49
RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN MAGNET 60 DAN 420 GAUSS SECARA IN VITRO DENGAN VARIASI SUHU TYRODE TANTY INTAN PRATIWI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL

TERHADAP MEDAN MAGNET 60 DAN 420 GAUSS SECARA

IN VITRO DENGAN VARIASI SUHU TYRODE

TANTY INTAN PRATIWI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka
Page 3: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Respon Otot

Polos Ileum Kelinci Lokal Terhadap Medan Magnet 60 dan 420 Gauss Secara In

Vitro dengan Variasi Suhu Tyrode adalah benar karya saya dengan arahan dari

dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Tanty Intan Pratiwi

NIM G74100078

Page 4: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

ABSTRAK

TANTY INTAN PRATIWI. Respon Otot Polos Ileum Kelinci Lokal Terhadap

Medan Magnet 60 dan 420 Gauss Secara In Vitro dengan Variasi Suhu Tyrode.

Dibimbing oleh AKHIRUDDIN MADDU dan KOEKOEH SANTOSO.

Sistem pencernaan dalam tubuh makhluk hidup melibatkan organ usus

halus, dimana di dalamnya terdapat kanal Na+, K

+, dan Ca

2+ yang berperan

penting dalam kontraksi otot polos. Pengamatan terhadap kontraksi otot polos

dilakukan pada ileum yang diisolasi dari kelinci lokal yang telah dimatikan

sebelumnya dan kemudian diletakkan dalam organbath yang diisi dengan larutan

tyrode 37 °C. Amplitudo, frekuensi, dan kekuatan kontraksi otot polos ileum

kelinci diukur menggunakan Force Sensor dengan aplikasi Data Acquisition

System dari ADInstruments Australia. Pemberian medan magnet sebesar 60 Gauss

dan 420 Gauss dapat meningkatkan amplitudo dan kekuatan kontraksi, serta

menurunkan frekuensi kontraksinya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar

medan magnet yang dipaparkan maka kontraksi otot polos di dalam tubuh akan

semakin menurun karena kinerja ion dalam tubuh terganggu. Namun pada variasi

suhu tyrode 20 sampai 40 °C terlihat adanya peningkatan amplitudo dan kekuatan

kontraksi. Frekuensi kontraksi cenderung konstan pada setiap suhunya, namun

d h C frekuensi kontraksi sangat berbeda dibandingkan suhu

lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa suhu yang terlalu rendah menyebabkan

kontraksi ileum tidak stabil bahkan tidak ada kontraksi karena usus mati.

Kata kunci: medan magnet, otot polos, suhu

ABSTRACT

TANTY INTAN PRATIWI. Response Ileum of Local Rabbits Smooth Muscle

with 60 and 420 Gauss of Magnetic Field According to In Vitro by Tyrode

Temperature Variation. Supervised by AKHIRUDDIN MADDU and KOEKOEH

SANTOSO.

The digestive system in the living body involving the small intestinal organs,

which included Na+, K

+, and Ca

2+ channels which play an important role in

smooth muscle contraction. Observations on smooth muscle contraction

performed on isolated ileum of rabbits that had just died and placed in a organbath

that has been filled with tyrode 37 °C. Amplitude, frequency, and strength of

contractions were measured using the Force Sensor Data Acquisition System with

the application of ADInstruments Australia. Magnetic field of 60 and 420 Gauss

can increase the amplitude and force of contraction, and reduce the frequency of

contractions. Increasing magnetic field will decrease the contraction of smooth

muscle in the body due to the weakening of ions performance in the body.

However, when the temperature of tyrode is decreased from 20 to 40 °C the

amplitude and force of contraction are increased. The frequency of contractions

tend to be constant at any temperature, except for 20 °C where the frequency of

contractions is very different compared to other temperatures. If the temperature is

too low the contraction of ileum is not stable or even non-exist, which probably

indicates the dead of the intestine.

Keywords: the magnetic field, smooth muscle, temperature

Page 5: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Fisika

RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL

TERHADAP MEDAN MAGNET 60 DAN 420 GAUSS SECARA

IN VITRO DENGAN VARIASI SUHU TYRODE

TANTY INTAN PRATIWI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka
Page 7: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

Judul Skripsi : Respon Otot Polos Ileum Kelinci Lokal Terhadap Medan Magnet

60 dan 420 Gauss Secara In Vitro dengan Variasi Suhu Tyrode

Nama : Tanty Intan Pratiwi

NIM : G74100078

Disetujui oleh

Dr Akhiruddin Maddu, MSi

Pembimbing I

Dr drh Koekoeh Santoso

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Akhiruddin Maddu, MSi

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah memberikan

karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Respon Otot Polos Ileum Kelinci Lokal Terhadap Medan Magnet 60 dan 420

Gauss Secara In Vitro dengan Variasi Suhu Tyrode”. Dalam penulisan skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Mamah Entin dan Apa Eddy Rusnadi yang selalu memberikan doa, nasehat,

semangat dan motivasi kepada penulis.

2. BUMN PT Angkasa Pura yang telah memberikan beasiswa kepada penulis

setahun ini khususnya beasiswa penelitian.

3. Bapak Dr. Akhiruddin Maddu, MSi dan Dr. drh. Koekoeh Santoso selaku

dosen pembimbing skripsi.

4. Bapak Dr. Husin Alatas, Dr. Ir. Irzaman, MSi dan Dr. Mamat Rahmat, MSi

selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan.

5. Bapak Dr. Tony Ibnu Sumaryada selaku editor yang telah memberikan

masukan.

6. Bapak Dr Ir Irmansyah, MSi selaku pembimbing akademik.

7. Bapak Drs. Moh. Nur Indro, M.Sc sebagai Komisi Pendidikan Departemen.

8. Bapak Firman yang selalu memberikan pelayanan akademik dengan sangat

ramah, bapak Junedi, bapak Yani yang telah membantu penulis..

9. Seluruh dosen dan staff Departemen Fisika IPB, staff Laboratorium Fisiologi

FKH IPB, serta Bapak Rais Kampung Kelinci.

10. Keluarga besar Candradimuka dan Wanadri serta rekan-rekan kakak penulis

(Alm. Denny Prasetia) untuk motivasi dan bantuannya.

11. Rekan penelitian Ardiyanto, Asep, dan Danang terimakasih untuk

kebersamaan dan kerjasamanya.

12. Teman-teman Fisika angkatan 47, kakak-kakak Fisika angkatan 45 dan 46,

serta adik-adik Fisika angkatan 48 dan 49.

13. Kakak kosan Jaika 1 Badoneng (kak Aci, kak Yaya, kak Iqoh, kak Swa, kak

Upeh, kak Reni, kak Najmi, kak Esa, kak Sarah, Natal, Depi, kak Ica, kak Ani).

14. Teman terdekat Dini Novialisa, Lia Nurafivah, Sinta (jojo), Nofitri, Hani

Monavita, Lilis Solechah, Cucu Cahyati, Herlin Verina, Ryan Sugihakim,

Kharis (mbot), Monica (AGH47), Florentina (ITP47), Yolla (MSL47), Fitri

Maharani (SVK47), Nadia Ulfa (KIM47), dan Malindo Ananda (TMB47)

terimakasih kalian telah memberikan warna dalam hari-hari penulis menjadi

mahasiswa IPB.

15. Keluarga besar HIMARIKA (Himpunan Mahasiswa Aria Kamuning).

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2014

Tanty Intan Pratiwi

Page 9: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Gaya Magnetik dan Muatan Bergerak 2

Medan Magnetik Akibat Adanya Arus dalam Solenoida 3

Kontraksi Otot Polos pada Usus Halus 3

Potensial Membran Sel 4

Peran Ca2+

dalam Mekanisme Kontraksi Otot Polos 5

Efek Medan Magnet terhadap Sel Biologis 6

Efek Suhu terhadap Sel Biologis 7

METODE 8

Tempat dan Waktu 8

Bahan 9

Alat 9

Prosedur Penelitian 9

Isolasi Usus Halus Kelinci 9

Pemberian Medan Magnet 9

Penentuan Variasi Suhu 10

Uji Fisis dan Pengambilan Data 10

Pengolahan Data 10

Analisis Data 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

SIMPULAN DAN SARAN 16

Page 10: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

RIWAYAT HIDUP 39

DAFTAR TABEL

1. Konsentrasi Ion 4 2. Rekomendasi IRPA/INIRC untuk Batas Pemaparan terhadap Medan Listrik

dan Medan Magnet dengan Frekuensi 50/60 Hz 7 3. Pengaruh Perubahan Suhu 8 4. Efek medan magnet dan suhu tyrode terhadap amplitudo, frekuensi, dan

kekuatan kontraksi ileum kelinci secara in vitro 11 5. Rekapitulasi hasil sidik ragam medan magnet dan suhu serta interaksinya

terhadap pengukuran amplitudo, frekuensi, dan kekuatan kontraksi ileum

kelinci 13 6. Pengaruh interaksi tingkat medan magnet dan suhu terhadap pengukuran

amplitudo, frekuensi, dan kekuatan kontraksi ileum kelinci 14

DAFTAR GAMBAR

1. Gaya magnetik yang dialami muatan bergerak dalam medan magnet 2 2. Solenoida yang dialiri arus I dan panjang kumparan L 3 3. Bagian sistem pencernaan usus halus (kiri), Struktur otot polos (kanan) 4 4. Fenomena Depolarisasi dan Repolarisasi pada Potensial Membran Sel 5 5. Grafik ΔKP rataan amplitudo gaya terhadap suhu pada paparan medan magnet

60 dan 420 Gauss 12

6. Grafik ΔKP rataan frekuensi kontraksi terhadap suhu pada paparan medan

magnet 60 dan 420 Gauss 12 7. Grafik ΔKP rataan kekuatan kontraksi terhadap suhu pada paparan medan

magnet 60 dan 420 Gauss 13

DAFTAR LAMPIRAN

1. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian 20 2. Proses isolasi usus kelinci 21 3. Setting alat pemberian medan magnet 21

4. Setting alat pengambilan data 22 5. Grafik kontraksi ileum kelinci 23

6. Data 26 7. Analisis data menggunakan SPSS16 28

8. Uji lanjut menggunakan SAS 9.13 34

Page 11: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan energi listrik tidak dapat dipisahkan dari segala sektor penunjang

kehidupan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut diperlukan

pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu

jaringan transmisi yang saat ini dikenal masyarakat adalah SUTET yang

merupakan singkatan dari Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi. SUTET adalah

saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang (penghantar) di udara

bertegangan di atas 245 kV sesuai standar di bidang ketenagalistrikan.1

Ambang batas yang di rekomendasikan oleh IRPA/INIRC, WHO 1990 dan

SNI 04-6950-2003 yaitu 0.0001 Tesla dalam lingkungan umum. Sementara di

Indonesia, SUTET yang beroperasi sebagian besar bertegangan 500 kV. Hal ini

menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat sekitar SUTET, lahan seluas

ratusan kilometer persegi tidak dapat dimanfaatkan dengan baik karena radiasi

elektromagnetik yang ditimbulkan. Salah satu sumber radiasi elektromagnetik

adalah medan magnet, dimana badan kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan

batas maksimum gelombang elektromagnetik yang diterima tubuh yaitu sekitar 3

sampai 5 Gauss.2

Dimana pada paparan 3 sampai 5 Gauss ini sel-sel dalam tubuh

membelah dan belum terdiferensiasi.

