Upload
aan-nak-borneo
View
252
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/28/2019 Remathoid Ath
1/21
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL : REMATOID ARTRITIS
A. Pengertian
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani.Pertama, arthron, yang berarti
sendi.Kedua, itis yang berarti peradangan.Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi.
Rematoid artritis adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat sistemik,
progresif, cendrung kronis yang menyerang berbagai sistem organ.Penyakit ini adalah
salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh
imunitas dan tidak diketahui sebabnya.Biasanya terjadi destruksi sendi progresif
walaupun episode pradangan sendi dapat mengalami masa remisi.
Rematiod Artritis adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem
organ.Penyakit ini adalah salah satu dari kelompok penyakit jaringan ikat difus yang
diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui penyebabnya. Biasanya terjadi destruksi
sendi progresif, walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi.
(Patofisiologi, Edisi 6 Vol 2).
Rematoid Artritis suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi
utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh, terlibatnya sendi pada
penderita rematoid arthritis terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai
dengan sifat progresivitasnya. Panderita dapat pula menunjukkan gejala konstitusional
berupa kelemahan umum , cepat lelah atau gangguan non artikular lain.(Masjoer, Arif M.
2000. Kapita selekta).
7/28/2019 Remathoid Ath
2/21
Dapat disimpulkan Reumatoid Artritis adalah penyakit inflamasi nonbakterial
yang bersifat sistemik kronis, yang melibatkan seluruh organ tubuh tetapi umumnya
mengenai membran sinovial dari persendian yang ditandai dengan nyeri persendian, kaku
sendi, penurunan mobilitas dan keletihan yang ditandai dengan nyeri persendian dan
dengan manifestasi utama poliartritis progresif.
Gambar 1.2 Reumatoid Artritis
(http://www.sonicmend.com/_img/rheumatoid_arthritis.jpg)
B. Klasifikasi
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
http://www.sonicmend.com/_img/rheumatoid_arthritis.jpghttp://www.sonicmend.com/_img/rheumatoid_arthritis.jpg7/28/2019 Remathoid Ath
3/21
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
C. Etiologi
Penyebab rematoid artritis masih belum diketahui secara pasti walaupun banyak
hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap.Penyakit ini belum dapat dipastikan
mempunyai hubungan dengan faktor genetik.Namun, berbagai faktor (termasuk
kecendrungan genetik) bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Faktor-faktor yang berperan
antara lain adalah jenis kelamin, infeksi (Price, 1995), keturunan (Price, 1995 ; Noer S,
1996), dan lingkungan (Noer S, 1996).
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik,
dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
D. Patofisiologi
Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan synovial.
Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran synovial, dan akhirnya
membentuk panus. Panus akan meghancurkan tulang rawan dan emnimbulkan erosi
tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengalami perubahan
generative dengan menghilangnya elastisita otot dan kekuatan kontraksi otot.
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi synovial disertai edema, kongesti
vascular eksudat fibrin dan inflamasi selular. Peradangan yang berkelanjutan
menyebabkan synovial menjadi menebal terutama pada sendi artikular kartilago dari
sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus atau penutup yang menutupi
kartilago. Pannus masuk ke tulang subcondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler. Kartilago menjadi nekrosis.Tingkat erosi dari kartilago persendian menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
7/28/2019 Remathoid Ath
4/21
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi , karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (akilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub condrial bisa menyebabkan osteoporosis
setempat. Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara orang ada yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain terutama yang
mempunyai factor rematoid, gangguan akan menjadi kronis yang progresif. Pada
sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai kerusakan sendi yang terus
menerus dan terjadi vaskulitis yang difus.
PATWAY
Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan muskuloskeletal
Inflamasi non-bakterial disebabkan oleh
infeksi, endokrin, autoimun, metabolik dan
Atritis
Reumatoid
Sinovit tenosinovit Kelainan pada
tulang
Kelainan pada
jaringan ekstra-
artikular
Gambara
n khas
nodul
Hipere
miadan
pembe
ngkaka
Invasi
kolagen
Erosi
tulangdan
kerusak
an pada
tulang
miopat sistemi Kel.
limfe
saraf Inflama
si
keluar
ekstra-
Nekrosis
dan
kerusakan
dalam
Ruptur
tendo
secara
ersial
Instabilitas
dan
deformitas
Atrofi
otot
splenomeg
Neuropat
i periferKelemahan
Dx 3 defisitperawatan
Dx 5
gangua
n
7/28/2019 Remathoid Ath
5/21
E. Manifestasi Klinis
Ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada klien rematoid
artritis.Manifestasi ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan.Oleh
karenanya penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang sangat bervariasi. Gejala-gejala
konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam.Terkadang
dapat terjadi kelelahan yang hebat. Poliartritis simetris, terutama pada sendi perifer,
termasuk sendi-sendi ditangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi
interfalangs distal.Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang. Kekakuan dipagi hariselama lebih dari satu jam, dapat bersifat generalisita terapi terutama menyerang sendi-
sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
selalu kurang dari satu jam. Artritis erosif, merupakan ciri khas artritis rematoid pada
gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi ditepi tulang
dan dapat dilihat pada radioram (Lukman,2009).
F. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs,
DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis
reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik.Umumnya berhubungan dengan
Dx 1 Dx 2
Hambatan
Ggn
mekanisme N
fungsional pd
Perubahan
bentuk tubuh
pd tulang dan
Gambaran
khusus nodul
Dx 4
Ansiet
Dx 7
kurang
Dx 6
Gangguan
konsep diri,
Anemia
osteoporosis
generalisita
Dx 4
Resiko
Perikardi
tis, dan
radang
katup
jantung
Kegagala
n fungsi
jantung
7/28/2019 Remathoid Ath
6/21
mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.
G. Pemeriksaan Khusus
1. Tes faktor reumatoid positif, antinuclear antibody (ANA) psotif bermakna pada
sebagian penderita.
2. LED naik pada penyakit aktif :Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h)
mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat ;anemia; albumin
serum rendah, dan fosfatase alkalimeningkat.
3. Rontgen menunjukkan erosi terutama pada sendi-sendi tangan, kaki dan pergelangan
pada stadium dini; kemudian, pada tiap sendi.
4. Kelainan destruktif yang progresif pada sendi dan disorganisasi pada penyakit yang
berat.
5. Kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl.
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Memberikanpendidikan.
Pendidikan yang di berikan meliputi pengertian tentang patofisiologi,
penyebab, dan prognosis penyakit, dan termasuk komponen penatalaksanaan regimen
obat yang kompleks.Pendidikan tentang penyakit ini kepada pasien, keluarga dan
siapa saja yang berhubungan dengan pasien.
Pendidikan pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat yang
cukup, gunakan kaos kaki atau sarung tanga sewaktu tidur malam, kurangi aktivitas
yang berat secara perlahan-lahan.
2. Istirahat
Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai rasa lelah yang
hebat.Oleh karena itu pasien harus membagi waktu istirahat dan beraktivitas.
3. Latihan fisik
7/28/2019 Remathoid Ath
7/21
Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi.Latihan ini mencakup
gerakan aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya 2x sehari.
4. Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi sendi yang sakit dan bengkak mungkin
dapat mengurangi nyeri.
5. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada sendi.
Adapun syarat-syarat diet atritis reumatoid adalah protein cukup, lemak
sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang
dikeluarkan setiap hari. Rata-rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2-2 L/hari,
karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65-75% dari kebutuhan energi total.
I. Penatalaksanaan Medis
Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID (Non Steriodal Anti-
Inflammatory Drug) dalam dosis terapeutik. Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang
penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun
pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar
obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-
inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).
Pengobatan harus diberikan secara paripurna, karena penyakit ini sulit
sembuh.Oleh karena itu, pengobatan dapat dimulai secara lebih dini, klien harus
diterangkan mengenai penyakitnya dan diberikan dukungan psikologis.Nyeri dikurangi
atau bahkan dihilangkan, reaksi inflamasi harus ditekan, fungsi sendi dipertahankan, dan
deformitas dicegah dengan obat anti inflamasi nonsteroid, alat penopang ortopedis, dan
latihan terbimbing (Lukman, Nurna Ningsih dalam bukunya askep pada klien dengan
gangguan sistem muskuloskeletal, 2009).
Pada keadaan akut kadang dibutuhkan pemberian steroid atau
imunosupresan.Sedangkan, pada keadaan kronik sinovektomi mungkin berguna bila
tidak ada dekstruksi sendi yang luas.Bila terdapat dekstruksi sendi atau deformitas dapat
7/28/2019 Remathoid Ath
8/21
dianjurkan dan dilakukan tindakan artrodesis atau artroplastik. Sebaiknya pada revalidasi
disediakan bermacam-macam alat bantu untuk menunjang kehidupan sehari-hari dirumah
maupun ditempat kerja.
7/28/2019 Remathoid Ath
9/21
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN REMATOID ARTRITIS
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan. Untuk
itu, diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah klien sehingga dapat
memberi arah terhadap
1. Anamnesis.
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui :
a. Identitas meliputi nama,jenis kelamin,usia,alamat,agama,bahasa yang
digunakan,status perkawainan,pendidikan,pekerjaan,asuransi,golongan
darah,nomor register,tanggal masuk rumah sakit,dan diagnosis medis.
