NILAI-NILAI BUDAYA BATAK DALAM NOVEL
PEREMPUAN BERNAMA ARJUNA KARYA REMY SYLADO
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)
PRANATA OKSANTA
NPM 13080154
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP ) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2018
i
ii
iii
i
ABSTRAK
Pranata Oksanta, (NPM: 13080154), Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel
Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado, Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat. Skripsi, Padang,
2018.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya nilai-nilai budaya Batak, yang
digambarkan dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai budaya Batak dalam
novel Perempuan Bernama Arjuna.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan memfokuskan pada
metode deskriptif analisis. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri yang dibantu oleh format inventarisasi data. Teknik pengumpulan
data menggunakan langkah-langkah berikut. (1) Tahap pembacaan, (2) Tahap
inventarisasi, (3) Tahap klasifikasi yaitu, tahap pengelompokan data yang sudah
diinventarisasikan.
Hasil penelitian nilai-nilai budaya Batak adalah sebagai berikut: Pertama,
nilai kekerabatan, bagi orang Batak bisa terjalin karena tali darah atau solidaritas
marga. Kedua, nilai religi, bagi orang Batak sangat taat beribadah dan selalu
menaati larangan yang di ajarkan oleh agamanya seperti Nadeak yang tidak suka
makan daging karena bagi kepercayaan yang di anutnya semua daging itu
hukumnya haram. Ketiga, nilai hagabeon (keturunan), bagi orang Batak
mempunyai banyak anak adalah menjadi suatu kebanggaan keluarga, seperti
tokoh Regina yang mempunyai dua orang anak dan Ayah Jeanne Claudia.
Keempat, nilai hukum bagi orang Batak adalah peraturan yang harus di taati, siapa
yang melanggar hukum yang dibuat oleh raja-raja adat setempat maka orang
tersebut akan mendapatkan sangsi. Kelima, nilai konflik adalah, bagi orang Batak
konflik adalah suatu permasalahan yang harus diselesaikan dan tidak boleh
disembunyikan dan mendidik orang Batak menjadi orang yang terbuka. Keenam,
nilai hamoraon (kekayaan), bagi orang Batak tujuan untuk hidup adalah mencari
harta benda yang banyak supaya dapat menyejahterakan kehidupan keluarganya,
dengan harta yang dimiliki orang tersebut maka derajat diri dan keluarganya baik
berwujud materi maupun non materi yang diperolehnya dari usaha sendiri maupun
harta warisan. Ketujuh, nilai hasangapon (arif dan bijaksana), Bagi orang Batak
seseorang akan lebih terhormat apabila mempunyai wibawa dan martabat yang
baik, dan memiliki kebijaksanaan, seperti tokoh Nadeak, Jean Claude Van
Damme, Arjuna Dan Amir.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna Karya Remy
Sylado”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagai persyaratan
dalam menyelesaikan jenjang Strata Satu, Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, STKIP PGRI Sumatera Barat.
Selama menyusun skripsi penelitian ini, telah banyak mendapatkan arahan,
bimbingan, masukan, serta semangat dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu di ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak :
1. Samsiarni, S.S., M.Hum. selaku pembimbing I sekaligus sekretaris Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan Ria Satini , M.Pd. selaku
pembimbing II yang telah membimbing penulis dan memberikan arahan serta
pengetahuan dalam skripsi ini.
2. Penguji I Aruna Laila, S.S., M.Pd. Penguji II Wahyudi Rahmat, M.Hum.
Penguji III Emil Septia, S.S., M.Pd. yang telah memberikan kritik dan saran
dalam skripsi ini.
3. Dra. Indriani Nisja, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
4. Putri Dian Afrinda, M.Pd. selaku PA yang memberikan saran dan memberi
ilmu pengetahuan dalam skripsi ini.
iii
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pendidikan.
6. Kedua orang tua yang tidak hentinya memberikan semangat, motivasi, dan doa
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
7. Para sahabat yang selalu setia memberikan semangat, nasihat, dan motivasi
dalam penulisan skripsi ini.
8. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, diharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Diharapkan
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Padang, Februari 2018
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Fokus masalah ................................................................................ 5
C. Rumusan masalah........................................................................... 5
D. Tujuan penelitian ........................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
F. Batasan Istilah ................................................................................ 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 8
A. Kajian Teori ................................................................................... 8
1. Hakikat Novel ............................................................................ 8
a. Pengertian Novel .................................................................. 8
b. Unsur Pembangun Novel ...................................................... 9
1). Unsur intrinsik... ............................................................. 9
2). Unsur ekstrinsik .............................................................. 14
2. Kebudayaan ............................................................................... 14
3. Nilai-nilai Budaya ..................................................................... 17
4. Nilai-nilai Budaya Batak ........................................................... 18
B. Penelitian Yang Relevan ................................................................ 22
C. Kerangka Konseptual ..................................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 26 A. Jenis Penelitian ............................................................................... 26
B. Metode Penelitian ........................................................................... 26
C. Data dan Sumber Data .................................................................... 27
D. Instrumen Penelitian ....................................................................... 27
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 28
F. Teknik Pengabsahan Data. ............................................................. 28
G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 30 A. Deskripsi Data ................................................................................ 30
B. Analisis Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel ............................ 48
C. Pembahasan Nilai-nilai Budaya Batak dalam Novel ..................... 66
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 73 A. Kesimpulan .................................................................................... 73
B. Saran ............................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76
LAMPIRAN 1 ................................................................................................. 78
LAMPIRAN 2 ................................................................................................. 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra yang lahir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat
merupakan suatu karya tulis yang lahir dari imajinasi manusia. Sastra adalah suatu
bentuk dan hasil seni kreatif yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Seni
kreatif yang diciptakan manusia yang menyampaikan segala macam segi
kehidupan, karya sastra tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan
ide, teori, atau sistem berfikir, tetapi juga merupakan wadah penyampaian ide-ide
yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang manusia (Semi, 1988:8).
Oleh sebab itu, karya sastra dapat dianggap sebagai wadah penyampaian berbagai
bentuk kebudayaan.
Karya sastra diciptakan seorang pengarang dari sumber kenyataan hidup
yang dialami ataupun yang ditemui sendiri dalam kehidupan serta disatukan
dengan daya imajinasi. Imajinasi seorang pengarang yang kreatif cenderung tidak
hanya diam terhadap berbagai bentuk permasalahan yang berkembang dalam
kehidupannya. Kehidupan yang menceritakan tentang manusia dan masyarakat
dianggap sebagai cerminan suatu individu dengan individu lainnya, antara satu
individu dengan masyarakat, dan antara satu masyarakat dengan masyarakat
lainnya.
Kebudayaan merupakan hasil ciptaan manusia yang telah bertahan secara
turun-temurun. Kebudayaan diciptakan suatu masyarakat sebagai tanda bahwa ada
suatu peradaban pada suatu massa. Kebudayaan tersebut tercipta berdasarkan
kesepakatan-kesepakatan yang telah dicapai oleh kelompok masyarakat.
1
2
Kesepakatan yang terdapat dalam suatu masyarakat seperti adanya suku bangsa
yang berbeda-beda, salah satunya adalah suku Batak yang ada di Sumatera Utara.
Batak sebagai salah satu suku bangsa yang berada di Provinsi Sumatera Utara
merupakan daerah yang kental dengan adat istiadat. Segala yang terjadi dalam
kehidupan harus berlandaskan pada adat istiadat. Ketentuan adat diperoleh dari
hasil kesepakatan organisasi sosial masing-masing kaum. Kesepakatan yang
dibuat harus berdasarkan kepada kepercayaan yang dianut, karena masyarakat
Batak merupakan masyarakat yang kuat akan agama dan mematuhi tatanan adat
yang berlaku.
Suku Batak, lebih khusus terdiri dari beberapa bagian suku: (1) Karo
yang mendiami suatu daerah induk yang meliputi Dataran Tinggi Karo, Langkat
Hulu, Deli Hulu, dan sebagian dari Dairi (2) Simalungun yang mendiami daerah
induk simalungun (3) Pakpak yang mendiami daerah induk Dairi (4) Toba yang
mendiami suatu daerah induk yang meliputi daerah tepi Danau Toba, Pulau
Samosir, Dataran Tinggi Toba, daerah Asahan, Silindung, daerah antara Barus
dan Sibolga dan daerah pegunungan Pahae dan Habinsaran. (5) Angkola yang
mendiami daerah indduk Angkola dan Sipirok, sebagian dari Sibolga dan Batang
Toru dan bagian utara dari Padang Lawas. (6) Mandailing yang mendiami daerah
induk Mandailing, Ulu, Pakatan dan bagian selatan Padang Lawas.
Nilai-nilai budaya masyarakat Batak dari nilai kekerabatan atau akraban
berada di tempat paling utama dan tujuh nilai inti budaya utama masyarakat batak.
Hal ini terlihat baik pada Toba maupun Batak Angkola, Mandailing dan suku
Batak lainnya. Semuanya sama-sama mendapat nilai kekerabatan pada urutan
3
yang paling pokok. Nilai inti kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud
dalam pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu. Hubungan kekerabatan dalam hal ini
terlihat pada tutur sapa baik karena bertautan darah ataupun pertalian perkawinan.
Nilai budaya Hagabeon bermakna harapan panjang umur, beranak,
bercucu yang banyak dan baik-baik. Dengan lanjut usia diharapkan ia dapat
mengawinkan anak-anaknya serta memperoleh cucu. Kebahagiaan bagi orang
Batak belum lengkap, jika belum mempunyai anak. Terlebih lagi anak laki-laki
yang berfungsi untuk melanjutkan cita-cita orang tua dan marganya. Hagabeon
bagi orang Batak Islam termasuk keinginan untuk menunaikan ibadah haji ke
tanah suci Mekkah.
Selain dalam kehidupan nyata nilai-nilai budaya juga dapat dicerminkan
atau digambarkan dalam sebuah novel. Permasalahan yang di gambarkan dalam
novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado adalah nilai-nilai budaya.
Dalam novel ini, diceritakan tentang sepasang suami-istri, Arjuna dan Jean-
Claude Van Damme, novel ini menuturkan secara memikat ikhwal petualangan
mereka dalam menjelajahi berbagai tempat menarik di tanah Batak dan sekaligus
melacak asal usul ayah Jean Claude Van Damme yang berdarah Batak. Dalam
novel ini Arjuna dan Jean Claude Van Damme akan di suguhi dengan keragaman
tradisi, sejarah, budaya, dan segala sesuatu tentang masyarakat Batak. Dalam
perjalanan yang mereka lakukan Arjuna dan Jean Claude Van Damme
mengelilingi daerah Batak, mereka akan melakukan perjalan hampir keseluruh
daerah yang ada di tanah Batak tersebut.
4
Remy Sylado mempunyai nama asli yakni Yapi Tambayong lahir di
Makasar, 12 Juli 1945. Ia sering mencantumkan nama-nama dalam karya seperti
Remy Syalado dan Alif Danya Munsyi. Selain itu juga punya nama lain seperti
Juliana C. Panda, Dova Zila, Jubal Anak Pengarang Imanuel dan beberapa nama
lain. Pada bidang literasi, ia banyak melahirkan karya besar, seperti Gali Lobang
Gila Lobang (1977), Siau Ling (2003) Ca-Bau-Kan: Hanya sebuah dosa (1999)
telah di filmkan tahun 2002, Kerudung Merah Kirmizi (2002), Kembang Jepun
(2003), Parijs Van Java (2003), Menunggu Matahari Melbourne (2004), Sam Po
Kong (2004), Puisi Mbeling (2005), 9 dari 10 kata Bahasa Indonesia adalah
asing (2004), Novel Pangeran Diponegoro (2007), 9 OKTOBER 1740 (Drama
Pembantaian Etnik Cina di Batavia:2005), Bahasa Menunjukkan Bangsa (2005),
Mimi Lan Mintuna (2007), Naskah Drama: Jalan Tamblong (2010), Jadi
Penulis Siapa Takut(2012), 123 Ayat Tentang Seni (2012), Drama Sejarah1832
(2012), Kamus Isme-Isme (2013), Gali Lobang Gila Lobang (edisi terbaru (2013).
2002 Khatulistiwa Literary Award (untuk novel Kerudung Merah Kirmizi), 2004
MURI untuk bidang puisi “Kerygma & Martyria”, 2006 Sastra Terbaik Pusat
Bahasa (novel Kerudung Merah Kirmizi), 2015 penghargaan S.E.A. Write Award
dari Kerajaan Thailand atas karya novel sejarah , Namaku Mata Hari.
Selain novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado,
pengarang lain yang menggambarkan tentang nilai-nilai budaya masyarakat Batak
adalah novel Toba Dreams karya TB Silalahi yaitu sama-sama mengkaji tentang
nilai-nilai budaya masyarakat batak. Novel Toba Dreams ini memperlihatkan
kisah kehidupan Sersan Tebe bersama istri dan ketiga anaknya meninggalkaan
5
rumah dinasnya di Tanggerang Selatan untuk kembali ke tempat kelahirannya di
Desa Tarabunga menghabiskan masa tua sampai akhir hayat. Mimpi sersan Tebe
adalah hidup damai dengan mengandalkan uang pensiun tentara dan memilih
pulang kampung di tepian Danau Toba. Ini sudah termasuk dalam nilai budaya
Batak hamoraon atau kekayaan. Dari dua novel ini terlihat permasalahan nilai-
nilai budaya Batak. Maka kedua novel ini yang lebih menarik diteliti adalah novel
Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado, karena novel ini sebuah
bangunan fiksi yang realis yang memainkan dan membangun cerita fakta sehingga
novel ini realis. Novel Toba Dreams mengkaji masalah perjalanan dan perjuangan
masyarakat Batak dan perbedaan agama yang bertentangan.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka akan dilakukan penelitian
terhadap novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado, karena novel ini
lebih banyak mencangkup nilai-nilai budaya Batak ini memperlihatkan kisah
perjalanan Arjuan dan Jean Claude Van Damme mengelilingi daerah Batak.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian ini difokuskan
kepada nilai-nilai budaya Batak dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya
Remy Sylado.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah di atas, maka rumusan
penelitian ini adalah bagaimanakah nilai-nilai budaya Batak yang terdapat dalam
novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado?
6
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai budaya
Batak yang terdapat dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy
Sylado.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi orang lain. Adapun
manfaat-manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis, bagi bidang keilmuan diharapkan agar penelitian ini dapat
memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu bahasa dan sastra sehingga
dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi pembaca, Khususnya mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
untuk menambah dan memperdalam pengetahuan tentang nilai-nilai budaya
Batak dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado
b. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah
satu bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya mengenai nilai-nilai
budaya Batak.
c. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini hendaknya dapat dijadikan pedoman dan
penunjang bila peneliti telah menjadi pengajar.
F. Batasan Istilah
Berikut ini dikemukakan batasan istilah mengenai istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
7
1. Novel adalah karya sastra yang bersifat imajinasi yang selalu menawarkan
berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan.
2. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya
adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
3. Batak adalah salah satu suku bangsa yang berada di Provinsi Sumatera Utara
merupakan daerah yang kental dengan adat-istiadat.
4. Nilai-nilai budaya adalah nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu
masyarakat, lingkup organisasi, lingkup masyarakat, yang mengakar pada
suatu kebiasaan kepercayaan, simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu
yang dapat di bedakan satu dan yang lainnya.
5. Novel Perempuan Bernama Arjuna karya angkatan pujangga baru yang
penggarangnya adalah Remy Sylado.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Untuk melakukan penelitian berjudul Nilai-nilai budaya Batak dalam
novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado ini di butuhkan landasan
teori yang digunakan sebagai alat untuk melakukan penganalisisan.
Pada bab II ini akan dijelaskan tentang teori terkait dengan penelitian.
Teori pertama itu hakikat novel, dalam hakikat novel terdapat unsur pembangun
novel. Pada bab II ini juga dijelaskan tentang penelitian yang relevan dan
kerangka konseptual.
1. Hakikat Novel
Teori yang akan diuraikan pada bagian ini adalah pengertian novel, unsur
pembangunan novel, berikut ini akan dijelaskan teori tersebut satu persatu.
a. Pengertian Novel
Semi (1988:32), mengatakan bahwa novel mengungkapkan suatu
konsentrasi kehidupan pada suatu saat yang tegang dan pemusatan kehidupan
yang tegas. Sedangkan, Nurgiyantoro (2012:2), mengatakan bahwa novel sebagai
karya sastra yang bersifat imajinasi yang selalu menawarkan berbagai
permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat, disimpulkan bahwa novel
merupakan suatu cerita yang berasal dari imajinasi dan didalamnya terdapat cerita
tentang kehidupan masyarakat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
8
9
b. Unsur Pembangun Novel
Menurut Nurgiyantoro (2012:22-23), novel merupakan sebuah totalitas.
Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur yang
saling berkaitan antara satu dengan yang lain secara erat dan saling
menggantungkan. Unsur pembangun yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan
ekstrinsik. Berikut akan di jelaskan masing-masing tentang unsur-unsur intrinsik
dan ekstrinsik.
1). Unsur Intrinsik
Menurut Nurgiyantoro (2012:23), unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur
yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan
karya sastra sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual dijumpai jika
orang membaca karya sastra. Unsur-unsur intrinsik novel terdiri dari penokohan,
peristiwa dan alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat. Berikut
akan di jelaskan defenisi tentang tokoh dan penokohan serta peristiwa.
Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:20), unsur intrinsik di
bedakan atas dua macam, yakni unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama
adalah semua yang berkaitan dengan pemberian makna yang tertuang melalui
bahasa. Sedangkan unsur penunjang adalah segala upaya yang digunakan dalam
memanfaatkan bahasa.
a) Tokoh dan Penokohan
Menurut Nurgiyantoro (2012: 165-166), istilah “tokoh” menunjuk pada
orangnya atau pelaku cerita, istilah penokohan lebih luas pengertiannya dari pada
“tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh
10
cerita, bagaiman perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam
sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada
pembaca. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan
pembangun tokoh dalam sebuah cerita.
Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:24), penokohan termasuk
masalah penamaan, pemeranan, keadaan fisik, keadaan pisikis, dan karakter.
Bagian-bagian dalam penokohan ini berhubungan dalam upaya membangun
permasalahan fiksi. Pemilihan nama tokoh di niatkan sejak semula oleh pengarang
untuk mewakili permasalahan yang hendak dikemukakan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, bahwa tokoh adalah pelaku atau
orang yang diceritakan penulis berdasarkan peristiwa dan khayalan penulis dalam
cerita. Penokohan adalah watak, sifat, dan prilaku tokoh dalam cerita yang
digambarkan oleh penulis dalam jalinan hubungan yang logis.
b) Latar
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2012:216), latar atau setting yang
disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan
waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan.
Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:30), latar merupakan penanda
identitas permasalahan fiksi yang mulai secara samar diperlihatkan alur atau
penokohan. Jika permasalahan fiksi sudah diketahui melalui alur atau penokohan,
maka latar memperjelaskan pembaca untuk mengidentifikasi permasalahan fiksi.
11
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, bahwa latar adalah segala
keterangan petunjuk, dan penanda identitas mengenai tempat, waktu ruang,
suasana, serta lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam
cerita.
c) Peristiwa atau Alur
Menurut Luxemburg (dalam Nurgiyantoro, 2012:117), peristiwa ialah
peralihan dari keberadaan yang satu kepada yang lain. Menurut Muhardi dan
Hassanuddin WS (1992:27-28), sebuah peristiwa dapat dikatakan telah
berlangsung jika seorang atau sekelompok tokoh melakukan kegiatan pada suatu
tempat dan pada suatu waktu tertentu. Perubahan tokoh walaupun melakukan
tindakan yang sama, di tempat dan pada waktu yang sama, sudah menyebabkan
munculnya peristiwa baru. Seterusnya jika terjadi perubahan tindakan oleh tokoh
atau sekelompok tokoh yang sama, di tempat dan pada waktu yang sama, berarti
sudah muncul peristiwa yang baru.
d) Tema dan Amanat
Tema dan amanat dapat dilihat melalui peristiwa, penokohan, dan tema.
