Upload
operator-warnet-vast-raha
View
275
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENDENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
RENAL kALkULI
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Renal calculi adalah pengkristalan dari mineral-mineral yang mengelilingi
suatu zat organik seperti nanah, darah, atau sel-sel yang sudah mati. Kebanyakan
dari renal calculi terdiri dari garam-garam calcium (oxalate dan posphat), atau
magnesium-ammonium phospat dan uric acid. (diktat Sr.Mary Baradero,Renal
Sistem)
2. Etiologi
Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih.
Tetapi hingga kini masih belum jelas, teori mana yang paling benar. Beberapa teori
pembentukan batu adalah
a. Teori nukleasi
Bantu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nucleus).
Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewatan jenuh
(supersaturated) akan mengendap di dalam nucleus itu sehingga akhirnya
membentuk batu. Inti batu dapat berupa Kristal atau benda asing di saluran
kemih
b. Teori matriks
Matriks organic terdiri dari serum / protein urine (albumin, globulin dan
mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya Kristal batu
c. Penghambatan kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentukan Kristal antara
lain : magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptide. Jika
kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan
terbentuknya batu di dalam saluran kemih
2
Secara epidemiologis, terdapat beberapa factor yang mempermudah
terjadinya batu pada saluran kemih
a. Faktor Intrinsik
Hereditair dan Ras
Diduga diturunkan dari orang tuanya dan ternyata anggota keluarga lebih
banyak mempunyai kesempatan untuk menderita penyakit yang sama dari
pada orang lain misalnya : factor genetic familial pada hipersistinuria
Umur
Paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50 tahun
Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan dan pada pria lebih banyak ditemukan batu ureter dan buli-buli
sedangkan pada wanita lebih sering ditemukan batu ginjal atau batu piala
pada ginjal
b. Faktor Ekstrinsik
Geografis
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu yang lebih tinggi
dari pada daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
Iklim dan temperatur
Tempat yang bersuhu panas, misalnya didaerah tropis, dikamar mesin
menyebabkan banyak mengeluarkan keringat yang akan mengurangi
produksi urine dan mempermudah pembentukan batu. Sedangkan pada
daerah yang di duga akan menyebabkan kurangnya asupan air pada
masyarakat.
Asupan air
Kurangnya asupan air menyebabkan kadar semua substansi dalam urine
akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu dan tingginya
kadar mineral kalsium pada air yang dikomsumsi dapat meningkat insidensi
batu
3
Diet
Diet banyak purin, oksalat dan kalsium, mempermudah terbentuknya batu.
Pada golongan masyarakat yang lebih makan protein hewani, angka
morbiditas batu berkurang sedangkan pada golongan masyarakat dengan
kondisi social ekonomi rendah lebih sering morbiditas meningkat. Penduduk
vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu buli-
buli dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu ginjal atau batu piala
ginjal.
Pekerjaan
Penyakit nefrolithiasis sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life
Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu.l infeksi oleh bakteri yang memcah ureum
(urea splitting organism) dan mementuk ammonium akan mengubah Ph urin
menjadi alkali dan akan mengendapkan garam fosfat sehingga akan
mempercepat pembentukan batu yang telah ada.
Sumber lain juga mengatakan bahwa terbentuknya batu bisa terjadi karena air
kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air
kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu
terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin
dan mineral struvit. Batu struvit nesium, amonium dan fosfat) juga disebut "batu
infeksi" karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi. Ukuran
batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai
yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut "kalkulus staghorn".
Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal")
Faktor-faktor lain yang dikaitkan dengan pembentukan batu adalah :
Pemakan Antasid dalam jangka panjang
Terlalu banyak vitamin D,
Terlalu banyak calsium carbonate
4
3. Patofisiologi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya renal kalkuli seperti :
a. Hiperparatiroidisme
b. Asidosis tubular renal
c. Malignansi
d. Penyakit granulomatosa ( sarcoidosis,tuberculosis)
e. Masukan vitamin D yang berlebihan
f. Masukan susu dan alkali
g. Penyakit mieloproliferatif (leukaemia, polisitemia, mieloma multiple).
