18
RESPONSI ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN Pembimbing : Dr. dr.Moerbono Mochtar, Sp.KK Nama Mahasiswa : Muhammad Nurzakky NIM : G 99 121 029 DERMATITIS VENENATA BAB I PENDAHULUAN Dermatitis venenata merupakan bagian dermatitis kontak iritan akut lambat yang disebabkan oleh toksin iritan yang terdapat dalam tubuh serangga genus Paederus (Sularsito & Djuanda, 2010). Penyebab dermatitis venenata adalah suatu iritan kuat cantharidin dan paederin yang terdapat pada tubuh serangga Paederus tersebut. Toksin yang paling utama pada genus Paederus ini adalah paederin, pseudopaederin, dan pederone (Verma & Agarwal, 2006). Gambaran klinis dan gejala bisa sama dengan DKI akut, antara lain kulit terasa 1

Responsi D.venenata Dr.moerbono

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Responsi D.venenata Dr.moerbono

RESPONSI

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing : Dr. dr.Moerbono Mochtar, Sp.KK

Nama Mahasiswa : Muhammad Nurzakky

NIM : G 99 121 029

DERMATITIS VENENATA

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis venenata merupakan bagian dermatitis kontak iritan akut lambat yang

disebabkan oleh toksin iritan yang terdapat dalam tubuh serangga genus Paederus

(Sularsito & Djuanda, 2010). Penyebab dermatitis venenata adalah suatu iritan kuat

cantharidin dan paederin yang terdapat pada tubuh serangga Paederus tersebut. Toksin

yang paling utama pada genus Paederus ini adalah paederin, pseudopaederin, dan

pederone (Verma & Agarwal, 2006). Gambaran klinis dan gejala bisa sama dengan DKI

akut, antara lain kulit terasa pedih, panas, terasa terbakar, dan kelainan yang terlihat

berupa eritema, edema, bula, mungkin juga nekrosis (Sularsito & Djuanda, 2010).

Kejadian luar biasa (KLB) dermatitis venenata pernah dilaporkan di beberapa

negara, seperti Afrika, Amerika Selatan, Turki, Iran dan Asia. Salah satu KLB

melibatkan 2000 kasus dermatitis vesikular dilaporkan di Okinawa pada 1996. Hal ini

disebabkan serangga Paederus tersebar luas di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Oleh

1

Page 2: Responsi D.venenata Dr.moerbono

karena itu, disusunlah responsi ini untuk menambah pustaka dan pengetahuan tentang

Dermatitis venenata (Rahmah, Norjaiza, 2008).

2

Page 3: Responsi D.venenata Dr.moerbono

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Dermatitis adalah istilah yang umum digunakan untuk berbagai kondisi

peradangan pada epidermis. Sedangkan istilah ekzema dapat juga dipakai

sebagai sinonim dari dermatitis (Siregar, 2004). Dermatitis venenata merupakan

bagian dari dermatitis kontak iritan akut lambat (Sularsito & Djuanda, 2010).

Dermatitis yang mempunyai nama lain paederus dermatitis, blister beetle

dermatosis, atau dermatitis linearis ini terjadi karena terpaparnya kulit secara

langsung dengan cairan tubuh serangga malam (genus Paederus, famili

Staphyllinidae, ordo Coleoptera) dan dapat sembuh sendiri dengan sendirinya

tanpa pengobatan (Ad Dhalimi, 2008; Rahmah & Nurjaiza, 2008).

B. Etiopatogenenis

Genus Paederus termasuk ke dalam famili Staphyllinidae, ordo

Coleoptera, kelas Insecta dan terdiri dari lebih dari 622 spesies di seluruh dunia.

Di berbagai negara serangga Paederus diketahui pernah menyebabkan outbreak

termasuk diantaranya, Australia, Malaysia, Sri Lanka, Nigeria, Kenya, Iran,

Afrika Tengah, Uganda, Okinawa, Sierra Leone, Argentina, Brazil, Perancis,

Venezuela, Ekuador, dan India (Singh & Ali, 2007).

