115
NILAI-NILAI BUDAYA BATAK DALAM NOVEL PEREMPUAN BERNAMA ARJUNA KARYA REMY SYLADO SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) PRANATA OKSANTA NPM 13080154 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP ) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2018

repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

NILAI-NILAI BUDAYA BATAK DALAM NOVEL

PEREMPUAN BERNAMA ARJUNA KARYA REMY SYLADO

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)

PRANATA OKSANTA

NPM 13080154

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

( STKIP ) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2018

Page 2: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

i

Page 3: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

ii

Page 4: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

iii

Page 5: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

i

ABSTRAK

Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel

Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado, Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat. Skripsi, Padang,

2018.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya nilai-nilai budaya Batak, yang

digambarkan dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai budaya Batak dalam

novel Perempuan Bernama Arjuna.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan memfokuskan pada

metode deskriptif analisis. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

peneliti sendiri yang dibantu oleh format inventarisasi data. Teknik pengumpulan

data menggunakan langkah-langkah berikut. (1) Tahap pembacaan, (2) Tahap

inventarisasi, (3) Tahap klasifikasi yaitu, tahap pengelompokan data yang sudah

diinventarisasikan.

Hasil penelitian nilai-nilai budaya Batak adalah sebagai berikut: Pertama,

nilai kekerabatan, bagi orang Batak bisa terjalin karena tali darah atau solidaritas

marga. Kedua, nilai religi, bagi orang Batak sangat taat beribadah dan selalu

menaati larangan yang di ajarkan oleh agamanya seperti Nadeak yang tidak suka

makan daging karena bagi kepercayaan yang di anutnya semua daging itu

hukumnya haram. Ketiga, nilai hagabeon (keturunan), bagi orang Batak

mempunyai banyak anak adalah menjadi suatu kebanggaan keluarga, seperti

tokoh Regina yang mempunyai dua orang anak dan Ayah Jeanne Claudia.

Keempat, nilai hukum bagi orang Batak adalah peraturan yang harus di taati, siapa

yang melanggar hukum yang dibuat oleh raja-raja adat setempat maka orang

tersebut akan mendapatkan sangsi. Kelima, nilai konflik adalah, bagi orang Batak

konflik adalah suatu permasalahan yang harus diselesaikan dan tidak boleh

disembunyikan dan mendidik orang Batak menjadi orang yang terbuka. Keenam,

nilai hamoraon (kekayaan), bagi orang Batak tujuan untuk hidup adalah mencari

harta benda yang banyak supaya dapat menyejahterakan kehidupan keluarganya,

dengan harta yang dimiliki orang tersebut maka derajat diri dan keluarganya baik

berwujud materi maupun non materi yang diperolehnya dari usaha sendiri maupun

harta warisan. Ketujuh, nilai hasangapon (arif dan bijaksana), Bagi orang Batak

seseorang akan lebih terhormat apabila mempunyai wibawa dan martabat yang

baik, dan memiliki kebijaksanaan, seperti tokoh Nadeak, Jean Claude Van

Damme, Arjuna Dan Amir.

Page 6: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna Karya Remy

Sylado”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagai persyaratan

dalam menyelesaikan jenjang Strata Satu, Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, STKIP PGRI Sumatera Barat.

Selama menyusun skripsi penelitian ini, telah banyak mendapatkan arahan,

bimbingan, masukan, serta semangat dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh

sebab itu di ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak :

1. Samsiarni, S.S., M.Hum. selaku pembimbing I sekaligus sekretaris Program

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan Ria Satini , M.Pd. selaku

pembimbing II yang telah membimbing penulis dan memberikan arahan serta

pengetahuan dalam skripsi ini.

2. Penguji I Aruna Laila, S.S., M.Pd. Penguji II Wahyudi Rahmat, M.Hum.

Penguji III Emil Septia, S.S., M.Pd. yang telah memberikan kritik dan saran

dalam skripsi ini.

3. Dra. Indriani Nisja, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia.

4. Putri Dian Afrinda, M.Pd. selaku PA yang memberikan saran dan memberi

ilmu pengetahuan dalam skripsi ini.

Page 7: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

iii

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pendidikan.

6. Kedua orang tua yang tidak hentinya memberikan semangat, motivasi, dan doa

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

7. Para sahabat yang selalu setia memberikan semangat, nasihat, dan motivasi

dalam penulisan skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, diharapkan

kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Diharapkan

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Padang, Februari 2018

Penulis

Page 8: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Fokus masalah ................................................................................ 5

C. Rumusan masalah........................................................................... 5

D. Tujuan penelitian ........................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6

F. Batasan Istilah ................................................................................ 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 8

A. Kajian Teori ................................................................................... 8

1. Hakikat Novel ............................................................................ 8

a. Pengertian Novel .................................................................. 8

b. Unsur Pembangun Novel ...................................................... 9

1). Unsur intrinsik... ............................................................. 9

2). Unsur ekstrinsik .............................................................. 14

2. Kebudayaan ............................................................................... 14

3. Nilai-nilai Budaya ..................................................................... 17

4. Nilai-nilai Budaya Batak ........................................................... 18

B. Penelitian Yang Relevan ................................................................ 22

C. Kerangka Konseptual ..................................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 26 A. Jenis Penelitian ............................................................................... 26

B. Metode Penelitian ........................................................................... 26

C. Data dan Sumber Data .................................................................... 27

D. Instrumen Penelitian ....................................................................... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 28

F. Teknik Pengabsahan Data. ............................................................. 28

G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 30 A. Deskripsi Data ................................................................................ 30

B. Analisis Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel ............................ 48

C. Pembahasan Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel ..................... 66

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 73 A. Kesimpulan .................................................................................... 73

B. Saran ............................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76

LAMPIRAN 1 ................................................................................................. 78

LAMPIRAN 2 ................................................................................................. 81

Page 9: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra yang lahir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat

merupakan suatu karya tulis yang lahir dari imajinasi manusia. Sastra adalah suatu

bentuk dan hasil seni kreatif yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Seni

kreatif yang diciptakan manusia yang menyampaikan segala macam segi

kehidupan, karya sastra tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan

ide, teori, atau sistem berfikir, tetapi juga merupakan wadah penyampaian ide-ide

yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang manusia (Semi, 1988:8).

Oleh sebab itu, karya sastra dapat dianggap sebagai wadah penyampaian berbagai

bentuk kebudayaan.

Karya sastra diciptakan seorang pengarang dari sumber kenyataan hidup

yang dialami ataupun yang ditemui sendiri dalam kehidupan serta disatukan

dengan daya imajinasi. Imajinasi seorang pengarang yang kreatif cenderung tidak

hanya diam terhadap berbagai bentuk permasalahan yang berkembang dalam

kehidupannya. Kehidupan yang menceritakan tentang manusia dan masyarakat

dianggap sebagai cerminan suatu individu dengan individu lainnya, antara satu

individu dengan masyarakat, dan antara satu masyarakat dengan masyarakat

lainnya.

Kebudayaan merupakan hasil ciptaan manusia yang telah bertahan secara

turun-temurun. Kebudayaan diciptakan suatu masyarakat sebagai tanda bahwa ada

suatu peradaban pada suatu massa. Kebudayaan tersebut tercipta berdasarkan

kesepakatan-kesepakatan yang telah dicapai oleh kelompok masyarakat.

1

Page 10: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

2

Kesepakatan yang terdapat dalam suatu masyarakat seperti adanya suku bangsa

yang berbeda-beda, salah satunya adalah suku Batak yang ada di Sumatera Utara.

Batak sebagai salah satu suku bangsa yang berada di Provinsi Sumatera Utara

merupakan daerah yang kental dengan adat istiadat. Segala yang terjadi dalam

kehidupan harus berlandaskan pada adat istiadat. Ketentuan adat diperoleh dari

hasil kesepakatan organisasi sosial masing-masing kaum. Kesepakatan yang

dibuat harus berdasarkan kepada kepercayaan yang dianut, karena masyarakat

Batak merupakan masyarakat yang kuat akan agama dan mematuhi tatanan adat

yang berlaku.

Suku Batak, lebih khusus terdiri dari beberapa bagian suku: (1) Karo

yang mendiami suatu daerah induk yang meliputi Dataran Tinggi Karo, Langkat

Hulu, Deli Hulu, dan sebagian dari Dairi (2) Simalungun yang mendiami daerah

induk simalungun (3) Pakpak yang mendiami daerah induk Dairi (4) Toba yang

mendiami suatu daerah induk yang meliputi daerah tepi Danau Toba, Pulau

Samosir, Dataran Tinggi Toba, daerah Asahan, Silindung, daerah antara Barus

dan Sibolga dan daerah pegunungan Pahae dan Habinsaran. (5) Angkola yang

mendiami daerah indduk Angkola dan Sipirok, sebagian dari Sibolga dan Batang

Toru dan bagian utara dari Padang Lawas. (6) Mandailing yang mendiami daerah

induk Mandailing, Ulu, Pakatan dan bagian selatan Padang Lawas.

Nilai-nilai budaya masyarakat Batak dari nilai kekerabatan atau akraban

berada di tempat paling utama dan tujuh nilai inti budaya utama masyarakat batak.

Hal ini terlihat baik pada Toba maupun Batak Angkola, Mandailing dan suku

Batak lainnya. Semuanya sama-sama mendapat nilai kekerabatan pada urutan

Page 11: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

3

yang paling pokok. Nilai inti kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud

dalam pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu. Hubungan kekerabatan dalam hal ini

terlihat pada tutur sapa baik karena bertautan darah ataupun pertalian perkawinan.

Nilai budaya Hagabeon bermakna harapan panjang umur, beranak,

bercucu yang banyak dan baik-baik. Dengan lanjut usia diharapkan ia dapat

mengawinkan anak-anaknya serta memperoleh cucu. Kebahagiaan bagi orang

Batak belum lengkap, jika belum mempunyai anak. Terlebih lagi anak laki-laki

yang berfungsi untuk melanjutkan cita-cita orang tua dan marganya. Hagabeon

bagi orang Batak Islam termasuk keinginan untuk menunaikan ibadah haji ke

tanah suci Mekkah.

Selain dalam kehidupan nyata nilai-nilai budaya juga dapat dicerminkan

atau digambarkan dalam sebuah novel. Permasalahan yang di gambarkan dalam

novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado adalah nilai-nilai budaya.

Dalam novel ini, diceritakan tentang sepasang suami-istri, Arjuna dan Jean-

Claude Van Damme, novel ini menuturkan secara memikat ikhwal petualangan

mereka dalam menjelajahi berbagai tempat menarik di tanah Batak dan sekaligus

melacak asal usul ayah Jean Claude Van Damme yang berdarah Batak. Dalam

novel ini Arjuna dan Jean Claude Van Damme akan di suguhi dengan keragaman

tradisi, sejarah, budaya, dan segala sesuatu tentang masyarakat Batak. Dalam

perjalanan yang mereka lakukan Arjuna dan Jean Claude Van Damme

mengelilingi daerah Batak, mereka akan melakukan perjalan hampir keseluruh

daerah yang ada di tanah Batak tersebut.

Page 12: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

4

Remy Sylado mempunyai nama asli yakni Yapi Tambayong lahir di

Makasar, 12 Juli 1945. Ia sering mencantumkan nama-nama dalam karya seperti

Remy Syalado dan Alif Danya Munsyi. Selain itu juga punya nama lain seperti

Juliana C. Panda, Dova Zila, Jubal Anak Pengarang Imanuel dan beberapa nama

lain. Pada bidang literasi, ia banyak melahirkan karya besar, seperti Gali Lobang

Gila Lobang (1977), Siau Ling (2003) Ca-Bau-Kan: Hanya sebuah dosa (1999)

telah di filmkan tahun 2002, Kerudung Merah Kirmizi (2002), Kembang Jepun

(2003), Parijs Van Java (2003), Menunggu Matahari Melbourne (2004), Sam Po

Kong (2004), Puisi Mbeling (2005), 9 dari 10 kata Bahasa Indonesia adalah

asing (2004), Novel Pangeran Diponegoro (2007), 9 OKTOBER 1740 (Drama

Pembantaian Etnik Cina di Batavia:2005), Bahasa Menunjukkan Bangsa (2005),

Mimi Lan Mintuna (2007), Naskah Drama: Jalan Tamblong (2010), Jadi

Penulis Siapa Takut(2012), 123 Ayat Tentang Seni (2012), Drama Sejarah1832

(2012), Kamus Isme-Isme (2013), Gali Lobang Gila Lobang (edisi terbaru (2013).

2002 Khatulistiwa Literary Award (untuk novel Kerudung Merah Kirmizi), 2004

MURI untuk bidang puisi “Kerygma & Martyria”, 2006 Sastra Terbaik Pusat

Bahasa (novel Kerudung Merah Kirmizi), 2015 penghargaan S.E.A. Write Award

dari Kerajaan Thailand atas karya novel sejarah , Namaku Mata Hari.

Selain novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado,

pengarang lain yang menggambarkan tentang nilai-nilai budaya masyarakat Batak

adalah novel Toba Dreams karya TB Silalahi yaitu sama-sama mengkaji tentang

nilai-nilai budaya masyarakat batak. Novel Toba Dreams ini memperlihatkan

kisah kehidupan Sersan Tebe bersama istri dan ketiga anaknya meninggalkaan

Page 13: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

5

rumah dinasnya di Tanggerang Selatan untuk kembali ke tempat kelahirannya di

Desa Tarabunga menghabiskan masa tua sampai akhir hayat. Mimpi sersan Tebe

adalah hidup damai dengan mengandalkan uang pensiun tentara dan memilih

pulang kampung di tepian Danau Toba. Ini sudah termasuk dalam nilai budaya

Batak hamoraon atau kekayaan. Dari dua novel ini terlihat permasalahan nilai-

nilai budaya Batak. Maka kedua novel ini yang lebih menarik diteliti adalah novel

Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado, karena novel ini sebuah

bangunan fiksi yang realis yang memainkan dan membangun cerita fakta sehingga

novel ini realis. Novel Toba Dreams mengkaji masalah perjalanan dan perjuangan

masyarakat Batak dan perbedaan agama yang bertentangan.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka akan dilakukan penelitian

terhadap novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado, karena novel ini

lebih banyak mencangkup nilai-nilai budaya Batak ini memperlihatkan kisah

perjalanan Arjuan dan Jean Claude Van Damme mengelilingi daerah Batak.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian ini difokuskan

kepada nilai-nilai budaya Batak dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya

Remy Sylado.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah di atas, maka rumusan

penelitian ini adalah bagaimanakah nilai-nilai budaya Batak yang terdapat dalam

novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado?

Page 14: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

6

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai budaya

Batak yang terdapat dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy

Sylado.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi orang lain. Adapun

manfaat-manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis, bagi bidang keilmuan diharapkan agar penelitian ini dapat

memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu bahasa dan sastra sehingga

dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi pembaca, Khususnya mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia

untuk menambah dan memperdalam pengetahuan tentang nilai-nilai budaya

Batak dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado

b. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah

satu bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya mengenai nilai-nilai

budaya Batak.

c. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini hendaknya dapat dijadikan pedoman dan

penunjang bila peneliti telah menjadi pengajar.

F. Batasan Istilah

Berikut ini dikemukakan batasan istilah mengenai istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Page 15: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

7

1. Novel adalah karya sastra yang bersifat imajinasi yang selalu menawarkan

berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan.

2. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

3. Batak adalah salah satu suku bangsa yang berada di Provinsi Sumatera Utara

merupakan daerah yang kental dengan adat-istiadat.

4. Nilai-nilai budaya adalah nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu

masyarakat, lingkup organisasi, lingkup masyarakat, yang mengakar pada

suatu kebiasaan kepercayaan, simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu

yang dapat di bedakan satu dan yang lainnya.

5. Novel Perempuan Bernama Arjuna karya angkatan pujangga baru yang

penggarangnya adalah Remy Sylado.

Page 16: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Untuk melakukan penelitian berjudul Nilai-nilai budaya Batak dalam

novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado ini di butuhkan landasan

teori yang digunakan sebagai alat untuk melakukan penganalisisan.

Pada bab II ini akan dijelaskan tentang teori terkait dengan penelitian.

Teori pertama itu hakikat novel, dalam hakikat novel terdapat unsur pembangun

novel. Pada bab II ini juga dijelaskan tentang penelitian yang relevan dan

kerangka konseptual.

1. Hakikat Novel

Teori yang akan diuraikan pada bagian ini adalah pengertian novel, unsur

pembangunan novel, berikut ini akan dijelaskan teori tersebut satu persatu.

a. Pengertian Novel

Semi (1988:32), mengatakan bahwa novel mengungkapkan suatu

konsentrasi kehidupan pada suatu saat yang tegang dan pemusatan kehidupan

yang tegas. Sedangkan, Nurgiyantoro (2012:2), mengatakan bahwa novel sebagai

karya sastra yang bersifat imajinasi yang selalu menawarkan berbagai

permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat, disimpulkan bahwa novel

merupakan suatu cerita yang berasal dari imajinasi dan didalamnya terdapat cerita

tentang kehidupan masyarakat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

8

Page 17: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

9

b. Unsur Pembangun Novel

Menurut Nurgiyantoro (2012:22-23), novel merupakan sebuah totalitas.

Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur yang

saling berkaitan antara satu dengan yang lain secara erat dan saling

menggantungkan. Unsur pembangun yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan

ekstrinsik. Berikut akan di jelaskan masing-masing tentang unsur-unsur intrinsik

dan ekstrinsik.

1). Unsur Intrinsik

Menurut Nurgiyantoro (2012:23), unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur

yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan

karya sastra sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual dijumpai jika

orang membaca karya sastra. Unsur-unsur intrinsik novel terdiri dari penokohan,

peristiwa dan alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat. Berikut

akan di jelaskan defenisi tentang tokoh dan penokohan serta peristiwa.

Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:20), unsur intrinsik di

bedakan atas dua macam, yakni unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama

adalah semua yang berkaitan dengan pemberian makna yang tertuang melalui

bahasa. Sedangkan unsur penunjang adalah segala upaya yang digunakan dalam

memanfaatkan bahasa.

a) Tokoh dan Penokohan

Menurut Nurgiyantoro (2012: 165-166), istilah “tokoh” menunjuk pada

orangnya atau pelaku cerita, istilah penokohan lebih luas pengertiannya dari pada

“tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh

Page 18: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

10

cerita, bagaiman perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam

sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada

pembaca. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan

pembangun tokoh dalam sebuah cerita.

Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:24), penokohan termasuk

masalah penamaan, pemeranan, keadaan fisik, keadaan pisikis, dan karakter.

Bagian-bagian dalam penokohan ini berhubungan dalam upaya membangun

permasalahan fiksi. Pemilihan nama tokoh di niatkan sejak semula oleh pengarang

untuk mewakili permasalahan yang hendak dikemukakan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, bahwa tokoh adalah pelaku atau

orang yang diceritakan penulis berdasarkan peristiwa dan khayalan penulis dalam

cerita. Penokohan adalah watak, sifat, dan prilaku tokoh dalam cerita yang

digambarkan oleh penulis dalam jalinan hubungan yang logis.

b) Latar

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2012:216), latar atau setting yang

disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan

waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan.

Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:30), latar merupakan penanda

identitas permasalahan fiksi yang mulai secara samar diperlihatkan alur atau

penokohan. Jika permasalahan fiksi sudah diketahui melalui alur atau penokohan,

maka latar memperjelaskan pembaca untuk mengidentifikasi permasalahan fiksi.

Page 19: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

11

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, bahwa latar adalah segala

keterangan petunjuk, dan penanda identitas mengenai tempat, waktu ruang,

suasana, serta lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam

cerita.

c) Peristiwa atau Alur

Menurut Luxemburg (dalam Nurgiyantoro, 2012:117), peristiwa ialah

peralihan dari keberadaan yang satu kepada yang lain. Menurut Muhardi dan

Hassanuddin WS (1992:27-28), sebuah peristiwa dapat dikatakan telah

berlangsung jika seorang atau sekelompok tokoh melakukan kegiatan pada suatu

tempat dan pada suatu waktu tertentu. Perubahan tokoh walaupun melakukan

tindakan yang sama, di tempat dan pada waktu yang sama, sudah menyebabkan

munculnya peristiwa baru. Seterusnya jika terjadi perubahan tindakan oleh tokoh

atau sekelompok tokoh yang sama, di tempat dan pada waktu yang sama, berarti

sudah muncul peristiwa yang baru.

d) Tema dan Amanat

Tema dan amanat dapat dilihat melalui peristiwa, penokohan, dan tema.

