. Perjanjian (kesepakatan) stakeholder

12. Keberlanjutan

Sementara itu, Garriga & Mele (2004: 51-71) mencoba

memetakan konsep-konsep CSR ke dalam empat kelompok besar,

sebagai berikut:

1. Kelompok pertama yang berasumsi bahwa perusahaan adalah

instrumen untuk menciptakan kesejahteraan dan bahwa ini

merupakan satu-satunya tanggung jawab sosial. Hanya aspek

ekonomi dari interaksi antara bisnis dan masyarakat yang

dipertimbangkan. Jadi sekiranya terdapat aktivitas sosial yang

diterima, jika dan hanya jika hal tersebut konsisten dengan

penciptaan kesejahteraan. Kelompok teori ini dapat disebut

instrumental theories karena mereka memahami CSR sebagai

alat belaka untuk memperoleh keuntungan.

2. Kelompok kedua yang melihat kekuatan sosial dari perusahaan

yang menjadi tekanan, khususnya dalam hubungannya dengan

masyarakat dan tanggung jawabnya dalam arena politis

berkaitan dengan kekuatan ini. Hal tersebut mengarahkan

Page 43: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

31

perusahaan untuk menerima tugas-tugas dan hak-hak sosial atau

berpartisipasi dalam kerjasama sosial tertentu. Kita dapat

menyebut kelompok ini dengan political theories.

3. Kelompok ketiga termasuk teori-teori yang mempertimbangkan

bisnis seharusnya to integrate tuntutan sosial. Biasanya

berpendapat bahwa bisnis tergantung pada masyarakat untuk

kelanjutan dan pertumbuhannya, bahkan untuk keberadaan

bisnisnya sendiri. Kelompok ini adalah integrative theories.

4. Kelompok keempat teori dari pemahaman hubungan antara

bisnis dan masyarakat adalah penanaman nilai-nilai etis. Hal

tersebut mengarahkan visi CSR dari suatu perspektif etis dan

sebagai konsekuensinya, perusahaan harus menerima tanggung

jawab sosial sebagai sebuah kewajiban etis di atas pertimbangan

lainnya. kelompok ini disebut dengan ethical theories

1. Instrumental CSR

Kelompok pertama, kelompok instrumental theories,

menganggap bahwa CSR atau kegiatan sosial adalah sebuah alat untuk

mencapai tujuan ekonomi yang pada akhirnya adalah menghasilkan

kekayaan. Pendekatan instrumental theories ini didukung oleh

pandangan yang diungkapkan oleh Friedman (1970) bahwa satu-

satunya tanggung jawab bisnis kepada masyarakat adalah

memaksimalkan profit untuk para pemegang saham, sesuai dengan

kerangka hukum dan kebiasaan etika dari negara tempat bisnis tersebut

berada. Kelompok teori ini kemudian banyak diakui dan diterima oleh

perusahaan, bahkan banyak perusahaan yang melakukan program CSR

Page 44: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

32

dengan menggunakan dasar teori ini. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh Windsor (2001: hal. 226) bahwa “a leit-motiv of wealth creation

progressively dominates the managerial conception of responsibility”.

Ada tiga tujuan ekonomi yang kemudian dapat diidentifikasi

dari kelompok instrumental theories ini menurut Garriga & Mele

(2004: 53) yaitu maximization of shareholder value; the strategic goal

of achieving competitive advantages; dan cause-related marketing.

Dalam tujuan maximization of shareholder value, Garriga & Mele

(2004) menjelasan bahwa investasi untuk menjawab tuntutan sosial

yang akan meningkatkan nilai para investor dimata masyarakat harus

dilakukan, sedangkan jika tuntutan sosial tersebut mengakibatkan

kerugian bagi perusahaan, maka investasi tersebut seharusnya ditolak.

Konsep ini memuat tujuan untuk pencarian nilai atau value-seeking

atau long-term values maximization sebagai tujuan utamanya dan pada

saat yang bersamaan, tujuan ini digunakan sebagai kriteria dalam

transaksi penting diantara para pemangku kepentingan (Jensen, 2000;

Garriga & Mele, 2004).

Dalam tujuan the strategic goal of achieving competitive

advantages, perusahaan fokus kepada bagaimana mengalokasikan

sumber daya untuk mencapai tujuan sosial jangka panjang dan

menciptakan keuntungan yang kompetitif. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Husted & Allen, 2000, yang dikutip oleh Garriga &

Mele (2004:54) “…focused on how to allocate resources in order to

achieve long-term social objectives and create competitive advantage”.

Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan

tersebut, yaitu social investments in a competitive context melalui

philanthropic activities; natural resource-based view of the firm and

Page 45: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

33

dynamic capabilities melalui unique interplay of human, organizational

and physical resources over time; dan strategies for the bottom of the

economic pyramid melalui disruptive innovations (Garriga & Mele,

2004; Porter & Kramer, 2002; Christensen, et al., 2001; Christensen &

Overdorf, 2000; Barney, 1991; Wernerfelt, 1984).

Cause-related marketing, merupakan sebuah proses kegiatan

pemasaran perusahaan yang menghasilkan keuntungan melalui adanya

pertukaran yang menguntungkan yang sesuai dengan tujuan perusahaan

dan juga individual. Misalnya dengan menjual produk dengan label

bebas pestisida atau non-animal tested. Varadjan & Menon (1988:60)

mendefinisikan cause-related marketing sebagai

The process of formulating and implementing marketing

activities that are characterized by an offer from the firm to

contribute a specified amount to a designated cause when

costumers engage in a revenue-providing exchange that satisfy

organizational and invididual objectives.

Tujuan dari cause-related marketing dari berbagai hasil

penelitian yang dilakukan adalah meningkatkan pendapatan perusahaan

dan penjualan atau hubungan konsumen dengan membangun merk

perusahaan melalui akuisisi dan asosiasi dengan dimensi etika atau

dimensi tanggung jawab sosial, sehingga menghasilkan situasi yang

saling menguntungkan, dalam konteks perusahaan dan sosial (Gerriga

& Mele, 2004; Murray & Montanari, 1986; Varadarajan & Menon,

1988).

Page 46: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

34

2. Politik CSR

Kelompok teori kedua yang dipetakan oleh Garriga & Mele

(2004) adalah kelompok political theories. Kelompok teori ini

memusatkan perhatiannya pada bagaimana menggunakan tanggung

jawab dari kekuatan bisnis dalam arena politik. Yang dimaksud dengan

political theories, menurut Garriga & Mele (2004:55) adalah “a group

of CSR theories and approaches focus on interactions and connections

between business and society and on the power and position of business

and its inherent responsibility”. (sekelompok teori-teori dan

pendekatan CSR yang memusatkan perhatiannya pada interaksi dan

koneksi antara bisnis dan masyarakat dan pada kekuasaan dan posisi

bisnis dan tanggung jawab yang melekat pada bisnis tersebut). Ada tiga

teori utama yang diungkapkan oleh Garriga & Mele (2004), yaitu

Corporate Constitutionalism, Integrative Social Contract Theory dan

Corporate Citizenship.

Teori Corporate Constitutionalism pertama kali dikemukakan

oleh Davis (1960). Ia adalah orang pertama yang berpendapat bahwa

bisnis adalah institusi sosial dan sehingga bisnis harus menggunakan

kekuasaannya secara bertanggung jawab. Garriga & Mele (2004:55)

mengungkapkan bahwa Davis (1960) “was one of the first to explore

the role of power that business has in society and the social impact of

this power”. Kemudian Davis (1960) memperkenalkan kekuatan bisnis

sebagai sebuah elemen baru dalam debat mengenai CSR. Davis (1960)

menekankan pada pendapat bahwa tanggung jawab sosial bisnis

tergantung pada kekuasaan sosial yang dimiliki bisnis tersebut. Hal ini

kemudian diperkuat dengan yang diungkapkan oleh Davis (1967:48)

Page 47: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

35

“social responsibilities of businessmen arise from the amount of social

power that they have ….the equation of social power responsibility has

to be understood through the functional role of business and

managers”. Ini berarti bahwa tanggung jawab sosial kekuasaan

dimanifestasikan melalui peran fungsional bisnis dan manager dalam

masyarakat.

Teori integrative social contract theory yang diungkapkan oleh

Donaldson & Dunfee (1994, 1999) berawal dari pertimbangan bahwa

ada hubungan antara bisnis dan masyarakat berdasarkan pada tradisi

kontrak sosial. Kontrak sosial ini kemudian berimplikasi kepada

beberapa kewajiban tidak langsung dari bisnis untuk masyarakat

(Garriga & Mele, 2004; Prayogo, 2011). Lebih lanjut, teori ini

mengungkapkan sebuah proses yang memberikan legitimasi kepada

kontrak yang terjadi diantara sistem industri, departemen, dan ekonomi

(Garriga & Mele, 2004). Sementara itu, Prayogo (2011:74)

mengungkapkan bahwa

kontrak sosial merupakan kesepakatan yang bersifat “implicit”

masyarakat memberikan legitimasi sosial (the right to exist) atas

kehadiran korporasi dan sebaliknya manfaat ekonomi yang

dihasilkan bisnis harus terdistribusi pula kepada masyarakat (in

return for certain benefits).

Sementara itu, teori corporate citizenship lebih memusatkan

perhatiannya pada hak-hak, tanggung jawab dan kemungkinan

partnership dari bisnis dalam masyarakat. Sebelumnya, corporate

citizenship selalu dikaitkan dengan “a sense of belonging to a

community” atau rasa kepemilikan kepada sebuah masyarakat (Matten,

et al., 2003; Wood & Lodgson, 2002), sehingga sudah menjadi hal yang

biasa diantara para manager dan pengelola bisnis untuk melihat bahwa

Page 48: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

36

bisnis perlu memperhatikan masyarakat tempat bisnis itu beroperasi.

Oleh karena itu, menurut teori ini, bisnis dipahami sebagai seperti

warga dengan keterlibatan tertentu dalam masyarakat.

3. Integratif CSR

Kelompok teori ketiga yang diungkapkan oleh Garriga & Mele

(2004) adalah kelompok integrative theories. Kelompok ini

berpendapat bahwa bisnis sangat tergantung pada masyarakat untuk

menjaga keberadaan, keberlanjutan dan perkembangan bisnis tersebut.

Integrative theories memandang pada bagaimana bisnis

mengintegrasikan tuntutan sosial dan biasanya fokus kepada

mendeteksi, mencari dan memberikan respon kepada tuntutan sosial

untuk mencapai legitimasi sosial, penerimaan sosial yang lebih tinggi

dan prestige (Garriga & Mele, 2004). Pendekatan yang diurai dalam

kelompok teori ini adalah issues management, the principle of public

responsibility, stakeholder management dan corporate social

performance (Garriga & Mele, 2004:58-59).

Issues management menurut Wartick & Rude (1986:124)

diartikan sebagai “the processes by which the corporation can identify,

evaluate and respond to those social and political issues which may

impact significantly upon it”. Issues management merupakan pelebaran

dari konsep social responsiveness yang muncul di tahun 1970-an

(Sethi, 1975). Konsep social responsiveness ini menekankan pada

pentingnya untuk menutupi gap diantara apa yang diharapkan oleh

masyarakat kepada perusahaan dan apa yang perusahaan lakukan secara

aktual. Gap ini biasanya ada dalam zona yang disebut Ackerman

Page 49: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

37

(1973:92) sebagai “zone of discretion (neither regulated nor illegal nor

sanctioned) where the company receives some unclear signals from the

environment”. Ini berarti bahwa issues management menekankan pada

proses memberikan respon dari pihak perusahaan terhadap masalah-

masalah sosial dan bahwa issues management berfungsi sebagai

peringatan dini atas potensi munculnya ancaman-ancaman lingkungan

dan juga kesempatan-kesempatan, sehingga dapat meminimalisir

kejutan dari adanya perubahan sosial dan politik (Garriga & Mele,

2004).

Pendekatan the principle of public responsibility pertama kali

diungkapkan oleh Preston & Post (1975, 1981). Mereka menekankan

pada kegunaan kata “public” daripada “social”, untuk menunjukkan

pada pentingnya proses publik dalam mendefinisikan scope dari

tanggung jawab, daripada pandangan personal-morality atau

berdasarkan minat kelompok tertentu saja (Garriga & Mele, 2004:58).

Preston & Post dalam Garriga & Mele (2004) berpendapat bahwa

aturan yang sesuai untuk melegitimasi perilaku manajerial dapat

ditemukan dalam kerangka kebijakan publik yang relevan dan bahwa

kebijakan publik tidak hanya berisi aturan-autran dan perundang-

undangan tetapi juga mengandung pola yang sangat luas dari arah

sosial yang terefleksikan dalam opini publik, isu-isu yang muncul,

kebutuhan akan hukum formal dan praktik-praktik dukungan atau

implementasi.

Pendekatan berikutnya adalah pendekatan stakeholder

management. Pendekatan ini berorientasi kepada para stakeholders atau

pihak-pihak atau orang-orang yang mempengaruhi dan atau

dipengaruhi oleh kebijakan dan praktik sebuah perusahaan. Pendekatan

Page 50: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

38

Stakeholder management baru berkembang secara akademik di akhir

tahun 1970-an. Di tahun 1978, Emshoff & Freeman (Garriga & Mele,

2004: 59) mempresentasikan dua prinsip dasar yang memperkuat

pendekatan ini, yaitu achieving maximum cooperation between entire

system of stakeholder groups and the objectives of the corporation; and

efforts in dealing with issues affecting multiple stakeholders.

Pendekatan ini mencoba mengintegrasikan kelompok-kelompok

dengan kepentingan-kepentingan perusahaan ke dalam pembuatan

keputusan managerial (Garriga & Mele, 2004). Di masa awal

munculnya pendekatan ini, banyak korporasi yang ditekan oleh NGO,

aktifis, masyarakat, pemerintah, media dan kelompok-kelompok

lainnya untuk melakukan kegiatan yang disebut sebagai responsible

corporate practices (Garriga & Mele, 2004:59). Namun sekarang,

berbagai perusahaan berusaha mencari jawaban dari berbagai tuntutan

sosial melalui dialog dengan beragam stakeholders. Dialog antar

stakeholder membantu menjawab pertanyaan mengenai responsiveness

dari perusahaan dalam menerima sinyal yang kurang jelas dari

lingkungan. Kaptein & Van Tulder (2003:208) menambahkan “this

dialogue not only enhances a company’s sensitivity to its environment

but also increases the environments understanding of the dilemmas

facing the organization”.

Pendekatan corporate social performance juga merupakan

sebuah pendekatan yang mencari legitimasi sosial. Carroll (1979) yang

memperkenalkan pendekatan ini yang terdiri dari 3 elemen, yaitu

definisi dasar dari tanggung jawab sosial, daftar isu yang memunculkan

tanggung jawab sosial, dan filosofi dari respon terhadap isu-isu sosial

(Garriga & Mele, 2004). Sementara itu, Wartich & Cochran (1985)

Page 51: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

39

menambahkan pendekatan Carroll dengan menyarankan bahwa

corporate social involvement mengandung prinsip-prinsip social

responsibility, the process of social responsiveness and the policy of

issues management (Garriga & Mele, 2004:60). Perkembangan terkini

dari pendekatan ini kemudian diungkapkan oleh Wood (1991) yang

menyebutkan bahwa corporate social performance terdiri dari prinsip-

prinsip CSR, proses dari corporate social responsivenesss dan hasil

dari perilaku perusahaan.

4. Etik CSR

Kelompok teori terakhir untuk memetakan konsep-konsep CSR

adalah ethical theories. Teori-teori yang tercakup dalam kelompok ini

berperan sebagai perekat hubungan diantara perusahaan dan

masyarakat. Teori-teori ini merupakan prinsip-prinsip yang

mengungkapkan mengenai hal-hal yang benar untuk dilakukan atau

hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai masyarakat yang

sejahtera.

Pendekatan pertama adalah normative stakeholder theory. Teori

ini menekankan pada perlunya referensi dari berbagai teori moral yang

ada, seperti misalnya Kantian moral teori, konsep Libertian, prinsip-

prinsip keadilan, dan masih banyak lagi. Donaldson & Preston (1995:

67) menyebutkan bahwa stakeholder theory memiliki inti normative

yang berdasarkan pada dua ide utama, yaitu “(1) stakeholders are

persons or groups with legitimate interests in procedural and/or

substantive aspects of corporate activity and (2) the interests of all

stakeholders are of intrinsic values”. Berdasarkan hal tersebut, maka

Page 52: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

40

dalam praktik CSR dengan menggunakan pendekatan stakeholder teori,

etika atau moral merupakan pusat dari praktik tersebut.

Pendekatan Universal Rights melalui Hak Asasi Manusia telah

diambil sebagai dasar bagi CSR (Cassel, 2001; Garriga & Mele, 2004).

Kini, banyak tanggung jawab sosial yang dijalankan dikembangkan

dengan menggunakan pendekatan hak asasi manusia. Selain hak asasi

manusia, pendekatan ini juga mendasarkan pada hak-hak buruh dan

juga perlindungan lingkungan.

Pendekatan pembangunan berkelanjutan atau sustainable

development dimasukkan ke dalam kelompok ethical teori karena

konsep pembangunan berkelanjutan menyebutkan bahwa pembangunan

berkelanjutan bertujuan untuk menjawab kebutuhan di masa kini tanpa

mengancam kemampuan untuk melindungi generasi penerus untuk

memenuhi kebutuhannya. Istilah sustainable development muncul pada

tahun 1987 dalam “Brutland Report”. Pada awalnya, pembangunan

berkelanjutan menitikberatkan pada faktor lingkungan, namun, World

Business Council for Sustainable Development (2002:2) menyebutkan

bahwa “sustainable development requires the integration of social,

environmental, and economic considerations to make balanced

judgements for the long term”. Kaitannya dengan CSR adalah, seperti

yang diungkapkan oleh Wheeler, et al. (2003:17) bahwa

Sustainability is an ideal toward which society and business can

continually strive, the way we strive is by creating value,

creating outcomes that are consistent with the ideal of

sustainability along social environmental and economic

dimensions.

Dengan demikian, secara etika, CSR perusahaan harus

menggunakan pendekatan “triple bottom line”, yaitu memasukkan

Page 53: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

41

aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, sehingga akan dapat menjamin

keberlanjutan perusahaan tanpa merusak keberlanjutan lingkungan dan

masyarakat.

Pendekatan terakhir dalam kelompok ethical theories adalah

pendekatan common good (kebajikan umum). Pendekatan ini

merupakan pendekatan klasik yang berakar pada tradisi Aristotelian

yang kemudian dijadikan referensi kunci untuk etika bisnis (Smith,

1999; Alford & Naughton, 2002; Mele, 2002). Pendekatan ini

menyebutkan bahwa perusahaan, sebagaimana kelompok sosial atau

individual dalam masyarakat, harus berkontribusi untuk kebajikan

umum, karena sudah menjadi bagian dari masyarakat. Perusahaan dapat

berkontribusi untuk kebajikan umum dengan berbagai macam cara,

sebagaimana yang diungkapkan oleh Garriga & Mele (2004:62)

“….creating wealth, providing goods and services in an efficient and

fair way, at the same time respecting the dignity and the inalienable

and fundamental rights of the individual”.

Dari uraian sebelumnya, dapat ditarik benang merah bahwa

banyak teori-teori CSR fokus kepada 4 aspek utama, sebagaimana yang

diungkapkan oleh Garriga & Mele (2004:65) yaitu (1) meeting

objectives that produce long-term profits, (2) using business power in a

responsible way, (3) integrating social demands and (4) contributing to

a good society by doing what is ethically correct. Dalam tabel 3

dikemukakan secara ringkas mengenai teori-teori dan pendekatan-

pendekatan yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan

menurut Garriga and Mele (2004). Tabel tersebut sekaligus merangkum

penjelasan-penjelasan sebelumnya, baik teori instrumental, teori politik,

teori integratif dan teori etik mengenai CSR.

Page 54: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

42

Tabel 3

Corporate social responsibilities theories and related approaches

Jenis Teori Pendekatan Penjelasan Singkat Beberapa

Referensi Kunci

1. Intrumental

theories (fokus

pada

pencapaian

sasaran

ekonomi

melalui

aktifitas sosial)

1. Maksimalisasi

nilai shareholder

Maksimalisasi nilai

jangka panjang

Friedman (1970),

Jensen (2000)

2. Strategi untuk

keuntungan

kompetitif

Investasi sosial

dalam konteks

kompetitif

Porter and Kramer

(2002)

Strategi

berdasarkan

pandangan sumber

alami dari

perusahaan dan

dinamika

kapabilitas

perusahaan

Hart (1995), Lizt

(1996

Strategi dari dasar

piramida ekonomi

Prahalad and

Hammond (2002),

Hart and

Christensen (2002),

Prahalad (2003)

3. Caused-related

marketing

Pengakuan aktifitas

sosial altruistik

dimanfaatkan sebagai

alat pemasaran

Varadarajan and

Menon (1986),

Murray and

Montanari (1986)

2. Political

theories (fokus

pada

pemanfaatan

tanggung

jawab kekuatan

bisnis dalam

arena politik)

1. Konstitusiona-

lisme perusahaan

(Corporate

constitutiona-lism)

Tanggung jawab sosial

bisnis muncul dari

sejumlah kekuatan

sosial yang mereka

Davis (1960, 1967)

2. Teori Kontrak

Sosial Integrative

(integrative social

contract theories)

Asumsinya bahwa

terdapat suatu kontrak

sosial antara

perusahaan dan

masyarakat

Donaldson &

Dunfee (1994,

1999)

3. Corporate (or

business)

citizenship

Perusahaan dipahami

sebagaimana seorang

warga dengan

keterlibatan tertentu

dalam komunitas

Wood & Lodgson

(2002), Andriof &

McIntosh (2001)

Matten & Crane (in

press)

Page 55: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

43

Lanjutan tabel 3 Jenis Teori Pendekatan Penjelasan Singkat Beberapa Referensi

Kunci

3. Integrative

theories

(fokus

integrasi

tuntutan

sosial)

1. Manajemen

isu (issues

management)

Proses-proses

perusahaan merespon

isu sosial dan politik

yang

mempengaruhinya.

Sethi (1975),

Ackerman (1973),

Jones (1980), Vogel

(1986), Wartick and

Mahon (1994)

2. Tanggung

jawab publik

(public

responsibility

)

Hukum dan adanya

proses kebijakan publik

diambil sebagai

rujukan untuk kinerja

sosial (social

performance)

Preston and Post (1975,

1981)

3. Manajemen

Pemangku

Kepentingan

(stakeholder

management)

Kesimbangan para

pemangku kepentingan

Mitchell et.al. (1997),

Agle and Mitchell

(1999), Rowley (1997),

4. Kinerja

Sosial

Perusahaan

(Corporate

social

performance)

Mencari legitimasi

sosial dan proses-

proses untuk memberi

respon yang tepat

terhadap isu-isu sosial

Carrol (1979), Wartick

and Cochran (1985),

Wood (1991b),

Swanson (1995)

4. Ethical

theories

(fokus pada

sesuatu yang

baik untuk

mencapai

suatu

masyarakat

yang baik)

1. Teori

Normatif

Pemangku

Kepentingan

(Stakeholder

normative

theories)

Pertimbangan tugas-

tugas yang tergadai

dari perusahaan.

Aplikasinya

membutuhkan rujukan

sejumlah teori moral

Freeman (1984, 1994),

Evan and Freeman

(1988), Donaldson and

Preston (1995),

Freeman and Phillips

(2002), Phillips et al.

(2003)

2. Hak-hak

Azasi

Universal

Kerangkanya

berdasarkan hak-hak

azasi manusia, hak

buruh dan penghargaan

lingkungan

The Global Sullivan

Principles (1999), UN

Global Compact (1999)

3. Pembanguna

n

Berkelanjutan

Upaya mencapai

pembangunan manusia

berdasarkan

pertimbangan saat ini

dan generasi masa

depan

World Commission on

Environment and

Development (Brutland

Report) (1987),

Gladwin and Kennelly

(1995)

4. The Common

good

Berorientasi pada

kebiasaan baik

masyarakat

Alford and Naugghton

(2002), Mele (2002)

Kaku (1997)

Sumber: Garriga & Mele, 2004: 63-64

Page 56: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

44

Dalam praktiknya, seringkali terjadi penerapan kegiatan

corporate social responsibility didasarkan pada banyak alasan dan

tuntutan, sebagai paduan antara faktor internal dan eksternal.

Sebagaimana dijelaskan lebih jauh oleh Frynas (2009) yang melihat

bahwa pertimbangan perusahaan untuk melakukan kegiatan CSR antara

lain umumnya karena alasan-alasan berikut:

1. Untuk memenuhi regulasi, hukum dan aturan

2. Sebagai investasi sosial perusahaan untuk mendapatkan image

yang positif

3. Bagian dari strategi bisnis perusahaan

4. Untuk memperoleh licence to operate dari masyarakat setempat

5. Bagian dari risk management perusahaan untuk meredam dan

menghindari konflik sosial

Pada dasarnya tidak ada perspektis teoritis atau metodologi

kajian yang dapat menjelaskan aktifitas CSR secara memuaskan

menjawab semua pertanyaan (Lockett et al.2006, p.12). Namun

demikian terdapat terdapat dua teori dan satu perspektif yang

berkembang saat ini dalam CSR sebagaimana yang diungkapkan oleh

Frynas (2009), yaitu:

1) Teori Stakeholder: menekankan reaksi perusahaan

(perseorangan) dalam konteks hubungan dengan stakeholder

eksternal. Teori ini menjelaskan respon strategis yang berbeda

dari perusahaan terhadap tekanan-tekanan sosial walaupun

dalam industri sejenis atau negara yang sama, berdasarkan pada

sifat hubungan eksternal.

Page 57: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

45

2) Teori Institusional: menekankan daya adaptif perusahaan secara

kelembagaan (aturan). Teori ini menjelaskan mengapa

perusahaan dari negara atau industri berbeda dalam merespon

tekanan sosial dan lingkungan, dan mengapa di negara yang

berbeda-beda dari perusahaan multinasional yang sama memilih

strategi CSR yang berbeda, sebagai hasil dari pemberlakuan

norma atau keyakinan nasional.

3) Perspektif Austrian Economics: perspektif ini menyediakan

wawasan terhadap upaya strategi aktif CSR dalam perusahaan

dengan suatu perspektif kewirausahaan.

Teori Stakeholder dan Teori Institusional dapat membantu

menjelaskanbagaimana respon perusahaan terhadap tekanan kondisi

sosial eksternal dan lingkungan. Namun demikian gagal untuk

menjelaskan pilihan strategi aktif dalam perusahaan, yaitu mengapa

perusahaan tertentu menggunakan CSR sebagai sebuah senjata

melawan persaingan perusahaan atau mengapa perusahaan tertentu

mengeluarkan jutaan dolar dalam pembaruan energy.

Sementara, sebagai sebuah perspektif, pendekatan Austrian

Economic dapat dipandang sebagai salah satu alternatif pemikiran yang

lebih maju dalam memandang kegiatan CSR. Dalam kaitan dengan

kewirausahaan sosial sebagai suatu pendekatan dalam mengatasi

persoalan sosial dan kemasyarakat; maka CSR dapat sebagai sumber

pemecahan masalah sosial tersebut. Beberapa pemikiran Austrian

Economics mengenai CSR, adalah sebagai berikut:

1. Wawasan ekonomi dan strategi manajemen mengusulkan

bahwa strategi CSR dalam perusahaan harus dipandang sebagai

Page 58: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

46

sebuah keputusan investasi dan sebagai suatu cara memperoleh

keuntungan kompetitif, sama halnya dengan putusan-putusan

investasi lain yang harus diambil.

2. Pendekatan CSR yang berbeda dari Austrian economics

berkenaan dengan tindakan kemanusiaan bukanlah berdasarkan

‘external constrains’ sebagai faktor fundamental pembuatan

keputusan.

3. Perspektif Austrian menekankan peluang ‘future’ dan

kewirausahaan aktif dalam mengidentifikasi masa depan.

4. Karakteristik utama keberhasilannya ‘capitalist

entrepreneurship’; yaitu bukan pada kemampuan mereka

beraksi kepada sesuatu atau ‘discover’ tuntutan eksternal, tetapi

lebih pada kemampuan mereka dalam membuat keputusan yang

berhasil tentang masa depan (Frynas, 2009; hal.19-20)

Dilihat dari uraian tersebut, konsep-konsep dari Austrian

economics dapat lebih berkaitan dengan upaya kewirausahaan sosial di

Indonesia khususnya dalam penyelesaian permasalahan sosial dan

kemasyarakatan. Sudut pandang kewirausahaan dalam CSR diharapkan

dapat memainkan peran kunci dalam membentuk strategi perusahaan

memandang permasalahan sosial dan lingkungan.

Sebagai perbandingan dari ketiga perpektif teoritis, dapat dilihat

dalam tabel berikut:

Page 59: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

47

Tabel 4 Perbandingan Perspektif teoritis terhadap strategi CSR

Teori

Institusional

Teori

Stakeholder Austrian View

Fokus Utama Ketaatan pada

aturan dan

norma

Hubungan

dengan factor

eksternal

Peran

kewirausahaan

Determinan

Strategi CSR

Hidup dengan

konteks

kelembagaan

berbeda

Ketergantungan

relative suatu

perusahaan pada

stakeholder

Tinjauan masa

depan

kewirausahaan

Lingkup untuk

kebebasan aksi

manajemen

Non-choice

behavior

Pilihan perilaku

terbatas

Pilihan perilaku

yang substansial

Sumber: Frynas (2009: 122) diterjemahkan oleh peneliti.

B. Kajian Relasi Dinamis Antara Perusahaan dengan Masyarakat

Lokal

Soekanto (1982) menyatakan bahwa relasi-relasi sosial yang

dinamis adalah interaksi sosial, yang menyangkut hubungan antara

orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun

antara perorangan dengan kelompok manusia. Relasi sosial dinamis

yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal dapat dipahami

dalam konteks relasi kelompok-kelompok sosial yang terdapat dalam

sebuah masyarakat secara luas.

Pola relasi yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat

lokal tersebut bergantung pada persepsi dan cara pandang masing-

masing pihak dalam membangun interaksi dan komunikasi diantara

mereka. Masyarakat adalah sebuah system yang terdiri dari beragam

kelompok yang membuat masyarakat tersebut menjadi sebuah system

yang multikompleks. Khadijah (2011:35) menyebutkan bahwa

Page 60: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

48

masyarakat merupakan sebuah sistem kehidupan yang multikompleks,

yang di dalamnya terdapat sebuah proses sosial yang ditandai dengan

adanya interaksi sosial dengan menggunakan simbol-simbol yang

sama. Interaksi sosial tersebut kemudian adalah sebuah kebudayaan

dalam bentuk hubungan sosial. Dengan demikian, masyarakat

mempunyai karakteristik budaya yang unik dan mengikat bagi

warganya dalam interaksi antara satu dengan lainnya.

Dalam berinteraksi dalam sebuah masyarakat dikenal sebuah

istilah realitas sosial. Realitas sosial merupakan satu kesatuan dalam

berinteraksi dan beraktifitas dalam sebuah masyarakat. Semakin tinggi

dan rumit aktivitas suatu masyarakat semakin tinggi pula tingkat

dinamika masyarakat tersebut. Dengan demikian akan terbentuk pola

relasi dan interaksi yang berbeda dalam sebuah masyarakat yang

kompleks pula. Bentuk dan corak sebuah relasi sebagaimana

diungkapkan oleh Comte dalam Azwar (2005: 53) adalah bahwa dasar

relasi sosial muncul dari cara berfikir manusia sehingga pijakan relasi

sosial dari sisi perkembangan struktur masyarakat dibentuk selalu

bersifat konsep pasangan kontradiksi. Frekuensi hubungan sosial,

sebagaimana Cooley jelaskan yang dikutip dalam Azwar (2003:54)

bahwa usaha untuk membuat kategori hubungan sosial dapat dilakukan

dengan membedakan antara hubungan primer dan hubungan sekunder.

Yang dimaksud dengan hubungan primer adalah hubungan interaksi

yang terjadi berupa tatap muka yang erat dan gotong royong, yang

meleburkan kepentingan individual dengan kepentingan orang banyak.

Sedangkan mehubungan sekunder dicirikan dengan karakter hubungan

yang formal, prosedural dan impersonal. .

Page 61: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

49

Menurut Bungin (2008:44), struktur relasi sosial dapat dibagi

berdasarkan jenis kelompok sosial yang akan mempengaruhi pola-pola

relasi antar kelompok tersebut. Kategori kelompok dapat tergambar

dalam tabel berikut:

Tabel 5 Tipe Kelompok Sosial

Kelompok Primer Sekunder

Formal A B

Informal C D

Sumber: Bungin, 2008

Lebih lanjut, Khadijah (2011:38-40) menggambarkan karakteristik

keempat kelompok sosial tersebut sebagai berikut:

a. Kelompok Formal-Pimer (A) adalah kelompok sosial yang

berkarakter formal (resmi), namun keberadaannya bersifat primer.

Kelompok ini tidak memiliki aturan yang jelas, stuktur yang tegas

secara fungsional impementasinya jeas terlihat. Terbentuknya

kelompok ini, dapat karena tujuan yang jelas atau tidak jelas.

b. Kelompok Formal-Sekunder (B) adalah kelompok sosial yang

bersifat sekunder, resmi, serta memiliki aturan dan struktur yang

tegas, dibentuk berasarkan tujuan yang jelas. Kelompok formal

sekunder memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

c. Kelompok Informal-Primer (C), adalah kelompok sosial yang

terjadi karena meleburnya sifat-sifat kelompok sosial primer-

sekunder atau karena pembentukkan sifat dari luar kelompok yang

tidak dapat ditampung dalam keompok primer sekunder.

d. Kelompok Informal-Sekunder (D), adalah kelompok sosial yang

umumnya informal maupun keberadaannya bersifat sekunder.

Page 62: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

50

Kelompok ini bersifat tidak mengikat, tidak memiliki aturan dan

struktur yang tegas. Dibentuk hanya untuk sesaat dan tidak

mengikat, karena dibentuk untuk tujuan yang tidak jelas.

Hubungan sosial yang terjalin menunjukkan adanya pengertian

bahwa setiap individu, kelompok dan masyarakat menyadari tentang

kehadirannya di samping kehadiran individu, kelompok dan

masyarakat lainnya. Kesadaran akan kehadiran pihak lain tersebut,

diharapkan akan muncul tindakan bersama (mutual action) dan

pengakuan bersama (mutual recognition).

Setiap relasi sosial dapat menjadi objek dari nilai-nilai. Inkeles

dalam Soekanto (1983) menyatakan bahwa, secara umum, kualitas dan

aspek hubungan manusia terdapat di sebagian besar masyarakat,

perbedaan budayalah yang menentukan kualitas tersebut penting atau

tidak penting, baik atau buruk. Inkeles yang dikutip oleh Soekanto

(1983), menekankan bahwa aspek nilai dan kebudayaan dalam sebuah

masyarakat merupakan dimensi terpenting hubungan sosial dalam

kebersamaan. Artinya setiap masyarakat memiliki penilaian tertentu

terhadap hubungan antara manusia, hubungan dengan alam, waktu dan

kegiatan atau kekaryaan lainnya.

Menurut Kluckhon dan Strodtbeck (dalam Koentjaraningrat,

1990:78), terdapat lima orientasi nilai budaya dalam hidup manusia,

yaitu:

“(1) Human nature atau makna hidup manusia; (2) man-nature

atau makna hubungan manusia dengan alam sekitarnya; (3) time

atau persepsi manusia tentang waktu; (4) activity atau makna

akan perkerjaan, karya dan amal perbuatan manusia; (5)

relational atau hubungan manusia dengan sesama manusia.”

Page 63: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

51

Hubungan manusia dengan sesamanya telah dituntun oleh struktur

budaya sejak dari awal, sebagai bagian menata dan mengelola warga

masyarakatnya agar mampu bertahan dan langgeng. Di negara-negara

yang sedang berkembang dimana struktur kekuasaan begitu kuat dan

dominan, terdapat kecenderungan para elit-elit kekuasaan berupaya

memelihara struktur budaya masyarakat yang mudah dan dapat diatur

oleh kekuasaan. Elit-elit kekuasaan mempunyai semangat yang besar

terhadap pengembangan diri mereka karena secara politis mereka

memerlukan dukungan masyarakat. Khadijah (2011:58-59)

menyebutkan media massa mempunyai posisi-peran strategis dalam

menyampaikan isu-isu nasional, yang merupakan alat bagi elit

kekuasaan untuk meraih dukungan tersebut, yaitu melalui proses

komunikasi informasi satu arah bukan dialog.

Dengan media massa, masyarakat menjadi penonton yang

bersifat pasif, menerima informasi-infomasi elit kekuasaan. Dalam

batas-batas tertentu masyarakat tidak cukup mengetahui realitas atau

kebenaran sehingga masyarkaat begitu mudahnya menjadi salah satu

pendukung dari isu atau informasi yang disebarkan elit melalui media

massa tersebut. Mills dikutip oleh Khadijah (2011:59) menyebut

mereka sebagai masyarakat massa (mass society). Masyarakat massa

seperti kerbau yang dicocok hidungnya karena tidak memiliki

pengetahuan dan kesadaran yang cukup untuk mengerti isi dari

informasi atau isu yang disampaikan para elit (Khadijah, 2011).

Para elit yang dimaksud dalam konteks Indonesia adalah,

sebagaimana disebutkan oleh Mills, para penguasa dan golongan

politisi, militer, dan pengusaha ekonomi (termasuk penguasaan sumber

Page 64: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

52

daya alam) yang digambarkan memiliki karakter dan gerakan yang

serupa (Khadijah, 2011). Para elit kekuasaan di Indonesia membangun

hubungan mendominasi rakyat dan akan bergerak mencapai posisi yang

lebih tinggi dari pada yang lainnya.

Konsepsi Habermas (aliran Frankfurt), meyakini bahwa

semestinya ilmuwan sosial mempunyai kewajiban moral melakukan

kritik masyarakat dan bahwa kepentingan teori sosial adalah

emansipasi yang membebaskan masyarakat dari kekejaman struktur

sosial yang menindas (Khadijah, 2011). Pemikiran Habermas berbicara

tentang pengembangan konsep nalar yang lebih komprehensif, yakni

nalar yang tidak tereduksi pada instrumen teknis dari subjek manusia

(Khadijah, 2011). Postulat Habermas adalah adanya tiga kepentingan

manusia yang berakar, yaitu kepentingan teknis (technical),

kepentingan yang membentuk pengetahuan dalam kontrol teknis

terhadap alam; praktik (practical) dalam bentuk memahami orang lain;

dan emansipatoris (emancipatory) dalam membebaskan diri dari

struktur dominan. Masyarakat modern menyaksikan adanya perubahan

pada manusia ketika muncul keinginan menguasai alam berubah

menjadi hasrat mendominasi manusia lain. Untuk memperbaiki

penyimpangan ini, Habermas menekankan rasionalitas yang inheren

dalam kepentingan praktis dan emansipatoris (Khadijah, 2011). Ini

berarti bahwa dasar rasional untuk bersama-sama hidup dalam harmoni

hanya dapat diraih ketika hubungan sosial diatur menurut kesepakatan

yang dicapai dalam komunikasi yang bebas dari dominasi satu pihak

terhadap pihak lainnya.

Sedangkan bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa

kerjasama (co-operation), persaingan (competition) dan bahkan dapat

Page 65: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

53

juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict), Soekanto

(1990:63). Sedangkan Gillin dan Gillin (1954) dalam Bungin

(2008:134), menggolongkan secara luas terdapat dua macam proses

sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses

asosiatif dan proses disosiatif. Proses asosiatif terbagi menjadi dua

yaitu akomodasi dan asimilasi, serta akulturasi; kemudian proses yang

disosiatif mencakup persaingan, kontraversi dan pertentangan atau

pertikaian (conflict).

Perusahaan dapat mengidentifikasi masyarakat lokal secara

menyeluruh, yaitu baik secara budaya, ekonomi, dan sosial sehingga

dapat menghasilkan sebuah kehidupan yang harmonis antara

perusahaan dan masyarakat tempat perusahaan tersebut beroperasi.

Berdasarkan pemahaman akan kondisi masyarakat tersebut, perusahaan

diharapkan mampu membangun proses-proses sosial yang bermanfaat

bagi masyarakat lokal sekitar wilayah operasi mereka. Kemanfaatan

yang diperoleh dan dinikmati oleh masyarakat lokal, secara langsung

atau tidak langsung serta berjangka waktu panjang akan memberi

manfaat juga bagi perusahaan bersangkutan.

Dalam penerapan kegiatan CSR oleh perusahaan seringkali

mengalami kegagalan atau tidak efektif dalam pencapaian tujuannya;

bahkan lebih jauh lagi hasilnya contra-productive dengan harapan.

Selain hambatan business case, sejumlah studi yang dilakukan Nuffield

Foundation dikutip oleh Frynas (2009) telah mengidentifikasi sejumlah

hambatan penting dalam penerapan CSR di beberapa negara, antara

lain:

Gagal memahami negara dan konteks isu-isu khusus.

Gagal melibatkan beneficiaries CSR.

Page 66: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

54

Kurangnya sumber daya manusia: spesialist pengembangan

masyarakat.

Sikap-sikap sosial dari staf perusahaan / atau hanya fokus pada

solusi teknis dan manajerial.

Tidak ada integrasi ke dalam sebuah rencana pembanguan yang

lebih luas.

Contoh yang paling sering terjadi mengenai ‘negara dan

konteks isu-isu khusus’ antara lain adalah konflik antar suku dan

korupsi (Frynas, 2009). Sedangkan kegagalan melibatkan beneficiaries

adalah tidak adanya upaya membangun partisipasi dari perusahaan dan

upaya memandirikan beneficiaries (Frynas, 2009). Perusahaan

pertambangan biasanya gagal melakukan konsultasi secara lebih luas

kepada pimpinan lokal dan tokoh-tokoh lokal (Frynas, 2009).

Keterlibatan penerima manfaat CSR dalam pelaksanaan proyek

cenderung terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali, dan paling

mungkin terbatas pada pemberian kontrak pada perusahaan lokal.

Padahal, kegagalan melibatkan orang-orang lokal telah memelihara

suatu mental yang berdampak lebih buruk lagi, yaitu mentalitas

ketergantungan (dependency mentality) (Frynas, 2009).

Persoalan-persoalan yang muncul tersebut sebetulnya dapat

dihindari dengan dilakukannya konsultasi mendalam dan dengan

adanya inisiatif masyarakat lokal untuk berpartisipasi dengan

menggunakan pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan alat-alat

lokal. Namun, keterlibatan masyarakat lokal tersebut secara inheren

terhambat karena perusahaan kekurangan sumber daya manusia

Page 67: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

55

perusahaan dan pendekatan teknis/manajerial dari staf perusahaan,

terutama perusahaan minyak dan pertambangan (Frynas, 2009).

Kurangnya ‘jalur karier’ (career path) untuk spesialis

pengembangan masyarakat di dalam perusahaan lebih jauh membatasi

keahlian pembangunan secara potensial. Berkaitan dengan kurangnya

sumber daya manusia, inisiatif CSR secara inheren menjadi cacat

karena hasil dari sikap-sikap sosial staf perusahaan minyak, artinya

nilai-nilai sosial yang mengarahkan penentuan keputusan staf

perusahaan. Orang-orang yang bergerak di perusahaan minyak

biasanya memiliki latar belakang manajerial atau keahlian teknik.

Mereka memiliki kemampuan yang tinggi menghadapi tantangan teknis

dan manajerial. Dengan demikian pendekatan-pendekatan teknik dan

manajerial bisa berhasil mengatasi tantangan lingkungan, tetapi tidak

cukup dalam mengatasi permasalahan sosial yang kompleks dimana

lebih mementingkan soft skill, kesabaran, dan keterampilan

interpersonal.

Dengan tidak terintegrasinya CSR atau ‘social invesment’ ke

dalam rencana pembangunan yang lebih luas, potensi pembangunan

dari inisiatif perusahaan menjadi terbatas dan sumber-sumber mungkin

tidak berhubungan dengan efektifitas pembangunan yang digunakan.

Bahkan akibat buruk lainnya adalah perusahaan akan menghadapi

resiko timbulnya konflik lokal karena kecemburuan dan menciptakan

konsekuensi pembangunan negatif.

Persoalan lainnya adalah berkaitan dengan transparansi, yaitu

keterbukaan dan kejujuran untuk melaporkan keuangan dan kegiatan

CSR. Kajian-kajian yang pernah ada (Alt & Lassen, 2006a,b; Gelos &

Page 68: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

56

Wei, 2005; Shi & Svenson, 2002) menunjukkan pengaruh

perkembangan yang positif mengenai transparansi, diantaranya:

Pengaruh politik, yaitu transparansi memperbaiki aliran

informasi dari pengatur dan yang diatur.

Pengaruh ekonomi, yaitu transparansi meningkatkan kredibilitas

suatu negara diantara investor luar negeri dan masyarakat

perbankan internasional.

Pengaruh sosial, yaitu pengaruh positif politik dan ekonomi

dapat membawa banyak pengaruh sosial yang positif (Frynas,

2009).

Namun demikian hasil penelitian mengenai transparansi

tersebut juga menyarankan sejumlah kondisi yang harus dipenuhi

dalam rangka memaksimalkan dampak positif dari transparansi.

Berdasarkan hasil penelitian (Alt & Lassen, 2006a,b; Gelos & Wei,

2005; Shi & Svenson, 2002) setidaknya ada 3 (tiga) kondisi atau

prasyarat yang harus dipenuhi: (1) kebebasan media; (2) keterlibatan

masyarakat sipil; dan (3) waktu pengenalan transparansi.

Sesungguhnya CSR memiliki potensi yang besar untuk

mengatasi tantangan lingkungan. Sebaliknya CSR memiliki kelemahan

dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pengembangan

masyarakat dan pemerintahan. Perusahaan semestinya memperoleh

manfaat yang besar dari relasi dengan masyarakat dan pemerintahan

yang lebih baik diantaranya adalah berkurangnya biaya operasional,

tidak banyak korupsi, meningkatnya reputasi perusahaan, dan

seterusnya. Negara penyelenggara semestinya juga memperoleh

manfaat yang besar dari peningkatan sumber daya manusia dan

Page 69: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

57

pemerintahan, dalam kerangka meningkatnya investasi swasta,

meningkatnya tingkat pendidikan, pelayanan publik yang lebih baik

dan seterusnya. Namun demikian, perusahaan nampak enggan

mengatasi isu-isu pemerintahan, sementara pendekatannya melalui

pengembangan masyarakat seringkali tidak efektif.

Dua alasan mendasar mengapa perusahaan multinasional gagal

mengatasi persoalan pembangunan dan pemerintahan secara efektif

adalah Pertama, ‘business case for CSR’ (yakni, memanfaatkan inisiatif

sosial untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan) terbatas pada satuan

inisiatif untuk dapat mencapai masyarakat yang lebih luas. Kedua,

perusahaan multinasional seringkali gagal mengenali secara penuh

lingkup interaksi mereka dengan masyarakat dan politik, dan mereka

tidak mau menerima tanggung jawab terhadap isu-isu di level makro –

isu-isu yang berkaitan dengan dampak industri mereka terhadap

masyarakat luas.

Keterbatasan-keterbatasan yang melekat dalam CSR bukan

berarti usaha swasta tidak melakukan apa-apa terhadap isu-isu

kemasyarakatan. Perusahaan perlu didorong untuk melibatkan diri

dengan aspek sosial dan lingkungan dalam operasinya, dan mereka

akan memperoleh peluang-peluang bisnis yang CSR tawarkan.

Banyak inisiatif sukarela perusahaan gagal karena mereka tidak

mendengar stakeholders-nya dengan baik. Keterlibatan pemangku

kepentingan seringkali dangkal dan singkat, perusahaan mungkin

mendengarkan stakeholder-nya dengan daya tawar yang lebih besar

dengan prioritas kepentingan perusahaannya daripada memperhatikan

stakeholder-nya. Sehingga masalah krusial berikutnya adalah

keputusan mengenai inisiatif sosial dan lingkungan seringkali

Page 70: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

58

dilakukan untuk mencapai prioritas perusahaan daripada stakeholder,

yang akhirnya mengarah pada terbatasnya kemampuan CSR memberi

manfaat signifikan kepada stakeholder (pemangku kepentingan).

Pengembangan industri pada dasarnya ditujukan untuk

memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat baik melalui

pembukaan lapangan pekerjaan, mendatangkan devisa negara, maupun

peningkatan pendidikan. Namun pada kenyataannya selain dampak

positif di atas, pengembangan industri menuai berbagai dampak negatif

antara lain; kerusakan lingkungan hidup serta menimbulkan

permasalahan sosial yaitu konflik antara perusahaan dengan penduduk

setempat akibat adanya kesenjangan secara sosial maupun ekonomi

antara pelaku usaha (korporat) dengan masyarakat sekitar.

Berbagai dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang timbul

akibat berdirinya suatu kawasan industri, mengetuk hati pelaku usaha

untuk bertanggung jawab kepada publik melalui aktivitas yang nyata.

Bentuk pemberian dari para pelaku usaha tersebut dikenal dengan

semangat Filantropi. Philanthropy dalam bahasa Indonesia

diterjemahkan sebagai kedermawanan sesungguhnya berasal dari

Bahasa Yunani (cinta atau kasih) dan anthropos (manusia); dengan

demikian artinya adalah kebaikan hati yang diwujudkan dalam

perbuatan baik dengan menolong dan memberikan sebagian harta,

tenaga maupun pikiran secara sukarela untuk kepentingan orang lain.

Sumbangan, amal, derma memang merupakan salah satu bentuk dari

filantropi, namun barulah tahap yang paling awal. Bentuk akhir dari

filantropi adalah sebagai investasi: yaitu investasi sosial (Ibrahim,

2005).

Page 71: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

59

Berdasarkan dari filantropi tersebut maka pelaku bisnis yang

memiliki perusahaan besar maupun kecil (korporat) memiliki tanggung

jawab untuk turut mengembangkan masyarakat di sekitarnya untuk

menghindari terjadinya ketimpangan, kesenjangan serta kecemburuan

sosial yang dapat mengakibatkan disharmonisasi sosial.

Trinidad and Tobago Bereau of Standards (TTBS) menyatakan

bahwa Tanggung jawab sosial perusahaan dalam terminologi bahasa

Inggris disebut Corporate Social Responsibility, yang didefinisikan

sebagai “komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara

legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersama dengan

peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komuniti

lokal dan masyarakat secara lebih luas (Sankat, Clement K, 2002 dalam

Budimanta, dkk, 2005)

Sementara menurut The World Business Council for Sustainable

Development (WBCSD) (2002) difahami bahwa definisi Corporate

social responsibility adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam

pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan

perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas

setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka

meningkatkan kualitas kehidupan.

Peningkatan kualitas kehidupan tersebut memiliki arti adanya

suatu itikad baik dari perusahaan untuk meningkatakan kemampuan

masyarakat sekitarnya agar mampu bertahan dengan perubahan yang

ada, mampu berkarya, menikmati serta memanfaatkan lingkungan

hidup. Dengan demikian tujuan dari peningkatkan kualitas kehidupan

tersebut adalah tidak mengurangi keadaan sebelum perusahaan berdiri

Page 72: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

60

serta semaksimal mungkin berusaha meningkatkan daya saing

masyarakat setempat untuk mampu beradaptasi dan bertahan.

Sejalan dengan pandangan tersebut, I Nyoman Tjager (2003)

mengartikan corporate social responsibility sebagai tanggung jawab

moral perusahaan baik terhadap karyawan perusahaan itu sendiri

(internal), maupun di luar lingkungan perusahaan yaitu masyarakat di

sekitar perusahaan (eksternal). Pendapat tersebut menunjukkan adanya

kaitan yang erat antara keberadaan perusahaan dan ketentuan yang

mengikatnya yang dinamakan etika bisnis. Pada satu sisi perusahaan

memiliki orientasi mendapatkan keuntungan (money oriented) namun

di sisi lain perusahaan harus memiliki tanggung jawab dan kepedulian

pada masyarakat sebab perusahaan tersebut berada pada lingkungan

masyarakat dan sedikit banyak telah menimbulkan berbagai dampak

baik positif maupun negatif.

Corporate social responsibility merupakan proses penting dalam

pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari

para stakeholders baik secara internal maupun secara eksternal. Dengan

demikian, tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya terbatas pada

pemberian donor saja, namun konsepnya sangat luas dan tidak bersifat

statis dan pasif, hanya dikeluarkan dari perusahaan, akan tetapi hak dan

kewajiban yang dimiliki bersama antar stakeholders. Drucker (1993)

menyatakan bahwa pendekatan yang diperlukan dalam tanggung jawab

sosial perusahaan adalah holistik dalam usaha bisnis semata bergerak

dari yang bersifat derma menuju ke arah tanggung jawab sosial

perusahaan dan lebih kepada keberlanjutan penanaman sosial

perusahaan. Pertanyaannya adalah bagaimana bentuk penanaman sosial

Page 73: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

61

perusahaan, apa dan kepada siapa yang harus ditanamkan tanggung

jawab sosial yang ada.

Mark Goyder membagi dua bentuk corporate social

responsibility, yaitu yang berbentuk tindakan atas program yang

diberikan terhadap masyarakat dan nilai yang menjadi acuan dari

corporate social responsibility. Bentuk yang pertama merupakan

tindakan terhadap aspek ekternal perusahaan atau kaitannya dengan

lingkungan luar seperti masyarakat dan lingkungan alam. Dengan kata

lain bagaimana perusahaan berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat

sekitarnya.

Bentuk kedua cenderung mengarah pada tipe ideal antara lain:

berupa nilai perusahaan yang dipakai untuk menerapkan atau

mewujudkan tindakan-tindakan yang sesuai dengan keadaan sosial

terhadap masyarakat sekitarnya. Menurut Goyder, interpretasi yang

benar dari corporate social responsibility adalah ekspresi dari tujuan

perusahaan dan nilai-nilai dalam seluruh hubungan yang telah

dibangun. Nilai-nilai yang ada diartikan berbeda dari norma yang ada

dalam perusahaan. Dengan demikian difahami bahwa corporate social

responsibility akan berjalan dengan cara abstrak, di mana nilai-nilai

perusahaan yang menjadi acuan dalam bertindak, atau tindakan nyata

yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan kondisi sosial masyarakat

sekitarnya.

Pada masa lalu perusahaan berada dalam lingkaran kegiatan untuk

menghasilkan keuntungan sebanyak-banyaknya bagi kesejahteraan

perusahaan itu sendiri tanpa mengindahkan kewajiban recovery atas

lingkungan. Pandangan konvensional dari perusahaan mengenai hak

dan kewajibannya tersebut telah menyebabkan beberapa dampak

Page 74: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

62

negatif atas aspek sosial, manusia, lingkungan (terutama pada

perusahaan yang bergerak pada bidang pemanfaatan sumber daya alam)

dan ekonomi itu sendiri, karena secara tidak langsung keberadaan

perusahaan di tengah-tengah masyarakat telah menyebabkan perubahan

bagi pola mata pencaharian penduduk sekitar. Sehingga tidak jarang

masyarakat menjadi miskin dengan keberadaan perusahaan tersebut.

Sejalan dengan berbagai fenomena yang terjadi kemudian lahirlah

konsep pembangunan berkelanjutan yang mengusung niat melakukan

pembangunan yang berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan masa

kini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan untuk

memenuhi kebutuhannya. (Rudito, dkk, 2004).

Pembangunan berkelanjutan harus dibangun atas dasar kerangka

bahwa bisnis akan tumbuh dengan subur di atas masyarakat yang

sejahtera. Karena itu bisnis perlu menyeimbangkan antara aspek

ekonomi berupa mencari keuntungan dan pembangunan sosial dan

perlindungan lingkungan hidup. Sehingga perusahaan dan masyarakat

mendapatkan hasil yang saling menguntungkan. Pembangunan

berkelanjutan mengilhami pelaksanaan corporate social responsibility

yang kemudian dibahas dalam area internasional yaitu pada Konvensi

Rio de Janeiro tahun 1992. Kegiatan industrialisasi besar-besaran pada

masyarakat dunia telah menyebabkan berkurangnya beberapa modal

penting dalam kehidupan yaitu modal lingkungan sebagai implikasi

rusaknya kondisi alam akibat eksplorasi, serta modal sosial yaitu

ketimpangan dan kesenjangan sosial antara perusahaan dan masyarakat

sekitar yang menyebabkan konflik berkepanjangan.

Pendapat tersebut mengusung ide pelestarian lingkungan, dan

bahwa hal tersebut merupakan suatu bentuk penyadaran bagi

Page 75: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

63

perusahaan terutama perusahaan yang berada pada bidang pemanfaatan

sumber daya alam.

Lahirnya corporate social responsibility mendapat tanggapan

kontradiktif dari penganut ekonomi klasik (kapitalis murni), perusahaan

dianggap tidak perlu melakukan kegiatan sosial sebab hal tersebut

merupakan tanggung jawab pemerintah. Perusahaan berpendapat

seperti itu karena perusahaan telah menyerahkan tanggung jawabnya

pada pemerintah secara penuh melalui pajak. Perusahaan hanya

memiliki kewajiban untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-

besarnya yang akan berdampak pada pembayaran pajak yang lebih

besar sebagai pemberian keuntungan bagi negara.

Pendapat tersebut didukung oleh pakar manajemen, Peter

Drucker, yang menyatakan bahwa keterlibatan perusahaan di luar

kegiatan bisnis yang digelutinya, merupakan perluasan kekuasaan para

eksekutif perusahaan yang melampaui kekuasaan mereka di bidang

ekonomi.

Prayogo (2011) menolak pendapat tersebut, dan menyatakan

bahwa bisnis seharusnya tidak hanya mencari keuntungan semata,

namun harus memperhatikan aspek-aspek yang lebih luas dan bahwa

tuntutan-tuntutan yang dikeluarkan oleh masyarakat, saat ini, tidak lagi

boleh dipandang sebagai hambatan oleh perusahaan. Tuntutan-tuntutan

tersebut sewajarnya dipandang sebagai peluang bagi perusahaan untuk

mengembangkan bisnisnya sehingga bisnis dapat berkembang dan

tuntutan masyarakat pun terjawab.

Lambat laun hal tersebut menjadi sebuah kesepakatan bagi

seluruh perusahaan di dunia untuk melakukan tanggung jawab

sosialnya tidak sebatas pada pembayaran pajak, namun perlu ada

Page 76: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

64

penanganan langsung pada masalah-masalah yang dihadapi masyarakat

di lingkungan sekitar perusahaan tersebut.

Pelaksanaan corporate social responsibility menjadi trend

global sebagai agenda bagi tiap-tiap perusahaan terlepas dari tepat atau

tidak tepatnya pelaksanaan CSR tersebut. Di Indonesia, konsep

corporate social responsibility (CSR) mulai menjadi isu hangat namun

belum memasyarakat baik bagi seluruh lingkungan pelaku industri

maupun bagi masyarakat itu sendiri.

Pelaksanaan CSR di Indonesia masih berada pada tahap

pembagian keuntungan yang dipergunakan untuk menjawab felt needs

(keinginan) daripada real needs (kebutuhan nyata) masyarakat. Hal ini

disebabkan banyak perusahaan belum memahami pentingnya

mengetahui dan memfasilitasi kebutuhan nyata masyarakat melalui

pelaksanaan CSR yang tepat. Pelaksanaan CSR yang tidak tepat dapat

menuai permasalahan yang lebih mendalam, dengan kata lain

memecahkan masalah dengan masalah baru. Kecenderungan

perusahaan melaksanakan CSR adalah melalui pemberian derma

berupa sumbangan, padahal hal tersebut berada pada tingkatan terendah

pada kedermawanan. Hendaknya perusahaan melakukan CSR dengan

itikad untuk ”growing bigger together” antara perusahaan dengan

masyarakat setempat. Artinya perusahaan seiring dengan

perkembangannya melakukan pengembangan terhadap masyarakat agar

memiliki kualitas kehidupan yang lebih baik, sehingga perusahaan dan

masyarakat dapat berkembang secara bersama-sama.

Terdapat beberapa tipe pelaksanaan CSR seperti yang

diungkapkan oleh Budimanta, dkk (2007) yaitu:

1. Community relations

Page 77: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

65

2. Community services

3. Community empowering

Community relations; yaitu kegiatan-kegiatan yang menyangkut

pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada

para pihak yang terkait. Dalam kategori ini, program cenderung

mengarah pada bentuk-bentuk kedermawanan (charity) atau filantropis

perusahaan kepada masyarakat, atau pemangku kepentingan lainnya.

Jika semua kegiatan-kegiatan CSR lebih banyak diarahkan pada

kegiatan tersebut maka akan menimbulkan ketergantungan dari

masyarakat lokal kepada perusahaan. Kegiatan-kegiatan CSR yang

ditujukan dalam upaya meredam gejolak di masyarakat dan

dikhawatirkan akan mengganggu hubungan antara perusahaan dengan

masyarakat, juga termasuk dalam kategori ini. Sehingga kegiatan-

kegiatan CSR yang lebih berlandaskan pada community relations

semata, perlu ditunjang dengan kegiatan lainnya yang lebih

memberdayakan. Dari hubungan ini maka perlu dirancang

pengembangan hubungan yang lebih mendalam dan terkait dengan

bagaimana mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah

yang ada di komunitas lokal sehingga perusahaan dapat menerapkan

program selanjutnya.

Tipe kedua adalah community services; merupakan pelayanan

kemasyarakatan dari perusahaan untuk memenuhi kepentingan

komunitas ataupun kepentingan umum lainya. Tipe kategori ini,

kegiatan atau program yang biasa dilakukan adalah pembangunan

secara fisik sektor kesehatan, keagamaan, pendidikan, transportasi dan

sebagainya yang berupa puskesmas, sekolah, rumah ibadah, jalan raya,

sumber air minum, dan sebagainya. Hal pokok dari kategori ini adalah

Page 78: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

66

memberikan kebutuhan yang ada di komunitas dan pemecahan masalah

yang dihadapi oleh komunitas. Idealnya, pelaksana kegiatan ini

dilakukan oleh komunitas sendiri, sedangkan perusahaan hanya

bertindak sebagai fasilitator dari pemecahan masalah yang ada di

komunitas. Sehingga dalam rangka peran fasilitator tersebut,

kebutuhan-kebutuhan yang ada di komunitas dianalisis oleh para

community development officer, kemudian dibuat rencana kegiatannya.

Namun persoalannya, tidak semua perusahaan memiliki sumber daya

manusia yang cukup dan memadai, baik kualitas maupun kuantitas,

yang mendukung kegiatan CSR bersama masyarakat.

Kemudian tipe ketiga adalah community empowering;

merupakan kegiatan-kegiatan dan program-program yang berkaitan

dengan pemberian akses yang lebih luas kepada komunitas untuk

menunjang kemandiriannya. Pada dasarnya, kategori ini melalui

tahapan-tahapan kategori lain seperti melakukan community relation

pada awalnya, yang kemudian berkembang pada community services

dengan segala metodologi penggalian data dan kemudian diperdalam

melalui ketersediaan pranata sosial yang sudah lahir dan muncul di

komunitas melalui program kategori ini. Dalam rangka menunjang

kemandirian masyarakat tersebut, maka dalam setiap tahapan kegiatan

pemberdayaan masyarakat (community empowering), masyarakat harus

dilibatkan sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat

(Ife, 2007).

Relasi industri dengan stakeholder khususnya masyarakat lokal,

tergantung pada jenis industri. Berdasarkan bahan dasar (raw material)

dan teknologi pengolahan maka industri dibedakan menjadi 3 (tiga)

Page 79: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

67

yaitu industri ektratif, industri manufaktur dan jasa. Dalam Tabel 6

nampak bagaimana kecenderungan relasi korporasi-stakeholder.

Tabel 6. Kecenderungan Relasi Korporasi-Stakeholder

Industri Komunitas Lokal Pekerja Konsumen

Ektraktif

Eksploitasi atas

sumber alam /

komunitas lokal

Kategori 1:

resistensi tinggi,

rentan konflik

hingga ke bentuk

kekerasan,

sumber konflik

utamanya berkait

dengan sumber

ekonomi

Kategori 2:

resistensi sedang,

tidak terlau rentan

terhadap konflik,

secara umum

kesejahteraan

pekerja sangat

baik

Kategori 3:

resistensi rendah,

konflik jarang

terjadi,

terkecuali bentuk

boikot produk

terkait

pencemaran

lingkungan dan

HAM

Manufaktur Eksploitasi atas

pekerja

Kategori 2:

resistensi sedang,

tidak terlalu

rentan konflik

terkecuali

berkaitan dengan

masalah

lingkungan

Kategori 1:

resistensi tinggi,

sangat rentan

konflik, karena

ekstra marjin

diperoleh melalui

minimalisasi upah

Kategori 2:

resistensi rendah,

jarang konflik,

terkecuali

keluhan atas

kualitas produk

Jasa

Eksploitasi atas

konsumen

Kategori 3:

resistensi rendah,

jarang konflik,

interkasi dan

silang

kepentingan

jarang terjadi

Kategori 2:

resistensi sedang,

tidak terlalu

rentan konflik

terkecuali

perusahaan yang

bermasalah

dengan

manajemennya

Kategori 1:

resistensi tinggi,

sangat rentan

konflik, ekstra

marjin diperoleh

dari selisih

kualitas jasa

dengan harga

Sumber: Prayogo, 2007

Berdasarkan tabel 6 nampak bahwa relasi antara korporasi-

stakeholder berkaitan dengan penelitian ini masuk dalam kategori 1.

Dalam kategori 1 nampak bahwa relasi yang terjadi antara jenis industri

ektratif dan masyarakat lokal cenderung ’resistensi tinggi dengan

Page 80: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

68

masyarakat lokal, kerentanan konflik terjadi hingga ke bentuk

kekerasan, sedangkan sumber konflik utamanya adalah ekonomi.

Kemudian kegiatan-kegiatan corporate social responsibility

(CSR) ditengarai merupakan operasionalisasi dari upaya membangun

hubungan yang baik dengan stakeholder, khususnya masyarakat lokal.

Persoalannya adalah apakah kegiatan tanggungjawab sosial perusahaan

tersebut dapat menjadi media dan konteks hubungan antara korporasi

dengan masyarakat lokal. Berikut adalah tabel yang menggambarkan

operasionalisasi kegiatan CSR dengan konsep Keadilan dan

Pemerataan yang diungkapkan oleh Prayogo (2008:156-157).

Tabel 7. Operasionalisasi Konsep ”Keadilan dan Pemerataan”

Tingkat

Justice and

Equity

Operasionalisasi

Philanthropy Charity korporasi sebagi donor, komunitas sebagai residual,

prinsip sukarela, secara politik ditujukan agar tidak mengganggu

proses produksi, pendekatan conservatism, jauh dari prinsip

justice and equality

Share of profit Korporasi dominan, jumlah keuntungan dan prosentasi

pembagian ditentukan sepihak oleh korporasi, komunitas sudah

masuk sebagai primary stakeholders, kewajiban korporasi hanya

pada pembagian keuntungan, equality mulai berjalan namun hak

komunitas secara prinsip belum tersentuh.

Share of Cost of

Production

Komunitas merupakan bagian integratif dalam sistem produksi,

biaya CSR, dan CD dimasukan dalam biaya produksi, equality

bagian dari cost of production, prinsip equality mulai tercapai

namun justice belum, posisi korporasi masih lebih di atas

komunitas

Share of

ownership

Justice and equality sudah ditegakkan, ’hak’ komunitas lokal ditegaskan dalam prosentase pemilikan dan pembagian

keuntungan, namun resiko kerugian turut pula ditanggung

komunitas, posisi komunitas dan korporasi sejajar dalam praktek

tambang

Sumber: Prayogo (2008:156-157)

Page 81: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

69

Prayogo (2008) memetakan tingkat keadilan dan pemerataan

yang dilakukan oleh perusahaan melalui tanggung jawab sosial

perusahaan. Tingkat terendah kegiatan tanggungjawab sosial

perusahaan adalah hanya dorongan philantropic, dengan dominasi

kegiatan yang bersifat bantuan (charity). Sedangkan tingkat yang

tertinggi adalah share of ownership, dimana hal ini terjadi apabila

posisi hubungan antara korporasi dengan masyarakat lokal adalah

sejajar. Dalam praktiknya kesejajaran relasi antara korporasi dengan

masyarakat lokal tersebut hingga saat ini masih sulit terwujud.

C. Operasionalisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan:

Konsepsi Strukturasi

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa pelaksanaan

kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan kewajiban yang

harus dilakukan oleh perusahaan, apalagi pada industri ektraktif yang

memafaatkan sumber daya alam, sebagaimana tertuang dalam UU No

40 tahun 2007 tentang Perusahaan Terbatas, serta PP No 47 tahun 2012

tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.

Bahkan pada sejumlah daerah di Indonesia baik provinsi maupun kota-

kabupaten, kebijakan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan

tersebut coba dioperasionalkan dalam peraturan daerah, atau setidaknya

seiring dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah kota dan

kabupaten. Dalam konsepsi teori strukturasi (Giddens, 1979) maka

kebijakan nasional ataupun peraturan daerah tersebut dapat dipahami

sebagai salah satu dimensi struktur, yaitu legitimasi. Walaupun

pengertian legitimasi tersebut tidak semata yang tertulis, namun juga

Page 82: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

70

sesuatu yang diikuti dan menjadi media terjadinya praktik-praktik

sosial. Sebagaimana dikemukakan oleh Giddens, bahwa struktur

dikonsepsikan sebagai aturan ‘rules’ dan sumber daya ‘resources’ yang

memungkinkan praktik sosial hadir di sepanjang ruang dan waktu

(Gidden, 1986), juga seperti yang diungkapkan oleh Giddens dalam

Ritzer & Goodman (2003) yaitu: Structure is made possible by

existence of rule and resources; structures themselves do not exist in

time and spaces. Artinya struktur hanya mungkin mewujud dalam

bentuk aturan dan sumber daya, struktur itu sendiri tidak terbatas dalam

ruang dan waktu. Dengan demikian kebijakan mengenai tanggung

jawab sosial dan perusahaan dapat dipandang sebagai struktur, dengan

sifatnya yang melintasi ruang dan waktu.

Hingga saat ini masih sangat jarang, atau dengan kata lain

masih sulit ditemui penelitian-penelitian yang secara khusus

menggunakan konsepsi strukturasi untuk mengkaji fenomena sosial.

Dalam bagian berikut ini akan coba diuraikan kaitan isyu mengenai

tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat lokal dengan

menggunakan teori strukturasi.

Teori strukturasi berkait dengan persoalan agen dan struktur

yang dapat ditengarai sebagai salah satu isyu yang fundamental dalam

teori sosial, khususnya dalam Teori Modern (Ritzer & Goodman,

2003). Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan sosial masyarakat pada

dasarnya tidak dapat dipisahkan dari dua faktor tersebut. Lebih jauh,

Jenkins (2010) menambahkan, satu-satunya masalah yang masih

bertahan dalam teori-teori sosial adalah tidak dapat menyatukan

masalah agen dan struktur. Dalam perkembangan teori-teori sosial,

terdapat upaya-upaya untuk mengintegrasikan agen dan struktur, dan

Page 83: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

71

salah satu upaya yang paling terkenal adalah upaya yang dilakukan

oleh Anthony Giddens melalui teori strukturasi (Giddens, 1986; Ritzer

& Goodman, 2003).

Teori Strukturasi Giddens dipandang sebagai terobosan baru

dalam wilayah teori sosial karena menyuguhkan suatu elaborasi

pemikiran yang dikemas secara menarik, dan muncul sebagai solusi

untuk menutup kekurangan dari teori-teori sosial yang ada. Teori

Strukturasi Giddens berupaya memberi jalan tengah dan menjembatani

dua kutub teori besar mikro-makro, naturalistik-humanis, atau agen-

struktur. Giddens melihat bahwa ilmu-ilmu sosial dijajah oleh gagasan

dualisme agen versus struktur, dimana agen dan struktur dipahami

dalam keadaan terpisah dan dianggap merepresentasikan sifat-sifat dan

kekuatan-kekuatan yang berbeda (Priyono 2002:18). Lebih lanjut,

menurutnya adalah suatu kesalahan besar, bahwa dalam studi-studi

sosiologi kebanyakan menggunakan gagasan tersebut sebagai titik

permulaan. Bagi Giddens, obyek utama dalam ilmu sosial bukanlah

‘peran sosial’ seperti fungsionalisme Parsons, bukan ‘kode

tersembunyi’ seperti dalam interkasionisme-simbolis Goffman. Bukan

keseluruhan (totalitas), bukan sebagian, bukan struktur, dan bukan juga

agen perorangan, melainkan titik temu di antara keduanya, seperti yang

dikemukakan oleh Giddens (1986:25) sebagai berikut “the constitution

of agents and structure are not two independently given sets

phenomenon, a dualism, but represent a duality...”

Dapat dipahami, hubungan antara agen dan struktur berupa

relasi dualitas bukan dualisme. Dualitas itu terjadi dalam praktik sosial

yang berulang dan terpola dalam dalam lintas ruang dan waktu

(Giddens 1986:2). Dalam pemikiran Giddens, agen dan struktur tidak

Page 84: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

72

dapat dipahami dalam keadaan saling terpisah satu sama lain, namun

diibaratkan sebagai dua sisi dari satu keping uang logam

Dengan demikian, teori strukturasi dapat dilihat sebagai suatu

upaya dalam mengintegrasikan agen dan struktur melalui cara yang

tepat, dan dimaksudkan untuk menjelaskan dualitas dan hubungan

dialektika antara agen dan struktur (Bernstein, 1989). Walaupun,

Giddden mengatakan bahwa struktur tidak menentukan agen, dan

sebaliknya agen juga tidak menentukan struktur, namun sesungguhnya

baik struktur maupun agen tidak akan ada tanpa kehadiran yang

lainnya. Oleh karena itu, hubungan antara keduanya harus dilihat

sebagai sebuah ‘sejarah, proses, dan persoalan dinamis’ (Ritzer &

Goodman, 2003).

Lebih jauh, Gidden (2010:17) menerangkan pandangan tentang

struktur dalam bukunya “The Constitution of Society: Outline of the

Theory of Structuration,” bahwa Gidden tidak melihat struktur sebagai

bingkai eksternal yang menekan agen, melainkan lebih sebagai bingkai

yang memungkinkan dilakukannya praktik sosial melintasi ruang dan

waktu. Lebih lanjut, Giddens menegaskan kembali bahwa kreasi antara

agen dan struktur pada dasarnya harus dilihat sebagai relasi “dualitas

struktur,” dimana terjadi hubungan koheren di dalamnya: struktur

bertindak sebagai medium, dan sekaligus sebagai hasil perulangan

praktik sosial (Kaspersen 2000, 379). Melalui relasi dualitas inilah,

masyarakat secara konstan dibentuk dalam proses strukturasi yang

dilakukan terus menerus melalui perulangan praktik sosial (social

practice).

Relasi antara perusahaan dengan masyarakat setempat melalui

kegiatan atau operasionalisasi tanggung jawab sosial dapat dijelaskan

Page 85: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

73

sebagai praktik-praktik sosial yaitu antara masyarakat lokal dengan

pihak perusahaan melalui suatu ‘struktur’ tanggung jawab sosial

perusahaan. Namun demikian, pernyataan tersebut tidak sesederhana

dan secepat itu. Oleh karena itu perlu uraian penjelasan lebih jauh lagi

mengenai makna praktik sosial itu sendiri.

Dalam mendefinisikan konsep praktik sosial ---yang merupakan

inti Teori Strukturasi—Giddens menggunakan konsep-konsep inti dari

filsafat sosiologi klasik dan modern, seperti: konsep agen, konsep

struktur, dan konsep lainnya sebagai bagian tak terpisahkan satu sama

lain. Giddens mendefinisikan dan memformulasikan kembali beberapa

konsep dalam hubungan saling bergantung, dan kemudian

dikombinasikan untuk menyatakan suatu praktik sosial. Berikut ini

adalah penjelasan mengenai konsep-konsep yang dimaksud.

1. Konsep Agen

Gidden menegaskan bahwa suatu masyarakat terdiri atas praktik-

praktik sosial yang diproduksi dan direproduksi melintasi ruang dan

waktu (Kaspersen 2000:379). Maka dari itu, menurutnya penting untuk

mendefinisikan praktik sosial, menggunakan konsep yang tidak

memperlakukan agen melebihi struktur ataupun sebaliknya. Teori

strukturasi menekankan ketidakterpisahan agen-struktur dalam sebuah

hubungan “mutually constitutive.” Agen dan struktur saling jalin-

menjalin tanpa terpisahkan dalam praktik sosial manusia. Dia

memulainya dengan menekankan pada definisi dari konsep agen. Agen

adalah orang-orang yang terlibat dalam arus kotinu tindakan (Priyono,

2002:19). Giddens (2010) melihat agen sebagai “pelaku dalam praktik

Page 86: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

74

sosial”, agen dapat dilihat sebagai individu perorangan ataupun sebagai

kelompok. Agen atau ‘pelaku praktik sosial’ dalam kegiatan tanggung

jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat lokal adalah perusahaan

dan masyarakat lokal.

Kemudian untuk memunculkan praktik sosial seperti kegiatan

tanggung jawab sosial perusahaan maka dipersyaratkan dua faktor

penting, yaitu rasionalisasi dan motivasi dari agen atau pelaku.

Sebagaimana dikemukakan oleh Giddens (2010) bahwa untuk

melahirkan praktik sosial, agen membutuhkan dua faktor penting yaitu:

rasionalisasi dan motivasi. Rasionalisasi (Gidden, 2010) adalah

mengembangkan kebiasaan sehari-hari yang tidak hanya memberikan

perasaan aman kepada agen, tetapi juga memungkinkan mereka

menghadapi kehidupan sosial mereka secara efisien. Sedangkan,

motivasi meliputi keinginan dan hasrat yang mendorong praktik sosial.

Jadi, sementara rasionalisasi terus menerus terlibat dalam praktik

sosial, motivasi dapat dibayangkan sebagai potensi untuk bertindak.

Lebih lanjut, Giddens (2010: 10-12) membedakan tiga dimensi

internal agen dalam bentuk kesadaran praktis ‘practical consciousness’,

kesadaran diskursif ‘discursive consciousness’, dan motivasi tak sadar

‘unconciusmotives’. Agen dianggap memiliki pengetahuan tentang

sebagian besar tindakannya, dan pengetahuan ini diekspresikan sebagai

kesadaran praktis (Kaspersen 2000:380). Kesadaran praktis menunjuk

pada gugus pengetahuan praktis yang tidak selalu dapat diuraikan

(Priyono 2002: 29). Diam saat kita masuk tempat ibadah adalah salah

satu contoh kesadaran praktis. Gugus pengetahuan ini merupakan

sumber rasa aman ontologis ‘ontological security’ (Giddens 2010:77).

Melalui gugus pengetahuan praktis ini, kita tahu bagaimana

Page 87: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

75

melangsungkan hidup sehari-hari tanpa harus mempertanyakan terus-

menerus apa yang akan terjadi atau yang harus dilakukan. Demikian

pula, kita hampir tidak pernah bertanya mengapa kita menghentikan

mobil ketika lampu lalu lintas sedang berwarna merah. Rutinitas hidup

personal dan sosial terbentuk melalui kinerja kesadaran praktis ini

(Priyono 2002: 29). Sebaliknya, kesadaran diskursif mengacu pada

serangkaian kapasitas pengetahuan yang kita miliki dalam

merefleksikan dan memberikan penjelasan serta eksplisit mengenai

tindakan yang kita lakukan (Priyono 2002:28). Selain memungkinkan

kita untuk memformulasikan penjelasan, kesadaran diskursif juga

memberikan kesempatan kepada agen untuk mengubah pola

tindakannya (Karpersen 2000:380). Di samping itu, Giddens

menambahkan bahwa tidak semua motivasi dari tindakan agen dapat

ditemukan pada tingkat kesadaran. Giddens memakai motivasi tak

sadar sebagai pemicu terhadap beberapa tindakan agen. Motivasi tak

sadar menyangkut keinginan atau kebutuhan yang berpotensi

mengarahkan tindakan, tetapi bukan tindakan itu sendiri. Sebagai

contoh, sangat jarang ‘tindakan’ kita ke tempat kerja digerakkan oleh

motif mencari uang, kecuali mungkin pada hari gajian (Priyono 2002:

28). Dari tiga dimensi di atas, kesadaran praktis dinilai menentukan

dalam memahami kehidupan sosial, dan merupakan kunci untuk

memahami proses bagaimana berbagai praktik sosial kita lambat laun

menjadi struktur, dan bagaimana struktur itu memampukan praktik

sosial yang kita lakukan. Dengan demikian, dapat kita lihat reproduksi

sosial berlangsung lewat keterulangan praktik sosial yang jarang kita

pertanyakan (Priyono 2002:29)

Page 88: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

76

Satu hal lagi yang perlu disinggung dalam hubungannya dengan

agen adalah melalui praktik sosial yang berulang-ulang yang dilakukan

oleh agen, tidak hanya struktur yang diciptakan, tetapi juga refleksifitas

(kesadaran). Refleksivitas ini memungkinkan agen untuk memonitor

aliran yang terus menerus dari aktifitas dan kondisi struktural yang

dihadapi oleh agen. Dengan menekankan pada kesadaran ini, Giddens

sebenarnya sangat menekankan arti pentingnya praktik sosial.

Meminjam gagasan Erving Goffman, dia mengemukakan bahwa

sebagai agen, kita mempunyai kemampuan untuk berintrospeksi dan

mawas diri ‘reflexive monitoring of conduct’ (Priyono 2002: 30).

Dengan kata lain, teori strukturasi memberikan agen kemampuan untuk

mengubah situasi, artinya teori ini mengakui besarnya peran agen

dalam menentukan suatu praktik sosial. Hal ini sangat erat dengan

refleksi Gidden (1979: 210) bahwa perubahan selalu terlibat dalam

proses strukturasi betapapun kecilnya perubahan itu. Perubahan terjadi

ketika kapasitas memonitor (mengambil jarak) ini meluas sehingga

berlangsung ‘de-rutinisasi’. Derutinisasi menyangkut gejala, dimana

struktur yang selama ini menjadi aturan dan sumber daya atas praktik

sosial kita, tidak lagi memadai untuk dipakai sebagai prinsip

pemaknaan dan pengorganisasian berbagai praktik sosial yang sedang

berlangsung, atau pun yang sedang diperjuangkan agar menjadi praktik

sosial baru (Priyono 2002: 30). Yang kemudian terjadi adalah

keusangan struktur. Dengan kata lain, perubahan struktur berarti

perubahan skemata agar lebih sesuai dengan praktik sosial yang terus

berkembang.

Dalam tulisannya, Giddens seringkali menggunakan kata agensi

dan praktik sosial secara bergantian, ia melihat agensi sebagai

Page 89: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

77

fenomena tersendiri, namun dia melihatnya dengan cara memandang

bahwa:

Action as a flow of events, pervaing society in a never-ending

process thats is analogous to processes of thought an cognition

that constanly pervade our minds. Action is a flow without start

or finish in short, a structuration process (Kaspersen, 2000:

381).

Dapat dipahami bahwa, pengertian mengenai agensi adalah

merujuk pada tindakan yang dilakukan oleh agen secara terus-menerus

dan berkesinambungan. Agensi berkaitan dengan peristiwa-peristiwa

yang pelakunya adalah agen dalam rangkaian perilaku tertentu. Apapun

yang terjadi, tidak akan terjadi jika agen tidak terlibat di dalamnya.

Dalam Central Problem in Social Theory, Giddens (1979:9)

menjelaskan bahwa agensi tidak mengacu pada serangkaian tindakan

terpisah yang digabung bersama-sama, namun lebih mengarah pada

perilaku yang berlangsung secara berkesinambungan, yang diwujudkan

dalam bentuk “praktik sosial”. Dengan kata lain, agensi adalah praktik

sosial.

2. Konsep Struktur

Salah satu konseptual penting dari teori strukturasi Giddens terletak

pada pemikiran tentang struktur dan dualitas struktur. Giddens (1986)

menyatakan bahwa struktur bukanlah benda, melainkan suatu skemata

yang hanya tampil dalam dan melalui praktik sosial.

Dengan kata lain, struktur itu bersifat maya ‘virtually’, artinya

hanya hadir di dalam dan melalui aktivitas agen manusia, serta ada

dalam pikiran manusia, yang digunakan hanya ketika kita bertindak,

Page 90: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

78

sebagaimana yang dikemukakan oleh Giddens dalam Kaspersen (2000:

381), Structure does not exist, it is continuously produced via agents

who draw on this very structure when they act. Struktur, oleh Giddens,

dikonsepsikan sebagai aturan ‘rules’ dan sumber daya ‘resources’ yang

memungkinkan praktik sosial hadir di sepanjang ruang dan waktu

(Gidden 1984: 17), seperti yang diungkapkan oleh Giddens dalam

Ritzer & Goodman (2003) yaitu: Structure is made possible by

existence of rule and resources; structures themselves do not exist in

time and spaces. Artinya, struktur hanya akan terwujud dengan adanya

aturan dan sumber daya. Struktur didefinisikan sebagai “properti-

properti yang berstruktur (aturan-aturan dan sumber daya) ... properti

yang memungkinkan praktik sosial serupa untuk eksis di sepanjang

ruang dan waktu” (Giddens 1984: 17). Giddens (1989:256) berpendapat

bahwa “struktur hanya ada di dalam dan melalui praktik sosial”.

Sementara, aturan adalah kesepakatan sosial tentang bagaimana harus

bertindak, dan sumber daya itu mengacu pada kapabilitas untuk

membuat sesuatu terjadi (Giddens, 2010: 28).

Perlu dicatat, struktur itu mengatasi ruang dan waktu, artinya

struktur tidak ada dalam ruang dan waktu, sedangkan praktik sosial

hanya ada dan berlangsung di dalam ruang dan waktu (Priyono

2002:19).

Lebih jauh, Giddens (2009: 65) menggarisbawahi, struktur

adalah aturan dan sumber daya yang terbentuk dari dan memediasi

perulangan praktik sosial. Dualitas struktur terletak pada proses dimana

“struktur sosial merupakan hasil ‘outcome’ dan sekaligus menjadi

sarana ‘’medium’ praktik sosial (ibid: 7). Artinya, dualitas agen dan

struktur terletas pada fakta bahwa suatu struktur yang menjadi prinsip

Page 91: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

79

praktik-praktik sosial di berbagai tempat dan waktu adalah merupakan

suatu hasil perulangan dan terus menerus dari berbagai praktik sosial

yang kita lakukan, dan sebaliknya, struktur menjadi medium bagi

berlangsungnya praktik sosial kita (Priyono 2002: 22). Agen dan

struktur melakukan interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lain.

Inilah yang disebut dualitas struktur. Melalui dualitas struktur inilah,

hubungan antara agen dan struktur dapat terlihat jelas. Agen dengan

jangkauan pengetahuan yang dimiliki dapat menjadikan struktur

sebagai acuan dalam bertindak dan mengubah serta mereproduksi

struktur melalui praktik sosial yang sudah bersifat rutin. Struktur secara

aktif diproduksi, direproduksi, dan diubah oleh agen yang dilihat

sebagai aktor yang memiliki kemampuan.

Seperti telah disinggung, struktur dalam kehidupan sosial

diidentifikasikan ke dalam dua aspek yakni: sebagai aturan dan sumber

daya. Aspek pertama, sebagai aturan, struktur adalah suatu prosedur

yang dijadikan sebagai pedoman oleh agen dalam menjalankan

kehidupan sosialnya (Giddens, 1984). Terkadang interpretasi dari

aturan dituliskan dalam bentuk hukum atau aturan birokratis. Demikian

pula, aturan struktural dapat direproduksi oleh agen dalam suatu

masyarakat, atau dapat diubah melalui perkembangan pola baru dari

suatu interaksi. Aspek kedua dari struktur adalah sumber daya, yang

juga terjadi melalui praktik sosial, dan dapat diubah atau dipertahankan

olehnya.