Serta faktor presipitasi seperti: gaya hidup, intake cairan kurang, retensi urine,
konsumsi vitamin C dosis tinggi, immobilisasi,dll. Semua kondisi diatas akan
mempengaruhi keadaan metastabel dari zat-zat yang terlarut dalam urine, dimana
keadaan metastabel ini sangat berkaitan dengan Ph larutan, suhu, konsentrasi solut
dalam urine, laju aliran urine ,dll yang jika tidak seimbang maka akan menimbulkan
pembentukan kristal-kristal urine yang lama-kelamaan akan membesar dan
menimbulkan obstruksi traktus urinarius dan menimbulkan gejala seperti nyeri
kostovertebral dan gejala lain tergantung daerah batu terbentuk. Apabila sebagian
dari tractus urinarius mengalami obstruksi, urine akan terkumpul dibagian atas dari
obstruksi dan mengakibatkan dilasi pada bagian itu.
Otot-otot pada bagian yang kena berkontraksi untuk mendorong urine untuk
melewati obstruksi. Apabila obstruksinya partial, dilasi akan timbul dengan pelan
tanpa gangguan fungsi. Apabila obstruksinya memberat, tekanan pada dinding
ureter akan meningkat dan mengakibatkan dilasi pada uereter (hydroureter).
Volume urine yang terkumpul meningkat dan menekan pelvis dari ginjal dengan
akibat pelvis gimjal berdilasi (hydrophrosis). Penambahan tekanan ini tidak berhenti
pada pelvis saja tetapi bisa sampai ke jaringan-jaringan ginjal yang kemudian
menyebabkan kegagalan renal.
Obstruksi juga bisa mengakibatkan stagnansi urine. Urine yang straknant ini
bisa bisa menjadi tempat untuk perkembangan bakteri dan infeksi. Obstruksi pada
tractus urinarius bawah dapat menyebabkan distensi bladder. Infeksi bisa timbul dan
pembentukan batu. Obstruksi pada tractus urinarius atas bisa berkembang sangat
5
cepat karena pelvis ginjal adalah lebih kecil bila dibandingkan dengan bladder.
Peningkatan tekanan pada jaringan-jaringan ginjal dapat menyebabkan ischemia
pada renal cortex dan medula dan dan dilasi tabula-tabula renal. Statis urine pada
pelvis ginjal bisa menyebabkan infeksi dan pembentukan batu, yang bisa menambah
kerusakan pada ginjal. Ginjal yang sehat bisa mengadakan konpensasi, akan tetapi
apabila obstruksi diperbaiki , ginjal yang sehat pun akan mengalami hypertrophy
karena harus mengerjakan pekerjaan ginjal yang tak berfungsi. Obstrusi pada kedua
ginjal bisa mengakibatkan kegagalan renal.
4. Manifestasi Klinis
Berdasarkan lokasi batu,tanda dan gejala dari renal kalkuli bervariasi, antara
lain :
a. Di kaliks minor atas ; terasa pegal di daerah pinggang,rasa sakit terus-
menerus,kolik, gejala yang terjadi tiba-tiba menghilang secara perlahan-
lahan,nyeri menjalar ke perut tengah bawah sampai kearah vulva atau penis,
dapat di sertai anoreksia,mual,muntah, perut kembung, hematuria dan
leukositosis.
b. Di kaliks minor bawah ; tanda dan gejala sama dengan di kaliks minor atas, tapi
batu ini merupakan batu korat atau disebut Sraghora Stone yang dapat merusak
parenkim ginjal.
c. Di kaliks mayor ; merupakan batu korat yang tidak menyumbat, tidak timbul
gejala akut, menimbulkan pielonefritis dan mendesak parenkim ginjal sehingga
parenkim makin menipis.
d. Di pielum ; kadang menyumbat dan menimbulkan infeksi sehingga terjadi renal
kolik pain.
e. Di atas Up Junction ; batu di bagian penyempitan ureter sehingga timbul kolik
pain,disertai mual, muntah, dan hematuria.
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung
kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat
ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung
atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat).
6
Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah
antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan
dan paha sebelah dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut
menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita
mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter.
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih,
bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan,
sehingga terjadilah infeksi.
Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke
saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan
ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal").
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Urin
pH urin.
Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH
yang rendah (pH<7).
Batu struvit terbentuk pada urin dengan pH yang tinggi (pH> 7).
Sedimen.
Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan
meningkat.
Ditemukan adanya kristal, misalnya kristal oksalat.
Biakan urin untuk melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada
saluran kemih.
Darah
Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi
anemia.
Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan
leukositosis.
Ureum kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal.
7
Kalsium, dan asam urat.
b. Radiologik
Foto polos Abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran
kemih. Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan
paling sering dijumpai, sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen.