Sistem pencernaan dalam tubuh makhluk hidup melibatkan organ usus,

dimana di dalamnya terdapat kanal Na+, K

+, dan Ca

2+ yang berperan penting

dalam kontraksi otot polos. Agar suatu otot dapat berkontraksi maka harus ada

regulasi kanal, apabila kanal Ca2+

ditekan maka otot tidak akan berkontraksi.

Kecepatan kontraksi suatu otot dipengaruhi dengan adanya respon aktif membran

sel terhadap stimulus sebagai akibat dari terbukanya kanal Na+ dan K

+. Jika

membran potensial mencapai batas ambang tegangan listrik maka kanal Na+

terbuka sekitar 1 ms. Hal ini menyebabkan repolarisasi (Kanal K+ terbuka untuk

mempercepat potensial membran kembali ke posisi istirahat (resting membrane

potential).3

Pada tahun 2001 Badan Internasional untuk penelitian kanker menyatakan

bahwa paparan medan magnet dengan frekuensi 50 sampai 60 Hz dapat

mempengaruhi pergerakan ion dalam tubuh. Beberapa penulis merekomendasikan

penyidikan lebih lanjut dari efek jangka panjang yang mungkin terjadi dari medan

magnet.4 Oleh karena itu peneliti melakukan pengujian kontraksi otot polos ileum

kelinci secara in vitro dengan pengaruh medan magnet 60 dan 420 Gauss serta

variasi suhu tyrode untuk membuktikan pengaruh radiasi elektromagnetik

terhadap perubahan amplitudo, frekuensi, dan kekuatan kontraksi otot polos.

Dimana pada paparan 60 Gauss sel-sel dalam tubuh mulai terdiferensiasi yang

ditunjukkan dengan dimulainya kontraksi otot. Sementara paparan 420 Gauss

merupakan besar medan magnet maksimal yang dipaparkan selonoida dengan

sumber arus power supply berasal dari sumber listrik PLN.

Page 12: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

2

Perumusan Masalah

Radiasi elektromagnetik mempengaruhi kontraksi otot dalam tubuh.

Kontraksi otot dalam tubuh melibatkan pergerakan ion Na+ (dari ekstraseluler

menuju intraseluler), ion K+ (dari intraseluler menuju ekstraseluler), dan ion Ca

2+

(dari retikulum sarkoplasma menuju sitoplasma). Dengan adanya paparan medan

magnet sebesar 60 dan 420 Gauss serta adanya variasi suhu tyrode yang diberikan

diharapkan dapat mempengaruhi pergerakan ion sehingga mengubah amplitudo,

frekuensi, dan kekuatan kontraksi otot polos.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan kontraksi otot

akibat kombinasi paparan medan magnet dan perubahan suhu tyrode yang

dibuktikan melalui perubahan amplitudo, frekuensi, dan kekuatan kontraksi otot

polos.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat diketahui seberapa besar

pengaruh medan magnet dan suhu terhadap sel biologis.

TINJAUAN PUSTAKA

Gaya Magnetik dan Muatan Bergerak

Muatan bergerak berinteraksi satu sama lain melalui gaya magnetik. Suatu

muatan bergerak atau arus menciptakan medan magnetik yang selanjutnya

mengerahkan gaya pada muatan bergerak. Akhirnya, seluruh medan magnetik itu

diakibatkan oleh muatan yang bergerak.5

Gambar 1 Gaya magnetik yang dialami muatan bergerak dalam medan magnet

Apabila muatan titik q bergerak dengan kecepatan v, muatan ini akan

menghasilkan medan magnetik B yang dinyatakan dalam persamaan berikut: 6

(1)

Page 13: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

3

e g e e g e g h d i q ke titik medan,

d μ˳ merupakan konstanta kesebandingan yang disebut permeabilitas ruang

bebas, g e ili i il i μ˳ = 4π x 1 -7

T.m/A dimana 1 T = 10000 Gauss.6

Apabila suatu muatan q bergerak dengan kecepatan v dalam medan

magnetik B, gaya magnetik F pada muatan ialah

(2)

Medan Magnetik Akibat Adanya Arus dalam Solenoida

Solenoida merupakan induktor berupa gulungan kawat yang didalamnya

terdapat sebuah batang besi berbentuk silinder untuk menghasilkan medan

magnetik kuat dan seragam. Medan magnetik solenoida pada dasarnya adalah

medan magnetik dari sederetan N simpal arus identik yang ditempatkan

berdampingan. Jika kumparan-kumparan solenoida berjarak sangat dekat, medan

di dalam solenoida akan paralel dengan sumbunya kecuali di bagian ujung.5

Gambar 2 Solenoida yang dialiri arus I dan panjang kumparan L

Medan magnet yang dihasilkan pada pusat solenoida dapat dinyatakan

sebagai berikut:6

(3)

Sedangkan besar medan magnet di tepi solenoida yaitu:

(4)

dimana N adalah banyaknya lilitan pada solenoida, i adalah arus yang mengalir

dalam satuan Ampere, dan L adalah panjang solenoida dalam satuan meter.

K e eb di g μ˳ = 4π x 1 -7

T.m/A.

Kontraksi Otot Polos pada Usus Halus

Usus halus yang terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum merupakan

bagian saluran pencernaan yang berfungsi dalam penguraian makanan secara fisik

maupun kimia, dan melakukan penyerapan hasil pencernaan. Pencernaan secara

kimia dilakukan melalui aktivitas enzim. Agar dapat bercampur seluruhnya

dengan enzim maka proses ini terjadi lewat pengadukan dan gerusan melalui

kontraksi usus halus.7

Page 14: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

4

Filamen-filamen tipis otot halus memang mengandung aktin dan

tropomiosin namun tidak semuanya mengandung troponin. Kontraksi otot halus

tetap dipicu oleh Ca2+

karena miosin rantai ringan kinase (=myosin light chain

kinase / MLCK) secara enzimatik akan menjadi aktif hanya jika Ca2+

-kalmodulin

hadir. MLCK merupakan sebuah enzim yang memfosforilasi rantai ringan miosin

sehingga menstimulasi terjadinya kontraksi otot.8

Gambar 3 Bagian sistem pencernaan usus halus (kiri), Struktur otot polos (kanan)

Otot polos sebagai struktur utama usus halus memiliki ciri miogenik yaitu

otot dapat melaksanakan ritme denyutnya secara spontan yang dinamakan sebagai

ritme basal. Ritme basal akan diperkuat oleh adanya ion Ca2+

yang masuk ke

dalam jaringan, hingga menimbulkan potensial aksi atau kontraksi lebih kuat.

Kontraksi usus halus dilaksanakan oleh otot polos visera yang memiliki

karakteristik mampu berkontraksi secara spontan tanpa ada rangsangan dari luar.

Kontraksi spontan dan ritmik ini berkaitan dengan adanya potensial gelombang

lambat (slow wave potential) yang terjadi secara terus-menerus.

Potensial Membran Sel

Konsentrasi ion di dalam dan di luar sel otot berbeda (lihat tabel 1).Hal ini

menghasilkan perbedaan potensial listrik yang sering disebut sebagai potensial

membran. Besaran potensial membran adalah -60 and -90 mV (interior sel

bermuatan negatif). Potential ini dapat berubah dalam hitungan detik menjadi +20

sampai +50 mV yang disebut potensial aksi.3

Tabel 1 Konsentrasi Ion

Ion Intraseluler

(mmol/l)

Ekstraseluler

(mmol/l)

Rasio: dalam/luar

Na+ 12 145 1:12

K+

155 4 40:1

Cl- 4 120 1:30

A-

155 - -

Page 15: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

5

Dalam keadaan tanpa rangsang, antara bagian luar dan dalam sel saraf

terdapat perbedaan muatan yang disebut potensial membran. Besar potensial

membran yang diukur pada saat istirahat disebut resting membrane potential.

Potensial istirahat selalu negatif pada sel saraf dan otot (-90 mV). Dalam keadaan

istirahat bagian luar membran bermuatan positif dan di dalam sel bermuatan

negatif, keadaan ini dinamakan polarisasi. Polarisasi terjadi karena distribusi ion

A¯, Cl¯, K+, dan Na

+ yang tidak sama. Dalam keadaan istirahat potensial

membran dipertahankan pada -70 mV. Jika ada rangsangan maka akan terjadi

perubahan potensial membran dari -70 mV menjadi +35 mV. Perubahan potensial

yang terjadi disebut potensial aksi.9

Potensial aksi dimulai dengan depolarisasi membran, yang berarti peniadaan

atau berkurangnya polarisasi (beda potensial) antara cis dan ces. Penurunan beda

potensial disebabkan oleh pembukaan kanal ion natrium (Na+). Sensor listrik

kanal ion natrium peka terhadap beda potensial yang paling kecil, sehingga kanal

ion natrium terbuka pertama kali setelah sel distimulasi. Kanal ion natrium yang

terbuka menyebabkan pergerakan masuk (influx) ion natrium menjadi nyata.

Influx ion natrium membawa masuk muatan positif ke dalam cis menjadi lebih

positif, sehingga beda potensial antara cis dan ces berkurang mendekati nol.