Menurut Nurgiyantoro (2012:70), tema dapat dipandang sebagai dasar cerita,

gagasan dasar umum, sebuah karya novel. Gagasan dasar umum inilah yang telah

ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang dipergunakan untuk

mengembangkan cerita. Sehingga berbagai peristiwa konflik dan pemilihan

berbagai unsur intrinsik yang lain seperti penokohan, pelataran, dan penyudut

pandangan di usahakan mencerminkan gagasan dasar umum tersebut.

Page 20: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

12

Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:38), tema adalah inti

permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang dalam karyanya. Oleh sebab

itu, tema merupakan hasil konklusi dari berbagai peristiwa yang berhubungan

dengan penokohan dan latar. Permasalahan akan muncul melalui perilaku-perilaku

tokoh yang terkait dengan latar.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa tema

merupakan gagasan pokok, ide pokok yang dikemukakan pengarang dalam

karyanya. Amanat merupakan opini, dan visi pengarang terhadap tema yang

dikemukakan, amanat dapat terjadi lebih dari satu, asal semuanya terkait dengan

tema.

e) Gaya Bahasa

Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:35), gaya bahasa

menyangkut kemahiran pengarang mempergunakan bahasa sebagai medium fiksi.

Penggunaan bahasa tulis dengan segala kelebihan dan kekurangannya harus

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh pengarang. Penggunaan bahasa harus

relevan dan menunjang permasalahan-permasalahan yang hendak di kemukakan

harus serasi dengan teknik-teknik yang digunakan dan harus tepat merumuskan

alur, penokohan, latar, tema, dan amanat.

Gaya adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan

menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan

makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca

Aminuddin (2009:72)

Page 21: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

13

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya

bahasa adalah penggunaan bahasa untuk suatu nada atau suasana persuasiv yang

melihatkan hubungan dan interaksi sesama tokoh.

f) Sudut Pandang

Menurut Nurgiyantoro (2012:246), membaca dua buah karya fiksi yang

berbeda, maka berhadapan dengan dua persona pembawa cerita yang berbeda.

Pesona tersebut dipandang sebagai isi pencerita. Sudut pandang dalam karya fiksi

mempersoalkan siapa yang menceritakan atau dari posisi mana (siapa) peristiwa

dan tindakan itu dilihat.

Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:32), sudut pandang

merupakan unsur penunjang fiksi, lain halnya dengan alur, penokohan dan latar

yang sebagai unsur utama. Sudut pandang sering juga disamakan dengan pusat

pengisahan oleh para pengamat selama ini. Jika ditinjau dari sudut komunikasi

antara pengarang dengan pembaca, maka terdapatlah perbedaan antara sudut

pandang dengan pusat pengisahan. Sudut pandang merupakan suatu cara bagi

pembaca untuk mendapatkan informasi-informasi fiksi, sedangkan pusat

pengisahan merupakan suatu cara bagi pengarang dalam menyampaikan

informasi pada fiksi.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka sudut pandang adalah cara

pengarang untuk menempatkan dirinya dalam sebuah cerita. Ada beberapa cara

pengarang menempatkan dirinya dalam sebuah karya yaitu, pengarang sebagai

tokoh cerita, pengarang sebagai tokoh sampingan, pengarang sebagai pengamat,

dan terakhir pengarang sebagai pemain dan narator.

Page 22: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

14

2). Unsur Ekstrinsik

Menurut Nurgiyantoro (2012:23), menyatakan bahwa unsur ekstrinsik

adalah unsur-unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara tidak

langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Atau ,

secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur yang mempengaruhi bangun

cerita karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian di dalamnya.

Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:20), menyatakan bahwa

unsur ekstrinsik fiksi yang utama adalah pengarang, sedangkan pengaruh lain,

cenderung dianggap juga sebagai unsur ekstrinsik, misalnya sensitivitas atau

kepekaan pengarang, dan pandangan hidup pengarang. Realitas objektif yang ada

disekitar pengarang juga merupakan unsur ekstrinsik, namun pengaruhnya juga

melalui pengarang. Bagian dari realitas objektif yang mempengaruhi penciptaan

fiksi antara lain tatanilai kemanusiaan yang berlaku dalam masyarakat, ideologi

masyarakat, konvensi budaya, konvensi sastra, konvensi bahasa dalam

masyarakat, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur

ekstrinsik merupakan unsur yang berada di luar karya sastra. Seperti keadaan

subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pendangan

hidup semua itu akan mempengaruhi karya yang di tulisnya.

2. Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat (2011: 73), dalam pengantar antropologi, istilah

“ Kebudayaan” dan “culture”. Kata “ kebudayaan” berasal dari kata sansekerta

Page 23: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

15

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau

“kekal”. Kata asing culture yang berasal dari kata latin colere ( yaitu mengolah,

mengerjakan dan terutama berhubungan dengan pengolahan tanah atau bertani),

memiliki makna yang sama dengan kebudayaan yang kemudian berkembang

menjadi segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan

mengubah alam.

Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan ,

karena jumlah tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat yang

tidak dibiasakannya dengan belajar (yaitu tindakan naluri, refleks, atau tindakan-

tindakan yang dilakukan akibat suatu proses fisiologi, maupun berbagai tindakan

membabibuta), sangat terbatas. Bahkan berbagai tindakan yang merupakan

nalurinya ( misalnya makan, minum, dan berjalan) juga telah banyak di rombak

oleh manusia sendiri sehingga menjadi tindakan kebudayaan.

Manusia makan pada waktu-waktu tertentu yang di anggap wajar dan

pantas ia makan dan minum dengan menggunakan alat-alat, cara-cara, serta sopan

santu atau protokol yang kadang-kadang sangat rumit, yang harus di pelajarinya

dengan susah payah. Berjalan pun tidak dilakukannya lagi sesuai dengan wujud

organismenya yang telah di tentukan oleh alam, karena gaya berjalan itu telah

disesuaikan dengan berbagai gaya berjalan yang harus dipelajarinya terlebih

dahulu yaitu misalnya gaya berjalan seorang prajurit atau pragawati, atau gaya

berjalan yang lemah lembut.

Page 24: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

16

Menurut Nuraeni dan Muhammad Alfan (2012: 15), dalam Studi Budaya

Indonesia, kata “ kebudayaan” berasal dari kata sansekerta, buddhayah, yang

merupakan bentuk jamak dari budi yang berarti akal. Kebudayaan dapat diartikan

sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal. Apabila dilihat dari kata dasarnya,

kata “budaya” merupakan majemuk dari budi daya yang berarti daya dari budi.

Dari pengertian tersebut, dibedakan antara budaya yang berarti daya dari budi,

yang berupa cipta, karsa, dan rasa.

Menurut Sugiarti (2012:16), mendefenisikan secara sederhana pengertian

kebudayaan dan budaya, yaitu sebagai berikut. a). Kebudayaan dalam arti luas

adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam

kehidupan masyarakat yang diperoleh melalui belajar. Istilah kebudayaan

digunakan untuk menunjukkan hasil fisik karya manusia, meskipun hasil fisik

karya manusia sebenarnya tidak lepas dari pengaruh pola berfikir (gagasan) dan

pola prilaku (tindakan) manusia. Kebudayaan sebagai sistem memberikan

pengertian bahwa kebudayaan tercipta dari hasil renungan yang mendalam dan

hasil kajian yang berulang-ulang tentang suatu permasaalahan, sehingga di

peroleh sesuatu yang di anggap benar dan baik. b). Kebudayaan dalam arti sempit

dapat disebut dengan istilah budaya atau sering disebut kultur (culture, bahasa

inggris), yang mengandung pengertian keseluruhan sistem gagasan dan tindakan.

Pengertian budaya atau kultur dimaksudkan untuk menyebut nilai-nilai yang

digunakan oleh sekelompok orang dalam berfikir dan bertindak. Seperti halnya

dengan kebudayaan, budaya sebagai suatu sistem juga merupakan hasil kajian

yang berulang-ulang tentang suatu permasalahan yang dihadapi manusia.

Page 25: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

17

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang di dalamnya

terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan

kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh sesorang sebagai anggota

masyarakat Edwart B. Taylor ( dalam Nuraeni dan Muhammad Alfan (2012:17).

3. Nilai-nilai Budaya

Menurut Koentjaraningrat (2011: 75-76) dalam pengantar antropologi,

Nilai budaya tingkat dan paling abstrak dari adat-istiadat. Karena nilai budaya

terdiri dari konsep-konsep mengenai segala sesuatu yang dinilai dan penting oleh

warga suatu masyarakat, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman

orientasi pada kehidupan para warga masyarakat yang bersangkutan.

Nilai budaya berfungsi sebagai pedoman hidup warga suatu masyarakat,

sebagai konsep sifatnya sangat umum, memiliki ruang lingkup yang sangat luas,

dan biasanya sulit diterangkan secara rasional dan nayata. Karena itulah ia berada

dalam daerah emosional dari alam jiwa seseorang. Sejak kecil orang telah diresapi

oleh berbagai nilai budaya yang hidup di dalam masyarakatnya, sehingga konsep-

konsep budaya itu telah tumbuh dalam alam jiwanya. Kerena itu untuk mengganti

suatu nilai budaya yang telah dimiliki dengan nilai budaya lain diperlukan waktu

yang lama.

Dalam setiap masyarakat, baik yang kompleks ataupun yang sederhana,

ada sejumlah nilai budaya yang saling berkaitan dan bahkan telah merupakan

suatu sistem. Sebagai pedoman dan konsep-konsep ideal, sistem itu menjadi

pendorong yang kuat untuk mengarahkan kehidupan masyarakat.

Page 26: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

18

Suatu sistem nilai budaya merupakan suatu pandangan hidup, walaupun

kedua istilah itu sebaiknya tidak disamakan. “Pandangan hidup” mengandung

sebagian dari nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan yang telah dipilih

secara selektif oleh individu-individu dan golongan-golongan dalam masyarakat.

Dengan demikian apabila “sistem nilai” merupakan pedoman hidup yang di anut

oleh suatu masyarakat maka “pandangan hidup” merupakan suatu pedoman yang

dianut oleh golongan-golongan atau bahkan individu-individu tertentu dalam

suatu masyarakat.

Menurut Simanjuntak (2011:139), nilai budaya ialah nilai yang dikandung

oleh suatu kebudayaan dan unsur-unsurnya, yang membedakannya dari

kebudayaan lain. Nilai budaya merupakan tingkat tertinggi dan abstrak dari adat-

istiadat serta memberikan ciri dan karakter bangsa, suku bangsa bahkan

kelompok-kelompok masyarakat. Nilai budaya tersebut meresap hidup dalam jiwa

masyarakat sejak dini sehingga mekar dalam jiwa, sehingga nilai budaya yang

terdapat dalam suatu kebudayaan tidak dapat diganti begitu saja dalam waktu

yang singkat dengan nilai budaya yang lain.

Nilai inti dari suatu budaya suatu budaya bangsa atau suku bangsa

biasanya mencerminkan jati diri suku atau bangsa yang bersangkutan. Sedangkan

jati diri itu maksudnya merupakan gambaran atau keadaan khusus seseorang yang

meliputi jiwa atau semangat spiritual dari dalam.

4. Nilai Budaya Batak

Menurut pandangan orang Batak Toba kebudayaan memiliki sistem nilai

budaya yang amat penting, yang menjadi tujuan dan pandangan hidup mereka

Page 27: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

19

secara turun-temurun yakni kekayaan (hamoraon), banyak keturunan (hagabeon),

dan kehormatan (hasangapon). Dari ketiga nilai di atas dapat dijelaskan bahwa,

Menurut Simanjuntak (2011:142), kekayaan (Hamoraon) adalah harta yang

berwujud materi maupun non-materi yang diperoleh melalui usaha atau melalui

warisan. Sedangkan menurut Vergouen (2004: 164) kekayaan merupakan sumber

penting otoritas, ia mencerminkan kehidupan yang sukses mujur dalam

permainan, menang perang untung dalam perdagangan, nasib, baik dalam

bercocok tanam, dan keberhasilan dalam beternak. Hal-hal tersebut dapat dapat

menyebabkan kekuasaan seseorang menjadi kuat dalam lingkungannya. Menurut

Simanjuntak (2011:142) keturunan (hagabeon) juga termasuk kedalam kategori

kekayaan. Banyak keturunan ialah mempunyai banyak anak, cucu, cicit dan

keturunan-keturunannya, termasuk pemilikan tanaman serta ternak. Menurut

Simanjuntak (2011:142) kehormatan (hasangapon) merupakan pengakuan dan

penghormatan orang lain atas wibawa dan martabat seseorang. Sedangkan

menurut Vergouwen (2004: 163) kehormatan adalah kualitas yang bersemayam

dalam diri seseorang kepada yang berbakat keberadaannya telah membuat

seseorang yang memilikinya punya hak untuk dihormati, dimuliakan, dan sebagai

pemangku otoritas untuk dipatuhi dan dituruti. Hubungan sosial di atur oleh

sistem sosial yang berlandaskan kepada marga (clan). Hubungan sosial antar

marga di atur menurut dasar struktur sosial tungku berkaki tiga (Dalihan Na Tolu)

Nilai inti dari suatu budaya bangsa atau suku bangsa biasanya

mencerminkan suku atau bangsa yang bersangkutan. Sedangkan jati diri itu

dimaksud merupakan gambaran atau keadaan khusus sesorang yang meliputi jiwa

Page 28: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

20

atau semangat daya gerak spiritual dari dalam diri. Menurut (Sinaga 2012),

adapun nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nilai Kekerabatan

Nilai inti kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam

pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu. Hubungan kekerabatan dalam hal ini terlihat

terlihat pada tutur sapa baik karena peraturan daerah, solidaritas, marga,

martandang dan segala yang berhubungan dengan kekerabatan karena

perkawinan.

2. Religi

Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama

yang datang, kemudian yang mengatur hubungan dengan maha pencipta serta

hubungan dengan manusia dan lingkungan hidupnya. Orang Batak boleh dibilang

sangat religius. Dalam kepercayaan religi Batak, leluhur adalah perwakilan dari

debata Mula Jadi Nabolon (Tuhan Maha Pencipta) di dunia. Dengan menghormati

nenek moyang, berarti juga menghormati tuhan.

3. Hagabeon (keturunan)

Orang sangat menghargai orang yang memiliki banyak anak dan berumur

panjang. Dahulu semakin banyak anak, dianggap semakin kaya seseorang.

Kehadiran anak dianggap sebagai generasi penerus orang tuanya, yang akan

membawa nama keluarganya di kemudian hari. Dalam prinsip hagabeon disebut

juga dengan prinsip saurmatua, yaitu seorang yang mati sempurna pada saat dia

tua dengan anak-anaknya yang sudah menikah dan memiliki banyak cucu.

Page 29: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

21

4. Uhum( Hukum)

Sebelum adanya hukum formal seperti sekarang, masyarakat Batak Toba

menganut hukum tradisional yang berkaitan dengan hukum adat. Hukum

tradisional adalah aturan yang datang dari Debata Mula Jadi Nabolon melalui

nenek moyang hula-hula, yang mengatur kehidupan manusia dengan manusia dan

alam sekitarnya, sekaligus mengatur hubungan manusia dengan roh nenek

moyang. Selain bersumber dari uhum adat yang berlaku di kalangan masyarakat,

uhum juga di tetapkan kepala-kepala suku atau raja-raja setempat.

5. Konflik

Konflik dipandang dari sudut lain, merupakan komponen yang penting

dari sosialisasi orang Toba. Proses melibatkan atau dilibatkan dalam suasana

konflik mendidik orang toba menjadi orang yang terbuka. Hal ini dapat dipahami,

karena hampir tidak ada konflik yang disembunyikan. Berkonflik dalam

masyrakat toba bukanlah suatu aib.

6. Hamoraon (kekayaan)

Hamoraon merupakan salah satu nilai budaya yang mendasar mendorong

orang Batak, khususnya orang Toba untuk mencari harta benda yang banyak.

Secara lebih luas hamoraon, merupakan tujuan hidup untuk menyejahterakan dan

menjadi sumber penting otoritas. Kekayaan dianggap sebagai lambang

keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup. Dengan kekayaan, ia bisa

mengangkat status sosial dirinya di mata keluarga. Nilai hamoraon juga disebut

sebagai pemicu bagi orang Batak untuk meraih kehormatan diri dan keluarganya

Page 30: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

22

baik yang berwujud materi maupun non-materi yang di peroleh melalui usaha atau

melalui warisan.

7. Hasangapon

Hasangapon merupakan pengakuan dan penghormatan orang lain atas

wibawa dan martabat seseorang. Bagi masyarakat Batak Toba adalah pemberian

kearifan dan kebijaksanaan. Seseorang akan dikatakan sangapjika ia mampu

bersikap arif dan bijaksana dalam menyelesaikan konflik atau masalah.

Hasangapon juga merupakan pengakuan dan penghormatan orang lain atas

wibawa yang dan martabat seseorang.

8. Pengayoman ( Pelindung)

Kehadiran pengayom dalam kehidupan orang Toba sangat diperlukan.

Pengayom adalah pemberi kearifan, pemberi kesejahtraan, pelindung yang ditaati,

pencipta ketentraman batin. Pengayom hanya diperlukan pada saat-saat yang

kritis, misalnya ketika yang di ayomi mengalami pederitaan baik lahir maupun

batin.

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan studi kepustakaan yang dilakukan dan berhubungan dengan

penelitian yang akan dilakukan tentang nilai-nilai budaya dalam suatu karya

sastra, penulis menemukan beberapa penelitian yang relevan antara lain: pertama,

Eka Susanti dari IAIN Sumatera Utara (2015) menulis penelitian yang berjudul

Nilai-nilai Budaya Batak Toba Sebagai Sumber Pembelajaran IPS dan Proses

Pengembangan Wawasan Kebangsaan Hasil penelitian ini, nilai-nilai budaya

batak toba yang dapat dijadikan sumber pelajaran IPS untuk mengembangkan

Page 31: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

23

wawasan kebangsaan yaitu nilai instrument berupa kesenian, permainan, adat-

istiadat, nilai interaksi yaitu pada sistem kekerabatan (Dalihan NaTolu) dan nilai

terminal atau visi dan tujuan hidup yaaitu hamoraan, hagabeon, hasangapon.

Kedua, Sinaga (2012) menulis penelitian tentang Analisis Nilai Sastra

Lisan Batak Toba “Batu Sigadap” hasil penelitian ini adalah ada delapan nilai

budaya, dari Sembilan nilai budaya Batak Toba di cerita Batu Sigadap, nilai

kekerabatan, agama, konflik, hukum, hasangapon, hamoraon, hagabeon, dan

perlindungan.

Ketiga, Sigalingging, STR (2012) menulis penelitian Struktur dan Nilai

Budaya Batak Toba dalam Sastra Lisan Huta Silahisabungan, hasil penelitian ini

nilai budaya kekerabatan yang terdapat dalam cerita lisan Huta silahisabungan

terdapat enam peristiwa tutur, religi tiga peristiwa tutur, konflik tiga peristiwa

tutur, hasangapon dua peristiwa tutur, hukum dua peristiwa tutur, dan

pengayoman satu peristiwa tutur.

C. Kerangka Konseptual

Karya sastra merupakan suatu hasil pekerjaan kreatif yang objeknya

adalah manusia dan kehidupannya, sebagai karya sastra yang kreatif maka akan

banyak diterima oleh pembaca untuk dinikmati. Salah satu bentuk karya sastra

adalah novel. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra. Didalam karya

sastra banyak diceritakan tentang permasalahan-permasalahan sosial yang

dihadapi manusia. Salah satu permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapi

manusia adalah nilai-nilai budaya.