Pielografi Intravena
Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu juga dapat
mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak dapat
terlihat oleh foto polos perut. Jika pielografi intra vena ( selanjutnya disebut
dengan PIV ) belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat
adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah pemeriksaan
pielografi retrograde
Ultrasonografi
Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu
pada keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan
pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai
adanya batu di ginjal atau di buli-buli ( yang ditunjukkan sebagai echoic
shadow ), hidronefrosis, pionefrosis, atau adanya pengkerutan ginjal
6. Penatalaksanaan Medis
Tindakan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah :
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih
bersifat simtomatis, yaitu bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar
aliran urine dengan memberikan diuretikum, dan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar
b. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
8
dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang, pecahan-pecahan batu yang
sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.
c. Endourulogi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
batu, tindakan tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke
dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan melalui uretra atau melalui
insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara
mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau
dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu
pada ginjal adalah :
PNL (Percutaneous Neprhro Litholapaxy)
Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan
alat endoskopi ke sistem kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-
fragmen kecil.
Uretero atau uretero-renoskopi
Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan ureter
atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang
berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui
tuntunan ureterorenoskopi.c.
d. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu
masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain
adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran
ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi karena
ginjalnya sudah tidak berfungsi dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya sudah
sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan
obstruksi dan infeksi yang menahun
9
7. Kompilikasi
Jika batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat menimbulkan :
Infeksi
Obstruksi ginjal
Perdarahan
Hidronefrosis
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Aktivitas / Istrahat
Gejala : Klien mengeluh mudah lelah, klien mengatakan kurang
mampu melakukan aktivitas sehari-harinya.
Tanda : Kelelahan, penurunan tonus otot, gelisah
Makanan dan Cairan
Gejala : Klien mengeluh malas makan, klien mengeluh rasa mual
Tanda : Penurunan berat badan, porsi makan tidak dihabiskan,
mual dan muntah
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Klien mengeluh rasa nyeri pada perut bagian bawah, nyeri
pada daerah tulang rusuk dan tulang pinggang yang
menjalar kemaluan dan paha sebelah dalam
Tanda : Perut kembung, ekspresi wajah meringis, nyeri tekan pada
daerah abdomen, kolik renal
Eliminasi
Gejala : Klien mengeluh kencingnya berwarna merah, klien
mengeluh sering kencing
Tanda : Hematuria, penderita mungkin sering berkemih
10
Keamanan
Gejala : Klien mengeluh kencingnya berwarna merah, klien
mengeluh sering kencing
Tanda : Deman, menggigil, TTV mungkin meningkat, pengisian
kapiler diatas 3 detik, daerah perifer dingin dan pucat
Integritas Ego
Gejala : Klien mengeluh akan kondisi kesehatan, klien menanyakan
penyakitnya pada petugas kesehatan
Tanda : Kecemasan, ketakutan akan perubahan kondisi kesehatan,
nampak bingung bila ditanya tentang penyakitnya.
b. Pengelompokan Data
Data Subyektif
Klien mengeluh mudah lelah
Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas sehari-harinya.
Klien mengeluh malas makan
Klien mengeluh rasa mual
Klien mengeluh rasa nyeri pada perut bagian bawah
Nyeri pada daerah tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar
kemaluan dan paha sebelah dalam
Klien mengeluh kencingnya berwarna merah
Klien mengeluh sering kencing
Klien mengeluh akan kondisi kesehatan
Klien menanyakan penyakitnya pada petugas kesehatan
Data Obyektif
Gelisah
Kelelahan
Penurunan tonus otot
Penurunan berat badan
Porsi makan tidak dihabiskan
11
Mual dan muntah
Perut kembung
Ekspresi wajah meringis
Nyeri tekan pada daerah abdomen
Kolik renal
Hematuria
Penderita mungkin sering berkemih
Deman, menggigil
Kecemasan
Ketakutan akan perubahan kondisi kesehatan
Nampak bingung bila ditanya tentang penyakitnya.
Tanda-tanda vital mungkin meningkat
Pengisian kapiler diatas 3 detik
Daerah perifer dingin dan pucat
c. Analisa Data
Data Penyebab MasalahDs :
Klien mengeluh rasa nyeri
pada perut bagian bawah
Nyeri pada daerah tulang
rusuk dan tulang pinggang
yang menjalar kemaluan
dan paha sebelah dalam
Do :
Ekspresi wajah meringis
Nyeri tekan pada daerah
abdomen
Kolik renal
Hematuria
Factor penyebab↓
Renal kalkuli↓
Pembentukan Kristal-kristal yang kelamaan akan membesar
↓Menyumbat ureter dan pelvis renalis maupun tubulus renalis
↓Menekan saraf disekitarnya
↓Merangsang pengeluaran zat
pirogen ↓
Impuls disampaikan ke SSP dibagian korteks serebri
↓Thalamus
↓Nyeri dipersepsikan
Nyeri
Ds : Intake nutrisi tidak adequat Intoleransi
12
Klien mengeluh mudah
lelah
Klien mengatakan kurang
mampu melakukan
aktivitas sehari-harinya.
