Upload
halien
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
i
Balai Taman Nasional Gunung Ciremai Direktur Jenderal Perlindungan Hutan & Konservasi Alam
Kementrian Kehutanan
Rencana Strategis Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
Tahun 2010 – 2014
Sumber Dana :
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) – 29 BTN Gunung Ciremai Tahun 2010
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
ii
KATA PENGANTAR Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) merupakan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Kementrian Kehutanan yang memiliki tugas pokok dan fungsi berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.52/Menhut-II/2009 tentang perubahan Kesatu Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang lebih berdaya dan berhasil guna dalam pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan kehutanan bidang konservasi, maka disusun Rencana Strategis (Renstra) Balai TNGC Tahun 2010-2014. Renstra Balai TNGC mengacu kepada Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014 berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.08/Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kehutanan 2010-2014. Penyusunan Renstra ini melihat pada permasalahan aktual dalam pengelolaan kawasan TNGC dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendukung dan penghambat baik secara internal maupun eksternal. Untuk menyelesaikan permasalah yang terjadi tersebut maka diperlukan langkah-langkah strategis yang didahului dengan menetapkan visi yang menjadi tujuan akhir dan jangka panjang yang diharapkan, dijabarkan dalam misi dan tujuan sebagai upaya pencapaian visi dan penetapan sasaran strategis yang dapat diukur dan dinilai baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan tujuan akhir untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi. Maka Renstra Balai TNGC ini merupakan kerangka kerja Balai TNGC dalam pelaksaanaan pengelolaan kawasan taman nasional pada kurun waktu lima tahun untuk mencapai sasaran strategis dan sekaligus dapat menjadi acuan bagi pejabat struktural, non struktural dan fungsional dalam pelaksanaan kegiatan Balai TNGC. Selain sebagai pedoman dan acuan serta pelaksanaan pengelolaan kawasan berdasarkan tugas pokok dan fungsi, Renstra ini menjadi tolak ukur dalam pencapaian kinerja Balai TNGC dalam kurun waktu lima tahun kedepan.
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
iii
Semoga Tuhan YME senantiasa memberikan petunjuk dan bimbingan dalam mewujudkan visi, misi serta pencapaian sasaran yang ditetapkan di dalam Renstra ini.
Kuningan, Februari 2010 Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
Ir. Kurung, MM
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
iv
DAFTAR ISI
Hal KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii RINGKASAN EKSEKUTIF viii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Umum ............................................................................ 1 1.2 Kondisi Saat Ini ............................................................... 7 1.3 Pencapaian Renstra Tahun 2007-2009 .............................. 9 1.4 Organisasi ....................................................................... 12 1.5 Permasalahan .................................................................. 14 1.6 Kondisi yang Diinginkan ...................................................
1.7 Isu Strategis..................................................................... 16
17BAB II VISI, MISI DAN SASARAN ......................................................
2.1 Visi dan Misi...................................................................... 2.2 Tujuan Strategis................................................................ 2.3 Sasaran Strategis............................................................... 2.3 Analisis Strategis................................................................
19
BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ........................................... 3.1 Kebijakan Prioritas............................................................. 3.2 Program, Kegiatan dan Indikator Kinerja ….........................
BAB IV PENUTUP ..............................................................................
LAMPIRAN
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
v
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1
Analisis SWOT..................................................
23
Tabel 2
Langkah strategis...............................................
24
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1 Kerangka pemikiran rumusan Renstra Balai TNGC tahun 2010 -2014 ........................................................
5
Gambar 2
Struktur organisasi................................................
13
Gambar 3
Alur Pemikiran Renstra Balai TNGC tahun 2010-2014..................................................
26
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
vi
RINGKASAN EKSEKUTIF
Rencana Strategis (Renstra) Balai Taman Nasional Gunung Ciremai tahun 2010-2014 disusun berdasarkan pada hasil evaluasi Renstra 2007-2009 Balai TNGC dengan melihat pada kondisi saat ini dan permasalahan serta isu-isu strategis dalam pengelolaan kawasan TNGC untuk lima tahun ke depan. Renstra ini memuat visi dan misi organisasi Balai TNGC untuk periode tahun 2010-2014 yang merupakan acuan dalam menetapkan tujuan, sasaran strategis, kebijakan prioritas, program dan kegiatan serta indikator kinerja. Berdasarkan pada kondisi saat ini, maka kegiatan pengamanan dan perlindungan kawasan dalam rangka meniadakan kegiatan perambahan dalam kawasan merupakan prioritas pelaksanaan kegiatan dalam rangka pengelolaan kawasan TNGC. Selanjutnya untuk mendukung terjaminnya keamanan dan perlindungan kawasan, perlu didukung oleh kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar TNGC sehingga ketergantungan masyarakat akan kawasan TNGC dapat dikurangi. Melihat pada luasan kawasan yang dirambah dan melihat pada luasan areal bekas kebakaran hutan dan lahan yang setiap tahun terjadi maka perlu dilakukan kegiatan Rehabilitasi Kawasan TNGC untuk meminimalisir luasan lahan kritis yang ada. Selanjutnya pengembangan kerja sama dalam pemanfaatan jasa lingkungan air dan wisata di TNGC perlu untuk dilakukan karena terkait dengan beragamnya kepentingan para pihak dalam hal tersebut. Berdasarkan pada program prioritas yang akan dilakukan maka ditetapkan visi Taman Nasional Gunung Ciremai dalam Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai Tahun 2010-2014, yaitu “Terwujudnya kelestarian TNGC sebagai sumber air utama untuk kehidupan dan kesejahteraan masyarakat ”. Guna mewujudkan visi tersebut ditetapkan beberapa misi, dengan arah kebijakan prioritas kegiatan pada: 1. Pemantapan kawasan hutan. 2. Rehabilitasi kawasan berbasis masyarakat. 3. Perlindungan dan pengamanan kawasan. 4. Konservasi keanekaragaman hayati. 5. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan. 6. Optimalisasi jasa lingkungan dan wisata alam. 7. Kelembagaan dan Pengelolaan kawasan TNGC yang efektif. Berdasarkan kebijakan prioritas di atas, maka ditetapkan sasaran strategis yang akan dicapai dalam pelaksanaan Renstra Tahun 2010-2014, yaitu: 1. Terselesaikannya pengukuhan kawasan dan penataan zonasi 2. Tidak adanya penggarapan dan perambahan di dalam kawasan TNGC.
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
vii
3. Menurunnya luasan areal kebakaran hutan hingga 10 % per tahun. 4. Menurunnya tindak pidana kehutanan 10 % per tahun. 5. Terbentuknya pamhut swakarsa dan MPA di lima belas desa penyangga 6. Berkurangnya lahan kritis hingga 70 %. 7. Terbentuknya kelembagaan masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi di 15
(lima belas) desa penyangga 8. Terbangunnya database keanekaragaman hayati dan ekosistemnya 9. Terciptanya peluang usaha dari pemanfaatan lestari flora dan fauna TNGC 10. Tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat dan kegiatan pengelolaan jasa lingkungan air dan wisata alam. 11. Terbentuknya model desa konservasi sebanyak 11 desa. 12. Terlaksananya pemberdayaan usaha ekonomi produktif di 16 (enam belas)
desa penyangga. 13. Terbentuknya forum kemitraan multipihak yang mampu menfasilitasi
kepentingan para pemangku kepentingan. 14. Terselesaikannya nota kerjasama dengan pengelola objek wisata dan
pengguna jasa lingkungan air di kawasan TNGC. 15. Meningkatnya PNBP dari obyek wisata alam 10 % pertahun. 16. Tercapainya efektifitas kelembagaan dan pengelolaan kawasan TNGC Berdasarkan sasaran yang ingin dicapai pada Renstra Tahun 2010-2014 dan program Kementrian Kehutanan yang terdapat dalam Renstra Kementrian Kehutanan Tahun 2010-2014, maka Balai Taman Nasional Gunung Ciremai menyelenggarakan satu program yaitu Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan. Program-program tersebut kemudian dijabarkan melalui 25 jenis kegiatan yang direncanakan dilaksanakan pada periode lima tahun kedepan dengan kisaran pembiayaan sebesar Rp.5-10 milyar per tahunnya.
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
1
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM
1.1.1 Landasan Pembangunan Kehutanan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 menyampaikan mandat pembangunan kehutanan Indonesia bahwa pengurusan sumberdaya alam hutan sebagai satu kesatuan ekosistem. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 pasal 3 menyebutkan bahwa penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional; mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, yang seimbang dan lestari; meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai; meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat perubahan eksternal; dan menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan. Posisi strategis sumberdaya hutan dalam konteks pembangunan nasional memiliki dua fungsi utama, yaitu peran hutan dalam pembangunan ekonomi terutama dalam menyediakan barang dan jasa yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan perekonomian nasional,daerah dan masyarakat dan peran hutan dalam pelestarian lingkungan hidup dengan menjaga keseimbangan sistem tata air, tanah dan udara sebagai unsur utama daya dukung lingkungan dalam sistem penyangga kehidupan. Isu strategis kehutanan yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014 dalam kebijakan prioritas pembangunan kehutanan yaitu : 1) Pemantapan kawasan hutan,
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
2
2) Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung daerah aliran sungai (DAS),
3) Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan, 4) Konservasi keanekaragaman hayati, 5) Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan, 6) Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan, 7) Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor kehutanan, 8) Penguatan kelembagaan kehutanan merupakan prioritas dalam
penyelesaian permasalahan di bidang kehutanan.
Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) sebagai salah satu unit pelaksana teknis dalam organisasi Kementerian Kehutanan perlu menjalankan amanat kebijakan prioritas pembangunan kehutanan tersebut yang kemudian diimplementasikan sesuai dengan kondisi yang terjadi di kawasan TNGC. Berdasarkan prinsip keutuhan, keterpaduan dan berkelanjutan, BTNGC merumuskan Renstra Balai TNGC tahun 2010-2014 berdasarkan kondisi saat ini dan hasil evaluasi pencapaian target Renstra Balai TNGC tahun 2007-2009 yang mengacu kepada Renstra Kementrian Kehutanan tahun 2010-2014. Renstra Balai TNGC tahun 2010-2014 memuat sasaran prioritas dalam penyelesaian masalah di kawasan TNGC pada periode 5 (lima) tahun mendatang, yang kemudian diimplementasi dalam bentuk kebijakan prioritas, program dan kegiatan sehingga tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dapat tercapai dan terukur sesuai dengan amanat tugas pokok dan fungsi Balai TNGC.
