Upload
dicki-kusmayadi-ir
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia ini banyak kita jumpai bank, baik bank milik negara, swasta,
pemerintah, atau yang lainnya. Salah satu unsur yang sangat diperhatikan oleh bank adalah
kinerja bank tersebut, dengan kata lain yaitu masalah tingkat kesehatannya. Banyak para
pemegang rekening giro, deposito ataupun tabungan ingin mengetahui tingkat kesehatan
suatu bank dimana ia menanamkan dananya. Untuk menilai tingkat kesehatan bank dapat
dinilai dari beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian
adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan.
Secara umum, semakin baik kinerja suatu perusahaan semakin tinggi laba usahanya
dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang saham, juga semakin
besar kemungkinan harga saham akan naik. Meskipun demikian saham yang memiliki kinerja
baik sekalipun, harganya bisa saja turun karena keadaan pasar.
Penelitian untuk menganalisis pengaruh berbagai faktor fundamental terhadap tingkat
harga saham pada berbagai sektor perbankan telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
dengan penggunaan variabel dependen dan variabel independen yang beragam. Namun hasil
akhir dari penelitian ini adalah pengaruh signifikan antara kedua variabel tersebut, walaupun
terdapat hasil signifikan yang relatif kecil.
Atas dasar penelitian diatas, serta teori yang menyatakan nilai saham mewakili nilai
perusahaan (kinerja perusahaan), maka penelitian ini mengambil judul “PENGARUH
RASIO KECUKUPAN MODAL, RETURN ON EQUITY, RASIO MARJIN
PENDAPATAN BERSIH, DAN RASIO ANTARA KREDIT DENGAN TOTAL
DEPOSIT TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI
BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2010-2011”
2
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Adapun beberapa perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana capital adequacy ratio, return on equity, net profit margin ratio, loan to
deposit ratio, dan harga saham pada unit analisis yang diteliti.
2. Seberapa besar hubungan antar variabel bebas capital adequacy ratio, return on
equity, net profit margin ratio, dan loan to deposit ratio
3. Seberapa besar pengaruh capital adequacy ratio, return on equity, net profit margin
ratio, dan loan to deposit ratio terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)
baik secara parsial maupun simultan.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh capital adequacy ratio, return on
equity, net profit margin ratio, dan loan to deposit ratio terhadap harga saham di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
b. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi capital adequacy ratio, return on
equity, net profit margin ratio, dan loan to deposit ratio mampu menjelaskan
varian harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
c. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antar masing-masing variabel bebas
yang diteliti.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah :
a. Manfaat Praktis
1) Bagi pihak investor
3
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan
prediksi harga saham, yang pada akhirnya dapat memberikan sumbangan
informasi bagi pihak investor untuk mengambil keputusan membeli atau tidak
saham tersebut.
2) Bagi pihak perbankan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak
manajemen perbankan dalam penetapan kebijakan terutama menyangkut
keuangan dan kebijakan lain berdasarkan analisis rasio keuangan.
b. Manfaat Teoritis
1) Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam dan mengaplikasikan teori yang
sudah diperoleh, terutama dalam hal menganalisa kinerja keuangan
perusahaan.
2) Bagi peneliti lebih lanjut
Penelitian ini juga diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi untuk
memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai topik-topik yang berkaitan,
baik yang bersifat melanjutkan maupun melengkapi.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Rasio Kecukupan Modal (CAR)
Rasio kecukupan modal adalah rasio yang mengukur pencapaian kecukupan modal mutlak yang diperlukan bagi dunia perbankan sebagai upaya pengembangan usaha dan tindakan antisipasi kerugian (Teddy Hikmat Fauzi,2008:31).
Sedangkan menurut Kasmir (2008:232) mengemukakan bahwa Rasio permodalan adalah rasio yang digunakan untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama risiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih.
Kecukupan pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum terhadap ketentuan berlaku
atau Capital Adequacy Ratio (CAR) dihitung dengan menggunakan formula:
CAR =Modal
X 100 %Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
Sumber: Teddy Hikmat Fauzi, 2008:31
Aktiva tertimbang menurut resiko adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot resiko aktiva tersebut. Yang diklarifikasikan dari yang tidak beresiko (0%) sampai dengan yang beresiko (100%) sehingga hal ini memerlukan antisipasi dalam pemenuhan kewajiban modal bank yang mencukupi rasio ideal. Adapun spesifikasi struktur permodalan yang harus dipenuhi meliputi modal inti dan modal pelengkap (Teddy, 2008:31).
2.1.2. Return on Equity (ROE)
Return on equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya (Kasmir, 2010:204).
Menurut Lukman (2003:120) Return on Equity (ROE) merupakan salah alat utama investor yang paling sering digunakan dalam menilai suatu saham. Dalam perhitungannya, secara umum ROE dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama setahun terakhir.Rasio return on equity digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah
5
dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki bank, perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban modal minimum yang berlaku.Rasio return on equity (ROE) sering digunakan untuk melihat tingkat pengembalian dari dana yang diinvestasikannya. Oleh karena itu, peningkatan dan penurunan return on equity (ROE) mempengaruhi minat dari para investor yang akan berakhir pada putusan investasi yang diambil. Hal ini akan mampu mempengaruhi harga pasar saham.