Paederus dewasa panjang tubuhnya 7 – 8 mm dan lebar 0,5 mm, berat

sekitar 4 mg, dan berbentuk seperti seekor semut. Serangga ini memiliki kepala

berwarna hitam, lower abdomen dan elitra (struktur ini menutupi sayap dan tiga

segmen perut pertama), thoraks berwarna merah, dan upper abdomen (gambar

3

Page 4: Responsi D.venenata Dr.moerbono

1). Serangga ini senang hidup di habitat yang lembab dan makan dari sisa-sisa

larva atau serangga lain yang mati (Gelmetti & Grimalt, 1993). Meskipun

serangga ini tidak dapat terbang, namun bergerak cepat dan sangat gesit. Salah

satu karakteristik dari Paederus yang mudah diperhatikan, yaitu kebiasaan

mengangkat/memancangkan perut ke atas jika diusik. Serangga ini

membutuhkan waktu 3 – 19 hari untuk berkembang dari telur hingga dewasa

(Singh & Ali, 2007).

Gambar 1. Paederus fuscipes – rove beetle dengan thoraks dan abdomen atas berwarna orange dan kepala , abdomen bawah, dan elitra berwarna hitam (Rahmah &

Nurjaiza, 2008).

Beberapa spesies Paederus yang paling sering menyebabkan dermatitis

diantaranya P. melampus di India, P. brasilensis di Amerika Selatan, P.

colombius di Venezuela, P. fusipes di Taiwan, dan P. peregrinus di Indonesia

(Singh & Ali, 2007).

Paederus merupakan salah satu serangga nokturnal dan sangat tertarik

pada benda-benda berpijar atau terang. Oleh karena itu, biasanya masuk ke

dalam rumah-rumah dengan lampu yang dihidupkan pada malam hari, dan tanpa

disadari kontak dengan kulit pasien saat tertidur. Hemolymph dari Paederus

mengandung zat toksik bagi kulit manusia, yaitu Paederin (latigaza), di mana

4

Thorax

Abdomen atas

Elitra

Kepala

Page 5: Responsi D.venenata Dr.moerbono

senyawa ini dilepaskan secara tidak sengaja saat tergencet atau karena refleks

menepuk serangga ini saat pasien tertidur (Nikbahzadeh & Tirgari, 2008).

Paederin (C25H45O9N) adalah suatu amida dengan dua cincin tetra hidropiran

dan diproduksi sekitar 0,025 % dari berat serangga (untuk P. fusipes). Produksi

dari paederin telah diketahui dipengaruhi aktivitas endosymbiont (Pseudomonas

sp) di dalam Paederus. Produksi dari paederin paling banyak pada serangga

Paederus betina, sedangkan larvae dan serangga jantan hanya menyimpan

paederin yang dihasilkan dari induknhya atau dari ingesti. Paederin merupakan

vesikan dan menghambat mitosis pada level sintesis protein dan DNA (pada

kadar 1 ng/ml) tanpa mempengaruhi sintesis RNA, dan terjadinya akantolisis

yang dimungkinkan disebabkan dilepaskannya epidermal protease (Singh & Ali,

2008). Selain paederin diketahui pula suatu iritan kuat cantharidin. Cantharidin

merupakan satu produk natural serangga yang telah diketahui sangat toksik

terhadap sebagian besar hewan (LD50 pada manusia 10-60 mg/kg) (Nikbahzadeh

& Tirgari, 2008).

Kontak cairan tubuh Paederus dengan kulit tidak berefek langsung pada

kulit, tetapi dermatitis akut akan tampak 12-36 jam kemudian. Oleh karena itu,

pasien mulai merasakan adanya lesi pada siang hari setelah kontak saat malam

hari (Ad Dhalimi, 2008).

C. Gejala Klinis

Dermatitis dapat terjadi pada semua orang, semua umur, semua ras, atau

kondisi sosial, tetapi insidensinya lebih bergantung pada aktivitas dan habitat

serangga. Insidensi lebih banyak terjadi musim penghujan (Singh & Ali, 2007).

5

Page 6: Responsi D.venenata Dr.moerbono

Gambaran klinis dan gejala dapat sama dengan DKI akut, antara lain

kulit terasa pedih, panas, terasa terbakar, dan kelainan yang terlihat berupa

eritema, edema, bula, mungkin juga nekrosis (Sularsito & Djuanda, 2010).

