Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
RENCANA STRATEGIS
DIREKTORAT
INDUSTRI BAHAN GALIAN
NONLOGAM
2016 – 2019
PERUBAHAN TAHUN 2017 - 2019
ii
KATA PENGANTAR
Rencana strategis (RENSTRA) Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam tahun 2016 - 2019 disusun untuk memenuhi amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional dimana Pimpinan Kementerian/Lembaga diamanatkan untuk menyiapkan rancangan rencana strategis Kementerian/Lembaga sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan
berpedoman kepada rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
RENSTRA Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam tahun 2016-
2019 merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang industri dan ekonomi yang bersifat rolling plan dengan ruang lingkup mencakup: visi,
misi, tujuan dan sasaran strategis pembangunan industri, arah kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan industri, kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, serta target kinerja dan kerangka pendanaan pelaksanaan
program dan kegiatan pembangunan industri selama tahun 2016 – 2019. Arah kebijakan pembangunan industri di dalam RENSTRA Kementerian
Perindustrian tahun 2016-2019 mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
tahun 2014 tentang Perindustrian, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN tahun 2015 – 2019, dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri
Nasional dengan fokus pada penyebaran dan pemerataan industri, peningkatan nilai tambah di dalam negeri melalui pengelolaan sumber daya
industri yang berkelanjutan, serta peningkatan daya saing dan produktivitas industri nasional. Renstra Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam tahun 2016-2019 diharapkan menjadi pedoman dalam meningkatkan keterpaduan,
keteraturan, dan pengendalian perencanaan program dan kegiatan dari seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam
dalam rangka mewujudkan visi pembangunan Industri Nasional khususnya Industri Bahan Galian Nonlogam.
Jakarta, April 2017 Direktur Industri Bahan Galian Nonlogam
TOETI RAHAJOE
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 KONDISI UMUM ......................................................................................................... 1
1.2 PERKEMBANGAN KINERJA INDUSTRI BAHAN GALIAN NONLOGAM .................... 4
1.3 POTENSI DAN PERMASALAHAN ............................................................................ 14
A. Potensi .............................................................................................................. 14
B. Permasalahan ................................................................................................... 15
1.4 PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT IBGNL.................................. 15
BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN DIREKTORAT IBGNL ................................................. 17
2.1 VISI DIREKTORAT IBGNL ....................................................................................... 17
2.2 MISI DIREKTORAT IBGNL .........................................................................................17
2.3 TUJUAN DIREKTORAT IBGNL ................................................................................. 17
2.4 SASARAN STRATEGIS DIREKTORAT IBGNL ......................................................... 18
BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ................................................................. 22
3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI INDUSTRI NASIONAL ………………………….22
3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI INDUSTRI BAHAN GALIAN NONLOGAM ….. 25
3.3 KERANGKA REGULASI ........................................................................................... 34
3.4 KERANGKA KELEMBAGAAN ................................................................................... 35
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ......................................... 38
4.1 TARGET KINERJA .................................................................................................... 38
4.2 KERANGKA PENDANAAN ....................................................................................... 39
BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. KONDISI UMUM
Perlambatan ekonomi dunia belakangan ini mulai menunjukkan perbaikan.
Perekonomian Amerika Serikat yang mulai membaik ditandai dengan
menguatnya nilai tukar US Dollar. Menurunnya tingkat pengangguran di Amerika
Serikat hingga ke angka sebelum krisis 2008 menjanjikan meningkatnya
pengeluaran konsumsi yang akan berdampak positif pada sektor industri. Meski
proyeksi pertumbuhan ekonomi China mengalami koreksi, pemulihan ekonomi
dari negara-negara Eropa dan Jepang masih dapat diharapkan untuk
mendukung pertumbuhan sektor industri dan investasi. Disamping itu,
perekonomian ASEAN yang cukup stabil juga akan menciptakan iklim usaha
kondusif dalam lingkup regional.
Indonesia sebagai salah satu negara industri yang terbukti sukses menjaga
pertumbuhan ekonomi positif pada masa krisis dunia 2008 telah menyiapkan
kerangka kebijakan makro untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil dan
berkelanjutan. Sejumlah langkah penting yang diambil pemerintah Indonesia
diantaranya adalah penguatan pasar untuk barang produksi, peningkatan iklim
usaha, dan efisiensi belanja aparatur yang direalokasikan untuk belanja
infrastruktur (stimulus fiskal). Terobosan penting lainnya adalah komitmen
pemerintah dalam mendukung hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai
tambah dan pengembangan industri berbasis teknologi (produk teknologi
informasi dan komunikasi).
Komitmen pengembangan industri nasional diwujudkan dalam bentuk
pengesahan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian yang
mengatur substansi, arah, dan tatalaksana pembangunan industri. Undang-
undang tersebut mengamanatkan agar pembangunan industri menjadi motor
utama penggerak ekonomi. Pembangunan industri diwujudkan melalui
penguatan struktur industri yang mandiri, sehat, dan berdaya saing dengan
mendayagunakan sumber daya yang optimal dan efisien, serta mendorong
2
perkembangan industri ke seluruh wilayah Indonesia. Kegiatan tersebut
dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi ekonomi untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur.
Disamping itu, Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025 juga
menyebutkan bahwa struktur perekonomian diperkuat dengan mendudukkan
sektor industri sebagai motor penggerak yang didukung oleh kegiatan pertanian
dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk
secara efisien, modern, dan berkelanjutan serta jasa-jasa pelayanan yang efektif
yang menerapkan praktik terbaik dan ketatakelolaan yang baik agar terwujud
ketahanan ekonomi yang tangguh.
Pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya
saing dengan struktur industri yang sehat dan berkeadilan, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam hal penguasaan usaha, struktur industri disehatkan dengan
meniadakan praktek-praktek monopoli dan berbagai distorsi pasar.
2. Dalam hal skala usaha, struktur industri akan dikuatkan dengan
menjadikan Industri Kecil dan Menengah (IKM) sebagai basis industri
nasional, yaitu terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan
industri berskala besar.
3. Dalam hal hulu-hilir, struktur industri akan diperdalam dengan mendorong
diversifikasi ke hulu dan ke hilir membentuk rumpun industri yang sehat
dan kuat.
Untuk mewujudkan arah kebijakan pembangunan RPJPN tersebut di atas, telah
disusun suatu tahapan perencanaan jangka menengah dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang selanjutnya disebut RPJM
Nasional yaitu perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima)
tahunan, yaitu RPJM Nasional I Tahun 2005–2009, RPJM Nasional II Tahun
2010–2014, RPJM Nasional III Tahun 2015–2019, dan RPJM Nasional IV Tahun
2020 – 2024. Dalam rangka memasuki era baru RPJMN III dari perencanaan
pembangunan jangka panjang nasional, kita semua dituntut untuk menyusun
suatu perencanaan RPJMN tahap III yang terstruktur, fokus dan
3
berkesinambungan dengan perencanaan sebelumnya. Pada RPJMN II telah
ditetapkan visi pembangunan industri nasional yaitu Memantapkan Daya Saing
Basis Industri Manufaktur yang Berkelanjutan serta Terbangunnya Pilar Industri
Andalan Masa Depan dengan fokus prioritas pembangunan industri pada 3 (tiga)
hal sebagai berikut :
1. Fokus Prioritas Penumbuhan Populasi Usaha Industri dengan hasil
peningkatan jumlah populasi usaha industri dengan postur yang lebih
sehat;
2. Fokus Prioritas Penguatan Struktur Industri dengan hasil yang diharapkan
adalah semakin terintegrasinya IKM dalam gugus (cluster) industri,
tumbuh dan berkembangnya gugus (cluster) industri demi penguatan daya
saing di pasar global;
3. Fokus Prioritas Peningkatan Produktivitas Usaha Industri dengan hasil
yang diharapkan dari pelaksanaan fokus ini adalah meningkatnya nilai
tambah produk melalui penerapan iptek.
Sebagai tindak lanjut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2015 tentang Kementerian Perindustrian disusunlah Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 107 Tahun 2015 tentang Tata Kerja dan Organisasi di
Lingkungan Kementerian Perindustrian yang mengatur perubahan nomenklatur
unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian. Peraturan tersebut salah
satunya mengatur pembentukan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan
Aneka (Ditjen IKTA) dan Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam (Dit.
IBGNL). Meski demikian, Dit. IBGNL baru dapat berjalan secara operasional dan
melaksanakan program kegiatannya pada tahun 2016.
Untuk itu, Dit. IBGNL sebagai unit kerja Eselon II dibawah Ditjen IKTA merasa
perlu untuk menyusun Rencana Strategis Direktorat Industri Bahan Galian
Nonlogam Tahun 2016-2019 sebagai pelaksanaan dari Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 31 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Perindustrian Tahun 2015-2019 pasal 3 huruf b yang menyebutkan bahwa
penyusunan Rencana Strategis Unit Kerja Eselon I, Unit Eselon II, dan Unit
Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Perindustrian berpedoman pada
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019. Rencana
4
Strategis Dit. IBGNL Tahun 2016-2019 akan menjadi pedoman dalam
menentukan arah kebijakan pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan
yang terlibat dalam mendorong pembangunan sektor industri bahan galian
nonlogam.