Walau cara menghitungnya sangat mudah akan tetapi dengan memahami secara
mendalam ROE bisa memberikan gambaran tiga hal pokok :
- Kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitability)
- Efisiensi perusahaan dalam mengelola aset (assets management)
- Hutang yang dipakai dalam melakukan usaha (financial leverage)
Angka ROE merupakan gambaran, berapa yang bisa perusahaan hasilkan untuk setiap
Rp. 100 yang ditanam diperusahaan tersebut.
Return on Equity adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROE =Laba Bersih sebelum Pajak dan Bunga
X 100%Modal Sendiri
Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang saham
pendiri maupun pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin
membeli saham bank yang bersangkutan (jika bank tersebut telah go public).
Perlu dicatat disini, bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank
Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya return on asset dan tidak memasukkan
unsur return on equity. Hal ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas
perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang
dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat.
2.1.3. Rasio Marjin Pendapatan Bersih (NPM)
6
Rasio marjin pendapatan bersih merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasional pokok bank (Kasmir, 2010:235). Rasio ini menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya (Lukman, 2009:120). Sebagaimana hanya dengan perhitungan rasio sebelumnnya, rasio NPM pun mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan pemberian kredit yang dalam praktiknya memiliki berbagai risiko, seperti risiko kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), bunga (negative spread), kurs valas (jika kredit diberikan dalam valas), dan lain-lainnya.
Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap
penjualan bersihnya. Semakin besar nilai NPM berarti semakin efisien biaya yang
dikeluarkan yang berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih. Nilai NPM
berada pada rentang 0 sampai 1, semakin mendekati 1 maka semakin efisien penggunaan
biaya, yang berarti bahwa besar tingkat kembalian keuangan (return) yang akan diikuti
tingginya harga saham.
Hal tersebut disebabkan karena semakin tinggi NPM suatu bank maka akan semakin
tinggi pula keuntungan marjinal yang diperoleh bank tersebut. Sehingga akan diperoleh
tanggapan positif dari pelaku pasar modal terutama dari sudut harga sahamnya. Dengan kata
lain, semakin tinggi NPM maka suatu bank akan semakin tinggi pula harga sahamnya. Rasio
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
NPM =Laba Bersih setelah Pajak
X 100%Pendapatan Operasional
Adapun pendapatan operasional bank itu sendiri didominasi oleh hasil bunga yang
berasal dari kegiatan pemberian kredit yang dalam praktiknya memiliki berbagai risiko,
seperti risiko kredit bermasalah dan kredit macet, bunga, kurs valas (jika kredit diberikan
dalam valas), dan lain-lain.
2.1.4. Rasio antara Kredit dengan Total Deposit (LDR)
Menurut Fred Weston, Rasio Likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek (Kasmir,2010:129).
7
Sedangkan menurut Kasmir (2010:221) rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, bank dapat membayar kembali pencairan dana para deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Pengaturan likuditas bank terutama dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dibayar terutama kewajiban jangka pendek yang ada di bank antara lain adalah simpanan masyarakat seperti tabungan, giro, dan deposito. Bank juga harus mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai.Rasio liquidity dapat diukur dengan menggunakan rasio salah satunya adalah LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR merupakan rasio antara kredit dengan dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, maka akan memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar.
Adapun definisi LDR menurut Lukman Dendrawijaya (2009:116) adalah rasio antara
seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini
menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank.
Loan to deposit ratio tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana yang diberikan sebagai sumber likuidasinya.
Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali
uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan
untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia telah menetapkan
ketentuan sebagai berikut :
1. Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya likuiditas bank
tersebut dinilai tidak sehat.
2. Untuk rasio LDR dibawah 110% diberi nilai 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai
sehat.
8
Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Maka dari itu, sebagian dari praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari loan to deposit ratio suatu bank adalah sekitar 80%. Namun batas toleransi berkisar antara 85% dan 100%.LDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. (Kasmir,2008:225). Rumus untuk mencari loan to deposit ratio sebagai berikut:
LDR =Kredit yang diberikan
X 100%Dana Pihak Ketiga
2.1.5 Pengertian Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham memiliki karakteristik limited risk, yakni pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai jumlah yang disetorkan ke dalam perusahaan. Adapun karekteristik lain adalah saham yang bersifat ultimate control, artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir yang mendapatkan pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk dividen) dan sisa asset dalam proses likuidasi perusahaan, karena pemegang saham memiliki posisi yunior dibandingkan pemegang obligasi atau kreditor (Teddy, 2008:175-179).
2.1.5.1.Harga Saham
Harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi di bursa (pasar sekunder). Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, harganya semakin naik, namun sebaliknya jika semakin banyak investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham, harganya semakin bergerak turun. Secara umum, semakin baik kinerja suatu perusahaan semakin tinggi laba usahanya dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang saham, juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik. Meskipun demikian saham yang memiliki kinerja baik sekalipun, harganya bisa saja turun karena keadaan pasar (Koetin, 1992 :89).
Perubahan harga saham di bursa atau pasar sekunder dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang salah satunya adalah faktor internal perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan faktor
internal perusahaan yang dapat dilihat dari rasio-rasio keuangan perusahaan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ang (1997 : 8) pada dasarnya perusahaan yang baik kinerjanya akan mempunyai harga saham yang tinggi, karena dalam dunia investasi harga saham dapat direfleksikan pada kinerja perusahan, dimana semakin tinggi harga saham maka suatu perusahaan akan dikatakan semakin baik kinerjanya.