Struktur sebagai sumber daya dibedakan menjadi dua yaitu

sumber daya alokatif ‘allocative’ dan sumber daya kewenangan

‘authoritative’ (Haralombos, et al, 2004, 969). Yang dimaksud dengan

sumber daya allocative adalah kegunaan dari gambaran materi dan

Page 92: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

80

benda-benda untuk mengotrol serta menggerakkan pola interaksi dalam

suatu konteks. Sumber daya alokatif menakup bahan mentah, tanah,

teknologi, alat-alat produksi, pendapatan, dan harta benda. Bagi

Giddens, sumber daya tidak begitu saja ada atau disediakan oleh alam,

namun hanya melalui praktik sosial, sumber daya itu hadir. Sama

halnya, tanah tidak serta merta merupakan sumber daya sampai

seseorang mengolahnya untuk suatu kepentingan. Sedangkan, yang

dimaksud dengan sumber daya authoritative adalah kemampuan untuk

‘mengontrol’ dan mengarahkan pola-pola interaksi dalam suatu

konteks. Sumber daya ini mencakup keterampilan, pengetahuan ahli,

posisi di lembaga atau organisasi, dominasi, dan legitimasi. Dengan

kata lain, mereka menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk

membuat orang lain menurut dan melakukan keinginan atau

perintahnya. Dengan cara ini, manusia menjadi suatu sumber daya yang

dapat digunakan oleh lainnya. Giddens (1993) menformulasikan

konsep struktur, sistem dan strukturasi sebagai berikut:

Gambar 1. Struktur, Sistem dan Strukturasi

Struktur Sistem Strukturasi Aturan dan sumber daya

atau seperangkat relasi

transformasi,

terorganisasi sebagai

kelengkapan-

kelengkapan dari

sistem-sistem sosial

Relasi-relasi yang

direproduksi di antara

para aktor atau

kolektivitas,

terorganisasi sebagai

praktik-praktik sosial

reguler.

Kondisi-kondisi yang

mengatur keterulangan

atau transformasi

struktur-struktur, dan

karenanya reproduksi

sistem-sistem sosial itu

sendiri

Terlepas dari hal tersebut, struktur menurut Giddens (1984),

dapat disimpulkan sebagai struktur yang memungkinkan agen untuk

Page 93: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

81

melakukan praktik sosial “struktur berfungsi sebagai peluang pada

agen,” dan bukan struktur yang memaksa, menekan, dan

mengendalikan praktik sosial “stuktur berfungsi sebagai pembatas,”

sebagaimana yang didefinisikan oleh para ahli yang menganut paham

konvensional terdahulu.

3. Konsep Dualitas Struktur dan Praktik Sosial

Dalam sebuah wawancara, Anthony Giddens pernah ditanya

tentang tujuan seluruh proyek kerjanya selama dua puluh tahun terakhir

ini. Ia menjawab, “Saya ingin melakukan tiga hal: menafsir ulang

pemikiran sosial, membangun kembali logika serta metode ilmu-ilmu

sosial, dan mengajukan analisis tentang munculnya lembaga-lembaga

modern.” (Priyono, 2000:16) Apa yang diinginkan Giddens ternyata

bukanlah mimpi kosong karena ia telah menghasilkan satu terobosan

penting tidak hanya bagi sosiologi, namun juga bagi ilmu-ilmu sosial

pada umumnya. Salah satu kontribusinya adalah teori strukturasi.

Teori ini muncul, menurut Giddens, dari ketiadaan teori

tindakan dalam ilmu sosial. (Giddens, 1979) .Ini bukan berarti bahwa

para teoritisi tidak mempunyai teori tentang tindakan. Erving Goffman,

misalnya, menggagas ‘pelaku dan tindakannya’ mirip seperti pemain

Srimulat yang bermain spontan tanpa naskah. Sebaliknya, Talcott

Parsons melihat pelaku dan tindakannya seperti mantan Menteri

Penerangan Indonesia, Harmoko, yang bertindak “menurut petunjuk

bapak presiden.” (Priyono, 2003:7-8) Yang pertama cenderung

menafikan bingkai struktural, sedangkan yang kedua menisbikan

kapasitas bebas pelaku. Kedua kecenderungan inilah yang menguasai

Page 94: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

82

dunia ilmu sosial ketika Giddens membangun teorinya. Ada dualisme

yang menggejala.

Akar dualisme tersebut terletak dalam kerancuan kita melihat

objek kajian ilmu sosial. Menurut Giddens, objek utama ilmu sosial

bukanlah ‘peran sosial’ seperti dalam fungsionalisme Parsons, bukan

‘kode tersembunyi’ seperti dalam strukturalisme Levi-Strauss, bukan

pula ‘keunikan-situasional’ seperti dalam interaksionisme Goffman.

Bukan keseluruhan, bukan bagian, bukan struktur, dan bukan pelaku-

perorangan, melainkan titik temu keduanya, yaitu “praktik sosial yang

berulang serta terpola dalam lintas ruang dan waktu” (ibid, 2003: 17).

Kritik Giddens terhadap fungsionalisme setidaknya terangkum

dalam tiga hal. Pertama, fungsionalisme memberangus fakta bahwa

kita anggota masyarakat bukan orang-orang dungu. Kita tahu apa yang

terjadi disekitar kita, dan bukan robot yang bertindak berdasarkan

“naskah” (peran) yang sudah ditentukan. Kedua, fungsionalisme

merupakan cara berpikir yang mengklaim bahwa sistem sosial punya

kebutuhan yang harus dipenuhi. Bagi Giddens, sistem sosial tidak

punya kebutuhan apa pun. Yang punya kebutuhan adalah kita para

pelaku. Ketiga, fungsionalisme membuang dimensi waktu (time) dan

ruang (space) dalam menjelaskan gejala sosial.

Kritik terhadap strukturalisme ada pada poin pokoknya bahwa

apa yang utama dalam analisis sosial adalah menemukan ‘kode

tersembunyi’ yang ada di balik gejala kasat mata. Kode tersembunyi itu

yang disebut struktur. Tindakan dan ruang dalam ruang dan waktu

tertentu hanyalah suatu kebetulan. Contohnya, kalau mau memahami

gejala dalam masyarakat kapitalis, kita harus mengarahkan perhatian

Page 95: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

83

bukan pada perilaku modal atau konsumen, melainkan pada logika

internal kinerja modal (ibid, 2003: 15).

Jadi, antara kedua perspektif di atas ada kesejajaran, yaitu

pengebawahan pelaku dan tindakan pelaku pada totalitas gejala.

Pelaku, tindakan pelaku, waktu, ruang dan proses tindakan dianggap

sebagai kebetulan. Dalam kritik Giddens, perspektif fungsionalis dan

strukturalis merupakan “penolakan yang penuh skandal terhadap

subyek” (ibid, 2003: 38).

Konsep strukturasi memusatkan perhatian pada hubungan

dialektika antara agen dan struktur (Giddens 1984: 23). Seperti telah

dijelaskan, tidak ada struktur tanpa agen dan juga sebaliknya, tidak ada

agen tanpa struktur. Pembahasan Giddens atas konsep agen dan

struktur menjadi basis bagi teori strukturasinya. Demikian pula,

konsepnya tentang agensi memandang agen sebagai subjek bebas

sepenuhnya. Giddens mengikuti jalan yang ditempuh agen untuk

menciptakan dirinya sendiri melalui partisipasi dalam praktik-praktik

sosial yang terus berlangsung.

Giddens mengemukakan definisi struktur yang tak lazim,

berbeda dengan pola Durkheimian dan Parsonian tentang struktur yang

lebih bersifat memaksa, mendesak, atau mengendalikan ‘constraining’

dimana struktur dipandang sebagai suatu benda di luar dan bersifat

memaksa agen. Oleh sebab itu, Giddens berupaya menghindarkan

kesan bahwa struktur berada “diluar” atau “eksternal” terhadap agen.

Dengan kata lain, objektivitas struktur tidak bersifat eksternal

melainkan melekat pada praktik sosial yang kita lakukan (Priyono

2003: 23). Dalam mengindari konsepsi struktur sebagai bingkai

eksternal, Giddens pun menekankan bahwa struktur itu bersifat

Page 96: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

84

memungkinkan agen melakukan praktik sosial ‘enabling’, struktur

yang berfungsi memberikan pada agen peluang. Karena itulah, Giddens

melihat struktur sebagai ‘medium’ dan ‘outcome’ seperti yang

dikemukakan oleh Giddens (1984:25), inilah yang dimaksud dengan

dualitas struktur.

The constitution of agents and structures are not two

independently given sets phenomena, a dualism, but represent a

duality...the structural properties of social systems are both the

medium an outcome of the practices they recursively organise

Dapat disimpulkan bahwa strukturasi, menurut Giddens,

merupakan suatu proses yang berkaitan dengan produksi dan

reproduksi struktur, sehingga dapat dikatakan bahwa struktur dalam

kerangka teori strukturasi, sesungguhnya bersifat dinamis karena

dikonstruksikan kembali oleh agen.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, hubungan antara konsep

agen dan struktur saling bergantung sama lain, dan dikombinasikan

untuk menyatakan suatu praktik sosial. Melalui penjelasan sebelumnya,

dapat dipahami bahwa yang menjadi inti dari teori strukturasi Giddens

(2010:3) adalah “praktik sosial yang berulang”, sebagaimana yag

dikemukakan dalam buku “The Constitution of Society: Outline of the

Theory of Structuration” bahwa

The basic domain of study the social science, according to the

theory of structuration, is neither the experience of the

individual actor, nor the existence of any form of social totality,

but social practices ordered across space and time. Human

social activities, like some self-reproducing items in nature, are

recursive. This is to say, they are not brought into being by

social actors but continually recreated by them via the very

means whreby they themselves as actors. In and through their

Page 97: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

85

activities agents reproduce the conditions that make these

activities possible.

Demikianlah, Giddens memandang praktik-praktik sosial yang

terus berlangsung sebagai segi analitis terpenting dalam teori

strukturasinya. Dalam mengokohkan teori strukturasi, Giddens (2010:

135) melihat bagaimana praktik sosial itu dilakukan terus-menerus atau

dikokohkan, dan bagaimana mereka direproduksi. Dalam bahasa

Giddens (1990:38), “praktik sosial itu dikaji dan diperbarui terus-

menerus menurut infomasi baru, yang kemudian pada gilirannya

mengubah praktik sosial tersebut secara konstitutif”. Kemudian,

Giddens juga melihat adanya interaksi antara agen dan struktur dalam

suatu praktik sosial, yang kemudian dinyatakan dalam kebiasaan atau

rutinitas, dan direproduksi dalam kehidupan sosial, seperti yang

diungkapkan dalam Giddens (2010).

How practice are continued or enduring, and how they are

reproduced. As a result, social action and interaction as ‘tacitly enacted practices’ become ‘instituions or routine’ and ‘ reproduce familiar of social life”.

Dengan demikian, praktik sosial dianggap sebagai basis yang

melandasi keberadaan agen dan masyarakat. Untuk terlibat dalam

praktik-praktik sosial, seorang agen harus mengetahui apa yang ia

kerjakan, meskipun pengetahuan tersebut biasanya tak terucapkan. Di

sini terlihat, sebelum terlibat dalam sebuah praktik sosial maka

seseorang diasumsikan telah memiliki pengetahuan praktis mengenai

peraturan yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan sosial. Artinya,

praktik sosial yang dilakukan berlandaskan atas pengetahuan dan

Page 98: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

86

kesadaran praktis, dan akan diproduksi atau direproduksi oleh agen

berdasarkan aturan-aturan dan sumber daya yang terdapat di dalam

struktur. Lebih jauh, salah satu proposisi penting dalam teori strukturasi

Giddens adalah, melalui praktik sosial yang dilakukan secara berulang-

ulang atau terus-menerus itulah, struktur diciptakan. Begitu sebaliknya,

struktur merupakan medium yang memungkinkan munculnya praktik

sosial.

Hal itu berarti bahwa di satu sisi ada agen yang melakukan

praktik sosial dalam konteks tertentu, dan di sisi lainnya ada aturan dan

sumber daya yang memediasi praktik sosial tersebut dan pada

gilirannya, melalui praktik sosial tersebut akan terbentuk struktur baru

yang selanjutnya mengorganisasi praktik sosial yang dilakukan oleh

agen. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa tanpa praktik sosial, maka

struktur tidak akan terbentuk. Dan sebaliknya, struktur terbentuk dari

pola-pola praktik sosial yang berulang-ulang, yang dilakukan melalui

aturan dan sumber daya tertentu. Dengan kata lain, praktik sosial

menurut Giddens adalah praktik sosial yang mengintegrasikan agen dan

struktur.

Dalam hubungan dengan pelaksanaan praktik sosial,

keterlibatan konsep ruang dan waktu merupakan tuntutan yang tidak

dapat ditawar. Ini juga yang membuat Giddens menamakan teorinya

sebagai strukturasi, sebagaimana setiap akhiran ‘is-(asi) menunjuk pada

kelangsungan proses. Artinya, ruang dan waktu merupakan unsur yang

tidak bisa tidak bagi terjadinya peristiwa atau gejala sosial (Priyono

2002:20). Sesuatu tidak hanya berada dalam ruang dan waktu, namun

ruang dan waktu juga membentuk makna dari sesuatu itu (Giddens

1986:141). Singkatnya, hubungan antara ruang dan waktu dengan

Page 99: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

87

praktik sosial berupa hubungan ontologis. Hubungan keduanya bersifat

kodrati dan menyangkut makna serta hakikat praktik sosial itu sendiri.

Lugasnya, tanpa ruang dan waktu tidak ada praktik sosial Semua

praktik sosial hanya berlangsung dalam ruang dan waktu (Priyono

2003: 38)

4. Konsep Kesadaran

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, bahwa sebelum terlibat

dalam sebuah praktik sosial maka seseorang diasumsikan telah

memiliki pengetahuan praktis mengenai peraturan yang seharusnya

dilakukan dalam kehidupan sosial. Artinya, praktik sosial yang

dilakukan berlandaskan atas pengetahuan dan kesadaran praktis, dan

akan diproduksi atau direproduksi oleh agen berdasarkan aturan-aturan

dan sumber daya yang terdapat di dalam struktur. Struktur-struktur di

sini menfasilitasi secara individual dengan aturan-aturan mengarahkan

tindakan mereka, tetapi selanjutnya tindakan mereka individu tersebut

menciptakan aturan-aturan baru dan mereproduksi aturan yang lama

(Priyono, 2003).

Sejatinya yang menjelaskan bagaimana struktur bisa terbentuk

melalui perulangan praktik-praktik sosial adalah kesadaran.

Sebagaimana “Refleksivitas kehidupan sosial modern terdiri dari fakta

bahwa berbagai praktik sosial secara konstan ditelaah dan direformasi

dari sudut pandang informasi yang masuk tentang praktik yang mereka

lakukan, sehingga secara konstitutif mengubah karakter mereka. Segala

bentuk kehidupan sosial sebagian dibentuk oleh pengetahuan para aktor

tentang hal tersebut” (Giddens, 2004: 51). Praktik sosial dilakukan oleh

Page 100: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

88

agen-agen manusia yang memiliki pengetahuan dengan kemampuan

rasional, yaitu membuat perbedaan, dan menjelaskan tindakannya. Para

agen memiliki kapasitas untuk melakukan refleksi-diri dalam interaksi

sehari-hari, yaitu sebuah kesadaran praktis mengenai apa yang mereka

lakukan. Individu-individu memiliki pilihan dan menentukan jati

dirinya dalam rangka mempertahankan hidupnya (Gidden, 2009: 185).

Dalam teori strukturasi agen atau aktor memiliki tiga tingkatan

kesadaran (Giddens, 2010) yaitu:

(1) Kesadaran diskursif (discursive consciousness), yaitu apa

yang mampu dikatakan, diucapkan atau diekspresikan

secara verbal oleh para aktor atau agen, tentang kondisi

sosial, termasuk tindakan-tindakannya sendiri. Kesadaran

Dapat juga dikatakan sebagai suatu kemawasdirian dalam

bentuk diskursif .

(2) Kesadaran praktis (practical consciousness), yaitu apa yang

aktor ketahui (percayai) tentang kondisi-kondisi sosial,

khususnya kondisi-kondisi tindakannya sendiri. Namun

dalam kesadaran praktis, aktor atau agen tidak bisa

mengemukakan secara verbal (diskursif).

(3) Motif atau kognisi tak sadar (unconscious

motives/cognition). Motif ini lebih cenderung merujuk ke

potensial bagi tindakan, daripada cara (mode) tindakan itu

yang dilakukan oleh agen. Motif hanya memiliki kaitan

langsung dengan tindakan dalam situasi yang tidak biasa,

yang menyimpang dari rutinitas. Sebagian besar tindakan-

Page 101: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

89

tindakan agen tidaklah dilandaskan pada motif atau koginisi

yang tidak sadar.

Pemahaman akan kesadaran praktis tersebut sangat mendasar

bagi teori strukturasi, karena struktur dibentuk melalui kesadaran

praktis, yaitu suatu tindakan yang berulang-ulang, yang tidak

memerlukan proses refleksif (perenungan), dan tidak ada ‘pengambilan

jarak’ (duree) oleh si agen terhadap struktur. Ketika semakin banyak

agen atau aktor mengadopsi cara-cara mapan atau rutinitas keseharian

dalam melakukan sesuatu, maka sebenarnya para agen tersebut telah

memperkuat struktur (aturan dan sumber daya).

Peubahan struktur dapat terjadi manakala semakin banyak aktor

atau agen yang mengadopsi kesadaran diskursif, yaitu ketika si agen

‘mengambil jarak’ dari struktur, dan melakukan sesuatu tindakan

dengan mencari makna/ nilai dari tindakannya tersebut. Produk dari

tindakan agen tersebut berupa tindakan yang menyimpang dari rutinitas

atau kemapanan yang ada, sehingga praktis akan mengubah struktur

tersebut. Perubahan struktur dapat juga terjadi sebagai akibat dari

tindakan, yang hasil sebenarnya tidak diniatkan atau direncanakan

sebelumnya (unintended consequences). Dalam hal ini Giddens (2010),

menyatakan bahwa unintended consequences mungkin secara

sistematis menimbulkan umpan balik, ke arah kondisi-kondisi yang

tidak diketahui munculnya tindakan-tindakan yang lebih jauh lagi.

Kemudian unintended consequences ini, persoalan utamanya adalah

bukan pada ada atau tidaknya niat, namun pada kapabilitas agen; yaitu

adanya kompetensi atau kapabilitas dari pihak agen untuk melakukan

perubahan.

Page 102: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

90

Gambar 2. Model Stratifikasi (tindakan) Agen (Giddens,

2010:8).

Para aktor manusia tidak hanya mampu memonitor aktivitas-

aktivitas tindakan mereka sendiri dan aktivitas-aktivitas orang lain

dalam perulangan perilaku sehari-hari; mereka juga mampu

‘memonitor monitoring itu’ di dalam kesadaran diskursif, sebagaimana

dalam Gambar 2.2 Model Stratifikasi (tindakan) Agen. Dalam

penjelasan mengenai dimensi-dimensi dualitas struktur, Giddens (2010)

menjelaskan, bahwa ‘skema interpretatif’ adalah cara-cara penjenisan

yang tersimpan dalam gudang pengetahuan para aktor, dan diterapkan

secara reflektif ketika melakukan komunikasi. Bekal pengetahuan yang

digunakan para agen atau aktor dalam memproduksi atau mereproduksi

interaksi sama seperti bekal pengetahuan yang membuat mereka

mampu menciptakan cerita, mengemukakan alasan-alasan, dan lain

sebagainya. Komunikasi makna, bersama dengan seluruh aspek

kontekstualitas tindakan, tidak harus dipandang semata-mata terjadi

‘dalam’ ruang dan waktu. Komunikasi, sebagai unsur umum interaksi,

merupakan konsep yang lebih melingkupi dibanding dengan isi

komunikasi (yaitu apa yang ‘hendak’ dikatakan atau dilakukan oleh

para aktor).

Monitoring refleksif

terhadap aksi

Rasionalisasi tindakan

Motivasi tindakan

Kondisi-

kondisi

tindakan

yang tak

dikenali

Konsekuensi-

konsekuensi

tindakan yang

tak dikehendaki

Page 103: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

91

Struktur Signifikansi Dominasi Legitimasi

(modalitas) Skema

interpretatif

Fasilitas Norma

Interaksi Komunikasi Kekuasaan Sanksi

Gambar 3. Dimensi-dimensi dualitas struktur (Giddens, 2010:46).

Ketika dimensi struktur harus dipahami sebagai bagian yang

tidak terpisah. Struktur-struktur signifikasi selalu harus dipahami dalam

kaitannya dengan dominasi dan legitimasi. ‘Dominasi’ tidaklah sama

dengan ‘distorsi sistemik’ dalam struktur-struktur karena dominasi

merupakan kondisi keberadaan kode-kode signifikasi itu sendiri.

‘Dominasi’ dan ‘kekuasaan’ tidak bisa dipikirkan hanya dari sisi

asimetri distribusi, melainkan harus dikenali sebagai tak terpisahkan

dalam asosiasi sosial (tindakan manusia itu sendiri).

Struktur signifikansi terpisahkan dari dominasi dan legitimasi

hanya (untuk kepentingan) secara analitis saja. Dominasi tergantung

pada mobilisasi dua jenis sumber daya berbeda; sumber daya alokatif

mengacu pada kemampuan-kemampuan (atau lebih tepatnya, pada

bentuk-bentuk kemampuan transformatif) yang melahirkan perintah

atas obyek, benda-benda atau fenomena material (non manusia).

Sumber daya autoritatif merujuk pada jenis-jenis kemampuan

Page 104: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

92

transformatif yang melahirkan perintah atas orang –orang atau para

aktor (manusia).

D. Kerangka Pemikiran dan Proposisi

Berkenaan dengan relasi korporasi dengan masyarakat lokal,

maka diperlukan informasi dan analisis tentang relasi sosial antara

stakeholder yang siginifikan dengan keberadaan dan kegiatan

korporasi. Secara khusus peta ini disebut dengan peta relasi sosial, yang

berisi informasi dan analisis tentang relasi sosial antar lembaga atau

stakeholder sosial di dalam lingkungan komunitas tertentu. Stakeholder

sosial yang dimaksud di sini antara lain kecamatan, desa, LSM,

kelompok pemuda, ormas, tokoh informal, asosiasi sosial, asosiasi

bisnis, lembaga kepolisian, lembaga militer, media massa, dan lembaga

lain yang dipertimbangkan signifikan terhadap keberadaan dan kegiatan

korporasi (Prayogo, 2011).

Peta relasi sosial dapat dipilah menjadi dua: pertama, ‘peta

sosial statis’, dan kedua ‘peta sosial dinamis’. Peta sosial statis akan

berisi informasi tentang sejumlah lembaga yang signifikan bagi

korporasi, yang secara khusus peta sosial statis menyajikan ‘keadaan

sosial’ sejumlah lembaga dalam wujud informasi penting bagi

korporasi. Tentunya data yang tersaji harus obyektif dan akurat

sehingga tidak menyesatkan kebijakan dan strategi yang diambil.

Kedua, ‘peta sosial dinamis’, yakni kumpulan informasi tentang

keadaan relasi antara lembaga yang satu dengan yang lain dalam

cakupan komunitas tertentu yang signifikan bagi korporasi. Peta

dinamis menjadikan relasi sosial antar lembaga ditinjau dari antara lain

Page 105: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

93

variabel kuasa dan otoritas, kepentingan, akses terhadap informasi,

sumber daya, kontrol, atau variabel lain jika diperlukan. Dalam relasi

ini dapat dilihat bagaimana hubungan kuasa dan otoritas, kepentingan,

akses informasi, kemampuan kontrol, sumber daya yang dimiliki dan

seterusnya. Hasil akhir dari peta sosial dinamis menyajikan rona atau

keadaan sesaat---yakni pada waktu tertentu---relasi antara suatu

lembaga secara detail, dan bagaimana implikasi penting dari relasi

dinamis ini. Peta ini disebut dinamis karena hubungan antar lembaga

dapat berubah sejalan dengan perubahan dalam variabel kepentingan,

otorita, sumber daya atau lainnya, sehingga informasi rona tidak

bersifat permanen atau berjangka waktu lama sebagaimana dalam

informasi rona sosial statis. Peta dinamis dimaksudkan untuk lebih

menunjukkan keadaan relasi sosial antar lembaga yang bersifat

dinamis sejajar dengan dinamika dalam interaksi sosial.

Dalam bagan 1 kerangka pikir nampak hubungan interaktif

yang terjalin antara korporasi dan masyarakat lokal, dengan kontrol

dari pemerintah melalui UU nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman

Modal dan UU nomor 40 tahun 2007 tentang Perusahaan Terbatas.

Wadah atau tempat terjadinya relasi antara masyarakat, pemerintah dan

perusahaan umumnya terwujud dalam kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaan.

Operasionalisasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan

dapat dikatakan sebagai suatu struktur sosial yang mewadahi hubungan

antara masyarakat lokal, perusahaan dan pemerintah. Sehingga,

semestinya sifat dan jenis kegiatan dari tanggung jawab sosial

perusahaan kepada masyarakat lokal merupakan proses persepsi,

pemahaman, pengkajian dan penyesuaian dengan potensi dan

Page 106: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

94

permasalahan yang ada di masing-masing pihak. Banyak isyu dan

persoalan perlu dipahami sebelum kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaan tersebut diwujudkan. Keterlibatan masing-masing pihak,

khususnya masyarakat lokal sebagai pihak penerima manfaat yang

paling penting dalam kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan,

menjadi penting untuk dipertimbangkan.

Relasi antara perusahaan dengan masyarakat lokal melalui

kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dapat dilihat dari kerangka

struktur-agen. Perusahaan berikut individu-individu di dalamnya dapat

dipahami sebagai agen, demikian pula masyarakat lokal berikut

individu-individu di dalamnya sebagai agen atau aktor. Masing-masing

agen, baik pihak perusahaan dan masyarakat lokal, memiliki kesadaran

(praktis dan juga diskursif). Perbedaan bekal pengetahuan diantara

masing-masing pihak agen tersebut, akan menyebabkan cara kesadaran

yang berbeda dalam memonitor praktik-praktik tanggung jawab sosial

perusahaan. Masing-masing agen memiliki cara berpraktik yang

mungkin berbeda, karena kesadaran akan dimensi struktur masing-

masing yang berbeda pula.

Page 107: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

95

Gambar 4. Kerangka Pikir Relasi Perusahaan dengan Masyarakat

Lokal

Kesadaran masyarakat lokal terhadap kegiatan tanggung jawab

sosial perusahaan menjadi faktor determinan bagaimana masyaraka

lokal membangun hubungan dengan perusahaan. Faktor-faktor lain

dalam masyarakat lokal yang perlu dipertimbangkan adalah harapan-

harapan, kepentingan, akses informasi, sumber daya, kemampuan

kendali serta kuasa dan otoritas terhadap kegiatan tanggung jawab

sosial perusahaan. Kehadiran perusahaan multinasional di lingkungan

Manfaat, Kesesuaian, Keberlanjutan,

Ruang dan Waktu

Kesadaran

Korporasi

Kesadaran

Masyarakat Lokal

Pemerintah UU no. 25/2007, UU no.

40/2007

Korporasi Masyarakat Lokal (stakeholder sosial)

Relasi perusahaan dengan

masyarakat lokal

Operasionalisasi CSR:

Signifikansi

Dominasi

Legitimasi

- Keberadaan

Masyarakat lokal

- Upaya

membangun relasi

- Harapan

- Keberadaan

korporasi

- Upaya membangun

relasi

- Harapan

Stakeholder (agen-agen) lainnya: LSM, Kelompok

pemuda, Ormas, Asosiasi sosial, Media massa

Page 108: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

96

mereka tentunya memunculkan harapan bagi masyarakat lokal,

khususnya bagi kemajuan ekonomi masyarakat setempat.

Dalam kehidupan bertetangga pun terdapat hak dan kewajiban

yang dijalankan oleh setiap warga, demikian pula dengan kehadiran

perusahaan di tengah-tengah masyarakat. Perusahaan memiliki hak dan

kewajiban terhadap lingkungan sekitar, demikian pula warga

masyarakat memiliki hak dan kewajiban terhadap kehadiran

perusahaan. Namun demikian pelaksanaan kewajiban dan hak tersebut

disesuaikan dengan posisi, peran dan kepentingan masing-masing

pihak.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam konteks relasi

perusahaan dengan masyarakat lokal adalah menyangkut sumber daya

dari masing-masing pihak. Perusahaan yang banyak memanfaatkan

teknologi tinggi umumnya cenderung akan padat modal dan

mensyaratkan sumber daya manusia yang memiliki penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang sepadan dengan kebutuhan

perusahaan. Sementara di lain pihak, masyarakat sekitar perusahaan

belum tentu memiliki kemampuan penguasaan teknologi yang sejalan

dengan kehadiran perusahaan. Implikasinya adalah penyerapan tenaga

kerja dari masyarakat lokal yang berada di sekitar perusahaan yang

pada modal menjadi sangat minim. Implikasi lanjutan dari kondisi

tersebut adalah terjadi kesenjangan baik secara sosial, ekonomi dan

budaya antara perusahaan dengan masyarakat lokal. Kesenjangan

tersebut akan berpotensi memicu konflik antara masyarakat sekitar

dengan perusahaan menjadi kian terbuka. Selanjutnya konflik yang

muncul akan mengganggu kegiatan operasional korporasi dan aktifitas

keseharian masyarakat sekitar.

Page 109: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

97

Kebijakan tanggung jawab sosial perusahaan seiring dengan

disahkannya UU nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang

mewajibkan perusahaan yang di sektor eksplorasi alam untuk

melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan kepada

masyarakat sekitar. Dan diikuti dengan keluarnya Peraturan Penerintah

No. 47 tahun 2012 tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan dan

lingkungan, namun dapat dipahami oleh semua agen, dalam hal ini

perusahaan ekstraktif. Sehingga masing-masing perusahaan

mengembangkan struktur kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan

dengan caranya sendiri. Perusahaan berusaha mengembangkan cara-

cara kreatif untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosialnya,

dengan alasan utama untuk memenuhi kewajiban sesuai UU No. 40

tahun 2007 dan PP No. 47/2007. Sebagaimana dikemukakan oleh

Frynas (2009:3) bahwa penerapan tanggung jawab sosial di negara-

negara Barat dengan negara-negara berkembang sangat berbeda, baik

dari motivasi maupun konteks kegiatannya. Penerapan kegiatan

tanggung jawab sosial perusahaan di negara-negara berkembang lebih

variatif dan inovatif jika dibandingkan dengan negara-negara Barat.

Korporasi atau perusahaan berusaha mengembangkan kegiatan

tanggung jawab sosial berdasarkan kesadaran dan pemahaman mereka

tentang apa itu tanggung jawab sosial dan masyarakat sekitar.

Selanjutnya berdasarkan pemahaman tersebut pihak korporasi mencoba

mengembangkan kegiatan tanggung jawab sosialnya. Persoalan yang

akan muncul adalah apabila tidak terdapat kesesuaian pemahaman

antara masyarakat lokal dengan pihak korporasi mengenai kegiatan apa

yang seharusnya dilakukan dalam kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaan. Kondisi ini diperburuk dengan posisi peran pemerintah

Page 110: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

98

(khususnya pemerintah daerah) yang seharusnya bertindak menaungi

dan mendukung kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, malah

cenderung untuk lebih mengambil posisi ‘aman’ dan memperoleh

‘manfaat’ lebih dari kegiatan tanggung jawab sosial yang dilakukan

oleh setiap perusahaan. Belum banyak pemerintah kota dan kabupaten

merumuskan peraturan tentang tanggung jawab sosial perusahaan untuk

kepentingan masyarakat di daerahnya. Selanjutnya seiring dengan

afirmatif tanggung jawab sosial dalam peraturan daerah maka langkah

selanjutnya perwujudan perencanaan pembangunan daerah yang

terintegrasi dengan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan.

Terintegrasinya perencanaan pembangunan daerah dengan sumber-

sumber swasta salah satunya berasal dari perusahaan diharapkan

terdapat program-program pembangunan yang tidak saling tumpang

tindih dan lebih terarah. Sehingga akhirnya diharapkan terdapat

manfaat lebih jauh yang dapat diperoleh dari kegiatan tanggung jawab

sosial perusahaan dan pembangunan daerah adalah keberlanjutan

(sustainability) pembangunan di daerah.

Berdasarkan pada kesadaran perusahaan akan keberadaan

masyarakat lokal serta reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh masyarakat

lokal tersebut akan keberadaan perusahaan. Berikutnya, pemahaman

atau kesadaran akan program-program dan kegiatan-kegiatan tanggung

jawab sosial perusahaan akan menentukan kecenderungan tipologi

kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan; dimana tipologi CSR

(Budimanta, 2007) terdiri dari community relations, community

servicces dan community empowering.

Sejumlah pemangku kepentingan lain, selain masyarakat lokal

dan pemerintah daerah, yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan

Page 111: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

99

tanggung jawab sosial perusahaan adalah organisasi masyarakat,

lembaga swadaya masyarakat, media massa, dan asosiasi lainnya. Para

stakeholder ini juga dapat memfungsikan diri sebagai ‘pengawas’

untuk memastikan berjalannya kegiatan tanggung jawab sosial sesuai

dengan tujuannya, sehingga berdampak positif dan berkelanjutan.

Mereka juga dapat menjadi mitra dialog bersama-sama masyarakat dan

pemerintah untuk merancang, menentukan dan memastikan

implementasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan berjalan

dengan baik. Dengan demikian pola relasi antara perusahaan dengan

masyarakat lokal ditentukan oleh masing-masing kesadaran masyarakat

lokal dan perusahaan akan kondisi struktur tanggung jawab sosial

perusahaan.

Page 112: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

100

Page 113: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

101

BAB III

GAMBARAN MASYARAKAT LOKAL DAN PERUSAHAAN:

Kasus Desa Karya Mekar Kecamatan Pasirwangi Garut

dan PT. Chevron Geothermal Indonesia (CGI)

Penelitian dilakukan terhadap lingkar terdekat (ring 1) dari

industri esktraktif PT. CGI, yaitu wilayah yang memperoleh dampak

langsung dari kehadiran industri, khususnya penduduk terdekat. Desa

Karyamekar Kecamatan Pasirwangi merupakan wilayah lingkar 1 yang

berarti, wilayah tersebut mendapatkan dampak yang paling besar dari

keberadaan industri ekstraktif PT. CGI. Dengan demikian, selayaknya

perusahaan menjalin relasi yang lebih aktif dengan masyarakat di Desa

Karyamekar Kecamatan Pasirwangi tersebut. Namun temuan

dilapangan menemukan bahwa banyak dana CSR PT. CGI yang

disalurkan terutama ke desa-desa di Kecamatan Samarang, khususnya

kepada desa-desa yang dilalui oleh mobilitas yang berkaitan dengan

operasional perusahaan, seperti misalnya pengangkutan karyawan,

pasokan material bahan untuk kepentingan perusahaan, dan lain-lain.

Penyaluran tersebut digunakan sebagai alat peredam terjadinya konflik

dengan masyarakat yang terkena imbas mobilitas perusahaan.

Namun demikian, penelitian ini lebih diarahkan kepada

penduduk yang tinggal paling dekat dengan lokasi PT. CGI, yaitu

penduduk Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi.

Page 114: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

102

A. Kecamatan Pasirwangi

Secara historis Kecamatan Pasirwangi merupakan hasil

pemekaran dari Kecamatan Samarang yang diresmikan pada tanggal 20

Januari 2001 sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Garut No 23

tahun 2000. Untuk mencapai wilayah Kecamatan Pasirwangi dapat

ditempuh kurang lebih 20 km sebelah Barat dari Ibu Kota Kabupaten

Garut dan 80 km ke sebelah Selatan dari kota Propinsi Jawa Barat.

Ketinggian wilayah Kecamatan Pasirwangi antara 1000 – 1200 M di

atas permukaan laut, keadaan topografi tanah yang berbukit-bukit

sehingga lokasi merupakan daerah rawan longsor dan suhu udara

berkisar 16 – 22 derajat Celcius dengan curah hujan antara 1500 – 3000

mm/tahun.

1. Batas Wilayah dan Tataguna Lahan

Secara geografis batas-batas wilayah Kecamatan Pasirwangi antara

lain:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Samarang

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sukaresmi

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ibun Kabupaten

Bandung

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Samarang dan

kecamatan Bayongbong

Sedangkan luas wilayah Kecamatan Pasirwangi + 5.002,6 ha, yang

sebagian besar terdiri dari ladang (tegalan), hutan dan sawah yang

Page 115: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

103

mencakup 91% lebih dari seluruh penggunaan lahan di Kecamatan

Pasirwangi. Sebagaimana terlihat dalam tabel 8.

Tabel 8. Penggunaan Lahan di Kecamatan Pasirwangi

No. Penggunaan lahan: Luas

(dalam ha) %

1. Perkampungan (perumahan &

pekarangan)

347,359 ha 6,94

2. Sawah 1.211,420 ha 24,22

3. Lahan Basah/ kolam 38 ha 0,76

4. Tegalan / Ladang 1.720,651 ha 34, 39

5. Sarana Pemerintahan dan sosial 16,920 ha 0,33

6. Hutan 1.667,000 ha 33,33

7. Sarana perdagangan dan jasa 1,25 ha 0,02

Jumlah 5.002,6 ha

Sumber: Diolah dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

Pembangunan dan Pembinaan Masyarakat Kecamatan

Pasirwangi, bulan September 2012

Sedangkan penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian yaitu lahan

basah (sawah) dan tegalan atau ladang mencakup 67% lebih. Hal

tersebut menunjukkan suatu indikasi bahwa warga masyarakat

Pasirwangi sebagian besar hidup sebagai petani atau sebagai buruh tani.

2. Kondisi Penduduk dan Mata Pencaharian

Penduduk Kecamatan Pasirwangi berdasarkan data laporan dari desa-

desa tercatat pada bulan September tahun 2012 sebanyak 68.755 orang

yang terdiri dari laki-laki 35.192 orang, dan perempuan 33.563 orang

serta Kepala Keluarga 17.225 (KK). Sebagaimana terlihat dalam tabel

9.

Page 116: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

104

Tabel 9. Keadaan Penduduk Laki-laki, Perempuan dan KK di

Kecamatan Pasirwangi, 2012

No. DESA KK Penduduk RT RW

Laki2 Perempuan Jumlah

1. Pasirwangi 1632 3143 3448 6591 31 10

2. Pasirkiamis 1128 3656 2391 6047 28 7

3. Padasuka 1434 2530 2448 4978 29 10

4. Karyamekar 1393 3053 2868 5921 32 6

5. Padaawas 1696 3496 3404 6900 43 10

6. Barusari 1756 3032 2834 5866 40 9

7. Padaasih 1270 3066 2990 6056 30 9

8. Sirnajaya 1716 2436 2391 4827 22 7

9. Padamulya 1156 2142 2042 4184 22 5

10. Talaga 1325 2601 2554 5155 20 7

11. Sarimukti 1442 3537 3683 7220 27 9

12. Padamukti 1277 2500 2510 5010 34 9

Jumlah 17225 35192 33563 68755 346 96

Sumber: Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Pembangunan dan

Pembinaan Masyarakat Kecamatan Pasirwangi, bulan

September 2012

Berdasarkan jumlah penduduk per-desa di Kecamatan Pasirwangi,

terlihat bahwa desa dengan jumlah kepala keluarga (KK) terbesar

adalah Desa Banusari (1756 KK). Sedangkan desa dengan jumlah

kepala keluarga (KK) paling sedikit adalah Desa Pasirkiamis dengan

jumlah 1128 KK. Padahal jumlah penduduk tertinggi terdapat di Desa

Sarimukti (7220 jiwa), sedangkan jumlah penduduk paling sedikit

adalah Desa Padamulya (4184 jiwa).

Sebagian besar penduduk Kecamatan Pasirwangi bermata

pencaharian sebagai buruh (53,3%), baik sebagai buruh tani, buruh

bangunan atau serabutan. Namun berdasarkan hasil wawancara,

sebagian besar buruh tersebut adalah sebagai buruh tani. Sedangkan

yang menjadi bermata pencaharian sebagai petani berjumlah sekitar

31%.

Page 117: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

105

Tabel 10. Jenis Mata pencaharian Penduduk Kecamatan

Pasirwangi

No. Mata Pencaharian: Jumlah

Orang %

1. Buruh (tani, bangunan,

serabutan)

9.380 53,3

2. Petani 5.439 31,0

3. Pedagang 1.250 7,1

4. Jasa 977 5,5

5. PNS, TNI, POLRI, dan

Pensiunan

460 2,6

6. Perangkat Desa 90 0,5

Jumlah 17.596 100,0

Sumber: Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

Pembangunan dan Pembinaan Masyarakat

Kecamatan Pasirwangi, bulan September 2012

Berdasarkan tabel 10 tersebut nampak bahwa sebagian penduduk di

Kecamatan Pasirwangi menggantungkan kehidupan keluarga mereka di

bidang pertanian. Hal ini juga terkait dengan pemanfaatan lahan di

Kecamatan Pasirwangi yang lebih banyak (67%) digunakan untuk

lahan sawah atau tegalan (palawija). Berdasarkan kondisi dan fakta

tersebut, maka suatu langkah yang bijak apabila program pembangunan

dan pemberdayaan masyarakat lebih diarahkan pada sektor pertanian.

3. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Selanjutnya mengenai sarana dan prasarana pendidikan di Kecamatan

Pasirwangi, nampak bahwa jenjang pendidikan dari pra sekolah hingga

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) telah tersedia.

Page 118: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

106

Tabel 11. Kondisi Sarana dan Prasarana Pendidikan di

Kecamatan Pasirwangi

No Tingkat Sekolah Jumlah Negeri Swasta

1 TK 7 - 7

2 SD / Sederajat 38 32 6

3 SMP / Sederajat 16 2 14

4 SLTA / Sederajat 4 1 3

Jumlah 65 35 31

Sumber: Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

Pembangunan dan Pembinaan Masyarakat

Kecamatan Pasirwangi, bulan September 2012

Berdasarkan tabel 11, fasilitas pendidikan yang tersedia di

Kecamatan Pasirwangi, relatif cukup lengkap. Bagi para lulusan SLTA

yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,

mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi ke kota Kabupaten Garut.

Di kota Kabupaten Garut tersedia Universitas Garut (UNIGA), akademi

atau sekolah tinggi lainnya.

Sedangkan bagi mereka yang akan melanjutkan pendidikan

namun secara usia sudah melewati program wajib belajar (wajar) 9

tahun, maka tersedia pula kelompok belajar (kejar) paket A, B, dan C.

Di kecamatan Pasirwangi tersedia 4 kelompok belajar yang semuanya

dikelola oleh dinas pendidikan, dengan rincian 3 kelompok belajar

(kejar) paket B dan 1 kelompok belajar (kejar) paket C. Kesemua

fasilitas pendidikan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan layanan

pendidikan bagi warga masyarakat, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan dan taraf pendidikan warga.

Page 119: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

107

4. Sarana Kesehatan

Jaminan pelayanan kesehatan salah satunya ditunjukkan dengan

tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di suatu daerah.

Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, bahawa salah satu

indikasi keseriusan pemerintah daerah terhadap pelayanan kesehatan

warga juga ditunjukkan dengan tersedianya fasilitas kesehatan di suatu

daerah. Sebagaimana terlihat dalam tabel 12, terlihat sejumlah fasilitas

pelayanan kesehatan di Kecamatan Pasirwangi.

Tabel 12. Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Pasirwangi

No Tingkat Sekolah Jml (buah)

1 Puskesmas 2

2 Balai Pengolahan Swasta 2

3 Klinik Bersalin -

4 Polindes 4

5 Posyandu 80

6 Pustu 2

7 Poskesdes 1

Sumber: Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

Pembangunan dan Pembinaan Masyarakat

Kecamatan Pasirwangi, bulan September 2012

Kelengkapan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut juga ditunjang pula

dengan tenaga kesehatan, yaitu dokter 2 (dua) orang, bidang 17 orang,

dan perawat medis sejumlah 12 orang. Ketersediaan sumber daya

tenaga kesehatan tersebut, apabila dibandingkan dengan jumlah

penduduk Kecamatan Pasirwangi yang berjumlah 68.755 jiwa, tentu

sangat tidak memadai. Selain tersedianya fasilitas kesehatan dan tenaga

medis untuk memelihara kesehatan warga masyarakat di Kecamatan

Pasirwangi, juga terdapat terdapat masalah sosial. Berdasarkan data

Page 120: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

108

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Pembangunan dan Pembinaan

Masyarakat Kecamatan Pasirwangi, bulan September 2012 terdapat

8516 KK dalam kondisi miskin. Dengan demikian apabila di

kecamatan Pasirwangi terdapat 17.225 KK, maka 49% lebih berada

dalam kondisi miskin. Kemudian apabila dalam satu keluarga terdiri

dari 4 (empat) anggota keluarga, maka empat dikali jumlah KK miskin

se-Kecamatan Pasirwangi, akan terdapat kurang lebih 34 ribu

penduduk berada dalam kondisi miskin.

Dengan kondisi 49% lebih kepala keluarga (KK) di Kecamatan

Pasirwangi berada dalam kemiskinan akan menimbulkan persoalan

yang khas, berkaitan dengan kehadiran industri berteknologi tinggi di

wilayah kecamatan ini, seperti PT. Chevron Geothermal Indonesia, PT.

Indonesia Power, dan Pertamina Geothermal Kamojang. Sungguh

merupakan sisi (kondisi) yang ironis, antara kehadiran industri besar

berteknologi tinggi di satu sisi, dengan kondisi masyarakat yang

setengah penduduknya hidup dalam kemiskinan. Sehingga dapat

dipahami apabila pola relasi yang terjadi antara masyarakat lokal

dengan korporasi menjadi tidak seimbang, dari sisi manapun.

Bagian selanjutnya akan dikemukakan gambaran dari desa yang

secara administratif lokasinya paling dekat dengan lokasi operasi dari

Chevron Geothermal Indonesia, yaitu Desa Karyamekar.

Page 121: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

109

B. Desa Karyamekar

Secara historis, awalnya Desa Karyamekar merupakan desa

hasil pemekaran dari Desa Pasirkiamis (Kecamatan Samarang) pada

tahun 1979, pada waktu itu hanya terdapat satu desa pemekaran,

dimana kecamatannya masuk ke Wilayah Kecamatan Samarang.

1. Batas Wilayah dan Orbitrasi Desa Karyamekar

Secara geografis Desa Karyamekar adalah desa yang paling

Barat dari Kabupaten Garut yang berdekatan dengan Pembangkit

Listrik Tenaga Panas Bumi (Geothermal Darajat Project) khususnya

dengan PT. Chevron Geothermal Indonesia. Kemudian secara

administratif berada dalam wilayah Kecamatan Pasirwangi dan

berdekatan dengan wilayah kehutanan (perhutani). Desa Karyamekar

memiliki luas wilayah 305,493 Ha yang terdiri dari dataran 75,493 ha

dan perbukitan 230 ha, artinya sekitar 75% wilayah Desa Karyamekar

merupakan wilayah berbukit, dan 25% yang terdiri atas tanah datar,

yang umumnya merupakan proses pemerataan atau pemangkasan bukit

secara sengaja oleh warga untuk kegiatan usaha atau aktivitas sosial

lainnya. Batas-batas wilayah administrasi pemerintahan Desa

Karyamekar adalah :

Sebelah Utara : Desa Padaawas (Kecamatan Pasirwangi)

Sebelah Timur : Desa Talaga (Kecamatan Pasirwangi)

Sebelah Selatan : Desa Sarimukti (Kecamatan Pasirwangi)

Sebelah Barat : Kehutanan (Kecamatan Ibun Kabupaten

Bandung)

Page 122: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

110

Kemudian mengenai jarak dan waktu tempuh untuk mencapai desa

Karyamekar, dapat dilihat dalam tabel 13 mengenai Orbitrasi/Jarak

Tempuh Desa Karyamekar. Perjalanan menuju Desa Karyamekar,

umumnya menanjak dan berkelok-kelok, namun selama perjalanan

akan disuguhi dengan pemandangan alam yang indah dan berbukit.

Tabel 13. Orbitrasi Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi

1. Jarak ke ibu kota Kecamatan 13 Km

2. Lama Jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan

kendaraan Motor ¼ jam

3. Lama tempuh ke ibu kota kecamatan dengan berjalan kaki/

non motor 1 jam

4. Kendaraan umum ke ibu kota kecamatan Ada

5. Jarak tempuh ke ibu kota kabupaten/kota 23 km

6. Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan

kendaraan motor 1 jam

7. Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan berjalan

kaki 3 jam

8. Kendaraan ke ibu kota kabupaten/kota Ada

9. Jarak ke ibu kota provinsi 83 Km

10. Lama jarak ke ibu kota provisi dengan kendaraan ber motor 4 jam

11. Kendaraan ke ibu kota propinsi Ada

12. Jarak tempuh ke Ibu kota pusat memakai kendaraan 6 jam

Sumber: Profil Desa Karyamekar, 2012

Topografi dan kontur tanah di Desa Karyamekar secara umum

berupa area pertanian terdiri dari kebun dan tegalan. Ketinggian rata-

rata wilayah ini adalah ± 1450 m dari atas permukaan laut. Suhu rata-

rata adalah antara 18OC - 32

OC. secara umum sepanjang tahun

Page 123: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

111

mengalami dua musim yaitu musim hujan (Januari–September) dan

musim kemarau (April–Agustus).

Kemudian berdasarkan hidrologi, yaitu gambaran aliran-aliran

sungai di wilayah Desa Karyamekar membentuk pola daerah aliran

sungai yaitu DAS Cibeureum yang berasal dari aliran Gunung Gagak

dan area Darajat. Beberapa aliran sungai baik sekala kecil atau besar

yang melewati Desa Karyamekar antara lain:

- Sungai Cibeureum (yang berbatasan dengan Desa Padaawas,

Desa Pasirwangi), dan

- Desa Talaga yang mengalir langsung ke Cikamiri.

- Sungai Cibeureum di wilayah RW 03 yang mengalir ke

Wilayah Desa Talaga yang dipergunakan untuk mengairi area

sawah/Pertanian Desa Talaga .

- Sungai Ciwakap yang mengalir ke wilayah Ciherang.

Selain aliran sungai terdapat pula beberapa mata air yang dapat

digunakan untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari, yaitu: mata air

Cihaneut, disebut haneut karena kondisi airnya yang tetap hangat

berada di Kampung Cihaneut Rw 04, kemudian mata air Cipanas

berada di kampung Cipanas Rw04, mata air Pangliwen (Sulita), dan

terakhir mata air Barukai.

Page 124: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

112

2. Jumlah Penduduk dan Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa

Karyamekar

Jumlah penduduk Desa Karyamekar di akhir tahun 2012

sebanyak: 5.906 jiwa terdiri dari laki-laki 3.047 jiwa dan perempuan

2.859 jiwa, dengan 1.614 kk (kepala keluaga), dengan jumlah keluarga

miskin adalah 670 kk. Berdasarkan gambaran jumlah penduduk

tersebut maka dapat diperkirakan jika rata-rata jumlah anggota dalam

satu keluarga antara 3-4 orang. Dengan demikian dari 670 kk tersebut

berada dalam kondisi miskin, artinya dapat diperkirakan bahwa sekitar

2000 jiwa hingga 2600 jiwa lebih penduduk berada dalam kondisi

miskin, atau sekitar 33%-44% masyarakat desa Karyamekar berada

dalam kondisi miskin. Kondisi rumah/bangunan tempat tinggal

sebanyak 1.373 rumah terdiri dari rumah panggung, semi permanen dan

permanen (tidak diperoleh data mengenai proporsi tipologi rumah

tersebut).

Kemudian sebaran penduduk di setiap dusun dan rukun warga

(RW) nampak tidak merata, dimana jumlah penduduk terbanyak tinggal

di dusun 1 Kepakan (hampir 80%) dan sisanya penduduk sekitar 20%

tinggal di dusun Ciherang. Dalam data tabel 14 terlihat bahwa

konsentrasi penduduk berada di dusun 1 Kepakan, khususnya di RW 2

yang berjumlah 2.038 jiwa. Hal tersebut dapat dipahami mengingat

pusat kegiatan pemerintahaan dan masyarakat desa Karyamekar berada

di wilayah tersebut.

Page 125: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

113

Tabel 14. Jumlah Penduduk per Dusun Desa Karyamekar

Kecamatan Pasirwangi

Dusun

RW

Jumlah Penduduk Jumlah

KK Laki-

laki Perempuan Jumlah

Dusun 1

Kepakan

RW 01 580 536 1.116 323

RW 02 1.060 978 2.038 571

RW 03 398 350 748 204

RW 04 411 384 795 181

Jumlah A 2.449 2.248 4.697 1.279

Dusun 2

Ciherang

RW 05 384 388 772 210

RW 06 214 223 437 125

Jumlah B 598 611 1.209 335

Jumlah A+B 3.047 2.859 5.906 1.614

Sumber: Profil Desa Karyamekar, 2012

Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan usia, 40% penduduk

berada dalam usia muda (usia 0 -15 tahun). Kemudian berdasarkan

usia produktif, nampak bahwa hampir 56% berada dalam kelompok

tersebut. Besarnya jumlah usia produktif tersebut dapat merupakan

potensi, namun juga dapat dapat menjadi beban apabila tidak tersedia

lapangan pekerjaan yang mampu menyerap tenaga kerja potensial

tersebut.

Page 126: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

114

Tabel 15. Jumlah Penduduk menurut Usia Laki-laki dan

Perempuan Desa Karyamekar Kecamatan

Pasirwangi

N0 Usia

(tahun)

Jumlah Jumlah %

Laki-laki Perempuan

1 0 2 236 239 475 8

2 3 4 130 98 228 4

3 5 6 181 171 352 6

4 7 12 560 526 1086 18

5 13 15 146 131 227 4

6 16 19 208 204 412 7

7 20 30 683 611 1294 22

8 31 45 565 532 1097 19

9 46 60 281 292 573 8

10 61 70 33 27 60 1

11 71 24 28 52 1

JUMLAH 3047 2859 5.906

Sumber: Diolah dari Potensi Desa Karyamekar, 2012

Banyak faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di suatu

daerah, diantaranya persoalan tingkat pendidikan, kompetensi, skill dan

daya juang dari sumber daya manusia tersebut. Selain itu penyerapan

tenaga kerja juga ditunjang oleh potensi kewilayahan, baik alam,

budaya dan peluang usaha yang tersedia. Sehingga potensi tenaga kerja

produktif tersebut mampu menopang struktur penduduk lain yang

termasuk kriteria tidak produktif, bukannya menjadi beban baru

masyarakat dan pemerintah.

Page 127: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

115

Tabel 16. Mata Pencaharian Penduduk di Desa

Karyamekar Kecamatan Pasirwangi

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)

1 PNS 10

2 Guru Honor 7

3 Pensiunan PNS 2

4 Pegawai BUMN 3

5 Karyawan Swasta 92

6 Buruh 104

7 Buruh Tani 717

8 Pertukangan/Bangunan 16

9 Wiraswasta 30

10 Pedagang Keliling 10

11 Pedagang 63

12 Petani 451

13 Pengemudi Ojek 50

14 Bidan 1

15 Pengrajin peralatan tani 1

16 TKI 2

18 Tukang Bengkel 4

19 Penjahit Pakaian /Tailor 3

20 Paraji 2

22 Tukang Batu 2

24 Peternak 81

25 Kontraktor/Pengusaha Lokal 10

Jumlah 1.661

Sumber: Diolah dari Profil Desa Karyamekar, 2012

Mata pencaharian penduduk Desa Karyamekar, mayoritas

adalah bekerja sebagai petani (27%) dan buruh (49%), sebagian besar

merupakan buruh tani. Struktur ketenagakerjaan Desa Karyamekar

menunjukkan (sebagaimana terlihat dalam tabel 16), bahwa tidak

banyak variasi lapangan pekerjaan yang terdapat di desa Karyamekar.

Sehingga diperlukan upaya-upaya yang memungkinkan masyarakat

Page 128: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

116

dapat berwirausaha melalui sitmulus-stimulus pemberdayaan

masyarakat yang tanpa henti.

3. Sarana Pendidikan

Permasalahan kemiskinan ekonomi umumnya berkat dengan masalah

yang dihadapi oleh suatu masyarakat, yaitu diantaranya adalah tingkat

pendidikan. Pendidikan juga merupakan salah aspek atau indikator

untuk menentukan kemajuan suatu daerah, selain masalah kesehatan

dan pengangguran (penyerapan tenaga kerja).

Tabel 17. Jumlah Penduduk menurut Pendidikan Desa

Karyamekar Kecamatan Pasirwangi

N0 Tingkat Pendidikan Jumlah Ket (%)

1 TK 100 2

2 Tidak Tamat SD 340 5,8

3 Tamat SD 2.180 40

4 Tamat SLTP 732 12

5 Tamat SLTA 567 10

6 Akademi/Universitas 20 0,3

Jumlah 3839 100

Sisanya 2607 orang (35%) tidak jelas, tidak tercatat atau

memang belum sekolah, dari jumlah penduduk 5.906 jiwa

Sumber: Diolah dari Profil Desa Karyamekar, 2012

Dalam tabel 17, terlihat bahwa sebagian besar penduduk

menurut pendidikan (kelulusan) adalah 40% merupakan lulusan

sekolah dasar. Sedangkan lulusan akademi atau perguruan tinggi hanya

0,3% atau 20 orang saja. Kondisi tersebut cukup memprihatinkan,

mengingat tingginya tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah

menunjukkan potensi kemajuan potensial yang akan dapat diperoleh.

Page 129: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

117

Tingginya tingkat pendidikan masyarakat di suatu daerah, juga

merupakan suatu indikasi dari kemampuan warga masyarakat

melakukan penyesuaian diri dengan perkembangan teknologi dan

informasi. Oleh karena itu pula ketersediaan sarana dan fasilitas

pendidikan di suatu daerah juga merupakan suatu upaya untuk

meningkatkan kondisi kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pendidikan.

Tabel 18. Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan

Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi

No. Jenis sarana pendidikan Unit

1. Tk / PAUD 2

2. SDN 3

3. SMP 1

4. Madrasah 9

5. PKBM/Kelompok Belajar

Masyarakat (Paket B dan C) 1

6. Pondok Pesantren 1

Sumber: Diolah dari Profil Desa Karyamekar, 2012

Siswa yang lulus SMP di desa Karyamekar jika akan meneruskan

pendidikan harus ke daerah lain, dimana para lulusan tersebut dapat

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi (SLTA) atau

ke Pendidikan Tinggi. Di desa Karyamekar hanya terdapat 1 Sekolan

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/ SMP), sedangkan bagi mereka yang

akan meneruskan pendidikan setingkat SLTP/SMP, namun secara usia

sudah melewati usia wajib belajar, dapat mengikuti program Paket A,

Paket B atau Paket C.

Untuk pelayanan kesehatan, khususnya berkaitan dengan

persoalan kesehatan ibu dan anak di desa Karyamekar terdapat 6 buah

Page 130: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

118

posyandu, 1 orang bidan desa, serta 3 orang paraji (dukun bayi),

dengan jumlah kader PKK dan kesehatan sejumlah 23 orang (diolah

dari Profil Desa Karyamekar, 2012). 6 buah pos pelayanan terpadu

tersebut terdapat di masing-masing RW yang berjumlah 6 RW. Untuk

pelayanan kesehatan lanjutan, maka warga masyarakat Desa

Karyamekar dapat memanfaatkan fasilitas puskesmas kecamatan

Pasirwangi, atau menuju rumah sakit umum daerah (RSUD) kabupaten

Garut setelah memperoleh rujukan dari Puskesmas setempat.

Selanjutnya mengenai kondisi sarana dan prasarana umum

terutama jalan, selain jalan utama Samarang-Pasirwangi (Darajat),

sebagian berada dalam kondisi baik, dan sebagian lagi belum diaspal

dan diperkeras. Khususnya jalan-jalan dan gang-gang di lingkungan

warga, serta gorong-gorong dan selokan. Kebutuhan akan air bersih

nampaknya mendesak bagi warga Desa Karyamekar, terutama di masa

kemarau.

4. Potensi Ekonomi

Potensi perkonomian yang terdapat Desa Karyamekar salah satunya

potensi alamnya. Potensi yang paling menonjol jika dibandingkan

dengan desa-desa lain di kecamatan Pasirwangi adalah potensi air

panas. Uap panas alami terdapat di 4 (empat) lokasi di desa

Karyamekar, sehingga tidak mengherankan jika di desa Karyamekar ini

banyak terdapat kolam pemandian air panas, sebagai potensi wisata.

Selain itu juga terdapat potensi pertanian, khususnya tanaman palawija.

Desa Karyamekar, juga merupakan salah satu yang lokasinya

berdekatan dengan hutan lindung.

Page 131: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

119

Tabel 19. Jenis Sumber Daya Alam Desa Karyamekar Kecamatan

Pasirwangi

N0 Jenis Jumlah/Luas Lokasi

1 Tanah Carik Desa 3,75 Ha Menyebar

2 Batu alam/Batu Kali 4 lokasi Menyebar

3 Bambu 2,5 Ha Menyebar

4 Lahan Pekarangan masih

luas

168,58 Ha Menyebar

5 Tanah Sawah 1,5 Ha Kp. Ciherang

6 Tanah Pertanian/Darat 98,50 Ha Menyebar

7 Palawija 10,72 Ha Menyebar

8 Tanah Hibah Masyarakat 2,4 Ha Menyebar

9 Sumber Mata Air 7 Lokasi Menyebar

10 Hutan Negara & Hutan

Lindung

188 Ha Hutan pangkuan

11 Saluran irigasi/Sungai 3 Lokasi Menyebar

12 Kolam 10 Lokasi Menyebar

13 Danau 1 Lokasi Wilayah darajat

14 Sumber Gas /Uap Panas 4 Lokasi Menyebar

15 Sumber Mata air hangat 1 Lokasi Kp. Cihaneut Rw

04

Sumber: Profil Desa Karyamekar, 2012

Karunia kekayaan potensi alam yang terdapat di desa Karyamekar

tersebut harus dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk

kesejahteraan warga masyarakatnya. Sebesar-besarnya untuk

kesejahteraan masyarakat setempat, tersebut bukan berarti merusak

potensi alam tersebut, itu artinya tidak mensyukuri karunia alam yang

mereka peroleh. Tetapi masyarakat, pemerintah dan perusahaan yang

memanfaatkan sumber daya alam tersebut, secara secara bijak

Page 132: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

120

memelihara kondisi alam, kondisi sosial dan kondisi budaya yang

menunjang pemeliharaan lingkungan tersebut.

Tabel 20. Kegiatan Usaha Ekonomi Masyarakat Desa Karyamekar

Kecamatan Pasirwangi

No. Jenis Sarana Usaha dan

jasa

Jumlah

Sarana yang

ada

Lokasi

1. Konveksi/Tailor 4 Menyebar

2. Bengkel 4 Menyebar

3. SPBU Mini 1 Kp.Kubang

4. Warnet 2 Menyebar

5. Toko 4 Menyebar

6. Rumah makan/Restoran 3 Menyebar

7. Warung kelontong 50 Menyebar

8. Pengrajin Alat Pertanian 1 Kp.Darajat

9. Pangkalan Ojek 1 Kp.Kepakan

10. Bengkel/Tambal ban 4 Menyebar

11. Pengrajin Makanan

Ringan

1 Kp.Ciherang

12. Warung Baso 4 Menyebar

13. Toko Obat/alat Pertanian 1 Di Kp.Kepakan

14. Counter Hp/Pulsa 4 Menyebar

15. Kolam Renang/Water

Boom

5 Di Darajat

16. Penjahit 4 Menyebar

17. Sewa alat Musik/Dangdut

Live

1 Kp.Cibeureum

18. Sewa Penginapan 5 diDarajat

19. Pariwisata 5 diDarajat

Sumber: Profil Desa Karyamekar, 2012

Selain usaha dan jasa yang dikembangkan berdasarkan potensi

alam yang terdapat di desa Karyamekar, masyarakat juga

mengembangkan kegiatan usaha ekonomi lainnya. Terdapat 19 jenis

Page 133: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

121

kegiatan usaha yang terdapat di desa Karyamekar, baik usaha jasa,

perdagangan, restoran maupun wisata. Perkembangan jenis usaha

tersebut seiring pula dengan meningkat potensi wisata di desa

Karyamekar serta interaksi yang terjadi antara masyarakat lokal dengan

para pendatang atau wisatawan.

Selain potensi usaha jasa dan perdagangan di desa Karyamekar,

kepemilikan hewan ternak juga merupakan potensi usaha yang dapat

dikembangkan oleh masyarakat lokal. Berdasarkan data, terdapat 4

jenis hewan ternak yang dipelihara oleh penduduk desa Karyamekar.

Domba merupakan hewan ternak yang paling banyak dipelihara oleh

penduduk desa Karyamekar, dan lokasinya menyebar di setiap dusun,

RW dan RT. Berbeda dengan kepemilikan ternak ‘itik’ yang hanya

terpusat di kampung Kepakan.

Tabel 21. Kepemilikan Ternak oleh Masyarakat Desa Karyamekar

Kecamatan Pasirwangi

N0 Jenis Kepemilikan

Ternak

Jumlah

Ternak yang

dimiliki

Lokasi

1 Ayam Kampung 230 ekor Menyebar

2 Domba 420 ekor Menyebar

3 Kelinci 5 ekor Kp.Sukalaksa

4 Entog (itik) 70 ekor Kp.Kepakan Rt

01/02

JUMLAH 725 ekor

Sumber: Profil Desa Karyamekar, 2012

Kepemilikan hewan ternak yang menyebar tersebut, seperti

ternak domba dan ayam kampung, dapat diartikan bahwa masyarakat

telah terbiasa mengelola dan memelihara hewan ternak tersebut. Hal ini

Page 134: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

122

merupakan potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut, khususnya

berkaitan inovasi pemasaran dan diversifikasi kegiatan yang dapat

dimunculkan dari kegiatan beternak tersebut. Apakah akan

dikembangkan menjadi hewan potong, pedaging atau pemuliaan ternak

yang jalur pemasarannya dapat dibangun dengan rumah-rumah makan

di sekitar kecamatan Pasirwangi atau rumah makan dan restoran yang

ada di kabupaten Garut atau daerah lainnya.

5. Sarana Agama, Seni dan Budaya

Di desa Karyamekar tidak ditemui fasilitas keagamaan lain selain

Islam, sebagaimana terlihat dalam tabel 22. Keberadaan sarana ibadah

tersebut tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan kecukupan

menampung jamaah di desa Karyamekar. Hal tersebut juga

menunjukkan bahwa mayoritas penduduk desa Karyamekar adalah

beragama Islam.

Tabel 22. Sarana Keagamaan (Islam) Desa Karyamekar Kecamatan

Pasirwangi

N0 Jenis Sarana Keagamaan Jumlah unit

Sarana yang ada Lokasi

1 Mesjid Jami 9 di Rw 01 s/d 06

2 Mushola/Langgar 24 di Rw 01 s/d 06

3 Pondok Pesantren 1 di Rw 03

4 Madrasah 9 di Rw 01 s/d 06

JUMLAH 43

Sumber: Profil Desa Karyamekar, 2012

Selain sarana ibadah, di desa Karyamekar terdapat pula sarana

kegiatan rekreatif dan olah raga. Sarana olah raga yang tersedia di desa

Karyamekar antara lain lapangan sepak bola, bola volley, bulu tangkis,

Page 135: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

123

serta kolam renang. Tersedianya kolam renang tidak terlepas dari

keberadaan kolam-kolam air hangat di tempat-tempat wisata.

Keberadaan kolam-kolam tersebut merupakan kondisi tersendiri, yang

jarang dimiliki oleh desa-desa lain di kecamatan Pasirwangi.

Keberadaan sarana olah raga sangat diperlukan bagi warga yang ingin

berolah raga, atau sekedar menyalurkan bakatnya, atau juga sebagai

kegiatan rekreatif. Para pemuda dapat mengisi waktu luang mereka

dengan melakukan aktifitas yang bermanfaat, salah satunya melalui

kegiatan olah raga.

Tabel 23. Sarana Olah Raga di Desa Karyamekar Kecamatan

Pasirwangi

N0 Jenis Sarana Olah Raga Jumlah

Sarana yang ada Lokasi

1 Lapangan Sepak Bola 1 Kp.Kepakan

2 Kolam Renang/

berendam

5 di Darajat

3 Lapangan Bola Volly 1 Kp.Kepakan

4 Lapangan Bulu

Tangkis

2 Kp.Kepakan

JUMLAH 9

Sumber: Profil Desa Karyamekar, 2012

Selain mengisi kegiatan dengan berolah raga, warga masyarakat

pun dapat menyalurkan kegiatan bermanfaat lainnya dalam bidang seni

dan budaya. Di desa Karyamekar terdapat beberapa kelompok seni dan

budaya, seperti seni dogdog, bela diri pencak silat, qosidah, dangdut,

atau group band. Keikutsertaan warga masyarakat dalam kelompok seni

tradisional seperti seni dogdog dan seni bela diri pencak silat,

merupakan salah satu upaya dari pemeliharaan budaya tradisional.

Page 136: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

124

Tabel 24. Kelompok Kesenian dan Budaya di Desa

Karyamekar Kecamatan Pasirwangi

N0 Jenis Kesenian/Budaya Jumlah kelompok

Kesenian yang ada

1. Dogdog 1

2. Pencak Silat 1

3. Qosidahan 3

4. Dangdung Live 1

5. Band 3

JUMLAH 9

Sumber: Profil Desa Karyamekar, 2012

Selain seni tradisonal, terdapat juga beberapa seni kontemporer seperti

misalnya group-group band atau group musik dangdut di desa

Karyamekar. Semua jenis kesenian tersebut merupakan saluran minat

dan bakat bagi warga masyarakat, untuk melepas ketegangan dari

aktivitas pekerjaan sehari-hari.

6. Kelembagaan dan Organisasi Tingkat Desa Karyamekar

Selain struktur formal pemerintahan desa, terdapat pula

organisasi-organisasi yang bersifat semi informal dan informal, yang

dibentuk oleh tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Bahkan dalam

realitas kehidupan sehari-hari organisasi-organisasi inilah yang

seringkali menjadi ujung tombak pelayanan kepada masyarakat secara

langsung.

Page 137: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

125

Tabel 25. Kelembagaan dan Organisasi di Desa

Karyamekar Kecamatan Pasirwangi

N0 Jenis Organisasi/Kelembagaan Jumlah

Anggota/ Lembaga

1. BPD 5

2. LPM 6

3. MUI 5

4. PKK dan Kader PKK 18

5. Linmas 12

6. Posyandu 6

7. Kelompok Tani 2

8. DKM 9

9. Yayasan 2

10. Organisasi Olah Raga 5

11. Rukun Tetangga (RT) 32

12. Rukun Warga (RW) 6

13. Partai Politik 5

14. Kelompok Simpan Pinjam

Perempuan

5

15. Remaja Mesjid (IRMA) 3

Sumber: Profil Desa Karyamekar, 2012

Namun demikian tidak semua organisasi sosial tersebut aktif,

sehingga dapat memenuhi kebutuhan warga masyarakat. Beberapa

organisasi tersebut hanya akan aktif pada saat tertentu saja ketika

dibutuhkan, atau hanya hadir sebagai pelengkap saja. Keberadaan

organisasi sosial di Desa Karyamekar tersebut dharapkan dapat menjadi

saluran aspirasi dan media pelayanan bagi warga masyarakat.

7. Isyu dan Kebutuhan Pembangunan Desa di Karyamekar

Berdasarkan penjaringan masalah yang dilakukan di setiap

dusun terdapat isyu dan masalah yang akan menjadi prioritas

pelaksanaan pembangunan desa tahun yang dimulai dari Tahun 2011 –

Page 138: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

126

2015. Sejumlah isyu dan permasalahan tersebut terangkum dari hasil

data lapangan sebagai berikut:

Isyu permasalahaan pendidikan yang dihadapi oleh desa

Karyamekar antara lain sarana PAUD, SD, dan perpustakaan di

Madrasah. Ruang guru yang belum tersedia di beberapa sekolah,

sarana MCK sekolah, ruang laboratorium sekolah, masih

banyaknya anak yang putus sekolah, kesejahteraan guru ngaji.

Isyu yang berkait dengan masalah kesehatan antara lain di sejumlah

RW belum tersedia Posyandu, desa belum memiliki ambulan desa,

40% warga belum memiliki MCK, kesadaran dan perilaku warga

masyarakat akan kebersihan masih rendah, belum tersedia tempat

pembuangan sampah sementara (TPS), warga rentan terhadap

penyebaran penyakit menular, kader-kader PKK dan Posyandu

masih kurang, jaminan kesehatan keluarga miskin belum tersedia,

tenaga medis dan kesehatan desa belum tersedia.

Isyu berkaitan dengan infrastruktur atau pembangunan fisik, antara

lain perbaikan dan pembangunan jalan di setiap kampung, saluran

drainase, saluran kirmier, bahu jalan, pipanisasi untuk kebutuhan

sarana air bersih, sarana gedung serba guna desa.

Isyu yang berkait dengan lingkungan hidup, masyarakat masih

kesulitan memperoleh air bersih (terutama saat kemarau), tempat

pembuangan sampah sementara belum tersedia, 20% rumah warga

tidak layak huni, pemanfaatan halaman rumah untuk apotik dan

warung hidup masih minim, saluran pembuangan air kotor.

Isyu yang berkait dengan persoalan sosial, dan budaya antara lain

IPM (indeks pembangunan manusia) masih rendah, kemampuan

dan kompetensi petani masih rendah, banyak angkatan kerja yang

Page 139: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

127

belum memiliki keahlian (sekitar 40% usia produktif belum

bekerja), sarana pendukung pertanian masih kurang (termasuk bibit

pertanian), terdapat sejumlah kelompok kesenian yang belum

terbina, karang taruna belum berjalan, beberapa sarana kegiatan

kepemudaan dan olah raga belum tersedia.

Isyu perekonomian lain dan usaha mikro, kecil dan menengah

(UMKM) antara lain, para pelaku usaha kecil masih memerlukan

modal, peternak domba (400 ekor) memerlukan dukungan

pengadaan bibit, kolam ikan air tawar (30 kolam) belum digarap

secara maksimal, industri rumah tangga (pembuatan kripik) butuh

modal, pengusaha konveksi (jahit) butuh modal, tidak terdapat

sentra kerajinan dan makanan khas desa, masih beredarnya

tengkulak. (Sumber: diolah Profil Desa Karyamekar, 2012)

Secara umum kebijakan pembangunan di Desa Karyamekar

mengacu pada terwujudnya desa yang maju sesuai yang dicita – citakan

dalam Visi Desa Karyamekar. Dengan mengarah pada dapat

terakomodasinya kepentingan masyarakat secara umum, dengan

berazaskan pada kemanfaatan, keadilan, pemerataan, untuk mendorong

tumbuhnya pembangunan masyarakat yang partisipatif, berkelanjutan,

transparan dan akuntabel.

Adapun arah Kebijakan Pembangunan Desa Karyamekar pada

dasarnya meskipun Kepala Desa berganti setiap masa jabatannya,tetap

mengarah ke satu hal yaitu mewujudkan sumber daya manusia

berkualitas yang mampu membangun desanya. Dengan didorong oleh

potensi pendidikan dan kesehatan sebagai sektor sesuai arah misinya di

Desa Karyamekar dengan tanpa mengabaikan sektor lainnya,

Page 140: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

128

pemerintah desa, tokoh masyarakat, instansi terkait serta seluruh

lapisan masyarakat, berusaha menjadikan sektor ini sebagai ”sarana”

untuk memulai dan menuju ”proses/ tahapan” menuju visi desa

Tentu hal ini harus diimbangi serta didukung pula oleh

pembangunan sektor lain (keagamaan, kesehatan, sarana/prasarana)

serta penataan kelembagaan yang profesional dan amanah. Dengan ini

diharapkan dapat memicu reaksi-berantai, dengan dimulai dari

perubahan paradigma pembangunan masyarakat dengan berorientasi

pada kemandirian (pembangunan yang partisipatif), dengan ditunjang

dari tersedianya sarana/prasarana umum (sekolah, madrasah, jalan

lingkungan, jalan desa, saluran air, perpipaan, penerangan umum

/listrik). Serta dengan kapasitas dan kualitas kesejahteraan masyarakat

yang terus ditingkatkan (sarana kesehatan: penyediaan air, kebersihan

lingkungan, kesehatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan masyarakat),

selanjutnya adalah ketersediaan kebutuhan pokok (pangan dan bahan

pangan) yang memadai khususnya untuk warga Desa Karyamekar.

Dengan ini diharapkan dapat mendorong tumbuhnya SDM yang

memadai untuk peningkatan berbagai sektor, terutama diharapkan

dapat tumbuhnya usaha ekonomi produktif (di bidang perdagangan dan

pertanian), serta adanya ketersediaan lapangan pekerjaan yang terbuka.

Untuk pemilihan skala prioritas tahapan pelaksanaan pembangunan,

mengacu pada beberapa pertimbangan, antara lain:

(1). Dapat memberikan dampak langsung / tidak langsung terhadap

peningkatan kesejahteraan

(2). Memiliki potensi untuk dapat ditangani dalam waktu dekat ini

(ada dananya, atau mendesak karena bencana, atau lainnya)

Page 141: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

129

(3). Partisipasi serta kepedulian warga setempat

(4). Rasa Perikemanusiaan, Keadilan serta Pemerataan

Setelah diketahui serta dirumuskannya tujuan/arah

pembangunan desa, maka melalui potensi yang tersedia, diharapkan

masalah yang muncul dapat ditangani serta ditemukan solusinya. Untuk

menuju ke arah tersebut diperlukan usaha–usaha yang sistematis

dengan tahapan perencanaan yang matang.

Berikut beberapa hal yang menjadi strategi pencapaian rencana

pembangunan Desa Karyamekar antara lain :

1. Mengenali kebutuhan masyarakat, serta keberpihakan pada

Masyarakat. Peran Tokoh masyarakat, Tokoh agama, RT, RW,

serta lainnya sebagai Figur dan/atau pemimpin masa yang

bersentuhan langsung dengan masyarakat, dapat menjadi jembatan

untuk menghimpun aspirasi yang berkembang di masyarakat serta

mensosialisasikan rencana-rencana pembangunan.

2. Pembangunan Partisipatif. Semua komponen berperan aktif, dalam

tahapan perencanaan pembangunan serta proses pelaksanaan

pembangunan di wilayah desa, baik sebagai pelaku ataupun

pemantau dari pelaksanaan kegiatan tersebut.

3. Pemerintahan yang Amanah. Menyediakan informasi tentang

perencanaan, proses serta hasil pembangunan desa secara tranparan

dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan

pembangunan desa.

Page 142: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

130

4. Kesadaran masyarakat, bahwa pembangunan desa ini adalah

membutuhkan waktu,penunjang dan proses.

5. Terbukanya kesempatan bagi penyediaan kader penggerak

pembangunan desa.

Secara Umum program pembangunan direncanakan serta

dikembangkan dalam 5 (lima) tahun, meliputi bidang-bidang :

1. Bidang Keagamaan meliputi pembangunan serta perbaikan

sarana/prasarana ibadah masyarakat berupa bangunan serta

melengkapi perlengkapan pendukung kegiatan keagamaan

2. Bidang Kesehatan meliputi pembangunan sarana prasarana air

bersih, Peningkatan/Pelestarian MCK, Penyediaan gedung

posyandu, pelayananan kesehatan ibu dan anak, kesehatan

lingkungan, serta Pelayanan kesehatan Masyarakat (terutama pada

Rumah Tangga Miskin)

3. Bidang Pendidikan meliputi pembangunan sarana prasarana

Sekolah, kendaraan angkutan khusus anak sekolah, pembangunan

madrasah dan pendidikan non fisik seperti pelatihan-pelatihan

masyarakat.

4. Bidang Ekonomi meliputi Permodalan usaha(UKM), Pembinaan

Usaha Kecil, Koperasi.

5. Bidang Sarana Prasarana Umum meliputi sarana prasarana

mobilitas warga, sarana prasarana Pemukiman (jalan-jalan

lingkungan, Drainase), TPT/Kirmir, pembangunan sarana

prasarana olah raga.

6. Bidang Kelembagaan meliputi Penguatan dan pembinaan lembaga-

lembaga, sarana perkantoran yang represenntatif untuk lembaga.

Page 143: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

131

7. Pembenahan jalan dan pelebaran jalan utama Pasirwangi, untuk

mengantisipasi kemacetan yang terjadi setiap liburan ke daerah

wisata kolam air panas.

Secara historis mengenai pembangunan desa Karyamekar dapat dilacak

berdasarkan data sejarah pembangunan yang pernah dilakukan oleh

desa beserta pihak-pihak yang membantu proses bantuan tersebut.

Dalam tabel 26 terlihat secara kronologis pembangunan desa,

khususnya sejak hadirnya perusahaan Geothermal di wilayah mereka.

Tabel 26. Catatan Pembangunan Desa Karyamekar kecamatan

Pasirwangi, dengan dukungan dari Chevron

Tahun Peristiwa Pembangunan (1) (2)

2001 Pelatihan Las, Mesin Jahit, Tata Boga pembuatan Saos Tomat

Oleh PKK dari Balai Latihan Kerja (Dinas BLK) bekerjasama

dengan Chevron

2004 Pembangunan MCK di Kp. Bedeng,Kp. Babakan

Falah,Kp.Cibeureum Kp. Kepakan Rt 01/01 Dan Kp. Kepakan

Rt 02/01 merupkan Program bantuan dari Chevron Geotermal

Indonesia

2009 Bantuan ternak Domba dari Chevron ke kelompok ternak Kp.

Bedeng Rt 09 Rw 02

2011 Pelaksanaan Kegiatan perlombaan Penghijauan Penanaman

sejuta Pohon di Kawasan Hutan Darajat yang Diselenggarankan

Oleh Bupati Garut dan Chevron.

2011 Pembangunan Rambat Beton Jalan Lingkungan di Kp. Kepakan

RW 01 bantuan dari Chevron.

2011 Pembangunan Saluran air dengan Gorong-gorong saluran Air

Kp. Cibeureum Rt 03 Rw 03 bantuan dari Chevron.

Sumber: Diolah data Desa Karyamekar, 2012

Page 144: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

132

Dalam tabel tersebut nampak bahwa keterlibatan pihak perusahaan

Geothermal dalam proses pembangunan di desa Karyamekar hanya

tercatat di tahun 2001 satu kegiatan, tahun 2004 satu kegiatan, tahun

2009 satu kegiatan dan tahun 2011 tiga kegiatan. Data tersebut

menunjukkan fluktuasi relasi yang terjadi antara masyarakat Desa

Karyamekar dengan pihak PT. Chevron. Data dalam tabel 26

menunjukkan pula bagaimana pemahaman agen (PT. CGI) dalam

melihat potensi sosial-ekonomi, yang kemudian direspon dengan

kegiatan CSR yang mereka lakukan. Nampak terlihat dalam data

sekunder tersebut, program CSR yang dilakukan oleh PT. CGI,

cenderung dilakukan secara sepihak, artinya lebih banyak didasarkan

pemahaman pihak perusahaan. Sehingga program-program CSR yang

dilaksanakan belum tentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta

tidak melibatkan masyarakat secara penuh.

C. PT. Chevron Geothermal Indonesia (CGI)

Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. merupakan bagian

Chevron IndoAsia Bussines Unit, sebagai anak perusahaan yang

berkantor di San Ramon, California. Chevron terus berusaha

mengembangkan sumber-sumber energi yang dapat membantu masa

depan dengan ketahanan energi yang kuat dan terdiversifikasi. Salah

satu sumber energi terbarukan yang dikembangkan adalah energi listrik

tenaga panas bumi (geothermal). Hingga saat ini Chevron merupakan

produsen energi listrik tenaga panas bumi terbesar di dunia.

Tahun 2007, proyek Geothermal Darajat III yang

dikembangkan di bawah kontrak dengan Pertamina dan PLN

Page 145: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

133

(Perusahaan Listrik Negara) di Jawa Barat terdaftar dalam Mekanisme

Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism/CDM) Protokol

Kyoto. Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. yang ada Garut adalah

bagian dari Chevron yang awalnya dikelola oleh Amoseas Indonesia.

CGI merupakan sebuah perusahaan swasta asing yang bergerak dalam

usaha penyedia pasokan energi yang berasal dari panas bumi. CGI

sebagai perusahaan multinasional membangun Pembangkit Listrik

Tenaga Panas Bumi (PLTP) di kawah Darajat, Kabupaten Garut. Di

Indonesia sendiri, dua proyek geothermal Chevron di Salak dan

Darajat, Jawa Barat, menghasilkan 636 megawatt listrik. Jumlah

tersebut mewakili lebih dari 50% persen total produksi listrik dari

energi panas nasional yang dapat memenuhi kebutuhan listrik untuk 3,9

juta rumah serta mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sampai

saat ini CGI sudah membangun tiga Unit PLTP, yakni Darajat I, II, dan

III. Potensi Geothermal yang telah dimanfaatkan oleh ketiga unit

pembangkit itu mencapai 259 MW (Megawatt). Pada tahun 2009,

Darajat III menerima Sertifikat Pengurangan Emisi (Certified Emission

Reduction) perdana dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pencapaian ini

membuktikan komitmen Chevron dan Indonesia untuk

mengembangkan sumber energi terbarukan.

Sebagai sebuah perusahaan yang bersifat ekstraktif, yaitu

bergerak dalam eksplorasi alam khususnya pengelolaan panas bumi.

Kegiatan dan pengelolaan panas bumi yang dilakukan oleh CGI terdiri

dari beberapa tahapan yang semuanya dapat menimbulkan dampak,

baik positif maupun negatif bagi lingkungan sekitarnya.

Dalam sub bab berikutnya akan dikemukakan data mengenai

pandangan agen (masyarakat lokal dan perusahaan) sebagai pelaku

Page 146: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

134

praktik sosial, dalam memahami masing-masing agen dan struktur

(kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan) sebagai aturan dan

sumber daya (Giddens, 2011). Kemudian sub bab berikutnya akan

dikemukakan dinamika relasi antara agen-struktur---yaitu masyarakat

lokal dan perusahaan dengan kegiatan CSR---dalam dimensi

signifikansi, dominasi dan legitimasi akan program CSR. Kesadaran

para agen (masyarakat lokal dan perusahaan) merupakan dasar untuk

melakukan praktik sosial (tindakan sosial dan interaksi sosial), sebab

agen harus mengetahui apa yang ia kerjakan, meskipun pengetahuan

tersebut dapat diucapkan secara verbal atau pun tidak terucapkan

(Prayogo, 2011; Giddens, 2009, 2011).

Relasi yang dibangun melalui kegiatan CSR oleh PT. CGI di

Garut secara umumnya dilakukan, hal tersebut contohnya dari bantuan

pengadaan sarana kesehatan melalui Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Garut. Namun kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT. CGI

secara khusus lebih cenderung merupakan respon terhadap wilayah-

wilayah terdekat dengan lokasi operasional perusahaan CGI. Beberapa

kecamatan yang paling berdekatan antara lain adalah Kecamatan

Samarang, Kecamatan Sukaresmi dan Kecamatan Pasirwangi.

Kecamatan Pasirwangi merupakan lokasi utama dari operasional PT.

CGI, dan terutama desa Karyamekar merupakan desa dimana secara

administratif perusahaan tersebut berada. Sehingga merupakan yang hal

yang wajar apabila, dinamika relasi yang terjadi antara masyarakat

lokal dengan perusahaan akan terjadi lebih sering.

