Resin Akrilik

  • Upload
    pakdok

  • View
    30

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tttttttt

Citation preview

Alat dan bahan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Resin akrilik adalah resin termoplastik, yang merupakan senyawa kompon non metalik yang dibuat secara sintesis dari bahan bahan organik. Resin akrilik dapat dibentuk selama masih dalam keadaan plastis, dan mengeras apabila dipananskan. Pengerasan terjadi oleh karena terjadinya reaksi polimerisasi adisi antara polimer dan monomer.

Resin akrilik telah banyak aplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi, sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Oleh karena itu alangkah baiknya kita mengetahui lebih lanjut tentang cara manipulasi ataupun sifat sifat dari resin akrilik dengan melakukan serangkaian studi praktikum, dan nantinya dalam penggunaan atau aplikasinya bisa tercapai dengan baik.1.2. Tujuan

1. Mengerti, memahami dan bisa melakukan cara manipulasi resin akrilik

2. Mengerti dan memahami sifat-sifat resin akrilik

3. Mengetahui nilai Resin Akrilik sebagai bahan restorasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Acrylic berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau yang tajam. Bahan ini berasal dari Asam Acrolain atau gliserin aldehida. Secara kimia dinamakan polymetil metakrilat yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang batu. Bahan ini disediakan untuk kedokteran gigi berupa cairan (monomer) monometil metakrilat dan dalam bentuk bubuk (polimer) polimetil metakrilat.

Penggunaan resin akrilik ini biasa dipakai sebagai bahan denture base, landasan pesawat orthodontik (orthodontik base), Basis gigi tiruan, pembuatan anasir gigi tiruan (artificial teeth) dan sebagai bahan restorasi untuk mengganti gigi yang rusak.

Syarat syarat yang dibutuhkan resin akrilik :

1. Tidak toksik dan tidak mengiritasi

2. Tidak larut dalam saliva dan mengabsorbsi

3. Mempunyai modulus elastisitas tinggi

4. Mempunyai proporsional limit tinggi

5. Mempunyai kekuatab impak tinggi

6. Mempunyai fatique strength tinggi

7. Keras serta memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi

8. Estetik cukup baik

9. Radio-opacity

10. Mudah direparasi apabila patah

11. Mempunyai densitas rendah untuk memudahakn retansi dalam mulut

12. Mudah dibersihkan

Macam macam resin akrilik yaitu :

1. Head Cured Acrylic Resin

Resin akrilik dimana dalam pengolahannya membutuhkan curing / pemasakan dengan panas agar diperoleh polimerisasi yang sempurna. Adapun komposisinya ada dua yaitu:

a. Powder

Polimer, polimethyl metacrylate, baik serbuk yang diperoleh dari polimerisasi methyl metacrylate dalam air maupun pertikel yang tidak teratur bentuknya yang diperolah dengan cara menggerinda batangan polimer.

Initiator peroksida berupa 0,2 0,5 % benzoil peroksida. Pigmen tercampur dalam partikel polimer sebanyaj 1%

b. Liquid

Monomer methyl metacrylate, stabilizer sekitar 0,006 % hydroquinone untuk mencegah berlangsungnya polimerisasi selama penyimpanan. Kadang kadang terdapat bahan untuk memacu cross link seperti ethylene glycol dimetacrilat.

2. Self Cured Acrylic Resin

Akrilik ini juga dinamakan autopolymerizing ,dapat juga disebut chemical activated materials. Pada pengolahannya tidak membutuhkan panas.Komposisinya sama dengan bahan heat cured hanya pada self cured cairannya mengandung bahan activator. Zat activator ini umumnya golongan amina organic, dalam hal ini dapat digunakan dimethyl paratoluidine ataupun amina tertier. Akrilik self cured digunakan untuk bahan restorasi, bahan pengisi yang aktif yaitu dipergunakan dalam pembentukan sendok cetak khusus untuk pengambilan cetakan, reparasi gigi tiruan, relining dan rebasing, pada alat orthodonsia yang removable dan untuk penambahan post-dam pada landasan gigi tiruan atas.

Perbandingan bahan akrilik heat cured dengan bahan akrilik self cured sebagai berikut :

Komposisinya sama tapi pada bahan self cured cairannya mengandung bahan activator seperti dimethyl paratoluidin.