9
Saham yang memiliki kinerja baik meskipun harganya menurun keras karena keadaan
pasar yang jelek (bearish) yang menyebabkan kepercayaan terhadap pemodal terguncang ,
saham ini tidak akan sampai hilang jika kepercayaan pemodal pulih. Siklus ekonomi
membaik ataupun hal-hal lain membaik (bullish), maka harga saham yang baik ini akan
kembali naik menjadi resiko dari pemegang suatu saham adalah turunnya harga saham. Cara
mengatasinya adalah menahan saham tersebut untuk waktu yang cukup lama sampai keadaan
pasar membaik kembali.
2.2. Kerangka Pemikiran
2.2.1. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap perubahan harga
saham telah dibuktikan yang diantaranya oleh :
1. Anita Andriani (2007)
Meneliti variable CAR, RORA, ROA, LDR, BOPO dan NPM terhadap perubahan harga saham dengan hasil penelitian diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan antara CAR, RORA, dan LDR terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia secara parsial, artinya Ha diterima. Sedangkan hasil uji parsial untuk ROA, BOPO dan NPM terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia tidak berpengaruh secara signifikan, artinya Ha ditolak. Untuk uji secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X1, X2 , X3, X4, X5 dan X6 secara bersama-sama terhadap variabel Y (Harga Saham) pada perusahaan perbankan go public, Ha diterima. Besarnya pengaruh tersebut adalah 0.521 atau 52.1%. Sedangkan sisanya sebesar 47.9% dipengaruhi faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian tersebut. Untuk besarnya pengaruh secara parsial diketahui bahwa besarnya pengaruh X1 terhadap Y sebesar 11.56%, X2 terhadap Y sebesar 13.76%, X3 terhadap Y sebesar 1.46%, X4 terhadap Y sebesar 15.85%, X5 terhadap Y sebesar 2.65% dan besarnya pengaruh antara X6 terhadap Y sebesar 3.24%.
2. Hanry Dwi Purnomo (2007)
Meneliti variabel CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR terhadap harga saham dengan hasil penelitian secara simultan menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara CAR, RORA, NIM, ROA dan LDR terhadap harga saham. Besarnya kontribusi CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR terhadap harga saham adalah 38,1 % dan sisanya sebesar 61,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Secara parsial CAR memberi kontribusi sebesar 7,90% dengan signifikansi 0,048 < 0,05 sehingga CAR berpengaruh positif terhadap harga saham. RORA memberikan kontribusi sebesar 0,20% dengan signifikansi 0,755 > 0,05 sehingga RORA tidak
10
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham tetapi bersifat positif terhadap harga saham. NIM memberi kontribusi sebesar 5,76% dengan signifikansi 0,093 > 0,05 sehingga NIM tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham tetapi bersifat positif terhadap harga saham. ROA memberikan kontribusi sebesar 9,61% dengan signifikansi 0,029 < 0,05 sehingga ROA berpengaruh positif secara signifikan terhadap harga saham. LDR memberikan kontribusi sebesar 1,61% dengan signifikansi 0,379 > 0,05 sehingga LDR tidak berpengaruh terhadap harga saham dan memiliki hubungan yang negatif terhadap harga saham.
2.3. Diagram Pemikiran
Kondisi dan situasi yang menentukan harga
saham
Adanya direksi atau komisaris
perusahaan yang terlibat tindak
pidana
Risiko sitematis, suatu bentuk
risiko yang terjadi secara
menyeluruh
Efek psikologi pasar yang
mampu menekan teknikal jual beli
saham
Kinerja perusahaan yang terus mengalami
penurunan di setiap waktu
Kebijakan perusahaan dalam
memutuskan untuk ekspansi
Pergantian direksi secara
tiba-tiba
Kondisi mikro dan makro ekonomi
Capital, Asset, Management, Equity, Liquidity
Rasio-rasio keuangan
CAR ROE NPM LDR
Perubahan Harga Saham
11
2.4. Hubungan antar Variabel
2.4.1 .Hubungan Variabel Rasio Kecukupan Modal (X1) Terhadap Harga Saham (Y)
CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan rasio jumlah equity yang diklasifikasikan
terhadap jumlah kredit yang disalurkan, yang menunjukkan kemampuan permodalan dan
cadangan yang digunakan untuk menunjang operasi perusahaan. Pada dasarnya semakin
tinggi CAR maka akan semakin tinggi pula harga saham, karena bank yang mempunyai
modal yang cukup untuk melakukan kegiatan usahanya dan cukup pula menanggung resiko,
apabila bank tersebut di likuidasi. Semakin tinggi CAR juga dapat menggambarkan bank
tersebut semakin solvabel.
Penetapan kecukupan modal yang dihitung dengan rasio CAR memiliki pengaruh
yang terhadap harga saham didasarkan pada penelitian sebelumnya Purnomo (2007), dan
Anita Andriani (2007) yaitu CAR berpengaruh positif terhadap harga saham.
