Resist Ens i

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rsistensi obat antibiotik

Citation preview

I. DEFINISI RESISTENSIResistensi adalah mekanisme tubuh yang secara keseluruhan membuat rintangan untuk berkembangnya penyerangan atau pembiakan agent menular atau kerusakan oleh racun yang dihasilkannya.Resistensi antibiotika timbul bila suatu antibiotika kehilangan kemampuannya untuk secara efektif mengendalikan atau membasmi pertumbuhan bakter; dengan kata lain bakteri mengalami resistensi dan terus berkembangbiak meskipun telah diberikan antibiotika dalam jumlah yang cukup untuk pengobatan.J. KLASIFIKASI RESISTENSIResistensi antibiotika dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok,yaitu resistensi alami dan resistensi yang didapat.1. Resistensi alami.Resistensi alami merupakan sifat dari antibiotika tersebut yang memang kurang atau tidak aktif terhadap kuman, contohnya Pseudomonas aeruginosa yang tidak pernah sensitive terhadap chloramphenicol.1. Resistensi yang di dapat.Resistensi yang didapat yaitu apabila kuman tersebut sebelumnya sensitive terhadap suatu suatu antibiotika kemudian berubah menjadi resisten, contohnya ialah Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap ceftazidime.K. AKIBAT YANG TIMBUL KARENA RESISTENSI ANTIBIOTIKA- Infeksi bakteri resisten antibiotika lebih sulit disembuhkan.- Sakit lebih lama.- Butuh antibiotika lebih kuat (lebih toksik)- Butuh biaya pengobatan lebih mahal- Kematian pada penderita.L. MEKANISME TERJADINYA RESISTENSIUntuk mendapatkan efek terapi,antibiotika pertama kali harus mencapai target kedalam sel kuman. Kuman gram negatif mempunyai outer membrane yang sedikit menghambat antibiotika masuk kedalam sitoplasma. Selanjutnya apabila terjadi mutasi dari lubang pori outer membrane berakibat antibiotika menjadi lebih sulit masuk kedalam sitoplasma atau menurunnya permeabilitas membrane terhadap antibiotika,oleh karena lubang pori dari outer membrane tersebut tidak bersifat selektif maka satu mutasi dari pori tersebut dapat menghambat masuknya lebih dari satu jenis antibiotika.Ada berbagai mekanisme yang menyebabkan suatu populasi kuman mejadi resisten terhadap antibiotika, mekanisme itu antara lain :1. Mikroorganisme memproduksi enzym yang merusak daya kerja obat, contohnya adalah stafilokokus yang resisten terhadap penisilin disebabkan karena stafilokokus memproduksi enzym beta laktam yang memecah cincin beta laktam dari penisilin sehingga penisilin tidak aktif lagi bekerja.2. Terjadinya perubahan permeabilitas kuman terhadap obat tertentu, contohnya adalah streptokokus yang mempunyai barier alami terhadap obat golongan aminoglikosida.3. Terjadinya perubahan pada tempat tertentu dalam sel sekelompok mikroorganisme yang menjadi target obat, misalnya obat golongan aminoglikosida yang memecah atau membunuh kuman karena obat ini merusak sistem ribosom sub unit 30S. Bila oleh suatu hal,tempat/lokus kerja obat pada ribosom sub unit 30S berubah, maka kuman tidak lagi sensitif terhadap golongan obat ini.4. Terjadinya perubahan pada metabolic pathway yang menjadi target obat,misalnya kuman yang resisten terhadap obat golongan sulfonamida, tidak memerlukan PABA dari luar sel, tapi dapat menggunakan asam folat, sehingga sulfonamida yang berkompetisi dengan PABA tidak berpengaruh pada metabolisme sel.1. Terjadi perubahan enzymatik sehingga kuman meskipun masih dapat hidup dengan baik, tapi kurang sensitif terhadap antibiotik, contohnya adalah kuman yang sensitif terhadap sulfonamida yang mempunyai affinitas yang lebih besar terhadap sulfonamida dibandingkan dengan PABA sehingga kuman akan mati.M. ASAL MULA TERJADINYA RESISTENSI KUMAN TERHADAP OBATAsal mula yang menyebabkan Resistensi kuman terhadap obat dibagi menjadi sebab non genetik dan