Gambaran lesi yang khas pada dermatitis venenata adalah eritema dan edema

yang dapat berbentuk linear, memberikan gambaran seperti cambuk (Singh &

Ali, 2007). Akan tetapi, pada hampir semua pasien timbul vesikel yang utuh

atau ruptur (erosi) di tengah plakat dengan dasar yang eritem. Pada paparan

toksin yang luas dapat terjadi bula (Qadir, et al, 2006). Gejala yang khas adalah

“kissing lessions” yang terjadi ketika kulit normal ikut terpapar kulit dengan lesi

(letaknya aposisi), seperti pada lipatan siku, lipat ketiak atau leher.

Komplikasi yang terjadi seperti hiperpigmentasi post inflamasi, infeksi

sekunder, eksfoliasi ekstensif, dan dermatitis dengan ulcer yang membutuhkan

hispitalisasi. Daerah periorbital dan genital sangat dimungkinkan timbul lesi

baru. Hal ini disebabkan karena toksin dipindahkan secara tidak sadar oleh jari

tangan yang menggaruk lesi primer. Adanya lesi pada daerah okular periorbital

dapat diikuti dengan keratokonjungtivitis (Singh & Ali, 2007)

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan histologi, patch test dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis (Singh & Ali, 2007).

E. Diagnosis Banding

o Dermatitis kontak iritan atau alergi akut

o Herpes zooster atau simpleks

o Liquid burn

o Dermatitis millipede

6

Page 7: Responsi D.venenata Dr.moerbono

o Phytophotodermatitis

F. Terapi

Dermatitis paederus ditangani sebagaimana penaganan pada dermatitis

kontak iritan, yaitu menghilangkan bahan iritan sesegera mungkin. Upaya

pengobatan yang terpenting adalah menghindari pajanan bahan iritan serta

menyingkirkan faktor yang memperberat. Untuk mengatasi peradangan dapat

diberikan kortikosteroid topikal, misalnya hidrokortison, atau untuk kelainan

yang kronis dapat diawali dengan kortikosteroid yang lebih kuat (Sularsito &

Djuanda, 2010). Respon yang lebih baik didapatkan pada pasien yang diberikan

antibiotik oral dikombinasikan dengan penggunaan kortikosteroid topikal dan

antihistamin oral (Qadir, et al, 2006).

G. Prognosis

Dermatitis venenata merupakan dermatitis akut yang dapat sembuh dengan

sendirinya meskipun tanpa pengobatan. Akan tetapi, dengan pengobatan yang

segera dan tepat akan mempercepat perbaikan lesi. Penyembuhan biasanya

berlangsung dua minggu setelah terbebas dari iritan. Akan tetapi perlu diberikan

edukasi pada pasien, karena kurangnya pengetahuan tentang penyebab

dermatitis pada pasien dapat mempengaruhi penyembuhan keseluruhan dan

prognosis (Singh & Ali, 2007).

7

Page 8: Responsi D.venenata Dr.moerbono

DAFTAR PUSTAKA

1. Adh Dhalimi, M. A. 2008. Paederus dermatitis in Najf province of Iraq. Saudi

Med J. Vol. 29, No. 10; pp: 1490-3.

2. Gehmetti, C & Grimalt, R. 1993. Paederus dermatitis: an easy diagnosable but

misdiagnosed eruption. Eur J Pediatr. Vol. 152; pp 6-8.

3. Nikbakhtzadeh, M.R & Tirgari, S. 2008. Medically important beetles (insecta:

coeleptera) of Iran. J Venom Anim Toxins incl Trop Dis. Vol. 14, No. 4; pp:597-

618.

4. Qadir S.N.R., Raza N., Rahman S.B. 2006. Paederus dermatitis in Sierra Leone.

Dermatol Online J. Vol. 12, No. 7. (diakses 02 Desember 2012) Situs:

http://dermatology.cdlib.org/127/case_reports/paederus/qadir.html

5. Rahmah, E & Norjaiza, M.J. 2008. An outbreak of Paederuss dermatitis in

prymary school, Terengganu, Malaysia. Malaysian J Pathol. Vol. 30, No. 1; pp:

53-6.

6. Singh, G. & Ali, S.Y. 2007. Paederus dermatitis. Indian J of Dermatol, Venereol

and Lepro. Vol. 73, No. 1; pp: 13-5.

7. Sularsito, S.A., Djuanda, S. 2010. Dermatitis. Dalam : Djuanda A, Hamzah M,

Aisah S, penyunting. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; pp:131-2.