Pada umunya keluhan utama artritis reumatoid adalah nyeri pada daerah
sendi yang mengalami masalah.Untuk mempperoleh pengkajian yang lengkap
tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST.
1) Provoking incident : Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah
peradangan.
2) Quality Of Painn: Nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat
menusuk.
3) Region,Radition,Relief : Nyeri dapat menjalar atau menyebar , dan nyeri
terjadi di sendi yang mengalami masalah.
4) Severity(scale) Of Pain: Nyeri yang dirasakan ada diantara 1-3 pada rentang
skala pengukuran 0-4.
5) Time : Berapa lama nyeri berlangsung,kapan,apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
b. Riwayat penyakit sekarang.Pengumpulan data dilakukan sejak keluhan
muncul.Pada klien artritis reumatoid , stadium awal biasanya ditandai dengan
gangguan keadaan umum berupa malaise,penurunan berat badan,rasa
7/28/2019 Remathoid Ath
10/21
capek,sedikit panas,dan anemia. Gejala lokal yang terjadi berupa
pembengkakan,nyeri,dan gangguan gerak pada sendi metakarpofalangeal. Perlu
dikaji kapan gangguan sensorik muncul.Gejala awal terjadi pada sendi.Persendian
yang paling sering terkena adalah sendi tangan,pergelangan tangan,sendi
lutut,sendi siku,pergelangan kaki,sendi bahu,serta sendi panggul, dan biasanya
bersifat bilateral/simetris.Akan tetapi,kadang artritis reumatoid dapat terjadi
hanya pada satu sendi.
c. Riwayat penyakit dahulu.Pada pengkajian ini,ditemukan kemungkinan penyebab
yang mendukung terjadinya artritis reumatoid.Penyakit tertentu seperti penyakit
diabetes menghambat proses penyembuhan artritis reumatoid.Masalah lain yang
perlu ditanyakan adalah apakah klien pernah dirawat dengan masalah yang
sama.Sering klien ini menggunakan obat antireumatik jangka panjang sehingga
perlu dikaji jenis obat yang digunakan(NSAID,antibiotik,dan analgesik).
d. Riwayat penyakit keluarga. Kaji tentang adakah keluarga dari generasi terdahulu
yang mengalami keluhan yang sama dengan klien.
e. Riwayat psikososial. Kaji respon emosi klien terhadap penyakit dan perannya
dalam keluarga dan masyarakat.Klien ini dapat mengalami ketakutan akan
kecacatan karena perubahan bentuk sendi dan pandangan terhadap dirinya yang
salah(gangguan citra diri).Klien ini juga dapat mengalami penurunan libido
sampai tidak dapat melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat
inap dan kelemahan fisik serta nyeri.Klien artritis reumatoid akan merasa cemas
tentang fungsi tubuhnya sehingga perawat perlu mengkaji mekanisme koping
klien. Kebutuhan tidur dan istirahat juga harus dikaji,selain lingkungan,lama
tidur,kebiasaan,kesulitan,dan pengguanaan obat tidur.
2. Pemeriksaan fisik.Setelah melakukan anamnesis,pemeriksaan fisik sangat berguna
untuk mendukung data anamnesis .Pemeriksaan fisik dilakukan per sistem (B1-B6)
dengan fokus pemeriksaan B6(Bone) yang dikaitkan dengan keluhan klien.
a. B1 (Breathing).Klien artritis reumatoid tidak menunjukkan kelainan sistem
pernapasan pada saat inspeksi.Palpasi toraks menunjukkan taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi,tidak ada suara napas tambahan.
b. B2 (Blood). Tidak ada iktus jantung pada palpasi.Nadi mungkin meningkat,iktus
tidak teraba.Pada auskultasi,ada suara S1 dan S2 tunggal dan tidak ada murmur.
c. B3(Brain).Kesadaran biasanya kompos mentis.Pada kasus yang lebih parah,klien
dapat mengeluh pusing dan gelisah.
7/28/2019 Remathoid Ath
11/21
Kepala dan wajah : Ada sianosis.
Mata : Skelera biasanya tidak ada ikterik.
Leher : Biasanya JVP dalam batas normal
Telinga :Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan
normal.Tidak ada Lesi atau nyeri tekan.
Hidung : Tidak ada deformitas,tidak ada pernapasan cuping
hidung.
Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil,gusi tidak terjadi
perdarahan,mukosa mulut tidak pucat.