1.1.2 Sejarah Kawasan TNGC
Balai TNGC ditunjuk sebagai taman nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 424/Menhut-II/2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang perubahan fungsi kelompok hutan lindung pada kelompok hutan Gunung Ciremai seluas + 15.500 hektar yang terletak di Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Propinsi Jawa Barat menjadi Taman Nasional. Penunjukkan kawasan hutan Gunung Ciremai menjadi taman nasional merupakan usulan Pemerintah Kabupaten Kuningan melalui surat Nomor. 522/1480/Dishutbun tanggal 26 Juli 2004 perihal “Proposal Kawasan Hutan Gunung Ciremai sebagai Kawasan Pelestarian Alam” dan Pemerintah
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
3
Kabupaten Majalengka melalui surat Nomor. 522/2394/Hutbun tanggal 13 Agustus 2004 perihal “Usulan Gunung Ciremai sebagai Kawasan Pelestarian Alam”. Proposal usulan Bupati Kuningan ditindak lanjuti dengan Surat Bupati Kuningan kepada Ketua DPRD Kab. Kuningan melalui suratnya No. 522.6/1653/Dishutbun tanggal 13 Agustus 2004 perihal “Pengelolaan Kawasan Hutan Gunung Ciremai sebagai Kawasan Pelestarian Alam”. Hal tersebut langsung mendapatkan respon dari DPRD Kab. Kuningan dengan mengirimkan surat kepada Menteri Kehutanan melalui surat pimpinan DPRD Kab. Kuningan Nomor. 661/266/DPRD perihal dukungan atas usulan pengelolaan kawasan hutan Gunung Ciremai menjadi kawasan taman nasional. Pengusulan tersebut dilatarbelakangi oleh fungsi ekologi Gunung Ciremai yang sangat besar khususnya sebagai daerah catchment area atau daerah tangkapan air yang sangat berperan penting sebagai penyediaan air baik sebagai bahan baku air minum maupun air irigasi pertanian bagi tiga kabupaten di sekitarnya yaitu Kuningan, Majalengka dan Cirebon.
Sebelum menjadi kawasan taman nasional, saat zaman pemerintahan kolonial Belanda, kawasan hutan Gunung Ciremai sudah ditetapkan sebagai kawasan hutan tutupan atau hutan lindung. Saat pemerintahan Indonesia tepatnya pada tahun 1978, hutan Gunung Ciremai ditetapkan sebagai hutan produksi yang pengelolaannya diserahkan kepada Perum Perhutani. Perubahan fungsi kawasan dari hutan lindung menjadi hutan produksi tentunya membawa dampak yang nyata terhadap perubahan ekologi kawasan Gunung Ciremai dimana sebagian besar vegetasi hutan alam diganti menjadi vegetasi dengan tujuan produksi yang mayoritas ditanami pohon pinus. Saat pengelolaan kawasan hutan produksi, Perhutani mengembangkan sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang melakukan beberapa program untuk melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan, salah satu programnya adalah kegiatan tumpang sari berupa tanaman sayuran di bawah tegakan hutan pinus. Masyarakat sekitar kawasan hutan diberi kewenangan oleh Perhutani untuk mengolah lahan di sela-sela pohon pinus dengan tanaman sayuran ataupun perkebunan. Untuk mengembalikan fungsi ekologis Gunung Ciremai akibat kegiatan produksi maka pada tahun 2003 sebagian kelompok hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani tersebut dialihfungsikan sebagai kawasan hutan lindung melalui SK. Menteri Kehutanan Nomor : 195/Kpts-II/2003 tanggal 4 Juli 2003 tentang Penunjukan sebagian kelompok hutan produksi
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
4
Gunung Ciremai di Kab. Kuningan dan Kab. Majalengka menjadi hutan lindung yang dapat memberikan manfaat jasa lingkungan dan keanekaragaman hayati. Walaupun telah terjadi pengalihan fungsi kawasan dari hutan produksi menjadi hutan lindung, pengelolaan kawasan Gunung Ciremai masih dilakukan oleh Perum Perhutani dan secara prakteknya di tingkat lapangan, pengalihan fungsi kawasan tersebut belum ditindaklanjuti dengan pengelolaan kawasan lindung yang baik dan benar. Masyarakat penggarap masih melakukan kegiatan tumpang sari dan penggarapan di kawasan hutan lindung bahkan hingga saat ini ketika kawasan hutan Gunung Ciremai sudah menjadi kawasan Taman Nasional. Menindaklanjuti SK. Menteri Kehutanan No. 424/Menhut-II/2004 yang menjadi dasar pembentukan Taman Nasional Gunung Ciremai maka sebelum pengelola definitif taman nasional dibentuk, Direktorat Jenderal PHKA menunjuk BKSDA Jawa Barat II dengan surat SK Dirjen PHKA No. SK. 140/IV/Set-3/2004 tentang Penunjukan BKSDA Jabar II selaku Pengelola TN Gunung Ciremai. Pengelola definitif Balai Taman Nasional Gunung Ciremai baru memiiki struktur organisasi dan menjalankan perannya sebagai pengelola kawasan TNGC pada tahun 2007 melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. Hingga saat ini Balai Taman Nasional Gunung Ciremai sudah memiliki 70 orang pegawai yang terdiri dari pegawai struktural, non struktural dan fungsional yang terbagi menjadi dua seksi pengelolaan taman nasional (SPTN) di Kuningan dan Majalengka. 1.1.3 Kerangka Pemikiran
Dalam rangka optimalisasi penetapan pencapaian sasaran prioritas yang tepat dan terukur , maka kerangka pemikiran rumusan Renstra Balai TNGC tahun 2010-2014 diformulasikan dalam skema sebagaimana gambar berikut.
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
5
Gambar 1. Kerangka pemikiran Renstra Balai TNGC tahun 2010-2014
Asumsi dasar dalam kerangka pemikiran tersebut di atas adalah: • Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014 menjadi acuan program
seluruh unit/satuan kerja lingkup Kementerian Kehutanan dan satuan-satuan kerja perangkat daerah di bidang kehutanan.
• Rencana Pengelolaan TNGC 2006-2025 menjadi acuan dalam pentahapan dan pelaksanaan waktu kegiatan dan sinkronisasi kegiatan dengan para pihak terkait.
• Issue strategis dirumuskan berdasarkan pada hasil evaluasi pencapaian sasaran Renstra 2007-2009 dan hasil analisa kondisi aktual dengan melihat pada faktor internal dan eksternal organisasi Balai TNGC (SDM, anggaran, regulasi dll.)
ISU STRATEGIS
KONDISI SAAT INI (PERMASALAHAN
STRATEGIS)
EVALUASI PENCAPAIAN
TARGET
RENSTRA TNGC 2007-2009
PENILAIAN ANALISIS SWOT
RENSTRA KEMENTERIAN KEHUTANAN 2010-2014 RENCANA PENGELOLAAN TNGC 2006-2025
RENSTRA TNGC 2010-2014
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
6
1.1.4 Sistematika Renstra Balai TNGC 2010-2014
Ruang lingkup isi Renstra Kementerian Kehutanan adalah sebagai berikut:
KATA PENGANTAR Merupakan pengantar umum Kepala Balai TNGC
BAB I. PENDAHULUAN
Penjelasan secara garis besar dari materi Renstra. Bab ini memuat kondisi umum, kondisi saat ini, organisasi, permasalahan dan kondisi yang diinginkan. Penjelasan kondisi umum yang terdiri dari Landasan Pembangunan Kehutanan, sejarah kawasan TNGC, kerangka pemikiran dan sistematika Renstra Balai TNGC Tahun 2010-2014. Penjelasan kondisi saat ini meliputi pencapaian Renstra Balai TNGC Tahun 2007-2009.
BAB II. VISI, MISI,SASARAN TAHUN 2010-2014
Menyajikan perumusan Balai TNGC dalam melaksanakan embanan dalam lima tahun kedepan, yang tertuang dalam visi sebagai wujud keinginan yang hendak dicapai, dan misi sebagai cara dalam mencapai visi atas dasar penilaian analisis SWOT serta perumusan sasaran strategis yang merupakan indikator kinerja utama pencapaian Renstra Balai TNGC lima tahun mendatang sampai akhir tahun 2014.
BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Bagian ini menguraikan arahan kebijakan Balai TNGC yang diawali dengan perumusan kebijakan prioritas yang dilanjutkan dengan perumusan program dan kegiatan serta indikator kinerja utama sebagai sasaran masing-masing program dan kegiatan tersebut yang mengacu kepada arahan kebijakan Kementerian Kehutanan.
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
7
BAB IV. PENUTUP
Gambaran umum kondisi pelaksanaan Renstra Balai TNGC Tahun 2010-2014, serta arah dari dokumen Renstra dalam tugas dan fungsi Kementerian Kehutanan.