2.4.2. Hubungan Variabel Return on Equity (X2) Terhadap Harga Saham (Y)
ROE memiliki pengaruh yang terhadap harga saham dan rasio ini banyak diamati oleh
para pemegang saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang sahan baru)
serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham pada bank yang bersangkutan
(jika bank tersebut telah go public).
Dengan demikian, ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi para
pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh
laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Kenaikan dalam rasio ini berarti
terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut
akan menyebabkan kenaikan harga saham bank (Dendrawijaya: 2009, 119).
2.4.3. Hubungan Variabel Net Profit Margin (X3) Terhadap Harga Saham (Y)
Digunakannya NPM ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung keuntungan
bersihnya. Semakin tinggi NPM suatu bank berarti semakin baik kinerja bank dari sudut
12
manajemen. Hal tersebut disebabkan karena semakin tinggi NPM suatu bank maka akan
semakin tinggi pula keuntungan marjinal yang diperoleh bank tersebut. Sehingga akan
diperoleh tanggapan positif dari pelaku pasar modal terutama dari sudut harga sahamnya.
Dengan kata lain, semakin tinggi NPM maka suatu bank akan semakin tinggi pula harga
sahamnya. Penetapan management yang dihitung dengan rasio NPM memiliki pengaruh
yang terhadap harga saham secara simultan didasarkan pada penelitian sebelumnya Anita
Andriani (2007) yaitu NPM berpengaruh positif terhadap harga saham.
2.4.4. Hubungan Variabel Loan to Deposit Ratio (X4) Terhadap Harga Saham (Y)
Tinggi rendahnya LDR juga akan mempengaruhi harga saham. Dari aspek likuiditas,
LDR yang tinggi berarti resiko dalam berinvestasi menjadi tinggi. Dengan likuiditas bank
yang rendah maka hal tersebut akan berdampak pada hilangnya kepercayaan konsumen pada
bank tersebut. Kalau masyarakat sudah tidak percaya kepada bank tersebut, maka investorpun
juga akan enggan untuk membeli saham perusahaan yang bersangkutan, dan secara otomatis
akan menurunkan harga saham perusahaan tersebut.
Penetapan liquidity yang dihitung dengan rasio LDR memiliki pengaruh yang
terhadap harga saham didasarkan pada penelitian sebelumnya Purnomo (2007) yaitu LDR
berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham secara parsial maupun simultan.
13
PENGARUH CAPITAL ASSET RATIO, RETURN ON EQUITY, NET PROFIT MARGIN RATIO, DAN LOAN TO
DEPOSIT RATIO TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI)
Rasio Keuangan
Laporan Keuangan
Perusahaan Perbankan
CAR ROE NPM LDR
CAR naik
ROE naik
ROE turun
NPM naik
NPM turun
LDR naik
LDR turun
CAR turun
Kinerja Baik
Kinerja Buruk
Kinerja Baik
Kinerja Buruk
Kinerja Baik
Kinerja Buruk
Kinerja Buruk
Kinerja Baik
Harga Saham Naik
Harga Saham Turun
14
2.4. Paradigma Berfikir
ε
(+)
(+)
(+)
(-)
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan teori dan kerangka berpikir diatas, maka diajukan hipotesis peneletian
sebagai berikut :
1. Jika CAR nilainya naik maka harga saham akan naik.
2. Jika ROE nilainya naik maka harga saham akan naik.
3. Jika NPM nilainya naik maka harga saham akan naik.
4. Jika LDR nilainya turun maka harga saham akan naik.
CAR (X1)
ROE (X2)
NPM (X3)
LDR (X4)
PERUBAHAN HARGA SAHAM (Y)
15
BAB III
BAHAN/SUBJEK/OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Bahan/Subjek/Objek Penelitian
Objek penelitian yang akan diteliti pada penelitian ini adalah perusahaan perbankan
yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang digunakan adalah data
sekunder yang bersumber dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), laporan
keuangan perbankan yang telah diaudit, website resmi bank Indonesia (www.bi.go.id) dan
website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Dan adapun periode data sekunder
yang diambil adalah pada tahun 2009. Sedangkan unit analisis dalam penelitian ini adalah
perusahaan perbankan.
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah kualitatif karena tujuan
diadakan penelitian ini ingin mengetahui seberapa besar derajat hubungan antara Capital
Adequacy Ratio, Return on Equity, Net profit margin, dan Loan to Deposit Ratio terhadap
perubahan harga saham pada perusahaan perbankan di bursa efek Indonesia.
Penelitian ini juga bersifat verifikatif karena penelitian ini bersifat menanyakan
hubungan antara dua hal atau lebih.
3.2.2. Operasional Variabel
Adapun operasional variabel dari variabel-variabel penelitian dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 3.1.Operasional Variabel Penelitian
Variabel Konsep Variabel Indikator SkalaCAR (X1) Rasio kecukupan modal adalah
rasio yang mengukur pencapaian kecukupan modal mutlak yang diperlukan bagi
__________Modal__________Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko
Rasio
16
dunia perbankan sebagai upaya pengembangan usaha dan tindakan antisipasi kerugian (Teddy Hikmat Fauzi, 2008:31)
ROE (X2)
ROE merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. (Kasmir, 2010: 204)
Laba Bersih sebelum Pajak dan Bunga
Modal SendiriRasio
NPM (X3)
NPM merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasional kegiatan pokok bank. (Kasmir, 2010 :235)
Laba Bersih setelah PajakPendapatan Operasional
Rasio
LDR (X4)
Rasio Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, bank dapat membayar kembali pencairan dana para deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. (Kasmir, 2010: 221)
____Kredit yang Diberikan____
Dana PIhak KetigaRasio
Harga Saham (Y)
Harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi di bursa pasar sekunder. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, harganya semakin naik, namun sebaliknya, jika semakin banyak investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham harganya semakin bergerak turun. (Koetin, 1992: 89)
Harga Saham Rata-rata Bulanan pada tahun berikutnya
setelah terbit Laporan Keuangan yang telah di audit.