Menurut Nurgiyantoro (2012:70), tema dapat dipandang sebagai dasar cerita,
gagasan dasar umum, sebuah karya novel. Gagasan dasar umum inilah yang telah
ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang dipergunakan untuk
mengembangkan cerita. Sehingga berbagai peristiwa konflik dan pemilihan
berbagai unsur intrinsik yang lain seperti penokohan, pelataran, dan penyudut
pandangan di usahakan mencerminkan gagasan dasar umum tersebut.
12
Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:38), tema adalah inti
permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang dalam karyanya. Oleh sebab
itu, tema merupakan hasil konklusi dari berbagai peristiwa yang berhubungan
dengan penokohan dan latar. Permasalahan akan muncul melalui perilaku-perilaku
tokoh yang terkait dengan latar.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa tema
merupakan gagasan pokok, ide pokok yang dikemukakan pengarang dalam
karyanya. Amanat merupakan opini, dan visi pengarang terhadap tema yang
dikemukakan, amanat dapat terjadi lebih dari satu, asal semuanya terkait dengan
tema.
e) Gaya Bahasa
Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:35), gaya bahasa
menyangkut kemahiran pengarang mempergunakan bahasa sebagai medium fiksi.
Penggunaan bahasa tulis dengan segala kelebihan dan kekurangannya harus
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh pengarang. Penggunaan bahasa harus
relevan dan menunjang permasalahan-permasalahan yang hendak di kemukakan
harus serasi dengan teknik-teknik yang digunakan dan harus tepat merumuskan
alur, penokohan, latar, tema, dan amanat.
Gaya adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan
menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan
makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca
Aminuddin (2009:72)
13
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya
bahasa adalah penggunaan bahasa untuk suatu nada atau suasana persuasiv yang
melihatkan hubungan dan interaksi sesama tokoh.
f) Sudut Pandang
Menurut Nurgiyantoro (2012:246), membaca dua buah karya fiksi yang
berbeda, maka berhadapan dengan dua persona pembawa cerita yang berbeda.
Pesona tersebut dipandang sebagai isi pencerita. Sudut pandang dalam karya fiksi
mempersoalkan siapa yang menceritakan atau dari posisi mana (siapa) peristiwa
dan tindakan itu dilihat.
Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:32), sudut pandang
merupakan unsur penunjang fiksi, lain halnya dengan alur, penokohan dan latar
yang sebagai unsur utama. Sudut pandang sering juga disamakan dengan pusat
pengisahan oleh para pengamat selama ini. Jika ditinjau dari sudut komunikasi
antara pengarang dengan pembaca, maka terdapatlah perbedaan antara sudut
pandang dengan pusat pengisahan. Sudut pandang merupakan suatu cara bagi
pembaca untuk mendapatkan informasi-informasi fiksi, sedangkan pusat
pengisahan merupakan suatu cara bagi pengarang dalam menyampaikan
informasi pada fiksi.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka sudut pandang adalah cara
pengarang untuk menempatkan dirinya dalam sebuah cerita. Ada beberapa cara
pengarang menempatkan dirinya dalam sebuah karya yaitu, pengarang sebagai
tokoh cerita, pengarang sebagai tokoh sampingan, pengarang sebagai pengamat,
dan terakhir pengarang sebagai pemain dan narator.
14
2). Unsur Ekstrinsik
Menurut Nurgiyantoro (2012:23), menyatakan bahwa unsur ekstrinsik
adalah unsur-unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara tidak
langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Atau ,
secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur yang mempengaruhi bangun
cerita karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian di dalamnya.
Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:20), menyatakan bahwa
unsur ekstrinsik fiksi yang utama adalah pengarang, sedangkan pengaruh lain,
cenderung dianggap juga sebagai unsur ekstrinsik, misalnya sensitivitas atau
kepekaan pengarang, dan pandangan hidup pengarang. Realitas objektif yang ada
disekitar pengarang juga merupakan unsur ekstrinsik, namun pengaruhnya juga
melalui pengarang. Bagian dari realitas objektif yang mempengaruhi penciptaan
fiksi antara lain tatanilai kemanusiaan yang berlaku dalam masyarakat, ideologi
masyarakat, konvensi budaya, konvensi sastra, konvensi bahasa dalam
masyarakat, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur
ekstrinsik merupakan unsur yang berada di luar karya sastra. Seperti keadaan
subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pendangan
hidup semua itu akan mempengaruhi karya yang di tulisnya.
2. Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat (2011: 73), dalam pengantar antropologi, istilah
“ Kebudayaan” dan “culture”. Kata “ kebudayaan” berasal dari kata sansekerta
15
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau
“kekal”. Kata asing culture yang berasal dari kata latin colere ( yaitu mengolah,
mengerjakan dan terutama berhubungan dengan pengolahan tanah atau bertani),
memiliki makna yang sama dengan kebudayaan yang kemudian berkembang
menjadi segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan
mengubah alam.
Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan ,
karena jumlah tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat yang
tidak dibiasakannya dengan belajar (yaitu tindakan naluri, refleks, atau tindakan-
tindakan yang dilakukan akibat suatu proses fisiologi, maupun berbagai tindakan
membabibuta), sangat terbatas. Bahkan berbagai tindakan yang merupakan
nalurinya ( misalnya makan, minum, dan berjalan) juga telah banyak di rombak
oleh manusia sendiri sehingga menjadi tindakan kebudayaan.
Manusia makan pada waktu-waktu tertentu yang di anggap wajar dan
pantas ia makan dan minum dengan menggunakan alat-alat, cara-cara, serta sopan
santu atau protokol yang kadang-kadang sangat rumit, yang harus di pelajarinya
dengan susah payah. Berjalan pun tidak dilakukannya lagi sesuai dengan wujud
organismenya yang telah di tentukan oleh alam, karena gaya berjalan itu telah
disesuaikan dengan berbagai gaya berjalan yang harus dipelajarinya terlebih
dahulu yaitu misalnya gaya berjalan seorang prajurit atau pragawati, atau gaya
berjalan yang lemah lembut.
16
Menurut Nuraeni dan Muhammad Alfan (2012: 15), dalam Studi Budaya
Indonesia, kata “ kebudayaan” berasal dari kata sansekerta, buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari budi yang berarti akal. Kebudayaan dapat diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal. Apabila dilihat dari kata dasarnya,
kata “budaya” merupakan majemuk dari budi daya yang berarti daya dari budi.
Dari pengertian tersebut, dibedakan antara budaya yang berarti daya dari budi,
yang berupa cipta, karsa, dan rasa.
Menurut Sugiarti (2012:16), mendefenisikan secara sederhana pengertian
kebudayaan dan budaya, yaitu sebagai berikut. a). Kebudayaan dalam arti luas
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
kehidupan masyarakat yang diperoleh melalui belajar. Istilah kebudayaan
digunakan untuk menunjukkan hasil fisik karya manusia, meskipun hasil fisik
karya manusia sebenarnya tidak lepas dari pengaruh pola berfikir (gagasan) dan
pola prilaku (tindakan) manusia. Kebudayaan sebagai sistem memberikan
pengertian bahwa kebudayaan tercipta dari hasil renungan yang mendalam dan
hasil kajian yang berulang-ulang tentang suatu permasaalahan, sehingga di
peroleh sesuatu yang di anggap benar dan baik. b). Kebudayaan dalam arti sempit
dapat disebut dengan istilah budaya atau sering disebut kultur (culture, bahasa
inggris), yang mengandung pengertian keseluruhan sistem gagasan dan tindakan.
Pengertian budaya atau kultur dimaksudkan untuk menyebut nilai-nilai yang
digunakan oleh sekelompok orang dalam berfikir dan bertindak. Seperti halnya
dengan kebudayaan, budaya sebagai suatu sistem juga merupakan hasil kajian
yang berulang-ulang tentang suatu permasalahan yang dihadapi manusia.
17
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh sesorang sebagai anggota
masyarakat Edwart B. Taylor ( dalam Nuraeni dan Muhammad Alfan (2012:17).
3. Nilai-nilai Budaya
Menurut Koentjaraningrat (2011: 75-76) dalam pengantar antropologi,
Nilai budaya tingkat dan paling abstrak dari adat-istiadat. Karena nilai budaya
terdiri dari konsep-konsep mengenai segala sesuatu yang dinilai dan penting oleh
warga suatu masyarakat, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman
orientasi pada kehidupan para warga masyarakat yang bersangkutan.
Nilai budaya berfungsi sebagai pedoman hidup warga suatu masyarakat,
sebagai konsep sifatnya sangat umum, memiliki ruang lingkup yang sangat luas,
dan biasanya sulit diterangkan secara rasional dan nayata. Karena itulah ia berada
dalam daerah emosional dari alam jiwa seseorang. Sejak kecil orang telah diresapi
oleh berbagai nilai budaya yang hidup di dalam masyarakatnya, sehingga konsep-
konsep budaya itu telah tumbuh dalam alam jiwanya. Kerena itu untuk mengganti
suatu nilai budaya yang telah dimiliki dengan nilai budaya lain diperlukan waktu
yang lama.
Dalam setiap masyarakat, baik yang kompleks ataupun yang sederhana,
ada sejumlah nilai budaya yang saling berkaitan dan bahkan telah merupakan
suatu sistem. Sebagai pedoman dan konsep-konsep ideal, sistem itu menjadi
pendorong yang kuat untuk mengarahkan kehidupan masyarakat.
18
Suatu sistem nilai budaya merupakan suatu pandangan hidup, walaupun
kedua istilah itu sebaiknya tidak disamakan. “Pandangan hidup” mengandung
sebagian dari nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan yang telah dipilih
secara selektif oleh individu-individu dan golongan-golongan dalam masyarakat.
Dengan demikian apabila “sistem nilai” merupakan pedoman hidup yang di anut
oleh suatu masyarakat maka “pandangan hidup” merupakan suatu pedoman yang
dianut oleh golongan-golongan atau bahkan individu-individu tertentu dalam
suatu masyarakat.
Menurut Simanjuntak (2011:139), nilai budaya ialah nilai yang dikandung
oleh suatu kebudayaan dan unsur-unsurnya, yang membedakannya dari
kebudayaan lain. Nilai budaya merupakan tingkat tertinggi dan abstrak dari adat-
istiadat serta memberikan ciri dan karakter bangsa, suku bangsa bahkan
kelompok-kelompok masyarakat. Nilai budaya tersebut meresap hidup dalam jiwa
masyarakat sejak dini sehingga mekar dalam jiwa, sehingga nilai budaya yang
terdapat dalam suatu kebudayaan tidak dapat diganti begitu saja dalam waktu
yang singkat dengan nilai budaya yang lain.
Nilai inti dari suatu budaya suatu budaya bangsa atau suku bangsa
biasanya mencerminkan jati diri suku atau bangsa yang bersangkutan. Sedangkan
jati diri itu maksudnya merupakan gambaran atau keadaan khusus seseorang yang
meliputi jiwa atau semangat spiritual dari dalam.
4. Nilai Budaya Batak
Menurut pandangan orang Batak Toba kebudayaan memiliki sistem nilai
budaya yang amat penting, yang menjadi tujuan dan pandangan hidup mereka
19
secara turun-temurun yakni kekayaan (hamoraon), banyak keturunan (hagabeon),
dan kehormatan (hasangapon). Dari ketiga nilai di atas dapat dijelaskan bahwa,
Menurut Simanjuntak (2011:142), kekayaan (Hamoraon) adalah harta yang
berwujud materi maupun non-materi yang diperoleh melalui usaha atau melalui
warisan. Sedangkan menurut Vergouen (2004: 164) kekayaan merupakan sumber
penting otoritas, ia mencerminkan kehidupan yang sukses mujur dalam
permainan, menang perang untung dalam perdagangan, nasib, baik dalam
bercocok tanam, dan keberhasilan dalam beternak. Hal-hal tersebut dapat dapat
menyebabkan kekuasaan seseorang menjadi kuat dalam lingkungannya. Menurut
Simanjuntak (2011:142) keturunan (hagabeon) juga termasuk kedalam kategori
kekayaan. Banyak keturunan ialah mempunyai banyak anak, cucu, cicit dan
keturunan-keturunannya, termasuk pemilikan tanaman serta ternak. Menurut
Simanjuntak (2011:142) kehormatan (hasangapon) merupakan pengakuan dan
penghormatan orang lain atas wibawa dan martabat seseorang. Sedangkan
menurut Vergouwen (2004: 163) kehormatan adalah kualitas yang bersemayam
dalam diri seseorang kepada yang berbakat keberadaannya telah membuat
seseorang yang memilikinya punya hak untuk dihormati, dimuliakan, dan sebagai
pemangku otoritas untuk dipatuhi dan dituruti. Hubungan sosial di atur oleh
sistem sosial yang berlandaskan kepada marga (clan). Hubungan sosial antar
marga di atur menurut dasar struktur sosial tungku berkaki tiga (Dalihan Na Tolu)
Nilai inti dari suatu budaya bangsa atau suku bangsa biasanya
mencerminkan suku atau bangsa yang bersangkutan. Sedangkan jati diri itu
dimaksud merupakan gambaran atau keadaan khusus sesorang yang meliputi jiwa
20
atau semangat daya gerak spiritual dari dalam diri. Menurut (Sinaga 2012),
adapun nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut:
1. Nilai Kekerabatan
Nilai inti kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam
pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu. Hubungan kekerabatan dalam hal ini terlihat
terlihat pada tutur sapa baik karena peraturan daerah, solidaritas, marga,
martandang dan segala yang berhubungan dengan kekerabatan karena
perkawinan.
2. Religi
Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama
yang datang, kemudian yang mengatur hubungan dengan maha pencipta serta
hubungan dengan manusia dan lingkungan hidupnya. Orang Batak boleh dibilang
sangat religius. Dalam kepercayaan religi Batak, leluhur adalah perwakilan dari
debata Mula Jadi Nabolon (Tuhan Maha Pencipta) di dunia. Dengan menghormati
nenek moyang, berarti juga menghormati tuhan.
3. Hagabeon (keturunan)
Orang sangat menghargai orang yang memiliki banyak anak dan berumur
panjang. Dahulu semakin banyak anak, dianggap semakin kaya seseorang.
Kehadiran anak dianggap sebagai generasi penerus orang tuanya, yang akan
membawa nama keluarganya di kemudian hari. Dalam prinsip hagabeon disebut
juga dengan prinsip saurmatua, yaitu seorang yang mati sempurna pada saat dia
tua dengan anak-anaknya yang sudah menikah dan memiliki banyak cucu.
21
4. Uhum( Hukum)
Sebelum adanya hukum formal seperti sekarang, masyarakat Batak Toba
menganut hukum tradisional yang berkaitan dengan hukum adat. Hukum
tradisional adalah aturan yang datang dari Debata Mula Jadi Nabolon melalui
nenek moyang hula-hula, yang mengatur kehidupan manusia dengan manusia dan
alam sekitarnya, sekaligus mengatur hubungan manusia dengan roh nenek
moyang. Selain bersumber dari uhum adat yang berlaku di kalangan masyarakat,
uhum juga di tetapkan kepala-kepala suku atau raja-raja setempat.
5. Konflik
Konflik dipandang dari sudut lain, merupakan komponen yang penting
dari sosialisasi orang Toba. Proses melibatkan atau dilibatkan dalam suasana
konflik mendidik orang toba menjadi orang yang terbuka. Hal ini dapat dipahami,
karena hampir tidak ada konflik yang disembunyikan. Berkonflik dalam
masyrakat toba bukanlah suatu aib.
6. Hamoraon (kekayaan)
Hamoraon merupakan salah satu nilai budaya yang mendasar mendorong
orang Batak, khususnya orang Toba untuk mencari harta benda yang banyak.
Secara lebih luas hamoraon, merupakan tujuan hidup untuk menyejahterakan dan
menjadi sumber penting otoritas. Kekayaan dianggap sebagai lambang
keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup. Dengan kekayaan, ia bisa
mengangkat status sosial dirinya di mata keluarga. Nilai hamoraon juga disebut
sebagai pemicu bagi orang Batak untuk meraih kehormatan diri dan keluarganya
22
baik yang berwujud materi maupun non-materi yang di peroleh melalui usaha atau
melalui warisan.
7. Hasangapon
Hasangapon merupakan pengakuan dan penghormatan orang lain atas
wibawa dan martabat seseorang. Bagi masyarakat Batak Toba adalah pemberian
kearifan dan kebijaksanaan. Seseorang akan dikatakan sangapjika ia mampu
bersikap arif dan bijaksana dalam menyelesaikan konflik atau masalah.
Hasangapon juga merupakan pengakuan dan penghormatan orang lain atas
wibawa yang dan martabat seseorang.
8. Pengayoman ( Pelindung)
Kehadiran pengayom dalam kehidupan orang Toba sangat diperlukan.
Pengayom adalah pemberi kearifan, pemberi kesejahtraan, pelindung yang ditaati,
pencipta ketentraman batin. Pengayom hanya diperlukan pada saat-saat yang
kritis, misalnya ketika yang di ayomi mengalami pederitaan baik lahir maupun
batin.
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan studi kepustakaan yang dilakukan dan berhubungan dengan
penelitian yang akan dilakukan tentang nilai-nilai budaya dalam suatu karya
sastra, penulis menemukan beberapa penelitian yang relevan antara lain: pertama,
Eka Susanti dari IAIN Sumatera Utara (2015) menulis penelitian yang berjudul
Nilai-nilai Budaya Batak Toba Sebagai Sumber Pembelajaran IPS dan Proses
Pengembangan Wawasan Kebangsaan Hasil penelitian ini, nilai-nilai budaya
batak toba yang dapat dijadikan sumber pelajaran IPS untuk mengembangkan
23
wawasan kebangsaan yaitu nilai instrument berupa kesenian, permainan, adat-
istiadat, nilai interaksi yaitu pada sistem kekerabatan (Dalihan NaTolu) dan nilai
terminal atau visi dan tujuan hidup yaaitu hamoraan, hagabeon, hasangapon.
Kedua, Sinaga (2012) menulis penelitian tentang Analisis Nilai Sastra
Lisan Batak Toba “Batu Sigadap” hasil penelitian ini adalah ada delapan nilai
budaya, dari Sembilan nilai budaya Batak Toba di cerita Batu Sigadap, nilai
kekerabatan, agama, konflik, hukum, hasangapon, hamoraon, hagabeon, dan
perlindungan.
Ketiga, Sigalingging, STR (2012) menulis penelitian Struktur dan Nilai
Budaya Batak Toba dalam Sastra Lisan Huta Silahisabungan, hasil penelitian ini
nilai budaya kekerabatan yang terdapat dalam cerita lisan Huta silahisabungan
terdapat enam peristiwa tutur, religi tiga peristiwa tutur, konflik tiga peristiwa
tutur, hasangapon dua peristiwa tutur, hukum dua peristiwa tutur, dan
pengayoman satu peristiwa tutur.
C. Kerangka Konseptual
Karya sastra merupakan suatu hasil pekerjaan kreatif yang objeknya
adalah manusia dan kehidupannya, sebagai karya sastra yang kreatif maka akan
banyak diterima oleh pembaca untuk dinikmati. Salah satu bentuk karya sastra
adalah novel. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra. Didalam karya
sastra banyak diceritakan tentang permasalahan-permasalahan sosial yang
dihadapi manusia. Salah satu permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapi
manusia adalah nilai-nilai budaya.