Dit. IBGNL membina sektor industri bahan galian nonlogam yang terdiri dari
subsektor industri semen, produk semen, keramik, kaca, refraktori, dan bahan
galian nonlogam lainnya. Karakteristik sektor IBGNL adalah:
1. Lahap energi, yaitu batubara gas untuk industri keramik, kaca, dan semen
2. Padat modal untuk industri semen, produk semen, dan keramik
3. Komoditas ekspor untuk industri keramik dan kaca
4. Komoditas vital untuk pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik
5. Komoditas fundamental untuk pendukung industri lainnya, yaitu dolomit,
pasir kuarsa, refraktori, dan bahan galian nonlogam lainnya
1.2. PERKEMBANGAN KINERJA INDUSTRI BAHAN GALIAN NONLOGAM
Adapun kinerja sektor industri bahan galian nonlogam yang meliputi
pertumbuhan, kontribusi terhadap PDB, perkembangan ekspor dan impor,
kontribusi ekspor dan impor, perkembangan investasi, penyerapan tenaga kerja,
serta lainnya dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 1.1
Pertumbuhan dan Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB)
Industri Bahan Galian Nonlogam Tahun 2011-2016
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pertumbuhan Industri (%)
Ekonomi Nasional 6,17 6,03 5,56 5,01 4,88 5,02
Industri Non Migas 7,46 6,98 5,45 5,61 5,05 4,42
Ind. Kimia Tekstil dan Aneka 6,55 7,85 3,85 2,90 3,35 1,64
Industri Bahan Galian Nonlogam 7,78 7,91 3,34 2,41 6,03 5,46
Kontribusi Industri Terhadap PDB Nasional (%)
Ind. Kimia Tekstil dan Aneka 5,06 5,05 4,94 4,93 4,92 4,73
Industri Bahan Galian Nonlogam 0,71 0,73 0,73 0,73 0,72 0,72
(Sumber : BPS, diolah Kemenperin)
5
Selama periode tahun 2011 – 2014 hampir seluruh cabang-cabang sektor
industri pengolahan non-migas mengalami pertumbuhan positif, meskipun
cenderung berfluktuatif yang disebabkan oleh ketidakpastian pemulihan
perekonomian global. Sektor industri bahan galian nonlogam juga mengalami
laju pertumbuhan yang positif dan cukup tinggi. Meski sempat mengalami
penurunan laju pertumbuhan pada tahun 2013-2014 akibat melonjaknya nilai
tukar US Dollar terhadap Rupiah dan menurunnya harga minyak dunia sehingga
mempengaruhi stabilitas politik, namun pada tahun 2015-2016 pertumbuhan
kembali meningkat. Hal ini dikarenakan adanya ekspansi dan investasi
subsektor industri semen dan produk semen untuk mendukung pembangunan
infrastruktur.
Gambar 1.1
Pertumbuhan Industri Bahan Galian Nonlogam Tahun 2011 – 2016 (%)
(Sumber : BPS)
Sedangkan kontribusi industri bahan galian nonlogam terhadap PDB nasional
dibandingkan dengan kontribusi sektor industri kimia, tekstil, dan aneka adalah
sebagai berikut:
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
2011 2012 2013 2014 2015 2016
6,17 6,035,56
5,01 4,88 5,02
7,466,98
5,45 5,615,05
4,42
6,55
7,85
3,85
2,903,35
1,64
7,78 7,91
3,34
2,41
6,035,46
Ekonomi Nasional Industri Non Migas
Ind. Kimia Tekstil dan Aneka Industri Bahan Galian Nonlogam
6
Gambar 2.2
Kontribusi Industri Bahan Galian Nonlogam terhadap
PDB Nasional Tahun 2011 – 2016 (%)
(Sumber : BPS)
Berdasarkan data diatas kontribusi industri bahan galian nonlogam tidak begitu
besar mengingat komoditi industri bahan galian nonlogam yang menjadi andalan
ekspor hanya produk keramik dan kaca. Sedangkan komoditi lainnya, misalnya
semen dan produk semen tidak banyak diekspor karena ditujukan untuk
mendukung pembangunan infrastruktur nasional.
Tabel 1.2
Volume Produksi Industri Bahan Galian Nonlogam Tahun 2009-2015
(Ribu Ton)
Industri Kapasitas
2015 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Utilisasi 2015 (%)
Keramik 11.000 4.512,9 4.821,6 5.270,3 5.780,5 6.352,0 6.831,4 7.341,6 66,74
Semen 82.750 36.884 37.844 45.238 53.254 54.739 59.984 59.414 71,80
Kaca Pengaman 89,8 81,5 87,0 87,3 87,6 87,9 88,2 88,5 98,50
Kaca/Gelas 3.554,3 2.119,3 2.186,9 2.282,7 2.405,8 2.528,8 2.638,3 2.753,2 77,46
(Sumber : BPS, diolah Kemenperin)
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa utilisasi kapasitas produksi pada
sektor industri bahann galian nonlogam cukup tinggi. Hal ini dapat disebabkan
beberapa hal, diantaranya adalah:
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
2011 2012 2013 2014 2015 2016
5,06 5,05 4,94 4,93 4,92 4,73
0,71 0,73 0,73 0,73 0,72 0,72
Ind. Kimia Tekstil dan Aneka Industri Bahan Galian Nonlogam
7
- Permintaan yang meningkat, misalnya industri semen yang merespon
program pemerintah untuk mendorong pembangunan infrastruktur dan
industri keramik memasok pembangunan properti.
- Peningkatan investasi (baik ekspansi maupun investasi baru), misalnya
industri keramik dan semen
- Penurunan/stagnasi investasi, yaitu terjadi di industri kaca lembaran dan
barang gelas
Terkait dengan hal tersebut diatas, maka berikut disajikan data perkembangan
investasi sektor industri bahan galian nonlogam:
Tabel 1.3
Investasi Industri Bahan Galian Nonlogam Tahun 2011-2016
Industri 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Pertb.
(%)
Industri Non Migas 94,0 148,3 203,3 182,7 242,1 317,0 23,69
Ind. Kimia Tekstil dan Aneka 31,6 50,6 54,0 58,3 93,4 100,8 24,66
Industri Bahan Galian Non Logam 8,64 12,09 13,71 21,50 37,95 29,75 33,30
Kaca Lembaran/Brg. Gelas 1,89 0,06 0,31 0,16 0,27 0,44 -9,55
Barang-2 Porselain, Keramik, & Tanah Liat 1,19 6,35 1,37 2,16 1,22 1,41 -9,95
Semen, Kapur, Gips, & Brg-2 daripadanya 5,52 5,67 11,25 19,07 36,37 27,67 49,86
Barang-2 Mineral Non Logam Lainnya 0,04 0,00 0,78 0,11 0,10 0,22 86,65
Sumber : data Laporan Kegiatan Penanaman Modal BKPM diolah Catatan: sejak tahun 2010 perhitungan data realisasi investasi berdasarkan LKPM (Laporan Kegiatan Penanaman Modal)
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa subsektor kaca lembaran, barang
gelas, porselen, keramik, dan tanah liat mengalami rata-rata pertumbuhan
investasi negatif. Hal ini dikarenakan oleh mayoritas produk dari subsektor
tersebut, kecuali produk keramik, merupakan produk yang berorientasi
kebutuhan dalam negeri dan tidak diekspor. Namun, justru impor produk bahan
galian nonlogam cukup besar sehingga menyebabkan neraca perdagangan
defisit. Meski demikian, secara keseluruhan realisasi investasi di sektor industri
pengolahan non-migas meningkat pesat karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain stabilitas makro ekonomi Indonesia, stabilitas politik dalam
negeri, pertumbuhan masyarakat kelas menengah, serta upaya pemerintah
dalam perbaikan iklim investasi melalui penyederhanaan proses perizinan
investasi serta pemberian insentif fiskal dan non-fiskal bagi industri padat karya
8
dan industri yang berorientasi ekspor. Diharapkan peningkatan investasi industri
secara umum tersebut dapat menjadi penggerak peningkatan investasi sektor
industri bahan galian nonlogam dengan pendorong konsumsi dalam negeri. Hal
ini sebagaimana terjadi pada subsektor semen dan produk semen dan barang
mineral nonlogam lainnya (didorong oleh pembangunan industri, infrastruktur,
dan properti). Sedangkan untuk mendorong permintaan ekspor ke pasar
internasional, sektor industri bahan galian nonlogam perlu meningkatkan inovasi
dan efisiensi struktur biaya produksi. Disamping itu investasi juga perlu didorong
melalui hilirisasi sumber daya mineral untuk peningkatan nilai tambah. Adapun
berdasarkan asal investor, investasi sektor industri bahan galian nonlogam
didominasi oleh investor domestik (PMDN/Penanaman Modal Dalam Negeri).
Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) mayoritas berinvestasi pada
subsektor industri semen, diantaranya adalah Siam Cement (Thailand), Semen
Merah Putih (Wilmar), Ultratech, Jui Shin Indonesia, Anhui Conch Co Ltd dan
State Development and Invesment Cooperation (SDIC).Data terperinci disajikan
sebagai berikut:
Tabel 1.4
Realisasi Investasi PMA dan PMDN IBGNL Tahun 2012 - 2015
Keterangan 2012 2013 2014 2015
Nilai Investasi PMA (USD Juta) 137,1 145,8 874,1 916,9
Kontribusi PMA thd Investasi Nasional (%) 0,04 0,03 0,18 0,16
Nilai Investasi PMDN (Rp. Juta) 7.440,5 10.730,7 4.624,5 11.923,1
Kontribusi PMDN thd Investasi Nasional (%) 2,31 2,51 0,93 2,09
Sumber: Data BKPM diolah
Komoditas bahan galian nonlogam merupakan produk strategis yang menjadi
bahan baku dan bahan penolong bagi industri lainnya, misalnya industri besi
baja, industri kimia, dan industri farmasi. Namun demikian, industri bahan galian
nonlogam nasional belum dimaksimalkan dalam hal pemurnian dan peningkatan
nilai tambah (hilirisasi) sehingga industri nasional masih banyak mengimpor
produk bahan galian nonlogam daam kegiatan produksinya. Oleh karena itu,
neraca perdagangan produk bahan galian nonlogam nasional mengalami defisit
cukup besar sebagaimana berikut:
9
Tabel 1.5
Neraca Perdagangan Produk Bahan Galian Nonlogam Tahun 2011-2016
USD Ribu
Industri 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-2
BARANG GALIAN NONLOGAM 42,7 -630,4 -557,3 -618,6 -343,4 -356,9 -440,9
1. Keramik 184,1 39,0 117,0 98,1 90,4 27,1 109,6
2. Semen dan Produk Semen 4,0 -206,5 -195,3 -228,1 -195,7 30,6 -156,5
3. Kaca dan Produk Gelas 112,7 34,0 -1,2 8,0 36,1 -48,0 38,4
4. Produk Galian Nonlogam Lainnya
-258,1 -497,0 -477,8 -496,6 -346,0 -446,3 -432,4
Sumber: data BPS diolah
Dalam bentuk grafik, neraca perdagangan industri bahan galian nonlogam dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.3
Neraca Perdagangan Industri Bahan Galian Nonlogam Tahun 2011-2016
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa hanya produk
keramik yang surplus neraca perdagangan. Hal ini dikarenakan keramik
merupakan komoditas andalan ekspor, yaitu produk tableware, dan barang
keramik lainnya. Produk tersebut unggul di pasar ekspor karena inovasi desain
dan kualitas. Produk ubin keramik (tile) mengalami neraca perdagangan defisit
karena membanjirnya impor keramik murah dari China. Demikian pula produk
keramik sanitary, neraca perdagangan defisit dikarenakan keunggulan merek
impor masih susah dikalahkan atau diterobos pangsanya oleh merek lokal.