Porositas bahan self cured lebih besar daripada heat cured, meskipun ini tidak mudah dilihat pada resin yang diberi pigmen. Hal ini disebabkan oleh karena terlarutnya udara dalam monomer yang tidak larut dalam polimer pada suhu kamar.

Secara umum bahan self cured mempunyai berat molekul rata-rata lebih rendah dan mengandung lebih banyak sisa monomer yaitu sekitar 2-5 %.

Bahan sel cured tidak sekuat heat cured, transverse strength bahan ini kira-kira 80% dari bahan heat cured. Ini mungkin berkaitan dengan berat molekulnya yang lebih ringan.

Mengenai sifat-sifat rheologynya, bahan heat cured lebih baik dari self cured karena bahan self cured menunjukkan distorsi yang lebih besar dari pemakaian. Pada pengukuran creep bahan polimetil metakrilat, polimer heat cured mempunyai deformasi awal yang lebih kecil juga lebih sedikit creep dan lebih cepat kembali dibandingkan dengan bahan self cured.

Stabilitas warna bahan self cured jelek, bila dipakai activator amina tertiar dapat terjadi penguningan setelah beberapa lama.

3. Light Cured Acrylic Resin

Reaksi polimerisasi free radikal addition dapat dilakukan dengan menggunakan sinar tampak (visible light). Dengan cara ini terjadinya polimerisasi tidak mengalami hambatan, terutama oleh karena adanya oksigen pada bagian permukaan akrilik. Alat yang digunakan adalah curing unit, didalamnya terdapat empat buah lampu halogen yang dapat menghasilakan panjang gelombang 400-500 nm.

Sifat sifat fisik resin akrilik :

a. Kekerasan (hardness)sebesar 16-22 KHN yang berarti akrilik mudah terkikis dan tergores.

b. Penghantaran panas, resin akrilik mempunyai sifat penghantar panas dan listrik rendah dibandingkan dengan logam. Penghantar panasnya sebesar 5,7 x 10 kal/detik/cm/oC/cm.

c. Akrilik mengalami pengerutan waktu proses polimerisasi dan pendinginannya.

d. Akrilik menyerap air sebesar 0,45 mgcm.

e. Akrilik tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah dan pelarut organic tapi larut dalam keton dan ester.

f. Adhesi akrilik terhadap logam rendah sehingga memerlukan suatu ikatan mekanis seperti undercut atau permukaan yang kasar.

g. Sifat estetika cukup memuaskan, karena akrilik dapat diberi warna sesuai kebutuhan.

h. Akrilik tidak mempunyai warna dan bau serta tidak menimbulkan gejala-gejala alergi sehingga jaringan mulut dapat menerima dengan baik.

i. Akrilik mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila akrilik mendapat beban atau tekanan yang terus memerus dan kemudian tekanan ditiadakan, maka akan berubah bentuk secara permanen

j. Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik. Hal ini bisa disebabkan tensile stress yang menyebabkan terpisahnya molekul molekul polimer

Perbandingan monomer dan polimer akan menentukan struktur resin. Makin banyak polimer yang dipakai proses polimernya makin lambat dan pengeruta makin berkurang. Perbandingan yang benar antara polimer : monomer = 3:1 (menurut volume) atau 2:1 (menurut berat).

Pencampuran polimer dan monomer harus dilakukan di dalam tempat (mixing jar ) yang terbuat dari keramik atau gelas yang tidak tembus cahaya. Hal ini dilakukan dengan maksud agar tidak terjadi polimerisasi awal/ dini. Bila polimer dicampur dengan monomer akan terjadi reaksi dengan tahap-tahap sebagai berikut :

Tahap I : adonan seperti pasir (sandy stage)

Tahap II: adonan seperti Lumpur basah (mushy stage)

Tahap III: adonan apabila disentuh dengan jari/alat bersifat lekat, apabila ditarik membentuk serat (strangy stage). Butir-butir polimer mulai larut, monomer bebas meresap ke dalam polimer

Tahap IV: adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini sifat lekat hilang dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan bentuk yang kita inginkan.

Tahap V: kenyal seperti karet (rubbery stage). Pad tahap ini telah banyak monomer yang menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi permukaan yang kasar.

Tahap VI: kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini adonan telah menjadi keras dan getas pada permukaannya, sedang keadaan di bagian dalam adukan masih kenyal. (Combe, 1992 : 270-278).