Page 32: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

24

Unsur pembangunan novel terdiri dari dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan

unsur ektrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur pembangun yang terdapat dalam

karya itu sendiri, terdiri dari tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang,

gaya bahasa, tema dan amanat. Sedangkan unsur ektrinsik yaitu unsur pembangun

yang berada di luar karya sastra itu sendiri. Unsur ektrinsik terdiri atas dua, yaitu

realitas sosial dan pengarang.

Page 33: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

25

Bagan 1.KerangkakonseptualNilai-nilaiBudayaBatakdalam Novel PerempuanBernamaArjunaKarya Remy Sylado

Novel

UnsurIntrinsik UnsurEkstrinsik

TokohdanPe

nokohan

Latar Alur/

Plot

TemadanAm

anat

Gaya Bahasa Sudut

Pandang

KaryaSastra

Nilai-nilaiBudayaBatak

25

Pengarang RealitaObjektif

Konvensi

Budaya

Tata

nilai

Konvensi

Sastra

Norma-

norma

Ideologi Konvensi

Bahasa

Keturunan

(Hagabeon)

Kehormatan

(Hasangapon)

Kekayaan

(Hamoraon)

Nilai-nilaiBudayaBatakdalam NovelPerempuanBernamaArjunakarya Remy Sylado

Page 34: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Semi (dalam

Endraswara, 2013:5), penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan

angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi

antar konsep yang sedang dikaji secara empiris. Penelitian ini dikatakan penelitian

kualitatif karena hasil penelitian ini nantinya berupa kalimat yang menjelaskan

hasil penelitian bukan berupa angka. Ciri penting dari penelitian kualitatif adalah

(1) peneliti merupakan instrumen kunci yang membaca secara cermat sebuah

karya sastra, (2) penelitian dilakukan secara deskriptif, (3) lebih mengutamakan

proses dibandingkan hasil, (4) analisis secara induktif, dan (5) makna merupakan

andalan utama. Jadi penelitian kualitatif ini memudahkan peneliti untuk

menganalisis data penelitian karena tidak berupa angka-angka, tetapi hanya

mendeskripsikan data-data yang di dapat pada novel Perempuan Bernama Arjuna

Karya Remy Sylado

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang berisi kutipan-kutipan data

untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut (Moleong, 2010:11). Metode

deskriptif dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk pemaparan atau

penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Jadi, metode

deskriptif merupakan metode yang menggambarkan untuk mengumpulkan data

26

Page 35: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

27

yang di dapat berupa teks pada novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy

Sylado.

C. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah kutipan berupa teks yang menunjukkan

tentang nilai-nilai budaya Batak yang terdapat dalam novel Perempuan Bernama

Arjuna karya Remy Sylado. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel

Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Novel ini diterbitkan oleh

Nuansa Cendikia pada tahun 2016 (cetakan pertama) dengan jumlah halaman 352

halaman. Cover novel ini berwarna jingga, gambar cover sederhana dan menarik

menggunakan gambar seorang perempuan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat dan bahan yang membantu peneliti melakukan

penelitian. Menurut Arikunto (2014:203), instrumen penelitian adalah alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya

lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan

sistematis sehingga lebih mudah di olah. Instrumen pada penelitian ini adalah

peneliti dibantu dengan format inventarisasi data, sebagai berikut.

Format Inventarisasi Data

Nilai-Nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

Karya Remy Sylado

No

Tokoh Peristiwa Kutipan Nilai-Nilai Budaya Hal

1 2 3 4 5 6 7 8

Page 36: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

28

Keterangan:

1. Nilai Kekerabatan

2. Nilai Religi

3. Nilai Hagabeon (keturunan)

4. Nilai Uhum (hukum)

5. Nilai Konflik

6. Nilai Hamoraon (kekayaan)

7. Nilai Hasangapon (arif dan bijaksana)

8. Nilai Pengayoman (pelindung)

E. Teknik Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data untuk

penelitian ini adalah.

1. Tahap pembacaan, yaitu membaca dan memahami novel Perempuan Bernama

Arjuna karya Remy Sylado secara keseluruhan.

2. Tahap inventarisasi, yaitu tahap menggarisbawahi dan mencatat isi novel yang

berkaitan dengan nilai-nilai budaya Batak yang terdapat dalam novel

Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado.

3. Tahap klasifikasi, yaitu tahap mengelompokkan data yang sudah

diinventarisasikan.

F. Teknik Pengabsahan Data

Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik triangulasi. Moleong (2010:330), menyatakan bahwa dalam teknik

triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain. Di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data tersebut. Pada penelitian ini teknik triangulasi yang

digunakan adalah teknik triangulasi penyidik. Teknik triangulasi dalam bentuk

penyidik merupakan teknik pengabsahan data dengan memanfaatkan peneliti atau

Page 37: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

29

pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

Pemanfaatan yang lainnya membantu mengurangi keselencengan dalam

pengumpulan data. Validator dalam pengabsahan data ini adalah Ibu Mila Kurnia

Sari, S.S. M.Pd. Ibu Mila Kurnia Sari dipilih sebagai validator karena ahli dalam

bidang nilai-nilai budaya bahkan ibu Mila Kurnia Sari jurusan Bahasa Indonesia

bagian sastra, maka data penelitian ini mengkaji tentang nilai-nilai budaya. Ibu

Mila Kurnia Sari, S.S. M.Pd. adalah dosen STKIP PGRI Sumbar sebagai dosen

dari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

G. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan pada teknik analisis data adalah.

1. Mendeskripsikan data penelitian berdasarkan nilai-nilai budaya Batak.

2. Menganalisis dan menginterpretasikan data sesuai dengan nilai-nilai budaya

Batak.

3. Membahas temuan pada novel dengan dikaitkan dengan teori nilai-nilai budaya

Batak.

4. Menyimpulkan hasil pemerolehan data tentang nilai-nilai budaya Batak pada

novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado.

5. Menuliskan laporan hasil penelitian tentang nilai-nilai budaya Batak pada

novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado.

Page 38: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab IV ini akan dijelaskan tentang deskripsi data, analisis data, dan

pembahasan terhadap data yang telah ditemukan dalam novel Perempuan

Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Data yang peneliti temukan dideskripsikan

dan selanjutnya akan dibahas analisis nilai-nilai budaya Batak dalam novel

Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado, analisis nilai-nilai Budaya

Batak meliputi nilai kekayaan (hamoraon), keturunan (hagabeon), dan

kehormatan (hasangapon). Berikut ini adalah penjelasannya secara sistematis.

A. Deskripsi Data

Pada bagian ini merupakan deskripsi tentang nilai-nilai budaya Batak yang

terdapat dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Novel ini

diterbitkan oleh Nuansa Cendikia pada tahun 2016 (cetakan pertama) dengan

jumlah halaman 352 halaman. Cover novel ini berwarna jingga, gambar cover

sederhana dan menarik menggunakan gambar seorang perempuan. Data yang

diteliti yaitu nilai-nilai budaya Batak. Nilai-nilai budaya Batak yang diteliti, yaitu:

(1) nialai kekerabatan, (2) nilai religi, (3) nilai hagabeon (keturunan), (4) nilai

uhum (hukum), (5) nilai konflik, (6) nilai hamoraon (kekayaan), (7) nilai

Hasangapon (arif dan bijaksana), (8) nilai pengayoman yang terdapat dalam

novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Deskripsi data

disesuaikan dengan rumusan masalah serta tujuan penelitian.

30

Page 39: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

31

A. Deskripsi Nilai-nilai Budaya Batak dalam novel Perempuan Bernama

Arjuna karya Remy Sylado

Berdasarkan kajian teori yang terdapat pada bab II, maka teori yang dapat

digunakan adalah, menganalisis nilai-nilai budaya Batak adalah teori Bungaran

Antonius Simanjuntak dan Enjelina Sinaga yang terdiri dari Nilai kekerabatan

adalah hubungan kekerabatan dalam hal ini terlihat pada tutur sapa baik karena

pertautan darah, dan pertautan karena perkawinan. Nilai religi adalah kehidupan

keagamaan, baik agama tradisional maupun agama yang datang, kemudian yang

mengatur hubungan dengan maha pencipta serta hubungan manusia dan

lingkungan hidupnya. Nilai keturunan (hagabeon) adalah orang yang memiliki

banyak anak dan berumur panjang. Nilai hukum (uhum) adalah adalah aturan

yang datang dari Debata Mula Jadi Nabolon melalui nenek moyang hula-hula

yang mengatur kehidupan manusia dengan manusia dan alam sekitarnya,

sekaligus mengatur manusia dengan roh nenek moyang dan Debata Mula Jadi

Nabolon. Nilai konflik adalah melibatkan atau dilibatkan dalam suasana konflik,

mendidik orang Toba menjadi orang yang terbuka. Nilai kekayaan (hamoraon)

adalah harta yang berwujud materi maupun non-materi yang di peroleh melalui

usaha atau melalui warisan. Nilai kehormatan (hasangapon) adalah merupakan

pengakuan dan penghormatan orang lain atas wibawa dan martabat seseorang.

Nilai pengayoman (pelindung) adalah Pengayom hanya diperlukan pada saat-saat

kritis misalnya ketika yang diayomi mengalami penderitaan baik lahir maupun

batin.

Page 40: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

32

a) Nilai Kekerabatan

Nilai inti kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam

pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu (hula-hula, dongantubu, boru). Hubungan

kekerabatan dalam hal ini terlihat pada tutur sapa karena pertautan darah,

solidaritas marga, martandang dan segala yang berkaitan dengan hubungan

kekerabatan karena perkawinan. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut ini.

Data 7

Berdasarkan kutipan di atas Arjuna yang ingin tahu unsur asas

kekeluargaan dalam adat Batak, yang ditanyakannya kepada Nadeak. Unsur adat

tersebt masih terjaga sampai saat sekarang ini.

Data 8

Berdasarkan kutipan di atas sebuah pertanyaan yang ditanyakan oleh

Arjuna kepada Nadeak kenapa orang Batak Kristen bisa hidup berdampingan

dengan Batak Islam.

Kesimpulannya, Walaupun sebutannya secara kebahasaan

terlihat beda, tapi inti dalam kebudayaan terlihat sama. Artinya

semua orang Batak adalah serumpun senenek moyang. (Sylado,

2016:29).

Kemudian saya bertanya dengan suara pelan, pertanda bahwa

sedikit rasa rambang di benak, yang saya lihat selintas, dan

mudah-mudahan ini tidak keliru, adalah orang Batak bisa hidup

rukun antara Kristen dan Islam karena marganya itu. (Sylado,

2016: 30).

Page 41: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

33

b) Nilai Religi

Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama

yang datang, kemudian yang mengatur hubungannya dengan maha pencipta serta

hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya. Orang Batak boleh

dibilang sangat religius. dalam kepercayaan religi Batak leluhur adalah

perwakilan dari debata mula jadi nabolon (tuhan maha pencipta) di dunia. Dengan

menghormati nenek moyang, berarti juga menghormati tuhan. Hal ini dapat dilihat

dari kutipan berikut ini:

Data 5

Bardasarkan kutipan di atas Arjuna yang menawarkan makanan kepada

Nadeak, namun Nadeak menolak untuk memakannya kerena daging babi atau

seluruh daging bagi kepercayaan yang dimiliki Nadeak adalah haram untuk

dimakan.

Data 9

Begini Kak, kata Nadeak kelihatan serius sekali. Kita tahu bahwa

setelah Nommensen berhasil membawa ke kristenan di tanah Batak

dan saya menganggap caranya sangat menghormati istiadat batak,

artinya ia sudah mempraktikkan suatu bentuk teologi kontekstual

sebelum terminologi ini sendiri ada di abad ke-19 yang

Hm, saya mengerti. Tampaknya dia bukan Batak Kristen seperti

umumnya orang Batak sekitar Toba yang tidak mengharamkan

babi. Oleh sebab itu, cepat saya berkata untuk menjelaskan latar

belakang keyakinan saya. “ saya muslim juga, Bung. Jadi silakan

Bung pesan sate ayam. Tapi kata Nadeak, Ya, bagi Muslim, babi

memang haram. Tapi bagi kami, semua daging baik yang hidup

di darat, di laut, bagi kami itu semua haram. Oh, saya mengerti.

Bung beragama Advent. (Sylado, 2016:19).

Page 42: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

34

menyebabkan mayoritas orang Batak sekarang memeluk agama

Kristen, toh didalamnya tidak sepi perselisihan tajam yang timbul

ketika diskusi tentang kekristenan itu mesti dibahas melalui teroka

zaman yang berganti. (Sylado, 2016:31).

Berdasarkan kutipan di atas Nadeak yang menjelaskan keberhasilan

Nommensen membawa agama Kristen ke tanah Batak pada abad ke-19. Dengan

keberhasilan Nommensen menyebabkan banyak orang Batak yang memeluk agam

Kristen dan didalamnya tidak pernah berhenti perselisihan antara satu masyarakat

dengan yang lain.

Data 11

Berdasarkan kutipan di atas Penjelasan masalah yang di terangkan oleh

Nadeak kepada Arjuna tentang kedatangan Nommensen ke tanah Batak.

Kehadiran Nommensen membuat masyarakat Batak menganut agama Kristen dan

harus menjauhi praktik paganisme nenek moyang yang justru dipelihara oleh raja-

raja Batak.

Data 15

Dan dia pun bercerita. Katanya dengan lancar disertai rasa haru,

“waktu itu Kakak Jeanne sudah siap benar duduk dipelaminan.

Sudah membuat gaun pengantin yang khas budaya Barat yang

Masalah ini sudah tumbuh di awal pertama Nommensen

bekerja di sini,”kata Nadeak. Setelah itu para penyebar Injil

dari Jerman dengan pola teologi Pietisme disatu pihak, dan

sikap kultural Aufklarung di lain pihak yang sangat Jerman

itu-menganjur pada masyarakat Batak yang telah di

Kristenkan , untuk harus menjauhi praktik-praktik paganisme

nenek moyang yang justru dipelihara oleh raja-raja Batak.

(Sylado, 2016:47).

Page 43: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

35

telah diserap adat Batak. Sudah juga bicara dengan pihak pastor

paroki- oh, ya, kak Jeanne itu Katolik, dan keluarga kami semua

Protestan- untuk menentukan tanggal sakramen di gereja.

Pendeknya semua sudah sungguh sungguh akan berjalan menurut

rencana memegang adat dan memegang iman secara total. Dan,

kakak tahu, ya adat Batak untuk pelangsungan perkawinan secara

Kristen, itu rumit.” (Sylado, 2016:56).

Berdasarkan kutipan di atas kegagalan Jeanne untuk melangsungkan

perkawinan dengan calon suaminya karena terdapat perbedaan keyakinan yang

dimiliki Jeanne berbeda dengan calon suaminya. Karena perbedaan agama

Katolik dan Protestan adalah masalah yang sangat besar untuk melanjalin

hubungan antara mereka berdua.

Data 20

Berdasarkan kutipan di atas penjelasan yang disampaikan Jean Claude

Van Damme kepada Arjuna bahwa nilai agama di tanah Batak sudah tertanam

sejak masih kecil. Nilai agama yang tertanam mulai sejak dini ini merupakan hal

yang sangat sulit untuk melepasnya dari ingatan anak-anak atau anak-anak

tersebut akan selalu mengingat kitab-kitab yang di ajarkan oleh orang tua ataupun

gurunya.

Kata suami saya, “hm, ya, ini bukti keberhasilan Nommensen

menginjil di tanah Batak. Sejak kecil anak-anak sudah dia ajar

isi pewartaan alkitab.” Tapi saya melihat dari sisi lain. Maka

kata saya, “jawaban anak itu membuktikan juga, bahwa dia

tidak peduli pada pencocokan ular dengan iblis.” (Sylado,

2016:83).

Page 44: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

36

Data 21

Berdasarkan kutipan di atas Nadeak menjelaskan kepada Arjuna bahwa

dengan kehadiran Nommensen di tanah Batak dapat membuat masyarakat Batak

berfikir dengan baik.

Data 28

Berdasarkan kutipan di atas Arjuna yang dapat menyimpulkan

keberhasilan nommensen membawa salib ke daerah Batak, namun semua itu tidak

berhasil di lakukan di daerah Batak mandailing karena orang Batak mandailing

sudah lama memeluk agama islam.

c) Hagabeon (keturunan)

Orang sangat menghargai orang yang memiliki banyak anak, dianggap

semakin kaya seseorang. Kehadiran anak dianggap sebagai generasi penerus

orang tuanya yang akan membawa keluarganya di kemudian hari. Dalam prinsip

hagabeon disebut juga dengan prinsip saurmatua, yaitu seseorang yang mati

“ Kata ibu saya, kak kesejukan udara dapat mendorong

manusia yang mukim di kitarannya dapat berpikir cendikia.

Dan, anda tahu, kak, mutu kecendikiaan halak Batak itu suka

atau tidak makin meningkat setelah Nommensen berhasil

membawa terang roh kudus di sini. (Sylado, 2016: 87).

Kesimpulan saya, yang saya katakana kepada Nadeak

Nommensen berhasil membawa salib karena kebetulan saja

waktu itu orang Batak, terutama disekitar Toba, masih animis.

Dia tidak bisa melakukan itu di daerah-daerah mandailing.

(Sylado, 2016: 156).

Page 45: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

37

sempurna pada saat dia tua dengan anak-anaknya yang sudah menikah dan

memiliki banyak cucu. Hal ini dapat dilihat dari tokoh-tokoh dalam novel

Prempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Tokoh-tokoh tersebut misalnya

Regina, Ayah Jean Claude dan Ayah Jeanne. Hal ini dapat dilihat dari kutipan

berikut ini:

Data 13

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Regina Memiliki nilai keturunan.

Nilai keturunan yang dimiliki Regina ini terlihat dari dua orang anak yang

dilahirkannya.

Data 14

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa ayah Jeanne Claudia memiliki

nilai keturanan. Hal ini dapat dilihat bahwa dia memberikan kabar pada

sahabatnya bahwa istrinya sedang hamil anaknya.

Rumahnya berjarak 300-an meter dari hotel tempat kami

menginap. Disitu Jeanne Claudia Batubara tinggal bersama adik

kandungnya. Adiknya ini juga seorang perempuan. Namanya

Regina, berumur tiga tahun lebih muda dan beranak dua. Nanti

Regina yang akan menceritakan tentang kakaknya. (Sylado,

2016:54).

Ayah Jean Claude mengatakan bahwa ia sudah punya anak

pertama bernama Jean Claude, ayah Jeanne Claudia pun

menyurat bahwa istrinya sedang hamil tujuh bulan. Katanya jika

istrinya melahirkan anaknyapun akan diberikan nama Jeane

Claude. Tapi ternyata anaknya yang lahir itu adalah perempuan.

maka namanyapun menjadi Jeanne Claudia. (Sylado, 2016:54).

Page 46: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

38

d) Nilai Uhum (hukum)

Sebelum adanya hukum formal seperti sekarang masyarakat Batak Toba

menganut hukum tradisional yang berkaitan dengan hukum adat. Hukum

tradisional adalah aturan yang datang dari Debata Mula Jadi Nabolon melalui

nenek moyang hula-hula yang mengatur kehidupan manusia dengan manusia dan

alam sekitarnya, sekaligus mengatur manusia dengan roh nenek moyang dan

Debata Mula Jadi Nabolon. Selain bersumber dari uhum adat yang berlaku

dikalangan masyarakat, Uhum juga ditetapkan oleh kepala-kepala suku atau raja-

raja masyarakat setempat. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini:

Data 27

Berdasarkan kutipan di atas Nadeak menjelaskan bahwa di daerah Batak

tidak boleh melakukan perkawinan didalam satu marga karena siapa yang

melanggar aturan yang di benaran tersebut akan mendapatkan sangsi yang berat

dari pendiri adat.