genetik.1. Sebab-sebab non genetikHampir semua obat antibiotika bekerja baik pada masa aktif pembelahan kuman, dengan demikian, populasi kuman yang tidak berada pada fase pembelahan aktif pada umumnya relatif resisten terhadap obat. Misalnya kuman TBC yang tinggal didalam jaringan dan tidak membelah aktif karena adanya mekanisme pertahanan badan, maka pada kondisi ini obat anti TBC tidak dapat membunuh kuman TBC tersebut.1. Sebab-sebab genetikTerjadinya resistensi kuman terhadap antibiotika umumnya terjadi karena perubahan genetik. Perubahan genetik bisa terjadi secara kromosomal maupun ekstra kromosomal dan perubahan genetik tersebut dapat ditransfer dari satu spesies kuman kepada spesies kuman lain melalui berbagai mekanisme,yaitu :1. Resistensi kromosomalResistensi kuman terhadap antibiotika yang mempunyai sebab genetik kromosomal misalnya terjadi karena mutasi spontan pada lokus ADN yang mengontrol susceptibility terhadap obat tertentu, sebagai contoh adalah protein P12 pada ribosom kuman sub unit 30S adalah reseptor dari antibiotika streptomisin. Mutasi pada gen yang mengontrol struktur protein P12 tersebut akan menyebabkan kuman menjadi resisten terhadap streptomisin.1. Resistensi ekstra kromosomalBakteri mengandung pula materi genetik yang ekstrakromosomal yang disebut plasmid. Plasmid adalah molekul DNA yang bulat/sirkuler :- Mempunyai berat 1-3% dari kromosom bakteri- Berada bebas dalam sitoplasma bakteri- Adakalanya dapat bersatu ke dalam kromosom bakteri- Dapat melakukan replikasi sendiri secara otonom-Dapat pula berpindah atau dipindahkan dari satu spesies ke spesies lain.Beberapa contoh dari plasmid adalah:- Faktor RFaktor R adalah satu golongan plasmid yang membawa gen-gen untuk resistensi terhadap satu atau lebih antibiotika dan logam berat. Gen dalarn plasmid yang menyebabkan resisten obat seringkali memproduksi enzim-enzim yang dapat merusak daya kerja obat. Contoh: Plasmid yang menentukan resistensi untuk penisilin dan sefalosporin memproduksi ensim beta laktamase.- ToksinBeberapa toksin dari kuman juga merupakan produk dari plasmid, misalnya Enterotoksigenik Escherichia coli memproduksi toksin yang menyebabkan diare pada anak.- Faktor FFaktor F =fertility factor memegang peranan dalam proses konjugasi Bakteri, yaitu transfer unilateral dari materi genetik antara bakteri sejenis maupun dengan jenis lain dapat terjadi melalui proses konjugasi (kawin).Hal ini dimungkinkan karena adanya faktor F yang menentukan adanya sex pili. Kuman yang mempunyai sex pili disebut kuman F+, dan melalui pilinya tersebut materi genetik dari sel donor (F+) termasuk plasmid DNA-nya dapat berpindah ke dalam sel resipien. Jadi gen-gen tertentu yang membawa sifat resistensi pada obat dapat berpindah dari populasi kuman yang resisten ke dalam kuman yang sensitif. Dengan cara inilah sebagian besar dari sifat resisten obat tersebar dalam populasi kuman dan menimbulkan apa yang disebut multi drug resistance.1. Resistensi silangSatu populasi kuman yang resisten terhadap satu obat tertentu dapat pula resisten terhadap obat yang lain yang mempunyai mekanisme kerja obat yang mirip satu sama lain. Hal ini misalnya terjadi pada obat-obatan yang komposisi kimianya hampir sama, misalnya antara polimiksin B dengan kolistin, eritromisin dengan oleandomisin, dan neomisin dengan kanamisin.N. PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIBIOTIKA1. Antibiotika yang diketahui menimbulkan masalah resistensi harusdibatasi penggunaanya .2. Pemberian resep yang tepat sehingga masyarakat tidak bolehMenggunakan Antibiotik sembarangan tanpa rujukan dokter. Sebab,jenis dan dosis antibiotik pun ada banyak ragamnya.3. Penggunaan dosis yang tepat dimana pemberian antibiotika pada anak tentudosisnya lebih kecil dari orang