Rasio
17
3.2.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu.
Identifikasi populasi dalam penelitian ini adalah :
a. Termasuk dalam sektor perbankan yang telah go public
b. Termasuk dalam klasifikasi ICMD.
Populasi dalam penelitian ini adalah sektor perbankan yang go public
di Bursa Efek Indonesia sebanyak 31 bank.
Dengan jumlah 31 Bank yang penulis jadikan populasi maka untuk memperoleh
ukuran sampel digunakan rumus Slovin.
N n = 1 + Ne2
Keterangan :
n = Ukuran Sample
N = Ukuran Populasi
e = Kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sample yang ditolelir,
misalnya 5%.
3.2.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Indonesia Capital
Market Directory (ICMD), laporan keuangan perbankan yang telah diaudit, website resmi
bank Indonesia (www.bi.go.id), dan website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
Dan adapun periode data sekunder yang diambil adalah pada periode 2010-2011. Sedangkan
unit analisis dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan.
Dan data yang digunakan adalah cross section, karena data yang dikumpulkan ada
pada satu waktu namun pada beberapa objek penelitian .
Untuk mendapatkan pengetahuan praktis maupun teoritis, penulis melakukan
18
penelitian kepustakaan dari beberapa buku ilmiah, majalah dan laporan-laporan hasil
penelitian ilmiah yang ada relevansinya dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.
3.2.5. Metode Analisis
Analisis statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda. Model persamaan
analisis regresi dapat dituliskan sebagai berikut:
Yt+1 =β0+β1X1t+β2X2t+β3X3t+β4X4t+ε
Dimana :
Yt+1 = Harga saham rata-rata bulanan pada tahun berikutnya
β0 = Konstanta
β1 … β4 = Koefisien regresi masing-masing variabel independen
X1t = CAR
X2t = ROE
X3t = NPM
X4t = LDR
ε = Error
Menurut Robert D. Retherford mengemukakan bahwa analisis jalur (path analysis) merupakan suatu teknik analisis statistika yang dikembangkan dari analisis regresi berganda. Pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan analisis jalur. Selain itu pula, analisis jalur dapat didefinisikan suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel terikat tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung (Danang Sunyoto, 2011: 1).
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis dan Pembahasan
4.1.1. Pembahasan
Asumsi utama yang mendasari model regresi linear klasik dengan menggunakan
metode OLS adalah:
1. Model regresi linear, artinya linear dalam parameter.
2. Nilai-nilai variabel independent (X) adalah nonstokastik, artinya nilai X dianggap
tetap pada setiap kali percobaan yang dilakukan berulang.
3. Nilai rata-rata error normal.
4. Homoskedastisitas, artinya varians semua variabel adalah sama.
5. Non-multikolinieritas, artinya tidak ada korelasi yang cukup kuat antar variabel
independen dalam model regresi
6. Non-autokorelasi, artinya tidak ada korelasi diantara data (pengamatan) yang
berurutan dalam satu variabel.
7. Distribusi error mendekati sebaran normal.
4.1.2. Uji MultiKolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel bebas.
20
Tabel 4.8
Coefficiens
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error BetaToleranc
e VIF
1 (Constant) 6.588 2.950 2.233 .028
X1 .312 .249 .290 1.853 .046 .781 1.281
X2 .256 .189 .331 1.753 .043 .699 1.430
X3 .041 .151 .070 1.870 .030 .627 1.594
X4 -.355 .257 -.322 -1.981 .034 .765 1.307
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan hasil pengujian multikolinieritas yang dapat dilihat pada tabel 4.8,
terlihat bahwa nilai variance inflation factor (VIF) pada kedua variabel independen memiliki
nilai dibawah angka 10. Demikian juga angka Tolerance lebih dari 0.1. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antara variabel bebas (independent).
4.1.3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi biasanya muncul pada data timeseries, karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Pada data crossection (silang waktu), masalah
autokorelasi relative jarang terjadi. Adapun statistik yang paling umum digunakan untuk
menguji apakah terjadi autokorelasi ataukah tidak adalah statistic Durbin-Watson (DW).
Kriterianya adalah sebagai berikut:
21
Tabel 4.9
Kriteria Autokorelasi
Nilai DW Kesimpulan
Antara du dan 4-du Tidak ada korelasi
Lebih kecil dari dI Ada autokorelasi positif
Lebih besar dari 4-dI Ada autokorelasi negatif
Antara du dan dI Tidak dapat disimpulkan
Antara du an 4-dI Tidak dapat disimpulkan
Cat: du = batas atas (upper) dan dI = batas bawah (lower) didapatkan dari tabel Durbin Watson.