Status mental : penampilan dan tingkah laku klien biasanya tidak
mengalami perubahan.
d. B4 (Bladder). Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan
pada sistem perkemihan.
e. B5 (Bowel). Umumnya klien artritis reumatoid tidak mengalami gangguan
eliminasi.Meskipun demikian,perlu dikaji frekuensi,konsitensi,warna serta bau
feses.Frekuensi berkemih,kepekatan urin,warna,bau,dan jumlah urin juga harus
dikaji.Gangguan gastointestinal yang sering adalah mual,nyeri lambung,yang
menyebabkan klien tidak nafsu makan,terutama klien yanmg menggunakan obat
reumatik dan NSAID.Peristaltik yang menurun menyebabkan klien jarang
defekasi.
f. B6 (Bone )
1) Look
Didapatkan adanya pembengkakan yang tidak biasa
(abnormal ),deformitas pada daerah sendi kecil tangan, pergelangan kaki,dan
sendi besar lutut,panggul dan pergelangan tangan.Adanya degenerasi serabut
otot memungkinkan terjadinya pengecilan,atrofi otot yang disebabkan oleh tidak
digunakannya otot akibat inflamasi sendi.Sering ditemukan nodul subkutan
multipel.
2) Feel
Nyeri tekan pada sendi yang sakit.
3) Move
Ada gangguan mekanis dan fungsional pada sendi dengan
manifestasi nyeri bila menggerakan sendi yang sakit.Klien sering mengalami
kelemahan fisik sehingga menggangguaktifitas hidup sehari-hari.
7/28/2019 Remathoid Ath
12/21
Pemeriksaan diagnostik :
a) Pemeriksaan radiologi
Pada tahap awal, foto rontgen tidak menunjukkan kelainan yang mencolok.
Pada tahap lanjut, terlihat rarefaksi korteks sendi yang difus dan disertai
trabekulasi tulang, obliterasi ruang sendi yang memberi perubahan degeneratif
berupa densitas, iregullaritas permukaan sendi, serta spurring marginal.
Selanjutnya bila terjadi destruksi tulang rawan, akan terlihat penyempitan
ruang sendi dengan erosi pada beberapa tempat.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada yang dapat ditemukan pada klien rumatoid arthritis
(doengoes, 2000) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan/
proses inflamasi/ destruksi sendi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/
ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energy
atau ketidakseimbangan mobilitas.4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak, atau depresi.
5. Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan
proses penyakit degenerative jangka panjang, system pendukung tidak adekuat.
6. Kurang pengetahuan/ kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis, dan
pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan pada klien arthritis rheumatoid dibawah ini, disusun
berdasarkan diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan, dan rasionalisis(doenges,
2000).
Diagnosa keperawatan I :nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan
akibat akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.
Tindakan RasionalMandiri :
7/28/2019 Remathoid Ath
13/21
1. Kaji keluhan nyeri, skala nyeri serta catat
lokasi dan intensitas, factor-faktor yang
mempercepat, dan respon rasa sakit non
verbal.
Membantu dalam menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dan efektifitas program.
2. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil.
Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan.
Matras yang lembut/ empuk, bantal yang
besar akan menjaga pemeliharaankesejajaran tubuh yang tepat,menempatkan
stress pada sendi yang sakit. Peninggian
tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi
yang terinflamasi/nyeri
3. Biarkan klien mengambil posisi yang
nyaman waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai
indikasi
Pada penyakit yang berat/ eksaserbasi, tirah
baring mungkin diperlukan untuk membatasi
nyeri cedera.
4. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl,
karung pasir, gulungan trokhanter, bebat,
brace.
Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan
mempertahankan posisi netral. Penggunaan
brace dapat menurunkan nyeri dan dapat
mengurangi kerusakan pada sendi.
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
hilang mobilitas/ fungsi sendi.
5. Anjurkan klien untuk sering merubah
posisi,. Bantu klien untuk bergerak di
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di
atas dan bawah, hindari gerakan yang
menyentak.
Mencegah terjadinya kelelahan umum dan
kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi.
6. Anjurkan klien untuk mandi air hangat.
Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi yang sakit. Pantau suhu
air kompres, air mandi, dan sebagainya.
meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan menghilangkankekakuan pada pagi hari. Sensitivitas pada
panas dapat dihilangkan dan luka dermal
dapat disembuhkan
7. Berikan masase yang lembut. meningkatkan relaksasi/ mengurangi
tegangan otot.
8. Dorong penggunaan teknik manajemen
stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan
terapeutik, biofeed back, visualisasi,
pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan
pengendalian napas.
Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa
kontrol nyeri dan dapat meningkatkan
kemampuan koping.
9. Libatkan dalam aktivitas hiburan sesuaidengan jadwal aktivitas klien.
Memfokuskan kembali perhatian,memberikan stimulasi, dan meningkatkan
rasa percaya diri dan perasaan sehat.
