64
MATA KULIAH PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN “Analisis Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Pertumbuhan Sektor dan Subsektor Pertanian Nasional’’ Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Disusun Oleh : KELOMPOK 2 AGRIBISNIS B 2012 Ardelia Defani 150610120040 Novrian Rachmat 150610120046 Nur Annisa Rizkita K 150610120053 Gianti Mega Lestari 150610120063 Tika Rahmadhani 150610120078 Anwar Mujaddid 150610120077 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 1

Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

analisis pertumbuhan ekonomi

Citation preview

Page 1: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

MATA KULIAH PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

“Analisis Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Pertumbuhan Sektor dan

Subsektor Pertanian Nasional’’

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

AGRIBISNIS B 2012

Ardelia Defani 150610120040

Novrian Rachmat 150610120046

Nur Annisa Rizkita K 150610120053

Gianti Mega Lestari 150610120063

Tika Rahmadhani 150610120078

Anwar Mujaddid 150610120077

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015

1

Page 2: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan penulisan makalah

berjudul “Analisis Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Pertumbuhan Sektor dan

Subsektor Pertanian Nasional ”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik

dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulisharapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk semua pihak dan

mendapat ridhoAllah SWT bagi pengembangan pertanian di masa sekarang dan masa yang

akan datang.

Jatinangor, Maret 2015

Penulis

2

Page 3: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

DAFTAR ISI

BAB Halaman

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iii

I PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 3

1.3 Tujuan Makalah.................................................................................. 3

II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 4

2.1 Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi.......................................... 4

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi............................................................. 4

2.1.2 Pembangunan Ekonomi............................................................ 5

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan

Pembangunan Ekonomi...........................................................

7

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi ............................................................. 18

2.3 Ciri – Ciri Proses Pertumbuhan Ekonomi........................................... 17

2.4 Indikator Pembangunan Ekonomi..........................………………..... 17

III PEMBAHASAN

3.1 Analisis Pertumbuhan Ekonomi Nasional...................................... 16

3.2 Analisis Pertumbuhan Sektor dan Subsektor Pertanian

Nasional............................................................................................

24

3.3 Analisis Kontribusi Sektor dan Subsektor Pertanian Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Nasional

28

IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................... 36

3.2 Saran.................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 37

3

Page 4: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah pertumbuhan ekonomi sering digunakan untuk menyatakan perkembangan

ekonomi, kesejahteraan ekonomi, kemajuan ekonomim dan perubahan fundamental ekonomi 

jangka panjang suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi  atau economic growth adalah

pertambahan pendapatan nasional agregatif atau pertambahan output dalam periode tertentu,

misal satu tahun. Atau dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan

kapasitas produksi barang dan jasa secara fisik dalam kurun waktu tertentu.

Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya, pertumbuhan ekonomi menunjukkan

peningkatan secara fisik terhadap produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu Negara.

Peningkatan ini dapat dilihat dari bertambahnya produksi barang industry, berkembangnya

infrastruktur, bertambahnya jumlah sekolah, bertambahnya produksi barang modal dan

bertambahnya sektor jasa.

Setiap Negara akan selalu berusaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal

untuk membawa bangsanya kepada kehidupan yang lebih baik. Setiap pemerintahan akan

mengukur keberhasilan perekonomian Negaranya dengan berbagai metode atau indicator

yang paling representative terhadap perubahan perekonominya. Hal ini tentunya untuk

mengetahui unjuk kerja elemen pemerintahan dan semua pihak yang berkepentingan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia secara umum

yaitu:

Faktor produksi, yaitu harus mampu memanfaatkan tenaga kerja yang ada dan

penggunaan bahan baku industri dalam negeri semaksimal mungkin.

Faktor investasi, yaitu dengan membuat kebijakan investasi yang tidak rumit dan

berpihak pada pasar.

Faktor perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran, harus surplus sehingga

mampu meningkatkan cadangan devisa dan menstabilkan nilai rupiah.

Faktor kebijakan moneter dan inflasi, yaitu kebijakan terhadap nilai tukar rupiah dan

tingkat suku bunga ini juga harus di antisipatif dan diterima pasar.

4

Page 5: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

Faktor keuangan negara, yaitu berupa kebijakan fiskal yang konstruktif dan mampu

membiayai pengeluaran pemerintah.

Sektor pertanian cukup strategis sebagai pemacu pertumbuhan Produk Domestik

Bruto (PDB). Dalam sepuluh tahun terakhir peranan sektor ini terhadap PDB

menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, yaitu rata-rata 4% per tahun. Sejalan dengan

itu, maka dirasakan perlunya secara konsisten melakukan pergeseran paradigma

pembangunan ekonomi dan sektor pertanian yaitu dari orientasi produksi ke pendapatan,

dari sentralistik ke desentralisasi, dari swasembada pangan ke ketahanan pangan, dari

pendekatan komoditi ke pendekatan agribisnis, dari dominasi pemerintah ke swasta, dari

pertanian konvensional ke pertanian modern berkelanjutan.

Agroindustri sebagai subsistem pertanian mempunyai potensi sebagai pendorong

pertumbuhan kawasan ekonomi, karena memiliki peluang pasar yang lebih luas dan nilai

tambah (value added) yang besar. Disamping itu pengembangan agroindustri dapat

menjadi "pintu masuk" (entry point) proses transformasistruktur ekonomi dari pertanian

ke industri. Kegiatan pertanian menghasilkan produk-produk yang sangat strategis bagi

pemenuhan kebutuhan pokok rakyat seperti pangan, pakaian dan perumahan. Pemenuhan

kebutuhan seperti pangan apabila mengandalkan dari negara lain atau impor tentu akan

sangat riskan, karena dapat menimbulkan masalah yang rumit dan biaya mahal

dikemudian hari (Habibie,Nono dan Wardani,1995).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia?

2. Apa saja teori yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi?

3. Bagaimana ciri-ciri pertumbuhan ekonomi?

4. Sebutkan indikator yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

1.3 Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :

1) Untuk memenuhi tugas mata kuliah pembangunan pertanian berkelanjutan

2) Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia

3) Dapat menjelaskan teori pertumbuhan ekonomi

4) Untuk mengetahui ciri-ciri pertumbuhan ekonomi

5

Page 6: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

5) Dapat menjelaskan indikator yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

6

Page 7: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan kemampuan

dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Pertumbuhan

ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang

pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan

sejauh mana aktivitas perekomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada

suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses

penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada

gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki

oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan

masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat.

Dengan perkataan lain bahwa pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada perubahan

yang bersifat kuantitatif (quantitative change) dan biasanya diukur dengan menggunakan data

Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan atau nilai akhir pasar (total market value)

dari barang-barang akhir dan jasa-jasa (final goods and services) yang dihasilkan dari suatu

perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Perlu diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi berbeda dengan pembangunan ekonomi,

kedua istilah ini mempunyai arti yang sedikit berbeda. Kedua-duanya memang menerangkan

mengenai perkembangan ekonomi yang berlaku. Tetapi biasanya, istilah ini digunakan dalam

konteks yang berbeda. Pertumbuhan selalu digunakan sebagai suatu ungkapan umum yang

menggambarkan tingkat perkembangan sesuatu negara, yang diukur melalui persentasi

pertambahan pendapatan nasional riil. Istilah pembangunan ekonomi biasanya dikaitkan

dengan perkembangan ekonomi di negara-negara berkembang. Dengan perkataan lain, dalam

mengartikan istilah pembangunan ekonomi, ahli ekonomi bukan saja tertarik kepada masalah

perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi,

misalnya kepada usaha merombak sektor pertanian yang tradisional, masalah mempercepat

pertumbuhan ekonomi dan masalah perataan pembagian pendapatan (Sukirno, 2006:423)

7

Page 8: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

2.1.2 Pembangunan Ekonomi

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi merupakan dua sisi kehidupan ekonomi yang

erat hubungannya dan saling mempengaruhi. Pembangunan ekonomi mendorong

pertumbuhan ekonomi, sebaliknya pertumbuhan ekonomi memperlancar proses

pembangunan ekonomi. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan

pembangunan ekonomi. Menurut Paul Strecten konsep pertumbuhan fisik harus disertai

dengan perubahan cara berpikir sehingga ia menyimpulkan perlunya pembangunan ekonomi

yang meliputi hal berikut :

- Pertumbuhan yang merupakan realitas fisik yang berwujud dalam bentuk produksi

dan pendapatan

- Perubahan dalam cara berpikir yang tampak dalam perubahan kelembagaan social,

administrasi,sikap dan budaya.

Menurut Simon Kuznects, berdasarkan pengamatannya di Negara-negara maju, ia

menyimpulkan bahwa setiap proses pembangunan ekonomi akan terdapat tiga tanda, yaitu :

- Produksi, baik jumlah maupun jenisnya terus menerus bertambah.

- Teknologi yang terus menerus berkembang

- Agar perkembangan ekonomi itu menjadi unsure yang tidak lepas dari pertumbuhan

teknologi,dibutuhkan penyesuaian kelembagaan ideology dan sikap hidup.

Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo menyatakan pembangunan ekonomi ialah usaha

memperbesar pendapatan per kapita dan menaikan produktivitas perkapita dengan jalan

menambah peralatan modal danmenambah keahlian. Pembangunan mengandung arti

perubahan structural sebab bermaksud untuk memperluas dasar ekonomi dan memperluas

lapangan kehidupan serta mengandung kehendak merubah cara hidup, cara berpikir, cara

menghadapi persoalan untuk menempuh jalan-jalan baru yang dapat membawa kemajuan

atau mengandung kesadaran untuk mengubah keadaan, baik dalam menaikan tingkat

kehidupan, maupun dalam arti menempuh cara kehidupan yang baru. Dalam definisi tersebut

disebutkan bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan dalampendapatan

total dan pendapatan per kapita dengan menghitung adanya pertambahan penduduk disertai

adanya perubahan fundamental (perumbahan mendasar) dalam struktur ekonomi Negara yang

bersangkutan.

8

Page 9: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pertumbuhan ekonomi ukuran

keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif , yaitu adanya kenaikkan dalam standar kehidupan

dan kesejahteraan umum masyarakat,sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat

kualitatif , bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan

dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sector perekonomian seperti dalam

lembaga, pengetahuan dan teknik. Dari pngertian tersebut terkandung empat unsur penting

pembangunan ekonomi.

a) Pembangunan ekonomi mengandung suatu proses perubahan yang terus menerus

b) Pembangunan ekonomi mengakibatkan perubahan social

c) Pembangunan ekonomi berupaya meningkatkan GNP per kapita

d) Pembangunan ekonomi berlangsung dalam jangka waktu yang panjang

Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa perbedaan pembangunan dengan

pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :

Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan Ekonomi

1. Kenaikan jumlah hasil produksi barang

dan jasa

1. Kenaikan kualitas hasil produksi

barang dan jasa

2. Kenaikan jumlah GNP dari tahun ke

tahun dan tidak memperhatikan apakah

presentase kenaikan lebih besar atau

kecil dari presentase kenaikan jumlah

penduduk

2. Kenaikan jumlah GNP dari tahun ke

tahun lebih besar presentase kenaikan

jumlah penduduk

3. Kenaikan GNP tidak disertai perubahan

struktur ekonomi dan perkembangan

IPTEK

3. Kenaikab GNP disertai perubahan

struktur ekonomi dan perkembangan

IPTEK

4. Kenaikan GNP tidak disertai

peningkatan kesejahteraan masyarakat

dan apemertaan distribusi pendapatan

4. Kenaikan GNP disertai peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan

apemertaan distribusi pendapatan

5. Peningkatan pendapatan nasinaol dan

apendapatan per kapita

5. Peningkatan kemakmuran

9

Page 10: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Pembanguan Ekonomi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu

Negara padahakikatnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor ekonomi dan faktor

non-ekonomi.

a. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi mencakup sumber-sumber ekonomi dalam arti luas.

1) Sumber Daya Alam (Natural Resources). Sumber daya alam meliputi tanah dan

kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca,hasil hutan, tambang dan

hasil laut.

2) Sumber Daya Manusia (Human Resources).

Sumber daya manusia sangat menentukan keberhasilan pembangunan melalui jumlah

pendudukdan kualitas penduduk. Jumlah pendudukan yang besar merupakan pasar

potensial untuk memesarkan hasil-hasil produksi dan kualitas penduduk tinggi

memungkinkan tingginya produktivitas.

3) Sumber Daya Modal (Capital Resources).

Dengan memiliki modal, sumber-sumber ekonomi yang potensial dapat diubah

menjadi sumber daya ekonomi riil. Pembentukan modal dan investasi ditunjukan untuk

menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal

sangat peenting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena

barang-barang modal selain memperlancar proses pembangunan juga meningkatkan

produktivitas.

4) Keahlian (Expertise) atau Kewirausahaan (Entrepreneur) dan teknologi.

Faktor keempat ini merupakan faktor yang paling menentukan dibandingkan dengan

tiga faktor diatas. Dengan memiliki entrepreneur yang memiliki kemampuan

mengkoordinasi faktor produksi,pengetahuan dan teknologi serta mngkombinasikan

faktor-faktor produksi sangat membantu usaha peningkatan produksi. Pengusaan

teknologi mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi sebab dengan ilmu

pengetahuan dan teknologi dapat diciptakan cara-cara baru dalam melipat gandakan hasil

produksi.

b. Faktor Nonekonomi

10

Page 11: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

Faktor nonekonomi mencakup :

1) Kondisi social kultur atau social budaya yang hidup di masyarakat;

2) Keadaan politik

3) Sistem yang berkembang dan berlaku.

4) Kriteria Pengukuran Keberhasilan Pembangunan Ekonomi :

a) Pendapatan Nasional

Tingkat pendapatan nasional yang tinggi menandakan kapasitas produksi nasional

yang tinggi. Hal ini berarti jumlah barang dan jasa yang dihasilkan besar dan tingkat

kesempatan kerja tinggi. Dengan demikian pembangunan ekonomi dapat dianggap

berhasil.

b) Pendapatan Per Kapita

Keberhasilan pembangunan ekonomi dapat juga diukur dengan pendapatan per kapita.

Tinggi-rendahnya pendapatan per kapita dapat menggambarkan sejauh mana kemampuan

pendudukuntuk mengkonsumsi barang-barang hasil produksi. Pendapatan per kapita

memberikan petunjuk mengenai kemampuan yang dicapai oleh sebuah Negara dalam

memenuhi kebutuhan warganya.

c) Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan yang merata juga merupakan ukuran yang penting, jika hanya

sebagian kecil penduduk yang berpenghasilan tinggi, sedangkan yang lainnya

berpendapatan rendah, keberhasilan pembangunan belumlah sempurna. Distribusi

pendapatan yang timpang atau tidak merata juga tidak bermanfaat bila ditinjau dari

kemungkinan investasi karena penduduk berpenghasilan tinggi biasanya konsumtif.

d) Peranan Sektor Industri dan Jasa

Pada umumnya semakin besar kontribusi sector industri dan jasa, maka akan semakin

majusuatu Negara. Atas dasar hal tersebut dapat dikatakan bahwa besarnya proporsi

kontribusi sektor industri dan jasa merupakan salah satu indikasi yang penting bagi

tingkat kemajuan ekonomi.

e) Kesempatan Kerja

Apabila suatu Negara mampu mempertahankan tingkat kesempatan kerja yang tinggi

(fullemployment) berarti masyarakat mampu mempercepat laju perkembangan

ekonominya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya investasi, meningkatnya lapangan

kerja baru, dan berkurangnya pengangguran.

11

Page 12: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

f) Stabilitas Ekonomi

Tingkat perekonomian yang stabil meliputi stabilitas tingkat pendapatan dan

kesempatan kerja serta tingkat harga mempengaruhi pasar produk dalam negeri. Suatu

Negara dikatakan berhasil di dalam perkembangan ekonominya apabila mampu menjaga

stabilitas ekonominya.

g) Neraca Pembayaran Luar Negeri

Pada umumnya setiap Negara menginginkan agar neraca pembayaran seimbang sebab

jika neraca pembayaran mengalami defisit berpengaruh terhadap kredibilitas Negara

tersebut. Apabila Negara pembayaran mengalami surplus. Kondisi ini jauh lebih baik

dibandingkan kondisi seimbang karena berpengaruh terhadap kemajuan ekonomi Negara

tersebut.

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori-teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang antara lain: (Sadono Sukirno,

2006:243-270).

1. Teori Pertumbuhan Klasik

Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John Stuart Mill.

Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu jumlah

penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi yang

digunakan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada pengaruh pertambahan penduduk

terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka asumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta

teknologi tidak mengalami perubahan. Teori yang menjelaskan keterkaitan antara pendapatan

perkapita dengan jumlah penduduk disebut dengan teori penduduk optimal.

Menurut teori ini, pada mulanya pertambahan penduduk akan menyebabkan kenaikan

pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah maka hukum hasil lebih

yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marginal akan

mengalami penurunan, dan akan membawa pada keadaan pendapatan perkapita sama dengan

produksi marginal.

Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimal. Jumlah

penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah penduduk terus

12

Page 13: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

meningkat melebihi titik optimal maka pertumbuhan penduduk akan menyebabkan

penurunan nilai pertumbuhan ekonomi.

2. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar

Teori ini dikembangkan hampir pada waktu yang bersamaan oleh Roy F. Harrod (1984)

di Inggris dan Evsey D. Domar (1957) di Amerika Serikat. Mereka menggunakan proses

perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama, sehingga keduanya dianggap

mengemukakan ide yang sama dan disebut teori Harrod-Domar. Teori ini melengkapi teori

Keynes, dimana Keynes melihatnya dalam jangka pendek (kondisi statis), sedangkan Harrod-

Domar melihatnya dalam jangka panjang (kondisi dinamis). Teori Harrod-Domar didasarkan

pada asumsi :

a) Perekonomian Bersifat Tertutup

b) Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan.

c) Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale).

d) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan tingkat

pertumbuhan penduduk.

Model ini menerangkan dengan asumsi supaya perekonomian dapat mencapai

pertumbuhan yang kuat (steady growth) dalam jangka panjang. Asumsi yang dimaksud di

sini adalah kondisi dimana barang modal telah mencapai kapasitas penuh, tabungan memiliki

proposional yang ideal dengan tingkat pendapatan nasional, rasio antara modal dengan

produksi (Capital Output Ratio/COR) tetap perekonomian terdiri dari dua sektor (Y = C + I).

Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan

menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi

dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan

sebagai berikut :

Dimana :

13

g = K + ng = K + n

Page 14: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

g = Growth (tingkat pertumbuhan output)

K = Capital (tingkat pertumbuhan modal)

n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan mekanisme pasar tanpa campur

tangan pemerintah. Akan tetapi kesimpulannya menunjukkan bahwa pemerintah perlu

merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran dan

permintaan barang.