Depolariasi membran akan berhenti manakala beda potensial membran telah

mencapai beda potensial yang lebih kecil dibandingkan kanal ion kalium. Beda

potensial akan meningkat kembali akibat pembukaan kanal ion Cl. Beda potensial

yang kembali meningkat sampai nilai ambang ion K, maka kanal tersebut akan

terbuka dan membawa muatan positif keluar dari sel. Negatifitas muatan di dalam

sel meningkat kembali dan polarisasi membran bertambah mendekati kondisi

semula. Hal inilah yang disebut dengan fenomena repolarisasi, artinya membran

kembali pada kondisi semula.9

Gambar 4 Fenomena Depolarisasi dan Repolarisasi pada Potensial Membran Sel

Peran Ca2+

dalam Mekanisme Kontraksi Otot Polos

Seperti halnya pada otot kerangka kontraksi terjadi akibat interaksi aktin-

miosin, namun pengaturan interaksi ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan

otot kerangka. Awal mula kontraksi adalah aktifitas depolarisasi spontan serabut

Page 16: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

6

otot polos sebagai akibat dari tidak stabilnya membran potensial. Hal ini akan

mengakibatkan permeabilitas membran sel otot polos terhadap Ca2+

meningkat

dan konsentrasi Ca2+

dengan sendirinya akan meningkat. Di dalam sel otot polos

Ca2+

akan diikat oleh kalmodulin sehingga terbentuk senyawa kompleks Ca-

Kalmodulin. Senyawa ini akan berikatan dengan myosin light chain kinase tidak

aktif (MLCK-inaktif), menjadi suatu senyawa enzimatis yang sangat aktif (Ca-

Kalmodulin-MLCK-aktif). Senyawa aktif ini akan melakukan fosforilasi residu

serin yang terdapat pada myosin light chain (LCp). Proses fosforilasi ini

membutuhkan 1 ATP. Hal ini menyebabkan miosin memiliki kemampuan ATP-

ase tinggi sehingga mampu melakukan hidrolisa ATP yang berakibat pada ikatan

silang aktin-miosin.10

Dalam sel otot polos mengandung sejumlah besar protein pengatur yang

bereaksi dengan ion kalsium dalam memicu kontraksi yang disebut kalmodulin.

Berikut ini urutan proses aktivasi dan kontraksi yang terjadi:11

Konsentrasi intraselular Ca2+

bergantung pada permeabilitas membran

plasma sel otot polos terhadap Ca2+

. Permeabilitas otot polos tersebut

dipengaruhi oleh sistem syaraf involunter atau autonomik. Saat Ca2+

meningkat, kontraksi otot polos dimulai. Ion kalsium berikatan dengan

kalmodulin.

Kombinasi kalmodulin dan kalsium kemudian bersambungan sekaligus

mengaktifkan miosin rantai ringan kinase (myosin light chain kinase /

MLCK), yaitu suatu enzim yang berfungsi dalam melakukan fosforilasi.

Salah satu rantai ringan dari setiap kepala miosin (sebagai rantai pengatur),

mengalami fosforilasi sebagai respon terhadap miosin kinase. Bila rantai ini tidak

mengalami fosforilasi, siklus pelekatan-pelepasan kepala dengan filamen aktin

tidak akan terjadi. Tetapi bila rantai pengatur mengalami fosforilasi, kepala

memiliki kemampuan untuk berikatan dengan filamen aktin dan bekerja melalui

seluruh proses siklus sehingga menghasilkan kontraksi otot polos.

Efek Medan Magnet terhadap Sel Biologis

Sebagaimana diketahui, semakin panjang usus semakin lama pula makanan

berada dalam usus. Keadaan ini memungkinkan proses pencernaan dan

penyerapan zat-zat yang terkandung dalam makanan akan semakin baik. Paparan

medan listrik dan medan magnet akan meningkatkan kontraksi usus halus pada

kelinci.12

Salah satu perubahan fisis selama terjadi kontraksi otot adalah

perubahan tegangan dan panjang.7

Sebuah lembaga telah menunjukkan bahwa membran sel (membran yang

menyelubungi sel) sebagai situs utama dari interaksi antara medan ELF

(Extremely Low Frequency) dan sel. Selain sebagai batas dan menjaga integritas

struktural dari sel, membran sel juga bertanggung jawab untuk beberapa fungsi

penting dari sel seperti mengendalikan aliran material dan energi sinyal ke dalam

sel, dan transmisi informasi tiba di permukaannya ke bagian dalam sel sehingga

proses kehidupan yang tepat dapat berlangsung. Ini adalah filter yang sangat

selektif yang mempertahankan konsentrasi ion (atom bermuatan) yang tidak

merata di kedua sisi dan memungkinkan nutrisi untuk masuk, serta produk-produk

Page 17: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

7

limbah meninggalkan sel. Hal ini dimungkinkan oleh komponen yang sangat

khusus dari membran sel.2,13

Tabel 2 Rekomendasi IRPA/INIRC untuk Batas Pemaparan terhadap Medan

Listrik dan Medan Magnet dengan Frekuensi 50/60 Hz

Klasifikasi Medan Listrik (kVrms/m) Kuat Fluks Magnetik (mTrms)

Lingkungan kerja:

1. Sepanjang hari kerja 10 0.5

2. Waktu singkat 30 5

3. Anggota tubuh 25

Lingkungan umum:

1. Sampai 24jam/hari 5 0.1

2. Beberapa jam/hari 10 1

Konsentrasi ion yang tidak merata digunakan oleh sel untuk transmisi sinyal

eksternal ke interior, dan untuk mengizinkan atau mencegah masuknya molekul

dan ion yang dipilih ke dalam sel. Ion-ion yang paling penting adalah kalium (K+),

natrium (Na+), klor (Cl

-), hidrogen (H

+), dan kalsium (Ca

2+). Masuknya banyak

molekul dan ion terjadi melalui saluran dalam sel yang disebut saluran ion. Hal ini

menutup atau membuka dalam menanggapi konsentrasi ion dan dengan demikian

mengatur arus. Ada juga beberapa enzim yang melekat pada membran. Enzim ini

mengambil bagian dalam sintesis molekul serta mengendalikan tindakan awal

molekul eksternal seperti obat-obatan.13

Induksi medan listrik bebas pada benda hidup disebabkan adanya muatan-

muatan listrik bebas yang biasa dinamakan ion dalam cairan tubuh (darah, getah

bening, saraf, dan otot) yang dapat dipengaruhi oleh adanya gaya yang dihasilkan

oleh muatan dan aliran arus listrik. Delman dan Brown (1989) menyatakan bahwa

di dalam plasma darah terdapat garam-garam anorganik (natrium klorida, natrium

karbonat, dan natrium fosfat), protein (dalam bentuk albumin, globulin, dan

fibrinogen), lemak (lesitin dan gliserol) serta zat-zat lainnya seperti hormon,

vitamin, enzim, dan nutrien. Garam-garam tersebut akan terinduksi ketika medan

elektromagnetik diberikan. Terinduksinya garam-garam dalam tubuh

menyebabkan sirkulasi darah menjadi lebih lancar.13

Radiasi elektromagnetik berinteraksi dengan neurotransmitter dan hormon

pertumbuhan.13

Secara garis besar, energi total yang diserap dan distribusinya di

dalam tubuh tergantung kepada keadaan paparan radiasi seperti adanya benda lain

di sekitar sumber radiasi, dan sifat elektrik tubuh (konstan dielektrik dan

konduktivitas).12

Elektromagnetik mengganggu kontraksi usus halus yang

merupakan bagian dari sistem pencernaan. Terganggunya fungsi kontraksi saluran

pencernaan menyebabkan fungsi digesti dan absorbsi tidak berjalan dengan

semestinya. Pencernaan di usus merupakan kerjasama antara gerakan peristaltik

dengan kerja enzim.7

Efek Suhu terhadap Sel Biologis

Kelinci adalah hewan homeotermik yang memiliki faktor pengontrol, yaitu

faktor pengendali kecepatan reaksi kimia dalam tubuh, termasuk proses

metabolisme. Zhoff dan Mancrief (1990) mengatakan bahwa sesuai dengan

Page 18: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

8

hukum Van Hoff, setiap peningkatan suhu sebesar 10 °C akan mengakibatkan laju

proses biokimia meningkat dua kali. Peningkatan suhu mengakibatkan toksisitas

berbagai kontaminan terlarut meningkat, menurunkan konsentrasi oksigen terlarut,

meningkatkan konsumsi oksigen karena meningkatnya suhu tubuh serta

meningkatkan laju metabolisme. Penurunan suhu lingkungan dapat

mengakibatkan rendahnya respon imunitas, mengurangi aktivitas, nafsu makan

dan pertumbuhan.14

Peningkatan suhu dapat mempengaruhi membran sel dan protein. Ekor asam

le d i l i g d f f li id bi “ eleleh” d h i ggi g berarti

bahwa mereka menjadi lebih cair dan memungkinkan lebih banyak gerakan. Hal

ini mempengaruhi permeabilitas sel yang menyebabkan molekul yang seharusnya

tidak masuk justru masuk ke dalam sel sehingga merusak sel. Transmembran atau

protein perifer juga dapat rusak oleh suhu tinggi. Temperatur yang tinggi

menyebabkan protein mengubah sifat, atau rusak. Peningkatan suhu juga

meningkatkan reaksi yang terjadi dalam sel, ketika suhu terlalu tinggi maka akan

menghancurkan protein, reaksi dan sel-sel.15

Penurunan temperatur juga memiliki efek pada membran sel dan sel. Ekor

asam lemak dari fosfolipid menjadi lebih kaku pada suhu dingin. Ini

mempengaruhi fluiditas, permeabilitas dan kemampuan sel untuk hidup. Ketika

sel-sel kurang cairan, mereka tidak bisa bergerak atau tumbuh. Penurunan

permeabilitas berarti bahwa molekul penting tidak bisa masuk ke sel. Selain itu,

suhu dingin dapat menyebabkan reaksi seluler untuk memperlambat atau bahkan

menghentikan pergerakan suatu otot.15

(lihat Tabel 3)

Tabel 3 Pengaruh Perubahan Suhu

Klasifikasi Peningkatan suhu Penurunan suhu

mempengaruhi Membran sel dan protein Membran sel dan sel

Ekor asam lemak

dari fosfolipid cair kaku

Permeabilitas

molekul yang seharusnya

tidak masuk justru masuk

ke dalam sel sehingga

merusak sel

molekul penting tidak bisa

masuk ke sel

Pergerakan otot Stabil atau meningkat Lambat bahkan berhenti

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi

dan Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB. Pelaksanaan penelitian dimulai

pada bulan Oktober hingga Desember 2013.