LAMPIRAN
Merupakan matriks/tabulasi Renstra Balai TNGC Tahun 2010-2014
1.2 KONDISI SAAT INI
Secara geografis, Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) berada di koordinat 108020’ BT - 108040’ BT, dan 6040’ LS - 6058’ LS. Kondisi kawasan TNGC pada umumnya berombak, berbukit, dan bergunung dengan membentuk kerucut di bagian puncak dengan ketinggian 3.078 mdpl dan merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Kondisi topografi Gunung Ciremai bervariasi mulai dari landai sampai curam. Kemiringan lahan yang termasuk landai (0°-8°) hanya 26,52%, dan di atas 8° sebesar 73,48%. Luas keseluruhan kawasan TNGC ± 15.500 Ha terbagi di dua wilayah seluas 6.800,13 Ha di Kabupaten Majalengka dan 8.699,87 Ha di Kabupaten Kuningan. Secara administratif pemerintahan wilayah TNGC meliputi 2 wilayah kabupaten yaitu sebelah barat termasuk Kabupaten Majalengka, dan sebelah timur termasuk Kabupaten Kuningan, dengan 7 kecamatan yang terdiri dari 25 desa di Kabupaten Kuningan dan 20 desa yang ada di 7 kecamatan di Kabupaten Majalengka Kawasan TNGC telah memberikan jasa lingkungan bagi masyarakat luas dalam bentuk jasa lingkungan air dan jasa wisata. Jasa lingkungan tersebut selama ini digunakan oleh masyarakat dan pemerintah daerah baik di wilayah Kuningan maupun Majalengka. Secara nyata pemanfaatan jasa lingkungan tersebut telah berkontribusi penting bagi pendapatan asli daerah pemerintah daerah dan juga peningkatan taraf hidup masyarakat terutama kelompok-kelompok pengelola wisata. Untuk jasa lingkungan air di wilayah TNGC yang berada di Kuningan terdapat 156 sumber mata air yang potensial, sebanyak 147 titik sumber
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
8
mata air mengalir terus menerus sepanjang tahun dengan rata-rata debit air yang cukup besar sekitar 50 – 2000 liter/detik. Pemanfaatan jasa air tersebut oleh masyarakat digunakan untuk air minum, pertanian, industri, dan sebagainya dimana fungsi hidrologis dari Gunung Ciremai sangat mempengaruhi sistem hidrologis bagi wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning) dan Brebes. Beberapa perusahaan yang mengunaan jasa hidrologis air dari dalam kawasan TNGC antara lain PDAM Kab. Kuningan, PDAM Kota Cirebon, PDAM Kab. Cirebon, Pertamina, PT Indosement, PT. Pertamina dan perusahaann lainnya terutama perusahaan air minum skala kecil. Perusahaan-perusahaan pengguna jasa lingkungan air tersebut secara nyata telah memberikan kontribusi yang berarti bagi pendapatan asli daerah Kab. Kuningan. Sedangkan untuk jasa lingkungan wisata, potensi wisata yang terdapat di kawasan TNGC sangat unik, beragam dan sebagian besar merupakan jenis wisata alam yang berbasis air artinya sebagian besar kawasan wisata menawarkan keindahan alam dan jasa lingkungan air yang melimpah. Yang menarik dari keberadaan objek wisata tersebut adalah keberadaan lokasinya yang terpisah dari kawasan Gunung Ciremai secara utuh, sehingga dapat dikatakan bahwa objek-objek wisata tersebut merupakan pulau-pulau kecil yang tersebar dan dikelilingi oleh tanah-tanah milik masyarakat. Jasa wisata yang sangat sering dikunjungi adalah wisata jalur pendakian untuk mencapai puncak Ciremai dan juga beberapa bumi perkemahan yang cukup banyak dan menyebar di kawasan TNGC ini. Di beberapa objek wisata, keberadaan curug atau air terjun serta keberadaan titik-titik mataair juga menawarkan jenis wisata yang berbeda dan unik yang menarik kunjungan wisatawan. Pengelolaan objek wisata yang ada di TNGC seluruhnya telah dikelola oleh pihak ketiga baik oleh kelompok masyarakat maupun pemerintah kabupaten, melihat pada kenyataan bahwa sebelum peralihan fungsi kawasan menjadi taman nasional objek-objek tersebut telah dikelola oleh pihak ketiga.
Saat ini, beberapa manfaat jasa lingkungan yang secara nyata telah memberikan manfaat yang sangat luas bagi masyarat sedang dalam keadaan penurunan fungsi dan manfaatnya. Di beberapa titik-titik mata air yang sebelumnya mengeluarkan mata air, saat ini tidak lagi mengeluarkan air demikian pula dengan mata air yang sebelumnya mengeluarkan debit air yang sangat besar terlihat mengalami penurunan jumlah debit air. Hal ini tentunya disebabkan oleh kondisi alam kawasan Gunung Ciremai yang telah
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
9
mengalami perubahan bentang alam sehingga tidak dapat menyerap air dengan maksimal. Salah satu bentuk kerusakan yang terjadi dalam kawasan TNGC adalah adanya perambahan kawasan berupa penggunaan kawasan TNGC untuk lahan pertanian dan perkebunan yang luasannya telah mencapai ± 45 % dari total luasan kawasan TNGC atau setara dengan ± 6.500 ha dari 1.500 ha. Selain dari perambahan tersebut beberapa gangguan yang mengancam kelestarian TNGC adalah adanya kebakaran hutan yang hampir setiap tahun terjadi, kegiatan penambangan batu dan pencurian kayu. Untuk kegiatan kebakaran hutan secara rutin hanya terjadi di wilayah utara Kuningan yang ada di Kecamatan Pasawahan dan Mandirancan serta Desa Bantaragung di Majalengka.
1.3 PENCAPAIAN RENCANA STRATEGIS 2007-2009
Hasil evaluasi dari pencapaian sasaran pada Rencana Strategis Balai TNGC tahun 2007-2009 merupakan hal yang penting untuk dapat dijadikan acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Balai TNGC 2010-2014. Program dan kegiatan yang belum dapat mencapai sasaran pada peiode tahun 2007-2009 dijadikan program/kegiatan prioritas dalam kegiatan di Renstra Balai TNGC 2010-2014. Gambaran umum pencapaian kegiatan Kehutanan dalam pelaksanaan Renstra Tahun 2007-2009 Balai Taman Nasional Gunung Ciremai adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Kawasan Secara Hukum
Kebijakan diatas diimplementasikan dengan program pemantapan keamanan dalam negeri dan perlindungan dan konservasi sumberdaya alam. Kedua program ini dimaksud untuk menjaga kawasan TNGC dari ancaman dan gangguan baik yang berasal dari kegiatan manusia maupun akibat dari bencana/fenomena alam untuk melindungi kelestarian sumber daya alam yang ada dalam kawasan TNGC. Kegiatan yang dilaksanakan pada program ini meliputi pengamanan kawasan hutan yang meliputi operasi pengamanan hutan dan penyelesaian kasus hukum/pelanggaran. Operasi pengamanan hutan terdiri dari operasi gabungan, operasi fungsional dan operasi pengamanan bersama pihak lain. Output dari kegiatan operasi pengamanan hutan adalah meminimalisir jumlah kejadian kejahatan kehutanan. Berdasarkan kasus yang terjadi sampai dengan tahun 2009 yaitu sebanyak 5 (kasus) yang terdiri dari modus pencurian kayu dan
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
10
penambangan liar. Kasus tersebut sudah ditangani oleh pihak kepolisian dimana 4 (empat) kasus telah divonis kejaksaan. Dalam rangka meningkatkan dukungan pengamanan hutan, Balai TNGC bekerjasama dengan pihak berwenang lain, dalam hal ini adalah kepolisan dan TNI. Dalam pengamanan kawasan hutan diperlukan penetapan kawasan secara hukum melalui pengukuhan kawasan hutan. Pengukuhan kawasan Balai TNGC belum secara keseluruhan, baru dilakukan rekonstruksi pal batas di SPTN Wilayah II Majalengka oleh BKPH Jawa-Madura sepanjang 94.747 m dengan jumlah pal batas sebanyak 1.615 buah pada tahun 2006. Namun kepastian hukum tentang batas kawasan TNGC di SPTN Wilayah II Majalengka berdasarkan hasil kegiatan patroli tata batas yang dilaksanakan belum clear and clean karena ada 17 (tujuh belas) pal batas yang belum terpasang akibat terjadi tumpang tindih kepemilikan lahan antara Balai TNGC dengan masyarakat. Sedangkan untuk wilayah Kab. Kuningan rekontruksi pal batas baru akan dilaksanakan oleh BPKH Jawa-Madura pada tahun 2010, tetapi berdasarkan pada kegiatan investigasi dan juga patroli rutin yang dilakukan, di beberapa daerah kawasan hutan TNGC telah terjadi pemindahan pal batas dan juga kepemilikan lahan oleh pemerintah desa yang telah disertifikatkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). 2. Penguatan Struktur dan Kapasitas Kelembagaan
Penguatan struktur dan kapasitas kelembagaan dilaksanakan dalam dua program yaitu pemantapan keamanan dalam negeri yang terealisasi dengan terbentuknya kelembagaan perlindungan hutan diantaranya PAMHUT SWAKARSA yang telah dibentuk pada tahun 2007 dengan jumlah 60 (enam puluh) orang yang terdiri dari wilayah Kuningan dan Majalengka. Pembentukan PAMHUT SWAKARSA difasilitasi oleh Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat dan Balai TNGC. Program kedua adalah perlindungan dan konservasi sumberdaya alam dengan dibentuknya Masyarakat Peduli api (MPA) sebanyak 30 (tiga puluh) orang yang terdiri dari masyarakat yang berada dekat dengan lokasi kebakaran dan satgas dalkarhut sebanyak 20 (dua puluh) orang yang terdiri dari pegawai balai TNGC. 3. Meminimalisasi Tekanan Terhadap Kawasan
Kegiatan yang dilakukan untuk meminimalisir tekanan terhadap kawasan adalah melalui penyuluhan upaya perlindungan hutan kepada masyarakat sekitar hutan dan penyuluhan pengelolaan kawasan terhadap masyarakat.