3. Teori Pertumbuhan Noe-Klasik

Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dan T.W.

Swan (1956). Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi

kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi.

Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah dimasukkannya unsur kemajuan

teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi

yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan

demikian, syarat-syarat adanya pertumbuhan ekonomi yang baik dalam model Solow-Swan

kurang restriktif disebabkan kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan modal. Hal ini

berarti ada fleksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga kerja.

Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat

menciptakan keseimbangan, sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak mencampuri atau

mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijakan fiskal dan

kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber yaitu, akumulasi modal,

bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari

peningkatan skill atau kemajuan teknik, sehingga produktivitas capital meningkat. Dalam

model tersebut, masalah teknologi dianggap sebagai fungsi dari waktu.

Teori neo-klasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi selalu

diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna, perekonomian bisa

tumbuh maksimal. Sama seperti dalam ekonomi model klasik, kebijakan yang perlu ditempuh

adalah meniadakan hambatan dalam perdagangan, termasuk perpindahan orang, barang, dan

modal. Harus dijamin kelancaran arus barang, modal, dan tenaga kerja, dan perlunya

14

Page 15: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

penyebarluasan informasi pasar. Harus diusahakan terciptanya prasarana perhubungan yang

baik dan terjaminnya keamanan, ketertiban, dan stabilitas politik. Analisis lanjutan dari

paham neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap

(steady growth ), diperlukan suatu tingkat saving yang tinggi dan seluruh keuntungan

pengusaha diinvestasikan kembali.

4. Teori Schumpeter

Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha dan mengatakan

bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha (enterpreneurship) dalam

masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani mengambil risiko membuka usaha baru,

maupun memperluas usaha yang telah ada. Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan

usaha, tersedia lapangan kerja tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah

setiap tahunnya.

Didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan dari inovasi tersebut,

maka para pengusaha akan meminjam modal dan mengadakan investasi. Investasi ini akan

mempertinggi kegiatan ekonomi suatu negara. Kenaikan tersebut selanjutnya juga akan

mendorong pengusaha-pengusaha lain untuk menghasilkan lebih banyak lagi sehingga

produksi agregat akan bertambah.

Selanjutnya Schumpeter menyatakan bahwa jika tingkat kemajuan suatu perekonomian

semakin tinggi maka keinginan untuk melakukan inovasi semakin berkurang, hal ini

disebabkan oleh karena masyarakat telah merasa mencukupi kebutuhannya. Dengan

demikian, pertumbuhan ekonomi akan semakin lambat jalannya dan pada akhirnya tercapai

tingkat keadaan tidak berkembang (stationary state). Namun keadaan tidak berkembang yang

dimaksud di sini berbeda dengan pandangan klasik. Dalam pandangan Schumpeter keadaan

tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi. Sedangkan dalam

pandangan klasik, keadaan tidak berkembang terjadi pada waktu perekonomian berada pada

kondisi tingkat pendapatan masyarakat sangat rendah.

5. Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi

Teori ini dimunculkan oleh Prof. W.W. Rostow yang memberikan lima tahap dalam

pertumbuhan ekonomi. Analisis ini didasarkan pada keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi

akan tercapai sebagai akibat dari timbulnya perubahan yang fundamental dalam corak

15

Page 16: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

kegiatan ekonomi, juga dalam kehidupan politik dan hubungan sosial dalam suatu masyarakat

dan negara.

Adapun kelima tahapan tersebut adalah:

1) Tahap Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)

Rostow mengartikan bahwa masyarakat tradisional sebagai suatu masyarakat yang:

a) Cara-cara memproduksi yang relatif primitif dan sikap masyarakat serta cara

hidupnya yang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dicetuskan oleh cara

pemikiran yang bukan rasional, tetapi oleh kebiasaan yang telah berlaku secara

turun-temurun. Tingkat produksi yang dapat dicapai masih sangat terbatas, karena

ilmu pengetahuan dan teknologi modern belum ada atau belum digunakan secara

sistematis dan teratur.

b) Tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas per pekerja masih sangat

terbatas. Oleh sebab itu sebagian besar dari sumber-sumber daya masyarakat

digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Dalam sektor ini struktur

sosialnya sangat bersifat hierarkis, sehingga mobilitas secara vertikal dalam

masyarakat sedikit sekali.

c) Kegiatan politik dan pemerintahan terdapat di daerah-daerah dipegang oleh tuan-

tuan tanah yang berkuasa, dan kebijakan-kebijakan dari pemerintah pusat selalu

dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah di berbagai daerah tersebut.

2) Tahap Prasyarat Lepas Landas

Tahap ini adalah tahap sebagai suatu masa transisi pada saat masyarakat mempersiapkan

dirinya ataupun dipersiapkan dari luar untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai

kekuatan untuk terus berkembang (self-sustain growth). Pada tahap ini dan sesudahnya

pertumbuhan ekonomi akan berlaku secara otomatis. Tahap prasyarat lepas landas ini

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Tahap prasyarat untuk lepas landas yang dicapai oleh negara-negara Eropa, Asia,

Timur Tengah, dan Afrika yang dilakukan dengan merubah struktur masyarakat

tradisional yang sudah ada.

b) Yang dinamakan Rostow bom free, yaitu prasyarat lepas landas yang dicapai Amerika

Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru, dengan tanpa harus merombak sistem

masyarakat yang tradisional, karena masyarakat negara-negara itu terdiri dari emigran

16

Page 17: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

yang telah mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh masyarakat untuk mencapai

tahap prasyarat lepas landas.

3) Tahap Lepas Landas (Take Off)

Adalah suatu tahap interval dimana tahap masyarakat tradisional dan tahap prasyarat untuk

lepas landas telah dilewati. Pada periode ini, beberapa penghalang pertumbuhan dihilangkan

dan kekuatan-kekuatan yang menimbulkan kemajuan ekonomi diperluas dan dikembangkan,

serta mendominasi masyarakat sehingga menyebabkan efektivitas investasi dan

meningkatnya tabungan masyarakat.

Ciri-ciri tahap lepas landas yaitu:

a) Adanya kenaikan dalam penanaman modal investasi (yang produktif, dari 5% atau

kurang, menjadi 10% dari Produk Nasional Neto). NNP=GNP-D (penyusutan).

b) Adanya perkembangan beberapa sektor industri dengan laju perkembangan yang

tinggi.

c) Adanya atau terciptanya suatu kerangka dasar politik, sosial dan institusional yang

akan menciptakan: 1) Kenyataan yang membuat perluasan di sektor modern. 2)

Potensi ekonomi ekstern sehingga menyebabkan petumbuhan terus-menerus

berlangsung.

4) Tahap Gerakaan ke Arah Kedewasaan (The Drive of Maturity)

Gerakan ke arah kedewasaan diartikan sebagai suatu periode ketika masyarakat secara

efektif menerapkan teknologi modern dalam mengolah sebagian besar faktor-faktor produksi

dan kekayaan alamnya.

Ciri-ciri gerakan ke arah kedewasaan adalah:

a) Kematangan teknologi, dimana struktur keahlian tenaga kerja mengalami perubahan.

b) Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan.

c) Masyarakat secara keseluruhan merasa bosan dengan keajaiban yang diciptakan oleh

industrialisasi, karena berlakunya hukum kegunaan batas semakin berkurang.

5) Tahap Masa Konsumsi Tinggi.

Pada masa ini perhatian masyarakat mengarah kepada masalah-masalah yang berkaitan

dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat dan bukan lagi kepada masalah produksi.

17

Page 18: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

Leading sectors, bergerak ke arah barang-barang konsumsi yang tahan lama serta jasa-jasa.

Pada periode ini terdapat tiga macam tujuan masyarakat untuk mendapatkan sumber-sumber

daya yang tersedia dan dukungan politis, yaitu:

a) Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut ke luar negeri dan

kecenderungan ini dapat berakhir pada penaklukan atas negara-negara lain.

b) Menciptakan suatu welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada

pendukungnya dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang

lebih merata melalui sistem perpajakan yang progresif, dalam sistem perpajakan seperti

ini makin besar pendapatan maka makin besar pajaknya.

c) Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi dasar yang sederhana atas

makanan, pakaian, rumah keluarga secara terpisah dan juga barang-barang konsumsi

tahan lama serta barang-barang mewah.

2.3 Ciri-Ciri Proses Pertumbuhan Ekonomi

Kuznets (Todaro, 2004) juga mengemukakan enam karakteristik atau ciri proses

pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:

a) Tingkat pertambahan output perkapita dan pertambahan penduduk yang tinggi.

b) Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi, khususnya produktivitas

tenaga kerja

c) Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi

d) Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi

e) Adanya kecenderungan daerah yang mulai atau sudah maju perekonomiannya untuk

berusaha menambah bagian-bagian daerah lainnya sebagai daerah pemasaran dan

sumber bahan baku

f) Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sepertiga

bagian penduduk dunia.

2.4 Indikator Pembangunan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan

analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan

ekonomi akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu,

karena pada dasarnya aktifitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor

18

Page 19: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Proses ini akan menghasilkan suatu aliran

balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan

ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan

meningkat. Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi

adalah tingkat pertumbuhan produk nasional, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) untuk

tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk daerah provinsi dan

kabupaten/kota (Susanti, 2000: 23).