-600,0
-500,0
-400,0
-300,0
-200,0
-100,0
0,0
100,0
200,0
300,0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
USD
Ju
ta
Keramik
Semen dan Produk Semen
Kaca dan Produk Gelas
Produk Galian NonlogamLainnya
10
Sedangkan neraca perdagangan semen dan produk semen sempat mengalami
defisit sangat besar dikarenakan banyaknya impor semen pada tahun 2011-
2015 dikarenakan meningkatnya pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan
sektor properti di Indonesia yang cukup signifikan namun peningkatan kapasitas
produksi semen masih dalam tahap pembangunan. Adapun kapasitas produksi
semen nasional sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar 51,9 Juta Ton per
tahun dengan realisasi produksi sebesar 37,8 Juta Ton atau utilisasi sebesar
71,04 persen. Investasi baru dan ekspansi industri semen nasional sampai
dengan 2017 akan menambah kapasitas produksi sebanyak 51,6 Juta Ton atau
kapasitas nasional menjadi 103,5 Juta Ton per tahun. Meski demikian, akibat
importasi semen pada tahun 2011-2015, industri semen nasional mengalami
over supply sehingga kapasitas produksi belum dimaksimalkan. Untuk
mengurangi dan menghambat impor semen dan produk semen, pemerintah
melakukan pembatasan impor dan penerapan standar.
Neraca perdagangan kaca dan produk gelas mengalami fluktuasi surplus dan
defisit. Adapun neraca perdagangan defisit berasal dari impor kemasan dari
gelas, fibre glass, dan barang gelas untuk keperluan industri. Sedangkan surplus
berasal dari produk kaca lembaran, kaca pengaman, dan
perlengkapan/peralatan rumah tangga dari gelas. Demikian pula produk bahan
galian nonlogam lainnya mengalami defisit sangat besar karena merupakan
komoditas bahan baku dan bahan penolong bagi sektor industri lainnya. Neraca
perdagangan defisit tersebut berasal dari importasi asbes dan produk asbes;
refraktori; batu dan ampelas; kaolin; serta bahan galian mineral lainnya.
Untuk menekan laju impor pemerintah mendorong pengembangan industri
subtitusi impor dan hilirisasi industri berbasis sumber daya alam, termasuk
industri bahan galian nonlogam. Beberapa permasalahan yang masih menjadi
kendala terkait tingginya impor produk industri diantaranya adalah produk
industri dalam negeri yang belum mampu bersaing dengan produk impor dan
masih tingginya impor bahan baku dan bahan setengah jadi. Sedangkan yang
menjadi kendala ekspor produk bahan galian nonlogam adalah tuntutan mutu
yang semakin tinggi, serta biaya logistik nasional yang tinggi.
Berikut disajikan data ekspor-impor produk IBGNL secara rinci:
11
Tabel 1.6
Ekspor - Impor Produk Bahan Galian Nonlogam Tahun 2012-2016
Industri
2012 2013 2014 2015 2016
Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor
PRODUK HASIL GALIAN NON LOGAM 896,4 1526,8 901,5 1458,8 902,0 1520,6 877,3 1241,0 850,6 1207,4
Keramik 343,1 304,1 340,5 223,5 364,1 266,0 340,2 249,9 334,0 306,8
Ubin Keramik 82,7 193,2 73,9 145,5 87,1 195,1 86,8 191,3 83,8 232,5
Barang Keramik Tahan Api 3,6 37,4 19,9 39,4 2,9 32,6 4,3 31,3 3,4 35,7
Bahan Bangunan Keramik Lainnya 1,6 1,0 1,8 1,0 1,1 3,2 1,8 0,9 2,5 0,6
Alat Makan Keramik [Tableware] 117,0 13,9 126,1 4,4 136,6 4,2 114,4 2,6 112,1 4,4
Sanitary 21,2 18,6 19,0 11,9 22,5 12,8 24,8 10,5 21,4 13,7
Barang Keramik Lainnya 116,8 40,0 99,7 21,3 113,9 18,2 108,1 13,3 110,7 19,9
Semen dan Produk Semen 52,3 258,8 104,5 299,8 83,7 311,7 103,4 299,2 115,4 84,8
Semen 20,1 213,2 55,4 255,1 37,5 249,6 62,9 191,8 82,3 41,9
Barang dr Semen 8,3 15,4 9,0 6,4 7,6 5,9 7,6 3,3 10,1 3,3
Barang dr Semen ut Konstruksi 19,6 16,4 37,1 27,8 34,4 41,3 23,1 94,6 10,9 27,5
Barang Semen Asbes, Serat Selulosa 4,4 13,8 3,0 10,5 4,2 14,9 9,7 9,5 12,0 12,1
Kaca dan Produk Gelas 376,9 342,9 334,8 335,9 332,9 324,8 316,9 280,8 286,4 334,4
Kaca Lembaran 160,9 23,0 155,5 26,9 153,1 20,0 168,6 29,0 159,0 25,8
Kaca Pengaman 11,1 14,7 9,0 11,9 7,1 18,2 7,5 23,9 5,5 13,9
Kemasan Dari Gelas 49,9 66,3 34,1 80,0 35,8 70,2 32,0 59,4 29,2 84,3
Tabung Gelas utk Lampu, katoda dsb. 17,2 68,3 11,6 52,5 12,0 49,6 2,7 4,2 0,2 0,8
Alat Lab & Kesehatan dr Gelas 11,3 13,4 9,2 11,3 7,3 10,4 5,8 10,0 6,6 13,4
Fibre Glass dan barang daripadanya 10,1 57,9 5,8 57,2 7,7 57,8 6,5 53,3 3,9 69,0
Brg Gelas ut Keperluan Industri/Teknik
11,3 45,1 12,4 45,3 9,5 44,1 9,4 40,0 8,0 50,3
Perlengkapan/Peralatan RT dr Gelas 101,5 31,8 93,4 32,0 95,7 31,3 80,8 33,4 70,3 36,9
Barang - Barang Dari Gelas Lainnya 3,6 22,6 3,6 18,9 4,6 23,2 3,5 27,5 3,8 40,0
Produk Galian Bukan logam Lainnya 111,9 518,8 111,0 507,3 105,6 536,1 116,7 411,2 114,9 481,4
Pasir Besi, Kwarsa dsb. 0,2 10,9 0,0 8,1 0,0 9,5 - 0,0 - 0,0
Batu Kapur Olahan 1,2 20,8 1,8 13,8 3,8 23,3 3,2 7,9 2,5 12,6
Kaolin [Tanah Liat China] 3,9 35,7 0,3 35,8 0,7 37,7 - 0,0 - 0,0
Tanah Liat Lainnya [Bentonit, dsb] 0,0 58,4 0,1 73,4 - 75,6 - 0,0 - 0,0
Bata Tahan Api dan Sejenisnya 1,2 121,4 1,3 97,1 0,9 102,3 0,9 75,6 1,2 104,9
Asbes & Barang Dari Asbes 11,5 146,2 10,4 148,9 10,2 129,2 11,4 124,2 12,1 134,5
Gipsum & Barang dari Gipsum 9,4 24,0 8,2 19,3 7,4 23,0 9,4 11,2 11,9 9,4
Brg Batu/Marmer/Granit Ut Bangunan
62,6 18,2 66,6 23,3 59,9 39,1 47,4 29,8 47,1 39,9
Batu & Ampelas 21,9 83,3 22,2 87,6 22,6 96,4 24,0 90,6 22,4 100,3
Bahan Galian Lainnya 12,2 102,3 10,7 92,2 15,8 81,9 20,3 71,9 17,7 79,8
12
Kemampuan ekspor produk bahan galian nonlogam nasional di pasar
internasional dapat ditunjukkan melalui pangsa pasarnya. Pangsa pasar dapat
dihitung berdasarkan nilai ekspor produk ke negara tertentu terhadap ekspor
produk tersebut ke pasar internasional. Adapun sepuluh besar negara tujuan
ekspor produk bahan galian nonlogam beserta pangsa pasarnya adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.7
Pangsa Pasar Produk Bahan Galian Nonlogam di Negara Tujuan Ekspor
Tahun 2012 dan Tahun 2016
2012 2016
No. Negara Tujuan Ekspor Pangsa (%) No. Negara Tujuan Ekspor Pangsa (%)
1 United States 10,8 1 United States 10,5
2 Malaysia 8,1 2 Malaysia 9,3
3 Thailand 7,5 3 Japan 7,8
4 Australia 7,4 4 Australia 6,3
5 Japan 7,3 5 Thailand 6,2
6 Rep. of Korea 7,1 6 Rep. Of Korea 6,2
7 India 4,2 7 India 5,8
8 Philippines 3,9 8 Viet Nam 5,3
9 Taiwan 3,7 9 Philippines 4,7
10 South Africa 3,5 10 South Africa 3,0
Sumber: data BPS, diolah
Negara Amerika Serikat (AS) menjadi negara tujuan ekspor utama produk bahan
galian nonlogam. Mayoritas nilai ekspor AS berasal dari produk keramik dan
bahan galian nonlogam lainnya. Produk ekspor ke Malaysia yang bernilai besar
adalah keramik, kaca, dan produk gelas. Negara Jepang mengimpor nilai yang
besar dari produk keramik, kaca dan produk gelas, serta bahan galian nonlogam
lainnya. Sedangkan negara Australia setiap tahun menjadi importir produk
semen peringkat pertama dari Indonesia. Australia juga mengimpor bahan
galian nonlogam lainnya dalam jumlah yang cukup signifikan (masuk dalam lima
besar importir).