Page 147: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

135

BAB IV

PANDANGAN MASYARAKAT LOKAL AKAN

PERUSAHAAN DAN KEGIATAN CSR

Bagian ini menggambarkan kesadaran atau pemahaman

masyarakat lokal akan kehadiran dan kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaan PT. Pemahaman masyarakat lokal di sini merupakan

refleksi (kesadaran) mereka terhadap dimensi-dimensi struktur yaitu

dominasi, legitimasi dan signifikansi dari kehadiran perusahaan dan

tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan oleh PT. CGI.

Tujuan dari ini penyajian data ini adalah untuk memperoleh gambaran

mengenai kesadaran masyarakat lokal sebagai salah satu agen

memandang struktur (CSR) serta agen (perusahaan) lainnya.

A. Pandangan Masyarakat Lokal akan Kehadiran PT. Chevron

Geothermal Indonesia (PT. CGI)

Dalam bagian ini akan dikemukakan hasil penelitian mengenai

pengetahuan masyarakat lokal mengenai perusahaan, inisiatif,

pandangan masyarakat lokal akan keberadaan perusahaan, dan inisiatif

masyarakat lokal membangun relasi dengan perusahaan, serta alasan

masyarakat lokal melakukan aksi kepada PT. CGI.

Page 148: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

136

1. Pengetahuan Masyarakat Lokal mengenai PT. CGI

Beberapa informan baik warga biasa maupun tokoh informal

masyarakat mengenal PT. CGI sebagai perusahaan gas. Sedangkan

informan yang berkecimpung di pemerintahan desa atau kecamatan

mengenai PT. CGI sebagai perusahaan yang bergerak di bidang

penghasil listrik yang dihasilkan memanfaatkan tenaga pas bumi.

Bahkan terdapat informan yang mampu menjelaskan secara detail

mengenai cara kerja tenaga panas bumi ini menjadi listrik seperti

dikemukakan oleh salah seorang tokoh masyarakat, bahwa

“Chevron bergerak di bidang listrik, Chevron itu sebetulnya

memanfaatkan gas bumi panas bumi lebih tepatnya melalui

perantaraan sumur bor, jadi gini panas bumi itu gak kaya

minyak yah kalau panas bumi kalau masih aktif kan panas kalau

minyak 25 tahun atau 30 tahun habis kalau panas bumi mah

kalau gas alamnya masih aktif nya teras weeee,” (TM 1).

Pengetahuan masyarakat lokal mengenai perusahaan besar di suatu

daerah adalah penting dan diperlukan untuk melihat gambaran

pemahaman masyarakat lokal atas perusahaan tersebut.

Sedangkan mengenai kepemilikan PT. CGI, tidak semua

informan mengetahui atau bahkan tidak peduli mengenai status

kepemilikan perusahaan tersebut. Sebagian informan menyebutkan

bahwa orang Indonesia asli yang memiliki PT. CGI, sebagian lagi

mengatakan orang Amerika yang memiliki perusahaan tersebut.

Beberapa informan bahkan tidak mengetahui status kepemilikan serta

sejak tahun berapa PT. CGI ada di daerah tersebut. Status kepemilikian

tersebut nampaknya bukan sesuatu yang penting untuk dipikirkan oleh

para infoman. Bagi ada informan yang menganggap PT. CGI sebagai

aset negara, sebagaimana dinyatakan sebagai berikut:

Page 149: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

137

“..saya gak tau Chevron disini dari tahun berapa pastinya, untuk

pemiliknya ga tau, yang jelas mah orang Amerika katanya. Saya

belum tahu benar-benar apa milik negara apa milik asing, tapi

sok dicaritakeun kieu “ieu teh aset negara” ya namanya saya bodoh... ya taunya yang punya orang Amerika aja. ....ya yang

usaha di bidang PLTU (tenaga uap) ya pengeboran cari sumur

buat geothermal seperti itu lah (TM 3).

Pengetahuan yang tertanam dan berkembang di dalam benak

para informan tersebut sedikit banyak mempengaruhi cenderung

berperilaku dan bersikap mereka atau upaya respon (sikap) para

informan kepada perusahaan tersebut. Bahkan beberapa warga

masyarakat lokal Desa Karyamekar mengetahui secara detail asal mula

kepemilikan PT. CGI. Walaupun mereka sendiri memperoleh informasi

tersebut tidak secara langsung dari pihak PT. CGI, tetapi mereka

memperoleh informasi tersebut dari mulut ke mulut warga lainnya.

Mereka mengetahui bahwa PT Amoseas adalah pengelolan sebelum

beralih ke PT. Chevron Geothermal Indonesia sebagai pengelola di

Darajat.

Prayogo (2008: 68-69) menunjukkan bahwa karakteristik lokal

yang berkaitan dengan organisasi lokal dan budaya lokal merupakan

variabel penting yang harus diperhatikan dalam konteks relasi

masyarakat lokal dengan industri ekstraktif. Lebih jauh Prayogo (2011,

150) menyebutkan bahwa substansi pokok berkaitan dengan relasi antar

pemangku kepentingan berkenaan dengan konsep kepentingan, otoritas

dan power, sumber daya, akses informasi dan kontrol. Dalam konsepsi

strukturasi Giddens (2009, 2010) substansi tersebut dengan struktur,

yang terdiri dari dominasi, signifikansi dan legitimasi.

Page 150: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

138

2. Pandangan Masyarakat Lokal akan Keberadaan PT. Chevron

Geothermal Indonesia

Kehadiran peusahan besar berteknologi tinggi ditengah-tengah

masyarakat seringkali menimbulkan pro dan kontra bagi mereka. Bagi

masyarakat yang pro atau mendukung terhadap kehadiran PT. CGI,

karena kehadiran tersebut membawa dampak positif menurut mereka.

Sedangkan mereka yang kontra, mereka menganggap kehadiran

tersebut membawa dampak negatif.

Pada beberapa informan yang melihat kehadiran PT. CGI secara

positif, sebagian melihat banyaknya bantuan yang diberikan oleh

perusahaan kepada warga sekitar. Bantuan yang paling dirasakan

sangat bermanfaat adalah pada pembangunan infrastruktur, seperti jalan

dan gorong-gorong. Khusus mengenai pembangunan jalan dari PT.

CGI, hampir semua informan bersikap positif. Mulusnya jalan

mendukung mobilitas kegiatan ekonomi masyarakat lokal, yang

sebagian besar adalah petani sayur. Waktu tempuh untuk mengirim

sayuran untuk dijual ke pasar menjadi lebih cepat. Sebagaimana

pendapat dari salah seorang informan, bahwa:

“Pendapat bapak mah alhamdulilah dengan adanya Chevron teh

jalan-jalan terutama lingkungan-lingkungan diantara

masyarakat teh alhamdulillah ku Chevron ka bantos, pami

ngabangun jalan, irigasi, air bersih pami ku swadaya mah moal

kadugi, tapi ku Chevron mah alhamdulillah kebijakan Chevron

teh karaos ku bapak. Bapak ngan saukur ngajengkeun terutama

nampi, pami masalah pembiayaan mah teu terang nu didamel

teu terang upah tah kitu diantarana mah biaya secara globalna

mah teu terang” (TM).

Page 151: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

139

Bahkan berdasarkan informasi informan, setiap tahunnya selalu

dilakukan perbaikan jalan atas sumbangan Chevron. Perbaikan jalan ini

dimuali dari jalur masuk dari arah Tarogong --kecamatan Samarang---

kecamatan Pasirwangi menuju lokasi PT. CGI. Dengan demikian jalur

ini juga penting bagi mobilitas kepentingan perusahaan tersebut.

Namun jika diperhatikan secara seksama tidak semua jalan di desa-desa

di Kecamatan Pasirwangi dilakukan perbaikan oleh PT. CGI. Terutama

desa-desa yang lokasinya agak jauh terpencil dan tidak dilalui jalur

utama menuju PT. CGI, mereka jarang memperoleh bantuan.

Sedangkan pada warga yang berpandangan negatif, menurut

informan antara lain mereka khawatir dengan kebocoran gas, dan

tenaga kerja lokal yang masih jarang dipekerjakan oleh PT. CGI. Pihak

perusahan kurang terbuka untuk memberikan informasi kebutuhan

tenaga kerja. Bahkan pada sebagian warga masyarakat, mereka

memandang PT. CGI telah mengeksploitasi sumber daya alam milik

mereka. Mereka merasa, masyarakat tidak pernah diberi informasi

berkaitan dengan eksploitasi, mereka tidak diberi tahu sampai kapan

periodesasi kontrak PT. CGI, dan ketiga berkaitan dengan hutan di

Darajat Pass yang semakin gundul. Tidak banyak warga masyarakat

lokal yang dapat menanami hutan, karena lahan hutan sudah diambil

alih oleh PT. CGI. Menurut mereka masyarakat membutuhkan 3 (tiga)

hal pertama, persoalan ekonomi, kedua masalah infrastruktur, dan

ketiga adalah masalah pendidikan. Tetapi masyarakat merasa tidak

berdaya, karena sumberdaya alam, menurut mereka, terus dikeruk;

sementara pemerintah setempat pun seolah tutup mata.

Page 152: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

140

Sebagian masyarakat mengetahui pemilik PT. CGI adalah pihak

asing, yaitu Amerika yang kemudian dikaitkan dengan Yahudi.

Sehingga muncul sentimen di kalangan sebagian warga keinginan

untuk menasionalisasi kepemilikan PT. CGI. Tentang pengalihan

kepemilikan tersebut, bagi sebagian warga seringkali dikaitkan dengan

kehadiran PT. CGI yang belum mampu memberikan dampak terhadap

peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Bahkan pada sebagian

warga yang dahulu memiliki lahan, bahwa mereka dipaksa untuk

menjual tanah mereka dengan harga murah kepada Pertamina pada era

tahun 1982-an. Sebagaimana dikemukakan oleh informan berikut ini:

“...(tahun) ’82. Jadi eta teh pertama-tamana tanah masyarakat,

ngan eta teh tanah paksa tea, jual paksa ke pertamina, mula-

mulana mah. Kahoyong masyarakat mah jadi eta teh hoyong

sapartos sewa lahan. Ayeuna aya perkembangan, Chevron, jadi

perkembangan deui naik deui, sewaan. Ternyata-nyata

pemerintah itu gabung dengan tokoh-tokoh yang terkaya di

Kepakan, seperti Pak Maman, dulu-dulunya. Jadi, dipaksa

dijual-belikan kitu. Jadi per meter 7.000 (Rupiah). Ti payun teh

per meter kana leuweung ti payun. Tah ari jadi ka hoyong ku

abdi mah jadi hoyong sewa lahan kitu. Jadi, nambah deui

PLTU tenaga uap berkembang, jadi berkembang deui, jadi ka

anak incu teh kabagian. Jadi lamun dijual beli keun mah, ka

anak incu mah, ka anu bungsu-bungsu na, bontot-bontot na teu

kabagian kitu. Jadi anu ageng na hungkul ka tuang teh. Tah

ayeuna mah jadi sisa, anu jadi kanyeuri kapeurih teh iwal ku

alit-alitna kitu. Tenjo ka….. jadi ka anak incu mah teu turun-

menurun. Jadi tanah paksa tadi na mah, kedah dipaksa ku

tokoh-tokoh na. jadi atos ageng tea penggusuran kitu.

Disuhunkeun 20 ge permeter ti payun ge henteu iyeu, 7.000 eta

teh permeter! Da Jadi 150 tumbak naming kabagian artos abdi

teh 45 juta. Nuju SMP abdi oge eta teh. Ayeuna teh anu

meserna pertamina (kebelakang), (sekarang) Chevron anu

meserna. Anu ngelolana. Ti payun mah Pertamina, anu mula-

mulana. (WM 2).

Page 153: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

141

Berdasarkan pernyataan tersebut nampak bahwa ada

pengalaman negatif yang mempengaruhi pandangan mereka menjadi

pandangan negatif terhadap keberadaan perusahaan di daerah mereka.

Suatu persepsi yang muncul dengan tidak tiba-tiba, tetapi suatu

persepsi negatif yang terpelihara seiring perjalanan waktu, hingga saat

ini. Persepsi negatif ini merupakan gejolak masyarakat yang bersifat

laten, dan tidak muncul ke permukaan. Apabila PT. CGI dan

pemerintah lokal, pemerintah daerah dan pemerintah pusat tidak

mampu mengelola konflik laten tersebut, maka dikhawatirkan situasi

tersebut akan muncul menjadi konflik yang manifes. Sebagaimana

dikemukakan oleh salah seorang informan, bahwa:

“sebenernya mah masyarakat mah pingin nasionalisasi lah. Jadi

perusahaan asing ke (ber)alih... sebenernya nunggu waktu lah,

sebenernya gerakan itu pasti ada, tapi kan masih menunggu

waktu. Jadi keinginan masyarakat pingin nasionalisasi, jadi

pengelola Pertamina gitu. Karena sulit gitu kalo dengan

perusahaan asing mah.” (TP 1).

Sebagian masyarakat lokal yang memandang kehadiran PT.

CGI sebagai sesuatu yang kontradiktif. Masyarakat lokal memahami

bahwa pendapatan yang diperoleh PT. Chevron adalah triliunan, sangat

kontradiktif dengan kondisi masyarakat sekitarnya. Bahkan muncul

nada sarkastik dari sebagian warga yang menyatakan kehadiran PT.

CGI sebagai mengerikan, sehingga masyarakat selalu was-was jika

suatu saat terjadi bencana.

“ya itu pernyataan sikap masyarakat mah, karena itu tanah

kami, itu sumber daya alam kami, maka kembalikan lagi kepada

kami. Terkait dengan masalah pengelolaan, ya silahkan mau

Page 154: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

142

dikelola. Tapi masyarakat juga harus menikmati. Jangan hasil

buminya dikeruk semua, diambil gitu harta kekayaannya,

masyarakat dibiarkan.” (TP 1)

Pada sebagian masyarakat, mereka memahami kalau seandainya

banyak bantuan yang diberikan di desa-desa wilayah Kecamatan

Pasirwangi, daripada daerah lainnya di wilayah Kabupaten Garut.

Desa-desa yang berdekatan dengan lokasi operasional PT. CGI masuk

dalam wilayah Ring 1, sedangkan Kecamatan Samarang masuk wilayah

Ring 3. Sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang informan,

mengenai kehadian PT. CGI, bahwa:

“...sangat mendukung sekali, boleh dikatakan undang-undang

ya? Sekarang dengan adanya undang-undang nomer 33 tentang

perimbangan keuangan sudah ada ya, sudah ada pembagian

hasil dari pada penghasilan pajaknya. Kalau dulu ketika belum

diselesaikan itu kabupaten itu hanya “to” menerima itu “DAPU” penghasilan yang dikelola oleh Chevron sendiri

langsung ke pusat. Nah sekarang ada bagian tapi masuknya

tidak ke kecamatan terdekat, tapi ke APBD kabupaten, itu di

bidang keuangannya. Terus di bidang kesejahteraan

masyarakatnya juga ada andil yang terdekat saat ini ada

penerimaan karyawan diutamakan putra daerah dari ini

(masyarakat lokal) ya tapi itu untuk pekerja kasarnya saja, kalau

untuk yang ahli pastinya ya yang sudah ahli. CSR, sangat

mendukung sekali wilayah yang ada disekitar Chevron terutama

di wilayah Pasirwangi itu. Sangat besar program untuk ke sana,

kan Pasirwangi dekat sekali dengan Chevron. Kalau Samarang

ini mah katanya ring 3, kalau tidak salah ya. Da saya kan

soalnya orang baru juga disini, kalau katanya mah ring satunya

itu pasirwangi, ring 2 nya Sukaresmi nah Samarang ini ring 3.

Sehingga sebagian besar CSRnya ada di Pasirwangi tapi di

Samarang juga ada kebagian, ada pembangunan gedung SD,

musholla, madrasah, sarana kesehatannya juga ada, kemudian

infrastruktur jalan, ya jadi banyaklah kalau dari Chevron yang

di kabupaten Garut ini mah”. (PK 3)

Page 155: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

143

Kalau melihat pendapat dari salah satu informan di atas yang

berasal dari aparat Kecamatan Samarang dapat terlihat mulai

munculnya kecemburuan mengenai penyaluran program tanggung

jawab sosial perusahaan (CSR) dari PT. CGI. Informan tersebut

menganggap bahwa bantuan CSR dari PT. CGI lebih banyak dinikmati

oleh masyarakat Kecamatan Pasirwangi. Namun demikian mereka

memaklumi besarnya bantuan untuk warga di Kecamatan Pasirwangi

tersebut. Karena bantuan CSR PT. CGI baik untuk infrastruktur dan

non infrastruktur juga diberikan untuk kepentingan warga masyarakat

di wilayah Kecamatan Samarang. Jika diperhatikan lebih seksama

mengenai fokus wilayah program CSR PT. CGI, nampaknya

Kecamatan Pasirwangi dan Kecamatan Samarang memperoleh

perhatian lebih dari pada kecamatan lainnya di Kabupaten Garut.

Isyu lain yang muncul dari kehadiran PT. CGI adalah persoalan

kekhawatiran kerusakan lingkungan yang mengakibatkan menurunnya

produksi lahan pertanian, serta isyu ketenagakerjaan masyarakat lokal,

sebagaimana dikemukakan oleh infoman berikut ini.

“secara pribadi sebagai masyarakat yang saya harapkan orang Chevron bergaul dengan masyarakat, karena yang dapet

bantuan orangnya itu-itu aja,...kenapa mereka membabat hutan

habis-habisan ...karena mereka kekurangan lahan yang pertama,

yang kedua ...barangkali ada kan efek negatif dari gas yang

dikeluarkan dari Chevron.... Dulu hutan kita ...rindangnya

bukan main, dinginnya bukan main tapi sekarang malem aja

udah panas, kalau dulu jam 2 siang teh udah banyak kabut

dingin banget sejuk udaranya.... Sebetulnya masyarakat jangan

terlalu disalahkan, kalau ada kerjasama yah ayoo, misalkan ada

ajakan ayo masyarakat desa Karyamekar kerjasama gue

misalkan, jangan yang kerja teh itu-itu aja harus ada

rekomendasi lah harus ada ijazah lah. Masyarakat Desa

Page 156: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

144

Karyamekar mah yang masuk Chevronnya hanya satu orang

yang benar-benar kerja di Chevron.” (WM 4 & WM 5)

Informan mengkaitkan isyu menurunnya kualitas lingkungan di

kawasan hutan Darajat, dengan menipisnya hutan di wilayah tersebut.

Perambahan hutan oleh warga tersebut karena berkurang lahan

pertanian, yang sebagian besar menanam kentang. Hasil pengamatan di

lapangan menunjukkan bahwa di sekitar puncak Darajat merupakan

wilayah potensi wisata yang berkembang dengan pesat. Beberapa

warga yang memiliki modal yang menginvestasikan dananya untuk

membangun wisata kolam air panas. Setidaknya terdapat sekitar 10

(sepuluh) kolam air panas dengan wisata air lainnya terdapat di daerah

tersebut. perkembangan tersebut diikuti dengan meningkatnya

prasarana pendukung lainnya, seperti penginapan, rumah makan, serta

lahan parkir (masih kurang). Namun, kebutuhan lahan untuk

tersedianya prasarana wisata tersebut mendesak lahan-lahan pertanian

sehingga semakin menipis. Meningkatnya jumlah sarana dan prasarana

wisata merupakan pull factor sehingga menjadikan jumlah wisatawan

yang datang ke lokasi tersebut terus meningkat. Menjelang libur atau

hari Sabtu kepadatan pengunjung wisata ke Darajat Pasirwangi sudah

terasa sejak dari pasar Samarang. Sehingga apabila sedang padat

pengunjung, waktu tempuh menuju tempat wisata Darajat dari

kecamatan Samarang yang seharusnya 30 menit menjadi 3 hingga 4

jam.

Dalam penelitian Prayogo (2008: 72) menunjukkan bahwa

relasi masyarakat dengan perusahaan yang mengarah pada konflik atau

ketegangan hubungan dimulai dengan ‘rumor’ ‘kekecewaan’

‘laporan’ demo massa dengan kekerasan. Gidden (2010)

Page 157: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

145

menyatakan bahwa agen dan struktur saling jalin-menjalin tanpa

terpisahkan dalam praktik sosial manusia. Artinya dalam hal ini

perusahaan dan masyarakat merupakan agen, yaitu orang-orang atau

kelompok yang terus terlibat dalam arus kontinu tindakan. Sementara

tindakan masyarakat dan perusahaan akan bergantung pada pemahaman

(kesadaran) mereka akan struktur CSR yang mereka pahami.

Perbedaan-perbedaan pemahaman antara masyarakat dan perusahaan

akan CSR ini lah yang mendorong timbulnya flukutuasi dan

dinamisnya hubungan antara masyarakat dengan perusahaan.

3. Inisiatif Masyarakat Lokal Membangun Relasi dengan

Perusahaan

Inisiatif untuk memulai hubungan antara masyarakat lokal

dengan PT. CGI perlu dipahami sebagai niat baik dan upaya dari

masing-masing pihak untuk membina relasi yang harmonis. Inisiatif ini

seringkali dipengaruhi oleh bagaimana pandangan masing-masing

pihak memaknai hubungan tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh

salah seorang informan, bahwa:

”saya kira begini untuk undang-mengundang Chevron jadi

kesannya kita mengemis, kasarnya begini, kalau kita

berhubungan dengan Chevron kita akan diberi

sumbangan.....tidak....., jadi kita udah malu sendiri gitu,

sebelum mengundang kita udah malu sendiri karena udah ada

hal yang seperti itu terjadi dan kalau ada undangan udah jelas

minta uang takutnya seperti itu, pernah kan dulu ada sumbangan

mesin jahit dari Chevron “ (WM 4 & WM 5).

Page 158: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

146

Terdapat rasa enggan nampaknya dari masyarakat lokal untuk

mengundang pihak PT. CGI dalam kegiatan yang terdapat dari

masyarakat. Sehingga jarang sekali terjadi, masyarakat yang

mengambil inisiatif untuk melakukan komunikasi (dalam arti formal)

dengan pihak PT. CGI. Bahkan ada yang berpendapat secara terus

terang bahwa masyarakat tidak mengundang tetapi yang terjadi adalah

pengusulan kegiatan atau permohonan bantuan dari masyarakat. Itu pun

sebenarnya merupakan inisiatif membangun hubungan, walau dalam

rangka meminta bantuan.

“ masyarakat mah (teu ngundang) ...paling oge pengusulan.

Jadi pengusulan, ya kalau ada bantuan, minta bantuan. Kalau

tidak dibantu baru turun ke jalan (demo). Sebenernya lelah,

capek gitu. Sebenernya penyelesaiannya pingin ada sebuah

sistem yang difasilitasi oleh pemerintah antara masyarakat

dengan pihak Chevron.” (TP 1)

Relasi yang dibangun antara pihak PT. CGI dengan masyarakat

lokal tidak selalu dalam situasi formal saja, namun lebih banyak

dilakukan secara informal. Bahkan komunikasi yang bermakna dan

lebih dekat dapat dilakukan secara informal. Bagi masyarakat lokal,

mengundang pihak PT. CGI jarang dilakukan. Selain hambatan

psikologis, berhadapan dengan sebuah entitas perusahaan besar yang

harus melalui perijinan dan resmi (jika untuk bertemu), merupakan

persoalan sendiri bagi masyarakat lokal.

Sedangkan pihak PT. CGI jika akan mengadakan kegiatan yang

melibatkan masyarakat atau pihak pemerintah lokal selalu membuat

surat undangan atau pemberitahuan. Misalkan kegiatan rutin tahunan

menjelang perayaan Idul Adha, pihak PT. CGI memberikan sumbangan

hewan Qurban kepada warga masyarakat. Sebagaimana pendapat salah

Page 159: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

147

seorang pemuda di desa Karyamekar yang menjadi karyawan PT. CGI,

bahwa: “Jadi gini, setiap ada kegiatan ya ada undangan resminya,

biasanya bagian humasnya yang dateng itu untuk menjelaskanlah.” (TP

3)

Masyarakat lokal memandang bahwa sudah sewajarnya apabila

pihak PT. CGI berinisiatif membangun relasi dengan masyarakat

terdekatnya, bahkan sebagian melihat sebagai kewajiban. Sebagaimana

dikemukakan oleh salah seorang aparat pemerintah lokal, bahwa:

“...ya gini, itu mah kan sudah menjadi suatu kewajiban. Jadi

kewajiban ada perusahaan yang besar begini harus

memperhatikan wilayah yang deket itu mah sudah kewajiban,

jadi ya CSR itu memang sudah harus dilakukan. Selain karena

kewajiban juga karena adanya permintaan dari masyarakat. Jadi

gini kan... yang namanya perusahaan itu kan... saling

memerlukan dan saling membutuhkan, kalau saling

menguntungkan mah bagi masyarakat mungkin tidak terlalu

menguntungkan, ya karena ini kan perusahaan internasional

yang adanya di pusat. Minimal ada imbasnya nih ke daerah sini,

minimal kan lingkungan biar dibantu jalan, sekolah, tenaga

kerja tapi ya memang yang tidak terlalu kompeten ya, tapi ada

lah yang membantu ke sini yang masuk. Itu keuntungannya ada

perusahaan besar di sini tu gitu, minimal sebagain besar

masyarakat ada yang dibantulah gitu. (PK)

Pendapat serupa dikemukakan oleh beberapa aparat pemerintah

Kecamatan Pasirwangi, bahwa kegiatan tujuan PT. CGI adalah

memang untuk membangun hubungan dengan masyarakat sekitar.

Menurut mereka terdapat pembagian untuk program CSR di tingkat

kabupaten dan tingkat kecamatan. Namun sayangnya pihak kecamatan

tidak diberi tahu, mereka menganggap prosesnya langsung dilakukan di

tingkat desa.

Page 160: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

148

Selain pola komunikasi formal yang dilakukan oleh PT. CGI,

beberapa pegawainya, khususnya staf humas seringkali membangun

hubungan secara informal dengan sejumlah tokoh masyarakat. Banyak

keuntungan yang diperoleh dari pola hubungan informal tersebut.

Menurut staf humas PT. CGI, seringkali informasi yang diperoleh

melalui situasi tidak formal lebih jujur dan orisinil, serta langsung dari

masyarakat. Bahkan banyak informasi penting dapat diperoleh melalui

situasi informal tersebut. Selain itu masyarakat juga dapat memperoleh

secara langsung dan tanpa hambatan formal memperoleh informasi

yang berkaitan dengan PT. CGI. Sehingga seringkali pola relasi yang

secara informal, dalam batas-batas tertentu, jauh lebih efektif jika

dibandingkan dengan pola relasi formal.

Sebagaimana dinyatakan oleh Giddens (2010, bahwa agen

dianggap memiliki pengetahuan akan sebagian besar tindakannya, dan

pengetahuan ini diekspresikan sebagai kesadaran praktis. Dalam hal

masyarakat lokal memiliki kesadaran praktisi (practical consciousness)

bahawa sudah sewajarnya apabila agen perusahan mengambil inisiatif

untuk membangun relasi dengan masyarakat. Sementara dalam

pehaman perusahaan sebagai agen, merasa telah melakukan relasi

bahkan memperoleh ijin untuk melakukan eksplorasi di wilayah

tersebut, melalui pemerintah. Pemahaman yang berbeda antar agen ini

yang seringkali menimbulkan gejolak relasi antara perusahaan dan

masyarakat.

Page 161: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

149

4. Alasan Masyarakat Lokal melakukan Aksi (demo) ke

Perusahaan

Demo terakhir pada Rabu 19 Januari 2011 yang dilakukan oleh

warga masyarakat Pasirwangi adalah ketika warga menuntut dan

mempertanyakan bantuan Chevron Geothermal Indonesia Ltd (CGI)

untuk pembangunan Masjid Besar Pasirwangi yang terkatung-katung 7

tahun sejak 2004. Sejumlah warga mendatangi kantor CGI dengan

membentangkan spanduk dan menutup jalan masuk.

Sekitar bulan Agustus 2010 kembali warga Pasirwangi

mendatangi DPRD kabupaten Garut. Demostrasi berkaitan dengan

tuntutan warga yang mengatasnamakan Paguyuban Masyarakat

Pasirwangi Bersatu (PMPB), termasuk 12 Kepala Desa di Kecamatan

Pasirwangi Kabupaten Garut menghujat dan mengecam keras PT.

Chevron, Indonesia Power dan Pertamina. Mereka menilai terdapat

kejanggalan yang dilakukan oleh ketiga perusahaan, atau tidak sesuai

dengan yang diamanatkan UU No. 40/2007 dan UU No. 27/2003.

Mereka menuntut transparansi dan kejelasan royalty (bagi hasil), 90

persen tenaga kerja diprioritaskan putra daerah, realisasi dana CSR/

community development (CD) untuk rakyat, juga mendesak Pemkab

garut mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda). Khusus tentang

kecamatan penghasil (Pasirwangi), dengan presentase 12 persen untuk

daerah (kecamatan) dana dana perimbangan yang diperoleh Pemkab

Garut. Ketiga perusahaan tersebut juga dituntut menggunakan pola

manajemen profesional, proporsioanl dan efektif serta pro rakyat.

Selasa 12 Agustus 2008, sekitar 80 karyawan PT. Chevron

Geothermal Indonesia (CGI) yang berada dalam dua bus dan empat

Page 162: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

150

mobil minibus disandera ratusan pendemo, yang tergabung dalam

Gerakan Pemuda Pemudi Samarang (GPPS). Demo yang dilakukan

ratusan warga Kecamatan Samarang tersebut menuntut PT. CGI agar

memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Pendemo menuntut

pemerataan kesejahteraan dan meminta penjelasan mengenai program

community development yakni pembangunan terhadap masyarakat,

pada hal perusahaan tersebut mengkesploitasi hasil di Kabupaten Garut.

“2008, 2009 gitu nya. 2008 terakhir demo. Anu paling kritis

mah didieu, barudak dideu (desa Karyamekar). Ayeuna mun

urang nu barodo rek naon demo mah, orientasina naon rek ka

Chevron teh, ka Chevron, terus cek Chevron naon kadieu?”,

mun orang bodo mah aah. Lamun urang rada pinter mah, geus

diperhitungkeun nya. Jadi udah ada kitu nya. Paling oge nya

anu masyarakat anu teu terlalu rumit dasar pemikirana ketika

ada demo teh masyarakat anu rada beringasan. Jadi bisa

disebut ada dua golongan. Ada golongan orang berintelek, ada

golongan biasa. Nah paling nu biasa mah anu simpel-simpel

wae mereunan, kayak sarana ibadah nya, kalo bergerak di

bidang pendidikan mah kan agak rumit. Dasar apa ceuk

Chevron teh bisa kieu kieu kieu..!. Perlu konseptor anu jernih

mereun nya. Ya paling masyarakat anu biasa-biasa hoyong anu

simpel, yang penting menikmati semua masyarakatna. Kaya

sarana mesjid kan gitu; kayak air, bak kontrol kayak gitu, kayak

jalan kan fisik. Kurang lah sementara ini mah ke sosial.....

kurang. (TP 4)

Penjelasan informan mengenai aksi demo di tahun 2008 dan

2009 dianggap yang paling kritis. Lebih lanjut informan mengatakan

bahwa masyarakat terbagi menjadi dua golongan yaitu masyarakat

yang berpendidikan dan masyarakat biasa. Bagi masyarakat biasa,

mereka tidak berharap banyak tetapi yang jelas saja pemanfaatannya,

seperti sarana ibadah, air bersih dan jalan.

Page 163: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

151

Namun dalam dua tahun terakhir ini, relatif tidak terdapat aksi

masyarakat kepada PT. CGI, sebagaimana dikemukakan oleh salah

seorang informan di bawah ini.

“kalau dulu mah ada, baru-baru 2-3 tahunan mah suka ada

demo. Jadi dulu mah kalau kita mengajukan lalu tidak

direalisasikan langsung didemo. Kalau untuk warga mah hasil

dari demo itu ada keuntungannya, ada kerugiannya. Nah kalau

sekarang mah ya sudah tidak ada demo. Sekitar 2-3 tahun

kebelakang mah alhamdulillah tidak pernah ada demo. “ya itu mah paling demo-demo untuk menuntut lapangan pekerjaan. Ya

pokoknya kalau demo yang paling fatal itu ya dimasalah

tenagakerja. Dari sekecamatan paling banyak demo ya masalah

tenaga kerja” (TM 4).

Beragam isyu sesungguhnya dapat menjadi pemicu munculnya

demo atau aksi masyarakat lokal kepada PT. CGI. Bahkan tidak jarang

aksi demo tersebut dilakukan untuk menuntut sesuatu kepada PT. CGI.

Apabila setelah demo atau aksi masyarakat dilakukan, kemudian

masyarakat mendapatkan apa yang dituntutnya, maka bagi sebagian

masyarakat hal tersebut bukanlah bantuan. Seperti halnya isyu

lingkungan yang menjadi pemicu demo dikemukakan oleh salah

seorang informan bahwa:

“...sering. Orang dieu mah sering demo mah. Soalna dirugikeun

pisan ku Chevron teh nya. Tanah na atuh ku manehna, iyeu teh

sawah hungkul aslina mah ka palih wetan. Ayeuna mah tos

gararing, ...jadi air teh diambil ku perusahaan, tapi klaim

perusahaan mah tidak mengambil. Tapi sebenernya diambil.

Namanya turbin nya, teu pake air nya meledug. tina pusat na,

tina sumber air bersih teh diambil ku perusahaan. ... air bersih

mah eta sanes bantuan. Menang menta atuh eta mah” (WM 1)

Data tersebut menunjukkan sifat dinamis hubungan antara

masyarakat dengan PT. CGI yang bersifat fluktuatif, kadang naik

Page 164: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

152

kadang turun. Nampaknya PT. CGI mencoba belajar dari situasi

hubungan sebelumnya yang lebih banyak demo tuntutan masyarakat

sekitar, kemudian mencoba membangun komunikasi dan kemitraan

baru berdasarkan situasi sebelumnya. PT. CGI mengembangkan local

bussiness development (LBD), yaitu menjalin mitra dengan

perusahaan-perusahaan lokal yang memiliki badan usaha CV atau

persekutuan komanditer (commanditaire vennootschap). Melalui LBD

yang sesuai klasifikasi PT. CGI maka penyerapan tenaga lokal dapat

terjadi. Masyarakat lokal pun didorong untuk mengembangkan

perusahaan dengan kualifikasi minimal (CV), agar dapat mengikuti

tender proyek-proyek terbatas di PT. CGI. Sebagaimana dikemukakan

oleh salah seorang informan, yaitu:

Tapi rasa saya mah dari dulu kan saya kenal dengan Chevron

kalau dari usaha mah Chevron kan ada dari masyarakat

perusahaan lokal istilahnya teh ditampung di LBD (local

bussiness development), LBD itu seperti perusahaan-

perusahaan lokal seperti anak saya itu bikin usaha, kadang-

kadang dapet tender dari wilayah-wilayah setiap desa ada. Tapi

ada yang dapet ada yang enggak, karena kalau tender mah siapa

yang berani harga dia yang dapet. Kalau ngomong demo-demo

pasti ada, kemaren-kemaren ada demo gak tahu saya alesannya

apa, tapi demo juga gak terlalu anarkis paling ada pengusulan-

pengusulan terus ada tanggapan dari chevron udah ga ada apa-

apa. (TM 3)

Demo atau aksi masyarakat merupakan letupan dari keinginan

atau tuntutan masyarakat yang tidak didengar atau tidak dipenuhi.

Dalam 2 tahun terakhir ini memang relatif tidak terdapat aksi atau

demo ari masyarakat. Namun demikian bukan berarti tidak ada gejolak

terpendam di dalam masyarakat. PT. CGI, pemerintah setempat dan

tokoh masyarakat perlu terus mengembangkan komunikasi secara

Page 165: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

153

terbuka (transparan), bukan persoalan pemenuhan kebutuhan tetapi

komunikasi antara ketiga pihak harus dibangun terus agar terjaga

pemahaman dan saling pengertian diantara semua pihak. Sebagaimana

diungkapkan dalam hasil penelitian ini, bahwa cara-cara komunikasi

yang lebih informal, dekat dengan masyarakat setidaknya dapat

meredam potensi konflik yang mungkin muncul terjadi.

Struktur dalam hal ini adalah kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaan, sebagaimana konsepsi Giddens (2009, 2011) nyatakan,

bahwa struktur adalah aturan dan sumber daya. Dalam penelitian ini,

kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan aturan dan

sumber daya. Fluktuasi konflik menurut Prayogo (2008: 72-73) bukan

peristiwa yang terjadi dengan tiba-tiba, tetapi melalui proses tahapan

eskalatif, mulai dari rumor, kekecawaan, laporan dan kemudian demo

massa dengan kekerasaan. Jika situasi hubungan sudah mulai tegang,

maka pemicu konflik dapat terjadi oleh apa saja yang mungkin tidak

berhubungan langsung antara perusahaan.

Giddens (2010) menunjukkan bahwa atas dasar pengetahuan

dan kesadaran praktis maka praktik sosial dilakukan, dan akan

diproduki oleh agen berdasarkan aturan dan sumber daya yang terdapat

di dalam struktur. Alasan masyarakat melakukan tindakan demo dan

aksi merupakan wujud dari kesadaran diskursif, bahwa mereka

melakukan tindakan aksi agar tujuan mereka tercapai, yaitu perubahan

struktur CSR yang lebih berpihak pada masyarakat. Sementara agen-

perusahaan merasa bahwa mereka telah melakukan kegiatan CSR,

selain juga pajak yang mereka bayarkan kepada negara. Inilah salah

satu titik diharmoninya relasi masyarakat lokal dengan perusahaan,

Page 166: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

154

karena perbedaan pemahaman masing-masing agen akan struktur-

CSR..

B. Operasionalisasi Kegiatan Tanggung Jawab Sosial PT.CGI

Dalam Pandangan Masyarakat Lokal

Kesadaran masyarakat lokal akan kegiatan tanggung jawab

sosial PT. CGI berisikan gambaran akan upaya-upaya masyarakat lokal

melakukan inisiatif usulan kegiatan, pandangan akan kegiatan tanggung

jawab sosial, relasi yang terjalin dan manfaat kegiatan CSR. Persepsi

warga masyaraat lokal terhadap perusahaan merupakan isyu penting

yang harus diperhatikan oleh perusahaan.

1. Inisiatif Usulan Kegiatan

Inisiatif usulan kegiatan yang dibungkus dalam payung CSR

dapat dimulai dari pihak mana saja, baik dari masyarakat lokal atau

perusahaan, atau juga pemerintah setempat. Usulan kegiatan tersebut

dapat dipandang sebagai upaya untuk menyelesaikan atau memperbaiki

suatu persoalan tertentu baik di masyarakat lokal maupun perusahaan.

Usulan kegiatan yang berasal dari perusahaan dapat dipandang sebagai

upaya perusahaan membangun hubungan dengan masyarakat sekitar

perusahaan.

Namun bagi masyarakat usulan kegiatan yang ditujukan kepada

perusahaan, dapat diartikan sebagai harapan masyarakat lokal yang

begitu tinggi kepada perusahaan untuk dapat membantu persoalan yang

dihadapi oleh masyarakat. Namun masyarakat memandang kehadiran

perusahaan di wilayah lingkungan mereka adalah sebagai tamu, bukan

Page 167: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

155

sebaliknya. Jadi bagi masyarakat rasanya aneh jika merekalah yang

harus membuat usulan kegiatan. Sebagaimana pendapat salah seorang

warga masyarakat, sebagai berikut

“masyarakatnya yang ngajuin (usulkan), bukannya Chevron yang aktif dimasyarakat. Makanya kita jadi beda, kaya kita yang

jadi tamu, Chevronnya yang jadi pribumi. Bisa dibilang disini

mah kalau kita gak ngajuin ya ga akan dikasih. Gitu lah kira” jang. (WM 6).”

Munculnya usulan kegiatan dari perusahaan juga menunjukkan

kepedulian perusahaan untuk membantu penyelesaian masalah yang

dihadapi oleh masyarakat. Namun jika masyarakat berharap terlalu

tinggi kepada perusahaan untuk dapat menyelesaikan segala persoalan

yang dihadapi, maka pola hubungan ini akan menjadi tidak baik jika

tidak dikelola dengan hati-hati. Akan timbul pola hubungan yang

membuat masyarakat menjadi tergantung kepada perusahaan.

Masyarakat menjadi tidak mandiri, sangat tergantung kepada

perusahaan. Sementara PT. CGI sebagai perusahaan yang dikontrak

oleh Pertamina tidak selamanya akan terus berada di Darajat, suatu saat

jika kontraknya habis, mungkin saja mereka hengkang.

“kadang inisiatif dari masyarakat. Kaya misalkan membutuhkan kursi, ya bisa membuat proposal. Kadang ada juga dari

pemerintah bantuan, kan ada ADD (alokasi dana desa). Ada

juga inisiatif dari Chevronnya. Suka dimasukin ke desa, kaya

fisik, nonfisik, ya apa aja bisa ... warga juga ada, dari Chevron

juga ada ya bantuan tanpa masyarakat harus minta. Mungkin

kesadaran dari Chevronnya juga” (PD 2).

Menurut informan yang merupakan aparat pemerintahan Desa

Karyamekar, usulan kegiatan dapat berasal dari masyarakat atau

pemerintah desa kepada PT.CGI. Begitu pula usulan kegiatan bantuan

Page 168: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

156

juga dapat berasal dari PT. CGI, yang seringkali bantuan tersebut

melalui pihak pemerintah desa. Bantuan dari PT. CGI tersebut

merupakan kesadaran dari pihak perusahaan untuk membantu

masyarakat.

Sebagian anggota masyarakat lainnya berpendapat bahwa

inisiatif usulan kegiatan itu berasal dari masyarakat. Masyarakat yang

lebih tahu mengenai kebutuhannya, ketika masyarakat sudah tidak

mampu mengatasi persoalan dan kebutuhannya. Kemudian masyarakat

mengajukan permohonan bantuan kepada PT. CGI. Jadi buat meraka,

kalau masyarakat tidak mengajukan usulan bantuan atau kegiatan,

maka PT. CGI tidak memberi bantuan karena memang tidak ada yang

mengajukan proposal untuk memperoleh bantuan. Seperti

pembangunan jalan, karena jalannya sudah rusak dan kritis, baru

kemudian masyarakat mengajukan bantuan kepada PT. CGI.

“Dari inisiatif masyarakat. Pertama mah dilihat dari ini inisiatif masyarakatnya dulu, kan dilihat dari kebutuhan masyarakatnya

dulu. Seperti sekarang yang dibutuhkanna naon, misalkan jalan

di RW 3, kalau tidak ada yang kritis mah tidak akan ngasih

karena tidak ada yang mengajukan. Jadi harus ada proposal ke

perusahaan dulu.” (TP 2).

Namun demikian usulan kegiatan atau proposal pengajuan bantuan

tersebut tidak serta merta memperoleh bantuan dari PT. CGI. Buktinya

adalah mengenai pembangunan Masjid Kaum Pasirwangi, yang

diajukan oleh 12 desa se-kecamatan Pasirwangi. Bantuan tersebut dapat

direalisasikan setelah warga masyarakat dari 12 desa se-kecamatan

Pasirwangi melakukan unjuk rasa menyampaikan dan menuntut janji

PT. CGI sekitar 7 tahun lalu yang akan membantu pembagunan sarana

Page 169: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

157

ibadah tersebut. Warga masyarakat yang melakukan aksi menutup jalan

akses para karyawan PT. CGI ke tempat kerja. Setelah aksi tersebut

kemudian pihak PT. CGI berjanji untuk membantu, dan akhirnya

bantuan pembangunan tersebut dapat diwujudkan. Sebagaimana

pendapat yang dikemukakan oleh salah seorang tokoh pemuda, sebagai

berikut:

”... kan perusahaan ga mungkin langsung nih buat masyarakat, dilihat feed back dari masyarakatnya dulu seperti apa, biar

sesuai kebutuhan. Kaya contoh pembangunan masjid di kaum

Pasirwangi. Itu kan setelah masyarakat 12 desa ngajuin baru

direalisasikan. Itu teh 2M apa 3M, oh 2M 800jt dari

Chevronnya jadi langsung dibangunin, untuk ke masyarakatna

mah pas serah terima kunci ajalah serah terimana.” (TP 3).

Pada perkembangan selanjutnya desa-desa se-Kecamatan Pasirwangi

mengembangkan sebuah forum yang khusus membicarakan usulan-

usulan CSR yang berasal dari desa-desa. Forum CSR se-Kecamatan

Pasirwangi ini baru terbentuk sekitar 2 tahun yang lalu. Forum ini

menjadi wadah dan sekaligus menjembatani hubungan antara keinginan

dan kebutuhan masyarakat dengan pihak perusahaan (PT.CGI). Forum

CSR inilah yang kemudian menentukan skala prioritas mengenai

program bantuan dari PT. CGI yang akan dilakukan di desa-desa. Saat

ini koordinator forum CSR se-Kecamatan Pasirwangi adalah dari Desa

Padamulya sedangkan wakilnya dari Desa Padaawas.

“itu kan di desa itu ada koordinatornya. Kecamatan Pasirwangi

itu kordinatornya ada di desa Padamulya wakilnya dari

Padaawas, dia aja berdua yang diajak untuk diskusi sama

Chevron. Bahkan dia juga yang menentukan dananya sekian

untuk program ini untuk anu anu.gitu. ... jadi kaya mereka aja

petugasnya” (PK 1 & PK 2).

Page 170: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

158

Terbentuknya forum CSR tersebut sedikit banyak mengurangi beban

tekanan dan kepusingan PT. CGI dalam menentukan usulan kegiatan,

prioritas kegiatan, sasaran kegiatan, dan pelaksana kegiatan di masing-

masing desa. Semua ‘keinginan’ masyarakat sebelumnya dibahas

dalam Musrenbang desa masing-masing kemudian melalui perwakilan

atau pemerintah desa, semua usulan tersebut dibicarakan dalam forum

CSR tersebut.

“Karena kita melakukan program comdev. Prosedurnya, melalui musyawarah desa. Keinginan apa, walau kita ubah.

Pendanaannya tidak hanya untuk pembangunan infrastruktur

saja, tetapi juga untuk pengembangan ekonomi masyarakat.

Kita lihat semua keinginan mereka. Sehingga tidak ada gejolak

dari masyarakat. Setiap tahun buat bertemu di forum (CSR)

lagi. Kita berharap pemda seharusnya seperti itu”. (PP 1).

Menarik untuk memperhatikan keberadaan forum CSR di

Kecamatan Pasirwangi tersebut, dalam hubungannya dengan usulan

kegiatan yang sebelumnya harus selalu ditemui dan ditangani seara

langsung oleh PT. CGI. Sebagaimana pendapat informan dari pihak PT.

CGI, dengan adanya Forum CSR tersebut memudahkan PT. CGI dalam

menyalurkan bantuan untuk program yang telah terseleksi melalui

forum tersebut. Sehingga PT. CGI memiliki waktu luang untuk lebih

berkonsentrasi pada kegiatan lainnya.

Inisiatif pembentukkan forum mungkin saja memang berasal

dari PT. CGI, yang mungkin mengindikasikan upaya mengalihkan

persoalan atau kesibukan menghadapi masyarakat. Dalam fakta di

lapangan menunjukkan bahwa dengan adanya forum tersebut, mereka

merasa lebih leluasa dan tekanan beban kerja teralihkan kepada forum

tersebut. Sejak terbentuknya forum tersebut itu pula gejolak hubungan

Page 171: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

159

antara masyarakat lokal dengan PT. CGI relatif menjadi terkendali. Hal

tersebut diakui oleh sejumlah informan baik dari pihak pemerintah

lokal, masyarakat, maupun pihak PT. CGI itu sendiri.

Menurut Prayogo (2011: 157), persepsi terbentuk karena

berbagai sebab, bisa karena pengalaman, informasi yang diterima

(benar atau salah), adanya harapan secara positif atau negatif (dalam

bentuk rasa khawatir). Pemahaman masyarakat lokal sebagai agen,

menentukan tindakan mereka terhadap korporasi, sehingga jika

persepsi negatif terbentuk maka akan negatif tindakannya.Bentuk-

bentuk inisiatif membangun relasi dari masyarakat lokal kepada

perusahaan merupakan wujud dari respon warga masyarakat lokal

terhadap keberadaan korporasi. Dalam kerangka strukturasi Giddens

(2010) inilah yang disebut dengan praktik sosial; melalui praktik sosial-

lah terus dikaji dan diperbarui terus menerus pengetahuan baru, yang

pada gilirannya mengubah praktik sosial tersebut secara konstitutif.

Oleh karena itu perusahaan perlu selalu mengikuti perkembangan

pengetahuan dan pemahaman warga masyarakat lokal terhadap mereka.

Jenis dan bentuk informasi yang diterima, harapan yang terpenuhi atau

tidak, dampak positif dan negatif yang dirasakan, serta manfaat atau

mudarat yang dirasakan menentukan persepsi warga masyarakat lokal

(Prayogo, 2011: 157).

2. Tahapan Kegiatan Tanggung Jawab Sosial PT. CGI

Proses pengajuan usulan perlu untuk diamati untuk memperoleh

gambaran dan informasi mengenai pengetahuan masyarakat cara-cara

masyarakat mengajukan usulan kegiatan. Serta bagaimana pihak

Page 172: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

160

perusahaan menanggapi bantuan-bantuan yang berasal dari masyarakat

dan dari pemerintah setempat. Tentunya tahapan pengusulan bantuan

tersebut terjadi sebagai pengulangan dari kejadian-kejadian dari

praktik-praktik sosial sebelumnyaAnggota masyarakat yang berhasil

mengajukan proposal bantuan, kemudian akan ditiru oleh anggota

masyarakat lain yang akan mengajukan bantuan kepada PT. CGI.

Keterulangan praktik sosial tersebut terus belangsung selama beberapa

tahun sebelumnya hingga saat kini. Pada pengajuan proposal di tahun-

tahun sebelumnya, apabila proposal yang diajukan terlalu lama

(bertahun-tahun) atau tidak direspon (tidak ada realisasinya) maka

sudah ada semacam ‘aturan’ tidak tertulis di masyarakat untuk

melakukan aksi atau demonstrasi. Munculnya aksi tersebut juga meniru

kejadian serupa sebelumnya, bahwa kalau tidak didemo, maka bantuan

itu tidak akan cair.

Namun saat ini, kejadian pengajuan proposal bantuan tidak lagi

menimbulkan aksi dari masyarakat. Sejumlah informan mengemukakan

pendapatnya, bahwa pengajuan bantuan kepada PT. CGI selalu ada

prosesnya, dan mereka tahu dan mengerti kapan dan berapa lama

bantuan tersebut akan cair. Sebagaimana pendapat informan berikut ini,

“ada prosesnya, proposal dikordinasikan dulu ke pusat, nanti pusat yang menginformasikan program itu bisa dijalankan atau

enggak” (WM 6).

“Ya pasti memang membutuhkan proses. Itu biasanya kalau

teknik lapangan Chevron udah kontrol ke lapangan ya cepet,

seminggu setelahnya langsung direalisasikan. Jadi setiap hari

selama proyek pelaksanaan selalu ada pengawasan hingga

proses evaluasi. Kalau perawatan mah itu masyarakat aja sama

pihak pemerintah desa.” (TP 2).

Page 173: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

161

Terjadi proses pembelajaran yang terjadi, baik dari masyarakat

lokal maupun dari pihak perusahaan berkenaan dengan tuntutan

masyarakat yang sebelumnya banyak dilakukan melalui aksi atau

demo. Masyarakat pengusul kegiatan harus mengikuti proses

pengusulan yang ditetapkan pihak PT. CGI. Masyarakat lokal yang

mengusulkan kegiatan, sekarang harus menuliskan usulannya dalam

bentuk prososal. Jika pengusul kegiatan (masyarakat lokal) tidak

membuat usulannya dalam bentuk tertulis atau sebuah naskah proposal

serta mengikuti proses yang diteapkan oleh PT. CGI, maka usulannya

tidak akan ditanggapi. Sesuatu yang tidak mudah sebenarnya mengubah

mindset masyarakat, dari budaya ‘verbal /tidak biasa tertulis’ menjadi

budaya “tertulis menulis.”

“...kita masukkan proposal nanti seminggu kemudiannya

diproses dulu, ya proses-proses seperti itu saja. Ada yang sudah

lewat setahun, ada juga yang suka langsung dapet aja, Cuma

biasanya keputusannya itu sih di akhir tahun. Jadi kalau yang

sudah tau strateginya biasanya ngajuin proposal itu dibulan ke

6, jadi pas bulan ke 10 atau akhir tahun sudah “turun”. (TM 4).

Di sebagian informan dari kalangan masyarakat lokal sudah

muncul pemahaman bahwa untuk memperoleh bantuan mereka harus

menuliskan usulannya tersebut. Masyarakat juga sudah memperkirakan

kapan waktu pengajuan yang tepat, kapan pembahasan, dan kapan

waktu cairnya usulan bantuan tersebut. Seringkali pencairan tersebut

dikaitkan dengan pembahasan anggaran yang dilakukan oleh

pemerintah daerah, walaupun mungkin saja pengusulan kegiatan

tersebut belum tentu berkait dengan pembahasan APBD. Mereka

mengasosiasikan pengajuan tersebut dengan penganggaran yang

Page 174: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

162

dilakukan oleh pemerintah daerah. Sebagaimana dikemukakan oleh

salah seorang aparat Kecamatan Samarang, yaitu:

“itu tergantung dari pengajuan. Jadi berdasarkan proposal

kebutuhan yang diajukan oleh masyarakat. misalnya desa A

membutuhkan madrasah, ah untuk tahun 2014 dari sekarang

sudah diajukan ke sana. Untuk hasilnya ya seperti penyusunan

APBD aja, jadi tahun ini diajukan oleh Chevron dirapatkan

dulu, dibuat perencanaan untuk setahun yang akan datang

bagaimana lalu ditentukanlah apa yang akan dilaksanakan, jadi

berdasarkan proposal yang masuk itu juga nanti ditentukan

berdasarkan dari kebutuhan masyarakat.” (PK 3)

Hanya saja ketika akan menagih atau mempertanyakan proposal

yang yang telah diajukannya, mereka enggan dan sungkan untuk

mempertanyakannya kepada pihak PT. CGI. Kesungkanan untuk

mempertanyakan hal tersebut tidak terlepas dengan pengalaman yang

pernah terjadi sebelumnya. Selain prosedur yang harus bertemu dengan

front office membuat janji terlebih dahulu, sebelum bertemu dengan

staf humas PT. CGI. Kondisi tersebut dapat dipahami sebagai

penyesuaian dan adaptasi budaya antara budaya formal keorganisasian

dan budaya masyarakat yang cenderung lebih bersifat infomal. Pada

akhirnya masyarakat pengusul bersikap ‘nrimo’ dengan ketentuan dan

hasil yang mungkin diterima atau tidak, cair atau tidak. Dengan

rumitnya prosedur yang harus ditempuh, hal tersebut merupakan

kesulitan tersendiri yang harus dihadapi oleh masyarakat lokal sebagai

pengusul. Sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang informan

“kalau kita nagih kesana bila ditanya ‘bu mau kemana? Proposalnya masih numpuk’, jadi kan kita malu sendiri terus nyamperin, kita kan termasuk ke lembaga pendidikan, masa

harus pake cara preman kan gak etis. Jadi yah nerimo aja,

dikasih sukur gak dikasih ya “ngeruwet” (WM 4 & WM 5).

Page 175: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

163

Namun demikian sikap ‘menerima’ sebagian anggota

masyarakat tersebut apabila tidak dapat dikelola dengan baik, dengan

informasi dan penjelasan yang bijak, maka dimasa depan akan menjadi

‘bom waktu‘ yang mengganggu relasi antara masyarakat dengan PT.

CGI.

Dalam perkembangannya, masyarakat memandang bahwa

hubungan antara masyarakat dengan PT. CGI, melalui kegiatan CSR

dipandang baik. Sudah jelas bagi masyarakat, bahwa terdapat dana

CSR untuk setiap desa di kecamatan Pasirwangi. Tinggal masyarakat

mengusulkan berbagai kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Persoalannya adalah perlu keterbukaan (transparancy)

terhadap dana CSR di setiap desa tersebut. Terkadang persoalan dana

ini sangat sensitif, dan tetapi juga bukan masalah besarnya dana. Perlu

akuntabilitas dan kejujuran dari para pengelola dana CSR desa tersebut.

Perlu dibangun komunikasi yang terbuka, yang dapat memberikan

pemahaman kepada berbagai pihak, terkait dengan persoalan CSR.

“ sementara ini kerja sama Chevron, baik juga gitu nya. Soalnya

udah jelas gitu nya ku tiap desa misal ayeuna CSR, dana CSR

development na nya A. Cuman ceuk abdi oge di masyarakatna

gitu A. Dari Chevron ada kayak CSR weh, kan itu masuk

pemda dulu. Nah lalu entar udah di desa lalu ke tiap desa ke

kepala desa. Nah kepala desa sendiri tidak bisa, jadi menclak

wae gitu. Padahal, misalnya seratus juta, paling mun tepi ka

masyarakat dua puluh juta.” (TP 4)

Kalancaran dan keterbukaan dalam pelaporan kegiatan CSR

juga sangat terkait dengan norma dan perilaku pengelola CSR baik dari

pemerintahan desa, pemerintahan kecamatan, serta serta pihak-pihak

Page 176: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

164

lainnya. Dalam pandangan masyarakat tersebut seringkali baik

buruknya kegiatan CSR sangat dipengaruhi oleh perilaku para

pengelolanya.

Alfitri (2009: 116-117) menunjukkan pentingnya partisipasi

masyarakat dalam setiap tahap program pengembangan masyarakat

perusahaan. Setidaknya tiga hal penting partisipasi, pertama, partisipasi

sebagai suatu alat memperoleh infomasi mengenai kondisi, kebutuhan

dan sikap masyarakat lokal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih

mempercayai program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam

proses persiapan, perencanaan, dan pelaksanaannya; ketiga merupakan

hak demokrasi masyarakat lokal. Lebih jauh lagi partisipasi akan

memunculkan potensi dan kreativitas masyarakat lokal.

Budimanta, dkk. (2007) telah menunjukkan bahwa tipologi

program CSR yang dilakukan oleh perusahaan termasuk dalam tiga

kelompok, yaitu pertama, community relations, yaitu bentuk-bentuk

kegiatan yang lebih bersifat kedermawanan atau filantropis kepada

masyarakat, dengan tujuan utama meredam konflik. Kedua, community

services, merupakan pelayanan kemasyarakatan untuk memenuhi

kepentingan masyarakat atau pun kepentingan umum lainnya. Bentuk

kegiatan ddalam kategori inilebih bersifat pembangunan secara fisik

sektor kesehatan, keagamaan, pendidikan, transportasi, jalan raya,

sumber air minum dan sebagainya pelayanan umum. Sebagaimana

yang kegiatan-kegiatan CSR yang masih dilakukan oleh PT. CGI bagi

masyarakat lokal dan sekitarnya. Kategori ketiga adalah pemberdayaan

masyarakat (community empowering), yang merupakan kegiatan-

kegiatan mendorong keberdayaan dan kemandirian masyarakat.

Dengan pandangan Giddens (2010) tentang praktik sosial, maka

Page 177: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

165

tahapan dan proses kegiatan CSR dapat dipahami sebagai praktik-

praktik yang melandasi keberadaan agen-agen. Melalui struktur-CSR,

maka praktik-praktik sosial kegiatan tanggung jawab sosial

terselenggara. Namun cara-cara melakukan kegiatan tanggung jawab

sosial tersebut belum tentu berlandaskan pada pemahaman yang

diantara agen-agen yang terlibat, yaitu masyarakat, perusahaan dan

pemerintah.

1) Aspek Pembangunan Fisik (Instratruktur)

Porsi terbesar program CSR PT. CGI nampaknya masih pada

pembangunan infrastruktur. Pembangunan dan perbaikan jalan dari

Tarogong (Kecamatan Samarang) hingga Kecamatan Pasirwangi,

penyediaan air bersih, gorong-gorong, pembangunan sarana ibadah

(mesjid), dan sarana pendidikan. Bantuan pembangunan dan perbaikan

jalan hampir setiap tahun dilakukan, demikian pula dengan penyediaan

air bersih. Pipa-pipa penyediaan air bersih bantuan dari Chevron

seringkali mengalami kebocoran, terutama di musim kemarau.

Kebocoran terjadi karena terdapat kerusakan yang ditimbulkan oleh

ulah sebagian warga yang memerlukan air bersih di musim kemarau,

terutama untuk menyirami perkebunan mereka. Seringkali kejadian

tersebut menimbulkan percekcokan atau konflik kecil diantara warga

masyarakat setempat, bukan dengan pihak Chevron-nya. Berikut

pendapat informan mengenai bantuan PT. CGI,

“kalo bangunan mah dari dulu udah dikasih (terpenuhi). Yang

sudah kesini mah air, jalan, sama bantuan untuk ke masjid kaya

karpet gitu suka ada. Ada masjid muhajirin, al falah, at taufik

sudah tercukupi tapi jalannya sama air bersihnya udah tuh dari

Chevron. Tapi karena udah lama, jadi buntu lagi airnya

Page 178: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

166

bersihnya, kalau jalan mah sekarang juga lagi dibikin lagi.

Pokoknya Chevron mah muter” kesitu aja kaya air, jalan, ya gitu.” (WM 6)

Pembangunan jalan yang dilakukan oleh Chevron tidak

dipungkiri membawa perubahan terhadap mobilitas penduduk, serta

membawa percepatan perubahan khususnya ekonomi dan wisata di

daerah Darajat. Namun demikian, terdapat juga perkembangan wisata

yang tidak diantisipasi dengan baik, yang di kemudian hari dapat

menjadi permasalahan yang serius bagi masyarakat lokal.

Persoalan ketenagakerjaan dipandang oleh masyarakat lokal

sebagai isyu yang sering diungkapkan oleh para informan. Menurut

mereka tidak banyak warga masyarakat lokal yang dapat bekerja di PT.

CGI. Hal tersebut dapat dipahami mengingat tuntutan kompetensi dan

skill serta formasi tenaga kerja yang tersedia memang sangat terbatas.

Tetapi sebagian lagi berpendapat sebaiknya tetap mengutamakan

tenaga kerja dari masyarakat lokal, walaupun untuk tahap awal terbatas

pada tenaga kerja kasar (unskill).

“ya... mengutamakan tenaga kerja dari sini, ...ya biar ga nyari lagi tenaga kerja dari luar Desa Karyamekar. Di sini juga

banyak yang mampu” biar ga ada lagi pengangguran terutama pemuda gitu ya. Kalo pemudi mah jarang yang mau bekerja.” (PD 2).

Demikian pula pendapat yang dikemukakan oleh salah seorang

tokoh masyarakat, mengenai pentingnya penanganan masalah

ketenagakarjaan di Desa Karyamekar. Berikut pendapatnya:

“kalau pelatihan mah ga ada, kalau kepemudaan mah ada di bidang kewirausahaan seperti itu pangkas rambut yang di atas

itu dari Chevron. Ya itu baru-baru ini adanya kalau dulu kan

Page 179: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

167

kepemudaannya di remaja mesjid, soalnya karangtaruna mah

kan udah bubar. Lalu kalau remaja mesjid dulu mah

ngebahasnya masalah tenaga kerja tidak ke wirausaha. Jadi

fokusnya ke masalah tenaga kerja aja, kalau ada peluang demo.

Kalau sekarang mah dari Chevronnya kan memberikan celah,

jadi wirausaha mulai ada yang ngajuin.” (TM 4).

Persoalan ketenagakerjaan ini jika tidak ditangani secara benar,

ditengarai akan menimbulkan demo (aksi) dari warga kepada PT. CGI.

Sehingga perlu penanganan serius, dalam arti perlu dikembangkan

pola-pola dialog yang intensif dan terbuka untuk mengetahui dan

saling memahami kebutuhan masing-masing pihak. Untuk selanjutnya

dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat di desa

Karyamekar.

Keinginan para ibu di wilayah sekitar PT. CGI untuk dapat

bekerja sama dengan perusahaan tersebut. Misalkan pengadaan

katering untuk para karyawannya. Banyak para ibu di Desa

Karyamekar yang dapat memasak, asalkan mereka diberi tahu tentang

standar kebersihan dari dapurnya, serta gizi dari makanan yang dibuat.

Termasuk juga pembentukkan badan usahanya (CV) dalam bidang

katering. Nampaknya untuk masalah makanan atau katering untuk

karyawannya, PT. CGI memiliki standar kualitas yang tinggi, selain

persoalan hukum administrasi yang tidak bisa persorangan, tetapi harus

berbeda hukum.

Beberapa ibu warga Desa Karyamekar juga mempertanyakan

sejumlah bantuan yang diberikan PT. CGI, misalnya pemberian mesin

jahit dan mesin obras, tetapi realisasinya bagi mereka dianggap tidak

jelas. Sementara banyak ibu-ibu yang memiliki waktu luang yang

banyak, mereka umumnya hanya menunggu suami pulang dari kebun.

Page 180: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

168

Para ibu menginginkan aktivitas yang dapat mengisi waku luang

mereka. Mereka berharap PT. CGI dapat melihat kondisi nyata ibu-ibu

tersebut. Para ibu ini melihat kesenjangan secara ekonomi yang terjadi

di lingkungan mereka yang belum dicermati oleh pihak PT. CGI,

sehingga program CSR-nya dapat lebih mengarah pada masyarakat

miskin.

Berdasarkan informasi dari lembaga swadaya masyarakat yang

menjadi mitra PT. CGI yaitu Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha

Kecil (PUPUK) memang Desa Karyamekar belum ditangani secara

serius, padahal merupakan salah satu wilayah terdekap dekat dengan

operasional PT. CGI. Kemudian sejak bermitra dengan PUPUK, PT.

CGI berupaya menyalurkan program CSR-nya kepada masyarakat

sekitar tidak lagi semata hanya fokus pada pembangunan infrastruktur.

Sejak tahun 2008 program-program capacity building dan program

pemberdayaan masyarakat (community development) mulai menjadi

fokus perhatian. Walaupun porsi antara pembangunan infrastruktur dan

non infrastruktur masih lebih besar pembangunan infrastruktur.

2) Bantuan Bidang Pendidikan

Bantuan di bidang pendidikan yang diberikan kepada

masyarakat antara lain fasilitas untuk Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD), TK, SD, dan SMP. Termasuk di dalamnya bantuan ATK,

papan tulis, laptop. Artinya beberapa masyarakat di desa Karyamekar

mengetahui dan mengakui adanya bantuan dalam bidang pendidikan,

meskipun belum merata. Demikian pula dengan gedung untuk kegiatan

olah raga dan kesenian yang dibangun oleh PT. CGI. Berikut sejumlah

pendapat dari beberapa informan:

Page 181: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

169

“kalau itu mah ini kan PAUD yang ada didekat sini kan itu dari

Chevron“(WM 6)

” Seperti madrasah yang didieu ada bantuan laptop, terus bangku, ATK pernah, board dll.” (TP 2).

“gedung olah raga dan kesenian kan itu juga diberikan sama Chevron.” (TP 3).

“Aya (ada bantuan), tapi ke sekolah, ke madrasah mah enggak

SD,SMP, PAUD aya” (TM 1).

“Tah kalau pendidikan ti Chevron teh ka TK panginteun, TK teh aya opat gunduk (ada empat tempat) rupina di bedeng,

didieu,cipanas, sareng RT 4.” (TM 3).

Namun untuk madrasah belum terdengar terdapat bantuan yang

diberikan PT. CGI kepada masyarakat. Sebagaimana dikemukakan oleh

salah seorang tokoh agama, yang menganggap bahwa PT. CGI masih

mendiskriminasikan bantuan untuk sekolah-sekolah formal, namun

belum memberikan bantuan untuk madrasah-madrasah.

3) Aspek Kesehatan

Bantuan bidang kesehatan menurut informan antara bantuan

kendaraan untuk warga yang harus segera dibawa ke rumah sakit,

pembuatan sarana MCK (mandi cuci kakus) dan penyediaan air bersih.

Kemudian bekerja sama dengan dinas kesehatan kabupaten Garut

membangun Puskesmas tingkat kecamatan Pasirwangi.

“ya suka ada salah satunya mah, yang deket dan bisa dibantu

gitu ya ada. Yang bisa masuk kendaraan suka dibantuin untuk

dibawa ke rumah sakit mah ada.” (WM 6)

Pada beberapa bantuan, seperti untuk bantuan sarana MCK dan

air bersih, sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang RW, bahwa

sumber airnya merupakan milik masyarakat, namun masyarakat tidak

memiliki dana untuk pompa dan pipanya. Kemudian PT. CGI

Page 182: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

170

menyediakan bantuan teknis dan pendanaan dalam penyediaan air

bersih di kampung Ciherang Desa Karyamekar. Bantuan penyuluhan

pencegahan tentang bahaya HIV dan narkoba juga dilakukan oleh PT.

CGI di sekolah-sekolah di kabupaten Garut, dengan bekerja sama

dengan Dinas Kesehatan.

“kalau perumahan mah dulu ada untuk wc, bagian kesehatan dulu ya saya tau karena jadi RW ada lah bantuannya mah.

Untuk wc sedesa ini kurang lebih ada 7 yang dibuatkan

MCKnya. Nah kalau tahun ini kan di Ciherang masih daerah

Karyamekar juga ya, sekarang dikasih air bersih tapi itu mah

sumber airnya mah ya punya pribadilah punya masyarakat. Itu

dari Chevron biayanya” (WM 6).

Namun sebagian lagi tidak semua warga mengetahui bantuan

yang sudah dilakukan oleh PT. CGI dalam bidang kesehatan. Bahkan

ada informan yang menyatakan tidak ada sama sekali bantuan bidang

kesehatan oleh PT. CGI. Pendapat tersebut diungkapkan oleh aparat

pemerintah desa, ibu-ibu, dan sejumlah tokoh masyarakat.

4) Aspek Ketenagakerjaan

Persoalan keternagakerjaan merupakan persoalan yang dihadapi

hampir semua daerah di Indonesia, termasuk di Desa Karyamekar

Kecamatan Pasirwangi. Tentunya banyak pemuda yang sangat ingin

dapat bekerja di perusahaan besar seperti Chevron. Tidak salah

keinginan dari sebagian warga tersebut. Namun, karena kualifikasi,

skill dan kompetensi yang tidak memenuhi, mereka pun paham akan

hal tersebut. Hanya dua hingga tiga orang warga masyarakat se-

kecamatan Pasirwangi yang bekerja sebagai karyawan di PT. CGI.

Page 183: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

171

Kalaupun ada yang diterima bekerja di Chevron, biasanya sebagai

office boy dan bagian kebersihan.

“ya kalau itu mah bisa dihitung jari. Yang dari Karyamekar paling juga Cuma 2. Ya yang paling mentoknya itu paling

karena dari tingkat pendidikannya itu tadi. Kalau Chevron ada

seperti BLK (Balai Latihan Kerja) mah enak, kita warga” jadi bisa berskill. Ini kan ga ada, walaupun kita dari lulusan S1 kalau

kita udah mentok dari Chevronnya ga bisa, ya ga mampu.” (WM 6).

Sehingga wajar jika sebagian warga berharap adanya balai

latihan kerja untuk meningkatkan keterampian dan keahlian para

pencari kerja, khususnya para pemuda. Pelatihan kerja tersebut bukan

berarti untuk dapat diterima kerja menjadi karyawan di Chevron, tetapi

penciptaan lapangan pekerjaan baru.

Sementara itu PT. CGI mendorong masyarakat lokal untuk

membangun perusahaan lokal dan mengembangkan perusahaan-

perusahaan lokal yang mampu menjadi mitranya perusahaan tesebut.

Inilah yang dikenal dengan local business development (LBD). LBD

merupakan perusahaan-perusahaan lokal dengan tingkat kemampuan

untuk melakukan kualifikasi pekerjaan minimal hingga menengah.

Masyarakat lokal mengenalnya sebagai CV-CV. Vendor-vendor inilah

yang merupakan perusahaan lokal yang dimiliki oleh masyarakat yang

akan diikutkan dalam tender-tender pekerjaan di PT. CGI. Melalui CV-

CV ini pula masyarakat atau pencari kerja lokal direkrut untuk menjadi

pekerja.

” Kalau dari Chevron mah paling menurutkan skill. Meskipun ayeuna gogontowongan kitu hoyong kerja di Chevron mun teu

bisa kanu komputer mah da percuma ka era-era. Ya jadi

disesuaikanlah. Orang dieu oge hoyong kerja di Chevron,

Page 184: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

172

piraku orang nu deket teu diheulakeun. Tapi paling orang dieu

mah jadi helper di tenaga kerja, helper teh pembantu modelna.

Itu juga masuknya bukan dari Chevron langsung tapi melalui

kontraktor-kontraktor rekanan Chevron lagi. (TP 2).

Pola pengembangan perusahaan-perusahaan lokal (LBD), yang

kemudian mereka menjadi mitra (rekanan) PT. CGI, selanjutkan

melalui tender menerima pekerjaan-pekerjaan dari PT. CGI dikenal

dengan outsourcing (alih daya). Sebagian warga mengenal perusahaan-

perusahaan lokal tersebut sebagai kontraktor-kontraktor PT. CGI.

Sebagaimana dikemukakan mengenai perekrutan tenaga kerja, maka

yang dimaksud dengan tenaga kerja lokal diterima di PT. CGI adalah

sebenarnya mereka diterima oleh mitra/ rekanan/ kontraktor dari PT.

Chevron. Tentunya untuk perusahaan alih daya (kontraktor PT. CGI)

dengan bidang pekerjaan satuan pengamanan atau office boy

merupakan perusahaan yang memiliki kualifikasi pekerjaan yang

memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh PT. CGI; dengan

komitmen jangka panjang (setiap tahun diperbarui kontraknya) dan

terpercaya. Berbeda halnya dengan CV-CV dengan kualifikasi

pekerjaan tingkat rendah, seperti untuk pembangunan gorong-gorong,

pembangunan MCK, atau bangunan fisik lainnya. Inilah jenis

perusahaan lokal yang banyak dimiliki oleh lokal. Jenis LBD ini dapat

berjangka waktu dan komitmen jangka panjang, atau tergantung pada

jenis pekerjaannya. Setelah melalui tender, kemudian jika CV tertentu

menang LBD tersebut memperoleh pekerjaan yang diselesaikan dalam

jangka waktu tertentu. Hubungan kerja antara kotraktor (LBD) dengan

PT. CGI selesai (resmi) setelah perintah pekerjaan yang dibebankan

kepada LBD tersebut selesai dikerjakan dan memperoleh pembayaran

Page 185: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

173

penuh. Pada jenis CV-CV (kontraktor lokal) inilah banyak penyerapan

tenaga kerja lokal, karena tidak memerlukan skill tertentu, bersifat

pekerjaan kasar, dan banyak mengandalkan kemampuan fisik.

“outsourcing aja modelnya, kaya satpam, officeboy. Tetapi

selama kita baik, kerjanya bagus, bukan ga mungkin bakalan

diangkat jadi karyawan tetap di sana. Ya bisa dipertahankan

bahkan bisa ditingkatkan gitu. Jadi walaupun dari outsourcing

biasanya ga akan ada pemutusan, bisa saja ditingkatkan bahkan

ada yang sampai pensiun.” (TP 3).

Bagi mereka yang bekerja diperusahaan alih daya dengan

komitmen jangka panjang, muncul keyakinan bahwa status pekerjaan

mereka dapat saja meningkat menjadi pekerja tetap PT. Chevron.

Sehingga mereka yang bekerja di jenis perusahaan tersebut

menganggap tidak ada bedanya seperti bekerja di PT. Chevron.

Demikian pula pandangan masyarakat lokal dalam melihat keberadaan

mereka sebagai karyawan PT. Chevron. Hal tersebut dapat dipahami,

mengingat untuk jenis pekerjaan sebagai Satpam atau office boy

membuat mereka sering berada di kantor PT. CGI, sehingga

masyarakat lokal menganggap mereka adalah karyawan Chevron.

“karena Chevron lagi butuh tenaga kerja, nah itu diserahkan ke

muspika untuk mencari 15 orang dibagi dari 3 kecamatan. Dari

kami pihak kecamatan diserahkan kembali ke desa-desa. Kalau

hanya 15 orang, di Pasirwangi aja ada 12 desa, jadi kalau

diambil 15 orang ya paling 3 orang lagi dari 2 kecamatan

lainnya. Ya ga mungkinlah yang dekat tidak didahulukan.

Memang kalau secara birokrasi Chevron itu memakai

pemerintah disetiap kecamatan, kan yang namanya perekrutan

tenaga kerja suka ada masalah sedangkan kalau dulu-dulu itu

katanya yah katanya untuk tenaga kerja Chevron itu harus

diambil dari masyarakat lokal kecuali bagian teknik. Katanya

yah. Kalau saya ngobrol dengan dua kecamatan lain ya, wah

Page 186: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

174

enak Pasirwangi mah yang punya Chevron. Padahal aslinya

mah sama aja.” (PK 1 & PK 2)

Dalam perkembangan terakhir, PT. CGI nampaknya mulai

mendengar dan memahami kegelisahan masyarakat akan tuntutan dan

kebutuhan akan tenaga kerja dari masyarakat lokal. Hal tersebut

ditunjukkan dengan permintaan PT. CGI akan tenaga kerja lokal

sebanyak 15 orang melalui pemerintahan kecamatan (muspika) di

sekitar wilayah kerja PT. CGI. 15 orang kebutuhan tenaga kerja tesebut

akan di bagi dalam tiga kecamatan tersebut, yaitu kecamatan

Pasirwangi, Kecamatan Samarang dan kecamatan Sukaresmi. Dengan

pembagian tersebut makan setiap kecamatan akan memperoleh jatah 5

orang.

Alokasi pembagian tersebut, niat awalnya adalah menyerap

tenaga kerja lokal. Namun penyerapan tenaga kerja tersebut juga dapat

dipandang sebagai upaya dari PT. CGI dalam membangun reputasi

yang baik di kalangan muspika wilayah kerja perusahaan tersebut. Hal

yang perlu dicermati kemudian dalam penyediaan tenaga kerja tersebut

adalah alasan pembagian alokasi ke-15 orang tersebut, serta alasan

mengapa jumlahnya 15 orang. PT. CGI dan pemerintah kecamatan

harus mampu membangun komunikasi yang baik dengan pemerintahan

desa di bawahnya, serta yang terpenting adalah masyarakat.

5) Bantuan Bidang Sarana Ibadah

Bantuan yang berkait dengan sarana ibadah dan

perlengkapannya juga diberikan oleh PT. CGI. Seperti juga bantuan

sebelumnya, PT. CGI berupaya tidak memberikan dalam bentuk tunai,

Page 187: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

175

tetapi dalam bentuk barang (natura) atau bantuan teknis lainnya.

Kebijakan tersebut dilakukan dalam upaya menghindari

penyalahgunaan bantuan yang diberikan PT. CGI kepada masyarakat.

Namun demikian bantuan yang diberikan dalam bentuk barang atau

teknis tersebut sulit menghindari munculnya sifat ketergantungan

masyarakat kepada PT. CGI. Nampaknya PT. CGI masih sulit

menghindari pola atau program tanggung jawab sosial yang bersifat

bantuan sosial (social asistance).

“Ka masjid kantenan sapartos masihan Al-Quran, karpet, duka

ari seuerna mah, pami kadieu mah kamari aya 50 Al-Quran

sareng karpet duka dua duka opat mun teu lepat mah tapi eta ka

tiap masjid.” (TM 3).

Beberapa tokoh agama pun beberapa kali diundang oleh PT.

CGI untuk mengisi acara kegiatan agama yang diselenggarakan

perusahaan. Seringkali kunjungan ke wilayah operasi PT. CGI tersebut

dipergunakan untuk membangun komunikasi antara pihak perusahaan

dengan tokoh masyarakat secara informal. Dalam kesempatan tersebut,

pihak perusahaan dapat memberikan informasi mengenai kegiatan

perusahaan secara informal, atau sikap perusahaan terhadap

masyarakat. Demikian pula sebaliknya, tokoh agama setempat dapat

menceritakan mengenai kondisi dan sikap masyarakat lokal terhadap

PT. CGI. Seringkali hubungan yang bersifat informal tersebut, hasilnya

jauh lebih efektif daripada hubungan yang dibangun secara formal.

Namun demikian kegiatan yang dilakukan oleh tokoh agama tersebut,

juga menimbulkan kecemburuan dari masyarakat lainnya. Melalui

tokoh agama tersebut, masyarakat menilai, PT. CGI sering

menyalurkan bantuan sosialnya.

Page 188: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

176

6) Aspek Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Bantuan untuk usaha kecil dan menengah bagi masyarakat

lokal, menurut sebagian informan, kalau pun ada namun tidak jelas

kelanjutannya. Atau masyarakat memandang bantuan yang diberikan

oleh PT. CGI diberikan secara tidak merata.

“hem kan dulu ada pembuat keripik ubi jalar, ada warga Desa Karyamekar dari kampung Ciherang. Mungkin dikasih modal

sama itu sama Chevron tapi ga tau sekarang masih jalan apa

enggak.” (PD 2, Desember 2012).

“Duka karena yang benar-benar membutuhkan itu yang pasti

dapat ...*mungkin Chevron memberi bantuan secara tidak

merata mungkin ah da itu oge sama atas nama masyarakat,

karena Chevron-kan tidak tahu”. (WM 4 & WM 5).

Kemudian bantuan untuk wirausaha dan usaha kecil-menengah

tersebut seringkali dikaitkan dengan pemuda. Beberapa informan

berpendapat bahwa jika ada program kewirausahaan untuk warga atau

pemuda di masyarakat lokal itu bagus. Namun juga sebagian informan

berpendapat, bahwa program-program tersebut sosialisasinya tidak

jelas dan tidak merata. Sehingga tidak banyak warga yang mengetahui

program wirausaha tersebut.

“ya itu kata saya juga, mungkin ada program yang bagus tapi

tidak diketahui masyarakat yang luas, yang nanti bisa diajukan

atas masyarakat misalnya, yang saya tahu banyak beberapa

program yang mengatas namakan masyarakat yang ternyata

diambil sama perseorangan. Misalnya ke masjid at-taufik bisa

ditemuin disana ke pak ustad Nassrullah setiap bulannya bisa

mendapat bantuan dari Chevron untuk anak yatim, untuk

jompo, dan sebagainya lah itu dia dapat. Yang harus diakui itu

Page 189: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

177

bantuan Chevron secara sosial. Tapi itu kata saya juga tapi tidak

merata.” (WM 4 & WM 5).

Komitmen warga yang memperoleh bantuan tersebut pun tidak lama.

Mereka yang telah memperoleh bantuan, sebagian tidak berlanjut,

bahkan terhenti di tengah jalan. Padahal sebelumnya mereka meminta

bantuan untuk mengembangkan usaha dengan mengajukan usulan atau

proposal kepada PT. CGI. Melihat hal tersebut PT. CGI perlu berfikir

ulang dan selektif dalam menerima proposal dan menyalurkan bantuan

usaha kepada masyarakat. Hal tersebut mulai dikeluhkan oleh

masyarakat yang (merasa) sungguh-sungguh mengajukan proposal

bantuan usaha kepada PT. CGI. Sebagaimana dikemukakan oleh salah

seorang informan,

“Misalkan bantuan domba sama ayam, ayamnya ga ada,

dombanya ga ada. Terus ada lagi bantuan budidaya jamur, terus

ga ada jamurnya, jadi sekarang yang benar-benar proposal teh

gak dipercaya. Terus bantuan yang tadi itu semuanya turun.”

(WM 4 & WM 5).

Dalam perkembangan selanjutnya mengenai bantuan usaha bagi warga,

PT. CGI mencoba mengembangkan program-program unggulan di

masing-masing desa. Setiap desa didata potensi utama yang mungkin

dapat dikembangkan sebagai keunggulan desa. Usulan kegiatan

tersebut dikenak dengan OVOP yaitu singkatan dari one village one

product. Program ini masih berjalan, dan perlu penelitian dan pengujian

atas keterandalan program ini.

7) Aspek Monitoring dan Evaluasi Kegiatan

Minimnya tenaga lapangan yag dimiliki oleh PT. CGI untuk

menjamin kalancaran dan kesesuaian kegiatan menjadi salah faktor

Page 190: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

178

penyebab lemahnya kegiatan monitoring dan evaluasi. PT. CGI hanya

melakukan monitoring di tahap awal saja, yaitu saat memastikan

program tersebut berasal dari desa tertentu kepada aparat desa.

Selanjutnya melalui kegiatan FGD (focus group discussion),

dilakukanlah prioritas kegiatan untuk desa tersebut. Sebelum bantuan

diberikan, maka dilakukan kajian terlebih dahulu. Setelah disetujui dan

kemudian bantuan itu turun (dilaksanakan), maka tidak dilakukan lagi

monitoring.

“banyak yang turun sampai ratusan juta (ibu-ibu PKK, Februari

2013) . Tapi mengatas namakan masyarakat, dan ternyata

kemasyarakat-nya mah tidak sampai ...tapi kalau ada

pendampingan dari Chevron langsung turun mah saya kira tidak

akan seperti itu” (WM 4 & WM 5).

Sebagian warga berharap dilakukan pendampingan, khususnya

pada bantuan untuk usaha kecil. Masyarakat memahami bahwa banyak

bantuan yang diberikan oleh PT. CGI. Namun seringkali bantuan

tersebut sering disalahgunakan, dan tidak sampai ke masyarakat.

Kondisi ini dipahami, mengingat banyak usulan yang diajukan kepada

PT. CGI, namun tenaga pelaksana minim. Sehingga sebenarnya kontrol

dan monitoring tersebut sebetulnya dilakukan oleh PT. CGI melalui tim

PGPA, namun tidak semua bantuan yang diberikan kepada masyarakat

dapat dilakukan pengontrolan.

“yaa diawasi langsung. Biasanya yang ngawasin itu pak Tata sama pak Yusep sampai selesai itu mah. Kalau mau ada proyek

lagi biasanya ditenderin lagi kalau masalah dilibatkan dengan

masyarakat ga ada, ditenderkan lagi sama yang lain”. (WM 6).

Umumnya PT. CGI melalukan tender atau lelang kegiatan yang

akan dilakukan kepada perusahaan-perusahaan (CV) milik masyarakat

Page 191: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

179

lokal, tentunya sesuai dengan kualifikasi pekerjaan yang dilakukan. PT.

CGI membina local business development (LBD), yaitu CV-CV atau

perusahaan lokal yang menjadi mitra binaan, yang siap mengikuti

lelang pekerjaan yang dilakukan oleh PT. CGI. Melalui merekalah

program-program CSR PT. CGI dilakukan kepada masyarakat.

Umumnya program-program bantuan dari PT. CGI yang

bersifat fisik, seperti pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, atau

gorong-gorong, atau mesjid ibadah dilakukan melalui LBD tersebut.

Umumnya pelaksanaan monitoring dan evaluasi oleh PT. CGI hanya

dilakukan di awal kegiatan, dan setelah kegiatan pembangunan tersebut

selesai dilakukan. Bagi CV-CV atau anggota LBD yang tidak jujur

atau hasil pekerjaannya tidak sesuai spesifikasi kontrak, maka di masa

CV tersebut tidak akan diajak kembali menjadi mitra.

“ada, biasanya kan kalau program mau turun itu ada serah terima, nah sebelum serah terima itu biasanya ada pengecekan

ke lapangan dulu disurvei dulu. Nanti kalau dari Chevron sudah

deal akan dikasih jadi ga dikasih begitu saja, ada pengontrolan

biasanya sama Pak Tata itu mah. Pak Tata sama Pak Yosep aja

biasanya itu mah yang untuk dimasukkan ke LBD (local

bussiness development) “(TM 4).