Ya, setelah itu larangan serius dalam adat Batak adalah yang

dilaraskan melalui Dalihan Na Tolu, adalah perkawinan satu

marga. Peringatannya dalam bahasa Batak adalah “Situtungon

tu ramba, sinongnongon tu aek, Maknanya disampaikan E.H

Tambunan, perkawinan semarga terhukum dengan nyala api

yang di jatuhkan di air dalam, intinya kemampuan tidak

monogamy atau tidak kawin semarga merupakan ajarann

kesetiaa, menjauh diri dari dusta atau keboohongan. (Sylado,

2016: 133).

Page 47: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

39

e) Nilai Konflik

Nilai konflik dipandang dari sudut lain merupakan komponen yang

penting dalam proses sosialisasi orang Toba. Proses melibatkan atau dilibatkan

dalam suasana konflik, mendidik orang Toba menjadi orang yang terbuka. Hal ini

dapat dipahami karena hampir tidak ada konflik yang disembunyikan. Berkonflik

dalam masyarakat Toba bukanlah suatu aib. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan

dibawah ini:

Data 16

Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa Regina yang menjelaskan

kepada Arjuna bahwa perkawinan semarga itu tidak boleh terjadi dalam adat

budaya Batak. Apabila terjadi perkawinan satu marga merupakan masalah yang

sangat besar, dan bisa menghilangkan pungsi boru dalam sebuah rumah tangga,

dan hal ini juga bisa menjadi masalah yang sangat besar bagi mereka yang

melakukan perkawinan semarga.

f) Nilai Hamoraon (kekayaan)

Hamoraon merupakan salah satu nilai budaya yang mendasar mendorong

orang Batak, khususnya orang Toba untuk mencari harta benda yang banyak.

“Dasarnya dilaraskan dengan pengetahuan Dalihanna Tolu”

kata Regina. “prinsipnya, tidak boleh ada perkawinan semarga.

Masalahnya, nanti ketika pihak istri misalnya menjadi hula-

hula, yaitu keluarga yang menjadi tinggi, fungsi boru sebagai

anggota keluarga yang kawin dengan putri semarga, akan

hilang, dan hak boru akan menjadi dongan sebutuhan dengan

hula-hula tersebut. Lazimnya, perkawinan semarga merupakan

cela, dan berpegan pada adat maka yang melakukannya diusir

dari tanah leleuhur.” (Sylado, 2016: 59).

Page 48: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

40

Secara lebih luas hamoraon, merupakan tujuan hidup untuk menyejahterakan dan

menjadi sumber penting otoritas. Kekayaan dianggap sebagai lambang

keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup. Dengan kekayaan, ia bisa

mengangkat status sosial dirinya di mata keluarga. Nilai hamoraon juga disebut

sebagai pemicu bagi orang Batak untuk meraih kehormatan diri dan keluarganya

baik yang berwujud materi maupun non-materi yang di peroleh melalui usaha atau

melalui warisan. Hal ini bisa dilihat dari tokoh-tokoh dalam novel Perempuan

Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Tokoh-tokoh tersebut adalah Nadeak, Jean

Claude Van Damme bisa dilihat dari kutipan beriku ini :

Data 1

Kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Nadeak memiliki nilai

kekayaan, hal ini dapat dilihat bahwa Nadeak memiliki taksi pribadi, sehingga

Nadeak bisa menyewakan taksinya tersebut kepada orang-orang yang ingin

menyewa taksi.

Data 2

Ya kak ujarnya tandas. Sudah empat tahun saya memangkal taksi di

bandara ini. Saya hafal betul muka-muka orang yang datang dan

pergi dari sini. “Hebat”, kata saya. “Makanya sewalah taksi saya.

Taksi saya satu-satunya milik pribadi dengan warna khas Batak:

merah, putih, hitam. ” (Sylado, 2016:13).

”Barangkali kami akan pakai sekitar lima hari,” kata saya.

“Bagus,” katanya satu setengah juta saja. Bensin beli sendiri.

Juga ongkos-ongkos parkir. Kita bisa keliling seluruh tanah

Batak: Karo, Toba, Simalungun, Mandailing, Angkola. Saya pun

siap menjadi pemandu. Saya kenal seluruh bagian tanah Batak.”

(Sylado, 2016:13).

Page 49: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

41

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Nadeak memiliki nilai kekayaan,

hal ini dapat dilihat dari sewa taksi milik Nadeak dia bisa mendapatkan uang dari

orang-orang yang ingin meyewa taksinya. Uang yang didapatkan Nadeak

tergantung berapa lama orang-orang yang ingin menyewa taksinya tersebut.

Data 6

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Nadeak memiliki nilai kekayaan

dapat dilihat dari mobil milik Nadeak yang tidak seperti mobil taksi pada

umumnya. Mobilnya ini minibus yang sudah ia rancang khusus untuk menjadi

taksi dan menjadi tempat dia untuk istirah apabila mobilnya disewa oleh orang-

orang sehingga dia tidak perlu mengeluarkan uang untuk tempat istirahat.

Data 12

Setelah duduk dikursi didepan meja makan, saya mengontak

Nadeak untuk sarapan bersama-sama dengan kami. Rupanya dia

baru bangun dari tidurnya di dalam mobil. O, ya, saya lupa

mengatakan kepada anda bahwa taksi milik Nadeak itu bukan

sedan seperti umumnya taksi-taksi yang ada, tapi adalah sebuah

minibus yang dirancang jok-joknya sedemikian rupa untuk bisa

dijadikan tempat tidur, sehingga ia tidak perlu membaya hotel

bersama orang-orang yang menyewa taksinya. (Sylado, 2016:25).

Ya, jawab Nadeak mangkanya Sinaga mengkritik mereka

dalam bukunya bahwa mereka tidak memahami alkitab secara

utuh dan hanya mengenal adat secara sempit. Kesannya jelas,

mereka mengabaikan adat, bahkan merendahkan tapi,

bersamaan itu mereka semua tetap memakai nama marga,

sementara marga dalam masyarakat budaya Batak adalah

warisan adat nenek moyang. (Sylado, 2016: 50).

Page 50: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

42

Berdasarkan kutipan di atas Nadeak menjelaskan kepada Arjuna bahwa

marga yang ada di tanah Batak adalah warisan adat nenek moyang yang selalu di

taati sampai saat sekarang ini. Warisan ini merupakan kekayaan yang tidak

ternilai harganya.

Data 22

Berdasarkan kutipan yang ada di atas Tongkat tunggal panaluan

merupakan tongkat yang mistis dan merupakan warisan budaya yang ada di tanah

Batak namun sekarang banyak kopiannya yang di perjual belikan untuk

cendramata. Tongkat tunggal panoluan ini merupakan warisan salah satu warisan

yang ada di tanah Batak.

Data 24

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Jean Claude Van Damme

memiliki nilai kekayaan, hal ini dapat dilihat dari cara dia berterima kasih pada

seseorang dengan cara memberikan amplop yang berisikan uang.

Merasa bersalah. Saya berinisiatif menyalami Amir, secara

langsung menyatakan rasa terimakasih. Dan, ketika saya masih

bersalaman dengannya, Jean Claude Van Damme memberinya

amplop berisi uang satu juta rupiah. (Sylado, 2016:114).

Bung tahu tentang tongkat tunggal panoluan? konon bisa dibeli

di Samosir, kata saya. ”Ya itu barang kopian. Maksudnya, itu

dibuat dibuat sekarang untuk cendramata. Dulu, sejarahnya,

tunggal panaluan dipakai untuk upacara-upacara mistik,

dipercayai memiliki kekuatan supra natural dan kesaktian yang

menakutkan. (Sylado, 2016: 95).

Page 51: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

43

Data 26

Berdasarkan kutipan di atas menggambarkan bahwa Nadeak menjelaskan

kepada Arjuna bahwa alat music khas adat Batak terdiri dari beberapa macam

sampai sekarang warisan leluhur itu masih dipakai dalam setiapa pelaksanaan adat

yang dilakukan di tanah Batak.

Data 29

Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa Arjuna yang menaiki

sebuah bukit dan berdiri melihat sekelilingnya bahwa ada bangunan kuburan yang

mewah, kemewahan ini hanya bisa dibuat oleh orang orang kaya untuk membuat

kuburan semewah yang dilihat Arjuna pada waktu itu.

Data 31

Tapi Bung, sebenarnya apa istrumen khas Batak yang bisa

dipakai dalam upacara adat Batak? “Yang tadi itu gondang

kata Nadeak yang istimewa adalah ogung. ada empat jenis

ogung yang dengan bunyi berbeda waris lama yang terlestari

kini, masing-masing doal, oloan,panggora, ihutan. (Sylado,

2016: 121).

Sambil berfikir begitu saya mendaki ke bukit yang berdiri

bangunan kuburan yang tampak begitu masif, mewah, dan

memang hanya orang orang kaya yang bisa membuat

bangunan itu. (Sylado, 2016: 187).

Saya pun memegang buku itu dan menunjukkannya pada sang

pemilik toko. Ini saja berapa. itu Rp 750.000,00. Ok kata Jean

Claude Van Damme, Lantas mengeluarkan uang dari tas

tentengannya, dan membayar sambil berkata kalu ada buku-

buku tua Belanda tentang Celebes, saya mau sekali. (Sylado,

2016:266).

Page 52: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

44

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa Jean Claude Van Damme

yang berusaha membeli buku dengan uang yang dimilikinya. uang tersebut adalah

kekayaan yang diperolehnya dari usahanya sendiri.

Data 33

Kutipan di atas ini menggambarkan Jean Claude Van Damme memiliki

nilai kekayaan, hal ini dapat dilihat dari caranya yang murah hati kepada Nadeak.

Nadeak yang mendapatkan uang tambahan dari Jean Claude Van Damme

sehingga Nadeak merasa senang dan terharu.

g) Nilai Hasangapon (arif dan bijaksana)

Istilah hasangapon bagi masyarakat Batak Toba adalah pemberian

kearifan dan kebijaksanaan. Seseorang yang akan dikatakn sangap jika ia mampu

bersikap arif dan bijaksana dalam menyelesaikan konflik atau masalah.

Hasangapon juga merupakan pengakuan dan penghormatan orang lain atas

wibawa dan martabat seseorang. Hal ini dapat dilihat dari tokoh-tokoh dalam

novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Tokoh-tokoh yang

memiliki nilai kehormatan adalah Nadeak, Jean Claude Van Damme, Arjuna dan

Amir

Data 3

Saya sampaikan kepada Jean Claude Van Damme, dan suami saya

setuju. Suami saya senang sekali melihat cara tutur sopir taksi itu.

Setelah itu Jean Claude Van Damme menambah lagi uang sewa

taksinya sejumlah sepersepuluh dari honorarium yang

diperolehnya dari ceramah di Universitas. Nadeak terharu

mendapat tambahan satu setengah juta rupiah yang diberikan

oleh Jean Claude Van Damme. (Sylado, 2016:274).

Page 53: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

45

Nada bicaranya seperti orang berpantun. Saya sendiri belum tahu

sopir ini berasal dari mana. Naga-naganya dia bukan orang Melayu

Deli. dia pasti Batak. Tapi entah dari mana. Dia bisa membedakan

antara lafal /e/dan/é/ atau/è/. Biasanya Batak Toba cendrung

melafal /e/ menjadi/é/. Sedangkan Batak Karo punya kata berlafal

/e/. (Sylado, 2016: 13).

Kutiapan di atas menggambarkan tokoh Nadeak memiliki nilai

kehormatan, dapat dilihat dari pengakuan seseorang. Cara bicaranya yang sopan

dapat mengangkat wibawa sehingga Nadeak dapat dihormati oleh orang lain.

Data 4

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Nadeak memiliki nilai

kehormatan, hal ini dapat dilihat dari cara Nadeak berbicara pada orang yang ada

disekitarnya sesuai dengan kenyataan, sehingga dia dihormati dan disegani oleh

orang lain.

Data 10

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Jean Claude Vaan Damme

memiliki nilai kehormatan, hal ini dapat dilissshat bahwa cara Jean Claude Van

Wah, dalam sekejap saya bisa menyimpulkan, bahwa sopir taksi ini

cukup paham dengan apa yang akan dikatakannya. Kesan saya dan

mudah-mudahan saya benar, adalah sopir taksi tidak seperti

umumnya orang Indonesia dari kalangan tidak terpelajar, bicara

stel kencang tapi asbun. Maka, saya memujinya. “Tapi suara bung

itu tadi juga tergolong bel canto. saya teringat pada Pavarotti.

(Sylado, 2016:17).

Ya, ya kata saya. Saya muslim, tapi saya ingat kalimat itu dalam

bahasa inggrisnya: go ye therefore, and teach all nations, baptizing

them in the name of the father, ke Jean Claude Van Damme,

meminta pembenaran. “Betul kan, Prof cintaku, jantung hatiku.

Jean Claude Van Damme mengangguk sambil tersenyum. ( Sylado,

2016:47).

Page 54: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

46

Damme dapat membenarkan jawaban atau meluruskan jawaban yang ditanya oleh

Arjuna kepadanya.

Data 17

Kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Arjuna memiliki nilai

kehormatan, hal ini dapat terlihat dari cara orang lain menghormatinya walaupun

dia lebih muda dari orang tersebut.

Data 18

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Arjuna memiliki nilai

kehormatan, Hal ini dapat dilihat bahwa pengakuan orang lain yang merasa

bangga memiliki orang seperti Arjuna.

Data 19

Saya mengangguk-angguk kini saya menyembunyikan suara

tertentu seperti tadi. Bersamaan dengan itu saya termangu-mangu

karena merasa aneh, bahwa Regina yang sudah tua, berusia sekitar

60-an tahun, memanggil dan menyapa saya” kak” (Sylado,

2016:65).

“Sebelum pulang ke Belanda, saya ingin pergi juga ke

Minahasa, melihat Tomohon, tempat kelahiran ibu saya.” Oh,

ya, itu bisa kita atur kata saya. Cepat-cepat ia cium saya dengan

girang. Katanya,” saya bangga punya istri macam kamu Arjuna

sayang. Saya kedip-kedip mata, merasa tidak perlu

menanggapinya dengan kalimat searti dengan pengakuannya itu.

(Sylado, 2016:67).

Mengejutkan jawaban anak itu. Dia berkata dengan

tenang,”Ular itu memang iblis, Tulang. Tapi sudah dikuliti, lalu

dipotong-potong, dan dagingnya dimasak pakai santan dan

lambok, namanya „rendang‟lah itu, Tulang. “(Sylado, 2016:83).

Page 55: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

47

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Nadeak memiliki nilai

kehormatan, hal ini dapat terlihat dari cara seorang anak perempuan yang

menghormatinya dengan memanggilnya tulang.

Data 23

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Amir memiliki nilai

kehormatan, hal ini dilihat dari cara atau perlakuan yang ditunjukkan Jean Claude

Van Damme kepada Amir.

Data 25

Dari kutipan di atas menggambarkan tokoh Amir memiliki nilai

kehormatan, hal ini dapat terlihat dari penghormatan dan penghormatan yang

ditunjukkan oleh Jean Claude Van Damme dan Arjuna kepadanya.

Data 30

Dengan riang-ria Jean Claude Van Damme mengambil

barangnya itu. Dia meloncat, seperti anak kijang, memeluk

Amir. Oh aku senang dipeluk bintang pilim kesukaanku,”kata

Amir.” Ayolah kita berfoto-foto dulu. (Sylado, 2016: 114).

Dia ketawa renyah. Dia pamit. Ternyata dia datang kesini dengan

istrinya. Istrinya menunggu di mobil. Dialah orang pertama yang

tadi memasuki area parkir di depan hotel ini. Saya melambaikan

tangan kepadanya. juga Jean Claude Van Damme, melakukan ini

dengan suka cita, bangga dan haru. (Remy Sylado 2016: 116)

Hai, Ucok! Seperti manusia mesin kelima anak laki-laki itu secara

berbarengan menoleh kearah saya. Oh, ya, saya lupa, kata si Ucok

kecil itu, bahwa semua anaklaki di sini, memang biasa di panggil

Ucok. Tapi si Ucok kecil itu satu-satunya yang berseru girang

melihat saya. Katanya naïf, oh, Inang Duapuluhribu! Saya ketawa,

dan mengerutu senang. Sialan! gara-gara saya memberinya Rp

20.000, maka sekarang dia memanggil saya Inang duapuluhribu.

(Sylado, 2016:209).

Page 56: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

48

Kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Arjuna memiliki nilai

kehormatan, hal ini dapat terlihat karena kebaikan hatinya pada seorang anak kecil

yang diberinya uang. Anak tersebut sangat menghormati Arjuna karena kebaikan

hatinya.

Data 32

Kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Nadeak memiliki nilai

kehormatan, karena pengakuan orang lain kepadanya. Dari pengakuan yang

dilakukan orang tersebut membuat Nadeak menjadi lebih terhormat.

h) Nilai Pengayoman (pelindung)

Kehadiran pengayom dalam kehidupan orang Toba sangat diperlukan.

Pengayom adalah pemberi kearifan, pemberi kesejahteraan, pelindung yang ditaat,

pencipta ketentraman batin. Pengayom hanya diperlukan pada saat-saat kritis

misalnya ketika yang diayomi mengalami penderitaan baik lahir maupun batin.

B. Analisis Nilai-nilai Budaya Batak dalam novel Perempuan Bernama

Arjuna karya Remy Sylado

Berdasarkan deskripsi data yang dilakukan tentang analisis nilai-nilai

budaya Batak dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado,

maka akan di analisis (1) nialai kekerabatan, (2) nilai religi, (3) nilai hagabeon

(keturunan), (4) nilai uhum (hukum), (5) nilai konflik, (6) nilai hamoraon

(kekayaan), (7) nilai Hasangapon (arif dan bijaksana), (8) nilai pengayoman. Data

yang telah dideskripsikan akan dianalisis sesuai dengan teori yang telah

Malahan sebagai ekspresi rasa hormat kepada Nadeak suami saya

memeluknya sambil menepuk-nepuk bahunya sebelum perpisahan

di bandara Kualanamu. (Sylado, 2016:274).

:

Page 57: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

49

dipaparkan pada bab sebelumnya. Analisis data akan disesuaikan dengan rumusan

masalah, tujuan masalah, dan deskripsi data.

a) Nilai kekerabatan

Nilai inti kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam

pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu (hula-hula, dongantubu, boru). Hubungan

kekerabatan dalam hal ini terlihat pada tutur sapa karena pertautan darah,

solidaritas marga, martandang dan segala yang berkaitan dengan hubungan

kekerabatan karena perkawinan. Hal tersebut terlihat dalam kutipan dibawah ini.

Data 7

Berdasarkan kutipan yang dicetak tebal di atas dapat dianalisis bahwa nilai

kekerabatan bagi orang Batak nilai kekerabatan merupakan nilai budaya yang

pertama sekali terwujud dalam pelaksanaan adat. Kalimat semua orang Batak

adalah serumpun senenek moyang merupakan nilai kekerabatan hal ini bisa

terjalin karena tali darah atau solidaritas marga. Tali kekerabatan bagi orang Batak

sangat erat karena mempunyai nenek moyang yang sama atau karena satu

keturunan maupun satu marga yang sama.

Data 8

Kesimpulannya, Walaupun sebutannya secara kebahasaan

terlihat beda, tapi inti dalam kebudayaan terlihat sama. Artinya

semua orang Batak adalah serumpun senenek moyang.

(Sylado, 2016:29).

Kemudian saya bertanya dengan suara pelan, pertanda bahwa

sedikit rasa rambang di benak, yang saya lihat selintas, dan

mudah-mudahan ini tidak keliru, adalah orang Batak bisa hidup

rukun antara Kristen dan Islam karena marganya itu.

(Sylado, 2016: 30).