Nilai DW pada output SPSS dapat dilihat padaa tabel Model Summary. Untuk
mengetahui ada tidaknya autokorelasi maka terlebih dahulu dibuat kriteria di atas dengan
melihat nilai du dan dI pada tabel DW. Pada n = 23 (ukuran sampel), k = 4 (jumlah variabel
bebas) dan α = 5 %, diperoleh nilai du =1,78 dan dI = 0,98. Dengan demikian, kriterianya
ialah sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Kriteria Autokorelasi
Nilai DW Kesimpulan
1,78 < DW < 2,22 Tidak ada korelasi
DW < 0,98 Ada autokorelasi positif
DW > 3,02 Ada autokorelasi negatif
1,78 < DW < 0,98 Tidak dapat disimpulkan
1,78 < DW < 3,02 Tidak dapat disimpulkan
22
Tabel 4.11
Model Summary
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .499a .249 .082 1.97840 1.861
a. Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3
b. Dependent Variable: Y
Sumber : Data Olahan
Dari tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa nilai DW pada penelitian ini sebesar
1,861. Hasil tersebut jika dibandingkan dengan Kriteria Autokorelasi (Tabel 4.9) dapat
diambil kesimpulan bahwa tidak ada Autokorelasi.
4.2.4. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Adapun alat pengujian
yang digunakan oleh penulis adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
terikat (SRESID) dengan redsidualnya (ZPRED).
23
Gambar 4.1
Scatterplot
Sumber : Data Olahan dari Lampiran 4
Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas yang dapat dilihat pada gambar 4.5,
pada bagian diagram scatterplot nampak bahwa tidak ada pola yang jelas dan teratur serta
titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
Secara tidak langsung memang tidak terlihat seperti ada pola teratur pada gambar
scatterplot diatas, hal tersebut diperkirakan terjadi karena varians yang tidak sama.
4.2.5. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan
variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Adapun alat pengujian
yang digunakan oleh penulis yaitu dengan menggunakan analisis grafik.
24
Gambar 4.2
Histogram
Sumber : Data Olahan dari Lampiran 4
Gambar 4.3
Normal P-Plot of Regression Standardized Residual
Sumber : Data Olahan dari Lampiran 4
25
Berdasarkan hasil pengujian yang dapat dilihat pada grafik histogram (Gambar 4.6)
maupun plot normal (Gambar 4.7) dapat disimpulkan bahwa distribusi data mendekati normal
karena tidak ada penyimpangan yang cukup mencolok dari kurva maupun garis normal.
Sehingga dapat dikatakan bahwa asumsi normalitas terpenuhi.
4.3. Pembahasan
Sebelum melakukan analisis data statistik, penulis mencoba memaparkan analisa yang
berkaitan dengan data dari tiap variabel dalam penelitian ini yakni variabel Capital Adequacy
Ratio (X4), Return on Equity (X2), Net Profit Margin (X3) , Loan to Deposit Ratio (X4)
terhadap Harga Saham (Y).
Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode atau teknik analisis regresi
linier berganda. Analisis regresi merupakan teknik statistik yang berguna untuk memeriksa
dan memodelkan hubungan di antar variabel-variabel. Dimana penerapan regresi tersebut
umumnya dikaitkan dengan studi ketergantungan suatu variabel (variabel terikat) pada
variabel lainnya (variabel bebas). Sedangkan analisis regresi linier berganda secara umum
digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua atau lebih variabel bebas.
Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (X4), Return on Equity (X2),
Net Profit Margin (X3) , Loan to Deposit Ratio (X4) terhadap Saham (Y) secara parsial.
Dengan bantuan software SPSS 17.00 for Windows, maka hasil dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.12
Coefficients
26
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error BetaToleranc
e VIF
1 (Constant) 6.588 2.950 2.233 .028
X1 .312 .249 .290 1.853 .046 .781 1.281
X2 .256 .189 .331 1.753 .043 .699 1.430
X3 .041 .151 .070 1.870 .030 .627 1.594
X4 -.355 .257 -.322 -1.981 .034 .765 1.307
a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data Olahan dari Lampiran 3
Dari tabel 4.12 diatas pengujian menunjukkan persamaan regresi dengan persamaan
regresi linier yaitu sederhana sebagai berikut:
Y=β0+β1 X1+β2 X 2+β3 X3+β4 X4+ε
Yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Y=6 ,588+0 ,312 X1+0 ,256 X2+0 ,041 X 3−0 ,355 X 4+ε
Dari persamaan regresi diatas dapat dilihat bahwa koefisien regresi (ßi) untuk variabel
Capital Adequacy Ratio bertanda positif artinya variabel tersebut berpengaruh positif
terhadap Saham (Y).
Variabel Capital Adequacy Ratio (X1), memiliki nilai koefisien regresi (ßi) sebesar
0,312. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan variabel Capital Adequacy Ratio (X1),
27
satu satuan nilai akan menaikkan harga saham 0,312 satuan nilai, dengan asumsi variabel
lainnya nol.
Variabel Return on Equity (X2), memiliki nilai koefisien regresi (ßi) sebesar -0,256.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan variabel Return on Equity (X2), satu satuan
nilai akan menaikkan harga saham 0,256 satuan nilai, dengan asumsi variabel lainnya nol.