Kemudian pelibatan pengontrolan atau pelaporan kepada pihak

pemerintah kecamatan jarang dilakukan. Kegiatan bantuan

pembangunan tersebut sering dilakukan antara pihak pemerintah desa

dengan PT. CGI. Tetapi kalau pihak kecamatan berinisiatif melakukan

monitoring dan pengontrolan, baru kemudian pihak pemerintah desa

atau PT. CGI memberikan pelaporan kepada kecamatan.

tidak ada, jadi kalau tidak ditanya mah ya tidak ada pelaporan.

iya kaya seperti kalau saya turun ke lapangan untuk mengotrol

baru akan ketahuan ada apa di desa de. Kalau tidak ada

Page 192: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

180

pengontrolan mah tidak ada informasi ke kecamatan. Yang

biasanya tau itu ya kordinator (PK 1 & PK 2).

Mekanisme pelaksanaan kegiatan CSR dari PT. CGI cenderung tidak

melibatkan pihak kecamatan. Walaupun dalam perencanaan kegiatan

yang dikembangkan oleh PT. CGI terlihat bahwa pihak kecamatan

dilibatkan melalui musrenbang tingkat kecamatan. Fenomena hubungan

antara pemerintah desa, pemerintah kecamatan dan PT. CGI ini

menarik untuk disimak. Idealnya diantara stakeholder ini akan

terbangun relasi yang baik, dalam rangka efektifitas dan efisiensi

pembangunan masyarakat di wilayahnya. Jika masing-masing pihak

merasa benar dan tidak ada komunikasi yang harmonis, maka

masyarakatlah yang akan menjadi korban.

“kalau yang dulu mah saya jelas-jelas ga tau ya, Cuma kalau

yang sekarang mah katanya ya katanya, kan dari desa

mengajukan dulu, nanti diproses sama Chevron lalu untuk

pelaksanakannya swakelola dari desa. Jadi dari Chevron mah

dikasih berupa barang dan bantuan pengerjaan aja, setelah di

proses itu nanti ada tender untuk pengadaan barangnya. Setelah

itu baru dilaksanakan ke desa. ... (bantuannya) langsung aja ke

desa itu mah, pihak kecamatan mah ga tau dimana-gimananya.

Kalaupun ada komunikasi dengan pihak kecamatan pastinya

bapak ini bapak Suryaman sebagai Kasi PMD. Sejauh ini belum

ada. ... ya belum ada de, tapi ya enak-enak aja sih sebenernya

jadi ga begitu ribet hehehe.” (PK 1 & PK 2).

Menarik untuk disimak pendapat aparat pemerintah kecamatan

Pasirwangi, bahwa pihak kecamatan tidak tahu-menahu mengenai

bantuan yang diberikan oleh PT.CGI. Namun begitu, kondisi tersebut

bagi pihak kecamatan tidak masalah, bahkan merasa tidak terganggu

dengan urusan bantuan yang terjadi antara PT. CGI dengan

pemerintahan desa.

Page 193: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

181

C. Relasi Perusahaan dengan Masyarakat Lokal Menurut

Masyarakat Lokal

Mengenai komunikasi yang terjalin antara masyarakat lokal

dengan PT. CGI sebagian masyarakat melihat terbatas. Tidak mudah

bagi masyarakat untuk melakukan komunikasi dengan pihak PT. CGI.

Hal tersebut dapat dipahami, mengingat PT. CGI sebagai entitas bisnis

akan fokus pada core bussiness. Apalagi kepemilikan perusahaan

tersebut bukan milik nasional, tetapi milik asing. Kondisi tersebut

sedikit banyak membentuk sentimen dan cara pandang lain dari

masyarakat. Jika dibandingkan dengan perusahaan nasional seperti

Indonesia Power atau Pertamina, maka pandangan masyarakat lokal

agak cenderung lebih negatif terhadap PT. CGI. Tidak banyak gejolak

yang muncul di masyarakat lokal dan dihadapi oleh perusahaan

nasional.

“kalau Chevron ya jujur saja yah, agak terbatas. Jadi terbatas

tidak bisa masuk sembarangan orang, komunikasi juga tidak

terlalu terbuka dengan Chevron itu. Jangan kan untuk

masyarakat biasa yah, setingkat pejabat juga rada susah gitu ya,

soalnya kan Chevron itu perusahaan tingkat internasional ya,

jadi lebih ketat segala peraturannya tidak bisa sembarangan.

Orang indonesia yang ada diperusahaannya juga terbawa

dengan manajemen dari luar gitu.” (PK 3).

Tetapi pendapat berbeda dikemukakan oleh aparat pemeritahan

lokal, yang memandang bahwa kehadiran PT. CGI sangat membantu

masyarakat, khususnya dengan pembangunan jalan tersebut. Juga dapat

dipahami jika aparat pemerintah lokal setidaknya setiap tahun akan

Page 194: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

182

bertemu dengan pihak PT. CGI dalam diskusi atau musyawarah

perencanaan pembangunan baik tingkat desa atau kecamatan.

“kalau itu baik, sejauh ini baik-baik saja ya. Ya karena ada

tanggungjawab dari perusahaan itu juga. Karena dengan adanya

Chevron ini masyarakat merasa terbantu sekali ya. Akses

kemana-mana jadi gampang juga. Sama kaya yang sekarang ada

lowongan tenaga kerja dari Chevron kan juga lumayan dari

masyarakat. (PK 1 & PK 2).

“ya sementara ini mah masyarakat yah khususnya agak

senggang gitu nya. Soalnya ... tadinya A, jadi dari Chevronnya

emang bagus gitu nya. Cuman ada yang banyak di manfaatin

gitu. Oleh oknum-oknum itu. Ngan ayeuna Chevronna mah

secara ayeuna kronoligis weh nya di lapangan mah Chevron

mah kitu. Jadi Chevron tidak bisa ngasih langsung, kecuali ada

pengajuan dari masyarakat atau pemuda. Jadi Chevron

merealisasikan ka pemuda, eta juga mun sosorongot popolotot

heula.” (TP 4).

Di kalangan pemuda, mereka memandang hubungan antara PT.

CGI dengan masyarakat lokal saat ini sedang senggang, tidak begitu

harmonis. Pendapat tersebut jelas mencerminkan bahwa terdapat

pandangan dan pendapat yang cenderung berbeda antara aparat

pemerintah lokal dengan masyarakat lokal dalam memandang

hubungan antara masyarakat lokal dengan PT. CGI. Kemudian pada

masyarakat asli, mereka memandang hubungan antara PT. CGI dengan

masyarakat lokal cenderung negatif. Kondisi tersebut tidak terlepas

dengan pengetahuan mereka terhadap kehadiran awal pertama

perusahaan tersebut, yang relatif tidak terlalu harmonis dan

menimbulkan citra kurang baik di hadapan masyarakat. Sedangkan

pada aparat pemerintah lokal cenderung memandang hubungan tersebut

secara positif.

Page 195: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

183

Beberapa warga mengemukakan bahwa ada manfaat positif

dengan kehadiran PT. CGI. Salah satu yang paling dirasakan adalah

perbaikan sarana infrastruktur, seperti jalan. Sehingga perbaikan jalan

tersebut dapat dipandang membawa dampak pada kemajuan ekonomi.

Akses penjualan sayur mayur dari desa-desa sekitar ke kota kabupaten

menjadi lebih mudah dan lancar.

“kalau bicara dampak ya positif, hubungan perusahaan dengan

masyarakat menjadi baik, demo-demo juga sudah berkurang,

lalu dampak bagi kemajuan ekonomi juga terlihat jelas yah

kemajuannya tertama karena adanya jalan yang bagus. Ya jadi

dampaknya positiflah menurut saya, sangat banyak membantu.” (PK 3)

“ya ada, itu kan jadi bagus akses jalan ngaruh juga ke ekonomi.

Jelas ada pengaruh ke masyarakat.” (PK 1 & PK 2)

Perbaikan jalan tersebut dapat dikatakan sebagai upaya PT. CGI

membangun relasi dengan masyarakat sekitar dengan baik. Dan bagi

masyarakat lokal yang sederhana akan lebih memaknai hal tersebut

sebagai sesuatu yang lebih nampak terlihat oleh mata mereka sendiri,

terasakan jelas manfaatnya, dan ada wujudnya.

“ya dengan adanya program CSR ini kan bermanfaat juga untuk

masyarakat. Jadi masyarakat merasa sangat terbantulah

terutama di ekonomi untuk akses penjualan hasil panen sayuran.

Ya.... jadi berpengaruh juga ke hubungan perusahaan dengan

masyarakatnya de. Jadi lebih baiklah, bisa dibilang CSR ini

untuk memperbaiki hubungan Chevron dengan masyarakat. iya

ada, kan jadi makin lebih baik.” (PK 1 & PK 2).

Bantuan infrastruktur seperti jalan, pembangunan mesjid, dan

gorong-gorong merupakan bantuan CSR dari PT. CGI yang paling

dirasakan manfaatnya oleh masyarakat lokal. Berbeda dengan bantuan

yang bersifat capacity building, atau pelatihan KUKM (kelompok

Page 196: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

184

usaha kecil dan menengah) yang hasilnya mungkin baru dapat dilihat

dalam jangka waktu tertentu. Jenis bantuan CSR non infrastruktur

tersebut memerlukan komitmen atau rasa tanggung jawab untuk secara

terus menerus melanjutkan usahanya.

“ positifna..., kadang-kadang upami nyuhunkeun kitu sok

masihan. Atos ambek eta ge... atos maksa... Teu aya anu tulus

atuh da mimitina teh pemaksaan eta mah. Bukan ti perusahaan

masihan naon lah. Teu aya. Kesadaran teu aya, upami ke jalan

karak aya. Abdi ge pernah ngusung ngabangun bumi jompo.

Paling masihan ge 5 sak (semen) jang. Ge eta teh sabaraha

tangan kitu tah 5 sak teh, cek saya teh moal kitu ah. Ti payun

didieu teh aya nu kahuruan, teu lungsur ti Chevron teh, ti

perusahaan mah. Ti Ulis ngan beas dua karung harita mah, kitu

kitu. Nah eta nu beak kahuruan. Abdi ngajukeun ka ditu, tiap-

tiap RW na, LPM, teu aya pisan bantosan, ka nu musibahan.

Didieu kahuruan, kebakaran, seep pisan jang. (WM 1).

Apabila terjadi bencana pun, masyarakat akan meminta bantuan

kepada Chevron jika pemimpin atau aparat desa tidak mampu

memberikan bantuan. Kondisi ini menunjukkan sifat ketergantungan

masyarakat kepada PT. CGI. Masyarakat selalu mengandalkan PT. CGI

untuk mengatasi persoalan sosial yang dihadapinya. Kondisi tersebut

dapat dimaknai pula, bahwa masyarakat memandang sudah selayaknya

PT. CGI memberi bantuan kepada mereka, karena perusahaan tersebut

telah mengeksploitasi sumber daya alam ‘milik’ masyarakat. Inilah

yang dikatakan sebagai kesadaran diskursif agen (Giddens, 2010), yaitu

masyarakat memahami secara berbeda atas kegiatan atau bantuan yang

diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat. Terlaksananya kegiatan-

kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan, dalam konsepsi

strukturasi, merupakan pemahaman dan pengetahuan agen akan CSR

Page 197: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

185

(struktur) yang seharusnya dilakukan, termasuk juga alasan

pengamanan perusahaan dibalik kegiatan CSR tersebut.

Dalam data hasil wawancara lapangan sebelumnya nampak

bahwa tidak semua program CSR perusahaan dapat diterima oleh

masyarakat, namun terdapat pula program-program yang dapat diterima

oleh masyarakat. Semisal pembangunan (pengaspalan) jalan dari

Tarogong-Samarang-Pasirwangi ditanggapi positif oleh agen

(masyarakat) karena masyarakat memang memiliki pemahaman yang

sama dengan agen lainnya (perusahaan dan pemerintah) akan

kebutuhan jalan yang mulus. Berbeda halnya dengan program LBD dan

pengembangan UMKM, dimana masyarakat dan perusahaan memiliki

pemahaman yang berbeda mengenai ketepatan dan praktik-praktik yang

memberdayakan masyarakat.

Page 198: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

186

Page 199: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

187

BAB V

PANDANGAN PERUSAHAAN AKAN

KEGIATAN CSR DAN MASYARAKAT LOKAL

Dalam sub bab ini akan dikemukakan terlebih dahulu mengenai

kesadaran perusahaan akan keberadaan masyarakat lokal dan tanggung

jawab sosial perusahaan, yang diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan

dalam operasionalisasi kegiatan tanggung jawab sosial.

A. Pandangan Perusahaan akan Keberadaan Masyarakat Lokal

Masyarakat lokal merupakan mitra utama dan penting dalam

kesadaran PT. CGI, sehingga kehadiran perusahaan diharapkan

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Hasil

wawancara dengan staf PGPA (Policy Goverment Public Affair)

menunjukkan bahwa kebijakan Chevron di seluruh dunia adalah sama.

Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bagian dari corporate

responsibility. Sehingga CSR Chevron merupakan salah satu bagian

kecil dari tanggung jawab perusahaan. Tanggung jawab perusahaan

tersebut merupakan corporate ethic PT. CGI dimana di dalamnya

terdapat kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, selanjutnya

community development merupakan bagian dari kegiatan CSR

perusahaan tersebut. Sebagaimana diungkapkan dalam wawancara

berikut.

“Saya melihat hubungan antara perusahaan dan masyarakat

harus dicermati secara intensif, bahkan kalau perlu sangat

Page 200: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

188

intensif (second by second), karena perubahan stakeholders

yang sedemikian dinamis. Hubungan ini jangan hanya dilihat

sebatas relationship, tetapi sebagai suatu investasi sosial (social

investment) jangka panjang bagi keberlangsungan bisnis. Dalam

hal regulasi, dengan atau tanpa regulasi Chevron tetap

komitmen untuk melaksanakan program pemberdayaan

masyarakat, karena ini merupakan salah satu value Chevron

sebagai sebuah korporasi.

Namun demikian dalam pelaksanaannya, tetap diingat bahwa

kami basisnya adalah sebuah entitas bisnis, sehingga

memerlukan keterlibatan pihak lain untuk bersama-sama

melaksanakan program. ” (PP 2).

PT. CGI melihat hubungan antara perusahaan dengan

masyarakat harus dicermati secara intensif, bahkan sangat intensif.

Dalam arti bahwa hubungan yang terjadi sangat dinamis karena

perubahan dan pergeseran stakeholder sekitar. Selanjutnya hubungan

yang terbina dengan masyarakat tersebut juga merupakan social

investment (investasi sosial) jangka panjang bagi keberlangsungan

bisnis. Menurut peneliti, bahkan hubungan tersebut seharusnya juga

tidak semata sebagai sebuah investasi, tetapi sebagai sebagai upaya

membangun pengakuan sosial (social legitimation) akan penerimaan

dan tumbuhnya rasa saling menjaga antara masyarakat dengan

perusahaan. Dalam sudut pandang ekonomis, mungkin benar bahwa

hubungan tersebut dapat dilihat sebagai sebuah investasi sosial. Namun

masyarakat bukanlah sekedar entitas ekonomi, masyarakat harus dilihat

secara sosiologis dan beragam dimensi lainnya. Sebagaimana hubungan

dalam lingkungan ketetanggaan, jika memang berfikir dalam jangka

panjang.

Page 201: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

189

Comdev hanya bagian kecil dari corporate ethic. Setiap

karyawan dan kontraktor harus menandatangani pakta integritas

setiap 2 tahun sekali. Kalau ngomongin tentang CSR, tidak saja

comdev, tetapi juga bicara dengan etika bisnis. Ada sekitar 7,

salah satunya comdev. (PP 2).

Data hasil lapangan (hasil wawancara) menunjukkan bahwa

setiap karyawan dan kontraktor harus menandatangani pakta integritas

setiap 2 tahun sekali. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin bahwa

seluruh kegiatan yang berkaitan dengan PT. Chevron dapat sesuai

dengan etika bisnisnya. Terdapat konsekuensi apabila etika bisnis

tersebut tidak dijalankan, maka siapa pun baik perusahaan maupun

kontraktor mitra PT. CGI akan mendapat teguran atau terburuknya

adalah pemutusan hubungan kerja. Semua kebijakan tersebut

merupakan bagian dari ‘chevron way’ yang harus dilaksanakan oleh

semua pihak baik internal maupun sebagai kontrakor mitra kerjanya.

Prayogo (2011:5) menunjukkan bahwa pemahaman perusahaan

akan keberadaan masyarakat lokal; dan pengelolaan relasi dengan

masyarakat lokal sekelilingnya adalah penting. Kontrol dan tekanan

masyarakat lokal kepada perusahaan tidak perlu dilihat sebagai

hambatan, melainkan peluang untuk mengembangkan indutri itu sendiri

dengan memperkuat dukungan sosial perusahaan yang bersangkutan.

Kegagalan perusahaan dalam memahami kondisi dan keberadaan

masyarakat lokal, serta pemangku kepentingan lainnya akan

menimbulkan tekanan yang lebih kuat terhadap perusahaan. Frynas

(2009: 39) telah mengingatkan bahwa seringkali acuan CSR universal

gagal dalam mengatasi isyu konteks di negara tempat industri

beroperasi.

Page 202: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

190

B. Operasionalisasi Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

(CSR)

Sebagai upaya meminimalisasi dampak sekaligus juga

merupakan konpensasi atas dampak negatif yang ditimbulkan, dalam

Community Engagement (CE) report tahun 2011, disebutkan bahwa

komitmen corporate responsibility CGI untuk mengembangkan operasi

panas bumi diselaraskan dengan pemberdayaan di sekitar wilayah

operasi.

Visi dari CGI dikenal dengan 3P, yaitu performance, people dan

partnership. Salah satu landasan CGI melakukan CE berkaitan dengan

visi tersebut yaitu agar terjalin kemitraan (partnership) yang baik

antara CGI dengan semua stakeholder yang terkait, terutama

masyarakat. Komitmen ini berawal dari prinsip yang dipegang bahwa

CGI yakin keberlangsungan bisnis tergantung pada investasi sosial

perusahaan terhadap masyarakat lokal. Secara struktural, CE berada di

bawah departemen Policy Government and Public Affair (PGPA),

dengan struktur sebagaimana terlihat dalam gambar 5.

Page 203: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

191

Gambar 5. Struktur Departemen Policy Government and Public Affair

(PGPA) CGI . (Sumber: Chevron, 2012).

Kebijakan, tujuan dan strategi, serta prinsip CE CGI adalah

“berkomitmen untuk berkontribuasi” terhadap perkembangan ekonomi

dan sosial dari masyarakat di sekitar area operasi dengan berpegang

pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Mendukung visi, misi, dan strategi pemerintah setempat

berdasarkan skala prioritas pembangunan (strategis dan tidak

menggantikan program pemerintah)

2. Fokus pada program partisipatif aktif dan pengembangan

kapasitas masyarakat.

3. Bersifat transparan, berkelanjutan, terdokumentasi dengan baik.

4. Berkesinambungan – kontribusi untuk peningkatan kapasitas

dan pengembangan ekonomi baik jangka pendek maupun

jangka panjang.

5. Menerapkan proses monitoring dan evaluasi untuk memberikan

ukuran dan akuntabilitas program.

Manager PGPA

Analyst TM

Communication

TM Operation

Support

Communication

Engagement Specialist

TM PGPA

Government Relation

Specialist

Page 204: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

192

Tantangan yang kemudian muncul adalah berkaitan dengan

kegiatan CSR PT. CGI kepada masyarakat. Pihak perusahaan menilai

bahwa tema-tema kegiatan yang sudah menjadi pilar kegiatan dari PT.

CGI seringkali tidak sejalan dengan keinginan masyarakat.

“Terus terang bicara persoalan CSR itu sangat menantang, berbeda dengan ilmu eksakta, yang mudah terukur. Kalau

berkaitan dengan PROPER dari KLH, itu kan hanya tertulis,

kami tidak berani menyatakan sebagai yang terbaik. Kalau

untuk power plant kita berani menyatakan yang terbesar, kalau

yang lain baru ngebor. Apalagi yang namanya CSR dinamis.” (PP 1).

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa persoalan tanggung

jawab sosial perusahaan adalah bukan persoalan yang mudah. Bukan

sekedar besarnya dana atau banyaknya program, tetapi kesungguhan

pihak perusahaan untuk membangun relasi yang harmonis dengan

masyarakat. Dengan demikian latar belakang dan kualifikasi dari

sumberdaya manusia yang menempati posisi pentingn yang

berhubungan dengan masyarakat adalah menjadi tantangan tersendiri

yang harus dihadapi oleh PT. CGI. Oleh karena itu, PT. CGI

memerlukan keterlibatan pihak lain dalam pelaksanaan CSR untuk

bersama-sama melaksanakan program tersebut.

“CSR kami terdapat pilar-pilar, seperti pendidikan, kesehatan.

CSR kami punya tema, sedangkan penduduk terkadang

berdasarkan keinginan bukan berdasarkan kebutuhan, seperti

ingin jalan bagus, fasilitas air bagus, infrastruktur lainnya

bagus; yang mungkin sebetulnya bukan kebutuhan mereka. Kita

ini bukan ingin menggantikan pemerintah, tetapi kita ini ingin

membantu pemerintah. Jadi tidak bisa urusan perbaikan jalan

diserahkan kepada kita.” (PP 1).

Page 205: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

193

Menurut PT. CGI, masyarakat seringkali mengajukan usulan

kegiatan bukan berdasarkan kebutuhan nyata yang harus dipenuhi,

tetapi berdasarkan pada keinginan. Keinginan-keinginan masyarakat

tersebut, bagi perusahaan, mungkin saja bukan berdasarkan kebutuhan.

Kemudian PT. CGI tidak ingin menggantikan posisi peran yang

seharusnya dilakukan oleh pemerintah. Jadi bagi PT. CGI perbaikan

jalan, penyediaan air bersih, dan pembangunan infrastruktur tersebut

seharusnya merupakan kewajiban pemerintah pusat atau daerah.

Pendapat tersebut dapat dipahami, mengingat jika semua kegiatan

pembangunan di wilayah sekitar perusahaan semua dilakukan oleh PT.

Chevron, maka akan timbul ketidaksesuaian arah pembangunan daerah

tersebut dengan daerah lainnya. Kemudian akibat lanjutannya adalah,

akan menimbulkan kecemburuan diantara desa-desa lain di wilayah

Garut.

Hasil penelitian Frynas (2009:116) menunjukkan setidaknya

terdapat 4 (empat) alasan penting yang menjadi motif perusahaan

melakukan kegiatan pengembangan masyarakat, yaitu untuk memenuhi

kepentingan kompetitif, memelihara ‘licence to operate’, mengelola

persepsi eksternal, dan mempertahankan kenyamanan pegawainya.

Lebih lanjut Frynas (2009:39) menyatakan menyatakan bahwa sifat dan

jenis industri menentukan perhatian CSR dan kepentingan sosialnya

sangatlah berbeda diantara industri yang berbeda. Oleh karena itu

pemahaman konteks industri dikaitkan dengan pelaksanaan CSR

menjadi sangat krusial.

Page 206: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

194

1. Landasan Etis Kegiatan CSR PT. CGI

Bagi PT. CGI basis CSR itu sesungguhnya adalah kesukarelaan.

Sehingga dengan adanya regulasi justru sebenarnya mereduksi makna

CSR itu sendiri. Untuk Indonesia ada beberapa regulasi yang justru

mewajibkan CSR. Di Chevron, tema besarnya adalah corporate

responsibility, salah satunya social investment. Dengan demikian CSR

di PT. CGI hanya merupakan salah satu dari corporate responsibility,

sedangkan fokus kegiatan lainnya lainnya adalah ketaatan terhadap

regulasi, hak asasi manusia, kesetaraan gender, etika bisnis dan lain-

lain; ada sekitar 7 (tujuh) butir.

Segala aktifitas PT. Chevron Gothermal Indonesia di Darajat

Garut merupakan bagian dari Chevron di seluruh dunia yang

berlandaskan pada “The Chevron Way”. Visi dari The Chevron Way

adalah “...to be the global energy company most admired for its people,

partnership and performance”. Dalam visi tersebut berarti:

- Menyediakan produk energi penting secara aman bagai

keberlanjutan kemajuan ekonomi dan perkembangan manusia

melalui dunia;

- Menjadi sumber daya manusia dan organisasi yang memiliki

kemampuan dan komitmen yang tinggi.;

- Menjadi mitra pilihan;

- Memperoleh pengakuan dan penerimaan dari semua pemangku

kepentingan—investor, konsumen, pemerintah setempat,

masyarakat lokal dan para pekerja—tidak hanya dalam

pencapaian tujuan tetapi bagaimana menggapai mereka.

Page 207: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

195

- Menampilkan kinerja kelas dunia.

Sedangkan nilai-nilai yang membangun perusahaan

mutinasional tersebut antara lain:

1. Integrity. Nilai ini menunjukkan kejujuran terhadap orang lain

dan diri sendiri. Bersandar pada standar etik yang tinggi dalam

semua urusan bisnis. Sejalannya kata dan tindakan. Menerima

tanggung jawab dan dapat mempertanggung-jawabkan dirinya

terhadap pekerjaan dan tindakannya.

2. Trust. Nilai ini memiliki arti saling percaya, hormat dan dukung

dengan lainnya, dan memberi kepercayaan terhadap kolega dan

mitra kerja.

3. Diversity. Nilai ini berarti mencoba belajar dan menghargai

budaya dimana mereka bekerja. Menghargai dan menunjukkan

rasa hormat terhadap keunikan individual dan beragam

perspektif serta bakat-bakat mereka. Lingkungan pekerjaan

yang inklusif dan secara aktif menyebar luaskan keragaman

melalui orang-orang, gagasan, bakat-bakat dan pengalaman.

4. Ingenuity. Berupaya mencari peluang-peluang baru dan solusi

di luar kebiasaan. Memanfaatkan kreativitas untuk menemukan

sesuatu yang tidak terduga dan cara-cara praktis untuk

mengatasi permasalahan. Pengalaman, teknologi, dan keteguhan

memungkin Chevron dapat mengatasi tantangan dan

menyebarkan nilai-nilainya.

5. Partnership. Chevron memegang teguh komitmen untuk

menjadi mitra yang baik dengan fokus mengembangkan

produktivitas, kolaboratif, kepercayaan dan relasi yang

Page 208: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

196

bermanfaat dengan pemerintah, perusahaan lain, para

pelanggan, masyarakat dan lain-lain.

6. Protecting people and the environment. Prioritas tertinggi

Chevron adalah pada kesehatan dan keselamatan kerja dan

perlindungan terhadap aset mereka dan lingkungan. Tujuan

Chevron dihargai atas kinerja kelas dunia melalui disiplin

dengan menerapkan Operational Excellent Management System

(OESM).

7. High performance. Chevron berkomitmen terhadap

kesempurnaan dalam apapun pekerjaan yang dilakukan, dan

selalu memperbikinya secara terus menerus. Kami bersemangat

untuk selalu memperoleh hasil yang melebihi harapan –diri

sendiri atau lainnya. Chevron didorong dengan hasil energi dan

bersifat segera.

Chevron berkomitmen untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di negara-negara dimana

Chevron beroperasi sebagai pengakuan bahwa kemajuan usaha mereka

secara harus seiring dengan kemajuan masyarakatnya. Sebagai

dikemukakan oleh CEO Chevron, bahwa

“Chevron contributes to the economic and social well-being of

people in the countries where we operate because we recognize

that business success is deeply linked to society's progress. Our

investments in communities also are investments in the long-term

success of our company, and they deliver mutual benefit and

promote shared progress. Wherever we are, we strive to be a

good neighbor, sharing the concerns of our communities and

working to create a better future. (Chevron, 2012).

Page 209: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

197

Dari pendapat tersebut dapat dilihat bahwa kontribusi Chevron

terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat di negara-

negara tempat mereka beroperasi, karena mereka melihat bahwa

keberhasilan bisnis sangat berkaitan dengan kemajuan masyarakat.

Pihak Chevron mengakui bahwa investasi mereka, juga investasinya di

masyarakat merupakan investasi jangka panjang dalam keberhasilan

perusahaan mereka. Mereka berharap dapat menyebarluaskan manfaat

dan kemajuan bersama dengan masyarakat. PT. CGI berupaya menjadi

tetangga yang baik, berbagi dan bekerja bersama bagi masyarakat yang

lebih baik di masa depan.

Chevron juga berupaya melakukan lebih dari sekedar

menyediakan energi. Chevron berupaya berinvestasi kepada manusia,

semua pihak mendapat manfaat. Program-program Chevron mencoba

berupaya melibatkan masyarakat dan individu, memberdayakan mereka

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi keberlanjutan dan membantu

mewujudkan manfaat sosio-ekonomi jangka panjang. Sasaran penerima

manfaat dari inisiatif ini adalah masyarakat yang hidup di sekitar

wilayah operasi Chevron. Hal tersebut menunjukkan komitmen

Chevron untuk menjadi mitra pilihan. Untuk itu, pernyataan Garriga

dan Mele (2004:51-71) yang menyebutkan teori etis (ethical theories),

sebagai teori yang mana tanggung jawab sosial yang dijalankan dengan

menggunakan hak asasi manusia. Etika bisnis, menyebutkan bahwa

perusahaan, sebagai kelompok sosial atau individual dalam masyarakat,

harus berkontribusi untuk kebajikan umum, karena sudah menjadi

bagian dari masyarakat (Smith, 1999; Alford & Naughton, 2002; Mele,

2002)

Page 210: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

198

2. Fokus dan Mekanisme Kegiatan CSR PT. CGI

Kehadiran PT. CGI di tengah-tengah masyarakat,

keberadaannya harus memberi manfaat bagi masyarakat sekitar, dimana

pun mereka beroperasi. Kemanfaatan tersebut dapat dilakukan melalui

kegiatan yang terencana bersama para pemangku kepentingan lainnya,

termasuk masyarakat. Juga melalui kegiatan secara perseorangan yang

dilakukan oleh setiap individu dari karyawan PT. CGI. Setiap karyawan

PT. CGI harus berbaur dengan masyarakat sekitar. Setiap individu

harus membuat laporan individual mengenai kegiatan berbaur dan

keterlibatan mereka dengan masyarakat sekitar.

“Kita bekerja dengan value, kita mengikuti Chevron di seluruh

dunia lah. Salah satu panduannya adalah bahkan dimana pun

kita berada (berusaha) harus memberi manfaat kapada

masyarakat sekitar (dimana kita operasi). ...Value itu sudah ada

sebelum undang-undang (tentang PT dan Energi di Indonesia),

dan itu melekat pada diri setiap karyawan. Setiap karyawan

harus mendeliver diversity, dia harus ada engagement kepada

masyarakat, dia harus berbaur dengan masyarakat sekitarnya.

Setiap pekerja Chevron harus berperilaku sesuai dengan nilai-

nilai Chevron way. Ada rapport setiap individu.” (PP 1).

Dengan pernyataan tersebut, sudah merupakan kewajiban pihak

PT. CGI untuk melakukan kegiatan pendampingan di wilayahnya.

Berdasarkan data lapangan menunjukkan bahwa prioritas wilayah yang

memperoleh kegiatan dampingan dari PT. CGI adalah Kecamatan

Samarang. Padahal Kecamatan Samarang masuk dalam wilayah Ring

2, sedangkan Ring 1 adalah Kecamatan Pasirwangi dan Sukaresmi.

Desakan dari warga masyarakat dan kepala-kepala desa di Kecamatan

Page 211: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

199

Samarang-lah yang membuat PT. CGI memprioritaskan kegiatan awal

mereka di Kecamatan Samarang.

“ya sebenarnya itu sudah ada di ini (baca:programnya) nya

Chevron (Chevron way), apa namanya itu, hemm laporan

keseluruhan PGPA. Di sana dijelaskan bahwa Chevron harus

melakukan CSR. Tapi dilaporan itu namanya bukan CSR tapi

apa ya, corporate responsibility kalau tidak salah ya itu tidak

ada kata Sosialnya. Nah di laporan itu tertulis sudah kewajiban

pihak Chevron untuk melakukan itu di wilayah dampingannya.

Kalau untuk Samarang itu sebenarnya Samarang termasuk

dalam ring dua, ring satunya Pasirwangi dan Sukaresmi. Cuma

karena desakan dari Kepala-kepala Desa di Kecamatan

Samarang akhirnya diputuskan masuklah ke dalam program. Oh

CE (community engagement) namanya bukan CR. Nah di

Kecamatan Samarang itu sebenarnya yang masuk wilayah

rawan... yang letaknya paling ujung dan paling terkena dampak

dari jalan akses keluar masuk kendaraan Chevron makanya

menjadi tanggung jawab perusahaan.... Tujuan Chevron

melakukan CSR itu pada intinya ingin membangun hubungan

yang baik dengan masyarakat sekitar terutama daerah-daerah

yang disebut desa merah tadi...”. (LS 1).

Di dalam PT. Chevron sendiri memang sudah ada komitmen,

yaitu komitmen yang dibangun melalui kesepakatan dengan pihak para

kepala desa. Pihak perusahaan memahami bahwa daerah-daerah yang

terkena dampak terutama akses jalan kendaraan yaitu Kecamatan

Samarang, Pasirwangi, dan Sukaresmi; akan memperoleh prioritas

bantuan. Namun diantara ketiga kecamatan tesebut, hasil data lapangan

menunjukkan bahwa, Kecamatan Samarang merupakan daerah yang

paling rawan dan keras dalam pandangan pihak perusahaan. Sehingga

daerah-daerah tersebut seringkali disebut daerah ‘merah’, karena sering

terjadi demo dan aksi tuntutan masyarakat kepada PT. CGI. Walaupun

Page 212: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

200

Kecamatan Pasirwangi secara lokasi yang paling dekat dan berada

dalam wilayahnya PT. CGI, namun bantuan yang paling pertama dan

utama adalah ke desa-desa wilayah Kecamatan Samarang.

Gambar 6. Program Community Engagement CGI, Sebuah Pendekatan

Keberlanjutan Untuk Memberdayakan Komunitas. (Sumber:

Chevron, 2010).

Mendukung operasi dan mempererat hubungan dengan para pemangku

kepentingan untuk menjadikan Chevron sebagai mitra pilihan Sasaran Bisnis

Tujuan Bisnis

Tujuan Sosial

Implementasi

Sasaran Sosial

Meningkatkan reputasi

Chevron sebagai warga

korporat yang baik

Meningkatkan

pengelolaan lingkungan

Mengurangi

ketergantungan

masyarakat sekitar

terhadap Chevron

Pendidikan dan

Pelatihan - Meningkatkan

akses

masyarakat

terhadap fasilitas

pendidikan

- Meningkatkan

kualitas

pendidikan dan

lulusan siswa

Kebutuhan

Pokok manusia - Meningkatkan

akses

masyarakat

terhadap fasilitas

layanan

kesehatan.

- Meningkatkan

fasilitas umum

dan publik

kesehatan

Konservasi

lingkungan dan

keanekaragaman

hayati - Meningkatkan

kesadaran publik

akan pentingnya

lindung lingkungan

di sekitar daerah

operasi

- Mendukung upaya

konservasi

Pengembangan

Keuangan Mikro

- Mendukung

peningkatan

pendapatan

masyarakat

- Meningkatkan

kualitas UMK di

sekitar daerah

operasi

- Program

pengembangan

sekolah- SMK

Pasirwangi

- Supercamp –Bimbingan

belajar intensif

masuk PTN

untuk siswa

SMA kelas 3

- Membangun dan

melengkapi

sarana IGD

- Pipanisasi air

bersih/ sanitasi

lingkungan

- Kampanye &

pencegahan

penyakit TBC

- Kampanye HIV/

AIDS

- Program reboisasi

kawasan hutan

Darajat kerjasama

Perhutani

- Kerjasama kawasan

Cagar Alam dengan

BBKSDA

- Pendampingan

usaha home

industry oleh

PUPUK

- Program KUBE

ternak domba

kerjasama

Dinsos, Uniga,

CGI

1. Meningkatkan standar kehidupan masyarakat

2. Membangun kemandirian masyarakat

Page 213: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

201

Tujuan utama dari semua bantuan yang diberikan oleh PT.

Chevron kepada masyarakat, tidak lain adalah untuk membangun

hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar. PT. CGI memandang

bantuan yang diberikan kepada masyarakat tersebut sebagai social

investment, yang tidak semata-mata sebagai jaminan keamanan operasi

perusahaan. Investasi sosial yang dibangun oleh PT. CGI adalah yang

berjangka panjang, dengan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku di

Indonesia. PT. CGI berpendapat, bahwa apa yang dilakukannya telah

melebihi kewajiban yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan, sesuai

peraturan dan perundangan yang berlaku. Artinya ada atau tidak

regulasi, maka PT. CGI tetap akan melaksanakan tanggung jawabnya

sebagai perusahaan yang peduli kepada masyarakat (sebagaimana

terlihat dalam tabel sebelumnya).

“Sebenarnya antisipasi kita adalah second by second. ...

Memang kita sebagai part of bussiness, sehingga melihatnya

tidak semata-mata menjaga lokasi (social investment), tetapi

sebagai sebuah investasi jangka panjang. bukan sekedar

investasi 1-2 bulan tetapi investasi 5 tahun (jangka panjang).

Konsepnya kira-kira kita melihat sebagai social investment.

Tidak ada regulasi pun kita akan tetap menjaga lingkungan

sekitar, yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup RI.

Sebelum ada Undang-undang pun kami sudah melaksanakan

social investment . Bagaimana pun kami basisnya adalah bisnis.

Karena basisnya CSR itu sesungguhnya adalah voluntary basis.

Sedangkan undang-undang di Indonesia mewajibkan CSR.

Sebenarnya apa yang kami lakukan sudah jauh melebihi

peraturan undang-undang. Sudah di atas ketaatan peraturan.”

(PP 2).

Page 214: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

202

Dengan melihat perkembangan masyarakat lokal, relatif secara

umum wilayah Pasirwangi masih belum banyak kemajuan dan masuk

dalam kategori daerah miskin. Sehingga tuntutan dan harapan

masyarakat kepada PT. CGI begitu tinggi. Sehingga PT. CGI harus

selalu siap dan mengantisipasi perkembangan masyarakat setiap waktu.

Selanjutnya program community engagement PT. CGI,

memiliki fokus berupa sasaran kegiatan bisnis, tujuan bisnis dan tujuan

sosial. Program kegiatan ini nampaknya diharapkan merupakan sebuah

pendekatan yang sustainable dalam rangka memberdayakan

masyarakat lokal. Proses dan pelaksanaan program community

engagement dilakukan atas participatory based program dalam CE

CGI, dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1) Pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan

program secara berkaa bersama-sama dengan

stakeholder terkait.

2) Berdasarkan matriks kinerja

3) Fokus pada keberlanjutan program.

4) Rencana tindak lanjut dan umpan balik.

5) Hasil yang terdokumentasi dalam laporan:

a. Pemantauan dan evaluasi

b. Kunjungan lapangan

c. Kemajuan proyek

d. Laporan akhir

1) Program pendidikan dan pelatihan

Untuk meningkatkan reputasi bisnis PT. CGI sebagai warga

korporat yang baik, mengeluarkan dua program tujuan sosial yaitu

Page 215: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

203

program pendidikan dan pelatihan dan pemenuhan kebutuhan pokok

manusia. Tujuan program pendidikan dan pelatihan adalah untuk

meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas pendidikan dan

meningkatkan kualitas pendidikan dan lulusan siswa. Implementasi

untuk mencapai tujuan tersebut, maka diluncurkan dalam 2 (dua)

program yaitu program pengembangan sekolah—SMK Pasirwangi dan

Supercamp—bimbingan belajar intensif masuk PTN untuk siswa SMA

kelas 3. Gambar 7. menunjukkan mekanisme implementasi dari

program pendidikan dan pelatihan.

Gambar 7. Program Education For Forestry Community - Ed4Comm

2009-2014. (Sumber: Chevron, 2010).

Page 216: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

204

Hasil pelaksanaan program community engagement unggulan

bidang pendikan dan pelatihan yaitu pengembangan kualitas sekolah –

SMK Pasirwangi dan pembelajaran intensif bagi siswa SMA kelas 3

masuk PTN, dapat dilihat dalam tabel 27 berikut:

Tabel 27. Deskripsi pelaksanaan program community engagement

unggulan bidang pendidikan dan pelatihan

Deskripsi

Meningkatkan Akses Masyarakat Terhadap

Layanan Pendidikan, Dengan Membuka

Sekolah Menengah Kejuruan SLTA, di mana

sebelumnya belum ada sekolah setingkat

SLTA. Kemitraan dengan Diknas,

UNIGA/UNINUS

Lokasi Pasirwangi

Keunggulan :

Satu-satunya SLTA di Kec. Pasirwangi (sebelumnya tidak ada)

Fokus pada anak-anak keluarga fakir miskin

Akses ke pendidikan SLTA lebih mudah (sebelumnya harus ke Kec.

Lain)

Kemitraan multipihak (CGI, UNIGA, Diknas, UNINUS)

Dalam proses menjadi SMK Negeri Definitif Pasirwangi

Proses dan mekanisme:

Pembelajaran secara intensif kepada lulusan SMP di Pasirwangi

yang kesulitan dalam mengakses pendidikan

Diawali dengan study baseline bersama-sama dengan UNIGA,

kemudian dilanjutkan dengan Program Paket C ( 1 kelas)

Selain itu mengadopsi Kurikulum KTSP, KKM 6.1

Sampai saat ini sudah sampai di Kelas 2 dengan jumlah murid

sekitar 120 orang, didampingi sekitar 15 orang tutor

Prestasi akademik siswa sebagian besar di atas rata-rata

Bekerjasama dengan Diknas Garut danUNIGA, mendororong

Page 217: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

205

percepatan untuk menjadi SMK Negeri definitif, di mana Diknas

menyediakan lahan, sementara secara bertahap akan membangun

fasilitas ruang belajar

Adanya muatan lokal (agrobisnis) dan dilengkapi juga dengan mini

lab komputer

Sumber: Diolah dari PGPA-CE (Sumber: Chevron, 2012)

2) Program kebutuhan dasar manusia

Program-program Chevron didasarkan pada kerjasama dengan

pemerintah, masyarakat, organisasi non pemerintah lokal dan

internasional. Sebagian besar program Chevron merupakan

implementasi dari tiga fokus utama yaitu kesehatan, pendidikan dan

pembangunan ekonomi. Dalam bidang kesehatan: memperbaiki akses

kebutuhan dasar manusia (seperti layanan kesehatan, gizi yang lebih

baik, perbaikan sanitasi, pertanian, dan pengembangan infrastruktur

publik); sedangkan bidang pendidikan menciptakan kesempatan

pendidikan dan pelatihan; dan bidang pembanguan ekonomi yaitu

mendukung peningkatan kualitas kehidupan kehidupan manusia yang

berkelanjutan. Sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang informan,

“Chevron partners with host governments, nongovernmental

organizations and aid agencies to assess and understand local

needs and the reasons behind them. Our three primary focus

areas for outreach are:

Economic development – We invest in small and micro

enterprises and support programs that create sustainable

employment opportunities. This promotes self-sufficiency,

stimulates job growth and economic development, and

creates a higher standard of living for people in the areas

where we operate.

Page 218: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

206

Health – In developing countries, we improve access to

preventive care and treatment and work to strengthen health

care systems, because healthy people can create healthy

societies.

Education – Chevron promotes education—particularly in

the areas of science, technology, engineering and math

(STEM)—as well as career and vocational training to ensure

people can help their communities thrive in the 21st century

economy.

These areas of focus are the building blocks of strong

communities.”

(Updated: Chevron, April 2012)

Dalam mewujudkan program kebutuhan pokok manusia

community engagement (CE) mengimplementasikannya dengan

membangun dan melengkapi sarana IGD puskesmas Pasirwangi;

membangun pipanisasi air bersih dan sanitasi lingkungan; dan

kampanye pencegahan penyakit TBC dan HIV/AIDS. Saat ini yang

dilakukan adalah kampanye penyadaran perilaku hidup sehat,

memperbaiki akses pada fasilitas kesehatan masyarakat dan partisipasi

perbaikan sarana fisik dan perlengkapan medis

Di Jawa Barat, Chevron menyadari bahwa HIV/AIDS adalah

ancaman yang mengerikan bagi dunia dengan dampak yang luar biasa

bagi manusia serta merupakan resiko nyata secara sosial, ekonomi dan

politik yang memberikan pengaruh langsung kepada karyawan dan

bisnis kami. Dalam bidang kesehatan ini, Chevron bertekad untuk

mengatasi ancaman yang ditimbulkan oleh HIV/AIDS terhadap bisnis

kami melalui kepemimpinan strategis di dalam industri kami dan di

masyarakat dimana karyawan Chevron berada. Chevron menyediakan

pelayanan pencegahan voluntary counseling and testing (VCT). Dasar

Page 219: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

207

pelayanan VCT ini adalah policy 260 Chevron tentang pencegahan

HIV/AIDS di tempat kerja, yang intinya adalah:

Chevron menjamin kerahasiaan (confidentiality) pengidap

HIV/AIDS

Chveron mencegah diskriminasi terhadap pengidap HIV/AIDS

di tempat kerja (non discriminative).

Chevron menyediakan akses ke fasilitas pencegahan,

pengobatan dan perawatan HIV/ AIDS (prevention, care and

treatment) bagi pegawai dan keluarganya.

Program penyuluhan pencegahan bahaya HIV/ AIDS juga diberikan

kepada sejumlah siswa di kabupaten Garut. Hasil penyuluhan tersebut

diharapkan para siswa yang telah memperoleh penyuluhan dapat

menyebarluaskan bahaya HIV/AIDS kepada khalayak luas.

3) Program Konservasi lingkungan dan keragaman hayati

Program ini diharapkan memberikan kontribusi untuk mendukung

biodiversity dan pelestarian di sekitar daerah operasi PT. CGI. Tujuan

sosial yang ingin dicapa adalah meningkatkan kesadaran publik akan

pentingnya pelestrasian lingkungan di sekitar daerah operasi dan

mendukung upaya konservasi alam. Sedangkan implementasi kegiatan

yang dilakukan adalah melakukan reboisasi kawasan hutan lindung

bekerja sama dengan perhutani, serta bantuan penyediaan tong-tong

sampah.

Page 220: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

208

4) Pengembangan Keuangan Mikro dan UMK

Pengembangan keuangan mikro dan usaha mikro-kecil

ditujukan untuk mendukung peningkatan pendapatan masyarakat dan

kualitas pengelolaan UMK di sekitar daerah operasi PT. CGI.

Implementasi programnya adalah pendampingan usaha home industry,

dan program kelompok usaha bersama ternak domba bekerja sama

dengan LSM PUPUK, dinas sosial, dan Universitas Garut (UNIGA).

Salah satu kegiatan tersebut dikenal dengan pengembangan LED, yaitu

local economic development untuk kecamatan Samarang dan inisiative

economic engagement and empowering (I3E) untuk desa-desa di

kecamatan Pasirwangi. Gambar 8 ditunjukkan disain proyek untuk

peningkatan pendekatan masyarakat khususnya para wanita dan buruh

tani muda.

Gambar 8. Project Grand Design : Income Generation For Community

(IGP4Com) and Beneficiaries Target: Woman/Youth Farming

Labor. (Sumber: Chevron, 2010)

Page 221: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

209

Hasil pelaksanaan program community engagement unggulan

bidang usaha mikro kecil salah satunya adalah pengembangan ternak

domba terpadu. Dalam gambar 9 dan tabel 28, terlihat roadmap

pengembangan ternak terpadu, yang dimulai sejak tahun 2008 hingga

tahun 2012, serta deskripsi singkat mengenai program unggulan ternak

domba terpadu. Jika melihat roadmap tersebut nampak ideal dan secara

rasional dapat diwujudkan, namun fakta di lapangan menunjukkan

bahwa program tersebut tidak berlanjut dan tidak jelas pertanggung

jawabannya di masyarakat.

Gambar 9. Roadmap – Pengembangan Ternak Domba terpadu.

(Sumber: Chevron, 2010)

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

Pola

Kemitraan

CGI-Dinsos-

Uniga

Pemanfaatan

Limbah &

Pakan ternak

Pupuk

organik

Pestisida

organik

Pengembangan

ekonomi mikro

Produksi Pupuk

Organik &

biopestisida

Uji coba

kandungan hara

Uji coba

komoditas

kentang, kubis &

tomat

Penguatan

ekonomi

Tabungan

peternak

Corporate

Farming

Pertanian

organik

Page 222: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

210

Tabel 28. Deskripsi bidang unggulan peningkatan ekonomi

masyarakat melalui pengembangan domba terpadu

Deskripsi

Mendorong Peningkatan Ekonomi Masyarakat

Melalui Pengembangan Ternak Domba Terpadu

– Pelatihan Teknis, Pendampingan Intensif dan

Stimulan Usaha Ternak

Lokasi Desa Barusari (2009), replikasi di Padaasih

(2010), Pasirkiamis (2011)

Keunggulan

Dilakukan berbagai pelatihan teknis (penguatan kelompok ternak

domba, komposting, bio pestisida) & pendampingan kelompok

secara intensif. Diharapkan terjadi peningkatan Pendapatan sekitar:

35%, peningkatan jumlah domba : 75 ekor menjadi 230 ekor.

Melalui pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan

Tabungan Kelompok

Pretasi Juara ke 4 KUBE Prestasi Tingkat Nasional Dirjen

Pemberdayaan Fakir miskin DEPSOS RI, dan Juara ke 3

Pendamping Berprestasi Tingkat Nasional.

Pemberdayaan Fakir Miskin (DEPSOS RI), Pembentukan Lembaga

Keuangan Mikro BMT “Berkah Darajat” (Oct 2010) Produksi kompos sekitar 1.2 ton/bulan

Direplikasi tahun 2010 di Desa Padaasih – 80 peternak

Sumber: diolah dari PGPA-CE (Sumber: Chevron, 2012).

Dalam melaksanakan kegiatan CSR-nya, CGI berupaya

menggandeng organisasi atau lembaga swadaya masyarakat yang

memiliki keahlian di bidang pengorganisasian masyarakat atau

pengembangan masyarakat. Kemudian pihak CGI memberi amanah

kepada LSM tersebut untuk melaksanakan kegiatan CSRnya, seperti

pemberian amanah kepada LSM PUPUK (Perkumpulan untuk

Peningkatan Usaha Kecil) untuk membantu desa-desa di sekitarnya

Page 223: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

211

yaitu diantaranya Desa Sukalaksana, Kecamatan Samarang menjadi

desa Wisata. Fungsi CGI dalam kegiatan tersebut adalah:

Penyediaan dana untuk program tersebut, dengan pola

penyaluran yang terbagi menjadi dua termin. Termin pertama

60% dan termin kedua sisanya 40%.

Fungsi pengawasan, pendampingan dan evaluasi program

bersama-sama dengan stakeholder terkait.

Salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang hingga

saat ini masih menjadi mitra dari PT. CGI dan masyarakat lokal adalah

Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK). PUPUK

merupakan organisasi non profit, independen dan bersifat non politis

yang memposisikan fokus kegiatannya dalam bidang pengembangan

usaha kecil. Terkait dengan program pengembangan masyarakat,

PUPUK berupaya mendorong usaha kecil dan menengah agar dapat

mengoptimalkan peranannya sehingga dari program pengembangan

masyarakat tersebut dapat tercapai. Agar lebih dekat dengan lokasi

sasaran pengembangan masyarakat, PUPUK menempatkan

perwakilannya di Perumahan Malayu Asri, Desa Mekarwangi

Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut.

Pihak PT. CGI memahami bahwa bantuan yang bersifat

finansial semata akan menimbulkan ketergantungan di masyarakat dan

pemerintah lokal. Bantuan yang bersifat finansial tersebut dilakukan

pada awal-awal PT. Chevron hadir di masyarakat, dimana bantuan

tersebut diberikan kepada masyarakat dan pemerintah lokal yang

mengajukan usulan. Dampaknya adalah munculnya ketergantungan

Page 224: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

212

masyarakat lokal dan pemerintah yang menjadi semakin tinggi kepada

PT. CGI.

“Bedanya perusahaan dengan NGO sama-sama concern dengan

di bidang pengembangan masyarakat. Kalau perusahaan harus

mengawinkan antara tujuan bisnis dan tujuan sosial. Kalau

yayasan gak punya tujuan bisnis. Nah kalau kami, suka tidak

suka kami ini bisnis perusahaan.....satu kaki kami berada di

etika bisnis dan satu kaki lagi berada di tujuan sosial. LSM

tidak memperhitungkan untung dan rugi. Saya pikir konsep tadi

sampai sekarang ini masih valid. Sasaran kami ini...partner of

choice (mitra pilihan). Kami ingin juga mendukung program

Chevron Geotermal yang mendukung lingkungan, masyarakat,

perundang-undangan. Bukan bantuan finansial...tetapi

mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap Chevron.

Suatu saat kami tidak tahu akan hengkang dari Darajat.” (PP 2).

Pihak PT. CGI menyadari bahwa ketergantungan masyarakat

lokal dan pemerintah lokal yang terlalu tinggi akan berbahaya bagi

masyarakat. Kemandirian masyarakat tidak akan pernah tumbuh,

sehingga kemajuan dan kesejahteraan masyarakat akan sulit tercapai.

Suatu saat PT. CGI akan hengkang dari wilayah kecamatan Pasirwangi,

apabila joint contract tidak diperpanjang.

“Sasaran kedua, dimana pun Chevron berada, kita ingin

meningkatkan standar kehidupan masyarakat. Yang ini kami

mix-kan. Logical framework, pengembangan local economy

development (LED) untuk temen-temen UMKM tujuannya

adalah menyiapkan kemandirian masyarakat. Kegiatannya ada

di Samarang, ada di Pasirwangi. Untuk kebutuhan dasar

manusia” (PP 2).

Page 225: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

213

Berdasarkan kondisi perkembangan dan munculnya

ketergantungan masyarakat tersebut, maka sasaran kegiatan PT. CGI

adalah peningkatan standar kehidupan masyarakat. Program CSR dari

PT. CGI mencoba fokus pada capacity building masyarakat, melalui

local economy development (LED) dan local business development

(LBD), dengan sedikit demi sedikit mengurangi program yang bersifat

bantuan sosial semata. Harapannya, tentu saja meningkatnya daya

kemandirian masyarakat sekitar.

“Dalam diskusi dengan pihak pemda, seringkali kami coba

memberi pemahaman bahwa CSR itu tidak hanya semata

pembangunan infrastruktur, tetapi juga capacity building. Kalau

bapak lihat ke atas (Darajat) kondisi infrastruktur relatif sudah

memadai, tetapi kalau capacity building (economic

development) masyarakat tidak dilakukan akan percuma.

Sehingga dalam implementasinya seringkali kami berusaha

untuk menekankan pentingnya capacity building, walaupun ini

memerlukan waktu dan proses yang bertahap. Tahun ini, ok

spending capacity building besarnya 40% sisanya infrastruktur.

Kemudian tahun depan capacity building terus meningkat

menjadi 50%, 60 % , dan 80%, itu yang terus coba diupayakan.

Memang saat ini belum bisa 100% ke arah pemberdayaan

masyarakat .Terkadang capai juga, hampir setiap tahun harus

berjuang menjelaskan pemahaman tersebut. Kadang-kadang

beberapa pihak masih berfikir pembangunan infrastruktur lebih

penting, namun pemahaman mengenai pentingnya peningkatas

kapasitas masyarakat terus kita lakukan.” (PP 2).

Penjelasan kepada masyarakat dan pemerintah oleh PT. CGI

mengenai tujuan sasaran kegiatan tanggung jawab perusahaan harus

terus dilakukan. Saat ini memang kegiatan CSR PT. CGI, diakui oleh

pihak perusahaan belum mencapai 100%. Namun secara bertahap

alokasi dana yang diarahkan pada pengembangan masyarakat

diupayakan harus terus meningkat setiap tahunnya. Dalam upaya

Page 226: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

214

tersebut PT. CGI menggaet LSM PUPUK (Perkumpulan Untuk

Pengembangan Usaha Kecil) Bandung, khususnya dalam peningkatan

usaha kecil dan menengah (UKM). Ada komitmen PT. CGI untuk

melibatkan beragam dan sebanyak mungkin stakeholder (multi

stakeholder), dalam rangka kegiatan CSR kepada masyarakat lokal.

Pihak PUPUK pun mengakui kondisi yang dihadapi oleh PT. CGI,

serta kondisi masyarakat sekitar wilayah kerja perusahaan tersebut.

Sebagaimana dikemukakan oleh koordinator PUPUK Garut, yaitu

“mereka kan punya platform yang harus ditangani secara baik di

bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Untuk pendidikan

sudah ada kerjasama dengan Asgar Muda dalam bidang super

camp yang intinya kaya bimbel untuk anak-anak SMA

khususnya bagi kelas 3 yang akan melanjutkan ke perguruan

tinggi. Lalu Chevron juga ada membuka beberapa sekolah, jadi

untuk masalah pendidikan Chevron sudah ada concern di

kecamatan Pasirwangi khususnya terutama untuk fasilitas

pendidikan. Kesehatan yang sampai sekarang juga masih

berjalan seperti donor darah, dulu tahun 2009 juga pernah ada

survei di daerah Pasirwangi tentang masalah penyakit TBC,

dilakukan bekerjasama dengan NGO lain. Setelah dilakukan

survei langsung dilakukan penanggulangan jumlah yang terkena

TBC menurun. Itu di kesehatan, nah ekonominya dulu Chevron

itu memberikan bantuan berupa dana cash tapi dampaknya

kurang terasa di masyarakat, makanya setelah itu kita (PUPUK)

diajak bergabung.” (LS 1).

Selain alasan itu, apabila dicermati kondisi sumber daya

manusia PGPA PT. CGI, maka dapat dipahami tuntutan untuk bekerja

dengan berbagai pemangku kepentingan (multi-stakeholder) dalam

rangka pengembangan masyarakat. kebutuhan akan tenaga ahli yang

memiliki kompetensi dan keterampilan khusus dalam bidang

pengembangan masyarakat. Sejak saat itulah pola bantuan yang lebih

Page 227: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

215

bersifat social asistance sedikit demi sedikit diubah ke arah

pemberdayaan masyarakat, yang bersifat memandirikan masyarakat.

Tantangan lain yang dihadapi oleh PT. CGI dan mitra lainnya,

termasuk LSM PUPUK, adalah banyak program-program sebelumnya

di luar PT. CGI, seperti kredit usaha tani (KUT), inpres desa tertinggal

(IDT), dan program-program lainnya yang lebih bersifat charity.

Sehingga setiap ada program yang berasal dari PT. CGI (Chevron

Geothermal Indonesia), masyarakat menganggap program tersebut

sebagai hibah. Artinya, masyarakat bebas menentukan bantuan yang

telah diterima untuk dipergunakan sesuka hati mereka. Pola tersebut

sudah berjalan cukup lama, sehingga memunculkan tingkat

ketergantungan yang tinggi dari masyarakat kepada PT. CGI. Kondisi

tersebut diperparah dengan minimnya peran dan fungsi pemerintahan

yaitu desa, kecamatan dan kabupaten dalam memberdayakan

masyarakat sekitar wilayah kerja PT. CGI. Hal tersebut dapat pula

dipahami karena minimnya anggaran kegiatan serta kreativitas untuk

kesejahteraan masyarakat.

“kalau yang dulu kan setiap ada program dari Chevron

anggapan masyarakat itu dananya hibah aja. Nah kita coba ubah

polanya. Kita libatkan unsur msyarakat. Kalau dulu yang tahu

adanya dana bantuan cuma beberapa orang aja tapi setelah kita

masuk, kita usahakan minimal RT RW tahu kalau ini ada dana

bantuan dari Chevron. (LS 1).

Kemudian tidak banyak masyarakat yang mengetahui mengenai

adanya dana untuk program pemberdayaan masyarakat yang diberikan

oleh PT. CGI kepada masyarakat. Hanya segelintir orang saja yang

mengetahui adanya bantuan tersebut, bahkan pada beberapa desa

Page 228: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

216

cenderung membatasi agar tidak banyak orang tahu tentang dana

bantuan tersebut.

Kemudian dalam perkembangan selanjutnya diupayakan tidak

hanya beberapa orang saja yang mengetahui adanya dana tersebut.

Setidaknya para pengurus RT dan RW sedesa juga mengetahui dana

tersebut, agar merangsang warga masyarakat mengusulkan kegiatan.

Masyarakat mulai mengetahui tersedia dana bantuan untuk program

untuk setiap desa di kecamatan Pasirwangi, dan kecamatan Samarang

yang diberikan oleh PT. CGI. Sehingga masyarakat dapat mengajukan

permohonan penyaluran dana tersebut dengan mengajukan permohonan

kepada kepala desa. Artinya kepala desa lah yang seringkali menjadi

penentu penyaluran dana tersebut kepada masyarakatnya. Persoalan

berikutnya yang muncul adalah sikap kepala desa dan aparat desa

lainnya (seperti LPM) yang kurang jujur dan akuntabel dalam

mengelola dana bantuan program tersebut. Dalam beberapa kasus, jika

kepala desa sifatnya keras kepala, maka dana untuk program tersebut

tidak akan turun. Bahkan dalam kasus tertentu timbul konflik internal

pemerintahan desa yang juga mempengaruhi kelancaran bantuan yang

akan diberikan.

“Kita kasih arahan minimal dikelompok binaan satu atau dua

ada yang jadi, ada yang jalan. Kalau di Sirnasari (Samarang)

yang tahun ke duanya itu tidak jalan, iya-iya aja tapi tak

diberikan. Seperti yang untuk usaha pangan olahan ibu-ibu PKK

kita sudah minta bantuan dana tidak dikasih padahal usaha itu

sudah memiliki pasaran yang bagus. Ibaratnya mereka produksi

sudah ada tempat untuk memasarkan dan prospeknya bagus,

tapi ya itu masalahnya tidak disupport oleh kepala desa, hem

bukan kepala desa aja sebenarnya ada seperti timlah di desa itu

termasuk LPM juga. (LS 1).

Page 229: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

217

Kepala desa memegang peranan penting dan menentukan

besaran dana yang akan diberikan dari usuan yang diajukan oleh

masyarakat. Oleh karena itu bukanlah hal yang mengherankan jika

kepala desa tertentu, akan sulit ditemui baik oleh warganya, apalagi

oleh tamu-tamu luar desa. Warga masyarakat hanya dapat menemui

‘pak ulis’ (sekretaris desa) untuk urusan pelayanan masayarakat.

Kondisi tersebut banyak dikeluhkan oleh warga masyarakatnya.

Sehingga tidak jarang masyarakat berpendapat ‘miring’ kepada

pemerintahan lokalnya.

“Jadi sebenarnya kepala desa tadi itu kaya yang ngerti

pemerintahan tapi sebenarnya tidak. Sebenarnya yang jadi

otaknya itu LPM yang mengatur. Istilahnya LPMnya ini lincah

gitu, ngomong di depan iya tapi dibelakang beda. Sampai saat

ini juga sekdes dengan kepala desa tidak akur. Rapat ada,

kegiatan ada tapi tidak pernah dilibatkan. Jadi sekdes ada, tapi

seperti dianggap tidak ada oleh kepala desanya. Padahal

sekdesnya itu sudah PNS, nah makanya itu si kepala desa juga

ga bisa memecat sekdesnya. Karena itu kan langsung

penunjukannya ya jadi ada konfliklah dipemerintahannya.” (LS

1).

Sebagaimana hasil wawancara dengan informan lainnya, bahwa

ternyata hambatan yang muncul justru dari pemerintahan lokal yang

tidak siap dalam menjalankan program CSR yang disalurkan

pendanaannya melalui pemerintahan desa. Ketidaksiapan pemerintahan

desa dalam mengelola dana CSR PT.CGI merupakan tantangan

tersendiri yang harus dihadapi oleh PGPA PT. CGI serta mitra kerjanya

dalam memberdayakan masyarakat.

Demikian pula pemahaman yang berbeda mengenai CSR dari

pemerintah daerah juga merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh

PT. CGI dan mitra pengembangan masyarakatnya (PUPUK).

Page 230: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

218

Sebagaimana dikemukakan oleh community engagement spesialist PT.

CGI, sebagai berikut:

“Yang paling krusial adalah pemahaman konsep CSR yang

belum sama dari berbagai pihak. ya mohon maaf ya, seringkali

kalau bertemu (berdiskusi) beberapa pihak terutama dengan

pihak pemerintah saya seringkali mengkritik mereka. (kebetulan

barusan saya mengikuti musrenbang). Itu konsep mengenai

pemberdayaan saja tidak sama. Bagi beberapa pihak, makna

CSR adalah “proyek” (project based), sehingga terkesan sangat

dangkal. Namun demikian, Saya tidak melihat ini sebagai

kendala, tetapi sebagai peluang dan tantangan. Ini menurut saya

yang paling krusial. Dan itu terjadi di semua lapisan, terdapat

pemahaman yang berbeda mengenai permberdayaan/ CSR.

Perkembangan atas pemahaman CSR (pemberdayaan) masih

memerlukan waktu.” (PP 2).

Memang akan merupakan kendala sekaligus tantangan untuk

mendapatkan pemahamaan yang sama antara PT. CGI, masyarakat, dan

pemerintah daerah (kabupaten, kecamatan, dan desa) dalam melihat

CSR. Dengan pemahaman yang berbeda antara masing-masing pihak,

dapat diperkirakan bahwa sesungguhnya masing-masing pihak

memiliki harapan yang berbeda dengan adanya program CSR tersebut.

Khususnya masyarakat memiliki sejarah perkembangan dan latar

belakang kondisi sosial ekomoni dan budaya yang sangat berbeda

dengan perusahaan dan pemerintah. Demikian pula pemerintah daerah

Kabupaten Garut, dengan kondisi APBD yang tidak terlalu besar

(sekitar 1,4 triliun) , yang sebagian besar (70%) dialokasikan untuk

dana pengeluaran rutin dan belanja pegawai, maka tinggal tersisa 30%

yang digunakan untuk pembangunan. Jelas, dengan anggaran

pemerintah daerah yang minim tersebut, sulit mengharapkan peran

pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena

Page 231: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

219

itu keterlibatan swasta, termasuk perusahaan multinasional, seringkali

menjadi tumpuan masyarakat dan pemerintah daerah itu sendiri.

Muncul kesan bahwa pemerintah daerah membiarkan terhadap

apa yang dilakukan oleh PT. CGI dan mitranya melalui program CSR.

Pihak pemerintah daerah cenderung membiarkan dan tidak turut

campur bahkan lepas tangan dengan apa yang dilakukan oleh Chevron.

Ketidakberdayaan pemerintah ini terlalu nampak di hadapan

masyarakat, manakala PT. CGI dan mitra LSMnya bekerja membantu

masyarakat melalui kegiatan pengembangan masyarakat. Dalam

kesempatan tertentu, bahkan pemerintah daerah terkadang meminta

jatah dari kegiatan CSR dan pengembangan masyarakat yang dilakukan

oleh PT. CGI kepada masyarakat. Sesuatu yang sangat ironis, dimana

seharusnya pemerintah daerah yang paling bertanggung jawab terhadap

pembangunan masyarakat di daerahnya, tetapi sebaliknya bertindak

sebagai peminta sumbangan atau jatah dari kegiatan CSR PT. CGI.

“Sedangkan dengan pemerintah daerah, nampaknya pemda Garut, relatif membiarkan. Masih banyak tantangan yang harus

dicermati ketika berhadapan dengan pemerintah kabupaten.

Atau tidak turut campur dengan apa yang dilakukan oleh

PUPUK bersama dengan Chevron. Belum ada regulasi yang

jelas dari pemda yang mengatur tentang kemitraan antara

perusahaan dengan masyarakat setempat. Pemerintah kabupaten

cenderung ‘lepas tangan’ dengan apa yang dilakukan oleh Chevron dan PUPUK, bahkan cenderung pemerintah kabupaten

cenderung ‘minta bagian’ (jatah), dari apa yang kita lakukan bersama masyarakat.” (LS 1 & LS 2).

Pemerintah daerah dapat saja berinisiatif mengembangkan

kerjasama dengan PT. CGI. Misalkan pemerintah dapat

mengembangkan peraturan atau kebijakan mengenai pengelolaan

bersama pengembangan masyarakat dengan PT. CGI. Bagi PT. CGI

Page 232: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

220

ada atau tidaknya aturan mengenai CSR, maka pihak perusahaan akan

tetap melakukan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat.

Sementara itu pemerintah seharusnya dapat secara jeli dan cermat

mengidentifikasi dana alokasi pembagian pusat dan daerah, yang

bersumber dari pajak perusahaan PT. CGI. Penggunaan dana tersebut

dapat diprioritaskan untuk masyarakat sekitar wilayah PT. CGI, yang

paling terkena dampak dari operasional perusahaan.

“Sesungguhnya, sudah menjadi tanggung jawab kami bergerak

dan melakukan program pengembangan masyarakat

berdasarkan “chevron way”. Memang terkadang masih ada

beda persepsi, namun kami yakin bahwa suatu saat kami akan

memiliki pemahaman yang sama. Pemerintah sudah bisa

memahami program, focus dan kondisi Chevron, demikian juga

masyarakat melalui komunikasi yang intensif menggunakan

channel yang ada. Yang penting bagi kami adalah tidak semata

-mata output program, bukan sekedar berhasilnya program

tersebut, tetapi terdapat perubahan perilaku dari pemerintah dan

masyarakat dari setiap program yang dijalankan. Sebelumnya

pengembangan masyarakat hanya infrastruktur saja, sedikit

demi sedikit mulai ada perubahan. Yaitu program

pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan, berjangka

panjang, yang sustain. Harapan kami, ketika suatu saat Chevron

tidak ada lagi di sini, masyarkat sudah siap dengan kondisi ini.

Maaf ya.pak, kami ini perusahaan yang suatu saat tidak lagi

berada di sini karena sesuatu dan lain hal, sehingga yang

diperlukan adalah mempersiapkan masyarakat.” (PP 2).

Pihak perusahaan akan terus mengembangkan dialog dan

komunikasi dengan berbagai stakeholder khususnya pemerintah dan

masyarakat. PT. CGI menyadari bahwa kegiatan pengembangan

masyarakat sudah menjadi tanggung jawab mereka, sesuai dengan etika

bisnisnya yaitu ‘chevron way’. Perbedaan persepsi yang muncul

diantara masyarakat dan pemerintah, pihak perusahaan berkeyakinan

Page 233: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

221

suatu saat akan terdapat pemahaman yang sama mengenai program

pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT. CGI. Dalam setiap

pertemuan dan dialog, diharapkan terjadi perubahan ke arah yang lebih

baik, terjadi peningkatan pemahaman yang terus meningkat, serta

perubahan perilaku yang lebih baik pula.

Pola dan mekanisme yang dikembangkan oleg PT. CGI bersama

dengan mitra adalah pola pendampingan dana CSR yang disetor kepada

desa-desa di kecamatan Pasirwangi dan kecamatan Samarang. Ada

kemungkinan bahwa dana yang disetor ke desa tersebut awalnya adalah

untuk meredam gejolak dan aksi tuntutan masyarakat kepada PT.CGI.

Kemudian PT. CGI, sejak tahun 2009 menggandeng LSM PUPUK

untuk melakukan pendampingan. Tujuan pendampingan adalah agar

dana yang diserahkan ke desa tidak hilang begitu saja, tanpa ada

dampak perubahan yang positif di masyarakat. Peran yang dilakukan

oleh PUPUK sebagai mitra PT.CGI adalah mengarahkan agar dana

tersebut dapat dimanfaatkan secara tepat sasaran. Dana tersebut dapat

dipergunakan untuk permodalan usaha-usaha kecil yang kekurangan

modal tetapi secara potensi sudah ada dan berkembang di masyarakat.

“kita (PUPUK) bertanggungjawab untuk melakukan

pendampingan, Chevron sebagai pemberi dana. Untuk lebih

jelasnya seperti ini, Chevron itu memiliki dana untuk desa, nah

gimana caranya dana tersebut jangan sampai masuk ke desa lalu

hilang tanpa adanya dampak sama sekali. Lalu peran PUPUK

adalah untuk mengarahkan agar dana tersebut menjadi tepat

guna melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Jadi

begitu masuk ke desa kita buat kesepakatan dengan pemerintah

desa dan tokoh-tokoh masyarakat baru setelah itu dana

diturunkan. Dana untuk program sepenuhnya dikeluarkan oleh

Chevron 100% full langsung masuk ke desa. Kita (PUPUK)

tidak mencampuri karena kita kan sudah ada dana sendiri untuk

Page 234: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

222

pelaksanaan pendampingan atau istilahnya untuk jasa

pendampingan yang kami lakukan. (LS 1).

Sedangkan sumber dana pendampingan untuk LSM PUPUK

tidak berasal dari dana sumbangan CSR yang ada di desa. Kemudian

dana pendampingan untuk PT. PUPUK bersumber secara khusus dari

PT. CGI tidak mencampuri dana yang ada di desa. Untuk program

pendampingan yang dilakukan di desa-desa se-kecamatan Samarang

dikenal dengan LED, singkatan dari local economic development.

Sedangkan untuk desa-desa di kecamatan Pasirwangi disebut dengan

I3E, yaitu initiative, economic, engagement and empowerment. Pola

LED dan I3E yang berbeda, juga pola pendanaan serta maping

permasalahannya juga berbeda. Namun untuk kegiatan dan cara-cara

pendampingannya tetap sama. Sebagaimana dikemukakan oleh

infoman sebagai berikut:

“...emm sebenarnya itu judulnya saja sih, kalau diproposal sih

pendampingan untuk program pemberdayaan masyarakat di

wilayah dampingan Chevron. LED itu muncul sekarang-

sekarang. Di Samarang disebut LED di Pasirwangi disebut I3E

(initiative, economic, engagement, empowerment) dengan

sumber dana yang berbeda, kalau LED itu didanai oleh Chevron

Darajat, kalau I3E didanai oleh Chevron pusat yang di Amerika.

Dan titik masuknyapun berbeda, kalau LED berdasarkan ajuan

dari pihak kepala desa, kalau I3E dari temuan-temuan PUPUK

atau istilahnya murni dari mapping yang dilakukan PUPUK

setelah itu dilaporkan ke Chevron pusat, lalu langsung

dieksekusi oleh PUPUK. Kalau LED kan diajukan oleh kepala

desa, di-approve Chevron lalu diperintahkan kepada PUPUK

untuk mengecek di lapangan bener apa enggak, selanjutnya dari

kami melaksanakan FGD setelah fix semua baru kita jalankan.

Sebenarnya kalau menurut prosedur bagusan yang pakai maping

yang dari desa dulu, tapi kalau melihat dari pola bagusan yang

langsung dari PUPUK karena kegiatannya jelas, tapi

Page 235: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

223

kekurangannya ya banyak kepala desa atau tokoh-tokoh yang

tidak tahu kalau ada program.” (LS 1).

Melalui pola LED, maka usulan kegiatan berasal dari usulan

para kepala desa sekecamatan Samarang yang bersumber dari pelaku

usaha dan tokoh masyarakat masing-masing, kemudian sumber

pendanaannya berasal dari Chevron Darajat langsung. Sedangkan pola

I3E yang di kecamatan Pasirwangi, sumber pendanaan berasal dari

kantor pusat Chevron di Amerika Serikat, kemudian usulan kegiatan

berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh PUPUK di setiap desa di

kecamatan Pasirwangi. Kelebihannya dengan menggunakan jalur LED,

adalah bahwa secara prosedur lebih baik dan diketahui oleh masyarakat

pengusul dan kepala desa. Sedangkan kekurangannya adalah, seringkali

kegiatannya tidak jelas.

Kemudian dengan menggunakan I3E, secara prosedur tidak

melalui desa. LSM PUPUK langsung turun ke desa-desa melakukan

pemetaan kelompok-kelompok usaha potensial. Hasil dari pemetaan

tersebut kemudian dilakukan kajian tetang kelaikan usaha dari produksi

hingga pemasarannya, serta manajemen keuangannya. Setelah

dipastikan laik, kemudian PUPUK mengajukan pendanaan kepada PT.

CGI. Keunggulan pemetaan oleh PUPUK adalah kegiatan usahanya

jelas dan terukur. Kelemahannya adalah, kegiatan usaha kecil kurang

tersosialisasi dengan baik di tingkat desa. Tidak banyak masyarakat

yang tahu tentang program I3E tersebut di desa-desa kecamatan

Pasirwangi. Tentu kondisi tersebut tidak menguntungkan dari sisi

pemahaman masyarakat lokal dan pemerintah lokal tentang program

CSR dari PT. CGI.

Page 236: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

224

Kemudian dalam pengembangan ekonomi masyarakat lokal

sekitar wilayah operasi, PT. CGI melakukan kerjasama dengan LSM

PUPUK. Setiap kegiatan yang ada dalam alur perusahaan akan

bersinggungan dengan masyarakat yang ada di lokasi PT. CGI.

Kehadiran perusahaan di suatu wilayah dimana dampak ini dapat

positif atau negatif. Sehingga banyak persoalan yang muncul untuk

membangun daya saing. Pengembangan ekonomi yang berhasil adalah

proses perbaikan terus-menerus, sehingga lingkungan usaha meningkat,

memungkinkan bertambahnya kecanggihan cara bersaing.

Untuk itu perlu pergeseran atau penambahan peran dunia usaha

terhadap isu sosial (CSR) antara lain :

Mempertimbangkan kepentingan bersama (perusahaan dan

masyarakat)

Memberikan dampak sosial yang paling besar

Memadukan strategi perusahaan dan masyarakat

Serta fokus pada kegiatan atau program yang memberikan

dampak strategis

Program kerjasama yang dibangun antara PUPUK dan Chevron

Geothermal Indonesia, Ltd. (CGI) di Kabupaten Garut adalah

memfasilitasi program CSR CGI bagi masyarakat yang berada di

sekitar areal operasi CGI. Daerah-daerah sebagai wilayah dampingan

tersebut, selanjutnya merupakan titik masuk untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat tempatan serta daya saing Kabupaten Garut.

Bagi pihak CGI sendiri, peningkatan kemakmuran masyarakat yang ada

di sekitar wilayah operasi CGI tentunya akan meredam ‘tekanan sosial’

masyarakat kepada perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan

Page 237: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

225

daya saing perusahaan karena dapat beroperasi dengan aman tanpa

hambatan-hambatan sosial dari masyarakat setempat.

Program bantuan CSR CGI yang bersifat charity dan tidak

sustainable, sedikit demi sedikit mulai dikurangi dan tidak menutup

kemungkinan akan ditinggalkan. Namun demikian dalam prakteknya

relatif sulit dan masih membutuhkan waktu, agar masyarakat yang

berada di wilayah dampingan siap untuk beralih pada program-program

pemberdayaan dalam bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

Di lain pihak, agar seluruh masyarakat yang berada di wilayah

dampingan CGI tergerak untuk terlibat dalam program CSR di bidang

ekonomi membutuhkan keberadaan desa-desa pionir (pelopor) yang

dapat dijadikan contoh bagi desa-desa lainnya khususnya dalam

wilayah kerja (Ring Satu) CGI untuk melihat bukti-bukti keberhasilan

(success story).

Pada tahun 2008 hingga 2009, CSR CGI bekerjasama dengan

PUPUK (Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil) Bandung telah

memfasilitasi 2 desa (Sukalaksana dan Sukakarya) untuk bergerak

dalam program pengembangan ekonomi, dan berlanjut pada tahun 2009

hingga pertengahan 2010 terhadap 4 desa di Kecamatan Samarang

yaitu Sukalaksana, Sukarasa, Sirnasari dan Cisarua. Selanjutnya pada

pertengahan 2010 hingga akhir 2010 akan melanjutkan perkuatan dan

inisiasi program ekonomi pada 4 desa terdahulu dan beberapa desa baru

lainnya dalam konteks Program Pengembangan Ekonomi Lokal CSR

CGI.

Program pengembangan ekonomi lokal yang telah dilaksanakan

mulai pertengahan tahun 2008 hingga akhir tahun 2010 kembali akan

digulirkan oleh CSR CGI bekerjasama dengan PUPUK Bandung di

Page 238: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

226

beberapa desa di Kecamatan Samarang. Kegiatan Pengembangan

Ekonomi Lokal (PEL) ini sebagian merupakan program penguatan

lanjutan dan memunculkan prakarsa inovatif lainnya serta inisiasi

pengembangan ekonomi lokal baru untuk beberapa desa. Namun

demikian, dalam konteks lebih besar khususnya dalam upaya

meningkatkan daya saing lokal tidak terlepas dari wilayah sekitarnya

(regionalisasi). Kegiatan inovatif yang akan dilakukan oleh PUPUK

akan memperkuat titik masuk (entry point) serta titik ungkit (leverage

effect) yang memberikan multiplier effect dalam bidang ekonomi secara

lebih luas lagi. Hal strategis lainnya khususnya bagi agenda

meningkatkan daya saing jangka panjang (sustainable development).

Selain itu, membangun agenda kolaboratif multi stakeholder tetap

dijalankan karena modal sosial yang sudah dibangun selama ini

menjadi investasi yang krusial dan menjadi dasar kolaborasi dan sinergi

semua pihak baik pelaku usaha, perusahaan, pemerintah, serta lainnya.

Program kolaboratif multi stakeholder ini nantinya akan

mengusung tema besar yang spesifik serta menjadi ‘daya ikat’ para

pemangku kepentingan yang terlibat di dalamnya. Tema yang menjadi

isu ekonomi strategis dan prakarsa kolaboratif sebagai titik masuk

program akan dituangkan dalam Pendekatan Klaster Industri. Sejauh ini

dari proses interaktif yang dilakukan oleh Tim PUPUK tema klaster

industri spesifik yaitu eco-tourism atau wisata lingkungan yang terdiri

dari belanja, alam, kerajinan, pertunjukan, pangan olahan, seni dan

budaya yang menonjolkan keunikan atau daya saing lokal dengan

pendekatan industri kreatif. Tema wisata akan menjadi perekat bagi

aktivitas-aktivitas ekonomi produktif di wilayah sasaran.

Page 239: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

227

Program kolaboratif multi stakeholder ini dengan kata lain akan

mengintegrasikan potensi-potensi ekonomi dari desa-desa wilayah

dampingan CGI yang lain yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat lokal yang berkelanjutan sekaligus upaya

awal untuk meningkatkan daya saing wilayah di Kabupaten Garut.

Sejumlah kegiatan CSR dan pengembangan masyarakat telah

dan sedang berikut capaiannya yang dilakukan oleh PT. Chevron

dengan mitranya LSM PUPUK, antara lain:

1. Munculnya potensi produk unggulan yang inovatif di setiap desa

yang sekaligus menjadi produk unggulan dan menjadi kebanggaan

wilayahnya, yaitu:

a. Desa Sukakarya: Tenun akar wangi, Kerajinan dari

pemanfaatan limbah akar wangi dan Desa Wisata

b. Desa Sukalaksana: Kerajinan akar wangi dan Desa Wisata

c. Desa Cisarua: Pangan olahan (dodol waluh dan sale kesemek)

d. Desa Sukarasa: Pangan olahan (rangginang), sabun aroma

therapy akar wangi dan besek unik

e. Desa Sirnasari: Pangan olahan (kerupuk belut), padi jepang

dan paper bag

2. Terbukanya akses pasar bagi seluruh produk unggulan seperti:

a. Kerajinan (handycraft) akar wangi bekerjasama dengan

Lufapak dari Jerman dan Toko Astiga dari Garut.

b. Produk pangan olahan bekerjasama dengan Toko Primarasa

dari Garut.

c. Kerajinan besek unik bekerjasama dengan Chocodot dari

Garut.

Page 240: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

228

d. Paper bag bekerjasama dengan Chocodot, Kampung

Sampireun serta beberapa perusahaan lainnya dari Garut.

e. Sabun akar wangi sudah dinantikan produknya oleh pihak

hotel yang ada di Cipanas dan Kampung Sampireun, Garut.

f. Padi Jepang bekerjasama dengan Koperasi Satoro dari Bogor.

g. Desa Wisata bekerjasama dengan Kampung Sampireun.

3. Tumbuhnya transaksi sebagai dampak dari terbukanya akses pasar.

Beberapa produk sudah menunjukkan transaksi yang sustainable

dan menunjukkan kecenderungan peningkatan seperti paper bag

dan besek cantik.

4. Munculnya kelembagaan ekonomi lokal di setiap desa, dalam

bentuk Koperasi Warga Desa merupakan potensi penting untuk

menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat di desa.

5. Munculnya wirausaha baru terutama dari generasi muda yang

menjadi salah satu harapan untuk mengungkit tumbuh dan

berkembangnya industri kreatif di wilayah dampingan. Bahkan,

dua wirausaha muda sebagai wakil dari Samarang menjadi

pemenang Program Technopreneurship dari Kementrian Pemuda

dan Olahraga, Jakarta.

6. Munculnya prakarsa inovatif lokal untuk membangun kolaborasi

dalam konteks kelembagaan. Hadirnya kelembagaan yang

dipelopori generasi muda lokal, yaitu SCC (Samarang Creative

Community) menjadi embrio untuk membangun kolaborasi semua

stakeholder untuk mengembangkan industri kreatif di Kecamatan

Samarang dan Kabupaten Garut.

7. Tumbuhnya prakarsa inovatif lokal untuk menggali potensi

keunikan dan kearifan lokalnya sebagai daya tarik wisata. Gagasan

Page 241: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

229

Desa Wisata merupakan inovasi penting dari Desa Sukalaksana

yang akhirnya menjadi tema sentral program.

8. Terbukanya kolaborasi dari beragam stakeholder. Tercatat mulai

dari instansi pemerintah (Pemda, Dinas, Kementrian, dll), lembaga

bisnis (Chocodot, Kampung Sampireun, Primarasa, dll), lembaga

lokal-internasional (Kadin Kota Tasik, Lufapak, dll). Semuanya

merupakan potensi kolaborasi yang menjadi kekuatan untuk turut

mengembangkan kegiatan ekonomi di wilayah dampingan CGI.

9. Munculnya tema Desa Wisata dan Industri Kraetif merupakan

proses belajar social yang melibatkan stakeholder yang ada di

desa-desa di wilayah dampingan. Pemilihan tema ini terbukti dapat

mengikat beragam produk unggulan yang ada di setiap desa dan

memungkinkan terjadinya business linkage yang melibatkan

semua desa binaan dari CSR Chevron GI, Ltd.

10. Munculnya dukungan dari kelembagaan pemerintah, baik dari

Kabupaten, Provinsi hingga pusat (Jakarta). Beberapa program

yang sedang dikembangkan di wilayah dampingan ternyata

menjadi perhatian penting pemerintah seperti; pangan olahan

kesemek (Wk. Bupati Garut sangat concern terhadap

pengembangan produk kesemek), desa wisata, paper bag hingga

pemanfaatan akar wangi (minyak, tenun, handycraf dan

pemanfaatan limbah).

Page 242: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

230

Tabel 29. Deskripsi bidang unggulan local economic development

(LED) dan initiatives economic engagement and

empowering (I3E)

Deskripsi

Mendorong Peningkatan Ekonomi Masyarakat

Melalui Pengembangan UMKM Tempatan –

Pelatihan Teknis, Pendampingan Intensif dan

Stimulan Usaha

Lokasi Kec. Samarang (2008 – sekarang) dan Pasirwangi

(2010 – sekarang)

Keunggulan dan proses kegiatan

Munculnya berbagai produk UMKM, total sekitar 50 produk. Upaya

yang dilakukan adalah pelatihan teknis (diversifikasi produk, kualitas,

desain, kemasan, manajemen usaha), Sertifikasi (IRT, Depkes), Akses

Pemasaran (pameran, temu bisnis), pemberian stimulus usaha serta

Pendampingan Intensif di Lapangan oleh tenaga ahli.

Peningkatan pendapatan sekitar 40-50% dari produk UMKM, yaitu

handyraft akar wangi dan program desa wisata (di desa Sukalaksana),

dodol waluh/nangka dan sale kesemek (di desa Cisarua), sabun aroma

therapy akar wangi, ranggicok, dan ‘besek’ unik (di desa Sukarasa) dan paper bag/packaging house, padi jepang dan kerupuk belut (di

desa Sirnasari). Dengan demikian diharapkan membuka lapangan

kerja baru dan menciptakan wirausaha

Memperluas jaringan pemasaran, baik lokal dan Garut (beberapa

outlet oleh-oleh – Primarasa, Chocodot), serta luar daerah

(Jabodetabek, Batam)

Sumber: Diolah dari PGPA-CE (Sumber: Chevron, 2012).