dewasa.4. Lama pemberian obat yang tepat dimana antibiotika diberikan lebih dari 3hari sehingga kuman betul-betul telah mati.5. Interval pemberian obat yang tepat yaitu ada jenis antibiotik yangdikonsumsi satu kali dalam sehari, dua kali, atau tiga kali sehari. Bahkan,ada juga yang harus mengonsumsinya dua tablet dua kali sehari.O. BEBERAPA JENIS ANTIBIOTIKA SERTA RESISTENNYADibawah ini akan dibahas beberapa kelompok antibiotika serta resistensi yang terjadi :1. PENISILINPenisilin diperoleh dari jamur Penicillium chrysogenum; dari berbagai macam jenis yang dihasilkan, perbedaannya hanya terletak pada gugusan samping R saja, Benzilpenisilin (pen-G) ternyata paling aktif. Sedangkan Sefalosporin diperoleh dari jamur Cephaloritun acremonium yang berasal dari Sicilia (1943).Kedua kelompok antibiotika memiliki rumus bangun serupa, keduanya memiliki Cincin beta-laktam. Cincin ini merupakan syarat mutlak untuk khasiatnya. jika cincin ini dibuka misalnya oleh enzim beta-laktamase (penisilinase atau sefalosporinase), maka zat menjadi inaktif.Pada umumnya penisilinase hanya dapat menginaktifkan penisilin dan tidak sefalosporin, kebalikannya berlaku untuk sefalosporinase.AktivitasPenisilin-G dan turunannya bersifat bakterisid terhadap kuman Gram-positif dan hanya beberapa kuman Gram-negatif. Penisilin termasuk antibiotika spektrum-sempit, begitu pula penisilin-V dan analognya. Ampisilin dan turunannya, sedang sefalosporin memiliki spektrum-kerja lebih luas, yang meliputi banyak kuman Gram-negatif, antara lain H. infiuenzae, E. coli, dan P mirabilis. Beberapa sefalosporin bahkan aktif terhadap kuman Pseudomonas.Sebagaimana telah diutarakan, antibiotika bakterisid ini tidak dapat dikombinasikan dengan bakteriostatika seperti tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin dan asam fusidat. Ini karena zat-zat yang disebutkan terakhir menghambat pertumbuhan sel dan dindingnya.Mekanisme kerja Penisilin melalui dinding-sel kuman terdiri dari suatu jaringan peptidoglikan, yaitu polimer dari senyawa amino dan gula, yang saling terikat satu dengan yang lain (crosslinked) dan dengan demikian memberikan kekuatan mekanis pada dinding. Penisilin dan sefalosporin menghindarkan sintesa Iengkap dari polimer ini yang spesifik bagi kuman dan disebut murein. Bila sel tumbuh dan plasmanya bertambah atau menyerap air dengan jalan osmosis, maka dinding-sel yang tak sempurna itu akan pecah dan bakteri musnah.Resistensi penisilin terjadi dimana kuman untuk melindungi diri terhadap efek mematikan dari antibiotika beta-laktam adalah pembentukan enzim beta-laktamase. Semula hanya Stafilococci dan E. coli berdaya membentuk penisilinase dalam plasmid, yang mengandung gen-gen (faktor keturunan) untuk sifat ini. Tetapi gen-gen tersebut telah ditularkan ke kuman lain dengan jalan penggabungan (konyugasi). Maka, kini kebanyakan kuman memiliki kemampuan ini dan resistensi telah disebarluaskan dengan pesat. Untuk mengatasi masalah resistensi kuman yang amat serius ini, peneliti telah mensintesa dua jenis senyawa, yaitu derivat yang tahan laktamase dan yang memblok laktamase.Zat-zat tahan-laktamase antara lain metisilin dan turunannya (klok_sasilin, flukloksasilin) serta sefalosporin tertentu yang terdiri dari sefotaksim, seftizoksim, dan seftriakson. Molekul dari zat-zat ini mengandung gugus yang mengelilingi dan melindungi cincin beta-laktam. Karena perintangan ruang ini, maka enzim tidak dapat mendekati molekul untuk menguraikannya.Kloksasilin dan turunannya hanya tahan terhadap penisilinase yang berasal dari Stafilococci, untuk laktamase kuman lain, zat-zat ini masih sensitif. Turunan sefalosporin tersebut di atas tahan terhadap bermacam-macam laktamase yang dibentuk berbagai kuman.Sejak akhir tahun 1980-an telah muncul kuman Stafilokok