13
Gambar 1.4
Lima Besar Negara Tujuan Ekspor Produk Bahan Galian Nonlogam
Tahun 2012 dan Tahun 2016
Konsumsi dalam negeri terhadap produk bahan galian nonlogam nasional dapat
dikatakan sangat tinggi, yaitu mencapai rata-rata 87 persen pada tahun 2010-
2016. Data terinci disajikan sebagai berikut:
Tabel 1.8
Pangsa Pasar Produk Bahan Galian Nonlogam di Dalam Negeri
Tahun 2010 – 2016
Persen
Industri 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kimia Tekstil dan Aneka 55,9 44,6 59,1 61,5 58,7 61,5 61,2
» Kimia Hulu 31,6 11,0 34,6 48,8 33,0 42,4 42,0
» Kimia Hilir 77,5 69,5 69,3 60,0 73,8 76,9 74,8
» Galian Non Logam 85,3 83,5 87,6 85,7 87,7 89,1 89,9
» Tekstil Dan Aneka Industri 58,3 55,1 71,6 72,5 67,8 62,3 61,0
Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika
21,8 15,1 28,3 29,2 32,7 37,5 39,3
Agro Industri 76,5 77,3 88,6 89,7 88,4 88,5 87,8
INDUSTRI NON MIGAS 48,3 41,9 58,9 63,5 62,7 64,1 64,7
Sumber: Data BPS, diolah
Stimulasi kebijakan (pembangunan infrastruktur) dan upaya hilirisasi produk
bahan galian nonlogam diharapkan dapat meningkatkan penyerapan tenaga
kerja. Meski 13ndustry bahan galian non logam merupakan industri padat modal,
sektor ini didukung oleh kompetensi tenaga kerja yang sangat baik. Adapun
United States10,78
Malaysia
8,09
Thailand
7,50
Australia
7,41
Japan7,28
2012
United States
10,5
Malaysia
9,3
Japan7,8
Australia6,3
Thailand6,2
2016
14
profil penyerapan tenaga kerja sektor industri bahan galian nonlogam adalah
sebagai berikut:
Tabel 1.9
Penambahan Tenaga Kerja Industri Bahan Galian Nonlogam
Tahun 2010 – 2015 Ribu orang
Industri 2010 2011 2012 2013 2014 2015 progn
Pertb. (%)
Industri Bahan Galian Nonlogam 169.9 198.5 223.0 219.4 219.4 505.5 6.31
1. Kaca Lembaran/Brg. Gelas 27.1 56.7 68.2 60.1 60.1 114.7 17.95
2.Barang-2 Porselain, Keramik Dan Tanah Liat 77.1 47.5 51.4 51.1 51.1 125.0 -7.23
3. Semen, Kapur, Gips dan Barang-2 daripadanya 48.6 50.5 55.9 58.0 58.0 172.3 5.05
4. Barang-2 Mineral Non Logam Lainnya 17.1 43.8 47.5 50.2 50.2 93.5 25.72
Sumber : 1. Survey Industri Sedang Besar, BPS, diolah 2. BKPM, diolah
1.3. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Berikut ini hasil identifikasi potensi dan permasalahan serta tindak lanjut yang
diperlukan untuk mengatasi permasalahan dan memanfaatkan potensi dalam
pengembangan industri bahan galian nonlogam:
A. Potensi
1. Pertumbuhan jumlah dan penduduk serta peningkatan kesejahteraan
penduduk mendorong pertumbuhan industri bahan galian nonlogam
2. Perkembangan iptek di masa depan akan memudahkan dan meningkatkan
inovasi dan kualitas produk industri bahan galian nonlogam.
3. Bahan baku industri bahan galian nonlogam sangat melimpah dengan
potensi peningkatan nilai tambah yang sangat tinggi melalui hilirisasi sumber
daya mineral nonlogam
4. Energi berbasis sumber daya alam melimpah (batubara, panas bumi, air)
5. Adanya kerjasama ekonomi baik bilateral, regional dan multilateral, seperti
FTA dengan negara ASEAN, China, Jepang, Australia New Zealand, India
dan Korea Selatan akan membuka peluang bagi industri bahan galian
nonlogam untuk memperluas akses pasar.
15
B. Permasalahan
1. Produktivitas belum optimal karena kurangnya kompetensi tenaga kerja yang
disebabkan pelatihan teknis, kurangnya penguasaan teknologi yang
termutakhir, dan kurangnya integrasi sistem produksi beserta rantai
pasoknya.
2. Daya saing belum maksimal karena tingginya/mahalnya biaya produksi,
logistik, energi, tenaga kerja (karena perubahan regulasi), dan bea masuk
ekspor-impor.
3. Keterbatasan informasi akses pasar ekspor
4. Kurangnya koordinasi terkait hambatan ekspor produk
5. Harga dan pasokan energi yang tidak stabil
6. Sulitnya merebut pangsa pasar luar negeri
7. Kurangnya non-tariff measures dalam perlindungan produk dalam negeri
1.4. PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI BAHAN
GALIAN NONLOGAM
Dokumen Rencana Strategis Dit. IBGNL Tahun 2016-2019 sebagaimana telah
ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur Industri Bahan Galian Nonlogam Nomor
270.1/IKTA.4/9/2016 tentang Rencana Strategis Direktorat Industri Bahan Galian
Nonlogam Tahun 2016-2019, masih menggunakan referensi Rencana Strategis
Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019 dan Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka Tahun 2015-2019 yang belum merujuk pada
nomenklatur struktur organisasi yang baru sebagaimana Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 107 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perindustrian.
Beberapa kondisi ekonomi yang terjadi selama kurun waktu dari penetapan dokumen
Rencana Strategis Dit. IBGNL pada tanggal 16 September 2016 sampai dengan tahun
2017 sebagaimana diuraikan, menjadi dasar pertimbangan lain dalam penyusunan
perubahan dokumen Rencana Strategis Dit. IBGNL Tahun 2017-2019. Perubahan
Rencana Strategis Dit. IBGNL Tahun 2017-2019 ini mencakup penyempurnaan arah
kebijakan, baik visi, misi, tujuan dan sasaran strategis maupun indikator kinerja.
Penyempurnaan dan penyesuaian tersebut hanya mencakup periode tahun 2017-
16
2019, mengingat untuk periode tahun 2016 sudah terlaksana. Sasaran kuantitatif
pembangunan industri bahan galian nonlogam tahun 2017-2019 disusun berdasarkan
perkembangan kondisi perekonomian terkini dengan menggunakan tahun dasar PDB
2010. Penggunaan tahun dasar PDB 2010 menyebabkan perubahan pada tahun
dasar PDB 2010 menyebabkan perubahan pada input data untuk modelling dan
forecasting, sehingga beberapa sasaran kuantitatif pembangunan industri nasional
dalam KIN Tahun 2015-2019 berbeda dengan RIPIN 2015-2035 yang menggunakan
tahun dasar PDB 2000.
17
BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN DIREKTORAT INDUSTRI BAHAN
GALIAN NONLOGAM
2.1. VISI PEMBANGUNAN INDUSTRI BAHAN GALIAN NONLOGAM
Kementerian Perindustrian menetapkan visi pembangunan industri berdasarkan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, yaitu:
“Mewujudkan Indonesia menjadi negara industri yang berdaya saing dengan
struktur Industri yang kuat berbasiskan Sumber Daya Alam”. Seluruh unit kerja
di lingkungan Kementerian Perindustrian mendukung pencapaian visi tersebut
sehingga visi Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam adalah: “Mewujudkan
Industri Bahan Galian Nonlogam yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri
yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam”
2.2. MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI BAHAN GALIAN NONLOGAM
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata dalam bentuk
misi sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat IBGNL sebagai berikut:
1. Peningkatan populasi industri bahan galian nonlogam untuk memperkuat
dan memperdalam struktur industri nasional;
2. Peningkatan daya saing dan produktivitas industri bahan galian nonlogam
untuk mewujudkan industri nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan
berwawasan lingkungan.
2.3. TUJUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI BAHAN GALIAN NONLOGAM
Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi, Direktorat Industri Bahan Galian
Nonlogam menetapkan tujuan untuk 5 (lima) tahun ke depan yaitu Meningkatnya
peran industri bahan galian nonlogam dalam perekonomian nasional. Indikator
kinerja ketercapaian tujuan ini adalah:
1. Laju pertumbuhan PDB industri bahan galian nonlogam
2. Kontribusi PDB industri bahan galian nonlogam terhadap PDB Nasional;
3. Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri bahan galian nonlogam.
18
Tabel 2.1 Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan Kementerian Perindustrian Tahun 2017 – 2019
Kode Tujuan
Tujuan Penjelasan Tujuan Kode Indikator
Kinerja Tujuan (IKT)
Penjelasan IKT Kode
Tujuan
Target
2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Tj Meningkatnya peran industri bahan galian nonlogam dalam perekonomian nasional
Peran industri bahan galian nonlogam dalam perekonomian diindikasikan dengan perkembangan laju pertumbuhan PDB industri bahan galian nonlogam dan Kontribusi PDB industri bahan galian nonlogam terhadap PDB nasional
Tj.1 Laju pertumbuhan PDB industri bahan galian nonlogam
Laju pertumbuhan PDB Industri bahan galian nonlogam dihitung atas dasar harga konstan tahun 2010 yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Persen 5,47 – 5,77
5,85 – 6,26
6,11 – 6,61
Tj.2 Kontribusi PDB industri bahan galian nonlogam terhadap PDB nasional
Kontribusi PDB industri kimia, tekstil dan aneka dihitung dengan membandingkan nilai PDB industri bahan galian nonlogam dengan nilai PDB Nasional
Persen 0,74 - 0,75
0,76 – 0,78
0,79 – 0,8
Tj.3 Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri bahan galian nonlogam
Jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor industri bahan galian nonlogam
Juta
Orang
1,18 – 1,19
1,20 – 1,21
1,21 – 1,24
2.4. SASARAN STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI BAHAN GALIAN
NONLOGAM
A. Perspektif Pemangku Kepentingan
Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya populasi industri
Meningkatnya populasi industri bahan galian nonlogam diindikasikan dengan
peningkatan jumlah unit industri bahan galian nonlogam serta penyerapan tenaga
kerja industri besar sedang (IBS) pada sektor industri bahan galian nonlogam
khususnya. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah:
1). Jumlah unit industri bahan galian nonlogam
2). Nilai investasi di sektor industri bahan galian nonlogam
Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor
industri bahan galian nonlogam
19
Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri dimaksudkan untuk
meningkatkan penjualan produk dalam negeri dibandingkan dengan seluruh pangsa
pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Peningkatan daya saing dan
produktivitas dilakukan melalui pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi
industri yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya
saing dan kemandirian industri nasional. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari
sasaran strategis ini adalah:
1). Kontribusi ekspor produk industri bahan galian nonlogam terhadap ekspor
nasional.
2). Produktivitas SDM industri bahan galian nonlogam
Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dalam perspektif pemangku
kepentingan merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Industri Bahan
Galian Nonlogam.