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
11
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan penyadaran terhadap masyarakat sekitar kawasan agar secara bersama-sama menjaga kawasan TNGC yang memiliki fungsi perlindungan pengawetan dan pemanfaatan. Hasil penyuluhan perlindungan dan pengelolaan yang dilakukan cukup memberikan dampak positif walaupun belum secara keseluruhan masyarakat memahami dan menyadari upaya perlindungan dan pengelolaan kawasan TNGC. Kegiatan lainnya yang dilakukan untuk mengurangi tekanan terhadap kawasan TNGC adalah melalui kegiatan pengendalian kebakaran hutan. Kegiatan ini dimaksudkan agar kejadian kebakaran hutan di kawasan TNGC dapat lebih diminimalisir. Upaya pengendalian kebakaran hutan juga bekerjasama dengan pihak terkait diantaranya dengan pelaksanaan apel siaga kebakaran. Apel siaga kebakaran diikuti oleh satuan tugas dalkarhut sebanyak 20 (dua puluh) orang, Dinas kehutanan dan perkebunan, LSM, pelajar, TNI dan kepolisian. kebakaran hutan merupakan salah satu ancaman dan gangguan yang cukup besar menekan keutuhan kawasan TNGC. Sebagai contoh pada tahun 2009 telah terjadi kebakaran di kawasan TNGC hingga mencapai 791 ha. 4. Pengembangan potensi wisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan
dengan melibatkan stakeholder
Kegiatan yang dilaksanakan guna mendukung kebijakan diatas adalah melalui kegiatan pameran konservasi, pembentukan kader konservasi dan kemah konservasi, workshop pengelolaan jasa lingkungan air dan wisata alam, talkshow pengelolaan TNGC melalui media radio dan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pemberian bantuan ternak kepada masyarakat yang berada di sekitar kawasan. Bantuan ternak yang diberikan berupa domba sebanyak 20 (dua puluh) ekor pada 5 (lima) desa yaitu Desa Seda, Puncak, Cipulus, Bantaragung dan Cikaracak. Pameran konservasi yang diadakan meliputi keikutsertaan dalam pameran pembangunan Kabupaten baik Kabupaten Kuningan maupun Majalengka. Pembentukan kader konservasi tingkat pemula angkatan I dilaksanakan di Bumi Perkemahan Palutungan dengan jumlah peserta 55 (lima puluh lima) orang yang berasal dari pelajar, LSM, masyarakat Kabupaten Kuningan, Majalengka dan Cirebon. Talkshow pengelolaan TNGC melalui media radio bertujuan untuk menyebarkan informasi mengenai
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
12
pengelolaan kawasan TNGC kepada masyarakat luas khususnya masyarakat sekitar kawasan. 5. Pengembangan kemitraan dan kolaborasi pengelolaan kawasan taman
nasional
Program yang dilaksanakan guna mendukung kebijakan diatas adalah pemantapan keamanan dalam negeri dan perlindungan dan konservasi sumberdaya alam. Program pemantapan keamanan dalam negeri adalah adanya kegiatan pembinaan Pamhut swakarsa yang difasilitasi oleh Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat. Program kedua adalah perlindungan dan konservasi sumberdaya alam yang meliputi pembentukan kemitraan TNGC diantaranya pelibatan mitra Balai TNGC diantaranya Kader Konservasi, MPA dan Pamhut swakarsa dalam kegiatan Balai TNGC sesuai dengan peranan masing-masing mitra yaitu Kader Konservasi dalam mengkampanyekan konservasi, MPA dalam kegiatan pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan dan Pamhut swakarsa dalam kegaiatn perlindungan dan keamanan kawasan. 6. Peningkatan Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana
Program yang dilaksanakan dalam implementasi kebijakan diatas adalah penerapan kepemerintahan yang baik dengan keikutsertaan pegawai Balai TNGC dalam kegiatan pelatihan. Kegiatan pelatihan tersebut diadakan oleh Balai Diklat Kehutanan maupun instansi lainnya. Jenis pelatihan yang diikuti diantaranya Diklat fungsional maupun diklat pendukung lainnya. Kegiatan yang terkait dengan peningkatan sarana prasarana adalah melalui kegiatan operasional perkantoran diantaranya pengadaan gedung kantor, perlengkapan kantor, dan sarana pengamanan hutan yang meliputi senjata api dan alat transportasi/peralatan khusus. Selain itu untuk mendukung pelaksanaan operasional pengelolaan kawasan maka diadakan kegiatan pengadaan lainnya seperti pencetakan karcis masuk kawasan, pengadaan papan larangan dan petunjuk serta pengadaan meubeler untuk mendukung tugas sehari-hari administrasi pengelolaan.
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
13
1.4 ORGANISASI
Sebagai tindak lanjut Surat Keputusan Menhut 424/Menhut-II/2004, maka berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No.P.52/Menhut-II/2009 tanggal 27 Juli 2009 tentang Perubahan Kesatu Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional, Balai TNGC termasuk Balai Taman Nasional tipe B, yang kelembagaan dipimpin oleh Kepala Balai (eselon III-A) yang bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal PHKA, dengan membawahi Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan 2 orang Kepala Seksi (eselon IV-A) yaitu Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) I Kuningan dan II Majalengka, serta pejabat-pejabat fungsional yang terdiri dari Polisi Kehutanan (Polhut), Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) dan Penyuluh Kehutanan. Untuk meningkatkan kinerja pengelolaan kawasan taman nasional, maka dibawah Seksi PTN I Kuningan terdapat 6 (enam) Resort dan 5 (lima) Resort di Seksi PTN II Majalengka.
Gambar 2. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
KEPALA SPTN I KUNINGAN
Resort Pasawahan Resort Mandirancan Resort Cilimus Resort Jalaksana Resort Cigugur Resort Darma
KEPALA BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI
KEPALA SPTN II MAJALENGKA Resort Bantaragung Resort Gunungwangi Resort Argalingga Resort Argamukti Resort Sangiang
KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL POLISI KEHUTANAN (POLHUT)
PENGENDALI EKOSISTEM HUTAN (PEH) PENYULUH KEHUTANAN
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
14
1.5 PERMASALAHAN
Beberapa permasalahan yang dihadapi saat ini dan menjadi landasan dalam perumusan dan penetapan program, kegiatan dan sasaran/target dalam menetapkan indikator kinerja, adalah sebagai berikut:
1. Konservasi Kawasan Masih luasnya lahan kritis yang berdampak pada menurunnya daya dukung DAS, terutama dalam kaitannya dengan sistem tata air dalam hubungannya dengan masalah kebutuhan air bersih, bencana banjir, kekeringan dan tanah longsor. Melihat pada kondisi lahan yang terbuka akibat dari perambahan lahan pertanian dan perkebunan serta luasan lahan bekas kebakaran diperkirakan saat ini luasan lahan kritis yang ada di TNGC seluas 8.000 ha.
2. Pemantapan Kawasan a. Belum adanya penataan batas pada SPTN Wilayah I Kuningan dan
belum clear and clean rekonstruksi batas di SPTN Wilayah II Majalengka sehingga status kawasan belum mantap dan belum memiliki dasar hukum yang kuat sehingga menyebabkan kegiatan-kegiatan penataan kawasan ataupun pengembangannya menemui kendala.
b. Belum adanya penataan zonasi yang merupakan acuan dalam pelaksanaan pengelolaan kawasan TNGC.
3. Gangguan Kawasan a. Keberadaan Gunung Ciremai yang termasuk jenis gunung api aktif,
selain merupakan asset alam yang sangat berharga, juga mengandung resiko bencana alam letusan gunung (erruption).
b. Perubahan fungsi kawasan dari hutan produksi ke hutan konservasi dengan pola pemanfaatan kawasan yang tidak sesuai dengan peruntukannya (budidaya sayuran) yang dilakukan oleh masyarakat sekitar yang menyebabkan degradasi lahan dan kerusakan daerah tangkapan air (catchment area);
c. Kebakaran hutan yang masih sering terjadi dan bahaya laten terutama pada saat musim kemarau, yaitu antara bulan Juni sampai dengan Oktober.
d. Masih maraknya praktek-praktek illegal/kejahatan di sektor kehutanan seperti pembalakan liar, penambangan, perambahan kawasan hutan dan perburuan satwa liar (Illegal Pouching), yang disebabkan oleh kurangnya/terbatasnya dukungan sistem, personel, serta sarana dan prasarana yang memadai.
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
15
e. Telah munculnya konflik “manusia-satwa” di beberapa desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNGC yang mengakibatkan belum terjaminnya kelestarian satwa liar.
4. Kegiatan Pengelolaan a. Kapasitas kelembagaan kehutanan yang masih terbatas termasuk
kapasitas sumberdaya manusia SDM di BTNGC, tatanan pemerintah kabupatan, serta masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan.
b. Adanya conflict of interest dari pemanfaatan jasa lingkungan antar instansi pemerintah dan belum optimalnya pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam sebagai upaya pemberdayaan masyarakat karena tidak adanya regulasi/mekanisme pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam di kawasan taman nasional.
c. Keterbatasan data dan analisis pengolahan data yang terkait dengan potensi sumber daya alam yang komprehensif dan terintegrasi sesuai dengan kebutuhan para pihak.
d. Belum adanya program pengelolaan/pemanfaatan sumberdaya hutan dalam kerangka perubahan iklim, khususnya efektivitas perumusan pendanaan terkait dengan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
5. Sosial Ekonomi Masyarakat a. Ketergantungan masyarakat yang tinggi terhadap kawasan Gunung
Ciremai yang dapat memberikan manfaat ekonomi secara langsung. b. Sebagian masyarakat belum memahami pentingnya fungsi dan
manfaat keberadaan kawasan TNGC akibat kurangnya sosialisasi dan penyuluhan.
c. Potensi jasa lingkungan dan wisata alam belum menjadikan sumber pendapatan yang dikelola secara baik oleh masyarakat.
6. Interaksi Stakeholder Belum optimalnya kerjasama dan koordinasi dengan pihak lain sehingga belum ditemukan visi bersama sebagai arah pengelolaan mltipihak TNGC dan masih kurang adanya sinergitas langkah, pemahaman dan sinkronisasi program oleh seluruh stakeholder.