Pengisian ruang cetak atau mould space dengan tesin akrilik Ruang cetak adalah ruang/rongga yang telah disiapkan untuk diisi dengan akrilik. Ruang tersebut dindingnya dibatasi oleh gips dan gips tersbut tetanam dalam kuvet. Sebelum ronggs diisi dengan akrilik terlebih dahulu diolesi dengan bahan separator/ pemisah yang umumnya menggunakan could mould seal (CMS). Ruang cetak diisi dengan akrilik pada waktu adonan mencapai tahap plastis (dough stage). Sewaktu melakukan pengisian ke dalam cetakan pelu diperhatikan :

Cetakan terisi penuh.

Sewaktu dipress terdapat tekanan yang cukup pada cetakan, ini dapat dicapai dengan cara mengisikan dough sedikit lebih banyak ke dalam cetakan. Selama polimerisasi terjadi kontraksi yang mengakibatkan berkurangnya tekanan di dalam cetakan. Pengisian yang kurang dapat menyebabkan terjadi shrinkage porosity.

Agar pengisiannya merata dan padat maka diperlukan pengepressan menggunakan alat hydroulic bench press. Untuk menyempurnakan dan mempercepat polimerisasi maka setelah pengisian dan pengepressan perlu dilakukan pemasakan yaitu di dalam boiling water (air panas) ( Combe,1992 :168,170,272 dan Phillips, 1991 : 215,216 ).

III. METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan BahanAlat :

- Pisau malam

- frasser dan lat pulas

- Pisau model

- straight h.p dan tali bur

- Bowl dan spatula

- masker

- Kuvet dan begel portable

- kompor dan panci

- Press hidrolik

- kuas kecil

- Lampu spirtus

- chip blower

- Mixing jar

- vibrator

- Mesin pulas

Bahan :

- model spacer malam

- baseplate wax

- vaselin

- kertas gosok

- gips putih

- pumice dan cryet

- gips biru

- resin akrilik

3.2 Cara Kerja

1. Lempeng gigit yang digunakan adalah lempeng gigig dari tahap pekerjaan prktikum malam

2. Menutup seluruh tepi lempeng gigit dengan malam sampai batas mukosa bergerak tak bergrak.

3. Melakukan kontur sederhana dengan merapikan seluruh permukaan lempeng gigit sampai rata, halus dan mengkilat, digosok dengan air sabun untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada model malam

4. Selanjutnya untuk tahap penanaman menyiapkan kuvet, begel portable, gips putih, gips biru dan vaselin. Melakukan pemeriksaan terhadap kuvet, apakah pasangan kuvet sudah mudah dilepas? Dan melakukan penanaman percobaan, memerikasa apakah seluruh model dapat termuat dalam kuvet, jika tidak melakukan pengurangan tepi tepi model dengan cara mentrimmer model

5. Mengulasi seluruh permukaan model lempeng gigit dengan menggunakan vaselin kecuali model malam

6. Mengaduk gips putih secukupnya dengan konsistensi normal, menuang ke dalam kuvet bawah diatas vibrator hingga terisi penuh bagian, kemudian meletakkan model dalam kuvet, untuk rahang bawah tegak lurus 90o , mencobakan kuvet lawan memperhatikan jarak antara bagian tertinggi model dengan batas bibir atas kuvet lawan, jarak ideal adalah 1 cm, setelah dicapai jarak yang sesuai melepas kembali kuvet lawan

7. Sebelum gips mencapi finnal setting merapikan seluruh permukaan gips pada kuvet, memperhatikan agar jangan sampai ada daerah undercut, terakhir menggosok dengan kertas gosok sehingga seluruh prmukan gips menjadi rata dan halus.

8. Setelah gips putih mencapai finnal setting, mengolesi seluruh permukaan dengan vaselin kecuali model malam, mengaduk gips biru secukupnya dengan konsistensi kental, mengolesi seluruh permukaan model malam dengan gips biru dengan menggunakan kuas, merapikan dan menghindari terjadinya daerah undercut

9. Setelah gips biru mencapai finnal setting, mengkatupkan kuvet lawan, mengaduk gips putih kemudian menuang ke dalam kuvet diatas vibrator sampai penuh, tutup kuvet, merapikan, membuang sisa sisa gips yang keluar dari mulut kuvet. Meletakkan kuvet pada press portable kemudian peress dengan kekuatan maksimal lalu membiarkan mencapi finnal setting

10. Tahap selanjutnya adalah tahap burning out atau buang malam, pada tahap ini disiapkan kompor dan panci. Mendidihkan air dalam panci, banyaknya air diperkirakan hingga seluruh permukaan kuvet nantinya terendam dalam air. Setelah mendidih masukkan kuvet dan press portable kedalam panci dibiarkan selama 5 menit.