24
Unsur pembangunan novel terdiri dari dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan
unsur ektrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur pembangun yang terdapat dalam
karya itu sendiri, terdiri dari tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang,
gaya bahasa, tema dan amanat. Sedangkan unsur ektrinsik yaitu unsur pembangun
yang berada di luar karya sastra itu sendiri. Unsur ektrinsik terdiri atas dua, yaitu
realitas sosial dan pengarang.
25
Bagan 1.KerangkakonseptualNilai-nilaiBudayaBatakdalam Novel PerempuanBernamaArjunaKarya Remy Sylado
Novel
UnsurIntrinsik UnsurEkstrinsik
TokohdanPe
nokohan
Latar Alur/
Plot
TemadanAm
anat
Gaya Bahasa Sudut
Pandang
KaryaSastra
Nilai-nilaiBudayaBatak
25
Pengarang RealitaObjektif
Konvensi
Budaya
Tata
nilai
Konvensi
Sastra
Norma-
norma
Ideologi Konvensi
Bahasa
Keturunan
(Hagabeon)
Kehormatan
(Hasangapon)
Kekayaan
(Hamoraon)
Nilai-nilaiBudayaBatakdalam NovelPerempuanBernamaArjunakarya Remy Sylado
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Semi (dalam
Endraswara, 2013:5), penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan
angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi
antar konsep yang sedang dikaji secara empiris. Penelitian ini dikatakan penelitian
kualitatif karena hasil penelitian ini nantinya berupa kalimat yang menjelaskan
hasil penelitian bukan berupa angka. Ciri penting dari penelitian kualitatif adalah
(1) peneliti merupakan instrumen kunci yang membaca secara cermat sebuah
karya sastra, (2) penelitian dilakukan secara deskriptif, (3) lebih mengutamakan
proses dibandingkan hasil, (4) analisis secara induktif, dan (5) makna merupakan
andalan utama. Jadi penelitian kualitatif ini memudahkan peneliti untuk
menganalisis data penelitian karena tidak berupa angka-angka, tetapi hanya
mendeskripsikan data-data yang di dapat pada novel Perempuan Bernama Arjuna
Karya Remy Sylado
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang berisi kutipan-kutipan data
untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut (Moleong, 2010:11). Metode
deskriptif dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk pemaparan atau
penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Jadi, metode
deskriptif merupakan metode yang menggambarkan untuk mengumpulkan data
26
27
yang di dapat berupa teks pada novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy
Sylado.
C. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah kutipan berupa teks yang menunjukkan
tentang nilai-nilai budaya Batak yang terdapat dalam novel Perempuan Bernama
Arjuna karya Remy Sylado. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel
Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Novel ini diterbitkan oleh
Nuansa Cendikia pada tahun 2016 (cetakan pertama) dengan jumlah halaman 352
halaman. Cover novel ini berwarna jingga, gambar cover sederhana dan menarik
menggunakan gambar seorang perempuan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat dan bahan yang membantu peneliti melakukan
penelitian. Menurut Arikunto (2014:203), instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan
sistematis sehingga lebih mudah di olah. Instrumen pada penelitian ini adalah
peneliti dibantu dengan format inventarisasi data, sebagai berikut.
Format Inventarisasi Data
Nilai-Nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna
Karya Remy Sylado
No
Tokoh Peristiwa Kutipan Nilai-Nilai Budaya Hal
1 2 3 4 5 6 7 8
28
Keterangan:
1. Nilai Kekerabatan
2. Nilai Religi
3. Nilai Hagabeon (keturunan)
4. Nilai Uhum (hukum)
5. Nilai Konflik
6. Nilai Hamoraon (kekayaan)
7. Nilai Hasangapon (arif dan bijaksana)
8. Nilai Pengayoman (pelindung)
E. Teknik Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data untuk
penelitian ini adalah.
1. Tahap pembacaan, yaitu membaca dan memahami novel Perempuan Bernama
Arjuna karya Remy Sylado secara keseluruhan.
2. Tahap inventarisasi, yaitu tahap menggarisbawahi dan mencatat isi novel yang
berkaitan dengan nilai-nilai budaya Batak yang terdapat dalam novel
Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado.
3. Tahap klasifikasi, yaitu tahap mengelompokkan data yang sudah
diinventarisasikan.
F. Teknik Pengabsahan Data
Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik triangulasi. Moleong (2010:330), menyatakan bahwa dalam teknik
triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut. Pada penelitian ini teknik triangulasi yang
digunakan adalah teknik triangulasi penyidik. Teknik triangulasi dalam bentuk
penyidik merupakan teknik pengabsahan data dengan memanfaatkan peneliti atau
29
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
Pemanfaatan yang lainnya membantu mengurangi keselencengan dalam
pengumpulan data. Validator dalam pengabsahan data ini adalah Ibu Mila Kurnia
Sari, S.S. M.Pd. Ibu Mila Kurnia Sari dipilih sebagai validator karena ahli dalam
bidang nilai-nilai budaya bahkan ibu Mila Kurnia Sari jurusan Bahasa Indonesia
bagian sastra, maka data penelitian ini mengkaji tentang nilai-nilai budaya. Ibu
Mila Kurnia Sari, S.S. M.Pd. adalah dosen STKIP PGRI Sumbar sebagai dosen
dari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
G. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan pada teknik analisis data adalah.
1. Mendeskripsikan data penelitian berdasarkan nilai-nilai budaya Batak.
2. Menganalisis dan menginterpretasikan data sesuai dengan nilai-nilai budaya
Batak.
3. Membahas temuan pada novel dengan dikaitkan dengan teori nilai-nilai budaya
Batak.
4. Menyimpulkan hasil pemerolehan data tentang nilai-nilai budaya Batak pada
novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado.
5. Menuliskan laporan hasil penelitian tentang nilai-nilai budaya Batak pada
novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado.
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab IV ini akan dijelaskan tentang deskripsi data, analisis data, dan
pembahasan terhadap data yang telah ditemukan dalam novel Perempuan
Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Data yang peneliti temukan dideskripsikan
dan selanjutnya akan dibahas analisis nilai-nilai budaya Batak dalam novel
Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado, analisis nilai-nilai Budaya
Batak meliputi nilai kekayaan (hamoraon), keturunan (hagabeon), dan
kehormatan (hasangapon). Berikut ini adalah penjelasannya secara sistematis.
A. Deskripsi Data
Pada bagian ini merupakan deskripsi tentang nilai-nilai budaya Batak yang
terdapat dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Novel ini
diterbitkan oleh Nuansa Cendikia pada tahun 2016 (cetakan pertama) dengan
jumlah halaman 352 halaman. Cover novel ini berwarna jingga, gambar cover
sederhana dan menarik menggunakan gambar seorang perempuan. Data yang
diteliti yaitu nilai-nilai budaya Batak. Nilai-nilai budaya Batak yang diteliti, yaitu:
(1) nialai kekerabatan, (2) nilai religi, (3) nilai hagabeon (keturunan), (4) nilai
uhum (hukum), (5) nilai konflik, (6) nilai hamoraon (kekayaan), (7) nilai
Hasangapon (arif dan bijaksana), (8) nilai pengayoman yang terdapat dalam
novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Deskripsi data
disesuaikan dengan rumusan masalah serta tujuan penelitian.
30
31
A. Deskripsi Nilai-nilai Budaya Batak dalam novel Perempuan Bernama
Arjuna karya Remy Sylado
Berdasarkan kajian teori yang terdapat pada bab II, maka teori yang dapat
digunakan adalah, menganalisis nilai-nilai budaya Batak adalah teori Bungaran
Antonius Simanjuntak dan Enjelina Sinaga yang terdiri dari Nilai kekerabatan
adalah hubungan kekerabatan dalam hal ini terlihat pada tutur sapa baik karena
pertautan darah, dan pertautan karena perkawinan. Nilai religi adalah kehidupan
keagamaan, baik agama tradisional maupun agama yang datang, kemudian yang
mengatur hubungan dengan maha pencipta serta hubungan manusia dan
lingkungan hidupnya. Nilai keturunan (hagabeon) adalah orang yang memiliki
banyak anak dan berumur panjang. Nilai hukum (uhum) adalah adalah aturan
yang datang dari Debata Mula Jadi Nabolon melalui nenek moyang hula-hula
yang mengatur kehidupan manusia dengan manusia dan alam sekitarnya,
sekaligus mengatur manusia dengan roh nenek moyang dan Debata Mula Jadi
Nabolon. Nilai konflik adalah melibatkan atau dilibatkan dalam suasana konflik,
mendidik orang Toba menjadi orang yang terbuka. Nilai kekayaan (hamoraon)
adalah harta yang berwujud materi maupun non-materi yang di peroleh melalui
usaha atau melalui warisan. Nilai kehormatan (hasangapon) adalah merupakan
pengakuan dan penghormatan orang lain atas wibawa dan martabat seseorang.
Nilai pengayoman (pelindung) adalah Pengayom hanya diperlukan pada saat-saat
kritis misalnya ketika yang diayomi mengalami penderitaan baik lahir maupun
batin.
32
a) Nilai Kekerabatan
Nilai inti kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam
pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu (hula-hula, dongantubu, boru). Hubungan
kekerabatan dalam hal ini terlihat pada tutur sapa karena pertautan darah,
solidaritas marga, martandang dan segala yang berkaitan dengan hubungan
kekerabatan karena perkawinan. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut ini.
Data 7
Berdasarkan kutipan di atas Arjuna yang ingin tahu unsur asas
kekeluargaan dalam adat Batak, yang ditanyakannya kepada Nadeak. Unsur adat
tersebt masih terjaga sampai saat sekarang ini.
Data 8
Berdasarkan kutipan di atas sebuah pertanyaan yang ditanyakan oleh
Arjuna kepada Nadeak kenapa orang Batak Kristen bisa hidup berdampingan
dengan Batak Islam.
Kesimpulannya, Walaupun sebutannya secara kebahasaan
terlihat beda, tapi inti dalam kebudayaan terlihat sama. Artinya
semua orang Batak adalah serumpun senenek moyang. (Sylado,
2016:29).
Kemudian saya bertanya dengan suara pelan, pertanda bahwa
sedikit rasa rambang di benak, yang saya lihat selintas, dan
mudah-mudahan ini tidak keliru, adalah orang Batak bisa hidup
rukun antara Kristen dan Islam karena marganya itu. (Sylado,
2016: 30).
33
b) Nilai Religi
Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama
yang datang, kemudian yang mengatur hubungannya dengan maha pencipta serta
hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya. Orang Batak boleh
dibilang sangat religius. dalam kepercayaan religi Batak leluhur adalah
perwakilan dari debata mula jadi nabolon (tuhan maha pencipta) di dunia. Dengan
menghormati nenek moyang, berarti juga menghormati tuhan. Hal ini dapat dilihat
dari kutipan berikut ini:
Data 5
Bardasarkan kutipan di atas Arjuna yang menawarkan makanan kepada
Nadeak, namun Nadeak menolak untuk memakannya kerena daging babi atau
seluruh daging bagi kepercayaan yang dimiliki Nadeak adalah haram untuk
dimakan.
Data 9
Begini Kak, kata Nadeak kelihatan serius sekali. Kita tahu bahwa
setelah Nommensen berhasil membawa ke kristenan di tanah Batak
dan saya menganggap caranya sangat menghormati istiadat batak,
artinya ia sudah mempraktikkan suatu bentuk teologi kontekstual
sebelum terminologi ini sendiri ada di abad ke-19 yang
Hm, saya mengerti. Tampaknya dia bukan Batak Kristen seperti
umumnya orang Batak sekitar Toba yang tidak mengharamkan
babi. Oleh sebab itu, cepat saya berkata untuk menjelaskan latar
belakang keyakinan saya. “ saya muslim juga, Bung. Jadi silakan
Bung pesan sate ayam. Tapi kata Nadeak, Ya, bagi Muslim, babi
memang haram. Tapi bagi kami, semua daging baik yang hidup
di darat, di laut, bagi kami itu semua haram. Oh, saya mengerti.
Bung beragama Advent. (Sylado, 2016:19).
34
menyebabkan mayoritas orang Batak sekarang memeluk agama
Kristen, toh didalamnya tidak sepi perselisihan tajam yang timbul
ketika diskusi tentang kekristenan itu mesti dibahas melalui teroka
zaman yang berganti. (Sylado, 2016:31).
Berdasarkan kutipan di atas Nadeak yang menjelaskan keberhasilan
Nommensen membawa agama Kristen ke tanah Batak pada abad ke-19. Dengan
keberhasilan Nommensen menyebabkan banyak orang Batak yang memeluk agam
Kristen dan didalamnya tidak pernah berhenti perselisihan antara satu masyarakat
dengan yang lain.
Data 11
Berdasarkan kutipan di atas Penjelasan masalah yang di terangkan oleh
Nadeak kepada Arjuna tentang kedatangan Nommensen ke tanah Batak.
Kehadiran Nommensen membuat masyarakat Batak menganut agama Kristen dan
harus menjauhi praktik paganisme nenek moyang yang justru dipelihara oleh raja-
raja Batak.
Data 15
Dan dia pun bercerita. Katanya dengan lancar disertai rasa haru,
“waktu itu Kakak Jeanne sudah siap benar duduk dipelaminan.
Sudah membuat gaun pengantin yang khas budaya Barat yang
Masalah ini sudah tumbuh di awal pertama Nommensen
bekerja di sini,”kata Nadeak. Setelah itu para penyebar Injil
dari Jerman dengan pola teologi Pietisme disatu pihak, dan
sikap kultural Aufklarung di lain pihak yang sangat Jerman
itu-menganjur pada masyarakat Batak yang telah di
Kristenkan , untuk harus menjauhi praktik-praktik paganisme
nenek moyang yang justru dipelihara oleh raja-raja Batak.
(Sylado, 2016:47).
35
telah diserap adat Batak. Sudah juga bicara dengan pihak pastor
paroki- oh, ya, kak Jeanne itu Katolik, dan keluarga kami semua
Protestan- untuk menentukan tanggal sakramen di gereja.
Pendeknya semua sudah sungguh sungguh akan berjalan menurut
rencana memegang adat dan memegang iman secara total. Dan,
kakak tahu, ya adat Batak untuk pelangsungan perkawinan secara
Kristen, itu rumit.” (Sylado, 2016:56).
Berdasarkan kutipan di atas kegagalan Jeanne untuk melangsungkan
perkawinan dengan calon suaminya karena terdapat perbedaan keyakinan yang
dimiliki Jeanne berbeda dengan calon suaminya. Karena perbedaan agama
Katolik dan Protestan adalah masalah yang sangat besar untuk melanjalin
hubungan antara mereka berdua.
Data 20
Berdasarkan kutipan di atas penjelasan yang disampaikan Jean Claude
Van Damme kepada Arjuna bahwa nilai agama di tanah Batak sudah tertanam
sejak masih kecil. Nilai agama yang tertanam mulai sejak dini ini merupakan hal
yang sangat sulit untuk melepasnya dari ingatan anak-anak atau anak-anak
tersebut akan selalu mengingat kitab-kitab yang di ajarkan oleh orang tua ataupun
gurunya.
Kata suami saya, “hm, ya, ini bukti keberhasilan Nommensen
menginjil di tanah Batak. Sejak kecil anak-anak sudah dia ajar
isi pewartaan alkitab.” Tapi saya melihat dari sisi lain. Maka
kata saya, “jawaban anak itu membuktikan juga, bahwa dia
tidak peduli pada pencocokan ular dengan iblis.” (Sylado,
2016:83).
36
Data 21
Berdasarkan kutipan di atas Nadeak menjelaskan kepada Arjuna bahwa
dengan kehadiran Nommensen di tanah Batak dapat membuat masyarakat Batak
berfikir dengan baik.
Data 28
Berdasarkan kutipan di atas Arjuna yang dapat menyimpulkan
keberhasilan nommensen membawa salib ke daerah Batak, namun semua itu tidak
berhasil di lakukan di daerah Batak mandailing karena orang Batak mandailing
sudah lama memeluk agama islam.
c) Hagabeon (keturunan)
Orang sangat menghargai orang yang memiliki banyak anak, dianggap
semakin kaya seseorang. Kehadiran anak dianggap sebagai generasi penerus
orang tuanya yang akan membawa keluarganya di kemudian hari. Dalam prinsip
hagabeon disebut juga dengan prinsip saurmatua, yaitu seseorang yang mati
“ Kata ibu saya, kak kesejukan udara dapat mendorong
manusia yang mukim di kitarannya dapat berpikir cendikia.
Dan, anda tahu, kak, mutu kecendikiaan halak Batak itu suka
atau tidak makin meningkat setelah Nommensen berhasil
membawa terang roh kudus di sini. (Sylado, 2016: 87).
Kesimpulan saya, yang saya katakana kepada Nadeak
Nommensen berhasil membawa salib karena kebetulan saja
waktu itu orang Batak, terutama disekitar Toba, masih animis.
Dia tidak bisa melakukan itu di daerah-daerah mandailing.
(Sylado, 2016: 156).
37
sempurna pada saat dia tua dengan anak-anaknya yang sudah menikah dan
memiliki banyak cucu. Hal ini dapat dilihat dari tokoh-tokoh dalam novel
Prempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Tokoh-tokoh tersebut misalnya
Regina, Ayah Jean Claude dan Ayah Jeanne. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
berikut ini:
Data 13
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Regina Memiliki nilai keturunan.
Nilai keturunan yang dimiliki Regina ini terlihat dari dua orang anak yang
dilahirkannya.
Data 14
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa ayah Jeanne Claudia memiliki
nilai keturanan. Hal ini dapat dilihat bahwa dia memberikan kabar pada
sahabatnya bahwa istrinya sedang hamil anaknya.
Rumahnya berjarak 300-an meter dari hotel tempat kami
menginap. Disitu Jeanne Claudia Batubara tinggal bersama adik
kandungnya. Adiknya ini juga seorang perempuan. Namanya
Regina, berumur tiga tahun lebih muda dan beranak dua. Nanti
Regina yang akan menceritakan tentang kakaknya. (Sylado,
2016:54).
Ayah Jean Claude mengatakan bahwa ia sudah punya anak
pertama bernama Jean Claude, ayah Jeanne Claudia pun
menyurat bahwa istrinya sedang hamil tujuh bulan. Katanya jika
istrinya melahirkan anaknyapun akan diberikan nama Jeane
Claude. Tapi ternyata anaknya yang lahir itu adalah perempuan.
maka namanyapun menjadi Jeanne Claudia. (Sylado, 2016:54).
38
d) Nilai Uhum (hukum)
Sebelum adanya hukum formal seperti sekarang masyarakat Batak Toba
menganut hukum tradisional yang berkaitan dengan hukum adat. Hukum
tradisional adalah aturan yang datang dari Debata Mula Jadi Nabolon melalui
nenek moyang hula-hula yang mengatur kehidupan manusia dengan manusia dan
alam sekitarnya, sekaligus mengatur manusia dengan roh nenek moyang dan
Debata Mula Jadi Nabolon. Selain bersumber dari uhum adat yang berlaku
dikalangan masyarakat, Uhum juga ditetapkan oleh kepala-kepala suku atau raja-
raja masyarakat setempat. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini:
Data 27
Berdasarkan kutipan di atas Nadeak menjelaskan bahwa di daerah Batak
tidak boleh melakukan perkawinan didalam satu marga karena siapa yang
melanggar aturan yang di benaran tersebut akan mendapatkan sangsi yang berat
dari pendiri adat.
Ya, setelah itu larangan serius dalam adat Batak adalah yang
dilaraskan melalui Dalihan Na Tolu, adalah perkawinan satu
marga. Peringatannya dalam bahasa Batak adalah “Situtungon
tu ramba, sinongnongon tu aek, Maknanya disampaikan E.H
Tambunan, perkawinan semarga terhukum dengan nyala api
yang di jatuhkan di air dalam, intinya kemampuan tidak
monogamy atau tidak kawin semarga merupakan ajarann
kesetiaa, menjauh diri dari dusta atau keboohongan. (Sylado,
2016: 133).