Variabel Net Profit Margin (X3), memiliki nilai koefisien regresi (ßi) sebesar 0,041.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan variabel Net Profit Margin (X3), satu satuan
nilai akan menaikkan harga saham 0,041 satuan nilai, dengan asumsi variabel lainnya nol.
Variabel Loan to Deposit Ratio (X4), memiliki nilai koefisien regresi (ßi) sebesar -
0,355. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan variabel Loan to Deposit Ratio (X4),
satu satuan nilai akan menurunkan harga saham 0,355 satuan nilai, dengan asumsi variabel
lainnya nol.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (X4),
Return on Equity (X2), Net Profit Margin (X3) , Loan to Deposit Ratio (X4) terhadap
Saham (Y) secara simultlan, maka akan dilakukan pengujian terhadap garis regresi tersebut
melalui hipotesis.
4.3.1. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (X4), Return on Equity (X2), Net Profit Margin
(X3) , Loan to Deposit Ratio (X4) terhadap Saham (Y) Secara Simultan
Setelah asumsi-asumsi klasik linier berganda diperiksa dan dipenuhi maka berikutnya
akan diuji pengaruh Capital Adequacy Ratio (X4), Return on Equity (X2), Net Profit Margin
(X3), Loan to Deposit Ratio (X4) terhadap Saham (Y)Secara Simultan
. Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:
28
Ho : Tidak terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (X4), Return on Equity (X2), Net
Profit Margin (X3) , Loan to Deposit Ratio (X4) terhadap Saham (Y) secara simultan.
H1 :Terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (X4), Return on Equity (X2), Net Profit
Margin (X3), Loan to Deposit Ratio (X4) terhadap Saham (Y) secara simultan.
Untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh empat variabel tersebut secara
simultan terhadap variabel Y adalah dengan melakukan pengujian dengan koefisien
determinasi (R2). Dari hasil pengujian diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) persamaan
regresi yaitu sebesar 0,249 (nilai R-Square pada tabel Model Summary) berikut ini:
Tabel 4.13
Tabel Model Summary
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .499a .249 .082 1.97840 1.861
a. Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3
b. Dependent Variable: Y
Ini berarti secara bersama-sama variabel Capital Adequacy Ratio (X4), Return on
Equity (X2), Net Profit Margin (X3) , Loan to Deposit Ratio (X4) secara bersama-sama
memberikan pengaruh sebesar 24,9% terhadap harga saham. Angka 24,9% disini artinya
setiap perubahan harga saham sebesar 24,9% dipengaruhi oleh perubahan variabel Capital
Adequacy Ratio (X4), Return on Equity (X2), Net Profit Margin (X3), Loan to Deposit Ratio
(X4). Adapun sebesar 75,1% sisanya disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar kedua
variabel tersebut yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini, antara lain Price Earning Ratio,
29
Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan dll.. Statistik uji yang digunakan untuk
menguji hipotesis tersebut ialah uji-F.
Untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh Capital Adequacy Ratio (X4), Return
on Equity (X2), Net Profit Margin (X3) , Loan to Deposit Ratio (X4) terhadap harga saham
(Y) secara keseluruhan, maka dilakukan uji F dengan uji dua pihak dalam taraf nyata 5%
(0,05). Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.14
Tabel ANOVA
ANOVAb
ModelSum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 23.353 4 5.838 3.492 .006a
Residual 70.453 18 3.914
Total 93.807 22
a. Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3
b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan hasil perhitungan yang terlibat pada tabel ANOVA diatas diperoleh nilai
Fhitung sebesar 3,492. Sedangkan nilai Ftabel pada taraf nyata (α) 5 % dengan derajat bebas V1 =
k ; V2 = n-k-1 = 23 – 4 – 1 = 18 ialah 2,93. Nilai F di atas kemudian dibandingkan dengan
nilai F0.05;(18-4). dari tabel distribusi F di mana diperoleh nilai F0.05;(18-4) sebesar 2,93.
Tabel 4.15
Kesimpulan Pengujian Secara Keseluruhan Nilai Fhitung Nilai Ftabel Kesimpulan
3,492 2,93 Signifikan
Sumber : hasil perhitungan
30
Dari Tabel 4.15 di atas terlihat bahwa nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel sehingga
hasil pengujian yang diperoleh adalah signifikan. Atau dengan kata lain pengaruh yang
terjadi dapat digeneralisir terhadap seluruh populasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak. Atau dengan kata lain secara simultan Capital Adequacy Ratio (X4), Return on
Equity (X2), Net Profit Margin (X3) , Loan to Deposit Ratio (X4) memiliki pengaruh
signifikan terhadap Harga Saham (Y).
4.3.2 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (X4), Return on Equity (X2), Net Profit Margin
(X3) , Loan to Deposit Ratio (X4) terhadap Harga Saham (Y) Secara Parsial
Berikutnya akan diuji pengaruh dari masing-masing variabel Capital Adequacy Ratio
(X4), Return on Equity (X2), Net Profit Margin (X3) , Loan to Deposit Ratio (X4) memiliki
pengaruh signifikan terhadap Harga Saham (Y) secara parsial. Bentuk hipotesisnya adalah
sebagai berikut :
Ho : Tidak terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (X4), Return on Equity (X2), Net
Profit Margin (X3) , Loan to Deposit Ratio (X4) terhadap Harga Saham (Y)
H1 : Terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (X4), Return on Equity (X2), Net Profit
Margin (X3) , Loan to Deposit Ratio (X4) terhadap Harga Saham (Y).