11. Setelah 5 menit mengangkat kuvet dan press portable dari atas panci, membuka press portable hingga kuvet terlepas, memisahkan kuvet atas dengan kuvet bawah, memperhatikan cara mengungkit.

12. Setelah kuvet terpisah, memeriksa daerah mould space, jika masih terdapat malam menyiram dengan air mendidih, memastikan seluruh mould space bebas dari malam . Kemudian membiarkan setengah dingin.

13. Tahap selnjutnya adalah packing akrilik. Dengan menggunakan kuas, mengulasi seluruh permukaan model dengan menggunakan bahan separator ( CMS ), ditunggu sampai kering. Menyiapkan cellophan dan merendam dalam air.

14. Menyiapkan monomer dan polimer akrilik dengan perbandingan 2 : 1 menurut volume dan 3 :1 menurut berat.

15. Menuang monomer ke dalam mixing jar menambahkan polimer kemudian mengaduknya sampai homogen, menutup mixing jar agar terhindar dari sinar matahari, didiamkan, ditunggu sampai campuran akrilik mencapai fase dough stage.

16. Setelah mencapai dough stage ambil dari mixing jar, dibagi menjadi dua bagian sama basar, diaplikasikan masing masing bagian kedalam kuvet atas dan bawah, ditambahkan sedikit monomer kemudian menutup kuvet bawah dengan cellophan, memasang kuvet lawan lalu di press dengan press hidrolik, ditekan sampai mencapai 900 psi, dipertahankan sampai 10 detik, lalu perlahan lahan dilepaskan tekanan hingga mencapai 0, kuvet dikeluarkan dari press hidrolik.

17. Memisahkan kuvet, melepaskan cellophan, membuang kelebihan akrilik dengan pisau model, menambahkan monomer, menutup kembali dengan cellophan kemudian mengkatupkan kembali dengan cellophan kemudian mengkatupkan kembali kedua kuvet. Meletakkan kuvet pada press hidrolik kembali, ditekan hingga mencapai tekanan 1200 psi dipertahankan 10 detik, memisahkan kedua kuvet, merapikan kembali akrilik, membuang kelebihan akrilik lalu menambahkan sedilit monomer pada masing masing kuvet kemudian katupkan kembali, pada tahap ini tanpa menggunakan cellophan. Meletakkan kuvet pada press hidrolik memberi tekanan sebesar 1500 psi mempertahankan 10 detik, lalu membuka tekanan press keluarkan kuvet dan letakkan kuvet pada press portable, memutar hingga mencapi kekuatan maksimal, lalu merendam kuvet dalam air selama 8 jam.

18. Tahap selanjutanya adalah proses pemasakan akrilik. Masak air dalam panci, banyaknya air diperkirakan cukup sampai seluruh permukaan kuvet terendam, pada saat air mendidih kuvet dan begel portable dimasukkan ke dalam panci kemudian ditunggu hingga air mendidih kembali lalu dipertahankan selama 20 menit. Setelah itu api dimatikan dan kuvet dibiarkan ke dalam panci hingga air mencapai suhu normal kembali.

19. Tahap berikutnya adalah tahap finishing. Mengeluarkan kuvet dan press portable dalam panci kemudian melepaskan kuvet dari press portable, memisahkan kedua kuvet, arah ungkitan diperhatkan. Setelah terpisah mengeluarkan model dari dalam kuvet, diusahakan agar model tetap utuh (tidak pecah). Memisahkan lempeng akrilik dengan model, memperhatikan arah ungkitan.

20. Melakukan tahap finishin dengan merapikan lempeng akrilik, menggunakan straight hand piece dan fraser, membentuk lempeng sesuai outline dan membebaskan daerah mukosa bergerak tidak bergerak.

21. Tahap selanjutnya adalah polishing, meratakan permukaan lempeng akrilik dengan menggunakan kertas gosok, setelah rata dan halus dipulas dengan mesin pulas dengan menggunakan pumice dan cryet.