Salah satu unsur yang penting dan menjadi faktor positif dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja

yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan

penduduk yang lebih besar akan meningkatkan luasnya pasar domestik. Namun kenyataan

yang terjadi pertumbuhan penduduk yang sangat cepat juga akan memberikan efek negatif

terhadap perkembangan ekonomi, sehingga diperlukan sistem perekonomian yang mampu

untuk menyerap dan secara produktif mempekerjakan tambahan tenaga tersebut. (Todaro,

2004: 322).

19

Page 20: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat diartikan sebagai proses perubahan kondisi

perekonomian suatu Negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik

selama periode tertentu. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah

balas jasa rill terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari

pada tahun sebelumnya. Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan

ekonomi adalah tingkat pertumbuhan PDB dan PNB, tetapi dalam praktek angka yang lebih

sering dipakai adalah melalui PDB, karena angka PDB hanya melihat batas wilayah, terbebas

pada negara yang bersangkutan. Sedangkan agar ekonomi semakin berkembang dan tumbuh

juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor Sumber Daya Alam, Sumber Daya

Manusia, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Budaya, dan sumber Daya Modal. Ekonomi

Indonesia tidak akan maju dan berkembang jika tidak didukung oleh salah satu faktor

tersebut, jadi antara satu dengan yang lainnya berkesinambungan.

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2005 dibanding tahun 2004

mencapai 5,70 persen. Pertumbuhan PDB terjadi di hampir semua sektor ekonomi di mana

20

Sumber: Data BPSGambar 3.1. Grafik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2004-2014

Page 21: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 12,97

persen, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,59 persen, dan sektor

bangunan 7,34 persen.

Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut didorong oleh pertumbuhan konsumsi

rumah tangga sebesar 3,95 persen, konsumsi pemerintah sebesar 8,06 persen, pembentukan

modal tetap bruto sebesar 9,93 persen, kemudian ekspor sebesar 8,60 persen; selain itu

dipengaruhi juga oleh pertumbuhan impor sebesar 12,35 persen. Ditinjau dari sisi

penggunaan, sebagian besar PDB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga

sebesar 65,41 persen, konsumsi pemerintah 8,24 persen, pembentukan modal tetap bruto atau

investasi fisik 21,97 persen serta ekspor 33,54 persen dan impor sebesar 29,21 persen. PDB

per-kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2005 mencapai Rp 12.450,7 ribu yang

mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2004 yang sebesar Rp 10.506,2 ribu.

Kemudian PNB per-kapita tahun 2005 sebesar Rp 12.061,4 ribu yang juga meningkat

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (BPS,2005)

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2006 yang diukur dari kenaikan Produk

Domestik Bruto (PDB) menurun sebesar 5,5 persen terhadap tahun 2005. Dibandingkan

dengan 2005, pada tahun 2006 terjadi perubahan peranan pada beberapa sektor ekonomi yaitu

penurunan pada sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik gas dan

air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan, real estat dan jasa

perusahaan. Penurunan yang cukup besar terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran

dari 15,4 persen pada tahun 2005 menjadi 14,9 persen di tahun 2006. Peranan sektor

pertambangan dan penggalian menurun dari 11,1 menjadi 10,6 persen, sektor pertanian

menurun dari 13,1 persen menjadi 12,9 persen, sektor keuangan, real estat dan jasa

perusahaan dari 8,3 persen menjadi 8,1 persen, sektor listrik, gas dan air bersih menurun dari

1,0 persen menjadi 0,9 persen. Akibat adanya inflasi yang cukup tinggi ekonomi menjadi

sulit ditebak selai itu inflasi terbesar selama kurun waktu 2005-2006 terjadi pada saat

kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005 menyebabkan distribusi pendapatan makin

renggang dan pendapatan rill masyarakat semakin menurun. Selain itu neraca pembayaran

semakin defisit hal tersebut terbukti dengan makin defisitnya APBN pada waktu itu.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2007 yang diukur dari

kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 2,0 persen (q-to-q) dibandingkan

triwulan IV tahun 2006. Pertumbuhan ini terjadi pada sektor pertanian, listrik-gas-air bersih,

perdagangan-hotel-restoran, keuangan-real estat-jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa.

21

Page 22: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar 16,8 persen sebagai akibat

faktor musim panen pada triwulan I.

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2007 meningkat sebesar 6,3

persen terhadap tahun 2006, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan

tertinggi di sektor pengangkutan komunikasi 14,4 persen dan terendah di sektor

pertambangan-penggalian 2,0 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2007

mencapai 6,9 persen. Semua komponen PDB penggunaan mengalami pertumbuhan pada

tahun 2007, dengan pertumbuhan

tertinggi pada pembentukan modal tetap bruto sebesar 9,2 persen, diikuti oleh ekspor 8,0

persen, konsumsi rumah tangga 5,0 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah 3,9 persen,

serta impor sebesar 8,9 persen. Sumber utama pertumbuhan ekonomi 6,3 persen adalah

ekspor 3,8 persen, diikuti konsumsi rumahtangga 2,9 persen, pembentukan modal tetap bruto

2,0 persen, konsumsi pemerintah 0,3 persen serta impor 3,3 persen.

Sisi lain yang menarik untuk dicermati adalah besarnya sumbangan masing-masing

sektor dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi selama tahun 2007. Walaupun

kenaikan nilai nominalnya relatif kecil, sektor-sektor ekonomi yang nilai nominalnya besar

tetap akan menjadi penyumbang terbesar bagi pertumbuhan. Sektor pengangkutan-

komunikasi, walaupun mengalami pertumbuhan tertinggi 14,4 persen, sektor tersebut hanya

memberikan kontribusi sebesar 1,0 persen terhadap total pertumbuhan. Sebaliknya sektor

perdagangan-hotel-restoran, walaupun tumbuh 8,5 persen tetapi menjadi sumber utama

pertumbuhan ekonomi sebesar 1,4 persen.

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2008 meningkat sebesar 6,1

persen terhadap tahun 2007, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan

tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi 16,7 persen dan terendah di sektor

pertambangan dan penggalian 0,5 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2008

mencapai 6,5 persen. Selama tahun 2008 semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2009 tercatat 4,6 persen, turun dibanding 2008

yang mencapai 6,1 persen. Kontraksi pertumbuhan ekonomi pada 2009 ini diakibatkan

turunnya ekspor. Pada periode tersebut pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha

pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh 15,5 persen. Sedangkan dari sisi penggunaan,

pertumbuhan tertinggi terjadi pada konsumsi pemerintah, meskipun sektor tersebut bukan

yang memberikan kontribusi tertinggi.

22

Page 23: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia pada tahun 2009 mencapai US$116,51 miliar

atau turun 14,98 persen dibanding periode yang sama tahun 2008. Negara utama tujuan

ekspor terbesar adalah Jepang diikuti Amerika Serikat dan Cina. Sementara, pada periode

yang sama nilai impor Indonesia mencapai US$96,83 miliar yang berarti mengalami

penurunan sebesar 25,05 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Negara pemasok

barang impor nonmigas terbesar selama tahun 2009 masih ditempati oleh Cina, Jepang dan

Singapura.

Sementara dampak krisis global terhadap inflasi tidak terlihat signifikan. Inflasi pada

tahun 2009 mencapai 2,78 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 113,86 pada bulan

Desember 2008 menjadi 117,03 pada bulan Desember 2009. Kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau memberi andil terbesar, yaitu sebesar 1,27 persen. Adapun

komoditas yang dominan menpengaruhi inflasi adalah gula pasir, emas perhiasan dan beras

yang masing-masing memberikan andil terhadap inflasi lebih dari 0,20 persen.

Di sektor rill, produksi padi pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 6,64 persen

yang utamanya disebabkan oleh kenaikan jumlah produksi padi sawah sebesar 3,94 juta ton.

Kenaikan produksi tersebut terjadi karena peningkatan luas panen seluas 550,61 ribu hektar

(4,47 persen) dan juga produktivitas sebesar 1,01 kuintal/hektar (2,06 persen). Jika dilihat

menurut wilayah, kenaikan produksi padi tahun 2009 tersebut terjadi di Pulau Jawa sebesar

7,69 persen dan di luar Pulau Jawa sebesar 5,42 persen.

Jumlah wisatawan asing/mancanegara (Wisman) menunjukkan kondisi yang

membaik. Pada tahun 2009, jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia mencapai 6.323,7

orang yang berarti meningkat 1,43 persen dibanding jumlah wisman pada tahun sebelumnya.

Namun demikian, rata-rata lama tinggal wisman di Indonesia mengalami penurunan sebesar

10,37 persen dibanding tahun sebelumnya, yaitu dari 8,58 hari menjadi 7,69 hari.

Jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan mengalami penurunan dari

34,96 juta pada tahun 2008 menjadi 32,53 juta pada tahun 2009. Tingkat pengangguran

terbuka juga mengalami penurunan, yaitu dari 8,39 persen pada tahun 2008 menjadi sebesar

7,87 persen pada tahun 2009. Pendapatan perkapita juga mengalami peningkatan selama

periode 2008-2009 sebesar 11,98 persen.