Do :
Penurunan tonus otot
↓Energi dalam tubuh berkurang
↓Kompenbsasi tubuh menggunakan
energi cadangan dalam tubuh↓
Kelemahan otot↓
Intoleransi aktivitas
aktivitas
Ds :
Klien mengeluh malas
makan
Klien mengeluh rasa mual
Do :
Penurunan berat badan
Porsi makan tidak
dihabiskan
Mual dan muntah
Perut kembung
Faktor penyebab ↓
Renal kalkuli↓
Sekresi protein terganggu↓
Sindrom uremia↓
Gangguan keseimbangan asam basa↓
Produksi dan asam lambung naik↓
Gastritis↓
Mual, muntah↓
Intake nutrisi kurang↓
Gangguan pemenuhan nutrisi
Gangguan pemenuhan nutrisi
Ds :
Klien mengeluh sering
kencing
Do :
Penderita mungkin sering
berkemih
Deman, menggigil
Tanda-tanda vital mungkin
Factor penyebab↓
Stasis urine↓
Metastable↓
Presipitasi kritstal↓
Retensi Kristal↓
Renal kalkuli↓
Gangguan perfusi jaringan
13
meningkat
Pengisian kapiler diatas 3
detik
Daerah perifer dingin dan
pucat
Adanya obstruksi (kalkuli) pada renal
↓Gangguan perfusi jaringan
Ds :
Klien mengeluh sering
kencing
Klien mengeluh akan
kondisi kesehatan
Do :
Gelisah
Kecemasan
Ketakutan akan perubahan
kondisi kesehatan
Renal calculi↓
Perubahan kondisi kesehatan↓
Stress psikologis↓
Koping individu tidak efektif↓
kecemasan
Kecemasan
Ds :
Klien menanyakan
penyakitnya pada petugas
kesehatan
Do :
Nampak bingung bila
ditanya tentang
penyakitnya.
Klien mengeluh akan
kondisi kesehatan
Renal calculi↓
Kurang terpajang informasi tentang penyakitnya
↓Kurang pemahaman tentang
penyakit dan kondisi kesehatan↓
Kurang pengetahuan
Kurang pengetahuan
d. Prioritas Masalah
14
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) cedera jaringan
sekunder terhadap adanya batu pada ureter atau pada ginjal
2) Gangguan perfusi jaringan
3) Kecemasan
4) Kurangnya pengetahuan
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan
cedera jaringan sekunder terhadap adanya batu pada ureter atau pada ginjal
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada
renal.
c. Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.
d. Kerungnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang
diprogramkan dan pemeriksaan diagnostic berhubungan dengan kurangnya
informasi
3. Perencanaan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan
cedera jaringan sekunder terhadap adanya batu pada ginjal
Tujuan
Rasa sakit dapat diatasi/hilang
Kriteria :
Kolik berkurang/hilang
Pasien tidak mengeluh nyeri
Dapat beristirahat dengan tenang
Intervensi
1) Kaji intensitas, lokasi dan tempat/area serta penjalaran dari nyeri.
® Peningkatan nyeri adalah indikatif dari obstruksi, sedangkan nyeri yang
hilang tiba-tiba menunjukkan batu bergerak. Nyeri dapat menyebabkan
shock
2) Observasi adanya abdominal pain
15
® Kemungkinan adanya penyakit/ komplikasi lain
3) Kaji adanya keringat dingin, tidak dapat istirahat dan ekspresi wajah.
® Kemungkinan salah satu tanda shock
4) Jelaskan kepada pasien penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang
tersebut.
® Memberikan informasi tentang penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah
pinggal tersebut
5) Anjurkan pasien banyak minum air putih 3 – 4 liter perhari selama tidak ada
kontra indikasi.
® Cairan membantu membersihkan ginjal dan dapat mengeluarkan batu
kecil
6) Berikan posisi dan lingkungan yang tenang dan nyaman.