22. Hasil maksimal adalah lempeng akrilik yang halus, rata dan mengkilat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari pelaksanaan praktikum diperoleh hasil:

1. Hasil fiksasi lempeng gigit yang terbuat dari malam mengalami penipisan di bagian tepinya

2. Tanam malam ,rahang bawah tegak lurus dalam kuvet dengan hasil yang halus tidak porus dan tanpa ada daerah under cut

3. Buang malam, didapat hasil kuvet lawan yang halus dan tidak porus

4. Setelah packing akrilik dan pemasakan didapat hasil kasar yang belum rapi tapi tidak porus

5. Hasil akhir setelah dilakukan pemolesan dan penghalusan adalah cetakan resin akrilik yang halus, homogen dan mengkilat

4.2 Pembahasan

Dalam percobaan yang telah dilakukannini akrilik yang digunakan adalah bermerek QC-20 dan bertipe heat cured. Secara umum jenis dari akrilik bertipe heat cured yang digunakan dalam percobaan ini, untuk berpolimerasinya dibantu dengan penekanan tertentu dan dipanaskan dengan suhu tertentu dalam waktu yang tertentu pula.

Pembentukan mould space

Mould space dibentuk dari malam yang direkatkan pada model rahang dan dibentuk sesuai dengan keadaan rahang dan outline formnya dimana malam beserta modelnya ditanam dalam gips di kuvet. Kemudian malam ini dibuang dengan cara digodok ( 10 menit dan disiram dengan air mendidih sehingga bekas malam ini terbentuk rongga dan rongga inilah yang disebut mould space yang akan ditempati akrilik.

# Persiapan model malam

Pada saat pembentukan mould space ini pada tahap awal dilakukan penutupan celah yang ada pada tepi malam dengan malam cair hal ini bertujuan agar pada saat penanaman tidak ada gips yang masuk. Selain itu juga bertujuan untuk memberikan kesempatan pada operator untuk melakukan finishing.

# Penanaman / investing

Untuk penanaman igunakan gips putih karena jenis gips ini gips memerlukan detail dan kehalusan yang baik sedangkan gips biru yang mempunyai ukuran partikel yang lebih kecil dan halus dipergunakan pada pembukaan kuvet maka permukaan gips pada kuvet bagian atas dan bawah masing-masih diolesi dengan bahan separator yaitu vaselin.

# Pembuangan malam

Pada pembuangan malam iniyang perlu diperhatikan adalah suhu air yang besarnya (1000 C sedang lama perebusan 10 menit. Waktu perebusan harus tepat, bila terlalu lama malam yang ada akan mencair dan merembes kepori-pori gips, hal ini berpengaruh jelak pada hasil permukaan mould space yaitu bahan separator CMS tidak dapat menempel dan melapisi secara sempurna.

Manipulasi Bahan Akrilik

* Pencampuran

Pencampuran bahan akrilik ini harus sesuai dengan perbandingan antara powder atau polimer dengan liguid atau monomer yaitu 3 : 1. Bila ratio terlalu tinggi maka akrilik yang telah digodok akan bergranula dan bila terlalu rendah kontraksi yang terjadi akan lebih besar. Pada pencampuran tempat yang digunakan terbuat dari bahan porselen atau dari bahan kaca yang tertutup karena akrilik ini prosesnya melalui polimerisasi dan bila tempat yang digunakan terbuat dari plastik maka bagian dari tenpat berjenis polimer tersebut akan ikut bereaksi dalam reaksi polimerisasi adonan gips, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tempat yang tertutup untuk meminimalkan pengaruh-pengaruh dari luar yang nantinya akan mengurangi tingkat keberhasilan dalam pencetakan akrilik. Misalnya sinar matahari, kelembaban udara dan faktor yang lain.

* Pengisian

Pada tahap ini diawali dengan pemberian bahan separator yaitu CMS. Tujuan dari bahan separato ini adalah :

a. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan ( gips ) yang berpolimerisasi disana sehingga menghasilkan permukaan yang kasar dan merekat dengan bahan cetakan/ gips.

b. Mencegah air dari bahan cetak masuk kedalam akrilik.