Kolaborasi :
10. Beri obat sebelum dilakukan aktivitas/
latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
10.Meningkatkan relaksasi, mengurangi
tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk
ikut serta dalam terapi.
11. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
Asetilsalisilat (Aspirin).
11. Obat-obatan:
Bekerja sebagai antiinflamasi dan efek
analgesik ringan dalam mengurani kekakuan
dan meningkatkan mobilitas. ASA harus
dipakai secara regular untuk mendukung
kadar dalam darah teurapetik. Riset
7/28/2019 Remathoid Ath
14/21
NSAID lainnya, missal ibuprofen (motrin),
naproksen, sulindak, proksikam (feldene),
fenoprofen.D-penisilamin (cuprimine).
Antasida
Produk kodein
mengindikasikan bahwa ASA memiliki
indeks toksisitas yang paling rendah dasi
NSAID lain yang diresepkan.
Dapat digunakan bila klien tidak
memberikan respons pada aspirin atau untuk
meningkatkan efek dari aspirin. Dapat mengontrol efek-efek sistemik dari
RA jika terapi lainnya tidak berhasil. Efek
samping yang lebih berat misalnya
trombositopenia, leucopenia, anemia aplastik
membutuhkan pemantauan yang ketat. Obat
harus diberikan diantara waktu makan,
karena absorbs obat menjadi tidak seimbang
antara makanan dan produk antasida dan
besi.
Diberikan bersamaan dengan NSAID
untuk meminimalkaniritasi/ketidaknyamanan lambung.
Meskipun narkotik umumnya adalah
kontraindikasi, namun karena sifat kronis
dari penyakit, penggunaan jangka pendek
mungkin diperlukan selama periode
eksaserbasi akut untuk mengontrol nyeri
yang berat.
12. Bantu klien dengan terapi fisik, missal
sarung tangan paraffin, bak mandi dengan
kolam bergelombang.
12. Memberikan dukungan hangat/ panas untuk
sendi yang sakit.
13. Berikan kompres dingin jika dibutuhkan.13. Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan
bengkak pada periode akut.
14. Pertahankan unit TENS jika digunakan. 14. Rangsang elektrik tingkat rendah yang
konstan dapat menghambat transmisi nyeri.
15. Siapkan intervensi pembedahan, missal
sinovektomi.
15. Pengangkatan sinovium yang meradang
dapat mengurangi nyeri dan membatasi
progresi dan perubahan degeneratif.
Diagnosa Keperawatan II :Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
skeletal, nyeri/ ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan
kekuatan otot.
Tindakan Rasional
Mandiri :
1. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat
inflamasi/ rasa sakit pada sendi.
Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
perkembangan/ resolusi dari proses
inflamasi.
2. Pertahankan istirahat tirah baring/ dudukjika diperlukan. Buat jadwal aktivitas yang
Istirahat sistemik dianjurkan selamaeksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit
7/28/2019 Remathoid Ath
15/21
sesuai dengan toleransi untuk memberikan
periode istirahat yang terus menerus dan
tidur malam hari yang tidak terganggu.
yang penting, untuk mencegah kelelahan, dan
mempertahankan kekuatan.
3. Bantu klien dengan rentang gerak
aktif/pasif, demikian juga latihan resistif
dan isometris jika memungkinkan
Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
Latihan yang tidak adekuat menimbulkankekakuan sendi, karenanya aktivitas yang
berlebihan dapat merusak sendi.
4. Ubah posisi klien setiap dua jam dengan
bantuan personel yang cukup.
Demonstrasikan/ bantu teknik pemindahan
dan penggunaan bantuan mobilitas.
Menghilangkan tekanan pada jaringan dan
meningkatkan sirkulasi. Mempermudah
perawatan diri dan kemandirian klien. Tehnik
pemindahan yang tepat dapat mencegah
robekan abrasi kulit.
5. Posisikan sendi yang sakit dengan bantal,
kantung pasir, gulungan trokanter, dan
bebat, brace.
Meningkatkan stabilitas ( mengurangi
resiko cidera ) dan mempertahankan posisi
sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh
serta dapat mengurangi kontraktur.
6. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. Mencegah fleksi leher.
7. Dorong klien mempertahankan postur
tegak dan duduk, berdiri, dan berjalan.
Memaksimalkan fungsi sendi dan
mempertahankan mobilitas.
8. Berikan lingkungan yang aman, misalnya
menaikkan kursi/kloset, menggunakan
pegangan tangga pada bak/pancuran dan
toilet, penggunaan alat bantu
mobilitas/kursi roda.
Menghindari cidera akibat kecelakaan/
jatuh.