B. Perspektif Proses Internal
Sasaran Strategis 1 : Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang
industri bahan galian nonlogam yang adil, berdaya
saing, dan berkelanjutan
Standardisasi industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri dan
produktivitas dalam rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor.
Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1). Produk industri yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
2). Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
20
Gambar 2.1 PETA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI BAHAN GALIAN NONLOGAM TAHUN 2017 – 2019
PERSPEKTIF
PEMANGKU
KEPENTINGAN
PERSPEKTIF
PROSES
INTERNAL
PERSPEKTIF
PEMBELAJARAN
ORGANISASI
Tujuan:
Meningkatnya peran industri bahan galian nonlogam dalam
perekonomian nasional
Terwujudnya peningkatan
daya saing dan produktivitas industri bahan galian
nonlogam
2
Meningkatnya populasi
industri bahan galian nonlogam
1
PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN
SDM ANGGARAN
Tersedianya kebijakan pembangunan industri
bahan galian nonlogam yang efektif
Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang industri bahan galian
nonlogam yang berdaya
saing dan berkelanjutan
Terwujudnya ASN yang profesional dan berkepribadian
Terkelolanya anggaran pembangunan secara
efisien dan akuntabel
3 4
5 6
21
Tabel 2.2
Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Direktorat IBGNL Tahun 2017-2019
Kode Tujuan/Sasaran Program/Indikator Kinerja Satuan 2017 2018 2019 2017-2019
Perspektif Pemangku Kepentingan
S1 Meningkatnya populasi industri bahan galian
nonlogam
- Jumlah unit industri bahan galian
nonlogam
Unit 80 82 91 253
- Nilai investasi PMDN dan PMA sektor
industri bahan galian nonlogam
Rp. Triliun 38,8 –
42,3
47,5 –
50,5
59,6 –
62,1
145,9 –
154,9
S2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas
sektor industri bahan galian nonlogam
- Kontribusi ekspor industri bahan galian
nonlogam terhadap ekspor nasional
Persen 0,588-
0,589
0,589-
0,590
0,590-
0,591
0,588-0,591
- Produktivitas dan kemampuan SDM
industri bahan galian nonlogam
Rp Juta per
Orang per
Tahun
562 632 704,4 704,4
Perspektif Proses Internal
S1 Terselenggaranya urusan pemerintah di
bidang industri bahan galian nonlogam yang
berdaya saing dan berkelanjutan
- Produk industri bahan galian nonlogam
yang tersertifikasi Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN)
Sertifikat 75 75 75 225
- Infrastruktur kompetensi yang terbentuk RSKKNI 1 1 1 3
22
BAB III
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI BAHAN
GALIAN NONLOGAM
A. Industri Prioritas
Dengan memperhatikan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
tahun 2009 ditentukan sepuluh (10) industri prioritas yang akan dikembangkan
tahun 2015 - 2019. Kesepuluh industri prioritas tersebut dikelompokkan kedalam
enam (6) industri andalan, satu (1) industri pendukung, dan tiga (3) industri hulu
dengan rincian sebagai berikut:
1. Industri Pangan;
2. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan;
3. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka;
4. Industri Alat Transportasi;
5. Industri Elektronika dan Telematika (ICT);
6. Industri Pembangkit Energi;
7. Industri Barang Modal, Komponen, dan Bahan Penolong;
8. Industri Hulu Agro;
9. Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam; dan
10. Industri Kimia Dasar (Hulu dan Antara)
B. Perwilayahan Industri
Undang-Undang No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian mengamanatkan
bahwa pembangunan industri dilakukan dengan pendekatan sektoral yang
terencana dan pendekatan spasial yang terintegrasi. Pendekatan sektoral yang
terencana dilaksanakan melalui rencana pembangunan industri nasional,
sedangkan pendekatan spasial dilaksanakan melalui pengembangan
perwilayahan industri. Pengembangan perwilayahan industri dilaksanakan
dalam rangka percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Cakupan pelaksanaan
pengembangan perwilayahan industri adalah Wilayah Pusat Pertumbuhan
23
Industri (WPPI), Kawasan Peruntukan Industri (KPI), Kawasan Industri (KI),
dan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra IKM).
C. Pembangunan Sumber Daya Industri
Sumber daya industri adalah sumber daya yang digunakan untuk melakukan
pembangunan industri yang meliputi: (a) pembangunan sumber daya
manusia; (b) pemanfaatan sumber daya alam; (c) pengembangan dan
pemanfaatan teknologi industri; (d) pengembangan dan pemanfaatan
kreativitas dan inovasi; dan (e) penyediaan sumber pembiayaan.
D. Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri
Dalam rangka mewujudkan pembangunan industri nasional yang berdaya
saing perlu didukung melalui penyediaan sarana dan prasarana industri yang
memadai meliputi standardisasi industri, infrastruktur industri (kawasan
industri) dan sistem informasi industri.
E. Pembangunan Industri Hijau
Industri hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan
upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan
sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat.
Lingkup pembangunan industri hijau meliputi standarisasi industri hijau dan
pemberian fasilitas untuk industri hijau. Penerapan industri hijau dilaksanakan
dengan pemenuhan terhadap Standar Industri Hijau (SIH) yang secara
bertahap dapat diberlakukan secara wajib. Untuk mendorong percepatan
terwujudnya Industri Hijau, pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat
memberikan fasilitas kepada perusahaan industri baik fiskal maupun non fiskal.
Strategi pengembangan Industri Hijau akan dilakukan yaitu:
1. Mengembangkan industri yang sudah ada menuju industri hijau; dan
2. Membangun industri baru dengan menerapkan prinsip-prinsip industri
hijau.
24
F. Pengembangan IKM
Industri Kecil dan Industri Menengah (IKM) ditetapkan berdasarkan jumlah
tenaga kerja dan nilai investasi, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha. Besaran jumlah tenaga kerja dan nilai investasi untuk IKM ditetapkan
oleh Menteri. Dalam rangka meningkatkan pengamanan terhadap pengusaha
IKM dalam negeri ditetapkan bahwa industri kecil hanya dapat dimiliki oleh
warga negara Indonesia, dan industri menengah tertentu dicadangkan untuk
dimiliki oleh warga negara Indonesia.
1. Sasaran Pengembangan IKM
Pengembangan IKM diharapkan akan meningkatkan jumlah unit usaha
IKM rata-rata sebesar satu (1) persen per tahun atau sekitar 30 ribu unit
usaha IKM per tahun dan peningkatan penyerapan tenaga kerja rata-rata
sebesar tiga (3) persen per tahun.
2. Kebijakan Pengembangan IKM
Dalam rangka meningkatkan peran IKM, selain langkah- langkah strategis
untuk mendorong pertumbuhan sektor industri secara keseluruhan, juga
akan diberlakukan berbagai langkah kebijakan yang berpihak kepada
IKM, yang antara lain meliputi: (a) Industri Kecil hanya dapat dimiliki oleh
warga negara Indonesia, Industri yang memiliki keunikan dan
merupakan warisan budaya bangsa hanya dapat dimiliki oleh warga
negara Indonesia, dan industri menengah tertentu dicadangkan untuk
dimiliki oleh warga negara Indonesia; (b) IKM perlu ditingkatkan secara
signifikan dalam rantai suplai industri prioritas; (c) Perumusan kebijakan,
penguatan kapasitas kelembagaan, dan pemberian fasilitas bagi IKM.
3. Strategi Pengembangan IKM
Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan industri nasional, upaya
pengembangan IKM perlu terus dilakukan melalui strategi pemanfaatan
potensi bahan baku, penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan teknologi,
inovasi dan kreativitas, program pengembangan IKM.
25
3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DIREKTORAT INDUSTRI BAHAN
GALIAN NONLOGAM
Dalam rangka mendukung arah kebijakan dan strategi Kementerian
Perindustrian yang mengacu pada arah kebijakan RPJMN 2015 -2019, sebagai
unit kerja Eselon II di lingkungan Kementerian Perindustrian maka Direktorat
Industri Bahan Galian Nonlogam berkewajiban menyukseskan pencapaian
Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja (IK) Kementerian Perindustrian. Arah
kebijakan dan strategi Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam adalah
sebagai berikut:
A. Industri Prioritas
Industri prioritas yang menjadi Rencana Aksi Direktorat Industri Bahan Galian
Nonlogam meliputi:
1. Industri Semen dan Produk Semen
2. Industri Keramik dan Kaca
3. Industri Bahan Galian Nonlogam Lainnya
Pembangunan industri prioritas periode tahun 2015-2019 dilaksanakan dengan
mengacu pada rencana aksi yang telah diamanatkan oleh Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional. Rencana aksi pembangunan untuk masing-
masing industri prioritas adalah sebagaimana tabel berikut:
Tabel 3.1 Rencana Aksi Pembangunan Industri Prioritas
Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam
No Industri Prioritas Rencana Aksi
3.
INDUSTRI BAHAN GALIAN BUKAN LOGAM Industri bahan galian non-logam: 1.
Semen, Keramik, Kaca/gelas,
Kaca/gelas Pharmaceutical Grade,
Refractory, Zirkonia, zirkon silikat,
bahan kimia zirkon, Zirkon Opacifier
1. Meningkatkan penerapan dan pengawasan SNI wajib, serta penguatan infrastruktur standardisasi.
2. Penerapan industri hijau 3. Peningkatan penggunaan
produksi dalam negeri 4. Fasilitasi penyediaan lahan
dan konsesi penambangan untuk investasi baru, khususnya di luar Pulau Jawa.
5. Menjamin pasokan batubara dan mendorong produsen semen untuk
26
No Industri Prioritas Rencana Aksi
melakukan efisiensi dan diversifikasi energi.