1.6 KONDISI YANG DIINGINKAN
Pada prinsipnya kondisi sumberdaya hutan serta kelembagaannya yang diinginkan pada periodde lima tahun mendatang adalah mengembalikan fungsi ekologis kawasan hutan TNGC sebagai hutan lindung dan konservasi
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
16
yang dapat memberikan manfaat jasa lingkungan dan ekonomi bagi masyarakat. Indikator kembalinya fungsi ekologis adalah dengan semakin membaiknya kondisi kawasan hutan dengan tidak adanya kegiatan perambahan pertanian dan perkebunan yang sekaligus dilakukanya upaya-upaya rehabilitasi. Sedangkan indikator adanya manfaat jasa lingkungan dan ekonomi bagi masyarakat ditandai dengan semakin baiknya kualitas dan kuantitas lingkungan dan air serta adanya peningkatan pendapatan bagi masyarakat sekitar kawasan dari kegiatan usaha produktif bidang kehutanan dan jasa lingkungan. Berdasarkan pada fungsi hutan secara ekologi, ekonomi dan sosial serta kelembagaan pengelolaanya maka kondisi yang diinginkan adalah sebagai berikut:
Ekologi 1. Tidak adanya perambahan kawasan hutan TNGC 2. Menurunnya luasan areal kebakaran lahan dan hutan kawasan TNGC 3. Tidak adanya gangguan terhadap kawasan baik pencurian kayu ataupun
penambangan di dalam kawasan TNGC 4. Kembalinya fungsi ekologis kawasan hutan TNGC sebagai hutan alam
yang memberikan perlindungan keanekaragaman hayati dan penyangga kehidupan.
5. Adanya kepastian status hukum kawasan hutan TNGC melalui pengukuhan dan penataan batas dan zonasi secara kolaborasi berbasis masyarakat
Ekonomi 1. Terbangunnya model pengelolaam obyek wisata profesional berbasis
masyarakat yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. 2. Adanya peningkatan pendapatan masyarakat sekitar kawasan melalui
kegiatan ekonomi produktif khususnya di bidang kehutanan. 3. Kontribusi kawasan TNGC sebagai penyedia air yang merupakan sumber
PAD penting bagi Pemerintah Kabupaten Kuningan dan Majalengka akan dapat meningkat.
Sosial 1. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan meningkat
secara proporsional. 2. Meningkatnya dukungan dari masyarakat sekitar kawasan TNGC
terhadap kelestarian kawasan TNGC
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
17
3. Meningkatnya manfaat sosial kemasyarakatan dan kesejahteraan bagi masyarakat
Kelembagaan 1. Perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan yang
berjalan efektif dan bertanggung jawab. 2. Tersedia dukungan sarana dan prasarana serta dana yang cukup dan
profesional. 3. Sumberdaya manusia pengelola dan pendukung kehutanan kualitasnya
terus meningkat. 4. Jejaring kerja dan kerja sama antar lembaga semakin mantap dan
berjalan efektif untuk membangun model perencanaan pengelolaan kawasan yang efektif dan multipihak.
1.7 ISU STRATEGIS
Berdasarkan pada kondisi saat ini dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan TNGC maka ditetapkanlah beberapa isu strategis yang menjadi dasar dalam penetapan sasaran pencapaian tujuan yang dijabarkan dalam program dan kegiatan untuk periode lima tahun kedepan. Adapun isu-isu strategis dalam Renstra Balai TNGC 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Pemantapan status kawasan 2. Lahan kritis akibat penggunaan lahan untuk pertanian dan perkebunan di
dalam kawasan TNGC dan kebakaran hutan 3. Pemberdayaan masyarakat 4. Optimalisasi Jasa lingkungan dan wisata alam 5. Pengelolaan kawasan yang efektif
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
18
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
18
BAB II VISI, MISI, DAN SASARAN TAHUN 2010-2014
2.1 VISI DAN MISI
V i s i “Terwujudnya kelestarian kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai sebagai sumber air utama untuk kehidupan dan kesejahteraan masyarakat “
M i s i 1. Memantapkan perlindungan dan pengamanan, pengelolaan konservasi
dan rehabilitasi kawasan TNGC 2. Mengembangkan pengelolaan kolaboratif dalam rangka konservasi serta
pemberdayaan masyarakat 3. Mengembangkan kapasitas kelembagan dan efektifitas pengelolaan TNGC
2.2 TUJUAN STRATEGIS
Berdasarkan pada misi yang telah disusun maka ditetapkanlah beberapa tujuan strategis dari setiap misi yang telah ditetapkan yang didasarkan pada tujuan ekologi (tujuan misi 1), tujuan sosial-ekonomi (tujuan misi 2) dan tujuan kelembagaan (tujuan misi 3).
Misi 1. Memantapkan perlindungan dan pengamanan, pengelolaan konservasi dan rehabilitasi kawasan TNGC
Tujuan Misi 1: 1. Mewujudkan kepastian hukum dan status kawasan TNGC 2. Meningkatkan fungsi ekologis TNGC sebagai penyangga kehidupan. 3. Meningkatkan keanekaragaman hayati melalui pemulihan habitat dan
ekosistem.
Misi 2. Mengembangkan pengelolaan kolaboratif dalam rangka konservasi serta pemberdayaan masyarakat
Tujuan Misi 2 : 1. Meningkatkan pengamanan dan perlindungan kawasan TNGC multipihak.
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
19
2. Meningkatkan pengelolaan jasa lingkungan dan wisata alam berbasis masyarakat.
3. Mewujudkan peningkatkan pendapatan masyarakat sekitar TNGC.
Misi 3. Mengembangkan kapasitas kelembagan dan efektifitas pengelolaan TNGC
Tujuan Misi 3 : 1. Mewujudkan pengelolaan kawasan TNGC yang efektif dan efisien. 2. Mewujudkan kelembagaan pengelola kawasan TNGC yang mandiri dan
profesional 3. Meningkatkan kapasitas SDM dan sarana prasarana Balai TNGC.
2.3 SASARAN STRATEGIS
Sasaran strategis merupakan ukuran kinerja pencapaian misi sesuai dengan tujuannya. Sasaran strategis Balai TNGC dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi sampai dengan akhir tahun 2014 adalah sebagai berikut: 1. Terselesaikannya pengukuhan kawasan dan penataan zonasi 2. Tidak adanya penggarapan dan perambahan di dalam kawasan TNGC. 3. Menurunnya luasan areal kebakaran hutan hingga 10 % per tahun. 4. Menurunnya tindak pidana kehutanan 10 % per tahun. 5. Terbentuknya pamhut swakarsa dan MPA di lima belas desa penyangga 6. Berkurangnya lahan kritis hingga 70 %. 7. Terbentuknya kelembagaan masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi di
15 (lima belas) desa penyangga 8. Terbangunnya database keanekaragaman hayati dan ekosistemnya 9. Terciptanya peluang usaha dari pemanfaatan lestari flora dan fauna
TNGC 10. Tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat dan kegiatan pengelolaan jasa lingkungan air dan wisata alam.
11. Terbentuknya model desa konservasi sebanyak 11 desa. 12. Terlaksananya pemberdayaan usaha ekonomi produktif di 16 (enam
belas) desa penyangga. 13. Terbentuknya forum kemitraan multipihak yang mampu menfasilitasi
kepentingan para pemangku kepentingan. 14. Terselesaikannya nota kerjasama dengan pengelola objek wisata dan
pengguna jasa lingkungan air di kawasan TNGC. 15. Meningkatnya PNBP dari obyek wisata alam 10 % pertahun. 16. Tercapainya efektifitas kelembagaan dan pengelolaan kawasan TNGC
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
20
2.4 ANALISIS STRATEGIS
Berdasarkan pada faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (ancaman dan peluang) yang terdapat dalam pengelolaan TNGC maka dilakukan analisa strenghtness, weakness, opportunity dan threathness (SWOT) untuk dapat mengetahui strategi yang dapat dilakukan dalam pencapaian tujuan strategis. Berdasarkan pada hasil analisis (SWOT) Balai TNGC maka dapat dilihat pada tabel berikut.
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
21
Tabel 1. Analisis SWOT Balai TNGC
Faktor internal
Kekuatan 1. Balai TNGC sebagai institusi
pengelola kawasan TNGC yang sah secara hukum
2. Adanya kebijakan pemerintah tentang KSDHE beserta perangkat peraturan perundangannya
3. Kepastian pembiayaan dari APBN 4. Potensi kawasan sebagai penghasil
jasa lingkungan dan wisata alam
Kelemahan 1. Masih adanya pemanfaatan kawasan
yang tidak sesuai peruntukannya yang menyebabkan perluasan lahan kritis
2. Pemantapan kawasan belum selesai 3. Adanya kebakaran hutan dan potensi
bencana alam seperti longsor dan bencana letusan gunung berapi
4. Belum adanya peraturan pendukung mengenai jasa lingkungan sehingga optimalisasi jasa lingkungan dan wisata alam belum maksimal
Faktor eksternal Peluang 1. Penetapan Kabupaten Kuningan sebagai
kabupaten konservasi dan penetapan 45% kawasan lindung di provinsi Jawa Barat
2. Banyaknya pihak yang memanfaatkan jasa lingkungan dan wisata alam di kawasan TNGC
3. Meningkatnya perhatian dunia
Strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang: 1. Optimalisasi pemanfaatan SDH 2. Sinkronisasi program dan anggaran
antara Balai TNGC, pemerintah daerah, instansi terkait dan NGO baik local maupun internasional
3. Pengembangan potensi keanekaragaman hayati
Strategi menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang: 1. Pelaksanaan program pembinaan dan
penertiban penggunaan lahan untuk pertanian dan perkebunan di dalam kawasan TNGC secara terintegrasi bersama pemerintah daerah dan aparat berwenang lainnya
2. Pelibatan multipihak dalam
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
22
internasional terhadap isu lingkungan dan konservasi (REDD,DNS dan CDM)
4. Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi
4. Membangun mekanisme pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam
perlindungan, pengamanan dan rehabilitasi kawasan
3. Menyediakan prosedur/tata cara bagi pihak lain dalam pengelolaan jasa lingkungan dan wisata alam
4. Mempercepat proses tata batas dan zonasi taman nasional kepada pihak yang berwenang
Ancaman 1. Masih tingginya gangguan kawasan
(perambahan, kebakaran, penambangan dan penebangan liar)