Pada tahun 2010, PDB meningkat sebesar 6,1 persen terhadap tahun 2009, terjadi

pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan

Komunikasi 13,5 persen dan terendah di Sektor Pertanian 2,9 persen. Sementara

23

Page 24: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

pertumbuhan PDB tanpa migas tahun 2010 mencapai 6,6 persen. Pertumbuhan ekonomi yang

meningkat tersebut didukung oleh peran investasi dan ekspor yang meningkat. Peningkatan

investasi pada tahun 2010 semakin menggembirakan mengingat sifatnya yang menambah

kapasitas perekonomian sebagaimana diindikasikan oleh meningkatnya peran investasi

nonbangunan, khususnya investasi mesin. Sementara itu, perbaikan kinerja ekspor juga

diikuti oleh semakin terdiversifikasinya komoditas dan pasar tujuan ekspor. Hal ini tercermin

pada membaiknya kinerja sektor-sektor yang menghasilkan komoditas yang diperdagangkan

secara internasional (tradable sector), khususnya industri pengolahan. Meskipun demikian,

sektor nontradable masih menjadi sektor penopang utama pertumbuhan ekonomi, terutama

sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Perkembangan yang kondusif di perekonomian global tersebut mendukung kinerja

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2010. Pada tahun laporan, NPI mencatat surplus yang

cukup besar mencapai 30,3 miliar dolar AS, baik yang bersumber dari transaksi berjalan

maupun transaksi modal dan finansial. . Ekspor mencatat pertumbuhan yang tinggi sehingga

mampu mempertahankan surplus transaksi berjalan di tengah impor dan pembayaran transfer

pendapatan yang meningkat tajam. Sementara itu, seiring dengan kuatnya aliran masuk

modal asing, neraca transaksi modal dan finansial mencatat surplus yang sangat besar dengan

komposisi yang semakin membaik.

Selama tahun 2010, nilai tukar rupiah secara rata-rata menguat 3,8% dibanding

dengan akhir tahun 2009 menjadi Rp 9.081 per dolar AS. Kinerja nilai tukar rupiah tersebut

didukung oleh terjaganya persepsi positif terhadap perekonomian Indonesia sebagaimana

diindikasikan oleh meningkatnya peringkat utang Pemerintah dan indeks risiko yang

membaik. Apresiasi nilai tukar rupiah pada tahun laporan juga cukup moderat dibandingkan

dengan negara-negara kawasan sehingga tidak mengganggu kinerja ekspor secara signifikan.

Hal ini tidak terlepas dari berbagai kebijakan dalam mengelola arus masuk modal asing

dalam rangka memperkuat daya tahan perekonomian dalam menghadapi pembalikan arus

modal jangka pendek.

Inflasi Indeks Harga Komsumen (IHK) pada tahun 2010 tercatat 6,96%. Komoditas

bahan pokok seperti beras dan aneka bumbu memberi kontribusi kenaikan harga yang sangat

besar sehingga inflasi kelompok volatile food mencapai 17,74%, lebih tinggi dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 3,95%. Meski pada tahun laporan terdapat

lonjakan inflasi volatile food, inflasi inti tetap terjaga pada level yang cukup rendah, yaitu

4,28%. Hal ini didukung oleh terkendalinya faktor fundamental sebagaimana diindikasikan

24

Page 25: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

oleh nilai tukar rupiah yang menguat, ekspektasi inflasi yang terjaga, serta kapasitas

perekonomian yang sejauh ini masih dapat memenuhi peningkatan permintaan. Sementara

itu, kelompok administered prices menunjukkan inflasi yang moderat, yaitu sebesar 5,40%.

Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen dibandingkan

dengan tahun 2010.Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan

tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 10,7 persen dan terendah di Sektor

Pertambangan dan Penggalian 1,4 persen. Sementara PDB (tidak termasuk migas) tahun 2011

tumbuh 6,9 persen.

Di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global, perekonomian Indonesia tumbuh

menguat. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh meningkat dari 6,2% pada tahun

2010 menjadi 6,5% pada tahun 2011. Tingkat pertumbuhan tersebut merupakan pencapaian

tertinggi pascakrisis tahun 1997. Stabilitas makroekonomi yang terjaga, seperti rendahnya

inflasi, terjaganya volatilitas nilai tukar, serta relatif stabilnya kondisi politik dan keamanan

dalam negeri menyokong tingginya kinerja perekonomian tersebut.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi terutama berasal dari

konsumsi rumah tangga yang masih berdaya tahan dan investasi yang tumbuh cukup tinggi.

Daya beli yang tetap terjaga, sejalan dengan tingkat inflasi yang cukup rendah serta

pendapatan masyarakat yang meningkat menjadi faktor pendorong kuatnya konsumsi rumah

tangga. Secara umum perbaikan penghasilan masyarakat tercermin dari meningkatnya

pendapatan per kapita yang kini telah mencapai 3.543 dolar AS. Dengan kondisi tersebut,

konsumsi rumah tangga mampu tumbuh sebesar 4,7%, lebih tinggi dari rata-ratanya 4,4%.

Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada sektor formal dan

meningkatnya jumlah pekerja berpenghasilan menengah ke atas serta membaiknya nilai tukar

petani. Peningkatan pendapatan juga terjadi pada upah buruh bangunan seiring dengan

meningkatnya aktivitas investasi di sektor konstruksi. Di samping itu, peningkatan upah

minimum provinsi (UMP) juga menjadi faktor pendukung kuatnya konsumsi rumah tangga.

Rata-rata peningkatan UMP riil tahun 2011 di seluruh provinsi sekitar 5,0%, lebih ti nggi dari

tahun lalu yang hanya sebesar 1%.

Kontribusi pertumbuhan konsumsi Pemerintah pada pertumbuhan PDB tahun 2011

mengalami peningkatan. Konsumsi Pemerintah tumbuh sebesar 3,2%, meningkat dari tahun

sebelumnya yang hanya sebesar 0,3%. Hal ini sejalan dengan meningkatnya defi sit

Pemerintah dalam APBN dari 0,6% dari PDB pada 2010 menjadi 1,2% dari PDB pada 2011.

Peningkatan konsumsi Pemerintah berasal dari penyerapan pengeluaran yang lebih baik

25

Page 26: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pengeluaran belanja Pemerintah terutama ditujukan

untuk belanja pegawai dan transfer ke daerah. Sementara itu, belanja barang baru

terakselerasi pada akhir tahun.

Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 tumbuh sebesar 6,3 persen dibanding tahun

2011, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi

pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 9,98 persen, diikuti oleh Sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,11 persen, Sektor Konstruksi 7,50 persen, Sektor

Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 7,15 persen, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

6,40 persen, Sektor Industri Pengolahan 5,73 persen, Sektor Jasa-Jasa 5,24 persen, Sektor

Pertanian 3,97 persen, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,49 persen. Pertumbuhan

PDB tanpa migas pada tahun 2012 mencapai 6,81 persen yang berarti lebih tinggi dari

pertumbuhan PDB.

Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga konstan tahun 2000

pada tahun 2012 mencapai Rp2.618,1 triliun, naik Rp153,4 triliun dibandingkan tahun 2011

(Rp2.464,7 triliun). Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2012 naik sebesar

Rp819,1 triliun, yaitu dari Rp7.422,8 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp8.241,9 triliun pada

tahun 2012.

Penghitungan PDB berdasarkan expenditure approach atau pendekatan dari sisi

pengeluaran dilihat dari komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran

konsumsi pemerintah, komponen pembentukan modal atau investasi dan komponen ekspor

neto (ekspor dikurangi impor). Berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2012 tercatat sebesar

Rp8.241,9 triliun, sebagian besar digunakan untuk Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah

Tangga sebesar Rp4.496,4 triliun. Data ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi

yang meningkat dari tahun sebelumnya ditopang dari peningkatan konsumsi, baik itu

peningkatan konsumsi masyarakat maupun konsumsi pemerintah. Peningkatan konsumsi

maupun daya beli masyarakat lebih banyak didorong dari pertumbuhan kredit konsumsi. Ini

berarti bahwa pendapatan masyarakat belum mampu memenuhi kebutuhan, disini timbul

pertanyaan, apakah pemenuhan kebutuhan dengan cara seperti ini menunjukkan tingkat

kemakmuran masyarakat yang lebih baik? Karena dengan pertumbuhan ekonomi yang

meningkat diasumsikan bahwa tingkat kemakmuran masyarakat juga meningkat. Dari sisi

konsumsi pemerintah juga mengalami peningkatan, namun tingkat hutang negara juga

mengalami peningkatan, ini menunjukkan bahwa konsumsi pemerintah ditopang dari hutang

luar negeri.

26

Page 27: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 tumbuh 5,8 persen yang menurun dibandingkan

tahun 2013. Namun demikian, capaian ini tergolong tinggi di tengah usaha mengurangi

defisit transaksi berjalan (DTB). Namun, pertumbuhan ini belum berkualitas karena tidak

ditopang sektor penghasil barang (tradable). Hal ini mengakibatkan minim penyerapan buruh.

Sektor penghasil barang terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian,

serta sektor industri manufaktur.

Bagi Bank Indonesia, kebijakan pengetatan moneter dan pengelolaan nilai tukar

rupiah sudah menunjukkan hasil terlihat dari data sektor ekspor tumbuh 7,4 persen,

sedangkan sektor impor turun 0,6 persen. Hasilnya terlihat pada peningkatan surplus neraca

perdagangan di triwulan IV-2013.

Benar bahwa pertumbuhan ekonomi 5,8 persen termasuk tinggi, bahkan di atas

prediksi sejumlah pihak yang memproyeksikan hanya 5,6 persen. Namun, seyogyanya

pertumbuhan ekonomi tidak sebatas dilihat dari sisi kuantitatif, tetapi juga kualitatifnya.