6. Menyiapkan SDM lokal yang kompeten.
7. Menyusun SKKNI bidang industri semen
Selain melaksanakan rencana aksi pembangunan industri prioritas berdasarkan
subsektor industri dibawah binaannya, Direktorat Industri Bahan Galian
Nonlogam juga bertanggung jawab untuk mendukung melancarkan Program
Prioritas Nasional dengan melakukan koordinasi dan konsolidasi terhadap
subsektor industri binaan untuk dapat memenuhi kebutuhan akan bahan
baku/bahan penolong dalam pelaksanaan Program Prioritas Nasional serta
kegiatan penunjang lainnya yang diperlukan. Bahan baku/bahan penolong serta
bentuk kegiatan penunjang yang dibutuhkan antara lain sebagai berikut:
A.1 Dimensi Pembangunan: Kedaulatan Pangan
1. Perluasan pertanian lahan kering satu juta hektar di luar Pulau Jawa
a. Bahan kimia khusus (Bahan – Bahan kimia) yang digunakan dalam
proses pasca panen, seperti asam formiat di lahan karet, zeolite,
dolomite, dll.
b. Barang pendukung sarana dan prasarana pertanian, seperti
polycarbonate, dll
2. Rehabilitasi tiga juta hektar jaringan irigasi
a. Pemenuhan kebutuhan semen
b. Pemenuhan kebutuhan baja beton
3. Pembangunan pasar: 100 Tipe A; 120 Tipe B oleh Kementerian
Perdagangan, serta revitalisasi 60 pasar tani oleh Kementerian Pertanian
a. Pemenuhan kebutuhan semen
b. Pemenuhan kebutuhan bahan bangunan (keramik, sanitary, baja
ringan, dll)
c. Pemenuhan kebutuhan baja beton
4. Pembangunan gudang dengan fasilitas pengolahan pasca panen di tiap
sentra produksi
27
a. Pemenuhan kebutuhan semen
b. Pemenuhan kebutuhan besi baja
c. Pemenuhan kebutuhan barang pendukung konstruksi (barang keramik,
sanitary product, dll)
5. Seribu desa pertanian organik
Untuk pembangunan rumah kompos, dibutuhkan semen dan besi beton
6. Pembangunan 49 waduk baru
a. Pemenuhan kebutuhan semen
b. Pemenuhan kebutuhan baja beton
A.2 Dimensi Pembangunan: Kedaulatan Energi
1. Tata kelola industri migas dan energi
Kebijakan dan Regulasi
a. Penyelesaian regulasi tata kelola sumber daya alam untuk bahan baku,
bahan penolong dan energi industri
Kegiatan Teknis
a. Studi pemodelan tarif listrik untuk bahan baku, bahan penolong dan
energi Industri
2. Percepatan pembangunan pembangkit listrik
3. Peningkatan penggunaan batu bara dan gas
a. Melakukan koordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral dalam rangka menetapkan kebijakan harga gas
A.3 Dimensi Pembangunan: Kawasan Industri
1. Ketersedian SDA
Pengembangan pengolahan (pre-treatment) sumber daya alam menjadi
bahan baku, bahan penolong, dan energi dari bahan dasar yang terkandung
di suatu wilayah potensial
2. Konektivitas: jalan, pelabuhan laut dan bandara, dan jaringan komunikasi
A.4 Dimensi Pembangunan: Kemaritiman dan Kelautan
1. Pembangunan 100 sentra perikanan
a. Penyediaan pemenuhan kebutuhan produk semen untuk mendukung
pembangunan fisik 100 sentra perikanan
b. Penyediaan pemenuhan kebutuhan barang konstruksi non-logam untuk
mendukung pembangunan fisik 100 sentra perikanan
28
2. Pembangunan 24 pelabuhan perikanan strategis
a. Penyediaan pemenuhan kebutuhan produk semen untuk mendukung
pembangunan fisik 24 pelabuhan perikanan strategis
b. Penyediaan pemenuhan kebutuhan barang konstruksi non-logam untuk
mendukung pembangunan fisik 24 pelabuhan perikanan strategis
A.5 Dimensi Pembangunan: Revolusi Mental untuk Kemandirian Ekonomi
1. Peningkatan kemandirian ekonomi dan daya saing bangsa.
a. Program pengembangan dan pemerataan pelatihan industri di seluruh
Indonesia dalam rangka mendukung budaya produksi (pendidikan
vokasi/dominan praktek) di masyarakat
b. Program pengembangan dan pemerataan pemagangan di industri
manufaktur
B. Pembangunan Sumber Daya Industri
Sesuai dengan arah kebijakan Kementerian Perindustrian maka Direktorat
Industri Bahan Galian Nonlogam melakukan pembangunan industri yang
meliputi:
1. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri Bahan Galian
Nonlogam
Pembangunan infrastruktur tenaga kerja industri bahan galian nonlogam
berbasis kompetensi dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan
mewujudkan kesesuaian antara sistem pengupahan dengan produktivitas
kerja guna memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi tenaga kerja
industry bahan galian nonlogam
Program pembangunan infrastruktur tenaga kerja industri industri bahan
galian nonlogam berbasis kompetensi meliputi :
a. Penyusunan dan penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI)
b. Pembangunan sistem sertifikasi kompetensi;
2. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran sumber daya alam untuk
perusahaan industri bahan galian nonlogam dan perusahaan kawasan
industri bahan galian nonlogam diselenggarakan melalui prinsip tata kelola
29
yang baik dengan tujuan untuk menjamin penyediaan dan penyaluran
sumber daya alam yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku,
bahan penolong, energi dan air baku agar dapat diolah dan dimanfaatkan
secara efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan guna menghasilkan
produk yang berdaya saing serta mewujudkan pendalaman dan penguatan
struktur industri bahan galian nonlogam.
Dalam rangka menjamin ketersediaan sumber daya alam bagi
pengembangan industri hulu terutama industri bahan galian nonlogam
lainnya, maka pemerintah akan melakukan beberapa hal sebagai berikut
sebagai berikut :
a. Pengelolaan sumber daya alam secara efisien, ramah lingkungan
dan berkelanjutan melalui penerapan tata kelola yang baik antara
lain meliputi:
1) Penyusunan rencana pemanfaatan sumber daya alam
2) Manajemen pengolahan sumber daya alam
3) Implementasi pemanfaatan sumber daya yang efisien paling
sedikit melalui penghematan, penggunaan teknologi yang efisien
dan optimasi kinerja proses produksi,
4) Implementasi pemanfaatan sumber daya yang ramah lingkungan
dan berkelanjutan dengan prinsip pengurangan limbah (reduce),
penggunaan kembali (reuse), pengolahan kembali (recycle); dan
pemulihan (recovery).
5) Audit tata kelola pemanfaatan sumber daya alam.
b. Pelarangan atau pembatasan ekspor sumber daya alam
Pelarangan atau pembatasan ekspor sumber daya alam ditujukan
untuk memenuhi rencana pemanfaatan dan kebutuhan perusahaan
industri dan perusahaan kawasan industri, antara lain meliputi :
1) Penetapan bea keluar
2) Penetapan kuota ekspor
3) Penetapan kewajiban pasokan dalam negeri
4) Penetapan batasan minimal kandungan sumber daya alam
c. Jaminan penyediaan dan penyaluran sumber daya alam
Jaminan penyediaan dan penyaluran sumber daya alam diutamakan
30
untuk mendukung pemenuhan kebutuhan bahan baku, bahan
penolong dan energi, serta air baku industri dalam negeri yang
mencakup:
1) Penyusunan rencana penyediaan dan penyaluran sumber daya
alam berupa paling sedikit nerasa ketersediaan sumber daya
alam
2) Penyusunan rekomendasi dalam rangka penetapan jaminan
penyediaan dan penyaluran sumber daya alam
3) Pemetaan jumlah, jenis, dan spesifikasi sumber daya alam, serta
lokasi cadangan sumber daya alam
4) Pengembangan industri berbasis sumber daya alam secara
terpadu
5) Diversifikasi pemanfaatan sumber daya alam secara efisien dan
ramah lingkungan di perusahaan industri dan perusahaan
kawasan industri
6) Pengembangan potensi sumber daya alam secara optimal
dan mempunyai efek berganda terhadap perekonomian suatu
wilayah
7) Pengembangan pemanfaatan sumber daya alam melalui penelitian
dan pengembangan
8) Pengembangan jaringan infrastruktur penyaluran sumber daya
alam untuk meningkatkan daya saing perusahaan industri dan
perusahaan kawasan industri
9) Fasilitasi akses kerjasama dengan negara lain dalam hal
pengadaan sumber daya alam
10) Penetapan kebijakan impor untuk sumber daya alam tertentu
dalam rangka penyediaan dan penyaluran sumber daya alam
untuk perusahaan industri dan perusahaan kawasan industri
11) Pengembangan investasi pengusahaan sumber daya alam
tertentu di luar negeri,
12) Pemetaan dan penetapan wilayah penyediaan sumber daya alam
terbarukan
13) Konservasi sumber daya alam terbarukan
31
14) Penanganan budi daya dan pasca panen sumber daya alam
terbarukan
15) Renegosiasi kontrak eksploitasi pertambangan sumber daya alam
tertentu
16) Menerapkan kebijakan secara kontinu atas efisiensi pemanfaatan
sumber daya alam
17) Penerapan kebijakan diversifikasi energi untuk industri.
3. Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri
Pengembangan, penguasaan, dan pemanfaatan teknologi industri
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya
saing, dan kemandirian industri nasional. Penguasaan teknologi dilakukan
secara bertahap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
kebutuhan industri dalam negeri agar dapat bersaing di pasar dalam negeri
dan global.
Pengembangan, penguasaan, dan pemanfaatan teknologi industri
dilakukan melalui:
a. Peningkatan sinergi program kerjasama penelitian dan
pengembangan (litbang) antara balai industri dengan lembaga riset
pemerintah, lembaga riset swasta, perguruan tinggi, dunia usaha,
dan lembaga riset untuk menghasilkan produk litbang yang aplikatif
dan terintegrasi.
b. Implementasi pengembangan teknologi baru melalui pilot plant atau
yang sejenis.
c. Pemberian jaminan resiko terhadap pemanfaatan teknologi yang
dikembangkan berdasarkan hasil litbang dalam negeri.
d. Pemberian insentif bagi industri yang melaksanakan kegiatan litbang
dalam pengembangan industri dalam negeri.
e. Pemberian insentif dalam bentuk royalti kepada unit litbang dan
peneliti yang hasil temuannya dimanfaatkan secara komersial di industri
f. Peningkatan transfer teknologi melalui proyek putar kunci (turn key
project) apabila belum tersedia teknologi yang diperlukan di dalam
negeri.
g. Mendorong relokasi unit litbang milik perusahaan industri PMA
32
melalui skema insentif pajak (double tax deductable) terutama bagi
industri yang berorientasi ekspor dan sifat siklus umur teknologinya
singkat atau berubah cepat.
h. Meningkatkan kontribusi hasil kekayaan intelektual berupa desain,
paten dan merk dalam produk industri untuk meningkatkan nilai
tambah.
i. Melakukan audit teknologi terhadap teknologi yang dinilai tidak layak
untuk industri antara lain boros energi, beresiko pada keselamatan dan
keamanan, serta berdampak negatif pada lingkungan.
j. Mendorong tumbuhnya pusat-pusat inovasi (center of excellence)
pada wilayah pusat pertumbuhan industri.
k. Mendorong terjadinya transfer teknologi dari perusahaan atau tenaga
kerja asing yang beroperasi di dalam negeri.
l. Pemberian penghargaan bagi rintisan, pengembangan, dan penerapan
teknologi industri.
C. Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri
Dalam rangka mewujudkan pembangunan industri nasional yang berdaya
saing perlu didukung melalui penyediaan sarana dan prasarana industri yang
memadai meliputi:
1. Standarisasi Industri Bahan Galian Nonlogam
Standarisasi industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri
dalam rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor.
Standarisasi industri juga dapat dimanfaatkan untuk melindungi
keamanan, kesehatan, dan keselamatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
pelestarian fungsi lingkungan hidup, pengembangan produk industri hijau
serta mewujudkan persaingan usaha yang sehat.
Pengembangan standarisasi industri meliputi perencanaan, pembinaan,
pengembangan, dan pengawasan untuk Standar Nasional Indonesia
(SNI), Spesifikasi Teknis (ST), dan Pedoman Tata Cara (PTC).
Pengembangan standarisasi industri bahan galian nonlogam yang akan
dilakukan meliputi:
a. Pengembangan standarisasi industri bahan galian nonlogam dalam
33
rangka peningkatan kemampuan daya saing industri melalui:
1) Perumusan standar
2) Penerapan standar
3) Pengembangan standar
4) Pemberlakuan standar
5) Pemberian fasilitas bagi perusahaan Industri kecil dan Industri
menengah baik fiskal maupun non fiskal.
b. Pengembangan infrastruktur untuk menjamin kesesuaian mutu
produk industri bahan galian nonlogam dengan kebutuhan dan
permintaan pasar meliputi :
1) Pengembangan pengawasan standar
2. Sistem Informasi Industri Bahan Galian Nonlogam
Pembangunan sistem informasi melalui pendataan industri dalam rangka
monitoring perkembangan industri bahan galian nonlogam dengan tujuan
sebagai berikut:
a. Tersedianya data industri bahan galian nonlogam yang
menggambarkan kondisi industri saat ini yang mencakup data umum
perusahaan (termasuk data manajemen perusahaan dan sumber daya
manusia), data pabrik dan utilitas yang dipergunakan, data kapasitas
dan realisasi produksi, data pemasaran, data pemakaian bahan baku
dan bahan penolong, data penggunaan energi, bahan bakar dan air,
data penerapan teknologi, data pengelolaan limbah, serta data
penyerapan tenaga kerja langsung pada proses produksi.
b. Tersedianya informasi kondisi dan permasalahan terkait dengan
infrastruktur dan iklim usaha industry bahan galian nonlogam
c. Tersedianya informasi deskriptif agregat industri bahan galian nonlogam
berdasarkan dimensi waktu, lokasi industri, bidang usaha, skala usaha,
negara tujuan pasar, negara asal bahan baku dan penolong dengan
informasi tentang penyerapan tenaga kerja, realisasi produksi,
pemasaran produk, serta pemakaian sumber daya seperti bahan baku,
bahan penolong, energi, bahan bakar dan air sebagai bahan analisa
perkembangan industri bahan galian nonlogam
34
d. Tersedianya informasi tingkat kemampuan industri bahan galian
nonlogam pada tingkat perusahaan industri dan agregat yang meliputi:
1) Aspek produksi
2) Aspek manajemen perusahaan
3) Aspek pengelolaan lingkungan
4) Aspek teknologi
5) Aspek pemasaran
e. Tersedianya sistem informasi pengolahan data sebagai sarana
pembaruan dan validasi data industri bahan galian nonlogam
f. Tersedianya sistem representasi informasi industri sebagai sarana
penyajian informasi perkembangan industri bahan galian nonlogam
g. Tersedianya infrastruktur sistem meliputi perangkat keras, perangkat
lunak serta perangkat komunikasi data.
3.3. KERANGKA REGULASI
Kerangka regulasi Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam pada dasarnya
mengacu kepada UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Namun, untuk
mendukung pelaksanaan rencana pembangunan industri kedepan masih
diperlukan peraturan pendukung untuk menciptakan iklim usaha di bidang
industri termasuk peraturan mengenai Rencana Induk Pembangunan Industri
Nasional (RIPIN) karena kerangka regulasi merupakan instrumen yang penting
dalam memberikan kepastian dan perlindungan hukum dalam pembangunan
industri nasional.
Selain yang telah disebutkan didalam Rencana Strategis Kementerian
Perindustrian, Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam bersama-sama
dengan unit kerja lainnya juga menyusun regulasi mengenai :
1. Penyusunan Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden Jaminan
Pemanfaatan, Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam sebagai
Bahan Baku, Bahan Penolong dan Energi untuk Industri
2. Penyusunan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pedoman
Pembangunan Fisik Instalansi Industri dalam Rangka Pelaksanaan
Kegiatan Anggaran Pembangunan Non Operasional
35
3. Penyusunan Revisi Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pedoman
Tata Laksana dan Administrasi Bantuan peralatan
3.4. KERANGKA KELEMBAGAAN
A. Struktur Organisasi Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam
Pada dasarnya, Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam secara
kelembagaan merupakan salah satu dari 5 (lima) unit Eselon II di Direktorat
Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka, Kementerian Perindustrian yang
memiliki 4 (empat) unit Eselon III dibawahnya, yaitu :
1. Subdirektorat Pengembangan Program
2. Subdirektorat Industri Semen dan Barang-barang dari semen
3. Subdirektorat Industri Keramik dan Kaca
4. Subdirektorat Industri Bahan Galian Nonlogam Lainnya
Adapun tugas dan fungsi dari Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam adalah
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan
industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri,
pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana
industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan
industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis
pengembangan industri di bidang industri bahan galian non logam dengan
fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi, dan pelaporan
pengembangan industri bahan galian nonlogam
b. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi
industri bahan galian nonlogam
c. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan
industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri,
pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana
industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri,
penanaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis
pengembangan industri di bidang industri bahan galian nonlogam;
36
d. Penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria
di bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri bahan galian
nonlogam
e. Penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
perencanaan, perizinan, data dan informasi industri bahan galian nonlogam
f. Pelaksanaan pengawasan standardisasi (SNI, Industri Hijau, dan SKKNI),
industri strategis, dan peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada
industri bahan galian nonlogam
g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat
B. Arah Kebijakan Pembangunan Tata Kelola Pemerintahan Yang
Bersih, Efektif, Demokratis dan Terpercaya
Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya, Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membangun Transparansi dan Akuntabilitas Kinerja Pemerintahan
Sasaran yang ingin diwujudkan adalah meningkatnya transparansi dan
akuntabilitas dalam setiap proses penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan yang ditandai dengan: terwujudnya sistem pelaporan dan
kinerja instansi pemerintah (SAKIP), meningkatnya akses publik
terhadap informasi kinerja instansi pemerintah, makin efektifnya penerapan
e- government untuk mendukung manajemen birokrasi secara modern, dan
meningkatnya implementasi open government pada seluruh instansi
pemerintah.
2. Menyempurnakan dan Meningkatkan Kualitas Reformasi Birokrasi Nasional
Sasaran yang ingin diwujudkan adalah meningkatnya kualitas birokrasi
dan tata kelola pemerintahan yang baik dalam mendukung peningkatan
daya saing dan kinerja pembangunan nasional di berbagai bidang, yang
ditandai dengan: terwujudnya kelembagaan birokrasi yang efektif dan
efisien, meningkatkan kapasitas pengelolaan reformasi birokrasi,
diimplementasikannya UU Aparatur Sipil Negara secara konsisten pada
seluruh instansi pemerintah, dan meningkatnya kualitas pelayanan publik.
3. Meningkatkan Partisipasi Publik dalam Proses Pengambilan Kebijakan
37
Publik
Sasaran pokok yang akan dicapai adalah meningkatnya keterbukaan
informasi publik dan komunikasi publik, meningkatnya akses masyarakat
terhadap informasi publik, dan meningkatnya implementasi open
government pada seluruh instansi pemerintah.
Perubahan lain yang diharapkan adalah perubahan pola pikir aparat yang
semula berorientasi ’ingin dilayani’ menjadi ’pelayan publik’ dan perubahan
budaya kerja. Dengan didukung perbaikan sistem, secara bertahap akan dapat
dicapai kondisi birokrasi yang diinginkan yaitu yang dapat mewujudkan tata
pemerintahan yang baik dengan birokrasi pemerintah yang profesional,
berintegritas tinggi, menjadi pelayan masyarakat dan abdi negara sehingga
dapat memberikan kontribusi pada capaian kinerja Direktorat Industri Bahan
Galian Nonlogam dan akan memiliki dampak nyata bagi sektor industri.
38
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1. TARGET KINERJA IBGNL
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Galian Nonlogam
bertujuan untuk menumbuhkan dan menguatkan struktur industri bahan galian
nonlogam, mengurangi impor bahan baku dan bahan penolong, meningkatkan
kapasitas dan efisiensi produksi, serta menetapkan standar untuk produk industri
bahan galian nonlogam. Adapun sasaran dan kinerja yang ingin dicapai dari
pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Sasaran dan Indikator Kinerja Industri Bahan Galian Nonlogam
Kode Tujuan/Sasaran Program/Indikator Kinerja Satuan 2017 2018 2019 2017-2019
T1 Meningkatnya peran industri bahan galian
nonlogam dalam perekonomian nasional
- Laju pertumbuhan industri bahan galian
nonlogam
Persen 5,47 –
5,77
5,85 –
6,26
6,11 –
6,61
5,47 – 6,61
- Kontribusi industri bahan galian nonlogam
terhadap PDB Nasional
Persen 0,74 –
0,75
0,76 –
0,78
0,79 –
0,80
0,74 – 0,80
- Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor
industri bahan galian nonlogam
Juta Orang 1,18 –
1,19
1,20 –
1,21
1,21 –
1,24
1,18 – 1,24
S1 Meningkatnya populasi industri bahan galian
nonlogam
- Jumlah industri bahan galian nonlogam Unit 80 82 91 253
- Nilai investasi PMDN dan PMA sektor
industri bahan galian nonlogam
Rp. Triliun 38,8 –
42,3
47,5 –
50,5
59,6 –
62,1
145,9 –
154,9
S2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas
sektor industri bahan galian nonlogam
- Kontribusi ekspor industri bahan galian
nonlogam terhadap ekspor nasional
Persen 0,588-
0,589
0,589-
0,590
0,590-
0,591
0,588-0,591
- Produk industri bahan galian nonlogam
yang tersertifikasi Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN)
Sertifikat 75 75 75 225
- Produktivitas dan kemampuan SDM
industri bahan galian nonlogam
Rp Juta per
Orang per
Tahun
562 632 704,4 704,4
39
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Galian Nonlogam
menghasilkan output terbangunnya pabrik baru industri bahan galian nonlogam,
bantuan dalam bentuk fisik maupun non-fisik, Rancangan SNI dan pengawasan SNI,
pelatihan SDM, Standar Kompetensi Kerja Indonesia (SKKNI), regulasi, serta promosi
industri.