39
e) Nilai Konflik
Nilai konflik dipandang dari sudut lain merupakan komponen yang
penting dalam proses sosialisasi orang Toba. Proses melibatkan atau dilibatkan
dalam suasana konflik, mendidik orang Toba menjadi orang yang terbuka. Hal ini
dapat dipahami karena hampir tidak ada konflik yang disembunyikan. Berkonflik
dalam masyarakat Toba bukanlah suatu aib. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan
dibawah ini:
Data 16
Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa Regina yang menjelaskan
kepada Arjuna bahwa perkawinan semarga itu tidak boleh terjadi dalam adat
budaya Batak. Apabila terjadi perkawinan satu marga merupakan masalah yang
sangat besar, dan bisa menghilangkan pungsi boru dalam sebuah rumah tangga,
dan hal ini juga bisa menjadi masalah yang sangat besar bagi mereka yang
melakukan perkawinan semarga.
f) Nilai Hamoraon (kekayaan)
Hamoraon merupakan salah satu nilai budaya yang mendasar mendorong
orang Batak, khususnya orang Toba untuk mencari harta benda yang banyak.
“Dasarnya dilaraskan dengan pengetahuan Dalihanna Tolu”
kata Regina. “prinsipnya, tidak boleh ada perkawinan semarga.
Masalahnya, nanti ketika pihak istri misalnya menjadi hula-
hula, yaitu keluarga yang menjadi tinggi, fungsi boru sebagai
anggota keluarga yang kawin dengan putri semarga, akan
hilang, dan hak boru akan menjadi dongan sebutuhan dengan
hula-hula tersebut. Lazimnya, perkawinan semarga merupakan
cela, dan berpegan pada adat maka yang melakukannya diusir
dari tanah leleuhur.” (Sylado, 2016: 59).
40
Secara lebih luas hamoraon, merupakan tujuan hidup untuk menyejahterakan dan
menjadi sumber penting otoritas. Kekayaan dianggap sebagai lambang
keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup. Dengan kekayaan, ia bisa
mengangkat status sosial dirinya di mata keluarga. Nilai hamoraon juga disebut
sebagai pemicu bagi orang Batak untuk meraih kehormatan diri dan keluarganya
baik yang berwujud materi maupun non-materi yang di peroleh melalui usaha atau
melalui warisan. Hal ini bisa dilihat dari tokoh-tokoh dalam novel Perempuan
Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Tokoh-tokoh tersebut adalah Nadeak, Jean
Claude Van Damme bisa dilihat dari kutipan beriku ini :
Data 1
Kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Nadeak memiliki nilai
kekayaan, hal ini dapat dilihat bahwa Nadeak memiliki taksi pribadi, sehingga
Nadeak bisa menyewakan taksinya tersebut kepada orang-orang yang ingin
menyewa taksi.
Data 2
Ya kak ujarnya tandas. Sudah empat tahun saya memangkal taksi di
bandara ini. Saya hafal betul muka-muka orang yang datang dan
pergi dari sini. “Hebat”, kata saya. “Makanya sewalah taksi saya.
Taksi saya satu-satunya milik pribadi dengan warna khas Batak:
merah, putih, hitam. ” (Sylado, 2016:13).
”Barangkali kami akan pakai sekitar lima hari,” kata saya.
“Bagus,” katanya satu setengah juta saja. Bensin beli sendiri.
Juga ongkos-ongkos parkir. Kita bisa keliling seluruh tanah
Batak: Karo, Toba, Simalungun, Mandailing, Angkola. Saya pun
siap menjadi pemandu. Saya kenal seluruh bagian tanah Batak.”
(Sylado, 2016:13).
41
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Nadeak memiliki nilai kekayaan,
hal ini dapat dilihat dari sewa taksi milik Nadeak dia bisa mendapatkan uang dari
orang-orang yang ingin meyewa taksinya. Uang yang didapatkan Nadeak
tergantung berapa lama orang-orang yang ingin menyewa taksinya tersebut.
Data 6
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Nadeak memiliki nilai kekayaan
dapat dilihat dari mobil milik Nadeak yang tidak seperti mobil taksi pada
umumnya. Mobilnya ini minibus yang sudah ia rancang khusus untuk menjadi
taksi dan menjadi tempat dia untuk istirah apabila mobilnya disewa oleh orang-
orang sehingga dia tidak perlu mengeluarkan uang untuk tempat istirahat.
Data 12
Setelah duduk dikursi didepan meja makan, saya mengontak
Nadeak untuk sarapan bersama-sama dengan kami. Rupanya dia
baru bangun dari tidurnya di dalam mobil. O, ya, saya lupa
mengatakan kepada anda bahwa taksi milik Nadeak itu bukan
sedan seperti umumnya taksi-taksi yang ada, tapi adalah sebuah
minibus yang dirancang jok-joknya sedemikian rupa untuk bisa
dijadikan tempat tidur, sehingga ia tidak perlu membaya hotel
bersama orang-orang yang menyewa taksinya. (Sylado, 2016:25).
Ya, jawab Nadeak mangkanya Sinaga mengkritik mereka
dalam bukunya bahwa mereka tidak memahami alkitab secara
utuh dan hanya mengenal adat secara sempit. Kesannya jelas,
mereka mengabaikan adat, bahkan merendahkan tapi,
bersamaan itu mereka semua tetap memakai nama marga,
sementara marga dalam masyarakat budaya Batak adalah
warisan adat nenek moyang. (Sylado, 2016: 50).
42
Berdasarkan kutipan di atas Nadeak menjelaskan kepada Arjuna bahwa
marga yang ada di tanah Batak adalah warisan adat nenek moyang yang selalu di
taati sampai saat sekarang ini. Warisan ini merupakan kekayaan yang tidak
ternilai harganya.
Data 22
Berdasarkan kutipan yang ada di atas Tongkat tunggal panaluan
merupakan tongkat yang mistis dan merupakan warisan budaya yang ada di tanah
Batak namun sekarang banyak kopiannya yang di perjual belikan untuk
cendramata. Tongkat tunggal panoluan ini merupakan warisan salah satu warisan
yang ada di tanah Batak.
Data 24
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Jean Claude Van Damme
memiliki nilai kekayaan, hal ini dapat dilihat dari cara dia berterima kasih pada
seseorang dengan cara memberikan amplop yang berisikan uang.
Merasa bersalah. Saya berinisiatif menyalami Amir, secara
langsung menyatakan rasa terimakasih. Dan, ketika saya masih
bersalaman dengannya, Jean Claude Van Damme memberinya
amplop berisi uang satu juta rupiah. (Sylado, 2016:114).
Bung tahu tentang tongkat tunggal panoluan? konon bisa dibeli
di Samosir, kata saya. ”Ya itu barang kopian. Maksudnya, itu
dibuat dibuat sekarang untuk cendramata. Dulu, sejarahnya,
tunggal panaluan dipakai untuk upacara-upacara mistik,
dipercayai memiliki kekuatan supra natural dan kesaktian yang
menakutkan. (Sylado, 2016: 95).
43
Data 26
Berdasarkan kutipan di atas menggambarkan bahwa Nadeak menjelaskan
kepada Arjuna bahwa alat music khas adat Batak terdiri dari beberapa macam
sampai sekarang warisan leluhur itu masih dipakai dalam setiapa pelaksanaan adat
yang dilakukan di tanah Batak.
Data 29
Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa Arjuna yang menaiki
sebuah bukit dan berdiri melihat sekelilingnya bahwa ada bangunan kuburan yang
mewah, kemewahan ini hanya bisa dibuat oleh orang orang kaya untuk membuat
kuburan semewah yang dilihat Arjuna pada waktu itu.
Data 31
Tapi Bung, sebenarnya apa istrumen khas Batak yang bisa
dipakai dalam upacara adat Batak? “Yang tadi itu gondang
kata Nadeak yang istimewa adalah ogung. ada empat jenis
ogung yang dengan bunyi berbeda waris lama yang terlestari
kini, masing-masing doal, oloan,panggora, ihutan. (Sylado,
2016: 121).
Sambil berfikir begitu saya mendaki ke bukit yang berdiri
bangunan kuburan yang tampak begitu masif, mewah, dan
memang hanya orang orang kaya yang bisa membuat
bangunan itu. (Sylado, 2016: 187).
Saya pun memegang buku itu dan menunjukkannya pada sang
pemilik toko. Ini saja berapa. itu Rp 750.000,00. Ok kata Jean
Claude Van Damme, Lantas mengeluarkan uang dari tas
tentengannya, dan membayar sambil berkata kalu ada buku-
buku tua Belanda tentang Celebes, saya mau sekali. (Sylado,
2016:266).
44
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa Jean Claude Van Damme
yang berusaha membeli buku dengan uang yang dimilikinya. uang tersebut adalah
kekayaan yang diperolehnya dari usahanya sendiri.
Data 33
Kutipan di atas ini menggambarkan Jean Claude Van Damme memiliki
nilai kekayaan, hal ini dapat dilihat dari caranya yang murah hati kepada Nadeak.
Nadeak yang mendapatkan uang tambahan dari Jean Claude Van Damme
sehingga Nadeak merasa senang dan terharu.
g) Nilai Hasangapon (arif dan bijaksana)
Istilah hasangapon bagi masyarakat Batak Toba adalah pemberian
kearifan dan kebijaksanaan. Seseorang yang akan dikatakn sangap jika ia mampu
bersikap arif dan bijaksana dalam menyelesaikan konflik atau masalah.
Hasangapon juga merupakan pengakuan dan penghormatan orang lain atas
wibawa dan martabat seseorang. Hal ini dapat dilihat dari tokoh-tokoh dalam
novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Tokoh-tokoh yang
memiliki nilai kehormatan adalah Nadeak, Jean Claude Van Damme, Arjuna dan
Amir
Data 3
Saya sampaikan kepada Jean Claude Van Damme, dan suami saya
setuju. Suami saya senang sekali melihat cara tutur sopir taksi itu.
Setelah itu Jean Claude Van Damme menambah lagi uang sewa
taksinya sejumlah sepersepuluh dari honorarium yang
diperolehnya dari ceramah di Universitas. Nadeak terharu
mendapat tambahan satu setengah juta rupiah yang diberikan
oleh Jean Claude Van Damme. (Sylado, 2016:274).
45
Nada bicaranya seperti orang berpantun. Saya sendiri belum tahu
sopir ini berasal dari mana. Naga-naganya dia bukan orang Melayu
Deli. dia pasti Batak. Tapi entah dari mana. Dia bisa membedakan
antara lafal /e/dan/é/ atau/è/. Biasanya Batak Toba cendrung
melafal /e/ menjadi/é/. Sedangkan Batak Karo punya kata berlafal
/e/. (Sylado, 2016: 13).
Kutiapan di atas menggambarkan tokoh Nadeak memiliki nilai
kehormatan, dapat dilihat dari pengakuan seseorang. Cara bicaranya yang sopan
dapat mengangkat wibawa sehingga Nadeak dapat dihormati oleh orang lain.
Data 4
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Nadeak memiliki nilai
kehormatan, hal ini dapat dilihat dari cara Nadeak berbicara pada orang yang ada
disekitarnya sesuai dengan kenyataan, sehingga dia dihormati dan disegani oleh
orang lain.
Data 10
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Jean Claude Vaan Damme
memiliki nilai kehormatan, hal ini dapat dilissshat bahwa cara Jean Claude Van
Wah, dalam sekejap saya bisa menyimpulkan, bahwa sopir taksi ini
cukup paham dengan apa yang akan dikatakannya. Kesan saya dan
mudah-mudahan saya benar, adalah sopir taksi tidak seperti
umumnya orang Indonesia dari kalangan tidak terpelajar, bicara
stel kencang tapi asbun. Maka, saya memujinya. “Tapi suara bung
itu tadi juga tergolong bel canto. saya teringat pada Pavarotti.
(Sylado, 2016:17).
Ya, ya kata saya. Saya muslim, tapi saya ingat kalimat itu dalam
bahasa inggrisnya: go ye therefore, and teach all nations, baptizing
them in the name of the father, ke Jean Claude Van Damme,
meminta pembenaran. “Betul kan, Prof cintaku, jantung hatiku.
Jean Claude Van Damme mengangguk sambil tersenyum. ( Sylado,
2016:47).
46
Damme dapat membenarkan jawaban atau meluruskan jawaban yang ditanya oleh
Arjuna kepadanya.
Data 17
Kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Arjuna memiliki nilai
kehormatan, hal ini dapat terlihat dari cara orang lain menghormatinya walaupun
dia lebih muda dari orang tersebut.
Data 18
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Arjuna memiliki nilai
kehormatan, Hal ini dapat dilihat bahwa pengakuan orang lain yang merasa
bangga memiliki orang seperti Arjuna.
Data 19
Saya mengangguk-angguk kini saya menyembunyikan suara
tertentu seperti tadi. Bersamaan dengan itu saya termangu-mangu
karena merasa aneh, bahwa Regina yang sudah tua, berusia sekitar
60-an tahun, memanggil dan menyapa saya” kak” (Sylado,
2016:65).
“Sebelum pulang ke Belanda, saya ingin pergi juga ke
Minahasa, melihat Tomohon, tempat kelahiran ibu saya.” Oh,
ya, itu bisa kita atur kata saya. Cepat-cepat ia cium saya dengan
girang. Katanya,” saya bangga punya istri macam kamu Arjuna
sayang. Saya kedip-kedip mata, merasa tidak perlu
menanggapinya dengan kalimat searti dengan pengakuannya itu.
(Sylado, 2016:67).
Mengejutkan jawaban anak itu. Dia berkata dengan
tenang,”Ular itu memang iblis, Tulang. Tapi sudah dikuliti, lalu
dipotong-potong, dan dagingnya dimasak pakai santan dan
lambok, namanya „rendang‟lah itu, Tulang. “(Sylado, 2016:83).
47
Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Nadeak memiliki nilai
kehormatan, hal ini dapat terlihat dari cara seorang anak perempuan yang
menghormatinya dengan memanggilnya tulang.
Data 23
Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Amir memiliki nilai
kehormatan, hal ini dilihat dari cara atau perlakuan yang ditunjukkan Jean Claude
Van Damme kepada Amir.
Data 25
Dari kutipan di atas menggambarkan tokoh Amir memiliki nilai
kehormatan, hal ini dapat terlihat dari penghormatan dan penghormatan yang
ditunjukkan oleh Jean Claude Van Damme dan Arjuna kepadanya.
Data 30
Dengan riang-ria Jean Claude Van Damme mengambil
barangnya itu. Dia meloncat, seperti anak kijang, memeluk
Amir. Oh aku senang dipeluk bintang pilim kesukaanku,”kata
Amir.” Ayolah kita berfoto-foto dulu. (Sylado, 2016: 114).
Dia ketawa renyah. Dia pamit. Ternyata dia datang kesini dengan
istrinya. Istrinya menunggu di mobil. Dialah orang pertama yang
tadi memasuki area parkir di depan hotel ini. Saya melambaikan
tangan kepadanya. juga Jean Claude Van Damme, melakukan ini
dengan suka cita, bangga dan haru. (Remy Sylado 2016: 116)
Hai, Ucok! Seperti manusia mesin kelima anak laki-laki itu secara
berbarengan menoleh kearah saya. Oh, ya, saya lupa, kata si Ucok
kecil itu, bahwa semua anaklaki di sini, memang biasa di panggil
Ucok. Tapi si Ucok kecil itu satu-satunya yang berseru girang
melihat saya. Katanya naïf, oh, Inang Duapuluhribu! Saya ketawa,
dan mengerutu senang. Sialan! gara-gara saya memberinya Rp
20.000, maka sekarang dia memanggil saya Inang duapuluhribu.
(Sylado, 2016:209).
48
Kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Arjuna memiliki nilai
kehormatan, hal ini dapat terlihat karena kebaikan hatinya pada seorang anak kecil
yang diberinya uang. Anak tersebut sangat menghormati Arjuna karena kebaikan
hatinya.
Data 32
Kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Nadeak memiliki nilai
kehormatan, karena pengakuan orang lain kepadanya. Dari pengakuan yang
dilakukan orang tersebut membuat Nadeak menjadi lebih terhormat.
h) Nilai Pengayoman (pelindung)
Kehadiran pengayom dalam kehidupan orang Toba sangat diperlukan.
Pengayom adalah pemberi kearifan, pemberi kesejahteraan, pelindung yang ditaat,
pencipta ketentraman batin. Pengayom hanya diperlukan pada saat-saat kritis
misalnya ketika yang diayomi mengalami penderitaan baik lahir maupun batin.
B. Analisis Nilai-nilai Budaya Batak dalam novel Perempuan Bernama
Arjuna karya Remy Sylado
Berdasarkan deskripsi data yang dilakukan tentang analisis nilai-nilai
budaya Batak dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado,
maka akan di analisis (1) nialai kekerabatan, (2) nilai religi, (3) nilai hagabeon
(keturunan), (4) nilai uhum (hukum), (5) nilai konflik, (6) nilai hamoraon
(kekayaan), (7) nilai Hasangapon (arif dan bijaksana), (8) nilai pengayoman. Data
yang telah dideskripsikan akan dianalisis sesuai dengan teori yang telah
Malahan sebagai ekspresi rasa hormat kepada Nadeak suami saya
memeluknya sambil menepuk-nepuk bahunya sebelum perpisahan
di bandara Kualanamu. (Sylado, 2016:274).
:
49
dipaparkan pada bab sebelumnya. Analisis data akan disesuaikan dengan rumusan
masalah, tujuan masalah, dan deskripsi data.
a) Nilai kekerabatan
Nilai inti kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam
pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu (hula-hula, dongantubu, boru). Hubungan
kekerabatan dalam hal ini terlihat pada tutur sapa karena pertautan darah,
solidaritas marga, martandang dan segala yang berkaitan dengan hubungan
kekerabatan karena perkawinan. Hal tersebut terlihat dalam kutipan dibawah ini.
Data 7
Berdasarkan kutipan yang dicetak tebal di atas dapat dianalisis bahwa nilai
kekerabatan bagi orang Batak nilai kekerabatan merupakan nilai budaya yang
pertama sekali terwujud dalam pelaksanaan adat. Kalimat semua orang Batak
adalah serumpun senenek moyang merupakan nilai kekerabatan hal ini bisa
terjalin karena tali darah atau solidaritas marga. Tali kekerabatan bagi orang Batak
sangat erat karena mempunyai nenek moyang yang sama atau karena satu
keturunan maupun satu marga yang sama.
Data 8
Kesimpulannya, Walaupun sebutannya secara kebahasaan
terlihat beda, tapi inti dalam kebudayaan terlihat sama. Artinya
semua orang Batak adalah serumpun senenek moyang.
(Sylado, 2016:29).
Kemudian saya bertanya dengan suara pelan, pertanda bahwa
sedikit rasa rambang di benak, yang saya lihat selintas, dan
mudah-mudahan ini tidak keliru, adalah orang Batak bisa hidup
rukun antara Kristen dan Islam karena marganya itu.
(Sylado, 2016: 30).