Dengan demikian, maka untuk mengembangkan potensi yang

telah dibangun oleh program sejak tahun 2008 serta kemungkinan

bertambahnya desa binaan, maka program yang akan dilaksanakan

pada tahun 2010 ini akan focus pada beberapa aspek strategis, yaitu:

Page 243: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

231

1. Mempertahankan dan meningkatkan nilai transaksi untuk beberapa

produk yang telah terjalin business linkage dengan cukup baik.

2. Memfasilitasi dan memperkuat business linkage untuk beberapa

produk yang masih berada pada tahap awal perintisan transaksi.

3. Menumbuhkan dan memperkuat kolaborasi kelembagaan dengan

beragam stakeholder lokal dan regional.

4. Menumbuhkan dan memperkuat prakarsa inovatif lokal, baik di

tingkat pelaku usaha (individu) maupun kelembagaan

(Koperasi/Kowades) sebagai potensi pelaku ekonomi di wilayah

dampingan.

5. Tema Wisata dan Industri Kreatif menjadi tema sentral kegiatan

sebagai titik masuk program di setiap desa binaan.

Sebagaimana yang dilakukan oleh PT. Chevron Geotermal Indonesia

bersama beberapa mitra LSM lokalnya, Frynas (2009: 109) juga

menunjukkan bahwa terdapat beberapa perusahaan yang memang

secara khusus mendukung kegiatan-kegiatan kesehatan, pendidikan dan

peningkatan usaha kecil dan menengah (small and medium enterprises)

bagi wirausaha lokal. Diantara perusahaan tersebut berdasarkan data

tahun 2006 (Frynas, 2009: 107) adalah Petrobras (Brasil), Total

(Perancis), Exxon (USA), Shell (UK), BP (UK), ENI (Itali) dan

Chevron (USA).

3. Respon Perusahaan Menghadapi Masyarakat

Hasil wawancara menunjukkan bahwa harapan masyarakat

terhadap PT. CGI adalah sangat tinggi. Sehingga kalau perlu segala

urusan dan kekurangan yang ada di masyarakat dapat dilakukan semua

Page 244: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

232

oleh PT. CGI. Prayogo (2009:18) menyatakan bahwa tekanan

masyarakat lokal adalah, perusahaan dibebani “kewajiban” untuk

mengebangkan kesejahteraan masyarakat lokal dalam berbagai wujud

dan cara, antara lain memberi prioritas kesempatan kerja bagi warga

lokal dan melakukan program tanggung jawab sosial (CSR) serta

pengembangan masyarakat (CD). Jika harapan masyarakat yang begitu

dapat tinggi maka daat dilihat sebagai potensi kekuatan, tetapi jika

tidak dapat dikelola dengan baik dapat menghambat proses kegiatan

tanggung jawab sosial perusahaan. Sehingga, sesungguhnya program

tanggung jawab sosial perusahaan PT. CGI lebih banyak berurusan

dengan bagaimana mengelola relasi dengan berbagai tokoh-tokoh

masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

“Ekspektasi public termasuk masyarakat terhadap Chevron

sangat tinggi dan ini terkadang kami kesulitan untuk

mengelolanya. Ibaratnya, kami dianggap sebagai dianggap

dewa yang mampu menyelesaikan segala hal, padahal kami ini

hanya sebagian dari elemen yang seharusnya melakukannya

secara sinergi dan bersama-sama. Kami sendiri di dalam pada

akhirnya adalah bagaimana mengelola ekspektasi tersebut

dengan baik, sehingga kami dapat mengkomunikasikan dengan

baik kepada mereka (masyarakat dan pemerintah) tentang siapa

kami dan apa yang dapat dilakukan oleh kami. Lumayan

tantangannya, hampir stress” (PP 2).

Tingginya tingkat ketergantungan masyarakat lokal kepada PT.

CGI dapat dimaknai pula sebagai terlalu ‘jauh’ nya jurang perbedaan

yang terjadi antara kondisi perusahaan dengan masyarakat lokal.

Perbedaan yang terlalu dalam tersebut dapat berupa perbedaan kondisi

ekonomi, kondisi sosial dan kondisi budaya. Secara ekonomi, jelas

perusahaan yang padat modal tersebut mempekerjakan sumber daya

manusia yang terdidik dan terlatih, sehingga memiliki pendapatan yang

Page 245: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

233

jauh di atas rata-rata jika dibandingkan dengan masyarakat lokal yang

miskin. Secara sosial, PT. CGI terdiri dari sekelompok orang yang rata-

rata memiliki tingkat pendidikan tinggi dan minimal SLTA atau SMK;

jika dibandingkan dengan rata-rata pendidikan masyarakat lokal yang

masih rendah. Pola kebiasaan masyarakat lokal yang umumnya petani

dan berdagang, akan berbeda dengan karakteristik masyarakat industri

yang lebih rigid dan sangat menghargai waktu.

Disparitas secara ekonomi, sosial dan budaya yang terlalu tinggi

antara masyarakat lokal dan PT. CGI dapat menjadi faktor tingginya

tingkat ketergantungan masyarakat lokal. Kondisi tersebut makin

diperkuat dengan lemahnya inisiatif pemerintah daerah dalam

mengembangkan program-program pembangunan yang pro rakyat

kecil. Perbedaan yang terlalu tinggi itu pun dapat menimbulkan salah

pengertian dan salah paham diantara perusahaan dengan masyarakat

sekitar, bahkan lebih jauh lagi dapat menimbulkan konflik. Oleh karena

itu dapat dipahami apabila masyarakat lokal memandang program CSR

dari PT. CGI tersebut sebagai hibah, karena memang pengetahuan dan

pemahaman masyarakat lokal terhadap program CSR dan program-

proramnya masih terbatas.

Secara ekonomi tentunya CSR dan pengembangan masyarakat

diharapkan dapat memberi alternatif peluang ekonomi dan peningkatan

pendapatan warga masyarakat lokal. Program CSR dan pengembangan

masyarakat bukanlah sebagai konpensasi “pemilikan lokal” atas sumber

tambang, melainkan dapat dilihat sebagai bentuk lain dalam upaya

perusahaan membangun sebuah “kontrak sosial” alternatif dalam

mengembangkan legitimasi sosial perusahaan tambang dan migas di

hadapan masyarakat lokal (Prayogo, 2011: 19). Selanjutnya fakta

Page 246: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

234

menunjukkan bahwa dalah kurun waktu 10 tahun terakhir setelah

perusahaan-perusahaan menggelar program CSR dan community

development, terjadi penurunan yang cukup tajam berkaitan dengan

jumlah dan intensitas konflik dengan perusahaan (Prayogo, 2011: 14).

4. Tantangan dan Hambatan yang dihadapi dalam Pelaksanaan

CSR

Hambatan yang sering ditemui oleh pihak PT. CGI dalam

membangun relasi dengan masyarakat lokal dan pemerintahan setempat

melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan adalah pemahaman

yang berbeda dari berbagai pihak mengenai konsep CSR. Di kalangan

pemerintah daerah, mereka memandang CSR yang dikeluarkan PT.

CGI merupakan proyek bagi-bagi. Pemahaman pemerintah daerah yang

mengemuka atau muncul dalam kegiatan Musrenbang (musyawarah

perencanaan pembangunan) yang diselenggarakan oleh Bappeda

kabupaten Garut sangat terbatas. Pemberdayaan yang dilakukan oleh

PT. CGI dianggap sebagai pembagian jatah. Sehingga setiap ada

kegiatan musrenbang yang diikuti selalu oleh PT. CGI, pihak

perusahaan selalu khawatir dan sedih dengan kondisi pemahaman pihak

pemerintah daerah Garut. Pihak perusahaan selalu diposisikan sebagai

‘sapi perah’ saja. Dalam kesempatan tersebut pihak PT. CGI tidak

henti-hentinya menjelaskan siapa sebenarnya mereka, apa dan peran

apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan melalui kegiatan tanggung

jawab sosial perusahaan dalam rangka pengembangan masyarakat.

Yang paling krusial adalah pemahaman konsep CSR yang

tidak sama dari berbagai pihak. ya mohon maaf ya, seringkali

kalau bertemu (berdiskusi) dengan pihak pemerintah, saya harus

Page 247: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

235

mengkritik mereka. (kebetulan barusan saya mengikuti

musrenbang). Itu konsep mengenai pemberdayaan saja tidak

sama. Bagi mereka konsep CSR adalah proyek‘bagi-bagi’ (pembagian jatah), pemahamannya masih sagat terbatas. Saya

tidak melihat kendala, tetapi tantangan. Ini menurut saya yang

paling krusial mengenai pemahaman CSR atau pemberdayaan .

Dan itu terjadi di semua lapisan, terdapat pemahaman yang

berbeda mengenai permberdayaan/ CSR. Perkembangan atas

pemahaman CSR (pemberdayaan) masih memerlukan waktu.

(PP 2).

Pemahaman mengenai CSR dan pengembangan masyarakat

yang berbeda tersebut terjadi di semula lapisan masyarakat. Sehingga,

bagi PT. CGI hambatan dan kendala tersebut sekaligus menjadi

tantangan bagi mereka untuk tidak henti-hentinya menjelaskan apa

yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan dan

pengembangan masyarakat tersebut. Pihak PT. CGI tidak mau

mengambil posisi peran pemerintah daerah sebagai penangggung jawab

pembangunan daerah, yang mana pemda sesungguhnya berkewajiban

dalam mensejahterakan masyarakatnya. PT. CGI tidak menginginkan

‘adanya negara dalam negara’. PT. CGI memandang pemerintah daerah

adalah partner (mitra) dalam kegiatan pembangunan dan

pengembangan masyarakat. Sebagai mitra, maka pemerintah daerah

diharapkan dapat bekerja sama dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, khususnya warga masyarakat yang berada di

ring 1 wilayah kerja PT. CGI, yaitu Kecamatan Pasirwangi.

PT. CGI memahami bahwa kehadiran mereka di Kecamatan

Pasirwangi, jika dibandingkan dengan kondisi pemerintah daerah jelas

terdapat perbedaan secara budaya, yaitu budaya perusahaan yang

mencari keuntungan ekonomis, dan pemerintah sebagai pelayan

Page 248: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

236

kegiatan masyarakat. Bahkan dalam pandangan peneliti, perbedaan

ekonomi, pendidikan dan karakter juga menjadi jurang perbedaan yang

cukup dalam antara perusaan dengan pemerintah daerah. PT. CGI

selalu berupaya jujur dan bersih dalam melakukan kegiatan tanggung

jawab sosial dan pengembangan masyarakat. Namun ketika

bersentuhan dengan pemerintah daerah, sekedar untuk mengurus

perijinan kegiatan saja misalnya, seringkali dijumpai praktik-praktik

yang cenderung menghambat kegiatan tersebut. Oknum aparat

pemerintah seringkali meminta jatah atas kegiatan yang akan dilakukan

oleh PT. CGI. Praktik-praktik semacam itu seringkali dijumpai

manakala akan melakukan kegiatan yang bersentuhan dengan

pemerintah daerah. Apabila dikonfrontir dengan pihak pemerintah

setempat, jawaban mereka umumnya adalah sudah sewajarnya pihak

perusahaan memberikan sebagian keuntungannya, karena tidak akan

bangkrut. Bagi PT. CGI sebenarnya bukan persoalan besarnya dana,

tetapi praktik semacam itu tidak sesuai dengan nilai-nilai perusahaan.

“Hambatan pemerintah atau tantangan kami. Kami, Chevron ada di sini. Dengan pemerintah itu beda budaya. Kalau kami

kan ‘clear’, kita tidak berani sugak-sogok. Kadang kami stress

menghadapi pemerintah. Ini memang ngakal, tapi masih sesuai.

Kita bikin perijinan, kalau tidak dikasih ya..gak diproses.

Akhirnya gimana caranya. Misalnya seharusnya 2000 mereka

minta 5000, ya gak bisa. Makanya kita bisa melakukan

pembayaran kalau ada justifikasi yang jelas, misalnya ada rapat.

Ya sudah kalau begitu dibuat saja rapat, rapat aja, baru kita

dapat danai. Tetapi nilai-nilai kami tetap kami sampaikan,

misalkan “pak kalau seharusnya. Contoh kami katakan “pak kalau bapak seharusnya 1000 kemudian minta 2000, itu tidak

bisa. Tapi kalau ada pekerjaannya, misalnya rapat, berapa jam,

walaupun tak bertema. Tapi ada yaitu rapat. Dengan meeting itu

kita jadi tahu ....Jadi itu lah cara ngigeulanana disamping kita

tetap menjaga nilai-nilai kita. Nanti mereka sadar, bagi mereka

Page 249: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

237

mungkin sesuatu yang luar biasa, tetapi bagi kami itu hal biasa,

bahwa kalau berhubungan dengan Chevron harus begitu. “(PP

1).

Bahkan beberapa kasus, konflik kepentingan terjadi di dalam

aparat pemerintahan itu sendiri. Seperti penyaluran dana CSR yang

besarnya telah disepakati melalui FGD dengan anggota masyarakat di

suatu desa. Kemudian PT. CGI menyalurkan dana CSR sesuai dengan

kebutuhan kegiatan dan besarnya dana yang telah disepakati melalui

rembug desa tersebut. Saat dana CSR tersebut telah disalurkan melalui

kepala desa, tahap berikutnya adalah kelompok-kelompok usaha kecil

dan menengah (KUKM) mengajukan proposal kegiatan kepada kepala

desa untuk pencairan dananya. Seringkali terjadi proses tersebut

menjadi hambatan, karena kepala desa menjadi sulit ditemui oleh

warganya, atau kalau sudah ditemui pencairan dana menjadi sulit dan

berbelit. Kondisi tersebut banyak dikeluhkan hampir setiap warga di

desa-desa yang memperoleh bantuan dana CSR yang penyalurannya

melalui kepala desa.

“ .. tidak ada konflik, jadi konflik itu hanya ada di

pemerintahannya aja. Bahkan ada bayangan kalau tahun ini

sirnasari tidak akan mengajukan CSR. Saya juga bingung

kenapa bisa begitu, padahal masyarakat juga tahu Chevron itu

memiliki dana untuk membantu masyarakat. Ya kalau dari kami

(PUPUK) dan Chevron membiarkan saja, mungkin mau cari-

cari masalah biar dana langsung turun dari Chevron, istilahnya

jalan pintaslah gitu padahal Chevron sekarang udah beda lebih

tegas. Sekarang sudah tau peta wilayah khususnya yang rawan

konflik, jd kalau hanya Sirnasari aja ga sama desa-desa yang

lain Chevron ya membiarkan saja.” (LS 1).

Tantangan lainnya yang harus dihadapi oleh PT. CGI adalah

bagaimana memberikan pola pikir yang baik kepada masyarakat, serta

Page 250: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

238

mira kerja lainnya. Pola pikir (mindset) tersebut terdiri dari keamanan,

kejujuran, menghormati hak-hak asasi manusia, dapat dilakukan saat

para kontraktor-kontraktor lokal bekerja sama dengan PT. CGI. Jadi

perubahan perilaku masyarakat ke arah yang lebih mandiri dan maju

tersebut tidak hanya melalui program-program kegiatan CSR dan

pengembangan masyarakat. Tetapi juga melalui interaksi-interaksi yang

terjadi antara antara pihak PT. CGI dengan berbagai pihak yang

berkepentingan. Teladan dan contoh-contoh yang dilakukan oleh

seluruh karyawan, dan cara penerimaan pihak PT. CGI dan cara-cara

kerja sama yang dilakukan; diharapkan dapat memberikan pengertian

dan pemahaman semua pihak yang bekerja sama dengan pihak

perusahaan. Dampak lanjutannya adalah perubahan perilaku ke arah

yang lebih baik dari masyarakat dan pemerintah.

“Tantangannya adalah bagaimana memberikan pola pikir (yang baik) kepada masyarakat. Juga kita menjalankan misi-misi kita

bahwa CSR kita itu luas, tidak hanya sifatnya karitas saja.

Misalnya begini, di Chevron ini kan terkenal dengan savety-

nya, banyak kontraktor lokal atau pengusaha lokal di sini

bekerja sebagai driver (yang harus aman), pasti paham. Itu juga

sama dengan menjelaskan tentang nilai-nilai yang kita anut. Itu

juga bagian dari CSR kita. Salah satunya karena perusahaan

tersebut mengedepankan faktor keamanan, sehingga menang.

Ini juga mendeliver nilai-nilai kita, dan secara tidak langsung

akan menular kepada lainnya.” (PP 1)

Demikian pula bagi kontraktor-kontraktor lokal yang

memperoleh pekerjaan skala kecil dan sedang dari PT. CGI. Bagi

perusahaan kontraktor yang mengikuti tender yang diselenggarakan

oleh PT. CGI, mereka harus mengikuti peraturan dan persyaratan yang

harus dipenuhi oleh peserta tender tersebut. Salah satu hal yang

membuat para kontraktor lokal tersebut memenangkan tender adalah,

Page 251: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

239

adanya jaminan akan keselamatan terhadap tenaga kerja yang sesuai

dengan standar yang dimiliki oleh PT. CGI. Berdasarkan hal tersebut,

maka perusahan-perusahaan lokal lainnya pun berupaya memastikan

adanya jaminan keselamatan dan keamanan tenaga kerjanya.

Pengalaman tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi transfer

pengetahuan dan pemahaman diantara para perusahaan lokal, yang

berasal dari PT. CGI.

Tantangan berikutnya adalah komitmen masyarakat atau

kelompok usaha kecil menengah yang masih belum terbangun dengan

baik. Masyarakat masih memandang bahwa bantuan yang diperoleh

dari PT. CGI tersebut merupakan hibah. Jadi masyarakat atau

kelompok usaha penerima bantuan merasa tidak berkewajiban untuk

mempertanggungjawabkan penggunaan dana tersebut.

“Hambatan atau tantangan yang kami (pupuk) hadapi adalah komitmen masyarakat yang masih rendah. Mereka masih

bertindak semaunya. Mereka masih berfikir apapun kegiatan

yang diberikan oleh Chevron adalah bantuan yang tidak perlu

dipertanggung jawabkan. Kalau ingin maju, mari kita maju

bersama dengan mengikuti pola yang ada.” (LS 1 & LS 2).

Pelaporan dan pertanggungjawaban penggunaan dana CSR

tersebut diperlukan untuk melihat ketepatan pengalokasian, dan

perencanaan keuangan. Agar dikemudian hari pihak PT. CGI dapat

mengevaluasi dan menindaklanjuti dengan program pendampingan

yang lebih tepat. Kondisi kelompok usaha yang memperoleh bantuan,

kemudian hingga kelompok usaha tersebut saat ini masih berjalan,

masih lebih baik komitmennya. Jika dibandingkan dengan kelompok

usaha atau masyarakat lainnya yang memperoleh bantuan dana CSR,

tetapi tidak melanjutkan usaha atau kegiatannya tanpa informasi,

Page 252: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

240

pelaporan dan pertanggungjawaban yang jelas. Sifat ketergantungan

masyarakat lokal sekitar wilayah kerja PT. CGI, sebenarnya

ketergantungannya tidak hanya kepada perusahaan tersebut. Namun

dalam kasus ini, dimana keberadaan PT. CGI dengan kombinasi

signifikasi, dominasi, dan legitimasi yang kuat diantara masyarakat dan

pemerintah, disadari atau tidak cenderung membuat stakeholder

lainnya berharap banyak atau terlalu tinggi kepada perusahaan tersebut.

Penyebabnya (komitmen masyarakat rendah) mungkin

pemahaman mereka yang masih rendah. Namun itu adalah

proses. Bagaimana dengan faktor budaya. Mungkin kalau

persoalan bantuan ini adalah imbas program-program

pemerintah sebelumnya yang cenderung bersifat bantuan

semata (karitas). Seperti KUT (kredit usaha tani), raksa desa.

Jadi segala (bantuan) apapun yang berasal dari pemerintah

adalah sifatnya “hibah”. Sementara yang kita lakukan tidak demikian. Masyarakat sudah terbiasa untuk diberi (tidak

diberdayakan), tanpa dibimbing dengan baik, serta tanpa sangsi

yang tegas bagi mereka yang tidak mengembalikan dana

bantuan. Sedangkan PNPM relatif lebih baik. Namun demikian

program PNPM juga terkena imbas dari program-program

sebelumnya yang dipandang oleh masyarakat sebagai hibah.

Sehingga agak sulit kemajuan programnya. (LS 1 & LS 2).

Kegagalan program-program pemerintah sebelumnya seperti

Kredit Usaha Tani (KUT), Inpres Desa Tertinggal (IDT), raksa desa

yang berasal dari pemerintah juga turut menyumbang munculnya

persepsi dan budaya ketergantungan masyarakat. Seperti diketahui

banyak program pemerintah yang lebih bersifat hibah tanpa

pertanggungjawaban yang jelas. Kondisi tersebut ditengarai sebagai

salah satu penyebab munculnya sifat ketergantungan masyarakat

terhadap segala hal ‘bantuan’ yang berasal dari ‘atas’ (top down).

Page 253: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

241

“Penyebab komitmen yang rendah. Kalau saya lihat lebih

banyak persoalannya teknis saja. Karena persoalan partnership

gak bisa dirole dalam satu dua hari saja. Perlu kesabaran, ibarat

orang pacaran, harus saling memahami. Persoalan-persoalan

teknis nya” (PP 2).

Berdasarkan pernyataan komitmen yang rendah dari informan

pihak PT. CGI, maka dapat dipahami apabila persoalan bermitra

dengan kelompok-kelompok usaha mikro kecil dan menengah

(UMKM) di dalam masyarakat merupakan proses perubahan perilaku

masyarakat yang relatif memerlukan waktu yang relatif cukup lama.

Apalagi kondisi ketergantungan masyarakat tersebut terjadi hampir di

semua warga masyarakat khususnya di desa-desa se-kecamatan

Pasirwangi, kecamatan Samarang, dan kecamatan Sukaresmi. Hal yang

perlu dijaga adalah komitmen PT. CGI dalam membantu masyarakat

yang harus tetap tinggi. Perlu kesabaran dalam berhubungan dengan

masyarakat yang memiliki sifat ketergantungan yang tinggi kepada

PT.CGI, ditambah dengan kondisi pemerintah daerah yang memiliki

sifat yang tidak jauh berbeda dengan kondisi masyarakat lokal.

PT. CGI nampaknya (dari hasil wawancara) akan terus

berkomitmen untuk membantu dan bermitra dengan masyarakat dan

pemerintah daerah. Khususnya juga penjelasan mengenai pemahaman

yang clear mengenai PT. CGI sebagai entitas bisnis yang suatu saat

akan hengkang dari Pasirwangi karena sesuatu hal. Oleh karena itu, PT.

CGI akan terus berupaya membangun kemandirian masyarakat melalui

berbagai program dengan melibatkan berbagai stakeholders yang

memiliki kesamaan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Agar ketika PT. CGI sewaktu-waktu meninggalkan lokasi

Page 254: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

242

operasi, maka masyarakatnya sudah siap dan relatif mandiri. Walaupun,

menurut informan PT. CGI, mereka bergerak melakukan kegiatan CSR

dan pengembangan masyarakat tanpa regulasi yang jelas.

“Dari sisi regulasi, kami ini bergerak nyaris tanpa regulasi yang

jelas. Karena tidak ada peraturan pemerintahnya. Ada juga

undang-undang tentang energi yang salah satu pasalnya

mengatur bahwa setiap perusahaan panas bumi harus

melakukan kegiatan pengembangan kepada masyarakat, that’s all... Mengenai bagaimana penerapannya gak dibilangin, model

nya seperti apa? Itu gak jelas. Oleh karena itu kami

menggunakan SOP internal. Yang diterapkan di semua industri

(Chevron), baik oil, geothermal atau lainnya.” (PP 2).

Berdasarkan data lapangan, Pemerintah Daerah Garut dalam

perkembangan terakhir mulai bergerak, namun tidak jelas bergerak

dalam hal apa, apa yang akan dilakukan, dan apa yang sudah dilakukan.

Dalam persoalan CSR PT. CGI, pemerintah daerah nampaknya tidak

akan turut campur. Atau mungkin saja pemerintah tidak peduli dengan

kegiatan-kegiatan pembangunan masyarakat di wilayah kerja PT. CGI.

Dengan alasan, yang penting kegiatan pengembangan masyarakat yang

dilakukan oleh PT. CGI sejalan dengan apa yang dilakukan oleh

pemerintah daerah.

Menurut pihak PT. CGI sejumlah tantangan dan hambatan

tersebut dapat merupakan peluang dan juga pembelajaran mengenai

pelaksanaan kegiatan tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat.

Berikut mengenai hal tersebut:

1. Participatory based program akan mendorong “project

ownerships”

2. “Local Wisdom”, berbasis potensi dan kebutuhan masyarakat

setempat

Page 255: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

243

3. Kemitraan – berbagi peran dan tanggung jawab demi

keberlanjutan

4. Tingginya harapan stakeholders

5. Ketidaksamaan pandangan tentang CSR

6. Perubahan sosial dan politik yang cepat

7. Kurangnya pemahaman industri geothermal oleh publik

8. Perlu regulasi yang tepat, jelas dan berkesinambungan

9. Media lebih aktif dari sebelumnya

10. Isu pertanahan dan tumpang tindih lahan yang berpotensi

terjadinya konflik

Sebagaimana dikemukakan oleh Frynas (2009:162-163) telah

mengindikasikan bahwa tata kelola pemerintahan, khususnya

pemerintah daerah merupakan tantangan tersendiri dari industri

ekstraktif. Seringkali program CSR dikaitkan dengan isyu program

pembangunan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah. Isyu

keterbukaan (transparansi) yang didukung oleh perusahaan

multinasional, seringkali berbenturan dengan praktik korupsi dan kolusi

di pemerintahan.

5. Harapan Perusahaan

Masyarakat memiliki potensi tersendiri yang khas dan mungkin

belum tergali dengan baik. Bagi PT. CGI keterwakilan masyarakat

bukan ditentukan oleh keterwakilan jumlah semata, melainkan

keterwakilan ide. Artinya pihak perusahaan nampaknya akan senang

terhadap ide-ide dari masyarakat, dari pemerintah, atau dari manapun

dalam rangka membangun relasi yang harmonis antara masyarakat

Page 256: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

244

dengan perusahaan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa, pihak PT.

CGI lebih mudah membangun hubungan melalui jalur-jalur informal

dari pada jalur formal. Jalur komunikasi secara informal relatif tidak

banyak hambatan yang akan menggangu kejelasan dan keterbukaan

informasi baik dari masyarakat maupun dari perusahaan kepada

masyarakat. Serta komunikasi dan dialog dilakukan dalam suasana

waktu yang senggang bagi kedua pihak.

“Yang paling penting itu local wisdom. Masing-masing daerah

punya karakteristik dan keunikan sendiri. Mungkin konsep yang

bagus di suatu daerah, belum tentu dapat diterapkan di daerah

ini. Boleh disebut sebagai potensi, karakteristik atau lainnya

yang bercirikan lokal. Forum-forum diskusi tingkat lokal

merupakan salah satu chanel yang bisa kita manfaatkan untuk

menggali hal ini. Buat kami bukan keterwakilan jumlahnya,

tetapi yang terpenting adalah keterwakilan ide. Berdasarkan

pengalaman kami, jalur informal jauh lebih efektif, karena tidak

banyak halangan, hambatan, atau formalitas lainnya.” (PP 2).

Oleh karena masyarakat lokal memiliki karakteristik sendiri

yang khas, sehingga memerlukan pendekatan yang khas dengan

memperhatikan kearifan lokal. PT. CGI menyadari bahwa konsep yang

bagus dan berhasil di daerah lain, belum tentu akan berhasil diterapkan

di masyarakat sekitar lokasi kerja mereka. Sehingga forum-forum

diskusi tingkat lokal masyarakat dapat merupakan jalur efektif yang

dapat dipergunakan untuk memahami kondisi masyarakat yang khas

tersebut. Selain itu juga melalui saluran-saluran PT. CGI dalam batas-

batas tertentu dapat memberikan informasi yang sebenarnya mengenai

apa yang sedang dilakukan oleh perusahaan, baik operasional bisnis

maupun kegiatan tanggung jawab perusahaan lainnya.

Page 257: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

245

“diharapkan akan tercipta relasi yang baik antara perusahaan

dengan masyarakat lokal. Satu sama lain bisa saling memahami

dan respek. Kalau ditanya indikatornya, agak sulit untuk

dijawab, karena ini bersifat kualitatif. Yang selama ini kami

gunakan sebagai indikator adalah tidak adanya insident social –

konflik dengan masyarakat yang diakibatkan kurangnya

engagement dengan masyarakat. “ (PP 2, Maret 2013)

“Harapan masyarakat lokal adalah kesejahteraan yang

meningkat, idealnya ada perubahan. Kami bergerak membantu

masyarakat, minimal menjadi contoh bagi masyarakat lainnya.” (LS 1 & LS 2).

Pihak perusahaan berharap setelah semua upaya engagement

dan pemahaman akan masyarakat lokal berikut program-programnya

maka terjadi relasi yang baik antara perusahaan dengan masyarakat

sekitar. Tidak ada konflik antara masyarakat dengan perusahaan.

Banyak keuntungan yang dapat diperoleh apabila relasi yang terbangun

antara perusahaan dengan masyarakat lokal terjadi secara harmonis,

diantaranya masyarakat dan perusahaan dapat membangun kerjasama

yang positif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. PT. CGI

akan lebih tenang dalam menjalankan operasi usahanya sebagai entitas

bisnis, dengan tetap peduli terhadap masyarakat lokal. Prayogo

(2008:156-157) mengembangkan tingkatan operasionalisasi CSR

dengan konsep keadilan dan pemerataan yang terdiri, yaitu 1)

philanthropy, operasionalisasinya charity korporasi sebagi donor,

komunitas sebagai residual, prinsip sukarela, secara politik ditujukan

agar tidak mengganggu proses produksi, pendekatan conservatism, jauh

dari prinsip justice and equality. 2) Share of profit, Korporasi dominan,

jumlah keuntungan dan prosentasi pembagian ditentukan sepihak oleh

korporasi, komunitas sudah masuk sebagai primary stakeholders,

Page 258: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

246

kewajiban korporasi hanya pada pembagian keuntungan, equality mulai

berjalan namun hak komunitas secara prinsip belum tersentuh. 3) Share

of Cost of Production, Komunitas merupakan bagian integratif dalam

sistem produksi, biaya CSR, dan CD dimasukan dalam biaya produksi,

equality bagian dari cost of production, prinsip equality mulai tercapai

namun justice belum, posisi korporasi masih lebih di atas komunitas. 4)

Share of ownership, Justice and equality sudah ditegakkan, ’hak’

komunitas lokal ditegaskan dalam prosentase pemilikan dan pembagian

keuntungan, namun resiko kerugian turut pula ditanggung komunitas,

posisi komunitas dan korporasi sejajar dalam praktek tambang.

Prayogo (2011: 157) menunjukkan bahwa program

pengembangan masyarakat (community development) sebagai salah

satu operasionalisasi kegiatan CSR banyak dikerjakan perusahaan

sebagai respons dari tekanan masyarakat lokal sekaligus sebagai upaya

membangun relasi yang baik. Pada awal periode Orde Baru, hanya

sedikit perusahaan tambang dan migas melaksanakan program CD-

CSR secara besar-besaran karena masalah masyarakat lokal pasti dapat

“diselesaikan” oleh pemda dan aparat keamanan. Dengan berubahnya

atmosfer politik dan dominasi pemerintah maka perusahaan mengalami

banyak tuntutan dari masyarakat lokal. Sehingga program-program

CSR dilaksanakan sebagai cara untuk “meredam” tekanan tersebut

sekaligus sebagai upaya memberdayakan masyarakat. Dalam

pandangan struktur-agen dapat dipahami bahwa terdapat pergeseran

dominasi otoritatif secara situasional, yang sebelumnya pemerintah

begitu berkuasa beralih ke masyarakat. Hal tersebut tidak terlepas

dengan situasi politik nasional pasca reformasi 1998, dimana euforia

reformasi masih terasa pada masa-masa tersebut.

Page 259: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

247

Terkait dengan kegiatan community development Ife (1995),

menekankan pentingnya menerapkan 22 prinsip dalam program

pengembangan masyarakat. Prinsip ini adalah sifat terpadu (antar

sektor), menghilangkan hambatan struktural (vertikal dan horizontal),

menekankan hak-hak azasi (persamaan dan keadilan), berkelanjutan

(sumber daya an potensi lokal), pemberdayaan (partisipasi dan

peningkatan kemampuan), keseimbangan (kepentingan) antara individu

dan publik, kepemilikan aset komunitas (komunal), mandiri

(kemampuan internal), otonom (terhadap intervensi eksternal),

bertujuan nyata (dengan visi jangka panjang), pengembangan organis

(keterkaitan dengan elemen pembangunan lain), percepatan perubahan

dapat diadaptasi, input eksternal jika diperlukan, pembentukan

komunitas (memperkuat integrasi), keseimbangan antara proses dan

hasil, integritas moral (kesungguhan program CD untuk masyarakat),

kerelaan dan antikekerasan (tidak ada paksaan), terbuka (untuk semua

warga masyarakat lokal), tidak elitis atau bias kelompok, konsensus

(kesepakatan bersama bukan elit), kerjasama dan menghindari

persaingan, partisipasi maksimal anggota masyarakat lokal, penetapan

kebutuhan bersama. Dalam tulisan berikutnya Ife dan Tesoriero (2008)

menambahkan prinsip pengembangan masyarakatnya menjadi 26

prinsip, dengan mamasukan lokalitas, seperti proses, sumber daya dan

partisipasi lokal. Prayogo (2011:95-96) menegaskan, bahwa secara

normatif keseluruhan prinsip tersebut sangat baik jika diterapkan,

setidaknya 75% dari keseluruhan prinsip ini saja maka dapat dikatakan

program sudah tergolong exellent. Namun demikian agen perusahaan

memiliki pemahaman yang berbeda akan kegiatan pengembangan

masyarakat dalam rangka CSR yang mereka lakukan. Motif

Page 260: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

248

pengamanan operasional perusahaan menjadi hal utama dalam

melaksanakan kegiatan tersebut.

Page 261: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

249

BAB VI

RELASI DINAMIS ANTARA MASYARAKAT LOKAL

DENGAN PERUSAHAAN: PERSPEKTIF STRUKTURASI

Dalam teori struktur-agen, maka PT. CGI dan masyarakat lokal

dapat dipandang sebagai agen; sedangkan tanggung jawab sosial

perusahaan dapat dipandang sebagai struktur sekaligus sebagai media

terlaksananya praktik-praktik sosial. Demikian pula, sebagai agen, PT.

CGI memiliki klasifikasi kesadaran baik kesadaran praktis maupun

kesadaran diskursif, atau motif tidak sadar, dalam melakukan praktik-

praktik sosial yaitu membangun relasi dengan masyarakat lokal, dan

pemangku kepentingan lainnya.

Masyarakat lokal sebagai salah satu agen dalam struktur CSR,

memiliki pengetahuan dan pemahaman yang berbeda mengenai

struktur-CSR, dengan agen-perusahaan. Bagi masyarakat kehadiran PT.

CGI dengan kualitas sumber daya dan keahlian yang dimilikinya untuk

mengeksploitasi sumber daya alam di lingkungan yang berdekatan

dengan masyarakat masyarakat lokal, memunculkan pemahaman bagi

masyarakat bahwa perusahaan sudah sewajarnya ‘memberikan bantuan’

kepada masyarakat. Sementara itu perusahaan memiliki pemahaman

yang berbeda dengan masyarakat lokal dan penerintah mengenai CSR.

Bagi perusahaan, mereka telah melaksanakan segala aturan hukum

yang berlaku, termasuk membayar pajak kepada negara, juga

melakukan bantuan-bantuan bagi masyarakat sekitar lokasi perusahaan.

Perbedaan-perbedaan pemahaman antara perusahaan, masyarakat dan

Page 262: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

250

pemerintah yang seringkali menimbulkan gejolak diantara agen

tersebut. Sehingga menimbulkan relasi sosial antara agen (perusahaan)

dan masyarakat disharmonis.

Kesadaran tersebut tidak muncul dengan tiba-tiba, tetapi

kesadaran yang terbentuk dan melalui perjalanan waktu, serta diperkuat

melalui pengalaman-pengalaman berinteraksi (praktik sosial) dengan

masyarakat lokal (dan pemangku kepentingan lainnya) sepanjang

kehadiran mereka di tengah-tengah masyarakat tersebut. Perjalanan

waktu berpraktik sosial (berinteraksi) antara PT. CGI dengan

masyarakat lokal menunjukkan terjadinya pengulangan (rutin)

peristiwa (praktik sosial) melalui media struktur tanggung jawab sosial

perusahaan, sehingga para agen (masyarakat lokal, PT. CGI dan agen

lain) turut mempengaruhi dan bahkan membentuk struktur tanggung

jawab sosial perusahaan itu sendiri di wilayah mereka.

Giddens (2010) menunjukkan bahwa atas dasar pengetahuan

dan kesadaran praktis maka praktik sosial dilakukan, dan akan

diproduki oleh agen berdasarkan aturan dan sumber daya yang terdapat

di dalam struktur. Alasan masyarakat melakukan tindakan demo dan

aksi merupakan wujud dari kesadaran diskursif, bahwa mereka

melakukan tindakan aksi agar tujuan mereka tercapai, yaitu perubahan

struktur CSR yang lebih berpihak pada masyarakat. Sementara agen-

perusahaan merasa bahwa mereka telah melakukan kegiatan CSR,

selain juga pajak yang mereka bayarkan kepada negara. Inilah salah

satu titik diharmoninya relasi masyarakat lokal dengan perusahaan,

karena perbedaan pemahaman masing-masing agen akan struktur-

CSR..

Page 263: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

251

Demikian pula masyarakat lokal memiliki klasifikasi kesadaran

sendiri dalam memandang kehadiran PT. CGI di tengah-tengah mereka,

baik kesadaran praktis maupun ‘motif tidak sadar’. Dengan

kesadarannya sendiri, masyarakat lokal memandang keberadaan

struktur tanggung jawab sosial perusahaan yaitu sebagai, sumber daya

dan aturan; masyarakat lokal membangun dan mengembangkan

praktik-praktik sosial dengan agen-agen lainnya, khususnya perusahaan

sebagai agen penting dari struktur tersebut. Masyarakat melakukan

praktik-praktik sosial melalui kesadaran akan dimensi struktur yang

terdiri dari signifikansi, dominasi dan legitimasi. Kesadaran praktis

masyarakat lokal, memandang kehadiran PT. CGI, bahwa sudah

sewajarnya (bahkan kewajiban) bagi PT. CGI untuk membantu

masyarakat lokal, karena mereka sudah melakukan eksploitasi sumber

daya alam ‘milik’ mereka. Dalam ingatan dan pemahaman masyarakat

lokal (khususnya penduduk asli) memandang kehadiran PT. CGI

sebagai ‘tamu’ di masyarakat, sudah sewajarnya jika PT. CGI harus

bertindak baik kepada masyarakat lokal.

A. Relasi Perusahaan Melalui Kegiatan Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan

Hubungan perusahaan sebagai agen dengan tanggung jawab

sosial sebagai struktur dapat dilihat dengan mendalami kesadaran

perusahaan, baik kesadaran praktis maupun kesadaran diskursif atas

stuktur (tanggung jawab sosial perusahaan). Di dalam kesadaran

sesungguhnya akan melihat pemahaman dan motif-motif pihak

perusahaan dalam melakukan praktik sosial melalui struktur tanggung

Page 264: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

252

jawab sosial. Sebagaimana dinyatakan oleh Giddens (2009, 2010)

mengenai kesadaran yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu

kesadaran diskursif, kesadaran praktis, dan motif tidak sadar.

Kesadaran diskursif berhubungan dengan kemampuan agen

mengucapkan atau mengekpresikan secara verbal tentang kondisi

sosial, termasuk tindakannya sendiri. Sedangkan kesadaran praktis,

agen mengetahui kondisi sosial namun tidak bisa mengemukakannya

secara verbal. Kemudian yang terakhir motif tidak sadar, yaitu sebagai

kecenderungan potensial bagi tindakan agen. Tidak mudah untuk

menunjukkan adanya kesadaran praktis perusahaan untuk melakukan

kegiatan tanggung jawab sosial. Sebuah kesadaran yang tidak harus

diperdebatkan lagi, dimana perusahaan melakukan kegiatan tanggung

jawab sosial tanpa harus diperintah atau karena dasar motif tertentu.

Sehingga dalam melihat hubungan agen (perusahaan) – struktur

(tanggung jawab sosial perusahaan), data kesadaran diskursif lebih

mudah terlihat buktinya, baik secara verbal maupun fisik.

Dalam melakukan praktik sosial melalui kegiatan tanggung

jawab agen perusahaan memiliki sejumlah motif, namun masih dapat

diklasifikasi ke dalam 4 (empat) motif atau latar belakang, yaitu: 1)

CSR sebagai alat untuk reputasi perusahaan, 2) alasan politis

melakukan CSR, 3) CSR sebagai alasan integratif dengan masyarakat

agar operasi perusahaan tetap berjalan, 4) alasan etis,bahwa keberadaan

perusahaan harus memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.

Sebagaimana Garriga dan Mele (2004) tunjukkan mengenai 4 (empat)

kelompok alasan melakukan kegiatan CSR, yaitu teori instrumental,

teori politik, teori integratif, dan teori etis.

Page 265: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

253

Struktur Signifikansi: Dominasi: Legitimasi:

- Mitra paling

penting adalah

masyarakat

- Pemerintah lokal

lemah

- Perusahaan

multinasional

- Modern / teknologi

tinggi

- Dekat dengan

kekuasaan

- Etika bisnis

- Chevron way

- Kontrak Joint

operation

Modalitas Kerangka

intepretasi

Fasilitas:

Norma:

- Ketergantungan

masyarakat tinggi

- Ekonomi atau dana

yang besar

- Pendidikan,

kompetensi dan

keterampilan tinggi

dan

- Simbol tertib dan

aman

- UUPT no. 40/

2007

- PP no 47 tahun

2012

- UU no. 25/

2007

Interaksi Komunikasi: Kekuasaan: Sangsi:

- Kehati-hatian

bertemu dan

berkomunikasi

dengan masyarakat

- Bicara seperlunya

- Penegasan dalam

setiap pertemuan

- Menentukan mitra

- Menentukan

bantuan

- Menyalurkan

bantuan dan

- Menghentikan

bantuan

- Pembatasan

bantuan

- Penundaan

bantuan

- Penghentikan

bantuan

Gambar 10. Relasi ‘Agen’ Perusahaan - ‘Struktur’ kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. (Sumber: Giddens, 2009, 2010;

modifikasi oleh peneliti, 2013)

Sebagaimana dinyatakan sebelumnya (dalam bab II) bahwa

agen adalah orang-orang atau kelompok yang terlibat dalam arus

tindakan, sebagai pelaku dalam praktik sosial (Gidden, 2010), yaitu

praktik-praktik dalam struktur tanggung jawab sosial perusahaan.

Kesadaran Perusahaan: Praktis, Diskursif, Motif tak sadar

AGEN-AGEN LAIN: PEMERINTAH, LSM, MEDIA, MITRA

Page 266: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

254

Program tanggung jawab sosial merupakan struktur, sebab terdiri dari

aturan-aturan (rules) dan sumber daya (resources) yang memungkinkan

praktik-praktik interaksi terjadi antara perusahaan dengan masyarakat

lokal, dan pemangku kepentingan lainnya (Gidden, 1986; Ritzer &

Goodman, 2003). Gidden (2010:10-12) menunjukkan terdapat tiga

dimensi internal agen yang menentukan paktik-praktik sosialnya, yaitu

dalam bentuk kesadaran praktis, kesadaran diskursif dan motivasi tidak

sadar.

1. Pemahaman perusahaan : Contoh kasus PT. Chevron

Geothermal akan masyarakat lokal

PT. CGI melihat masyarakat sangat berharap dengan

kehadirannya di tengah-tengah masyarakat. Akibatnya, PT. CGI

seringkali direpotkan dengan bagaimana mengelola semua permintaan

masyarakat. Kehadiran PT. CGI di tengah-tengah masyarakat,

keberadaannya harus memberi manfaat bagi masyarakat sekitar, dimana

pun mereka beroperasi.

Kondisi-kondisi ketimpangan sosial ekonomi masyarakat

dengan perusahaan memperkuat pemikiran pihak perusahaan terhadap

munculnya ketergantungan masyarakat pada perusahaan. Pihak

perusahaan menyadari (PT. CGI ) menyadari bahwa ketergantungan

masyarakat lokal dan pemerintah lokal yang terlalu tinggi tersebut akan

berbahaya bagi masyarakat itu sendiri. Kemandirian masyarakat tidak

akan pernah tumbuh, sehingga kemajuan dan kesejahteraan masyarakat

akan sulit tercapai.

Page 267: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

255

Bagi pihak perusahaan (PT. Chevron Geothermal Indonesia),

berpandangan bahwa masyarakat ternyata hanya menganggap program

CSR tersebut sebagai hibah. Hal tersebut diperparah dengan lemahnya

program-program pemerintah yang tidak menyentuh langsung

kebutuhan masyarakat di daerah dalam rangka kesejahteraan

masyarakat. Muncul kesan dalam benak Pihak Chevron bahwa

pemerintah daerah membiarkan atau lepas tangan terhadap apa yang

dilakukan oleh PT. CGI dan mitranya melalui program CSR.

Ketidakberdayaan pemerintah ini terlalu nampak di hadapan

masyarakat, manakala PT. CGI dan mitra LSMnya bekerja membantu

masyarakat melalui kegiatan pengembangan masyarakat.

Hanya segelintir orang saja yang mengetahui adanya bantuan

CSR, bahkan pada beberapa desa, kepala desanya cenderung

membatasi diri (bahkan menutup diri) untuk berkomunikasi dengan

masyarakatnya. Perbedaan pandangan dan pemahaman tentang

keberadaan perusahaan dan program CSRnya yang terlalu tinggi,

diantara pihak perusahaan dengan masyarakat dapat menimbulkan

salah pengertian, bahkan konflik antara perusahaan dan masyarakat,

serta pemerintah setempat.

Bagi perusahaan, prioritas terlaksananya kegiatan CSR, adalah

adanya jaminan keamanan agar operasional perusahaan yang tidak

terganggu. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan perusahaan lebih

diutamakan, sehingga kegiatan tanggung awab sosial perusahaan hanya

merupakan alat (intrumental) untuk meredam gejolak masyarakat

sehingga kegiatan perusahaan tidak terganggu. Sebagaimana

dikemukakan oleh Prayogo (2008, 2009) bahwa program CSR yang

Page 268: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

256

dikerjakan oleh perusahaan sebagai respons dari tekanan masyarakat

sekaligus upaya membangun relasi yang baik. Sedangkan Frynas

(2009: 16) menunjukkan fakta bahwa adanya program CSR seringkali

merupakan risk management perusahaan untuk meredam dan

menghindari konflik sosial. Prayogo (2011:157) menunjukkan bahwa

wujud akhir dai baik buruknya persepsi komunitas akan berujung pada

bentuk tindakan masyarakat lokal, mendukung atau menolak

keberadaan dan kegiatan perusahaan.

2. Kesadaran Perusahaan: Contoh kasus PT. Chevron Geothermal

Indonesia (CGI) dalam melakukan kegiatan CSR

Bagi PT. CGI tanggung jawab sosial perusahaan merupakan

bagian dari corporate responsibility yang bersifat kesukarelaan

(voluntary), sehingga regulasi yang ada sebenarnya justru mereduksi

makna CSR itu sendiri, bergesernya nilai moral dan etika bisnis

menjadi kewajiban (obligation). Dalam rangka operasional kegiatan

CSR, PT. CGI memerlukan banyak keterlibatan pihak-pihak lain

(multistakeholder) dalam kegiatan tersebut, untuk menciptakan

hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan stakeholder lainnya.

PT. CGI melihat hubungan antara perusahaan dengan

masyarakat harus dicermati secara intensif dan hati-hati; artinya,

hubungan yang terjadi akan sangat dinamis karena perubahan dan

pergeseran stakeholder sekitar wilayah operasi begitu cepat.

Hubungannya dengan masyarakat adalah juga merupakan social

investment (investasi sosial) jangka panjang bagi keberlangsungan

bisnis.

Page 269: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

257

Usulan-usulan kegiatan dari masyarakat lebih banyak

berdasarkan keinginan-keinginan masyarakat saja, bukan berdasarkan

kebutuhan. Kemudian PT. CGI tidak ingin dan tidak berharap

menggantikan posisi dan peran pemerintah, baik pusat maupun daerah

untuk mensejahterakan masyarakat. Namun demikian PT. CGI

nampaknya akan terus berkomitmen untuk membantu dan bermitra

dengan masyarakat dan pemerintah daerah.

PT. CGI mencoba fokus pada capacity building masyarakat,

melalui local economy development (LED) dan local business

development (LBD), dengan sedikit demi sedikit mengurangi program

yang bersifat bantuan sosial (social asistance) saja. Agar kemandirian

masyarakat dapat muncul. Walaupun hingga saat ini memang kegiatan

CSR belum mencapai sepenuhnya fokus mengarah pada

pemberdayaan, namun secara bertahap alokasi dana yang diarahkan

pada pengembangan masyarakat diupayakan harus terus meningkat

setiap tahunnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan kegiatan LED dan

I3E, local economic development (LED) di kecamatan Samarang

merupakan program CSR yang pendanaannya berasal dari Chevron

Darajat langsung. Sedangkan pola initiatives economic engagement and

empowering (I3E) yang di kecamatan Pasirwangi, dengan sumber

pendanaan berasal dari kantor pusat Chevron di Amerika Serikat.

Seringkali pemerintah desa (pemerintahan lokal) tidak siap

dalam menjalankan program CSR yang disalurkan pendanaannya

melalui pemerintahan desa. Pemerintah daerah diharapkan dapat

bekerja sama dalam kegiatan CSR dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, khususnya warga masyarakat yang berada di

Page 270: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

258

ring 1 wilayah kerja PT. CGI. PT. CGI selalu berupaya jujur dan bersih

dalam melakukan kegiatan tanggung jawab sosial dan pengembangan

masyarakat, namun ketika bersentuhan dengan pemerintah seringkali

dijumpai praktik-praktik yang cenderung menghambat kegiatan

tersebut. Frynas (2009), menyatakan bahwa biasanya perusahaan

pertambangan gagal melakukan konsultasi secara lebih luas dengan

pemimpin lokal dan tokoh-tokoh lokal.

Tantangan memberikan pola pikir (mindset) akan keamanan,

kejujuran, menghormati hak-hak asasi manusia, dapat dilakukan saat

para kontraktor-kontraktor lokal bekerja sama dengan PT. CGI. Perlu

kesabaran dalam berhubungan dengan masyarakat yang memiliki sifat

ketergantungan yang tinggi kepada PT.CGI, ditambah dengan kondisi

pemerintah daerah yang memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengan

kondisi masyarakat lokal.

Kegagalan program-program pemerintah sebelumnya seperti

Kredit Usaha Tani (KUT), Inpres Desa Tertinggal (IDT), raksa desa

yang yang bersifat top down berasal dari pemerintah juga turut

menyumbang munculnya pandangan dan budaya ketergantungan

masyarakat. Sementara itu sesungguhnya masyarakat memiliki potensi

tersendiri (local wisdom) yang khas dan mungkin belum tergali dengan

baik.

Bagi PT. CGI keterwakilan masyarakat bukan ditentukan oleh

keterwakilan jumlah semata, melainkan keterwakilan ide; artinya pihak

perusahaan menghormati ide-ide dari masyarakat, dari pemerintah, atau

dari manapun dalam rangka membangun relasi yang harmonis antara

masyarakat dengan perusahaan. Pihak perusahaan berharap setelah

Page 271: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

259

semua upaya engagement dan pemahaman akan masyarakat lokal

berikut program-programnya maka terjadi relasi yang baik antara

perusahaan dengan masyarakat sekitar, maka tidak ada konflik antara

masyarakat dengan perusahaan.

Frynas (2009) menunjukkan bahwa alasan perusahaan ekstraktif

melakukan kegiatan CSR adalah, pertama, untuk memenuhi regulasi,

hukum dan aturan; kedua, sebagai investasi sosial perusahaan untuk

mendapatkan imej positif; ketiga sebaga bagian dari strategi bisnis

perusahaan untuk memperoleh licence to operate dari masyarakat

lokal; dan keempat, bagian dari risk management untuk meredam dan

menghindari konflik. Dalam pandangan Prayogo (2011: 13) seharusnya

perusahaan tidak sekedar memperoleh ‘ijin operasi’ dari masyarakat,

tetapi lebih jauh lagi, yaitu masyarakat dapat menerima dan mengakui

kehadiran (social legitimacy) perusahaan di tengah-tengah masyarakat.

Kehadiran perusahaan seharusnya memperoleh dukungan dari

masyarakat lokal karena kehadirannya bermanfaat bagi mereka, inilah

makna dari pengakuan sosial (social legitimacy). Frynas (2009)

mengingatkan bahwa perlu kehati-hatian dalam menerapkan praktek

tanggung jawab sosial dari negara-negara maju di negara-negara yang

sedang berkembang, termasuk Indonesia. Oleh karena itu penerapan

CSR di masing-masing negara harus disesuaikan dengan konteks sosial

dan lingkugannya. Kehati-hatian penerapan praktik CSR perlu

dipahami oleh agen-perusahaan, sebab dalam konsepsi strukturasi

(Giddens, 2010), melalui praktik-praktik sosial CSR-lah relasi dinamis

antar agen dan dengan struktur terjalin. Strukturasi merupakan suatu

proses yang berkaitan dengan produksi dan reproduksi struktur,

sehingga dapat dikatakan bahwa struktur dalam kerangka teori

Page 272: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

260

strukturasi, sesungguhnya bersifat dinamis karena dikontruksi oleh

agen. Masalahnya adalah siapa saja agen yang terlibat dalam produksi

dan reproduksi struktur CSR tersebut, tentunya agen yang terlibat tidak

cukup hanya agen-masyarakat dan agen-perusahaan saja. Perlu

keterlibatan agen lainnya, yaitu pemerintah sebagai bagian dari unsur

tripartit good governance , selain masyarakat dan swasta (perusahaan)

(Bintoro, 2010).

B. Relasi Masyarakat Lokal Terhadap Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan

Hubungan masyarakat lokal sebagai agen dengan perusahaan

yang juga sebagai agen terjadi melalui praktik-praktik sosial dimana

tanggung jawab sosial sebagai struktur merupakan media terjadinya

aktivitas tersebut. Sehingga kesadaran masyarakat lokal akan melihat

keberadaan perusahaan dan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan.

Kesadaran masyarakat lokal dapat diklasifikasi berdasarkan

kesadaran praktis, kesadaran diskursif, dan motif tidak sadar (Giddens,

2010). Semisal untuk kesadaran praktis, yang lama tertanam dalam

benak masyarakat lokal, bahwa kehadiran perusahaan besar

multinasional PT. CGI di tengah-tengah masyarakat berkewajiban

untuk memberikan bantuan yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar

perusahaan. Dalam kesadaran praktis masyarakat lokal, perusahaan

tersebut telah mengeruk (eksploitasi) sumber daya alam ‘milik’

masyarakat. Sementara di sisi lain keberadaan PT. CGI secara

legitimasi memiliki hak melalui joint operation contract (JOC)

Page 273: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

261

bersama pertamina dan PLN untuk mengeksploitasi memanfaatkan

energi panas bumi menjadi listrik. Nampak di sini terdapat pemahaman

yang berbeda antara masyarakat lokal dengan pihak agen-perusahaan.

Pemahaman masyarakat, bahwa perusahaan sudah sewajarnya

melakukan bantuan kepada masyarakat lokal, sudah merupakan

kesadaran praktis.

Struktur Signifikansi: Dominasi: Legitimasi:

- Kondisi kontradiktif

dengan masyarakat

- Khawatir bencana

bocor

- Penyerapan tenaga

kerja lokal

- Eksploitasi SDA

‘milik’ lokal

- Masyarakat lokal

(asli)

- Jumlah penduduk

- Kekompakan

masyarakat

- Etika perusahaan

- Forum CSR

(APDESI)

Modalitas Kerangka intepretasi Fasilitas & Sarana: Norma:

- Kerusakan

lingkungan

- PT. CGI ‘wajib’ memberi bantuan

kepada masyarakat

lokal

- Wilayah penduduk

dekat dengan lokasi

operasi

- Dekat dengan jalur

mobilitas operasi PT.

CGI

- UUPT no. 40/ 2007

- PP no 47 tahun

2012

- Penentuan kegiatan

CSR di masing-

masing desa

Interaksi Komunikasi: Kekuasaan: Sangsi:

- Usulan kegiatan

- Aksi demonstras

- Aksi massa

- Pemblokiran jalan

- Perusakan pipa air

- Operasi PT. CGI

terganggu

- Pengucilan

masyarakat kepada

kepala desa

Gambar 11. Relasi ‘Agen’ Masyarakat lokal – ‘struktur’ kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. (Sumber: Gidden

2009, 2010; modifikasi oleh peneliti, 2013)

Kesadaran Masyarakat Lokal:

Praktis, Diskursif, Motif tak sadar

AGEN-AGEN LAIN:

PEMERINTAH, LSM, MEDIA, MITRA

Page 274: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

262

Kesadaran praktis tersebut diikuti dengan kesadaran diskursif,

yaitu penjelaan-penjelasan secara verbal melalui tuntutan-tuntutan dan

aksi-aksi yang dilakukan masyarakat lokal kepada PT. CGI atau juga

kepada pemerintah. Melalui interaksi dengan perusahaan (agen),

melalui praktik-praktik sosial, dalam kerangka struktur tanggung jawab

sosial perusahaan, maka mulai terjadi penyesuaian dan adaptasi antara

masyarakat lokal dengan perusahaan. Gambar 4.8 menunjukkan skema

analisis perpekstif struktur-agen, dalam kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaan.

Nampak agen (masyarakat lokal) memiliki pandangan tersendiri

akan struktur (kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan) dan

keberadaan PT. CGI. Prayogo (2009: 99) menunjukkan bahwa

pemahaman masyarakat lokal akan perusahaan “mengeksploitasi”

sumber panas bumi masyarakat lokal merupakan keadaan yang

obyektif sekaligus subyektif. Secara obyektif memang nyatanya

perusahaan mengambil sumber panas tersebut, namun secara subyektif

panas bumi tersebut dianggap sebagai “milik” warga lokal karena

berada di dalam wilayah mereka. Sehingga, karena perusahaan

melakukan eksploitasi maka sudah sewajarnya ia melakukan

‘pertukaran’ terhadap masyarakat lokal yang energi buminya diambil-

alih oleh perusahaan. Kegiatan-kegiatan dari program tanggung jawab

sosial perusahaan sudah seharusnya diprioritaskan bagi masyarakat

lokal.

Page 275: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

263

1. Pemahaman masyarakat lokal akan keberadaan PT. Chevron

Geothermal Darajat Garut

Faktor-faktor yang membuat pemahaman masyarakat lokal

berbeda dengan masyarakat lokal, antara lain masyarakat lokal

memahami bahwa kehadiran PT. Chevron sebagai kondisi yang sangat

kontradiktif dengan masyarakat lokal yang serba kekurangan.

Masyarakat masih khawatir dengan akan timbulnya kebocoran pipa,

yang dapat mengancam keselamatan warga masyarakat. Kemudian

agen-masyarakat memandang bahwa tidak banyak tenaga kerja lokal

yang dapat dipekerjakan oleh PT. CGI, warga masyarakat lokal menilai

perusahaan kurang terbuka untuk memberikan informasi kebutuhan

tenaga kerja. Masyarakat memandang perusahaan telah

mengeksploitasi sumber daya alam ‘milik’ mereka sendiri. Warga

masyarakat lokal merasa tidak pernah diberi informasi berkaitan

dengan keamanan dan keselamatan eksploitasi.

Kodisi-kondisi tersebut memperkuat pemahaman warga

masyarakat menyalahkan kepada pihak perusahaan akan persoalan

semakin gundulnya hutan-hutan di wilayah Darajat sejak kehadiran

perusahaan tersebut di wilayah mereka. Kekhawatiran kerusakan

lingkungan yang mengakibatkan menurunnya produksi lahan pertanian.

Masyarakat merasa tidak berdaya, karena sumberdaya alam,

menurutnya, terus dikeruk oleh perusahaan, sementara pemerintah

daerah pun seolah tutup mata dengan permasalahan yang dihadapi

masyarakat tersebut.

Isyu lain, beberapa warga yang memiliki modal yang mulai

menginvestasikan dananya untuk membangun fasilitas wisata kolam air

Page 276: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

264

panas dan penginapan. Namun pesatnya perkembangan tersebut tidak

diikuti dengan ketersediaan sarana pendukung lainnya, seperti

penginapan-penginapan, rumah makan dan warung-warung, serta

perluasan lahan parkir.

Pandangan negatif warga masyarakat terhadap kehadiran PT.

CGI juga tidak terlepas dari sisi historis kehadiran perusahaan tersebut

di daerah mereka, yang mana masalah-masalah sebelumnya (laten)

yang tidak terselesaikan muncul mengemuka ketika ada kekecewaan

muncul. Semetara itu sebagian masyarakat mengkaitkan kepemilikan

investor asing PT. CGI, yaitu Amerika dengan sentimen negatif

terhadap kepemilikan perusahaan tersebut dengan ‘Yahudi’.

Masyarakat yang perpandangan positif (mendukung) akan kehadiran

PT. CGI, beralasan banyaknya bantuan yang diberikan oleh perusahaan

kepada warga sekitar, khususnya seperti perbaikan jalan dan gorong-

gorong.

Pandangan-pandangan masyarakat lokal akan keberadaan

perusahaan yang pada modal berteknologi tinggi, di lingkungan mereka

akan menentukan cara praktik sosial terhadap perusahaan. Menurut

Giddens (2010), melalui gugus pemahaman dan pengetahuan praktis

dan diskursif akan struktur, maka agen akan berpraktik sosial ---

melangsungkan hidup kesehariannya. Lebih lanjut Giddens (2009)

menegaskan bahwa agen memiliki kemampuan untuk mengubah situasi

sosial, dengan peningkatan pengetahuan dan pemahaman. Dari

pemahaman agen (masyarakat lokal, perusahaan dan pemerintah)

tersebut, akan terjadi interaksi dengan struktur (CSR) yang saling

mempengaruhi. Inilah yang dikatakan Giddens dengan dualitas

struktur. Dengan bekal pemahaman dan pengetahuan agen masing-

Page 277: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

265

masing, dapat menjadikan struktur (CSR) sebagai acuan dalam

bertindak dan mengubah serta mereproduksi struktur melalui tindakan-

tindakan yang terus-menerus dan bersifat rutin. Maka struktur secara

aktif diproduksi, direproduksi, dan diubah oleh agen (masyarakat,

perusahaan dan pemerintah) sebagai pelaku yang memiliki kemampuan

bertindak.

2. Pemahaman masyarakat akan program CSR PT. Chevron

Geothermal Darajat Garut

Masyarakat lokal enggan untuk berinisiatif mengundang pihak

PT. CGI dalam kegiatan-kegiatan yang terdapat di masyarakat. Bagi

masyarakat lokal berpandangan, sudah seharusnya bahkan ‘wajib,’

inisiatif menjalin hubungan berasal dari Perusahaan, sebagai tamu

masyarakat. sementara menurut LSM Pupuk sejak tahun 2009 program-

program Capacity building dan program pemberdayaan masyarakat

(community development) mulai menjadi fokus perhatian dari kegiatan

CSR PT. CGI. Walaupun porsi antara pembangunan infrastruktur dan

non infrastruktur masih lebih besar pembangunan infrastruktur.

Dinamika relasi yang terbangun antara masyarakat dengan PT.

CGI, yaitu bersifat fluktuatif, kadang naik kadang turun. Namun dari

beragam tuntutan masyarakat lokal kepada perusahaan, nampaknya PT.

CGI mencoba belajar dari situasi hubungan sebelumnya yang lebih

banyak demo tuntutan masyarakat sekitar, kemudian mencoba

membangun komunikasi dan kemitraan baru berdasarkan situasi

sebelumnya. PT. CGI mengembangkan local bussiness development

(LBD), yaitu menjalin mitra dengan perusahaan-perusahaan lokal yang

Page 278: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

266

memiliki badan usaha (CV). Sehingga melalui LBD inilah penyerapan

tenaga lokal dapat terjadi, dan masyarakat lokal pun didorong untuk

mengembangkan perusahaan dengan kualifikasi minimal (CV), agar

dapat mengikuti tender proyek-proyek skala kecil di PT. CGI.

Porsi terbesar program CSR PT. CGI masih pada pembangunan

infrastruktur; perbaikan jalan, penyediaan air bersih, gorong-gorong,

pembangunan sarana ibadah (mesjid), penyediaan air bersih dan sarana

pendidikan. Sehingga sebagian masyarakat lokal memahami kalau

seandainya banyak bantuan yang diberikan di desa-desa wilayah

kecamatan Pasirwangi, daripada daerah lainnya di wilayah kabupaten

Garut, dan hal tersebut adalah wajar. Sementara itu usulan-usulan

kegiatan yang berasal dari perusahaan dapat dipandang sebagai

kepedulian perusahaan membangun relasi yang baik dengan

masyarakat sekitar perusahaan.

Harapan masyarakat yang tinggi kepada perusahaan harus

disikapi dan dikelola dengan hati-hati. Sebab di kemudian hari pola

hubungan tersebut akan membuat masyarakat menjadi tidak mandiri,

karena sangat tergantung kepada perusahaan. Namun demikian mulai

muncul kesadaran dalam pandangan masyarakat, bahwa jika ingin

memperoleh bantuan, maka mereka harus membuat proposal kepada

PT. CGI. Sebagian masyarakat lokal juga mengerti bahwa turunnya

bantuan dari perusahaan tersebut memerlukan waktu dan ada

prosesnya.

Desa-desa se-kecamatan Pasirwangi mengembangkan sebuah

forum yang khusus membicarakan usulan-usulan CSR yang terbentuk

sekitar 2 tahun yang lalu. Awalnya forum ini merupakan asosiasi

pemerintah desa Indonesia (APDESI), namun dalam perkembangan

Page 279: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

267

selanjutnya asosiasi ini lebih dikenal sebagai forum yang menjadi

wadah dan sekaligus menjembatani hubungan antara keinginan dan

kebutuhan masyarakat dengan pihak perusahaan (PT.CGI). Forum

CSR inilah yang kemudian menentukan skala prioritas mengenai

program bantuan dari PT. CGI yang akan dilakukan di desa-desa.

Terbentuknya forum CSR tersebut sedikit banyak mengurangi beban

tekanan dan kepusingan PT. CGI dalam menentukan usulan kegiatan,

prioritas kegiatan, sasaran kegiatan, dan pelaksana kegiatan di masing-

masing desa. Adanya Forum CSR tersebut memudahkan PT. CGI

dalam menyalurkan bantuan yang telah terseleksi melalui forum

tersebut. Sehingga PT. CGI akan lebih dapat meluang waktu untuk

berkonsentrasi pada kegiatan lainnya.

Proses pengajuan usulan perlu untuk diamati untuk memperoleh

gambaran dan informasi mengenai pengetahuan masyarakat mengenai

cara-cara mengajukan usulan kegiatan. Serta bagaimana pihak

perusahaan menanggapi permohonan akan bantuan-bantuan yang

berasal dari masyarakat dan dari pemerintah setempat. Tentunya

tahapan pengusulan bantuan tersebut terjadi sebagai pengulangan dari

kejadian-kejadian sebelumnya (rutin). Anggota masyarakat yang

berhasil mengajukan proposal bantuan, kemudian akan ditiru oleh

anggota masyarakat lain yang akan mengajukan bantuan kepada PT.

CGI. Keterulangan praktik sosial tersebut terus berlangsung selama

beberapa tahun sebelumnya (Giddens, 2010). Pada pengajuan proposal

di tahun-tahun sebelumnya, apabila proposal yang diajukan terlalu lama

(bertahun-tahun) atau tidak direspon (tidak ada realisasinya) maka

sudah ada semacam ‘aturan’ tidak tertulis di masyarakat untuk

melakukan aksi atau demonstrasi. Munculnya aksi tersebut juga meniru

Page 280: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

268

kejadian serupa sebelumnya, bahwa kalau tidak didemo, maka bantuan

itu tidak akan cair. Sebagaimana dikemukakan terdahulu bahwa agen

adalah pelaku dalam praktik sosial (Giddens, 2010; Priyono, 2002).

Agen dalam konteks struktur tanggung jawab sosial perusahaan adalah

masyarakat lokal, sebagai pemangku kepentingan penting dalam

kegiatan CSR (Prayogo, 2011:15), selain perusahaan dan pemerintah.

Nampak bahwa dalam konsepsi strukturasi, struktur CSR, dapat

dipahami sebagai ‘medium’ dan ‘outcome’ dari tindakan agen

melakukan praktik sosial sebagaimana dikemukakan oleh Giddens

(2010: 30) sebagai dualitas struktur. Kemudian dalam Giddens

menegaskan (New Rules of Sociological Method, a positive critique of

interpretative sociologies,terjemahan 2010: 141) bahwa produksi

interaksi memiliki tiga elemen dasar: konstitusinya sebagai ‘bermakna’

(signifikansi), konstitusinya sebagai ‘tatanan moral’ (legitimasi), dan

konstitusinya sebagai operasi hubungan ‘kekuasaan’ (dominasi).

C. Relasi Dinamis Antar Masyarakat Lokal dan Perusahaan

Melalui Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Relasi yang terjadi diantara para agen, khususnya masyarakat

lokal dengan perusahaan melalui struktur yaitu kegiatan atau program

tanggung jawab sosial perusahaan, merupakan hubungan yang

fluktuatif. Terkadang relasinya harmonis dan terkadang pula memanas,

seiring juga dengan perjalanan waktu sejak kehadiran perusahaan di

tengah – tengah masyarakat lokal, dan pengalaman praktik-praktik

pertemuan para agen tersebut. Sepanjang waktu tersebut terdapat

penyesuaian-penyesuaian yang perlu dilakukan dalam struktur

Page 281: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

269

tanggung jawab sosial perusahaan PT. CGI oleh para agen, demikian

pula pada akhirnya perkembangan struktur tanggung jawab sosial

(kebijakan nasional dan aturan lainnya) memberikan kemungkinan bagi

para agen untuk melakukan praktik-praktik sosial dalam relasi

masyarakat lokal dan perusahaan. Inilah dualitas struktur tanggung

jawab sosial perusahaan yang terjadi di antara masyarakat lokal dengan

PT. CGI di desa Karyamekar kecamatan Pasirwangi. Dimana para agen

(masyarakat lokal dan PT. CGI) mempengaruhi tanggung jawab sosial

perusahaan melalui praktik sosial yang berulang, juga struktur

(tanggung jawa sosial perusahaan) mempengaruhi tindakan-tindakan

para agen dalam melakukan relasi diantara mereka. Dalam Gambar 4.9

menunjukkan skema relasi dinamis yang terjadi antara perusahaan

dengan masyarakat lokal, serta agen lainnya yaitu pemerintah, LSM,

media dan mitra kerja perusahaan dalam kerangka teori struktur-agen

Giddens (2010). Dimensi signifikansi tanggung jawab sosial

perusahaan berkenaan pemaknaan masyarakat lokal melalui modalitas

skema interpretatif dalam melakukan interaksi komunikasi dalam

melakukan praktik sosial. Sedangkan dimensi dominasi dengan

modalitas penguasaan sarana dan fasilitas yang ada dalam melakukan

interaksi berupa kekuasaan atau kekuatan (power) yang dimiliki

masyarakat dalam struktur tanggung sosial perusahaan. Sedangkan

dimensi legitimasi (keabsahan) berkenaan dengan modalitas norma dan

sanksi dalam struktur CSR tersebut.

Page 282: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

270

Gambar 12. Skema Relasi Dinamis antara Masyarakat Lokal dengan

Perusahaan Melalui Kegiatan Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan . (Sumber: Giddens, 2009, 2010, modifikasi oleh

peneliti, 2013)

Terjadi proses pembelajaran diantara agen melalui praktik-

praktik sosial dalam struktur kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaan. Melalui perjalanan waktu, relasi yang terbangun antara

perusahaan dengan masyarakat lokal memunculkan modifikasi akan

praktik-praktik CSR yang sesuai bagi agen (masyarakat – perusahaan),

dan pada akhirnya terjadi pergeseran dari dimensi struktur CSR, yang

STRUKTUR Modalitas: Interaksi:

P

E

R

U

S

A

H

A

A

N

Kesadaran:

Diskursif

Praktis

M

A

S

Y

A

R

A

K

A

T

Kesadaran:

Diskursif

Praktis

Kegiatan Tanggung Jawab Sosial PT. CGI

Manfaat, Keberlanjutan

(Dimensi Ruang dan Waktu)

Signifikansi

Dominasi

Legitimasi

Skema

Interpretatif

Sarana/ fasilitas

Norma

Komunikasi

Kekuasaan

Sanksi

Relasi Dinamis antara Perusahaan dengan Masyarakat Lokal

AGEN AGEN

AGEN-AGEN LAIN:

PEMERINTAH, LSM, MEDIA, MITRA

Page 283: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

271

dalam konsepsi Giddens (2010) terdiri dari signifikansi, dominasi dan

legitimasi.

Dalam teori strukturasi, tanggung jawab sosial perusahaan dapat

dipandang sebagai struktur, karena di dalamnya terdiri atas aturan-

aturan dan sumber daya. Giddens (2010) menunjukkan bahwa sumber

daya memiliki dua jenis, yaitu sumber daya otoritatif dan sumber daya

alokatif. Kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki sumber

daya otoritatif yang berasal dari koordinasi aktivitas para agen

(perusahaan, pemerintah, penyedia barang-barang produksi, dan

masyarakat); juga sumber daya alokatif yang berasal dari kendali atas

produk-produk material atau aspek-aspek dunia material. Besarnya

dana dan jenis kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan ditentukan

dan diatur dengan kepatutan dan peraturan terkait CSR, seperti UU No.

40 tahun 2007 tentang Perseorang Terbatas (PT), UU No. 25 tahun

2007 tentang Penanaman Modal, serta Peraturan Pemerintah No. 47

tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Perusahaan Terbatas. Demikian pula masyarakat lokal, sebagai agen,

juga sebaiknya mengetahui dan memahami struktur tanggung jawab

sosial perusahaan. Sehingga masyarakat lokal dapat memeroleh

manfaat sebaik-baiknya dari struktur CSR untuk kemaslahatan warga

masyarakat, dengan berkolaborasi dengan agen lainnya, terutama pihak

perusahaan.

Pengetahuan dan kesadaran para agen akan struktur, dalam hal

ini CSR, dengan demikian akan menentukan cara-cara atau praktik-

praktik sosial kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Giddens

(2010), dengan kerangka Goffman, mengidentifikasi 4 (empat) jenis

keadaan atau faktor—faktor yang memengaruhi tingkat dan watak

Page 284: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

272

keterlibatan yang dimiliki oleh agen yaitu: 1) sarana akses yang

dimiliki oleh para aktor terhadap pengetahuan berdasarkan lokasi sosial

mereka, 2) cara-cara artikulasi pengetahuan, 3) keadaan-keadaan yang

berhubungan dengan validitas klaim-klaim keyakinan yang dianggap

sebagai ‘pengetahuan’, dan 4) faktor-faktor yang berhubungan dengan

sarana penyebaran pengetahuan yang tersedia (2010:142).

Berdasarkan keempat faktor tersebut maka dapat dimengerti

terdapat pengetahuan dan pemahaman yang berbeda antar kedua agen,

masyarakat lokal dan perusahaan, mengenai struktur tanggung jawab

sosial perusahaan. Seperti halnya pengetahuan masyarakat lokal

mengenai proses pengajuan kegiatan kepada PT. CGI, sebagaimana

terlihat dalam gambar 13. Berbeda halnya dengan pemahaman pihak

perusahaan (gambar 14) mengenai hal tersebut.

1

Gambar 13: Alur proses pengusulan kegiatan masyarakat desa kepada PT.

CGI Menurut Masyarakat lokal. (Sumber: hasil olah data

wawancara 2013).

2

A

B

C D

Humas & CE

Pemerintah

Desa

Musyawarah & FGD

PT. CGI, Pengusul

Masyarakat, Pemerintah

Desa: untuk

menentukan prioritas

kegiatan

Usulan

Masyarakat

Usulan

Masyarakat

Usulan

Masyarakat

Page 285: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

273

- Pertama, masyarakat lokal mengusulkan langsung kepada

PT. CGI. , kemudian oleh PT. CGI dikonfirmasikan

kembali pemerintah desa tentang pengusulan kegiatan

warganya, kemudian dibicarakan melalui FDG. Peserta

FGD adalah pengusul kegiatan dari masyarakat, aparat

pemerintah desa dan perakilan PT. CGI.

- Kedua, melalui pemerintah desa masyarakat lokal

mengusulkan kegiatan kepada PT. CGI. Kemudian

dibahas melalui FGD untuk menentukan prioritas

kegiatan.

Sedangkan menurut pihak PT. CGI alur proses dan tahapan

kegiatan CSR sebagaimana terlihat dalam gambar 14, sebagai berikut:

Gambar 14. Alur proses dan tahapan program menurut PT. CGI. (Sumber: PT.

CGI, 2012)

Page 286: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

274

- Pertama, Usulan masyarakat, Pemda, Tawaran kerjasama

dan Inisiatif CGI ditampung;

- Kedua, kemudian semua usulan dibicarakan melalui

muspika, atau musrenbang, atau musyawarah APDESI

(forum CSR); dengan dihadiri oleh pihak CGI untuk

menentukan prioritas kegiatan dalam daftar usulan

kegiatan.

- Ketiga, daftar usulan program/ kegiatan tersebut

kemudian diajukan untuk memperoleh persetujuan

management CGI untuk menentukan RKAB (rencana

kegiatan dan anggaran biaya)

- Keempat, RKAB tersebut kemudian dilaporkan kepada

Pertamina untuk memperoleh persetujuan RKAB untuk

selanjutnya dieksekusi dan dimonitoring oleh CGI dan

Mitra kerjanya

- Kelima, proses pencairan kegiatan kepada masyarakat,

melalui monitoring dari PT. CGI dan mitranya.

Gambar 4.9 dan gambar 4.10 menunjukkan bahwa pada tahapan

pengajuan usulan kepada PT. CGI, terdapat perbedaan pengetahuan dan

pemahaman akan tahapan pengajuan diantara agen (masyarakat,

perusahaan dan pemerintah). Perbedaan pemahaman tersebut akan

menimbulkan perbedaan bertindak dari masing-masing agen yang

berbeda pula, perbedaan praktik atau tindakan antar agen tentang

operasional kegiatan CSR menunjukkan ketidakharmonisan relasi yang

terjadi.

Page 287: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

275

Salah satu proses implementasi kegiatan dari pihak perusahaan

(PT. CGI) yaitu mengeluarkan program local business development,

sebagai program unggulan. Namun dalam pemahaman masyarakat

lokal, pola LBD (local business development) ini justru telah

mematikan nilai-nilai partisipasi, kebersamaan, rasa memiliki dan

keberdayaan masyarakat. Sebab pembangunan infrastruktur atau

pembangunan fisik yang dilakukan oleh CV pemenang tender tersebut.

Warga masyarakat lokal hanya berperan sebagai penonton, masyarakat

tidak diajak serta untuk terlibat dalam proses pembangunan fisik

tersebut baik tahap perencannaan, pelaksanaan, serta monitoring dan

evaluasi. Setelah pembangunan fisik tersebut selesai, kemudian terjadi

serah terima bantuan pembangunan fisik tersebut dari PT. CGI kepada

warga masyarakat setempat. Sehingga, manakala hasil pembangunan

fisik LBD tersebut rusak, maka biasanya dalam pemahaman warga

masyarakat segera menuntut kembali untuk perbaikan pembangunan

fisik tersebut kepada PT.CGI. Begitulah seterusnya proses lelang

(tender) pekerjaan itu berulang, dimana warga masyarakat hanya

berperan sebagai penonton. Artinya adalah melampaui perjalanan ruang

dan waktu, praktik-praktik relasi yang terjadi antara agen perusahaan

dan masyarakat, ternyata beberapa pengetahuan dan pemahaman

masyarakat berkembang melalui interaksi dengan agen-agen lainnya.

Sehingga agen (masyarakat) mampu dan memiliki kesadaran diskursif

untuk mengevaluasi salah program CSR yang dianggap unggulan oleh

pihak perusahaan. Giddens (2010:111) menunjukkan bahwa

pengulangan (rutinisasi) praktik-praktik sosial melalui perjumpaan-

perjumpaan antara pihak warga masyarakat lokal dengan perusahaan

akan mengikat dalam reproduksi sosial dan dengan demikian

Page 288: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

276

mengesankan pemapanan instiusi-institusi. Proses tersebut juga

mendorong menciptakan (reproduksi) struktur ketergantungan warga

masyarakat kepada PT. Chevron.

Tabel 30. Jenis Bantuan dari PT. Chevron Geothermal Indonesia,

menurut masyarakat lokal

No. Jenis Bantuan Fisik Non Fisik

1. Pendidikan PAUD/ TK, SD,

SMP, ATK, papan

tulis, laptop

Super camp (Asgar

Muda)

2. Usaha Permodalan Pendampingan oleh

PUPUK dalam

program LED, I3E

3. Kesehatan Puskesmas HIV/AIDS

4. Lingkungan Penanaman pohon,

penyediaan air bersih

5. Ketenagakerjaan Pelatihan budi daya

jamur

6. Fasilitas umum Pembangunan jalan

gorong-gorong

Pipanisasi

MCK

7. Fasilitas Agama Pembangunan mesjid

Bantuan kitab Al-

Quran

Ceramah di PT. CGI

(informal)

Sumber: Diolah dari data penelitian, 2013.

Kondisi ketergantungan agen-masyarakat ini mulai disadari

oleh pihak perusahaan, sehingga upaya-upaya untuk menghilangkan

ketergantungan masyarakat lokal akan bantuan pihak perusahaan,

ternyata merupakan kesulitan tersendiri yang dihadapi oleh pihak

perusahaan. Upaya-upaya yang dilakukan oleh agen (perusahaan)

dalam rangka mengubah struktur CSR yang terlalu bersifat karitas

Page 289: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

277

semata coba dilakukan (sebagaimana terlihat dalam tabel 4.23), dengan

mengembangkan program-program penguatan kapasitas (capacity

building) terhadap masyarakat.

Dalam perkembangan terakhir, dalam data sekunder dan primer

(hasil wawancara dan observasi), program CSR yang dikembangkan

oleh pihak perusahaan berupaya mengembangkan program yang lebih

memberdayakan masyarakat, walaupun secara jumlah kegiatan masih

sedikit. Artinya dalam konsepsi agen Giddens (2010), nampak bahwa

agen-perusahaan (dalam divisi CSR PT. CGI) telah mencoba

mengadopsi kesadaran praktis, melakukan refleksi ulang dan

melakukan suatu tindakan dengan mencari makna atau nilai dari

tindakannya tersebut. Hasilnya adalah, berupa pergeseran praktik CSR

yang dilakukan sebelumnya (yang bersifat karitas semata), ke arah

pengembangan masyarakat. Sejak sekitar tahun 2009, mulai nampak

upaya perusahaan sebagai agen, melakukan perubahan perbaikan

terhadap struktur CSR, walaupun secara jumlah dan maupun kualitas

masih terbatas. Hanya saja ketepatan assesment dan program yang

dilakukan masih perlu dipertanyakan, mengingat banyak program yang

tidak berlanjut.

Namun demikian upaya perubahan struktur CSR tersebut tidak

diikuti atau tidak seiring dengan agen-agen lainnya, yaitu masyarakat

dan pemerintah. Masyarakat dan pemerintah, memiliki pemahaman

yang berbeda dengan agen-perusahaan. Sehingga akhirnya, pihak

perusahaan menganggap bahwa komitmen warga yang telah

memperoleh bantuan masih belum sinambung, seringkali terhenti di

tengah jalan. Sementara sebelumnya warga masyarakat meminta

Page 290: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

278

bantuan untuk mengembangkan usaha dengan mengajukan usulan atau

proposal kepada PT. CGI. Melihat hal tersebut PT. CGI perlu kiranya

berfikir ulang dan selektif dalam menerima proposal dan menyalurkan

bantuan usaha kepada masyarakat, selain mengembangkan dialog dan

komunikasi dengan sejumlah tokoh masyarakat, agar terbangun

pemahaman yang merata mengenai program CSR. Perbedaan

pemahaman akan struktur CSR dari masing-masing agen, perusahaan,

masyarakat dan pemerintah menimbulkan pola relasi yang cenderung

dinamis, terkadang harmonis dan suatu waktu tertentu harmonis.

Sebaliknya masyarakat lokal menilai, PT. CGI hanya

melakukan monitoring di tahap awal saja khususnya pada tahan

perencanaan, yaitu saat memastikan program tersebut berasal dari desa

tertentu kepada aparat desa. Selanjutnya melalui kegiatan FGD (focus

group discussion), dilakukanlah prioritas kegiatan untuk desa tersebut.

Sebelum bantuan diberikan, maka dilakukan kajian terlebih dahulu.

Setelah disetujui dan kemudian bantuan itu turun (dilaksanakan),

namun tidak dilakukan monitoring.

Sementara itu, pihak kecamatan berpandangan bahwa

mekanisme pelaksanaan kegiatan CSR dari PT. CGI cenderung tidak

melibatkan pihak kecamatan. Fenomena hubungan antara pemerintah

desa, pemerintah kecamatan dan PT. CGI ini menarik untuk disimak.

Idealnya diantara stakeholder ini akan terbangun relasi yang baik,

dalam rangka efektifitas dan efisiensi pembangunan masyarakat di

wilayahnya. Jika masing-masing pihak merasa benar dan tidak ada

komunikasi yang harmonis, maka masyarakatlah yang akan menjadi

korban. Sehingga tidak aneh apabila aparat pemerintah kecamatan

Pasirwangi, tidak tahu-menahu mengenai bantuan yang diberikan oleh

Page 291: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

279

PT.CGI. Namun begitu, kondisi tersebut bagi pihak kecamatan tidak

masalah, bahkan merasa tidak terganggu dengan urusan bantuan yang

terjadi antara PT. CGI dengan pemerintahan desa. Kemudian pelibatan

pengontrolan atau pelaporan kepada pihak pemerintah kecamatan

jarang dilakukan. Kegiatan bantuan pembangunan tersebut sering

dilakukan antara pihak pemerintah desa dengan PT. CGI. Tetapi kalau

pihak kecamatan berinisiatif melakukan monitoring dan pengontrolan,

baru kemudian pihak pemerintah desa atau PT. CGI memberikan

pelaporan kepada kecamatan.

Masyarakat lokal masih berpandangan cenderung negatif

terhadap PT. CGI, jika dibandingkan dengan perusahaan nasional

seperti Indonesia Power atau Pertamina. Tidak banyak gejolak yang

muncul dari masyarakat lokal kepada dua perusahaan nasional tersebut.

Padahal, realitasnya PT. CGI merupakan perusahaan di kawasan

tersebut yang paling banyak menyalurkan bantuan kepada masyarakat

lokal.

Bagi kalangan pemuda, mereka memandang hubungan antara

PT. CGI dengan masyarakat lokal saat ini sedang renggang, tidak

begitu harmonis. Sedangkan pendapat berbeda dikemukakan oleh

aparat pemerintah lokal cenderung memandang hubungan tersebut

secara positif. Sementara itu Munculnya kecemburuan mengenai

penyaluran program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dari PT.