Adonan yang dimasukkan kedalam mould space yang ideal pada stadium dought, hal itu dipengaruhi oleh :

1 Ukuran partikel polimer dimana partikel yang lebih kecil lebih cepat larut dan labih cepat tercapai konsistensi liat.

2. Berat molekul polimer, lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk konsistensi liat.

3. Terdapatnya plastisier, ini mempercepat terbentuknya dought.

4. Suhu, pembentuikan dought dapat diperlambat dengan menyimpan campuran didalam freezer.

5. Perbandingan polimer/ monomer, bila tinggi waktu lebih singkat.

Sedangkan penekanan pendahuluan baik yang I dan II dan penggunaan kertas selopan bertujuan untuk mengontrol kelebihan dari adonan akrilik. Tujuan pemberian monomer/ cairan pada proses pembuangan kelebihan akrilik karena monomer dari akrilik mudah menguap sehingga dengan adanya pemberian ini menjaga agar perbandingan powder dan liquid tetap. Setelah pengepresan terakhir kuvet beserta press direndam dalam air untuk mempertahankan tekanan yang sudah ada dan mengindari menguapnya dari monomer.

* Kiur/ pemanasan

Karena tipe akrilik ini adalah heat cured maka polimerisasinya dibantu dengan pemanasan. Cara dari pemanasannya yaitu dengan memanaskan pada air mendidih yang suhunya kira-kira 1000 C selama 20 menit.

* Pendinginan

Kuvet yang masih dalam press dibiarkan perlahan karena selam pendinginan terdapat kontraksi antara bahan cetakan dan akrilik yang menyebabkan timbulnya stress dalam polimer.

* Deflasking/ pelepasan

Pelepasan akrilik ini sulit dilakukan karena :

a. Tebal tipisnya lapisan yang dibentuk CMS pada waktu mengering. Keadaan akrilik setelah dilepas terdapt kelebihan dipinggir cetakan akrilik hal itu dapat ditanggulangi dengan cara mengurangi dan merapikan sesuai dengan outline formnya pada waktu finishing. Akrilik tidak patah karena pendinginan yang dilakukan berhati-hati. Tidak terdapat porus karena mould space karena pencampuran yang sudah homogen. Akrilik berwarna merah muda pucat seharusnya berwarna merah muda. Hal ini dikarenakan cara pemanasan yag salah suhu yang digunakan terlalu tinggi.

b. Pemberian bahan separator tidak sepenuhnya menempel pada permukan mould space yang hal ini disebabkan karena ada malam yang masih menempel pada proses pembuangan malam.

* Penyelesaian / finishing

Pada tahap ini dilakukan pemotongan bagian-bagian yang berlebih. Merapikan pinggiran akrilik dan meratakan permukaan akrilik dengan bor stone, fraiser dan amplas halus.

* Pemolesan/ polishing

Pemolesan ini erupakan tahap terakhir dalam manipulasi gips. Bahan yang digunakan untuk pemolesan pertama kali adalah pumish yang merupakan bahan dari batu apung yang dipergunakan dalam suspensi dalam air. Bahan selanjutnya dipoles dengan bahan yang lebih halus yaitu whiting yang dipergunakan dalam bentuk suspensi dalam air. Pemolesan ini dilakukan sampai permukaan akrilik halus dan mengkilap. Setelah itu diaplikasikan dalam model rahang yang baik yaitu pada waktu dilepas mudah dan pada waktu posisi terbalik akrilik tetap pada model rahang atau tidak jatuh.

V. KESIMPULAN

Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Diperlukan pengetahuan dari operator tentang resin akrilik, dan kehati- hatian dalam memanipulasi sehingga didapat hasil manipulasi yang baik

2. Sifat-sifat fisik resin akrilik adalah :

a. Kekerasan (hardness)sebesar 16-22 KHN.

b. Penghantaran panas.

c. Akrilik mengalami pengerutan waktu proses polimerisasi dan pendinginannya.

d. Akrilik menyerap air sebesar 0,45 mg/cm.

e. Akrilik tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah dan pelarut organic tapi larut dalam keton dan ester.

f. Adhesi akrilik terhadap logam rendah.

g. Sifat estetika cukup memuaskan

h. Akrilik tidak mempunyai warna dan bau serta tidak menimbulkan gejala-gejala alergi

i. Akrilik mempunyai sifat cold flow,

j. Retak (crazing ), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik.

DAFTAR PUSTAKA

Combe, E.C. 1992. Sari dental Material. Alih bahasa : drg Slamet Tarigan,Ms,Phd. Jakarta : Balai Pustaka.

OBrien dan Gunnar Ryge.1985. An Outline of Dental Materials and Their Selection. 9th edition. Philadelphia USA : W.B Saunders Company.

Phillips, W Ralph.1991. Science of Dental Materials. Philadelphia USA : W.B Saunders Company.