Page 58: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

50

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis nilai kekerabatan, bagi orang

Batak nilai kekerabatan merupakan nilai yang harus dipatuhi, kalimat orang Batak

bisa hidup rukun antara Kristen dan Islam karena marganya, bagi orang Batak

marga merupakan hal yang harus dipatuhi karena dalam setiap satu marga maka

orang tersebut termasuk satu keluarga walaupun terdapat perbedaan pendapat atau

kepercayaan. Setiap penganut agama yang berbeda-beda tidak boleh saling

menghina agama yang di anutnya satu sama lain, dari hal tersebut maka terjalinlah

kekerabatan yang baik. Jadi karena adanya nilai kekerabatan ini bisa membuat

orang Batak hidup rukun karena marga yang dimiliki walaupun berbeda pendapat.

b) Nilai Religi

Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama

yang datang, kemudian yang mengatur hubungannya dengan maha pencipta serta

hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya. Orang Batak boleh

dibilang sangat religius. dalam kepercayaan religi Batak leluhur adalah

perwakilan dari debata mula jadi nabolon (tuhan maha pencipta) di dunia. Dengan

menghormati nenek moyang, berarti juga menghormati tuhan. Hal ini dapat dilihat

dari kutipan berikut ini:

Data 5

Hm, saya mengerti. Tampaknya dia bukan Batak Kristen seperti

umumnya orang Batak sekitar Toba yang tidak mengharamkan

babi. Oleh sebab itu, cepat saya berkata untuk menjelaskan latar

belakang keyakinan saya. “ saya muslim juga, Bung. Jadi

silakan Bung pesan sate ayam. Tapi kata Nadeak, Ya, bagi

Muslim, babi memang haram. Tapi bagi kami, semua daging

baik yang hidup di darat, di laut, bagi kami itu semua

haram. Oh, saya mengerti. Bung beragama Advent. (Sylado,

2016:19).

Page 59: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

51

Bardasarkan kutipan di atas dapat dianalisis nilai religi, bagi orang Batak

nilai religi atau agama sangat di taati dan menghargai agama mereka masing-

masing. Seperti Tokoh Nadeak yang taat dalam menjalankan segala perintah

agama yang dianutnya hal ini terlihat dari ketaatannya untuk tidak memakan

daging babi, karena bagi agama yang di anut oleh Nadeak semua daging baik

yang ada di darat, laut maupun udara itu adalah haram. Jadi karena ketaatannya

dalam menjalani agama dia tidak pernah memakan daging jenis apapun.

Data 9

Begini Kak, kata Nadeak kelihatan serius sekali. Kita tahu bahwa

setelah Nommensen berhasil membawa ke kristenan di tanah

Batak dan saya menganggap caranya sangat menghormati

istiadat batak, artinya ia sudah mempraktikkan suatu bentuk

teologi kontekstual sebelum terminologi ini sendiri ada di abad ke-

19 yang menyebabkan mayoritas orang Batak sekarang memeluk

agama Kristen, toh didalamnya tidak sepi perselisihan tajam yang

timbul ketika diskusi tentang kekristenan itu mesti dibahas melalui

teroka zaman yang berganti. (Sylado, 2016:31).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai religi, bagi orang

Batak kedatangan Nommensen membawa kekristenan di tanah Batak sangat

dihargai orang Batak, karena Nommensen membawa agama Kristen baik agama

tradisional maupun agama yang datang, dia mengatur hubungannya dengan

manusia dan lingkungan hidup karena caranya membawa agama sangat

menghormati adat-istiadat yang ada di tanah Batak. Caranya menghormati adat-

istadat yang ada di tanah Batak berarti juga menghormati Tuhan.

Page 60: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

52

c) Nilai Hagabeon (keturunan)

Orang sangat menghargai orang yang memiliki banyak anak, dianggap

semakin kaya seseorang. Kehadiran anak dianggap sebagai generasi penerus

orang tuanya yang akan membawa keluarganya di kemudian hari. Dalam prinsip

hagabeon disebut juga dengan prinsip saurmatua, yaitu seseorang yang mati

sempurna pada saat dia tua dengan anak-anaknya yang sudah menikah dan

memiliki banyak cucu. Tokoh-tokoh tersebut misalnya Regina, Ayah Jean Claude

dan Ayah Jeanne. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut ini:

Kalimat di bawah ini, menjelaskan bahwa Jeanne Claudia tinggal bersama

adik kandungnya yang mempunyai keturunan.

Data 13

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis nilai hagabeon, bagi orang

Batak memiliki banyak anak adalah kekayaan yang tidak ternilai bagi orang

Batak. Keturunan dipandang sebagai pemberi harapan hidup karena keturunan

adalah sesuatu yang tidak ternilai bagi orang tua, keluarga dan kerabat. Keturunan

bagi orang Batak dianggap sebagai harta yang paling berharga. Seperti tokoh

Regina yang memiliki dua orang anak, kehadiran anak ini merupakan penerus

orang tuanya, maka anak-anaklah yang akan membawa nama keluarganya

dikemudian hari. Nama Regina tidak akan pernah mati karena anak-anaknya yang

Rumahnya berjarak 300-an meter dari hotel tempat kami

menginap. Disitu Jeanne Claudia Batubara tinggal bersama adik

kandungnya. Adiknya ini juga seorang perempuan. Namanya

Regina, berumur tiga tahun lebih muda dan beranak dua.

Nanti Regina yang akan menceritakan tentang kakaknya.

(Sylado, 2016:54).

Page 61: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

53

akan terus membawa nama orang tuanya sampai kapanpun. Bagi orang batak

seseorang yang memiliki banyak anak akan lebih dihargai.

Kalimat di bawah ini, menjelaskan bahwa Ayah Jean Claude sahabat karib

dengan ayah Jeanne Claudia, mereka saling berkirim surat untuk memberi kabar

satu sama lain.

Data 14

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis nilai hagabeon, bagi orang

Batak akan sangat dihargai apabila memiliki banyak anak, kehadiran seorang anak

dianggap sebagai generasi penerus orang tuanya yang akan membawa nama

keluarganya dikemudian hari. Karena keturunan adalah suatu kebahagian yang

tidak ternilai harganya bagi orang tua, keluarga, dan kerabat. Seperti orang tua

Jeanne Claudia dengan lahirnya Jeanne Claudia merupakan penerus keluarganya

dimasa yang akan datang, walaupun orang tua mereka tidak ada lagi namun anak-

anak inilah yang akan selalu mengangkat nama keluarganya dimasa yang akan

datang.

d) Nilai Uhum (hukum)

Sebelum adanya hukum formal seperti sekarang masyarakat Batak Toba

menganut hukum tradisional yang berkaitan dengan hukum adat. Harahap dan

Ayah Jean Claude mengatakan bahwa ia sudah punya anak

pertama bernama Jean Claude, ayah Jeanne Claudia pun

menyurat bahwa istrinya sedang hamil tujuh bulan. Katanya

jika istrinya melahirkan anaknyapun akan diberikan nama Jeane

Claude. tapi ternyata anaknya yang lahir itu adalah perempuan.

maka namanyapun menjadi Jeanne Claudia. (Sylado, 2016:54).

Page 62: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

54

Siahaan (1987:166) juga mengatakan hukum tradisional mengandung makna

religi dan kesadaran hukum formal. Hukum tradisional adalah aturan yang datang

dari Debata Mula Jadi Nabolon melalui nenek moyang hula-hula yang mengatur

kehidupan manusia dengan manusia dan alam sekitarnya, sekaligus mengatur

manusia dengan roh nenek moyang dan Debata Mula Jadi Nabolon. selain

bersumber dari uhum adat yang berlaku dikalangan masyarakat, Uhum juga

ditetapkan oleh kepala-kepala suku atau raja-raja masyarakat setempat.

Data 27

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai uhum (hukum),

bagi orang Batak nilai hukum sangat di patuhi karena nilai hukum adalah

peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap orang Batak karena hukum ini datang

dari nenek moyang yang ada di tanah Batak, yang mengatur kehidupan manusia

dengan manusia, manusia dengan alam sekitarnya. Hukum juga ditetapkan oleh

kepala-kepala suku atau raja-raja adat setempat. Jadi dengan adanya hukum

tersebut, maka tidak boleh terjadi perkawinan dalam satu marga , jika hal itu

Ya, setelah itu larangan serius dalam adat Batak adalah

yang dilaraskan melalui Dalihan Na Tolu, adalah

perkawinan satu marga. Peringatannya dalam bahasa Batak

adalah “Situtungon tu ramba, sinongnongon tu aek, Maknanya

disampaikan E.H Tambunan, perkawinan semarga terhukum

dengan nyala api yang di jatuhkan di air dalam, intinya

kemampuan tidak monogamy atau tidak kawin semarga

merupakan ajarann kesetiaa, menjauh diri dari dusta atau

keboohongan. (Sylado, 2016:133).

Page 63: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

55

terjadi maka orang yang melanggarnya akan mendapatkan sangsi dari pemimpin

adat atau raja-raja adat setempat.

e) Nilai Konflik

Nilai konflik dipandang dari sudut lain merupakan komponen yang penting dalam

proses sosialisasi orang Toba. Proses melibatkan atau dilibatkan dalam suasana

konflik, mendidik orang Toba menjadi orang yang terbuka. Hal ini dapat

dipahami karena hampir tidak ada konflik yang disembunyikan. Berkonflik dalam

masyarakat Toba bukanlah suatu aib. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan

dibawah ini:

Data 16

Berdasarkan kutipan yang dicetak tebal di atas dapat dianalisis nilai

konflik, bagi orang Batak nilai konflik sangat berguna, karena nilai konflik

merupakan sebuah komponen yang harus dijauhi. Karena melibatkan atau

dilibatkan dalam suasana konflik mendidik orang Batak menjadi orang yang

terbuka. Bagi orang Batak siapa saja yang melakukan kesalahan apalagi

pernikahan yang dilakukan satu marga merupakan cela pada adat, maka bagi

“Dasarnya dilaraskan dengan pengetahuan Dalihanna Tolu”

kata Regina. “prinsipnya, tidak boleh ada perkawinan semarga.

Masalahnya, nanti ketika pihak istri misalnya menjadi hula-

hula, yaitu keluarga yang menjadi tinggi, fungsi boru sebagai

anggota keluarga yang kawin dengan putri semarga, akan

hilang, dan hak boru akan menjadi dongan sebutuhan dengan

hula-hula tersebut. Lazimnya, perkawinan semarga

merupakan cela, dan berpegan pada adat maka yang

melakukannya diusir dari tanah leleuhur.” (Sylado,

2016:59).

Page 64: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

56

setiap orang yang melakukan hal tersebut akan mendapatkan sangsi bahkan akan

di usir dari tanah leluhurnya, karena bagi orang Batak tidak ada konflik yang

disembunyikan.

f) Nilai Hamoraon (kekayaan)

Hamoraon merupakan salah satu nilai budaya yang mendasar mendorong

orang Batak, khususnya orang Toba untuk mencari harta benda yang banyak.

Secara lebih luas hamoraon, merupakan tujuan hidup untuk menyejahterakan dan

menjadi sumber penting otoritas. Kekayaan dianggap sebagai lambang

keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup. Dengan kekayaan, ia bisa

mengangkat status sosial dirinya di mata keluarga. Nilai hamoraon juga disebut

sebagai pemicu bagi orang Batak untuk meraih kehormatan diri dan keluarganya

baik yang berwujud materi maupun non-materi yang di peroleh melalui usaha atau

melalui warisan. Hal ini bisa dilihat dari tokoh-tokoh dalam novel Perempuan

Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Tokoh-tokoh tersebut adalah Nadeak, Jean

Claude Van Damme bisa dilihat dari kutipan berikut ini :

Nilai kekayaan yang dimiliki Nadeak dari segi non materi yaitu sebuah

taksi pribadinya. Hal itu dapat terlihat pada kutipan berikut ini:

Data 1

Ya kak ujarnya tandas. Sudah empat tahun saya memangkal taksi

di bandara ini. Saya hafal betul muka-muka orang yang datang

dan pergi dari sini. “Hebat”, kata saya. “Makanya sewalah taksi

saya. Taksi saya satu-satunya milik pribadi dengan warna

khas Batak: merah, putih, hitam. ” (Sylado, 2016:13).

Page 65: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

57

Berdasarkan kutipan yang dicetak tebal di atas dapat dianalisis bahwa

nilai hamoraon (kekayaan), bagi orang Batak merupakan tujuan hidup untuk

menyejahterakan kehidupan keluarganya, keluarga akan sejahtera apabila

seseorang didalam suatu keluarga tersebut mempunyai penghasilan yang berlebih

dan memiliki mata pencarian. Kekayaan dianggap sebagai lambang keberhasilan

seseorang dalam menjalani hidup. Dengan kekayaan dia bisa mengangkat derajat

dirinya dimata keluarga. Seperti tokoh Nadeak yang memiliki sebuah taksi,

dengan adanya taksi tersebut Nadeak bisa memperoleh uang yang banyak untuk

menghidupi keluarganya. Bagi orang Batak dengan adanya taksi ini

melambangkan keberhasilan Nadeak dalam menjalani hidup dan kehidupan.

Kekayaan yang dimiliki Nadeak dapat mengangkat status sosial dirinya dimata

keluarganya.

Kalimat di bawah ini, menjelaskan bahwa untuk menyewa taksi Nadeak

selama lima hari cukup membayar satu setengah juta, namun ongkos parkir dan

uang pembeli bensin harus ditanggung oleh orang yang menyewa taksi milik

Nadeak

Data 2

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai kekayaan

(hamoraon), bagi orang Batak memiliki banyak uang merupakan tujuah hidup

”Barangkali kami akan pakai sekitar lima hari,” kata saya.

“Bagus,” katanya satu setengah juta saja. Bensin beli

sendiri. Juga ongkos-ongkos parkir. Kita bisa keliling

seluruh tanah Batak: Karo, Toba, Simalungun, Mandailing,

Angkola. Saya pun siap menjadi pemandu. Saya kenal seluruh

bagian tanah Batak.” (Sylado, 2016:13).

Page 66: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

58

supaya dapat menyejahetrakan keluarganya. Dengan adanya uang maka setiap

keluarga bisa menikmati kehidupan yang layak, karena bagi orang Batak mencari

uang merupakan tujuan yang utama supaya dapat memberikan kesejahtraan bagi

keluarga. Seperti tokoh Nadeak yang mendapatkan uang dari hasil sewa taksinya,

uang yang diperoleh Nadeak merupakan nilai kekayaan yang berujud materi.

Dengan adanya uang tersebut maka status sosial dirinya dimata keluarga dan

menjadi lebih dihormati.

Kalimat di bawah ini menjelaskan bahwa mobil milik Nadeak yang

dijadikannya sebagai taksi bukan seperti mobil sedan biasanya.

Data 5

Setelah duduk dikursi didepan meja makan, saya mengontak

Nadeak untuk sarapan bersama-sama dengan kami. Rupanya dia

baru bangun dari tidurnya di dalam mobil. O, ya, saya lupa

mengatakan kepada anda bahwa taksi milik Nadeak itu

bukan sedan seperti umumnya taksi-taksi yang ada, tapi

adalah sebuah minibus yang dirancang jok-joknya

sedemikian rupa untuk bisa dijadikan tempat tidur, sehingga

ia tidak perlu membaya hotel bersama orang-orang yang

menyewa taksinya. (Sylado, 2016:25).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis nilai hamoraon (kekayaan),

bagi orang Batak dalam menjalani hidup harus memiliki banyak harta baik yang

berujud materi maupun non materi yang diperoleh melalui usaha sendiri. Kekayan

yang berwujud non materi berupa benda yang diperoleh melalui usaha sendiri.

Seperti tokoh Nadeak yang mempunyai sebuah mobil minibus yang dijadikannya

sebuah taksi pribadi, mobil taksi ini diperolehnya dari usahanya sendiri, dengan

adanya taksi tersebut merupakan lambang keberhasilannya dalam menjalani

hidup. Dengan taksi ini Nadeak lebih mudah untuk mencari harta benda yang

Page 67: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

59

banyak, karena bagi orang Batak dalam menjalani hidup harus memiliki harta

benda yang banyak supaya dapat mengankat kehormatan keluarganya.

Kalimat di bawah ini menjelaskan bahwa Jean Claude Van Damme

meberikan amplop yang berisi uang kepada Amir, hal ini dilakukan Jean Claude

Van Damme karena rasa terimakasihnya kepada Amir.

Data 13

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis nilai hamoraon (kekayaan),

bagi orang Batak nilai kekayaan disebut juga sebagai pemicu untuk meraih

kehormatan baik dari keluarga maupun dari orang lain. Orang Batak kaya jika

semakin banyak member kepada orang lain, maka semakin banyak pula yang akan

memberikan balasan kepadanya. Orang Batak hidup dalam pemberian dan

penerimaan berkat. Seperti tokoh Amir yang mendapatkan amplop yang berisikan

uang yang diberikan Jean Claude Van Damme. Kekayaan yang dimiliki Jean

Claude Van Damme bisa mengangkat status sosial dirinya dihadapan orang Batak.

Kalimat di bawah ini, menjelaskan bahwa Jean Claude Van Damme

memberikan uang tambahan kepada Nadeak saat perpisahan di bandara

Kualanamu.

Data 17

Merasa bersalah. Saya berinisiatif menyalami Amir, secara

langsung menyatakan rasa terimakasih. Dan, ketika saya

masih bersalaman dengannya, Jean Claude Van Damme

memberinya amplop berisi uang satu juta rupiah. (Sylado,

2016:114).

Setelah itu Jean Claude Van Damme menambah lagi uang sewa

taksinya sejumlah sepersepuluh dari honorarium yang

diperolehnya dari ceramah di Universitas. Nadeak terharu

mendapat tambahan satu setengah juta rupiah yang

diberikan oleh Jean Claude Van Damme. (Sylado, 2016:274).

Page 68: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

60

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis nilai hamoraon (kekayaan),

bagi orang Batak merupakan tujuan hidup untuk menyejahterakan kehidupan

keluarga. Kekayaan yang sebenarnya bagi orang Batak tergantung bagaimana cara

kita membandingkan dan memakainya. Orang Batak dikatakan kaya jika semakin

banyak member kepada orang lain. Seperti tokoh Nadeak yang mendapatkan uang

tambahan dari Jean Claude Van Damme. Kekayaan yang dimiliki Jean Claude

Van Damme merupak lambang keberhasilannya dalam menjalani hidup serta

dengan adanya kekayaan tersebut dapat mengangkat status sosial dirinya di

hadapan orang Batak. Uang yang diterima Nadeak merupakan nilai kekayaan

yang berwujud materi.

g) Nilai Hasangapon (arif dan bijaksana)

Istilah hasangapon bagi masyarakat Batak Toba adalah pemberian

kearifan dan kebijaksanaan. Seseorang yang akan dikatakn sangap jika ia mampu

bersikap arif dan bijaksana dalam menyelesaikan konflik atau masalah.

Hasangapon juga merupakan pengakuan dan penghormatan orang lain atas

wibawa dan martabat seseorang. Hal ini dapat dilihat dari tokoh-tokoh dalam

novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Tokoh-tokoh yang

memiliki nilai kehormatan adalah Nadeak, Jean Claude Van Damme, Arjuna dan

Amir. Hal into dapat dilihat dari kutipan dibawah ini:

Data 3

Saya sampaikan kepada Jean Claude Van Damme, dan suami saya

setuju. Suami saya senang sekali melihat cara tutur sopir taksi

itu. Nada bicaranya seperti orang berpantun. Saya sendiri

belum tahu sopir ini berasal dari mana. Naga-naganya dia bukan

orang Melayu Deli. dia pasti Batak. Tapi entah dari mana. Dia bisa

Page 69: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

61

membedakan antara lafal /e/dan/é/ atau/è/. Biasanya Batak Toba

cendrung melafal /e/ menjadi/é/. Sedangkan Batak Karo punya

kata berlafal /e/. (Sylado, 2016:13).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon, bagi

orang Batak nilai kehormatan adalah ukuran atas keberhasilan seseorang supaya

dapat dihormati. Nilai hasangapon ini juga berupa pengakuan dan penghormatan

orang lain atas wibawa dan martabat yang dimiliki seseorang baik dari segi cara

tutur yang sopan dan santun. Dapat dilihat dari tokoh Nadeak yang cara bicara

yang sopan dan santun, karena itulah Nadeak menjadi dihormati, Nadeak bicara

tidak seperti orang biasanya apa yang dikatakannya memang benar adanya.

Karena wibawa yang dimiliki Nadeak sehingga Nadeak menjadi dihormati oleh

Jean Claude Van Damme.