yang ternyata sangat resisten terhadap penisilin tersebut dan sangat meresahkan rumah sakit. Kuman itu dinamakan MRSA (Methicillin Resistent Staphylococcus Aureus). Dalam rentang waktu agak singkat, kuman ini telah menjadi resisten terhadap hampir semua antibiotika. Pengecualian adalah antibiotika dari kelompok glikopeptida: vankomisin dan teikoplanin. Tetapi, akhir tahun 1998 telah ditemukan beberapa suku yang bersifat resisten terhadap vankomisin. Menurut perkiraan, kuman ini akan merajalela dalam rentang waktu yang tidak begitu lama (N Engl J Med 1999;340: 556-7, J Clin. Microbiol 1999; 37: 413-6).Laktamase-blockers antara lain asam klavulanat dan sulbaktam (Unasyn). Senyawa ini merintangi efek laktamase dengan jalan mengikatnya dengan membentuk kompleks. Namun, zat ini tidak berdaya terhadap banyak sefalosporirtase jenis tertentu. Kombinasinya dengan amoksisilin atau ampisilin adalah sangat berharga dalam usaha melawan kuman resisten.2. SEFALOSPORINSefalosporin termasuk antibiotika beta-laktam dengan struktur, khasiat dan sifat yang banyak mirip penisilin. Diperoleh secara semisintetis dari sefalosporin C yang dihasilkan jamur Cephalosporium ncremonium. Inti senyawa ini adalah 7-ACA (7-arnino-cep{utlosporanic acid) yang banyak mirip inti-penisilin 6-APA (6-aminopenicillanic acid). Pada dasawarsa terakhir, puluhan turunan sefalosporin baru telah dipasarkan yang struktumya diubah secara kimiawi dengan maksud memperbaiki aktivitasnya.Spektrum-kerjanya luas dan meliputi banyak kuman Gram positif dan negatif, termasuk E. coli, klabsiella, dan Proteus. Berkhasiat bakterisid dalam fase pertumbuhan kuman, berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya. Kepekaannya untuk beta-laktamase lebih rendah daripada pensilin.Penggolongan menurut khasiat antimikrobanya dan resistensinya terhadap beta-laktamase, sefalosporin lazimnya digolongkan sebagai berikut :a.Generasi ke-1: sefalotin dan sefazolin, sefradin, sefaleksin, dan sefadroksil. Zat-zat ini terutama aktif terhadap cocci Grampositif, tidak berdaya terhadap gonococci, H. influenzae, Bacteroides, dan Pseudomonas. Pada umumnya tidak tahan terhadap laktamase.b.Generasi ke-2: sefaklor, sefamandol, sefmetazol, dan sefuroksim lebih aktif terhadap kuman Gram-negatif, termasuk H. influenzae, Proteus, Klebsiella, gonococci, dan kuman-kuman yang resisten untuk amoksisilin. Obat-obat ini agak kuat tahan-laktamase. Khasiatnya terhadap kuman Gram-positif (Staf. dan Strep.) lebih kurang sama.c.Generasi ke-3: sefoperazon, sefotaksim, seftizoksim, seftriakson, sefotiam, sefiksim, dan sefprozil. Aktivitasnya terhadap kuman Gram-negatif lebih kuat dan lebih luas lagi dan meliputi Pseudomonas dan Bacteroides, khususnya seftazidim, sefsulodin dan sefepim. Resistensinya terhadap laktamase juga lebih kuat, tetapi khasiatnya terhadap stafilokok jauh lebih ringan. Tidak aktif terhadap MRSA dan MRSE (Methicillin Resistant Staphylococcus Epidermis).d.Generasi ke-4: sefepim dan sefpirom. Obat-obat baru ini (1993) sangat resisten terhadap laktamase dan sefepim, juga aktif sekali terhadap Pseudomonas.3. AMINOGLIKOSIDAAminoglikosida dihasilkan oleh jenis fungi Streptomyces dan Micromonospora. Semua senyawa dan turunan semi-sintetisnya mengandung dua atau tiga gala-amino di dalam molekulnya, yang saling terikat secara glukosidis. Adanya gugusan amino, zat-zat ini bersifat basa lemah dan garam-sulfatnya yang digunakan dalam terapi mudah larut di air.Penggolongan Aminoglikosida dapat dibagi atas dasar rumus kimianya, yaitu: Streptomisin mengandung Bata molekul gala-amino dalam molekulnya. Kanamisin dengan turunannya amikasin dan dibekasin, gentamisin dan turunannya netilmisin dan tobramisin, yang semuanya memiliki dua molekul gala yang dihubungi oleh