2. Tingginya ketergantungan masyarakat akan pemanfaatan lahan untuk pertanian dan perkebunan di dalam kawasan TNGC.
3. Tingkat kemauan dan pemahaman masyarakat mengenai pengelolaan taman nasional masih terbatas
4. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan kebutuhan SDA yang meningkat
Strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman: 1. Penegakan hukum terhadap tindak
pidana kehutanan berdasar kepada peraturan perundangan kehutanan yang berlaku
2. Pengembangan jasa lingkungan dan wisata alam
3. Pengelolaan kawasan multipihak dengan pembagian peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
4. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengembangan usaha ekonomi produktif bidang kehutanan
Strategi memperkecil kelemahan untuk mengatasi ancaman: 1. Pemberdayaan masyarakat di sekitar
kawasan taman nasional 2. Pelibatan masyarakat dalam kegiatan
perlindungan, pengamanan dan rehabilitasi kawasan
3. Peningkatan kapasitas penegak hukum dalam penanggulangan gangguan kawasan taman nasional
4. Optimalisasi pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam berbasis masyarakat
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
23
Berdasarkan analisis SWOT dan pencapaian sasaran strategis diatas, langkah strategis yang mencakup kebijakan, program dan kegiatan dalam Renstra 2010-2014 Balai TNGC adalah sebagai berikut. (Tabel 2). Tabel 2. Langkah strategis
Program
Kebijakan
Kegiatan
Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan
Pemantapan kawasan TNGC
• Koordinasi dengan BPKH XI Jawa- Madura untuk pengukuhan kawasan TNGC
• Kajian dan penetapan zonasi kawasan
• Inventarisasi dan penyelesaian permasalahan tata batas dan pengukuhan kawasan
Rehabilitasi Kawasan berbasis masyarakat multipihak
• Koordinasi dengan BPDAS, mitra pohon, dan pemkab
• Penyusunan rencana pengelolaan rehabilitasi kawasan TNGC berbasis masyarakat
• Pembentukan kelembagaan dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan
• Pengendalian dan pengawasan pelaksanaan RHL
Perlindungan dan Pengamanan kawasan
• Penyidikan dan Perlindungan Hutan
• Pencegahan dan pengendalian Kebakaran Hutan
• Penguatan kapasitas kelembagaan pengamanan dan pencegahan kebakaran
Konservasi keanekaragaman Hayati
• Pengelolaan jenis dan genetik • Pembinaan populasi dan habitat • Pembinaan dan penangkaran
TSL
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
24
Pemberdayaan
Masyarakat multipihak
• Penyusunan master plan pemberdayaan masyarakat
• Penyusunan master plan MDK • Pemberdayaan masyarakat untuk
peningkatan ekonomi produktif bidang kehutanan
Optimalisasi jasa lingkungan dan wisata alam multipihak
• Penyusunan petunjuk pelaksanaan jasa lingkungan dan wisata alam
• Pembentukan forum kemitraan TNGC
• Penguatan kelembagaan forum kemitraan TNGC
• Pengembangan jasa lingkungan dan wisata di kawasan TNGC
Pengelolaan kawasan TNGC yang mandiri dan efektif
• Penyusunan pedoman pengelolaan berbasis resort
• Peningkatan kompetensi SDM pengelola TNGC
• Koordinasi dengan instansi terkait • Monitoring,evaluasi dan
pelaporan berbasis kinerja • Penyusunan data base
pengelolaan kawasan berbasis spasial
Alur pemikiran dari visi dan misi Balai TNGC yang dijabarkan dalam bentuk kegiatan dan program untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam periode lima tahun pada Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai tahun 2010-2014, adalah sebagai berikut:
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
25
Gambar 3. Alur Pemikiran Renstra Balai TNGC 2010-2014
VISI Terwujudnya kelestarian kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai sebagai
sumber air utama untuk kehidupan
dan kesejahteraan masyarakat
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
26
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
26
BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
3.1 KEBIJAKAN PRIORITAS
Untuk menjaga dan meningkatkan keberlanjutan pembangunan kawasan TNGC, maka Balai TNGC menetapkan 7 (tujuh) kebijakan prioritas dalam lima tahun kedepan sebagai dasar pelaksanaan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran yang diharapkan. Kebijakan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pemantapan kawasan hutan. 2. Rehabilitasi kawasan berbasis masyarakat 3. Perlindungan dan pengamanan kawasan 4. Konservasi keanekaragaman hayati. 5. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan. 6. Optimalisasi jasa lingkungan dan wisata alam. 7. Kelembagaan dan Pengelolaan kawasan TNGC yang efektif
3.2 KEBIJAKAN,PROGRAM/KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA
Untuk mengimplementasikan kebijakan prioritas tersebut diatas maka Balai Taman Nasional Gunung Ciremai pada lima tahun ke depan akan melaksanakan satu program yang terdiri dari 25 (dua puluh lima) jenis kegiatan. Program yang akan dilaksanakan tersebut merupakan program bidang PHKA yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kehutanan dalam Renstra 2010-2014 Kementrian Kehutanan. Program tersebut adalah Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan, dengan sasaran yang diharapkan adalah biodiversity dan ekosistemnya berperan signifikan sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pegaulan global. Adapun indikator dari program ini yang telah ditetapkan dalam Renstra 2010-2014 Kementrian Kehutanan adalah sebagai berikut :
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
27
1. Taman nasional dan kawasan konservasi lainnya yang potensi keanekaragaman hayatinya tinggi, terdapat spesies langka dan flagship, atau mempunyai fungsi pelindung hulu sungai, dan atau memiliki potensi wisata alam signifikan, sudah dapat mandiri membiayai seluruh atau sebagian program pengembangan konservasi dalam bentuk Badan Layanan Umum sebanyak 12 unit, DNS (Debt for Nature Swap), trust fund, dan kolaborasi sebanyak 4 unit.
2. Populasi keanekaragaman hayati dan spesies yang terancam punah meningkat 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai kondisi biologis dan kesediaan habitat.
3. Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan tumbuhan dan satwa liar (TSL) ilegal, penambangan ilegal dan kebakaran hutan) penanganannya terselesaikan minimal 75%.
4. Hotspot (titik api) di pulau Kalimantan, pulau Sumatera, dan pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun.
5. Meningkatnya destinasi wisata alam yang dapat berperan dalam pasar wisata nasional.
Untuk mencapai sasaran dan indikator yang tercantum pada program di bidang PHKA tersebut maka disesuaikan dengan kebijakan prioritas Balai TNGC, kegiatan-kegiatan dan indikator kinerja pada lima tahun kedepan adalah sebagai berikut :
1. Pemantapan kawasan hutan
a. Permasalahan • Legitimasi batas kawasan dan penataan zonasi TNGC belum selesai • Adanya konflik batas kawasan
b. Tujuan • Terselesaikannya pengukuhan kawasan • Penetapan zonasi kawasan sebagai dasar pengelolaan kawasan
TNGC
c. Outcome/hasil • Pemantapan kawasan dengan kepastian hukum yang sah dan diakui
semua pihak • Pengelolaan kawasan dapat berjalan dengan optimal, efektif dan
efisien sesuai dengan fungsinya
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
28
d. Indikator Kinerja Utama • Adanya Berita Acara Tata Batas Kawasan • Tersusunnya dokumen kajian dan penetapan zonasi
e. Potensi hambatan Kurangnya koordinasi dan komunikasi antar para pihak yang berwenang dan terlibat dalam penataan batas kawasan dan zonasi.
f. Kegiatan-kegiatan
1. Koordinasi dengan BPKH XI Jawa- Madura untuk pengukuhan kawasan TNGC
Output : Terselesaikanya penataan batas kawasan sehingga pengelolaan kawasan berjalan efektif.
Indikator : Adanya pelaksanaan kegiatan tata batas di kawasan TNGC.
2. Kajian dan penetapan zonasi kawasan
Output : Ditetapkan zonasi kawasan sebagai acuan dalam pengelolaan kawasan taman nasional
Indikator : Adanya dokumen kajian dan penetapan zonasi kawasan.
3. Inventarisasi dan penyelesaian permasalahan tata batas dan pengukuhan kawasan
Output : Tersediannya data permasalahan dan adanya kepastian hukum batas kawasan
Indikator : Adanya data dan dokumen pendukung penyelesaian batas kawasan
2. Rehabilitasi kawasan berbasis masyarakat
a. Permasalahan • Masih luasnya lahan kritis di dalam kawasan TNGC. • Belum optimalnya pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan dan
lahan kritis berbasis masyarakat.
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
29
• Masih kurangnya tingkat partisipasi masyarakat dan pihak swasta dalam kegiatan rehabilitasi kawasan.
b. Tujuan • Mengurangi lahan kritis di dalam kawasan TNGC. • Adanya efektifitas pelaksanaan kegiatan rehabilitasi lahan kritis
berbasis masyarakat. • Meningkatkan partisipasi dan peran masyarakat dan swasta dalam
kegiatan rehabilitasi kawasan.
c. Outcome/hasil Fungsi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dapat berjalan
optimal sesuai dengan fungsinya
d. Indikator kinerja utama Berkurangnya lahan kritis hingga 70 %
e. Potensi hambatan • Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan hanya
berdasarkan proyek sehingga tidak ada keterlanjutan pemeliharaan pada tahun pertama, tahun kedua sampai bibit yang ditanam dapat beradaptasi dan bertahan.