Data 9

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon, bagi

orang Batak rasa hormat yang ditunjukkan seseorang karena kualitas atau wibawa

yang terdapat dalam dirinya. orang Batak dapat menghormatinya dari caranya

memberikan pembenaran terhadap suatu permasalahan. Bagi orang Batak kualitas

yang bersemayam dalam diri seseorang memebuat orang tersebut memiliki hak

untuk dihormati, dan dimuliakan. Hal itu dapat dilihat dari tokoh Jean Claude Van

Ya, ya kata saya. Saya muslim, tapi saya ingat kalimat itu dalam

bahasa inggrisnya: go ye therefore, and teach all nations, baptizing

them in the name of the father, ke Jean Claude Van Damme,

meminta pembenaran. “Betul kan, Prof cintaku, jantung hatiku.

Jean Claude Van Damme mengangguk sambil tersenyum.

(Sylado, 2016:47).

Page 70: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

62

Damme yang berusaha memberikan pembenaran dari apa yang dikatakan oleh

Arjuna. Jadi karena pembenaran itulah Jean Claude Van Damme mendapatkan

penghormatan.

Data 16

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon, bagi

orang Batak adalah pengakuan dan penghormatan yang ditujukan kepada

seseorang karena bersikap baik dan sopan. Orang Batak sangat menghormati

orang lain karena kualitas yang bersemayam dalam diri seseorang tersebut. Hai itu

dapat dilihat dari tokoh Arjuna yang dipanggil Kak oleh Regina walaupun regina

lebih tua dari Arjuan. Penghormatan ini merupakan pengakuan Regina kepada

arjuna dari wibawa yang dimiliki Arjuna.

Data 17

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon,

bagi orang Batak nilai kehormatan adalah pengakuan dan penghormatan orang

lain, karena kebijaksanaan yang dimiliki seseorang dalam menyelesaikan suatu

Saya mengangguk-angguk kini saya menyembunyikan suara

tertentu seperti tadi. Bersamaan dengan itu saya termangu-

mangu karena merasa aneh, bahwa Regina yang sudah tua,

berusia sekitar 60-an tahun, memanggil dan menyapa saya”

kak”(Sylado, 2016:65).

“Sebelum pulang ke Belanda, saya ingin pergi juga ke

Minahasa, melihat Tomohon, tempat kelahiran ibu saya.” Oh,

ya, itu bisa kita atur kata saya. Cepat-cepat ia cium saya

dengan girang. Katanya,” saya bangga punya istri macam

kamu Arjuna sayang. Saya kedip-kedip mata, merasa tidak

perlu menanggapinya dengan kalimat searti dengan

pengakuannya itu. (Sylado, 2016:67).

Page 71: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

63

permasalahan ataupun permintaan seseorang. Oleh karena itu orang tersebut

mendapatkan pengakuan dan penghormatan dari seseorang. Hal itu dapat dilihat

dari tokoh Arjuna yang bijaksana untuk memutuskan mengikuti kemauan Jean

Claude Van Damme untuk melihat tanah kelahiran ibunya. Kebijaksanaan yang

dimiliki Arjuna inilah yang membuatnya menjadi terhormat.

Data 18

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon, bagi

orang Batak nilai kehormatan adalah kualitas yang bersemayam dalam diri

seseorang yang berkat keberadaannya telah membua t seseorang mempunyai hak

untuk dihormati. Bagi orang Batak tulang itu adalah rasa hormat yang di

tunjukkan seorang anak perempuan kepada seorang laki-laki atau saudara laki-laki

dari ibu. Hal itu dapat dilihat dari tokoh Nadeak yang di panggil tulang oleh

seorang anak perempuan. Bagi orang Batak tulang adalah nilai kehormatan yang

ditujukan oleh anak perempuan kepada laki-laki.

Data 22

Dengan riang-ria Jean Claude Van Damme mengambil

barangnya itu. Dia meloncat, seperti anak kijang, memeluk

Amir. Oh aku senang dipeluk bintang pilim kesukaanku,”kata

Amir.” Ayolah kita berfoto-foto dulu. (Sylado, 2016:114).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon,

merupakan kualitas yang ada dalam diri seseorang sehingga orang tersebut

Mengejutkan jawaban anak itu. Dia berkata dengan

tenang,”Ular itu memang iblis, Tulang. Tapi sudah dikuliti, lalu

dipotong-potong, dan dagingnya dimasak pakai santan dan

lambok, namanya „rendang‟lah itu, Tulang. (Sylado, 2016:83).

Page 72: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

64

mempunyai hak untuk dihormati oleh orang lain. Karena kebijaksanaan yang

dimilikinya dapat menyelesaikan sebuah masalah. Maka bagi orang Batak orang

tersebut mempunyai hak untuk dihormati. Dapat dilihat dari tokoh Jean Claude

Van Damme yang memeluk Amir karena rasa senang karena barangnya telah

dikembalikan oleh Amir. Amir mendapatkan penghormatan dari Jean Claude Van

Damme karena kebijaksanaannya untuk mengambalikan hak Jean Claude Van

Damme.

Data 24

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon, bagi

orang Batak wibawa yang terdapat dalam diri seseorang akan membuatnya

menjadi terhormat, karena berkat keberadaannya telah membuat seseorang yang

memilikinya punya hak untuk dihormati, dan dimuliakan. Dapat dilihat dari tokoh

Arjuna dan Jean Claude Van Damme yang memberikan penghormatan kepada

Amir karena bangga dan haru atas semua yang dilakukan Amir. Nilai kehormatan

ini merupaakan pengakuan dari Arjuna dan Jean Claude Van Damme yang

ditujukan kepada Amir.

Dia ketawa renyah. Dia pamit. Ternyata dia datang kesini dengan

istrinya. Istrinya menunggu di mobil. Dialah orang pertama yang

tadi memasuki area parkir di depan hotel ini. Saya

melambaikan tangan kepadanya. juga Jean Claude Van

Damme, melakukan ini dengan suka cita, bangga dan haru.

(Sylado, 2016:116).

Page 73: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

65

Data 29

Hai, Ucok! Seperti manusia mesin kelima anak laki-laki itu

secara berbarengan menoleh kearah saya. Oh, ya, saya lupa,

kata si Ucok kecil itu, bahwa semua anaklaki di sini, memang

biasa di panggil Ucok. Tapi si Ucok kecil itu satu-satunya yang

berseru girang melihat saya. Katanya naïf, oh, Inang

Duapuluhribu! Saya ketawa, dan mengerutu senang. Sialan!

gara-gara saya memberinya Rp 20.000, maka sekarang dia

memanggil saya Inang duapuluhribu. (Sylado, 2016:209).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon, bagi

orang Batak nilai hasangapon atau kehormatan merupan pengakuan seseorang

atas wibawa yang dimiliki orang lain, karena kebaikan hati dan kebijaksanaan

yang dimiliki seseorang. Orang Batak hidup dengan pemberi dan penerimaan

berkat. Karena kebaikan hati yang dimiliki orang tersebut maka dia mendapatkan

penghormatan dari orang lain. Hal ini dapat dilihat dari kebaikan hati Arjuna yang

memberikan uang duapuluh ribu kepada seorang anak laki-laki. Arjuna

mendapatkann penghormatan dari anak laki-laki tersebut dengan menyebut

Arjuna inang. hal ini merupakan pengakuan dan penghormatan yang ditujukkan

seseorang kepada arjuan karena kebijaksanaan yang dimiliki oleh Arjuan.

Data 32

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon, bagi

orang Batak merupakan nilai penghormatan yang ditujukkan orang lain atas

wibawa seseorang. Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahawa rasa hormat

yang ditunjukkan seseorang kepada orang lain apabila orang tersebut sopan dalam

Malahan sebagai ekspresi rasa hormat kepada Nadeak suami

saya memeluknya sambil menepuk-nepuk bahunya sebelum

perpisahan di bandara Kualanamu. (Sylado, 2016:274).

:

Page 74: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

66

segala hal. dapat dilihat dari tokoh Nadeak yang mendaptkan penghormatan dari

Jean Claude Van Damme. Nilai penghormatan ini berupa pengakuan Jean Claude

Van Damme kepada Nadeak atas segala sesuatu yang dilakukan Nadeak menjadi

sopir taksi yang mereka sewa sekaligus sebagai pemandu mereka untuk

mengelilingi tanah Batak.

h) Nilai pengayoman (pelindung)

Kehadiran pengayom dalam kehidupan orang Toba sangat diperlukan.

Pengayom adalah pemberi kearifan, pemberi kesejahteraan, pelindung yang ditaat,

pencipta ketentraman batin. Pengayom hanya diperlukan pada saat-saat kritis

misalnya ketika yang diayomi mengalami penderitaan baik lahir maupun batin.

C. Pembahasan nilai-nilai budaya Batak dalam novel Perempuan Bernama

Arjuna karya Remy Sylado

Pada pembahasan ini akan dijelaskan hasil penelitian tentang nilai-nilai

budaya masyarakat Batak dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy

Sylado. Teori yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat nilai-nilai

budaya masyarakat Batak dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy

Sylado adalah teori Sinaga (2012).

Remy Sylado termasuk satrawan yang memiliki pemikiran yang kritis.

Oleh karena itu, Remy Sylado telah menyampaikan pemikiran kritisnya kedalam

novel yang diciptakannya. Pemikiran kritis Remy Sylado juga dapat dilihat dalam

novel Perempuan Bernama Arjuna. Pada novel ini Remy Sylado telah

menggambarkan pemikirannya mengenai nilai-nilai budaya yang ada di Batak.

Nilai budaya tersebut ada 8 yaitu nilai kekerabatan, nilai religi, nilai hagabeon

Page 75: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

67

(keturunan), nilai uhum (hukum), nilai konflik, nilai hamoraon (kekayaan), nilai

hasangapon (arif dan bijaksana), nilai pengayoman. Namun didalam novel

Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado tidak terdapat nilai budaya

pengayoman karena dalam novel ini tidak ada yang memberikan pengayoman

atau yang menggambarkan tentang nilai pengayoman.

1. Nilai Kekerabatan

Nilai inti kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam

pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu (hula-hula, dongantubu, boru). Hubungan

kekerabatan dalam hal ini terlihat pada tutur sapa karena pertautan darah,

solidaritas marga, martandang dan segala yang berkaitan dengan hubungan

kekerabatan karena perkawinan. Bagi orang Batak nilai kekerabatan merupakan

nilai yang harus dipatuhi, karena dengan adanya nilai kekerabatan ini orang Batak

yang beragama Kristen bisa hidup berdampingan dengan orang Batak yang

beragama islam. Nilai budaya yang pertama dibahas dalam novel Perempuan

Bernama Arjuna Karya Remy Sylado adalah nilai kekerabatan, karena dengan

adanya nilai kekerabatan tersebut orang Batak yang menganut agama yang

berbeda bisa saling hidup berdampingan.

2. Nilai Religi

Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama

yang datang, kemudian yang mengatur hubungannya dengan maha pencipta serta

hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya. Orang Batak boleh

dibilang sangat religius. dalam kepercayaan religi Batak leluhur adalah

perwakilan dari debata mula jadi nabolon (tuhan maha pencipta) di dunia. Dengan

Page 76: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

68

menghormati nenek moyang, berarti juga menghormati tuhan. Nilai budaya yang

kedua dibahas dalam novel Perempuan Bernama Arjuna Karya Remy Sylado

adalah nilai religi, karena dengan adanya agama yang masuk ke tanah Batak maka

orang Batak memiliki sebuah keyakinan untuk beragama atau menganut sebuah

kepercayaan.

3. Nilai Hagabeon (keturunan)

Orang sangat menghargai orang yang memiliki banyak anak, dianggap

semakin kaya seseorang. Kehadiran anak dianggap sebagai generasi penerus

orang tuanya yang akan membawa keluarganya di kemudian hari. Dalam prinsip

hagabeon disebut juga dengan prinsip saurmatua, yaitu seseorang yang mati

sempurna pada saat dia tua dengan anak-anaknya yang sudah menikah dan

memiliki banyak cucu. Bagi orang Batak nilai keturunan adalah memiliki banyak

anak, karena anak merupakan harta yang tidak ternilai harganya, kehadiran

seorang anak akan dianggap sebagai generasi penerus dari orang tuanya. Nilai

budaya yang ketiga dibahas dalam novel Perempuan Bernama Arjuna Karya

Remy Sylado adalah Nilai budaya keturunan, seperti Regina dan Ayah Jeanne

Claudia yang mempunyai anak. anak-anak ini merupakan generasi penerus dari

keluarga Regina dan Ayah Jeanne Claudia. Kehadiran mereka merupakan penerus

dari keluarga untuk masa yang akan datang. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai

keturunan bagi orang Batak adalah harta yang paling berharga yang tidak ternilai

harganya, karena anak ini merupakan generasi penerus bagi keluarganya.

Page 77: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

69

4. Nilai Uhum (hukum)

Sebelum adanya hukum formal seperti sekarang masyarakat Batak Toba

menganut hukum tradisional yang berkaitan dengan hukum adat. Hukum

tradisional adalah aturan yang datang dari Debata Mula Jadi Nabolon melalui

nenek moyang hula-hula yang mengatur kehidupan manusia dengan manusia dan

alam sekitarnya, sekaligus mengatur manusia dengan roh nenek moyang dan

Debata Mula Jadi Nabolon. selain bersumber dari uhum adat yang berlaku

dikalangan masyarakat, Uhum juga ditetapkan oleh kepala-kepala suku atau raja-

raja masyarakat setempat. Nilai budaya yang keempat dibahas adalah nilai

kekayaan, dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado

menggambarkan nilai hukum, peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap orang

Batak karena hukum ini datang dari nenek moyang yang ada di tanah Batak, yang

mengatur kehidupan manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitarnya.

Hukum juga ditetapkan oleh kepala-kepala suku atau raja-raja adat setempat. Jadi

nilai hukum bagi orang Batak adalah peraturan yang harus di taati, siapa yang

melanggar hukum yang dibuat oleh raja-raja adat setempat maka orang tersebut

akan mendapatkan sangsi.

5. Nilai konflik

Nilai konflik dipandang dari sudut lain merupakan komponen yang

penting dalam proses sosialisasi orang Toba. Proses melibatkan atau dilibatkan

dalam suasana konflik, mendidik orang Toba menjadi orang yang terbuka. Nilai

budaya yang kelima dibahas adalah nilai kekayaan, dalam novel Perempuan

Bernama Arjuna karya Remy Sylado menggambarkan nilai konflik karena nilai

Page 78: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

70

konflik merupakan sebuah komponen yang harus dijauhi. Karena melibatkan atau

dilibatkan dalam suasana konflik mendidik orang Batak menjadi orang yang

terbuka Jadi dapat disimpulkan bahwa siapa saja yang melakukan perbuatan ini

akan mendapatkan sangsi apalagi orang yang melakukan perkawinan satu marga

maka orang tersebut akan mendapatkan sangsi dan di usir dari tanah leluhurnya

sendiri..

6. Nilai Hamoraon (kekayaan)

Hamoraon merupakan salah satu nilai budaya yang mendasar mendorong

orang Batak, khususnya orang Toba untuk mencari harta benda yang banyak.

Secara lebih luas hamoraon, merupakan tujuan hidup untuk menyejahterakan dan

menjadi sumber penting otoritas. Kekayaan dianggap sebagai lambang

keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup. Dengan kekayaan, ia bisa

mengangkat status sosial dirinya di mata keluarga. Nilai hamoraon juga disebut

sebagai pemicu bagi orang Batak untuk meraih kehormatan diri dan keluarganya

baik yang berwujud materi maupun non-materi yang di peroleh melalui usaha atau

melalui warisan. Bagi orang Batak memiliki harta adalah tujuan hidup untuk

menyejahterakan kehidupan keluarganya, kekayaan dianggap sebagai lambang

keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup, dengan memiliki banyak harta

maka orang tersebut akan lebih dihormati di dalam keluarganya. Nilai budaya

yang pertama kali dibahas adalah nilai kekayaan, dalam novel Perempuan

Bernama Arjuna karya Remy Sylado menggambarkan nilai kekayaan tersebut

berupa nilai materi maupun non materi, yang dialami tokoh Nadeak yang

memiliki sebuah mobil minibus yang dijadikannya taksi, taksi ini sebagai mata

Page 79: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

71

pencariannya untuk mendapatkan penghasilan yang lebih. Adanya penghasilan

yang lebih dari usaha yang dilakukan Nadeak maka uang yang diperoleh Nadeak

akan lebih banyak, dengan adanya uang tersebut maka status sosial dirinya akan

lebih dihormati. Mobil minibus merupakan harta yang berwujud non materi yang

dimiliki Nadeak. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai kekayaan bagi orang Batak

adalah sebuah tujuan dalam menjalani kehidupan, baik harta yang berujud materi

maupun non materi yang diperoleh melalui usaha sendiri maupun harta warisan,

dengan adanya harta yang berlimpah seseorang tersebut akan lebih dihargai dalam

keluarganya maupun oleh orang lain.

7. Nilai Hasangapon (arif dan bijaksana)

Hasangapon bagi masyarakat Batak Toba adalah pemberian kearifan dan

kebijaksanaan. Seseorang yang akan dikatakan sangap jika ia mampu bersikap arif

dan bijaksana dalam menyelesaikan konflik atau masalah. Hasangapon juga

merupakan pengakuan dan penghormatan orang lain atas wibawa dan martabat

seseorang. Nilai budaya yang ketujuh yang dibahas dalam novel Perempuan

Bernama Arjuna karya Remy Sylado adalah nilai budaya kehormatan, seperti

tokoh Nadeak karena memiliki cara bicara yang sopan seperti orang yang

berpantun, Jean Claude Van Damme yang memberikan pembenaran atas apa yang

ditanyakan Arjuna kepadanya, Amir karena kebaikan hatinya yang

mengembalikan barang Jean Claude Van Damme, dan Arjuna yang bijak untuk

member seorang anak laki-laki uang dua puluh ribu. Jadi nilai kehormatan bagi

orang Batak seseorang tersebut akan lebih dihormati apabila mempunyai wibawa

dan martabat yang baik dan memiliki kebijaksanaan. Kualitas yang ada dalam diri

Page 80: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

72

seseorang inilah yang akan membuatnya mempunyai hak untuk dihormati. Jadi

dapat disimpulkan bahwa nilai kehormatan bagi orang Batak adalah pengakuan

atau penghormatan seseorang atas wibawa maupun kualitas diri yang dimiliki oleh

orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa nilai-nilai budaya

masyarakat Batak dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado

terbagi menjadi delapan yaitu: nilai kekerabata, nilai religi, nilai hagabeon

(keturunan), nilai hukum, nilai konflik, nilai hamoraon (kekayaan), dan nilai

hasangapon (arif dan bijaksana).