Kolaborasi :
9. Konsultasi dengan ahli terapifisik/okupasi dan spesialis vokasional.
berguna dalam memformulasikan programlatihan/ aktivitas yang berdasarkan pada
kebutuhan individual dan dalam
mengidentifikasi alat/bantuan mobilitas.
10. Berikan matras busa/ pengumbah
tekanan.
Menurunkan tekanan pada jaringan yang
mudah pecah untuk mengurangi risiko
imobilisasi / terjadi dekubitus.
Berikan obat obatan sesuai indikasi :
Agen antireumatik, mis garam emas,natrium tiomaleat.
Steroid.
Obat obatan :
Krisoterapi ( garam emas ) dapatmenghasilkan remisi dramatis / terus menerus
tetapi dapat mengakibatkan inflamasi
rebound bila terjadi penghentian atau dapat
terjadi efek samping serius, misl krisis
nitrotoid seperti pusing, penglihatan kabur,
kemerahan tubuh, dan berkembang menjadi
syok anafilaktik.
Mungkin dibutuhkan untuk menekan
inflamasi sistemik akut.
Siapkan intervensi bedah :Atroplasti. Intervensi bedah :
Perbaikan pada kelemahan periartikuler dan
subluksasi dapat meningkatkan stailitas
7/28/2019 Remathoid Ath
16/21
Prosedur pelepasan tunnel, perbaikan
tendon,ganglionektomi.
Implan sendi.
sendi.
Perbaikan berkenaan dengan defek jaringan
penyambung, dan mobilitas.
Pergantian mungkin diperlikan untuk
memperbaiki fungsi optimal dan mobilitas.
Diagnosa Keperawatan III : Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran
berhubungan dengan perubahan kemapuan untuk melakukan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.
Tindakan Rasional
Mandiri :
1. Dorongn klien mengungkapakan
perasaannya melalui proses penyakit dan
harapan masa depan.
Memberikan kesempatan untuk
mengidentifikasi rasa takut / kesalahan
konsep dan mampu menghadapi masalah
secara langsung.2. Diskusikan arti dari kehilangan /
perubahan pada klien / orang terdekat.
Pastikan bagaimana pandangan pribadi
klien dalam berfungsi dalam gaya hidup
sehari hari, termasuk aspek aspek
seksual.
Mengidentifikasi bagaimana penyakit
mempengaruhi persepsi diri dan interaksi
dengan orang lain akan menentukan
kebutuhan terhadap intervensi / konseling
lebih lanjut.
3. Diskusikan persepsi klien ,mengenai
bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan klien.
Isyarat verbal / nonverbal orang terdekat
dapat memengaruhi bagaimana klien
memandang dirinya sendiri.
4. Akui dan menerima perasaan berduka,
bermusuhan, serta ketergantungan.
Nyeri konstan akan melelahkan, perasaan
marah, dan bermusuhan umum terjadi.5. Obesrvasi perilaku klien terhadap
kemungkinan menarik diri, menyangkal
atau terlalu memperhatikan perubahan
tubuh.
Dapat menujukkan emosional atau metode
koping maladatif, membutuhkan intervensi
lebih lanjjut / dukungan psikologis.
6. Susun batasan pada perilaku maladatif.
Bantu klien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu
mekanisme koping yang adaptif.
Membantu klien untuk
mempertahankankontrol diri, yang dapat
meningkatkan perasaan harga diri.
7. Ikut sertakan klien dalam merencanakanperawatan dan membuat jadwal akitvitas.
Meningkatkan perasaan kompetensi/ hargadiei, mendorong kemandirian, dan
mendorong partisipasi dalam terapi.
8. Bantu kebutuhan perawat yang
diperlukan klie.
Mempertahankan penampilan yang dapat
meningkatkan citra diri.
9. Berikan respon/ pujian positif bila perlu. Memungkinkan klien untu merasa senang
terhadap dirinya sendiri. Menguatkan prilaku
positif, dan meningkatkan rasa percaya diri.
Kaloborasi :
10. Rujuk pada konseling psikiatri, mis
perawat spesialis psikiatri, psikiatri/psikolog,pekerjaan sosial.
10. Klien/ orang terdekat mungkin mebutuhkan
dukungan selama berhadapan dengan proses
jangka panjang/ ketidakmampuan.
7/28/2019 Remathoid Ath
17/21
11. Berikan obat obatan sesuai petunjuk,
mis antiasietas dan obat obatan
eningkatan alam perasaan
11. Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya
depresi hebat sampai klien mampu
mengembangkan kemampuan koping yang
lebih efektif.
Diagnosa Keperawatan IV : kurang keperawatan diri b.d krusakan muskloskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.