4.2. KERANGKA PENDANAAN
Dalam rangka mencapai sasaran strategis Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam
tahun 2016-2019, dibutuhkan pendanaan bagi program dan kegiatan sebagaimana
yang dijabarkan di atas. Kebutuhan pendanaan Direktorat Industri bahan galian
nonlogam untuk tahun 2016 – 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Kebutuhan Pendanaan Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam
Tahun 2016 – 2019
(dalam ribu rupiah)
NO PROGRAM 2016 2017 2018 2019
1 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Galian Non Logam
20.000.000 20.000.000 68.000.000 98.000.000
Rincian kinerja dan kebutuhan pendanaan untuk masing-masing kegiatan disajikan
pada matriks kinerja dan pendanaan sebagaimana terdapat pada lampiran renstra ini.
40
BAB V
PENUTUP
Rencana Strategis Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam Tahun 2016- 2019
disusun dengan mengacu pada RPJPN Tahun 2005-2025, RPJMN III (Tahun 2015-
2019), Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015 – 2035, Kebijakan Industri Nasional
Tahun 2015-2019, dan Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015-
2019. Rencana Strategis Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam merupakan
pedoman pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam
dalam mewujudkan visi pembangunan industri nasional yaitu Indonesia Menjadi
Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan
Sumber Daya Alam dan Berkeadilan.
Visi pembangunan industri tersebut kemudian dijabarkan ke dalam misi lima (5)
tahun Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam, yaitu: 1) Peningkatan populasi
industri bahan galian nonlogam untuk memperkuat dan memperdalam struktur industri
nasional, dan 2) Peningkatan daya saing dan produktivitas industri bahan galian
nonlogam untuk mewujudkan industri nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan
berwawasan lingkungan. Selanjutnya berdasarkan visi dan misi tersebut maka
ditetapkan tujuan yang ingin dicapai oleh Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam
dalam membangun industri, yaitu meningkatnya peran industri bahan galian nonlogam
dalam perekonomian nasional.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Direktorat Industri Bahan Galian
Nonlogam telah menetapkan sasaran-sasaran strategis yang dibagi ke dalam tiga
perspektif yaitu: 1) perspektif pemangku kepentingan, dan 2) perspektif proses
internal. Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam juga telah menetapkan indikator-
indikator dari masing-masing sasaran strategis tersebut sehingga pencapaian dari
masing-masing sasaran strategis dapat terukur dan dimonitor. Untuk mencapai
sasaran-saran strategis tersebut Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam
melaksanakan satu kegiatan yang merupakan penjabaran dari arah kebijakan dan
strategi pembangunan nasional. Lingkup dari kegiatan yang dilaksanakan mencakup
output dan suboutput dalam rangka pembangunan industri prioritas, pengembangan
sumber daya industri, dan pengembangan standarisasi industri.
41
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan industri nasional tidak semata-mata
bergantung pada keberhasilan pelaksanaan kegiatan Direktorat Industri Bahan Galian
Nonlogam. Kesuksesan pembangunan industri nasional membutuhkan dukungan dari
seluruh pemangku kepentingan, baik dari pemerintah daerah, dunia usaha, akademisi,
dan masyarakat luas.
Penumbuhan
dan
Pengembangan
Industri Bahan
Galian Nonlogam
- 20.000 20.000 68.000 98.000 Direktorat Industri
Bahan Galian Nonlogam
001 REKOMENDASI KEBIJAKAN DALAM
RANGKA MENDORONG IKLIM
INVESTASI INDUSTRI BAHAN GALIAN
NONLOGAM
1.500 1.200 2.000
- Jumlah Usulan Dokumen
Rekomendasi Kebijakan Iklim
Investasi Industri Bahan Galian
Nonlogam
2: laporan 3 3
002 CALON INVESTOR YANG
MEMPEROLEH INFORMASI POTENSI
INVESTASI DI INDUSTRI BAHAN
GALIAN NONLOGAM
6.000 6.000
- Jumlah Calon Investor yang
difasilitasi mendapatkan informasi
potensi pengembangan IBGNL
3 3
003
BANTUAN MESIN DAN/ATAU
PERALATAN DALAM RANGKA
PENUMBUHAN POPULASI INDUSTRI
BAHAN GALIAN NONLOGAM
5.000 10.000
- Jumlah Unit Bantuan Mesin
Dan/Atau Peralatan Dalam Rangka
Penumbuhan Populasi Industri
Bahan Galian Nonlogam Lainnya
2 2
004 PENDIRIAN PILOT PLAN 12.500 20.000
- Jumlah Unit Pilot Plan 1 2
005
REKOMENDASI KEBIJAKAN DALAM
RANGKA PENINGKATAN DAYA SAING
DAN PRODUKTIFITAS INDUSTRI
BAHAN GALIAN NONLOGAM
6.450 1.500 2.000 3.000
- Jumlah Usulan Dokumen
Rekomendasi Kebijakan Peningkatan
Daya Saing Dan Produktifitas Industri
Bahan Galian Nonlogam
6 2 2 2
2.018 2.019
MATRIKS PENDANAAN
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI BAHAN GALIAN NONLOGAM TAHUN 2016-2019
UNIT ORGANISASI
PELAKSANA
K/L-N-B-NS-
BS2015 2016 2017 2018 2019 2.015 2.016
PROGRAM/
KEGIATAN
SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/
SASARAN KEGIATAN (OUTPUT)
/INDIKATOR
TARGET ALOKASI
2.017
006
RANCANGAN STANDAR NASIONAL
INDONESIA INDUSTRI BAHAN GALIAN
NONLOGAM
1.000 3.400 3.500 3.500
- Jumlah RSNI Industri Bahan Galian
Nonlogam6 6 6 6
007SNI WAJIB INDUSTRI BAHAN GALIAN
NONLOGAM 1.000 1.500 1.500 2.000
- Jumlah Permen/Juknis SNI Wajib
Industri Bahan Galian Nonlogam2 2 2 2
008
PERUSAHAAN INDUSTRI BAHAN
GALIAN NONLOGAM YANG
MENERAPKAN STANDAR MUTU
200 400 300 500
- Jumlah Perusahaan Industri Bahan
Galian Nonlogam Yang Menerapkan
Standar Mutu
15 5 10 10
009PENGAWASAN SNI WAJIB INDUSTRI
BAHAN GALIAN NONLOGAM 1.100 300 400 500
- Terlaksananya pengawasan SNI
Wajib Produk Industri Bahan Galian
Nonlogam (Produk SNI Wajib)
30 25 25 25
010
MESIN DAN atau ATAU PERALATAN
UJI DALAM RANGKA PENERAPAN
STANDAR MUTU INDUSTRI BAHAN
GALIAN NONLOGAM
5.800 6.000 15.000 20.000
- Jumlah Unit Mesin Dan/Atau
Peralatan Uji Dalam Rangka
Penerapan Standar Mutu Industri
Bahan Galian Nonlogam
6 1 4 4
011
RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI
KERJA NASIONAL INDONESIA
(RSKKNI) INDUSTRI BAHAN GALIAN
NONLOGAM
600 1.800 3.500 5.500
- Jumlah RSKKNI 2 3 5 7
012SDM INDUSTRI BAHAN GALIAN
NONLOGAM YANG DISERTIFIKASI775 600 2.800 4.000
- Jumlah SDM Industri Bahan Galian
Nonlogam yang Tersertifikasi60 40 160 200
013 SDM INDUSTRI BAHAN GALIAN NONLOGAM YANG MENGIKUTI DIKLAT 1.000 1.500 2.000 3.000
- Jumlah SDM Industri Bahan Galian
Nonlogam Yang Mengikuti Diklat40 110 200 200
2.018 2.019
UNIT ORGANISASI
PELAKSANA
K/L-N-B-NS-
BS2015 2016 2017 2018 2019 2.015 2.016
PROGRAM/
KEGIATAN
SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/
SASARAN KEGIATAN (OUTPUT)
/INDIKATOR
TARGET ALOKASI
2.017
014
BANTUAN MESIN DAN/ATAU
PERALATAN DALAM RANGKA
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN
GALIAN NONLOGAM
5.000 5.000
- Jumlah Unit Bantuan Mesin
Dan/Atau Peralatan Dalam Rangka
Pengembangan Industri Bahan
Galian Nonlogam Lainnya
2 2
016
PRODUK INDUSTRI BAHAN GALIAN
NONLOGAM YANG TERSERTIFIKASI
TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI
(TKDN)
125 200 300 2.000
- Jumlah Produk Industri Bahan
Galian Nonlogam yang Tersertifikasi
Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN)
75 75 75 75
017BRANDING PRODUK INDUSTRI
BAHAN GALIAN NONLOGAM250 2.000 5.000
- Jumlah Merek Produk Industri
Bahan Galian Nonlogam yang
Didampingi dalam Fasilitasi Promosi
dan Pemasaran
5 10 10
951 LAYANAN INTERNAL 1.700 1.300 5.000 6.000
- Dokumen Perencanaan Program
Direktorat Industri Bahan Galian
Nonlogam
1 1 1 1
- Dokumen Evaluasi dan Pelaporan
Program Direktorat Industri Bahan
Galian Nonlogam
1 1 1 1
- Dokumen Data dan Informasi
Industri Bahan Galian Nonlogam1 1 1 1
2.018 2.019
UNIT ORGANISASI
PELAKSANA
K/L-N-B-NS-
BS2015 2016 2017 2018 2019 2.015 2.016
PROGRAM/
KEGIATAN
SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/
SASARAN KEGIATAN (OUTPUT)
/INDIKATOR
TARGET ALOKASI
2.017