® Mengurangi sumber stressor
7) Ajarkan teknik relaksasi, teknik distorsi serta guide imagine
® Untuk mengurangi / menghilangkan nyeri tanda obat-obatan
8) Kolaborasi dengan tim dokter :
Pemberian Cairan Intra Vena
Pemberian obat-obatan Analgetic, Narkotic atau Anti Spasmodic.
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat-obat
Narkotic, Analgetic dan Anti Spasmodic.
® Untuk memudahkan pemberian obat serta pemenuhan cairan bila mual,
muntah dan keringat dingin terjadi, analgetik memblok lintasan nyeri
sehingga mengurangi nyeri/kolik yang berlebihan dan untuk mengetahui
efek samping yang tidak diharapkan dari pemberian obat-obatan.
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada
renal.
16
Tujuan :
Gangguan perfusi dapat diatasi
Kriteria :
Produksi urine 30 – 50 cc perjam.
Perifer hangat
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Pengisian kapiler
Intervensi
1) Observasi tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah dan pernafasan).
® Sebagai indicator/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi, catatan :
peningkatan TD dalam upaya untuk meningkatkan aliran darah ginjal
2) Observasi Produksi urine setiap jam.
® Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi.
Contohnya infeksi dan perdarahan
3) Kolaborasi dengan tim kesehatan:
Pemeriksaan laboratorium : kadar ureum/kreatinin, Hb, urine HCT.
Pemberian diet rendah protein, rendah kalsium dan posfat
Pemberian ammonium chloride dan mandelamine.
® Akumilasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi
toksik pada SSP.
c. Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan
Tujuan :
Rasa cemas dapat diatasi/berkurang.
Kriteria :
Pasien dapat nenyatakan kecemasan yang dirasakan.
Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Nadi dalam batas normal.
Ekspresi wajah ceria/rileks.
Intervensi
17
1) Berikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang
timbul.
® Untuk mengurangi rasa cemas
2) Berikan privacy dan lingkungan yang nyaman.
® Privacy dan lingkungan yang nyaman dapat mengurangi rasa cemas
3) Batasi staf perawat/petugas kesehatan yang menangani pasien.
® Untuk dapat lebih memberikan ketenangan
4) Observasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala
kecemasan.
® Untuk mendeteksi dini terhadap masalah
5) Temani pasien bila gejala-gejala kecemasan timbul.
® untuk mengurangi rasa cemas
6) Berikan kesempatan bagi pasien untuk mengekspresikan perasaannya .
® Kemampuan pemecahan masalah pasien meningkat bila lingkungan
nyaman dan mendukung diberikan
7) Hindari konfrontasi dengan pasien.
® Untuk mengurangi ketegangan pasien
8) Berikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang
mencemaskan pasien.
® Informasi yang diberikan dapat membantu mengurangi kecemasan atau
ansietas
9) Lakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi
terapeutik.
® Untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan
10) Berikan dorongan pada pasien bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk
meningkatkan harga dirinya sesuai dengan kondisi penyakit.
® Untuk mengurangi ketergantungan pasien
11) Hargai setiap pendapat dan keputusan pasien.
® Untuk meningkatkan harga diri pasien
d. Kerungnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang
diprogramkan dan pemeriksaan diagnostic
18
Tujuan :
Pengetahuan pasien tentang penyakitnya meningkat
Kriteria :
Pasien dapat menjelaskan kembali tentang sifat penyakit, tujuan tindakan
yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik.
Pasien tidak bertanya lagi tentang keadaan penyakit dan program
pengobatannya.
Pasien kooperatif dalam program pengobatan.
Intervensi
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit dan
pengobatannya.
® Pengetahuan membantu mengembangkan kepatuhan pasien dan keluarga
terhadap rencana terapeutik
2) Berikan penjelasan tentang penyakit, tujuan pengobatan dan program
pengobatan.
® Untuk menambah pengetahuan pasien
3) Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk mengekspresikan
perasaannya dan mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang belum
dipahami.
® Untuk meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalah
4) Diskusikan pentingnya banyak minum air putih 3 – 4 liter perhari selama
tidak ada kontra indikasi.
® Untuk menambah pengetahuan pasien bahwa cairan dapat membantu
pembersihan ginjal dan dapat mengeluarkan batu kecil
5) Diskusikan tentang pentingnya diet rendah protein, rendah kalsium dan
posfat.
® Untuk menambah pengetahuan pasien dan mencegah kekemabuhan
6) Batasi aktifitas fisik yang berat.
® Untuk mencegah kekambuhan