Page 19: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

9

Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: kelinci

jantan dengan bobot 2 – 2.5 kg yang dibeli di Kampung Kelinci, larutan tyrode

dan NaCl 0.9 % yang biasanya dipesan dari Staff Laboratorium Fisiologi FKH

IPB, air, dan es batu. (lihat Lampiran 1)

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: power supply

type PASCO, multimeter, sensor medan magnet type PASCO, organbath,

termometer, kompor listrik, interface PASCO 750, koil selonoida, kabel, data

Acquistion System Powerlab 4ST ADInstruments, sensor gaya type

ADInstruments, benang, penggaris, alat bedah, software DataStudio dan Chart5,

software SPSS16 dan software SAS9.13. (lihat Lampiran 1)

Prosedur Penelitian

Isolasi Usus Halus Kelinci

Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci jantan dewasa

dengan bobot sekitar 2 - 2.5 kg yang telah dipuasakan selama semalam. Kemudian

kelinci dipotong dan dibuka abdomennya dengan menggunakan alat bedah.

Selanjutnya usus halus dikeluarkan dari tubuh dan diisolasi menjadi duodenum,

jejunum, dan ileum. Kemudian usus halus tersebut dibersihkan dari isi lumen

dengan menggunakan NaCl 0.9 %. Pada penelitian ini hanya digunakan ileum

yang kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi larutan tyrode 37 °C.

(lihat Lampiran 2)

Ileum kelinci kemudian dipotong 1 - 2 cm dan kemudian kedua ujungnya

diikat dengan benang. Ujung benang yang satu diikatkan pada ujung tabung

aerator dan kemudian dimasukkan ke dalam tabung organbath yang telah diisi

larutan tyrode 37 °C, sedangkan ujung lainnya diikatkan pada sensor gaya

transduser ADInstruments.

Pemberian Medan Magnet

Medan magnet yang diberikan pada penelitian ini adalah sebesar 60 Gauss

dan 420 Gauss. Besar medan magnet yang diberikan ini sebelumnya ditentukan

dengan mengatur besar arus pada power supply yang disambungkan ke koil

selonoida. Besar medan magnet dapat dibaca pada Laptop yang telah

disambungkan ke interface PASCO 750 dengan menggunakan software

DataStudio. (lihat Lampiran 3)

Usus halus yang telah dirangkai pada organbath dan sensor gaya type

ADInstruments diberi medan magnet dari selonoida. (lihat Lampiran 3)

Page 20: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

10

Penentuan Variasi Suhu

Organbath terdiri dari dua gelas kaca, dimana gelas yang di dalam

ukurannya lebih kecil dibandingkan gelas yang di luar. Gelas kecil diisi larutan

tyrode dengan suhu 37 °C, sedangkan gelas bagian luar diisi air. Dengan

mengubah-ubah suhu air maka secara spontan suhu tyrode berubah menjadi 20 °C,

25 °C, 30 °C, 35 °C, dan 40 °C.

Uji Fisis dan Pengambilan Data

Uji fisis yang dilakukan dalam penelitian adalah secara in vitro yaitu

pemberian medan magnet sebesar 60 dan 420 Gauss dengan variasi suhu pada

ileum kelinci yang terdapat dalam organbath. Tiap sampel usus halus diambil 5

kontrol dan 5 perlakuan. Untuk 120 detik pertama usus tidak diberi perlakuan

apapun (kontrol), kemudian 120 detik selanjutnya diberikan medan magnet

(perlakuan), selanjutnya dilakukan kontrol lagi kemudian perlakuan lagi begitu

sampai 5 kali ulangan. Begitu juga untuk variasi suhu yang lainnya dilakukan 5

kontrol dan 5 perlakuan.

Data yang diambil berupa grafik yang terdapat pada layar komputer

menggunakan software Chart5. Grafik tersebut menunjukkan kontraksi usus halus

pada waktu tertentu. (lihat Lampiran 5)

Pengolahan Data

Data yang diperoleh berupa grafik hubungan gaya terhadap waktu.

Kemudian grafik tersebut diblok untuk dilihat perubahan gaya dari waktu ke

waktu. Untuk menentukan amplitudo dan frekuensi kontraksi usus, grafik yang

telah diblok tadi klik Window pada Menu Bar pada tampilan Chart5, kemudian

pilih Data Pad. Kemudian akan muncul tabel, amplitudo dan frekuensi dapat

ditentukan dengan mengklik kolom untuk di-setup. Dimana untuk mencari

amplitudo rata-rata dapat mengklik Cyclic Measurements kemudian pilih Average

Cyclic Height. Sedangkan untuk mencari frekuensi rata-rata dapat mengklik

Cyclic Measurements kemudian pilih Average Cyclic Frequency.

Besar amplitudo, frekuensi, dan kekuatan kontraksi yang diperoleh

kemudian di-copy ke Microsoft Office Excel 2007. (lihat Lampiran 6)

Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk membuktikan apakah data yang diperoleh

berdeda nyata atau tidak. Pada penelitian ini analisis data menggunakan software

SPSS16 dan SAS9.13.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok

(RAK) dengan dua faktor, yaitu medan magnet dan suhu. Setiap perlakuan

diulang sebanyak lima kali sehingga diperoleh lima data untuk setiap kontrol dan

perlakuan. Data dianalisis menggunakan analiasi ragam (Uji F). Uji nilai tengah

yang digunakan adalah Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada selang

kepercayaan 5%.16

(lihat Lampiran 7 dan Lampiran 8)

Page 21: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ileum kelinci yang digunakan sebelumnya telah diisolasi sehingga tidak

dipengaruhi oleh sistem saraf eksternal simpatik dan parasimpatik. Pergerakan

ileum kelinci menunjukkan adanya kontraksi spontan pergerakan autonomik.

Kontraksi ileum kelinci dilakukan oleh otot visera yang memiliki karakteristik

mampu berkontraksi secara spontan tanpa perlu adanya rangsangan dari luar.7

Kymogram kontraksi ileum kelinci dapat dilihat pada layar komputer

menggunakan software Chart5 dari ADInstruments. Secara normal suatu otot

polos dapat berkontraksi pada suhu tubuh sekitar 37 °C, namun pada penelitian ini

dilakukan variasi suhu tyrode sekitar 20 °C sampai 40 °C. Sehingga ileum kelinci

dapat mengalami kontraksi yang berbeda setiap suhunya dilihat dari perubahan

amplitudo, frekuensi, dan kekuatan kontraksinya. (lihat Lampiran 5)

Perbedaan nilai Δ pada Tabel 4 menunjukkan adanya perubahan pada setiap

pengambilan sampel. Hal ini disebabkan isolasi usus yang dilakukan pada waktu

bersamaan sedangkan waktu penggunaannya berbeda karena keterbatasan sensor

yang ada, dan setiap ganti sampel pemasangan benang tidak selalu sama. Oleh

karena itu, agar didapatkan data yang valid, maka dari setiap sampel harus diambil

data kontrol dan perlakuannya.

Tabel 4 Efek medan magnet dan suhu tyrode terhadap amplitudo, frekuensi, dan

kekuatan kontraksi ileum kelinci secara in vitro

Medan

(Gauss)

Suhu (°C)

20 25 30 35 40

Δ A li d Gaya (N)

60 0.00026 ±

0.00008

0.01166 ±

0.00390

0.03492 ±

0.00225

0.03377 ±

0.00183

0.05338 ±

0.00766

420 0.00573 ±

0.00143

0.01529 ±

0.00163

0.03623 ±

0.00269

0.03521 ±

0.00123

0.06429 ±

0.00143

Δ F e e i kontraksi (kontraksi/detik)

60 1.90627 ±

0.77525

0.07099 ±

0.02524

0.15840 ±

0.00953

0.21660 ±

0.01008

0.21285 ±

0.03187

420 0.05846 ±

0.00321

0.04023 ±

0.02766

0.15763 ±

0.02350

0.22960 ±

0.00643

0.17140 ±

0.00517

Δ Ke kontraksi (N)

60 0.01410 ±

0.00028

0.00795 ±

0.00150

0.25102 ±

0.00095

0.24482 ±

0.00099

0.27355 ±

0.00113

420 0.01235 ±

0.00132

0.01714 ±

0.00156

0.25496 ±

0.00370

0.24899 ±

0.00092

0.27345 ±

0.00042

Amplitudo gaya merupakan perbedaan rata-rata antara kontraksi maksimum

dan kontraksi minimum. Amplitudo dinyatakan dalam satuan Newton. Medan

magnet menyebabkan kontraksi ileum kelinci berubah. Pada amplitudo,

pemberian medan magnet berbanding lurus dengan perubahan amplitudo

kontraksi, semakin besar medan magnet yang dipaparkan semakin besar

perubahan amplitudo kontraksinya. (lihat Tabel 4 dan Gambar 5)

Suarga (2006) meneliti kontraksi usus kelinci dengan variasi medan magnet,

dimana telihat perbedaan antara sebelum dan sesudah dipaparkan medan magnet.

Page 22: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

12

Amplitudo kontraksi ileum kelinci meningkat ketika diberi paparan medan magnet

yang semakin besar.10

Ikusima (1996) membuktikan bahwa induksi magnetik dan

kerja protein merangsang sistem kekebalan. Gumay (1993) menunjukkan

fenomena hormesis pada taraf kuat medan magnetik di percobaan tikus. Nair

(1989) mengatakan bahwa medan magnet berinteraksi dengan hormon,

neurotransmitter, dan hormon pertumbuhan. Perubahan amplitudo kontraksi pada

usus yang mengalami paparan medan magnet diduga karena adanya perubahan

kanal dan konsentrasi ion. Dengan adanya rangsangan berupa medan magnet

maka terjadi perubahan potensial membran yang menyebabkan terjadinya

potensial aksi dan hidrolisis ATP yang ditunjukkan dengan adanya proses

fosforilasi sehingga otot polos ileum berkontraksi.4, 11, 13

Gambar 5 Grafik ΔKP rataan amplitudo gaya terhadap suhu pada paparan medan

magnet 60 dan 420 Gauss

Frekuensi merupakan banyaknya kontraksi setiap waktu. Satuan frekuensi

dinyatakan dalam kontraksi/waktu. Medan magnet berbanding lurus dengan

perubahan frekuensi kontraksi, semakin besar medan magnet yang dipaparkan

semakin besar kontraksi dalam setiap waktu. (lihat Tabel 4)