Statistik uji yang digunakan untuk menguji hipotesis diatas adalah uji – t. Untuk
mengetahui pengaruh langsung secara individual, maka harus dilakukan uji t terlebih dahulu.
Langkah pengujiannya sama seperti pada uji F.
Terlebih dahulu harus dicari nilai thitung dari masing–masing Capital Adequacy Ratio
(X4), Return on Equity (X2), Net Profit Margin (X3) , Loan to Deposit Ratio (X4) Setelah
itu nilai thitung tersebut dibandingkan dengan nilai t di tabel. Jika nilai thitung lebih besar dari
nilai ttabel, maka hipotesis signifikan, artinya bahwa pengaruh yang terjadi dapat digeneralisir
31
terhadap seluruh populasi. Sebaliknya apabila nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel, maka
hipotesis tidak signifikan, artinya pengaruh yang terjadi tidak dapat digeneralisir terhadap
seluruh populasi.
Berdasarkan hasil pengolahan data sebagaimana terlihat pada tabel Coeffecients
(Tabel 4.16) diperoleh nilai thitung.
Tabel 4.16
Coefficients
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error BetaToleranc
e VIF
1 (Constant) 6.588 2.950 2.233 .028
X1 .312 .249 .290 1.853 .046 .781 1.281
X2 .256 .189 .331 1.753 .043 .699 1.430
X3 .041 .151 .070 1.870 .030 .627 1.594
X4 -.355 .257 -.322 -1.981 .034 .765 1.307
a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data Olahan dari Lampiran 3
Dari tabel Coefficients (Tabel 4.16) diatas, maka dapat diambil kesimpulan seperti
yang tertera dalam tabel thitung dari masing-masing variabel bebas seperti dibawah ini.
Sedangkan nilai ttabel ialah nilai distribusi t-student pada taraf nyata (α) 5 % dengan derajat
bebas 18. Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
78
32
Tabel 4.17Kesimpulan Pengujian Secara Individual
Variabel Nilai thitung Nilai ttabel Kesimpulan
X1 1,853 1.73 Signifikan
X2 1,753 1.73 Signifikan
X3 1,870 1.73 Signifikan
X4 -1,981 1.73 Signifikan
Sumber : hasil perhitungan
Dari Tabel 4.17 di atas terlihat bahwa keempat variabel memiliki pengaruh yang
signifikan. Artinya apabila terjadi perubahan sedikit saja pada variabel Capital Adequacy
Ratio (X4), Return on Equity (X2), Net Profit Margin (X3) , Loan to Deposit Ratio (X4), maka
akan langsung terjadi perubahan yang berarti pada variabel Harga Saham (Y). Selain itu
pengaruhnya dapat digeneralisir terhadap seluruh populasi.
4.4. Implikasi Penelitian
Secara simultan Capital Adequacy Ratio (X1), Return on Equity (X2), Net Profit Margin (X3) , Loan to Deposit Ratio (X4) secara bersama-sama memberikan pengaruh sebesar 24,9% terhadap harga saham, secara parsial Capital Adequacy Ratio (X1) mempengaruhi Harga Saham (Y) sebesar 31,2 %, Return on Equity (X2) mempengaruhi Harga Saham (Y) sebesar 25,6%, Net Profit Margin (X3) mempengaruhi Harga Saham (Y) sebesar 4,1% dan Loan to Deposit Ratio (X4) mempengaruhi Harga Saham (Y) sebesar 35,5%.
Secara Simultan Capital Adequacy Ratio, Return on Equity, Net Profit Margin, Loan to Deposit Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham, Secara Parsial keempat variabel memiliki pengaruh yang signifikan. Artinya apabila terjadi perubahan sedikit saja pada variabel Capital Adequacy Ratio, Return on Equity, Net Profit Margin, Loan to Deposit Ratio maka akan langsung terjadi perubahan yang berarti pada variabel Harga Saham.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Secara Simultan Capital Adequacy Ratio (X1), Return on Equity (X2), Net Profit
Margin (X3), Loan to Deposit Ratio (X4) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga
Saham (Y). Atau dengan kata lain pengaruh yang terjadi dapat digeneralisir terhadap seluruh
populasi.
Secara Parsial keempat variabel memiliki pengaruh yang signifikan. Artinya apabila
terjadi perubahan sedikit saja pada variabel Capital Adequacy Ratio (X1), Return on Equity
(X2), Net Profit Margin (X3), Loan to Deposit Ratio (X4) maka akan langsung terjadi
perubahan yang berarti pada variabel Harga Saham (Y), Selain itu pengaruhnya tidak dapat
digeneralisir terhadap seluruh populasi.
5.2 Saran
1. Supaya Harga saham bisa meningkat hendaknya perusahaan menaikkan komponen-
komponen yang berkaitan atau yang mempengaruhi Harga Saham misalnya faktor-faktor
tersebut adalah ukuran perusahaan atau pertumbuhan perusahaan.
2. Untuk para Investor hendaknya memperhatikan perusahaan yang benar-benar mempunyai
Capital Adequacy Ratio, Return on Equity, Net Profit Margin, yang tinggi karena kalau
Capital Adequacy Ratio, Return on Equity, Net Profit Margin, tinggi maka harga saham
akan naik.
1