Page 81: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

73

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan hasil deskripsi data dan analisis data tentang nilai-nilai

budaya Batak dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado pada

bab empat, maka pada bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dari hasil

deskripsi data dan analisis data tersebut. Pada bab ini peneliti juga mengemukakan

saran-saran yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai nilai-nilai budaya Batak dalam

novel Perempuan Benama Arjuna karya Remy Sylado, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa nilai-nilai budaya Batak tersebut terbagi menjadi tujuh, yaitu:

(1) nilai kekerabatan (2) nilai religi, (3) nilai nilai hagabeon (keturunan), (4) nilai

uhum (hukum), (5) nilai konflik, (6) nilai hamoraon (kekayaan), (7) nilai

hasangapon (arif dan bijaksana), semua itu digambarkan Remy Sylado dalam

novel Perempuan Bernama Arjuna. Pertama, Nilai kekerabatan, bagi orang Batak

bisa terjalin karena tali darah atau solidaritas marga. Tali kekerabatan bagi orang

Batak sangat erat karena mempunyai nenek moyang yang sama atau karena satu

keturunan maupun satu marga yang sama. Kedua, Nilai religi, bagi orang Batak

sangat mengahargai agama yang di anut oleh masyarakatnya. Orang Batak juga

sangat taat beribadah dan selalu menaati laragan yang di ajarakan oleh agamanya

seperti Nadeak yang tidak suka makan daging karena bagi kepercayaan yang di

anutrnya semua daging itu hukumnya haram. Ketiga, Nilai hagabeon (keturunan),

mempunyai banyak keturunan adalah mempunyai banyak anak. Anak-anak inilah

yang akan memabawa nama keluarga dikemudian hari atau yang akan menjadi

73

Page 82: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

74

penerus orang tuanya dimasa yang akan datang. Bagi orang Batak mempunyai

banyak anak adalah menjadi suatu kebanggaan keluarga, seperti tokoh Regina

yang mempunyai dua orang anak dan Ayah Jeanne Claudia. Keempat, nilai

(hukum) adalah aturan yang berlaku atau yang dibuat oleh kepala-kepala suku atau

raja-raja adat setempat, bagi orang Batak adalah peraturan yang harus di taati,

siapa yang melanggar hukum yang dibuat oleh raja-raja adat setempat maka orang

tersebut akan mendapatkan sangsi. Kelima, nilai konflik adalah, bagi orang Batak

konflik adalah suatu permasalahan yang harus diselesaikan dan tidak boleh

disembunyikan dan mendidik orang Batak menjadi orang yang terbuka. Keenam,

nilai hamoraon (kekayaan), bagi orang Batak tujuan untuk hidup adalah mencari

harta benda yang banyak supaya dapat menyejahtrakan kehidupan keluarganya,

dengan harta yang dimiliki orang tersebut maka derajat diri dan keluarganya akan

terangkat dihadapan orang banyak baik harta tersebut yang berwujud materi

maupun non materi yang diperolehnya dari usaha sendiri maupun harta warisan.

Bagi orang Batak memiliki banyak harta berarti dia berhasil menjalani hidup dan

kehidupan seperti tokoh Nadeak yang mempunyai taksi pribaadi. Ketujuh, nilai

hasangapon (arif dan bijaksana), Bagi orang Batak seseorang tersebut akan lebih

terhormat apabila mempunyai wibawa dan martabat yang baik, dan memiliki

kebijaksanaan, seperti tokoh Nadeak, Jean Claude Van Damme, Arjuna Dan

Amir.

B. Saran

Setelah menganalisis nilai-nilai budaya masryarakat Batak dalam novel

Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado, maka ada beberapa saran yang

Page 83: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

75

ingin disampaikan peneliti. Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan adalah

sebagai berikut: Pertama, Bagi pembaca diharapkan untuk dapat memahami nilai

budaya Batak, karena budaya Batak adalah salah satu budaya yang ada di

Indonesia., Kedua, bagi peneliti sendiri penelitian ini dapat meningkatkan

pengetahuan dan menganalisis karya sastra khususnya tentang nilai-nilai budaya

Batak. Ketiga, Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti novel Perempuan

Bernama Arjuna karya Remy Sylado disarankan untuk melakukan penelitian

dengan aspek yang berbeda.

Page 84: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

76

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, Drs. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Pragtik.

Jakarta : Rineka Cipta.

Damono, Supardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar

Ringkas.Jakarta: Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Emsir, dan Saiful Rohman. 2016. Teori dan Pengajaran Sastra.Jakarta: Rajawali

Pess.

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra; Epistemologi, Model,

Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: PT Buku Seru.

Koentjaraningrat. 2011. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

Djambatan.

Luxemburg, jan van, Mieke Bal, dan Willem G. Westtejin. 1986. Pengantar

ilmusastra (diindonesiakan oleh dick hartoko). Jakarta:PT Gramedia.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Muhardi dan Hasanudin WS.1992. Prosedur Analaisis Fiksi. Padang.

Nuraeni, Gusti Heny dan Muhammad Alfan. 2012. Studi Budaya Indonesia.

Bandung: CV Pustaka Setia.

Nurgiantoro, Burhan.2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

Universitas Press.

Vergounwen. 2004. Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Yogyakarta:

PT.LKis Pelangi Aksara.

Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang : Angkasa Raya Padang.

Semi, Atar.1989. kritik Sastra. Bandung: Angkasa Bandung.

76

Page 85: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

77

Sigalingging, T.R Sarmaida. 2012. Struktur dan Nilai Budaya Batak Toba dalam

Sastra Lisan Huta Silahisabungan. Diambil dari:

http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/sasindo/article/vew/699

Silalahi, TB. 2015. Toba Dreams. Tanggerang Selatan: PT Kaurama Buana

Antara.

Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2011. Konflik Status dan Kekuasaan Orang

Batak Toba. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Sinaga, Enjelina. 2012. Analisis Nilai Budaya Sasra Lisan Batak Toba Batu

Sigadap. Diambil dari: http://jurnal.unimed.ac.id./2012/index.php/

Susanti, Eka. 2015. Nilai-nilai Budaya Batak Toba Sebagai Sumber Pembelajaran

IPS dan Proses Pengembangan Wawasan Kebangsaan”Studi Naturalistik

Inkuiri di MTsN Balige Provinsi Sumatera Utara. Diambil dari:

http://jurnal.citralekha.com/wp-conten/uploads/2015/05/VINI-7-Eka-

Susanti1.pdf.

Sylado, Remy. 2016. Perempuan Bernama Arjuna 4. Bandung: Nuansa.

Page 86: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

78

Lampiran 1

Sinopsis Novel Perempuan Bernama Arjuna Karya Remy Sylado

Dalam novel ini menceritakan kisah seorang perempuan yang bernama

Arjuna dan suaminya bernama Jean Claude Van Damme. Dalam cerita ini Arjuna

dan suaminya pergi ke tanah Batak untuk mencari tau asal usul ayah dari suami

Arjuna yang berdarah Batak. Sebelum ayahnya wafat diberiakan pesan kepada

Jean Claude Van Damme, apabila pergi ke Medan singgah di Pematang Siantar

untuk mencari Jeane Claudia Batubara. Dalam perjalanan yang di lakukan Arjuna

dari Bandara Soekarno Hatta dan mendarat di Bandara Internasional Kualanamu.

Sampai di bandara Kualanamu suami Arjuna tertarik pada seorang sopir taksi

yang berdiri menawarkan taksinya. sopir taksi ini berjas, dasi jenis kain tenunan

ulos berwarna dasar merah dan taksinya memiliki warna cat khas Batak: merah,

putih, dan hitam.

Arjuna dan suaminya menyewa taksi tersebut selama satu minggu dengan

biaya satu juta lima ratus ribu rupiah, sedangkan untuk sewa parkir dan minyak di

tanggung oleh Arjuna dan suaminya. Arjuna dan suaminya mengelilingi tanah

Batak dengan menggunakan taksi yang mereka sewa. Sopir taksi tersebut bernama

Nadaek, Nadeak memang seorang supir taksi namum dia memiliki cara tutur yang

baik kepada orang-orang yang menyewa taksinya, cara bicaranya yang sopan ini

membuat orang lain menjadi lebih menghormatinya karena wibawa yang

dimilikinya. Nadeak tidak seperti supir taksi biasanya yang cara bicaranya tidak

mempunyai tata krama.

78

Page 87: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

79

Taksi milik Nadeak ini bukan seperti taksi biasanya, taksinya ini bukan

seperti sedan biasanya namun mobilnya ini sebuah mobil minibus yang

dirancangnya secara khusus. Jok-jok mobilnya ini di modivikasi sedemikian rupa

supaya bisa dijadikan tempat tidur, sehingga Nadeak tidak perlu menyewa hotel

bersama orang-orang yang ingin menyewa taksinya tersebut. Dia bisa tidur di

dalam mobilnya yang di parkirnya di parkiran hotel tempat orang-orang tersebut

menginap.

Dalam perjalanan yang mereka lakukan, Nadeak juga menceritakan

keberhasilan Nommensen membawa agama Kristen ke tanah Batak dan sangat

menghormati adat-istiadat yang ada di tanah Batak. Selama perjalanan yang

mereka lakukan setiap ingin makan Arjuna selalu mengajak Nadeak untuk makan

bersama di setiap restoran yang mereka singgahi di tanah Batak. Setiap kali

Arjuna menyuguhkan makanan yang berjenis daging kepada Nadeak namun dia

menolaknya tidak seperti orang Batak biasanya yang tidak mengharamkan babi.

Arjuna juga menjelaskan latar belakang keyakinannya kepada Nadeak bagi

muslim daging babi memang haram, namun bagi Nadeak semua daging baik yang

hidup di darat, laut, udara semua itu haram bagi agama yang diyakininya.

Bagi orang Batak hidup rukun dalam satu marga, marga dalam dalam

masyarakat batak adalah warisan nenek moyang yang harus di taati secara turun

temurun. Bagi orang Batak siapa yang melakukan perkawinan dalam satu marga

yang sama itu merupakan cela dan berpegang pada adat maka setiap orang yang

melakukan hal tersebut akan di usir dari tanah leluhurnya. Sehingga setiap orang

Page 88: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

80

yang melakukan perkawinan dalam satu marga ini tidak boleh lagi mengijakkan

kaki di tanah Batak.

Arjuan dan suaminya akan melakukan perjalan menuju ke daerah Danau

Toba dalam perjalanannya Arjuna mendapatkan telpon dari papanya untuk

membawakan tongkat tunggal panaluan, tongkat itu barang kopian. Sejarahnya,

tunggal panoluan dipakai untuk upacara-upacara mistik, tongkat ini dipercayai

memiliki kekuatan supranatural dan kesaktian yang menakutkan. Arjuna juga

bertanya kepada Nadeak apa instrumen khas Batak yang dipakai dalam upacara

adat dan Nadeak menjelaskan instrument yang dipakai dalam upacara adat Batak

berupa gondang, dan yang paling istimewa adalah ogung. Instrumen ini

merupakan warisan yang dilestarikan sampai saat sekarang ini.

Page 89: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

81

No. Kode

Data

Tokoh

Nilai-nilai Budaya Hal

Peristiwa Kutipan 1 2 3 4 5 6 7 8

1.

2.

Data 1

Data 2

Nadeak,

Arjuna,

Jean

Claude

Van

Damme

Arjuna,

Nadeak,

Jean

Claude

Van

Damme

Nadeak yang

menawarkan

taksinya kepada

Arjuna dan Jean

Claude Van Damme

supaya mereka mau

menyewa taksi milik

Nadeak.

Arjuna setuju

menyewa taksi

Nadeak dengan sewa

satu setengah juta

selama lima hari.

Nadeak juga siap

menjadi pemandu

disetiap perjalanan.

Iya kak ujarnya

tandas sudah empat

tahun saya

memangkal taksi

dibandara ini, saya

hafal betul muka-

muka orang yang

datang dan pergi dari

sini. Hebat kata

saya.“Makanya

sewalah taksi saya.

Taksi saya satu-

satunya milik

pribadi dengan

warna khas Batak:

merah, putih, hitam.

”Barangkali kami akan

pakai sekitar lima hari,”

kata saya. “Bagus,”

katanya satu setengah

juta saja. Bensin beli

sendiri. Juga ongkos-

ongkos parkir. Kita

bisa keliling seluruh

tanah Batak: Karo,

Toba, Simalungun,

13

13

LAMPIRAN 2

Tabel Inventarisasi Data

Nilai-Nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna Karya Remy Sylado

Page 90: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

82

3.

Data 3

Nadeak,

Arjuna,

Jean

Claude

Van

Damme

Mata pencaharian

sebagai sopir taksi

sudah membuat

Nadeak tahu betul

apa yang akan

dikatakanya dan

membentuk

kepribadian Nadeak.

Setelah Arjuna

berembug dengan

Jean Clude Van

Damme dan setuju

lima hari, satu

setengah juta, bensin

bayar sendiri, tiket

parkir. Jean Claude

Van Damme juga

senang melihat cara

bicara Nadeak yang

nada bicaranya

seperti orang yang

berpantun.

Mandailing, Angkola.

Saya pun siap

menjadi pemandu.

Saya kenal seluruh

bagian tanah Batak.

Saya sampaikan

kepada Jean Claude

Van Damme, dan

suami saya setuju.

Suami saya senang

sekali melihat cara

tutur sopir taksi itu.

Nada bicaranya

seperti orang

berpantun.saya

sendiri belum tahu

sopir ini berasal dari

mana. Naga-naganya

dia bukan orang

Melayu Deli. dia pasti

Batak. Tapi entah dari

mana. Dia bisa

membedakan antara

lafal /e/dan/é/ atau/è/.

Biasanya Batak Toba

cendrung melafal /e/

menjadi/é/.

Sedangkan Batak

Karo punya kata

berlafal /e/.

13

Page 91: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

83

4.

5

Data 4

Data 5

Arjuan,

Nadeak,

Jean

Claude

Van

Damme

Arjuna dan

Nadeak

Arjuna tertegun,

Nadeak tidak bicara

asbun, tetapi Nadeak

juga berpengalaman

menyanyi dengan

suara bariton yang

bagus. Arjuna dan

Jean Claude Van

Damme terhibur

dengan lagu yang

dinyanyikan

Nadeak. Dalam

sekejap Arjuna

menyimpulkan

bahwa Nadeak

cukup paham

dengan apa yang

dikatakannya. Maka

Arjuna memujinya

Nadeak, Nadeak

malah tertawa

terkekeh-kekeh

menertawai dirinya

sendiri.

Arjuna yang

menawarkan

makanan kepada

Nadeak, namun

Nadeak menolak

Wah, dalam sekejap

saya bisa

menyimpulkan,

bahwa sopir taksi ini

cukup paham dengan

apa yang akan

dikatakannya. Kesan

saya dan mudah-

mudahan saya benar,

adalah sopir taksi

tidak seperti

umumnya orang

Indonesia dari

kalangan tidak

terpelajar, bicara stel

kencang tapi asbun.

Maka, saya

memujinya. “Tapi

suara bung itu tadi

juga tergolong bel

canto. saya teringat

pada Pavarotti.

Hm, saya mengerti.

Tampaknya dia bukan

Batak Kristen seperti

umumnya orang Batak

sekitar Toba yang tidak

mengharamkan babi.

17

19

Page 92: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

84

6.

Data 6

Arjuan,

Nadeak,

Jean

Claude

Van

Damme

untuk memakannya

kerena daging bagi

kepercayaan yang

dimiliki Nadeak

adalah haram untuk

dimakan.

Sambil menunggu

Arjuan siap mandi,

Jean Claude Van

Damme

menghidupkan

televise karena tidak

ada siaran yang

bermanfaan Jean

Claude Van Damme

mematikan kembali

televisinya.

Setengah jam

Oleh sebab itu, cepat

saya berkata untuk

menjelaskan latar

belakang keyakinan

saya. “ saya muslim

juga, Bung. Jadi

silakan Bung pesan

sate ayam. Tapi kata

Nadeak, Ya, bagi

Muslim, babi

memang haram.

Tapi bagi kami,

semua daging baik

yang hidup di darat,

di laut, bagi kami itu

semua haram. Oh,

saya mengerti. Bung

beragama Advent.

Setelah duduk dikursi

didepan meja makan,

saya mengontak

Nadeak untuk sarapan

bersama-sama dengan

kami. Rupanya dia

baru bangun dari

tidurnya di dalam

mobil. O, ya, saya

lupa mengatakan

kepada anda bahwa

taksi milik Nadeak

itu bukan sedan

seperti umumnya

25

Page 93: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

85

7.

Data 7

Arjuna dan

Nadeak

kemudian Arjuna

dan Jean Claude Van

Damme turun ke

lantai 4 untuk

sarapan. Setelah

duduk dikursi depan

meja makan, Arjuna

megontak Nadeak

untuk sarapan

bersama. Ternyata

Nadeak baru bangun

dari tidurnya di

dalam mobil. Taksi

milik Nadeak ini

adalah sebuah

minibus yang joknya

dirancang khusus

supaya bisa

dijadikan tempat

tidur sehingga

Nadeak tidak perlu

membayar hotel

bersama orang-orang

yang menyewa

taksinya.

Arjuna yang ingin

tahu unsur asas

kekeluargaan dalam

adat Batak, yang

ditanyakannya

kepada Nadeak.

taksi-taksi yang ada,

tapi adalah sebuah

minibus yang

dirancang jok-

joknya sedemikian

rupa untuk bisa

dijadikan tempat

tidur, sehingga ia

tidak perlu

membaya hotel

bersama orang-

orang yang

menyewa taksinya.

Kesimpulannya,

Walaupun sebutannya

secara kebahasaan

terlihat beda, tapi inti

dalam kebudayaan

terlihat sama.

Artinya semua

orang Batak adalah

serumpun senenek

29

Page 94: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

86

8.

Data 8

Arjuna Dan

Nadeak

Sebuah pertanyaan

yang ditanyakan

oleh Arjuna kepada

Nadeak kenapa

orang Batak Kristen

Bisa hidup

berdampingan

dengan Batak Islam.

moyang.

Kemudian saya

bertanya dengan

suara pelan, pertanda

bahwa sedikit rasa

rambang di benak,

yang saya lihat

selintas, dan mudah-

mudahan ini tidak

keliru, adalah orang

Batak bisa hidup

rukun antara

Kristen dan Islam

karena marganya

itu.

Begini Kak, kata

Nadeak kelihatan

serius sekali. Kita

tahu bahwa setelah

Nommensen

berhasil membawa

ke kristenan di

tanah Batak dan

saya menganggap

caranya sangat

menghormati

istiadat batak,

artinya ia sudah

mempraktikkan suatu

bentuk teologi

kontekstual sebelum

terminologi ini

30

Page 95: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

87

9.

10.

Data 9

Data 10

Arjuna dan

Nadeak

Arjuna,

Nadeak,

Jean

Claude

Van

Damme

Nadeak yang

menjelaskan

keberhasilan

nommensen

membawa agama

Kristen ke tanah

Batak pada abad ke-

19.

Yang menarik

perhatian Arjuna

adalah silang

pandangan soal

Batak Kristen yang

Eklusif dan Batak

Kristen Yang

Inklusif. Itu

merupakan bagian

yang lekat dengan

sejarah evangelisme

di sini kata Nadeak.

Lalu Nadeak yakin

Prof tahu betul

sendiri ada di abad

ke-19 yang

menyebabkan

mayoritas orang

Batak sekarang

memeluk agama

Kristen, toh

didalamnya tidak sepi

perselisihan tajam

yang timbul ketika

diskusi tentang

kekristenan itu mesti

dibahas melalui

teroka zaman yang

berganti.

Ya, ya kata saya.

Saya muslim, tapi

saya ingat kalimat itu

dalam bahasa

inggrisnya: go ye

therefore, and teach

all nations, baptizing

them in the name of

the father, ke Jean

Claude Van Damme,

meminta pembenaran.

“Betul kan, Prof

cintaku, jantung

hatiku. Jean Claude

Van Damme

mengangguk sambil

31

47

Page 96: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

88

11.

12.

Data 11

Data 12

Arjuna dan

Nadeak

Nadeak,

Arjuna

tentang itu. Kurang

lebih begitu kata

Jean Claude Van

Damme.

Penjelasan masalah

yang di terangkan

oleh Nadeak kepada

Arjuna tentang

kedatangan

Nommensen ke

tanah Batak

Nadeak menjelaskan

kepada Arjuna

bahwa marga yang

ada di tanah Batak

tersenyum.

Masalah ini sudah

tumbuh di awal

pertama Nommensen

bekerja di sini,”kata

Nadeak. Setelah itu

para penyebar Injil

dari Jerman dengan

pola teologi Pietisme

disatu pihak, dan

sikap kultural

Aufklarung di lain

pihak yang sangat

Jerman itu-menganjur

pada masyarakat

Batak yang telah di

Kristenkan , untuk

harus menjauhi

praktik-praktik

paganism nenek

moyang yang justru

dipelihara oleh raja-

raja Batak

Ya, jawab Nadeak

mangkanya Sinaga

mengkritik mereka

dalam bukunya

bahwa mereka tidak

memahami alkitab

47

50

Page 97: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

89

13.

Data 13

Arjuna,

Jean

Claude

Van

Damme,

Nadeak,

Jeanne

Claudia

adalah warisan adat

nenek moyang yang

selalu di taati sampai

saat sekarang ini.