Gambar 6 Grafik ΔKP rataan frekuensi kontraksi terhadap suhu pada paparan

medan magnet 60 dan 420 Gauss

Nuryandani (2005) dan Suarga (2006) menunjukkan bahwa pada paparan

medan magnet yang semakin besar maka frekuensi kontraksinya akan semakin

besar.10, 12

Pada Gambar 6 terlihat bahwa perubahan frekuensi kontraksi paparan

420 Gauss lebih besar dibandingkan 60 Gauss, kecuali pada suhu 20 °C. Hal ini

dikarenakan pada suhu 20 °C ileum kelinci cenderung tidak berkontraksi di suhu

ini. Penurunan suhu mengakibatkan rendahnya respon imunitas dan aktivitas suatu

-0.0015

-0.001

-0.0005

0

0.0005

0.001

20 25 30 35 40

Δ A

mp

litu

do

gay

a (N

)

Suhu ( C)

60 Gauss

420 Gauss

-0.02

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

20 25 30 35 40

Δ F

reku

en

si k

on

trak

si

(ko

ntr

aksi

/de

tik)

Suhu ( C)

60 Gauss

420 Gauss

Page 23: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

13

otot.14

Kekuatan kontraksi merupakan besarnya kemampuan suatu otot untuk

menghasilkan gaya tarik. Paparan medan magnet berbanding lurus dengan gaya

tarik dari ileum kelinci, semakin besar medan magnetnya maka kekuatan

kontraksinya meningkat. (lihat Tabel 4)

Pada Gambar 7 terlihat bahwa pada paparan 60 Gauss dan 420 Gauss

terdapat perubahan kontraksi ileum yang cukup jelas setiap suhunya. Pada suhu di

bawah suhu normal (kurang dari 30 °C) dan di atas suhu normal (di atas 30 °C)

perubahan kekuatan kontraksi 420 Gauss cenderung lebih besar. Sedangkan pada

suhu 30 °C perubahan kekuatan kontraksi yang lebih besar adalah saat diberi

paparan medan magnet 60 Gauss. Pada suhu ini terjadi perubahan kekuatan

kontraksi maksimum pada paparan 60 Gauss dan kekuatan kontraksi minimum

pada paparan 420 Gauss. Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu normal 30 °C

sangat cocok untuk melihat perbedaan kekuatan kontraksi pada setiap medan

magnet yang dipaparkan karena suhu yang paling ideal untuk suatu metabolisme

dalam tubuh yaitu sekitar 28-32 °C.3

Gambar 7 Grafik ΔKP rataan kekuatan kontraksi terhadap suhu pada paparan

medan magnet 60 dan 420 Gauss

Uji beda nyata terkecil (BNT) adalah prosedur yang paling sederhana untuk

pembandingan berpasangan. Uji ini memberikan nilai BNT tunggal pada taraf

nyata yang ditentukan, yang membuat kepastian antara nyata dan tidak nyata antar

perlakuan. Dua perlakuan dinyatakan berbeda nyata pada taraf nyata yang

ditentukan apabila perbedaannya melebihi nilai BNT yang dihitung, selain itu

berarti tidak berbeda nyata.16

Tabel 5 Rekapitulasi hasil sidik ragam medan magnet dan suhu serta interaksinya

terhadap pengukuran amplitudo, frekuensi, dan kekuatan kontraksi ileum kelinci

Variasi Pengukuran

Amplitudo Gaya

(N)

Frekuensi kontraksi

(kontraksi/waktu)

Kekuatan

kontraksi (N)

Medan < 0.0001** < 0.0001** < 0.0001**

Suhu < 0.0001** < 0.0001** < 0.0001**

Interaksi 0.0045** < 0.0001** < 0.0001**

** : be bed g (α > . 1)

Hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pada faktor

tunggal medan magnet dan suhu berpengaruh sangat nyata terhadap pengukuran

-0.0015

-0.001

-0.0005

0

0.0005

0.001

20 25 30 35 40

Δ k

eku

atan

ko

ntr

aksi

(N

)

Suhu (°C)

60 Gauss

420 Gauss

Page 24: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

14

amplitudo, frekuensi, dan kekuatan kontraksi dengan nilai (Pr>F) kurang dari

0.0001. Sedangkan interaksi kedua faktor tunggal (medan dan suhu) juga

berpengaruh sangat nyata, dimana nilai (Pr>F) sebesar 0.0045. Hal ini

menunjukkan adanya pengaruh variasi medan, suhu, ataupun kombinasi keduanya

terhadap kontraksi ileum kelinci (lihat Lampiran 7).

Uji BNT biasanya masih kurang tepat untuk melihat pengaruh dari setiap

perlakuan. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji lanjut seperti uji jarak ganda

Duncan (UJGD). Perhitungan UJGD memerlukan sederetan nilai yang masing-

masing berkaitan dengan satu gugus pembanding pasangan tertentu, untuk

mementukan klasifikasi perbedaan antara dua rataan perlakuan sebagai berbeda

nyata atau tidak berbeda nyata.16

Tabel 6 Pengaruh interaksi tingkat medan magnet dan suhu terhadap pengukuran

amplitudo, frekuensi, dan kekuatan kontraksi ileum kelinci

Medan

(Gauss)

Suhu (°C) Rataan

20 25 30 35 40

Amplitudo gaya (N)

60 0.000252

f

0.012390

d

0.035388

c

0.033926

c

0.053290

b

0.027049

b

420 0.005508

e

0.015612

d

0.036484

c

0.035380

c

0.065066

a

0.031610

a

Rataan 0.002880

d

0.014001

c

0.035936

b

0.034653

b

0.059178

a

Frekuensi kontraksi (kontraksi/detik)

60 1.859500

a

0.069000

b

0.159900

b

0.216500

b

0.211700

b

0.503330

a

420 0.059400

b

0.027900

b

0.155000

b

0.229100

b

0.170000

b

0.128260

b

Rataan 0.959400

a

0.048400

b

0.157500

b

0.222800

b

0.190900

b

Kekuatan kontraksi (N)

60 0.014072

g

0.008370

i

0.250634

c

0.245122

e

0.273762

a

0.158392

b

420 0.012122

h

0.017250

f

0.255638

b

0.248886

d

0.273374

a

0.161454

a

Rataan 0.013097

d

0.012810

d

0.253136

b

0.247004

c

0.273568

a

Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda

nyata pada Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada selang kepercayaan 5%.

Tabel 6 menunjukkan perbedaan pengaruh interaksi medan magnet dan

suhu. Pada amplitudo, medan magnet 420 Gauss dengan suhu 40 °C

menghasilkan amplitudo kontraksi terbesar, dan medan magnet 60 Gauss dengan

suhu 20 °C menghasilkan amplitudo kontraksi terkecil. Sedangkan frekuensi

terbesar yaitu saat medan magnet 60 Gauss dengan suhu 20 °C, frekuensi

kontraksi berbeda jauh dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan pada suhu 20 °C,

ileum kelinci tidak berkontraksi normal (kontraksi sangat cepat setiap detiknya).

Secara keseluruhan frekuensi kontraksi dengan variasi medan dan suhu tidak

berbeda nyata, hal ini ditunjukkan dengan huruf yang sama di belakang angka

Page 25: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

15

pada setiap kolom dan baris. Kekuatan kontraksi terlihat sangat beragam, dimana

setiap interaksi medan dan suhu menghasilkan gaya tarik yang berbeda. Gaya

kontraksi terbesar yaitu saat medan 60 Gauss dengan suhu 40 °C dan gaya

kontraksi terkecil saat medan 60 Gauss dengan suhu 25 °C. Huruf alfabet pertama

menunjukkan hasil uji Duncan terbesar.16

Beberapa karya sebelumnya menunjukkan bahwa medan elektromagnetik

pada sistem hidup memiliki efek pada enzim yang berkaitan dengan regulasi

pertumbuhan, keseimbangan kalsium dalam sel dan ekspresi gen.17

Filamen-

filamen tipis otot polos mengandung aktin dan tropomiosin namun tidak semua

mengandung troponin. Kontraksi otot polos tetap dipicu oleh Ca2+

karena miosin

rantai ringan kinase (=myosin light chain kinase / MLCK) secara enzimatik akan

menjadi aktif hanya jika Ca2+

-kalmodulin hadir. MLCK merupakan sebuah enzim

yang memfosforilasi rantai ringan miosin sehingga menstimulasi terjadinya

kontraksi otot.8

Pengaruh yang diberikan oleh medan magnet dan suhu terhadap amplitudo

kontraksi spontan usus halus menunjukkan hubungan berbanding lurus. Artinya

semakin besar paparan medan magnet yang digunakan semakin besar pula

perubahan yang terjadi. Sedangkan penurunan suhu dapat menyebabkan kontraksi

menurun. Hal tersebut dapat terjadi melalui berbagai kemungkinan. Antara lain

terjadi perubahan aliran ion Ca2+

yang berperan dalam kontraksi otot polos,

terganggunya membran sel otot polos dan terganggunya aktivitas enzim MLCK.

Medan magnet juga dapat mempengaruhi sifat listrik sistem biologis di dalam

tubuh.

Medan magnet dapat mengubah aliran masuk (influx) ion Ca2+

ke dalam sel

dan mempercepat aliran keluar ion Ca2+

. Perubahan aliran ion tersebut terjadi

melalui proses pembelokkan arah masuk ion Ca2+

. Ion Ca2+

yang seharusnya

masuk kedalam intraseluler sel otot polos usus halus melalui pompa kalium akan

mengalami pembelokan sehingga tidak dapat masuk melalui pompa ion tersebut.

Hal tersebut mengakibatkan ion Ca2+

yang masuk menjadi sedikit dan [Ca2+

] di

dalam sel akan cepat berkurang, sehingga akan terjadi ketidakstabilan sistem yang

mendukung terjadinya proses kontraksi otot.

Kontraksi otot polos ileum dipicu oleh Ca2+

karena miosin rantai ringan

kinase (MLCK) secara enzimatik akan menjadi aktif hanya jika Ca2+

-kalmodulin

hadir. Dengan berkurangnya aliran masuk ion Ca2+

kedalam sel, maka [Ca2+

] yang

bereaksi dengan kalmodulin akan berkurang juga, sehingga aktifasi MLCK akan

terhambat sehingga kontraksi otot polos akan menurun.

Mekanisme interaksi tersebut sesuai dengan hukum Faraday. Hukum

Faraday menyatakan bahwa medan magnet akan menimbulkan gaya terhadap

aliran ion yang bergerak. Lebih jauh lagi, kelanjutan hukum Faraday yang

dinamakan efek Hall menyatakan bahwa ketika medan magnet ditempatkan secara

tegak lurus terhadap arah aliran arus listrik, maka akan mengalami pembelokkan

dan memisahkan muatan ion.18

Pembelokan ion tersebut akan berlawanan arah

bergantung pada kutub magnet yang dihadapkan dan muatan ion. Terdapat

kemungkinan juga medan magnet tersebut mempengaruhi Ca2+

yang keluar dari

sarkoplasma retikulum dan mempengaruhi Ca2+

ketika bereaksi dengan

kalmodulin.