Tindakan Rasional
Mandiri :
Diskusikan dengan klien tingkat fungsional
umum sebelum timbulnya/ eksaserbasi
penyakit dan risiko perubahan yang
diantisipasi.
Klien mungkin dapat melanjutkan aktivitas
umum dengan melakukan adaptasi yang
diperlukan pada keterbatasan saat ini.
Pertahan kan mobilitas, kontrol terhadapnyeri, dan program latihan.
Mendukung kemandirian fisik/ emosionalklien.
Kaji hambatan kliendalam partisipasi
perawatan diri. Identifikasi/ buat rencana
untuk modifikasi lingkungan.
Menyiapkan klien untuk meningkatkan
kemandirian, yang akan meningkatkan harga
diri.
Kalaborasi :
Konsultasi dengan ahli terapi okupasi. Berguna dalam menentukan alat bantu untuk
memenuhi kebutuhan individu, misal
memasang kancing, menggunakan alat bantu,memakai sepatu , atau menggantungkan
pegangan untuk mandi pancuran.
Mengatur evaluasi kesehatan di rumah
sebelum dan setelah pemulang.
Mengidentifikasi masalah-masalah yang
mungkin dihadapi karena tingkat
ketidakmampuan aktual. Memberikan lebih
banyak keberhasilan usaha tim dengan orang
lai yang ikut serta dalam perawatan, misaltim
terapi okupasi.
Membuat jadwal konsul dengan lembaga
lainnya, misal pelayanan perawatan di
rumah, ahli nutrisi.
Klien mungkin membutuhkan berbagi
bantuan tambahan untuk partisipasi situasi di
rumah.
Diagnosa keperawtan V : Risiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan
rumah b . d proses penyakit degeneratif jangka panjang, sistem pendukung tidak
adekuat.
Tindakan RasionalMandiri :
7/28/2019 Remathoid Ath
18/21
Kaji tingkat fungsional fisik klien. Mengidentifikasi tingkat bantuan/ dukungan
yang diperlukan klien.
Evaluasi lingkungan sekitar untuk
mengkaji kemampuan klien dalam
melakukan perawatan diri sendiri.
menentukan kemungkinan susunan yang ada/
perubahan susunan rumah untuk memenuhi
kebutuhan klien.
Tentukan sumber sumber finansial untukmemenuhi kebutuhan situasi individual.
Identifikasi sistem pedukung yang tersedia
untuk klien, misalnya membagi perbaikan/
tugas-tugas rumah tangga antara anggota
keluarga atau pelayanan.
Menjamin bahwa kebutuhan klien akandipenuhi secara terus menerus.
Identifikasi peralatan yang diperlukan
untuk mendukung aktivitas klien, misalnya
peninggian dudukan toilet, kursi roda.
Memberikan kesempatan untuk mendapatkan
peralatan sebelum pulang untuk menunjang
aktivitas klien di rumah.
Kolaborasi :
Koordinasi evaluasi di rumah dengan ahli
terapi okupasi.
Bermanfaat untuk mengidentifikasi peralatan,
cara- cara untuk mengubah berbagai tugas
dalam mempertahankan kemandirian.
Identifikasi sumber sumber komunitas,
misal pelayanan pembatu rumah tangga,
pelayan sosial ( bila ada).
Memberkan kemudahan berpindah pada/
mendukung kontinuitas dalam situasi rumah.
Diagnosa keperawatan VI :kurang pengetahuan / kebutuhan belajar mengenai
panyakit, prognosis, dan penobatan b . d kurang pemajanan/ mengingat, kesalahan
interpretasi informasi.
Tindakan Rasional
Mandiri :
Tinjau proses penyakit, prognosis, dan
harapan masa depan.
Memberikan pengetahuan di mana klien
dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
yang disampaikan.
Diskusikan kebiasaan klien dalam
penatalaksanaan proses sakit melalui diet,
obat-obatan, serta program diet seimbang,
latihan, dan istirahat.
Tujuan kontrol penyakit adalah untuk
menekan inflamasi sendi/ jaringan lain guna
mempertahankan fungsi sendi dan mencegah
deformitas.
Bantu klien dalam merencanakan jadwal
aktivitas terintegrasiyang realitis,
periodeistirahat,perawatan diri, pemberian
obat -obatan,terapi fisik,dan manajemen
stres.
Memberikan struktur dan mengurangi
ansietas pada wakru menangani proses
penyakit kronis yang kompleks.
Tekankan pentingnya melanjutkan
manajemen farmakoterapeutik.
Keuntungan dari terapi obat obatan
tergantung ketepatan dosis, misal aspirin
harus diberikan secara reguleruntuk
mendukung kadar terapeutik darah 18- 25
mg.