• Pendanaan DIPA dari instansi terkait yang kurang relevan dengan waktu pelaksanaan kegiatan.
f. Kegiatan-kegiatan
4. Koordinasi dengan BPDAS, mitra pohon, dan pemkab
Output : Adanya kesepahaman dan kerja sama antar instansi, lembaga terkait dan pihak swasta dalam kegiatan rehabilitasi kawasan
Indikator : Adanya pelaksanaan kegiatan rehabilitasi yang didanai oleh DIPA dan non DIPA
5. Penyusunan rencana pengelolaan rehabilitasi kawasan TNGC berbasis masyarakat
Output : Adanya pedoman dan acuan dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dalam kawasan TNGC
Indikator : Adanya dokumen RP RHL di kawasan TNGC
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
30
6. Pembentukan kelembagaan dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan
Output : Pelibatan masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi kawasan yang terkait pula dengan pemberdayaan masyarakat
Indikator : Kelembagaan di tingkat masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi kawasan TNGC
7. Pengendalian dan pengawasan pelaksanaan RHL
Output : Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan RHL
Indikator : Dokumen monitoring dan evaluasi kegiatan RHL
3. Perlindungan dan pengamanan kawasan
a. Permasalahan Masih adanya ancaman dan gangguan terhadap kawasan berupa perambahan kawasan, pencurian kayu, pertambangan, perburuan liar dan kebakaran hutan.
b. Tujuan • Terwujudnya kelestarian kawasan TNGC • Meminimalisir gangguan dan ancaman terhadap kawasan TNGC
c. Outcome/hasil Fungsi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dapat berjalan optimal sesuai dengan fungsinya
d. Indikator kinerja utama • Bebas penggarapan lahan di dalam kawasan TNGC • Berkurangnya tindak pidana kehutanan hingga 50 % • Berkurangnya kejadian dan luasan kebakaran hutan hingga 50 %
e. Potensi hambatan • Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan kawasan
relatif tinggi. • Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian spesies yang
dilindungi.
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
31
• Tidak jelasnya batas dan status kawasan. • Kurangnya koordinasi dalam pencegahan dan pengendalian
kebakaran hutan di lapangan.
f. Kegiatan-kegiatan
8. Penyidikan dan Perlindungan Hutan
Output : Meningkatnya perlindungan dan pengamanan terhadap kawasan
Indikator : Pengurangan tindak pidana kehutanan sampai 20 % pertahun dan bebas perambahan hutan
9.Pencegahan dan pengendalian Kebakaran Hutan
Output : Meningkatnya sistem pencegahan, pengendalian dan penanggulangan pasca kejadian kebakaran hutan dan lahan
Indikator : Berkurangnya kejadian dan luasan kebakaran hutan dan lahan sampai dengan 20 % per tahun.
10. Penguatan kapasitas kelembagaan pengamanan dan pencegahan kebakaran
Output : Meningkatnya kapasitas kelembagaan pengamanan dan pencegahan kebakaran
Indikator : Terbentuknya MPA dan Pamhut Swakarsa di setiap desa
4. Konservasi keanekaragaman hayati
a. Permasalahan Belum optimal dalam identifikasi, inventarisasi dan pemanfaatan
lestari potensi sumberdaya alam hayati di dalam kawasan.
b. Tujuan Terwujudnya kelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
32
c. Outcome/hasil Fungsi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dapat berjalan
optimal sesuai dengan fungsinya
d. Indikator kinerja utama • Teridentifikasinya satwa/tumbuhan kunci dan habitatnya • Tersusunnya database pengelolaan keanekaragaman hayati • Adanya kegiatan penangkaran TSL
e. Potensi hambatan Kurangnya data dan informasi dalam pemanfaatan lestari sumber
daya alam hayati
f. Kegiatan-kegiatan
11. Pengelolaan jenis dan genetik
Output : Terpeliharanya kekayaan genetik dan jenis TSL dalam kawasan
Indikator : Adanya kegiatan identifikasi dan inventarisasi satwa/tumbuhan setiap tahunnya
12. Pembinaan populasi dan habitat
Output : Terpeliharanya populasi dan habitat satwa dan tumbuhan
Indikator : Adanya kegiatan identifikasi dan inventarisasi habitat satwa/tumbuhan dan pembinaan habitat setiap tahunnya
13. Pembinaan dan penangkaran TSL
Output : Pemanfaatan secara lestari flora dan fauna TNGC untuk pemberdayaan masyarakat
Indikator : Adanya kegiatan penangkaran TSL bernilai ekonomi tinggi
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
33
5. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan
a. Permasalahan Belum tergalinya potensi dan kebutuhan masyarakat dalam rangka
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat.
b. Tujuan Terwujudnya kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan
c. Outcome/hasil • Diketahuinya potensi dan kebutuhan masyarakat yang menjadi
dasar dalam penentuan program pemberdayaan masyarakat • Meningkatnya pendapatan masyarakat di sekitar kawasan
d. Indikator kinerja utama • Adanya kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat di bidang
kehutanan. • Adanya kegiatan usaha ekonomi produktif masyarakat di bidang
kehutanan melalui penangkaran TSL yang bernilai ekonomi tinggi
e. Potensi hambatan Keperluan dukungan pembiayaan dan penelitian yang sangat besar.
f. Kegiatan-kegiatan
14. Penyusunan master plan pemberdayaan masyarakat
Output : Tersusunnya master plan pemberdayaan masyarakat sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Indikator : Adanya dokumen master plan pemberdayaan masyarakat
15. Penyusunan master plan dan pembentukan MDK
Output : Tersusunnya acuan dalam pembentukan kelembagaan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Indikator : Adanya dokumen master plan MDK dan kelompok MDK
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
34
16.Pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan ekonomi produktif bidang kehutanan
Output : Terciptanya peluang usaha di bidang kehutanan
Indikator : Penguatan ekonomi masyarakat di bidang kehutanan
6. Optimalisasi jasa Lingkungan dan Wisata Alam
a. Permasalahan • Belum optimalnya pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam
sehingga belum menjadi peluang usaha bagi masyarakat yang memiliki ketergantungan terhadap kawasan.
• Koordinasi dengan pengelolan objek wisata dan pengguna jasa lingkungan air yang belum berjalan optimal
b. Tujuan Meningkatkan nilai manfaat jasa lingkungan dan wisata alam di
kawasan
c. Outcome/hasil Pengelolaan kawasan dapat berjalan dengan optimal, efektif dan
efisien sesuai dengan fungsinya
d. Indikator kinerja utama • Adanya nota kesepakatan dengan pengelola kawasan wisata dan
pengguna jasa lingkungan. • Adanya peningkatan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan dan
wisata alam
e. Potensi hambatan • Penilaian manfaat jasa lingkungan dan wisata alam yang masih
rendah • Koordinasi dan kesepahaman dengan pihak terkait yang masih sulit
dan terbatas
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
35
f. Kegiatan-kegiatan
17. Penyusunan petunjuk pelaksanaan jasa lingkungan dan wisata alam
Output : Tersusunnya petunjuk pelaksanaan jasa lingkungan dan wisata alam
Indikator : Tersusunnya petunjuk pelaksanaan jasa lingkungan dan wisata alam
18.Pembentukan forum kemitraan Gunung Ciremai
Output : Meningkatnya koordinasi dan kerja sama antar pengelola dan pengguna jasa lingkungan dan wisata alam.
Indikator : Adanya forum kemitraan jasa lingkungan dan wisata alam
19.Penguatan kelembagaan forum kemitraan
Output : Berjalannya efektivitas dan efisiensi kelembagaan forum jasa lingkungan
Indikator : Tersusunnya rencana kerja forum kemitraan
20.Pengembangan jasa lingkungan dan wisata di kawasan TNGC
Output Meningkatnya nilai manfaat jasa lingkungan dan wisata alam kawasan TNGC
Indikator • Adanya kesepakatan dan kesepahaman dari pengguna jasa lingkungan dan wisata alam di kawasan TNGC
• Pengembangan sarana prasarana di objek wisata
• Adanya peningkatan PNBP dari jasa lingkungan
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
36
7. Kelembagaan dan pengelolaan kawasan TNGC yang efektif a. Permasalahan
• Belum adanya acuan pengelolaan kawasan berbasis resort • Kapasitas SDM Balai TNGC yang masih terbatas • Keterbatasan data-data pengelolaan kawasan yang komprehensif
dan terintegrasi sesuai dengan kebutuhan para pihak.
b. Tujuan • Tercapainya efektifitas pengelolaan kawasan • Meningkatnya kapasitas SDM Balai TNGC
c. Outcome/hasil Kelembagaan dan pengelolaan kawasan dapat berjalan dengan
optimal, efektif dan efisien
d. Indikator kinerja utama • Terukurnya perencanaan dan pencapaian pelaksanaan kegiatan • Adanya dokumen pengelolaan berbasis resort • Adanya data base pengelolaan kawasan secara spasial
e. Potensi hambatan • Kurangnya sarana dan prasarana pendukung dalam peningkatan
kapasitas SDM Balai TNGC • Keterbatasan kapasitas SDM, dana dan sarana prasarana yang
mendukung untuk pengelolaan berbasis resort
f. Kegiatan-kegiatan
21. Penyusunan pedoman pengelolaan berbasis resort
Output : Pengelolaan kawasan berjalan lebih efektif dan efisien
Indikator : Adanya dokumen/pedoman pengelolaan kawasan berbasis resort
22.Peningkatan kompetensi SDM pengelola TNGC
Output : Meningkatnya kompetensi SDM
Indikator : Terselenggarannya pelatihan SDM untuk pengelola kawasan di bidang kehutanan
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
37
23. Koordinasi dengan instansi terkait
Output : Adanya kesepahaman antar instansi yang terkait dengan pengelolaan kawasan TNGC
Indikator : Pelaksanaan kerja sama multipihak berjalan dengan baik
24. Monitoring, evaluasi dan pelaporan berbasis kinerja
Output : Terselenggaranya perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pengelolaan kawasan
Indikator : Adanya dokumen monitoring,evaluasi dan perencanaan setiap kegiatan
25. Pembuatan database pengelolaan kawasan berbasis spasial
Output : Terselenggaranya pengelolaan kawasan berbasis spasial
Indikator : Adanya data base pengelolaan kawasan berbasis spasial
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
38
BAB IV PENUTUP Rencana Strategis (Renstra) Balai TNGC Tahun 2010-2014 berlaku sejak tanggal 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2014 yang telah merumuskan visi yang menggambarkan keadaan yang ingin dicapai sampai dengan akhir masa Renstra, serta misi yang merupakan upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi, dan tujuan masing-masing misi serta sasaran strategis. Berdasarkan rumusan tersebut maka ditetapkan kebijakan prioritas agar sasaran strategis dari misi dapat tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan. Berdasarkan kebijakan prioritas tersebut selanjutnya dirumuskan program yang merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan. Pencapaian target-target di atas dilaksanakan sesuai dengan ketersediaan input proses khususnya berupa anggaran, serta penataan peraturan perundangan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam Renstra. Untuk mengukur tingkat keberhasilan pencapaian dalam pelaksanaan rencana kerja tersebut, maka secara berkala dilakukan monitoring dan evaluasi, serta pengawasan dan pengendalian yang dituangkan dalam dokumen pelaporan. Pada akhirnya diharapkan kebijakan yang tertuang dalam program dan kegiatan Balai TNGC tahun 2010-2014, dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi penyelenggaraan kepemerintahan serta keberhasilan pelaksanaan pembangunan kehutanan nasional.