Mekanisme interaksi medan magnet terhadap aliran ion kalsium ini sesuai

dengan hasil eksperimen independen yang dilakukan oleh Blackman. Blackman

Page 26: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

16

meneliti perilaku aliran keluar kalsium yang tidak normal dari membran sel

jaringan otak secara in vitro. Jaringan otak yang diberi medan magnet

menunjukkan terjadinya kenaikan effluks ion kalsium jika dibandingkan dengan

yang tidak diberikan medan magnet.13

Dari penelitian ini juga dapat terlihat bahwa medan magnet yang besar akan

besar pula kenaikan amplitudo yang terjadi. Sedangkan untuk parameter

frekuensi, data yang diperoleh menunjukkan hubungan terbalik antara besar

medan magnet terhadap frekuensi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar

medan magnet yang dipaparkan maka kontraksi otot polos dalam tubuh semakin

menurun. Interaksi antara medan magnet dengan kontraksi usus halus

menunjukkan representasi gerakan peristaltik usus.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa medan magnet

menyebabkan amplitudo, frekuensi, dan kekuatan kontraksi otot polos ileum

kelinci berubah. Medan magnet sebesar 60 dan 420 Gauss dapat meningkatkan

amplitudo dan kekuatan kontraksi, serta menurunkan frekuensi kontraksi. Hal ini

menunjukkan bahwa radiasi elektromagnetik berupa paparan medan magnet

mempengaruhi kinerja ion dalam tubuh, semakin besar paparan medan magnet

yang dipaparkan maka kontraksi otot polos dalam tubuh semakin lemah. Medan

magnet akan menimbulkan gaya terhadap aliran ion yang bergerak sesuai Hukum

Faraday, bahkan akan menimbulkan pembelokan dan pemisahan muatan ion

Pada variasi suhu dari 20 sampai 40 C, data yang diperoleh menunjukkan

bahwa amplitudo kontraksi akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu air

dalam tabung organbath. Frekuensi kontraksi cenderung konstan setiap suhunya,

d h C frekuensi kontraksi sangat berbeda dibandingkan suhu

lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa suhu yang terlalu rendah menyebabkan

kontraksi ileum tidak stabil bahkan tidak ada kontraksi karena usus mati.

Perbedaan kontraksi tercatat pada pemberian medan magnet sebesar 60 Gauss.

Kekuatan kontraksi maksimum diperoleh saat suhu tyrode 40 °C sedangkan

kekuatan kontraksi minimum terjadi saat suhu 25 °C. Perubahan suhu

mempengaruhi kinerja protein dan sel, serta pergerakan ion Ca2+

. Dengan

berkurangnya aliran masuk ion Ca2+

kedalam sel, maka [Ca2+

] yang bereaksi

dengan kalmodulin akan berkurang juga, sehingga aktifasi MLCK akan terhambat

sehingga kontraksi otot polos akan menurun.

Saran

Untuk pengembangan penelitian selanjutnya, disarankan untuk

menggunakan alat pendeteksi kontraksi (dalam hal ini yaitu force sensor) lebih

dari satu karena pengambilan data harus dilakukan secara bergantian sedangkan

usus kelinci diisolasi dalam waktu bersamaan. Selain itu perlu diingatkan bahwa

hewan yang akan dijadikan uji atau sampel sebaiknya dipuasakan (tidak diberi

Page 27: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

17

pakan) kurang lebih semalam, hal ini untuk mencegah banyaknya kotoran di

organ tubuh hewan yang akan digunakan. Untuk mengetahui pengaruh medan

magnet lebih lanjut, perlu dirancang suatu percobaan dengan dosis paparan kuat

medan yang lebih tinggi, namun itu berbahaya bagi tubuh kita sebaiknya lebih

berhati-hati. Dan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh suhu, sebaiknya

menggunakan termometer digital agar lebih tepat pembacaan temperaturnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anies. [UNDIP]. 2007. Mengatasi Gangguan Kesehatan Masyarakat

Akibat Radiasi Elektromagnetik Dengan Manajemen Berbasis Lingkungan.

Semarang: Universitas Diponegoro. Pidato Pengukuhan Upacara

Penerimaan Jabatan Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro.

2. Suwitno, Murdiyah F. 2010. Kajian Medan Magnet dan Medan Listrik

pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Kampar-Pekanbaru

Berdasarkan Rekomendasi IRPA/INIRC WHO. Jurnal Elektro ELTEK.

9(2):106-109.

3. [IPB FKH] Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan (ID).

2013. Fisiologi Otot. Bogor (ID): IPB.

4. Comba P, Fazzo L. 2009. Commentary: Health Effects of Magnetic Fields

Generated from Power Lines: New Clues for an Old Puzzle. Ann Ist

Super Sanita (IT). 45(3): 233-237.

5. Giancoli D. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid Kedua. Yuhilza Hanum, Irwan

Arifin, penerjemah; Wibi Hardani, Sylvester LS, editor. Jakarta: Penerbit

Erlangga. Terjemahan dari: Physics.

6. Tipler PA. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 2.

Bambang Soegijono, penerjemah; Wibi Hardani, editor. Jakarta: Penerbit

Erlangga. Terjemahan dari: Physics for Scientists and Engineers.

7. Goenarso D, Suripto, Zulfiani. 2004. Efek Gosipol Terhadap Kontraksi

Usus Halus Mencit (Mus musculus) Swiss Webster Jantan Secara Invitro.

Jurnal Matematika dan Sains (ID). 9(1):183-188.

8. Gunawan A. 2001. Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot.

INTEGRAL (ID). 6(2):58-71.

9. Gunawan A. 2002. Mekanisme Penghantaran Dalam Neuron

(Neurotransmisi). INTEGRAL (ID). 7(1):38-43.

10. Suarga C. 2006. Efek Medan Magnet Terhadap Usus Halus Kelinci Secara

Invitro [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

11. Brown JH, and Taylor P. 2006. Receptor Agonists And Antagonists

Muscarinic. I : L e ce L. B (Ed ) G d d Gil ’ The

Pharmacological Basis of Therapeutic, 11th Ed. The McGraw-Hill

Companies, Inc.

12. Nuryandani E. 2005. Perubahan Kontraksi Otot Longitudinal Usus Halus

Kelinci Akibat Paparan Medan Listrik dan Magnet Secara Invitro [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Page 28: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

18

13. Nair I, Morgan MG, Florig HK. 1989. Biological Effects of Power

Frequency Electric and Magnetic Fields. Pittsburgh, PA (US): Carnegie

Mellon University.

14. Sitio S. 2008. Pengaruh Medan Listrik pada Media Pemeliharaan

Bersalinitas 3 ppt Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup dan

Pertumbuhan Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac) [skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

15. Sridianti. 2014. Pengaruh Suhu terhadap Membran Sel. [internet].

[diunduh 2014 Februari 17 pukul 23.34]. Tersedia pada:

http://www.sridianti.com/pengaruh-suhu-terhadap-membran-sel.html.

16. Buyukuslu N, Celik O, Atak C. 2006. The Effect of Magnetic Field on the

Activity of Superoxide Dismutase. Journal of Cell and Molecular Biology

(TR). 1(5):57-62.

17. Gomez KA, Gomez AA. 2007. Prosedur Statistik untuk Penelitian

Pertanian Edisi Kedua. Syamsuddin E, Baharsyah JS, penerjemah;

Nasution AH, pendamping. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-

Press). Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricutural Research.

18. Suryono, dkk. 2009. Karakterisasi Sensor Magnetik Efek Hall UGN3503

Terhadap Sumber Magnet dan Implementasinya pada Pengukuran Massa.

Jurnal Berkala Fisika (ID). 12(1):-.

Page 29: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

19

LAMPIRAN

Page 30: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

20

Lampiran 1 Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian

Kelinci PASCO CI-7500 Science

Workshop 750 interface Alat Bedah

Interface Powerlab 4ST

ADInstruments Interface ADInstruments

Power Supply PASCO

Scientific SF-9584A low-

voltage sebagai sumber arus-

tegangan solenoida

Gelas ukur sebagai tempat

sampel (ileum)

Gelas erlenmeyer sebagai

tempat larutan tyrode

Organbath sebagai tempat

meletakkan organ dan untuk

mengatur suhu tyrode

Termometer untuk mengatur

suhu air dan tyrode

Sensor force ADInstruments

untuk menentukan besarnya

gaya yang diperoleh

Sensor medan magnet PASCO

CI-6520A untuk menentukan

besarnya medan magnet

Solenoida sebagai sumber

medan magnet

Kompor listrik untuk

memanaskan air dan tyrode

Laptop untuk mengambil dan

menyimpan data dalam software

Page 31: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

21

Lampiran 2 Proses isolasi usus kelinci

Lampiran 3 Setting alat pemberian medan magnet

Page 32: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

22

Lampiran 4 Setting alat pengambilan data

Page 33: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

23

Lampiran 5 Grafik kontraksi ileum kelinci

A. Paparan medan magnet 60 Gauss

Suhu

(°C) Ulangan

Medan (Gauss)

60

Kontrol Perlakuan

20

1

2

3

4

5

25

1

2

3

4

5

30

1

2

3

4

5

35

1

2

3

Page 34: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

24

4

5

40

1

2

3

4

5

B. Paparan medan magnet 420 Gauss

Suhu

(°C) Ulangan

Medan (Gauss)

420

Kontrol Perlakuan

20

1

2

3

4

5

25

1

2

3

4

5

Page 35: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

25

30

1

2

3

4

5

35

1

2

3

4

5

40

1

2

3

4

5

Page 36: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

26

Lampiran 6 Data

A. Paparan medan magnet 60 Gauss

Perlakuan Variasi Suhu Amplitudo (N) Frekuensi (Hz) Gaya (N)

K P (ΔKP) K P (ΔKP) K P (ΔPK)