sikloheksan. Neomisin, framisetin, dan paromomisin dengan tiga gala-amino.Spektrum-kerjanya luas dan meliputi terutama banyak bacilli Gram-negatif, antara lain E. coli, H. influenzae, Klebsiella, Proteus, Enterobacter, Salmonella, dan Shigella. Obat ini juga aktif terhadap gonococci dan sejumlah kuman Gram-positif (antara lain Staphyl. aureus/epidermis). Streptomisin, kanamisin, dan amikasin aktif terhadap kuman tahan asam Mycobacterium (tbc dan lepra). Amikasin dan tobramisin berkhasiat kuat terhadap Pseudomonas, sedangkan gentamisin lebih ringan. Tidak aktif terhadap kuman anaerob. Amikasin memiliki spektrum-kerja yang paling luas, sedangkan aktivitas kerja gentamisin dan tobramisin sangat mirip.Aktivitasnya adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan. (Ribosom adalah partikel-partikel kecil dalam protoplasma sel, yang kaya akan RNA, tempat terjadinya sintesa protein). Efek ini tidak saja terjadi pada fase pertumbuhan, melainkan juga bila kuman tidak membelah diri.Resistensi dapat terjadi agak pesat akibat terbentukya enzim yang merombak struktur antibiotikum. Informasi genetis bagi enzim-enzim itu dapat ditulari melalui plasmid, hingga resistensi dapat menjalar ke kuman lain. Streptomisin dan kanamisin paling sering mengalami resistensi, amikasin paling jarang. Kombinasi dengan antibiotika betalaktam menghambat terjadinya resistensi. Di samping itu, kombinasinya juga saling memperkuat kerjanya (potensiasi).4. TETRASIKLINSenyawa tetrasiklin semula (1948) diperoleh dari Streptomyces aureofaciens (klortetrasiklin) dan Streptomyces rimosus (oksitetrasiklin). Tetapi setelah 1960, zat-induk tetrasiklin mulai dibuat secara sintetis seluruhnya, yang kemudian disusul oleh derivat -oksi dan -klor serta senyawa long acting doksisiklin dan minosiklin Khasiatnya bersifat bakteriostatis, hanya melalui injeksi intravena dapat dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spektrum kerjanya luas dan meliputi banyak cocci Gram positif dan Gram-negatif serta kebanyakan bacilli, kecuali Pseudomonas dan Proteos. Begitu pula aktif terhadap mikroba khusus seperti Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata trachoma dan penyakit pada infeksi berat, doksisiklin diberikan secara ix. /infusResistensi terhadap Tetrasiklin adalah perlindungan terhadap ribosom. Perlindungan ini diberikan oleh protein sitoplasma, bila protein sitoplasma ini muncul di sitoplasma bakteri,maka Tetrasiklin tidak akan mengikat ke ribosom.5. MAKROLIDA DAN LINKOMISINKelompok antibiotika ini terdiri dari eritromisin (EM) dengan derivat-derivatnya klaritromisin (KM), roxitromisin (RM), azitromisin (AM), dan diritromisin (DM). Spiramisin dianggap termasuk kelompok ini karena rumus bangunnya yang serupa, yaitu cincin lakton besar (makro) yang mana terikat turunan gula (1,2). Linkomisin dan klindamisin secara kimiawi berbeda dengan eritromisin, tetapi mirip sekali mengenai aktivitas, mekanisme kerja dan pola resistensinya, bahkan terdapat resistensi silangAktivitas Eritromisin bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri Gram positif, dan spektrum kerjanya mirip penisilin-G. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesis proteinnya dirintangi. Bila digunakan terlalu lama atau sering dapat terjadi resistensi.Resistensi pada antibiotika ini adalah dengan mengikat ribosom dengan adanya perubahan pada ribosom oleh enzim rRNA methilase, maka tidak akan terjadi ikatan antibiotika dengan ribosom kuman.6. POLIPEPTIDAKelompok ini terdiri dari polimiksin B dan polimiksin E (= kolistin), basitrasin dan gramisidin, dan bercirikan struktur polipeptida siklis dengan gugusan amino bebas. Berlainan dengan antibiotika lainnya yang diperoleh dari jamur, obat-obat ini dihasilkan oleh jenis bakteri. Polimikcin hanya aktif terhadap kuman