Rekomendasikan pengunaan aspirin Preparat bersalut/ dibuper dicerna dengan
7/28/2019 Remathoid Ath
19/21
bersalut/ dibuper enterik atau salisilat
nonasetil, misal kolin magnesium
trisalisilat
makanan, meminmimalkan iritasi gaster,
mengurangi risiko perdarahan. Produk
nonastil sedikit dibutuhkan untuk
mengurangi iritasi lambung.
Anjurkan kliean untuk mencerna obat-obatan dengan makanan,susu atau antasida.
Membatasi iritasi gaster. Penggurangan nyeriakan meningkatkan kualitas tidur san
meningkatkan kadar darah serta mengurangi
kekuatan di pagi hari.
Identifikasi efek samping oabt-obatan yang
merugkan, misal tinitus, intoleransi
lambung, perdaraha gastrointestinal, dan
ruam purpurik.
Memperpanjang dan memaksimalakan dosis
aspirrin dapat mengakibatkan takar lajak
( overdosis). Tinitus umumnya
mengidentifikan kadar terapeutik darah yang
tinggi. Jika terjadi tinitus, dosis umumnya
diturunkan menjadi satu tablet setiap tiga hari
sampai berhenti.
Tekankan pentingnya membaca label
produk dan mengurangi penggunaan obat
yang dijual bebas tanpa prsetujuan dokter.
Banyak produk mengandung salisilat
tersembunyi.(misal obat diare, pilek)yang
dapat meningkatkan risiko overdosis obat /
efek samping yang bebahaya.
Tinjuan pentingnya diet yang seimbang
dengan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein, dan zat besi.
Meningkatkan perasaan sehat umum dan
perbaikan regenerasi sel.
Dorong klien yang obesitas untuk
menurunkan berat badan dan berikan
informasi penurunaan berat badan sesuai
kebutuhan.
Penurunan berat badan akan mengurangi
tekananan sendi, terutama pinggul,
lutut,pergelanagan kaki,dan telapak kaki.
Berikan informaasi mengenai alat bantu,
missal bermain barang-barang yang
bergerak, tongkat untuk mengambil,
piring-piring ringan, tempat duduk toilet
yang dapat dinaikkan, palang keamanan.
Mengurangin paksaan untuk menggunakan
sendi dan meungkinkan individu untuk serta
secara lebih nyaman dalam aktivitas yang
dibutuhkan.
Diskusikan teknik menghemat energy,
missal duduk lebih baik daripada berdiri
dalam menyiapkan makanan dan mandi.
Mencegah kepenatan, memberikan
kemudahan perawatan diri, dan kemandirian.
Dorong klien untuk mempertahankan
posisi tubuh yang benar, baik saat istirahat
maupun saat aktivitas, misal menjaga sendi
tetap meregang tidak fleksi.
mekanika tubuh yang baik harus menjadi
bagian dari gaya hidup lklien untuk
mengurang tekanan sendi dan nyeri.
7/28/2019 Remathoid Ath
20/21
Tinjau perlunya infeksi sering pada kulit
lainnya dibawah bebet, gips, alat
penyokong. Tunjukan pemberian bantalan
yang tepat.
Mengurangi resiko iritasi / kerusakan kulit.
Diskusikan pentingnya obat- obatan
lanjutan/pemeriksaan laboratorium, misal
LED, kadar salisilat, PT.
Terapi obat obatan membutuhkan
pengkajian / perbaikan yang terus- menerus
untuk menjamin efek optimal dan mencegah
overdosis, serta efek samping yang berbahay,
misal aspirin memperpanjang PT,
peningkatan risiko perdarahan. Krisoterapi
akan menekan trombosit, potensi risiko untuktrombositopenia.
Berikan konseling seksual sesuai
kebutuhan.
Informasi mengenai posisi-posisi yang
berbeda dan teknik dan / pilihan lain untuk
pemenuhan seksual mungkin dapat
meningkatkan hubungan pribadi dan
perasaan harga diri / percaya diri.
Identifikasi sumber-sumber komunikasi,
misal yayasan artritis (bila ada).
bantuan / dukungan dari orang lain dapat
meningkatkan pemulihan maksimal.
D. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Terpenuhunya penuruna dan peningkatan adaptasi nyeri.
2. Tercapainya fungsi sendi dan mencegah terjadinya deformitas.
3. Tercapainya peningkatan fungsi anggota gerak yang terganggu.
4. Tercapainya pemenuhan perawatan diri.
5. Tercapainya penatalaksanaan pemeliharaan rumah dan mencegah penyakit
degeneratif jangka panjang.
6. Terpenuhinya pendidikan dan latihan dalam rehabilitasi.
7/28/2019 Remathoid Ath
21/21