50
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis nilai kekerabatan, bagi orang
Batak nilai kekerabatan merupakan nilai yang harus dipatuhi, kalimat orang Batak
bisa hidup rukun antara Kristen dan Islam karena marganya, bagi orang Batak
marga merupakan hal yang harus dipatuhi karena dalam setiap satu marga maka
orang tersebut termasuk satu keluarga walaupun terdapat perbedaan pendapat atau
kepercayaan. Setiap penganut agama yang berbeda-beda tidak boleh saling
menghina agama yang di anutnya satu sama lain, dari hal tersebut maka terjalinlah
kekerabatan yang baik. Jadi karena adanya nilai kekerabatan ini bisa membuat
orang Batak hidup rukun karena marga yang dimiliki walaupun berbeda pendapat.
b) Nilai Religi
Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama
yang datang, kemudian yang mengatur hubungannya dengan maha pencipta serta
hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya. Orang Batak boleh
dibilang sangat religius. dalam kepercayaan religi Batak leluhur adalah
perwakilan dari debata mula jadi nabolon (tuhan maha pencipta) di dunia. Dengan
menghormati nenek moyang, berarti juga menghormati tuhan. Hal ini dapat dilihat
dari kutipan berikut ini:
Data 5
Hm, saya mengerti. Tampaknya dia bukan Batak Kristen seperti
umumnya orang Batak sekitar Toba yang tidak mengharamkan
babi. Oleh sebab itu, cepat saya berkata untuk menjelaskan latar
belakang keyakinan saya. “ saya muslim juga, Bung. Jadi
silakan Bung pesan sate ayam. Tapi kata Nadeak, Ya, bagi
Muslim, babi memang haram. Tapi bagi kami, semua daging
baik yang hidup di darat, di laut, bagi kami itu semua
haram. Oh, saya mengerti. Bung beragama Advent. (Sylado,
2016:19).
51
Bardasarkan kutipan di atas dapat dianalisis nilai religi, bagi orang Batak
nilai religi atau agama sangat di taati dan menghargai agama mereka masing-
masing. Seperti Tokoh Nadeak yang taat dalam menjalankan segala perintah
agama yang dianutnya hal ini terlihat dari ketaatannya untuk tidak memakan
daging babi, karena bagi agama yang di anut oleh Nadeak semua daging baik
yang ada di darat, laut maupun udara itu adalah haram. Jadi karena ketaatannya
dalam menjalani agama dia tidak pernah memakan daging jenis apapun.
Data 9
Begini Kak, kata Nadeak kelihatan serius sekali. Kita tahu bahwa
setelah Nommensen berhasil membawa ke kristenan di tanah
Batak dan saya menganggap caranya sangat menghormati
istiadat batak, artinya ia sudah mempraktikkan suatu bentuk
teologi kontekstual sebelum terminologi ini sendiri ada di abad ke-
19 yang menyebabkan mayoritas orang Batak sekarang memeluk
agama Kristen, toh didalamnya tidak sepi perselisihan tajam yang
timbul ketika diskusi tentang kekristenan itu mesti dibahas melalui
teroka zaman yang berganti. (Sylado, 2016:31).
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai religi, bagi orang
Batak kedatangan Nommensen membawa kekristenan di tanah Batak sangat
dihargai orang Batak, karena Nommensen membawa agama Kristen baik agama
tradisional maupun agama yang datang, dia mengatur hubungannya dengan
manusia dan lingkungan hidup karena caranya membawa agama sangat
menghormati adat-istiadat yang ada di tanah Batak. Caranya menghormati adat-
istadat yang ada di tanah Batak berarti juga menghormati Tuhan.
52
c) Nilai Hagabeon (keturunan)
Orang sangat menghargai orang yang memiliki banyak anak, dianggap
semakin kaya seseorang. Kehadiran anak dianggap sebagai generasi penerus
orang tuanya yang akan membawa keluarganya di kemudian hari. Dalam prinsip
hagabeon disebut juga dengan prinsip saurmatua, yaitu seseorang yang mati
sempurna pada saat dia tua dengan anak-anaknya yang sudah menikah dan
memiliki banyak cucu. Tokoh-tokoh tersebut misalnya Regina, Ayah Jean Claude
dan Ayah Jeanne. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut ini:
Kalimat di bawah ini, menjelaskan bahwa Jeanne Claudia tinggal bersama
adik kandungnya yang mempunyai keturunan.
Data 13
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis nilai hagabeon, bagi orang
Batak memiliki banyak anak adalah kekayaan yang tidak ternilai bagi orang
Batak. Keturunan dipandang sebagai pemberi harapan hidup karena keturunan
adalah sesuatu yang tidak ternilai bagi orang tua, keluarga dan kerabat. Keturunan
bagi orang Batak dianggap sebagai harta yang paling berharga. Seperti tokoh
Regina yang memiliki dua orang anak, kehadiran anak ini merupakan penerus
orang tuanya, maka anak-anaklah yang akan membawa nama keluarganya
dikemudian hari. Nama Regina tidak akan pernah mati karena anak-anaknya yang
Rumahnya berjarak 300-an meter dari hotel tempat kami
menginap. Disitu Jeanne Claudia Batubara tinggal bersama adik
kandungnya. Adiknya ini juga seorang perempuan. Namanya
Regina, berumur tiga tahun lebih muda dan beranak dua.
Nanti Regina yang akan menceritakan tentang kakaknya.
(Sylado, 2016:54).
53
akan terus membawa nama orang tuanya sampai kapanpun. Bagi orang batak
seseorang yang memiliki banyak anak akan lebih dihargai.
Kalimat di bawah ini, menjelaskan bahwa Ayah Jean Claude sahabat karib
dengan ayah Jeanne Claudia, mereka saling berkirim surat untuk memberi kabar
satu sama lain.
Data 14
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis nilai hagabeon, bagi orang
Batak akan sangat dihargai apabila memiliki banyak anak, kehadiran seorang anak
dianggap sebagai generasi penerus orang tuanya yang akan membawa nama
keluarganya dikemudian hari. Karena keturunan adalah suatu kebahagian yang
tidak ternilai harganya bagi orang tua, keluarga, dan kerabat. Seperti orang tua
Jeanne Claudia dengan lahirnya Jeanne Claudia merupakan penerus keluarganya
dimasa yang akan datang, walaupun orang tua mereka tidak ada lagi namun anak-
anak inilah yang akan selalu mengangkat nama keluarganya dimasa yang akan
datang.
d) Nilai Uhum (hukum)
Sebelum adanya hukum formal seperti sekarang masyarakat Batak Toba
menganut hukum tradisional yang berkaitan dengan hukum adat. Harahap dan
Ayah Jean Claude mengatakan bahwa ia sudah punya anak
pertama bernama Jean Claude, ayah Jeanne Claudia pun
menyurat bahwa istrinya sedang hamil tujuh bulan. Katanya
jika istrinya melahirkan anaknyapun akan diberikan nama Jeane
Claude. tapi ternyata anaknya yang lahir itu adalah perempuan.
maka namanyapun menjadi Jeanne Claudia. (Sylado, 2016:54).
54
Siahaan (1987:166) juga mengatakan hukum tradisional mengandung makna
religi dan kesadaran hukum formal. Hukum tradisional adalah aturan yang datang
dari Debata Mula Jadi Nabolon melalui nenek moyang hula-hula yang mengatur
kehidupan manusia dengan manusia dan alam sekitarnya, sekaligus mengatur
manusia dengan roh nenek moyang dan Debata Mula Jadi Nabolon. selain
bersumber dari uhum adat yang berlaku dikalangan masyarakat, Uhum juga
ditetapkan oleh kepala-kepala suku atau raja-raja masyarakat setempat.
Data 27
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai uhum (hukum),
bagi orang Batak nilai hukum sangat di patuhi karena nilai hukum adalah
peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap orang Batak karena hukum ini datang
dari nenek moyang yang ada di tanah Batak, yang mengatur kehidupan manusia
dengan manusia, manusia dengan alam sekitarnya. Hukum juga ditetapkan oleh
kepala-kepala suku atau raja-raja adat setempat. Jadi dengan adanya hukum
tersebut, maka tidak boleh terjadi perkawinan dalam satu marga , jika hal itu
Ya, setelah itu larangan serius dalam adat Batak adalah
yang dilaraskan melalui Dalihan Na Tolu, adalah
perkawinan satu marga. Peringatannya dalam bahasa Batak
adalah “Situtungon tu ramba, sinongnongon tu aek, Maknanya
disampaikan E.H Tambunan, perkawinan semarga terhukum
dengan nyala api yang di jatuhkan di air dalam, intinya
kemampuan tidak monogamy atau tidak kawin semarga
merupakan ajarann kesetiaa, menjauh diri dari dusta atau
keboohongan. (Sylado, 2016:133).
55
terjadi maka orang yang melanggarnya akan mendapatkan sangsi dari pemimpin
adat atau raja-raja adat setempat.
e) Nilai Konflik
Nilai konflik dipandang dari sudut lain merupakan komponen yang penting dalam
proses sosialisasi orang Toba. Proses melibatkan atau dilibatkan dalam suasana
konflik, mendidik orang Toba menjadi orang yang terbuka. Hal ini dapat
dipahami karena hampir tidak ada konflik yang disembunyikan. Berkonflik dalam
masyarakat Toba bukanlah suatu aib. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan
dibawah ini:
Data 16
Berdasarkan kutipan yang dicetak tebal di atas dapat dianalisis nilai
konflik, bagi orang Batak nilai konflik sangat berguna, karena nilai konflik
merupakan sebuah komponen yang harus dijauhi. Karena melibatkan atau
dilibatkan dalam suasana konflik mendidik orang Batak menjadi orang yang
terbuka. Bagi orang Batak siapa saja yang melakukan kesalahan apalagi
pernikahan yang dilakukan satu marga merupakan cela pada adat, maka bagi
“Dasarnya dilaraskan dengan pengetahuan Dalihanna Tolu”
kata Regina. “prinsipnya, tidak boleh ada perkawinan semarga.
Masalahnya, nanti ketika pihak istri misalnya menjadi hula-
hula, yaitu keluarga yang menjadi tinggi, fungsi boru sebagai
anggota keluarga yang kawin dengan putri semarga, akan
hilang, dan hak boru akan menjadi dongan sebutuhan dengan
hula-hula tersebut. Lazimnya, perkawinan semarga
merupakan cela, dan berpegan pada adat maka yang
melakukannya diusir dari tanah leleuhur.” (Sylado,
2016:59).
56
setiap orang yang melakukan hal tersebut akan mendapatkan sangsi bahkan akan
di usir dari tanah leluhurnya, karena bagi orang Batak tidak ada konflik yang
disembunyikan.
f) Nilai Hamoraon (kekayaan)
Hamoraon merupakan salah satu nilai budaya yang mendasar mendorong
orang Batak, khususnya orang Toba untuk mencari harta benda yang banyak.
Secara lebih luas hamoraon, merupakan tujuan hidup untuk menyejahterakan dan
menjadi sumber penting otoritas. Kekayaan dianggap sebagai lambang
keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup. Dengan kekayaan, ia bisa
mengangkat status sosial dirinya di mata keluarga. Nilai hamoraon juga disebut
sebagai pemicu bagi orang Batak untuk meraih kehormatan diri dan keluarganya
baik yang berwujud materi maupun non-materi yang di peroleh melalui usaha atau
melalui warisan. Hal ini bisa dilihat dari tokoh-tokoh dalam novel Perempuan
Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Tokoh-tokoh tersebut adalah Nadeak, Jean
Claude Van Damme bisa dilihat dari kutipan berikut ini :
Nilai kekayaan yang dimiliki Nadeak dari segi non materi yaitu sebuah
taksi pribadinya. Hal itu dapat terlihat pada kutipan berikut ini:
Data 1
Ya kak ujarnya tandas. Sudah empat tahun saya memangkal taksi
di bandara ini. Saya hafal betul muka-muka orang yang datang
dan pergi dari sini. “Hebat”, kata saya. “Makanya sewalah taksi
saya. Taksi saya satu-satunya milik pribadi dengan warna
khas Batak: merah, putih, hitam. ” (Sylado, 2016:13).
57
Berdasarkan kutipan yang dicetak tebal di atas dapat dianalisis bahwa
nilai hamoraon (kekayaan), bagi orang Batak merupakan tujuan hidup untuk
menyejahterakan kehidupan keluarganya, keluarga akan sejahtera apabila
seseorang didalam suatu keluarga tersebut mempunyai penghasilan yang berlebih
dan memiliki mata pencarian. Kekayaan dianggap sebagai lambang keberhasilan
seseorang dalam menjalani hidup. Dengan kekayaan dia bisa mengangkat derajat
dirinya dimata keluarga. Seperti tokoh Nadeak yang memiliki sebuah taksi,
dengan adanya taksi tersebut Nadeak bisa memperoleh uang yang banyak untuk
menghidupi keluarganya. Bagi orang Batak dengan adanya taksi ini
melambangkan keberhasilan Nadeak dalam menjalani hidup dan kehidupan.
Kekayaan yang dimiliki Nadeak dapat mengangkat status sosial dirinya dimata
keluarganya.
Kalimat di bawah ini, menjelaskan bahwa untuk menyewa taksi Nadeak
selama lima hari cukup membayar satu setengah juta, namun ongkos parkir dan
uang pembeli bensin harus ditanggung oleh orang yang menyewa taksi milik
Nadeak
Data 2
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai kekayaan
(hamoraon), bagi orang Batak memiliki banyak uang merupakan tujuah hidup
”Barangkali kami akan pakai sekitar lima hari,” kata saya.
“Bagus,” katanya satu setengah juta saja. Bensin beli
sendiri. Juga ongkos-ongkos parkir. Kita bisa keliling
seluruh tanah Batak: Karo, Toba, Simalungun, Mandailing,
Angkola. Saya pun siap menjadi pemandu. Saya kenal seluruh
bagian tanah Batak.” (Sylado, 2016:13).
58
supaya dapat menyejahetrakan keluarganya. Dengan adanya uang maka setiap
keluarga bisa menikmati kehidupan yang layak, karena bagi orang Batak mencari
uang merupakan tujuan yang utama supaya dapat memberikan kesejahtraan bagi
keluarga. Seperti tokoh Nadeak yang mendapatkan uang dari hasil sewa taksinya,
uang yang diperoleh Nadeak merupakan nilai kekayaan yang berujud materi.
Dengan adanya uang tersebut maka status sosial dirinya dimata keluarga dan
menjadi lebih dihormati.
Kalimat di bawah ini menjelaskan bahwa mobil milik Nadeak yang
dijadikannya sebagai taksi bukan seperti mobil sedan biasanya.
Data 5
Setelah duduk dikursi didepan meja makan, saya mengontak
Nadeak untuk sarapan bersama-sama dengan kami. Rupanya dia
baru bangun dari tidurnya di dalam mobil. O, ya, saya lupa
mengatakan kepada anda bahwa taksi milik Nadeak itu
bukan sedan seperti umumnya taksi-taksi yang ada, tapi
adalah sebuah minibus yang dirancang jok-joknya
sedemikian rupa untuk bisa dijadikan tempat tidur, sehingga
ia tidak perlu membaya hotel bersama orang-orang yang
menyewa taksinya. (Sylado, 2016:25).
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis nilai hamoraon (kekayaan),
bagi orang Batak dalam menjalani hidup harus memiliki banyak harta baik yang
berujud materi maupun non materi yang diperoleh melalui usaha sendiri. Kekayan
yang berwujud non materi berupa benda yang diperoleh melalui usaha sendiri.
Seperti tokoh Nadeak yang mempunyai sebuah mobil minibus yang dijadikannya
sebuah taksi pribadi, mobil taksi ini diperolehnya dari usahanya sendiri, dengan
adanya taksi tersebut merupakan lambang keberhasilannya dalam menjalani
hidup. Dengan taksi ini Nadeak lebih mudah untuk mencari harta benda yang
59
banyak, karena bagi orang Batak dalam menjalani hidup harus memiliki harta
benda yang banyak supaya dapat mengankat kehormatan keluarganya.
Kalimat di bawah ini menjelaskan bahwa Jean Claude Van Damme
meberikan amplop yang berisi uang kepada Amir, hal ini dilakukan Jean Claude
Van Damme karena rasa terimakasihnya kepada Amir.
Data 13
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis nilai hamoraon (kekayaan),
bagi orang Batak nilai kekayaan disebut juga sebagai pemicu untuk meraih
kehormatan baik dari keluarga maupun dari orang lain. Orang Batak kaya jika
semakin banyak member kepada orang lain, maka semakin banyak pula yang akan
memberikan balasan kepadanya. Orang Batak hidup dalam pemberian dan
penerimaan berkat. Seperti tokoh Amir yang mendapatkan amplop yang berisikan
uang yang diberikan Jean Claude Van Damme. Kekayaan yang dimiliki Jean
Claude Van Damme bisa mengangkat status sosial dirinya dihadapan orang Batak.
Kalimat di bawah ini, menjelaskan bahwa Jean Claude Van Damme
memberikan uang tambahan kepada Nadeak saat perpisahan di bandara
Kualanamu.
Data 17
Merasa bersalah. Saya berinisiatif menyalami Amir, secara
langsung menyatakan rasa terimakasih. Dan, ketika saya
masih bersalaman dengannya, Jean Claude Van Damme
memberinya amplop berisi uang satu juta rupiah. (Sylado,
2016:114).
Setelah itu Jean Claude Van Damme menambah lagi uang sewa
taksinya sejumlah sepersepuluh dari honorarium yang
diperolehnya dari ceramah di Universitas. Nadeak terharu
mendapat tambahan satu setengah juta rupiah yang
diberikan oleh Jean Claude Van Damme. (Sylado, 2016:274).
60
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis nilai hamoraon (kekayaan),
bagi orang Batak merupakan tujuan hidup untuk menyejahterakan kehidupan
keluarga. Kekayaan yang sebenarnya bagi orang Batak tergantung bagaimana cara
kita membandingkan dan memakainya. Orang Batak dikatakan kaya jika semakin
banyak member kepada orang lain. Seperti tokoh Nadeak yang mendapatkan uang
tambahan dari Jean Claude Van Damme. Kekayaan yang dimiliki Jean Claude
Van Damme merupak lambang keberhasilannya dalam menjalani hidup serta
dengan adanya kekayaan tersebut dapat mengangkat status sosial dirinya di
hadapan orang Batak. Uang yang diterima Nadeak merupakan nilai kekayaan
yang berwujud materi.
g) Nilai Hasangapon (arif dan bijaksana)
Istilah hasangapon bagi masyarakat Batak Toba adalah pemberian
kearifan dan kebijaksanaan. Seseorang yang akan dikatakn sangap jika ia mampu
bersikap arif dan bijaksana dalam menyelesaikan konflik atau masalah.
Hasangapon juga merupakan pengakuan dan penghormatan orang lain atas
wibawa dan martabat seseorang. Hal ini dapat dilihat dari tokoh-tokoh dalam
novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado. Tokoh-tokoh yang
memiliki nilai kehormatan adalah Nadeak, Jean Claude Van Damme, Arjuna dan
Amir. Hal into dapat dilihat dari kutipan dibawah ini:
Data 3
Saya sampaikan kepada Jean Claude Van Damme, dan suami saya
setuju. Suami saya senang sekali melihat cara tutur sopir taksi
itu. Nada bicaranya seperti orang berpantun. Saya sendiri
belum tahu sopir ini berasal dari mana. Naga-naganya dia bukan
orang Melayu Deli. dia pasti Batak. Tapi entah dari mana. Dia bisa
61
membedakan antara lafal /e/dan/é/ atau/è/. Biasanya Batak Toba
cendrung melafal /e/ menjadi/é/. Sedangkan Batak Karo punya
kata berlafal /e/. (Sylado, 2016:13).
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon, bagi
orang Batak nilai kehormatan adalah ukuran atas keberhasilan seseorang supaya
dapat dihormati. Nilai hasangapon ini juga berupa pengakuan dan penghormatan
orang lain atas wibawa dan martabat yang dimiliki seseorang baik dari segi cara
tutur yang sopan dan santun. Dapat dilihat dari tokoh Nadeak yang cara bicara
yang sopan dan santun, karena itulah Nadeak menjadi dihormati, Nadeak bicara
tidak seperti orang biasanya apa yang dikatakannya memang benar adanya.
Karena wibawa yang dimiliki Nadeak sehingga Nadeak menjadi dihormati oleh
Jean Claude Van Damme.