Gram-negatif termasuk Pseudornonas, sedangkan basitrasin dan gramisidin terutama terhadap kuman Gram positif.7. KLORAMFENIKOL KEMICETINE. Semula diperoleh dari sejenis Streptomyces (1947), tetapi kemudian dibuat wears sintetis. Antibiotikum brardsyectrum ini berkhasiat terhadap hampir semua kuman Gram-positif dan sejumlah kuman Gram negatif, jugs terhadap spirokhaeta, Chlamydur trachomatis dan Mycoplasma_ Tidak aktif terhadap kebanyakan suku Pseudomonas, Proteus, dan Enterobacter.Penggunaannya berhubung resiko anemia aplastis fatal, kloramfenikol tahun 1970-an jarang digunakan lagi. Dewasa ini hanya dianjurkan pada beberapa infeksi bila tidak ada kemungkinan lain, yaitu pada infeksi tifus dan meningitis, juga pada infeksi anerob yang sukar dicapai obat, khususnya abces otak oleh B. fragdis..Resistensi dapat timbul dengan agak lambat , tetapi resistensi ekstra-kromosomal melalui plasmid juga terdapat, antara lain terhadap basil tifus perut.BAB III PENUTUPA. KESIMPULANTimbulnya resistensi dari populasi kuman terhadap berbagai jenis antibiotika menimbulkan banyak problem dalam pengobatan penyakit infeksi, khususnya di rumah sakit di mana digunakan antibiotika dosis tinggi dan dalam intensitas yang besar, ditambah lagi dengan munculnya jenis kuman yang henjadi sumber utama infeksi. Banyak faktor yng mempengaruhi munculnya kuman resisten terhadap antibiotika, faktor yang paling penting adalah faktor penggunaan antibiotika dan pengendalian infeksi. Oleh karena itu penggunaan antibiotika secara bijaksana merupakan hal yang sangat penting, disamping penerapan pengendalian infeksi secara baik untuk mencegah berkembangnya kuman-kuman resisten tersebut kemasyarakat.B. SARANDianjurkan kepada setiap dokter dimanapun untuk lebih berhati-hati menggunakan obat antibiotika dalam dosis yang cukup tinggi dan mencegah pemakaian obat-obat antibiotika yang poten, sehingga mengurangi atau memperlamb resistensi terhadap antibiotika.Resistensi antibiotika adalah akibat yang harus ditanggung jika menggunakan antibiotika secara tak tepat. Kita butuh dosis yang lebih besar bila terjadi resistensi. Demi menghindari resistensi, berikut ini panduan mengonsumsi antibiotika :1.Habiskan obat yang diresepkan dokter meskipun gejala penyakit membaik. Jika tidak, abtibiotika tidak diberi waktu cukup untuk mengobati infeksi secara menyeluruh, sehingga kelak menimbulkan kekambuhan. Bakteri juga menjadi resisten sehingga antibiotika tak lagi manjur jika Anda kena penyakit yang sama.2.Ikuti petunjuk dokter dengan seksama. Minum obat sesuai anjuran dokter.3.Jangan minum dosis dobel untuk menutup obat yang kelupaan diminum.Terus minum obat sesuai anjuran dokter dan lewati dosis yang kelupaan itu.4.Jangan berbagi antibiotika dengan siapapun.5.Jangan minum antibiotika sisa yang dulu pernah diresepkan. Lebih baik buang saja.6.Jika terjadi efek samping antibiotika atau tak ada tanda perbaikan, konsultasi dengan dokter lagi.7.Simpan obat antibiotika di tempat yang kering dan sejuk. Simpan antibiotika cair di dalam lemari es.DAFTAR PUSTAKAAntibiotika Baru : Berpacu Dengan Resistensi Kuman, Azril Kimin, Januari 2008 APUA: Alliance for the Prudent Use of Antibiotics,Masalah Resistensi Antibiotik Http://www.tufts.edu/med/apua, Januari 2007Mikrobiologi Kedokteran, Jawet, Melnick & adelbergs, Buku 1 hal 224, 2005Medikamentosa , Daniel, Edisi April 2006 (Vol.5 No.9)Obat-obat penting, Khasiat, penggunaan dan efek sampingnya, Hoan Tan Tjay,drs & Kirana Rahardja,drs, penerbit Elexmedia Computindo,hal 63, agustus 2003.Pengantar Epidimiologi Penyakit Menular, Nasry Nur Noor, Prof,Dr,MPH, Penerbit Bineka Cipta hal 27, Pebruari 2006.Resistensi Antibiotik, Hadi Usman, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Jilid III Edisi IV, hal 1703, Mei 2006.