CGI. yang lebih banyak dinikmati oleh masyarakat kecamatan

Pasirwangi dan Samarang. Tabel 4.24 menunjukkan dinamika

hubungan yang terjadi antara kelompok-kelompok masyarakat dengan

agen perusahaan, yang dipicu oleh pemahaman yang berbeda mengenai

Page 292: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

280

kehadiran masing-masing agen, perbedaan mengenai struktur CSR baik

oleh masyarakat, perusahaan ataupun pemerintah.

Tabel 31 Sejumlah Aksi atau Tuntutan Sosial Masyarakat kepada PT.

Chevron (yang terekam berita media massa) dalam kurun 7

tahun terakhir

No. Waktu Aksi dan Tuntutan

1 6 April 2006 Serikat Petani Pasundan (SPP) memberikan batas waktu

atau deadline kepada PT Chevron sampai Juni 2006

untuk memenuhi tuntutan masyarakat Garut soal bagi

hasil atas usaha panas bumi yang dikelola Chevron di

Darajat Kecamatan Pasirwangi.

2 12 Agust 2008 Gerakan Pemuda & Pemudi Samarang (GPPS)

Tuntutan: kesejahteraan masyarakat sekitar PT. Chevron

Geothermal Indonesia

3 3 Juni 2009 Warga Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut, Jawa

Barat memblokir jalan menuju pembangkit listrik tenaga

panas bumi Gunung Darajat. Semua kendaraan milik

Chevron Geotermal Indonesia dihentikan dan warga.

Akibatnya, ratusan karyawan Chevron tertahan di tempat

itu. Mereka menilai keberadaan perusahan itu telah

menyebabkan hilangnya sumber mata air di desanya,.

meminta tanggung jawab perusahaan atas kondisi itu.

Warga meminta Chevron untuk membuat saluran air

bersih.

4 31 Agust 2010 Paguyuban Masyarakat Pasirwangi Bersatu (PMPB)

Tuntutan: 500 pendemo menghujat PT. CGI, Indonesia

Power dan PT. Pertamina, transparansi royalti, realisasi

dana CSR/ CD, pemda membuat peraturan daerah ttg

CSR

5 19 Januari

2011

Warga Pasirwangi menuntut pembangunan Masjid Besar

Pasirwangi yang sudah 7 tahun terkatung-katung

6 29 Sept 2011 Pemkab Bandung,

Protes perambahan hutan oleh PT. Chevron GI.

7 30 Des 2011 Menteri Kehutanan mengingatkan PT. CGI agar tidak

melakukan pembabatan hutan

Sumber: Diolah dari data penelitian, 2013.

Dalam data hasil primer (hasil wawancara hal:144) sebelumnya

pun terungkap bahwa kesadaran diskursif dalam masyarakat, bahwa

Page 293: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

281

apabila usulan-usulan dari masyarakat tidak dipenuhi oleh PT. CGI,

maka mereka akan melakukan aksi atau demonstrasi tuntutan kepada

PT. CGI. Aksi dan demonstrasi tuntutan yang terus-menerus kepada

PT. CGI, secara langsung atau tidak langsung yang akan mengganggu

jalannya operasi perusahaan. Sehingga pada akhirnya tuntutan

masayarakat tersebut akan dipenuhi. Walaupun, sebenarnya masyarakat

tidak ingin melakukan aksi dan demonstrasi kepada PT. CGI, jadi cara

tersebut hanya merupakan jalan terakhir yang dilakukan oleh

masyarakat dan sebagian warga. Sebagaimana terlihat dalam tabel 31.

Kesadaran masyarakat lokal terhadap perusahaan dan kegiatan

tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) merupakan kemampuan

interpretatif dari agen dalam menyikapi antivitasnya sendiri dan

tindakan-tindakan orang lain dalam perilaku sehari-hari. Sebagaimana

dikemukakan oleh Giddens mengenai model stratifikasi tindakan agen,

bahwa agen juga mampu ‘memonitor monitoring’ itu di dalam

kesadaran diskursif. Sebagaimana masyarakat lokal sebagai agen

memonitor kehadiran PT. CGI, yang ‘notabene’ merupakan perusahaan

asing yang hadir di lingkungan mereka. Sentimen kepemilikan

perusahaan seperti PT. CGI merupakan perusahaan asing,

mempengaruhi cara pandang dan sikap masyarakat terhadap

perusahaan tersebut. Hal tersebut nampak pada demo-demo atau aksi-

aksi tuntutan masyarakat lokal lebih banyak ditujukan kepada PT. CGI

tersebut. Padahal di wilayah tersebut terdapat PT. Pertamina dan PT.

Indonesia Power (anak perusahaan PLN) yang memang berstatus

perusahaan nasional, yang cenderung tidak sering ‘diganggu’.

Demikian pula kesadaran praktis masyarakat, bahwa PT. CGI telah

mengeksploitasi sumber alam mereka, sehingga sudah sewajarnya

Page 294: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

282

apabila pihak perusahaan memberikan bantuan kepada masyarakat

sekitar perusahaan tersebut.

Lebih lanjut Giddens (2010) menyatakan bahwa para agen

memiliki ‘skema interpretatif’ yaitu cara-cara penjenisan yang

tersimpan dalam gudang pengetahuan para aktor, dan diterapkan secara

reflektif ketika melakukan komunikasi dengan aktor lainnya.

Masyarakat lokal sebagai agen memiliki bekal pengetahuan yang

membuat mereka mampu membuat cerita, mengemukakan alasan-

alasan, dan sebagainya. Seperti halnya ketika berkaitan dengan siapa

yang seharusnya melakukan inisiatif membangun komunikasi dan relasi

antara perusahaan dengan masyarakat. Maka masyarakat lokal

memandang, sudah seharusnya dimulai oleh pihak perusahaan. Sebab

bagi masyarakat lokal, kehadiran perusahaan tersebut adalah tamu di

lingkungan mereka. Walaupun pihak PT. CGI berpandangan masuk ke

wilayah Pasirwangi secara sah dan berijin resmi.

Demikian pula permasalahan relasi antara masyarakat lokal

dengan PT. CGI yang di awal-awal tahun kehadiran PT.CGI yang tidak

baik menurut masyarakat, secara akumulatif akan menumpuk yang di

kemudian hari akan muncul mengemuka berupa aksi dan tindakan

demo. Oleh karena itu, Giddens menegaskan bahwa komunikasi

makna, bersama dengan seluruh kontektualitas tindakan, tidak harus

dipandang semata-mata terjadi ‘dalam’ ruang dan waktu’. Komunikasi,

sebagai unsur umum interaksi, merupakan konsep yang mencakupi

dibanding dengan isi komunikasi, yaitu apa yang akan dikatakan atau

dilakukan oleh para agen. Sehingga pandangan masyarakat lokal

dengan menghubungkan kehadiran PT. CGI dengan menurunnya

kualitas lingkungan, berkurangnya air tanah, dan kegagalan panen

Page 295: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

283

sebagai dampak operasional perusahaan merupakan bukti bagaimana

mana masyarakat lokal memaknai proses relasinya dengan pihak agen-

perusahaan.

Pandangan masyarakat lokal akan pelaksanaan kegiatan

tanggung jawab sosial PT.CGI merupakan pemahaman masyarakat

lokal akan struktur. Giddens (1986) sendiri menyatakan bahwa struktur

bukanlah benda, melainkan skemata yang hanya tampil dan dan melalui

praktik sosial. Dengan kata lain, struktur hanya bersifat maya, artinya

hanya hadir di dalam dan melalui aktivitas agen manusia, serta ada

dalam pikiran manusia. CSR merupakan struktur, yang dalam kegiatan

CSR PT. CGI masyarakat menghargai positif bantuan pembangunan

infrastruktur, khususnya pembangunan jalan Tarogong-Samarang-

Pasirwangi. Bagi masyarakat lokal, sesuatu yang dinilai baik, apabila

bantuan tersebut mewujud, terlihat dan terasa manfaatnya. Namun

demikian masyarakat menganggap program CSR dari PT. CGI yang

pendanaannya disalurkan melalui pemerintah desa (kepala desa), tidak

transparan dan sulit dipertanggungjawabkan, yang mana program CSR

hanya diketahui oleh segelintir orang saja.

Demikian pula masyarakat menganggap apapun program yang

berasal dari PT. CGI adalah bantuan atau hibah. Masyarakat tidak

mengenal makna tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) secara lebih

mendalam, yaitu sebagai upaya membangun relasi sosial yang lebih

harmonis antara perusahaan dengan masyarakat lokal. Sementara itu

juga masyarakat belum terbiasa dengan usulan kegiatan yang harus

diajukan dalam bentuk tertulis (proposal). Hal ini berkaitan dengan

latar belakang pengetahuan dan pendidikan masyarakat lokal sekitar

Page 296: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

284

wilayah operasi PT. CGI yang secara umum (50% tingkat pendidikan

SD) masih rendah.

Prayogo (2008:85) menunjukkan bahwa ketimpangan antara

komunitas lokal merupakan keadaan yang umum ditemui di semua

praktek industri tambang di Indonesia. Setidaknya terdapat dua

penjelasan mengenai hal tersebut, pertama masyarakat lokal umumnya

menempati suatu wilayah yang terpencil dengan rata-rata masyarakat

miskin secara ekonomi; kemudian kedua industri tersebut merupakan

industri padat modal dengan teknologi tinggi yang jauh dari jangkauan

masyarakat lokal. Akibat lebih lanjut dari ketimpangan tersebut adalah

munculnya pelapisan (stratifikasi) sosial antara ‘warga perusahaan’

yang berprofesi sebagai karyawan tetap dengan ‘warga desa’ yang

umumnya berprofesi sebagai petani. Implikasi sosial dari pelapisan

vertikal dapat menimbulkan kecemburuan sosial.

Apabila relasi antara perusahaan dan masyarakat menuju ke

arah konflik, maka perusahaan harus segera menanggapi secara cepat

dan tepat segala tuntutan masyarakat (Prayogo, 2008:144). Masyarakat

menginginkan keterbukaan (transparancy) dalam pengelolaan dana

CSR yang disalurkan dari PT. CGI melalui pemerintah desa masing-

masing setiap tahunnya. Kesulitan menemui kepada desa merupakan

persoalan tersendiri yang dihadapi oleh warga masyarakat; kalau pun

dapat bertemu dengan kepala desa, maka belum tentu usulan tersebut

dapat disetujui oleh kepala desa.

Sebagian warga berharap adanya balai latihan kerja untuk

meningkatkan keterampian dan keahlian para pencari kerja, khususnya

para pemuda. Pelatihan kerja tersebut bukan berarti untuk dapat

Page 297: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

285

diterima kerja menjadi karyawan di Chevron, tetapi penciptaan

lapangan pekerjaan baru. Sebagian warga berharap adanya kegiatan

pendampingan, khususnya pada bantuan untuk usaha mikro kecil dan

menengah. Masyarakat memahami bahwa banyak bantuan yang

diberikan oleh PT. CGI. Namun seringkali bantuan tersebut sering

disalahgunakan, dan tidak sampai ke masyarakat. Selain minimnya

tenaga ahli yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, mengakibatkan

minimnya kontrol dan monitoring yang dilakukan oleh PT. CGI

melalui tim PGPA. Sebagaimana dinyatakan oleh Frynas (2009: 122)

bahwa kurangnya sumber daya manusia, khususnya spesialis

pengembangan masyarakat dan CSR merupakan salah satu hambatan

penting dari gagalnya penerapan CSR di beberapa negara. Tidak

banyak orang yang ahli dalam pengembangan masyarakat dan CSR,

ditempatkan dalam unit atau divisi CSR perusahaan (ibid; 127).

Bahkan keberadaan unit atau divisi CSR di sebuah perusahaan

cenderung merupakan pelengkap dari struktur perusahaan. Fakta

menunjukkan bahwa orang yang ditempatkan di dalam divisi atau unit

CSR adalah orang-orang “tidak berposisi” atau “sekedar mengisi”

jabatan yang kosong.

Sejumlah hambatan penting lainnya dalam penerapan CSR

antara lain, perusahaan gagal dalam memahami isyu-isyu khusus yang

berkembangan di masyarakat lokal dan pemerintahan lokal. Kedua,

perusahaan gagal melibatkan masyarakat lokal sebagai beneficiaries

CSR dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan pengembangan

masyarakat dan CSR. Ketiga, minimnya sumber daya manusia,

khususnya spesialis pengembangan masyarakat dan CSR. Keempat,

akibatnya SDM yang meninim menimbulkan sikap- sikap sosial dari

Page 298: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

286

staf perusahaan yang terlalu fokus pada solusi teknis dan manajerial

jangka pendek. Kelima, seringkali program CSR tidak terintegrasi

dalam sebuah rencana pembangunan yang lebih luas, menyangkut

program pembangunan daerah atau pun pusat (Frynas, 2009: 122-130).

Keterlibatan penerima manfaat CSR dalam pelaksanaan proyek

cenderung terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali, dan paling

mungkin terbatas pada pemberian kontrak pada perusahaan lokal,

seperti CV-CV yang belum tentu memberdayakan masyarakat lokal.

Padahal, kegagalan melibatkan orang-orang lokal telah memelihara

suatu mental yang berdampak lebih buruk lagi, yaitu mentalitas

ketergantungan (dependency mentality). Persoalan-persoalan tersebut

sebetulnya dapat dihindari dengan dilakukannya diskusi mendalam dan

dengan adanya inisiatif masyarakat lokal untuk berpartisipasi dengan

menggunakan pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan alat-alat

lokal (Prayogo, 2008; 2011, Alfitri 2011, Frynas 2009).

Perusahaan seharusnya tidak sekedar mencari keuntungan

semata, namun harus memperhatikan aspek-aspek yang lebih luas dan

bahwa tuntutan-tuntutan yang dikeluarkan oleh masyarakat, saat ini,

tidak lagi boleh dipandang sebagai hambatan oleh perusahaan.

Tuntutan-tuntutan tersebut sewajarnya dipandang sebagai peluang bagi

perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya sehingga bisnis dapat

berkembang dan tuntutan masyarakat pun terjawab. Perlu dibangun

suatu kesepatakan bagi seluruh perusahaan untuk melakukan tanggung

jawab sosialnya tidak sebatas pada pemenuhan ketaatan terhadap aturan

dan kewajiban (seperti pajak, amdal, ketenagakerjaan), namun perlu

adanya penanganan langsung pada masalah-masalah nyata yang

dihadapi masyarakat lokal di lingkungan sekitar perusahaan.

Page 299: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

287

Kehadiran PT. CGI dengan kualitas sumber daya dan keahlian

yang dimilikinya untuk mengeksploitasi sumber daya alam di

lingkungan yang berdekatan dengan masyarakat masyarakat lokal,

dapat memunculkan kesadaran PT. CGI untuk melakukan kegiatan

bantuan kepada masyarakat lokal. Kesadaran tersebut tidak muncul

dengan tiba-tiba, tetapi kesadaran yang terbentuk dan melalui

perjalanan waktu, serta diperkuat melalui pengalaman-pengalaman

berinteraksi (praktik sosial) dengan masyarakat lokal (dan pemangku

kepentingan lainnya) sepanjang kehadiran mereka di tengah-tengah

masyarakat tersebut. Perjalanan waktu berpraktik sosial (berinteraksi)

antara PT. CGI dengan masyarakat lokal menunjukkan terjadinya

pengulangan (rutin) peristiwa (praktik sosial) melalui media struktur

tanggung jawab sosial perusahaan, sehingga para agen (masyarakat

lokal, PT. CGI dan agen lain) turut mempengaruhi dan bahkan

membentuk struktur tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri di

wilayah mereka.

Dimensi signifikansi tanggung jawab sosial perusahaan

berkenaan pemaknaan masyarakat lokal melalui modalitas skema

interpretatif dalam melakukan interaksi komunikasi dalam melakukan

praktik sosial. Sedangkan dimensi dominasi dengan modalitas

penguasaan sarana dan fasilitas yang ada dalam melakukan interaksi

berupa kekuasaan atau kekuatan (power) yang dimiliki masyarakat

dalam struktur tanggung sosial perusahaan. Sedangkan dimensi

legitimasi (keabsahan) berkenaan dengan modalitas norma dan sanksi

dalam struktur CSR tersebut.

Page 300: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

288

Demikian pula masyarakat lokal memiliki klasifikasi kesadaran

sendiri dalam memandang kehadiran PT. CGI di tengah-tengah mereka,

baik kesadaran praktis maupun ‘motif tidak sadar’. Dengan

kesadarannya sendiri, masyarakat lokal memandang keberadaan

struktur tanggung jawab sosial perusahaan yaitu sebagai, sumber daya

dan aturan; masyarakat lokal membangun dan mengembangkan

praktik-praktik sosial dengan agen-agen lainnya, khususnya perusahaan

sebagai agen penting dari struktur tersebut. Masyarakat melakukan

praktik-praktik sosial melalui kesadaran akan dimensi struktur yang

terdiri dari signifikansi, dominasi dan legitimasi.

Relasi yang terjadi diantara para agen, khususnya masyarakat

lokal dengan perusahaan melalui media struktur yaitu kegiatan atau

program tanggung jawab sosial perusahaan, merupakan hubungan yang

fluktuatif. Terkadang relasinya harmonis dan terkadang pula memanas,

seiring juga dengan perjalanan waktu sejak kehadiran perusahaan di

tengah – tengah masyarakat lokal, dan pengalaman praktik-praktik

pertemuan para agen tersebut (Giddens, 2010). Sepanjang waktu

tersebut terdapat penyesuaian-penyesuaian yang perlu dilakukan dalam

struktur tanggung jawab sosial PT. CGI oleh para agen.

Demikian pula pada akhirnya perkembangan struktur tanggung

jawab sosial (kebijakan nasional dan aturan lainnya) memberikan

kemungkinan bagi para agen (khususnya masyarakat lokal dan

perusahaan) untuk melakukan praktik-praktik sosial dalam relasi

masyarakat lokal dan perusahaan. Inilah dualitas struktur tanggung

jawab sosial perusahaan yang terjadi di antara masyarakat lokal dengan

PT. CGI di desa Karyamekar kecamatan Pasirwangi. Dimana para agen

Page 301: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

289

(masyarakat lokal dan PT. CGI) mempengaruhi tanggung jawab sosial

perusahaan melalui praktik sosial yang berulang, juga struktur

(tanggung jawa sosial perusahaan) mempengaruhi tindakan-tindakan

para agen dalam melakukan relasi diantara mereka.

Prayogo (2011) menunjukkan bahwa pelaksanaan CSR yang

tidak tepat dapat menuai permasalahan yang lebih mendalam, dengan

kata lain memecahkan masalah dengan masalah baru. Kecenderungan

perusahaan melaksanakan CSR adalah melalui pemberian derma

berupa sumbangan, padahal hal tersebut berada pada tingkatan terendah

pada kedermawanan. Hendaknya perusahaan melakukan CSR dengan

itikad untuk ”growing bigger together” antara perusahaan dengan

masyarakat setempat. Artinya perusahaan seiring dengan

perkembangannya melakukan pengembangan terhadap masyarakat agar

memiliki kualitas kehidupan yang lebih baik, sehingga perusahaan dan

masyarakat dapat berkembang secara bersama-sama.

Sebagaimana ditunjukkan oleh Gidden (2010: 134) yang

melihat bagaimana praktik sosial itu dilakukan terus-menerus

diperkokoh dan direproduksi menurut informasi baru, yang pada

gilirannya mengubah praktik sosial tersebut secara konstitutif. Lebih

lanjut Giddens menegaskan bahwa, melalui praktik sosial yang

dilakukan berulang-ulang atau terus-menerus itulah, struktur

diciptakan, dan begitu sebaliknya, struktur menjadi medium yang

memungkinkan praktik sosial. Perkembangan pengetahuan dan

pemahaman para agen (masyarakat, perusahaan dan pemerintah) akan

struktur (CSR), menentukan perubahan struktur yang memberdayakan

para agen. Seiring dengan pernyataan Giddens, bahwa praktik-praktik

Page 302: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

290

sosial yang dilakukan terus-menerus oleh agen yang memiliki

pemahaman yang sama, yang melintasi batas ruang dan waktu; maka

akan terjadi reproduksi struktur. Sebaliknya struktur sebagai hasil

(outcome) juga akan menjadi media (media) bagi para agen

(masyarakat, perusahaan, dan pemerintah) untuk melakukan praktik-

praktis CSR berikutnya yang memberdayakan dan memfasilitasi agen.

Inilah relasi dualitas dari agen dan struktur, bukan dualisme yang saling

terpisah. Suatu hubungan antara agen dan struktur yang diibaratkan

sebagai dua sisi dari satu keping uang logam (Giddens, 1986:2). Suatu

relasi agen dan struktur yang saling jalin-menjalin tanpa terpisahkan

dalam paktik sosial manusia.

Sebagai agen, masyarakat lokal memahami bahwa terdapat

upaya membangun relasi dari agen perusahaan kepada masyarakat

sekitar melalui berbagai bantuan, baik fisik maupun non fisik. Namun

demikian terdapat kesadaran dalam masyarakat lokal bahwa jika usulan

kegiatan atau bantuan sulit atau diterima, maka usulan kegiatan tersebut

akan diterima kalau mereka melakukan aksi atau demo kepada

perusahaan. Kesadaran tersebut muncul berdasarkan praktik-praktik

usulan program sebelumnya, yaitu usulan tersebut akan cair kalau

terlebih dahulu masyarakat melakukan demostrasi kepada perusahaan.

Struktur ketergantungan masyarakat terhadap perusahaan merupakan

hasil dari praktik-praktik CSR sebelumnya yang cenderung bersifat

bantuan sosial (social asistance) atau karitatif semata.

Dinamika relasi yang terjadi antara masyarakat lokal dengan

perusahaan, terkadang harmonis dan terkadang pula memanas, seiring

juga dengan perjalanan waktu sejak kehadiran perusahaan di tengah –

Page 303: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

291

tengah masyarakat lokal, dan pengalaman praktik-praktik pertemuan

para agen tersebut (Giddens, 2010). Dalam pertemuan antara agen di

sepanjang perjalanan waktu tersebut terdapat penyesuaian dan

peningkatan pemahaman masing-masing agen akan CSR. Pemahaman

agen (masyarakat) ditunjukkan dengan pola relasi konfrontatif di suatu

waktu tertentu dengan demo-demo atau aksi-aksi tuntutan masyarakat

lokal yang ditujukan kepada perusahaan. Perbedaan pemahaman para

agen dan ketidakjelasan struktur CSR tersebut telah mengakibatkan

masing-masing agen membangun dan mengembangkan praktik-praktik

sosial dengan cara-cara yang dipandang sesuai menurut para agen

sendiri.

Page 304: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

292

Page 305: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

293

BAB VII

KESIMPULAN DAN REKOMENASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, secara umum dapat dikemukakan

simpulan sebagai berikut, bahwa perusahaan dan masyarakat

membangun relasi melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan

dengan latar pemahaman yang berbeda-beda. Pemahaman berbeda dari

masing-masing agen, yaitu masyarakat lokal dan pihak perusahaan

akan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) tersebut menentukan

pola relasi sosial antara masyarakat dan perusahaan mengarah pada

disharmonis atau harmonis. Ketidakjelasan struktur dalam hal ini

kebijakan tanggung jawab sosial perusahaan, baik pusat maupun

daerah, turut menyumbang ketidakharmonisan relasi yang terbangun

antara perusahaan dengan masyarakat. Temuan-temuan tersebut

memperkuat teori struktur-agen Giddens, mengenai strukturasi dimana

agen (masyarakat, perusahaan dan pemerintah) diasumsikan memiliki

pengetahuan praktis mengenai struktur yaitu peraturan dan sumber

daya yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan sosial. Melalui

pengetahuan praktis tersebut agen merekonstruksi (reproduksi) kembali

struktur, sekaligus pula agen melakukan praktis sosial melalui media

struktur. Dengan demikian relasi agen-struktur merupakan relasi sosial

yang bersifat dinamis.

Page 306: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

294

Kemudian secara khusus dapat dikemukakan simpulan sebagai

berikut:

1. Pelaksanaan kegiatan tanggungjawab sosialnya oleh perusahaan

dilakukan dengan alasan utama dalam rangka pengamanan atas

operasional perusahaan. Bagi perusahaan berjalannya operasi

perusahaan di wilayah tersebut merupakan prioritas pokok,

sehingga dengan pemahamannya segala upaya akan dilakukan

melalui struktur CSR, untuk meredam setiap gejolak yang muncul

di masyarakat.

2. Terdapat pemahaman yang berbeda antar agen, yaitu masyarakat

dan perusahaan, serta perusahaan, mengenai struktur tanggung

jawab sosial perusahaan. Agen (masyarakat) memahami keberadaan

agen perusahaan asing yang telah mengeksploitasi sumber daya

alam ‘milik’ masyarakat, sehingga masyarakat memandang wajar

apabila perusahaan melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaannya bagi warga masyarakat lokal khususnya dan

masyarakat luas umumnya. Sementara agen-perusahaan memiliki

pemahaman bahwa mereka telah memenuhi semua aturan dan

ketentuan berlaku, termasuk pelaksanaan kegiatan tanggung jawab

sosial perusahaan (CSR). Perbedaan antar agen tersebut

menimbulkan relasi dinamis yang terjadi antara masyarakat dan

perusahaan. Sementara pemerintah daerah, sebagai agen yang

seharusnya bertanggung jawab dalam pembangunan masyarakat

dalam rangka mensejahterakan masyarakat tidak berjalan secara

optimal, turut menyumbang situasi relasi dinamis yang terjadi

antara perusahaan dan masyarakat.

Page 307: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

295

3. Pengetahuan dan pemahaman masing-masing agen (masyarakat dan

perusahaan) akan struktur (CSR) yang terus berkembang,

mempengaruhi rasionalisasi dan motivasi agen dalam melakukan

praktik sosial. Motivasi meliputi keinginan dan hasrat yang

mendorong para agen melakukan praktik sosial. Rasionalisasi yaitu

mengembangkan kebiasaan sehari-hari yang tidak hanya

memberikan rasa aman kepada agen, tetapi juga memungkinkan

para agen menghadapi praktik sosial mereka.

4. Ketidakjelasan struktur, yaitu aturan-aturan dan sumber daya

mengenai tanggung jawab sosial perusahaan turut menyumbang

dinamika relasi yang terjadi antara perusahaan dan masyarakat

lokal. Hal tersebut memperkuat teori struktur-agen Giddens,

mengenai struktur, bahwa sebagai aturan, struktur merupakan acuan

bagi agen untuk berpraktik sosial dalam rangka menjalankan

kehidupan sosialnya. Jika struktur CSR yang tidak jelas kemudian

dipahami secara berbeda oleh masing-masing agen (masyarakat,

perusahaan dan juga pemerintah), maka para agen pun akan

bertindak dengan cara yang berbeda pula menurut pemahamannya

masing-masing. Demikian pula pada akhirnya perkembangan

struktur tanggung jawab sosial (kebijakan nasional dan aturan

lainnya) memberikan kemungkinan bagi para agen (khususnya

masyarakat lokal dan perusahaan) untuk melakukan praktik-praktik

sosial dalam relasi masyarakat lokal dan perusahaan. Inilah dualitas

struktur tanggung jawab sosial perusahaan yang terjadi di antara

masyarakat lokal dengan perusahaan di suatu wilayah.

Page 308: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

296

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh temuan penelitian bahwa

relasi antara perusahaan dan masyarakat lokal melalui kegiatan

tanggung jawab sosial perusahaan dipengaruhi oleh kesadaran masing-

masing agen akan struktur CSR tersebut. Perbedaan pemahaman dari

masing-masing agen akan struktur CSR dan ketidakjelasan struktur

CSR bagi setiap agen menimbulkan dinamika relasi yang tidak

harmonis antara perusahaan dengan masyarakat lokal. Berdasarkan hal

tersebut dapat dikemukakan saran pengembangan keilmuan (akademik)

dan guna laksana (praktis) sebagai berikut:.

1. Rekomendasi Akademik

1) Kajian-kajian tentang hubungan struktur-agen dalam teori

strukturasi Giddens dapat dilakukan dalam praktik-praktik

kehidupan sosial lainnya, untuk memperkuat, mengkritisi dan

memperdalam kajian sosiologi dalam konteks Indonesia khususnya.

2) Perlu kajian mengenai bagaimana relasi agen-struktur dapat

menciptakan pola-pola praktik-praktik sosial (CSR) yang positif

seiring dengan perkembangan kesadaran (pengetahuan dan

pemahaman) para agen (perusahaan, masyarakat, dan pemerintah)

sehingga terbentuk struktur positif yang memberdayakan dan

memandirikan masyarakat lokal.

3) Penelitian tentang pola kerjasama antara pemerintah (desa,

kecamatan dan kebupaten), perusahaan, dan masyarakat dalam

kaitan dengan tata kelola yang baik (good governance) dalam

program CSR yang ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat

Page 309: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

297

yang tinggal di sekitar lokasi operasi perusahaan eksploratif.

Termasuk kajian tentang bagaimana membentuk struktur berupa

kebijakan daerah yang sesuai dengan relasi antar agen masyarakat,

perusahaan, dan pemerintah, serta stakeholder lainnya.

4) Perlu kajian mengenai pengetahuan dan kearifan lokal (local

wisdom) sebagai upaya peningkatan pemahaman bagi agen

perusahaan dan pemerintah pada masyarakat lokal di sekitar

wilayah operasi pertambangan, agar diperoleh program CSR dan

pengembangan masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai sosio-

kultural masyarakat lokal.

5) Kajian mengenai struktur perlu terus dilakukan, yaitu terhadap

kebijakan baik berupa undang-undang atau pun peraturan

pemerintah lainnya yang sesuai dan seiring dengan pemahaman

para agen yang terlibat dalam penerapan CSR (struktur) di suatu

wilayah tertentu.

2. Rekomendasi Praktis

1) Peningkatan pengetahuan para agen (masyarakat, pemerintah

daerah dan perusahaan) atas struktur (CSR) agar diperoleh

pemahaman yang sama diantara berbagai agen yang terlibat dan

berkait dengan kegiatan CSR tersebut. Sehingga dengan

pemahaman yang sama dari setiap agen tentang struktur CSR,

diharapkan akan membangun tata kelola (good governance) relasi

yang harmonis dan sinergis antara perusahaan, masyarakat dan

pemerintah. Dengan strategi sebagai berikut:

Page 310: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

298

(1) Membangun komunikasi yang jujur dan terbuka, baik secara

formal maupun informal secara berkala dan terus-menerus

diantara para agen mengenai struktur CSR. Agar tercipta

suatu pemahaman dan pengertian yang sama tentang

tanggung jawab sosial perusahaan dari semua pihak.

(2) Pelibatan masyarakat tersebut dapat dilakukan dalam setiap

proses atau tahap pengembangan masyarakat, agar

menumbuhkan kesadaran kepemilikan pemeliharaan akan

produk pembangunan, sebagai bagian dari peningkatan

pengetahuan dan pemahaman masing-masing agen. Serta

menumbuhkan keberdayaan masyarakat dalam setiap proses

pengembangan masyarakat, yaitu mulai dari mengkaji

potensi-potensi dan masalah-masalah yang terdapat di

masyarakat secara bersama-sama, saat pelaksanaan kegiatan

CSR, serta monitoring dan evaluasi bersama. Demikian pula

masyarakat diberi peluang untuk mengetahui keberadaan

perusahaan di sekitar mereka agar tercipta pemahaman

bersama antara masyarakat dengan perusahaan, serta

pemerintah. .

2) Mengkaji dan memperbaiki struktur kebijakan mengenai CSR yang

sudah ada, secara bersama-sama baik perusahaan-masyarakat-

pemerintah daerah, yang mungkin belum sesuai penerapannya di

setiap daerah, sehingga memungkinkan membangun struktur CSR

yang sesuai dengan kondisi di masing-masing wilayah. Jika

dimungkinkan membuat peraturan daerah (perda) tentang CSR

yang tidak bertentangan kebijakan nasional sebelumnya, di masing-

masing daerah. Kemudian mensosialisasikan dan menerapkan

Page 311: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

299

peraturan daerah (perda) tersebut secara konsisten oleh masing-

masing agen , yaitu masyarakat, pemerintah daerah dan perusahaan,

serta agen-agen (stakeholder) lainnya terkait dengan kepentingan

CSR.

3) Kembangkan praktik-praktik sosial (kegiatan CSR) yang baik dan

terus-menerus (rutin) sehingga terbiasa dan terstruktur yaitu melalui

kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dari setiap agen-agen

(stakeholder). Sebab praktik sosial atau praktik tanggung jawab

sosial yang baik, adalah yang memberdayakan, partisipatif,

kebersamaan, gotong royong; sehingga akan menciptakan struktur

relasi yang baik antara agen-agen (masyarakat lokal, pemerintah,

perusahaan) di saat ini dan hingga terus ke masa yang datang.

4) Semangat philanthropy perusahaan untuk membantu masyarakat

melalui program CSR harus tetap tumbuh dan dipelihara, seiring

dengan peningkatan pemahaman yang sama dari masing-masing

agen tentang CSR. Namun keinginan untuk membantu masyarakat

tersebut harus dilakukan dengan cara-cara yang benar (Giddens:

praktik-praktik sosial), cara-cara yang memberdayakan dan cara-

cara yang membuat masyarakat menjadi mandiri. Bukan sebaliknya

menimbulkan ketergantungan masyarakat terhadap bantuan CSR.

Sehingga diperlukan kesabaran, kesungguhan dan keikhlasan dalam

melaksanakan program CSR. Sebab, penting untuk dicamkan oleh

semua pihak bahwa tanggung jawab sosial perusahaan bukan

sekedar besarnya dana bantuan yang digelontorkan kepada

masyarakat.

Page 312: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

300

Page 313: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

301

SUMBER PUSTAKA

Buku:

Astrid.S. 1984. Sosiologi Pembangunan. Bandung, Bina Cipta.

_______ 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung :

Bina Cipta.

Alford, H. & Naughton, M. 2002. Beyond the Shareholder Model of the

Firm: Working toward the Common Good of a Business, in

S.A. Cortright and M. Naughton (Eds) Rethinking the

purpose of Business. Interdisciplinary Essays from the

Catholic Social Tradition. Notre Dame: Notre Dame

University Press.

Alwasilah, A.C. 2002. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang

dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dunia

Pustaka Jaya.

Belal, 2008. Corporate Social Responsibility Reporting in Developing

Countries, The Case of Bangladesh. Burlington USA:

Ashgate Publishing Company.

Bernstein, A. 1989. Social Theory as a critique, dalam David Held &

John Battenson (eds) Social Theory of Modern Societies:

Anthony Giddens and his critiques. New York: Cambridge

University Press.

Bourdieu, 2010. From the model of reality to the reality of the model,

in P. J. Martin and A. Dennis (eds.), Human Agents and

Social Structures, Manchester: Manchester University

Press.

Bonnafous-Boucher & Pesqueux. 2005. Stakeholder Theory, A

European Perspective. New York: Palgrave Macmillan.

Budi, UH. 2009. Corporate Social Responsibility. Sinar Grafika:

Jakarta.

Page 314: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

302

Budimanta A., Prasetijo A., & Rudito B., 2005. Corporate Social

Responsibility, Jawaban bagi Model Pembangunan

Indonesia Masa Kini. Indonesia Center for Sustainable

Development (ICSD).

Bungin, B. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

-------------. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Cohen, Ira. J. 2008. Teori Strukturasi dan Praksis Sosial, dalam

Giddens, A. dan Turner, J (penyunting). Social Teory

Today, Panduan Sistematis dan tren Terdepan Teori Sosial.

Terjemahan Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Creswell, J.W. 2002. Desain Penelitian: Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif. Terjemahan Nur Khabibah. Jakarta: KIK Press.

Crowther, D. 2008. Corporate Social Responsibility. United Kingdom:

Ventus Publishing ApS.

Donaldson, T. & Dunfee, T.W. 1999. Ties that Bind: A Social

Contracts Approach to Business Ethics. Boston: Harvard

Business School Press.

Emil S. 1987. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Mutiara.

Frynas, JG. 2009. Beyond Corporate Social Responsibility, Oil

Multinationals and Social Challenges. Cambridge:

Cambridge University Press.

Gerungan. 1988. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Eresco.

Giddens,A. 1986. Kapitalisme dan teori sosial modern: Suatu analisis

karya tulis Marx, Durkheim dan Max Weber. Terjemahan

Soeheba Kramadibrata. Jakarta: UI Press.

---------------. 1990. Modernity and Self-Identity. Cambridge: Polity

Press.

---------------. 1999. Jalan Ketiga: Pembaruan Demokrasi Sosial.

Terjemahan Ketut Arya Mahardika. Jakarta: PT. Gramedia.

Page 315: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

303

---------------. 2009. Melampaui Ekstrim Kiri dan Kanan, Masa Depan

Politik Radikal. Terjemahan Dariyatmo. Yogayakarta:

Pustaka Pelajar

---------------. 2009. Problematika Utama dalam Teori Sosial: Aksi,

struktur, dan kontradiksi dalam analisis sosial.

Terjemahan Dariyatmo. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---------------. 2010. Metode Sosiologi: Kaidah-Kaidah Baru.

Terjemahan Eka Adinugraha & Wahmuji. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

---------------. 2010. Teori Strukturasi: Dasar-dasar Pembentukan

Struktur Sosial Masyarakat. Terjemahan Maufur &

Daryatno. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---------------, 2011. Konsekuensi-Konsekuensi Modernitas. Terjemahan

Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Gidden, Bell & Forse. 2004. Sosiologi, Sejarah dan Berbagai

Pemikirannya. Terjemahan Ninik Rochani Syam.

Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Graha Ilmu:

Yogyakarta.

Haralambos, M., Heald, R.M. & Holborn, M. 2004. Sociology Themes

and Perspectives 6th

ed. London: Collins Educational.

Hawkins, 2006. Corporate Social Responsibility, Balancing

Tomorrow’s Sustainability and Today’s Profitability. New

York: Palgrave Macmillan.

Henderson, D. 2001.Misguided Virtue, False Notion of Corporate

Sosial Responsibility. London: The Institute of Economic

Affairs.

Hond, De Bakker & Neergaard, 2007. Managing Corporate Social

Responsibility in Action, Talking, Doing and Measuring.

Hampshire: Ashgate Publishing Limited.

Page 316: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

304

Hopkins, 2007. Corporate Social Responsibility and International

Development, Is Bussiness the Solution?. London &

Sterling: Earthscan.

Ibrahim, R. 2005. Bukan Sekedar Berbisnis: Keterlibatan Perusahaan

dalam Pemberdayaan Masyarakat. Depok: PIRAMEDIA.

Idowu & Filho (eds). 2009. Global Practices of Corporate Social

Reponsibility. Hamburg: Springer.

__________. 2009. Professionals’ Perspectives of Corporate Social Responsibility. Heidelberg Berlin: Springer.

Ife, J. 2002. Community Development Community-based Alternatives in

an Age of Globalisation. Australia: Pearson Education

Jenkins, R. 2010. Membaca Pikiran Pierre Bourdieu. Terjemahan

Nurhadi. Bantul: Kreasi Wacana.

Jhon.S.N. 1984. Aspek-Aspek Psikologi yang Berpengaruh Dalam

Pengembangan Pabrik PT. Pupuk Kujang Cikampek Jawa

Barat. Bandung, Fakultas Psikologi Universitas

Padjadjaran.

Jonker & de Witte, 2006. Management Models for Corporate Social

Responsibility. Heidelberg, Germany: Springer.

Karspersen, L.B. 2000. Anthony Giddens: An Introduction to a Social

Theorist. USA: Wiley & Sons.

Khadijah, U.L.S. 2011. Komunikasi Pembangunan (Sebuah Studi

Relasi Sosial pada Masyarakat dan Industri). Bandung:

Unpad Press.

Koentjaraningrat. 1990. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta:

Dian Rakyat.

----------------------. 1979. Metode-Metode Penelitian Masyarakat.

Jakarta: PT. Gramedia.

Page 317: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

305

Leimona & Fauzi. 2008. CSR dan Pelestarian Lingkungan, Mengelola

Dampak: Positif dan Negatif. Yayasan Business Links:

Jakarta.

Mar’at dkk. 1991. Sikap Masyarakat terhadap Pabrik Pupuk Kujang

Cikampek Jawa Barat. Bandung, Fakultas Psikologi

Universitas Padjadjaran.

Masri S.& Sofian E. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta, LP3S.

Maurrasse & Jones, 2004. A Future for Everyone, Innovative Social

Responsibility and Community Partnerships. New York &

London: Routledge.

May, C. & Roper, 2007. The Debate Over Corporate Social

Responsibility. New York: Oxford University Press

Mele, D. 2002. Not only Stakeholder Interest. The Firm Oriented

toward the Common Good. Notre Dame: University of

Notre Dame Press.

Moleong, L.J. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Mubyarto. 1984. Strategi Pembangunan Desa. Yogyakarta: P3PK,

Universitas Gadjah Mada.

Parker, Brown, Child and Smith. 1990. Sosiologi Industri

(Terjemahan). Jakarta: Rineka Cipta.

Parsons, T, 1991. The Social System. London: Routledge.

Patton, M.Q. 1991. How to use Qualitative Methods in Evaluation.

Terjemahan Budi Puspo Priyadi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Poerwanto. 2010, Corporate Soscial Responsibility, Menjinakan

Gejolak Sosial di Era Pornografi. Pustaka Pelajar:

Yogyakarta.

Page 318: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

306

Prayogo, D. 2011. Socially Responsible Corporation: Peta Masalah,

Tanggung Jawab Sosial dan Pembangunan Komunitas

pada Industri Tambang dan Migas. Jakarta: UI Press.

--------------. 2008. Konflik antara Korporasi dengan Komunitas Lokal:

Sebuah Kasus Empirik pada Industri Geotermal di Jawa

Barat. Jakarta: UI Press.

Priyono, B.H. 2003. Anthony Giddens: Suatu pengantar. Jakarta: PT.

Gramedia.

Preston, L.E. & Post, J.E. 1975. Private Management and Public

Policy. The Principle of Public Responsibility. New Jersey:

Prentice Hall.

Radyati, M.R. & Nindita. 2008. CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi

Lokal. Yayasan Indonesia Business Links: Jakarta.

Raillon, F. 1990. Indonesia Tahun 2000 Tantangan Teknologi dan

Industri. Jakarta, CV. Haji Masagung.

Ritzer G. & Goodman, D.J., 2007. Teori Sosiologi Modern.

Terjemahan Alimandan. Jakarta: Kencana.

Ritzer G., 2008. Teori Sosial Postmodern. Terjemahan Noor Alif

Maulana. Yogyakarta: Kreasi Kencana.

Rudito, B., Budimanta, A. & Prasetijo. A. 2004. Corporate Social

Responsibility: Jawaban Bagi Model Pembangunan

Indonesia Masa Kini. Jakarta: Indonesia Center for

Sustainable Development.

Rudito, B. & Famiola, M. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan di Indonesia.Bandung: Rekayasa Sains.

Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Jakarta: Graha Ilmu.

Schneider, 1986. Sosiologi Industri (Terjemahan). Aksara Persada.

Page 319: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

307

Soekanto, H. T. 1983. Beberapa Aspek Sosio-Yuridis Masyarakat.

Bandung: Alumni.

Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta, Rajawali Pers.

Soemardjan, S. 1986. Perubahan Sosial di Yogyakarta. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

Suharto, E. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri,

MemperkuatTanggungjawab Sosial Perusahaan

(Corporate Social Responsibility). PT. Refika Aditama:

Bandung.

------------, 2010. CSR dan Comdev: Investasi Kreatif Perusahaan di

Era Globalisasi. Alfabeta: Bandung.

Susanto, AB. 2009. Reputation-Driven Corporate Social

Responsibility, Pendekatan Strategic Management dalam

CSR. Esensi- Erlangga

Tjagger, I Nyoman. 2003. Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas

Bisnis Indonesia. Jakarta: Prenhallindo.

Tjokroamidjojo, Bintoro, 2000, Good Governance: Paradigma Baru

Manajemen Pembangunan, Jakarta: UI Press

Werna, K & Murphy, 2009. Corporate Social Responsibility and

Urban Development, Lessons from The South. Palgrave

Macmillan: New York.

World Business Council for Sustainable Development. 2000.

Corporate Social Responsibility: Making Good Business

Sense. Geneve: World Business Council for Sustainable

Development.

Tesis, Disertasi dan Laporan Penelitian:

Alfitri. 2010. Program Community Development perusahaan Migas

dalam Penguatan Modal Sosial (Studi di Lima Desa pada

Dua Kabupaten di Sumatera Selatan. Bandung:

Pascasarjana Unpad.

Page 320: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

308

Alfitri, Yenrizal & Imron Hakim. 2004. Program Stakeholder

Engagement Initiation di Desa-desa sekitar wilayah

Operasi Conoco Phillips Indonesia Inc.Ltd. di Kabupaten

Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Indralaya:

FISIP Universitas Sriwijaya.

Azwar, 2003. Implikasi Perubahan Struktur Pemilikan Tanah dalam

Relasi Sosial Komunitas Lokal di Wilayah Pinggiran Kota

Padang, Studi Kasus di Kecamatan Koto Tangah.

Universitas Padjadjaran, Tidak dipublikasikan.

Chariri, A. & Nugroho, FA., 2009. Retorika Dalam Pelaporan

Corporate Social Responsibility: Analisis Semiotik atas

Sustainability Reporting PT. Aneka Tambang Tbk. FE

Undip

Nanlohy, M.M. 2005. Program Community Development

Pertambangan Emas dalam meningkatkan kemandirian

Masyarakat Desa Lurang, Pulau Wetar, Kabupaten

Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Bandung:

Pascasarjana Unpad.

Ngadisah. 2002. Gerakan Sosial di Kabupaten Mimika, Studi Kasus

tentang Konflik Pembangunan Proyek Pertambangan

Freeport. Depok: FISIP UI.

Suharto, Ign. 2010. Pengaruh Program Pengembangan Masyarakat

terhadap Kemampuan Masyarakat Meningkatkan

Kesejahteraannya di Desa Padaawas, Kecamatan

Pasirwangi, Kabupaten Garut (Studi Program

Pengembangan Masyarakat di Kawasan Pembangkit

Listrik tenaga Panas Bumi PT. Chevron).FISIP Unpad.

Tahyudin. 2001. Pemberdayaan Masyarakat di Provinsi Sumatera

Selatan dan Provinsi Bangka Belitung. Indralaya:

Lembaga Penelitian Unsri.

Wahyudi, I. & Muzni, A.I. 2005. Implementasi CSR oleh Perusahaan

Migas di Kabupaten Gresik. Yogyakarta: UGM.

Page 321: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

309

Yuniasih, NW. & Wirakusuma, M.G. (Tanpa Tahun). Pengaruh

Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good

Governance sebagai variabel Pemoderasi. Jurusan

Akuntansi FE, Universitas Udayana

Jurnal dan Karya Ilmiah:

Ackerman, R.W. 1973. How Companies Respond to Social Demands.

Harvard University Review 51(4), hal. 88-98.

Alt, J.E. & Lassen, D.D. 2006a. Fiscal transparency, political parties,

and debt in OECD countries. European Economic Review

50(6), hal. 1403-1439.

Alt, J.E. & Lassen, D.D. 2006b. Transparency, political polarization,

and political budget cycles in OECD countries. American

Journal of Political Science 50(3), hal. 530-550.

Barney J. 1991. Firm Resource and Sustained Competitive Advantage.

Journal of Management 17, hal. 99-120.

Blowfield, M. & Frynas, JG. 2005. Editorial: setting new agendas –

critical perspectives on corporate social responsibility in

the developing world. International Affairs 81 (3): hal.

499-513.

Cassel, D. 2001. Human Rights Business Responsibilities in the Global

Marketplace. Business Ethics Quarterly 11(2), hal. 261-

274.

Cetindamar, D. Husoy, K. 2007. Corporate Social Responsibility

Practices and Environmentally Responsible Behavior: The

Case of The United Nations Global Compact. Journal of

Business Ethics 76: 163-176.

Christensen, C., Craig, T. & Hart. S. 2001. The Great Disruption.

Foreign Affairs 80(2), hal. 80-96.

Page 322: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

310

Christensen, CM. & Overdorf, M. 2000. Meeting the Challenge of

Disruptive Change. Harvard Business Review 78(2), hal.

66-75.

Cooper, S. & Wagman, G. 2009. Corporate Social Responsibility: A

Study of Progression to the Next Level. Journal of Business

& Economics Research—May, Volume: 7, Number 5.

Davis, K. 1960. Can Business Afford to Ignore Corporate Social

Responsibilities? California Management Review 2, hal.

70-76.

--------------. 1967. Understanding the Social Responsibility Puzzle.

Business Horizons 10(4), hal. 45-51.

DeTienne, K.B & Lewis, LW. 2005. The Pragmatic and Ethical

Barriers to Corporate Social Responsibility Disclosure:

The Nike Case. Journal of Business Ethics 60: 359-376.

Donaldson, T. & Dunfee, T.W. 1994. Towards a Unified Conception of

Business Ethics: Integrative Social Contracts Theory.

Academy of Management Review 19, hal. 252-284.

Donaldson, T. & Preston, L.E. 1995. The Stakeholder theory of the

Corporation: Concepts, Evidence and Implications.

Academy of Management Review 20(1), hal. 65-91.

Ebner, D. & Baumgartner, R. 2006. The Relationship Between

Sustainable Development and Corporate Social

Responsibility. Corporate Responsibility Research

Conference 2006, 4th

– 5th

September, Dublin.

Eweje, G. 2007. Multinational oil companies CSR inisitaives in

Nigeria, The Scepticism of Stakeholders in Host

communities. Managerial Law 49:218-235

Fredericsen, C.S. 2010. The Relation Between Policies Concerning

Corporate Social Responsibility (CSR) and Philosophical

Moral Theories – An Empirical Investigation. Journal of

Business Ethics 93: 357-371.

Page 323: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

311

Garriga, E & Mele, D. 2004. Corporate Responsibility Theories:

Mapping the Territory. Journal of Business Ethic 53: 51-

71

Gelos, G. & Wei, Shang-Jin. 2005. Transparency and international

portfolio holdings. Journal of Finance 60(6), hal. 2987-

3020.

Han, Lee, & Khang. 2008. Influential Factors of The Social

Responsibility of Newspaper Corporations in South Korea.

Journal of Business Ethics 82: 667-680.

Hanke, T. & Stark, W. 2009. Strategy Development: Conceptual

Framework on Corporate Social Responsibility. Journal of

Business Ethics 85: 507-516.

Harmoni, A. 2009. Interaktivitas Isu CSR pada Laman Resmi

Perusahaan, Studi pada PT. Indocement Tunggal

Prakarsa. Disampaikan dalam Seminar Nasional Aplikasi

Teknologi Informasi (SNATI 2009), Yogyakarta

Hartman, Rubin, & Dhanda. 2007. The Communication of Corporate

Social Responsibility: United States and European Union

Multinational Corporations. Journal of Business Ethics

74:373-389.

Heracleous dan Hendry, 2000. “Discourse and the study of

organization: toward a structurational perspective” Human Relation 2000:53;1251. Sage Publication)

Idemudia, U. 2009. Oil Extraction and Poverty Reduction in the Niger

Delta: A Critical Examination of Partnership Inisiatives.

Journal of Business Ethic; 90:91-116

Imbun, B.Y. 2007. Cannot Manage without The ‘Significant Other’: Mining, Corporate Social Responsibility and Local

Communities in Papua New Guinea. Journal of Business

Ethic 73:177-192

Kampf, C. 2007. Corporate Social Responsibility WalMart, Maersk

and the Cultural Bounds of Representation in Corporate

Page 324: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

312

Web Sites. Corporate Communications: An International

Journal 12: 41-57.

Kaptein, M. & Van Tulder, R. 2003. Toward Effective Stakeholder

Dialogues. Business and Society Review 108 (summer),

hal. 203-225.

Kirchberg, V. 2007. Cultural Sociology, vol. I (I): 115-135, Sage

Publication

Lockett, A., Moon, J. & Wisser, W. 2006. Corporate social

responsibility in management research: focus, nature,

salience and sources of influence. Journal of Management

Studies 43(1), hal. 115-136.

Maak, T. 2008. Undivided Corporate Responsibility: Towards a Theory

of Corporate Integrity. Journal of Business Ethics 82: 353-

368.

Matten, D., Crane, A. & Chapple, W. 2003. Behind deMask: Revealing

the True Face of Corporate Citizenship. Journal of

Business Ethics 45(1-2), hal. 109-120.

Murray, K.B. & Montanari, J.R. 1986. Strategic Management of the

Socially Responsible Firm: Integrating Management and

Marketing Theory. Academy of Management Review 11

(4), hal. 815-828.

Porter, M.E. & Kramer, M.R. 2002. The Competitive Advantage of

Corporate Philanthropy. Harvard Business Review 80(12),

hal. 56-69.

Prayogo, D. 2010. Anatomi Konflik Antara Korporasi dan Komunitas

Lokal: Studi Kasus pada Industri Geothermal di Jawa

Barat. Makara, Sosiohumaniora Vol.14, No.1.:25-34.

--------------, 2008. Corporate Social Responsibility, Social Justice dan

Distributive Welfare dalam Industri Tambang dan Migas

di Indonesia. Jurnal Galang Vol.3.No.3: 57:74.

Preston, L.E. & Post, J.E. 1981. Private Management and Public

Policy. California Management Review 23(3), hal. 56-63.

Page 325: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

313

Priyono, B.H. 2000. Sebuah Terobosan Teoritis, Basis, No.1-2, Tahun

ke-49, Januari-Februari 2000, 16.

Sethi, S.P. 1975. Dimensions of Corporate Social Performance: An

Analytical Framework. California Management Review

17(3), 58-65.

Smith, T.W. 1999. Aristotle on the Condition for and Limits of the

Common Good. American Political Science Review 93(3),

hal. 625-637.

Sukarmi. 2008. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social

Responsibility) dan Iklim Penanaman Modal di Indonesia.

Jurnal Legislasi Indonesia, vol. 5(2). Hal. 9-20

Wartick, S.L. & Rude, R.E. 1986. Issues Management: Corporate Fad

or Corporate Function? California Management Review

29(1), hal. 124-132.

Wernefelt, B. 1984. A Resource Based View of the Firm. Strategic

Management Review 5, hal. 171-180.

Wheeler, D., Colbert, B., & Freeman, R.E. 2003. Focusing on Value:

Reconciling Corporate Social Responsibility,

Sustainability and a Stakeholder Approach in a Network

World. Journal of General Management 28(3), hal 1-29.

Windsor, D. 2001. The Future of Corporate Social Responsibility.

International Journal of Organizational Analysis 9 (3), hal.

225-256.

Wood, D.J. & Lodgson, J.M. 2002. Business Citizenship: From

Individuals to Organizations. Business Ethics Quarterly,

Ruffin Series, No. 3, hal. 59-94.

Wood, D.J. 1991. Corporate Social Performance Revisited. Academy

of Management Review 16(4), hal. 691-718.

Page 326: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

314

Varadarajan, P.R., & Menon, A. 1988. Cause-Related Marketing: A

Coalignment of Marketing Strategy and Corporate

Philanthropy. Journal of Marketing 52(3), hal 58.

Sumber lain:

Profil Desa Karya Mekar, Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut

2012

Profil Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut 2012

Profil Kecamatan Samarang Kabupaten Garut 2012

Sumber Elektronik:

www.csrindonesia/pubtulis

Page 327: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 47 TAHUN 2012

TENTANG

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERSEROAN TERBATAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 74 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERSEROAN TERBATAS.

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta peraturan pelaksanaannya.

2. Rapat . . .

Page 328: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 2 -

2. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan/atau anggaran dasar.

3. Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

4. Dewan Komisaris adalah organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.

Pasal 2

Setiap Perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Pasal 3

(1) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 menjadi kewajiban bagi Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam berdasarkan Undang-Undang.

(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan baik di dalam maupun di luar lingkungan Perseroan.

Pasal 4

(1) Tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan Perseroan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS sesuai dengan anggaran dasar Perseroan, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan.

(2) Rencana kerja tahunan Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Pasal 5 . . .

Page 329: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 3 -

Pasal 5

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, dalam menyusun dan menetapkan rencana kegiatan dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) harus memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(2) Realisasi anggaran untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilaksanakan oleh Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperhitungkan sebagai biaya Perseroan.

Pasal 6

Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan tahunan Perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS.

Pasal 7

Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 8

(1) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 tidak menghalangi Perseroan berperan serta melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

(2) Perseroan yang telah berperan serta melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan penghargaan oleh instansi yang berwenang.

Pasal 9

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar . . .

Page 330: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 4 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 April 2012

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 4 April 2012 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 89

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Asisten Deputi Perundang-undangan

Bidang Perekonomian,

Setio Sapto Nugroho

Page 331: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 47 TAHUN 2012

TENTANG

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERSEROAN TERBATAS

I. UMUM

Peraturan Pemerintah ini melaksanakan ketentuan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan yang bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi komunitas setempat dan masyarakat pada umumnya maupun Perseroan itu sendiri dalam rangka terjalinnya hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Dalam Peraturan Pemerintah ini, Perseroan yang kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kegiatan dalam memenuhi kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut harus dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang dilaksanakan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Pengaturan tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut dimaksudkan untuk:

1. meningkatkan kesadaran Perseroan terhadap pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan di Indonesia;

2. memenuhi perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan; dan

3. menguatkan pengaturan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan sesuai dengan bidang kegiatan usaha Perseoan yang bersangkutan.

Sehubungan . . .

Page 332: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 2 -

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai:

1. Tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam berdasarkan Undang-Undang.

2. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dilakukan di dalam ataupun di luar lingkungan Perseroan.

3. Tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan yang memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya.

4. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan disusun dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

5. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan wajib dimuat dalam laporan tahunan Perseroan untuk dipertanggungjawabkan kepada RUPS.

6. Penegasan pengaturan pengenaan sanksi Perseroan yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

7. Perseroan yang telah berperan dan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dapat diberikan penghargaan oleh instansi yang berwenang.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas.

Pasal 2 Ketentuan ini menegaskan bahwa pada dasarnya setiap Perseroan

sebagai wujud kegiatan manusia dalam bidang usaha, secara moral mempunyai komitmen untuk bertanggung jawab atas tetap terciptanya hubungan Perseroan yang serasi dan seimbang dengan lingkungan dan masyarakat setempat sesuai dengan nilai, norma, dan budaya masyarakat tersebut.

Pasal 3 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam” adalah Perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.

Yang . . .

Page 333: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 3 -

Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam termasuk pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Yang dimaksud dengan “berdasarkan Undang-Undang” adalah undang-undang beserta peraturan pelaksanaan undang-undang mengenai sumber daya alam atau yang berkaitan dengan sumber daya alam, serta etika menjalankan perusahaan, antara lain: peraturan perundang-undangan di bidang perindustrian, kehutanan, minyak dan gas bumi, badan usaha milik negara, usaha panas bumi, sumber daya air, pertambangan mineral dan batu bara, ketenagalistrikan, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, hak asasi manusia, ketenagakerjaan, serta perlindungan konsumen.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 4

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “kecuali ditentukan lain dalam peraturan

perundang-undangan” adalah peraturan perundang-undangan menentukan lain bahwa persetujuan atas rencana kerja diberikan oleh RUPS, maka anggaran dasar tidak dapat menentukan rencana kerja disetujui oleh Dewan Komisaris atau sebaliknya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 5

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “kepatutan dan kewajaran” adalah kebijakan Perseroan, yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan Perseroan, dan potensi risiko yang mengakibatkan

tanggung jawab sosial dan lingkungan yang harus ditanggung oleh Perseroan sesuai dengan kegiatan usahanya yang tidak mengurangi kewajiban sebagaimana yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan usaha Perseroan.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 6 . . .

Page 334: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 4 -

Pasal 6 Cukup jelas.

Pasal 7

Yang dimaksud dengan dengan “dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan” adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait.

Pasal 8

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “tidak menghalangi Perseroan berperan serta melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan” adalah Perseroan tetap dapat melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan selain yang telah menjadi kewajibannya.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan “penghargaan” misalnya fasilitas atau

bentuk penghargaan lainnya.

Pasal 9 Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5305

Page 335: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 25 TAHUN 2007

TENTANG

PENANAMAN MODAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilaksanakan pembangunan eknomi nasional yang berkelanjutan dengan berlandaskan demokrasi ekonomi untuk mencapai tujuan bernegara;

b. bahwa sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, kebijakan penanaman modal selayaknya selalu mendasari ekonomi kerakyatan yang melibatkan pengembangan bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi;

c. bahwa untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri;

Page 336: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

d. bahwa dalam menghadapi perubahan perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap memperhatikan kepentingan ekonomi nasional;

e. bahwa Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri perlu diganti karena tidak sesuai lagi dengan kebutuhan percepatan perkembangan perekonomian dan pembangunan hukum nasional, khususnya di bidang penanaman modal;

f. bahwa berdasarkan petimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c , huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Penanaman Modal.

Mengingat : Pasal 4 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 18 ayat (1),

ayat (2) dan ayat (5), Pasal 20, serta Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENANAMAN MODAL

Page 337: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :

1. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.

2. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.

3. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

4. Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing.

5. Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesa, negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.

6. Penanaman modal asing adalah perseorangan warga negara negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.

7. Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis.

Page 338: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

8. Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.

9. Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.

10. Pelayanan terpadu satu pintu adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

11. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

12. Pemerintah pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

13. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Pasal 2

Ketentuan dalam Undang-Undang ini berlaku bagi penanaman modal di semua sektor di wilayah negara Republik Indonesia.

Page 339: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

BAB II ASAS DAN TUJUAN

Pasal 3

(1) Penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas: a. kepastian hukum; b. keterbukaan; c. akuntabilitas; d. perlakukan yang sama dan tidak membedakan

asal negara; e. kebersamaan; f. efisiensi berkeadilan; g. berkelanjutan; h. berwawasan lingkungan; i. kemandirian; dan j. keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

nasional. (2) Tujuan penyelenggaraan penanaman modal, antara

lain untuk: a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; b. menciptakan lapangan kerja; c. meningkatkan pembangunan ekonomi

berkelanjutan; d. meningkatkan kemampuan daya saing dunia

usaha nasional; e. meningkatkan kapasitas dan kemampuan

teknologi nasional; f. mendorong pengembangan ekonomi

kerakyatan; g. mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan

ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan

h. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Page 340: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

BAB III KEBIJAKAN DASAR PENANAMAN MODAL

Pasal 4

(1) Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk: a. mendorong terciptanya iklim usaha nasional

yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional; dan

b. mempercepat peningkatan penanaman modal.

(2) Dalam menetapkan kebijakan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah: a. memberi perlakuan yang sama bagi penanam

modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional;

BAB V PERLAKUAN TERHADAP PENANAMAN MODAL

Pasal 6

(1) Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang berasal dari negara manapun yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi penanam modal dari suatu negara yang memperoleh hak istimewa berdasarkan perjanjian dengan Indonesia.

Pasal 7

(1) Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi atau pengambilalihan hak kepemilikan penanam modal, kecuali dengan undang-undang.

Page 341: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

(2) Dalam hal Pemerintah melakukan tindakan nasionalisasi atau pengambilalihan hak kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah akan memberikan kompensasi yang jumlahnya ditetapkan berdasarkan harga pasar.

(3) Jika diantara kedua belah pihak tidak tercapai kesepakatan tentang kompensasi atau ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penyelesaiannya dilakukan melalui arbitrase.

Pasal 8

(1) Penanam modal dapat mengalihkan aset yang dimilikinya kepada pihak yang diinginkan oleh penanam modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Aset yang tidak termasuk aset sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan aset yang ditetapkan oleh undang-undang sebagai aset yang dikuasai oleh negara.

(3) Penanam modal diberi hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing, antara lain terhadap : a. modal; b. keuntungan, bunga bank, deviden, dan

pendapatan lain; c. dana yang diperlukan untuk :

1. pembelian bahan baku dan penolong, barang setengah jadi, atau barang jadi; atau

2. penggantian barang modal dalam rangka melindungi kelangsungan hidup penanaman modal;

d. tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaan penanaman modal;

e. dana untuk pembayaran kembali pinjaman; f. royalti atau biaya yang harus dibayar; g. pendapatan dari perseorangan warga negara

asing yang bekerja dalam perusahaan penanaman modal;

h. hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal; i. kompensasi atas kerugian; j. kompensasi atas pengambilalihan;

Page 342: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

k. pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis, biaya yang harus dibayar untuk jasa teknik dan manajemen, pembayaran yang dilakukan di bawah kontrak proyek, dan pembayaran hak atas kekayaan intelektual; dan

l. hasil penjualan aset sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Hak untuk melakukan transfer dan repatriasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi : a. kewenangan Pemerintah untuk memberlakukan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang mewajibkan pelaporan pelaksanaan transfer dana;

b. hak Pemerintah untuk mendapatkan pajak dan/atau royalti dan/atau pendapatan Pemerintah lainnya dari penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. pelaksanaan hukum yang melindungi hak kreditor; dan

d. pelaksanaan hukum untuk menghindari kerugian negara.

Pasal 9

(1) Dalam hal adanya tanggung jawab hukum yang belum diselesaikan oleh penanam modal : a. penyidik atau Menteri Keuangan dapat meminta

bank atau lembaga lain untuk menunda hak melakukan transfer dan/atau repatriasi; dan

b. pengadilan berwenang menetapkan penundaan hak untuk melakukan transfer dan/atau repatriasi berdasarkan gugatan.

(2) Bank atau lembaga lain melaksanakan penetapan penundaan berdasarkan penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (10) huruf b hingga selesainya seluruh tanggung jawab penanam modal.

Page 343: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

BAB VI KETENAGAKERJAAN

Pasal 10

(1) Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja harus mengutamakan tenaga kerja warga negara Indonesia.

(2) Perusahaan penanaman modal berhak menggunakan tenaga ahli warga negara asing untuk jabatan dan keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia melalui pelatihan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Perusahaan penanaman modal yang mempekerjakan tenaga kerja asing diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 11

(1) Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan untuk diselesaikan secara musyawarah antara perusahaan penanaman modal dan tenaga kerja.

(2) Jika penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mencapai hasil, penyelesaiannya dilakukan melalui upaya mekanisme tripartit.

(3) Jika penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mencapai hasil, perusahaan penanaman modal dan tenaga kerja menyelesaikan perselihan hubungan industrial melalui pengadilan hubungan industrial.

Page 344: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

BAB VII BIDANG USAHA

Pasal 12

(1) Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.

(2) Bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal asing adalah : a. produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan

peralatan perang; dan b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan

tertutup berdasarkan undang-undang. (3) Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden

menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya.

(4) Kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan masing-masing akan diatur dengan Peraturan Presiden.

(5) Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk Pemerintah.

Page 345: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

BAB VIII PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL

BAGI USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH, DAN KOPERASI

Pasal 13

(1) Pemerintah wajib menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi serta bidang usaha yang terbuka untuk usaha besar dengan syarat harus bekerja sama dengan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.

(2) Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi melalui program kemitraan, peningkatan daya saing, pemberian dorongan inovasi dan perluasan pasar, serta penyebaran informasi yang seluas-luasnya.

BAB IX HAK, KEWAJIBAN, DAN TANGGUNG JAWAB

PENANAMAN MODAL

Pasal 14

Setiap penanaman modal berhak mendapat : a. kepastian hak, hukum, dan perlindungan; b. informasi yang terbuka mengenai bidang usaha

yang dijalankannya; c. hak pelayanan; dan d. berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 15

Setiap penanam modal berkewajiban : a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang

baik; b. melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan;

Page 346: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal.

d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan

e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 16

Setiap penanam modal bertanggung jawab : a. menjamin tersedianya modal yang berasal dari

sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;

d. menjaga kelestarian lingkungan hidup; e. menciptakan keselamatan, kesehatan,

kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 17

Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 347: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

BAB X FASILITAS PENANAMAN MODAL

Pasal 18

(1) Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal yang melakukan penanaman modal.

(2) Fasilitas penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada penanaman modal yang : a. melakukan peluasan usaha; atau b. melakukan penanaman modal baru.

(3) Penanaman modal yang mendapat fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah yang sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut ini :

a. menyerap banyak tenaga kerja; b. termasuk skala prioritas tinggi; c. termasuk pembangunan infrastruktur; d. melakukan alih teknologi; e. melakukan industri pionir; f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal,

daerah perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu;

g. menjaga kelestarian lingkungan hidup; h. melaksanakan kegiatan penelitian,

pengembangan, dan inovasi; i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah,

atau koperasi; atau j. industri yang menggunakan barang modal atau

mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri.

(4) Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dapat berupa :

a. pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan netto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu;

b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri;

Page 348: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

c. pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu;

d. pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu;

e. penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan

f. keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.

(5) Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam jumlah dan waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman modal baru yang merupakan industri pionir, yaitu industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional.

(6) Bagi penanaman modal yang sedang berlangsung yang melakukan penggantian mesin atau barang modal lainnya, dapat diberikan fasilitas berupa keringanan atau pembebasan bea masuk.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian fasilitas fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sampai dengan ayat (6) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 19

Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) dan ayat (5) diberikan berdasarkan kebijakan industri nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Pasal 20

Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 tidak berlaku bagi penanaman modal asing yang tidak berbentuk perseroan terbatas.

Page 349: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

Pasal 21

Selain fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Pemerintah memberikan kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan penanaman modal untuk memperoleh :

a. hak atas tanah; b. fasilitas pelayanan keimigrasian; dan c. fasilitas perizinan impor.

Pasal 22

(1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas

tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus dan dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam modal, berupa: a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah

95 (sembilan puluh lima) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 35 (tiga puluh lima) tahun

b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 (delapan puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 30 (tiga puluh) tahun; dan

c. Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 45 (empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui selama 25 (dua puluh lima) tahun

(2) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus untuk kegiatan penanaman modal, dengan persyaratan antara lain: a. Penanaman modal yang dilakukan dalam jangka

panjang dan terkait dengan perubahan struktur perekonomian Indonesia yang lebih berdaya saing;

Page 350: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

b. Penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman modal yang memerlukan pengembalian modal dalam jangka panjang sesuai dengan jenis kegiatan penanaman modal yang dilakukan ;

c. Penanaman modal yang tidak memerlukan area yang luas;

d. Penanaman modal dengan menggunakan hak atas tanah negara; dan

e. Penanaman modal yang tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat dan tidak merugikan kepentingan umum.

(3) Hak atas tanah dapat diperbarui setelah dilakukan evaluasi bahwa tanahnya masih digunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat, dan tujuan pemberian hak.

(4) Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang diberikan sekaligus di muka dan yang dapat diperbarui sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dihentikan atau dibatalkan oleh Pemerintah jika perusahaan penanaman modal menelantarkan tanah, merugikan kepentingan umum, menggunakan atau memanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian hak atas tanahnya, serta melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan.

Pasal 23 (1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas

fasilitas keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b dapat diberikan untuk : a. penanaman modal yang membutuhkan tenaga

kerja asing dalam merealisasikan penanaman modal;

b. penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing yang bersifat sementara dalam rangka perbaikan mesin, alat bantu produksi lainnya, dan pelayanan purnajual; dan

c. calon penanam modal yang akan melakukan penjajakan penanaman modal.

Page 351: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

(2) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas keimigrasian yang diberikan kepada penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b diberikan setelah penanam modal mendapat rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.

(3) Untuk penanam modal asing diberikan fasilitas, yaitu: a. pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam

modal asing selama 2 (dua) tahun); b. pemberian alih status izin tinggal terbatas bagi

penanam modal menjadi izin tinggal tetap dapat dilakukan setelah tinggal di Indonesia selama 2(dua) tahun berturut-turut;

c. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 1(satu) tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan;

d. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 2 (dua) tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan ; dan

e. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal tetap diberikan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak izin tinggal tetap diberikan.

(4) Pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal asing sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b dilakukan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi atas dasar rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Pasal 24 Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas perizinan impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c dapat diberikan untuk impor:

Page 352: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

a. barang yang selama tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur perdagangan barang;

b. barang yang tidak memberikan dampak negatif terhadap keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, dan moral bangsa;

c. barang dalam rangka relokasi pabrik dari luar negeri ke Indonesia; dan

d. barang modal atau badan baku untuk kebutuhan produksi sendiri;

BAB XI PENGESAHAN DAN PERIZINAN PERUSAHAAN

Pasal 25 (1) Penanam modal yang melakukan penanaman

modal di Indonesia harus sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Undang-Undang ini.

(2) Pengesahan pendirian badan usaha penanaman modal dalam negeri yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Pengesahan pendirian badan usaha penanaman modal asing yang berbentuk perseroan terbatas dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(4) Perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dari instansi yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang.

(5) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diperoleh melalui pelayanan terpadu satu pintu.

Pasal 26 (1) Pelayanan terpadu satu pintu bertujuan membantu

penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal.

Page 353: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

(2) Pelayanan terpadu satu pintu dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan di tingkat pusat atau lembaga atau instansi yang berwenang mengeluarkan perizinan dan nonperizinan di provinsi atau kabupaten/kota.

(3) Ketentuan mengenai tata cara dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden.

BAB XII KOORDINASI DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL

Pasal 27 (1) Pemerintah mengkoordinasi kebijakan penanaman

modal, baik koordinasi antarinstansi Pemerintah, antara instansi Pemerintah dengan Bank Indonesia, antara instansi Pemerintah dengan Pemerintah daerah, maupun antarpemerintah daerah.

(2) Koordinsi pelaksanaan kebijakan penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal.

(3) Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipimpin oleh seorang kepala dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

(4) Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

Pasal 28 (1) Dalam rangka koordinasi pelaksanaan kebijakan

dan pelayanan penanaman modal, Badan Koordinasi Penanaman Modal mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:

Page 354: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

a. melaksanakan, tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal;

b. mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal;

c. menetapkan norma, standar, dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan pelayanan penanaman modal;

d. mengembangkan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dengan memberdayakan badan usaha;

e. membuat peta penanaman modal Indonesia; f. mempromosikan penanaman modal; g. mengembangkan sektor usaha penanaman

modal melalui pembinaan penanaman modal, antara lain meningkatkan kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman modal;

h. membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman modal;

i. mengoordinasi penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan penanaman modalnya diluar wilayah Indonesia; dan

j. mengoordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu.

(2) Selain tugas koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2), Badan Koordinasi Penanaman Modal bertugas melaksanakan pelayanan penanaman modal berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 29 Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta pelayanan terpadu satu pintu, Badan Koordinasi Penanaman Modal harus melibatkan perwakilan secara langsung dari setiap sektor dan daerah terkait dengan pejabat yang mempunyai kompetensi dan kewenangan.

Page 355: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

BAB XIII PENYELENGGARAAN URUSAN

PENANAMAN MODAL

Pasal 30 (1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin

kepastian dan keamanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal.

(2) Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan penanaman modal yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan penyelenggaraan penanaman modal yang menjadi urusan Pemerintah.

(3) Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang merupakan urusan wajib pemerintah daerah didasarkan pada kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi pelaksanaan kegiatan penanaman modal.

(4) Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas provinsi menjadi urusan Pemerintah.

(5) Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas kabupaten/kota menjadi urusan pemerintah provinsi.

(6) Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya berada dalam satu kabupaten/kota menjadi urusan pemerintah kabupaten/kota.

(7) Dalam urusan pemerintahan di bidang penanaman modal, yang menjadi kewenangan Pemerintah adalah: a. penanaman modal terkait dengan sumber daya

alam yang tidak terbarukan dengan tingkat risiko kerusakan lingkungan yang tinggi;

b. penanaman modal pada bidang industri yang merupakan prioritas tinggi pada skala nasional;

c. penanaman modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan penghubung antar wilayah atau ruang lingkupnya lintas provinsi;

d. penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan dan keamanan nasional;

Page 356: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

e. penanaman modal asing dan penanam modal yang menggunakan modal asing, yang berasal dari pemerintah negara lain, yang didasarkan perjanjian yang dibuat oleh Pemerintah dan pemerintah negara lain; dan

f. bidang penanaman modal lain yang menjadi urusan Pemerintah menurut undang-undang;

(8) Dalam urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (7), Pemerintah menyelenggarakannya sendiri, melimpahkannya kepada gubernur selaku wakil Pemerintah, atau menugasi pemerintah kabupaten/kota;

(9) Ketentuan mengenai pembagian urusan pemerintahan di bidang penanaman modal diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah;

BAB XIV KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Pasal 31 (1) Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di

wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah, dapat ditetapkan dan dikembangkan kawasan ekonomi khusus.

(2) Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan penanaman modal tersendiri di kawasan ekonomi khusus.

(3) Ketentuan mengenai kawasan ekonomi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan undang-undang.

Page 357: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

BAB XV PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 32 (1) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman

modal antara Pemerintah dengan penanaman modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan sengketa tersebut melalui musyawarah dan mufakat.

(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanaman modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui arbitrase tidak disepakati, penyelesaian sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak, dan jika penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukab di pengadilan.

(4) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanaman modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak.

BAB XVI SANKSI

Pasal 33 (1) Penanaman modal dalam negeri dan penanaman

modal asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dilarang membuat perjanjian dan/atau pernyataan yang menegaskan bahwa kepemilikan sahan dalam perseroan terbatas untuk dan atas nama orang lain.

Page 358: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

(2) Dalam hal penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing membuat perjanjian dan/atau pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perjanjian dan/atau pernyataan itu dinyatakan batal demi hukum.

(3) Dalam hal penanaman modal yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan perjanjian atau kontrak kerja sama dengan Pemerintah melakukan kejahatan korporasi berupa tindak pidana perpajakan, penggelembungan biaya pemulihan, dan bentuk penggelembungan biaya lainnya untuk memperkecil keuntungan yang mengakibatkan kerugian negara berdasarkan temuan atau pemeriksaan oleh pihak pejabat yang berwenang dan telah mendapat putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, Pemerintah mengakhiri perjanjian atau kontrak kerja sama dengan penanam modal yang bersangkutan.

Pasal 34 (1) Badan usaha atau usaha perseorangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. pembatasan kegiatan usaha; c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas

penanaman modal; atau d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas

penanaman modal. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 359: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

BAB XVII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 35 Perjanjian internasional, baik bilateral, regional, maupun multilateral, dalam bidang penanaman modal yang telah disetujui oleh Pemerintah Indonesia sebelum Undang-Undang ini berlaku, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian tersebut.

Pasal 36 Rancangan perjanjian internasional, baik bilateral, regional, maupun multilateral, dalam bidang penanaman modal yang belum disetujui oleh Pemerintah Indonesia pada saat Undang-Undang ini berlaku wajib disesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang ini.

Pasal 37 (1) Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua

ketentuan peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun l967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diatur dengan peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan Undang-Undang ini.

Page 360: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

(2) Persetujuan penanaman modal dan izin pelaksanaan yang telah diberikan oleh Pemerintah berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya persetujuan penanaman modal dan izin pelaksanaan tersebut.

(3) Permohonan penanaman modal dan permohonan lainnya yang berkaitan dengan penanaman modal yang telah disampaikan kepada instansi yang berwenang dan pada tanggal disahkannya Undang-Undang ini belum memperoleh persetujuan Pemerintah wajib disesuaikan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

(4) Perusahaan penanaman modal yang telah diberi izin usaha oleh Pemerintah berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri dan, apabila izin usaha tetapnya telah berakhir, dapat diperpanjang berdasarkan Undang-Undang ini.

Page 361: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 38 Dengan berlakunya Undang-Undang ini: a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang

Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2818) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2943); dan

b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2853) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2944);

dicabut dan dinyatakan tidak brlaku.

Pasal 39 Semua Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan secara langsung dengan penanaman modal wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada Undang-Undang ini.

Page 362: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

Pasal 40 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta Pada tanggal 26 April 2007 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 26 April 2007 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. HAMID AWALUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2007 NOMOR 67

Page 363: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 27 TAHUN 2003

TENTANG

PANAS BUMI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa panas bumi adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui,

berpotensi besar, yang dikuasai oleh negara dan mempunyai peranan

penting sebagai salah satu sumber energi pilihan dalam keanekaragaman

energi nasional untuk menunjang pembangunan nasional yang

berkelanjutan demi terwujudnya kesejahteraan rakyat;

b. bahwa pemanfaatan panas bumi relatif ramah lingkungan, terutama karena

tidak memberikan kontribusi gas rumah kaca, sehingga perlu didorong

dan dipacu perwujudannya;

c. bahwa pemanfaatan panas bumi akan mengurangi ketergantungan

terhadap bahan bakar minyak sehingga dapat menghemat cadangan

minyak bumi;

d. bahwa peraturan perundang-undangan yang sudah ada belum dapat

menampung kebutuhan perkembangan pengelolaan hulu sumber daya

panas bumi sehingga undang-undang tentang panas bumi ini dapat

mendorong kegiatan panas bumi bagi kelangsungan pemenuhan

kebutuhan energi nasional;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,

huruf b, huruf c, dan huruf d, dan sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal

33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 serta untuk memberikan landasan hukum bagi langkah-langkah

Page 364: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

pembaruan dan penataan kembali penyelenggaraan pengelolaan dan

pemanfaatan sumber daya panas bumi, dipandang perlu membentuk Undang-

undang tentang Panas Bumi;

Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PANAS BUMI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air

panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang

secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem

Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses

penambangan.

2. Badan Usaha adalah setiap badan hukum yang dapat berbentuk badan

usaha milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi, atau swasta

yang didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, menjalankan jenis usaha tetap dan terus-menerus, bekerja

dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Survei Pendahuluan adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan,

analisis dan penyajian data yang berhubungan dengan informasi kondisi

geologi, geofisika, dan geokimia untuk memperkirakan letak dan adanya

sumber daya Panas Bumi serta Wilayah Kerja.

Page 365: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

4. Eksplorasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyelidikan geologi,

geofisika, geokimia, pengeboran uji, dan pengeboran sumur eksplorasi

yang bertujuan untuk memperoleh dan menambah informasi kondisi

geologi bawah permukaan guna menemukan dan mendapatkan

perkiraan potensi Panas Bumi.

5. Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan Panas

Bumi untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang

berkaitan untuk menentukan kelayakan usaha pertambangan Panas

Bumi, termasuk penyelidikan atau studi jumlah cadangan yang dapat

dieksploitasi.

6. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan pada suatu wilayah kerja tertentu

yang meliputi pengeboran sumur pengembangan dan sumur reinjeksi,

pembangunan fasilitas lapangan dan operasi produksi sumber daya

Panas Bumi.

7. Usaha Pertambangan Panas Bumi adalah usaha yang meliputi kegiatan

eksplorasi, studi kelayakan, dan eksploitasi.

8. Izin Usaha Pertambangan Panas Bumi, selanjutnya disebut IUP, adalah

izin untuk melaksanakan Usaha Pertambangan Panas Bumi.

9. Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi, selanjutnya disebut Wilayah

Kerja, adalah wilayah yang ditetapkan dalam IUP.

10. Wilayah Hukum Pertambangan Panas Bumi Indonesia adalah seluruh

wilayah daratan, perairan, dan landas kontinen Indonesia.

11. Iuran Tetap adalah iuran yang dibayarkan kepada negara sebagai

imbalan atas kesempatan eksplorasi, studi kelayakan, dan eksploitasi

pada suatu Wilayah Kerja.

12. Iuran Produksi adalah iuran yang dibayarkan kepada negara atas hasil

yang diperoleh dari Usaha Pertambangan Panas Bumi.

13. Mineral Ikutan adalah bahan mineral selain minyak dan gas bumi yang

ditemukan dalam fluida dan/atau dihasilkan dalam jumlah yang memadai

pada kegiatan pengusahaan Panas Bumi serta tidak memerlukan

penambangan dan produksi secara khusus sebagaimana diatur dalam

proses penambangan mineral lainnya.

Page 366: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

14. Pemanfaatan Langsung adalah kegiatan usaha pemanfaatan energi

dan/atau fluida Panas Bumi untuk keperluan nonlistrik, baik untuk

kepentingan umum maupun untuk kepentingan sendiri.

15. Pemanfaatan Tidak Langsung untuk tenaga listrik adalah kegiatan usaha

pemanfaatan energi Panas Bumi untuk pembangkit tenaga listrik, baik

untuk kepentingan umum maupun untuk kepentingan sendiri.

16. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat yang terdiri atas Presiden dan para

menteri yang merupakan perangkat Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

17. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang Panas Bumi.

18. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah

otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Penyelenggaraan kegiatan pertambangan Panas Bumi menganut asas

manfaat, efisiensi, keadilan, kebersamaan, optimasi ekonomis dalam

pemanfaatan sumber daya, keterjangkauan, berkelanjutan, percaya dan

mengandalkan pada kemampuan sendiri, keamanan dan keselamatan,

kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta kepastian hukum.

Pasal 3

Penyelenggaraan kegiatan pertambangan Panas Bumi bertujuan:

a. mengendalikan pemanfaatan kegiatan pengusahaan Panas Bumi untuk

menunjang pembangunan yang berkelanjutan serta memberikan nilai

tambah secara keseluruhan; dan

b. meningkatkan pendapatan negara dan masyarakat untuk mendorong

pertumbuhan perekonomian nasional demi peningkatan kesejahteraan

dan kemakmuran rakyat.

BAB III

Page 367: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

PENGUASAAN PERTAMBANGAN PANAS BUMI

Pasal 4

(1) Panas Bumi sebagai sumber daya alam yang terkandung di dalam

Wilayah Hukum Pertambangan Panas Bumi Indonesia merupakan

kekayaan nasional, yang dikuasai oleh negara dan digunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(2) Penguasaan Pertambangan Panas Bumi oleh negara sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah dan

Pemerintah Daerah.

(3) Semua data dan informasi yang diperoleh sesuai dengan ketentuan

dalam IUP merupakan data milik negara dan pengaturan

pemanfaatannya dilakukan oleh Pemerintah.

BAB IV

KEWENANGAN PENGELOLAAN

PERTAMBANGAN PANAS BUMI

Bagian Kesatu

Kewenangan Pemerintah

Pasal 5

Kewenangan Pemerintah dalam pengelolaan pertambangan Panas Bumi

meliputi :

a. pembuatan peraturan perundang-undangan di bidang

pertambangan Panas Bumi;

b. pembuatan kebijakan nasional;

c. pembinaan pengusahaan dan pengawasan pertambangan

Panas Bumi pada wilayah lintas provinsi;

d. pemberian izin dan pengawasan pertambangan Panas Bumi

pada wilayah lintas provinsi;

e. pengelolaan informasi geologi dan potensi Panas Bumi;

f. inventarisasi dan penyusunan neraca sumber daya dan

cadangan Panas Bumi nasional.

Bagian Kedua

Page 368: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

Kewenangan Pemerintah Daerah

Paragraf 1

Kewenangan Provinsi

Pasal 6

(1) Kewenangan provinsi dalam pengelolaan pertambangan Panas Bumi

meliputi:

a. pembuatan peraturan perundang-undangan di daerah di bidang

pertambangan Panas Bumi;

b. pembinaan pengusahaan dan pengawasan pertambangan Panas

Bumi di wilayah lintas kabupaten/kota;

c. pemberian izin dan pengawasan pertambangan Panas Bumi di

wilayah lintas kabupaten/kota;

d. pengelolaan informasi geologi dan potensi Panas Bumi di wilayah

lintas kabupaten/kota;

e. inventarisasi dan penyusunan neraca sumber daya dan cadangan

Panas Bumi di provinsi.