Data 9
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon, bagi
orang Batak rasa hormat yang ditunjukkan seseorang karena kualitas atau wibawa
yang terdapat dalam dirinya. orang Batak dapat menghormatinya dari caranya
memberikan pembenaran terhadap suatu permasalahan. Bagi orang Batak kualitas
yang bersemayam dalam diri seseorang memebuat orang tersebut memiliki hak
untuk dihormati, dan dimuliakan. Hal itu dapat dilihat dari tokoh Jean Claude Van
Ya, ya kata saya. Saya muslim, tapi saya ingat kalimat itu dalam
bahasa inggrisnya: go ye therefore, and teach all nations, baptizing
them in the name of the father, ke Jean Claude Van Damme,
meminta pembenaran. “Betul kan, Prof cintaku, jantung hatiku.
Jean Claude Van Damme mengangguk sambil tersenyum.
(Sylado, 2016:47).
62
Damme yang berusaha memberikan pembenaran dari apa yang dikatakan oleh
Arjuna. Jadi karena pembenaran itulah Jean Claude Van Damme mendapatkan
penghormatan.
Data 16
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon, bagi
orang Batak adalah pengakuan dan penghormatan yang ditujukan kepada
seseorang karena bersikap baik dan sopan. Orang Batak sangat menghormati
orang lain karena kualitas yang bersemayam dalam diri seseorang tersebut. Hai itu
dapat dilihat dari tokoh Arjuna yang dipanggil Kak oleh Regina walaupun regina
lebih tua dari Arjuan. Penghormatan ini merupakan pengakuan Regina kepada
arjuna dari wibawa yang dimiliki Arjuna.
Data 17
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon,
bagi orang Batak nilai kehormatan adalah pengakuan dan penghormatan orang
lain, karena kebijaksanaan yang dimiliki seseorang dalam menyelesaikan suatu
Saya mengangguk-angguk kini saya menyembunyikan suara
tertentu seperti tadi. Bersamaan dengan itu saya termangu-
mangu karena merasa aneh, bahwa Regina yang sudah tua,
berusia sekitar 60-an tahun, memanggil dan menyapa saya”
kak”(Sylado, 2016:65).
“Sebelum pulang ke Belanda, saya ingin pergi juga ke
Minahasa, melihat Tomohon, tempat kelahiran ibu saya.” Oh,
ya, itu bisa kita atur kata saya. Cepat-cepat ia cium saya
dengan girang. Katanya,” saya bangga punya istri macam
kamu Arjuna sayang. Saya kedip-kedip mata, merasa tidak
perlu menanggapinya dengan kalimat searti dengan
pengakuannya itu. (Sylado, 2016:67).
63
permasalahan ataupun permintaan seseorang. Oleh karena itu orang tersebut
mendapatkan pengakuan dan penghormatan dari seseorang. Hal itu dapat dilihat
dari tokoh Arjuna yang bijaksana untuk memutuskan mengikuti kemauan Jean
Claude Van Damme untuk melihat tanah kelahiran ibunya. Kebijaksanaan yang
dimiliki Arjuna inilah yang membuatnya menjadi terhormat.
Data 18
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon, bagi
orang Batak nilai kehormatan adalah kualitas yang bersemayam dalam diri
seseorang yang berkat keberadaannya telah membua t seseorang mempunyai hak
untuk dihormati. Bagi orang Batak tulang itu adalah rasa hormat yang di
tunjukkan seorang anak perempuan kepada seorang laki-laki atau saudara laki-laki
dari ibu. Hal itu dapat dilihat dari tokoh Nadeak yang di panggil tulang oleh
seorang anak perempuan. Bagi orang Batak tulang adalah nilai kehormatan yang
ditujukan oleh anak perempuan kepada laki-laki.
Data 22
Dengan riang-ria Jean Claude Van Damme mengambil
barangnya itu. Dia meloncat, seperti anak kijang, memeluk
Amir. Oh aku senang dipeluk bintang pilim kesukaanku,”kata
Amir.” Ayolah kita berfoto-foto dulu. (Sylado, 2016:114).
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon,
merupakan kualitas yang ada dalam diri seseorang sehingga orang tersebut
Mengejutkan jawaban anak itu. Dia berkata dengan
tenang,”Ular itu memang iblis, Tulang. Tapi sudah dikuliti, lalu
dipotong-potong, dan dagingnya dimasak pakai santan dan
lambok, namanya „rendang‟lah itu, Tulang. (Sylado, 2016:83).
64
mempunyai hak untuk dihormati oleh orang lain. Karena kebijaksanaan yang
dimilikinya dapat menyelesaikan sebuah masalah. Maka bagi orang Batak orang
tersebut mempunyai hak untuk dihormati. Dapat dilihat dari tokoh Jean Claude
Van Damme yang memeluk Amir karena rasa senang karena barangnya telah
dikembalikan oleh Amir. Amir mendapatkan penghormatan dari Jean Claude Van
Damme karena kebijaksanaannya untuk mengambalikan hak Jean Claude Van
Damme.
Data 24
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon, bagi
orang Batak wibawa yang terdapat dalam diri seseorang akan membuatnya
menjadi terhormat, karena berkat keberadaannya telah membuat seseorang yang
memilikinya punya hak untuk dihormati, dan dimuliakan. Dapat dilihat dari tokoh
Arjuna dan Jean Claude Van Damme yang memberikan penghormatan kepada
Amir karena bangga dan haru atas semua yang dilakukan Amir. Nilai kehormatan
ini merupaakan pengakuan dari Arjuna dan Jean Claude Van Damme yang
ditujukan kepada Amir.
Dia ketawa renyah. Dia pamit. Ternyata dia datang kesini dengan
istrinya. Istrinya menunggu di mobil. Dialah orang pertama yang
tadi memasuki area parkir di depan hotel ini. Saya
melambaikan tangan kepadanya. juga Jean Claude Van
Damme, melakukan ini dengan suka cita, bangga dan haru.
(Sylado, 2016:116).
65
Data 29
Hai, Ucok! Seperti manusia mesin kelima anak laki-laki itu
secara berbarengan menoleh kearah saya. Oh, ya, saya lupa,
kata si Ucok kecil itu, bahwa semua anaklaki di sini, memang
biasa di panggil Ucok. Tapi si Ucok kecil itu satu-satunya yang
berseru girang melihat saya. Katanya naïf, oh, Inang
Duapuluhribu! Saya ketawa, dan mengerutu senang. Sialan!
gara-gara saya memberinya Rp 20.000, maka sekarang dia
memanggil saya Inang duapuluhribu. (Sylado, 2016:209).
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon, bagi
orang Batak nilai hasangapon atau kehormatan merupan pengakuan seseorang
atas wibawa yang dimiliki orang lain, karena kebaikan hati dan kebijaksanaan
yang dimiliki seseorang. Orang Batak hidup dengan pemberi dan penerimaan
berkat. Karena kebaikan hati yang dimiliki orang tersebut maka dia mendapatkan
penghormatan dari orang lain. Hal ini dapat dilihat dari kebaikan hati Arjuna yang
memberikan uang duapuluh ribu kepada seorang anak laki-laki. Arjuna
mendapatkann penghormatan dari anak laki-laki tersebut dengan menyebut
Arjuna inang. hal ini merupakan pengakuan dan penghormatan yang ditujukkan
seseorang kepada arjuan karena kebijaksanaan yang dimiliki oleh Arjuan.
Data 32
Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis bahwa nilai hasangapon, bagi
orang Batak merupakan nilai penghormatan yang ditujukkan orang lain atas
wibawa seseorang. Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahawa rasa hormat
yang ditunjukkan seseorang kepada orang lain apabila orang tersebut sopan dalam
Malahan sebagai ekspresi rasa hormat kepada Nadeak suami
saya memeluknya sambil menepuk-nepuk bahunya sebelum
perpisahan di bandara Kualanamu. (Sylado, 2016:274).
:
66
segala hal. dapat dilihat dari tokoh Nadeak yang mendaptkan penghormatan dari
Jean Claude Van Damme. Nilai penghormatan ini berupa pengakuan Jean Claude
Van Damme kepada Nadeak atas segala sesuatu yang dilakukan Nadeak menjadi
sopir taksi yang mereka sewa sekaligus sebagai pemandu mereka untuk
mengelilingi tanah Batak.
h) Nilai pengayoman (pelindung)
Kehadiran pengayom dalam kehidupan orang Toba sangat diperlukan.
Pengayom adalah pemberi kearifan, pemberi kesejahteraan, pelindung yang ditaat,
pencipta ketentraman batin. Pengayom hanya diperlukan pada saat-saat kritis
misalnya ketika yang diayomi mengalami penderitaan baik lahir maupun batin.
C. Pembahasan nilai-nilai budaya Batak dalam novel Perempuan Bernama
Arjuna karya Remy Sylado
Pada pembahasan ini akan dijelaskan hasil penelitian tentang nilai-nilai
budaya masyarakat Batak dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy
Sylado. Teori yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat nilai-nilai
budaya masyarakat Batak dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy
Sylado adalah teori Sinaga (2012).
Remy Sylado termasuk satrawan yang memiliki pemikiran yang kritis.
Oleh karena itu, Remy Sylado telah menyampaikan pemikiran kritisnya kedalam
novel yang diciptakannya. Pemikiran kritis Remy Sylado juga dapat dilihat dalam
novel Perempuan Bernama Arjuna. Pada novel ini Remy Sylado telah
menggambarkan pemikirannya mengenai nilai-nilai budaya yang ada di Batak.
Nilai budaya tersebut ada 8 yaitu nilai kekerabatan, nilai religi, nilai hagabeon
67
(keturunan), nilai uhum (hukum), nilai konflik, nilai hamoraon (kekayaan), nilai
hasangapon (arif dan bijaksana), nilai pengayoman. Namun didalam novel
Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado tidak terdapat nilai budaya
pengayoman karena dalam novel ini tidak ada yang memberikan pengayoman
atau yang menggambarkan tentang nilai pengayoman.
1. Nilai Kekerabatan
Nilai inti kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam
pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu (hula-hula, dongantubu, boru). Hubungan
kekerabatan dalam hal ini terlihat pada tutur sapa karena pertautan darah,
solidaritas marga, martandang dan segala yang berkaitan dengan hubungan
kekerabatan karena perkawinan. Bagi orang Batak nilai kekerabatan merupakan
nilai yang harus dipatuhi, karena dengan adanya nilai kekerabatan ini orang Batak
yang beragama Kristen bisa hidup berdampingan dengan orang Batak yang
beragama islam. Nilai budaya yang pertama dibahas dalam novel Perempuan
Bernama Arjuna Karya Remy Sylado adalah nilai kekerabatan, karena dengan
adanya nilai kekerabatan tersebut orang Batak yang menganut agama yang
berbeda bisa saling hidup berdampingan.
2. Nilai Religi
Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama
yang datang, kemudian yang mengatur hubungannya dengan maha pencipta serta
hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya. Orang Batak boleh
dibilang sangat religius. dalam kepercayaan religi Batak leluhur adalah
perwakilan dari debata mula jadi nabolon (tuhan maha pencipta) di dunia. Dengan
68
menghormati nenek moyang, berarti juga menghormati tuhan. Nilai budaya yang
kedua dibahas dalam novel Perempuan Bernama Arjuna Karya Remy Sylado
adalah nilai religi, karena dengan adanya agama yang masuk ke tanah Batak maka
orang Batak memiliki sebuah keyakinan untuk beragama atau menganut sebuah
kepercayaan.
3. Nilai Hagabeon (keturunan)
Orang sangat menghargai orang yang memiliki banyak anak, dianggap
semakin kaya seseorang. Kehadiran anak dianggap sebagai generasi penerus
orang tuanya yang akan membawa keluarganya di kemudian hari. Dalam prinsip
hagabeon disebut juga dengan prinsip saurmatua, yaitu seseorang yang mati
sempurna pada saat dia tua dengan anak-anaknya yang sudah menikah dan
memiliki banyak cucu. Bagi orang Batak nilai keturunan adalah memiliki banyak
anak, karena anak merupakan harta yang tidak ternilai harganya, kehadiran
seorang anak akan dianggap sebagai generasi penerus dari orang tuanya. Nilai
budaya yang ketiga dibahas dalam novel Perempuan Bernama Arjuna Karya
Remy Sylado adalah Nilai budaya keturunan, seperti Regina dan Ayah Jeanne
Claudia yang mempunyai anak. anak-anak ini merupakan generasi penerus dari
keluarga Regina dan Ayah Jeanne Claudia. Kehadiran mereka merupakan penerus
dari keluarga untuk masa yang akan datang. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai
keturunan bagi orang Batak adalah harta yang paling berharga yang tidak ternilai
harganya, karena anak ini merupakan generasi penerus bagi keluarganya.
69
4. Nilai Uhum (hukum)
Sebelum adanya hukum formal seperti sekarang masyarakat Batak Toba
menganut hukum tradisional yang berkaitan dengan hukum adat. Hukum
tradisional adalah aturan yang datang dari Debata Mula Jadi Nabolon melalui
nenek moyang hula-hula yang mengatur kehidupan manusia dengan manusia dan
alam sekitarnya, sekaligus mengatur manusia dengan roh nenek moyang dan
Debata Mula Jadi Nabolon. selain bersumber dari uhum adat yang berlaku
dikalangan masyarakat, Uhum juga ditetapkan oleh kepala-kepala suku atau raja-
raja masyarakat setempat. Nilai budaya yang keempat dibahas adalah nilai
kekayaan, dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado
menggambarkan nilai hukum, peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap orang
Batak karena hukum ini datang dari nenek moyang yang ada di tanah Batak, yang
mengatur kehidupan manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitarnya.
Hukum juga ditetapkan oleh kepala-kepala suku atau raja-raja adat setempat. Jadi
nilai hukum bagi orang Batak adalah peraturan yang harus di taati, siapa yang
melanggar hukum yang dibuat oleh raja-raja adat setempat maka orang tersebut
akan mendapatkan sangsi.
5. Nilai konflik
Nilai konflik dipandang dari sudut lain merupakan komponen yang
penting dalam proses sosialisasi orang Toba. Proses melibatkan atau dilibatkan
dalam suasana konflik, mendidik orang Toba menjadi orang yang terbuka. Nilai
budaya yang kelima dibahas adalah nilai kekayaan, dalam novel Perempuan
Bernama Arjuna karya Remy Sylado menggambarkan nilai konflik karena nilai
70
konflik merupakan sebuah komponen yang harus dijauhi. Karena melibatkan atau
dilibatkan dalam suasana konflik mendidik orang Batak menjadi orang yang
terbuka Jadi dapat disimpulkan bahwa siapa saja yang melakukan perbuatan ini
akan mendapatkan sangsi apalagi orang yang melakukan perkawinan satu marga
maka orang tersebut akan mendapatkan sangsi dan di usir dari tanah leluhurnya
sendiri..
6. Nilai Hamoraon (kekayaan)
Hamoraon merupakan salah satu nilai budaya yang mendasar mendorong
orang Batak, khususnya orang Toba untuk mencari harta benda yang banyak.
Secara lebih luas hamoraon, merupakan tujuan hidup untuk menyejahterakan dan
menjadi sumber penting otoritas. Kekayaan dianggap sebagai lambang
keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup. Dengan kekayaan, ia bisa
mengangkat status sosial dirinya di mata keluarga. Nilai hamoraon juga disebut
sebagai pemicu bagi orang Batak untuk meraih kehormatan diri dan keluarganya
baik yang berwujud materi maupun non-materi yang di peroleh melalui usaha atau
melalui warisan. Bagi orang Batak memiliki harta adalah tujuan hidup untuk
menyejahterakan kehidupan keluarganya, kekayaan dianggap sebagai lambang
keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup, dengan memiliki banyak harta
maka orang tersebut akan lebih dihormati di dalam keluarganya. Nilai budaya
yang pertama kali dibahas adalah nilai kekayaan, dalam novel Perempuan
Bernama Arjuna karya Remy Sylado menggambarkan nilai kekayaan tersebut
berupa nilai materi maupun non materi, yang dialami tokoh Nadeak yang
memiliki sebuah mobil minibus yang dijadikannya taksi, taksi ini sebagai mata
71
pencariannya untuk mendapatkan penghasilan yang lebih. Adanya penghasilan
yang lebih dari usaha yang dilakukan Nadeak maka uang yang diperoleh Nadeak
akan lebih banyak, dengan adanya uang tersebut maka status sosial dirinya akan
lebih dihormati. Mobil minibus merupakan harta yang berwujud non materi yang
dimiliki Nadeak. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai kekayaan bagi orang Batak
adalah sebuah tujuan dalam menjalani kehidupan, baik harta yang berujud materi
maupun non materi yang diperoleh melalui usaha sendiri maupun harta warisan,
dengan adanya harta yang berlimpah seseorang tersebut akan lebih dihargai dalam
keluarganya maupun oleh orang lain.
7. Nilai Hasangapon (arif dan bijaksana)
Hasangapon bagi masyarakat Batak Toba adalah pemberian kearifan dan
kebijaksanaan. Seseorang yang akan dikatakan sangap jika ia mampu bersikap arif
dan bijaksana dalam menyelesaikan konflik atau masalah. Hasangapon juga
merupakan pengakuan dan penghormatan orang lain atas wibawa dan martabat
seseorang. Nilai budaya yang ketujuh yang dibahas dalam novel Perempuan
Bernama Arjuna karya Remy Sylado adalah nilai budaya kehormatan, seperti
tokoh Nadeak karena memiliki cara bicara yang sopan seperti orang yang
berpantun, Jean Claude Van Damme yang memberikan pembenaran atas apa yang
ditanyakan Arjuna kepadanya, Amir karena kebaikan hatinya yang
mengembalikan barang Jean Claude Van Damme, dan Arjuna yang bijak untuk
member seorang anak laki-laki uang dua puluh ribu. Jadi nilai kehormatan bagi
orang Batak seseorang tersebut akan lebih dihormati apabila mempunyai wibawa
dan martabat yang baik dan memiliki kebijaksanaan. Kualitas yang ada dalam diri
72
seseorang inilah yang akan membuatnya mempunyai hak untuk dihormati. Jadi
dapat disimpulkan bahwa nilai kehormatan bagi orang Batak adalah pengakuan
atau penghormatan seseorang atas wibawa maupun kualitas diri yang dimiliki oleh
orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa nilai-nilai budaya
masyarakat Batak dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado
terbagi menjadi delapan yaitu: nilai kekerabata, nilai religi, nilai hagabeon
(keturunan), nilai hukum, nilai konflik, nilai hamoraon (kekayaan), dan nilai
hasangapon (arif dan bijaksana).