60 Gauss

20 °C

0.00033 0.00028 0.00005 1.74139 1.10167 0.63972 0.01441 0.01443 -0.00002

0.00031 0.00035 -0.00004 1.37886 1.02294 0.35593 0.01439 0.01424 0.00015

0.00033 0.00029 0.00003 1.31751 1.74548 -0.42797 0.01416 0.01411 0.00005

0.00017 0.00015 0.00002 2.82028 3.10101 -0.28073 0.01393 0.01384 0.00009

0.00017 0.00019 -0.00002 2.50726 2.32629 0.18097 0.01377 0.01374 0.00003

25 °C

0.00674 0.00874 -0.00201 0.10752 0.09946 0.00806 0.00607 0.00744 -0.00137

0.00652 0.00840 -0.00188 0.09574 0.08707 0.00867 0.00555 0.00667 -0.00111

0.01129 0.01352 -0.00223 0.05691 0.05244 0.00447 0.00760 0.00870 -0.00111

0.01507 0.01548 -0.00040 0.05429 0.04200 0.01229 0.00919 0.00975 -0.00056

0.01501 0.01581 -0.00081 0.05041 0.06409 -0.01368 0.00925 0.00929 -0.00004

30 °C

0.03367 0.03168 0.00199 0.15963 0.18028 -0.02066 0.25169 0.25025 0.00144

0.03264 0.03375 -0.00111 0.16553 0.15755 0.00798 0.25037 0.25041 -0.00004

0.03485 0.03546 -0.00061 0.15578 0.16187 -0.00610 0.25063 0.24945 0.00118

0.03424 0.03659 -0.00235 0.14770 0.14825 -0.00055 0.25280 0.25119 0.00162

0.03682 0.03946 -0.00263 0.15590 0.15154 0.00436 0.25153 0.25187 -0.00034

35 °C

0.03109 0.03098 0.00011 0.21629 0.21678 -0.00049 0.24274 0.24494 -0.00221

0.03341 0.03684 -0.00342 0.20596 0.19754 0.00843 0.24417 0.24368 0.00050

0.03388 0.03419 -0.00032 0.21787 0.21445 0.00342 0.24510 0.24546 -0.00036

0.03460 0.03320 0.00139 0.21478 0.22515 -0.01037 0.24531 0.24585 -0.00054

0.03504 0.03442 0.00061 0.22845 0.22871 -0.00026 0.24530 0.24568 -0.00038

40 °C

0.05260 0.04553 0.00707 0.22021 0.24336 -0.02316 0.27030 0.27367 -0.00338

0.04533 0.04758 -0.00225 0.24615 0.23366 0.01249 0.27417 0.27424 -0.00007

0.04943 0.05031 -0.00088 0.23340 0.22364 0.00976 0.27429 0.27423 0.00006

0.05432 0.06137 -0.00705 0.20888 0.18617 0.02271 0.27449 0.27299 0.00150

0.06565 0.06166 0.00399 0.16121 0.17182 -0.01061 0.27345 0.27368 -0.00024

Page 37: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

27

B. Paparan medan magnet 420 Gauss

Perlakuan Variasi Suhu Amplitudo (N) Frekuensi (Hz) Gaya (N)

K P (ΔKP) K P (ΔKP) K P (ΔPK)

420 Gauss

20 °C

0.00627 0.00676 -0.00049 0.05717 0.05762 -0.00044 0.01350 0.01355 -0.00005

0.00699 0.00679 0.00021 0.05736 0.05691 0.00045 0.01344 0.01311 0.00033

0.00688 0.00662 0.00026 0.05133 0.05860 -0.00727 0.01278 0.01277 0.00001

0.00545 0.00407 0.00138 0.06031 0.06081 -0.00051 0.01267 0.01084 0.00182

0.00417 0.00330 0.00088 0.06160 0.06288 -0.00128 0.01053 0.01034 0.00019

25 °C

0.01372 0.01457 -0.00085 0.03675 0.03903 -0.00228 0.01397 0.01483 -0.00087

0.01548 0.01691 -0.00143 0.02979 0.01276 0.01704 0.01732 0.01778 -0.00046

0.01777 0.01716 0.00061 0.04760 0.00996 0.03765 0.01809 0.01785 0.00025

0.01438 0.01363 0.00075 0.04566 0.06905 -0.02339 0.01790 0.01832 -0.00041

0.01350 0.01579 -0.00229 0.10311 0.00861 0.09451 0.01784 0.01747 0.00036

30 °C

0.03284 0.03036 0.00248 0.20215 0.19498 0.00716 0.24541 0.25152 -0.00611

0.03634 0.03694 -0.00060 0.15012 0.13651 0.01361 0.25590 0.25753 -0.00163

0.03698 0.03732 -0.00034 0.14771 0.15602 -0.00830 0.25555 0.25621 -0.00065

0.03617 0.03922 -0.00305 0.15405 0.14446 0.00959 0.25781 0.25643 0.00138

0.03755 0.03858 -0.00103 0.14713 0.14313 0.00400 0.25674 0.25650 0.00025

35 °C

0.03629 0.03445 0.00184 0.22169 0.22925 -0.00757 0.24759 0.24733 0.00026

0.03371 0.03525 -0.00154 0.23044 0.22980 0.00064 0.24931 0.24884 0.00047

0.03467 0.03603 -0.00136 0.23852 0.23380 0.00472 0.24921 0.24913 0.00008

0.03559 0.03750 -0.00192 0.23855 0.22195 0.01661 0.25007 0.24935 0.00073

0.03493 0.03367 0.00127 0.22134 0.23055 -0.00921 0.24924 0.24978 -0.00054

40 °C

0.06273 0.06462 -0.00190 0.16687 0.16881 -0.00195 0.27378 0.27299 0.00079

0.06162 0.06609 -0.00447 0.18037 0.16880 0.01157 0.27304 0.27391 -0.00087

0.06231 0.06518 -0.00287 0.17314 0.16350 0.00964 0.27362 0.27343 0.00019

0.06544 0.06594 -0.00050 0.17452 0.17115 0.00338 0.27400 0.27366 0.00034

0.06544 0.06350 0.00194 0.16922 0.17766 -0.00844 0.27323 0.27288 0.00035

Page 38: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

28

Lampiran 7 Analisis data menggunakan SPSS16

A. Paparan Medan Magnet 60 Gauss

a) Amplitudo

NPar Tests /K-S(NORMAL)=Amplitudo

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/MISSING ANALYSIS.

Descriptive Statistics

Amplitudo N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

25 -.0005100 .00258546 -.00705 .00707

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N 25

Normal Parametersa

Mean -.0005100

Std. Deviation .00258546

Most Extreme Differences

Absolute .205

Positive .205

Negative -.126

Kolmogorov-Smirnov Z 1.026

Asymp. Sig. (2-tailed) .243

a. Test distribution is Normal.

Descriptives

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

20C 5 .0000080 .00003701 .00001655 -.0000380 .0000540 -.00004 .00005

25C 5 -.0014660 .00080897 .00036178 -.0024705 -.0004615 -.00223 -.00040

30C 5 -.0009420 .00184166 .00082362 -.0032287 .0013447 -.00263 .00199

35C 5 -.0003260 .00184280 .00082413 -.0026141 .0019621 -.00342 .00139

40C 5 .0001760 .00550658 .00246262 -.0066613 .0070133 -.00705 .00707

Total 25 -.0005100 .00258546 .00051709 -.0015772 .0005572 -.00705 .00707

Page 39: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

29

b) Frekuensi

NPar Tests /K-S(NORMAL)=Frekuensi

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/MISSING ANALYSIS.

Descriptive Statistics

Frekuensi N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

25 .0193872 .18528142 -.42797 .63972

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N 25

Normal Parametersa

Mean .0193872

Std. Deviation .18528142

Most Extreme Differences

Absolute .373

Positive .373

Negative -.329

Kolmogorov-Smirnov Z 1.864

Asymp. Sig. (2-tailed) .002

a. Test distribution is Normal.

Descriptives

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

20C 5 .0935840 .44352447 .19835017 -.4571244 .6442924 -.42797 .63972

25C 5 .0039620 .01024467 .00458155 -.0087584 .0166824 .0039620 .01024467

30C 5 -.0029940 .01120511 .00501108 -.0169070 .0109190 -.0029940 .01120511

35C 5 .0001460 .00690107 .00308625 -.0084228 .0087148 .0001460 .00690107

40C 5 .0022380 .01864750 .00833941 -.0209159 .0253919 .0022380 .01864750

Total 25 .0193872 .18528142 .03705628 -.0570932 .0958676 .0193872 .18528142

Page 40: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

30

c) Kekuatan

NPar Tests /K-S(NORMAL)=Kekuatan

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/MISSING ANALYSIS.

Descriptive Statistics

Kekuatan N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

25 -.0002060 .00110449 -.00338 .00162

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N 25

Normal Parametersa

Mean -.0002060

Std. Deviation .00110449

Most Extreme Differences

Absolute .174

Positive .174

Negative -.174

Kolmogorov-Smirnov Z .871

Asymp. Sig. (2-tailed) .433

a. Test distribution is Normal.

Descriptives

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

20C 5 .0000600 .00006403 .00002864 -.0000195 .0001395 -.00002 .00015

25C 5 -.0008380 .00053504 .00023928 -.0015023 -.0001737 -.00137 -.00004

30C 5 .0007720 .00089829 .00040173 -.0003434 .0018874 -.00034 .00162

35C 5 -.0005980 .00098890 .00044225 -.0018259 .0006299 -.00221 .00050

40C 5 -.0004260 .00179117 .00080103 -.0026500 .0017980 -.00338 .00150

Total 25 -.0002060 .00110449 .00022090 -.0006619 .0002499 -.00338 .00162

Page 41: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

31

B. Paparan Medan Magnet 420 Gauss

a) Amplitudo

NPar Tests / NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)=Amplitudo

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/MISSING ANALYSIS.

Descriptive Statistics

Amplitudo N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

25 -.0005208 .00171917 -.00447 .00248

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N 25

Normal Parametersa

Mean -.0005208

Std. Deviation .00171917

Most Extreme Differences

Absolute .065

Positive .058

Negative -.065

Kolmogorov-Smirnov Z .323

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

a. Test distribution is Normal.

Descriptives

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

20C 5 .0004480 .00071188 .00031836 -.0004359 .0013319 -.00049 .0004480

25C 5 -.0006420 .00131199 .00058674 -.0022711 .0009871 -.00229 -.0006420

30C 5 -.0005080 .00198110 .00088598 -.0029679 .0019519 -.00305 -.0005080

35C 5 -.0003420 .00175508 .00078490 -.0025212 .0018372 -.00192 -.0003420

40C 5 -.0015600 .00243277 .00108797 -.0045807 .0014607 -.00447 -.0015600

Total 25 -.0005208 .00171917 .00034383 -.0012304 .0001888 -.00447 -.0005208

Page 42: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

32

b) Frekuensi

NPar Tests NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)=Frekuensi

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/MISSING ANALYSIS.