Alasannya, pertumbuhan ekonomi tidak menciptakan banyak lapangan kerja dan mengurangi

kemiskinan. Ujung-ujungnya, kesenjangan sosial melebar.

Hal itu terjadi karena pertumbuhan ditopang oleh sektor jasa (nontradable) yang rata-

rata tumbuh di atas pertumbuhan PDB itu sendiri. Sementara pertumbuhan rata-rata sektor

tradable di bawah laju PDB. Buktinya, pertumbuhan ekonomi yang 5,8 persen tidak diikuti

oleh penurunan angka kemiskinan.

Tingkat kemiskinan malah cenderung meningkat. Pada bulan Maret 2013, angka

kemiskinan tercatat sebesar 11,37 persen. Akan tetapi pada bulan September 2013 angka

kemiskinan melonjak naik menjadi 11,47 persen. Maka, strategi perekonomian tahun ini

mustinya lebih condong kepada pertumbuhan yang lebih tinggi melalui bauran kebijakan

Perekonomian Indonesia tahun 2014 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto

(PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 10 542,7 triliun dan PDB perkapita mencapai

Rp41,8 juta atau US$3,531.5.Ekonomi Indonesia tahun 2014 tumbuh 5,02 persen melambat

dibanding tahun 2013 sebesar 5,58 persen. Turunnya pertumbuhan ekonomi tahunan ini yang

dipersalahkan adalah masih lemahnya ekspor dan juga investasi, dan secara kuartalan

penurunan disebabkan salah satunya adalah berkurangnya belanja pemerintah pada kuartal

tersebut.

Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan

Komunikasi sebesar 10,02 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh

Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar

27

Page 28: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

12,43 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 tumbuh hanya 5,02 persen, dan

melambat selama lima tahun terakhir. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin

menuturkan, dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,02 persen terjadi

penurunan pada seluruh komponen, kecuali komponen Lembaga Non-Profit yang Melayani

Rumah Tangga (LNPRT).

Terjadi penurunan dratis pada konsumsi pemerintah yang tahun lalu tumbuh 6,93

persen pada tahun 2014 hany tumbuh 1,98 persen, dengan kontribusi terhadap PDB sebesar

9,54 persen. Turunnya konsumsi pemerintah yang drastis tersebut disebabkan penyerapan

anggaran yang rendah. Di sisi lain, sebagian besar digunakan untuk membayar bunga utang,

di mana tidak tercatat dalam PDB. Di samping itu ada penghematan, jelang pertengahan

tahun. Kemudian, ada penguranan perjalanan dinas, rapat-rapat dan lainnya.

Selain dari komponen konsumsi pemerintah, perlambatan ekonomi 2014 dipicu

melambatnya Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) atau investasi, yang

tumbuh hanya 4,12 persen. Pertumbuhan investasi pada 2013 tercatat 5,28 persen. Adapun

konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan 5,14 persen. Dipicu dengan pertumbuhan

konsumsi rumah tangga yang sedikit mengalami perlambatan dibanding tahun lalu yang

sebesar 5,38 persen, disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada 18

November 2014. Sementara itu ekspor barang dan jasa tumbuh 1,02 persen. Ini juga jauh dari

tahun lalu yang sebesar 4,17 persen. Dan impornya tumbuh 2,19 persen (minus), naik dari

tahun 2013 yang tumbuhnya 1,86 persen (minus).

3.2. Pertumbuhan Sektor dan Sub sektor Pertanian Nasional

Sektor pertanian memperlihatkan kinerja pertumbuhan ekonomi yang

menggembirakan. Selama 2005-2009, pertumbuhan PDB pertanian (di luar perikanan dan

kehutanan) memperlihatkan kenaikan setiap tahunnya yaitu rata-rata 3,30%. Meski di awal

periode masih dibawah target, tetapi pertumbuhan PDB pertanian terus meningkat, bahkan di

tahun 2008 berhasil melampaui target yang ditetapkan (Tabel 3.1).

28

Page 29: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

Dari besarnya angka tenaga kerja, pertanian masih tetap menjadi sektor andalan mata

pencaharian bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Besarnya angkatan kerja yang bekerja

di sektor pertanian tentu saja memberatkan pertanian primer sehingga diperlukan upaya keras

untuk mendorong perpindahan tenaga kerja pertanian primer ke sektor industri pertanian atau

non pertanian. Jumlah tenaga kerja pertanian (pertanian, perikanan, dan kehutanan) berada

pada kisaran 40% dari angkatan kerja nasional dan cenderung terus meningkat setiap

tahunnya selama periode 2005-2009. Selama tahun 2005-2009, rata-rata NTP mencatat angka

mendekati 100 yang menunjukkan bahwa yang dibelanjakan petani masih lebih besar dari

yang didapatkan. Meskipun NTP belum dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya dari

kesejahteraan petani, namun NTP sampai saat ini masih merupakan salah satu indikator untuk

mengukur kesejahteraan petani.

Realisasi neraca perdagangan pertanian, selama periode 2005-2009, tumbuh sangat

mengesankan. Pada Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa tahun 2005, surplus neraca perdagangan

baru US$ 6.447,51 juta, namun tiga tahun kemudian telah naik tiga kali lipat menjadi US$

17.971,575 juta di tahun 2008. Investasi pertanian salah satunya dapat dilihat dari realisasi

investasi PMDN dan PMA. Investasi pertanian sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2007

cenderung meningkat. Tahun 2008 terjadi krisis keuangan global yang juga dialami oleh

Indonesia sehingga realisasi investasi pertanian baik PMDN maupun PMA menurun. Namun

demikian, melihat realisasi investasi PMDN dan PMA di tahun 2009 (sampai bulan

September) yang sudah melebihi tahun 2008, menunjukkan bahwa daya tarik investasi

pertanian Indonesia sudah membaik kembali. Pada dasarnya investasi pertanian yang

dominan sebenarnya berasal dari petani, namun sangat disayangkan sampai saat ini belum

ada perhitungan yang dapat memperlihatkan investasi petani ini.

Selama tahun 2010 sampai tahun 2012 terlihat terjadi peningkatan PDB Indonesia,

yang diikuti pula peningkatan PDB sektor pertanian. PDB sektor pertanian luas (termasuk

29

Tabel 3.1. Pertumbuhan Produk Domestik (PDB) Pertanian

Sumber: Data BPS

Page 30: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

kehutanan dan perikanan) atas dasar harga berlaku tahun 2010 sebesar 985,5 triliun rupiah

meningkat menjadi 1.190,4 triliun rupiah pada tahun 2012.

Kondisi demikian juga terjadi di sektor pertanian sempit, yaitu tahun 2010 sebesar

737,8 triliun rupiah menjadi 880,2 triliun rupiah di tahun 2012. Sementara di sektor industri

pengolahan yaitu tahun 2010 sebesar 1.599,1 triliun rupiah menjadi 1.972,8 triliun rupiah di

tahun 2012, begitu juga di sektor perdagangan tahun 2010 sebesar 882,5 triliun rupiah

menjadi 1.145,6 triliun rupiah pada tahun 2012.

Kontribusi terbesar pada tahun 2012 terjadi pada sektor industri pengolahan sebesar

23,94%, peringkat kedua diduduki oleh sektor pertanian secara luas mencapai 14,44%,

sedangkan peringkat ketiga diduduki oleh sektor perdagangan sebesar 13,90%. Hal ini

dapatdilihat lebih rinci pada (Tabel 3.2)

Pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2012 meningkat dibandingkan tahun 2011, hal

ini dapat dilihat berdasarkan PDB atas harga konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi

Indonesia tahun 2010 sebesar 6,22%, sementara tahun 2011 meningkat sebesar 6,49%. Pada

tahun 2012 laju pertumbuhan ekonomi meningkat lambat sebesar 6,23%. Seiring dengan

kondisi tersebut, laju pertumbuhan sektor pertanian secara luas tahun 2010 meningkat sebesar

3,01%, kembali meningkat pada tahun 2011 sebesar 3,37%, begitu juga di tahun 2012

meningkat sebesar 3,97% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara pertanian secara

sempit memiliki pertumbuhan yang fluktuatif, yaitu tahun 2010 meningkat sebesar 2,40%,

kemudian tahun 2011 meningkat sebesar 2,31% dan tahun 2012 meningkat sebesar 4,18%.30

Tabel 3.2. PDB sektor pertanian atas harga berlaku dankontribusinya terhadap PDB Indonesia,

tahun 2010 - 2012

Page 31: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

Tabel 3.3. PDB sektor pertanian atas harga konstan dan laju pertumbuhan, tahun 2010-2012

tahun 2010 - 2012

Laju pertumbuhan sektor industri pengolahan pada tahun 2010 mencapai 4,74%,

kemudian meningkat menjadi 6,14% pada tahun 2011 dan tumbuh melambat menjadi 5,73%

pada tahun 2012, demikian juga di sektor perdagangan tahun 2010 mencapai 8,69%,

kemudian pada tahun 2011 meningkat sebesar 9,17% dan tumbuh melambat menjadi 8,11%

pada tahun 2012.