(2) Kewenangan provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Paragraf 2

Kewenangan Kabupaten/Kota

Pasal 7

(1) Kewenangan kabupaten/kota dalam pengelolaan pertambangan Panas

Bumi meliputi:

a. pembuatan peraturan perundang-undangan di daerah di bidang

pertambangan Panas Bumi di kabupaten/kota;

b. pembinaan dan pengawasan pertambangan Panas Bumi di

kabupaten/kota;

c. pemberian izin dan pengawasan pertambangan Panas Bumi di

kabupaten/kota;

Page 369: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

d. pengelolaan informasi geologi dan potensi Panas Bumi di

kabupaten/kota;

e. inventarisasi dan penyusunan neraca sumber daya dan cadangan

Panas Bumi di kabupaten/kota;

f. pemberdayaan masyarakat di dalam ataupun di sekitar Wilayah

Kerja di kabupaten/kota.

(2) Kewenangan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

BAB V

WILAYAH KERJA

Pasal 8

Wilayah Kerja yang akan ditawarkan kepada Badan Usaha diumum-kan

secara terbuka.

Pasal 9

(1) Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan

masing-masing melakukan penawaran Wilayah Kerja dengan cara

lelang.

(2) Batas dan luas Wilayah Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ditetapkan oleh Pemerintah.

(3) Ketentuan mengenai pedoman, batas, koordinat, luas wilayah, tata

cara, dan syarat-syarat mengenai penawaran, prosedur, penyiapan

dokumen lelang, dan pelaksanaan lelang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.

BAB VI

KEGIATAN OPERASIONAL DAN PENGUSAHAAN

Bagian Kesatu

Kegiatan Operasional

Pasal 10

(1) Kegiatan operasional Panas Bumi meliputi:

Page 370: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

a. Survei Pendahuluan;

b. Eksplorasi;

c. Studi Kelayakan;

d. Eksploitasi; dan

e. Pemanfaatan.

(2) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan

masing-masing melakukan Survei Pendahuluan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a.

(3) Pemerintah dapat menugasi pihak lain untuk melakukan Survei

Pendahuluan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat

dilakukan oleh Pemerintah.

(5) Eksplorasi, Studi Kelayakan, dan Eksploitasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dilakukan oleh Badan

Usaha.

(6) Pemanfaatan Langsung yang berkaitan dengan pemanfaatan energi

Panas Bumi diatur dengan peraturan pemerintah.

(7) Pemanfaatan tidak langsung yang berkaitan dengan pemanfaatan

energi Panas Bumi untuk pembangkit tenaga listrik untuk kepentingan

umum atau kepentingan sendiri dilakukan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang

ketenagalistrikan.

Bagian Kedua

Pengusahaan

Pasal 11

(1) Pengusahaan sumber daya Panas Bumi meliputi:

a. Eksplorasi;

b. Studi Kelayakan; dan

c. Eksploitasi.

(2) Pengusahaan sumber daya Panas Bumi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan secara terpadu atau dalam satu kesatuan atau

dalam keadaan tertentu dapat dilakukan secara terpisah.

Page 371: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

(3) Pengusahaan sumber daya Panas Bumi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan oleh Badan Usaha setelah mendapat IUP dari

Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan

masing-masing.

Pasal 12

Dalam melaksanakan pengusahaan sumber daya Panas Bumi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11, Badan Usaha harus mengikuti kaidah-kaidah

keteknikan, kemampuan keuangan dan pengelolaan yang sesuai dengan

standar nasional, serta menjunjung tinggi etika bisnis.

Pasal 13

(1) Luas Wilayah Kerja untuk Eksplorasi yang dapat diberikan untuk

satu IUP Panas Bumi tidak boleh melebihi 200.000 (dua ratus ribu)

hektar.

(2) Badan Usaha wajib mengembalikan secara bertahap sebagian atau

seluruhnya dari Wilayah Kerja kepada Pemerintah atau Pemerintah

Daerah.

(3) Ketentuan mengenai luas Wilayah Kerja yang dapat dipertahankan pada

tahap Eksploitasi dan perubahan Luas Wilayah IUP pada setiap

tahapan Usaha Pertambangan Panas Bumi diatur dengan peraturan

pemerintah.

Bagian Ketiga

Eksplorasi dan Eksploitasi

Pasal 14

(1) Pemegang IUP wajib menyampaikan rencana jangka panjang

Eksplorasi dan Eksploitasi kepada Menteri, Gubernur, dan

Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing yang

mencakup rencana kegiatan dan rencana anggaran serta

menyampaikan besarnya cadangan.

(2) Penyesuaian terhadap rencana jangka panjang Eksplorasi dan

Eksploitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dari

tahun ke tahun sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

Page 372: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

Bagian Keempat

Pemanfaatan Mineral Ikutan

Pasal 15

Pemanfaatan Mineral Ikutan yang terkandung dalam Panas Bumi dapat

dilakukan secara komersial oleh pemegang IUP atau pihak lain sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VII

PENGGUNAAN LAHAN

Pasal 16

(1) Kegiatan Usaha Pertambangan Panas Bumi dilaksanakan di dalam

Wilayah Hukum Pertambangan Panas Bumi Indonesia.

(2) Hak atas Wilayah Kerja tidak meliputi hak atas tanah permukaan bumi.

(3) Kegiatan Usaha Pertambangan Panas Bumi tidak dapat dilaksanakan

di :

a. tempat pemakaman, tempat yang dianggap suci, tempat umum,

sarana dan prasarana umum, cagar alam, cagar budaya, serta

tanah milik masyarakat adat;

b. lapangan dan bangunan pertahanan negara serta tanah di

sekitarnya;

c. bangunan bersejarah dan simbol-simbol negara;

d. bangunan, rumah tinggal, atau pabrik beserta tanah pekarangan

sekitarnya;

e. tempat lain yang dilarang untuk melakukan kegiatan usaha sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilaksanakan

dalam hal diperoleh izin dari instansi Pemerintah, persetujuan

masyarakat dan perseorangan yang berkaitan dengan hal tersebut.

Pasal 17

(1) Dalam hal akan menggunakan bidang-bidang tanah hak, tanah negara,

atau kawasan hutan di dalam Wilayah Kerja, pemegang IUP yang

Page 373: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

bersangkutan wajib terlebih dahulu mengadakan penyelesaian dengan

pemegang hak atau pemakai tanah di atas tanah negara sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara

musyawarah dan mufakat dengan cara jual beli, tukar-menukar, ganti

rugi yang layak, pengakuan atau bentuk penggantian lain kepada

pemegang hak atau pemakai tanah di atas tanah negara.

Pasal 18

Pemegang hak atas tanah diwajibkan mengizinkan pemegang IUP untuk

melaksanakan Usaha Pertambangan Panas Bumi di atas tanah yang

bersangkutan apabila:

a. sebelum kegiatan dimulai, terlebih dahulu memperlihatkan IUP atau

salinannya yang sah, serta memberitahukan maksud dan tempat

kegiatan yang akan dilakukan;

b. dilakukan terlebih dahulu penyelesaian atau jaminan penyelesaian yang

disetujui oleh pemegang hak atas tanah atau pemakai tanah di atas

tanah negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17.

Pasal 19

(1) Dalam hal pemegang IUP telah diberi Wilayah Kerja, terhadap bidang-

bidang tanah yang dipergunakan langsung untuk kegiatan usaha dan

areal pengamanannya, diberikan hak pakai sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan wajib memelihara

serta menjaga bidang tanah tersebut.

(2) Dalam hal pemberian Wilayah Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi areal yang luas di atas tanah negara, bagian-bagian tanah

yang belum digunakan untuk kegiatan usaha dapat diberikan kepada

pihak lain oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi

bidang agraria atau pertanahan dengan mengutamakan masyarakat

setempat setelah mendapatkan rekomendasi dari Menteri.

Pasal 20

Page 374: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

Penyelesaian penggunaan tanah hak dan tanah negara sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 18 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII

PERIZINAN

Pasal 21

(1) IUP dikeluarkan oleh Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai

dengan kewenangan masing-masing.

(2) IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memuat ketentuan

sekurang-kurangnya:

a. nama penyelenggara;

b. jenis usaha yang diberikan;

c. jangka waktu berlakunya izin;

d. hak dan kewajiban pemegang izin usaha;

e. Wilayah Kerja; dan

f. tahap pengembalian Wilayah Kerja.

(3) Setiap IUP yang telah diberikan wajib digunakan sesuai dengan

peruntukannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan

ayat (2).

(4) IUP dapat dialihkan kepada Badan Usaha afiliasi dengan persetujuan

Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan

masing-masing.

Pasal 22

(1) Jangka waktu IUP terdiri atas:

a. jangka waktu Eksplorasi berlaku paling lama 3 (tiga) tahun sejak

IUP diterbitkan dan dapat diperpanjang paling banyak 2 (dua) kali

masing-masing selama 1 (satu) tahun;

b. jangka waktu Studi Kelayakan berlaku paling lama 2 (dua) tahun

sejak jangka waktu Eksplorasi berakhir;

c. jangka waktu Eksploitasi berlaku paling lama 30 (tiga puluh) tahun

sejak jangka waktu Eksplorasi berakhir dan dapat diperpanjang.

Page 375: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

(2) Pemegang IUP dapat mengajukan perpanjangan waktu izin

Eksploitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c kepada

Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan

masing-masing paling cepat 5 (lima) tahun dan paling lambat 3 (tiga)

tahun sebelum izin Eksploitasi berakhir.

(3) Dalam hal tidak melaksanakan kegiatan Eksploitasi dalam jangka

waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak jangka waktu Eksplorasi

berakhir, pemegang IUP wajib mengembalikan seluruh Wilayah

Kerjanya.

Pasal 23

IUP berakhir karena:

a. habis masa berlakunya;

b. dikembalikan;

c. dibatalkan; atau

d. dicabut.

Pasal 24

(1) Pemegang IUP dapat menyerahkan kembali IUP dengan pernyataan

tertulis kepada Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan

kewenangan masing-masing disertai alasan yang jelas.

(2) Pengembalian IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan

sah setelah disetujui oleh Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota

sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Pasal 25

(1) Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan

masing-masing dapat mencabut IUP apabila pemegang IUP:

a. melakukan pelanggaran terhadap salah satu persyaratan yang

tercantum dalam IUP; atau

b. tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan berdasarkan undang-

undang ini.

(2) Sebelum melaksanakan pencabutan IUP sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan

kewenangan masing-masing terlebih dahulu memberikan kesempatan

Page 376: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

selama jangka waktu 6 (enam) bulan pada pemegang IUP untuk

memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Pasal 26

Dalam hal jangka waktu yang ditentukan dalam IUP telah berakhir dan

permohonan perpanjangan IUP tidak diajukan atau permohonan

perpanjangan IUP tidak memenuhi persyaratan, IUP tersebut berakhir.

Pasal 27

(1) Dalam hal IUP berakhir karena alasan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 25, pemegang IUP wajib memenuhi dan menyelesaikan segala

kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

(2) Kewajiban pemegang IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dianggap telah dipenuhi setelah mendapatkan persetujuan dari

Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan

masing-masing.

(3) Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan

masing-masing menetapkan persetujuan pengakhiran IUP setelah

pemegang IUP melaksanakan pelestarian dan pemulihan fungsi

lingkungan di Wilayah Kerjanya serta kewajiban lainnya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

BAB IX

HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN USAHA

PERTAMBANGAN PANAS BUMI

Bagian Kesatu

Hak Pemegang Izin Usaha Pertambangan Panas Bumi

Pasal 28

Pemegang IUP berhak :

a. melakukan kegiatan Usaha Pertambangan Panas Bumi berupa

Eksplorasi, Studi Kelayakan, dan Eksploitasi di Wilayah Kerjanya;

b. menggunakan data dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

ayat (3) selama jangka waktu berlakunya IUP di Wilayah Kerjanya;

Page 377: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

c. dapat memperoleh fasilitas perpajakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Bagian Kedua

Kewajiban Pemegang Izin Usaha

Pertambangan Panas Bumi

Pasal 29

Pemegang IUP wajib:

a. memahami dan mematuhi peraturan perundang-undangan di bidang

keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan lingkungan, serta

memenuhi standar yang berlaku;

b. mengelola lingkungan hidup mencakup kegiatan pencegahan dan

penanggulangan pencemaran serta pemulihan fungsi lingkungan hidup

dan melakukan reklamasi;

c. mengutamakan pemanfaatan barang, jasa, serta kemampuan rekayasa

dan rancang bangun dalam negeri secara transparan dan bersaing;

d. memberikan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Panas Bumi;

e. memberikan dukungan terhadap kegiatan penciptaan, pengembangan

kompetensi, dan pembinaan sumber daya manusia di bidang Panas

Bumi;

f. melaksanakan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat

setempat;

g. memberikan laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja dan

pelaksanaan kegiatan Usaha Pertambangan Panas Bumi kepada

Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan

masing-masing.

BAB X

PENERIMAAN NEGARA

Pasal 30

(1) Pemegang IUP wajib membayar penerimaan negara berupa pajak dan

Penerimaan Negara Bukan Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 378: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

(2) Penerimaan negara berupa pajak sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) terdiri atas:

a. pajak;

b. bea masuk dan pungutan lain atas cukai dan impor;

c. pajak daerah dan retribusi daerah.

(3) Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) terdiri atas:

a. pungutan negara berupa Iuran Tetap dan Iuran Produksi serta

pungutan negara lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

b. bonus.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan tarif Penerimaan Negara

Bukan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan

peraturan pemerintah.

(5) Penerimaan negara berupa pajak dan Penerimaan Negara Bukan

Pajak merupakan penerimaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah

yang pembagiannya sebagai berikut.

a. Penerimaan negara berupa pajak, pembagiannya ditetapkan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang berlaku;

b. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Iuran Tetap

dan Iuran Produksi, pembagiannya ditetapkan dengan

perimbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah dan 80%

(delapan puluh persen) untuk Pemerintah Daerah.

(6) Bagian Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf

b dibagi dengan perincian sebagai berikut:

a. provinsi yang bersangkutan sebesar 16% (enam belas persen);

b. kabupaten/kota penghasil sebesar 32% (tiga puluh dua persen);

c. kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan sebesar

32% (tiga puluh dua persen).

BAB XI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Page 379: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

Pasal 31

(1) Tanggung jawab pembinaan dan pengawasan atas pekerjaan dan

pelaksanaan kegiatan usaha terhadap ditaatinya ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku berada pada Menteri, Gubernur,

dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing.

(2) Gubernur dan Bupati/Walikota wajib melaporkan pelaksanaan

penyelenggaraan Usaha Pertambangan Panas Bumi di wilayahnya

masing-masing setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Pemerintah.

Pasal 32

Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31

meliputi:

a. Eksplorasi;

b. Eksploitasi;

c. keuangan;

d. pengolahan data Panas Bumi;

e. konservasi bahan galian;

f. keselamatan dan kesehatan kerja;

g. pengelolaan lingkungan hidup dan reklamasi;

h. pemanfaatan barang, jasa, teknologi, serta kemampuan rekayasa dan

rancang bangun dalam negeri;

i. pengembangan tenaga kerja Indonesia;

j. pengembangan lingkungan dan masyarakat setempat;

k. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan

Panas Bumi;

l. kegiatan lain di bidang kegiatan Usaha Pertambangan Panas Bumi

sepanjang menyangkut kepentingan umum;

m. pengelolaan Panas Bumi;

n. penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan yang baik.

Pasal 33

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 31 dan Pasal 32 diatur dengan peraturan pemerintah.

BAB XII

Page 380: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

PENYIDIKAN

Pasal 34

(1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat

Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung

jawabnya meliputi kegiatan Usaha Pertambangan Panas Bumi diberi

wewenang khusus sebagai Penyidik sebagaimana dimaksud dalam

undang-undang yang mengatur mengenai hukum acara pidana untuk

melakukan penyidikan tindak pidana dalam kegiatan Usaha

Pertambangan Panas Bumi.

(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berwenang:

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan

yang diterima berkenaan dengan tindak pidana dalam kegiatan

Usaha Pertambangan Panas Bumi;

b. melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan yang diduga

melakukan tindak pidana dalam kegiatan Usaha Pertambangan

Panas Bumi;

c. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau

tersangka dalam perkara tindak pidana kegiatan Usaha

Pertambangan Panas Bumi;

d. menggeledah tempat dan/atau sarana yang diduga digunakan

untuk melakukan tindak pidana dalam kegiatan Usaha

Pertambangan Panas Bumi;

e. melakukan pemeriksaan sarana dan prasarana kegiatan Usaha

Pertambangan Panas Bumi dan menghentikan penggunaan

peralatan yang diduga digunakan untuk melakukan tindak pidana;

f. menyegel dan/atau menyita alat kegiatan Usaha Pertambangan

Panas Bumi yang digunakan untuk melakukan tindak pidana

sebagai alat bukti;

g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan-nya

dengan pemeriksaan perkara tindak pidana dalam kegiatan Usaha

Pertambangan Panas Bumi; atau

h. menghentikan penyidikan perkara tindak pidana dalam kegiatan

Usaha Pertambangan Panas Bumi.

Page 381: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memberitahukan dimulainya penyidikan perkara pidana kepada

Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menghenti-kan

penyidikannya dalam hal peristiwa sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a tidak terdapat cukup bukti dan/atau peristiwanya bukan

merupakan tindak pidana.

(5) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

BAB XIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 35

Setiap orang yang melakukan kegiatan Usaha Pertambangan Panas Bumi

tanpa IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) dipidana dengan

pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam)

tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp 2.000.000.000,00 (dua

miliar rupiah) dan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar

rupiah).

Pasal 36

Pemegang IUP yang dengan sengaja meninggalkan Wilayah Kerjanya tanpa

menyelesaikan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf

a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g dipidana dengan

pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan.

Pasal 37

Setiap orang yang mengganggu atau merintangi kegiatan Usaha

Pertambangan Panas Bumi dari pemegang IUP sehingga pemegang IUP

terhambat dalam melaksanakan kegiatan Usaha Pertambangan Panas Bumi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dipidana dengan pidana kurungan

paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00

(seratus juta rupiah).

Page 382: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

Pasal 38

(1) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 adalah

kejahatan.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dan Pasal 37

adalah pelanggaran.

Pasal 39

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, Pasal 36,

dan Pasal 37 dilakukan oleh Badan Usaha, ancaman pidana denda yang

dijatuhkan kepada Badan Usaha tersebut ditambah dengan 1/3 (sepertiga)

dari pidana denda.

Pasal 40

Selain dapat dijatuhi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39, pelaku

tindak pidana dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:

a. perampasan barang yang digunakan dalam melakukan tindak pidana;

b. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;

c. kewajiban membayar biaya yang timbul akibat tindak pidana.

BAB XIV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 41

Pada saat undang-undang ini berlaku, semua kontrak kerja sama

pengusahaan sumber daya Panas Bumi yang telah ada sebelum berlakunya

undang-undang ini, dinyatakan tetap berlaku sampai berakhirnya masa

kontrak.

Pasal 42

Pada saat undang-undang ini berlaku pembinaan dan pengawasan

terhadap pelaksanaan kontrak kerja sama pengusahaan pertambangan

Page 383: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

Panas Bumi yang ditandatangani sebelum berlakunya undang-undang ini

dialihkan kepada Pemerintah.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 43

Dengan berlakunya undang-undang ini, segala ketentuan yang bertentangan

dengan undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 44

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-

undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 22 Oktober 2003

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 22 Oktober 2003

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003 NOMOR 115

Page 384: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

Salinan sesuai denganaslinya

Deputi Sekretaris KabinetBidang Hukum dan

Perundang-undangan,

Lambock V. Nahattands

Page 385: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007

TENTANG PERSEROAN TERBATAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, perlu didukung oleh kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan masyarakat; b. bahwa dalam rangka lebih meningkatkan pembangunan perekonomian nasional yang

sekaligus memberikan landasan yang kokoh bagi dunia usaha dalam menghadapi

perkembangan perekonomian di era globalisasi pada masa mendatang, perlu didukung oleh suatu undang-undang yang mengatur tentang perseroan terbatas yang dapat menjamin

terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif; c. bahwa perseroan terbatas sebagai salah satu pilar pembangunan perekonomian nasional perlu

diberikan landasan hukum untuk lebih memacu pembangunan nasional yang disusun sebagai

usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan; d. bahwa Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dipandang sudah

tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

membentuk Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas;

Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha

dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

2. Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris.

3. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan

lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

4. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan

yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar.

5. Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan

ketentuan anggaran dasar. 6. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara

umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.

Page 386: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 2 -

7. Perseroan Terbuka adalah Perseroan Publik atau Perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar

modal. 8. Perseroan Publik adalah Perseroan yang memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan

modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

9. Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih

untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada

Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.

10. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan atau lebih untuk

meleburkan diri dengan cara mendirikan satu Perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan yang meleburkan diri dan status badan hukum

Perseroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum. 11. Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang

perseorangan untuk mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya

pengendalian atas Perseroan tersebut. 12. Pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh Perseroan untuk memisahkan

usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada 2 (dua) Perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada 1 (satu) Perseroan atau lebih.

13. Surat Tercatat adalah surat yang dialamatkan kepada penerima dan dapat dibuktikan dengan tanda terima dari penerima yang ditandatangani dengan menyebutkan tanggal penerimaan.

14. Surat Kabar adalah surat kabar harian berbahasa Indonesia yang beredar secara nasional. 15. Hari adalah hari kalender. 16. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang hukum dan hak asasi

manusia.

Pasal 2 Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan.

Pasal 3

(1) Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila: a. persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;

b. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi;

c. pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang

dilakukan oleh Perseroan; atau d. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara

melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang Perseroan.

Pasal 4 Terhadap Perseroan berlaku undang-undang ini, anggaran dasar Perseroan, dan ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya.

Pasal 5

(1) Perseroan mempunyai nama dan tempat kedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia yang ditentukan dalam anggaran dasar.

(2) Perseroan mempunyai alamat lengkap sesuai dengan tempat kedudukannya.

Page 387: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 3 -

(3) Dalam surat-menyurat, pengumuman yang diterbitkan oleh Perseroan, barang cetakan, dan akta dalam hal Perseroan menjadi pihak harus menyebutkan nama dan alamat lengkap

Perseroan.

Pasal 6 Perseroan didirikan untuk jangka waktu terbatas atau tidak terbatas sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar.

BAB II

PENDIRIAN, ANGGARAN DASAR DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR, DAFTAR PERSEROAN DAN PENGUMUMAN

Bagian Kesatu Pendirian

Pasal 7

(1) Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam

bahasa Indonesia. (2) Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat Perseroan didirikan.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam rangka Peleburan. (4) Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan menteri

mengenai pengesahan badan hukum Perseroan.

(5) Setelah Perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang saham menjadi kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan

tersebut pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain.

(6) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah dilampaui, pemegang

saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian Perseroan, dan atas permohonan pihak yang

berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan tersebut. (7) Ketentuan yang mewajibkan Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dan ketentuan pada ayat (5), serta ayat (6) tidak berlaku bagi:

a. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara; atau b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga

penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang Pasar Modal.

Pasal 8 (1) Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan la in berkaitan dengan pendirian

Perseroan. (2) Keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-kurangnya:

a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan kewarganegaraan

pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan;

b. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali diangkat;

c. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham, dan

nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor. (3) Dalam pembuatan akta pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan surat

kuasa.

Pasal 9

(1) Untuk memperoleh keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4), pendiri bersama-sama mengajukan

permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada Menteri dengan mengisi format isian yang memuat sekurang-kurangnya: a. nama dan tempat kedudukan Perseroan;

Page 388: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 4 -

b. jangka waktu berdirinya Perseroan; c. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;

d. jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor; e. alamat lengkap Perseroan.

(2) Pengisian format isian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didahului dengan pengajuan nama Perseroan.

(3) Dalam hal pendiri tidak mengajukan sendiri permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (2), pendiri hanya dapat memberi kuasa kepada notaris. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan dan pemakaian nama Perseroan diatur

dengan peraturan pemerintah.

Pasal 10

(1) Permohonan untuk memperoleh keputusan menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak

tanggal akta pendirian ditandatangani, dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung.

(2) Ketentuan mengenai dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dengan peraturan menteri. (3) Apabila format isian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan keterangan

mengenai dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Menteri langsung menyatakan tidak berkeberatan atas permohonan yang bersangkutan secara elektronik.

(4) Apabila format isian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan keterangan mengenai dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan, Menteri langsung memberitahukan penolakan beserta alasannya kepada pemohon secara elektronik.

(5) Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pernyataan

tidak berkeberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemohon yang bersangkutan wajib menyampaikan secara fisik surat permohonan yang dilampiri dokumen pendukung.

(6) Apabila semua persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah dipenuhi secara lengkap, paling lambat 14 (empat belas) hari, Menteri menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum Perseroan yang ditandatangani secara elektronik.

(7) Apabila persyaratan tentang jangka waktu dan kelengkapan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak dipenuhi, Menteri langsung memberitahukan hal

tersebut kepada pemohon secara elektronik, dan pernyataan tidak berkeberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi gugur.

(8) Dalam hal pernyataan tidak berkeberatan gugur, pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat

(5) dapat mengajukan kembali permohonan untuk memperoleh keputusan menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1).

(9) Dalam hal permohonan untuk memperoleh keputusan menteri tidak diajukan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), akta pendirian menjadi batal sejak lewatnya jangka waktu tersebut dan Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum bubar

karena hukum dan pemberesannya dilakukan oleh pendiri. (10) Ketentuan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi

permohonan pengajuan kembali.

Pasal 11

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengajuan permohonan untuk memperoleh keputusan menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) bagi daerah tertentu yang belum mempunyai atau

tidak dapat digunakan jaringan elektronik diatur dengan peraturan menteri.

Pasal 12

(1) Perbuatan hukum yang berkaitan dengan kepemilikan saham dan penyetorannya yang dilakukan oleh calon pendiri sebelum Perseroan didirikan, harus dicantumkan dalam akta

pendirian. (2) Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan dengan akta

yang bukan akta otentik, akta tersebut dilekatkan pada akta pendirian.

Page 389: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 5 -

(3) Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan dengan akta otentik, nomor, tanggal dan nama serta tempat kedudukan notaris yang membuat akta otentik

tersebut disebutkan dalam akta pendirian Perseroan. (4) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tidak

dipenuhi, perbuatan hukum tersebut tidak menimbulkan hak dan kewajiban serta tidak mengikat Perseroan.

Pasal 13 (1) Perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan Perseroan yang belum

didirikan, mengikat Perseroan setelah Perseroan menjadi badan hukum apabila RUPS pertama Perseroan secara tegas menyatakan menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri atau

kuasanya. (2) RUPS pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diselenggarakan dalam jangka

waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah Perseroan memperoleh status badan hukum.

(3) Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sah apabila RUPS dihadiri oleh

pemegang saham yang mewakili semua saham dengan hak suara dan keputusan disetujui dengan suara bulat.

(4) Dalam hal RUPS tidak diselenggarakan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau RUPS tidak berhasil mengambil keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), setiap calon pendiri yang melakukan perbuatan hukum tersebut bertanggung jawab

secara pribadi atas segala akibat yang timbul. (5) Persetujuan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diperlukan apabila perbuatan

hukum tersebut dilakukan atau disetujui secara tertulis oleh semua calon pendiri sebelum pendirian Perseroan.

Pasal 14 (1) Perbuatan hukum atas nama Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, hanya

boleh dilakukan oleh semua anggota Direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota Dewan Komisaris Perseroan dan mereka semua bertanggung jawab secara tanggung renteng atas perbuatan hukum tersebut.

(2) Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pendiri atas nama Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, perbuatan hukum tersebut

menjadi tanggung jawab pendiri yang bersangkutan dan tidak mengikat Perseroan. (3) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), karena hukum menjadi tanggung

jawab Perseroan setelah Perseroan menjadi badan hukum.

(4) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya mengikat dan menjadi tanggung jawab Perseroan setelah perbuatan hukum tersebut disetujui oleh semua pemegang

saham dalam RUPS yang dihadiri oleh semua pemegang saham Perseroan. (5) RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah RUPS pertama yang harus

diselenggarakan paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah Perseroan memperoleh status

badan hukum. Bagian Kedua

Anggaran Dasar dan Perubahan Anggaran Dasar

Paragraf 1

Anggaran Dasar

Pasal 15 (1) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) memuat sekurang-kurangnya:

a. nama dan tempat kedudukan Perseroan;

b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan; c. jangka waktu berdirinya Perseroan;

d. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor; e. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap klasifikasi,

hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham;

Page 390: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 6 -

f. nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris; g. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;

h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris;

i. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen. (2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) anggaran dasar dapat juga memuat

ketentuan lain yang tidak bertentangan dengan undang-undang ini.

(3) Anggaran dasar tidak boleh memuat: a. ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham; dan

b. ketentuan tentang pemberian manfaat pribadi kepada pendiri atau pihak lain.

Pasal 16

(1) Perseroan tidak boleh memakai nama yang: a. telah dipakai secara sah oleh Perseroan lain atau sama pada pokoknya dengan nama

Perseroan lain; b. bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan; c. sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah, atau lembaga

internasional, kecuali mendapat izin dari yang bersangkutan; d. tidak sesuai dengan maksud dan tujuan, serta kegiatan usaha, atau menunjukkan maksud

dan tujuan Perseroan saja tanpa nama diri; e. terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf yang tidak

membentuk kata; atau

f. mempunyai arti sebagai Perseroan, badan hukum, atau persekutuan perdata. (2) Nama Perseroan harus didahului dengan frase “Perseroan Terbatas” atau disingkat “PT”.

(3) Dalam hal Perseroan Terbuka selain berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pada akhir nama Perseroan ditambah kata singkatan “Tbk”.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemakaian nama Perseroan diatur dengan

peraturan pemerintah.

Pasal 17 (1) Perseroan mempunyai tempat kedudukan di daerah kota atau kabupaten dalam wilayah

negara Republik Indonesia yang ditentukan dalam anggaran dasar.

(2) Tempat kedudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekaligus merupakan kantor pusat Perseroan.

Pasal 18

Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang dicantumkan dalam

anggaran dasar Perseroan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 2

Perubahan Anggaran Dasar

Pasal 19

(1) Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS. (2) Acara mengenai perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas dalam panggilan

RUPS.

Pasal 20

(1) Perubahan anggaran dasar Perseroan yang telah dinyatakan pailit tidak dapat dilakukan, kecuali dengan pesetujuan kurator.

(2) Persetujuan kurator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampirkan dalam permohonan

persetujuan atau pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri.

Pasal 21 (1) Perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan Menteri. (2) Perubahan anggaran dasar tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

Page 391: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 7 -

a. nama Perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroan; b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;

c. jangka waktu berdirinya Perseroan; d. besarnya modal dasar;

e. pengurangan modal f. ditempatkan dan disetor; dan/atau g. status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau sebaliknya.

(3) Perubahan anggaran dasar selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) cukup diberitahukan kepada Menteri.

(4) Perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris dalam bahasa Indonesia.

(5) Perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat dalam akta berita acara rapat yang dibuat

notaris harus dinyatakan dalam akta notaris paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS.

(6) Perubahan anggaran dasar tidak boleh dinyatakan dalam akta notaris setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (5).

(7) Permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diajukan kepada Menteri, paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal akta notaris yang memuat perubahan anggaran dasar.

(8) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) mutatis mutandis berlaku bagi pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri.

(9) Setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (6)

permohonan persetujuan atau pemberitahuan perubahan anggaran dasar tidak dapat diajukan atau disampaikan kepada Menteri.

Pasal 22

(1) Permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar mengenai perpanjangan jangka waktu

berdirinya Perseroan sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum jangka waktu berdirinya Perseroan

berakhir. (2) Menteri memberikan persetujuan atas permohonan perpanjangan jangka waktu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) paling lambat pada tanggal terakhir berdirinya Perseroan.

Pasal 23

(1) Perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya keputusan menteri mengenai persetujuan perubahan anggaran dasar.

(2) Perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar oleh

Menteri. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku dalam hal undang-

undang ini menentukan lain.

Pasal 24

(1) Perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya telah memenuhi kriteria sebagai Perseroan Publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, wajib mengubah anggaran dasarnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2)

huruf f dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak terpenuhi kriteria tersebut. (2) Direksi Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengajukan pernyataan

pendaftaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Pasal 25

(1) Perubahan anggaran dasar mengenai status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka mulai berlaku sejak tanggal:

a. efektif pernyataan pendaftaran yang diajukan kepada lembaga pengawas di bidang pasar modal bagi Perseroan Publik; atau

Page 392: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 8 -

b. dilaksanakan penawaran umum, bagi Perseroan yang mengajukan pernyataan pendaftaran kepada lembaga pengawas di bidang pasar modal untuk melakukan penawaran umum

saham sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. (2) Dalam hal pernyataan pendaftaran Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

tidak menjadi efektif atau Perseroan yang telah mengajukan pernyataan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak melaksanakan penawaran umum saham, Perseroan harus mengubah kembali anggaran dasarnya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan

setelah tanggal persetujuan Menteri.

Pasal 26 Perubahan anggaran dasar yang dilakukan dalam rangka Penggabungan atau Pengambilalihan berlaku sejak tanggal:

a. persetujuan Menteri; b. kemudian yang ditetapkan dalam persetujuan Menteri; atau

c. pemberitahuan perubahan anggaran dasar diterima Menteri, atau tanggal kemudian yang ditetapkan dalam akta Penggabungan atau akta Pengambilalihan.

Pasal 27 Permohonan persetujuan atas perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21

ayat (2) ditolak apabila: a. bertentangan dengan ketentuan mengenai tata cara perubahan anggaran dasar; b. isi perubahan bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban

umum, dan/atau kesusilaan; atau c. terdapat keberatan dari kreditor atas keputusan RUPS mengenai pengurangan modal.

Pasal 28

Ketentuan mengenai tata cara pengajuan permohonan untuk memperoleh keputusan menteri

mengenai pengesahan badan hukum Perseroan, dan keberatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11 mutatis mutandis berlaku bagi pengajuan permohonan

persetujuan perubahan anggaran dasar dan keberatannya.

Bagian Ketiga

Daftar Perseroan dan Pengumuman

Paragraf 1

Daftar Perseroan

Pasal 29

(1) Daftar Perseroan diselenggarakan oleh Menteri. (2) Daftar Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat data tentang (3) Perseroan yang meliputi:

a. nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha, jangka waktu pendirian, dan permodalan;

b. alamat lengkap Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5; c. nomor dan tanggal akta pendirian dan keputusan menteri mengenai pengesahan badan

hukum Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4);

d. nomor dan tangga l akta perubahan anggaran dasar dan persetujuan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1);

e. nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan tanggal penerimaan pemberitahuan oleh Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2);

f. nama dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta pendirian dan akta perubahan

anggaran dasar; g. nama lengkap dan alamat pemegang saham, anggota Direksi, dan anggota Dewan

Komisaris Perseroan; h. nomor dan tanggal akta pembubaran atau nomor dan tanggal penetapan pengadilan

tentang pembubaran Perseroan yang telah diberitahukan kepada Menteri;

Page 393: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 9 -

i. berakhirnya status badan hukum Perseroan; j. neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan bagi Perseroan yang

wajib diaudit. (4) Data Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimasukkan dalam daftar Perseroan

pada tanggal yang bersamaan dengan tanggal: a. Keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan, persetujuan atas

perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan;

b. Penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar yang tidak memerlukan persetujuan; atau

c. Penerimaan pemberitahuan perubahan data Perseroan yang bukan merupakan perubahan anggaran dasar.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g mengenai nama lengkap dan alamat

pemegang saham Perseroan Terbuka sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

(6) Daftar Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbuka untuk umum. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai daftar Perseroan diatur dengan peraturan menteri.

Paragraf 2 Pengumuman

Pasal 30

(1) Menteri mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia:

a. akta pendirian Perseroan beserta keputusan menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4);

b. akta perubahan anggaran dasar Perseroan beserta keputusan menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1);

c. akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya oleh Menteri.

(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal diterbitkannya keputusan Menteri

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b atau sejak diterimanya pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengumuman dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB III MODAL DAN SAHAM

Bagian Kesatu Modal

Pasal 31

(1) Modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menutup kemungkinan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal mengatur modal Perseroan terdiri atas saham

tanpa nilai nominal.

Pasal 32

(1) Modal dasar Perseroan paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (2) Undang-undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah minimum

modal Perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Perubahan besarnya modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan

peraturan pemerintah.

Pasal 33 (1) Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 32 harus ditempatkan dan disetor penuh.

Page 394: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 10 -

(2) Modal ditempatkan dan disetor penuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah.

(3) Pengeluaran saham lebih lanjut yang dilakukan setiap kali untuk menambah modal yang ditempatkan harus disetor penuh.

Pasal 34

(1) Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk

lainnya. (2) Dalam hal penyetoran modal saham dilakukan dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), penilaian setoran modal saham ditentukan berdasarkan nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau oleh ahli yang tidak terafiliasi dengan Perseroan.

(3) Penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak harus diumumkan dalam 1 (satu) Surat

Kabar atau lebih, dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah akta pendirian ditandatangani atau setelah RUPS memutuskan penyetoran saham tersebut.

Pasal 35

(1) Pemegang saham dan kreditor lainnya yang mempunyai tagihan terhadap Perseroan tidak

dapat menggunakan hak tagihnya sebagai kompensasi kewajiban penyetoran atas harga saham yang telah diambilnya, kecuali disetujui oleh RUPS.

(2) Hak tagih terhadap Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dapat dikompensasi dengan setoran saham adalah hak tagih atas tagihan terhadap Perseroan yang timbul karena: a. Perseroan telah menerima uang atau penyerahan benda berwujud atau benda tidak

berwujud yang dapat dinilai dengan uang; b. pihak yang menjadi penanggung atau penjamin utang Perseroan telah membayar lunas

utang Perseroan sebesar yang ditanggung atau dijamin; atau c. Perseroan menjadi penanggung atau penjamin utang dari pihak ketiga dan Perseroan telah

menerima manfaat berupa uang atau barang yang dapat dinilai dengan uang yang

langsung atau tidak langsung secara nyata telah diterima Perseroan. (3) Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sah apabila dilakukan sesuai dengan

ketentuan mengenai panggilan rapat, kuorum, dan jumlah suara untuk perubahan anggaran dasar sebagaimana diatur dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar.

Pasal 36 (1) Perseroan dilarang mengeluarkan saham baik untuk dimiliki sendiri maupun dimiliki oleh

Perseroan lain, yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh Perseroan.

(2) Ketentuan larangan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku

terhadap kepemilikan saham yang diperoleh berdasarkan peralihan karena hukum, hibah, atau hibah wasiat.

(3) Saham yang diperoleh berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah tanggal perolehan harus dialihkan kepada pihak lain yang tidak di larang memiliki saham dalam Perseroan.

(4) Dalam hal Perseroan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perusahaan efek, berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Bagian Kedua

Perlindungan Modal dan Kekayaan Perseroan

Pasal 37

(1) Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan ketentuan: a. pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih Perseroan

menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang

telah disisihkan; dan b. jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh Perseroan dan gadai saham

atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh Perseroan sendiri dan/atau Perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh Perseroan, tidak

Page 395: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 11 -

melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam Perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

(2) Pembelian kembali saham, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang bertentangan dengan ayat (1) batal karena hukum.

(3) Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat pembelian kembali yang batal karena hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Saham yang dibeli kembali Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya boleh dikuasai Perseroan paling lama 3 (tiga) tahun.

Pasal 38

(1) Pembelian kembali saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) atau

pengalihannya lebih lanjut hanya boleh dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

(2) Keputusan RUPS yang memuat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sah apabila dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai panggilan rapat, kuorum, dan persetujuan jumlah suara untuk perubahan anggaran dasar sebagaimana diatur dalam undang-undang ini

dan/atau anggaran dasar.

Pasal 39 (1) RUPS dapat menyerahkan kewenangan kepada Dewan Komisaris guna menyetujui

pelaksanaan keputusan RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 untuk jangka waktu

paling lama 1 (satu) tahun. (2) Penyerahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap kali dapat diperpanjang

untuk jangka waktu yang sama. (3) Penyerahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sewaktu-waktu dapat ditarik

kembali oleh RUPS.

Pasal 40

(1) Saham yang dikuasai Perseroan karena pembelian kembali, peralihan karena hukum, hibah atau hibah wasiat, tidak dapat digunakan untuk mengeluarkan suara dalam RUPS dan tidak diperhitungkan dalam menentukan jumlah kuorum yang harus dicapai sesuai dengan

ketentuan undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. (2) Saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berhak mendapat pembagian dividen.

Bagian Ketiga

Penambahan Modal

Pasal 41

(1) Penambahan modal Perseroan dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS. (2) RUPS dapat menyerahkan kewenangan kepada Dewan Komisaris guna menyetujui

pelaksanaan keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk jangka waktu

paling lama1 (satu) tahun. (3) Penyerahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sewaktu-waktu dapat ditarik

kembali oleh RUPS.

Pasal 42

(1) Keputusan RUPS untuk penambahan modal dasar adalah sah apabila dilakukan dengan memperhatikan persyaratan kuorum dan jumlah suara setuju untuk perubahan anggaran dasar

sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. (2) Keputusan RUPS untuk penambahan modal ditempatkan dan disetor dalam batas modal

dasar adalah sah apabila dilakukan dengan kuorum kehadiran lebih dari 1/2 (satu perdua)

bagian dari seluruh jumlah saham dengan hak suara dan disetujui oleh lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah seluruh suara yang dikeluarkan, kecuali ditentukan lebih besar

dalam anggaran dasar. (3) Penambahan modal sebagaimana dimaksud pada ayat wajib diberitahukan kepada Menteri

untuk dicatat dalam daftar Perseroan.

Page 396: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 12 -

Pasal 43 (1) Seluruh saham yang dikeluarkan untuk penambahan modal harus terlebih dahulu ditawarkan

kepada setiap pemegang saham seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama.

(2) Dalam hal saham yang akan dikeluarkan untuk penambahan modal merupakan saham yang klasifikasinya belum pernah dikeluarkan, yang berhak membeli terlebih dahulu adalah seluruh pemegang saham sesuai dengan perimbangan jumlah saham yang dimilikinya.

(3) Penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal pengeluaran saham: a. ditujukan kepada karyawan Perseroan;

b. ditujukan kepada pemegang obligasi atau efek lain yang dapat dikonversikan menjadi saham, yang telah dikeluarkan dengan persetujuan RUPS; atau

c. dilakukan dalam rangka reorganisasi dan/atau restrukturisasi yang telah disetujui oleh

RUPS. (4) Dalam hal pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menggunakan hak

untuk membeli dan membayar lunas saham yang dibeli dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal penawaran, Perseroan dapat menawarkan sisa saham yang tidak diambil bagian tersebut kepada pihak ketiga.

Bagian Keempat

Pengurangan Modal

Pasal 44

(1) Keputusan RUPS untuk pengurangan modal Perseroan adalah sah apabila dilakukan dengan memperhatikan persyaratan ketentuan kuorum dan jumlah suara setuju untuk perubahan

anggaran dasar sesuai ketentuan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. (2) Direksi wajib memberitahukan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada

semua kreditor dengan mengumumkan dalam 1 (satu) atau lebih surat kabar dalam jangka

waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS.

Pasal 45 (1) Dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal pengumuman sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2), kreditor dapat mengajukan keberatan secara tertulis

disertai alasannya kepada Perseroan atas keputusan pengurangan modal dengan tembusan kepada Menteri.

(2) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, Perseroan wajib memberikan jawaban secara tertulis atas keberatan yang diajukan.

(3) Dalam hal Perseroan: a. menolak keberatan atau tidak memberikan penyelesaian yang disepakati kreditor dalam

jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal jawaban Perseroan diterima; atau

b. tidak memberikan tanggapan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak

tanggal keberatan diajukan kepada Perseroan, kreditor dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan.

Pasal 46

(1) Pengurangan modal Perseroan merupakan perubahan anggaran dasar yang harus mendapat

persetujuan Menteri. (2) Persetujuan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan apabila:

a. tidak terdapat keberatan tertulis dari kreditor dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1);

b. telah dicapai penyelesaian atas keberatan yang diajukan kreditor; atau

c. gugatan kreditor ditolak oleh pengadilan berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Page 397: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 13 -

Pasal 47 (1) Keputusan RUPS tentang pengurangan modal ditempatkan dan disetor dilakukan dengan cara

penarikan kembali saham atau penurunan nilai nominal saham. (2) Penarikan kembali saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap saham

yang telah dibeli kembali oleh Perseroan atau terhadap saham dengan klasifikasi yang dapat ditarik kembali.

(3) Penurunan nilai nominal saham tanpa pembayaran kembali harus dilakukan secara seimbang

terhadap seluruh saham dari setiap klasifikasi saham. (4) Keseimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dikecualikan dengan persetujuan

semua pemegang saham yang nilai nominal sahamnya dikurangi. (5) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) klasifikasi saham, keputusan RUPS tentang

pengurangan modal hanya boleh diambil setelah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari

semua pemegang saham dari setiap klasifikasi saham yang haknya dirugikan oleh keputusan RUPS tentang pengurangan modal tersebut.

Bagian Kelima

Saham

Pasal 48

(1) Saham Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. (2) Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar dengan

memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Dalam hal persyaratan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah

ditetapkan dan tidak dipenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan saham tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan undang-undang ini dan/atau

anggaran dasar.

Pasal 49 (1) Nilai saham harus dicantumkan dalam mata uang rupiah. (2) Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menutup kemungkinan diaturnya pengeluaran saham tanpa nilai nominal dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar

modal.

Pasal 50

(1) Direksi Perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham, yang memuat sekurang-kurangnya:

a. nama dan alamat pemegang saham; b. jumlah, nomor, tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang saham, dan

klasifikasinya dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi saham;

c. jumlah yang disetor atas setiap saham; d. nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang mempunyai hak gadai

atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia saham dan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan fidusia tersebut;

e. keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34

ayat (2). (2) Selain daftar pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direksi Perseroan wajib

mengadakan dan menyimpan daftar khusus yang memuat keterangan mengenai saham anggota Direksi dan Dewan Komisaris beserta keluarganya dalam Perseroan dan/atau pada Perseroan lain serta tanggal saham itu diperoleh.

(3) Dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dicatat juga setiap perubahan kepemilikan saham.

(4) Daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disediakan di tempat kedudukan Perseroan agar dapat dilihat oleh para pemegang saham.

Page 398: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 14 -

(5) Dalam hal peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal tidak mengatur lain, ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) berlaku juga bagi

Perseroan Terbuka.

Pasal 51 Pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya.

Pasal 52 (1) Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk:

a. menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS; b. menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi; c. menjalankan hak lainnya berdasarkan undang-undang ini.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku setelah saham dicatat dalam daftar pemegang saham atas nama pemiliknya.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c tidak berlaku bagi klasifikasi saham tertentu sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang ini.

(4) Setiap saham memberikan kepada pemiliknya hak yang tidak dapat dibagi.

(5) Dalam hal 1 (satu) saham dimiliki oleh lebih dari 1 (satu) orang, hak yang timbul dari saham tersebut digunakan dengan cara menunjuk 1 (satu) orang sebagai wakil bersama.

Pasal 53

(1) Anggaran dasar menetapkan 1 (satu) klasifikasi saham atau lebih.

(2) Setiap saham dalam klasifikasi yang sama memberikan kepada pemegangnya hak yang sama. (3) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) klasifikasi saham, anggaran dasar menetapkan salah

satu di antaranya sebagai saham biasa. (4) Klasifikasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat (3), antara lain:

a. saham dengan hak suara atau tanpa hak suara;

b. saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris;

c. saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan klasifikasi saham lain;

d. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen lebih dahulu

dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian dividen secara kumulatif atau nonkumulatif;

e. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam likuidasi.

Pasal 54

(1) Anggaran dasar dapat menentukan pecahan nilai nominal saham. (2) Pemegang pecahan nilai nominal saham tidak diberikan hak suara perseorangan, kecuali

pemegang pecahan nilai nominal saham, baik sendiri atau bersama pemegang pecahan nilai

nominal saham lainnya yang klasifikasi sahamnya sama memiliki nilai nominal sebesar 1 (satu) nominal saham dari klasifikasi tersebut.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (4) dan ayat (5) mutatis mutandis berlaku bagi pemegang pecahan nilai nominal saham.

Pasal 55 Dalam anggaran dasar Perseroan ditentukan cara pemindahan hak atas saham sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 56

(1) Pemindahan hak atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak. (2) Akta pemindahan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau salinannya disampaikan

secara tertulis kepada Perseroan. (3) Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal, dan hari pemindahan hak

tersebut dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus sebagaimana dimaksud dalam

Page 399: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 15 -

Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2) dan memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan paling lambat 30 (tiga puluh) hari

terhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan hak. (4) Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum dilakukan, Menteri

menolak permohonan persetujuan atau pemberitahuan yang dilaksanakan berdasarkan susunan dan nama pemegang saham yang belum diberitahukan tersebut.

(5) Ketentuan mengenai tata cara pemindahan hak atas saham yang diperdagangkan di pasar

modal diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Pasal 57 (1) Dalam anggaran dasar dapat diatur persyaratan mengenai pemindahan hak atas saham, yaitu:

a. keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi

tertentu atau pemegang saham lainnya; b. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Organ Perseroan; dan/atau

c. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal pemindahan hak

atas saham disebabkan peralihan hak karena hukum, kecuali keharusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berkenaan dengan kewarisan.

Pasal 58

(1) Dalam hal anggaran dasar mengharuskan pemegang saham penjual menawarkan terlebih

dahulu sahamnya kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham lain, dan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh hari) terhitung sejak tanggal penawaran dilakukan

ternyata pemegang saham tersebut tidak membeli, pemegang saham penjual dapat menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak ketiga.

(2) Setiap pemegang saham penjual yang diharuskan menawarkan sahamnya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berhak menarik kembali penawaran tersebut, setelah lewatnya jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Kewajiban menawarkan kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku 1 (satu) kali.

Pasal 59 (1) Pemberian persetujuan pemindahan hak atas saham yang memerlukan persetujuan Organ

Perseroan atau penolakannya harus diberikan secara tertulis dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tangga l Organ Perseroan menerima permintaan persetujuan pemindahan hak tersebut.

(2) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Organ Perseroan tidak memberikan pernyataan tertulis, Organ Perseroan dianggap menyetujui

pemindahan hak atas saham tersebut. (3) Dalam hal pemindahan hak atas saham disetujui oleh Organ Perseroan, pemindahan hak

harus dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 dan

dilakukan dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan diberikan.

Pasal 60

(1) Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal

52 kepada pemiliknya. (2) Saham dapat diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang tidak ditentukan lain

dalam anggaran dasar. (3) Gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang telah didaftarkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan wajib dicatat dalam daftar pemegang saham dan daftar

khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50. (4) Hak suara atas saham yang diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia tetap berada pada

pemegang saham.

Page 400: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 16 -

Pasal 61 (1) Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap Perseroan ke pengadilan

negeri apabila dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris.

(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan.

Pasal 62 (1) Setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan

harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa: a. perubahan anggaran dasar;

b. pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atau

c. penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan. (3) Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melebihi

batas ketentuan pembelian kembali saham oleh Perseroan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 37 ayat (1) huruf b, Perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga.

BAB IV

RENCANA KERJA, LAPORAN TAHUNAN, DAN

PENGGUNAAN LABA

Bagian Kesatu Rencana Kerja

Pasal 63 (1) Direksi menyusun rencana kerja tahunan sebelum dimulainya tahun buku yang akan datang.

(2) Rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat juga anggaran tahunan Perseroan untuk tahun buku yang akan datang.

Pasal 64 (1) Rencana kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 disampaikan kepada Dewan Komisaris

atau RUPS sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar. (2) Anggaran dasar dapat menentukan rencana kerja yang disampaikan oleh Direksi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau

RUPS, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan. (3) Dalam hal anggaran dasar menentukan rencana kerja harus mendapat persetujuan RUPS,

rencana kerja tersebut terlebih dahulu harus ditelaah Dewan Komisaris.

Pasal 65

(1) Dalam hal Direksi tidak menyampaikan rencana kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64, rencana kerja tahun yang lampau diberlakukan.

(2) Rencana kerja tahun yang lampau berlaku juga bagi Perseroan yang rencana kerjanya belum memperoleh persetujuan sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar atau peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Laporan Tahunan

Pasal 66

(1) Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku Perseroan

berakhir. (2) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat sekurang-kurangnya:

Page 401: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 17 -

a. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari

tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut;

b. laporan mengenai kegiatan Perseroan; c. laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan; d. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha

Perseroan; e. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris

selama tahun buku yang baru lampau; f. nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris; g. gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan bagi

anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru lampau. (3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disusun berdasarkan standar

akuntansi keuangan. (4) Neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf a bagi Perseroan yang wajib diaudit, harus disampaikan kepada Menteri

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 67 (1) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) ditandatangani oleh semua

anggota Direksi dan semua anggota Dewan Komisaris yang menjabat pada tahun buku yang

bersangkutan dan disediakan di kantor Perseroan sejak tanggal panggilan RUPS untuk dapat diperiksa oleh pemegang saham.

(2) Dalam hal terdapat anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang tidak menandatangani laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang bersangkutan harus menyebutkan alasannya secara tertulis, atau alasan tersebut dinyatakan oleh Direksi

dalam surat tersendiri yang dilekatkan dalam laporan tahunan. (3) Dalam hal terdapat anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang tidak

menandatangani laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tidak memberi alasan secara tertulis, yang bersangkutan dianggap telah menyetujui isi laporan tahunan.

Pasal 68 (1) Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan Perseroan kepada akuntan publik untuk diaudit

apabila: a. kegiatan usaha Perseroan adalah menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat; b. Perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat;

c. Perseroan merupakan Perseroan Terbuka; d. Perseroan merupakan persero;

e. Perseroan mempunyai aset dan/atau jumlah peredaran usaha dengan jumlah nilai paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah); atau

f. diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam hal kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipenuhi, laporan keuangan tidak disahkan oleh RUPS.

(3) Laporan atas hasil audit akuntan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada RUPS melalui Direksi.

(4) Neraca dan laporan laba rugi dari laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, huruf b, dan huruf c setelah mendapat pengesahan RUPS diumumkan dalam 1 (satu) surat kabar.

(5) Pengumuman neraca dan laporan laba rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah mendapat pengesahan RUPS.

(6) Pengurangan besarnya jumlah nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e ditetapkan

dengan peraturan pemerintah.

Pasal 69 (1) Persetujuan laporan tahunan termasuk pengesahan laporan keuangan serta laporan tugas

pengawasan Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS.

Page 402: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 18 -

(2) Keputusan atas pengesahan laporan keuangan dan persetujuan laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan ketentuan dalam undang-undang ini dan/atau

anggaran dasar. (3) Dalam hal laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar dan/atau menyesatkan,

anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan.

(4) Anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris dibebaskan dari tanggung jawab

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila terbukti bahwa keadaan tersebut bukan karena kesalahannya.

Bagian Ketiga

Penggunaan Laba

Pasal 70

(1) Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih setiap tahun buku untuk cadangan.

(2) Kewajiban penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku apabila

Perseroan mempunyai saldo laba yang positif. (3) Penyisihan laba bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sampai cadangan

mencapai paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor.

(4) Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang belum mencapai jumlah sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) hanya boleh dipergunakan untuk menutup kerugian yang tidak dapat dipenuhi oleh cadangan lain.

Pasal 71

(1) Penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 70 ayat (1) diputuskan oleh RUPS. (2) Seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 70 ayat (1) dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, kecuali ditentukan lain dalam RUPS.

(3) Dividen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya boleh dibagikan apabila Perseroan

mempunyai saldo laba yang positif.

Pasal 72 (1) Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku Perseroan berakhir

sepanjang diatur dalam anggaran dasar Perseroan.

(2) Pembagian dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan apabila jumlah kekayaan bersih Perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada jumlah modal

ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib. (3) Pembagian dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh mengganggu

atau menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada kreditor atau

mengganggu kegiatan Perseroan. (4) Pembagian dividen interim ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi setelah memperoleh

persetujuan Dewan Komisaris, dengan memperhatikan ketentuan pada ayat (2) dan ayat (3). (5) Dalam hal setelah tahun buku berakhir ternyata Perseroan menderita kerugian, dividen

interim yang telah dibagikan harus dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan.

(6) Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Perseroan, dalam hal pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim

sebagaimana dimaksud pada ayat (5).

Pasal 73

(1) Dividen yang tidak diambil setelah 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal yang ditetapkan untuk pembayaran dividen lampau, dimasukkan ke dalam cadangan khusus.

(2) RUPS mengatur tata cara pengambilan dividen yang telah dimasukkan ke dalam cadangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Page 403: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 19 -

(3) Dividen yang telah dimasukkan dalam cadangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tidak diambil dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun akan menjadi hak Perseroan.

BAB V

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Pasal 74 (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber

daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. (2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang

pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai

sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan

peraturan pemerintah.

BAB VI

RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM

Pasal 75

(1) RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar.

(2) Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan Perseroan dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan Perseroan.

(3) RUPS dalam mata acara lain- lain tidak berhak mengambil keputusan, kecuali semua pemegang saham hadir dan/atau diwakili dalam RUPS dan menyetujui penambahan mata

acara rapat. (4) Keputusan atas mata acara rapat yang ditambahkan harus disetujui dengan suara bulat.

Pasal 76 (1) RUPS diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau di tempat Perseroan melakukan

kegiatan usahanya yang utama sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar. (2) RUPS Perseroan Terbuka dapat diadakan di tempat kedudukan bursa di mana saham

Perseroan dicatatkan.

(3) Tempat RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus terletak di wilayah negara Republik Indonesia.

(4) Jika dalam RUPS hadir dan/atau diwakili semua pemegang saham dan semua pemegang saham menyetujui diadakannya RUPS dengan agenda tertentu, RUPS dapat diadakan di manapun dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat mengambil keputusan jika keputusan tersebut disetujui dengan suara bulat.

Pasal 77

(1) Selain penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76, RUPS dapat juga

dilakukan melalui media telekonferensi, video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya yang memungkinkan semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar secara

langsung serta berpartisipasi dalam rapat. (2) Persyaratan kuorum dan persyaratan pengambilan keputusan adalah persyaratan sebagaimana

diatur dalam undang-undang ini dan/atau sebagaimana diatur dalam anggaran dasar

Perseroan. (3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung berdasarkan keikutsertaan peserta

RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (4) Setiap penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuatkan risalah

rapat yang disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta RUPS.

Page 404: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 20 -

Pasal 78 (1) RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya.

(2) RUPS tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir.

(3) Dalam RUPS tahunan, harus diajukan semua dokumen dari laporan tahunan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2).

(4) RUPS lainnya dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan

Perseroan.

Pasal 79 (1) Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (2)

dan RUPS lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (4) dengan didahului

pemanggilan RUPS. (2) Penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan atas

permintaan: a. 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu

persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran

dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil; atau b. Dewan Komisaris.

(3) Permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan kepada Direksi dengan Surat Tercatat disertai alasannya.

(4) Surat Tercatat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang disampaikan oleh pemegang saham

tembusannya disampaikan kepada Dewan Komisaris. (5) Direksi wajib melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima

belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima. (6) Dalam hal Direksi tidak melakukan pemanggilan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat

(5):

a. Permintaan penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diajukan kembali kepada Dewan Komisaris; atau

b. Dewan Komisaris melakukan pemanggilan sendiri RUPS, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b.

(7) Dewan Komisaris wajib melakukan pemanggilan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat

huruf a dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima.

(8) RUPS yang diselenggarakan Direksi berdasarkan panggilan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) membicarakan masalah yang berkaitan dengan alasan sebaga imana dimaksud pada ayat (3) dan mata acara rapat lainnya yang dipandang perlu oleh Direksi.

(9) RUPS yang diselenggarakan Dewan Komisaris berdasarkan panggilan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b dan ayat (7) hanya membicarakan masalah yang berkaitan

dengan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3). (10) Penyelenggaraan RUPS Perseroan Terbuka tunduk pada ketentuan undang-undang ini

sepanjang ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal tidak menentukan

lain.

Pasal 80 (1) Dalam hal Direksi atau Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka

waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (5) dan ayat (7), pemegang saham yang

meminta penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan untuk menetapkan

pemberian izin kepada pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut. (2) Ketua pengadilan negeri setelah memanggil dan mendengar pemohon, Direksi dan/atau

Dewan Komisaris, menetapkan pemberian izin untuk menyelenggarakan RUPS apabila

pemohon secara sumir telah membuktikan bahwa persyaratan telah dipenuhi dan pemohon mempunyai kepentingan yang wajar untuk diselenggarakannya RUPS.

(3) Penetapan ketua pengadilan negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat juga ketentuan mengenai:

Page 405: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 21 -

a. bentuk RUPS, mata acara RUPS sesuai dengan permohonan pemegang saham, jangka waktu pemanggilan RUPS, kuorum kehadiran, dan/atau ketentuan tentang persyaratan

pengambilan keputusan RUPS, serta penunjukan ketua rapat, sesuai dengan atau tanpa terikat pada ketentuan undang-undang ini atau anggaran dasar; dan/atau

b. perintah yang mewajibkan Direksi dan/atau Dewan Komisaris untuk hadir dalam RUPS. (4) Ketua pengadilan negeri menolak permohonan dalam hal pemohon tidak dapat membuktikan

secara sumir bahwa persyaratan telah dipenuhi dan pemohon mempunyai kepentingan yang

wajar untuk diselenggarakannya RUPS. (5) RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya boleh membicarakan mata acara rapat

sebagaimana ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri. (6) Penetapan ketua pengadilan negeri mengenai pemberian izin sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap.

(7) Dalam hal penetapan ketua pengadilan negeri menolak permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), upaya hukum yang dapat diajukan hanya kasasi.

(8) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi Perseroan Terbuka dengan memperhatikan persyaratan pengumuman akan diadakannya RUPS dan persyaratan lainnya untuk penyelenggaraan RUPS sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di

bidang pasar modal.

Pasal 81 (1) Direksi melakukan pemanggilan kepada pemegang saham sebelum menyelenggarakan

RUPS.

(2) Dalam hal tertentu, pemanggilan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Dewan Komisaris atau pemegang saham berdasarkan penetapan ketua pengadilan

negeri.

Pasal 82

(1) Pemanggilan RUPS dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal RUPS diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan

tanggal RUPS. (2) Pemanggilan RUPS dilakukan dengan Surat Tercatat dan/atau dengan iklan dalam Surat

Kabar.

(3) Dalam panggilan RUPS dicantumkan tanggal, waktu, tempat, dan mata acara rapat disertai pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam RUPS tersedia di kantor

Perseroan sejak tanggal dilakukan pemanggilan RUPS sampai dengan tanggal RUPS diadakan.

(4) Perseroan wajib memberikan salinan bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada

pemegang saham secara cuma-cuma jika diminta. (5) Dalam hal pemanggilan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2), dan panggilan tidak sesuai dengan ketentuan ayat (3), keputusan RUPS tetap sah jika semua pemegang saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan tersebut disetujui dengan suara bulat.

Pasal 83

(1) Bagi Perseroan Terbuka, sebelum pemanggilan RUPS dilakukan wajib didahului dengan pengumuman mengenai akan diadakan pemanggilan RUPS dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum pemanggilan RUPS.

Pasal 84

(1) Setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara, kecuali anggaran dasar

menentukan lain. (2) Hak suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk:

a. saham Perseroan yang dikuasai sendiri oleh Perseroan; b. saham induk Perseroan yang dikuasai oleh anak perusahaannya secara langsung atau

tidak langsung; atau

Page 406: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 22 -

c. saham Perseroan yang dikuasai oleh Perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh Perseroan.

Pasal 85

(1) Pemegang saham, baik sendiri maupun diwakili berdasarkan surat kuasa berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi pemegang saham dari

saham tanpa hak suara. (3) Dalam pemungutan suara, suara yang dikeluarkan oleh pemegang saham berlaku untuk

seluruh saham yang dimilikinya dan pemegang saham tidak berhak memberikan kuasa kepada lebih dari seorang kuasa untuk sebagian dari jumlah saham yang dimilikinya dengan suara yang berbeda.

(4) Dalam pemungutan suara, anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan karyawan Perseroan yang bersangkutan dilarang bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham

sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (5) Dalam hal pemegang saham hadir sendiri dalam RUPS, surat kuasa yang telah diberikan

tidak berlaku untuk rapat tersebut.

(6) Ketua rapat berhak menentukan siapa yang berhak hadir dalam RUPS dengan memperhatikan ketentuan undang-undang ini dan anggaran dasar Perseroan.

(7) Terhadap Perseroan Terbuka selain berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (6) berlaku juga ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Pasal 86 (1) RUPS dapat dilangsungkan jika dalam RUPS lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah

seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali undang-undang dan/atau anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar.

(2) Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, dapat diadakan

pemanggilan RUPS kedua. (3) Dalam pemanggilan RUPS kedua harus disebutkan bahwa RUPS pertama telah

dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum. (4) RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sah dan berhak mengambil keputusan jika

dalam RUPS paling sedikit 1/3 (satu pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak

suara hadir atau diwakili, kecuali anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar.

(5) Dalam hal kuorum RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak tercapai, Perseroan dapat memohon kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan atas permohonan Perseroan agar ditetapkan kuorum untuk

RUPS ketiga. (6) Pemanggilan RUPS ketiga harus menyebutkan bahwa RUPS kedua telah dilangsungkan dan

tidak mencapai kuorum dan RUPS ketiga akan dilangsungkan dengan kuorum yang telah ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri.

(7) Penetapan ketua pengadilan negeri mengenai kuorum RUPS sebagaimana dimaksud pada

ayat (5) bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap. (8) Pemanggilan RUPS kedua dan ketiga dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)

hari sebelum RUPS kedua atau ketiga dilangsungkan. (9) RUPS kedua dan ketiga dilangsungkan dalam jangka waktu paling cepat 10 (sepuluh) hari

dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari setelah RUPS yang mendahuluinya

dilangsungkan.

Pasal 87 (1) Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. (2) Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tidak tercapai, keputusan adalah sah jika disetujui lebih dari 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan kecuali undang-undang dan/atau anggaran dasar

menentukan bahwa keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang lebih besar.

Page 407: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 23 -

Pasal 88 (1) RUPS untuk mengubah anggaran dasar dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit

2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian

dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.

(2) Dalam hal kuorum kehadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, dapat

diselenggarakan RUPS kedua. (3) RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sah dan berhak mengambil keputusan jika

dalam rapat paling sedikit 3/5 (tiga perlima) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar

menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8), dan ayat (9) mutatis mutandis berlaku bagi RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) mengenai kuorum

kehadiran dan ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS berlaku juga bagi Perseroan Terbuka sepanjang tidak diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di

bidang pasar modal. Pasal 89

(1) RUPS untuk menyetujui Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan,

pengajuan permohonan agar Perseroan dinyatakan pailit, perpanjangan jangka waktu berdirinya, dan pembubaran Perseroan dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit

3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum

kehadiran dan/atau ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.

(2) Dalam hal kuorum kehadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, dapat diadakan RUPS kedua.

(3) RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sah dan berhak mengambil keputusan jika

dalam rapat paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui oleh paling

sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8), dan ayat (9) mutatis mutandis berlaku bagi RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) mengenai kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS berlaku juga bagi Perseroan Terbuka sepanjang tidak diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di

bidang pasar modal.

Pasal 90 (1) Setiap penyelenggaraan RUPS, risalah RUPS wajib dibuat dan ditandatangani oleh ketua

rapat dan paling sedikit 1 (satu) orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta

RUPS. (2) Tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak disya ratkan apabila risalah RUPS

tersebut dibuat dengan akta notaris.

Pasal 91

Pemegang saham dapat juga mengambil keputusan yang mengikat di luar RUPS dengan syarat semua pemegang saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan menandatangani

usul yang bersangkutan.

Page 408: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 24 -

BAB VII DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

Bagian Kesatu

Direksi

Pasal 92

(1) Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

(2) Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/ atau anggaran dasar.

(3) Direksi Perseroan terdiri atas 1 (satu) orang anggota Direksi atau lebih. (4) Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau mengelola dana

masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi.

(5) Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, pembagian tugas dan

wewenang pengurusan di antara anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS. (6) Dalam hal RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak menetapkan, pembagian tugas

dan wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi.

Pasal 93

(1) Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya

pernah: a. dinyatakan pailit; b. menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah

menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit; atau c. dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau

yang berkaitan dengan sektor keuangan. (2) Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi kemungkinan

instansi teknis yang berwenang menetapkan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan

perundang-undangan. (3) Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibuktikan dengan

surat yang disimpan oleh Perseroan.

Pasal 94

(1) Anggota Direksi diangkat oleh RUPS. (2) Untuk pertama kali pengangkatan anggota Direksi dilakukan oleh pendiri dalam akta

pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b. (3) Anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali. (4) Anggaran dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota

Direksi dan dapat juga mengatur tentang tata cara pencalonan anggota Direksi. (5) Keputusan RUPS mengenai pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi

juga menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian tersebut.

(6) Dalam hal RUPS tidak menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian, dan

pemberhentian anggota Direksi, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi tersebut mulai berlaku sejak ditutupnya RUPS.

(7) Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi, Direksi wajib memberitahukan perubahan anggota Direksi kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal

keputusan RUPS tersebut. (8) Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) belum dilakukan, Menteri

menolak setiap permohonan yang diajukan atau pemberitahuan yang disampaikan kepada Menteri oleh Direksi yang belum tercatat dalam daftar Perseroan.

Page 409: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 25 -

(9) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) tidak termasuk pemberitahuan yang disampaikan oleh Direksi baru atas pengangkatan dirinya sendiri.

Pasal 95

(1) Pengangkatan anggota Direksi yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 batal karena hukum sejak saat anggota Direksi lainnya atau Dewan Komisaris mengetahui tidak terpenuhinya persyaratan tersebut.

(2) Dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak diketahui, anggota Direksi lainnya atau Dewan Komisaris harus mengumumkan batalnya pengangkatan anggota Direksi

yang bersangkutan dalam surat kabar dan memberitahukannya kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan.

(3) Perbuatan hukum yang telah dilakukan untuk dan atas nama Perseroan oleh anggota Direksi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum pengangkatannya batal, tetap mengikat dan menjadi tanggung jawab Perseroan.

(4) Perbuatan hukum yang dilakukan untuk dan atas nama Perseroan oleh anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah pengangkatannya batal, adalah tidak sah dan menjadi tanggung jawab pribadi anggota Direksi yang bersangkutan.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak mengurangi tanggung jawab anggota Direksi yang bersangkutan terhadap kerugian Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

97 dan Pasal 104.

Pasal 96

(1) Ketentuan tentang besarnya gaji dan tunjangan anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.

(2) Kewenangan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilimpahkan kepada Dewan Komisaris.

(3) Dalam hal kewenangan RUPS dilimpahkan kepada Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), besarnya gaji dan tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris.

Pasal 97

(1) Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

92 ayat (1). (2) Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi

dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. (3) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan

apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi.

(5) Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) apabila dapat membuktikan: a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas

tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

(6) Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya

menimbulkan kerugian pada Perseroan. (7) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak mengurangi hak anggota Direksi lain

dan/atau anggota Dewan Komisaris untuk mengajukan gugatan atas nama Perseroan.

Page 410: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 26 -

Pasal 98 (1) Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

(2) Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar.

(2) Kewenangan Direksi untuk mewakili Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, anggaran dasar, atau keputusan RUPS.

(3) Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar Perseroan.

Pasal 99

(1) Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perseroan apabila:

a. terjadi perkara di pengadilan antara Perseroan dengan anggota Direksi yang bersangkutan; atau

b. anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan. (2) Dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang berhak mewakili

Perseroan adalah:

a. anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan; b. Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan

dengan Perseroan; atau c. pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau Dewan

Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan.

Pasal 100

(1) Direksi Wajib: a. membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS, dan b. risalah rapat Direksi;

c. membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dan dokumen keuangan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang Dokumen Perusahaan;

dan d. memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan Perseroan sebagaimana

dimaksud pada huruf a dan huruf b dan dokumen Perseroan lainnya.

(2) Seluruh daftar, risalah, dokumen keuangan Perseroan, dan dokumen Perseroan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan di tempat kedudukan Perseroan.

(3) Atas permohonan tertulis dari pemegang saham, Direksi memberi izin kepada pemegang saham untuk memeriksa daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan laporan tahunan, serta mendapatkan salinan risalah RUPS dan

salinan laporan tahunan. (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak menutup kemungkinan peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal menentukan lain.

Pasal 101

(1) Anggota Direksi wajib melaporkan kepada Perseroan mengenai saham yang dimiliki anggota Direksi yang bersangkutan dan/atau keluarganya dalam Perseroan dan Perseroan lain untuk

selanjutnya dicatat dalam daftar khusus. (2) Anggota Direksi yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan menimbulkan kerugian bagi Perseroan, bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian

Perseroan tersebut.

Pasal 102 (1) Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk:

a. mengalihkan kekayaan Perseroan; atau

b. menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan; yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam

1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.

Page 411: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 27 -

(2) Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah transaksi pengalihan kekayaan bersih Perseroan yang terjadi dalam jangka waktu 1 (satu) tahun buku atau jangka waktu

yang lebih lama sebagaimana diatur dalam anggaran dasar Perseroan. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak berlaku terhadap tindakan pengalihan

atau penjaminan kekayaan Perseroan yang dilakukan oleh Direksi sebagai pelaksanaan kegiatan usaha Perseroan sesuai dengan anggaran dasarnya.

(4) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tanpa persetujuan RUPS, tetap

mengikat Perseroan sepanjang pihak lain dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik. (5) Ketentuan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang pengambilan keputusan RUPS

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 mutatis mutandis berlaku bagi keputusan RUPS untuk menyetujui tindakan Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 103 Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada 1 (satu) orang karyawan Perseroan atau lebih atau

kepada orang lain untuk dan atas nama Perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa.

Pasal 104 (1) Direksi tidak berwenang mengajukan permohonan pailit atas Perseroan sendiri kepada

Pengadilan Niaga sebelum memperoleh persetujuan RUPS, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

(2) Dalam hal kepailitan sebagaimana dimaksud pada ayat terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan

dalam kepailitan tersebut, setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut.

(3) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga bagi anggota Direksi

yang salah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.

(4) Anggota Direksi tidak bertanggungjawab atas kepailitan Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila dapat membuktikan: a. kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan; dan

d. telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) berlaku juga bagi Direksi dari Perseroan yang dinyatakan pailit berdasarkan gugatan pihak ketiga.

Pasal 105

(1) Anggota Direksi dapat diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan keputusan RUPS dengan

menyebutkan alasannya. (2) Keputusan untuk memberhentikan anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam RUPS. (3) Dalam hal keputusan untuk memberhentikan anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilakukan dengan keputusan di luar RUPS sesuai dengan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 91, anggota Direksi yang bersangkutan diberi tahu terlebih dahulu tentang rencana pemberhentian dan diberikan kesempatan untuk membela diri sebelum

diambil keputusan pemberhentian. (4) Pemberian kesempatan untuk membela diri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak

diperlukan dalam hal yang bersangkutan tidak berkeberatan atas pemberhentian tersebut.

(5) Pemberhentian anggota Direksi berlaku sejak: a. ditutupnya RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1);

b. tanggal keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3); c. tanggal lain yang ditetapkan dalam keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat

(1); atau

Page 412: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 28 -

d. tanggal lain yang ditetapkan dalam keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasal 106 (1) Anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara oleh Dewan Komisaris dengan

menyebutkan alasannya. (2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis

kepada anggota Direksi yang bersangkutan.

(3) Anggota Direksi yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berwenang melakukan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1) dan Pasal 98

ayat (1). (4) Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal pemberhentian

sementara harus diselenggarakan RUPS.

(5) Dalam RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) anggota Direksi yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri.

(6) RUPS mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara tersebut. (7) Dalam hal RUPS menguatkan keputusan pemberhentian sementara, anggota Direksi yang

bersangkutan diberhentikan untuk seterusnya.

(8) Dalam hal jangka waktu 30 (tiga puluh) hari telah lewat RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak diselenggarakan, atau RUPS tidak dapat mengambil keputusan, pemberhentian

sementara tersebut menjadi batal. (9) Bagi Perseroan Terbuka penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan

ayat (8) berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Pasal 107

Dalam anggaran dasar diatur ketentuan mengenai: a. tata cara pengunduran diri anggota Direksi; b. tata cara pengisian jabatan anggota Direksi yang lowong; dan

c. pihak yang berwenang menjalankan pengurusan dan mewakili Perseroan dalam hal seluruh anggota Direksi berhalangan atau diberhentikan untuk sementara.

Bagian Kedua

Dewan Komisaris

Pasal 108

(1) Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi.

(2) Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

(3) Dewan Komisaris terdiri atas 1 (satu) orang anggota atau lebih. (4) Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota merupakan majelis dan

setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan

berdasarkan keputusan Dewan Komisaris. (5) Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau mengelola dana

masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota Dewan Komisaris.

Pasal 109 (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selain mempunyai

Dewan Komisaris wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariah. (2) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas seorang ahli

syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia.

(3) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai dengan prinsip

syariah.

Page 413: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 29 -

Pasal 110 (1) Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Komisaris adalah orang perseorangan yang

cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah:

a. dinyatakan pailit; b. menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah

menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit; atau

c. dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.

(2) Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(3) Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibuktikan dengan surat yang disimpan oleh Perseroan.

Pasal 111

(1) Anggota Dewan Komisaris diangkat oleh RUPS.

(2) Untuk pertama kali pengangkatan anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh pendiri dalam akta pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b.

(3) Anggota Dewan Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali.

(4) Anggaran dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota

Dewan Komisaris serta dapat juga mengatur tentang pencalonan anggota Dewan Komisaris. (5) Keputusan RUPS mengenai pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Dewan

Komisaris juga menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian tersebut.

(6) Dalam hal RUPS tidak menentukan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian, dan

pemberhentian anggota Dewan Komisaris, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian mulai berlaku sejak ditutupnya RUPS.

(7) Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris, Direksi wajib memberitahukan perubahan tersebut kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal

keputusan RUPS tersebut. (8) Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) belum dilakukan, Menteri

menolak setiap pemberitahuan tentang perubahan susunan Dewan Komisaris selanjutnya yang disampaikan kepada Menteri oleh Direksi.

Pasal 112 (1) Pengangkatan anggota Dewan Komisaris yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) dan ayat (2) batal karena hukum sejak saat anggota Dewan Komisaris lainnya atau Direksi mengetahui tidak terpenuhinya persyaratan tersebut.

(2) Dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak diketahui, Direksi harus

mengumumkan batalnya pengangkatan anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan dalam surat kabar dan memberitahukannya kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan.

(3) Perbuatan hukum yang telah dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk dan atas nama Dewan Komisaris sebelum pengangkatannya batal, tetap mengikat dan menjadi tanggung jawab Perseroan.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mengurangi tanggung jawab anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan terhadap kerugian Perseroan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 114 dan Pasal 115.

Pasal 113

Ketentuan tentang besarnya gaji atau honorarium dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris ditetapkan oleh RUPS.

Page 414: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 30 -

Pasal 114 (1) Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 108 ayat (1). (2) Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung

jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

(3) Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sebagaimana

dimaksud pada ayat (2). (4) Dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota Dewan Komisaris atau lebih,

tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi

setiap anggota Dewan Komisaris. (5) Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan: a. telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan

Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

b. tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian; dan

c. telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

(6) Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh)

bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat menggugat anggota Dewan Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan

ke pengadilan negeri.

Pasal 115

(1) Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh Direksi dan kekayaan

Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi.

(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi anggota Dewan Komisaris yang sudah tidak menjabat 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit

diucapkan. (3) Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas kepailitan

Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila dapat membuktikan:

a. kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; b. telah melakukan tugas pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk

kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; c. tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak langsung atas

tindakan pengurusan oleh Direksi yang mengakibatkan kepailitan; dan

d. telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah terjadinya kepailitan.

Pasal 116 Dewan Komisaris wajib: a. membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya;

b. melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya pada Perseroan tersebut dan Perseroan lain; dan

c. memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS.

Pasal 117 (1) Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada Dewan Komisaris

untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu.

Page 415: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 31 -

(2) Dalam hal anggaran dasar menetapkan persyaratan pemberian persetujuan atau bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tanpa persetujuan atau bantuan Dewan Komisaris,

perbuatan hukum tetap mengikat Perseroan sepanjang pihak lainnya dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik.

Pasal 118

(1) Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, Dewan Komisaris dapat melakukan

tindakan pengurusan Perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu. (2) Dewan Komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu melakukan

tindakan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap Perseroan dan pihak ketiga.

Pasal 119 Ketentuan mengenai pemberhentian anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105

mutatis mutandis berlaku bagi pemberhentian anggota Dewan Komisaris.

Pasal 120

(1) Anggaran dasar Perseroan dapat mengatur adanya 1 (satu) orang atau lebih Komisaris Independen dan 1 (satu) orang Komisaris Utusan.

(2) Komisaris independen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris lainnya.

(3) Komisaris utusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris.

(4) Tugas dan wewenang Komisaris utusan ditetapkan dalam anggaran dasar Perseroan dengan ketentuan tidak bertentangan dengan tugas dan wewenang Dewan Komisaris dan tidak mengurangi tugas pengurusan yang dilakukan Direksi.

Pasal 121

(1) Dalam menjalankan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108, Dewan Komisaris dapat membentuk komite, yang anggotanya seorang atau lebih adalah anggota Dewan Komisaris.

(2) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.

BAB VIII PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN,

DAN PEMISAHAN

Pasal 122

(1) Penggabungan dan Peleburan mengakibatkan Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri berakhir karena hukum.

(2) Berakhirnya Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi tanpa dilakukan likuidasi

terlebih dahulu. (3) Dalam hal berakhirnya Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

a. aktiva dan pasiva Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima Penggabungan atau Perseroan hasil Peleburan;

b. pemegang saham Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri karena hukum

menjadi pemegang saham Perseroan yang menerima Penggabungan atau Perseroan hasil Peleburan; dan

c. Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri berakhir karena hukum terhitung sejak tanggal Penggabungan atau Peleburan mulai berlaku.

Pasal 123 (1) Direksi Perseroan yang akan menggabungkan diri dan menerima Penggabungan menyusun

rancangan Penggabungan. (2) Rancangan Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-

kurangnya:

Page 416: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 32 -

a. nama dan tempat kedudukan dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan; b. alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan melakukan Penggabungan dan

persyaratan Penggabungan; c. tata cara penilaian dan konversi saham Perseroan yang menggabungkan diri terhadap

saham Perseroan yang menerima Penggabungan; d. rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan yang menerima Penggabungan apabila

ada;

e. laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf a yang meliputi 3 (tiga) tahun buku terakhir dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan;

f. rencana kelanjutan atau pengakhiran kegiatan usaha dari Perseroan yang akan melakukan Penggabungan;

g. neraca proforma Perseroan yang menerima Penggabungan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia; h. cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan

karyawan Perseroan yang akan melakukan Penggabungan diri; i. cara penyelesaian hak dan kewajiban Perseroan yang akan menggabungkan diri terhadap

pihak ketiga.

j. cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap Penggabungan Perseroan;

k. nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris serta gaji, honorarium dan tunjangan bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan yang menerima Penggabungan;

l. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Penggabungan;

m. laporan mengenai keadaan, perkembangan, dan hasil yang dicapai dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan;

n. kegiatan utama setiap Perseroan yang melakukan Penggabungan dan perubahan yang terjadi selama tahun buku yang sedang berjalan; dan

o. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang sedang berjalan yang

mempengaruhi kegiatan Perseroan yang akan melakukan Penggabungan. (3) Rancangan Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah mendapat

persetujuan Dewan Komisaris dari setiap Perseroan diajukan kepada RUPS masing-masing untuk mendapat persetujuan.

(3) Bagi Perseroan tertentu yang akan melakukan Penggabungan selain berlaku ketentuan dalam

undang-undang ini, perlu mendapat persetujuan terlebih dahulu dari instansi terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) berlaku juga bagi Perseroan Terbuka sepanjang tidak diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Pasal 124

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 123 mutatis mutandis berlaku bagi Perseroan yang akan meleburkan diri.

Pasal 125 (1) Pengambilalihan dilakukan dengan cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan

dan/atau akan dikeluarkan oleh Perseroan melalui Direksi Perseroan atau langsung dari pemegang saham.

(2) Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan.

(3) Pengambilalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengambilalihan saham yang mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap Perseroan tersebut.

(4) Dalam hal Pengambilalihan yang dilakukan oleh badan hukum berbentuk Perseroan, Direksi sebelum melakukan perbuatan hukum pengambilalihan harus berdasarkan keputusan RUPS yang memenuhi kuorum kehadiran dan ketentuan tentang persyaratan pengambilan

keputusan RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89. (5) Dalam hal Pengambilalihan dilakukan melalui Direksi, pihak yang akan mengambil alih

menyampaikan maksudnya untuk melakukan Pengambilalihan kepada Direksi Perseroan yang akan diambil alih.

Page 417: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 33 -

(6) Direksi Perseroan yang akan diambil alih dan Perseroan yang akan mengambil alih dengan persetujuan Dewan Komisaris masing-masing menyusun rancangan Pengambilalihan yang

memuat sekurang-kurangnya: a. nama dan tempat kedudukan dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan

yang akan diambil alih; b. alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan mengambil alih dan Direksi

Perseroan yang akan diambil alih;

c. laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf a untuk tahun buku terakhir dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan yang akan diambil

alih; d. tata cara penilaian dan konversi saham dari Perseroan yang akan diambil alih terhadap

saham penukarnya apabila pembayaran pengambilalihan dilakukan dengan saham;

e. jumlah saham yang akan diambil alih; f. kesiapan pendanaan;

g. neraca konsolidasi proforma Perseroan yang akan mengambil alih setelah Pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia;

h. cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap Pengambilalihan; i. cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan

karyawan dari Perseroan yang akan diambil alih; j. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengambilalihan, termasuk jangka waktu pemberian

kuasa pengalihan saham dari pemegang saham kepada Direksi Perseroan;

k. rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan hasil Pengambilalihan apabila ada. (7) Dalam hal pengambilalihan saham dilakukan langsung dari pemegang saham, ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6) tidak berlaku. (8) Pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (7) wajib memperhatikan

ketentuan anggaran dasar Perseroan yang diambil alih tentang pemindahan hak atas saham

dan perjanjian yang telah dibuat oleh Perseroan dengan pihak lain.

Pasal 126 (1) Perbuatan hukum Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan wajib

memperhatikan kepentingan:

a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan; b. kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan

c. masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha. (2) Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS mengenai Penggabungan,

Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya

boleh menggunakan haknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62. (3) Pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menghentikan proses

pelaksanaan Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan.

Pasal 127

(1) Keputusan RUPS mengenai Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan sah apabila diambil sesuai dengan ketentuan Pasal 87 ayat (1) dan Pasal 89.

(2) Direksi Perseroan yang akan melakukan Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan wajib mengumumkan ringkasan rancangan paling sedikit dalam 1 (satu) surat kabar dan mengumumkan secara tertulis kepada karyawan dari Perseroan yang akan

melakukan Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pemanggilan RUPS.

(3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat juga pemberitahuan bahwa pihak yang berkepentingan dapat memperoleh rancangan Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan di kantor Perseroan terhitung sejak tanggal pengumuman

sampai tanggal RUPS diselenggarakan. (4) Kreditor dapat mengajukan keberatan kepada Perseroan dalam jangka waktu paling lambat

14 (empat belas) hari setelah pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengenai Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan sesuai dengan rancangan tersebut.

Page 418: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 34 -

(5) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kreditor tidak mengajukan keberatan, kreditor dianggap menyetujui Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau

Pemisahan. (6) Dalam hal keberatan kreditor sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sampai dengan tanggal

diselenggarakan RUPS tidak dapat diselesaikan oleh Direksi, keberatan tersebut harus disampaikan dalam RUPS guna mendapat penyelesaian.