8. Verma, C.R., & Agarwal, M.S. 2006. Blistering beetle Dermatitis: An Outbreak.

MJAFT. Vol. 62, No.1; pp: 42-4.

8

Page 9: Responsi D.venenata Dr.moerbono

LAPORAN KASUS

A. Anamnesis

1. Identitas

Nama : Ny. CK

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Krembyongan RT 03/05, Banyu anyar

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Tanggal Periksa : 20 November 2012

No. RM : 01161296

2. Keluhan Utama

Plenting-plenting merah di perut

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 4 hari yang lalu, pasien mengeluh muncul plenting-plenting

merah pada perut tengah. Awalnya hanya terasa gatal saat bangun tidur dan

lama kelamaan menjadi panas, kemudian muncul plenting-plenting

bergerombol yang semakin lama semakin luas dan sebagian menyatu

menjadi plenting besar. Satu minggu yang lalu pasien baru pulang dari

RSDM pasca Sectio Ceassaria, sebelumnya mendapat kan Ceftriaxone,

ketorolac.

Pasien tinggal di daerah dekat dengan kebun sawah dan banyak

dijumpai serangga “tom cat”. Pasien tidak mengeluhkan adanya demam

sebelum timbulnya gatal/lepuh. Lalu pasien berobat ke RSDM.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

R. penyakit serupa : disangkal

R. alergi obat dan makanan : disangkal

R. atopi : disangkal

9

Page 10: Responsi D.venenata Dr.moerbono

R. mengkonsumsi obat : disangkal

Riwayat Keluarga

R. sakit serupa : disangkal

R. Alergi obat dan makanan : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan

Penderita mandi dua kali sehari dengan sabun padat, handuk sendiri dan

dengan air sumur. Penderita biasa ganti pakaian dua kali sehari dan

lingkungan rumah dikatakan bersih.

B. Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalis

a. Keadaan Umum : baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Vital Sign : Tekanan darah : 130/90 mmHg

Respiration Rate : 22x/menit

Nadi : 88x/menit

Suhu : afebril

b. Kepala : Mesocephal

c. Mata : Konjungtiva anemis (-/-)

d. Hidung : Dalam batas normal

e. Mulut : Dalam batas normal

f. Wajah : Dalam batas normal

g. Leher : Dalam batas normal

h. Punggung : Dalam batas normal

i. Dada : Dalam batas normal

j. Gluteus & anogenital : Dalam batas normal

k. Abdomen : Dalam batas normal

l. Ekstremitas atas : Dalam batas normal

m. Ekstremitas bawah : Dalam batas normal

2. Status Dermatologis

Regio abdomen : papul eritem multipel disertai vesikel di tengah sebagian

konfluen membentuk plak eritem dengan bula.

10

Page 11: Responsi D.venenata Dr.moerbono

Regio coli sinistra : papul dan plakat eritema sebagian vesikel di tengahnya,

disertai kissing lession

Foto Klinis :

11

Page 12: Responsi D.venenata Dr.moerbono

C. Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan pengambilan specimen dari lesi dan dilakukan pemeriksaan KOH

pada kerokan skuama daerah leher, dan diambil kerokan pada dasar vesikel

daerah leher dan abdomen untuk dilakukan test Tzank.

Dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan hifa, juga tidak ditemukan

multinucleated giant cell.

D. Diagnosis Banding

1. Regio truncus anterior

a. Dermatitis venenata

b. Herpes zooster dermatom Th 10 dekstra

2. Regio coli dekstra

a. Dermatitis venenata

12

Page 13: Responsi D.venenata Dr.moerbono

b. Herpes zoster dermatom C3 sinistra

c. Tinea corporis

E. Diagnosis Kerja

Dermatitis Venenata

F. Terapi

1. Medikamentosa

a. Sistemik: Cetirizine 1x10 mg

b. Topikal : Dermovel® cream 2 dd ue

2. Non medikamentosa

a. Edukasi pasien : menjaga kebersihan dan higiene pribadi

b. Menyarankan pasien untuk mengenal serangga Paederus dan bila

dihinggapi serangga hendaknya ditiup dan bukan dipukul

c. Apabila terkena cairan dari serangga segera dicuci bersih.

G. Prognosis

Ad vitam : baik

Ad sanam : baik

Ad fungsionam : baik

Ad kosmetikam : baik

13