Jika dilihat dari PDB atas dasar harga konstan tahun 2000, PDB sektor pertanian

sempit (tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan dan peternakan) tahun 2010 sampai

dengan tahun 2012 masing-masing sebesar 236,8 triliun rupiah tahun 2010, pada tahun 2011

sebesar 242,3 triliun rupiah dan tahun 2012 meningkat hingga mampu menyumbangkan PDB

Indonesia sebesar 252,4 triliun rupiah. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Pada sub sektor tanaman pangan, RKP tahun 2010, dengan jelas disebutkan bahwa

target laju pertumbuhan untuk subsektor ini sebesar 3,27%, namun di dalam RKP 2011 target

untuk subsektor ini tidak ditetapkan. Laju pertumbuhan tanaman pangan di tahun 2010-2012

menunjukkan laju pertumbuhan yang menurun 1,64%; 1,75%; dan 2,95%. Artinya, subsektor

tanaman pangan mampu mencetak laju pertumbuhan hampir dua kali lipat di tahun 2010. Sub

Pada sektor perkebunan dapat dikatakan sebagai subsektor penghasil devisa bagi negara

karena sebagian besar hasil produk perkebunan diekspor. Angka pertumbuhan yang

dibebankan kepada subsektor perkebunan sebesar 2,97%. Pada tahun 2010-2012, angka laju

pertumbuhan tersebut mampu dicapai bahkan melebihi dari target pertumbuhan, yaitu

masing-masing sebesar 3,41%; 4,47%; dan 5,08%.

31

Page 32: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

Sedangkan untuk sub sektor peternakan diberi beban target pertumbuhan sebesar

3,28%. Trend pertumbuhan dari subsektor ini mengalami fluktuasi akan tetapi tren-nya

menunjukkan peningkatan. Target yang ditetapkan ditahun 2010 mampu dilewati oleh

subsektor peternakan dengan menghasilkan pertumbuhan di tahun 2010-2012, masing-

masing sebesar 4,27%; 4,78%; dan 4,82%.

3.3. Kontribusi Sektor dan Subsektor Pertanian terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Produk Domestik Bruto (PDB) sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan pada periode 2004-2012, rata-rata berkontribusi sebesar 14 persen per tahun

terhadap pembentukan PDB total (Gambar 1). Besaran kontribusi ini adalah yang ketiga

terbesar setelah sektor Industri Pengolahan (27%) dan sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran (15%). Berikutnya berturut-turut setelah sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan

dan Perikanan adalah sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 11 persen, sektor Jasa-

Jasa (10%), sektor Bangunan (8%), sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (8%),

sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi (6%) dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (1%).

Di dalam sektor Pertanian pada periode 2004-2012, sub sektor tanaman pangan adalah

kontributor terbesar terhadap pembentukan PDB sektor Pertanian dengan rata-rata kontribusi

32

Sumber: Data Kementan

Gambar 3.2. Rataan Distribusi Produk Domestik Bruto Per Sektor 2004 – 2012 (%)

Page 33: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

sebesar 49 persen. Berturut-turut diikuti oleh kontribusi sub sektor Perkebunan sebesar 16

persen, sub sektor Perikanan (16%), sub sektor Peternakan (13%) dan subsektor Kehutanan

(6%).

Dengan demikian, kontribusi produksi padi yang relatif besar terhadap pembentukan

PDB sub sektor Tanaman Pangan menjadi fokus penting dalam pembangunannya.

Pemerintah, khususnya melalui Kementerian Pertanian, harus terus berupaya meningkatkan

produksi dan nilai tambah produknya.

Selama periode tahun 2004-2005 pertumbuhan PDB sektor pertanian (tanaman

pangan, perkebunan dan peternakan) mengalami penurunan dari 2,82 persen per tahun

menjadi 2,72 persen per tahun. Penurunan pertumbuhan PDB sektor pertanian tersebut akibat

penurunan pertumbuhan PDB sub sektor tanaman pangan dan peternakan. Pertumbuhan PDB

sub sektor tanaman pangan turun dari 2,89 persen per tahun menjadi 2,60 persen per tahun

dan pertumbuhan PDB sub sektor peternakan turun dari 3,35 persen per tahun menjadi 2,13

persen per tahun. Sub sektor dalam sektor pertanian luas yang mengalami kenaikan PDB

adalah sub sektor perkebunan yang tumbuh dari 0,40 persen per tahun menjadi 2,48 persen

per tahun dan sub sektor perikanan dari 5,56 persen per tahun menjadi 5,87 persen per tahun.

Perlu diketahui bahwa kontribusi produksi padi dalam pembentukan PDB sub sektor tanaman

pangan adalah relatif besar. Penurunan PDB sub sektor tanaman pangan dalam kurun waktu

2004-2005 adalah karena produksi padi yang dominan dalam pembentukan PDB sub sektor

33

Gambar 3.3. Rataan Distribusi Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian 2004-2012

Sumber: Data Kementan

Page 34: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

bersangkutan mengalami kontraksi, yaitu tumbuh dari 3,74 persen per tahun menjadi -0,06

persen per tahun.

Begitu juga penurunan PDB sub sektor peternakan dalam kurun waktu yang sama diduga

karena produksi unggas yang dominan dalam pembentukan PDB sub sektor bersangkutan

mengalami kontraksi yaitu tumbuh dari 0,05 persen per tahun menjadi -5,08 persen per tahun.

Berbeda dengan periode tahun 2004-2005, selama periode tahun 2005-2008

pertumbuhan PDB sektor pertanian justru meningkat cukup pesat. Peningkatan pertumbuhan

PDB sektor pertanian tersebut merupakan hasil dari peningkatan pertumbuhan PDB sub

sektor tanaman pangan, perkebunan maupun peternakan. Dalam hubungan ini PDB sub

sektor tanaman pangan tumbuh dari 2,60 persen pada tahun 2005 menjadi 6,06 persen pada

tahun 2008. PDB sub sektor perkebunan tumbuh dari 2,48 persen per tahun menjadi 3,67

persen per tahun. Sementara itu PDB sub sektor peternakan tumbuh dari 2,13 persen per

tahun menjadi 3,52 persen per tahun. Peningkatan pertumbuhan PDB sub sektor tanaman

pangan selama periode tahun 2005-2008 merupakan dampak dari pertumbuhan positif

produksi padi. Demikian pula pertumbuhan positif PDB sub sektor peternakan dalam kurun

waktu yang sama diduga juga merupakan dampak dari pertumbuhan positif produksi unggas.

Pada periode 2008-2010, pertumbuhan PDB sektor pertanian mengalami penurunan

yang cukup signifikan. Pertumbuhan PDB sektor pertanian turun dari 4,83 persen pada tahun

2008 menjadi 3,01 persen pada tahun 2010. Sub sektor tanaman pangan menjadi sub sektor

34

Sumber: Data Kementan

Gambar 3.4. Pertumbuhan PDB Total dan PDB Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 2005-2012 (%)

Page 35: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

yang paling tinggi penurunan pertumbuhannya yaitu dari 6,06 persen pada tahun 2008

menjadi 1,64 persen pada tahun 2010. Demikian pula dengan sub sektor perkebunan yang

sempat anjlok pertumbuhannya dari sebesar 3,67 persen pada 2008 menjadi 1,73 persen pada

2009, namun kembali tumbuh 3,49 persen pada tahun 2010.

Penurunan pertumbuhan pada periode 2008-2010 merupakan dampak dari krisis

finansial global.Pertumbuhan PDB sektor pertanian mengalami akselerasi pasca krisis. Pada

periode 2010-2012, PDB sektor pertanian luas mengalami pertumbuhan dari 3,01 persen pada

tahun 2010 menjadi 3,97 persen pada tahun 2012. Diperkirakan PDB pertanian akan terus

meningkat melampaui pencapaian tertinggi sepanjang periode 2004-2012 yaitu sebesar 4,83

persen yang digapai pada tahun 2008. Z

NERACA PERDAGANGAN PRODUK PERTANIAN

Secara keseluruhan neraca perdagangan sektor pertanian masih berada pada posisi

surplus. Hal ini karena sumbangan surplus neraca perdagangan sub sektor perkebunan yang

relatif besar, sementara sub sektor lainnya cenderung pada posisi defisit. Laju pertumbuhan

ekspor selama periode 2004-2012 sebesar 18,6 persen/tahun sementara laju perumbuhan

impor 16,8 persen/tahun dan neraca perdagangan tumbuh positif dengan laju 1,1

persen/tahun.

35

Sumber: Data Kementan

Gambar 3.5. Pertumbuhan PDB Pangan, Perkebunan, Pertenakan, Pertanian Sempit (Pangan, Perkebunan, dan peternakan), 2004 – 2012 (%)

Page 36: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

Rincian kinerja perdagangan masing-masing sub sektor diuraikan sebagai berikut.

3.3.1. Sub Sektor Tanaman Pangan

Kondisi perdagangan komoditas pangan utama Indonesia sampai saat ini masih dapat

dikatakan bahwa Indonesia menjadi negara net importer, yang selain tercermin pada neraca

perdagangan yang bernilai negatif, juga laju pertumbuhan nilai impor pada periode 2004-

2012 yang secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan nilai ekspornya.

Selama periode 2004-2012 kinerja neraca perdagangan ekspor impor sub sektor tanaman

pangan pada posisi neraca defisit, dalam arti kata nilai impor komoditas sub sektor ini lebih

besar dibandingkan nilai ekspornya. Bukan hanya nilai impor yang jauh lebih besar nilai

ekspornya, namun laju percepatan impor komoditas tanaman pangan juga jauh lebih besar

dibandingkan laju percepatan ekspornya, yaitu masing-masing 13,8 persen/tahun untuk

percepatan impor dan 1,7 persen/tahun untuk percepatan ekspor. Peningkatan nilai impor

pangan secara nyata terjadi pada tahun 2010 ke tahun 201, namun tahun 2012 nilai impor

cenderung menurun. Dengan posisi demikian neraca perdagangan sub sektor tanaman pangan

berada pada posisi defisit dengan nilai defisit tahun 2012 mencapai sekitar US$ 6.156,2 juta.