Descriptive Statistics

Frekuensi N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

25 .0063972 .02178654 -.02339 .09451

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N 25

Normal Parametersa

Mean -.0063972

Std. Deviation .02178654

Most Extreme Differences

Absolute .233

Positive .233

Negative -.197

Kolmogorov-Smirnov Z 1.163

Asymp. Sig. (2-tailed) .134

a. Test distribution is Normal.

Descriptives

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

20C 5 -.0018100 .00311316 .00139225 -.0056755 .0020555 -.00727 .00045

25C 5 .0247060 .04511203 .02017472 -.0313080 .0807200 -.02339 .09451

30C 5 .0052120 .00832963 .00372512 -.0051306 .0155546 -.00830 .01361

35C 5 .0010380 .01043218 .00466541 -.0119153 .0139913 -.00921 .01661

40C 5 .0028400 .00826025 .00369410 -.0074165 .0130965 -.00844 .01157

Total 25 .0063972 .02178654 .00435731 -.0025958 .0153902 -.02339 .09451

Page 43: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

33

c) Kekuatan

NPar Tests NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)=Kekuatan

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/MISSING ANALYSIS.

Descriptive Statistics

Kekuatan N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

25 -.0001516 .00143421 -.00611 .00182

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N 25

Normal Parametersa

Mean -.0001516

Std. Deviation .00143421

Most Extreme Differences

Absolute .228

Positive .176

Negative -.228

Kolmogorov-Smirnov Z 1.141

Asymp. Sig. (2-tailed) .148

a. Test distribution is Normal.

Descriptives

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

20C 5 .0004600 .00077492 .00034655 -.0005022 .0014222 -.00005 .00182

25C 5 -.0002260 .00051801 .00023166 -.0008692 .0004172 -.00087 .00036

30C 5 -.0013520 .00288266 .00128916 -.0049313 .0022273 -.00611 .00138

35C 5 .0002000 .00047943 .00021441 -.0003953 .0007953 -.00054 .00073

40C 5 .0001600 .00061790 .00027633 -.0006072 .0009272 -.00087 .00079

Total 25 -.0001516 .00143421 .00028684 -.0007436 .0004404 -.00611 .00182

Page 44: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

34

Lampiran 8 Uji lanjut menggunakan SAS 9.13

A. Membuktikan adanya pengaruh dari setiap faktor tunggal medan dan suhu

The ANOVA Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

medan 2 420 60

suhu 5 20 25 30 35 40

Number of Observations Read 50

Number of Observations Used 50

a) Amplitudo

Dependent Variable: amplitudo

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 9 0.01942456 0.00215828 202.98 <.0001

Error 40 0.00042532 0.00001063

Corrected Total

49 0.01984988

R-Square Coeff Var Root MSE amplitudo Mean

0.978573 11.11783 0.003261 0.029330

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

medan 1 0.00026001 0.00026001 24.45 <.0001

suhu 4 0.01897457 0.00474364 446.13 <.0001

medan*suhu 4 0.00018998 0.00004749 4.47 0.0045

Duncan's Multiple Range Test for amplitudo

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 40

Error Mean Square 0.000011

Number of Means 2

Critical Range .001864

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N medan

A 0.0316100 25 420

B 0.0270492 25 60

Number of Means

2 3 4 5

Critical Range .002947 .003099 .003198 .003270

Page 45: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

35

Duncan Grouping Mean N suhu

A 0.059178 10 40

B 0.035936 10 30

B 0.034653 10 35

C 0.014001 10 25

D 0.002880 10 20

b) Frekuensi

Dependent Variable: frekuensi

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 9 13.46064107 1.49562679 19.56 <.0001

Error 40 3.05888724 0.07647218

Corrected Total

49 16.51952831

R-Square Coeff Var Root MSE amplitudo Mean

0.814832 87.56783 0.276536 0.315796

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

medan 1 1.75842005 1.75842005 22.99 <.0001

suhu 4 5.35057616 1.33764404 17.49 <.0001

medan*suhu 4 6.35164486 1.58791122 20.76 <.0001

Duncan's Multiple Range Test for frekuensi

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 40

Error Mean Square 0.076472

Number of Means 2

Critical Range .1581

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N medan

A 0.50333 25 60

B 0.12826 25 420

Number of Means

2 3 4 5

Critical Range .2500 .2628 .2712 .2773

Duncan Grouping Mean N suhu

A 0.9594 10 20

B 0.2228 10 35

B 0.1909 10 40

B 0.1575 10 30

Page 46: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

36

B 0.0484 10 25

c) Kekuatan

Dependent Variable: kekuatan

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 9 0.72417563 0.08046396 56524.9 <.0001

Error 40 0.00005694 0.00000142

Corrected Total

49 0.72423257

R-Square Coeff Var Root MSE amplitudo Mean

0.999921 0.746053 0.001193 0.159923

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

medan 1 0.00011720 0.00011720 82.33 <.0001

suhu 4 0.72387059 0.18096765 127127 <.0001

medan*suhu 4 0.00018784 0.00004696 32.99 <.0001

Duncan's Multiple Range Test for kekuatan

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 40

Error Mean Square 1.424E-6

Number of Means 2

Critical Range .0006820

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N medan

A 0.1614540 25 420

B 0.1583920 25 60

Number of Means

2 3 4 5

Critical Range .001078 .001134 .001170 .001196

Duncan Grouping Mean N suhu

A 0.2735680 10 40

B 0.2531360 10 30

C 0.2470040 10 35

D 0.0130970 10 20

D 0.0128100 10 25

Page 47: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

37

B. Membuktikan persentase atau besarnya pengaruh dari interaksi kombinasi

faktor tunggal (medan dan suhu)

The ANOVA Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

interaksi 2 420/20 420/25 420/30 420/35 420/40

60/20 60/25 60/30 60/35 60/40

Number of Observations Read 50

Number of Observations Used 50

a) Amplitudo

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

interaksi 9 0.01942456 0.00215828 202.98 <.0001

Duncan's Multiple Range Test for amplitudo

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 40

Error Mean Square 0.000011

Number of

Means 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Critical Range

.004168 .004383 .004523 .004624 .004701 .004762 .004812 .004853 .004888

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N interaksi

A 0.065066 5 420/40

B 0.053290 5 60/40

C 0.036484 5 420/30

C 0.035388 5 60/30

C 0.035380 5 420/35

C 0.033926 5 60/35

D 0.015612 5 420/25

D 0.012390 5 60/25

E 0.005508 5 420/20

F 0.000252 5 60/20

b) Frekuensi

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

interaksi 9 13.46064107 1.49562679 19.56 <.0001

Duncan's Multiple Range Test for frekuensi

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 40

Page 48: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

38

Error Mean Square 0.076472

Number of

Means 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Critical Range

.3535 .3717 .3836 .3921 .3987 .4039 .4081 .4116 .4145

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N interaksi

A 1.8595 5 60/20

B 0.2291 5 420/35

B 0.2165 5 60/35

B 0.2117 5 60/40

B 0.1700 5 420/40

B 0.1599 5 60/30

B 0.1550 5 420/30

B 0.0690 5 60/25

B 0.0594 5 420/20

B 0.0279 5 420/25

c) Kekuatan

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

interaksi 9 0.72417563 0.08046396 56524.9 <.0001

Duncan's Multiple Range Test for kekuatan

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 40

Error Mean Square 1.424E-6

Number of

Means 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Critical Range

.001525 .001604 .001655 .001692 .001720 .001742 .001761 .001776 .001788

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N interaksi

A 0.2737620 5 60/40

A 0.2733740 5 420/40

B 0.2556380 5 420/30

C 0.2506340 5 60/30

D 0.2488860 5 420/35

E 0.2451220 5 60/35

F 0.0172500 5 420/25

G 0.0140720 5 60/20

H 0.0121220 5 420/20

I 0.0083700 5 60/25

Page 49: RESPON OTOT POLOS ILEUM KELINCI LOKAL TERHADAP MEDAN ... · pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Salah satu ... penyidikan lebih lanjut dari efek jangka

39

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 16

September 1992 dari pasangan Eddy Rusnadi dan Entin.

Penulis merupakan putri bungsu dari dua bersaudara dan

mempunyai seorang kakak bernama Denny Prasetia (Alm).

Penulis memulai studinya di TK Dewi Sartika

Kadugede selama 1 tahun, kemudian melanjutkan studi di

SDN 2 Windujanten selama 6 tahun, setelah itu melanjutkan

studi di SMPN 2 Kuningan selama 3 tahun, kemudian

melanjutkan studi di SMAN 3 Kuningan selama 3 tahun.

Setelah lulus penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian

Bogor.

Penulis diterima di Departemen Fisika FMIPA IPB melalui jalur USMI

(Undangan Seleksi Masuk IPB) tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa

Departemen Fisika, penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum Fisika TPB

2013-2014, Asisten Praktikum Eksperimen Fisika I tahun ajaran 2013-2014.

Penulis juga aktif di Himpunan Mahasiswa Aria Kamuning sebagai mahasiswa

asal Kota Kuningan.

Selain itu penulis pernah aktif dalam berbagai kepanitiaan besar maupun

kecil, diantaranya: SPIRIT 2012, Kompetisi Fisika 2011, Olimpiade Mahasiswa

IPB (OMI) 2012, Masa Perkenalan Departemen (MPD) 2012, Masa Perkenalan

Fakultas (MPF) 2012, Pesta Sains Nasional 2012 dan 2013, Panitia Sehari

Menjadi Mahasiswa IPB 2013, dan lain-lain.

Penulis pernah menjadi finalis dalam lomba Call for Paper Exploscience

2013, juara 2 Bulutangkis antar angkatan se-Departemen Fisika (2013), juara 1

Basket antar angkatan se-Departemen Fisika (2013 dan 2014), juara 1 Voli antar

angkatan se-Departemen Fisika (2013 dan 2014), juara 2 dan juara 1 Catur antar

Departemen se-FMIPA (2012 dan 2013), juara 2 Voli antar Departemen se-

FMIPA (2012 dan 2013), dan juara 3 Voli antar Fakultas se-IPB (2013).

Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah memperoleh beasiswa

POM IPB tahun 2010-2012, beasiswa Mitsubishi Coorporation tahun 2012-2013,

dan beasiswa BUMN tahun 2013-2014.

Penulis dinyatakan lulus dari Departemen Fisika saat Sidang Sarjana 4 April

2014. Penulis menjalani masa studi sebagai mahasiswa IPB selama 3 tahun 7

bulan.