73
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil deskripsi data dan analisis data tentang nilai-nilai
budaya Batak dalam novel Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado pada
bab empat, maka pada bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dari hasil
deskripsi data dan analisis data tersebut. Pada bab ini peneliti juga mengemukakan
saran-saran yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai nilai-nilai budaya Batak dalam
novel Perempuan Benama Arjuna karya Remy Sylado, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa nilai-nilai budaya Batak tersebut terbagi menjadi tujuh, yaitu:
(1) nilai kekerabatan (2) nilai religi, (3) nilai nilai hagabeon (keturunan), (4) nilai
uhum (hukum), (5) nilai konflik, (6) nilai hamoraon (kekayaan), (7) nilai
hasangapon (arif dan bijaksana), semua itu digambarkan Remy Sylado dalam
novel Perempuan Bernama Arjuna. Pertama, Nilai kekerabatan, bagi orang Batak
bisa terjalin karena tali darah atau solidaritas marga. Tali kekerabatan bagi orang
Batak sangat erat karena mempunyai nenek moyang yang sama atau karena satu
keturunan maupun satu marga yang sama. Kedua, Nilai religi, bagi orang Batak
sangat mengahargai agama yang di anut oleh masyarakatnya. Orang Batak juga
sangat taat beribadah dan selalu menaati laragan yang di ajarakan oleh agamanya
seperti Nadeak yang tidak suka makan daging karena bagi kepercayaan yang di
anutrnya semua daging itu hukumnya haram. Ketiga, Nilai hagabeon (keturunan),
mempunyai banyak keturunan adalah mempunyai banyak anak. Anak-anak inilah
yang akan memabawa nama keluarga dikemudian hari atau yang akan menjadi
73
74
penerus orang tuanya dimasa yang akan datang. Bagi orang Batak mempunyai
banyak anak adalah menjadi suatu kebanggaan keluarga, seperti tokoh Regina
yang mempunyai dua orang anak dan Ayah Jeanne Claudia. Keempat, nilai
(hukum) adalah aturan yang berlaku atau yang dibuat oleh kepala-kepala suku atau
raja-raja adat setempat, bagi orang Batak adalah peraturan yang harus di taati,
siapa yang melanggar hukum yang dibuat oleh raja-raja adat setempat maka orang
tersebut akan mendapatkan sangsi. Kelima, nilai konflik adalah, bagi orang Batak
konflik adalah suatu permasalahan yang harus diselesaikan dan tidak boleh
disembunyikan dan mendidik orang Batak menjadi orang yang terbuka. Keenam,
nilai hamoraon (kekayaan), bagi orang Batak tujuan untuk hidup adalah mencari
harta benda yang banyak supaya dapat menyejahtrakan kehidupan keluarganya,
dengan harta yang dimiliki orang tersebut maka derajat diri dan keluarganya akan
terangkat dihadapan orang banyak baik harta tersebut yang berwujud materi
maupun non materi yang diperolehnya dari usaha sendiri maupun harta warisan.
Bagi orang Batak memiliki banyak harta berarti dia berhasil menjalani hidup dan
kehidupan seperti tokoh Nadeak yang mempunyai taksi pribaadi. Ketujuh, nilai
hasangapon (arif dan bijaksana), Bagi orang Batak seseorang tersebut akan lebih
terhormat apabila mempunyai wibawa dan martabat yang baik, dan memiliki
kebijaksanaan, seperti tokoh Nadeak, Jean Claude Van Damme, Arjuna Dan
Amir.
B. Saran
Setelah menganalisis nilai-nilai budaya masryarakat Batak dalam novel
Perempuan Bernama Arjuna karya Remy Sylado, maka ada beberapa saran yang
75
ingin disampaikan peneliti. Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan adalah
sebagai berikut: Pertama, Bagi pembaca diharapkan untuk dapat memahami nilai
budaya Batak, karena budaya Batak adalah salah satu budaya yang ada di
Indonesia., Kedua, bagi peneliti sendiri penelitian ini dapat meningkatkan
pengetahuan dan menganalisis karya sastra khususnya tentang nilai-nilai budaya
Batak. Ketiga, Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti novel Perempuan
Bernama Arjuna karya Remy Sylado disarankan untuk melakukan penelitian
dengan aspek yang berbeda.
76
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin, Drs. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Pragtik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Damono, Supardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar
Ringkas.Jakarta: Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Emsir, dan Saiful Rohman. 2016. Teori dan Pengajaran Sastra.Jakarta: Rajawali
Pess.
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra; Epistemologi, Model,
Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: PT Buku Seru.
Koentjaraningrat. 2011. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
Djambatan.
Luxemburg, jan van, Mieke Bal, dan Willem G. Westtejin. 1986. Pengantar
ilmusastra (diindonesiakan oleh dick hartoko). Jakarta:PT Gramedia.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muhardi dan Hasanudin WS.1992. Prosedur Analaisis Fiksi. Padang.
Nuraeni, Gusti Heny dan Muhammad Alfan. 2012. Studi Budaya Indonesia.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Nurgiantoro, Burhan.2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
Universitas Press.
Vergounwen. 2004. Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Yogyakarta:
PT.LKis Pelangi Aksara.
Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang : Angkasa Raya Padang.
Semi, Atar.1989. kritik Sastra. Bandung: Angkasa Bandung.
76
77
Sigalingging, T.R Sarmaida. 2012. Struktur dan Nilai Budaya Batak Toba dalam
Sastra Lisan Huta Silahisabungan. Diambil dari:
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/sasindo/article/vew/699
Silalahi, TB. 2015. Toba Dreams. Tanggerang Selatan: PT Kaurama Buana
Antara.
Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2011. Konflik Status dan Kekuasaan Orang
Batak Toba. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Sinaga, Enjelina. 2012. Analisis Nilai Budaya Sasra Lisan Batak Toba Batu
Sigadap. Diambil dari: http://jurnal.unimed.ac.id./2012/index.php/
Susanti, Eka. 2015. Nilai-nilai Budaya Batak Toba Sebagai Sumber Pembelajaran
IPS dan Proses Pengembangan Wawasan Kebangsaan”Studi Naturalistik
Inkuiri di MTsN Balige Provinsi Sumatera Utara. Diambil dari:
http://jurnal.citralekha.com/wp-conten/uploads/2015/05/VINI-7-Eka-
Susanti1.pdf.
Sylado, Remy. 2016. Perempuan Bernama Arjuna 4. Bandung: Nuansa.
78
Lampiran 1
Sinopsis Novel Perempuan Bernama Arjuna Karya Remy Sylado
Dalam novel ini menceritakan kisah seorang perempuan yang bernama
Arjuna dan suaminya bernama Jean Claude Van Damme. Dalam cerita ini Arjuna
dan suaminya pergi ke tanah Batak untuk mencari tau asal usul ayah dari suami
Arjuna yang berdarah Batak. Sebelum ayahnya wafat diberiakan pesan kepada
Jean Claude Van Damme, apabila pergi ke Medan singgah di Pematang Siantar
untuk mencari Jeane Claudia Batubara. Dalam perjalanan yang di lakukan Arjuna
dari Bandara Soekarno Hatta dan mendarat di Bandara Internasional Kualanamu.
Sampai di bandara Kualanamu suami Arjuna tertarik pada seorang sopir taksi
yang berdiri menawarkan taksinya. sopir taksi ini berjas, dasi jenis kain tenunan
ulos berwarna dasar merah dan taksinya memiliki warna cat khas Batak: merah,
putih, dan hitam.
Arjuna dan suaminya menyewa taksi tersebut selama satu minggu dengan
biaya satu juta lima ratus ribu rupiah, sedangkan untuk sewa parkir dan minyak di
tanggung oleh Arjuna dan suaminya. Arjuna dan suaminya mengelilingi tanah
Batak dengan menggunakan taksi yang mereka sewa. Sopir taksi tersebut bernama
Nadaek, Nadeak memang seorang supir taksi namum dia memiliki cara tutur yang
baik kepada orang-orang yang menyewa taksinya, cara bicaranya yang sopan ini
membuat orang lain menjadi lebih menghormatinya karena wibawa yang
dimilikinya. Nadeak tidak seperti supir taksi biasanya yang cara bicaranya tidak
mempunyai tata krama.
78
79
Taksi milik Nadeak ini bukan seperti taksi biasanya, taksinya ini bukan
seperti sedan biasanya namun mobilnya ini sebuah mobil minibus yang
dirancangnya secara khusus. Jok-jok mobilnya ini di modivikasi sedemikian rupa
supaya bisa dijadikan tempat tidur, sehingga Nadeak tidak perlu menyewa hotel
bersama orang-orang yang ingin menyewa taksinya tersebut. Dia bisa tidur di
dalam mobilnya yang di parkirnya di parkiran hotel tempat orang-orang tersebut
menginap.
Dalam perjalanan yang mereka lakukan, Nadeak juga menceritakan
keberhasilan Nommensen membawa agama Kristen ke tanah Batak dan sangat
menghormati adat-istiadat yang ada di tanah Batak. Selama perjalanan yang
mereka lakukan setiap ingin makan Arjuna selalu mengajak Nadeak untuk makan
bersama di setiap restoran yang mereka singgahi di tanah Batak. Setiap kali
Arjuna menyuguhkan makanan yang berjenis daging kepada Nadeak namun dia
menolaknya tidak seperti orang Batak biasanya yang tidak mengharamkan babi.
Arjuna juga menjelaskan latar belakang keyakinannya kepada Nadeak bagi
muslim daging babi memang haram, namun bagi Nadeak semua daging baik yang
hidup di darat, laut, udara semua itu haram bagi agama yang diyakininya.
Bagi orang Batak hidup rukun dalam satu marga, marga dalam dalam
masyarakat batak adalah warisan nenek moyang yang harus di taati secara turun
temurun. Bagi orang Batak siapa yang melakukan perkawinan dalam satu marga
yang sama itu merupakan cela dan berpegang pada adat maka setiap orang yang
melakukan hal tersebut akan di usir dari tanah leluhurnya. Sehingga setiap orang
80
yang melakukan perkawinan dalam satu marga ini tidak boleh lagi mengijakkan
kaki di tanah Batak.
Arjuan dan suaminya akan melakukan perjalan menuju ke daerah Danau
Toba dalam perjalanannya Arjuna mendapatkan telpon dari papanya untuk
membawakan tongkat tunggal panaluan, tongkat itu barang kopian. Sejarahnya,
tunggal panoluan dipakai untuk upacara-upacara mistik, tongkat ini dipercayai
memiliki kekuatan supranatural dan kesaktian yang menakutkan. Arjuna juga
bertanya kepada Nadeak apa instrumen khas Batak yang dipakai dalam upacara
adat dan Nadeak menjelaskan instrument yang dipakai dalam upacara adat Batak
berupa gondang, dan yang paling istimewa adalah ogung. Instrumen ini
merupakan warisan yang dilestarikan sampai saat sekarang ini.
81
No. Kode
Data
Tokoh
Nilai-nilai Budaya Hal
Peristiwa Kutipan 1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
Data 1
Data 2
Nadeak,
Arjuna,
Jean
Claude
Van
Damme
Arjuna,
Nadeak,
Jean
Claude
Van
Damme
Nadeak yang
menawarkan
taksinya kepada
Arjuna dan Jean
Claude Van Damme
supaya mereka mau
menyewa taksi milik
Nadeak.
Arjuna setuju
menyewa taksi
Nadeak dengan sewa
satu setengah juta
selama lima hari.
Nadeak juga siap
menjadi pemandu
disetiap perjalanan.
Iya kak ujarnya
tandas sudah empat
tahun saya
memangkal taksi
dibandara ini, saya
hafal betul muka-
muka orang yang
datang dan pergi dari
sini. Hebat kata
saya.“Makanya
sewalah taksi saya.
Taksi saya satu-
satunya milik
pribadi dengan
warna khas Batak:
merah, putih, hitam.
”Barangkali kami akan
pakai sekitar lima hari,”
kata saya. “Bagus,”
katanya satu setengah
juta saja. Bensin beli
sendiri. Juga ongkos-
ongkos parkir. Kita
bisa keliling seluruh
tanah Batak: Karo,
Toba, Simalungun,
√
√
13
13
LAMPIRAN 2
Tabel Inventarisasi Data
Nilai-Nilai Budaya Batak dalam Novel Perempuan Bernama Arjuna Karya Remy Sylado
82
3.
Data 3
Nadeak,
Arjuna,
Jean
Claude
Van
Damme
Mata pencaharian
sebagai sopir taksi
sudah membuat
Nadeak tahu betul
apa yang akan
dikatakanya dan
membentuk
kepribadian Nadeak.
Setelah Arjuna
berembug dengan
Jean Clude Van
Damme dan setuju
lima hari, satu
setengah juta, bensin
bayar sendiri, tiket
parkir. Jean Claude
Van Damme juga
senang melihat cara
bicara Nadeak yang
nada bicaranya
seperti orang yang
berpantun.
Mandailing, Angkola.
Saya pun siap
menjadi pemandu.
Saya kenal seluruh
bagian tanah Batak.
Saya sampaikan
kepada Jean Claude
Van Damme, dan
suami saya setuju.
Suami saya senang
sekali melihat cara
tutur sopir taksi itu.
Nada bicaranya
seperti orang
berpantun.saya
sendiri belum tahu
sopir ini berasal dari
mana. Naga-naganya
dia bukan orang
Melayu Deli. dia pasti
Batak. Tapi entah dari
mana. Dia bisa
membedakan antara
lafal /e/dan/é/ atau/è/.
Biasanya Batak Toba
cendrung melafal /e/
menjadi/é/.
Sedangkan Batak
Karo punya kata
berlafal /e/.
√
13
83
4.
5
Data 4
Data 5
Arjuan,
Nadeak,
Jean
Claude
Van
Damme
Arjuna dan
Nadeak
Arjuna tertegun,
Nadeak tidak bicara
asbun, tetapi Nadeak
juga berpengalaman
menyanyi dengan
suara bariton yang
bagus. Arjuna dan
Jean Claude Van
Damme terhibur
dengan lagu yang
dinyanyikan
Nadeak. Dalam
sekejap Arjuna
menyimpulkan
bahwa Nadeak
cukup paham
dengan apa yang
dikatakannya. Maka
Arjuna memujinya
Nadeak, Nadeak
malah tertawa
terkekeh-kekeh
menertawai dirinya
sendiri.
Arjuna yang
menawarkan
makanan kepada
Nadeak, namun
Nadeak menolak
Wah, dalam sekejap
saya bisa
menyimpulkan,
bahwa sopir taksi ini
cukup paham dengan
apa yang akan
dikatakannya. Kesan
saya dan mudah-
mudahan saya benar,
adalah sopir taksi
tidak seperti
umumnya orang
Indonesia dari
kalangan tidak
terpelajar, bicara stel
kencang tapi asbun.
Maka, saya
memujinya. “Tapi
suara bung itu tadi
juga tergolong bel
canto. saya teringat
pada Pavarotti.
Hm, saya mengerti.
Tampaknya dia bukan
Batak Kristen seperti
umumnya orang Batak
sekitar Toba yang tidak
mengharamkan babi.
√
√
17
19
84
6.
Data 6
Arjuan,
Nadeak,
Jean
Claude
Van
Damme
untuk memakannya
kerena daging bagi
kepercayaan yang
dimiliki Nadeak
adalah haram untuk
dimakan.
Sambil menunggu
Arjuan siap mandi,
Jean Claude Van
Damme
menghidupkan
televise karena tidak
ada siaran yang
bermanfaan Jean
Claude Van Damme
mematikan kembali
televisinya.
Setengah jam
Oleh sebab itu, cepat
saya berkata untuk
menjelaskan latar
belakang keyakinan
saya. “ saya muslim
juga, Bung. Jadi
silakan Bung pesan
sate ayam. Tapi kata
Nadeak, Ya, bagi
Muslim, babi
memang haram.
Tapi bagi kami,
semua daging baik
yang hidup di darat,
di laut, bagi kami itu
semua haram. Oh,
saya mengerti. Bung
beragama Advent.
Setelah duduk dikursi
didepan meja makan,
saya mengontak
Nadeak untuk sarapan
bersama-sama dengan
kami. Rupanya dia
baru bangun dari
tidurnya di dalam
mobil. O, ya, saya
lupa mengatakan
kepada anda bahwa
taksi milik Nadeak
itu bukan sedan
seperti umumnya
√
25
85
7.
Data 7
Arjuna dan
Nadeak
kemudian Arjuna
dan Jean Claude Van
Damme turun ke
lantai 4 untuk
sarapan. Setelah
duduk dikursi depan
meja makan, Arjuna
megontak Nadeak
untuk sarapan
bersama. Ternyata
Nadeak baru bangun
dari tidurnya di
dalam mobil. Taksi
milik Nadeak ini
adalah sebuah
minibus yang joknya
dirancang khusus
supaya bisa
dijadikan tempat
tidur sehingga
Nadeak tidak perlu
membayar hotel
bersama orang-orang
yang menyewa
taksinya.
Arjuna yang ingin
tahu unsur asas
kekeluargaan dalam
adat Batak, yang
ditanyakannya
kepada Nadeak.
taksi-taksi yang ada,
tapi adalah sebuah
minibus yang
dirancang jok-
joknya sedemikian
rupa untuk bisa
dijadikan tempat
tidur, sehingga ia
tidak perlu
membaya hotel
bersama orang-
orang yang
menyewa taksinya.
Kesimpulannya,
Walaupun sebutannya
secara kebahasaan
terlihat beda, tapi inti
dalam kebudayaan
terlihat sama.
Artinya semua
orang Batak adalah
serumpun senenek
√
29
86
8.
Data 8
Arjuna Dan
Nadeak
Sebuah pertanyaan
yang ditanyakan
oleh Arjuna kepada
Nadeak kenapa
orang Batak Kristen
Bisa hidup
berdampingan
dengan Batak Islam.
moyang.
Kemudian saya
bertanya dengan
suara pelan, pertanda
bahwa sedikit rasa
rambang di benak,
yang saya lihat
selintas, dan mudah-
mudahan ini tidak
keliru, adalah orang
Batak bisa hidup
rukun antara
Kristen dan Islam
karena marganya
itu.
Begini Kak, kata
Nadeak kelihatan
serius sekali. Kita
tahu bahwa setelah
Nommensen
berhasil membawa
ke kristenan di
tanah Batak dan
saya menganggap
caranya sangat
menghormati
istiadat batak,
artinya ia sudah
mempraktikkan suatu
bentuk teologi
kontekstual sebelum
terminologi ini
√
30
87
9.
10.
Data 9
Data 10
Arjuna dan
Nadeak
Arjuna,
Nadeak,
Jean
Claude
Van
Damme
Nadeak yang
menjelaskan
keberhasilan
nommensen
membawa agama
Kristen ke tanah
Batak pada abad ke-
19.
Yang menarik
perhatian Arjuna
adalah silang
pandangan soal
Batak Kristen yang
Eklusif dan Batak
Kristen Yang
Inklusif. Itu
merupakan bagian
yang lekat dengan
sejarah evangelisme
di sini kata Nadeak.
Lalu Nadeak yakin
Prof tahu betul
sendiri ada di abad
ke-19 yang
menyebabkan
mayoritas orang
Batak sekarang
memeluk agama
Kristen, toh
didalamnya tidak sepi
perselisihan tajam
yang timbul ketika
diskusi tentang
kekristenan itu mesti
dibahas melalui
teroka zaman yang
berganti.
Ya, ya kata saya.
Saya muslim, tapi
saya ingat kalimat itu
dalam bahasa
inggrisnya: go ye
therefore, and teach
all nations, baptizing
them in the name of
the father, ke Jean
Claude Van Damme,
meminta pembenaran.
“Betul kan, Prof
cintaku, jantung
hatiku. Jean Claude
Van Damme
mengangguk sambil
√
√
31
47
88
11.
12.
Data 11
Data 12
Arjuna dan
Nadeak
Nadeak,
Arjuna
tentang itu. Kurang
lebih begitu kata
Jean Claude Van
Damme.
Penjelasan masalah
yang di terangkan
oleh Nadeak kepada
Arjuna tentang
kedatangan
Nommensen ke
tanah Batak
Nadeak menjelaskan
kepada Arjuna
bahwa marga yang
ada di tanah Batak
tersenyum.
Masalah ini sudah
tumbuh di awal
pertama Nommensen
bekerja di sini,”kata
Nadeak. Setelah itu
para penyebar Injil
dari Jerman dengan
pola teologi Pietisme
disatu pihak, dan
sikap kultural
Aufklarung di lain
pihak yang sangat
Jerman itu-menganjur
pada masyarakat
Batak yang telah di
Kristenkan , untuk
harus menjauhi
praktik-praktik
paganism nenek
moyang yang justru
dipelihara oleh raja-
raja Batak
Ya, jawab Nadeak
mangkanya Sinaga
mengkritik mereka
dalam bukunya
bahwa mereka tidak
memahami alkitab
√
√
47
50
89
13.
Data 13
Arjuna,
Jean
Claude
Van
Damme,
Nadeak,
Jeanne
Claudia
adalah warisan adat
nenek moyang yang
selalu di taati sampai
saat sekarang ini.