Komoditas pangan yang menyumbang impor terbesar adalah kedelai diikuti oleh jagung dan

beras. Sebaliknya komoditas penyumbang ekspor terbesar adalah ubi kayu.

36

Page 37: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

3.3.2. Sub Sektor Hortikultura

Kinerja perdagangan sub sektor hortikultura tidak berbeda dengan sub sektor tanaman

pangan, yaitu berada pada neraca defisit sepanjang periode 2004-2012 dengan nilai defisit

neraca pada tahun 2012 sekitar US$ 1.311 juta. Kinerja sub sektor hortikultura berada pada

posisi net importer yaitu nilai impor lebih besar dibanding nilai ekspor. Hal ini sejalan

dengan masih sangat kecilnya nilai ekspor Indonesia dibandingkan dengan pangsa pasar

dunia. Pertumbuhan nilai ekspor juga lambat, sementara nilai impor produk hortikultura

tumbuh cepat jauh melebihi pertumbuhan nilai ekspornya.

Kondisi defisit perdagangan terutama terjadi pada kelompok komoditas buah dan

sayur. Sementara pada tanaman obat dan tanaman hias menunjukkan surplus perdagangan,

walaupun dengan nilai yang lebih kecil dari nilai defisit perdagangan buah dan sayur. Laju

peningkatan impor sub sektor hortikultura sepanjang periode tersebut sebesar 22,1

persen/tahun sementara laju pertumbuhan ekspornya hanya sekitar 13,1 persen/tahun. Buah-

buahan manggis dan mangga adalah penyumbang ekspor terbesar sedangkan untuk kelompok

sayuran adalah kol, wortel, tomat dan kentang. Sebaliknya buahbuahan yang dominan

menyedot devisa adalah durian dan jeruk dan kelompok sayuran adalah bawang merah,

bawang putih, kentang (olahan) dan juga wortel.

37

Sumber: Data Kementan

Gambar 3.6. Perkembangan Ekspor-Impor dan Neraca Perdagangan Sektor Pertanian, 2004 – 2012 (%)

Page 38: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

3.3.3. Sub Sektor Perkebunan

Sub sektor perkebunan merupakan penyumbang ekspor terbesar di sektor pertanian

dengan nilai ekspor yang jauh lebih besar dibandingkan nilai impornya. Produksi semua

komoditas perkebunan utama yang diproduksi Indonesia diekspor ke negara-negara

lain, kecuali gula yang selama ini masih diimpor. Dengan posisi demikian selama periode

2004-2012, subsektolr perkebunan memiliki neraca perdagangan surplus dengan nilai surplus

pada tahun 2012 sekitar US$ 30.021.5 juta. Selama periode tersebut eksporbtumbuh dengan

laju 18,1 persen/tahun, sementara impor tumbuh dengan laju yang tidak jauh berbeda yaitu

sebesar 19,0 persen/tahun. Peningkatan nilai ekspor cukup nyata terjadi pada tahun 2009 ke

tahun 2010 dan berlanjut ke tahun 2021. Pada periode 5 tahun kedua (2009-2012), laju

pertumbuhan nilai ekspor sebagian komoditas mengalami percepatan, yaitu kakao, tembakau

38

Sumber: Data Kementan

Gambar 3.7. Perkembangan Ekspor-Impor dan Neraca Perdagangan Sektor Hortikultura, 2004 – 2012 (%)

Sumber: Data Kementan

Gambar 3.8. Perkembangan Ekspor-Impor dan Neraca Perdagangan Sektor Perkebunan, 2004 – 2012 (%)

Page 39: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

dan teh, dan sebagian mengalami perlambatan yaitu kelapa sawit, karet, kopi, kelapa, dan

tebu.

3.3.4. Sub sektor Peternakan

Komoditas peternakan utama Indonesia yang diperdagangkan di pasar internasional

terdiri dari daging (sapi, kambing/domba, babi, ayam), ternak hidup sumber daging (sapi,

kerbau, babi, kambing), hati/jeroan, telur untuk konsumsi, dan susu. Laju pertumbuhan nilai

ekspor sub sektor peternakan sepanjang periode 2004-2012 rata-rata adalah 13,5

persen/tahun, sebaliknya laju pertumbuhan nilai impornya meningkat lebih pesat rata-rata

15,2 persen/tahun. Kondisi ini mencerminkan defisit neraca perdagangan sub sektor

hortikultura dan besaran defisit neraca perdagangan cenderung meningkat selama periode

2009-2012.

Secara keseluruhan perdagangan komoditas peternakan, sumber defisit neraca perdagangan

terbesar adalah impor susu, ternak sapi dan daging sapi, yang jumlahnya sangat besar,

sementara sumber surplus hanya ekspor ternak babi yang jumlahnya sangat kecil.

39

Sumber: Data Kementan

Gambar 3.9. Perkembangan Ekspor-Impor dan Neraca Perdagangan Sektor pertenakan, 2004 – 2012 (%) (USD/ 0,00)

Page 40: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Ekonomi Indonesia menghadapi permasalahan yang berat karena rendahnya kualitas

pembangunan ekonomi sedang mengalami tren penurunan pertumbuhan ekonomi sejak 2011.

Kabinet Indonesia kerja belum bisa memberikan optimisme kepada masyarakat dan pelaku

pasar, mengingat masalah, tantangan dan ancaman ekonomi yang dihadapi oleh Indonesia

masih berat disertai dengan kenaikan harga BBM. Sementara itu pertumbuhan investasi

masih menunjukkan tren yang terus menurun. Dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi

tersebut membuat tingkat pengangguran menjadi meningkat.

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Secara

singkat kontribusi sektor pertanian tercermin lewat kontribusinya dalam pembentukan PDB

Nasional, penyerapan tenaga kerja, ekspor hasil-hasil pertanian khususnya perkebunan.

Selain itu yang juga penting untuk dicermati adalah peran sektor pertanian dalam menjaga

dan memelihara fungsi lingkungan hidup (multifungsi lahan pertanian).

4.2 Saran

Untuk itu diharapkan otoritas ekonomi mengubah pengelolaan ekonominya, tidak

business as usual agar tren penurunan pertumbuhan ekonomi tidak terus berlangsung.

Apalagi akhir 2015 kita akan memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN

Economic Community. Dimana keberhasilan Indonesia memanfaatkan pembukaan pasar

yang luas dalam masyarakat ASEAN akan banyak tergantung kepada kualitas pembangunan

ekonomi kita. Kualitas pembangunan ekonomi yang tinggi yang didukung oleh daya saing

internasional yang tinggi, kualitas manusia yang unggul, logistik yang efisien, serta

kelembagaan yang baik akan membuat Indonesia siap menghadapi MEA. Untuk itu kita

berharap agar pemerintah baru serta otoritas ekonomi lainnya mengubah pengelolaan

ekonominya, agar tren penurunan pertumbuhan ekonomi dapat dibalik dan pembangunan

ekonomi berkualitas, sehingga kita siap menghadapi MEA.

40

Page 41: Resitasi 1_Pertumbuhan Ekonomi_Kel 2

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Pertumbuhan Ekonomi. Available online at

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26531/4/Chapter%20II.pdf (Dikases

04 Maret 2015, pukul 08.45)

Anonim. 2012. Analisis Konvergensi Ekonomi Antar Daerah Di Sumatera Selatan. Available

online at

http://eprints.unsri.ac.id/2838/1/analisis_konvergensi_ekonomi_antar_daerah_di_su

matera_selatan.pdf (Dikases 04 maret 2015, pukul 10.18)

Anonim. 2010. Pertumbuhan Ekonomi. online at

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/pertumbuhan-ekonomi-definisi-sumber.html 

(Diakses 04 maret 2015, pukul 21.43)

Anonim.2012. Pertumbuhan Ekonomi Anomali. Avaialble online at

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/08/07/07451589/Pertumbuhan.Ekono

mi.Indonesia.Anomali

(Diakses 03 maret 2015, pukul 23.01)

Suryowati, Ety. 2015. Konsumsi Pemerinth Turun Drastis. Avaialble online at

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/02/05/225056926/Konsumsi.Pemerint

ah.Turun.Drastis.PDB.Indonesia.Terendah.Lima.Tahun

(Diakses 04 maret 2015, pukul 20.22)

Surya, Sandi. 2012. Pertumbuhan dan PembangunanEkonomi. Avaialble online at

http://www.academia.edu/7449042/182004126-PEMBANGUNAN-EKONOMI-pdf

(Diakses 04 maret 2015, pukul 10.21)

Kementrian Pertanian. 2013. Kinerja Pembangunan Pertanian Tahun 2004-2012 Kementerian

Pertanian RI. Avaialble online at

http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/AnalisisPDB2013.pdf

(Diakses 04 maret 2015, pukul 9.12)

http://www.macroeconomicdashboard.com/index.php/id/gama-lei-dan-outlook-ekonomi/212-

gama-leading-economic-indicator-dan-economic-outlook-2014-iv

www.bi.go.id

www.bps.go.id

www.bappenas.go.id

www.deptan.go.id

41