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2010-2014
39
LAMPIRAN Indikator kinerja tahunan
INDIKATOR KINERJA TAHUNAN RENCANA STRATEGIS BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI 2010-2014
No Program/Kegiatan Prioritas Sasaran/Output Indikator Target Kumulatif
2010 2011 2012 2013 2014
I. Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan
Biodiversity dan ekosistemnya berperan signifikan sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pegaulan global
1. Taman nasional dan kawasan konservasi lainnya yang potensi keanekaragaman hayatinya tinggi, terdapat spesies langka dan flagship, atau mempunyai fungsi pelindung hulu sungai, dan atau memiliki potensi wisata alam signifikan, sudah dapat mandiri membiayai seluruh atau sebagian program pengembangan konservasi dalam bentuk Badan Layanan Umum sebanyak 12 unit, DNS (Debt for Nature Swap), trust fund, dan kolaborasi sebanyak 4 unit.
2. Populasi keanekaragaman hayati dan spesies yang terancam punah meningkat 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai kondisi biologis dan kesediaan habitat.
3. Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan tumbuhan dan satwa liar (TSL) ilegal, penambangan ilegal dan kebakaran hutan) penanganannya
No Program/Kegiatan Prioritas Sasaran/Output Indikator Target Kumulatif
2010 2011 2012 2013 2014 terselesaikan minimal 75%.
4. Hotspot (titik api) di pulau Kalimantan, pulau Sumatera, dan pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun.
5. Meningkatnya destinasi wisata alam yang dapat berperan dalam pasar wisata nasional.
1 Koordinasi dengan BPKH XI Jawa- Madura untuk pengukuhan kawasan TNGC
Terselesaikanya penataan batas kawasan sehingga pengelolaan kawasan berjalan dengan efektif sesuai dengan fungsi kawasan sebagai fungsi konservasi
• Adanya pelaksanaan kegiatan tata batas di kawasan TNGC.
• Terselesaikannya masalah tata batas kawasan
1 SPTN
2 SPTN
2 Kajian dan penetapan zonasi kawasan
Ditetapkan zonasi kawasan sebagai acuan dalam pengelolaan kawasan taman nasional
Adanya dokumen kajian dan penetapan zonasi kawasan.
1 dok 2 dok
3 Inventarisasi dan penyelesaian permasalahan tata batas dan pengukuhan kawasan
Tersediannya data permasalahan dan adanya kepastian hukum batas kawasan
Adanya data dan dokumen pendukung penyelesaian batas kawasan
1 dok
4 Koordinasi dengan BPDAS, mitra pohon, dan pemkab
Adanya kesepahaman dan kerja sama antar instansi dan lembaga terkait dalam kegiatan rehabilitasi kawasan TNGC
• Adanya kegiatan rehabilitasi yang didanai oleh DIPA dan non DIPA
• Berkurangnya lahan kritis hingga 70 % diakhir tahun 2014
√
10%
√
25%
√
40%
√
55%
√
70%
No Program/Kegiatan Prioritas Sasaran/Output Indikator Target Kumulatif
2010 2011 2012 2013 2014
5 Penyusunan rencana pengelolaan rehabilitasi berbasis masyarakat
Adanya pedoman dan acuan dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dalam kawasan TNGC
Adanya dokumen RP RHL di kawasan TNGC
1 dok
6 Pembentukan kelembagaan dalam kegiatan rehabilitasi
Pelibatan masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi kawasan
Adanya kelompok masyarakat yang melakukan kegiatan rehabilitasi
3 klp 6 klp 9 klp 12 klp 15 klp
7 Pengendalian dan pengawasan RHL
Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan RHL
Dokumen monitoring dan evaluasi kegiatan RHL
1 dok 2 dok 3 dok 4 dok 5 dok
8 Penyidikan dan Perlindungan Hutan
Meningkatnya perlindungan dan pengamanan terhadap kawasan
Pengurangan tindak pidana kehutanan sampai 50 % dan bebas perambahan hutan
10% 20% 30% 40% 50%
9 Pencegahan dan pengendalian Kebakaran Hutan
Meningkatnya sistem pencegahan, pengendalian dan penanggulangan kejadian kebakaran hutan dan lahan
Berkurangnya kejadian dan luasan kebakaran hutan dan lahan sampai dengan 50 %.
10% 20% 30% 40% 50%
10 Penguatan kapasitas kelembagaan pengamanan dan pencegahan kebakaran
Meningkatnya kapasitas kelembagaan pengamanan dan pencegahan kebakaran
Terbentuknya MPA dan Pamhut Swakarsa di tingkat desa
3 klp 6 klp 9 klp 12 klp 15 klp
11 Pengelolaan jenis dan genetik
Terpeliharanya kekayaan genetik dan jenis TSL dalam kawasan
Adanya kegiatan identifikasi dan inventarisasi satwa/tumbuhan
2 sps 4 sps 6 sps 8 sps 10 sps
12 Pembinaan populasi dan habitat
Terpeliharanya populasi dan habitat satwa dan tumbuhan
Adanya kegiatan identifikasi dan inventarisasi habitat satwa/tumbuhan dan kegiatan pembinaan habitat
2 keg 4 keg 6 keg 8 keg 10 keg
No Program/Kegiatan Prioritas Sasaran/Output Indikator Target Kumulatif
2010 2011 2012 2013 2014
13 Pembinaan dan penangkaran TSL
Pemanfaatan lestari flora dan fauna TNGC sebagai upaya pemberdayaan masyarakat
Adanya kegiatan penangkaran TSL asli Gunung Ciremai yang memiliki nilai ekonomi tinggi
1 sps 2 sps 3 sps 4 sps
14 Penyusunan master plan pemberdayaan masyarakat
Tersusunnya master plan pemberdayaan masyarakat sebagai acuan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
Dokumen master plan pemberdayaan masyarakat
1 dok
15 Penyusunan master plan dan pembentukan MDK
Tersusunnya acuan dalam pembentukan kelembagaan untuk pemberdayaan masyarakat.
• Adanya dokumen master plan pembentukan MDK
• Pembentukan MDK
1 dok
3 desa
5 desa
7 desa
9 desa
11 desa
16 Pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan ekonomi produktif bidang kehutanan
Terciptanya peluang usaha di bidang kehutanan
Penguatan ekonomi masyarakat 4 lok 8 lok 12 lok 16 lok
17 Penyusunan petunjuk pelaksanaan jasa lingkungan dan wisata alam
Tersusunnya petunjuk pelaksanaan jasa lingkungan dan wisata alam
Dokumen petunjuk pelaksanaan jasa lingkungan dan wisata alam
1 dok
18 Terbentuknya forum jasa lingkungan air dan wisata
Meningkatnya koordinasi dan kerja sama antar pengelola dan pengguna jasa lingkungan dan wisata alam
Adanya forum kemitraan jasa lingkungan air dan wisata alam
1 klp
19 Penguatan kelembagaan forum jasa lingkungan
Berjalannya efektivitas dan efisiensi kelembagaan forum jasa lingkungan
Rencana kerja /kegiatan forum kemitraan jasa lingkungan dan wisata alam
1 dok/ keg
2 dok/ keg
3 dok/ keg
4 dok/ keg
No Program/Kegiatan Prioritas Sasaran/Output Indikator Target Kumulatif
2010 2011 2012 2013 2014
20 Pengembangan jasa lingkungan dan wisata di kawasan TNGC
Meningkatnya nilai manfaat jasa lingkungan dan wisata alam kawasan TNGC
• Adanya nota kesepakatan dari pengguna jasa lingkungan dan wisata alam
• Pengembangan sarana prasarana di objek wisata
• Adanya peningkatan PNBP dari jasa lingkungan
3 dok
3 lok
10%
6 dok
6 lok
20%
9 dok
9 lok 30%
12 dok
12 lok
40%
15 dok
15 lok
50%
21 Penyusunan pedoman pengelolaan berbasis resort
Pengelolaan kawasan berjalan lebih efektif dan efisien
Adanya dokumen/pedoman pengelolaan kawasan berbasis resort
1 dok
22 Peningkatan kompetensi SDM pengelola TNGC
Meningkatnya kompetensi SDM pengelola TNGC
Terselenggarannya pelatihan SDM untuk pengelola kawasan di bidang kehutanan
√ √ √ √ √
23 Koordinasi dengan instansi terkait dalam pengelolaan kawasan TNGC
Adanya kesepahaman antar instansi dalam pengelolaan kawasan TNGC
Pelaksanaan kerja sama multipihak berjalan dengan baik
√ √ √ √ √
24 Monitoring, evaluasi dan pelaporan berbasis kinerja
Terukurnya pelaksanaan kegiatan pengelolaan kawasan
Adanya dokumen monitoring, evaluasi dan perencanaan
1 dok 2 dok 3 dok 4 dok 5 dok
25 Penyusunan database pengelolaan kawasan berbasis spasial
Terselenggaranya pengelolaan kawasan berbasis spasial
Adanya data base pengelolaan kawasan berbasis spasial
1 dok