Ketika Arjuna dan
Jean Claude Van
Damme keluar dari
dalam kamar dan
menemui Nadeak,
Nadeak pun
menyambut dengan
wajah berseri-seri.
Nadeak punya kabar
baik tentang alamat
yang dicari Jean
Claude Van Damme
dan Arjuna girang.
Dari keterangan
orang boru Batubara
memang bernama
secara utuh dan hanya
mengenal adat secara
sempit. Kesannya
jelas, mereka
mengabaikan adat,
bahkan merendahkan
tapi, bersamaan itu
mereka semua tetap
memakai nama
marga, sementara
marga dalam
masyarakat budaya
Batak adalah
warisan adat nenek
moyang.
Rumahnya berjarak
300-an meter dari
hotel tempat kami
menginap. Disitu
Jeanne Claudia
Batubara tinggal
bersama adik
kandungnya.
Adiknya ini juga
seorang perempuan.
Namanya Regina,
berumur tiga tahun
lebih muda dan
beranak dua. Nanti
Regina yang akan
menceritakan tentang
√
54
90
14.
Data 14
Ayah Jean
Claude
Van
Damme,
Ayah
Jeanne
Claudia
Jeanne Claudia, tua,
tidak bersuami.
Jarak rumahnya
sekitar 300 , meter
dari temapat Arjuna,
Jean Claude Van
Damme menginap
kata orang itu dia
tinggal bersama adik
kandungnya.
Karena persahabatan
ayah Jean Claude
Van Dammed an
ayah Jeanne Claudia
dari sejak kecil.
Mereka sering
berkirim surat,
meggambarkan
keadaanya. ayah
Jean Claude Van
Damme sudah
mengatakan dia
sudah punya seorang
anak Jean Claude
Van Damme. Ayah
Jean Claudia pun
menyurat untuk
memberi kabar
bahwa istrinya
sedang hamil.
Apabila istrinya
kakaknya.
Ayah Jean Claude
mengatakan bahwa ia
sudah punya anak
pertama bernama
Jean Claude, ayah
Jeanne Claudia pun
menyurat bahwa
istrinya sedang
hamil tujuh bulan.
Katanya jika istrinya
melahirkan
anaknyapun akan
diberikan nama Jeane
Claude. tapi ternyata
anaknya yang lahir itu
adalah perempuan.
maka namanyapun
menjadi Jeanne
Claudia.
√
54
91
15.
Data 15
Regina,
Arjuna
melahirkan anak
laki-laki maka akan
diberikan nama Jean
Claude, namun
istrinya melahirkan
anak perempuan
maknya diberi nama
Jeanne Claudia.
Kegagalan Jeanne
untuk
melangsungkan
perkawinan dengan
calon suaminya
akibat perbedaan
agama.
Dan dia pun bercerita.
Katanya dengan
lancar disertai rasa
haru, “waktu itu
Kakak Jeanne sudah
siap benar duduk
dipelaminan. Sudah
membuat gaun
pengantin yang khas
budaya Barat yang
telah diserap adat
Batak. Sudah juga
bicara dengan pihak
pastor paroki- oh, ya,
kak Jeanne itu
Katolik, dan
keluarga kami
semua Protestan-
untuk menentukan
tanggal sakramen di
gereja. Pendeknya
semua sudah sungguh
sungguh akan
√
56
92
16.
Data 16
Regina,
Arjuna
Regina yang
menjelaskan kepada
Arjuna bahwa
perkawinan semarga
itu tidak boleh
terjadi dalam adat
budaya Batak.
berjalan menurut
rencana memegang
adat dan memegang
iman secara total.
Dan, kakak tahu, ya
adat Batak untuk
pelangsungan
perkawinan secara
Kristen, itu rumit.”
“Dasarnya dilaraskan
dengan pengetahuan
Dalihanna Tolu” kata
Regina. “prinsipnya,
tidak boleh ada
perkawinan semarga.
Masalahnya, nanti
ketika pihak istri
misalnya menjadi
hula-hula, yaitu
keluarga yang
menjadi tinggi, fungsi
boru sebagai anggota
keluarga yang kawin
dengan putri semarga,
akan hilang, dan hak
boru akan menjadi
dongan sebutuhan
dengan hula-hula
tersebut. Lazimnya,
perkawinan
semarga merupakan
cela, dan berpegan
√
59
93
17.
Data 17
Regina,
Arjuna
Calon suami Jeanne
adalah salah seorang
demonstran
mahasiswa yang
memprotes
pambangunan TMII,
namun pada waktu
itu calon suami
Jeanne bukan lagi
mahasiswa. Dia
sudah lulus Fakultas
Hukum, karena
toleran dengan adik-
adiknya di kampus
dia ikut demonstrasi
bahwa gagasan
untuk membangun
TMII itu hanya
membuang uang
rakyat. semua
demonstran
tertangkap, calon
suami Jeanne disiksa
tentara sampai babak
belur, kepalanya
sampai retak dan
ditembak mati. Di
zaman Orde Baru
pada adat maka
yang melakukannya
diusir dari tanah
leleuhur.”
Saya mengangguk-
angguk kini saya
menyembunyikan
suara tertentu seperti
tadi. Bersamaan
dengan itu saya
termangu-mangu
karena merasa aneh,
bahwa Regina yang
sudah tua, berusia
sekitar 60-an tahun,
memanggil dan
menyapa saya” kak”
√
65
94
18.
Data 18
Arjuna,
Jean
Claude
Van
Damme
yang militeristis
keluarga Regina
hidup dalam
keadaan serba takut
kata Regina pada
Arjuna.
Sebelum Arjuna,
Jean Claude Van
Dame dan Nadeak
kembali ke hotel,
mereka makan dulu
di restoran Cina.
Tidak seperti
kemarin sehabis
makan Arjuan ingin
tidur lebih awal
supaya besok bisa
bangun pagi-pagi
untuk menuju danau
yang indah itu.
Arjuna merasa
senang karena
melihat Jean Claude
Van Damme tampak
puas dan plong bisa
bertemu dengan
anak teman ayahnya
di bumi tempat
kelahiran ayahnya
itu.Jean Claude van
Damme telah
“Sebelum pulang ke
Belanda, saya ingin
pergi juga ke
Minahasa, melihat
Tomohon, tempat
kelahiran ibu saya.”
Oh, ya, itu bisa kita
atur kata saya. Cepat-
cepat ia cium saya
dengan girang.
Katanya,” saya
bangga punya istri
macam kamu
Arjuna sayang. Saya
kedip-kedip mata,
merasa tidak perlu
menanggapinya
dengan kalimat searti
dengan pengakuannya
itu.
√
67
95
19.
Data 19
Arjuna,
Nadeak
melihat suka cita
tempat kelahiran
ayahnya. Syukurlah
kata Arjuna. Tapi
Jean Claude Van
Damme masih ada
yang harus di
datangi sebelum
pulang ke belanda
Jean Calude Van
Damme ingi ke
Minahasa, melihat
Tomohon tempat
kelahiran ibunya,
dan Arjuna berkata
itu bisa di atur
dengan cepat-cepat
Jean Claude Van
Damme cium Arjuna
dengan girang.
Didepan sebuah
rumah makan
Arjuna melihat
sorang gadis kecil
yang bermain
dengan seekor ular
yang besarnya kira-
kira sebesar
betisnya. Ternyata
Jean Claude Van
Damme juga tertarik
Mengejutkan jawaban
anak itu. Dia berkata
dengan tenang,”Ular
itu memang iblis,
Tulang. Tapi sudah
dikuliti, lalu
dipotong-potong, dan
dagingnya dimasak
pakai santan dan
lambok, namanya
„rendang‟lah itu,
√
83
96
20.
Data 20
Jean
Claude
Van
Damme
melihat gadis kecil
yang sedang
memegang ular itu.
Nadeak berbicara
pada gadis kecil itu
dengan bahasa Batak
anak itu juga
menjawab dengan
bahasa Indonesia
dengan konsonan
khas Batak.
Penjelasan yang
disampaikan Jean
Claude Van Damme
kepada Arjuna
bahwa nilai agama
di tanah Batak sudah
tertanam sejak masih
kecil.
Tulang.
Kata suami saya,
“hm, ya, ini bukti
keberhasilan
Nommensen
menginjil di tanah
Batak. Sejak kecil
anak-anak sudah
dia ajar isi
pewartaan alkitab.”
Tapi saya melihat dari
sisi lain. Maka kata
saya, “jawaban anak
itu membuktikan
juga, bahwa dia tidak
peduli pada
pencocokan ular
dengan iblis.”
√
83
97
21.
22.
Data 21
Data 22
Nadeak,
Arjuna
Nadeak,
Arjuna
Nadeak menjelaskan
kepada Arjuna
bahwa dengan
kehadiran
Nommensen di
tanah Batak dapat
membuat
masyarakat Batak
berfikir dengan baik.
Tongkat tunggal
panaluan merupakan
tongkat yang mistis
dan merupakan
warisan budaya yang
ada di tanah Batak
namun sekaranbg
banyak kopiannya
yang di perjual
belikan untuk
cendramata.
“ Kata ibu saya, kak
kesejukan udara dapat
mendorong manusia
yang mukim di
kitarannya dapat
berpikir cendikia.
Dan, anda tahu, kak,
mutu kecendikiaan
halak Batak itu suka
atau tidak makin
meningkat setelah
Nommensen
berhasil membawa
terang roh kudus di
sini.
Bung tahu tentang
tongkat tunggal
panoluan? konon bisa
dibeli di Samosir,
kata saya. ”Ya itu
barang kopian.
Maksudnya, itu
dibuat dibuat
sekarang untuk
cendramata. Dulu,
sejarahnya, tunggal
panaluan dipakai
untuk upacara-
upacara mistik,
dipercayai memiliki
kekuatan supra
natural dan kesaktian
√
√
87
95
98
23.
Data 23
Arjuna,
Amir,
Jean
Claude
Van
Damme
Diluar dugaan
ponsel Arjuna
berbunyi, dan
Arjuna melihat
bacaan aku “sudah
ada di halte kalian
dimana” Arjuna
tingak-tinguk
mencari dari ruang
makan. Dari jarak 10
meter-an Arjuna
malah melihat Si
Polan dan Arjuna
bertanya pada si
Polan anda Bung
Amir dan Amir
menjawab ya akulah
pencopet yang baik
itu bu sambil cepat-
cepat
mengembalikan
dompet milik Jean
Claude Van Damme
yang berisi paspor
yang disematkannya
didalam bajunya dan
Amir mengulurkan
tangan kearah Jean
Claude Van Damme
dan menyerahkan
barang yang
yang menakutkan.
Dengan riang-ria
Jean Claude Van
Damme mengambil
barangnya itu. Dia
meloncat, seperti
anak kijang,
memeluk Amir. Oh
aku senang dipeluk
bintang pilim
kesukaanku,”kata
Amir.” Ayolah kita
berfoto-foto dulu.
√
114
99
24.
Data 24
Jean
Claude
Van
Damme,
Amir,
Arjuna
dicopetnya. Dengan
riang-ria Jean
Claude Van Damme
mengambil
barangnya kembali
dan dia memeluk
Amir.
Jean Claude Van
Damme sudah janji
ingin memerikan
uang pada amir
sebanyak satu juta
rupiah apa bila Amir
benar-benar datang
mengembalikan
dompetnya kembali.
Arjuna merenung
dan merasa bersalah
karena menganggap
orang berjanggut itu
sebagai teroris
karena Amir
mempunyai janggut
yang panjang.
Arjuna berinisiatif
untuk menyalami
Amir dan
menyatakan rasa
terima kasih dan
Jean Claude Van
Damme
Merasa bersalah.
Saya berinisiatif
menyalami Amir,
secara langsung
menyatakan rasa
terimakasih. Dan,
ketika saya masih
bersalaman
dengannya, Jean
Claude Van Damme
memberinya amplop
berisi uang satu juta
rupiah.
√
114
100
25.
Data 25
Arjuna,
Amir,
Jean
Calude
Van
Damme
memeluknya dan
memberinya amplop
yang berisi uang satu
juta ruapiah. Amir
merasa senang dan
memasukkan
amplop yang berisi
uang kedalam
kemejanya.
Karena waktu sudah
masuk jam makan
siang maka Arjuna
dalam menghargai
dan menghormati
Amir dan sekaligus
menyesali prasangka
yang sempat
melintas di
pikirannya maka
Arjuna dengan
sungguhan hati
menawarkan pada
Amir untuk makan
siang bersama. Amir
menjawab tidak usah
karena Amir harus
pulang kesiantar
harus dinas lagi kata
dia. dinas kata
Arjuna ya mencopet
kata Amir. Amir
ketawa dan pamit
Dia ketawa renyah.
Dia pamit. Ternyata
dia datang kesini
dengan istrinya.
Istrinya menunggu di
mobil. Dialah orang
pertama yang tadi
memasuki area parkir
di depan hotel ini.
Saya melambaikan
tangan kepadanya.
juga Jean Claude
Van Damme,
melakukan ini
dengan suka cita,
bangga dan haru.
√
116
101
26.
27.
Data 26
Data 27
Nadeak,
Arjuna
Nadeak,
Arjuna
ternyata Amir
datang dengan
istrinya. Arjuna
melambaikan tangan
kepadanya dan juga
Jean Claude Van
Damme dengan rasa
sukacita, bangga,
dan haru dengan apa
yang dilakukan
Amir.
Nadeak menjelaskan
kepada Arjuna
bahwa alat music
khas adat Batak
terdiri dari beberapa
macam sampai
sekarang warisan
leluhur itu masih
dipakai dalam
setiapa pelaksanaan
adat yang dilakukan
di tanah Batak.
Nadeak menjelaskan
bahwa di daerah
Tapi Bung,
sebenarnya apa
istrumen khas Batak
yang bisa dipakai
dalam upacara adat
Batak? “Yang tadi
itu gondang kata
Nadeak yang
istimewa adalah
ogung. ada empat
jenis ogung yang
dengan bunyi
berbeda waris lama
yang terlestari kini,
masing-masing doal,
oloan,panggora,
ihutan.
Ya, setelah itu
larangan serius
√
√
121
133
102
28.
Data 28
Arjuna,
Nadeak
Batak tidak boleh
melakukan
perkawinan didalam
satu marga karena
siapa yang
melanggar aturan
yang di benaran
tersebut akan
mendapatkan sangsi
yang berat dari
pendiri adat.
Arjuna yang dapat
menyimpulkan
keberhasilan
nommensen
membawa salib ke
daerah Batak, namun
semua itu tidak
dalam adat Batak
adalah yang
dilaraskan melalui
Dalihan Na Tolu,
adalah perkawinan
satu marga.
Peringatannya dalam
bahasa Batak adalah
“Situtungon tu ramba,
sinongnongon tu aek,
Maknanya
disampaikan E.H
Tambunan,
perkawinan semarga
terhukum dengan
nyala api yang di
jatuhkan di air dalam,
intinya kemampuan
tidak monogamy atau
tidak kawin semarga
merupakan ajarann
kesetiaa, menjauh diri
dari dusta atau
keboohongan.
Kesimpulan saya,
yang saya katakana
kepada Nadeak
Nommensen
berhasil membawa
salib karena
kebetulan saja
√
156
103
29.
30.
Data 29
Data 30
Arjuna
Arjuna,
Ucok
berhasil di lakukan
di daerah Batak
mandailing karena
orang Batak
mandailing sudah
lama memeluk
agama islam.
Arjuna yang menaiki
sebuah bukit dan
berdiri melihat
sekelilingnya bahwa
ada bangunan
kuburan yang
mewah, kemewahan
ini hanya bisa dibuat
oleh orang orang
kaya untuk membuat
kuburan semewah
yang dilihat Arjuna
pada waktu itu.
Setelah merapat di
dermaga dari
perjalan ke pulau
samosir Arjuna
kembali melihat
anak kecil yang ikut
menyelam untuk
mencari koin yang di
lemparkan para
waktu itu orang
Batak, terutama
disekitar Toba, masih
animis. Dia tidak bisa
melakukan itu di
daerah-daerah
mandailing.
Sambil berfikir begitu
saya mendaki ke
bukit yang berdiri
bangunan kuburan
yang tampak begitu
masif, mewah, dan
memang hanya
orang orang kaya
yang bisa membuat
bangunan itu.
Hai, Ucok! Seperti
manusia mesin
kelima anak laki-laki
itu secara
berbarengan menoleh
kearah saya. Oh, ya,
saya lupa, kata si
Ucok kecil itu, bahwa
semua anaklaki di
sini, memang biasa di
√
√
187
209
104
31.
Data 31
Jean
Claude
Van
Damme
pengunjung kedalam
danau, dan Arjuna
memanggi si ucok
dari dalam mobil
dan semua anak laki-
laki itu melihat
Arjuna. Tapi si ucok
kecil itu yang
berseru riang
melihat saya karena
saya memberinya
uang Rp 20.000
karena Ucok tidak
dapat koin ketika
mereka menyelam
bersama lalu dia
menyanyi di depan
Arjuna makanya
Arjuna memberinya
uang. Diapun
memanggil Arjuna
dengan sebutan
inang duapuluh ribu.
Jean Claude Van
Damme yang
berusaha membeli
buku dengan uang
yang dimilikinya.
uang tersebut adalah
kekayaan yang
diperolehnya dari
panggil Ucok. Tapi si
Ucok kecil itu satu-
satunya yang berseru
girang melihat saya.
Katanya naïf, oh,
Inang Duapuluhribu!
Saya ketawa, dan
mengerutu senang.
Sialan! gara-gara saya
memberinya Rp
20.000, maka
sekarang dia
memanggil saya
Inang duapuluhribu.
Saya pun memegang
buku itu dan
menunjukkannya
pada sang pemilik
toko. Ini saja berapa.
itu Rp 750.000,00.
Ok kata Jean Claude
Van Damme, Lantas
√
266
105
32.
Data 32
Jean
Claude
Van
Damme,
Nadeak
usahanya sendiri.
Karena rasa hormat
Jean Claude Van
Damme kepada
Nadeak yang telah
memandu Arjuna
dan Jean Calude Van
Damme dan
memberiakan
penjelasan yang baik
tentang tanah
kelahiran ayah dan
ibu Jean Claude Van
Damme selama
perjalan di tanah
Batak maka Jean
Claude Vaan
Damme sebelum
perpisahan di
bandara Kualanamu
dia memeluk
Nadeak.
mengeluarkan uang
dari tas
tentengannya, dan
membayar sambil
berkata kalu ada
buku-buku tua
Belanda tentang
Celebes, saya mau
sekali.
Malahan sebagai
ekspresi rasa
hormat kepada
Nadeak suami saya
memeluknya sambil
menepuk-nepuk
bahunya sebelum
perpisahan di bandara
Kualanamu.
√
274
106
Jumlah
1. Nilai Kekerabatan : 2 buah dat
2. Nilai Religi : 7 buah data
3. Nilai Keturunan : 2 buah data
4. Nilai Hukum : 1 buah data
5. Nilai Konflik : 1 buah data
6. Nilai Kekayaan : 10 buah data
7. Nilai Kehormaan : 10 buah data
8. Nilai Pengayoman : -
Jumlah data yang ditemukan :33 buah data
33.
Data 33
Arjuna,
Jean
Claude
Van
Damme,
Nadeak
Sebelum Arjuna dan
Jean Claude Van
Damme
meninggalkan tanah
Batak Jean Claude
Van Damme
menembahkan uang
sewa taksi milik
Nadeak seper
sepuluh persen dari
honor yang dia dapat
dari ceramah di
Universitas.
Setelah itu Jean
Claude Van Damme
menambah lagi uang
sewa taksinya
sejumlah
sepersepuluh dari
honorarium yang
diperolehnya dari
ceramah di
Universitas. Nadeak
terharu mendapat
tambahan satu
setengah juta rupiah
yang diberikan oleh
Jean Claude Van
Damme.
√
274
107