Ketika Arjuna dan

Jean Claude Van

Damme keluar dari

dalam kamar dan

menemui Nadeak,

Nadeak pun

menyambut dengan

wajah berseri-seri.

Nadeak punya kabar

baik tentang alamat

yang dicari Jean

Claude Van Damme

dan Arjuna girang.

Dari keterangan

orang boru Batubara

memang bernama

secara utuh dan hanya

mengenal adat secara

sempit. Kesannya

jelas, mereka

mengabaikan adat,

bahkan merendahkan

tapi, bersamaan itu

mereka semua tetap

memakai nama

marga, sementara

marga dalam

masyarakat budaya

Batak adalah

warisan adat nenek

moyang.

Rumahnya berjarak

300-an meter dari

hotel tempat kami

menginap. Disitu

Jeanne Claudia

Batubara tinggal

bersama adik

kandungnya.

Adiknya ini juga

seorang perempuan.

Namanya Regina,

berumur tiga tahun

lebih muda dan

beranak dua. Nanti

Regina yang akan

menceritakan tentang

54

Page 98: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

90

14.

Data 14

Ayah Jean

Claude

Van

Damme,

Ayah

Jeanne

Claudia

Jeanne Claudia, tua,

tidak bersuami.

Jarak rumahnya

sekitar 300 , meter

dari temapat Arjuna,

Jean Claude Van

Damme menginap

kata orang itu dia

tinggal bersama adik

kandungnya.

Karena persahabatan

ayah Jean Claude

Van Dammed an

ayah Jeanne Claudia

dari sejak kecil.

Mereka sering

berkirim surat,

meggambarkan

keadaanya. ayah

Jean Claude Van

Damme sudah

mengatakan dia

sudah punya seorang

anak Jean Claude

Van Damme. Ayah

Jean Claudia pun

menyurat untuk

memberi kabar

bahwa istrinya

sedang hamil.

Apabila istrinya

kakaknya.

Ayah Jean Claude

mengatakan bahwa ia

sudah punya anak

pertama bernama

Jean Claude, ayah

Jeanne Claudia pun

menyurat bahwa

istrinya sedang

hamil tujuh bulan.

Katanya jika istrinya

melahirkan

anaknyapun akan

diberikan nama Jeane

Claude. tapi ternyata

anaknya yang lahir itu

adalah perempuan.

maka namanyapun

menjadi Jeanne

Claudia.

54

Page 99: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

91

15.

Data 15

Regina,

Arjuna

melahirkan anak

laki-laki maka akan

diberikan nama Jean

Claude, namun

istrinya melahirkan

anak perempuan

maknya diberi nama

Jeanne Claudia.

Kegagalan Jeanne

untuk

melangsungkan

perkawinan dengan

calon suaminya

akibat perbedaan

agama.

Dan dia pun bercerita.

Katanya dengan

lancar disertai rasa

haru, “waktu itu

Kakak Jeanne sudah

siap benar duduk

dipelaminan. Sudah

membuat gaun

pengantin yang khas

budaya Barat yang

telah diserap adat

Batak. Sudah juga

bicara dengan pihak

pastor paroki- oh, ya,

kak Jeanne itu

Katolik, dan

keluarga kami

semua Protestan-

untuk menentukan

tanggal sakramen di

gereja. Pendeknya

semua sudah sungguh

sungguh akan

56

Page 100: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

92

16.

Data 16

Regina,

Arjuna

Regina yang

menjelaskan kepada

Arjuna bahwa

perkawinan semarga

itu tidak boleh

terjadi dalam adat

budaya Batak.

berjalan menurut

rencana memegang

adat dan memegang

iman secara total.

Dan, kakak tahu, ya

adat Batak untuk

pelangsungan

perkawinan secara

Kristen, itu rumit.”

“Dasarnya dilaraskan

dengan pengetahuan

Dalihanna Tolu” kata

Regina. “prinsipnya,

tidak boleh ada

perkawinan semarga.

Masalahnya, nanti

ketika pihak istri

misalnya menjadi

hula-hula, yaitu

keluarga yang

menjadi tinggi, fungsi

boru sebagai anggota

keluarga yang kawin

dengan putri semarga,

akan hilang, dan hak

boru akan menjadi

dongan sebutuhan

dengan hula-hula

tersebut. Lazimnya,

perkawinan

semarga merupakan

cela, dan berpegan

59

Page 101: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

93

17.

Data 17

Regina,

Arjuna

Calon suami Jeanne

adalah salah seorang

demonstran

mahasiswa yang

memprotes

pambangunan TMII,

namun pada waktu

itu calon suami

Jeanne bukan lagi

mahasiswa. Dia

sudah lulus Fakultas

Hukum, karena

toleran dengan adik-

adiknya di kampus

dia ikut demonstrasi

bahwa gagasan

untuk membangun

TMII itu hanya

membuang uang

rakyat. semua

demonstran

tertangkap, calon

suami Jeanne disiksa

tentara sampai babak

belur, kepalanya

sampai retak dan

ditembak mati. Di

zaman Orde Baru

pada adat maka

yang melakukannya

diusir dari tanah

leleuhur.”

Saya mengangguk-

angguk kini saya

menyembunyikan

suara tertentu seperti

tadi. Bersamaan

dengan itu saya

termangu-mangu

karena merasa aneh,

bahwa Regina yang

sudah tua, berusia

sekitar 60-an tahun,

memanggil dan

menyapa saya” kak”

65

Page 102: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

94

18.

Data 18

Arjuna,

Jean

Claude

Van

Damme

yang militeristis

keluarga Regina

hidup dalam

keadaan serba takut

kata Regina pada

Arjuna.

Sebelum Arjuna,

Jean Claude Van

Dame dan Nadeak

kembali ke hotel,

mereka makan dulu

di restoran Cina.

Tidak seperti

kemarin sehabis

makan Arjuan ingin

tidur lebih awal

supaya besok bisa

bangun pagi-pagi

untuk menuju danau

yang indah itu.

Arjuna merasa

senang karena

melihat Jean Claude

Van Damme tampak

puas dan plong bisa

bertemu dengan

anak teman ayahnya

di bumi tempat

kelahiran ayahnya

itu.Jean Claude van

Damme telah

“Sebelum pulang ke

Belanda, saya ingin

pergi juga ke

Minahasa, melihat

Tomohon, tempat

kelahiran ibu saya.”

Oh, ya, itu bisa kita

atur kata saya. Cepat-

cepat ia cium saya

dengan girang.

Katanya,” saya

bangga punya istri

macam kamu

Arjuna sayang. Saya

kedip-kedip mata,

merasa tidak perlu

menanggapinya

dengan kalimat searti

dengan pengakuannya

itu.

67

Page 103: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

95

19.

Data 19

Arjuna,

Nadeak

melihat suka cita

tempat kelahiran

ayahnya. Syukurlah

kata Arjuna. Tapi

Jean Claude Van

Damme masih ada

yang harus di

datangi sebelum

pulang ke belanda

Jean Calude Van

Damme ingi ke

Minahasa, melihat

Tomohon tempat

kelahiran ibunya,

dan Arjuna berkata

itu bisa di atur

dengan cepat-cepat

Jean Claude Van

Damme cium Arjuna

dengan girang.

Didepan sebuah

rumah makan

Arjuna melihat

sorang gadis kecil

yang bermain

dengan seekor ular

yang besarnya kira-

kira sebesar

betisnya. Ternyata

Jean Claude Van

Damme juga tertarik

Mengejutkan jawaban

anak itu. Dia berkata

dengan tenang,”Ular

itu memang iblis,

Tulang. Tapi sudah

dikuliti, lalu

dipotong-potong, dan

dagingnya dimasak

pakai santan dan

lambok, namanya

„rendang‟lah itu,

83

Page 104: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

96

20.

Data 20

Jean

Claude

Van

Damme

melihat gadis kecil

yang sedang

memegang ular itu.

Nadeak berbicara

pada gadis kecil itu

dengan bahasa Batak

anak itu juga

menjawab dengan

bahasa Indonesia

dengan konsonan

khas Batak.

Penjelasan yang

disampaikan Jean

Claude Van Damme

kepada Arjuna

bahwa nilai agama

di tanah Batak sudah

tertanam sejak masih

kecil.

Tulang.

Kata suami saya,

“hm, ya, ini bukti

keberhasilan

Nommensen

menginjil di tanah

Batak. Sejak kecil

anak-anak sudah

dia ajar isi

pewartaan alkitab.”

Tapi saya melihat dari

sisi lain. Maka kata

saya, “jawaban anak

itu membuktikan

juga, bahwa dia tidak

peduli pada

pencocokan ular

dengan iblis.”

83

Page 105: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

97

21.

22.

Data 21

Data 22

Nadeak,

Arjuna

Nadeak,

Arjuna

Nadeak menjelaskan

kepada Arjuna

bahwa dengan

kehadiran

Nommensen di

tanah Batak dapat

membuat

masyarakat Batak

berfikir dengan baik.

Tongkat tunggal

panaluan merupakan

tongkat yang mistis

dan merupakan

warisan budaya yang

ada di tanah Batak

namun sekaranbg

banyak kopiannya

yang di perjual

belikan untuk

cendramata.

“ Kata ibu saya, kak

kesejukan udara dapat

mendorong manusia

yang mukim di

kitarannya dapat

berpikir cendikia.

Dan, anda tahu, kak,

mutu kecendikiaan

halak Batak itu suka

atau tidak makin

meningkat setelah

Nommensen

berhasil membawa

terang roh kudus di

sini.

Bung tahu tentang

tongkat tunggal

panoluan? konon bisa

dibeli di Samosir,

kata saya. ”Ya itu

barang kopian.

Maksudnya, itu

dibuat dibuat

sekarang untuk

cendramata. Dulu,

sejarahnya, tunggal

panaluan dipakai

untuk upacara-

upacara mistik,

dipercayai memiliki

kekuatan supra

natural dan kesaktian

87

95

Page 106: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

98

23.

Data 23

Arjuna,

Amir,

Jean

Claude

Van

Damme

Diluar dugaan

ponsel Arjuna

berbunyi, dan

Arjuna melihat

bacaan aku “sudah

ada di halte kalian

dimana” Arjuna

tingak-tinguk

mencari dari ruang

makan. Dari jarak 10

meter-an Arjuna

malah melihat Si

Polan dan Arjuna

bertanya pada si

Polan anda Bung

Amir dan Amir

menjawab ya akulah

pencopet yang baik

itu bu sambil cepat-

cepat

mengembalikan

dompet milik Jean

Claude Van Damme

yang berisi paspor

yang disematkannya

didalam bajunya dan

Amir mengulurkan

tangan kearah Jean

Claude Van Damme

dan menyerahkan

barang yang

yang menakutkan.

Dengan riang-ria

Jean Claude Van

Damme mengambil

barangnya itu. Dia

meloncat, seperti

anak kijang,

memeluk Amir. Oh

aku senang dipeluk

bintang pilim

kesukaanku,”kata

Amir.” Ayolah kita

berfoto-foto dulu.

114

Page 107: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

99

24.

Data 24

Jean

Claude

Van

Damme,

Amir,

Arjuna

dicopetnya. Dengan

riang-ria Jean

Claude Van Damme

mengambil

barangnya kembali

dan dia memeluk

Amir.

Jean Claude Van

Damme sudah janji

ingin memerikan

uang pada amir

sebanyak satu juta

rupiah apa bila Amir

benar-benar datang

mengembalikan

dompetnya kembali.

Arjuna merenung

dan merasa bersalah

karena menganggap

orang berjanggut itu

sebagai teroris

karena Amir

mempunyai janggut

yang panjang.

Arjuna berinisiatif

untuk menyalami

Amir dan

menyatakan rasa

terima kasih dan

Jean Claude Van

Damme

Merasa bersalah.

Saya berinisiatif

menyalami Amir,

secara langsung

menyatakan rasa

terimakasih. Dan,

ketika saya masih

bersalaman

dengannya, Jean

Claude Van Damme

memberinya amplop

berisi uang satu juta

rupiah.

114

Page 108: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

100

25.

Data 25

Arjuna,

Amir,

Jean

Calude

Van

Damme

memeluknya dan

memberinya amplop

yang berisi uang satu

juta ruapiah. Amir

merasa senang dan

memasukkan

amplop yang berisi

uang kedalam

kemejanya.

Karena waktu sudah

masuk jam makan

siang maka Arjuna

dalam menghargai

dan menghormati

Amir dan sekaligus

menyesali prasangka

yang sempat

melintas di

pikirannya maka

Arjuna dengan

sungguhan hati

menawarkan pada

Amir untuk makan

siang bersama. Amir

menjawab tidak usah

karena Amir harus

pulang kesiantar

harus dinas lagi kata

dia. dinas kata

Arjuna ya mencopet

kata Amir. Amir

ketawa dan pamit

Dia ketawa renyah.

Dia pamit. Ternyata

dia datang kesini

dengan istrinya.

Istrinya menunggu di

mobil. Dialah orang

pertama yang tadi

memasuki area parkir

di depan hotel ini.

Saya melambaikan

tangan kepadanya.

juga Jean Claude

Van Damme,

melakukan ini

dengan suka cita,

bangga dan haru.

116

Page 109: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

101

26.

27.

Data 26

Data 27

Nadeak,

Arjuna

Nadeak,

Arjuna

ternyata Amir

datang dengan

istrinya. Arjuna

melambaikan tangan

kepadanya dan juga

Jean Claude Van

Damme dengan rasa

sukacita, bangga,

dan haru dengan apa

yang dilakukan

Amir.

Nadeak menjelaskan

kepada Arjuna

bahwa alat music

khas adat Batak

terdiri dari beberapa

macam sampai

sekarang warisan

leluhur itu masih

dipakai dalam

setiapa pelaksanaan

adat yang dilakukan

di tanah Batak.

Nadeak menjelaskan

bahwa di daerah

Tapi Bung,

sebenarnya apa

istrumen khas Batak

yang bisa dipakai

dalam upacara adat

Batak? “Yang tadi

itu gondang kata

Nadeak yang

istimewa adalah

ogung. ada empat

jenis ogung yang

dengan bunyi

berbeda waris lama

yang terlestari kini,

masing-masing doal,

oloan,panggora,

ihutan.

Ya, setelah itu

larangan serius

121

133

Page 110: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

102

28.

Data 28

Arjuna,

Nadeak

Batak tidak boleh

melakukan

perkawinan didalam

satu marga karena

siapa yang

melanggar aturan

yang di benaran

tersebut akan

mendapatkan sangsi

yang berat dari

pendiri adat.

Arjuna yang dapat

menyimpulkan

keberhasilan

nommensen

membawa salib ke

daerah Batak, namun

semua itu tidak

dalam adat Batak

adalah yang

dilaraskan melalui

Dalihan Na Tolu,

adalah perkawinan

satu marga.

Peringatannya dalam

bahasa Batak adalah

“Situtungon tu ramba,

sinongnongon tu aek,

Maknanya

disampaikan E.H

Tambunan,

perkawinan semarga

terhukum dengan

nyala api yang di

jatuhkan di air dalam,

intinya kemampuan

tidak monogamy atau

tidak kawin semarga

merupakan ajarann

kesetiaa, menjauh diri

dari dusta atau

keboohongan.

Kesimpulan saya,

yang saya katakana

kepada Nadeak

Nommensen

berhasil membawa

salib karena

kebetulan saja

156

Page 111: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

103

29.

30.

Data 29

Data 30

Arjuna

Arjuna,

Ucok

berhasil di lakukan

di daerah Batak

mandailing karena

orang Batak

mandailing sudah

lama memeluk

agama islam.

Arjuna yang menaiki

sebuah bukit dan

berdiri melihat

sekelilingnya bahwa

ada bangunan

kuburan yang

mewah, kemewahan

ini hanya bisa dibuat

oleh orang orang

kaya untuk membuat

kuburan semewah

yang dilihat Arjuna

pada waktu itu.

Setelah merapat di

dermaga dari

perjalan ke pulau

samosir Arjuna

kembali melihat

anak kecil yang ikut

menyelam untuk

mencari koin yang di

lemparkan para

waktu itu orang

Batak, terutama

disekitar Toba, masih

animis. Dia tidak bisa

melakukan itu di

daerah-daerah

mandailing.

Sambil berfikir begitu

saya mendaki ke

bukit yang berdiri

bangunan kuburan

yang tampak begitu

masif, mewah, dan

memang hanya

orang orang kaya

yang bisa membuat

bangunan itu.

Hai, Ucok! Seperti

manusia mesin

kelima anak laki-laki

itu secara

berbarengan menoleh

kearah saya. Oh, ya,

saya lupa, kata si

Ucok kecil itu, bahwa

semua anaklaki di

sini, memang biasa di

187

209

Page 112: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

104

31.

Data 31

Jean

Claude

Van

Damme

pengunjung kedalam

danau, dan Arjuna

memanggi si ucok

dari dalam mobil

dan semua anak laki-

laki itu melihat

Arjuna. Tapi si ucok

kecil itu yang

berseru riang

melihat saya karena

saya memberinya

uang Rp 20.000

karena Ucok tidak

dapat koin ketika

mereka menyelam

bersama lalu dia

menyanyi di depan

Arjuna makanya

Arjuna memberinya

uang. Diapun

memanggil Arjuna

dengan sebutan

inang duapuluh ribu.

Jean Claude Van

Damme yang

berusaha membeli

buku dengan uang

yang dimilikinya.

uang tersebut adalah

kekayaan yang

diperolehnya dari

panggil Ucok. Tapi si

Ucok kecil itu satu-

satunya yang berseru

girang melihat saya.

Katanya naïf, oh,

Inang Duapuluhribu!

Saya ketawa, dan

mengerutu senang.

Sialan! gara-gara saya

memberinya Rp

20.000, maka

sekarang dia

memanggil saya

Inang duapuluhribu.

Saya pun memegang

buku itu dan

menunjukkannya

pada sang pemilik

toko. Ini saja berapa.

itu Rp 750.000,00.

Ok kata Jean Claude

Van Damme, Lantas

266

Page 113: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

105

32.

Data 32

Jean

Claude

Van

Damme,

Nadeak

usahanya sendiri.

Karena rasa hormat

Jean Claude Van

Damme kepada

Nadeak yang telah

memandu Arjuna

dan Jean Calude Van

Damme dan

memberiakan

penjelasan yang baik

tentang tanah

kelahiran ayah dan

ibu Jean Claude Van

Damme selama

perjalan di tanah

Batak maka Jean

Claude Vaan

Damme sebelum

perpisahan di

bandara Kualanamu

dia memeluk

Nadeak.

mengeluarkan uang

dari tas

tentengannya, dan

membayar sambil

berkata kalu ada

buku-buku tua

Belanda tentang

Celebes, saya mau

sekali.

Malahan sebagai

ekspresi rasa

hormat kepada

Nadeak suami saya

memeluknya sambil

menepuk-nepuk

bahunya sebelum

perpisahan di bandara

Kualanamu.

274

Page 114: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

106

Jumlah

1. Nilai Kekerabatan : 2 buah dat

2. Nilai Religi : 7 buah data

3. Nilai Keturunan : 2 buah data

4. Nilai Hukum : 1 buah data

5. Nilai Konflik : 1 buah data

6. Nilai Kekayaan : 10 buah data

7. Nilai Kehormaan : 10 buah data

8. Nilai Pengayoman : -

Jumlah data yang ditemukan :33 buah data

33.

Data 33

Arjuna,

Jean

Claude

Van

Damme,

Nadeak

Sebelum Arjuna dan

Jean Claude Van

Damme

meninggalkan tanah

Batak Jean Claude

Van Damme

menembahkan uang

sewa taksi milik

Nadeak seper

sepuluh persen dari

honor yang dia dapat

dari ceramah di

Universitas.

Setelah itu Jean

Claude Van Damme

menambah lagi uang

sewa taksinya

sejumlah

sepersepuluh dari

honorarium yang

diperolehnya dari

ceramah di

Universitas. Nadeak

terharu mendapat

tambahan satu

setengah juta rupiah

yang diberikan oleh

Jean Claude Van

Damme.

274

Page 115: repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/450/1...i ABSTRAK Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna

107