(7) Selama penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (6) belum tercapai, Penggabungan,

Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan tidak dapat dilaksanakan. (8) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (4), ayat (5), ayat (6), dan ayat (7)

mutatis mutandis berlaku bagi pengumuman dalam rangka Pengambilalihan saham yang dilakukan langsung dari pemegang saham dalam Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125.

Pasal 128

(1) Rancangan Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan yang telah disetujui RUPS dituangkan ke dalam akta Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan yang dibuat di hadapan notaris dalam bahasa Indonesia.

(2) Akta pengambilalihan saham yang dilakukan langsung dari pemegang saham wajib dinyatakan dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia.

(3) Akta peleburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar pembuatan akta pendirian Perseroan hasil Peleburan.

Pasal 129 (1) Salinan akta Penggabungan Perseroan dilampirkan pada:

a. pengajuan permohonan untuk mendapatkan persetujuan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1); atau

b. penyampaian pemberitahuan kepada Menteri tentang perubahan anggaran dasar

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3). (2) Dalam hal Penggabungan Perseroan tidak disertai perubahan anggaran dasar, salinan akta

Penggabungan harus disampaikan kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan.

Pasal 130

Salinan akta Peleburan dilampirkan pada pengajuan permohonan untuk mendapatkan keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan hasil Peleburan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (4).

Pasal 131

(1) Salinan akta Pengambilalihan Perseroan wajib dilampirkan pada penyampaian pemberitahuan kepada Menteri tentang perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 ayat (3). (2) Dalam hal Pengambilalihan saham dilakukan secara langsung dari pemegang saham, salinan

akta pemindahan hak atas saham wajib dilampirkan pada penyampaian pemberitahuan

kepada Menteri tentang perubahan susunan pemegang saham.

Pasal 132 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dan Pasal 30 berlaku juga bagi Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan.

Pasal 133

(1) Direksi Perseroan yang menerima Penggabungan atau Direksi Perseroan hasil Peleburan wajib mengumumkan hasil Penggabungan atau Peleburan dalam 1 (satu) surat kabar atau lebih dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal

berlakunya Penggabungan atau Peleburan. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terhadap Direksi dari Perseroan

yang sahamnya diambil alih.

Page 419: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 35 -

Pasal 134 Ketentuan lebih lanjut mengenai Penggabungan, Peleburan, atau Pengambilalihan Perseroan

diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 135 (1) Pemisahan dapat dilakukan dengan cara:

a. Pemisahan murni; atau

b. Pemisahan tidak murni. (2) Pemisahan murni sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengakibatkan seluruh aktiva

dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada 2 (dua) Perseroan lain atau lebih yang menerima peralihan dan Perseroan yang melakukan pemisahan usaha tersebut berakhir karena hukum.

(3) Pemisahan tidak murni sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mengakibatkan sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada 1 (satu) Perseroan lain

atau lebih yang menerima peralihan, dan Perseroan yang melakukan Pemisahan tersebut tetap ada.

Pasal 136 Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemisahan diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 137

Dalam hal peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal tidak mengatur lain, ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Bab VIII berlaku juga bagi Perseroan Terbuka.

BAB IX PEMERIKSAAN TERHADAP PERSEROAN

Pasal 138 (1) Pemeriksaan terhadap Perseroan dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data atau

keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa: a. Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau

pihak ketiga; atau

b. anggota Direksi atau Dewan Komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan Perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengajukan permohonan secara tertulis beserta alasannya ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan.

(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diajukan oleh: a. 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh)

bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara; b. pihak lain yang berdasarkan peraturan perundang-undangan, anggaran dasar Perseroan

atau perjanjian dengan Perseroan diberi wewenang untuk mengajukan permohonan

pemeriksaan; atau c. kejaksaan untuk kepentingan umum.

(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a diajukan setelah pemohon terlebih dahulu meminta data atau keterangan kepada Perseroan dalam RUPS dan Perseroan tidak memberikan data atau keterangan tersebut.

(5) Permohonan untuk mendapatkan data atau keterangan tentang Perseroan atau permohonan pemeriksaan untuk mendapatkan data atau keterangan tersebut harus didasarkan atas alasan

yang wajar dan itikad baik. (6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) huruf a, dan ayat (4) tidak menutup

kemungkinan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal menentukan lain.

Pasal 139

(1) Ketua pengadilan negeri dapat menolak atau mengabulkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138.

Page 420: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 36 -

(2) Ketua pengadilan negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menolak permohonan apabila permohonan tersebut tidak didasarkan atas alasan yang wajar dan/atau tidak dilakukan

dengan itikad baik. (3) Dalam hal permohonan dikabulkan, ketua pengadilan negeri mengeluarkan penetapan

pemeriksaan dan mengangkat paling banyak 3 (tiga) orang ahli untuk melakukan pemeriksaan dengan tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan yang diperlukan.

(4) Setiap anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, karyawan Perseroan, konsultan, dan

akuntan publik yang telah ditunjuk oleh Perseroan tidak dapat diangkat sebagai ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berhak memeriksa semua dokumen dan kekayaan Perseroan yang dianggap perlu oleh ahli tersebut untuk diketahui.

(6) Setiap anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan semua karyawan Perseroan wajib

memberikan segala keterangan yang diperlukan untuk pelaksanaan pemeriksaan. (7) Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib merahasiakan hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan.

Pasal 140

(1) Laporan hasil pemeriksaan disampaikan oleh ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 139 kepada ketua pengadilan negeri dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam

penetapan pengadilan untuk pemeriksaan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal pengangkatan ahli tersebut.

(2) Ketua pengadilan negeri memberikan salinan laporan hasil pemeriksaan kepada pemohon

dan Perseroan yang bersangkutan dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal laporan hasil pemeriksaan diterima.

Pasal 141

(1) Dalam hal permohonan untuk melakukan pemeriksaan dikabulkan, ketua pengadilan negeri

menentukan jumlah maksimum biaya pemeriksaan. (2) Biaya pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar oleh Perseroan.

(3) Ketua pengadilan negeri atas permohonan Perseroan dapat membebankan penggantian seluruh atau sebagian biaya pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada pemohon, anggota Direksi, dan/atau anggota Dewan Komisaris.

BAB X

PEMBUBARAN, LIKUIDASI, DAN BERAKHIRNYA STATUS BADAN HUKUM PERSEROAN

Pasal 142 (1) Pembubaran Perseroan terjadi:

a. berdasarkan keputusan RUPS; b. karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir; c. berdasarkan penetapan pengadilan;

d. dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar

biaya kepailitan; e. karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan

insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang; atau f. karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan

likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam hal terjadi pembubaran Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1):

a. wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator; dan

b. Perseroan tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan untuk membereskan semua urusan Perseroan dalam rangka likuidasi.

(3) Dalam hal pembubaran terjadi berdasarkan keputusan RUPS, jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir atau dengan dicabutnya kepailitan

Page 421: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 37 -

berdasarkan keputusan pengadilan niaga dan RUPS tidak menunjuk likuidator, Direksi bertindak selaku likuidator.

(4) Dalam hal pembubaran Perseroan terjadi dengan dicabutnya kepailitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, pengadilan niaga sekaligus memutuskan pemberhentian

kurator dengan memperhatikan ketentuan dalam undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

(5) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilanggar, anggota

Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan Perseroan bertanggung jawab secara tanggung renteng.

(6) Ketentuan mengenai pengangkatan, pemberhentian sementara, pemberhentian, wewenang, kewajiban, tanggung jawab, dan pengawasan terhadap Direksi mutatis mutandis berlaku bagi likuidator.

Pasal 143

(1) Pembubaran Perseroan tidak mengakibatkan Perseroan kehilangan status badan hukum sampai dengan selesainya likuidasi dan pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan.

(2) Sejak saat pembubaran pada setiap surat keluar Perseroan dicantumkan kata “dalam likuidasi” di belakang nama Perseroan.

Pasal 144

(1) Direksi, Dewan Komisaris atau 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling

sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, dapat mengajukan usul pembubaran Perseroan kepada RUPS.

(2) Keputusan RUPS tentang pembubaran Perseroan sah apabila diambil sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1) dan Pasal 89.

(3) Pembubaran Perseroan dimulai sejak saat yang ditetapkan dalam keputusan RUPS.

Pasal 145

(1) Pembubaran Perseroan terjadi karena hukum apabila jangka waktu berdirinya Perseroan yang ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir.

(2) Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah jangka waktu berdirinya

Perseroan berakhir RUPS menetapkan penunjukan likuidator. (3) Direksi tidak boleh melakukan perbuatan hukum baru atas nama Perseroan setelah jangka

waktu berdirinya Perseroan yang ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir.

Pasal 146

(1) Pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan atas: a. permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan melanggar kepentingan umum atau

Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan; b. permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum dalam

akta pendirian;

c. permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris berdasarkan alasan Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan.

(2) Dalam penetapan pengadilan ditetapkan juga penunjukan likuidator.

Pasal 147

(1) Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan, likuidator wajib memberitahukan:

a. kepada semua kreditor mengenai pembubaran Perseroan dengan cara mengumumkan pembubaran Perseroan dalam surat kabar dan Berita Negara Republik Indonesia; dan

b. pembubaran Perseroan kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan bahwa

Perseroan dalam likuidasi. (2) Pemberitahuan kepada kreditor dalam surat kabar dan Berita Negara Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a memuat: a. pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya; b. nama dan alamat likuidator;

Page 422: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 38 -

c. tata cara pengajuan tagihan; dan d. jangka waktu pengajuan tagihan.

(3) Jangka waktu pengajuan tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d adalah 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Pemberitahuan kepada Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b wajib dilengkapi dengan bukti: a. dasar hukum pembubaran Perseroan; dan

b. pemberitahuan kepada kreditor dalam surat kabar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.

Pasal 148

(1) Dalam hal pemberitahuan kepada kreditor dan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal

147 belum dilakukan, pembubaran Perseroan tidak berlaku bagi pihak ketiga. (2) Dalam hal likuidator lalai melakukan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

likuidator secara tanggung renteng dengan Perseroan bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pihak ketiga.

Pasal 149 (1) Kewajiban likuidator dalam melakukan pemberesan harta kekayaan Perseroan dalam proses

likuidasi meliputi pelaksanaan: a. pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan; b. pengumuman dalam surat kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai rencana

pembagian kekayaan hasil likuidasi; c. pembayaran kepada para kreditor;

d. pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham; dan e. tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan.

(2) Dalam hal likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih besar daripada kekayaan

Perseroan, likuidator wajib mengajukan permohonan pailit Perseroan, kecuali peraturan perundang-undangan menentukan lain, dan semua kreditor yang diketahui identitas dan

alamatnya, menyetujui pemberesan dilakukan di luar kepailitan. (3) Kreditor dapat mengajukan keberatan atas rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi dalam

jangka waktu paling lambat 60 (enam) puluh hari terhitung sejak tanggal pengumuman

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b. (4) Dalam hal pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditolak oleh likuidator,

kreditor dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal penolakan.

Pasal 150 (1) Kreditor yang mengajukan tagihan sesuai dengan jangka waktu sebaga imana dimaksud

dalam Pasal 147 ayat (3), dan kemudian ditolak oleh likuidator dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal penolakan.

(2) Kreditor yang belum mengajukan tagihannya dapat mengajukan melalui pengadilan negeri dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak pembubaran Perseroan diumumkan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 ayat (1). (3) Tagihan yang diajukan kreditor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dalam

hal terdapat sisa kekayaan hasil likuidasi yang diperuntukkan bagi pemegang saham.

(4) Dalam hal sisa kekayaan hasil likuidasi telah dibagikan kepada pemegang saham dan terdapat tagihan kreditor sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pengadilan negeri

memerintahkan likuidator untuk menarik kembali sisa kekayaan hasil likuidasi yang telah dibagikan kepada pemegang saham.

(5) Pemegang saham wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil likuidasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) secara proporsional dengan jumlah yang diterima terhadap jumlah tagihan.

Page 423: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 39 -

Pasal 151 (1) Dalam hal likuidator tidak dapat melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 149, atas permohonan pihak yang berkepentingan atau atas permohonan kejaksaan, ketua pengadilan negeri dapat mengangkat likuidator baru dan memberhentikan likuidator

lama. (2) Pemberhentian likuidator sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan setelah yang

bersangkutan dipanggil untuk didengar keterangannya.

Pasal 152

(1) Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang mengangkatnya atas likuidasi Perseroan yang dilakukan.

(2) Kurator bertanggung jawab kepada hakim pengawas atas likuidasi Perseroan yang dilakukan.

(3) Likuidator wajib memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil akhir proses likuidasi dalam surat kabar setelah RUPS memberikan pelunasan dan pembebasan kepada

likuidator atau setelah pengadilan menerima pertanggungjawaban likuidator yang ditunjuknya.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku juga bagi kurator yang

pertanggungjawabannya telah diterima oleh hakim pengawas. (5) Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan dan menghapus nama

Perseroan dari daftar Perseroan, setelah ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dipenuhi.

(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berlaku juga bagi berakhirnya status badan

hukum Perseroan karena Penggabungan, Peleburan, atau Pemisahan. (7) Pemberitahuan dan pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)

dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pertanggungjawaban likuidator atau kurator diterima oleh RUPS, pengadilan atau hakim pengawas.

(8) Menteri mengumumkan berakhirnya status badan hukum Perseroan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

BAB XI BIAYA

Pasal 153

Ketentuan mengenai biaya untuk: a. memperoleh persetujuan pemakaian nama Perseroan; b. memperoleh keputusan pengesahan badan hukum Perseroan;

c. memperoleh keputusan persetujuan perubahan anggaran dasar; d. memperoleh informasi tentang data Perseroan dalam daftar Perseroan;

e. pengumuman yang diwajibkan dalam undang-undang ini dalam Berita Negara Republik Indonesia dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia; dan

f. memperoleh salinan keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan atau

persetujuan perubahan anggaran dasar Perseroan diatur dengan peraturan pemerintah.

BAB XII KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 154 (1) Bagi Perseroan Terbuka berlaku ketentuan undang-undang ini jika tidak diatur lain dalam

peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. (2) Peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang mengecualikan ketentuan

undang-undang ini tidak boleh bertentangan dengan asas hukum Perseroan dalam undang-

undang ini.

Page 424: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 40 -

Pasal 155 Ketentuan mengenai tanggung jawab Direksi dan/atau Dewan Komisaris atas kesalahan dan

kelalaiannya yang diatur dalam undang-undang ini tidak mengurangi ketentuan yang diatur dalam undang-undang tentang Hukum Pidana.

Pasal 156

(1) Dalam rangka pelaksanaan dan perkembangan undang-undang ini dibentuk tim ahli

pemantauan hukum Perseroan. (2) Keanggotaan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur:

a. pemerintah; b. pakar/akademisi; c. profesi; dan

d. dunia usaha. (3) Tim ahli berwenang mengkaji akta pendirian dan perubahan anggaran dasar yang diperoleh

atas inisiatif sendiri dari tim atau atas permintaan pihak yang berkepentingan, serta memberikan pendapat atas hasil kajian tersebut kepada Menteri.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan, susunan organisasi dan tata kerja tim ahli

diatur dengan peraturan menteri.

BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 157 (1) Anggaran dasar dari Perseroan yang telah memperoleh status badan hukum dan perubahan

anggaran dasar yang telah disetujui atau dilaporkan kepada Menteri dan didaftarkan dalam daftar perusahaan sebelum undang-undang ini berlaku tetap berlaku jika tidak bertentangan dengan undang-undang ini.

(2) Anggaran dasar dari Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum atau anggaran dasar yang perubahannya belum disetujui atau dilaporkan kepada Menteri pada saat undang-

undang ini mulai berlaku, wajib disesuaikan dengan undang-undang ini. (3) Perseroan yang telah memperoleh status badan hukum berdasarkan peraturan perundang-

undangan, dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya undang-undang ini wajib

menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan undang-undang ini. (4) Perseroan yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya dalam jangka waktu sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dapat dibubarkan berdasarkan putusan pengadilan negeri atas permohonan kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.

Pasal 158 Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, Perseroan yang tidak memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, dalam jangka waktu 1 (satu) tahun harus menyesuaikan dengan ketentuan undang-undang ini.

BAB XIV KETENTUAN PENUTUP

Pasal 159

Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan undang-undang ini.

Pasal 160

Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang

Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Page 425: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 41 -

Pasal 161 Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 16 Agustus 2007 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 16 Agustus 2007

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2007 NOMOR 106

Page 426: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 42 -

PENJELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007

TENTANG PERSEROAN TERBATAS

I. UMUM Pembangunan perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi yang berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Peningkatan pembangunan perkonomian nasional perlu didukung oleh suatu undang-undang yang mengatur tentang perseroan terbatas yang dapat menjamin iklim dunia usaha yang

kondusif. Selama ini perseroan terbatas telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, yang menggantikan peraturan perundang-undangan yang berasal

dari zaman kolonial. Namun, dalam perkembangannya ketentuan dalam undang-undang tersebut dipandang tidak lagi memenuhi perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat

karena keadaan ekonomi serta kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi sudah berkembang begitu pesat khususnya pada era globalisasi. Di samping itu, meningkatnya tuntutan masyarakat akan layanan yang cepat, kepastian hukum, serta tuntutan akan

pengembangan dunia usaha yang sesuai dengan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance) menuntut penyempurnaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1995 tentang Perseroan Terbatas. Dalam undang-undang ini telah diakomodasi berbagai ketentuan mengenai Perseroan, baik berupa penambahan ketentuan baru, perbaikan penyempurnaan, maupun mempertahankan

ketentuan lama yang dinilai masih relevan. Untuk lebih memperjelas hakikat Perseroan, di dalam undang-undang ini ditegaskan bahwa Perseroan adalah badan hukum yang merupakan

persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat untuk memperoleh layanan yang cepat, undang-undang ini mengatur tata cara:

1. pengajuan permohonan dan pemberian pengesahan status badan hukum; 2. pengajuan permohonan dan pemberian persetujuan perubahan anggaran dasar; 3. penyampaian pemberitahuan dan penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar

dan/atau pemberitahuan dan penerimaan pemberitahuan perubahan data lainnya, yang dilakukan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara

elektronik di samping tetap dimungkinkan menggunakan sistem manual dalam keadaan tertentu. Berkenaan dengan permohonan pengesahan badan hukum Perseroan, ditegaskan bahwa

permohonan tersebut merupakan wewenang pendiri bersama-sama yang dapat dilaksanakan sendiri atau dikuasakan kepada notaris.Akta pendirian Perseroan yang telah disahkan dan

akta perubahan anggaran dasar yang telah disetujui dan/atau diberitahukan kepada Menteri dicatat dalam daftar Perseroan dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia dilakukan oleh Menteri. Dalam hal pemberian status badan hukum, persetujuan

dan/atau penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar, dan perubahan data lainnya, undang-undang ini tidak dikaitkan dengan undang-undang tentang Wajib Daftar Perusahaan.

Untuk lebih memperjelas dan mempertegas ketentuan yang menyangkut Organ Perseroan, dalam undang-undang ini dilakukan perubahan atas ketentuan yang menyangkut penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan memanfaatkan

perkembangan teknologi. Dengan demikian, penyelenggaraan RUPS dapat dilakukan melalui media elektronik seperti telekonferensi, video konferensi, atau sarana media elektronik

lainnya.

Page 427: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 43 -

Undang-undang ini juga memperjelas dan mempertegas tugas dan tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris. Undang-undang ini mengatur mengenai komisaris independen dan

komisaris utusan. Sesuai dengan berkembangnya kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, undang-undang

ini mewajibkan Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selain mempunyai Dewan Komisaris juga mempunyai Dewan Pengawas Syariah. Tugas Dewan Pengawas Syariah adalah memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta

mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah. Dalam undang-undang ini ketentuan mengenai struktur modal Perseroan tetap sama, yaitu

terdiri atas modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor. Namun, modal dasar Perseroan diubah menjadi paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), sedangkan kewajiban penyetoran atas modal yang ditempatkan harus penuh. Mengenai

pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan oleh Perseroan pada prinsipnya tetap dapat dilakukan dengan syarat batas waktu Perseroan menguasai saham yang telah dibeli kembali

paling lama 3 (tiga) tahun. Khusus tentang penggunaan laba, Undang-Undang ini menegaskan bahwa Perseroan dapat membagi laba dan menyisihkan cadangan wajib apabila Perseroan mempunyai saldo laba positif.

Dalam undang-undang ini diatur mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas

kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi Perseroan itu sendiri, komunitas setempat, dan masyarakat pada umumnya. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan

budaya masyarakat setempat, maka ditentukan bahwa Perseroan yang kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab

Sosial dan Lingkungan. Untuk melaksanakan kewajiban Perseroan tersebut, kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan harus dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang dilaksanakan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Kegiatan tersebut dimuat dalam laporan tahunan Perseroan. Dalam hal Perseroan tidak melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan maka Perseroan yang bersangkutan

dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Undang-undang ini mempertegas ketentuan mengenai pembubaran, likuidasi, dan berakhirnya status badan hukum Perseroan dengan memperhatikan ketentuan dalam undang-

undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Dalam rangka pelaksanaan dan perkembangan undang-undang ini dibentuk tim ahli

pemantauan hukum perseroan yang tugasnya memberikan masukan kepada Menteri berkenaan dengan Perseroan. Untuk menjamin kredibilitas tim ahli, keanggotaan tim ahli tersebut terdiri atas berbagai unsur baik dari pemerintah, pakar/akademisi, profesi, dan dunia

usaha. Dengan pengaturan yang komprehensif yang melingkupi berbagai aspek Perseroan, maka

undang-undang ini diharapkan memenuhi kebutuhan hukum masyarakat serta lebih memberikan kepastian hukum, khususnya kepada dunia usaha.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas.

Pasal 3 Ayat (1)

Ketentuan dalam ayat ini mempertegas ciri Perseroan bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham yang dimilikinya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya.

Ayat (2) Dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan hapusnya tanggung jawab terbatas

tersebut apabila terbukti terjadi hal-hal yang disebutkan dalam ayat ini. Tanggung jawab pemegang saham sebesar setoran atas seluruh saham yang dimilikinya kemungkinan hapus apabila terbukti, antara lain terjadi pencampuran harta kekayaan pribadi

Page 428: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 44 -

pemegang saham dan harta kekayaan Perseroan sehingga Perseroan didirikan semata-mata sebagai alat yang dipergunakan pemegang saham untuk memenuhi tujuan pribadinya

sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan huruf d. Pasal 4

Berlakunya undang-undang ini, anggaran dasar Perseroan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan lain, tidak mengurangi kewajiban setiap Perseroan untuk menaati asas itikad baik, asas kepantasan, asas kepatutan, dan prinsip tata kelola Perseroan yang baik

(good corporate governance) dalam menjalankan Perseroan. Yang dimaksud dengan “ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya” adalah semua

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keberadaan dan jalannya Perseroan, termasuk peraturan pelaksanaannya, antara lain peraturan perbankan, peraturan perasuransian, peraturan lembaga keuangan.

Dalam hal terdapat pertentangan antara anggaran dasar dan undang-undang ini yang berlaku adalah undang-undang ini.

Pasal 5 Tempat kedudukan Perseroan sekaligus merupakan kantor pusat Perseroan. Perseroan wajib mempunyai alamat sesuai dengan tempat kedudukannya yang harus disebutkan, antara lain

dalam surat-menyurat dan melalui alamat tersebut Perseroan dapat dihubungi. Pasal 6

Apabila Perseroan didirikan untuk jangka waktu terbatas, lamanya jangka waktu tersebut harus disebutkan secara tegas, misalnya untuk waktu 10 (sepuluh) tahun, 20 (dua puluh) tahun, 35 (tiga puluh lima) tahun, dan seterusnya. Demikian juga apabila Perseroan didirikan

untuk jangka waktu tidak terbatas harus disebutkan secara tegas dalam anggaran dasar. Pasal 7

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “orang” adalah orang perseorangan, baik warga negara Indonesia maupun asing atau badan hukum Indonesia atau asing. Ketentuan dalam ayat ini menegaskan

prinsip yang berlaku berdasarkan undang-undang ini bahwa pada dasarnya sebagai badan hukum, Perseroan didirikan berdasarkan perjanjian, karena itu mempunyai lebih dari 1 (satu)

orang pemegang saham. Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Dalam hal Peleburan seluruh aktiva dan pasiva Perseroan yang meleburkan diri masuk

menjadi modal Perseroan hasil Peleburan dan pendiri tidak mengambil bagian saham sehingga pendiri dari Perseroan hasil Peleburan adalah Perseroan yang meleburkan diri dan nama pemegang saham dari Perseroan hasil Peleburan adalah nama pemegang saham dari

Perseroan yang meleburkan diri. Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6) Perikatan dan kerugian Perseroan yang menjadi tanggung jawab pribadi pemegang saham

adalah perikatan dan kerugian yang terjadi setelah lewat waktu 6 (enam) bulan tersebut. Yang dimaksud dengan “pihak yang berkepentingan” adalah kejaksaan untuk kepentingan umum, pemegang saham, Direksi, Dewan Komisaris, karyawan Perseroan, kreditor, dan/atau

pemangku kepentingan (stake holder) lainnya. Ayat (7)

Karena status dan karakteristik yang khusus, persyaratan jumlah pendiri bagi Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat ini diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri. Huruf a

Yang dimaksud dengan “persero” adalah badan usaha milik negara yang berbentuk Perseroan yang modalnya terbagi dalam saham yang diatur dalam undang-undang tentang badan usaha

milik negara. Huruf b Cukup jelas.

Page 429: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 45 -

Pasal 8 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Huruf a Dalam mendirikan Perseroan diperlukan kejelasan mengenai kewarganegaraan pendiri. Pada dasarnya badan hukum Indonesia yang berbentuk Perseroan didirikan oleh warga negara

Indonesia atau badan hukum Indonesia. Namun, kepada warga negara asing atau badan hukum asing diberikan kesempatan untuk mendirikan badan hukum Indonesia yang

berbentuk Perseroan sepanjang undang-undang yang mengatur bidang usaha Perseroan tersebut memungkinkan, atau pendirian Perseroan tersebut diatur dengan undang-undang tersendiri.Dalam hal pendiri adalah badan hukum asing, nomor dan tanggal pengesahan

badan hukum pendiri adalah dokumen yang sejenis dengan itu, antara lain certificate of incorporation. Dalam hal pendiri adalah badan hukum negara atau daerah, diperlukan

peraturan pemerintah tentang penyertaan dalam Perseroan atau peraturan daerah tentang penyertaan daerah dalam Perseroan. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Yang dimaksud dengan “mengambil bagian saham” adalah jumlah saham yang diambil oleh pemegang saham pada saat pendirian Perseroan. Apabila ada penyetoran yang melebihi nilai nominal sehingga menimbulkan selisih antara

nilai yang sebenarnya dibayar dengan nilai nominal, selisih tersebut dicatat dalam laporan keuangan sebagai agio.

Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 9

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum” adalah

jenis pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dalam proses pengesahan badan hukum Perseroan. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 10 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan “langsung” dalam ketentuan ini adalah pada saat yang bersamaan

dengan saat pengajuan permohonan diterima. Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6) Yang dimaksud dengan “tanda tangan secara elektronik” adalah tanda tangan yang dilekatkan atau disertakan pada data elektronik oleh pejabat yang berwenang yang

membuktikan keotentikan data yang berupa gambar elektronik dari tanda tangan pejabat yang berwenang tersebut yang dibuat melalui media komputer.

Ayat (7) Lihat penjelasan ayat (3). Ayat (8)

Page 430: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 46 -

Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat ini tidak dikenakan biaya tambahan. Ayat (9)

Cukup jelas. Ayat (10)

Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas.

Pasal 12 Ayat (1)

Dalam ketentuan ini “perbuatan hukum” yang dimaksud, antara lain perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri dengan pihak lain yang akan diperhitungkan dengan kepemilikan dan penyetoran saham calon pendiri dalam Perseroan.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan “dilekatkan” adalah penyatuan dokumen yang dilakukan dengan

cara melekatkan atau menjahitkan dokumen tersebut sebagai satu kesatuan dengan akta pendirian. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Pasal 13

Ayat (1) Ketentuan ini mengatur tata cara yang harus ditempuh untuk mengalihkan kepada Perseroan

hak dan/atau kewajiban yang timbul dari perbuatan calon pendiri yang dibuat sebelum Perseroan didirikan melalui penerimaan secara tegas atau pengambilalihan hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum dimaksud.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5)

Cukup jelas. Pasal 14

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “perbuatan hukum atas nama Perseroan” adalah perbuatan hukum,

baik yang menyebutkan Perseroan sebagai pihak dalam perbuatan hukum maupun menyebutkan Perseroan sebagai pihak yang berkepentingan dalam perbuatan hukum. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa anggota Direksi tidak dapat melakukan

perbuatan hukum atas nama Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, tanpa persetujuan semua pendiri, anggota Direksi lainnya dan anggota Dewan Komisaris.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan ”tanggung jawab pendiri yang bersangkutan dan tidak mengikat Perseroan” adalah tanggung jawab pendiri yang melakukan perbuatan tersebut secara pribadi

dan Perseroan tidak bertanggung jawab atas perbuatan hukum yang dilakukan pendiri tersebut.

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “dihadiri” adalah dihadiri sendiri ataupun diwakilkan berdasarkan surat kuasa.

Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 15

Page 431: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 47 -

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas.

Huruf d Cukup jelas.

Huruf e Cukup jelas. Huruf f

Cukup jelas. Huruf g

Cukup jelas. Huruf h Yang dimaksud dengan “tata cara pengangkatan” adalah termasuk prosedur pemilihan, antara

lain pemilihan secara lisan atau dengan surat tertutup dan pemilihan calon secara perseorangan atau paket.

Huruf i Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Pasal 16 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3) Dalam hal tidak ada tulisan singkatan “Tbk”, berarti Perseroan itu berstatus tertutup.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 17 Ayat (1)

Ketentuan pada ayat (1) tidak menutup kemungkinan Perseroan mempunyai tempat kedudukan di desa atau di kecamatan sepanjang anggaran dasar mencantumkan nama kota

atau kabupaten dari desa dan kecamatan tersebut. Contoh: PT A bertempat kedudukan di desa Bojongsari, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 18 Maksud dan tujuan merupakan usaha pokok Perseroan. Kegiatan usaha merupakan kegiatan yang dijalankan oleh Perseroan dalam rangka mencapai

maksud dan tujuannya, yang harus dirinci secara jelas dalam anggaran dasar, dan rincian tersebut tidak boleh bertentangan dengan anggaran dasar.

Pasal 19 Cukup jelas.

Pasal 20

Ayat (1)

Page 432: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 48 -

Persetujuan kurator dilaksanakan sebelum pengambilan keputusan perubahan anggaran dasar. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan adanya penolakan oleh

kurator sehingga berakibat keputusan perubahan anggaran dasar menjadi batal. Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 21

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas. Huruf d

Cukup jelas. Huruf e

Cukup jelas. Huruf f Perubahan anggaran dasar dari status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka

atau sebaliknya meliputi perubahan seluruh ketentuan anggaran dasar sehingga persetujuan menteri diberikan atas perubahan seluruh anggaran dasar tersebut.

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5)

Yang dimaksud dengan “harus dinyatakan dengan akta notaris” adalah harus dalam bentuk akta pernyataan keputusan rapat atau akta perubahan anggaran dasar. Ayat (6)

Cukup jelas. Ayat (7)

Cukup jelas. Ayat (8) Cukup jelas.

Ayat (9) Dalam hal permohonan tetap diajukan, Menteri wajib menolak permohonan atau

pemberitahuan tersebut. Pasal 22

Ayat (1) Ketentuan pada ayat ini tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21

ayat (7). Contoh: Perseroan didirikan untuk 50 (lima puluh) tahun dan akan berakhir pada tanggal 15

November 2007 sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) apabila jangka waktu berdirinya Perseroan akan diperpanjang, permohonan persetujuan perubahan

anggaran dasar mengenai perpanjangan jangka waktu tersebut harus sudah diajukan kepada Menteri paling lambat tanggal 15 September 2007. Dalam hal RUPS telah mengambil keputusan untuk memperpanjang jangka waktu tersebut

pada tanggal 1 Agustus 2007 dan telah dinyatakan dalam akta Notaris pada tanggal 7 Agustus 2007, pengajuan permohonan kepada Menteri harus diajukan paling lambat 7

September 2007. Dalam hal RUPS untuk perpanjangan jangka waktu tersebut diadakan pada tanggal 20 Agustus 2007, perpanjangan jangka waktu tersebut harus dinyatakan dalam akta Notaris dan

Page 433: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 49 -

diajukan permohonannya kepada Menteri paling lambat pada tanggal 15 September 2007 sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1).

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 23 Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan “undang-undang ini menentukan lain” adalah, antara lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 26 undang-undang ini yang mengatur

adanya persyaratan yang harus dipenuhi sebelum berlakunya keputusan menteri atau adanya tanggal kemudian yang ditetapkan dalam keputusan menteri, yang memuat syarat tunda yang

harus dipenuhi lebih dahulu atau tanggal kemudian. Pasal 24 Cukup jelas.

Pasal 25 Cukup jelas.

Pasal 26 Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Yang dimaksud dengan “tanggal kemudian yang ditetapkan” adalah tanggal setelah tanggal

persetujuan Menteri. Huruf c Yang dimaksud dengan “tanggal kemudian yang ditetapkan dalam akta Penggabungan atau

akta Pengambilalihan” adalah tanggal yang telah disepakati oleh para pihak dan merupakan tanggal setelah tanggal penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar oleh Menteri.

Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28

Cukup jelas. Pasal 29

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Huruf a Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Yang dimaksud dengan “perubahan data Perseroan” adalah antara lain data tentang pemindahan hak atas saham, penggantian anggota Direksi dan Dewan Komisaris, pembubaran Perseroan.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6)

Cukup jelas. Pasal 30

Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas.

Page 434: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 50 -

Pasal 32 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “kegiatan usaha tertentu”, antara lain usaha perbankan, asuransi, atau freight forwarding. Ayat (3)

Ketentuan pada ayat ini diperlukan untuk mengantisipasi perubahan keadaan perekonomian. Pasal 33

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “bukti penyetoran yang sah”, antara lain bukti setoran pemegang saham ke dalam rekening bank atas nama Perseroan, data dari laporan keuangan yang telah

diaudit oleh akuntan, atau neraca Perseroan yang ditandatangani oleh Direksi dan Dewan Komisaris. Ayat (3)

Ketentuan ini menegaskan bahwa tidak dimungkinkan penyetoran atas saham dengan cara mengangsur.

Pasal 34 Ayat (1) Pada umumnya penyetoran saham adalah dalam bentuk uang. Namun, tidak ditutup

kemungkinan penyetoran saham dalam bentuk lain, baik berupa benda berwujud maupun benda tidak berwujud, yang dapat dinilai dengan uang dan yang secara nyata telah diterima

oleh Perseroan.Penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang harus disertai rincian yang menerangkan nilai atau harga, jenis atau macam, status, tempat kedudukan, dan lain- lain yang dianggap perlu demi kejelasan mengenai penyetoran tersebut.

Ayat (2) Nilai wajar setoran modal saham ditentukan sesuai dengan nilai pasar. Jika nilai pasar tidak

tersedia, nilai wajar dit entukan berdasarkan teknik penilaian yang paling sesuai dengan karakteristik setoran, berdasarkan informasi yang relevan dan terbaik. Yang dimaksud dengan “ahli yang tidak terafiliasi” adalah ahli yang tidak mempunyai:

a. hubungan keluarga karena perkawinan atau keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal dengan pegawai, anggota Direksi, Dewan Komisaris, atau

pemegang saham dari Perseroan; b. hubungan dengan Perseroan karena adanya kesamaan satu atau lebih anggota Direksi atau Dewan Komisaris;

c. hubungan pengendalian dengan Perseroan baik langsung maupun tidak langsung; dan/atau

d. saham dalam Perseroan sebesar 20% (dua puluh persen) atau lebih. Ayat (3) Maksud diumumkannya penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak dalam Surat

Kabar, adalah agar diketahui umum dan memberikan kesempatan kepada pihak yang berkepentingan untuk dapat mengajukan keberatan atas penyerahan benda tersebut sebagai

setoran modal saham, misalnya ternyata diketahui benda tersebut bukan milik penyetor. Pasal 35 Ayat (1)

Diperlukannya persetujuan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah untuk menegaskan bahwa hanya dengan persetujuan RUPS dapat dilakukan kompensasi karena

dengan disetujuinya kompensasi, hak didahulukan pemegang saham lainnya untuk mengambil saham baru dengan sendirinya dilepaskan. Ayat (2)

Berdasarkan ketentuan pada ayat ini, bunga dan denda yang terutang sekalipun telah jatuh waktu dan harus dibayar karena secara nyata tidak diterima oleh Perseroan, tidak dapat

dikompensasikan sebagai setoran saham. Huruf a Cukup jelas.

Page 435: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 51 -

Huruf b Yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah pihak yang menjadi penanggung atau penjamin

utang Perseroan telah membayar lunas utang Perseroan sehingga mempunyai hak tagih terhadap Perseroan.

Huruf c Yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah kewajiban pembayaran utang oleh Perseroan dalam kedudukannya sebagai penanggung atau penjamin menjadi hapus hak tagih kreditor

dikompensasi dengan setoran saham yang dikeluarkan oleh Perseroan. Ayat (3)

Cukup jelas. Pasal 36 Ayat (1)

Pada prinsipnya, pengeluaran saham adalah suatu upaya pengumpulan modal, maka kewajiban penyetoran atas saham seharusnya dibebankan kepada pihak lain. Demi kepastian,

Pasal ini menentukan bahwa Perseroan tidak boleh mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri. Larangan tersebut termasuk juga larangan kepemilikan silang (cross holding) yang terjadi

apabila Perseroan memiliki saham yang dikeluarkan oleh Perseroan lain yang memiliki saham Perseroan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengertian kepemilikan silang secara langsung adalah apabila Perseroan pertama memiliki saham pada Perseroan kedua tanpa melalui kepemilikan pada satu “Perseroan antara” atau lebih dan sebaliknya Perseroan kedua memiliki saham pada Perseroan pertama. Pengertian

kepemilikan silang secara tidak langsung adalah kepemilikan Perseroan pertama atas saham pada Perseroan kedua melalui kepemilikan pada satu “Perseroan antara” atau lebih dan

sebaliknya Perseroan kedua memiliki saham pada Perseroan pertama. Ayat (2) Kepemilikan saham yang mengakibatkan pemilikan saham oleh Perseroan sendiri atau

pemilikan saham secara kepemilikan silang tidak dilarang jika pemilikan saham tersebut diperoleh berdasarkan peralihan karena hukum, hibah, atau hibah wasiat oleh karena dalam

hal ini tidak ada pengeluaran saham yang memerlukan setoran dana dari pihak lain sehingga tidak melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “perusahaan efek” adalah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang Pasar Modal. Pasal 37

Ayat (1) Pembelian kembali saham Perseroan tidak menyebabkan pengurangan modal, kecuali apabila

saham tersebut ditarik kembali. Huruf a Yang dimaksud dengan “kekayaan bersih” adalah seluruh harta kekayaan Perseroan

dikurangi seluruh kewajiban Perseroan sesuai dengan laporan keuangan terbaru yang disahkan oleh RUPS dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir.

Huruf b Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4) Ketentuan jangka waktu 3 (tiga) tahun pada ayat ini dimaksudkan agar Perseroan dapat

menentukan apakah saham tersebut akan dijual atau ditarik kembali dengan cara pengurangan modal.

Pasal 38 Cukup jelas. Pasal 39

Page 436: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 52 -

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “pelaksanaan” adalah penentuan tentang saat, cara pembelian

kembali saham, dan jumlah saham yang akan dibeli kembali, tetapi tidak termasuk hal-hal yang menjadi tugas Direksi dalam pembelian kembali saham, seperti melakukan

pembayaran, menyimpan surat saham, dan mencatatkan dalam daftar pemegang saham. Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 40 Cukup jelas. Pasal 41

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “modal Perseroan“ adalah modal dasar, modal ditempatkan, dan

modal disetor. Ayat (2) Yang dimaksud dengan “pelaksanaan” pada ayat ini adalah penentuan saat, cara, dan jumlah

penambahan modal yang tidak melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan oleh RUPS, tetapi tidak termasuk hal-hal yang menjadi tugas Direksi dalam penambahan modal, seperti

menerima setoran saham dan mencatatnya dalam daftar pemegang saham. Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 42 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan “jumlah saham dengan hak suara” adalah jumlah seluruh saham

dengan hak suara yang telah dikeluarkan oleh Perseroan. Yang dimaksud dengan “kecuali ditentukan lebih besar dalam anggaran dasar” adalah

kuorum yang ditetapkan dalam anggaran dasar lebih tinggi daripada kuorum yang ditentukan pada ayat ini. Ayat (3)

Cukup jelas. Pasal 43

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Huruf a Yang dimaksud dengan “saham yang ditujukan kepada karyawan Perseroan”, antara lain saham yang dikeluarkan dalam rangka ESOP (employee stocks option program) Perseroan

dengan segenap hak dan kewajiban yang melekat padanya. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c Yang dimaksud dengan “reorganisasi dan/atau restrukturisasi”, antara lain Penggabungan,

Peleburan, Pengambilalihan, kompensasi piutang, atau Pemisahan. Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “jangka waktu 14 (empat belas) hari” termasuk batas waktu bagi pemegang saham untuk mengambil bagian dari pemegang saham lain yang tidak menggunakan haknya.

Pasal 44 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “pengurangan modal” adalah pengurangan modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor. Pengurangan modal ditempatkan dan modal disetor dapat

Page 437: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 53 -

terjadi dengan cara menarik kembali saham yang telah dikeluarkan untuk dihapus atau dengan cara menurunkan nilai nominal saham.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 45 Cukup jelas. Pasal 46

Cukup jelas. Pasal 47

Ayat (1) “Penarikan kembali saham” berarti saham tersebut ditarik dari peredaran dalam rangka pengurangan modal ditempatkan dan modal disetor.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan “penarikan kembali saham” adalah penarikan kembali saham yang

mengakibatkan penghapusan saham tersebut dari peredaran. Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 48

Ayat (1) Yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah Perseroan hanya diperkenankan mengeluarkan

saham atas nama pemiliknya dan Perseroan tidak boleh mengeluarkan saham atas tunjuk. Ayat (2) Yang dimaksud dengan “instansi yang berwenang” adalah instansi yang berdasarkan undang-

undang berwenang mengawasi Perseroan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang tertentu, misalnya Bank Indonesia berwenang mengawasi Perseroan di bidang perbankan,

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral berwenang mengawasi Perseroan di bidang energi dan pertambangan. Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham”, misalnya hak untuk dicatat dalam daftar pemegang saham, hak untuk menghadiri dan mengeluarkan

suara dalam RUPS, atau hak untuk menerima dividen yang dibagikan. Pasal 49 Cukup jelas.

Pasal 50 Ayat (1)

Huruf a Cukup jelas. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Yang dimaksud dengan “jumlah yang disetor” adalah paling sedikit sama dengan jumlah nilai nominal saham. Huruf d

Cukup jelas. Huruf e

Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan “daftar khusus” adalah salah satu sumber informasi mengenai

besarnya kepemilikan dan kepentingan anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan pada Perseroan yang bersangkutan atau Perseroan lain sehingga pertentangan kepentingan

yang mungkin timbul dapat ditekan sekecil mungkin. Yang dimaksud dengan “keluarganya” adalah istri atau suami dan anak-anaknya. Ayat (3)

Page 438: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 54 -

Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5)

Yang dimaksud dengan ”tidak mengatur lain“ adalah bukan berarti tidak diadakan kewajiban untuk menyusun daftar pemegang saham dan daftar khusus bagi Perseroan Terbuka, tetapi peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dapat menentukan kriteria data yang

harus dimasukkan dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus. Pasal 51

Pengaturan bentuk bukti pemilikan saham ditetapkan dalam anggaran dasar sesuai dengan kebutuhan. Pasal 52

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Berdasarkan ketentuan ini, para pemegang saham tidak diperkenankan membagi-bagi hak atas 1 (satu) saham menurut kehendaknya sendiri. Ayat (5)

Cukup jelas. Pasal 53

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “klasifikasi saham” adalah pengelompokan saham berdasarkan karakteristik yang sama.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan“saham biasa“ adalah saham yang mempunyai hak suara untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai segala hal yang berkaitan dengan pengurusan

Perseroan, mempunyai hak untuk menerima dividen yang dibagikan, dan menerima sisa kekayaan hasil likuidasi.

Hak suara yang dimiliki oleh pemegang saham biasa dapat dimiliki juga oleh pemegang saham klasifikasi lain. Ayat (4)

Bermacam-macam klasifikasi saham tidak selalu menunjukkan bahwa klasifikasi tersebut masing-masing berdiri sendiri, terpisah satu sama lain, tetapi dapat merupakan gabungan dari

2 (dua) klasifikasi atau lebih. Pasal 54 Ayat (1)

Pecahan saham hanya dimungkinkan apabila diatur dalam anggaran dasar. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 55 Cukup jelas.

Pasal 56 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “akta”, baik berupa akta yang dibuat di hadapan notaris maupun akta

bawah tangan. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Page 439: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 55 -

Yang dimaksud dengan “memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri” adalah termasuk juga perubahan susunan pemegang saham yang disebabkan karena

warisan, Pengambilalihan, atau Pemisahan. Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 57 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan “peralihan hak karena hukum”, antara lain peralihan hak karena

kewarisan atau peralihan hak sebagai akibat Penggabungan, Peleburan, atau Pemisahan. Pasal 58

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “hanya berlaku 1 (satu) kali” adalah anggaran dasar Perseroan tidak boleh menentukan menawarkan sahamnya lebih dari 1 (satu) kali sebelum menawarkan kepada pihak ketiga.

Pasal 59 Cukup jelas.

Pasal 60 Ayat (1) Kepemilikan atas saham sebagai benda bergerak memberikan hak kebendaan kepada

pemiliknya. Hak tersebut dapat dipertahankan terhadap setiap orang. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3) Ketentuan ini dimaksudkan agar Perseroan atau pihak lain yang berkepentingan dapat

mengetahui mengenai status saham tersebut. Ayat (4)

Ketentuan ini menegaskan kembali asas hukum yang tidak memungkinkan penga lihan hak suara terlepas dari kepemilikan atas saham. Sedangkan hak lain di luar hak suara dapat diperjanjikan sesuai dengan kesepakatan di antara pemegang saham dan pemegang agunan.

Pasal 61 Ayat (1)

Gugatan yang diajukan pada dasarnya memuat permohonan agar Perseroan menghentikan tindakan yang merugikan tersebut dan mengambil langkah tertentu baik untuk mengatasi akibat yang sudah timbul maupun untuk mencegah tindakan serupa di kemudian hari.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 62 Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Yang dimaksud dengan “kekayaan bersih” adalah kekayaan bersih menurut neraca terbaru yang disahkan dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir. Huruf c

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 63 Cukup jelas.

Page 440: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 56 -

Pasal 64 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Yang dimaksud dengan ”kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan” adalah peraturan perundang-undangan menentukan lain bahwa persetujuan atas rencana kerja diberikan oleh RUPS, maka anggaran dasar tidak dapat menentukan rencana kerja disetujui

oleh Dewan Komisaris atau sebaliknya. Demikian juga, apabila peraturan perundang-undangan menentukan bahwa rencana kerja harus mendapat persetujuan dari Dewan

Komisaris atau RUPS, maka anggaran dasar tidak dapat menentukan bahwa rencana kerja cukup disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris atau RUPS. Ayat (3)

Cukup jelas. Pasal 65

Cukup jelas. Pasal 66 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Huruf a Cukup jelas. Huruf b

Yang dimaksud dengan “laporan kegiatan Perseroan” adalah termasuk laporan tentang hasil atau kinerja Perseroan.

Huruf c Cukup jelas. Huruf d

Yang dimaksud dengan “rincian masalah” adalah termasuk sengketa atau perkara yang melibatkan Perseroan.

Huruf e Cukup jelas. Huruf f

Cukup jelas. Huruf g

Cukup jelas. Ayat (3) Yang dimaksud dengan “standar akuntansi keuangan“ adalah standar yang ditetapkan oleh

Organisasi Profesi Akuntan Indonesia yang diakui Pemerintah Republik Indonesia. Ayat (4)

Cukup jelas. Pasal 67 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “penandatanganan laporan tahunan” adalah bentuk pertanggungjawaban anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris dalam melaksanakan

tugasnya. Dalam hal laporan keuangan Perseroan diwajibkan diaudit oleh akuntan publik, laporan tahunan yang dimaksud adalah laporan tahunan yang memuat laporan keuangan yang telah

diaudit. Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “alasan secara tertulis” adalah agar RUPS dapat menggunakannya sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam memberikan penilaian terhadap laporan tersebut.

Anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang tidak memberikan alasan, antara lain karena yang bersangkutan telah meninggal dunia, alasan tersebut dinyatakan oleh Direksi

dalam surat tersendiri yang dilekatkan pada laporan tahunan. Ayat (3) Cukup jelas.

Page 441: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 57 -

Pasal 68 Ayat (1)

Kewajiban untuk menyerahkan laporan keuangan kepada akuntan publik untuk diaudit timbul dari sifat Perseroan yang bersangkutan.

Kewajiban untuk menyerahkan laporan keuangan kepada pengawasan ekstern dibenarkan dengan asumsi bahwa kepercayaan masyarakat tidak boleh dikecewakan. Demikian juga halnya dengan Perseroan yang untuk pembiayaannya mengharapkan dana dari pasar modal.

Huruf a Yang dimaksud dengan “kegiatan usaha Perseroan yang menghimpun dan/atau mengelola

dana masyarakat“, antara lain bank, asuransi, reksa dana. Huruf b Yang dimaksud dengan “surat pengakuan utang“, antara lain obligasi.

Huruf c Cukup jelas.

Huruf d Lihat penjelasan Pasal 7 ayat (7) huruf a. Huruf e

Cukup jelas. Huruf f

Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Maksud pengumuman tersebut adalah dalam rangka akuntabilitas dan keterbukaan kepada masyarakat.

Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 69

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

Laporan keuangan yang dihasilkan harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari aktiva, kewajiban, modal, dan hasil usaha dari Perseroan.

Direksi dan Dewan Komisaris mempunyai tanggung jawab penuh akan kebenaran isi laporan keuangan Perseroan. Ayat (4)

Cukup jelas. Pasal 70

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “laba bersih” adalah keuntungan tahun berjalan setelah dikurangi pajak.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan “saldo laba yang positif” adalah laba bersih Perseroan dalam tahun

buku berjalan yang telah menutup akumulasi kerugian Perseroan dari tahun buku sebelumnya. Ayat (3)

Perseroan membentuk cadangan wajib dan cadangan lainnya. Cadangan yang dimaksud pada ayat (1) adalah cadangan wajib.

Cadangan wajib adalah jumlah tertentu yang wajib disisihkan oleh Perseroan setiap tahun buku yang digunakan untuk menutup kemungkinan kerugian Perseroan pada masa yang akan datang.

Page 442: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 58 -

Cadangan wajib tidak harus selalu berbentuk uang tunai, tetapi dapat berbentuk aset lainnya yang mudah dicairkan dan tidak dapat dibagikan sebagai dividen. Sedangkan yang dimaksud

dengan “cadangan lainnya” adalah cadangan di luar cadangan wajib yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan Perseroan, misalnya untuk perluasan usaha, untuk pembagian

dividen, untuk tujuan sosial, dan lain sebagainya. Ketentuan paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor dinilai sebagai jumlah yang layak untuk cadangan wajib.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 71 Ayat (1) Keputusan RUPS pada ayat ini harus memperhatikan kepentingan Perseroan dan kewajaran.

Berdasarkan keputusan RUPS tersebut dapat ditetapkan sebagian atau seluruh laba bersih digunakan untuk pembagian dividen kepada pemegang saham, cadangan, dan/atau

pembagian lain seperti tansiem (tantieme) untuk anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta bonus untuk karyawan. Pemberian tansiem dan bonus yang dikaitkan dengan kinerja Perseroan telah dianggarkan

dan diperhitungkan sebagai biaya. Ayat (2)

Yang dimaksud dengan ”seluruh laba bersih” adalah seluruh jumlah laba bersih dari tahun buku yang bersangkutan setelah dikurangi akumulasi kerugian Perseroan dari tahun buku sebelumnya.

Ayat (3) Dalam hal laba bersih Perseroan dalam tahun buku berjalan belum seluruhnya menutup

akumulasi kerugian Perseroan dari tahun buku sebelumnya, Perseroan tidak dapat membagikan dividen karena Perseroan masih mempunyai saldo laba bersih negatif. Pasal 72

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5) Contoh dividen interim yang harus dikembalikan adalah sebagai berikut.

Dividen interim yang telah dibagikan sebesar Rp1.000,00 (seribu rupiah) per saham. Perseroan menderita kerugian dan tidak mempunyai saldo laba positif sehingga tidak ada

dividen yang dibagikan. Oleh karena itu, yang harus dikembalikan adalah Rp1.000,00 (seribu rupiah) per saham. Seandainya Perseroan menderita kerugian, tetapi Perseroan mempunyai laba ditahan

(retained earning) dan saldo laba positif hingga, misalnya RUPS menetapkan dividen sebesar Rp200,00 (dua ratus rupiah) per saham. Oleh karena, itu saham yang harus dikembalikan

adalah Rp1000,00 (seribu rupiah) dikurangi Rp200,00 (dua ratus rupiah) berarti Rp800,00 (delapan ratus rupiah). Ayat (6)

Cukup jelas. Pasal 73

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Pengambilan dividen yang dimaksud adalah jumlah nominal dividen tidak termasuk bunga. Ayat (3)

Jumlah dividen yang tidak diambil dan menjadi hak Perseroan dibukukan dalam pos pendapatan lain- lain dari Perseroan. Pasal 74

Page 443: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 59 -

Ayat (1) Ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi, seimbang,

dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber

daya alam” adalah Perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan

dengan sumber daya alam” adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber

daya alam. Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan “dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan” adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait. Ayat (4)

Cukup jelas. Pasal 75

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Ketentuan pada ayat ini dimaksudkan berkenaan dengan hak pemegang saham untuk memperoleh keterangan berkaitan dengan mata acara rapat dengan tidak mengurangi hak

pemegang saham untuk mendapatkan keterangan lainnya berkaitan dengan hak pemegang saham yang diatur dalam undang-undang ini, antara lain hak pemegang saham untuk melihat daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (4),

serta hak pemegang saham untuk mendapatkan bahan-bahan rapat segera setelah panggilan RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat (3) dan ayat (4).

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Pasal 76

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4) Yang dimaksud dengan “ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)” adalah RUPS

harus diadakan di wilayah negara Republik Indonesia. Ayat (5)

Cukup jelas. Pasal 77 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Yang dimaksud dengan “disetujui dan ditandatangani” adalah disetujui dan ditandatangani

secara fisik atau secara elektronik. Pasal 78 Ayat (1)

Page 444: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 60 -

Yang dimaksud dengan “RUPS lainnya” dalam praktik sering dikenal sebagai RUPS luar biasa.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Pasal 79

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “alasan yang menjadi dasar permintaan diadakan RUPS”, antara lain karena Direksi tidak mengadakan RUPS tahunan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan atau masa jabatan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris akan

berakhir. Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6) Cukup jelas.

Ayat (7) Cukup jelas. Ayat (8)

Cukup jelas. Ayat (9)

Cukup jelas. Ayat (10) Cukup jelas.

Pasal 80 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan “penetapan pengadilan mengenai kuorum kehadiran dan ketentuan

tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS” adalah khusus berlaku untuk RUPS ketiga, sedangkan untuk RUPS pertama dan RUPS kedua ketentuan kuorum kehadiran dan persyaratan pengambilan keputusan berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

86, Pasal 87, Pasal 88, dan Pasal 89 atau anggaran dasar Perseroan. Yang dimaksud dengan “bentuk RUPS” adalah RUPS tahunan atau RUPS lainnya.

Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Yang dimaksud dengan “bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap” adalah bahwa atas penetapan tersebut tidak dapat diajukan banding, kasasi, atau peninjauan kembali. Ketentuan ini dimaksudkan agar pelaksanaan RUPS tidak tertunda.

Ayat (7) Upaya hukum yang dimungkinkan apabila penetapan pengadilan menolak permohonan

adalah hanya upaya hukum kasasi dan tidak dimungkinkan peninjauan kembali. Ayat (8) Cukup jelas.

Page 445: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 61 -

Pasal 81 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Pemanggilan RUPS adalah kewajiban Direksi. Pemanggilan RUPS dapat dilakukan oleh Dewan Komisaris, antara lain dalam hal Direksi tidak menyelenggarakan RUPS sebagaimana ditentukan dalam Pasal 79 ayat (6), dalam hal Direksi berhalangan atau terdapat pertentangan

kepentingan antara Direksi dan Perseroan. Pasal 82

Ayat (1) “Jangka waktu 14 (empat belas) hari“ adalah jangka waktu minimal untuk memanggil rapat. Oleh karena itu, dalam anggaran dasar tidak dapat menentukan jangka waktu lebih singkat

dari 14 (empat belas) hari kecuali untuk rapat kedua atau rapat ketiga sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 83 Ayat (1)

Pengumuman dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada pemegang saham mengusulkan kepada Direksi untuk penambahan acara RUPS. Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 84

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “kecuali anggaran dasar menentukan lain” adalah apabila anggaran dasar mengeluarkan satu saham tanpa hak suara. Dalam hal anggaran dasar tidak menentukan

hal tersebut, dapat dianggap bahwa setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara.

Ayat (2) Dengan ketentuan ini saham Perseroan yang dikuasai oleh Perseroan tersebut, baik langsung maupun tidak langsung, tidak mempunyai hak suara dan tidak dihitung dalam penentuan

kuorum. Huruf a

Yang dimaksud dengan “dikuasai sendiri” adalah dikuasai baik karena hubungan kepemilikan, pembelian kembali maupun karena gadai. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas. Pasal 85 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3) Ketentuan pada ayat ini merupakan perwujudan asas musyawarah untuk mufakat yang diakui

dalam undang-undang ini. Oleh karena itu, suara yang berbeda (split voting) tidak dibenarkan. Bagi Perseroan Terbuka suara berbeda yang dikeluarkan oleh bank kustodian

atau perusahaan efek yang mewakili pemegang saham dalam dana bersama (mutual fund) bukan merupakan suara yang berbeda sebagaimana dimaksud pada ayat ini. Ayat (4)

Page 446: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 62 -

Dalam menetapkan kuorum RUPS, saham dari pemegang saham yang diwakili anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan karyawan Perseroan sebagai kuasa ikut dihitung,

tetapi dalam pemungutan suara mereka sebagai kuasa pemegang saham tidak berhak mengeluarkan suara.

Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6)

Cukup jelas. Ayat (7)

Cukup jelas. Pasal 86 Ayat (1)

Penyimpangan atas ketentuan pada ayat ini hanya dimungkinkan dalam hal yang ditentukan undang-undang ini. Anggaran dasar tidak boleh menentukan kuorum yang lebih kecil

daripada kuorum yang ditentukan oleh undang-undang ini. Ayat (2) Dalam hal kuorum RUPS pertama tidak tercapai, rapat harus tetap dibuka dan kemudian

ditutup dengan membuat notulen rapat yang menerangkan bahwa RUPS pertama tidak dapat dilanjutkan karena kuorum tidak tercapai dan selanjutnya dapat diadakan pemanggilan RUPS

yang kedua. Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Dalam hal kuorum RUPS kedua tidak tercapai, maka RUPS harus tetap dibuka dan kemudian ditutup dengan membuat notulen RUPS yang menerangkan bahwa RUPS kedua tidak dapat

dilanjutkan karena kuorum tidak tercapai dan selanjutnya dapat diajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri untuk menetapkan kuorum RUPS ketiga.

Ayat (6) Dalam hal ketua pengadilan negeri berhalangan, penetapan dilakukan oleh pejabat lain yang mewakili ketua.

Ayat (7) Yang dimaksud dengan “bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap” adalah bahwa

atas penetapan tersebut tidak dapat diajukan banding, kasasi, atau peninjauan kembali. Ayat (8) Cukup jelas.

Ayat (9) Cukup jelas.

Pasal 87 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “musyawarah untuk mufakat” adalah hasil kesepakatan yang

disetujui oleh pemegang saham yang hadir atau diwakili dalam RUPS. Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “disetujui lebih dari ½ (satu perdua) bagian” adalah bahwa usul dalam mata acara rapat harus disetujui lebih dari ½ (satu perdua) jumlah suara yang dikeluarkan. Jika terdapat 3 (tiga) usul atau calon dan tidak ada yang memperoleh suara lebih

dari ½ (satu perdua) bagian, pemungutan suara atas 2 (dua) usul atau calon yang mendapatkan suara terbanyak harus diulang sehingga salah satu usul atau calon mendapatkan

suara lebih dari ½ (satu perdua) bagian. Pasal 88 Cukup jelas.

Pasal 89 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas.

Page 447: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 63 -

Ayat (3) Yang dimaksud dengan “kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang persyaratan

pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar“ adalah lebih besar daripada yang ditetapkan pada ayat ini, tetapi tidak lebih besar daripada yang ditetapkan pada ayat (1).

Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5)

Cukup jelas. Pasal 90

Ayat (1) Penandatanganan oleh ketua rapat dan paling sedikit 1 (satu) orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS dimaksudkan untuk menjamin kepastian dan kebenaran

isi risalah RUPS tersebut. Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 91 Yang dimaksud dengan “pengambilan keputusan di luar RUPS” dalam praktik dikenal

dengan usul keputusan yang diedarkan (circular resolution). Pengambilan keputusan seperti ini dilakukan tanpa diadakan RUPS secara fisik, tetapi

keputusan diambil dengan cara mengirimkan secara tertulis usul yang akan diputuskan kepada semua pemegang saham dan usul tersebut disetujui secara tertulis oleh seluruh pemegang saham.

Yang dimaksud dengan “keputusan yang mengikat” adalah keputusan yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan keputusan RUPS.

Pasal 92 Ayat (1) Ketentuan ini menugaskan Direksi untuk mengurus Perseroan yang, antara lain meliputi

pengurusan sehari-hari dari Perseroan. Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “kebijakan yang dipandang tepat “ adalah kebijakan yang, antara lain didasarkan pada keahlian, peluang yang tersedia, dan kelaziman dalam dunia usaha yang sejenis.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Direksi sebagai organ Perseroan yang melakukan pengurusan Perseroan memahami dengan jelas kebutuhan pengurusan Perseroan. Oleh karena itu, apabila RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi, sudah sewajarnya penetapan tersebut

dilakukan oleh Direksi sendiri. Pasal 93

Ayat (1) Jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak yang bersangkutan dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap telah menyebabkan

Perseroan pailit atau apabila dihukum terhitung sejak selesai menjalani hukuman. Huruf a

Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Yang dimaksud dengan “sektor keuangan”, antara lain lembaga keuangan bank dan nonbank,

pasar modal, dan sektor lain yang berkaitan dengan penghimpunan dan pengelolaan dana masyarakat. Ayat (2)

Page 448: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 64 -

Cukup jelas. Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “surat” adalah surat pernyataan yang dibuat oleh calon anggota Direksi yang bersangkutan berkenaan dengan persyaratan ayat (1) dan surat dari instansi

yang berwenang berkenaan dengan persyaratan ayat (2). Pasal 94 Ayat (1)

Kewenangan RUPS tidak dapat dilimpahkan kepada organ Perseroan lainnya atau pihak lain. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3) Persyaratan pengangkatan anggota Direksi untuk “jangka waktu tertentu”, dimaksudkan

anggota Direksi yang telah berakhir masa jabatannya tidak dengan sendirinya meneruskan jabatannya semula, kecuali dengan pengangkatan kembali berdasarkan keputusan RUPS.

Misalnya untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun atau 5 (lima) tahun sejak tanggal pengangkatan, maka sejak berakhirnya jangka waktu tersebut mantan anggota Direksi yang bersangkutan tidak berhak lagi bertindak untuk dan atas nama Perseroan, kecuali setelah diangkat kembali

oleh RUPS. Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6) Cukup jelas.

Ayat (7) Yang dimaksud dengan “perubahan anggota Direksi” termasuk perubahan karena pengangkatan kembali anggota Direksi.

Ayat (8) Yang dimaksud dengan “permohonan” adalah permohonan persetujuan perubahan anggaran

dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2). Yang dimaksud dengan “pemberitahuan” adalah pemberitahuan perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) dan pemberitahuan tentang data Perseroan

lainnya yang wajib diberitahukan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.

Ayat (9) Cukup jelas. Pasal 95

Ayat (1) Pengangkatan anggota Direksi batal karena hukum sejak diketahuinya pelanggaran terhadap

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 oleh anggota Direksi lainnya atau Dewan Komisaris berdasarkan bukti yang sah dan kepada anggota Direksi yang bersangkutan diberitahukan secara tertulis pada saat diketahuinya hal tersebut.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan “anggota Direksi lainnya” adalah anggota Direksi di luar anggota

Direksi yang pengangkatannya batal dan mempunyai wewenang mewakili Direksi sesuai dengan anggaran dasar. Jika tidak terdapat anggota Direksi yang demikian itu, yang melaksanakan pengumuman adalah Dewan Komisaris.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5)

Cukup jelas. Pasal 96

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “besarnya gaji dan tunjangan anggota Direksi” adalah besarnya gaji dan tunjangan bagi setiap anggota Direksi.

Page 449: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 65 -

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 97 Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan “penuh tanggung jawab” adalah memperhatikan Perseroan dengan

saksama dan tekun. Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas. Huruf d

Yang dimaksud dengan “mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian” termasuk juga langkah- langkah untuk memperoleh informasi mengenai tindakan

pengurusan yang dapat mengakibatkan kerugian, antara lain melalui forum rapat Direksi. Ayat (6) Dalam hal tindakan Direksi merugikan Perseroan, pemegang saham yang memenuhi

persyaratan sebagaimana ditetapkan pada ayat ini dapat mewakili Perseroan untuk melakukan tuntutan atau gugatan terhadap Direksi melalui pengadilan.

Ayat (7) Gugatan yang diajukan Dewan Komisaris adalah dalam rangka tugas Dewan Komisaris melaksanakan fungsi pengawasan atas pengurusan Perseroan yang dilakukan oleh Direksi,

untuk mengajukan gugatan tersebut Dewan Komisaris tidak perlu bertindak bersama-sama dengan anggota Direksi lainnya dan kewenangan Dewan Komisaris tersebut tidak terbatas

hanya dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan. Pasal 98 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Undang-undang ini pada dasarnya menganut sistem perwakilan kolegial, yang berarti tiap-tiap anggota Direksi berwenang mewakili Perseroan. Namun, untuk kepentingan Perseroan, anggaran dasar dapat menentukan bahwa Perseroan diwakili oleh anggota Direksi tertentu.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Yang dimaksud “tidak boleh bertentangan dengan undang-undang”, misalnya RUPS tidak berwenang memutuskan bahwa Direksi di dalam mengagunkan atau mengalihkan sebagian

besar aset Perseroan cukup dengan persetujuan Dewan Komisaris atau persetujuan RUPS dengan kuorum kurang dari 3/4 (tiga perempat).

Yang dimaksud ‘tidak boleh bertentangan dengan anggaran dasar”, misalnya anggaran dasar menentukan untuk peminjaman uang di atas Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), Direksi harus mendapatkan persetujuan Dewan Komisaris. RUPS tidak berwenang mengambil

keputusan bahwa untuk peminjaman uang di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), Direksi harus memperoleh persetujuan Dewan Komisaris tanpa terlebih dahulu mengubah

ketentuan anggaran dasar tersebut. Pasal 99 Cukup jelas.

Page 450: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 66 -

Pasal 100 Ayat (1)

Huruf a Daftar pemegang saham dan daftar khusus sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 50, risalah RUPS dan risalah rapat Direksi memuat segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam setiap rapat. Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Yang dimaksud dengan “dokumen Perseroan lainnya”, antara lain risalah rapat Dewan Komisaris, perizinan Perseroan. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 101 Setiap perolehan dan perubahan dalam kepemilikan saham tersebut wajib dilaporkan.

Laporan Direksi mengenai hal ini dicatat dalam daftar khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2). Yang dimaksud dengan “ keluarganya “, lihat penjelasan Pasal 50 ayat (2).

Pasal 102 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “kekayaan Perseroan” adalah semua barang baik bergerak maupun tidak bergerak, baik berwujud maupun tidak berwujud, milik Perseroan. Yang dimaksud dengan “dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama

lain maupun tidak” adalah satu transaksi atau lebih yang secara kumulatif mengakibatkan dilampauinya ambang 50% (lima puluh persen).

Penilaian lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih didasarkan pada nilai buku sesuai neraca yang terakhir disahkan RUPS. Ayat (2)

Berbeda dari transaksi pengalihan kekayaan, tindakan transaksi penjaminan utang kekayaan Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak dibatasi jangka waktunya,

tetapi harus diperhatikan adalah jumlah kekayaan Perseroan yang masih dalam penjaminan dalam kurun waktu tertentu. Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “tindakan pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan, misalnya penjualan rumah oleh perusahaan real estate, penjualan surat berharga antarbank, dan

penjualan barang dagangan (inventory) oleh perusahaan distribusi atau perusahaan dagang. Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 103 Yang dimaksud “kuasa” adalah kuasa khusus untuk perbuatan tertentu sebagaimana disebutkan dalam surat kuasa.

Pasal 104 Untuk membuktikan kesalahan atau kelalaian Direksi, gugatan diajukan ke pengadilan niaga

sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Pasal 105

Ayat (1) Keputusan RUPS untuk memberhentikan anggota Direksi dapat dilakukan dengan alasan

yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai anggota Direksi yang ditetapkan dalam undang-undang ini, antara lain melakukan tindakan yang merugikan Perseroan atau karena alasan lain yang dinilai tepat oleh RUPS.

Page 451: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 67 -

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Pembelaan diri dalam ketentuan ini dilakukan secara tertulis.

Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5)

Cukup jelas. Pasal 106

Ayat (1) Mengingat pemberhentian anggota Direksi oleh RUPS memerlukan waktu untuk pelaksanaannya, sedangkan kepentingan Perseroan tidak dapat ditunda, Dewan Komisaris

sebagai organ pengawas wajar diberikan kewenangan untuk melakukan pemberhentian sementara.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

RUPS didahului dengan panggilan RUPS yang dilakukan oleh organ Perseroan yang memberhentikan sementara tersebut. Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Cukup jelas. Ayat (7) Cukup jelas.

Ayat (8) Cukup jelas.

Ayat (9) Cukup jelas. Pasal 107

Huruf a Tata cara pengunduran diri anggota Direksi yang diatur dalam anggaran dasar dengan

pengajuan permohonan untuk mengundurkan diri yang harus diajukan dalam kurun waktu tertentu. Dengan lampaunya kurun waktu tersebut, anggota Direksi yang bersangkutan berhenti dari jabatannya tanpa memerlukan persetujuan RUPS.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas. Pasal 108

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan “untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan” adalah bahwa pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh Dewan

Komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk kepentingan Perseroan secara menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4)

Berbeda dari Direksi yang memungkinkan setiap anggota Direksi bertindak sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas Direksi, setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak

sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas Dewan Komisaris, kecuali berdasarkan keputusan Dewan Komisaris. Ayat (5)

Page 452: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 68 -

Perseroan yang kegiatan usahanya menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau Perseroan

Terbuka memerlukan pengawasan dengan jumlah anggota Dewan Komisaris yang lebih besar karena menyangkut kepentingan masyarakat.

Pasal 109 Cukup jelas. Pasal 110

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Lihat penjelasan Pasal 93 ayat (1) huruf c.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “surat” adalah surat pernyataan yang dibuat oleh calon anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan berkenaan dengan persyaratan ayat (1) dan surat dari

instansi yang berwenang berkenaan dengan persyaratan ayat (2). Pasal 111 Cukup jelas.

Pasal 112 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “anggota Dewan Komisaris lainnya” adalah anggota Dewan Komisaris di luar anggota Dewan Komisaris yang pengangkatannya batal. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 113 Cukup jelas.

Pasal 114 Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Ketentuan pada ayat ini menegaskan bahwa apabila Dewan Komisaris bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya sehingga mengakibatkan kerugian pada Perseroan karena

pengurusan yang dilakukan oleh Direksi, anggota Dewan Komisaris tersebut ikut bertanggung jawab sebatas dengan kesalahan atau kelalaiannya.

Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Cukup jelas. Pasal 115 Cukup jelas.

Pasal 116 Huruf a

Risalah rapat Dewan Komisaris memuat segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam rapat tersebut.

Page 453: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 69 -

Yang dimaksud dengan “salinannya” adalah salinan risalah rapat Dewan Komisaris karena asli risalah tersebut dipelihara Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100.

Huruf b Setiap perubahan dalam kepemilikan saham tersebut wajib juga dilaporkan.

Yang dimaksud dengan “keluarganya“, lihat penjelasan Pasal 50 ayat (2). Huruf c Laporan Dewan Komisaris mengenai hal ini dicatat dalam daftar khusus sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2). Pasal 117

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “memberikan persetujuan” adalah memberikan persetujuan secara tertulis dari Dewan Komisaris.

Yang dimaksud dengan “bantuan” adalah tindakan Dewan Komisaris mendampingi Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu.

Pemberian persetujuan atau bantuan oleh Dewan Komisaris kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu yang dimaksud ayat ini bukan merupakan tindakan pengurusan. Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “perbuatan hukum tetap mengikat Perseroan” adalah perbuatan hukum yang dilakukan tanpa persetujuan Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan

anggaran dasar tetap mengikat Perseroan, kecuali dapat dibuktikan pihak lainnya tidak beritikad baik. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ini dapat mengakibatkan tanggung jawab pribadi

anggota Direksi sesuai dengan ketentuan undang-undang ini. Pasal 118

Ayat (1) Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan wewenang kepada Dewan Komisaris untuk melakukan pengurusan Perseroan dalam hal Direksi tidak ada.

Yang dimaksud dengan “dalam keadaaan tertentu”, antara lain keadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat (2) huruf b dan Pasal 107 huruf c.

Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 119

Cukup jelas. Pasal 120

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Komisaris Independen yang ada di dalam pedoman tata kelola Perseroan yang baik (code of

good corporate governance) adalah “Komisaris dari pihak luar”.

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Pasal 121

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “komite”, antara lain komite audit, komite remunerasi, dan komite nominasi.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 122 Cukup jelas. Pasal 123

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a Cukup jelas.

Page 454: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 70 -

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Dalam tata cara konversi saham ditetapkan harga wajar saham dari Perseroan yang

menggabungkan diri serta harga wajar saham dari Perseroan yang menerima Penggabungan untuk menentukan perbandingan penukaran saham dalam rangka konversi saham. Huruf d

Rancangan perubahan anggaran dasar dalam hal ini hanya diwajibkan sebagai bagian dari usulan apabila Penggabungan tersebut menyebabkan adanya perubahan anggaran dasar.

Huruf e Yang dimaksud dengan “3 (tiga) tahun buku terakhir dari Perseroan” adalah yang keseluruhannya mencakup 36 (tiga puluh enam) bulan.

Huruf f Cukup jelas.

Huruf g Cukup jelas. Huruf h

Cukup jelas. Huruf i

Cukup jelas. Huruf j Cukup jelas.

Huruf k Cukup jelas.

Huruf l Cukup jelas. Huruf m

Cukup jelas. Huruf n

Cukup jelas. Huruf o Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Yang dimaksud dengan “Perseroan tertentu” adalah Perseroan yang mempunyai bidang usaha khusus, antara lain lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank.

Yang dimaksud dengan “instansi terkait” antara lain Bank Indonesia untuk Penggabungan Perseroan perbankan.

Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 124

Cukup jelas. Pasal 125

Ayat (1) Pengambilalihan yang dimaksud dalam Pasal ini tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5)

Yang dimaksud dengan “pihak yang akan mengambil alih” adalah Perseroan, badan hukum lain yang bukan Perseroan, atau orang perseorangan. Ayat (6)

Page 455: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 71 -

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas. Huruf d

Dalam tata cara konversi saham ditetapkan harga wajar saham dari Perseroan yang diambil alih serta harga wajar saham penukarnya untuk menentukan perbandingan penukaran saham

dalam rangka konversi saham. Huruf e Cukup jelas.

Huruf f Cukup jelas.

Huruf g Cukup jelas. Huruf h

Cukup jelas. Huruf i

Cukup jelas. Huruf j Cukup jelas.

Huruf k Cukup jelas.

Ayat (7) Pengambilalihan saham Perseroan lain langsung dari pemegang saham tidak perlu didahului dengan membuat rancangan Pengambilalihan, tetapi dilakukan langsung melalui perundingan

dan kesepakatan oleh pihak yang akan mengambil alih dengan pemegang saham dengan tetap memperhatikan anggaran dasar Perseroan yang diambil alih.

Ayat (8) Cukup jelas. Pasal 126

Ayat (1) Ketentuan ini menegaskan bahwa Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau

Pemisahan tidak dapat dilakukan apabila akan merugikan kepentingan pihak-pihak tertentu. Selanjutnya, dalam Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan harus juga dicegah kemungkinan terjadinya monopoli atau monopsoni dalam berbagai bentuk yang

merugikan masyarakat. Ayat (2)

Pemegang saham yang tidak menyetujui Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli sesuai dengan harga wajar saham dari Perseroan sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 123 ayat (2)

huruf c dan Pasal 125 ayat (6) huruf d. Ayat (3)

Cukup jelas. Pasal 127 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Pengumuman dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang bersangkutan agar mengetahui adanya rencana tersebut dan mengajukan keberatan jika mereka merasa kepentingannya dirugikan.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5)

Page 456: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 72 -

Cukup jelas. Ayat (6)

Cukup jelas. Ayat (7)

Cukup jelas. Ayat (8) Cukup jelas.

Pasal 128 Cukup jelas.

Pasal 129 Cukup jelas. Pasal 130

Cukup jelas. Pasal 131

Cukup jelas. Pasal 132 Cukup jelas.

Pasal 133 Pengumuman dimaksudkan agar pihak ketiga yang berkepentingan mengetahui bahwa telah

dilakukan Penggabungan, Peleburan, atau Pengambilalihan. Dalam hal ini pengumuman wajib dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal:

a. persetujuan Menteri atas perubahan anggaran dasar dalam hal terjadi Penggabungan; b. pemberitahuan diterima Menteri baik dalam hal terjadi perubahan anggaran dasar

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) maupun yang tidak disertai perubahan anggaran dasar; dan c. pengesahan Menteri atas akta pendirian Perseroan dalam hal terjadi Peleburan.

Pasal 134 Cukup jelas.

Pasal 135 Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Yang dimaksud dengan “pemisahan tidak murni” lazim disebut spin off. Ayat (2) Yang dimaksud dengan “beralih karena hukum” adalah beralih berdasarkan titel umum

sehingga tidak diperlukan akta peralihan. Ayat (3)

Cukup jelas. Pasal 136 Cukup jelas.

Pasal 137 Cukup jelas.

Pasal 138 Ayat (1) Sebelum mengajukan permohonan pemeriksaan terhadap Perseroan, pemohon telah meminta

secara langsung kepada Perseroan mengenai data atau keterangan yang dibutuhkannya. Dalam hal Perseroan menolak atau tidak memperhatikan permintaan tersebut, ketentuan ini

memberikan upaya yang dapat ditempuh oleh pemohon. Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5)

Page 457: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 73 -

Cukup jelas. Ayat (6)

Cukup jelas. Pasal 139

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “ahli” adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang yang akan diperiksa. Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5)

Yang dimaksud dengan “semua dokumen” adalah semua buku, catatan, dan surat yang berkaitan dengan kegiatan Perseroan. Ayat (6)

Cukup jelas. Ayat (7)

Cukup jelas. Pasal 140 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan pada ayat ini, pemohon dapat menentukan sikap lebih lanjut terhadap Perseroan. Pasal 141

Ayat (1) Dalam menetapkan biaya pemeriksaan bagi pemeriksa, ketua pengadilan negeri

mendasarkannya atas tingkat keahlian pemeriksa dan batas kemampuan Perseroan serta ruang lingkup Perseroan. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Pembebanan penggantian biaya dimaksud ditetapkan oleh pengadilan dengan memperhatikan hasil pemeriksaan. Pasal 142

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas.

Huruf d Cukup jelas. Huruf e

Cukup jelas. Huruf f

Yang dimaksud dengan “dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan likuidasi” adalah ketentuan yang tidak memungkinkan Perseroan untuk berusaha dalam bidang lain setelah izin usahanya dicabut, misalnya izin usaha perbankan, izin usaha

perasuransian. Ayat (2)

Berbeda dari bubarnya Perseroan sebagai akibat Penggabungan dan Peleburan yang tidak perlu diikuti dengan likuidasi, bubarnya Perseroan berdasarkan ketentuan ayat (1) harus selalu diikuti dengan likuidasi.

Page 458: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 74 -

Huruf a Yang dimaksud dengan “likuidasi yang dilakukan oleh kurator” adalah likuidasi yang khusus

dilakukan dalam hal Perseroan bubar berdasarkan ketentuan ayat (1) huruf e. Huruf b

Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6)

Dengan pengangkatan likuidator, tidak berarti bahwa anggota Direksi dan Dewan Komisaris diberhentikan, kecuali RUPS yang memberhentikan.

Yang berwenang untuk melakukan pemberhentian sementara likuidator dan pengawasan terhadapnya adalah Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar. Pasal 143

Ayat (1) Karena Perseroan yang dibubarkan masih diakui sebagai badan hukum, Perseroan dapat

dinyatakan pailit dan likuidator selanjutnya digantikan oleh kurator. Pernyataan pailit tidak mengubah status Perseroan yang telah dibubarkan dan karena itu Perseroan harus dilikuidasi.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 144 Cukup jelas. Pasal 145

Cukup jelas. Pasal 146

Ayat (1) Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Yang dimaksud dengan “alasan Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan”, antara lain: a. Perseroan tidak melakukan kegiatan usaha (non-aktif) selama 3 (tiga) tahun atau lebih,

yang dibuktikan dengan surat pemberitahuan yang disampaikan kepada instansi pajak; b. dalam hal sebagian besar pemegang saham sudah tidak diketahui alamatnya walaupun

telah dipanggil melalui iklan dalam Surat Kabar sehingga tidak dapat diadakan RUPS; c. dalam hal perimbangan pemilikan saham dalam Perseroan demikian rupa sehingga RUPS tidak dapat mengambil keputusan yang sah, misalnya 2 (dua) kubu pemegang saham

memiliki masing-masing 50% (lima puluh persen) saham; atau d. kekayaan Perseroan telah berkurang demikian rupa sehingga dengan kekayaan yang ada

Perseroan tidak mungkin lagi melanjutkan kegiatan usahanya. Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 147 Ayat (1)

Penghitungan jangka waktu 30 (tiga puluh) hari dimulai sejak tanggal: a. pembubaran oleh RUPS karena Perseroan dibubarkan oleh RUPS; atau b. penetapan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena Perseroan

dibubarkan berdasarkan penetapan pengadilan. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Page 459: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 75 -

Penghitungan jangka waktu 60 (enam puluh) hari dimulai sejak tanggal pengumuman pemberitahuan kepada kreditor yang paling akhir, misalnya pengumuman dalam surat kabar

tanggal 1 Juli 2007, pengumuman dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 3 Juli 2007, maka tanggal pengumuman yang paling akhir dimaksud adalah pada tanggal 3 Juli

2007. Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 148 Cukup jelas.

Pasal 149 Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Yang dimaksud dengan “dalam rencana pembagian kekayaaan hasil likuidasi”, termasuk rincian besarnya utang dan rencana pembayarannya. Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Cukup jelas. Huruf e Yang dimaksud dengan ‘tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan

kekayaan”, antara lain mengajukan permohonan pailit karena utang Perseroan lebih besar daripada kekayaan Perseroan.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Pasal 150 Cukup jelas.

Pasal 151 Cukup jelas.

Pasal 152 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “likuidator bertanggung jawab” adalah likuidator harus memberikan

laporan pertanggungjawaban atas likuidasi yang dilakukan. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6)

Cukup jelas. Ayat (7)

Cukup jelas. Ayat (8) Cukup jelas.

Pasal 153 Cukup jelas.

Pasal 154 Ayat (1)

Page 460: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

- 76 -

Pada dasarnya terhadap Perseroan yang melakukan kegiatan tertentu di bidang pasar modal, misalnya Perseroan Terbuka atau bursa efek berlaku ketentuan dalam undang-undang ini.

Namun, mengingat kegiatan Perseroan tersebut mempunyai sifat tertentu yang berbeda dari Perseroan pada umumnya, perlu dibuka kemungkinan adanya pengaturan khusus terhadap

Perseroan tersebut. Pengaturan khusus dimaksud, antara lain mengenai sistem penyetoran modal, hal yang berkaitan dengan pembelian kembali saham Perseroan, dan hak suara serta penyelenggaraan

RUPS. Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “asas hukum Perseroan” adalah asas hukum yang berkaitan dengan hakikat Perseroan dan Organ Perseroan. Pasal 155

Cukup jelas. Pasal 156

Cukup jelas. Pasal 157 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3) Yang dimaksud dengan “Perseroan yang telah memperoleh status badan hukum berdasarkan

peraturan perundang-undangan” adalah Perseroan yang berstatus badan hukum yang didirikan berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 158 Berdasarkan ketentuan ini, kepemilikan saham oleh Perseroan lain tersebut harus sudah

dialihkan kepada pihak lain yang tidak terkena larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak berlakunya undang-undang ini. Pasal 159

Cukup jelas. Pasal 160

Cukup jelas. Pasal 161 Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4756.

Page 461: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

Riwayat Penulis

Santoso Tri Raharjo, lahir di Bandung 5 Februari

1971 dari pasangan Mishan dan Marinah. Penulis

beragama Islam, dan memiliki istri yang bernama

Nurliana Cipta Apsari, dengan dikaruniai dua orang

putra Arya Muhammad Rafi Raharjo dan Aslam

Aulia Raharjo. Penulis beralamat di Puri Cipageran

Indah I Blok A-277, RT.01/RW.26 Kelurahan

Cipageran Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Alamat email:

[email protected].

Riwayat pendidikan penulis dimulai dari SDN Angkasa V

Lanud Sulaiman Bandung lulus tahun 1984, SMPN 8 (SMPN 1)

Margahayu Bandung lulus tahun tahun 1987, SMAN 4 Bandung lulus

tahun 1990. Pada tahun 1996 penulis menyelesaikan S-1 Ilmu

Kesejahteraan Sosial FISIP-Univeristas Padjadjaran, kemudian

melanjutkan studi S-2 Sosiologi Kekhususan Ilmu Kesejahteraan Sosial

Universitas Indonesia lulus tahun 2003, dan pada tahun 2013

menyelesaikan studi S-3 Sosiologi Universitas Padjadjaran.

Riwayat pekerjaan penulis dimulai sejak tahun 1998 diterima

menjadi staf pengajar Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Tahun 2007-

2011 pernah menjabat Kepala Laboratorium Kesejahteraan Sosial, dan

sejak tahun 2011 dipercaya sebagai sekretaris Jurusan Ilmu

Kesejahteraan Sosial FISIP-UNPAD. Selain itu penulis juga aktif

sebagai anggota Dewan Pembinan di LSM Bahana Karya Insani.

Penulis pernah memperoleh penghargaan ‘Satyalencana Kesetiaan 10

tahun’ dari Presiden RI tahun 2012

Beberapa karya penulis lainnya antara lain ‘No Nganggur No

Cry’, tahun 2009, Penerbit Oase Bandung; ‘Dasar-dasar Pekerjaan

Sosial’, tahun 2010, Penerbit: Mitra Padjadjaran Bandung; dan ‘Social

Enterprise, Social Entrepreneurship, and Corporate Social

Responsibility’, tahun 2011, Penerbit Mitra Padjadjaran.

------------------------

Page 462: RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT …

xiii

UNPAD PRESS

2013